Anda di halaman 1dari 87

PRAKATA

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan buku ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan
dari disusunnya buku ini adalah supaya para mahasiswa dapat
mengetahui bagaimana etika dalam penggunaan media pembelajaran
dengan pemanfaatan hewan dan tumbuhan.

Tersusunnya buku ini tentu bukan dari usaha penyusun seorang.


Dukungan moral dan material dari berbagai pihak sangatlah
membantu tersusunnya buku ini. Untuk itu, penyusun ucapkan
terima kasih kepada keluarga, sahabat, rekan-rekan, dan pihak-pihak
lainnya yang membantu secara moral dan material bagi tersusunnya
buku ini.

Buku yang tersusun sekian lama ini tentu masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diperlukan agar buku ini bisa lebih baik nantinya.

Bandung, 26 Desember 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

PRAKATA.......................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................... ii
BAB I
Etika Pembelajaran.............................................................. 1
BAB II
Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Media Sederhana Dalam
Pembelajaran....................................................................... 4
BAB III
Etika Pemilihan Sampel Hewan Untuk Pembelajaran........... 11
BAB IV
Etika Penggunaan Dan Perlakuan Hewan Dalam Proses
Pembelajaran....................................................................... 24
BAB V
Pengawetan Hewan Dan Tumbuhan.................................... 43
BAB VI
Etika Penanganan Sisa Tumbuhan....................................... 50
BAB VII
Etika Penanganan Limbah Hewan Sisa Kegiatan
Pembelajaran....................................................................... 61
BAB VIII
Etika Penanganan Limbah Tumbuhan Sisa Kegiatan
Pembelajaran....................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA......................................................... 83

ii
BAB I
ETIKA PEMBELAJARAN
Perkembangan ilmu pengetahuan antara lain biologi, telah
menimbulkan dilema-dilema serius dan mendalam, yang menantang
sistem nilai kita maupun kebudayaan yang didasarkan atas nilai-nilai
tersebut (Shannon, 1995). Bagi para ilmuan dan pendidik, tumbuhan
hidup juga bisa bermanfaat dalam menjelaskan berbagai peristiwa
alam. Tumbuhan hidup sangat bermanfaat apabila digunakan untuk
menjelaskan fenomena dalam dan berbagai akibat yang ditimbulkan
oleh berbagai ulah manusia. Di sekolah, tumbuhan hidup dapat
membantu guru dalam menjelaskan berbagai materi pelajaran kepada
siswa. Tumbuhan hidup yang kita manfaatkan tidak hanya dapat
digunakan untuk menjelaskan tumbuhan itu sendiri tetapi juga
menjelaskan berbagai proses dan akibat yang ditimbulkan oleh proses
kehidupan lainnya.
Begitu banyaknya kegunaan tumbuhan hidup bagi guru dan
siswa menyebabkan tumbuhan hidup bisa dijadikan suatu media
sederhana untuk menjelaskan berbagai fenomena alam, konsep, dan
materi pelajaran yang sukar dijelaskan jika hanya diberikan
deskripsinya di depan kelas. Dalam era desentralisasi pendidikan,
seluruh bagian seperti sekolah, masyarakat, orang tua, guru, dan
sebagai pihak lain yang menjadi penentu keberhasilan pendidikan
harus dilibatkan. Mereka secara integratif diharapkan mampu
mengoptimalkan potensi dan sumber belajar yang ada di sekitarnya
bagi kepentingan anak didik, mengembangkan kebebasan
bereksplorasi dan menyelaraskan apa yang berikan kepada anak didik
dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di daerahnya,

1
menumbuhkembangkan minat dan perhatian anak didik sesuai
dengan kondisi yang ada di sekitarnya, memperkenalkan dan
menanamkan sedini mungkin kehidupan sosial budaya serta nilai-
nilai yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.
Sejalan dengan alasan tersebut, maka pemanfaatan tumbuhan
menjadi media pengajaran sebaiknya mempertimbangkan hal-hal
berikut:
a. Jenis tumbuhan yang digunakan hendaknya tumbuhan yang
banyak terdapat di sekitar anak didik dan sudah dikenal oleh
mereka.
b. Tumbuhan yang dipilih bisa menghasilkan suatu nilai ekonomis
bagi daerah anak didik.
c. Anak didik diberi kebebasan sesuai dengan kemampuan, minat,
sikap, dan perhatian mereka terhadap tumbuhan.
d. Jika guru menemukan kesulitan dalam memilih tumbuhan yang
bisa dijadikan media maka ia bisa bekerja sama dengan dinas
pertanian dan perkebunan setempat.
e. Pemilihan tumbuhan sebagai hadiah perlu mempertimbangkan
harga tumbuhan tersebut jika ternyata harganya relatif mahal
sebaiknya kita tetap berpegang kepada prinsip sederhana dan
murah.
f. Media tumbuhan yang akan dimanfaatkan sebaiknya sesuai
dengan perkembangan pendidikan dan ketersediaannya di sekitar
lingkungan sekolah atau rumah.
g. Alat pendukung penggunaan tumbuhan harus sesuai dengan
kemampuan sekolah dan dapat disiapkan sendiri oleh guru yang
bersangkutan.

2
h. Penggunaan tumbuhan tidak bertentangan dengan undang-
undang pemerintah pusat dan daerah yang berlaku.

3
BAB II
PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI MEDIA
SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN

Tumbuhan sering kali digunakan dalam pelajaran biologi. Oleh


karena itu contoh-contoh berikut ini merupakan contoh pemanfaatan
tumbuhan dalam pelajaran tersebut. Namun sesungguhnya
tumbuhan dapat dipergunakan dalam pelajaran lain sebagai media
pembelajaran.

1. Penggunaan Tumbuhan Untuk Menjelaskan Perkembangbiakan


Tumbuhan.
Tumbuhan adalah sumber kehidupan bagi makhluk hidup
lainnya karena tumbuhan merupakan produsen pertama dalam rantai
makanan. Bagi manusia tumbuhan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia. Oleh karena itulah anak didik
kita perlu segera diberi kesadaran tentang hal tersebut. Salah satu cara
efektif dalam memberikan kesadaran tentang peranan tumbuhan
kepada mereka adalah dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai
media dalam pelajaran dan sekaligus mempelajari tentang tumbuhan
itu sendiri. Dengan demikian, dalam satu kegiatan belajar kita akan
memperoleh dua manfaat sekaligus. Misalnya, ketika guru harus
menjelaskan tentang perkembangbiakan makhluk hidup, khususnya
tumbuhan, guru dapat memanfaatkan tumbuhan sebagai media
pembelajaran sekaligus menjelaskan proses terbentuknya individu
baru yang sama dengan induknya.

4
2. Pemanfaatan Tumbuhan Untuk Menjelaskan Struktur
Tumbuhan.
Tumbuhan merupakan salah satu penopang hidup manusia yag
sangat penting. Disamping itu, tumbuhan juga memiliki peranan yang
sangat penting untuk perkembangan makhluk hidup. Setiap
tumbuhan memiliki akar, batang dan daun. Masing-masing memiliki
fungsi utama dalam pertumbuhan sebuah tumbuhan.
Ilmu tumbuhan telah mengalami kemajuan yang demikian
pesat, hingga bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya
merupakan cabang-cabang ilmu tumbuhan saja, sekarang telah
menjadi ilmu yang berkembang sendiri-sendiri.
Proses pembelajaran akan berjalan dengan mudah jika
menghadirkan media pembelajaran. Media pembelajaran dalam
fungsinya mampu mengkonkretkan sesuatu yang abstrak. Sehingga
melalui penggunaan media pembelajaran, pendidik mampu
meningkatkan pemahaman peserta didik demi tercapainya hasil
belajar yang optimal. Salah satu media pembelajaran yang tepat
dikembang pada struktur tumbuhan bias dengan melihat objek
langsung tumbuhan bias juga dengan awetan.

3. Pemanfaatan Tumbuhan Untuk Menjelaskan Terjadinya Polusi


Dan Perusakan Lingkungan
Hilangnya sumber daya alam merupakan masalah besar bagi
semua makhluk hidup di dunia ini. Penyebab utamanya adalah polusi
udara yang dihasilkan oleh berbagai sumber seperti pembakaran
bahan bakar minyak di kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik.

5
Masalah lain dari lingkungan hidup adalah semakin sedikitnya
alam bebas dan keanekaragaman biologis. Ancaman terbesar bagi
spesies di alam bebas adalah penebangan hutan, fragmentasi dan
degradasi kualitas habitat.
Beberapa contoh tersebut di atas hanyalah sekedar memberikan
gambaran bahwa kegiatan manusia saat ini banyak menghasilkan
polusi dan gas beracun yang mengancam kehidupan mereka sendiri.
Kewajiban para guru kepada anak didik adalah bagaimana
menjelaskan tentang polusi, proses terjadinya polusi dan mencegah
terjadinya dengan cara sederhana dan mudah dimengerti anak didik.
Salah satu cara mudah dan efektif adalah dengan memanfaatkan
tumbuhan.
Karena tumbuhan adalah benda nyata yang ada di sekitar kita
yang bisa menjelaskan berbagai peristiwa, baik sebab maupun akibat,
dari perilaku kita sebagai makhluk hidup. Tumbuhan tidak hanya bisa
menjelaskan problematic polusi tetapi juga banyak kasus yang terjadi.
Bahkan guru dan anak didik bisa bersama-sama melakukan berbagai
percobaan yang mampu menjelaskan berbagai fenomena kehidupan.

A. Penggunaan Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar


Mengajar
Bahan mengajar adalah seperangkat materi keilmuan yang
terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan
yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya
tujuan pengajaran.
Alasan pertama, berkenaan dengan manfaat media pengajaran
dalam proses belajar siswa antara lain:

6
1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi siswa
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan menguasai
tujuan pengajaran lebih baik.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain
seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-
lain.
Alasan kedua, mengapa penggunaan media pengajaran dapat
mempertinggi proses dan hasil pengajaran adalah berkenaan dengan
taraf berpikir siswa. Tarap berpikir manusia mengikuti tahap
perkembangan dimulai dari berpikir konkrit menuju ke berpikir
abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks.
Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan
berpikir tersebut sebab melalui media pengajaran hal-hal yang abstrak
dapat dikonkritkan, dan hal-hal yang kompleks dapat
disederhanakan.

B. Nilai Kependidikan Dalam Ilmu Pengetahuan Alam


Sekalipun sebagian besar ilmuan mengatakan bahwa IPA tidak
menjangkau nilai-nilai moral atau etika, juga tidak membahas nilai-
nilai keindahan (estetika), tetapi IPA mengandung nilai-nilai tertentu
yang berguna bagi masyarakat. Yang dimaksud nilai di sini adalah

7
sesuatu yang dianggap berharga yang terdapat dalam IPA dan
menjadi tujuan yang akan dicapai.
Nilai-nilai dimaksud bukanlah nilai-nilai nonkebendaan. Nilai-
nilai nonkebendaan yang terkandung dalam IPA salah satunya
adalah Nilai Kependidikan.
Dengan makin berkembangnya IPA dan teknologi serta
diterapkannya psikologi belajar pada pelajaran IPA, maka IPA diakui
bukan hanya sebagai suatu pelajaran melainkan juga sebagai suatu
alat pendidikan. Artinya, pelajaran IPA dan pelajaran lainnya
merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Nilai-nilai
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis
menurut metode ilmiah.
2. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,
dan mempergunakan peralatan untuk memecahkan masalah.
3. Memiliki sifat ilmiah yang digunakan dalam memecahkan
masalah.
Dengan demikian, jelaslah bahwa IPA memiliki nilai-nilai
pendidikan karena dapat menjadi alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan
pendidikan secara umum sebagaimana termaktub dalam taksonomi
Bloom bahwa: diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif),
yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan
yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep
yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara
garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami
dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta
keteraturannya. Di samping hal itu, pembelajaran IPA diharapkan

8
pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap
ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi.
Rasulullah dalam hadits riwayat Bukhari bersabda:“ Tidaklah
seorang muslim yang menanam suatu tanaman, lalu dimakan oleh
burung, manusia ataupun binatang, kecuali hal itu (dinilai
sebagai)sedekah baginya”. Nabi SAW juga bersabda “ Jikalau kamu
dipastikan mati esok pagi, sementara di tanganmu terdapat benih
korma, maka tanamlah !” Bahkan ketika Rasulullah SAW
mengumpulkan pasukan jihad, beliau senantiasa berpesan “…jangan
kalian bunuh perempuan, anak-anak, laki-laki yang renta, jangan
kalian rusak tempat-tempat ibadah, dan jangan kalian tebang pohon-
pohon”. Dalam kondisi darurat perang saja dilarang menebang
pohon, justru dalam keadaan damai, puluhan juta hektar hutan luluh
lantak.

