Anda di halaman 1dari 24

IMPLEMENTASI LKPD BERDASARKAN KERAGAMAN TANAMAN

OBAT DI DESA MARGOMULYO BENGKULU TENGAH

PROPOSAL

Oleh:

Nama : Maruli Dame Siregar

NPM : A1D016023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2019
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dan utama dalam


mengangkat harkat dan martabat suatu bangsa. Pendidikan berperan penting
dalam menciptakan manusia yang tumbuh dan berkembang secara fisik, psikis
maupun akal pikiran. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi juga
memberikan efek dan dampak yang baik bagi warga sekitar. Oleh karena itu,
dalam pendidikan perlu adanya suatu usaha yang dipakai untuk mencapai hal
yang diharapkan dalam pendidikan seperti halnya kegiatan belajar mengajar.

Kegiatan belajar mengajar merupakan proses komunikasi interaktif


antara guru dan peserta didik untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yang
diterapkan dalam kurikulum. Dalam proses komunikasi pembelajaran
tersebut terkadang suka mengalami hambatan, sehingga dibutuhkan media
sebagai perantara untuk menjembatani komunikasi antara guru dan peserta
didik. Pada hakikatnya penggunaan media bertujuan untuk menciptakan
pembelajaran yang lebih komunikatif dan bermakna bagi peserta didik
(Aripin, 2018).

Dalam dunia pendidikan, media yang digunakan yaitu media


pembelajaran yang merupakan alat bantu pendidik dalam hal mempermudah
penyampaian materi ajar kepada peserta didik atau yang diajar. Dengan
adanya media ajar ini maka peserta didik dapat lebih mudah mendapat ilmu
pengetahuan. Adapun salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan
dalam pendidikan yaitu menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

LKPD merupakan panduan peserta didik yang digunakan untuk


melakukan kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah (Trianto, 2010).
LKPD dapat digunakan sebagai bahan ajar maupun media pembelajaran.
LKPD dapat digunakan sebagai media ajar hampir seluruh mata pelajaran baik

1
itu dijenjang SMP maupun SMA. Hal ini dikarenakan LKPD bersifat
sistematis, runtut dan mampu menyederhanakan materi pelajaran yang rumit.
Guru dapat menyusun dan mengembangkan LKPD sesuai kebutuhan peserta
didik maupun keadaan sekolah (Listari, 2019).

Pada pembelajaran Biologi yaitu jenjang pendidikan SMA, LKPD


sangat memungkinkan digunakan sebagai media pembelajaran. LKPD Biologi
dapat membuat pembelajaran lebih menarik karena materi yang ada pada
LKPD sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga proses
pembelajaran tampak nyata bagi peserta didik. Selain itu, LKPD Biologi juga
dapat dibuat dari studi lingkungan sekitar dengan melihat potensi yang ada,
sehingga LKPD juga dapat digunakan sebagai petunjuk dalam melakukan
kegiatan eksperimen ataupun praktikum dan membuat peserta didik lebih
terarah serta terampil. Menurut Nerita (2012) bahwa penerapan LKPD dapat
digunakan sebagai media untuk belajar aktif yaitu suatu strategi dalam
pengelolaan sistem pembelajaran dengan menuntut keterlibatan peserta didik
secara aktif sehingga tercipta pembelajaran yang mandiri. Dalam belajar aktif,
peserta didik dan guru bersama-sama menciptakan suatu pembelajaran yang
bermakna dan menyenangkan baik secara fisik maupun mental selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan pengalaman selama magang I dan magang II di sekolah


bahwa LKPD yang digunakan guru dalam pembelajaran yaitu LKPD yang
berasal dari penerbit. Selain itu, pada saat magang II di SMA Negeri 8 Kota
Bengkulu bahwasanya jarang sekali atau bahkan belum ada guru yang
menggunakan LKPD yang didesain dari hasil studi identifikasi. Guru juga
biasanya menggunakan LKPD sebagai pengganti pembelajaran jika guru tidak
dapat menghadiri kelas pembelajaran. Penggunaan LKPD seperti itu membuat
pembelajaran kurang menarik bagi peserta didik. Terkhusus pada
pembelajaran biologi, seharusnya banyak materi yang dapat dikaitkan dengan

2
lingkungan sekitar baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu
materi Biologi yaitu adanya keanekaragaman hayati yang di dalamnya
mencakup pengelompokan tanaman berdasarkan bentuk maupun manfaatnya.
Dalam hal manfaatnya, tanaman obat dapat dijadikan sebagai media
pembelajaran berupa LKPD. Banyaknya LKPD yang tersebar dikalangan guru
dan peserta didik tidak menjamin bahwa LKPD tersebut sudah mengarah
kepada LKPD yang sesuai dengan kebutuhan kurikulum pendidikan.

