Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan buku ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan
dari disusunnya buku ini adalah supaya para mahasiswa dapat
mengetahui bagaimana etika dalam penggunaan media pembelajaran
dengan pemanfaatan hewan dan tumbuhan.
Buku yang tersusun sekian lama ini tentu masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diperlukan agar buku ini bisa lebih baik nantinya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
PRAKATA.......................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................... ii
BAB I
Etika Pembelajaran.............................................................. 1
BAB II
Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Media Sederhana Dalam
Pembelajaran....................................................................... 4
BAB III
Etika Pemilihan Sampel Hewan Untuk Pembelajaran........... 11
BAB IV
Etika Penggunaan Dan Perlakuan Hewan Dalam Proses
Pembelajaran....................................................................... 24
BAB V
Pengawetan Hewan Dan Tumbuhan.................................... 43
BAB VI
Etika Penanganan Sisa Tumbuhan....................................... 50
BAB VII
Etika Penanganan Limbah Hewan Sisa Kegiatan
Pembelajaran....................................................................... 61
BAB VIII
Etika Penanganan Limbah Tumbuhan Sisa Kegiatan
Pembelajaran....................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA......................................................... 83
ii
BAB I
ETIKA PEMBELAJARAN
Perkembangan ilmu pengetahuan antara lain biologi, telah
menimbulkan dilema-dilema serius dan mendalam, yang menantang
sistem nilai kita maupun kebudayaan yang didasarkan atas nilai-nilai
tersebut (Shannon, 1995). Bagi para ilmuan dan pendidik, tumbuhan
hidup juga bisa bermanfaat dalam menjelaskan berbagai peristiwa
alam. Tumbuhan hidup sangat bermanfaat apabila digunakan untuk
menjelaskan fenomena dalam dan berbagai akibat yang ditimbulkan
oleh berbagai ulah manusia. Di sekolah, tumbuhan hidup dapat
membantu guru dalam menjelaskan berbagai materi pelajaran kepada
siswa. Tumbuhan hidup yang kita manfaatkan tidak hanya dapat
digunakan untuk menjelaskan tumbuhan itu sendiri tetapi juga
menjelaskan berbagai proses dan akibat yang ditimbulkan oleh proses
kehidupan lainnya.
Begitu banyaknya kegunaan tumbuhan hidup bagi guru dan
siswa menyebabkan tumbuhan hidup bisa dijadikan suatu media
sederhana untuk menjelaskan berbagai fenomena alam, konsep, dan
materi pelajaran yang sukar dijelaskan jika hanya diberikan
deskripsinya di depan kelas. Dalam era desentralisasi pendidikan,
seluruh bagian seperti sekolah, masyarakat, orang tua, guru, dan
sebagai pihak lain yang menjadi penentu keberhasilan pendidikan
harus dilibatkan. Mereka secara integratif diharapkan mampu
mengoptimalkan potensi dan sumber belajar yang ada di sekitarnya
bagi kepentingan anak didik, mengembangkan kebebasan
bereksplorasi dan menyelaraskan apa yang berikan kepada anak didik
dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di daerahnya,
1
menumbuhkembangkan minat dan perhatian anak didik sesuai
dengan kondisi yang ada di sekitarnya, memperkenalkan dan
menanamkan sedini mungkin kehidupan sosial budaya serta nilai-
nilai yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.
Sejalan dengan alasan tersebut, maka pemanfaatan tumbuhan
menjadi media pengajaran sebaiknya mempertimbangkan hal-hal
berikut:
a. Jenis tumbuhan yang digunakan hendaknya tumbuhan yang
banyak terdapat di sekitar anak didik dan sudah dikenal oleh
mereka.
b. Tumbuhan yang dipilih bisa menghasilkan suatu nilai ekonomis
bagi daerah anak didik.
c. Anak didik diberi kebebasan sesuai dengan kemampuan, minat,
sikap, dan perhatian mereka terhadap tumbuhan.
d. Jika guru menemukan kesulitan dalam memilih tumbuhan yang
bisa dijadikan media maka ia bisa bekerja sama dengan dinas
pertanian dan perkebunan setempat.
e. Pemilihan tumbuhan sebagai hadiah perlu mempertimbangkan
harga tumbuhan tersebut jika ternyata harganya relatif mahal
sebaiknya kita tetap berpegang kepada prinsip sederhana dan
murah.
f. Media tumbuhan yang akan dimanfaatkan sebaiknya sesuai
dengan perkembangan pendidikan dan ketersediaannya di sekitar
lingkungan sekolah atau rumah.
g. Alat pendukung penggunaan tumbuhan harus sesuai dengan
kemampuan sekolah dan dapat disiapkan sendiri oleh guru yang
bersangkutan.
2
h. Penggunaan tumbuhan tidak bertentangan dengan undang-
undang pemerintah pusat dan daerah yang berlaku.
3
BAB II
PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI MEDIA
SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN
4
2. Pemanfaatan Tumbuhan Untuk Menjelaskan Struktur
Tumbuhan.
Tumbuhan merupakan salah satu penopang hidup manusia yag
sangat penting. Disamping itu, tumbuhan juga memiliki peranan yang
sangat penting untuk perkembangan makhluk hidup. Setiap
tumbuhan memiliki akar, batang dan daun. Masing-masing memiliki
fungsi utama dalam pertumbuhan sebuah tumbuhan.
Ilmu tumbuhan telah mengalami kemajuan yang demikian
pesat, hingga bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya
merupakan cabang-cabang ilmu tumbuhan saja, sekarang telah
menjadi ilmu yang berkembang sendiri-sendiri.
Proses pembelajaran akan berjalan dengan mudah jika
menghadirkan media pembelajaran. Media pembelajaran dalam
fungsinya mampu mengkonkretkan sesuatu yang abstrak. Sehingga
melalui penggunaan media pembelajaran, pendidik mampu
meningkatkan pemahaman peserta didik demi tercapainya hasil
belajar yang optimal. Salah satu media pembelajaran yang tepat
dikembang pada struktur tumbuhan bias dengan melihat objek
langsung tumbuhan bias juga dengan awetan.
5
Masalah lain dari lingkungan hidup adalah semakin sedikitnya
alam bebas dan keanekaragaman biologis. Ancaman terbesar bagi
spesies di alam bebas adalah penebangan hutan, fragmentasi dan
degradasi kualitas habitat.
Beberapa contoh tersebut di atas hanyalah sekedar memberikan
gambaran bahwa kegiatan manusia saat ini banyak menghasilkan
polusi dan gas beracun yang mengancam kehidupan mereka sendiri.
Kewajiban para guru kepada anak didik adalah bagaimana
menjelaskan tentang polusi, proses terjadinya polusi dan mencegah
terjadinya dengan cara sederhana dan mudah dimengerti anak didik.
Salah satu cara mudah dan efektif adalah dengan memanfaatkan
tumbuhan.
Karena tumbuhan adalah benda nyata yang ada di sekitar kita
yang bisa menjelaskan berbagai peristiwa, baik sebab maupun akibat,
dari perilaku kita sebagai makhluk hidup. Tumbuhan tidak hanya bisa
menjelaskan problematic polusi tetapi juga banyak kasus yang terjadi.
Bahkan guru dan anak didik bisa bersama-sama melakukan berbagai
percobaan yang mampu menjelaskan berbagai fenomena kehidupan.
6
1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi siswa
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan menguasai
tujuan pengajaran lebih baik.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain
seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-
lain.
Alasan kedua, mengapa penggunaan media pengajaran dapat
mempertinggi proses dan hasil pengajaran adalah berkenaan dengan
taraf berpikir siswa. Tarap berpikir manusia mengikuti tahap
perkembangan dimulai dari berpikir konkrit menuju ke berpikir
abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks.
Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan
berpikir tersebut sebab melalui media pengajaran hal-hal yang abstrak
dapat dikonkritkan, dan hal-hal yang kompleks dapat
disederhanakan.
7
sesuatu yang dianggap berharga yang terdapat dalam IPA dan
menjadi tujuan yang akan dicapai.
Nilai-nilai dimaksud bukanlah nilai-nilai nonkebendaan. Nilai-
nilai nonkebendaan yang terkandung dalam IPA salah satunya
adalah Nilai Kependidikan.
Dengan makin berkembangnya IPA dan teknologi serta
diterapkannya psikologi belajar pada pelajaran IPA, maka IPA diakui
bukan hanya sebagai suatu pelajaran melainkan juga sebagai suatu
alat pendidikan. Artinya, pelajaran IPA dan pelajaran lainnya
merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Nilai-nilai
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis
menurut metode ilmiah.
2. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,
dan mempergunakan peralatan untuk memecahkan masalah.
3. Memiliki sifat ilmiah yang digunakan dalam memecahkan
masalah.