9
KESIMPULAN

Kesimpulan dari etika pemilihan sampel tumbuhan yaitu Ilmu


tumbuhan telah mengalami kemajuan yang demikian pesat, hingga
bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan cabang-
cabang ilmu tumbuhan saja, sekarang telah menjadi ilmu yang
berkembang sendiri-sendiri.
Proses pembelajaran akan berjalan dengan mudah jika
menghadirkan media pembelajaran. Media pembelajaran dalam
fungsinya mampu menkonkretkan sesuatu yang abstrak. Sehingga
melalui penggunaan media pembelajaran, pendidik mampu
meningkatkan pemahaman peserta didik demi tercapainya hasil
belajar yang optimal. Salah satu media pembelajaran yang tepat
dikembang pada struktur tumbuhan bias dengan melihat objek
langsung tumbuhan bias juga dengan awetan

10
BAB III
ETIKA PEMILIHAN SAMPEL HEWAN UNTUK
PEMBELAJARAN

Kesejahteraan Hewan

Animal welfare atau kesejahteraan hewan adalah suatu keadaan


fisik dan psikologi hewan sebagai usaha untuk mengatasi
lingkungannya. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 18 Tahun
2009, Animal welfare adalah segala urusan yang berhubungan dengan
keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami
hewan yang perlu di terapkan dan ditegakkan untuk melindungi
hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan
yang dimanfaatkan manusia.
Animal Welfare (Kesejahteraan hewan), adalah expresi yang
berkenaan dengan moril. Semua manusia bertanggungjawab terhadap
masing-masing binatang yang dipelihara atau bebas di alam.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa Dalam teori Kesejahteraan Binatang
ada ajaran tentang kepedulian dan perlakuan manusia terhadap
masing-masing hewan dan bagaimana masyarakat 2 dapat
meningkatkan kwualitas hidup hewan itu. Setiap jenis satwa liar dan
hewan harus dibiarkan hidup bebas di alam atau hidup yang
berkwualitas di lingkungan yang disesuaikan dengan pola perilaku,
kebutuhan serta karakteristik habitat alamnya di kandang. Lagi pula,
manusialah yang bertanggungjawab untuk mewujudkannya.
Sasaran animal welfare adalah semua hewan yang berinteraksi
dengan manusia dimana intervensi manusia sangat mempengaruhi
kelangsungan hidup hewan, bukan yang hidup di alam. Dalam hal ini

11
adalah hewan liar dalam kurungan (Lembaga konservasi,
entertainment, laboratorium), hewan ternak dan hewan potong
(ternak besar/kecil), hewan kerja dan hewan kesayangan.
Kepedulian untuk kesejahteraan hewan sering didasarkan pada
keyakinan bahwa binatang yang hidup dan pertimbangan
kesejahteraan atau penderitaan yang harus diberikan kepada mereka,
terutama ketika mereka berada di bawah perawatan dari manusia.
Keprihatinan ini dapat mencakup bagaimana hewan disembelih
sebagai sumber makanan, bagaimana mereka digunakan dalam
penelitian ilmiah, bagaimana mereka dipelihara (sebagai hewan
peliharaan, di kebun binatang, peternakan, sirkus, dll), dan
bagaimana aktivitas manusia mempengaruhi kesejahteraan dan
kelangsungan hidup spesies liar. Berdasarkan catatan sejarah,
kesejahteraan hewan telah mendapatkan perhatian dari beberapa
peradaban kuno tetapi mulai mengambil tempat yang lebih besar
dalam kebijakan publik Barat pada abad ke-19 Inggris. Pada abad ke-
21, itu adalah fokus yang signifikan kepentingan dalam organisasi
ilmu pengetahuan, etika, dan kesejahteraan hewan itu sendiri.

Definisi Penelitian

Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan berdasarkan kaidah


dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi,
data, dan keterangan dari subjek terkait, dengan pemahaman teori
dan pembuktian asumsi dan/atau hipotesis. Hasil yang didapat
merupakan kesimpulan yang dapat diaplikasikan atau menjadi
tambahan pengetahuan bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Walaupun

12
demikian, kegiatan penelitian harus tetap menghormati hak dan
martabat subjek penelitian.

Definisi Hewan Laboratorium


Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang
sengaja dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan
model, dan juga untuk mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan
laboratorik. Animal model atau hewan model adalah objek hewan
sebagai imitasi (peniruan) manusia (atau spesies lain), yang
digunakan untuk menyelidiki fenomena biologis atau pathologis
(Hau&Hoosier Jr, 2003). Sedangkan pengertian secara umum yaitu
hewan yang dipiara secara intensif di laboratorium. Menurut
Penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2009, yang dimaksud dengan “hewan laboratorium” adalah
hewan yang dipelihara khusus sebagai hewan percobaan, penelitian,
pengujian, pengajaran, dan penghasil bahan biomedik ataupun
dikembangkan menjadi hewan model untuk penyakit manusia.

Arti luas: Dapat meliputi semut sampai gajah, selagi hewan itu
dipiara secara khusus di laboratorium. Sedangkan secara sempit yang
tercakup dalam HL adalah mencit, tikus, marmot, kelinci, kucing,
anjing, tikus; tikus digantikan dengan unggas, unggas digantikan
dengan ikan, dan seterusnya.

Hewan coba yang digunakan pada penelitian akan mengalami


penderitaan seperti: ketidaknyamanan (inconvenience),
ketidaksenangan (discomfort), kesusahan (distress), rasa nyeri (pain), dan
pada akhirnya kematian (death). Dalam pelaksanaan penelitian,

13
peneliti harus bekerja berdasarkan protokol yang sesuai dengan
standar etik yang berlaku. Pedoman etik penelitian kesehatan secara
umum terangkum dalam Deklarasi Helsinki yang diterbitkan oleh
World Medical Association. Perhatian mengenai penggunaan hewan
coba juga tertulis di Deklarasi Helsinki butir 11 dan butir 12. Maka
dari itu kita sebagai manusia walaupun bisa memanfaatkan hewan
untuk percobaan dalam laboratorium tetap harus memiliki etika-etika
dalam memperlakukan hewan coba tersebut. Jangan hanya berpikiran
bahwa mereka adalah hewan biasa yang tak memiliki perasaan, sama
hal nya dengan manusia hewan pun dapat merasakan rasa sakit,
ketidaknyamanan dalam dirinya. Maka dari itu kita sebagai manusia,
insan yang paling sempurna yang diberikan kelebihan untuk berpikir
oleh Allah dilarang untuk menyiksa hewan-hewan tersebut. Allah pun
memerintahkan kepada hambanya untuk mengasihi satu sama lain,
dan terhadap makhluk-makhluk ciptaan Allah.

Mengapa Hewan Percobaan Tetap diperlukan Dalam


Laboratorium ?

Dalam menggunakan hewan percobaan untuk penelitian


diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai berbagai aspek tentang
sarana biologis, dalam hal penggunaan hewan percobaan
laboratorium. Pengelolaan hewan percobaan diawali dengan
pengadaan hewan, meliputi pemilihan dan seleksi jenis hewan yang
cocok terhadap materi penelitian. Pengelolaan dilanjutkan dengan
perawatan dan pemeliharaanhewan selama penelitian berlangsung,
pengumpulan data, sampai akhirnya dilakukan terminasi hewan
percobaan dalam penelitian.

14
Rustiawan A, menguraikan beberapa alasan mengapahewan
percobaan tetap diperlukan dalam penelitian khususnya di bidang
kesehatan, pangan dan gizi antara lain:
(1) Keragaman dari subjek penelitian dapat diminimalisasi,
(2) Variabel penelitian lebih mudah dikontrol,

(3) Daur hidup relatif pendek sehingga dapat dilakukan penelitian


yang bersifat multigenerasi,

(4) Pemilihan jenis hewan dapat disesuaikan dengan kepekaan hewan


terhadap materi penelitian yang dilakukan,

(5) Biaya relatif murah,

(6) Dapat dilakukan pada penelitian yang berisiko tinggi,

(7) Mendapatkan informasi lebih mendalam dari penelitian yang


dilakukan karena kita dapat membuat sediaan biologi dari organ
hewan yang digunakan,

(8) Memperoleh data maksimum untuk keperluan penelitian simulasi,


dan

(9) Dapat digunakan untuk uji keamanan, diagnostik dan toksisitas.

Kesejahteraan Hewan Laboratorium

Kesejahteraan hewan laboratorium adalah kondisi dimana


hewan laboratorium, yang dipelihara khusus untuk tujuan percobaan
dan lain sebagainya, memiliki keadaan fisiologis dan psikologi yang
sesuai untuk menunjang kualitas hidupnya, sesuai dengan Five

15
Freedom. Selain itu juga terdapat pedoman untuk menggunakan
hewan laboratorium, yakni 3R dari Russel & Burch:

a. Replacement

Replacement (menggantikan) ialah menghindari sebisa mungkin


penggunaan hewan di dalam penelitian. Pada prinsip ini kita diminta
menjajaki kemungkinan penggunaan kultur organ/jaringan/sel
sebagai pengganti penggunaan hewan hidup. Selain itu penjajakan
penggunaan hewan yang lebih rendah ordonya, misal alih-alih
menggunakan monyet, kita dapat menggunakan

Mengurangi jumlah hewan digunakan untuk memperoleh


sejumlah informasi dan ketetapan tertentu. Dari satu ekor hewan saja
dapat digunakan untuk beberapa kali ataupun penelitian yang
berbeda. Jangan sampai membuang-buang atau memboroskan organ
yang tidak digunakan. Gunakan seefisiensi mungkin dari satu ekor
hewan percobaan.

b. Reduction
Reduction berarti menurunkan jumlah hewan coba yang
digunakan tanpa mengurangi informasi yang berguna. Hal ini
mungkin dicapai dengan mengurangi jumlah variabel melalui desain
eksperimental yang baik, menggunakan statistik yang tepat,
menggunakan genetik hewan yang homogen, dan memastikan bahwa
kondisi eksperimen terkontrol dengan baik.

16
c. Refinement
Prinsip ketiga Refinement (memperhalus) ialah upaya melakukan
modifikasi di dalam manajemen pemeliharaan atau prosedur
tindakan penelitian sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan hewan atau mengurangi/menghilangkan rasa sakit dan
stress pada hewan coba.

Pengurangan indikasi atau keparahan (severity) prosedur yang


tidak berperikemanusiaan (inhumane) yang diterapkan pada hewan
harus digunakan. Sedapat mungkin kita mengurangi rasa sakit yang
dirasakan oleh hewan yang diujicobakan. Gunakan prosedur yang
baik untuk “memakai” mereka.

Selain penjelasan di atas adapun 5 hal yang menjelaskan


mengenai kebebasan pada hewan (The Five Freedoms / 5 Fs ) , hal
ini pun patut di perhatikan oleh kita selaku umat manusia yang sering
menggunakan hewan dalam pembelajaran :

1. Freedom from hungry and thirsty : Bebaskan hewan dari rasa lapar
dan haus, dengan memberikan makanan dan minuman yang
memadai baik dari segi jumlah maupun komposisi nutrisinya.
2. Freedom from discomfort : Bebaskan hewan dari rasa
ketidaknyamanan, dengan menyediakan lingkungan yang bersih
dan sesuai habitat asalnya.
3. Freedom from pain, injury and disease : Bebaskan hewan dari nyeri,
luka dan penyakit, dengan menjalankan program kesehatan,
mulai dari pencegahan hingga pengobatan. Gunakanlah
prosedur yang paling kecil menghasilkan rasa nyeri pada hewan
coba. Bila perlu juga dapat dilakukan anesthesia (mengakhiri

17
hewan coba untuk meminimalisasi rasa sakit) saat penelitian
sudah usai.
4. Freedom from fear and distress : Bebaskan hewan dari rasa takut
dan stress berkepanjangan, dengan memberikan masa adaptasi
lingkungan baru serta menggunakan tenaga yang kompeten dan
berpengalaman.
5. Freedom to express natural behavior : Dan yang terakhir adalah
bebaskan hewan untuk mengekspresikan tingkah laku alaminya,
dengan memberikan sarana kontak sosial (bagi spesies yang suka
bersosialisasi) ataupun kebebasannya untuk bermain dan berlari.