Untuk itu, peneliti tertarik untuk mengimplementasikan LKPD yang


sudah ada yaitu dari salah satu penelitian pengembangan LKPD berdasarkan
keragaman tanaman obat di Desa Margomulyo, Bengkulu Tengah oleh
Farameta (2019). Keragaman tanaman obat tersebut dapat dijadikan sebagai
media dalam pembelajaran biologi materi Keanekaragaman Hayati yaitu pada
sub bab Keanekaragaman Tingkat Jenis.

Menurut Farameta (2019), pengembangan LKPD dari hasil identifikasi


tanaman obat di Desa Margomulyo Kabupaten Bengkulu Tengah ini dapat
digunakan sebagai bahan ajar mata pelajaran Biologi kelas X karena telah
melewati validasi kelayakan dan uji respon peserta didik. Hasil validasi oleh
validator mendapat rata-rata persentase penilaian yaitu 91% dan uji respon
peserta didik dalam penelitiannya di dapat skor 90,6% sehingga dapat
dikatakan bahwa LKPD ini sudah memenuhi kriteria dan layak untuk
digunakan sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran. Di mana menurut
Depdiknas (2008) bahwa pengembangan LKPD memiliki susunan yang
memuat judul, topik kegiatan sesuai Kompetensi Dasar yang akan dicapai,
terdapat waktu penyelesaian, alat dan bahan, informasi singkat, langkah kerja,
tabel hasil pengamatan, serta pertanyaan dan kesimpulan.

3
2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana perbedaan hasil belajar peserta didik dalam pelajaran Biologi di
SMA Negeri 8 Kota Bengkulu kelas X MIA pada materi Keanekaragaman
Hayati yang diajarkan dengan menggunakan LKPD hasil penelitian
keragaman tanaman obat dan yang tidak menggunakan LKPD hasil
penelitian keragaman tanaman obat?
2) Bagaimana kelayakan LKPD hasil pengembangan dari penelitian tanaman
obat di Desa Margomulyo Bengkulu Tengah?
3. Batasan Masalah
1) Perbedaan hasil belajar peserta didik pelajaran Biologi di SMA Negeri 8
Kota Bengkulu kelas X MIA pada materi Keanekaragaman Hayati yang
diajarkan dengan menggunakan LKPD hasil penelitian keragaman tanaman
obat dan yang tidak menggunakan LKPD hasil penelitian keragaman
tanaman obat.
2) Kelayakan LKPD hasil pengembangan dari penelitian tanaman obat di
Desa Margomulyo Bengkulu Tengah.
4. Tujuan Penelitian
1) Mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik pelajaran Biologi di SMA
Negeri 8 Kota Bengkulu kelas X MIA pada materi Keanekaragaman Hayati
yang diajarkan dengan menggunakan LKPD hasil penelitian keragaman
tanaman obat dan yang tidak menggunakan LKPD hasil penelitian
keragaman tanaman obat.
2) Mengetahui kelayakan LKPD hasil pengembangan dari penelitian tanaman
obat di Desa Margomulyo Bengkulu Tengah.
5. Manfaat Penelitian
1) Untuk sekolah
LKPD penelitian ini dapat dipakai sebagai media pembelajaran Biologi
materi Keanekaragaman Hayati kelas X SMA.

4
2) Untuk masyarakat
Dapat memberikan informasi terkait tanaman obat di Desa Margomulyo
Bengkulu Tengah dan memiliki manfaat bagi kesehatan agar masyarakat
lebih memanfaatkan dan menjaga kesehatannya dan mulai
membudidayakan tanaman obat.
3) Untuk peneliti
Dapat menambah ilmu terkait tanaman obat di Desa Margomulyo
Bengkulu Tengah dan mampu menambah ilmu terkait implementasi
LKPD.
6. Hipotesis
H0 = LKPD hasil pengembangan dari penelitian tanaman obat di Desa
Margomulyo Bengkulu Tengah tidak layak digunakan dalam
pembelajaran Biologi materi Keanekaragaman Hayati
H1 = LKPD hasil pengembangan dari penelitian tanaman obat di Desa
Margomulyo Bengkulu Tengah layak digunakan dalam pembelajaran
Biologi materi Keanekaragaman Hayati
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Media Pembelajaran
1.1. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Sadiman (2011) bahwa Media pembelajaran adalah segala
alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk
belajar. Apapun batasan media pembelajaran yang diberikan, media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serata perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Sedangkan menurut
Permasih (2012) bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
secara fungsional dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk menunjang,
memelihara, dan memperkaya proses pembelajaran. Hal tersebut dapat