Dengan demikian, jelaslah bahwa IPA memiliki nilai-nilai
pendidikan karena dapat menjadi alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan
pendidikan secara umum sebagaimana termaktub dalam taksonomi
Bloom bahwa: diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif),
yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan
yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep
yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara
garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami
dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta
keteraturannya. Di samping hal itu, pembelajaran IPA diharapkan
8
pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap
ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi.
Rasulullah dalam hadits riwayat Bukhari bersabda:“ Tidaklah
seorang muslim yang menanam suatu tanaman, lalu dimakan oleh
burung, manusia ataupun binatang, kecuali hal itu (dinilai
sebagai)sedekah baginya”. Nabi SAW juga bersabda “ Jikalau kamu
dipastikan mati esok pagi, sementara di tanganmu terdapat benih
korma, maka tanamlah !” Bahkan ketika Rasulullah SAW
mengumpulkan pasukan jihad, beliau senantiasa berpesan “…jangan
kalian bunuh perempuan, anak-anak, laki-laki yang renta, jangan
kalian rusak tempat-tempat ibadah, dan jangan kalian tebang pohon-
pohon”. Dalam kondisi darurat perang saja dilarang menebang
pohon, justru dalam keadaan damai, puluhan juta hektar hutan luluh
lantak.
9
KESIMPULAN
10
BAB III
ETIKA PEMILIHAN SAMPEL HEWAN UNTUK
PEMBELAJARAN
Kesejahteraan Hewan
11
adalah hewan liar dalam kurungan (Lembaga konservasi,
entertainment, laboratorium), hewan ternak dan hewan potong
(ternak besar/kecil), hewan kerja dan hewan kesayangan.
Kepedulian untuk kesejahteraan hewan sering didasarkan pada
keyakinan bahwa binatang yang hidup dan pertimbangan
kesejahteraan atau penderitaan yang harus diberikan kepada mereka,
terutama ketika mereka berada di bawah perawatan dari manusia.
Keprihatinan ini dapat mencakup bagaimana hewan disembelih
sebagai sumber makanan, bagaimana mereka digunakan dalam
penelitian ilmiah, bagaimana mereka dipelihara (sebagai hewan
peliharaan, di kebun binatang, peternakan, sirkus, dll), dan
bagaimana aktivitas manusia mempengaruhi kesejahteraan dan
kelangsungan hidup spesies liar. Berdasarkan catatan sejarah,
kesejahteraan hewan telah mendapatkan perhatian dari beberapa
peradaban kuno tetapi mulai mengambil tempat yang lebih besar
dalam kebijakan publik Barat pada abad ke-19 Inggris. Pada abad ke-
21, itu adalah fokus yang signifikan kepentingan dalam organisasi
ilmu pengetahuan, etika, dan kesejahteraan hewan itu sendiri.
Definisi Penelitian
12
demikian, kegiatan penelitian harus tetap menghormati hak dan
martabat subjek penelitian.
Arti luas: Dapat meliputi semut sampai gajah, selagi hewan itu
dipiara secara khusus di laboratorium. Sedangkan secara sempit yang
tercakup dalam HL adalah mencit, tikus, marmot, kelinci, kucing,
anjing, tikus; tikus digantikan dengan unggas, unggas digantikan
dengan ikan, dan seterusnya.
13
peneliti harus bekerja berdasarkan protokol yang sesuai dengan
standar etik yang berlaku. Pedoman etik penelitian kesehatan secara
umum terangkum dalam Deklarasi Helsinki yang diterbitkan oleh
World Medical Association. Perhatian mengenai penggunaan hewan
coba juga tertulis di Deklarasi Helsinki butir 11 dan butir 12. Maka
dari itu kita sebagai manusia walaupun bisa memanfaatkan hewan
untuk percobaan dalam laboratorium tetap harus memiliki etika-etika
dalam memperlakukan hewan coba tersebut. Jangan hanya berpikiran
bahwa mereka adalah hewan biasa yang tak memiliki perasaan, sama
hal nya dengan manusia hewan pun dapat merasakan rasa sakit,
ketidaknyamanan dalam dirinya. Maka dari itu kita sebagai manusia,
insan yang paling sempurna yang diberikan kelebihan untuk berpikir
oleh Allah dilarang untuk menyiksa hewan-hewan tersebut. Allah pun
memerintahkan kepada hambanya untuk mengasihi satu sama lain,
dan terhadap makhluk-makhluk ciptaan Allah.
14
Rustiawan A, menguraikan beberapa alasan mengapahewan
percobaan tetap diperlukan dalam penelitian khususnya di bidang
kesehatan, pangan dan gizi antara lain:
(1) Keragaman dari subjek penelitian dapat diminimalisasi,
(2) Variabel penelitian lebih mudah dikontrol,
15
Freedom. Selain itu juga terdapat pedoman untuk menggunakan
hewan laboratorium, yakni 3R dari Russel & Burch:
a. Replacement
b. Reduction
Reduction berarti menurunkan jumlah hewan coba yang
digunakan tanpa mengurangi informasi yang berguna. Hal ini
mungkin dicapai dengan mengurangi jumlah variabel melalui desain
eksperimental yang baik, menggunakan statistik yang tepat,
menggunakan genetik hewan yang homogen, dan memastikan bahwa
kondisi eksperimen terkontrol dengan baik.
16
c. Refinement
Prinsip ketiga Refinement (memperhalus) ialah upaya melakukan
modifikasi di dalam manajemen pemeliharaan atau prosedur
tindakan penelitian sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan hewan atau mengurangi/menghilangkan rasa sakit dan
stress pada hewan coba.
1. Freedom from hungry and thirsty : Bebaskan hewan dari rasa lapar
dan haus, dengan memberikan makanan dan minuman yang
memadai baik dari segi jumlah maupun komposisi nutrisinya.
2. Freedom from discomfort : Bebaskan hewan dari rasa
ketidaknyamanan, dengan menyediakan lingkungan yang bersih
dan sesuai habitat asalnya.
3. Freedom from pain, injury and disease : Bebaskan hewan dari nyeri,
luka dan penyakit, dengan menjalankan program kesehatan,
mulai dari pencegahan hingga pengobatan. Gunakanlah
prosedur yang paling kecil menghasilkan rasa nyeri pada hewan
coba. Bila perlu juga dapat dilakukan anesthesia (mengakhiri
17
hewan coba untuk meminimalisasi rasa sakit) saat penelitian
sudah usai.
4. Freedom from fear and distress : Bebaskan hewan dari rasa takut
dan stress berkepanjangan, dengan memberikan masa adaptasi
lingkungan baru serta menggunakan tenaga yang kompeten dan
berpengalaman.
5. Freedom to express natural behavior : Dan yang terakhir adalah
bebaskan hewan untuk mengekspresikan tingkah laku alaminya,
dengan memberikan sarana kontak sosial (bagi spesies yang suka
bersosialisasi) ataupun kebebasannya untuk bermain dan berlari.
18
Hukum Membunuh Hewan Untuk Percobaan
ُ ن ُجنَاحٌ ْالغُ َرابٌُ َو ْالحِ دَأ ٌَة ُ َو ْالعَ ْق َربٌُ َو ْالفَأ ْ َر ٌة
ٌَّ علَى ا ْل ُمحْ ِر ٌِم فِي قَتْ ِل ِه ٌَ اب لَي
َ ْس ٌْ َِخ ْمسٌ م
ٌِ ن الد ََّو
ْ
ٌُ َُوالكَلبٌُ العَق
ور ْ ْ
Haram, pada hewan selain di atas dengan tanpa ada tujuan syar’i.
Boleh, pada semua jenis hewan jika ada tujuan syar’i seperti
kedokteran atau anatomi dan lain-lain.
Referensi :
19
mengakibatkan pembunuhan yang disengaja terhadap sejumlah besar
hewan yang tidak dihormati agama?
Dasar pengambilan :
20
atau tidak? Imam ar Romli membolehkan karena mengikuti Imam al
Ghozali karena penyobekan itu sesuatu hajat. Ibn Hajar tidak membolehkan
karena mengikuti Imam al Haramain, karena dalam penyobekan itu terdapat
penyiksaan.