Syarat Hewan Coba

a. Sedapat mungkin hewan percobaan yang akan digunakan bebas


dari mikroorganisme pathogen, karena adanya mikroorganisme
pathogen pada tubuh hewan sangat mengganggu jalannya reaksi
pada pemeriksaan penelitian, sehingga dari segi ilmiah hasilnya
kurang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karenanya,
berdasarkan tingkatan kontaminasi mikroorganisme pathogen,
hewan percobaan digolongkan menjadi hewan percobaan
konvensional, specified pathogen free (SPF) dan gnotobiotic.
b. Mempunyai kemampuan dalam memberikan reaksi imunitas yang
baik. Hal ini ada hubungannya dengan persyaratan pertama
c. Kepekaan terhadap suatu penyakit. Hal ini menunjukan tingkat
suseptibilitas hewan terhadap penyakit
d. Performa atau prestasi hewan percobaan yang dikaitkan dengan
sifat genetiknya.

18
Hukum Membunuh Hewan Untuk Percobaan

Boleh secara mutlak, pada hewan-hewan yang sunnah dibunuh, yaitu


: tikus, kalajengking, anjing gila dan ghurob (gagak hitam dengan
warna putih di perutnya). Sebagaimana dalam hadits yang
diriwayatkan Imam Bukhori dari Sayidah Hafshah, bahwa Rasulullah
SAW bersabda :

ُ ‫ن ُجنَاحٌ ْالغُ َرابٌُ َو ْالحِ دَأ ٌَة ُ َو ْالعَ ْق َربٌُ َو ْالفَأ ْ َر ٌة‬
ٌَّ ‫علَى ا ْل ُمحْ ِر ٌِم فِي قَتْ ِل ِه‬ ٌَ ‫اب لَي‬
َ ‫ْس‬ ٌْ ِ‫َخ ْمسٌ م‬
ٌِ ‫ن الد ََّو‬
ْ
ٌُ ُ‫َوالكَلبٌُ العَق‬
‫ور‬ ْ ْ

Haram, pada hewan selain di atas dengan tanpa ada tujuan syar’i.
Boleh, pada semua jenis hewan jika ada tujuan syar’i seperti
kedokteran atau anatomi dan lain-lain.

Referensi :

Shohih Bukhori / 2 / 649

Shohih Ibn Hibban

Fatawa Azhar / 102

Hukum Menjadikan Hewan Sebagai Eksperimen

Sering kali timbul pertanyaan dalam benak kita, Bagaimana hukum


mengadakan eksperimen atau percobaan dengan memanfaatkan
hewan seperti tikus, kera, babi, kelinci dan lainnya, dalam proses
pemberian pelajaran teori tentang sebab penyakit dan cara
penyembuhannya pada Fakultas Kedokteran atau kegiatan praktikum
lainnya dalam pembelajaran di lingkungan kampus yang

19
mengakibatkan pembunuhan yang disengaja terhadap sejumlah besar
hewan yang tidak dihormati agama?

Pemanfaatan hewan untuk percobaan teori-teori kedokteran yang


mungkin diikuti dengan pembunuhan terhadap hewan-hewan adalah
sebagai berikut:

▪ Menurut Imam ar Romli dan Imam al Ghozali, hukumnya boleh,


karena ada bukti hajat, yaitu untuk media pendidikan.
▪ Sedikit berbeda dengan pandangan Ibn Hajar al Haitami dan Imam al
Haramain (al Juwaini), yang menyatakan bahwa dalam kebolehan
tersebut perlu dihindarkan dari kemungkinan menyiksa hewan atau
membuat hewan menderita.

Dasar pengambilan :

1. Kitab I'anatut Thalibin juz 1 halaman 33:

‫ور او‬ ُ ‫ش ُّق ال َم ْذ ُك‬ ْ ‫إلَى‬...‫ض ٍو ِم ْن َها‬


َّ ‫ َويَحْ ُر ُم ال‬:َ‫أن قَال‬ ْ ‫ع‬ ُ ‫َق‬ ِ ‫َوقَ ْولُهُ ِع ْندَ ش‬
‫عدَ ِم ِه فَ َه ْل‬
َ ‫س ْي ِل دَ ِم ِه َو‬َ ‫ف ِف ْي َما ش ََّك ِفى‬ َ ‫اخت ُ ِل‬
ْ ‫ب َو‬ ْ َ‫القَتْ ُل ِبالق‬
ِ ‫ص ِد ِللت َّ ْع ِذ ْي‬
ُ‫الر ْم ِلى تَبَعًا ِل ْلغَزَ ا ِلى ألَنَّه‬ َّ ‫ض ٍو ِم ْنهُ اوالَ ؟ قَا َل ِب‬
َّ ‫األو ِل‬ ْ ‫ع‬ ُ ‫يَ ُج ْو ُز ش َُّق‬
ِ ‫ِل َحا َج ٍة َوقَا َل بِالثَّانِى إب ُْن َح َج ٍر تَبَعًا ِل‬
َ‫إل َم ِام ال َح َر َمي ِْن ِل َما فِ ْي ِه مِن‬
ِ ‫الت َّ ْع ِذ ْي‬
.‫ب‬

Adapun ucapan mushonnif "pada waktu menyobek anggota badan dari


binatang" ... sampai pada ucapan mushonnif: "haram menyobek tersebut
atau membunuh dengan maksud menyiksa", diperselisihkan mengenai apa
yang diragukan mengenai mengalirkan darahnya dan ketiadaan
mengalirkan darahnya, apakah boleh menyobek anggota badan dari binatang

20
atau tidak? Imam ar Romli membolehkan karena mengikuti Imam al
Ghozali karena penyobekan itu sesuatu hajat. Ibn Hajar tidak membolehkan
karena mengikuti Imam al Haramain, karena dalam penyobekan itu terdapat
penyiksaan.

2. Kitab Al Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuhu juz 3 halaman 521-522:

.‫اء‬
ِ ‫ض‬ َ ‫األ ْع‬ ‫َون َْق ِْ ِل‬ ‫ال ُجث َّ ِة‬ ‫تَ ِِ ِْ ْش ِر ْي ُح‬
"‫ت َك َكس ِْر ِه َحيًّا‬ ْ ‫ع‬
ِ ‫ظ ِم ال َم ِي‬ َ ‫ " َكس ُْر‬:ِ‫ع َمالً ِب َح ِد ْيث‬ َ ُ‫َي َرى ال َما ِل ِكيَّةُ َوال َحنَا ِبلَة‬
َ‫الولَد‬
َ ‫ألن َهذَا‬ َّ ‫ام ِل ِإل ْخ َراجِ ال َجنِي ِْن ِم ْنهُ؛‬
ِ ‫ط ِن ال َم ْيت َ ِه ال َح‬ ْ َ‫وز ش َُّق ب‬ ُ ‫أنَّهُ الَيَ ُج‬

‫َهتْكُ ُح ْر َم ٍة ُمتَيَ ِقنَ ٍة‬ ُِ‫ فَالَ يَ ُجوز‬،‫ َوالَ يَتَ َحقَّ ُق أنَّهُ يَحْ يَا‬،ً‫الَ يَ ِع ْي ُش َعادَة‬
ٍ ‫أل َ ْم ٍر َم ْو ُه‬
.‫وم‬

Membedah tubuh dan memindah anggota-anggota.


Madzhab Maliki dan Hambali berpendapat karena mengamalkan
hadist:"Memecahkan tulang mayat adalah seperti memecahkannya dalam
keadaan hidup", bahwa sesungguhnya tidak boleh menyobek perut bangkai
yang hamil untuk mengeluarkan janin dari perut tersebut ; karena anak yang
dikeluarkan itu biasanya tidak dapat hidup dan tidak nyata bahwa janin
tersebut dalam keadaan hidup, sehingga tidak boleh merusak kehormatan
dari apa yang telah diyakini untuk perkara yang masih diduga.

‫ت‬
ِ ‫ط ِن ال َم ِي‬ ْ َ‫ َوش ََّق ب‬,‫ط ِن ال َم ْيت َ ِة ِإل ْخ َراجِ َولَ ِدهَا‬ ْ َ‫الشَِ فِ ِعيَّةُ ش ََّق ب‬
َّ َ‫َوأ َ َجاز‬
‫ت ِفى‬ ِ ‫ط ِن ال َم ِي‬ْ ‫شا ِف ِعيَّ ِة ش ََّق َب‬َّ ‫ َك َما أ َجازَ ال َحنَ ِفيَّةُ َكال‬.ُ‫ِإل ْخ َراجِ َما ٍل ِم ْنه‬
ُ‫ع ْنه‬
َ ‫ض َم ْن‬ ْ َ‫ إذَا لَ ْم ت َ ُك ْن تِ ْر َكةٌ يَ ْدفَ ُع ِم ْن َها َولَ ْم ي‬,ِ‫غي ِْره‬
َ ‫َحا ِل ا ْبتِالَ ِع ِه َما َل‬
.ٌ‫أ َ َحد‬

21
Madzhab Syafii memperbolehkan menyobek perut bangkai untuk
mengeluarkan anaknya, dan menyobek perut mayat untuk mengeluarkan
harta dari perut tersebut Sebagaimana Madzhab Hanafi membolehkan
menyobek perut mayat pada waktu menelan harta orang lain, jika dia tidak
punya harta peninggalan yang dapat dipergunakan untuk menggantinya,
dan tidak ada seseorang yang menjamin untuk mengganti harta yang ditela
tersebut.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang membolehkan ini, maka


boleh membedah pada waktu darurat atau hajat dengan maksud
mengajar untuk tujuan-tujuan kedokteran atau untuk mengetahui
sebab kematian, atau menetapkan tindak kriminal terhadap orang
yang diduga melakukan pembunuhan dan seperti hal tersebut untuk
tujuan-tujuan kriminal jika untuk sampai kepada kebenaran dalam
urusan kriminal tersebut terhenti pada pembedahan, untuk bukti-
bukti yang menunjukkan terhadap kewajiban berbuat adil dalam
menetapkan hukum, sehingga tidak dianiaya orang yang tidak
bersalah dan tidak dapat lepas dari siksa orang yang durhaka yang
berdosa.

Demikian pula boleh memotong-motong bangkai binatang


untuk belajar, karena kemaslahatan dalam memberi pelajaran
membolehkan perbuatan menyakiti binatang.

22
KESIMPULAN

Masih jadi perdebatan mengenai hewan dijadikan sebagai objek


penelitian karena dapat mengganggu kesejahteraan hewan. Karena
hewan coba yang digunakan pada penelitian akan mengalami
penderitaan seperti ketidaknyamanan, ketidaksenangan, kesusahan,
rasa nyeri yang pada akhirnya berujung kematian. Di sisi lain, benar-
benar menghapus hewan dalam laboratorium akan menghambat
pemahaman kita tentang kesehatan, penyakit dan akibatnya dinilai
akan mempengaruhi pengembangan pengobatan baru.
Hewan percobaan untuk semua bidang studi harus mampu
memberikan nilai ulang respons yang ditimbulkan sebagai gejala
yang esensial. Untuk mencapainya kondisi eksperimen harus
distandarisasikan secara teliti dan akurat. Tujuannya adalah agar
penelitian bersfiat reproducible yaitu memberikan hasil yang sama bila
diulangi di lain waktu, bahkan oleh peneliti lain. Untuk
mendapatkan penelitian yang berkualitas, penggunaan hewan coba
juga harus memperhatikan aspek kesejahteraan hewan coba ( Animal
welfare )
Selain itu, keputusan menggunakan hewan coba perlu
dipertimbangkan dan memuat hal berikut :
1. Penelitian bernilai akademis dan bermanfaat.
2. Hasil dapat diharapkan berkontribusi untuk penelitian atau
pengajaran lainnya.
3. Upaya aktif telah dilakukan untuk mengeksplorasi alternatif
yang dapat menggantikan hewan coba.
Kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap kesehatan manusia dan atau hewan.

23
BAB IV
ETIKA PENGGUNAAN DAN PERLAKUAN HEWAN
DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian akan


mengalami penderitaan, yaitu: ketidaknyamanan, ketidaksenangan,
kesusahan, rasa nyeri, dan terkadang berkahir dengan kematian.
Berdasarkan hal tersebut hewan yang dikorbankan dalam penelitian
tersebut yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh manusia perlu
dihormati, mendapat perlakuan yang manusiawi, dipelihara dengan
baik, dan diusahakan agar bisa disesuaikan pola kehidupannya seperti
di alam. Penelitian yang akan memanfaatkan hewan percobaan pada
penelitian kesehatan harus mengkaji kelayakan dan alasan
pemanfaatan hewan dengan mempertimbangkan penederitaan yang
akan dialami oleh hewan percobaan dan manfaat yang akan diperoleh
untuk manusia.