5
berupa benda nyata, model, media cetak, media audio visual, keadaan
sekitar, proses, prosedur dan sebagainya.
1.2. Ciri-ciri Media Pembelajaran
a. Ciri Fiksatif
Ciri Fiksatif merupakan ciri yang menggambarkan kemampuan media
merekam, meyimpan, melestarikan, dan merekontruksi suatu
peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek tersebut dapat
disusun dalam bentuk media seperti fotografi, video tape, audio tape
dan film.
b. Ciri Manipulatif
Ciri Manipulatif ini sama halnya dengan transformasi suatu kejadian
atau objek yang dimungkinkan. Hal ini dikarenakan media memiliki
ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu dapat dijelaskan
kepada siswa dalam waktu dua sampai tiga menit. Misalnya dalam
pembelajaran biologi yaitu peristiwa metamorphosis kupu-kupu.
c. Ciri Distributif
Ciri Distributif dari suatu media memungkinkan suatu objek atau
kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan
kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan
stimulus pengalaman yang relative sama (Arsyad,2013).
1.3. Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Sadiman (2011), secara umum media pembelajaran
mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbalistis/hapalan
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera
3. Menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan
berguna untuk:

6
 Meningkatkan semangat belajar
 Meningkatkan interaksi langsung antar anak didik dengan
lingkungannya
 Memungkinkan anak didik belajar mandiri menurut minat dan
kemampuannya
1.4. Langkah-langkah Pengembangan Media Pembelajaran
Adapun langkah-langkah pengembangan media pembelajaran
menurut Rahman (2013) yaitu:
 Menganalisis kebutuhan dan karakter siswa
 Merumuskan tujuan instruksional dengan operasional
 Merumusan butir materi secara terperinci yang mengundang
tercapainya tujuan
 Mengembangkan alat pengukur keberhasilan
 Menulis naskah media
 Mengadakan tes uji coba dan revisi
2. Lembar Kerja Peserta Didik
2.1. Pengertian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Menurut Prastowo (2011), bahwa LKPD merupakan materi ajar yang
sudah dikemas sedemikian rupa sehingga peserta didik diharapkan dapat
mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Di dalam LKPD, peserta
didik dapat menemukan materi, ringkasan dan tugas yang berkaitan
dengan materi ajar. Selain itu, di dalam LKPD juga terdapat arahan yang
terstruktur untuk memahami materi yang diberikan dan pada saat yang
bersamaan peserta didik diberi materi serta tugas yang berkaitan dengan
materi tersebut. Hal tersebut tidak jauh berbeda seperti menurut Putri
(2016) yang mengatakan bahwa LKPD adalah lembaran-lembaran berisi
tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik yang di dalamnya berupa

7
petunjuk atau langkah-langkah untuk menyesuaikan suatu tugas dan tugas
tersebut haruslah jelas kompetensi dasar yang akan dicapai.
2.2. Unsur-unsur LKPD
Menurut Depdiknas (2008), adapun yang menjadi unsur-unsur
dalam penyusunan LKPD yaitu mencakup:
a. Judul
b. Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapai
c. Waktu penyelesaian
d. Peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas
e. Informasi singkat
f. Langkah kerja
g. Tugas yang harus dilakukan
h. Laporan yang harus dikerjakan

Namun dalam langkah-langkah penyusunan LKPD, struktur yang


harusnya ada dalam LKPD adalah sebagai berikut:

a. Judul
b. Petunjuk belajar untuk peserta didik
c. Kompetensi yang dicapai
d. Informasi pendukung
e. Tugas-tugas dan langkah kerja
f. Penilaian
2.3. Fungsi dan Tujuan LKPD
Trianto (2009) mengemukakan LKPD berfungsi sebagai panduan
untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun semua aspek
pembelajaran dalam bentuk panduan percobaan atau demonstrasi.
Sedangkan menurut Prastowo (2012) fungsi LKPD yaitu sebagai bahan
ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik dan lebih mengaktifkan
peserta didik, sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk

8
memahami materi yang diberikan serta kompetensi keterampilannya,
sebagai bahan ajar yang ringkas dan mengandung unsur melatih
keterampilan peserta didik, dan memudahkan pelaksanan pembelajaran.
Menurut Prastowo (2012), tujuan penyusunan lembar kerja siswa
yaitu 1) menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk
berinteraksi dengan materi yang diberikan; 2) menyajikan tugas-tugas dan
langkah-langkah kerja untuk meningkatkan penguasaan materi oleh
peserta didik; 3) melatih kemandirian peserta didik dalam belajar; 4)
memudahkan pendidik dalam mendampingi proses pembelajaran.
3. Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai
dari organisme tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Keanekaragaman juga
terjadi dari tingkat organisme kehidupan individu sampai tingkat interaksi
kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem. Secara garis besar
keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu keanekaragaman
gen, keanekaragaman spesies/jenis dan keanekaragaman ekosistem.
a. Keanekaragaman Gen
Gen merupakan materi dalam kromosom makhluk hidup yang
mengendalikan sifat organisme. Keanekaragaman gen menyebabkan
variasi antarindividu sejenis. Misalnya pada tanaman mangga, di mana
tanaman mangga memiliki variasi terhadap macamnya seperti gadung,
harum manis, golek dan lainnya. Keanekaragaman pada mangga ini
disebabkan oleh variasi gen.
Perbedaan (variasi) gen menyebabkan sifat yang tidak tampak
(genotype) dan sifat yang tampak (fenotipe) pada setiap makhluk hidup
yang berbeda.Variasi makhluk hidup dapat terjadi karena adanya
perkawinan sehingga susunan gen keturunannya berbeda dari susunan
gen induknya.

9
b. Keanekaragaman Spesies/Jenis
Keanekaragaman hayati antarspesies atau tingkat jenis mudah
diamati karena perbedaannya mencolok. Misalnya keanekaragaman
antara kelapa, sagu dan kurma. Meskipun ketiga tanaman itu satu
kelompok yaitu merupakan tanaman palem-paleman, namun masing-
masing memiliki fisik dan habitat yang berbeda. Seperti kelapa tumbuh
di pantai, sagu tumbuh di pegunungan basah, sedangkan kurma tumbuh
di daerah kering (Pratiwi, 2013).
Menurut Pujianto (2016), keanekaragaman spesies dapat dilihat dari
perbedaan spesies yang ditemukan padda komunitas atau kelompok
berbagai spesies yang hidup di suatu tempat. Untuk mengetahui
keanekaragaman tingkat spesies pada tanaman dan hewan kita dapat
mengamati dari ciri-ciri fisik. Misalnya melalui bentuk dan ukuran
tubuh, warna, kebiasaan hidup maupun habitatnya.
c. Keanekaragaman Ekosistem
Semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya yang
berupa faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik dan biotik memiliki
banyak variasi. Oleh karena itu, ekosistem yang merupakan kesatuan
dari faktor abiotik dan biotik pun bervariasi pula.
Di dalam ekosistem komponen biotik harus dapat berinteraksi dengan
komponen biotik lainnya maupun dengan komponen abiotik agar dapat
bertahan hidup. Jadi interaksi antarorganisme di dalam ekosistem
ditentukan oleh komponen biotik dan abiotik yang menyusunnya.
Komponen penyusun ekosistem berbeda disetiap ekosistemnya,
sehingga membuat perbedaan dan perubahan interaksi yang ada berbeda
pula. Jadi, keanekaragaman hayati pada tempat yang berlainan akan
menyusun ekosistem yang berbeda-beda (Pratiwi, 2013).
Adapun tipe-tipe keanekaragaman ekosistem menurut Pujianto
(2016) yaitu:

10
1. Ekosistem air (aquatic)
Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang komponen
abiotiknya sebagian besar terdiri atas air. Ekosistem air dapat
dibedakan menjadi ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
2. Ekosistem darat
Ekosistem darat meliputi area yang sangat luas yang disebut bioma.
Terdapat tujuh macam bioma di bumi, yaitu hutan hujan tropis,
savanna, padang rumput, gurun, hutan gugur, taiga dan tundra.
4. Tanaman Obat
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2009) dalam Undang-undang No.36
Tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa obat tradisional adalah
bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut yang secara
turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman
dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat yang
disebutkan sebagai tanaman obat. Selain itu, tanaman obat merupakan
tanaman yang digunakan sebagai spesies yang sebagian, seluruh bagian dan
atau eksudat (kestrak/getah) tanaman tersebut digunakan sebagai ramuan
obat-obatan. Selanjutnya Tjitrosoepomo (1994) ini, mengelompokan tanaman
berkhasiat obat menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Tanaman obat tradisional merupakan spesies tanaman yang diketahui atau
dipercaya masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai
bahan baku obat tradisional.
2. Tanaman obat modern merupakan spesies tanaman yang secara ilmiah
telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang
berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara
medis.
3. Tanaman obat potensial merupakan spesies tanaman yang diduga
mengandung atau memiliki senyawa atau bahan biokatif berkhasiat obat

11
tetapi belum dibuktikan penggunaannya secara ilmiah-medis sebagai
bahan obat.
Menurut Departemen Kesehatan RI mengartikan tanaman obat Indonesia
seperti yang tercantum dalam DP SK Menkes No.149/SK/Menkes/IV/1978
yaitu:
1. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat
tradisional atau jamu.
2. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula
bahan baku obat.
3. Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman
tersebut digunakan sebagai obat.
Di Indonesia, tanaman obat yang dimanfaatkan dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu (1) jamu yang dikenal sebagai ramuan tradisional dan
belum teruji secara klinis, (2) obat herbal yaitu obat bahan alam yang sudah
melewati tahap uji praklinis, dan (3) fitofarmaka adalah obat bahan alam
yang sudah melewati uji praklinis maupun klinis (BPOM, 2004). Menurut
Trisna (2015), bahwa pada penggunaan tanaman sebagai obat tradisional
sangatlah penting untuk dimanfaatkan karena berasal dari alam dan memiliki
efek samping yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan obat sintesis.
Pengolahan tanaman obat terdiri dari beberapa cara seperti direbus,
ditumbuk, diperas, digosong, dimakan/diminum langsung, maupun diseduh
dan diteteskan (Lestari, 2017).
Berdasarkan bagian tumbuhan yang dimanfaatkan untuk pengobatan
tanaman obat dapat digolongkan menjadi beberapa yaitu daun, batang,
bunga, akar, umbi, buah, getah, rimpang dan biji. Namun tidak sedikit juga
masyarakat yang menggunakan seluruh bagian tanaman untuk dijadikan
obat. Berikut bagian tanaman yang diambil untuk pengobatan menurut
Handayani (2015):

12
a. Tanaman obat yang diambil daunnya, missal daun salam, daun randu,
daun sukun, daun sirih, daun pecah beling dan lain sebagainya
b. Tanaman obat yang diambil batangnya, missal brotowali, kayu manis,
pulasari, dan lainnya
c. Tanaman obat yang diambil bunganya, missal kecubung, kumis
kucing, kembang sepatu, dan lainnya
d. Tanaman obat yang diambil buahnya, missal jeruk nipis, belimbing
wuluh, mahkota dewa, labu siam dan lainnya
e. Tanaman obat yang diambil bijinya, misal pinang, pala, mahoni dan
lainnya
f. Tanaman obat yang diambil umbinya, missal bawang merah, bawang
putih dan lainnya
g. Tanaman obat yang diambil akarnya, missal papaya, alang-alang dan
lainnya
h. Tanaman obat yang diambil rimpangnya, misalnya kencur, jahe,
kunyit dan lainnya
Menurut Prasetyono (2012), adapun beberapa keunggulan obat dengan
menggunakan tanaman obat, yaitu:
a. Efek samping obat tradisional lebih kecil bila digunakan secara benar dan
tepat, baik tepat takaran, waktu penggunaan, cara penggunaan, ketepatan
pemilihan bahan dan ketepatan pemilihan obat tradisional atau ramuan
tanaman obat untuk indukasi tertentu.
b. Adanya efek komplementer atau sinegisme dalam ramuan obat/komponen
bioaktif tanaman.
c. Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi.
d. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolic dan
degeneratif.
Menurut Sulaksana (2004), ada tiga alasan tanaman dapat dikatakan
sebagai obat, yaitu:

13
1. Tanaman atau bagian tanaman dapat memperkuat fungsi organ tubuh
2. Tanaman atau bagian tanaman dapat menyingkirkan racun atau
penyakit
3. Tanaman atau bagian tanaman dapat membangun system kekebalan
tubuh
C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metode penelitian dipakai oleh peneliti untuk membuat penelitian terarah
dan lebih mudah sehingga mendapatkan data yang diinginkan peneliti. Dalam
penelitian ini adapun jenis penelitian yang dipakai yaitu Penelitian dan
Pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sukmadinata
(2016) Penelitian dan Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-
langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan
produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Langkah-langkah
penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2008) yaitu (1) Potensi dan
Masalah; (2)Pengumpulan Data; (3) Desain Produk; (4) Validasi Desain; (5)
Revisi Desain; (6) Uji Coba Produk; (7) Revisi Produk; (8) Uji Coba
Pemakaian; (9) Revisi Produk; (10) Produksi Masal. Pada tahun (2019) telah
dihasilkan produk berupa LKPD berdasarkan Keragaman Tanaman Obat yang
telah dilakukan. Menurut peneliti yaitu Farameta (2019), LKPD yang
dihasilkan masih perlu untuk diujicobakan secara terbatas yaitu dengan
mengujicobakan pada kelas X disalah satu SMA Negeri di Kota Bengkulu.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. Dalam
Penelitian dan Pengembangan, metode eksperimen digunakan untuk menguji
keampuhan dari produk yang dihasilkan. Walaupun dalam tahap uji coba telah
ada evaluasi/pengukuran, tetapi pengukuran tersebut masih dalam rangka
pengembangan produk, belum ada kelompok pembanding (Sukmadinata,
2016). Menurut Sukardi (2003), penelitian eksperimen merupakan kegiatan
yang melakukan penelitian dengan membagi subjek yang diteliti menjadi dua

14
kelompok yaitu kelompok yang mendapat perlakuan dan kelompok yang tidak
mendapat perlakuan.
Adapun rancangan penelitian eksperimen yang digunakan peneliti yaitu
Rancangan Eksperimen Murni berupa Rancangan Secara Acak dengan Tes
Awal dan Tes Akhir dengan Kelompok Kontrol (The Randomized Pretest-
Posttest Control Group Design). Menurut AR., Syamsuddin (2015), bahwa
rancangan tersebut terdapat kelompok eksperimsen yang menerima perlakuan
(percobaan) khusus dan kelompok kontrol yang tidak menerima perlakuan.
Kedua kelompok sama-sama dipilih secara acak yang ditandai R. Pada
awalnya, keduanya diberi pretest (O1 dan O3). Bedanya kelompok yang satu
diberi perlakuan (X), sedangkan kelompok lainnya tidak diberi perlakuan
tetapi dijadikan sebagai kelompok kontrol. Setelah perlakuan pada kelompok
satu selesai, kedua kelompok tersebut sama-sama mendapatkan pengukuran
posttest (O2 dan O4).

R O1 X O2 Kelompok eksperimen
R O3 - O4 Kelompok kontrol

Penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara


random atau disebut juga random assignment. Di mana randomisasi adalah
suatu prosedur untuk mengendalikan variabel seleksi tanpa terlebih dahulu
mengadakan identifikasi pada subjek. Tujuanya untuk menghindari pemilihan
subjek yang akan dimasukkan dalam kelompok eksperimen dan kontrol yang
didasarkan pada keadaan atau hal-hal tertentu, sehingga teknik ini akan
berpengaruh pada hasil obsevasi. Kita melakukan randomisasi dengan cara
menentukan anggota kelompok subjek ekperimental dan kontrol secara
random atau acak (Setyosari, 2013).