.اء
ِ ض َ األ ْع َون َْق ِْ ِل ال ُجث َّ ِة تَ ِِ ِْ ْش ِر ْي ُح
"ت َك َكس ِْر ِه َحيًّا ْ ع
ِ ظ ِم ال َم ِي َ " َكس ُْر:ِع َمالً ِب َح ِد ْيث َ َُي َرى ال َما ِل ِكيَّةُ َوال َحنَا ِبلَة
َالولَد
َ ألن َهذَا َّ ام ِل ِإل ْخ َراجِ ال َجنِي ِْن ِم ْنهُ؛
ِ ط ِن ال َم ْيت َ ِه ال َح ْ َوز ش َُّق ب ُ أنَّهُ الَيَ ُج
َهتْكُ ُح ْر َم ٍة ُمتَيَ ِقنَ ٍة ُِ فَالَ يَ ُجوز، َوالَ يَتَ َحقَّ ُق أنَّهُ يَحْ يَا،ًالَ يَ ِع ْي ُش َعادَة
ٍ أل َ ْم ٍر َم ْو ُه
.وم
ت
ِ ط ِن ال َم ِي ْ َ َوش ََّق ب,ط ِن ال َم ْيت َ ِة ِإل ْخ َراجِ َولَ ِدهَا ْ َالشَِ فِ ِعيَّةُ ش ََّق ب
َّ ََوأ َ َجاز
ت ِفى ِ ط ِن ال َم ِيْ شا ِف ِعيَّ ِة ش ََّق َبَّ َك َما أ َجازَ ال َحنَ ِفيَّةُ َكال.ُِإل ْخ َراجِ َما ٍل ِم ْنه
ُع ْنه
َ ض َم ْن ْ َ إذَا لَ ْم ت َ ُك ْن تِ ْر َكةٌ يَ ْدفَ ُع ِم ْن َها َولَ ْم ي,ِغي ِْره
َ َحا ِل ا ْبتِالَ ِع ِه َما َل
.ٌأ َ َحد
21
Madzhab Syafii memperbolehkan menyobek perut bangkai untuk
mengeluarkan anaknya, dan menyobek perut mayat untuk mengeluarkan
harta dari perut tersebut Sebagaimana Madzhab Hanafi membolehkan
menyobek perut mayat pada waktu menelan harta orang lain, jika dia tidak
punya harta peninggalan yang dapat dipergunakan untuk menggantinya,
dan tidak ada seseorang yang menjamin untuk mengganti harta yang ditela
tersebut.
22
KESIMPULAN
23
BAB IV
ETIKA PENGGUNAAN DAN PERLAKUAN HEWAN
DALAM PROSES PEMBELAJARAN
24
c. Justice, bersikap adil dalam memanfaatkan hewan percobaan.
Contoh sikap yang tidak adil, antara lain: hewan
disuntik/dibedah berulang untuk menghemat jumlah hewan,
memakai obat euthanasia yang menimbulkan rasa nyeri karena
harga yang lebih murah.
25
penelitian, semakin banyak jumlah hewan yang diperlukan,
serta sebaliknya.
26
pemaparan terhadap agen berbahaya, menghindari terjadinya
gigitan, urin dan agen alergi lainnya (Suckow et al., 2006). Jika
praktikan terkena gigitan dari hewan tersebut, maka harus cepat-
cepat di bersihkan dengan sabun dan bila perlu langsung di beri
alkohol pada bagian yang terluka. Hal ini karena alkohol dapat
menghentikan proses pendarahan yang berlangsung.
Cara memegang tikus sebagai berikut:
• Tikus diangkat dengan memegang ekornya dari belakang
kemudian diletakkan di atas permukaan kasar.
• Tangan kiri perlahan-lahan diluncurkan dari belakang
tubuhnya menuju kepala.
• Ibu jari dan telunjuk diselipkan ke depan dan kaki kanan
depan dijepit di antara kedua jari tersebut.
2. Mencit
• Ujung ekor mencit diangkat dengan tangan kanan, diletakkan
pada suatu tempat yang permukaannya tidak licin (misal ram
kawat pada penutup kandang), sehingga ketika ditarik,
mencit akan mencengkram.
• Kulit tengkuk dijepit dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri,
ekornya tetap dipegang dengan tangan kanan.
• Posisi tubuh mencit dibalikkan, sehingga permukaan perut
menghadap kita dan ekor dijepitkan antara jari manis dan
kelingking tangan kiri.
27
3. Kelinci
Kelinci harus diperlakukan dengan halus, tetapi sigap, karena
kadang-kadang memberontak. Kelinci diperlakukan dengan cara
memegang kulit lehernya dengan tangan kiri, kemudian
pantatnya diangkat dengan tangan kanan dan didekapkan ke
dekat tubuh.
2. Mencit
Oral : Cairan obat diberikan dengan
mengginakan sonde oral. Sonde oral
ditempelkan pada langit-langit mulut atas
mencit, kemudian perlahan-lahan
dimasukkan sampai ke esofagus dan
cairan obat dimasukkan.
28
Sub kutan : Kulit di daerah tengkuk diangkat dan ke
bagian bawah kulit dimasukkan obat
dengan menggunakan alat suntik 1 ml.
Intra vena : Mencit dimasukkan ke dalam kandang
restriksi mencit, dengan ekornya menjulur
keluar. Ekornya dicelupkan ke dalam air
hangat agar pembuluh vena ekor
mengalami dilatasi, sehingga
memudahkan pemberian obat ke dalam
pembuluh vena. Pemberian obat
dilakukan dengan menggunakan jarum
suntik no. 24.
Intramuskular : Obat disuntikkan pada paha posterior
dengan jarum suntik no. 24.
Intra : Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih
peritonial rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan
dengan sudut sekitar 100 dari abdomen
pada daerah yang sedikit menepi dari
garis tengah, agar jarum suntik tidak
mengenai kandung kemih. Penyuntikan
tidak di daerah yang terlalu tingga untuk
menghindari terjadinya penyuntikan pada
hati.
29
3. Kelinci
Oral : Pemberian obat dengan cara oral pada kelinci
dilakukan dengan menggunakan alat penahan
rahang dan pipa lambung.
Sub kutan : Pemberian obat secara sub kutan dilakukan
pada sisi sebelah pinggang atau tengkuk
dengan cara kulit diangkat dan jarum (no. 15)
ditusukkan dengan arah anterior.
Intra : Penyuntikan dilakukan pada vena marginalis
vena di daerah dekat ujung telinga. Sebelum
penyuntikan, telinga dibasahi terlebih dahulu
dengan alkohol atau air hangat
Intra : Pemberian intramuskular dapat dilakukan
muskular pada otot kaki belakang.
Intra : Posisi diatur sedemikian rupa sehingga letak
peritoneal kepala lebih rendah daripada perut.
Penyuntikan dilakukan pada garis tengah di
muka kandung kencing
30
5. Dengan demikian, mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan
siap untuk diberi perlakuan
a. Pemberian Senyawa Bioaktif
b. Pemberian Anestesi
Anestesi merupakan kehilangan kesadaran yang
didapat dengan penggunaan anestesi pada formasi retikular.
Pemilihan agen anestetik dan metode yang digunakan
memperhatikan adminitrasi, tujuan penelitian, akomodasi
personal yang ada, peralatan serta keuangan. Metode
inhalasing sering digunakan karena karakteristiknya yang
cepat onset dan pemulihannya dari anestesia serta relatif
sederhana penggunaan alatnya (Suckow et al., 2006).
31
Pemberian dapat dilakukan dengan menggunakan alkohol
atau eter dengan cara memberikan tisu pada hdung tikus
dengan tujuan agar eter yang sudah ditetesi pada kapas
dapat dihirup oleh tikus. Sehingga tikus bisa kehilangan
kesadarannya.
32
ini untuk kemaslahatan manusia. Bagaimana pandangan Islam dalam
hal ini? Hukum membunuh hewan sebagai berikut :
“Hal ini pada hakikatnya saling berkaitan dua dasar. Dasar yang
pertama bahwasanya semua yang ada di bumi diciptakan untuk kita
(manusia). Allah Ta’ala berfirman, “Dialah yang menciptakan untuk
kalian apa yang ada di bumi seluruhnya”. Maka seluruh yang ada di
muka bumi adalah untuk kemashlahatan kita. Dari sisi ini maka boleh
33
melakukan berbagai percobaan pada hewan walaupun hewan tersebut
merasakan kesakitan, jika dalam hal tersebut terdapat kemashlahatan.
34
menggunakan jasad seorang muslim, karena kehormatan seorang
muslim setelah matinya sama dengan kehormatannya ketika hidup.