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti harus membuat dan


menyesuaikan protocol dengan standar yang berlaku secara alamiah
dan etik penelitian kesehatan. Etika penelitian kesehatan secara
umum tercantum dalam World Medical Association, yaitu:

a. Respect, menghormati hak dan martabat mahluk hidup,


kebebasan memilih dan berkeinginan, serta bertanggung jawab
terhadap dirinya termasuk didalamnya hewan coba.
b. Beneficiary, bermanfaat bagi manusia dan mahluk lain. Manfaat
yang didapatkan harus lebih besar dibandingkan dengan resiko
yang diterima

24
c. Justice, bersikap adil dalam memanfaatkan hewan percobaan.
Contoh sikap yang tidak adil, antara lain: hewan
disuntik/dibedah berulang untuk menghemat jumlah hewan,
memakai obat euthanasia yang menimbulkan rasa nyeri karena
harga yang lebih murah.

Akan tetapi eksperimen itu hendaklah dilakukan dengan metode yang


paling manusiawi dan jangan sampai menyiksa hewan-hewan
tersebut. Pelaksanaan penggunaan hewan dalam percobaan,
pendidikan maupun penelitian berpegang kepada 3 hal utama :

1. Penetapan Kepentingan dan penetapan Penggunaan Hewan


(Replacement)

Replacement adalah keperluan memanfaatkan hewan


percobaan sudah diperhitungkan dengan seksama, baik dari
pengalaman terdahulu maupun literature untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh
mahluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan.

2. Penetapan Jumlah Hewan (Reduction)

Reductionadalah pemanfaatan hewan dalam penelitian


sesedikit mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil yang
optimal. Jumlah minimum biasa dihitung menggunakan
rumus Freeder yaitu (n-1) (t-1)≥15, dimana n (jumlah hewan
yang diperlukan) t (jumlah kelompok perlakuan). Kelemahan
dari rumus itu adalah semakin sedikit jumlah kelompok

25
penelitian, semakin banyak jumlah hewan yang diperlukan,
serta sebaliknya.

3. Perlakuan Terhadap Hewan Percobaan (Refinement)


Refinementadalah memperlakukan hewan percobaan
secara manusiawi (humane), memelihata hewan dengan baik,
tidak menyakiti hewan, serta meminimalisasi perlakuan yang
menyakitkan sehingga menjamin kesejahteraan hewan coba
sampai akhir penelitian. Pada dasarnya Refinement berarti
membebaskan hewan coba dari beberapa kondisi, yaitu rasa
lapar dan haus, bebas dari ketidaknyamanan, bebas dari nyeri
dan penyakit, meminimalisir rasa nyeri saat melakukan
invasive yaitu dengan menggunakan analgesia dan anesthesia,
euthanisa dilakukan dengan metode yang manusiawi oleh
orang yang terlatih untuk meminimalisasi atau bahkan
meniadakan penderitaan hewan coba. Hewan juga harus
terhindar dari ketakutan dan jangka panjang.

Berikut ini akan membahas tentang cara penanganan hewan


percobaan dengan benar, diantaranya :
Cara Memegang Hewan Percobaan Sehingga Siap untuk Diberi
Sediaan Uji
1. Tikus
Cara memegang secara benar dan menahan tikus pada
laboratorium dapat mengurangi stress yang tidak diinginkan dan
variasi. Tikus menjadi relatif lebih jinak dan memiliki
kecenderungan stress yang rendah. Ketika memegang tikus,
tangan harus dilindungi sarung tangan untuk meminimalisir

26
pemaparan terhadap agen berbahaya, menghindari terjadinya
gigitan, urin dan agen alergi lainnya (Suckow et al., 2006). Jika
praktikan terkena gigitan dari hewan tersebut, maka harus cepat-
cepat di bersihkan dengan sabun dan bila perlu langsung di beri
alkohol pada bagian yang terluka. Hal ini karena alkohol dapat
menghentikan proses pendarahan yang berlangsung.
Cara memegang tikus sebagai berikut:
• Tikus diangkat dengan memegang ekornya dari belakang
kemudian diletakkan di atas permukaan kasar.
• Tangan kiri perlahan-lahan diluncurkan dari belakang
tubuhnya menuju kepala.
• Ibu jari dan telunjuk diselipkan ke depan dan kaki kanan
depan dijepit di antara kedua jari tersebut.

2. Mencit
• Ujung ekor mencit diangkat dengan tangan kanan, diletakkan
pada suatu tempat yang permukaannya tidak licin (misal ram
kawat pada penutup kandang), sehingga ketika ditarik,
mencit akan mencengkram.
• Kulit tengkuk dijepit dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri,
ekornya tetap dipegang dengan tangan kanan.
• Posisi tubuh mencit dibalikkan, sehingga permukaan perut
menghadap kita dan ekor dijepitkan antara jari manis dan
kelingking tangan kiri.

27
3. Kelinci
Kelinci harus diperlakukan dengan halus, tetapi sigap, karena
kadang-kadang memberontak. Kelinci diperlakukan dengan cara
memegang kulit lehernya dengan tangan kiri, kemudian
pantatnya diangkat dengan tangan kanan dan didekapkan ke
dekat tubuh.

Cara Memberikan Obat Pada Hewan Percobaan


1. Tikus
Oral : Cairan obat diberikan dengan menggunakan
sonde oral. Sonde oral ditempelkan pada langit-
langit mulut atas tikus, kemudian perlahan-
lahan dimasukkan sampai ke esofagus dan
cairan obat dimasukkan.
Sub : Pemberian secara sub kutan dilakukan di
kutan bawah kulit tengkuk atau kulit abdomen
Intra : Pemberian secara intra vena lebih mudah
vena dilakukan pada vena penis dibandingkan
dengan vena ekor

2. Mencit
Oral : Cairan obat diberikan dengan
mengginakan sonde oral. Sonde oral
ditempelkan pada langit-langit mulut atas
mencit, kemudian perlahan-lahan
dimasukkan sampai ke esofagus dan
cairan obat dimasukkan.

28
Sub kutan : Kulit di daerah tengkuk diangkat dan ke
bagian bawah kulit dimasukkan obat
dengan menggunakan alat suntik 1 ml.
Intra vena : Mencit dimasukkan ke dalam kandang
restriksi mencit, dengan ekornya menjulur
keluar. Ekornya dicelupkan ke dalam air
hangat agar pembuluh vena ekor
mengalami dilatasi, sehingga
memudahkan pemberian obat ke dalam
pembuluh vena. Pemberian obat
dilakukan dengan menggunakan jarum
suntik no. 24.
Intramuskular : Obat disuntikkan pada paha posterior
dengan jarum suntik no. 24.
Intra : Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih
peritonial rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan
dengan sudut sekitar 100 dari abdomen
pada daerah yang sedikit menepi dari
garis tengah, agar jarum suntik tidak
mengenai kandung kemih. Penyuntikan
tidak di daerah yang terlalu tingga untuk
menghindari terjadinya penyuntikan pada
hati.

29
3. Kelinci
Oral : Pemberian obat dengan cara oral pada kelinci
dilakukan dengan menggunakan alat penahan
rahang dan pipa lambung.
Sub kutan : Pemberian obat secara sub kutan dilakukan
pada sisi sebelah pinggang atau tengkuk
dengan cara kulit diangkat dan jarum (no. 15)
ditusukkan dengan arah anterior.
Intra : Penyuntikan dilakukan pada vena marginalis
vena di daerah dekat ujung telinga. Sebelum
penyuntikan, telinga dibasahi terlebih dahulu
dengan alkohol atau air hangat
Intra : Pemberian intramuskular dapat dilakukan
muskular pada otot kaki belakang.
Intra : Posisi diatur sedemikian rupa sehingga letak
peritoneal kepala lebih rendah daripada perut.
Penyuntikan dilakukan pada garis tengah di
muka kandung kencing

Prosedur Percobaan Pada Tikus


1. Tikus dapat dipegang dengan memegang ujung ekornya dengan
tangan kanan.
2. Biarkan menjangkau/mencengkeram alas yang kasar .
3. Kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit
kulit tengkuknya seerat/setegang mungkin.
4. Ekor dipindahkan dari tangan kanan, dijepit antara jari
kelingking dan jari manis tangan kiri.

30
5. Dengan demikian, mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan
siap untuk diberi perlakuan
a. Pemberian Senyawa Bioaktif

Pemberian senyawa bioaktif dapat melalui oral,


intraperitoneal, subkutan, intramuskular, intravena.
Substansi yang dimasukkan kedalam oral menggunakan
sonde digunakan untuk menguji keamanan komponen baru
makanan dan studi lainnya. Injeksi subkutan dilakukan di
bawah kulit pada daerah kulit tengkuk dicubit di antara
jempol dan telunjuk kemudian jarum ditusukkan di bawah
kulit di antara kedua jari tersebut. Injeksi intramuskular
adalah dengan melakukan penyuntikan dilakukan ke dalam
otot pada daerah otot paha. Injeksi intravena dilakukan pada
ekor tikus, mula-mula ekor tikus direndam dengan air
hangat agar pembuluh vena pada ekor tikus berdelatasi
sehingga memudahkan pemberian senyawa bioaktif pada
tikus (Thomson, E.B, 1985).

b. Pemberian Anestesi
Anestesi merupakan kehilangan kesadaran yang
didapat dengan penggunaan anestesi pada formasi retikular.
Pemilihan agen anestetik dan metode yang digunakan
memperhatikan adminitrasi, tujuan penelitian, akomodasi
personal yang ada, peralatan serta keuangan. Metode
inhalasing sering digunakan karena karakteristiknya yang
cepat onset dan pemulihannya dari anestesia serta relatif
sederhana penggunaan alatnya (Suckow et al., 2006).

31
Pemberian dapat dilakukan dengan menggunakan alkohol
atau eter dengan cara memberikan tisu pada hdung tikus
dengan tujuan agar eter yang sudah ditetesi pada kapas
dapat dihirup oleh tikus. Sehingga tikus bisa kehilangan
kesadarannya.

c. Pembedahan Pada Tikus


Tikus yang akan dibedah dimatikan terlebih dahulu,
untuk mematikannya dapat dilakukan dengan cara anastesi
lokal maupun dengan cara dislokasi lokal. Anastesi lokal
dilakukan dengan cara memasukkan tikus kedalam toples
yang telah dijenuhkan dengan larutan eter dan tertutup,
tunggu hingga tikus dalam keadaan mati. Selain anastesi
lokal, dislokasi lokal juga dapat digunakan dengan cara
memisahkan/menghambat pengaliran darah ke otak dengan
merenggangkan bagian-bagian tulang belakang dari tikus.
Tikus yang telah dimatikan kemudian diletakan diatas baki
lilin. Kemudian diamati bagian morfologinya lalu dibedah
dengan cara membuka rongga perutnya secara tipis dengan
gunting. Pembedahan dimulai dari anus sampai
kerongkongan sehingga terlihat bagian dalam tubuhnya
kemudian diamati bagian dalam organ tubuhnya, data
ditulis organ apa saja didalamnya.

Terkadang para peneliti melakukan tindakan menyakitkan pada


tikus (hewan) percobaan seperti memberikan obat, memberikan
penyakit buatan, membunuhnya kemudian mencincang dan
memotong-motong untuk keperluan penelitian. Tentu saja penelitian

32
ini untuk kemaslahatan manusia. Bagaimana pandangan Islam dalam
hal ini? Hukum membunuh hewan sebagai berikut :

• Boleh secara mutlak, pada hewan-hewan yang sunnah dibunuh,


yaitu : tikus, kalajengking, anjing gila dan ghurob (gagak hitam
dengan warna putih di perutnya). Sebagaimana dalam hadits yang
diriwayatkan Imam Bukhori dari Sayidah Hafshah, bahwa
Rasulullah SAW bersabda :
‫علَى ْالمحْ ِر ِم فِي قَتْل ِِهن جنَاح ْالغ َراب َو ْالحِ دَأَة َو ْالعَ ْق َرب‬ ِ ‫َخمْ س مِ ْن الد َو‬
َ ‫اب لَي‬
َ ‫ْس‬
‫َو ْال َفأ ْ َرة َو ْالك َْلب ْال َعقور‬
• Haram, pada hewan selain di atas dengan tanpa ada tujuan syar’i.
• Boleh, pada semua jenis hewan jika ada tujuan syar’i seperti
kedokteran atau anatomi dan lain-lain.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-
Utasimin rahimahullah membawakan kaidah umum,

“Hal ini pada hakikatnya saling berkaitan dua dasar. Dasar yang
pertama bahwasanya semua yang ada di bumi diciptakan untuk kita
(manusia). Allah Ta’ala berfirman, “Dialah yang menciptakan untuk
kalian apa yang ada di bumi seluruhnya”. Maka seluruh yang ada di
muka bumi adalah untuk kemashlahatan kita. Dari sisi ini maka boleh

33
melakukan berbagai percobaan pada hewan walaupun hewan tersebut
merasakan kesakitan, jika dalam hal tersebut terdapat kemashlahatan.