2. Subjek Penelitian

15
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X MIA 3 SMA Negeri 8
Kota Bengkulu sebagai kelas eksperimen dan peserta didik kelas X MIA 4
SMA Negeri 8 Kota Bengkulu sebagai kelas kontrol.
3. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
a) Variabel Penelitian
Adapun yang menjadi variabel penelitian yang digunakan peneliti yaitu
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
b) Defenisi Operasional
 Implementasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam
melaksanakan dan membuktikan kelayakan suatu produk.
 LKPD atau Lembar Kerja Peserta Didik adalah media pembelajaran
yang digunakan berupa lembar kegiatan untuk mempermudah proses
belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu
menggunakan tes hasil belajar dari pretest dan posttest yang diberikan pada
saat kegiatan penelitian berlangsung. Tes adalah alat atau prosedur untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan
yang telah ditentukan. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan
pengetahuan awal peserta didik, sedangkan posttest digunakan untuk
mengetahui kemampuan pengetahuan akhir peserta didik. Namun sebelum
melakukan tes, terlebih dahulu soal tes divalidasi oleh ahli. Soal tes yang baik
adalah yang valid (validitasnya tinggi), maksudnya dapat mengukur
kemampuan sebagaimana apa adanya atau hasil tes tersebut sesuai dengan
keadaan senyatanya. Soal tes dikatakan valid bila ketika digunakan untuk
mengukur kemampuan peserta didik dapat mengukur kemampuan seharusnya.

16
5. Instrumen penelitian
Instrumen yang dipakai berupa lembar validitas soal tes beserta lembar
tes yaitu lembar pretest dan lembar posttest. Pada validitas soal, soal dikatakan
valid jika memenuhi kriteria/indikator yang ingin dicapai. Adapun indikator
untuk validitas soal oleh ahli materi yaitu:
1. Soal sesuai dengan Kompetensi Dasar
2. Soal sesuai dengan indikator materi
3. Soal sesuai dengan indikator pemahaman
4. Soal memuat perhitungan yang menanyakan perhitungan secara konseptual
dan procedural
5. Butir soal tidak bergantung dengan butir soal sebelumnya
6. Soal yang disajikan bervariasi
7. Kalimat yang digunakan sederhana sehingga mudah dimengerti peserta
didik
8. Kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian
9. Tulisan pada soal tes terlihat jelas
10. Kata-kata yang digunakan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD).
Produk dikatakan valid, jika semua poin indikator sudah sesuai dengan produk
yang dibuat nantinya.
6. Prosedur Penelitian
a. Observasi
Penelitian ini dimulai setelah melakukan observasi ke lapangan. Adapun
yang menjadi tempat penelitian ini yaitu SMA Negeri 8 Kota Bengkulu.
Observasi dimulai dari melihat proses belajar mengajar yang terjadi di
sekolah maupun mengetahui media pembelajaran yang umumnya
digunakan pada saat pembelajaran.

17
b. Validasi soal tes
Validasi soal tes pretest dan posttest dilakukan oleh 2 orang dosen dan 2
orang guru Biologi di SMA Negeri 8 Kota Bengkulu menggunakan lembar
validitas tes.
c. Revisi soal tes
Setelah validasi soal tes oleh validator, peneliti kemudian merevisi soal tes
sesuai hasil validasi dari validator.
d. Menyusun perangkat pembelajaran
 Silabus
 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
e. Melakukan eksperimen kuasi di dalam kelas
 Kelas eksperimen (menggunakan LKPD)
 Kelas kontrol
f. Pengumpulan dan analisis data
7. Teknik Analisis Data
a. Untuk melihat validitas soal tes
Soal tes perlu divalidasi oleh ahli untuk melihat kesesuai soal tes dengan
yang seharusnya. Adapun rumus yang peneliti gunakan yaitu berdasarkan
Akbar (2016) yaitu:
Keterangan:
TSe V-ah = validasi ahli
V-ah = x 100%
TSh TSe = Total skor berdasarkan penilaian ahli
TSh = total skor yang diharapkan
Adapun kriteria validitasnya yaitu:

Koefisien Kriteria

81,00 % - 100 % Sangat valid

61,00 % - 80 % Cukup valid

18
41,00 % - 60 % Kurang valid

21,00 % - 40 % Tidak valid

00,00 % - 20 % Sangat tidak valid

b. Untuk melihat hasil belajar peserta didik


Dari data hasil pretest dan posttest peserta didik yang telah dikumpulkan,
maka hasil belajarnya dapat dianalisis dan dihitung menggunakan rumus
rata-rata (Mean). Mean diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh skor
yang diperoleh dan membaginya dengan jumlah subjek. Rumusnya yaitu:
Keterangan:

X́ =
∑X X́ = rata-rata
N
∑ X = jumlah keseluruhan skor
N = jumlah subjek

(Setyosari, 2013)

c. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
non-parametrik yaitu dengan Tes Chi-Square (uji X2). Uji X2 dapat dipakai
untuk lebih dari satu, dua atau lebih variabel nominal. Adapun rumus
untuk mencari Chi-Square adalah:
Keterangan:

(O−E) ² X² = hasil Chi-Square


X ²=∑
E
∑ = jumlah yang dihasilkan dari baris dan kolom

O = frekuensi yang diamati

E = frekuensi yang diharapkan


Dengan kriteria pengujian:
 H0 diterima dan H1 ditolak jika X2 ≤ Xtabel

19
 H0 ditolak dan H1 diterima jika X2 ≥ Xtabel
Untuk melakukan secara manual, dapat menggunakan kolom seperti
berikut:

A B

C D

dengan rumus:

N
N {( A x D )−( B x C ) −

2
X ²=
( A+ B)(C+ D)( A+C )(B+ D)

Keterangan:
N = jumlah total
df = (jumlah baris – 1) x (jumlah kolom – 1)
Interpensi hasil, keputusan menolak atau menerima hipotesis,
didasarkan pada hasil pengujian melalui uji statistik. Setelah keputusan
diambil barulah peneliti mengambil kesimpulan tentang hasil penguji
hipotesis tersebut. Apabila dalam pengujian hipotesis, ternyata hipotesis
tidak terbukti, maka peneliti perlu menemukan sumber-sumber
penyebabnya. Beberapa sumber penyebab itu berasal dari: (1) landasan
teoritis; (2) sampel; (3) alat ukur atau instrument; (4) rancangan
penelitian; (5) perhitungan-perhitungan; dan (6) variabel ekstra (Sudijono,
2009).

20
D. DAFTAR PUSTAKA

A.R., Syamsuddin. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya

Akbar, Sa’dun. 2016. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya

Aripin, Ipin. 2018. Konsep dan Aplikasi Mobile Learning dalam Pembelajaran
Biologi. Jurnal Bio Educatio. 3(1):1-9

Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2004. Surat Keputusan Kepala BPOM No.
Hk 00.05.4.2011. Tanggal 18 Desember 2014

Departemen Kesehatan RI. 1978. Surat Keterangan Menteri Kesehatan No.


149/SK/Menkes/IV/1978. Tentang Definisi Tanaman Obat

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Atas

Farameta, Efa. 2019. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Materi


Keanekaragaman Hayati Kelas X SMA Berdasarkan Keragaman Tanaman Obat
di Desa Margomulyo Bengkulu Tengah. Skripsi. Bengkulu: Program Studi
Pendidikan Biologi UNIB

Handayani, Aisyah. 2015. Pemanfaatan Tumbuhan Berkhasiat Obat Oleh


Masyarakat Sekitar Cagar Alam Gunung Simpang, Jawa Barat. Prosiding
Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, 1(6):1425-1432

Lestari, Dewi., dkk. 2017. Kajian Pemanfaatan Tanaman Sebagai Obat Tradisional di
Desa Tolai Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Inovasi
Pendidikan Biologi, 5(2):92-108

21
Listari, Monica Descika. 2019. Implementasi LKPD Berdasarkan Eksplorasi
Tanaman Obat Suku Pekal di SMA 8 Kota Bengkulu. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Biologi. 3(1): 49-58

Permasih. 2012. Konsep Dasar Sumber Belajar.


http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDI
KAN/195601291981012-PERMASIH/ Konsep Dasar Sumber Belajar.pdf

Prasetyono, D. S. 2012. Daftar Tanaman Obat Ampuh Di Sekitar Kita. Yogyakarta:


Diva Press

Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
Diva Press

Pratiwi, D.A. dkk. 2013. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga

Pujianto, Sri. 2016. Menjelajah Dunia Biologi. Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri

Sadiman, Arif S., dkk. 2011. Media Pendidikann. Jakarta: Rajawali Press

Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan Edisi


Ketiga. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabet

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktik. Jakarta:


Bumi Aksara

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya

22
Sulaksana, J., Santoso. 2004. Tempuyung Budidaya dan Pemanfaatan Untuk Obat.
Jakarta: Penebar Swadaya

Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta:


Universitas Gadjah Mada

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka

Trisna, Tiara Nindia. 2015. Pengembangan LKS Berdasarkan Inventarisasi


Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Talang Jawi II Kec.
Padang Guci Hilir Kab. Kaur dan Implementasinya Pada Pembelajaran Biologi
di SMAN 4 Kaur. Skripsi. Bengkulu: Pendidikan Biologi UNIB

23

Anda mungkin juga menyukai