Adapun pemotongan/cincang hewan babi untuk tujuan ilmiah, maka
tidak mengapa. Babi adalah najis, maka menyentuhnya harus dengan
menggunakan penghalang (sarung tangan). Jika butuh untuk
menyentuhnya langsung maka tidak mengapa, nanti ia
membersihkan kedua tangannya setelahnya.” Alquran memberi
manusia kekuatan untuk memperlakukan hewan dengan baik, untuk
tidak menyakiti dan merendahkannya. Hewan, bersama dengan
semua ciptaan Allah, dipercaya menyembah Allah, walaupun tidak
dengan cara seperti yang manusia lakukan. Allah berfirman,
ِ ض َو َّل َطائِر يَطِ ير بِ َجنَا َح ْي ِه إِّل أ َمم أَمْ ثَالكم ۖ ما فَر ْطنَا فِي ْال ِكت َا
ب مِ ن ش َْيء ِ َْو َما مِ ن دَابة فِي ْاْلَر
ۖ ثم ِإلَى َر ِب ِه ْم يحْ شَرونَ
Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung
yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan
umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan
di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan (Alquran,
Surah al-An‘ām/6: 38)
35
Beberapa ayat Alquran lainnya juga menyinggung perihal
hewan; tentang bagaimana manusia harus memperlakukan hewan,
kegunaan hewan bagi manusia, perilaku hewan yang patut ditiru
manusia, dan banyak lagi lainnya. Membicarakan hubungan
kesetaraan antara manusia dengan hewan, Muḥammad Fazlur
Rahman Anshari menulis demikian, “Segala yang di muka bumi ini
diciptakan untuk kita, maka sudah menjadi kewajiban alamiah kita
untuk menjaga segala sesuatu dari kerusakan, memanfaatkannya
dengan tetap menjaga martabatnya sebagai ciptaan Tuhan, dan
melestarikannya sebisa mungkin. Dengan demikian kita mensyukuri
nikmat Tuhan dalam bentuk perbuatan nyata.” Islam mengajarkan
pemeluknya untuk menyayangi binatang dan melestarikan
kehidupannya. Islam tidak membenarkan manusia untuk
menyalahgunakan binatang untuk tujuan olahraga maupun sebagai
objek eksperimen sembarangan.
A. Alat Penyembelih
Alat yang digunakan untuk menyembelih hewan harus yang
tajam agar dapat mempercepat proses kematian binatang itu dan
tidak terlalu menderita sewaktu disembelih. Rasulullah Saw.
bersabda:
“Dari Syaddad bin Aus, ia berkata bahwa Rasulullah Saw.
bersabda: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat baik
atas setiap persoalan. Oleh karena itu, apabila kamu membunuh
baguskanlah cara pembunuhannya itu, Jika kamu menyembelih
36
maka baguskanlah cara penyembelihannya, Dan tajamkanlah
pisaunya dan mudahkan kematian hewan sembelihannya itu
(HR. Muslim).
Oleh karena itu, alat yang dipakai sebaiknya terbuat dari besi
atau tembaga, seperti pisau atau golok. Sementara itu, gigi, dan
tulang tidak boleh dipergunakan untuk menyembelih meskipun
tajam atau lancip.
Dari Ka’ab bin Malik Radhiyallahu ‘anhu:
ن ذلِكٌَ َفأ َ َم ٌَر ِبأ َ ْك ِل َها َ ل النَّ ِبيٌ صلى اَللٌَّ عليه وسل
ٌْ ع ٌْ ن ْام َرأَةٌ ذَ َب َح
ُ َ ف،ت شَاةٌ ِب َح َج ٍر
ٌَ س ِئ ٌَّ َ أ.
ٌ َوأ َ َّما ال ِسن،ِن أ َ َّما الظفُ ٌُر فَ ُمدَى ْال َحبَ َشة ٌ َما أ َ ْن َه َرٌ الد ٌََّم َوذُك َِرٌ ا ْس ٌُم
ٌَ َلي،للاِ فَ ُك ْل
ٌَّ ْس الظفُ ٌَر َوال ِس
ْ َفَع.
ٌظم
37
Dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Dua
hal yang aku hafal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda:
َو ِإذَا ذَبَحْ ت ُ ْمٌ فَأَحْ ِسنُوا. َفَإِذَا َقت َْلت ُ ٌْم فَأَحْ ِسنُوا ٌْال ِقتْ َل ٌة. ٌٍَيء
ْ ل ش َ ٌََب اْ ِإلحْ َسان
ٌِ علَىٌ ُك ٌ ٌِإ َّن
ٌَ للاَ َكت
ُفَ ْلي ُِرحٌْ ذَ ِب ْي َحتَ ٌه. ُش ْف َرت َ ٌه
َ َو ْليُحِ دٌَّ أ َ َحدُ ُك ٌْم. ح
ٌَ ال ِذ ْب.
38
B. Alat Untuk Berburu
Berburu dapat dilakukan dengan senjata yang dapat
melukai seperti pedang, pisau atau panah, dan bisa juga
dilakukan dengan binatang pemburu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
39
tidak bila didasarkan pada alasan yang tidak demikian. Terkait
penggunaan hewan sebagai objek eksperimen, fikih memberi
rambu-rambu sebagai berikut.
1. Menjadikan hewan sebagai objek eksperimen yang bersifat
menyakiti, dan tindakan-tindakan lain yang mengakibatkan
kebutaan atau cacat semisalnya pada hewan, hukumnya
haram;
2. Pengujian obat-obatan kepada hewan, sebelum obat itu
dinyatakan aman bagi manusia, hukumnya boleh;
3. Menjadikan hewan sebagai objek eksperimen yang
sembarangan dan tanpa tujuan yang jelas hukumnya haram.
40
KESIMPULAN
41
penyembelihan, dan hendaklah kamu menyenangkan sembelihannya
dan hendaklah ia mempertajam mata pisaunya” (HR. Muslim:1995).
42
BAB V
PENGAWETAN HEWAN DAN TUMBUHAN
Sebuah Opini: Pengawetan Hewan dan Tumbuhan Menurut
Pandangan Pribadi, IPTEK, Hukum Negara, Hukum Agama, dan
Hukum Sosial.
43
sampai alat-alat canggih untuk mempermudah kita melakukan
pengawetan. Contohnya jika kita ingin membuat herbarium, kita
harus menjemur daun dengan menggunakan sinar matahari untuk
melepaskan molekul-molekul air pada daun, cara ini membutuhkan
waktu yang cukup lama, apalagi jika sedang terjadi hujan maka proses
pengeringan pun akan terganggu, namun sekarang kita bisa
menggunakan oven untuk mengeringkan daun, pada suhu 60 0C –
700C. Tetapi pengeringan dengan menggunakan oven ini pun
mempunyai kekurangan yaitu daun menjadi lebih mudah rusak.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan dari teknik-teknik
pengawetan tersebut IPTEK sangat membantu kita khususnya bagi
seorang pelajar maupun peneliti untuk terus mengembangkan
pengetahuannya.
44
Hukum mengawetkan hewan menurut agama islam, secara
umum hewan-hewan yang diawetkan ada dua macam dari segi halal
dan haramnya. Pertama hewan yang haram untuk di konsumsi seperti
anjing, babi, kucing, burung elang dan sebagainya. Hewan-hewan
haram yang mati ini akan menjadi bangkai dan di dalam syariah islam
telah mengharamkan untuk memanfaatkan bangkai, maka dari itu
haram hukumnya mengawetkan hewan-hewan yang haram untuk di
konsumsi.
1. Bangkai ikan
2. Bangkai belalang
3. Bangkai hewan-hewan laut.
45
• Pengawetan Hewan dan Tumbuhan Menurut Hukum Sosial.
Pengawetan hewan maupun tumbuhan sudah banyak diketahui
oleh masyarakat karena pengawetan hewan maupun tumbuhan ini
memang sudah sejak lama dilakukan. Lalu bagaimana hukum sosial
di Indonesia tentang pengawetan hewan dan tumbuhan. Sebagaian
dari kita pasti pernah melihat berbagai pajangan hewan maupun
tumbuhan yang di awetkan di sekolah-sekolah, laboratorium maupun
di rumah-rumah, bahkaan pernah diadakan pameran yang
menampilakan berbagai herbarium yang dibingkai, dan menjadi daya
tarik bagi masyarakat. Di Indonesia banyak sekali komunitas-
komunitas pencinta hewan maupun tumbuhan yang menggalakan
kita untuk tidak memperlakukan hewan dengan semena-mena.
Dalam melakukan pengawetan tentu kita harus menaati peraturan
yang ada di Indonesia, contohnya kita tidak boleh mengambil hewan
yang dilindungi untuk diburu secara illegal hal tersebut melanggar
hukum dan bisa mendapatkan ancama hukuman penjara.Oleh karena
itu sebagai masyarakat kita juga harus peduli terhadap kelestarian
hewan maupun tumbuhan disekitar kita untuk mencegah kepunahan
dari satwa maupun tumbuhan yang ada di Indonesia.
46
rahimahullah) dalam Fatawa al-Lajnah (1/715, 716) dan (13/35-
36). Mereka berfatwa bahwa hal itu tidak tergolong menggambar
sesuatu yang terlarang (yaitu menggambar makhluk hidup), tidak
pula tergolong menandingi ciptaan Allah ‘azza wa jalla, dan tidak
tergolong menyimpan gambar makhluk hidup yang telah dilarang
dalam hadits-hadits yang sahih. Namun, hal itu haram dengan
alasan sebagai berikut.