Adapun dari sisi yang lain yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wa sallam melarang kita menyiksa hewan dan memerintahkan
membunuh dan menyembelih dengan cara yang baik. Maka

permasalahan ini membutuhkan pertimbangan dan pemikiran.


Semoga Allah menunjukkan kebenaran kepada kita. Syaikh Abdul
karim Al-Hudhair ditanya,

“Apakah diperbolehkan bagi seorang muslim


memotong/mencincang hewan semisal tikus dan kelinci untuk
tujuan penelitian ilmiah, juga apa hukumnya pada hewan seperti
babi? Beliau menjawab,

“Alhamdulillah, tidak ada larangan untuk memotong/mencincang

hewan, serangga dan hewan lainnya untuk keperluan penelitian


ilmiah demi kemaslahatan yang lebih baik. Demikian juga
pemotongan/cincang untuk proses belajar. Dan jika pemotongan
(pembedahan) pada objek manusia maka hendaknya jangan

34
menggunakan jasad seorang muslim, karena kehormatan seorang
muslim setelah matinya sama dengan kehormatannya ketika hidup.
Adapun pemotongan/cincang hewan babi untuk tujuan ilmiah, maka
tidak mengapa. Babi adalah najis, maka menyentuhnya harus dengan
menggunakan penghalang (sarung tangan). Jika butuh untuk
menyentuhnya langsung maka tidak mengapa, nanti ia
membersihkan kedua tangannya setelahnya.” Alquran memberi
manusia kekuatan untuk memperlakukan hewan dengan baik, untuk
tidak menyakiti dan merendahkannya. Hewan, bersama dengan
semua ciptaan Allah, dipercaya menyembah Allah, walaupun tidak
dengan cara seperti yang manusia lakukan. Allah berfirman,

َ ‫ض َوالطيْر صَافات ۖ كل َق ْد‬


‫ع ِل َم ص َََلتَه‬ ِ ْ‫ت َو ْاْلَر‬ َ ‫أَلَ ْم ت ََر أَن اّللَ ي‬
َ ‫س ِبح َله َمن فِي الس َم‬
ِ ‫اوا‬
‫علِيم ِب َما َي ْف َعلونَ ۝‬ ْ َ ‫َوت‬
َ ‫س ِبيحَه ۖ َواّلل‬
Tidakkah engkau (Muḥammad) tahu bahwa kepada Allah-lah bertasbih apa
yang di langit dan di bumi, dan juga burung yang mengembangkan sayapnya
masing-masing sungguh telah mengetahui (cara) berdoa dan bertasbih. Allah
Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan (Alquran, Surah an-
Nūr/24: 41)

ِ ‫ض َو َّل َطائِر يَطِ ير بِ َجنَا َح ْي ِه إِّل أ َمم أَمْ ثَالكم ۖ ما فَر ْطنَا فِي ْال ِكت َا‬
‫ب مِ ن ش َْيء‬ ِ ْ‫َو َما مِ ن دَابة فِي ْاْلَر‬
ۖ ‫ثم ِإلَى َر ِب ِه ْم يحْ شَرونَ ۝‬
Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung
yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan
umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan
di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan (Alquran,
Surah al-An‘ām/6: 38)

35
Beberapa ayat Alquran lainnya juga menyinggung perihal
hewan; tentang bagaimana manusia harus memperlakukan hewan,
kegunaan hewan bagi manusia, perilaku hewan yang patut ditiru
manusia, dan banyak lagi lainnya. Membicarakan hubungan
kesetaraan antara manusia dengan hewan, Muḥammad Fazlur
Rahman Anshari menulis demikian, “Segala yang di muka bumi ini
diciptakan untuk kita, maka sudah menjadi kewajiban alamiah kita
untuk menjaga segala sesuatu dari kerusakan, memanfaatkannya
dengan tetap menjaga martabatnya sebagai ciptaan Tuhan, dan
melestarikannya sebisa mungkin. Dengan demikian kita mensyukuri
nikmat Tuhan dalam bentuk perbuatan nyata.” Islam mengajarkan
pemeluknya untuk menyayangi binatang dan melestarikan
kehidupannya. Islam tidak membenarkan manusia untuk
menyalahgunakan binatang untuk tujuan olahraga maupun sebagai
objek eksperimen sembarangan.

Penyembelihan Hewan Yang Sesuai Syari’at Dengan


Menggunakan Senjata

A. Alat Penyembelih
Alat yang digunakan untuk menyembelih hewan harus yang
tajam agar dapat mempercepat proses kematian binatang itu dan
tidak terlalu menderita sewaktu disembelih. Rasulullah Saw.
bersabda:
“Dari Syaddad bin Aus, ia berkata bahwa Rasulullah Saw.
bersabda: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat baik
atas setiap persoalan. Oleh karena itu, apabila kamu membunuh
baguskanlah cara pembunuhannya itu, Jika kamu menyembelih

36
maka baguskanlah cara penyembelihannya, Dan tajamkanlah
pisaunya dan mudahkan kematian hewan sembelihannya itu
(HR. Muslim).
Oleh karena itu, alat yang dipakai sebaiknya terbuat dari besi
atau tembaga, seperti pisau atau golok. Sementara itu, gigi, dan
tulang tidak boleh dipergunakan untuk menyembelih meskipun
tajam atau lancip.
Dari Ka’ab bin Malik Radhiyallahu ‘anhu:

‫ن ذلِكٌَ َفأ َ َم ٌَر ِبأ َ ْك ِل َها‬ َ ‫ل النَّ ِبيٌ صلى اَللٌَّ عليه وسل‬
ٌْ ‫ع‬ ٌْ ‫ن ْام َرأَةٌ ذَ َب َح‬
ُ َ‫ ف‬،‫ت شَاةٌ ِب َح َج ٍر‬
ٌَ ‫س ِئ‬ ٌَّ َ ‫أ‬.

“Bahwasanya ada seorang wanita menyembelih kambing


dengan batu, kemudian hal itu ditanyakan kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau pun memerintahkan
untukmemakannya.”
Dari ‘Abayah bin Rifa’ah dari kakeknya, bahwasanya ia berkata,
“Wahai Rasulullah, kami tidak mempunyai pisau.” Maka beliau
bersabda:

ٌ‫ َوأ َ َّما ال ِسن‬،ِ‫ن أ َ َّما الظفُ ٌُر فَ ُمدَى ْال َحبَ َشة‬ ٌ ‫َما أ َ ْن َه َرٌ الد ٌََّم َوذُك َِرٌ ا ْس ٌُم‬
ٌَ ‫ َلي‬،‫للاِ فَ ُك ْل‬
ٌَّ ‫ْس الظفُ ٌَر َوال ِس‬
ْ َ‫فَع‬.
ٌ‫ظم‬

‘(Alat) apa saja yang dapat mengalihkan darah dan disebut


Nama Allah (pada saat menyembelih) maka makanlah
(sembelihan itu), asalkan tidak menggunakan kuku dan gigi.
Adapun kuku adalah pisaunya orang Habasyah sedangkan gigi
merupakan tulang.’

37
Dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Dua
hal yang aku hafal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda:

‫ َو ِإذَا ذَبَحْ ت ُ ْمٌ فَأَحْ ِسنُوا‬. َ‫فَإِذَا َقت َْلت ُ ٌْم فَأَحْ ِسنُوا ٌْال ِقتْ َل ٌة‬. ٌٍ‫َيء‬
ْ ‫ل ش‬ َ ٌَ‫َب اْ ِإلحْ َسان‬
ٌِ ‫علَىٌ ُك‬ ٌ ٌ‫ِإ َّن‬
ٌَ ‫للاَ َكت‬
ُ‫فَ ْلي ُِرحٌْ ذَ ِب ْي َحتَ ٌه‬. ُ‫ش ْف َرت َ ٌه‬
َ ‫ َو ْليُحِ دٌَّ أ َ َحدُ ُك ٌْم‬. ‫ح‬
ٌَ ‫ال ِذ ْب‬.

‘Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik kepada segala


sesuatu. Apabila engkau membunuh, maka hendaklah
membunuh dengan cara yang baik, dan jika engkau
menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik, dan
hendaknya seorang menajamkan pisau dan menenangkan
hewan sembelihannya itu.’ Dari Rafi’ bin Khudaij Radhiyallahu
‘anhu, ia menerangkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salalm
berkata kepadanya:

ٌ‫للاِ فَ ُك ْل‬ ٌَ ‫ َما أ َ ْن َه ٌَر الد ٌََّم َوذُك‬.


ٌ ‫ِر ا ْس ٌُم‬

“(Alat) apa saja yang dapat mengalirkan darah dan disebut-kan


Nama Allah (pada saat menyembelih), maka makanlah
(sembelihan itu).

38
B. Alat Untuk Berburu
Berburu dapat dilakukan dengan senjata yang dapat
melukai seperti pedang, pisau atau panah, dan bisa juga
dilakukan dengan binatang pemburu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ٌ‫صٌْي ٌِد تَنَالُ ٌهُ أ َ ْيدِي ُك ٌْم َو ِر َما ُح ُك ْم‬


َّ ‫ش ْيءٌٍ مِ نٌَ ال‬ ٌَّ ‫يَا أَي َها الَّذِينٌَ آ َمنُوا لَيَ ْبلُ َونَّ ُك ٌُم‬
َ ِ‫اَللُ ب‬

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Allah akan


mengujimu dengan sesuatu dari binatang buruan yang mudah
didapat oleh tangan dan tombakmu..”. [Al-Maa-idah: 94]

Disyaratkan merobek jasad binatang buruan dan


menembuskan senjata ke badannya pada saat berburu dengan
senjata.

Bila etika menyembelih hewan sudah dijelaskan dengan


cukup rinci dalam banyak hadis, tidak demikian adanya dengan
pemanfaatan hewan sebagai objek percobaan/penelitian. Untuk
mengetahui hukum hal tersebut kita memerlukan kaidah-kaidah
yang ada di dalam disiplin ilmu fikih. Fikih yang merupakan
ilmu yang menuntun umat Islam dalam menentukan hukum
suatu persoalan, apakah diperbolehkan atau dilarang.
Berdasarkan kajian-kajian fikih diperoleh keputusan bahwa jika
eksperimen pada hewan bertujuan memperoleh pengetahuan
yang benar-benar bermanfaat bagi kehidupan manusia dan/atau
makhluk lainnya, maka eksperimen tersebut dapat disetujui;

39
tidak bila didasarkan pada alasan yang tidak demikian. Terkait
penggunaan hewan sebagai objek eksperimen, fikih memberi
rambu-rambu sebagai berikut.
1. Menjadikan hewan sebagai objek eksperimen yang bersifat
menyakiti, dan tindakan-tindakan lain yang mengakibatkan
kebutaan atau cacat semisalnya pada hewan, hukumnya
haram;
2. Pengujian obat-obatan kepada hewan, sebelum obat itu
dinyatakan aman bagi manusia, hukumnya boleh;
3. Menjadikan hewan sebagai objek eksperimen yang
sembarangan dan tanpa tujuan yang jelas hukumnya haram.

40
KESIMPULAN

Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan


yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan
model, dan juga untuk mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan
laboratorik. Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian akan
mengalami penderitaan, yaitu: ketidaknyamanan, ketidaksenangan,
kesusahan, rasa nyeri, dan terkadang berkahir dengan kematian.
Berdasarkan hal tersebut hewan yang dikorbankan dalam penelitian
tersebut yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh manusia perlu
dihormati, mendapat perlakuan yang manusiawi, dipelihara dengan
baik, dan diusahakan agar bisa disesuaikan pola kehidupannya seperti
di alam.

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti harus membuat dan


menyesuaikan protocol dengan standar yang berlaku secara alamiah
dan etik penelitian kesehatan. Etika penelitian kesehatan secara
umum tercantum dalam World Medical Association, yaitu : Respect,
Beneficiary, dan Justice.

Memberi perlakuan kepada setiap hewan berbeda-beda


tergantung jenis spesies hewan tersebut. Peneliti harus
memperlakukan hewan-hewan percobaan tersebut dengan baik dan
menyenangkannya disaat ia akan menyembelih atau membunuhnya.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw “Sesungguhnya Allah telah
mewajibkan ihsan (berbuat baik) atas segala sesuatu, maka apabila
kalian membunuh hendaklah berlaku ihsan didalam pembunuhan,
dan apabila kalian menyembelih hendaklah berlaku baik didalam

41
penyembelihan, dan hendaklah kamu menyenangkan sembelihannya
dan hendaklah ia mempertajam mata pisaunya” (HR. Muslim:1995).