Membuang harta dengan sia-sia jika hewan itu tergolong hewan
yang halal dimakan. Jika tergolong hewan yang bisa difungsikan
untuk suatu manfaat, hal itu tergolong membinasakan hewan yang
bermanfaat tanpa ada tujuan yang berguna. Biaya
pemeliharaannya tergolong israf (pemborosan) dan mubazir yang
tercela.
47
Akan tetapi, tersisa peninjauan dari segi lain. Apabila termasuk
hewan yang haram dimakan, itu tergolong najis yang tidak boleh
disimpan.
Lebih detail lagi dari rincian ini adalah fatwa beliau rahimahullah
dalam kitab Majmu’ Fatawa wa ar-Rasa’il (12/358—359):
48
membuang harta secara sia-sia terkhusus jika menghabiskan biaya
yang besar.
“Maka dari itu, jika kalian membunuh, bunuhlah dengan cara yang
baik.” (HR. Muslim dari Syaddad bin Aus radhiallahu ‘anhu.)
49
BAB VI
ETIKA PENANGANAN SISA TUMBUHAN
50
perikanan, peternakan, rumah tangga dan industri yang secara
alami mudah terurai oleh aktivitas mikroorganisme. Limbah
organik terdiri atas limbah tumbuhan dan limbah hewan.Limbah
tumbuhan, yaitu limbah yang berasal dari tumbuhan. Misalnya,
kulit buah-buahan, batang sayuran, tangkai cabe dan daun-daun
kering.
51
sosialisasi dengan menumbuhkan kesadaran dari dalam diri
masyarakat sendiri tentang bahaya limbah bagi lingkungan oleh
karena itu masyarakat harus memiliki berbagai penetahuan
tentang limbah. Salah satunya adalah tentang prinsip
pengolahan limbah.
Sebagai bahan pengetahuan, ada beberapa prinsip yang harus
diketahui untuk mengolah sampah. Prinsip-prinsip ini dikenal
dengan nama 4R, yaitu:
• Mengurangi (reduce) Mengurangi penggunaan barang atau
material dalam kegiatan sehari-hari sampai seminimal mungkin
agat tidak menghasilkan barang sisa atau menimbulkan limbah
organik dan limbah non organik. Apabila semaik besar jumlah
kita menggunakan material maka akan semakin besar juga
jumlah banyak limbah yang ditimbulkan.
• Menggunakan kembali (reuse) Kita harus pandai memanfaatkan
barang-barang yang mungkin masih dapat digunakan kembali,
atau juga memanfaatkan limbah organik dan limbah nonorganic
menjadi barang yang bernilai ekonomis tinggi. Dengan cara ini
dapat mengurangi tumpukan limbah, terutama limbah
anorganik yang sulit terutai. Jangan menggunakan barang yang
memiliki kemasan penggunaannya hanya sekali saja, setelah itu
dibuang (bahasa Inggris: disposable).
• Mendaur ulang (recycle) Menggunakan barang-barang disekitar
kita untuk dimanfaatkan kembali atau biasa disebut dengan
didaur ulang lagi. Namun, tidak semua jenis material dapat
dimanfaatkan kembali, tetapi pada masa sekarang ini sudah
banyak industri tidak resmi (dan industri rumah tangga yang
52
menggunakan limbah menjadi barang yang bermanfaat. Dan
apabila diperjual belikan maka nilai jualnya akan lebih tinggi.
• Mengganti (replace) Meneliti barang yang kita konsumsi dalam
kehidupan sehari-hari dengan barang-barang yang awet dan
tahan lama pemakaiannya. Gunakan produk yang memiliki
kemasan dapat didaur ulang kembali atau mudah mengalami
pelapukan atau dekomposisi.
Untuk menanggulangi permasalahan limbah secara efektif
dan efisien perlu dilakukan alternatif pengelolaan. Misalnya
dengan Landfill, merupakan pilihan tepat dan sangat sesuai,
karena landfill tidak menimbulkan masalah lingkungan dan
tidak berkelanjutan. Malahan alternatife pengolahan limbah
tumbuhan tersebut harus bisa mengatasi semua permasalahan
tentang pembuangan limbah organik dan anorganik dengan cara
memanfaatkan kembali semua jenis limbah yang dibuang
kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam, agar mengurangi
penggunaan sumberdaya alam. Untuk dapat tercapai alternatife
pilian tersebut, terdapat ada tiga perkiraan dalam pengelolaan
limbah yang harus dirubah dengan 3 prinsip–prinsip baru.
Daripada pilihan-pilihan bahwa masyarakat akan menghasilkan
volume limbah yang terus meningkat, pengurangan jumlah
volume limbah harus dijadikan sebagai prioritas utama. Dalam
praktik membuang limbah harus dilakukan pemilahan, sehingga
tiap bagian material limbah dapat dimanfaatkan atau didaur-
ulang secara optimal, daripada dibuang langsung pada sistem
pembuangan limbah atau Tempat pembuangan akhir sampah,
dibuang langsung dan setercampur seperti yang ada saat ini.
Pembuangan limbah yang tercampur merusak dan mengurangi
53
nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi.
Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/ mencemari
bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun
dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya. Harus
mendapat perhatian, bahwa peningkatan alur limbah yang
berasal dari barang-barang jenis plastik dan produk-produk yang
tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu direncanakan
kembali agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan
penghapusan penggunaan. Program-program limbah desa dan
dikota harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat
agar berhasil, dan tidak mungkin program pembungan limbah
dibuat sama dengan didesa satu dan dikota lainnya. Sebagai
contoh bahwa program-program limbah pada negara-negara
berkembang seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola
program pembuangan limbah yang telah berhasil dilakukan di
negara-negara maju, karena beberapa hal yang berbeda, seperti
perbedaan kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum dan budaya.
Khususnya pada bagian informal (tukang limbah atau
pemulung) merupakan suatu bagian penting dalam sistem
penanggulangan limbah yang ada saat ini, dan peningkatan
kinerja mereka harus menjadi bagian penting dalam sistem
penanggulangan limbah di negara berkembang. Program-
program pembuangan limbah pada negara Utara atau di negara
Selatan, menggunakan sebuah sistem untuk penanganan limbah
organik merupakan bagian-bagian terpenting dari suatu sistem
penanganan limbah pedesaan dan perkotaa. Pengolahan limbah
tumbuhan atau pengolahan limbah organik dijadikan kompos,
vermi-kompos (pengomposan yang dilakukan dengan bantuan
54
hewan cacing) atau dapat dirubah menjadi bahan konsumsi
makanan hewan ternak untuk mengembalikan nutirisi-nutrisi
yang ada ke tanah. Hal ini harus dilaksanakan untuk menjamin
bahwa material-material yang masih bisa didaur kembali tidak
terkontaminasi, hal ini merupakan kunci ekonomis dari suatu
alternatif pengolahan limbah tumbuhan atau atau pengolahan
limbah. Dengan melakukan pengolahan limbah maka akan
menciptakan peluang kerja yang lebih banyak dengan jumlah
kapasitas per ton limbah apabila dibandingkan dengan kegiatan
lain, dan menghasilkan suatu aliran material yang dapat
mensuplai industri.
Melalui proses pelapukan terjadi proses daur ulang
unsur hara secara alami. Unsur hara yang terdapat dalam
material atau limbah organik yang telah mati, dengan bantuan
mahluk mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan
terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan
manusia maka produk akhirnya adalah pupuk kompos. Setiap
bahan organik, bahan-bahan hayati yang telah mati, akan
mengalami proses pelapukan atau pelapukan. Daun-daun yang
gugur ke tanah, batang atau ranting yang patah, bangkai hewan,
kotoran hewan, sisa makanan, dan lain sebagainya, semuanya
akan mengalami proses pelapukan kemudian hancur menjadi
seperti tanah berwarna coklat-kehitaman. Wujudnya semula
tidak dikenal lagi. Melalui proses pelapukan terjadi proses daur
ulang unsur hara secara alamiah. Hara yang terkandung dalam
bahan atau benda-benda organik yang telah mati, dengan
bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan
terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan
55
manusia maka produk akhirnya adalah pupuk kompos.
Pengolahan Limbah Tumbuhan Pengolahan tumbuhan dan
material menjadi pupuk kompos diartikan sebagai proses
biokimia yang melibatkan jasad renik sebagai agensia (perantara)
yang merubah bahan organik menjadi bahan yang mirip dengan
humus. Hasil perubahan dari proses tersebut disebut kompos.
Hasil kompos biasanya dimanfaatkan sebagai penyubur
tanaman dan pembenah tanah. Proses dari kompos dan
pengomposan sudah ada sejak jaman dahulu dan Ratusan tahun
yang lalu. Berbagai sumber informasi mengenai catatan, bahwa
penggunaan kompos sebagai penyubur tanah atau penyubur
tanaman telah dimulai sejak 1000 tahun sebelum Nabi Musa.
Terdapat catatan juga bahwa pada zaman Kerajaan Babylonia
dan kekaisaran China, hasil kompos dan teknologi pembuatan
kompos sudah berkembang cukup pesat. Memang sudah
menjadi sifat dari manusia bahwa perkembangan teknologi dan
industri telah menciptakan sifat bergantung pada sektor
pertanian terhadap pupuk buatan pabrik sehingga membuat
orang melupakan pupuk kompos atau pupuk berbahan organik
melalui pengelolaan limbah tumbuhan dan material lain.
Padahal kompos memiliki kelebihan-kelebihan dibandungkan
pupuk buatan yang tidak dapat digantikan oleh pupuk kimiawi.
Diantaranya kelebihan pupuk berasal dari limbah organik
dibandingkan pupuk buatan yaitu : Pupuk organik atau pupuk
kompos dapat mengurangi kepekatan dan kepadatan tanah
sehingga memudahkan perkembangan akar dan kemampuannya
dalam penyerapan hara. Pupuk kompos atau pupuk organik
dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air
56
sehingga tanah dapat menyimpan air lebih ama dan mencegah
terjadinya kekeringan pada tanah. Pupuk kompos atau pupuk
organik dapat menahan erosi tanah sehingga mengurangi
pencucian hara. Pupuk kompos atau pupuk organik
menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jasad
penghuni tanah seperti cacing dan mikroba tanah yang sangat
berguna bagi kesuburan tanah.
57
KESIMPULAN
58
maka akan semakin besar juga jumlah banyak limbah yang
ditimbulkan.
• Menggunakan kembali (reuse) Kita harus pandai
memanfaatkan barang-barang yang mungkin masih dapat
digunakan kembali, atau juga memanfaatkan limbah organik
dan limbah nonorganic menjadi barang yang bernilai
ekonomis tinggi. Dengan cara ini dapat mengurangi
tumpukan limbah, terutama limbah anorganik yang sulit
terutai. Jangan menggunakan barang yang memiliki kemasan
penggunaannya hanya sekali saja, setelah itu dibuang (bahasa
Inggris: disposable).
• Mendaur ulang (recycle) Menggunakan barang-barang
disekitar kita untuk dimanfaatkan kembali atau biasa disebut
dengan didaur ulang lagi. Namun, tidak semua jenis material
dapat dimanfaatkan kembali, tetapi pada masa sekarang ini
sudah banyak industri tidak resmi (dan industri rumah tangga
yang menggunakan limbah menjadi barang yang bermanfaat.
Dan apabila diperjual belikan maka nilai jualnya akan lebih
tinggi.
• Mengganti (replace) Meneliti barang yang kita konsumsi
dalam kehidupan sehari-hari dengan barang-barang yang awet
dan tahan lama pemakaiannya. Gunakan produk yang
memiliki kemasan dapat didaur ulang kembali atau mudah
mengalami pelapukan atau dekomposisi.
59
Melalui proses pelapukan terjadi proses daur ulang unsur
hara secara alami. Unsur hara yang terdapat dalam material atau
limbah organik yang telah mati, dengan bantuan mahluk mikroba
(jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan terurai menjadi hara
yang lebih sederhana dengan bantuan manusia maka produk akhirnya
adalah pupuk kompos.
60
BAB VII
ETIKA PENANGANAN LIMBAH HEWAN SISA
KEGIATAN PEMBELAJARAN
61
dari pada ilmuwan pemakai hewan percobaan,sedangkan kelompok
kontra ialah orang-orang yang penyayang binatang.(1:1)
Pemanfaatan hewan percobaan menurut pengertian secara umum
ialah untuk penelitian yang mendasarkan pada pengamatan aktivitas
biologik.
Limbah atau sampah bisa diartikan sebagai kotoran hasil
pengolahan pabrik ataupun manusia yang mengandung zat kimia
berupa sampah dan dapat menimbulkan polusi serta menganggu
kesehatan. Pada umumnya sebagian besar orang mengatakan bahwa
limbah adalah sampah yang sama sekali tidak berguna dan harus
dibuang, namun jika pembuangan dilakukan secara terus-menerus
maka akan menimbulkan penumpukan sampah. Limbah bukanlah
suatu hal yang harus dibuang tanpa guna, karena dengan pengolahan
dan pemanfaatan secara baik limbah akan menjadi barang yang lebih
berguna dari sebelumya.
Limbah akan menjadi suatu yang sangat berguna dan
memiliki nilai jual tinggi kala limbah diolah secara baik dan benar.
Limbah yang tidak diolah akan menyebabkan berbagai polusi baik
polusi udara, polusi air, polusi tanah dan juga polusi lain yang akan
menjadi sarang penyakit. Pada lingkungan tempat pembuangan
sampah bisa dipastikan udara sekitar tidak sehat dengan bau yang tak
sedap dari limbah, sumber air sekitar lingkungan akan tercemar
dengan resapan limbah dan tanah yang ada di lingkungan ini akan
terkontaminasi dengan zat kimia limbah sehingga tanah akan tandus.
Menurut Recycling and Waste Management
Act limbah didefinisikan sebagai benda bergerak yang diinginkan
oleh pemiliknya untuk dibuang atau pembuangannya dengan cara
yang sesuai, yang aman untuk kesejahteraan umum dan untuk
62
melindungi lingkungan. Limbah laboratorium adalah limbah yang
berasal dari kegiatan laboratorium
Sumber limbah laboratorium dapat berasal diantaranya dari :
1. Bahan baku yang telah kadaluarsa
2. Bahan habis pakai (misal medium biakan/ perbenihan yang tidak
terpakai)
3. Produk proses di laboratorium (misal sisa spesimen)
4. Produk upaya penanganan limbah (misal jarum suntik sekali
pakai)
Pengelolaan Limbah Hewan
1. Pemanfaatan Sisik Ikan
1.1. Sebagai Bahan Kerajinan Tangan Bros Unik
Memang lazimnya, sisik ikan biasanya hanya
dibuang. Namun, di tangan orang yang kreatif bisa
dimanfaatkan menjadi kerajinan dari sisik ikan yang sangat
indah dan bernilai ekonomi tinggi. Limbah sisik ikan bisa
dijadikan sebagai bahan utama membuat berbagai kerajinan
tangan seperti: anting-anting, cincin, kalung, bros, dan gelang.
Hasilnya lebih terlihat unik, artistik, dan menarik. Namun
dapat pula dikembangkan menjadi bentuk-bentuk penghias
kartu atau wadah serbaguna juga miniatur hewan.
Cara pengolahan kerajinan dari sisik ikan ini pun
terbilang cukup mudah, Berikut ini adalah cara mengolah
sisik-sisik ikan agar dapat dipakai menjadi bahan baku
produk kerajinan.
Cucilah sisik-sisik ikan untuk mengilangkan lendir,
kemudian direndam selama 2 jam dengan air detergen dan
63
bilaslah dengan air bersih selama 3 kali hingga benar-benar
bersih dari detergen.
Rendam kembali sisik-sisik ikan dengan campuran air
jeruk nipis dan air selama 2 jam, agar bau amisnya dapat
hilang.
Tiriskan sisik ikan pada saringan aluminium kurang
lebih 30 menit dan usahakan tidak terkena sinar matahari,
setelah air berkurang pisahkan sisik ikan sesuai ukuran dan
ketebalan .
Memberi warna pada sisik-sisik ikan diperlukan kehati-
hatian. Rebuslah air hingga hangat dengan ditambahkan
larutan benzoat sebagai pengawet.
Masukkan pewarna wantex atau cat tekstil pada panci
aduk-aduk supaya tercampur merata dan masukkan pula
sisik-sisik ikannya. Aduk-aduk sisik ikan secara perlahan
kurang lebih 10 menit. Perlu diperhatikan jangan sampai air
menjadi mendidih, jika air terlalu panas sisik ikan biasanya
akan lengket dan saling menempel antara satu dengan yang
lainnya.
Angkat panci dari atas kompor dan biarkan sisik ikan
tetap dalam panci kurang lebih 20 menit agar warna benar-
benar meresap ke dalam sisik ikan.
Tiriskan sisik-sisik ikan di atas saringan aluminium
untuk mengurangi warna yang berlebihan pada sisik. Bilas
sisik menggunakan air bersih agar sisa pewarna yang masih
terbawa menjadi luruh.
Keringkan sisik ikan dengan cara diangin-anginkan
sehingga tidak ada lagi air yang menempel, Pada saat
64
diangink-anginkan jangan sampai terkena sinar matahari
agar permukaan tidak melengkung.