42
BAB V
PENGAWETAN HEWAN DAN TUMBUHAN
Sebuah Opini: Pengawetan Hewan dan Tumbuhan Menurut
Pandangan Pribadi, IPTEK, Hukum Negara, Hukum Agama, dan
Hukum Sosial.

• Pengawetan Hewan dan Tumbuhan Menurut Pandangan Pribadi.


Pengawetan hewan dan tumbuhan sangat berguna untuk bahan
pembelajaran, bahan penelitian maupun untuk koleksi pribadi,
misalnya dalam bidang biologi tidak semua objek penelitian dengan
mudah kita dapatkan di sekitar kita karena objek tersebut langka atau
habitatnya yang jauh sehingga kita membutuhkan suatu koleksi
awetan. Di sekolah-sekolah, awetan tersebut bisa digunakan sebagai
bahan untuk menunjang pembelajaran. Hewan maupun tumbuhan
yang diawetkan tersebut dapat terus digunakan di waktu yang akan
datang dan tidak perlu mengambil hewan ataupun tumbuhan untuk
di awetkan kembali. Namun kita juga harus memahami dengan betul
syarat dan tata cara dalam mengawetkan hewan maupun tumbuhan
agar kita tetap menjaga kelestarian hewan maupun tumbuhan yang
ada di Indonesia.

• Pengawetan Hewan dan Tumbuhan Menurut Ilmu Pengetahuan


dan Teknologi (IPTEK).
Seiring perkembangan zaman, manusia terus berusaha
mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
membantu dan memudahkan kita melakukan berbagai aktivitas.
Dengan perkembangan tersebut teknik-teknik dalam pengawetan
hewan pun menjadi beragam, mulai dari menggunakan bahan kimia

43
sampai alat-alat canggih untuk mempermudah kita melakukan
pengawetan. Contohnya jika kita ingin membuat herbarium, kita
harus menjemur daun dengan menggunakan sinar matahari untuk
melepaskan molekul-molekul air pada daun, cara ini membutuhkan
waktu yang cukup lama, apalagi jika sedang terjadi hujan maka proses
pengeringan pun akan terganggu, namun sekarang kita bisa
menggunakan oven untuk mengeringkan daun, pada suhu 60 0C –
700C. Tetapi pengeringan dengan menggunakan oven ini pun
mempunyai kekurangan yaitu daun menjadi lebih mudah rusak.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan dari teknik-teknik
pengawetan tersebut IPTEK sangat membantu kita khususnya bagi
seorang pelajar maupun peneliti untuk terus mengembangkan
pengetahuannya.

• Pengawetan Hewan dan Tumbuhan Menurut Hukum Negara di


Indonesia.
Di Indonesia terdapat undang- undang yang mengatur tentang
pengawetan hewan yaitu UU No.7 Tahun 1999 tentang pengawetan
jenis tumbuhan dan satwa.

Ada juga beberapa undang-undang yang mengatur tentang


konservasi dan pemanfaatan jenis tumbuhan maupun satwa yaitu:

➢ UU No.5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam


hayati dan ekosistemnya.
➢ UU No.8 tahun 1999 tentang pemanfaatan jenis tumbuhan
dan satwa liar
• Pengawetan Hewan dan Tumbuhan Menurut Hukum Agama.

44
Hukum mengawetkan hewan menurut agama islam, secara
umum hewan-hewan yang diawetkan ada dua macam dari segi halal
dan haramnya. Pertama hewan yang haram untuk di konsumsi seperti
anjing, babi, kucing, burung elang dan sebagainya. Hewan-hewan
haram yang mati ini akan menjadi bangkai dan di dalam syariah islam
telah mengharamkan untuk memanfaatkan bangkai, maka dari itu
haram hukumnya mengawetkan hewan-hewan yang haram untuk di
konsumsi.

Kedua, hewan-hewan yang halal untuk dikonsumsi seperti sapi,


ikan, belalang, hewan-hewan laut dan sebagainya. Hewan yang halal
ini dibagi lagi menjadi dua macam yang dilihat dari segi ada tidaknya
penyembelihan syar'i padanya:

➢ Disembelih secara syari, yaitu hewan yang halal dimakan


dan sudah disembelih secara syar'i maka boleh untuk
diawetkan. Hal itu karena hewan tersebut mati dalam
keadaan suci yakni bukan menjadi bangkai.
➢ Hewan yang mati tanpa disembelih secara syar'i, hewan
kategori ini statusnya menjadi haram untuk dimakan dan
juga di awetkan, karena statusnya berubah menjadi bangkai
dan termasuk dalam najis.
Ada beberapa pengecualian dalam hal bangkai-bangkai tertentu
yang telah di halalkan secara syariah berdasarkan dalil-dalil tertentu
yaitu:

1. Bangkai ikan
2. Bangkai belalang
3. Bangkai hewan-hewan laut.

45
• Pengawetan Hewan dan Tumbuhan Menurut Hukum Sosial.
Pengawetan hewan maupun tumbuhan sudah banyak diketahui
oleh masyarakat karena pengawetan hewan maupun tumbuhan ini
memang sudah sejak lama dilakukan. Lalu bagaimana hukum sosial
di Indonesia tentang pengawetan hewan dan tumbuhan. Sebagaian
dari kita pasti pernah melihat berbagai pajangan hewan maupun
tumbuhan yang di awetkan di sekolah-sekolah, laboratorium maupun
di rumah-rumah, bahkaan pernah diadakan pameran yang
menampilakan berbagai herbarium yang dibingkai, dan menjadi daya
tarik bagi masyarakat. Di Indonesia banyak sekali komunitas-
komunitas pencinta hewan maupun tumbuhan yang menggalakan
kita untuk tidak memperlakukan hewan dengan semena-mena.
Dalam melakukan pengawetan tentu kita harus menaati peraturan
yang ada di Indonesia, contohnya kita tidak boleh mengambil hewan
yang dilindungi untuk diburu secara illegal hal tersebut melanggar
hukum dan bisa mendapatkan ancama hukuman penjara.Oleh karena
itu sebagai masyarakat kita juga harus peduli terhadap kelestarian
hewan maupun tumbuhan disekitar kita untuk mencegah kepunahan
dari satwa maupun tumbuhan yang ada di Indonesia.

Apa hukum mengawetkan hewan mati dengan tengkoraknya


(muhannath) untuk dipajang sebagai hiasan?

o Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad as-Sarbini. Pengawetan


(tahnith) hewan mati dengan tujuan untuk dipajang sebagai hiasan
telah difatwakan oleh ulama kibar masa ini. Berikut fatwa-fatwa
yang dapat kami nukil di sini.
o Fatwa al-Lajnah ad-Da’imah (diketuai oleh Ibnu Baz

46
rahimahullah) dalam Fatawa al-Lajnah (1/715, 716) dan (13/35-
36). Mereka berfatwa bahwa hal itu tidak tergolong menggambar
sesuatu yang terlarang (yaitu menggambar makhluk hidup), tidak
pula tergolong menandingi ciptaan Allah ‘azza wa jalla, dan tidak
tergolong menyimpan gambar makhluk hidup yang telah dilarang
dalam hadits-hadits yang sahih. Namun, hal itu haram dengan
alasan sebagai berikut.
Membuang harta dengan sia-sia jika hewan itu tergolong hewan
yang halal dimakan. Jika tergolong hewan yang bisa difungsikan
untuk suatu manfaat, hal itu tergolong membinasakan hewan yang
bermanfaat tanpa ada tujuan yang berguna. Biaya
pemeliharaannya tergolong israf (pemborosan) dan mubazir yang
tercela.

Wasilah/faktor yang akan menyeret untuk menyimpan dan


memelihara gambar/patung makhluk bernyawa yang merupakan
perkara haram dan wasilah/faktor kesyirikan.

o Ibnu ‘Utsaimin berfatwa pada Liqa’ Bab al-Maftuh (juz 147)


bahwa hal itu bukan tergolong gambar makhluk hidup yang
terlarang, melainkan makhluk ciptaan Allah ‘azza wa jalla
yang diawetkan.
Adapun hukumnya, Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah
memberikan rincian. Beliau rahimahullah berkata,
“Mengambil hewan mati yang diawetkan tidak termasuk
menggambar sesuatu yang terlarang, karena sesungguhnya
Anda hanyalah mengambil suatu makhluk ciptaan Allah
‘azza wa jalla. Bukankah itu salah satu makhluk ciptaan
Allah ‘azza wa jalla?

47
Akan tetapi, tersisa peninjauan dari segi lain. Apabila termasuk
hewan yang haram dimakan, itu tergolong najis yang tidak boleh
disimpan.

Apabila termasuk hewan yang halal dimakan tetapi tidak


disembelih secara syar’i, itu juga tergolong najis yang tidak boleh
disimpan.

Jika termasuk hewan yang halal dimakan dan disembelih secara


syar’i lalu diawetkan, itu tidak mengapa. Namun, jika hal itu
menghabiskan biaya yang besar, tergolong membuang harta Cuma-
cuma (haram).

Lebih detail lagi dari rincian ini adalah fatwa beliau rahimahullah
dalam kitab Majmu’ Fatawa wa ar-Rasa’il (12/358—359):

Mengawetkan tengkorak hewan yang haram dimakan, seperti


anjing, singa, dan serigala haram diperjualbelikan, karena tergolong
bangkai (najis). Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
melarang penjualan najis. Lagi pula tidak ada manfaatnya sehingga
biaya yang digunakan tergolong membuang harta secara sia-sia,
sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang dari
perbuatan membuang harta secara sia-sia.

Mengawetkan tengkorak hewan yang halal dimakan jika mati


tidak dengan cara penyembelihan syar’i, haram
memperjualbelikannya karena tergolong bangkai (najis). Jika mati
dengan cara penyembelihan syar’i, halal diperjualbelikan. Hanya saja,
saya khawatir hal itu (dengan tujuan untuk hiasan) termasuk

48
membuang harta secara sia-sia terkhusus jika menghabiskan biaya
yang besar.

Alhasil, hal itu tidak boleh. Wallahu a’lam.

Ada tujuan lain yang diperbolehkan, yaitu untuk praktikum di


laboratorium dalam rangka pelajaran anatomi dan lainnya.

Ibnu ‘Utsaimin dalam Fatawa Nur ‘ala ad-Darb (Kitab al-‘Ilmi)


berfatwa, “Boleh mengawetkan hewan untuk tujuan belajar dan
menghasilkan ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan hamba-hamba
Allah ‘azza wa jalla, karena Allah ‘azza wa jalla menciptakan semua
yang ada di muka bumi untuk kepentingan/maslahat kita.

Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Dialah yang menciptakan seluruh


yang di muka bumi untuk kepentingan kalian.” (al-Baqarah: 29)

Namun, wajib ditempuh cara termudah dalam membunuhnya


untuk mencapai tujuan tersebut, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

َ‫فَإِذَا َقت َْلت ُ ٌْم فَأَحْ ِسنُوا ْال ِقتْ َل ٌة‬.

“Maka dari itu, jika kalian membunuh, bunuhlah dengan cara yang
baik.” (HR. Muslim dari Syaddad bin Aus radhiallahu ‘anhu.)

Jika dibuat pingsan dengan dibius untuk praktik


operasi/pembedahan, hal itu juga tidak mengapa, karena
mengandung maslahat untuk para pelajar. Sementara itu, tidak ada
mudarat besar terhadap hewan itu mengingat dibedah dalam keadaan
sudah pingsan.”