Untuk menghindari lengkungan pada permukaan sisik
ikan, sebaiknya sisik ikan tidak terkena panas atau matahari
secara langsung karena bisa membuat sisik ikan melengkung
dan sulit untuk dibentuk. Penyimpanan bahan sisik ini juga
perlu diperhatikan. Jika tidak digunakan, simpan sisik-sisik
ini ke dalam kotak yang kering dan bersih. Jika sisik ikan
sudah mulai mengeras, lakukan perendaman terlebih dahulu
sebelum dirangkai untuk membuat. aksesori. Perendaman ini
biasanya dilakukan dengan menggunakan air dingin selama
sekitar satu jam. Setelah agak lemas, sisik ikan baru bisa
dibentuk sesuai selera.
Bahan dan Alat Pembuatan Kerajinan dari Sisik Ikan :
Bahan dan alat yang digunakan dalam embuatan kerajinan
dari sisik ikan sangat sederhana.
- Vernis digunakan untuk finishing agar hasilkerajinan
tampak menkilap.
- Jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis saat
perendaman.
- Tang digunakan untuk memotong kawat, misalnya saat
membuat tangkai bunga.
- Pewarna (wantek) digunakan saat pewarnaan sisik ikan.
- Benzoat sebagai bahan pengawet sisik ikan
- Pensil atau spidol digunakan untuk membuat desain
aksesori yang akan dibuat.
- Kuas digunakan untuk mengoleskan vernis di atas
permukaan sisik ikan agar tampak lebih mengkilat.
65
- Saringan aluminium digunakan untuk meniriskan sisik
ikan yang sudah direndam.
- Lem tembak digunakan untuk melekatkan sisik ikan pada
media pembuatan aksesori.
- Gunting digunakan untuk membentuk sisik ikan agar
dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
- Aksesoris untuk melengkapi kerajinan yang akan kita
buat.
- Panci digunakan untuk merebus sisik ikan
Proses pembuatan kerajinan dari sisik ikan:
Proses pembuatan kerajinan aksesori dari bahan sisik ikan
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Buatlah desain aksesori yang akan dibuat pada kertas terlebih dahulu,
misalnya saja aksesori berupa bunga yang nantinya akan dijadikan
bros.
Bahan dasar bros biasanya terbuat dari plastik ataupun logam
yang dapat kita beli di toko. Ambil gunting dan gunting sisik ikan
dengan pola dan motif sesuai dengan yang kita inginkan. Tempel sisik
ikan yang sudah berpola dengan lem tembak satu per satu pada media
pembuatan bros tersebut.
Letakkan peniti di tempat yang tepat kemudian tempalkan dengan
lem tembak, semprot kerajinan tangan dengan cat clear/vernis secara
merata agar hasilnya lebih mengkilat. Biarkan sampai clear kering.
1. Sisik Ikan Gurame Sebagai Bahan Obat Penguat Gigi
Banyak orang tidak mengetahui bahwa sisik ikan ternyata
memiliki manfaat. Sisik biasanya merupakan salah satu bagian
dari tubuh ikan yang mendapat sentuhan pertama ketika akan
diolah. Para mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Gigi
66
Universitas Gajah Mada Yogyakarta berhasil membuat sisik
ikan memiliki nilai lebih. Tidak sembarang sisik, ikan yang
dipakai adalah ikan gurami.
Gurami merupakan ikan yang habitat hidupnya berada di
sungai, rawa telaga, dan kolam yang berair tawar. Bentuk tubuh
dari ikan ini pipih dan lebar dengan sisik yang besar-besar.
Gurami juga memiliki sepasang sirip perut yang mengalami
perubahan ketika dewasa menjadi sepasang benang panjang
yang berfungsi sebagai indera peraba. Ikan ini merupakan ikan
omnivora yang memakan serangga dan tumbuhan di sekitar
habitatnya.
Sisik ikan gurami diolah menjadi bahan obat penguat
gigi. Hasil riset yang dilakukan oleh Diana Fitri Muslimah dan
Adityakrisna Yoshi Putra Wigianto ini mengantarkan mereka
menjadi juara pertama dalam ajang kompetisi riset Mahasiswa
Kedokteran Gigi tingkat ASEAN.
Menurut riset mahasiswa Institut Pertanian Bogor, sisik
ikan gurami mengandung kalsium yang lebih tinggi daripada
ikan tawar lainnya. Rata-rata sisik gurami mengandung 5-7,5%
kalsium. Kadar fosfat juga terdapat di dalam sisik ikan gurami,
tapi tidak mencapai 5%. Rata-rata kandungan fosfat pada ikan
air tawar lainnya hanya berkisar 2%. Kandungan kalsium dan
fosfat yang tinggi pada sisik gurami bisa dimanfaatkan sebagai
bahan obat pemulih kekuatan gigi.
Pengolahannya, pertama-tama sisik ikan dipisahkan
dari daging, lalu dikeringkan untuk menghilangkan kadar
airnya. Lalu, sisiknya dihaluskan dengan mesin supaya jadi
bubuk halus. Bubuk sisik ini lalu dicampur dengan zat asam agar
67
unsur kalsium dan fosfat terpisah dari senyawa yang lain.
Natrium hidroksida dicampur ke bahan olahan sisik ikan hingga
larutan menjadi jenuh. Tujuan dari proses ini adalah untuk
membentuk partikel menjadi sangat halus. Ukuran yang sangat
halus penting agar bahan olahan ini bisa masuk ke lubang-lubang
halus dari email gigi yang berlubang. Selanjutnya, bubuk sisik
gurami diaduk bersama gliserin agar lebih mudah menempel
pada lapisan email gigi.
2. Pupuk Organik dari bangkai tikus
Pupuk organik dari sisa-sisa tanaman atau kotoran hewan
sudah biasa. Namun, pupuk dari bangkai hewan, baru luar biasa.
Inilah yang dilakukan Anas Tika, petani dari Desa Matunru-
tunrue, Kecamatan Cempa, Kabupaten Pinrang, Sulawesi
Selatan (Sulsel). Dia mampu mengolah bangkai tikus menjadi
pupuk organik cair, sangat menyuburkan tanaman. Untuk
membuat pupuk tikus ini, cukup sederhana. Bangkai tikus hasil
tangkapan ditempatkan di sebuah bak besar setinggi dua meter
berdiameter 90 cm. Bak bisa berupa tong besar berbahan plastik
atau beton ini ditutup rapat. Di bagian bawah diberi kran. Tikus
dibiarkan terfermentasi selama enam sampai delapan bulan.
Hasil fermentasi berbentuk cairan ini dialirkan ke penampungan
melalui kran. Sebelum dialirkan ke sawah garapan. Satu bak
berdaya tampung 18 ribu tikus, menghasilkan pupuk cair
mencapai 3.000 liter. Pupuk ini untuk belasan hingga puluhan
hektar sawah.
3. Dibuat menjadi Awetan Spesimen
Secara garis besar, ada dua cara pengawetan obyek biologi,
yaitu pengawetan basah dan pengawetan kering. Pengawetan
68
basah dilakukan dengan mengawetkan obyek biologi dalam
suatu cairan pengawet. Pengawetan kering dilakukan dengan
mengeringkan obyek biologi hingga kadar air yang sangat
rendah, sehingga organism perusak/penghancur tidak bekerja.
Pengawetan basah dilakukan bagi hewan tidak bercangkang
yang ukurannya relatif besar, direndam dalam larutan pengawet.
Pengawetan kering untuk organisme yang berukuran relatif besar
biasanya dilakukan dengan cara mengeringkan dengan sinar
matahari atau dengan oven dan selanjutnya agar lebih awet
dapat disimpan dalam media pengawet resin (Bioplastik). Obyek
yang dapat dijadikan sebagai specimen utama dalam
pengawetan basah maupun kering merupakan objek biologi yang
berukuran kecil hibgga yang berukuran besar.
- Langkah-langkah Pengawetan
a. Koleksi
Hewan-hewan yang akan diawetkan dalam bentuk utuh dan
akan dibawa ke kelas atau ke Laboratorium biasanya hewan-
hewan yang berukuran relatif kecil. Hewan yang akan
diawetkan ditangkap menggunakan alat yang sesuai. Hewan
yang tertangkap dimasukkan dalam botol koleksi yang sudah
diberi label.
b. Mematikan (Killing), Meneguhkan (Fixing), dan
mengawetkan (Preserving). Proses mematikan dan
meneguhkan memerlukan perlakuan dan bahan tertentu.
Bahan untuk mematikan biasanya adalah Ether, Kloroform,
HCN/KCN, Karbon Tetracloride (CCL4) atau Ethyl acetat.
Namun, kadangkadang perlu perlakuan khusus yaitu melalui
pembiusan sebelum proses mematikan dilakukan, agar tubuh
69
hewan yang akan diawetkan tidak mengkerut atau rusak.