49
BAB VI
ETIKA PENANGANAN SISA TUMBUHAN

1. Limbah Sisa Tumbuhan


Tumbuhan merupakan salah satu mahkluk hidup yang
terdapat di alam semesta. Selain itu tumbuhan adalah mahkluk
hidup yang memiliki daun, batang, dan akar sehingga mampu
menghasilkan makanan sendiri dengan menggunakan klorofil
untuk menjalani proses fotosintesis. Bahan makanan yang
dihasilkannya tidak hanya dimanfaatkan untuk dirinya sendiri,
tetapi juga untuk manusia dan hewan. Bukan makanan saja yang
dihasilkannya, tetapi tumbuhan juga dapat menghasilkan
Oksigen (O2) dan mengubah Karbondioksida (CO2) yang
dihasilkan oleh manusia dan hewan menjadi Oksigen (O2) yang
dapat digunakan oleh mahkluk hidup lain (Ferdinand, 2009:23).
Selain itu tumbuhan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan
praktikum. Sehingga sisa sisa praktikum tumbuhan akan
menjadi limbah. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari
suatu proses reproduksi baik industri maupun domestik (rumah
tangga), yang kehadirannya pada saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri-dari bahan kimia
organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas
tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah. Limbah tumbuhan
termasuk pada golongan limbah organik. Limbah organik adalah
jenis limbah yang berasal dari tumbuhan dan hewan yang
diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian,

50
perikanan, peternakan, rumah tangga dan industri yang secara
alami mudah terurai oleh aktivitas mikroorganisme. Limbah
organik terdiri atas limbah tumbuhan dan limbah hewan.Limbah
tumbuhan, yaitu limbah yang berasal dari tumbuhan. Misalnya,
kulit buah-buahan, batang sayuran, tangkai cabe dan daun-daun
kering.

2. Pengolahan Limbah Tumbuhan


Pengolahan Limbah Tumbuhan – Minimnya
pengetahuan yang dimiliki masyarakat pedesaan dalam hal
pengolahan limbah atau pengolahan limbah, membuat mereka
harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli pupuk untuk
menyuburkan tanah. Padahal mereke memiliki sumberdaya
alam yang jumlahnya melimbah untuk diolah menjadi pupuk.
Pada umumnya masyarakat pedesaan hanya membuang atau
membakar daun-daun tanaman yang mereka tebang apabila
pohon disekitar mereka sudah besar. Tanaman tersebut harus
ditebang dengan alasan apabila daun pada tumbuhan tersebut
terlalu rimbun, dan bila terjadi hujan deras disertai angin
kencang maka pohon tersebut akan mudah tumbang. Namun,
seharusnya daun-daun tersebut dapat dimanfaatkan kembali
menjadi salah satu barang yang memiliki nilai ekonomis dan
manfaat yang lebih tinggi. Untuk batang tumbuhan biasanya
digunakan untuk kayu bakar, dan daun-daun dari batang
tersebut hanya dibakar begitu saja. Dengan memiliki lahan yang
luas merupakan salah keuntungan bagi mereka untuk lokasi
pengolahan limbah dari tumbuhan. Untuk mengendalikan laju
penumpukan limbah sebenarnya adalah dengan memberikan

51
sosialisasi dengan menumbuhkan kesadaran dari dalam diri
masyarakat sendiri tentang bahaya limbah bagi lingkungan oleh
karena itu masyarakat harus memiliki berbagai penetahuan
tentang limbah. Salah satunya adalah tentang prinsip
pengolahan limbah.
Sebagai bahan pengetahuan, ada beberapa prinsip yang harus
diketahui untuk mengolah sampah. Prinsip-prinsip ini dikenal
dengan nama 4R, yaitu:
• Mengurangi (reduce) Mengurangi penggunaan barang atau
material dalam kegiatan sehari-hari sampai seminimal mungkin
agat tidak menghasilkan barang sisa atau menimbulkan limbah
organik dan limbah non organik. Apabila semaik besar jumlah
kita menggunakan material maka akan semakin besar juga
jumlah banyak limbah yang ditimbulkan.
• Menggunakan kembali (reuse) Kita harus pandai memanfaatkan
barang-barang yang mungkin masih dapat digunakan kembali,
atau juga memanfaatkan limbah organik dan limbah nonorganic
menjadi barang yang bernilai ekonomis tinggi. Dengan cara ini
dapat mengurangi tumpukan limbah, terutama limbah
anorganik yang sulit terutai. Jangan menggunakan barang yang
memiliki kemasan penggunaannya hanya sekali saja, setelah itu
dibuang (bahasa Inggris: disposable).
• Mendaur ulang (recycle) Menggunakan barang-barang disekitar
kita untuk dimanfaatkan kembali atau biasa disebut dengan
didaur ulang lagi. Namun, tidak semua jenis material dapat
dimanfaatkan kembali, tetapi pada masa sekarang ini sudah
banyak industri tidak resmi (dan industri rumah tangga yang

52
menggunakan limbah menjadi barang yang bermanfaat. Dan
apabila diperjual belikan maka nilai jualnya akan lebih tinggi.
• Mengganti (replace) Meneliti barang yang kita konsumsi dalam
kehidupan sehari-hari dengan barang-barang yang awet dan
tahan lama pemakaiannya. Gunakan produk yang memiliki
kemasan dapat didaur ulang kembali atau mudah mengalami
pelapukan atau dekomposisi.
Untuk menanggulangi permasalahan limbah secara efektif
dan efisien perlu dilakukan alternatif pengelolaan. Misalnya
dengan Landfill, merupakan pilihan tepat dan sangat sesuai,
karena landfill tidak menimbulkan masalah lingkungan dan
tidak berkelanjutan. Malahan alternatife pengolahan limbah
tumbuhan tersebut harus bisa mengatasi semua permasalahan
tentang pembuangan limbah organik dan anorganik dengan cara
memanfaatkan kembali semua jenis limbah yang dibuang
kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam, agar mengurangi
penggunaan sumberdaya alam. Untuk dapat tercapai alternatife
pilian tersebut, terdapat ada tiga perkiraan dalam pengelolaan
limbah yang harus dirubah dengan 3 prinsip–prinsip baru.
Daripada pilihan-pilihan bahwa masyarakat akan menghasilkan
volume limbah yang terus meningkat, pengurangan jumlah
volume limbah harus dijadikan sebagai prioritas utama. Dalam
praktik membuang limbah harus dilakukan pemilahan, sehingga
tiap bagian material limbah dapat dimanfaatkan atau didaur-
ulang secara optimal, daripada dibuang langsung pada sistem
pembuangan limbah atau Tempat pembuangan akhir sampah,
dibuang langsung dan setercampur seperti yang ada saat ini.
Pembuangan limbah yang tercampur merusak dan mengurangi

53
nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi.
Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/ mencemari
bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun
dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya. Harus
mendapat perhatian, bahwa peningkatan alur limbah yang
berasal dari barang-barang jenis plastik dan produk-produk yang
tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu direncanakan
kembali agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan
penghapusan penggunaan. Program-program limbah desa dan
dikota harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat
agar berhasil, dan tidak mungkin program pembungan limbah
dibuat sama dengan didesa satu dan dikota lainnya. Sebagai
contoh bahwa program-program limbah pada negara-negara
berkembang seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola
program pembuangan limbah yang telah berhasil dilakukan di
negara-negara maju, karena beberapa hal yang berbeda, seperti
perbedaan kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum dan budaya.
Khususnya pada bagian informal (tukang limbah atau
pemulung) merupakan suatu bagian penting dalam sistem
penanggulangan limbah yang ada saat ini, dan peningkatan
kinerja mereka harus menjadi bagian penting dalam sistem
penanggulangan limbah di negara berkembang. Program-
program pembuangan limbah pada negara Utara atau di negara
Selatan, menggunakan sebuah sistem untuk penanganan limbah
organik merupakan bagian-bagian terpenting dari suatu sistem
penanganan limbah pedesaan dan perkotaa. Pengolahan limbah
tumbuhan atau pengolahan limbah organik dijadikan kompos,
vermi-kompos (pengomposan yang dilakukan dengan bantuan

54
hewan cacing) atau dapat dirubah menjadi bahan konsumsi
makanan hewan ternak untuk mengembalikan nutirisi-nutrisi
yang ada ke tanah. Hal ini harus dilaksanakan untuk menjamin
bahwa material-material yang masih bisa didaur kembali tidak
terkontaminasi, hal ini merupakan kunci ekonomis dari suatu
alternatif pengolahan limbah tumbuhan atau atau pengolahan
limbah. Dengan melakukan pengolahan limbah maka akan
menciptakan peluang kerja yang lebih banyak dengan jumlah
kapasitas per ton limbah apabila dibandingkan dengan kegiatan
lain, dan menghasilkan suatu aliran material yang dapat
mensuplai industri.
Melalui proses pelapukan terjadi proses daur ulang
unsur hara secara alami. Unsur hara yang terdapat dalam
material atau limbah organik yang telah mati, dengan bantuan
mahluk mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan
terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan
manusia maka produk akhirnya adalah pupuk kompos. Setiap
bahan organik, bahan-bahan hayati yang telah mati, akan
mengalami proses pelapukan atau pelapukan. Daun-daun yang
gugur ke tanah, batang atau ranting yang patah, bangkai hewan,
kotoran hewan, sisa makanan, dan lain sebagainya, semuanya
akan mengalami proses pelapukan kemudian hancur menjadi
seperti tanah berwarna coklat-kehitaman. Wujudnya semula
tidak dikenal lagi. Melalui proses pelapukan terjadi proses daur
ulang unsur hara secara alamiah. Hara yang terkandung dalam
bahan atau benda-benda organik yang telah mati, dengan
bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan
terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan

55
manusia maka produk akhirnya adalah pupuk kompos.
Pengolahan Limbah Tumbuhan Pengolahan tumbuhan dan
material menjadi pupuk kompos diartikan sebagai proses
biokimia yang melibatkan jasad renik sebagai agensia (perantara)
yang merubah bahan organik menjadi bahan yang mirip dengan
humus. Hasil perubahan dari proses tersebut disebut kompos.
Hasil kompos biasanya dimanfaatkan sebagai penyubur
tanaman dan pembenah tanah. Proses dari kompos dan
pengomposan sudah ada sejak jaman dahulu dan Ratusan tahun
yang lalu. Berbagai sumber informasi mengenai catatan, bahwa
penggunaan kompos sebagai penyubur tanah atau penyubur
tanaman telah dimulai sejak 1000 tahun sebelum Nabi Musa.
Terdapat catatan juga bahwa pada zaman Kerajaan Babylonia
dan kekaisaran China, hasil kompos dan teknologi pembuatan
kompos sudah berkembang cukup pesat. Memang sudah
menjadi sifat dari manusia bahwa perkembangan teknologi dan
industri telah menciptakan sifat bergantung pada sektor
pertanian terhadap pupuk buatan pabrik sehingga membuat
orang melupakan pupuk kompos atau pupuk berbahan organik
melalui pengelolaan limbah tumbuhan dan material lain.
Padahal kompos memiliki kelebihan-kelebihan dibandungkan
pupuk buatan yang tidak dapat digantikan oleh pupuk kimiawi.
Diantaranya kelebihan pupuk berasal dari limbah organik
dibandingkan pupuk buatan yaitu : Pupuk organik atau pupuk
kompos dapat mengurangi kepekatan dan kepadatan tanah
sehingga memudahkan perkembangan akar dan kemampuannya
dalam penyerapan hara. Pupuk kompos atau pupuk organik
dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air

56
sehingga tanah dapat menyimpan air lebih ama dan mencegah
terjadinya kekeringan pada tanah. Pupuk kompos atau pupuk
organik dapat menahan erosi tanah sehingga mengurangi
pencucian hara. Pupuk kompos atau pupuk organik
menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jasad
penghuni tanah seperti cacing dan mikroba tanah yang sangat
berguna bagi kesuburan tanah.

57
KESIMPULAN

Tumbuhan merupakan salah satu mahkluk hidup yang


terdapat di alam semesta. Selain itu tumbuhan adalah mahkluk
hidup yang memiliki daun, batang, dan akar sehingga mampu
menghasilkan makanan sendiri dengan menggunakan klorofil
untuk menjalani proses fotosintesis. Bahan makanan yang
dihasilkannya tidak hanya dimanfaatkan untuk dirinya sendiri,
tetapi juga untuk manusia dan hewan. Bukan makanan saja yang
dihasilkannya, tetapi tumbuhan juga dapat menghasilkan
Oksigen (O2) dan mengubah Karbondioksida (CO2) yang
dihasilkan oleh manusia dan hewan menjadi Oksigen (O2) yang
dapat digunakan oleh mahkluk hidup lain (Ferdinand, 2009:23).
Pada umumnya masyarakat pedesaan hanya membuang atau
membakar daun-daun tanaman yang mereka tebang apabila
pohon disekitar mereka sudah besar. Tanaman tersebut harus
ditebang dengan alasan apabila daun pada tumbuhan tersebut
terlalu rimbun, dan bila terjadi hujan deras disertai angin kencang
maka pohon tersebut akan mudah tumbang. Sebagai bahan
pengetahuan, ada beberapa prinsip yang harus diketahui untuk
mengolah sampah. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 4R,
yaitu:
• Mengurangi (reduce) Mengurangi penggunaan barang atau
material dalam kegiatan sehari-hari sampai seminimal
mungkin agat tidak menghasilkan barang sisa atau
menimbulkan limbah organik dan limbah non organik.
Apabila semaik besar jumlah kita menggunakan material

58
maka akan semakin besar juga jumlah banyak limbah yang
ditimbulkan.
• Menggunakan kembali (reuse) Kita harus pandai
memanfaatkan barang-barang yang mungkin masih dapat
digunakan kembali, atau juga memanfaatkan limbah organik
dan limbah nonorganic menjadi barang yang bernilai
ekonomis tinggi. Dengan cara ini dapat mengurangi
tumpukan limbah, terutama limbah anorganik yang sulit
terutai. Jangan menggunakan barang yang memiliki kemasan
penggunaannya hanya sekali saja, setelah itu dibuang (bahasa
Inggris: disposable).
• Mendaur ulang (recycle) Menggunakan barang-barang
disekitar kita untuk dimanfaatkan kembali atau biasa disebut
dengan didaur ulang lagi. Namun, tidak semua jenis material
dapat dimanfaatkan kembali, tetapi pada masa sekarang ini
sudah banyak industri tidak resmi (dan industri rumah tangga
yang menggunakan limbah menjadi barang yang bermanfaat.
Dan apabila diperjual belikan maka nilai jualnya akan lebih
tinggi.
• Mengganti (replace) Meneliti barang yang kita konsumsi
dalam kehidupan sehari-hari dengan barang-barang yang awet
dan tahan lama pemakaiannya. Gunakan produk yang
memiliki kemasan dapat didaur ulang kembali atau mudah
mengalami pelapukan atau dekomposisi.