Pembiusan dilakukan dengan serbuk menthol atau kapur
barus ke permukaan air tempat hidupnya, setelah tampak
lemas, dan tidak bereaksi terhadap sentuhan, hewan dapat
dipindahkan ke dalam larutan pengawet.
- Bahan Pengawet
Beberapa bahan pengawet yang dapat digunakan antara lain:
formalin, alcohol (ethil alkohol), resin atau pengawet berupa
ekstrak tanaman. Bahan-bahan pengawet ini mudah dicari,
murah dan hasilnya cukup bagus, meskipun ada beberapa
kelemahan.
- Sifat-sifat larutan pengawet
Bahan pengawet dan peneguh yang digunakan biasanya
berbahaya bagi manusia, maka perlu dikenali sifat-sifatnya.
Dengan mengenal sifat-sifat ini, diharapkan dapat dihindari
bahaya yang mungkin ditimbulkan.
1. Alkohol, merupakan bahan yang mudah terbakar, bersifat
disinfektan dan tidak korosif.
2. Formalin, larutan mudah menguap, menyebabkan
iritasi selaput lendir hidung, mata, dan sangat korosif, bila
pekat berbahaya bagi kulit.
3. Ether, larutan mudah menguap, beracun, dapat membius
dengan konsentrasi rendah, eksplosiv.
4. Kloroform, Larutan mudah menguap, dapat membius dan
melarutkan plastic.
5. Karbon tetracloride, larutan mudah menguap, melarutkan
plastik dan lemak, membunuh serangga.
70
6. Ethil acetat, larutan mudah menguap, dapat membius dan
mematikan serangga atau manusia.
7. Resin, merupakan larutan yang tidak mudah menguap mudah
mengeras dengan penambahan larutan katalis, karsinogenik,
dapat mengawetkan specimen dalam waktu yang sangat
lama.
8. KCN/HCN, larutan pembunuh yang sangat kuat, sangat
beracun, bila tidak terpaksa jangan gunakan larutan ini.
4.1. Pengawetan kering
Pengawetan ini dilakukan pada hewan yang memiliki
kerangka luar keras dan tidak mudah rusak akibat proses
pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven
atau dijemur di bawah terik matahari hingga kadar airnya sangat
rendah. Sebelum dikeringkan hewan dimatikan dengan larutan
pembunuh, kemudian hewan diatur posisinya. Hewan yang
sudah kering kemudian dimasukkan dalam kotak yang diberi
kapur barus dan silika gel. Tiap hewan yang diawetkan
sebaiknya diberi label yang berisi nama, lokasi penangkapan,
tanggal penangkapan dan kolektornya.
4.2. Bioplastik
Bioplastik merupakan pengawetan spesimen hewan atau
tumbuhan dalam blok resin untuk digunakan sebagai media
pembelajaran. Spesimen hewan atau tumbuhan dalam blok resin
selain berfungsi sebagai media pembelajaran, juga dapat
berfungsi sebagai ornamen.
Sebelum dicetak, resin berupa cairan yang kental. Resin
merupakan senyawa organik hasil metabolisme sekunder,
tersusun atas karbon. Senyawa ini akan mengalami polimerisasi
71
dalam kondisi yang tepat. Reaksi polimerisasi bersifat eksoterm
sehingga akan menimbulkan panas. Untuk mempercepat
polimerisasi digunakan katalis. Jumlah cairan katalis yang
ditambahkanakan mempengaruhi terhadap cepat atau
lambatnya proses polimerisasi, efeknya adalah jumlah panas
yang dikeluarkan. Semakin banyak katalis yang ditambahkan
akan semakin cepat dan semakin panas.
4.3. Taksidermi
Taksidermi merupakan istilah pengawetan untuk hewan
pada umumnya, vertebrata pada khususnya, dan biasanya
dilakukan terhdap hewan yang berukuran relatif besar dan
hewan yang dapat dikuliti termasuk beberapa jenis reptil,
burung, dan mammalia. Organ dalam dikeluarkan dan
kemudian dibentuk kembali seperti bentuk asli ketika hewan
tersebut hidup (dikuliti, hanya bagian kulit yang tersisa).
Pengetahuan tentang kulit ini, sering dipakai sebagai bahan
referensi untuk identifikasi hewan vertebrata, dan juga untuk
menunjukkan bemacam-macam varietas yang terdapat di dalam
species. Dengan kata lain taksidermi merupakan pengetahuan
tentang skinning (pengulitan), preserving (pengawetan kulit),
stuffing (pembentukan), dan mounting/opzet/pajangan
(penyimpanan sesuai kondisi waktu hidup).
72
BAB VIII
ETIKA PENANGANAN LIMBAH TUMBUHAN SISA
KEGIATAN PEMBELAJARAN
73
kemaslahatan banyak orang seperti digunakan dalam pembuatan
pupuk kompos. Membuat kompos merupakan bentuk recycle, salah
satu unsur 3R.
74
Penanganan Limbah Organik
A) Makanan Ternak
B) Pengomposan (Composting)
75
kompos merupakan jenis pupuk yang ekologis dan tidak merusak
lingkungan bahan yang dipakai tersedia (tak perlu membeli) sangat
mudah untuk dibuat sendiri oleh masyarakat unsur hara dalam pupuk
kompos lebih tahan lama dibandingkan dengan pupuk buatan.
C) Biogas
76
Akan lebih baik ika limbah tumbuhan, botol dan plastik
dimanfaatkan untuk diolah secara langsung dengan didaur
ulang dan tanpa didaur ulang. Agar tidak mencemari
lingkungan dan tidka menimbulkan bau busuk.
77
limbah (misalnya, Permintaan Oksigen Biochemical (BOD),
Permintaan Oksigen Kimia (COD), Total Karbon Organik (TOC),
dan Minyak dan Gemuk (O & G)).
Harus bebas klorin. Jika klorin ada dalam sampel, bahan kimia
deklorinasi (misalnya, natrium sulfit) harus ditambahkan sebelum
pengujian.
78
Perlu berada di kisaran pH 6,5-7,5 S.U. Jika sampel berada di luar
kisaran ini, maka asam atau basa harus ditambahkan sesuai
kebutuhan.
79
- Mencegah timbulnya pencemaran lingkungan
- Mencegah berkembangbiaknya hama penyakit dan vektor
penyakit
- Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran
lingkungan meliputi 2 cara pokok, yaitu
80
digembala di TPA, di sortir oleh pemulung, atau diolah menjadi
pupuk kompos.
81
kandungan bahan sampah seperti lignin, wax (malam) damar,
selulosa yang tinggi akan memperlambat proses pengomposan.
- menggunakan komposter
- tumpukan terbuka (open windrow)
- cascing (menggunakan cacing)
82
DAFTAR PUSTAKA
http://forsansalaf.com/2017/02/21/hukum-membunuh-
hewan-untuk-eksperimen/
http://ppssnh.malang.pesantren.web.id/cgi-
bin/content.cgi/masail/aula/tahun_1999/03.single
http://rafieiy.web.ugm.ac.id/2015/10/29/prinsip-
penggunaan-hewan-coba/
Yurista, S.R, Ferdian, R.A, Sargowo D. 2016. Prinsip 3Rs dan Pedoman
ARRIVE pada Studi Hewan Coba. Jurnal Kardiologi Indonesia, Vol. 37
(3), 156-163.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/9876f7a7
374402256ce4b83145300cc7.pdf
83
Azhim, abdul. 2004. PENYEMBELIHAN YANG SESUAI SYARI’AT.
Diambil dari: https://almanhaj.or.id/1192-penyembelihan-yang-
sesuai-syariat.html diakses tanggal 11 Desember 2018
Hau, J & Hoosier Jr., G.L. 2003. Handbook of Laboratory Animal Science
Second Eddition. Boca Raton: CRC Press
http://www.academia.edu/7311268/Makalah_hewan_lab
http://ferdinandus-ferdinandus.blogspot.com/2012/02/hewan-
coba.html?m=1
https://m.bernas.id/39939-jangan-dibuang-sayang-ini-manfaat-
terbaru-dari-sisik-ikan-gurami.html
https://www.rumahkreative.id/2017/07/membuat-berbagai-
kerajinan-dari-sisik.html?m=1
http://rohis-facebook.blogspot.com/2013/03/bangkai-tikus-diolah-
jadi-pupuk-organik.html?m=1
http://video.liputan6.com
http://makassar.tribunnews.com
84
https://www.pelajaran.id/2016/17/pengertian-dan-cara-
penanganan-limbah-terlengkap.html pada tanggal 11 desember 2018
https://limbahorganiks.blogspot.com/2018/07/pengolahan-limbah-
tumbuhan.html
https://www.materipendidikan.info/2017/09/limbah-dan-cara-
pengolahan-lengkap.html
http://kelasdedy.blogspot.com/2016/01/cara-mengolah-limbah-
tumbuhan-dan-hewan.html
85