59
Melalui proses pelapukan terjadi proses daur ulang unsur
hara secara alami. Unsur hara yang terdapat dalam material atau
limbah organik yang telah mati, dengan bantuan mahluk mikroba
(jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan terurai menjadi hara
yang lebih sederhana dengan bantuan manusia maka produk akhirnya
adalah pupuk kompos.

60
BAB VII
ETIKA PENANGANAN LIMBAH HEWAN SISA
KEGIATAN PEMBELAJARAN

Hewan laboratorium atau hewan coba adalah hewan yang


sengaja dipelihara dan diternakan untuk dipakai sebagai hewan model
guna mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu
dalam skala penelitian atau pengamat laboratorik.(1:1)
Hewan Laboratorium adalah hewan yang dipelihara khusus
sebagai hewan percobaan, penelitian, pengujian, pengajaran, dan
penghasil bahan biomedik ataupun dikembangkan menjadi hewan
model untuk penyakit manusia (Sulaksono,1987).
Hewan Laboratorium dapat meliputi mencit, tikus, marmot, kelinci,
kucing, anjing, kera, unggas dan hewan yang relatif kecil yang
disiapkan untuk eksperimentasi (UFAW,1987).
Penggunaan hewan percobaan untuk penelitian banyak
dilakukan dibidang fisiologi, farmakologi, biokimia, patologi,
komperatif zoologi dan ekologi dalam arti luas. Dibidang ilmu
kedokteran selain untuk penlitian, hewan juga sering digunakan
untuk keperluan diagnostik, sedangkan dibidang pendidikan dan
psykologi,hewan laboratorium digunakan untuk pengamatan tingkah
laku hewan, yaitu ditingkat pendidikan dasar, menengahdan
menengah atas, serta pendidikan tinggi. Dikelompok umur balita
hewan laboratorium ini digunakan untuk menguji tingkat kecerdasan
anak.(1:1)
Penggunaan hewan hidup sebagai hewan percobaan baik
untuk penelitian maupun diagnostik sejak dulu sampai sekarang
mengundang dua pendapat pro dan kontra.kelompok pro jelas datang

61
dari pada ilmuwan pemakai hewan percobaan,sedangkan kelompok
kontra ialah orang-orang yang penyayang binatang.(1:1)
Pemanfaatan hewan percobaan menurut pengertian secara umum
ialah untuk penelitian yang mendasarkan pada pengamatan aktivitas
biologik.
Limbah atau sampah bisa diartikan sebagai kotoran hasil
pengolahan pabrik ataupun manusia yang mengandung zat kimia
berupa sampah dan dapat menimbulkan polusi serta menganggu
kesehatan. Pada umumnya sebagian besar orang mengatakan bahwa
limbah adalah sampah yang sama sekali tidak berguna dan harus
dibuang, namun jika pembuangan dilakukan secara terus-menerus
maka akan menimbulkan penumpukan sampah. Limbah bukanlah
suatu hal yang harus dibuang tanpa guna, karena dengan pengolahan
dan pemanfaatan secara baik limbah akan menjadi barang yang lebih
berguna dari sebelumya.
Limbah akan menjadi suatu yang sangat berguna dan
memiliki nilai jual tinggi kala limbah diolah secara baik dan benar.
Limbah yang tidak diolah akan menyebabkan berbagai polusi baik
polusi udara, polusi air, polusi tanah dan juga polusi lain yang akan
menjadi sarang penyakit. Pada lingkungan tempat pembuangan
sampah bisa dipastikan udara sekitar tidak sehat dengan bau yang tak
sedap dari limbah, sumber air sekitar lingkungan akan tercemar
dengan resapan limbah dan tanah yang ada di lingkungan ini akan
terkontaminasi dengan zat kimia limbah sehingga tanah akan tandus.
Menurut Recycling and Waste Management
Act limbah didefinisikan sebagai benda bergerak yang diinginkan
oleh pemiliknya untuk dibuang atau pembuangannya dengan cara
yang sesuai, yang aman untuk kesejahteraan umum dan untuk

62
melindungi lingkungan. Limbah laboratorium adalah limbah yang
berasal dari kegiatan laboratorium
Sumber limbah laboratorium dapat berasal diantaranya dari :
1. Bahan baku yang telah kadaluarsa
2. Bahan habis pakai (misal medium biakan/ perbenihan yang tidak
terpakai)
3. Produk proses di laboratorium (misal sisa spesimen)
4. Produk upaya penanganan limbah (misal jarum suntik sekali
pakai)
Pengelolaan Limbah Hewan
1. Pemanfaatan Sisik Ikan
1.1. Sebagai Bahan Kerajinan Tangan Bros Unik
Memang lazimnya, sisik ikan biasanya hanya
dibuang. Namun, di tangan orang yang kreatif bisa
dimanfaatkan menjadi kerajinan dari sisik ikan yang sangat
indah dan bernilai ekonomi tinggi. Limbah sisik ikan bisa
dijadikan sebagai bahan utama membuat berbagai kerajinan
tangan seperti: anting-anting, cincin, kalung, bros, dan gelang.
Hasilnya lebih terlihat unik, artistik, dan menarik. Namun
dapat pula dikembangkan menjadi bentuk-bentuk penghias
kartu atau wadah serbaguna juga miniatur hewan.
Cara pengolahan kerajinan dari sisik ikan ini pun
terbilang cukup mudah, Berikut ini adalah cara mengolah
sisik-sisik ikan agar dapat dipakai menjadi bahan baku
produk kerajinan.
Cucilah sisik-sisik ikan untuk mengilangkan lendir,
kemudian direndam selama 2 jam dengan air detergen dan

63
bilaslah dengan air bersih selama 3 kali hingga benar-benar
bersih dari detergen.
Rendam kembali sisik-sisik ikan dengan campuran air
jeruk nipis dan air selama 2 jam, agar bau amisnya dapat
hilang.
Tiriskan sisik ikan pada saringan aluminium kurang
lebih 30 menit dan usahakan tidak terkena sinar matahari,
setelah air berkurang pisahkan sisik ikan sesuai ukuran dan
ketebalan .
Memberi warna pada sisik-sisik ikan diperlukan kehati-
hatian. Rebuslah air hingga hangat dengan ditambahkan
larutan benzoat sebagai pengawet.
Masukkan pewarna wantex atau cat tekstil pada panci
aduk-aduk supaya tercampur merata dan masukkan pula
sisik-sisik ikannya. Aduk-aduk sisik ikan secara perlahan
kurang lebih 10 menit. Perlu diperhatikan jangan sampai air
menjadi mendidih, jika air terlalu panas sisik ikan biasanya
akan lengket dan saling menempel antara satu dengan yang
lainnya.
Angkat panci dari atas kompor dan biarkan sisik ikan
tetap dalam panci kurang lebih 20 menit agar warna benar-
benar meresap ke dalam sisik ikan.
Tiriskan sisik-sisik ikan di atas saringan aluminium
untuk mengurangi warna yang berlebihan pada sisik. Bilas
sisik menggunakan air bersih agar sisa pewarna yang masih
terbawa menjadi luruh.
Keringkan sisik ikan dengan cara diangin-anginkan
sehingga tidak ada lagi air yang menempel, Pada saat

64
diangink-anginkan jangan sampai terkena sinar matahari
agar permukaan tidak melengkung.
Untuk menghindari lengkungan pada permukaan sisik
ikan, sebaiknya sisik ikan tidak terkena panas atau matahari
secara langsung karena bisa membuat sisik ikan melengkung
dan sulit untuk dibentuk. Penyimpanan bahan sisik ini juga
perlu diperhatikan. Jika tidak digunakan, simpan sisik-sisik
ini ke dalam kotak yang kering dan bersih. Jika sisik ikan
sudah mulai mengeras, lakukan perendaman terlebih dahulu
sebelum dirangkai untuk membuat. aksesori. Perendaman ini
biasanya dilakukan dengan menggunakan air dingin selama
sekitar satu jam. Setelah agak lemas, sisik ikan baru bisa
dibentuk sesuai selera.
Bahan dan Alat Pembuatan Kerajinan dari Sisik Ikan :
Bahan dan alat yang digunakan dalam embuatan kerajinan
dari sisik ikan sangat sederhana.
- Vernis digunakan untuk finishing agar hasilkerajinan
tampak menkilap.
- Jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis saat
perendaman.
- Tang digunakan untuk memotong kawat, misalnya saat
membuat tangkai bunga.
- Pewarna (wantek) digunakan saat pewarnaan sisik ikan.
- Benzoat sebagai bahan pengawet sisik ikan
- Pensil atau spidol digunakan untuk membuat desain
aksesori yang akan dibuat.
- Kuas digunakan untuk mengoleskan vernis di atas
permukaan sisik ikan agar tampak lebih mengkilat.

65
- Saringan aluminium digunakan untuk meniriskan sisik
ikan yang sudah direndam.
- Lem tembak digunakan untuk melekatkan sisik ikan pada
media pembuatan aksesori.
- Gunting digunakan untuk membentuk sisik ikan agar
dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
- Aksesoris untuk melengkapi kerajinan yang akan kita
buat.
- Panci digunakan untuk merebus sisik ikan
Proses pembuatan kerajinan dari sisik ikan:
Proses pembuatan kerajinan aksesori dari bahan sisik ikan
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Buatlah desain aksesori yang akan dibuat pada kertas terlebih dahulu,
misalnya saja aksesori berupa bunga yang nantinya akan dijadikan
bros.
Bahan dasar bros biasanya terbuat dari plastik ataupun logam
yang dapat kita beli di toko. Ambil gunting dan gunting sisik ikan
dengan pola dan motif sesuai dengan yang kita inginkan. Tempel sisik
ikan yang sudah berpola dengan lem tembak satu per satu pada media
pembuatan bros tersebut.
Letakkan peniti di tempat yang tepat kemudian tempalkan dengan
lem tembak, semprot kerajinan tangan dengan cat clear/vernis secara
merata agar hasilnya lebih mengkilat. Biarkan sampai clear kering.
1. Sisik Ikan Gurame Sebagai Bahan Obat Penguat Gigi
Banyak orang tidak mengetahui bahwa sisik ikan ternyata
memiliki manfaat. Sisik biasanya merupakan salah satu bagian
dari tubuh ikan yang mendapat sentuhan pertama ketika akan
diolah. Para mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Gigi

66
Universitas Gajah Mada Yogyakarta berhasil membuat sisik
ikan memiliki nilai lebih. Tidak sembarang sisik, ikan yang
dipakai adalah ikan gurami.
Gurami merupakan ikan yang habitat hidupnya berada di
sungai, rawa telaga, dan kolam yang berair tawar. Bentuk tubuh
dari ikan ini pipih dan lebar dengan sisik yang besar-besar.
Gurami juga memiliki sepasang sirip perut yang mengalami
perubahan ketika dewasa menjadi sepasang benang panjang
yang berfungsi sebagai indera peraba. Ikan ini merupakan ikan
omnivora yang memakan serangga dan tumbuhan di sekitar
habitatnya.
Sisik ikan gurami diolah menjadi bahan obat penguat
gigi. Hasil riset yang dilakukan oleh Diana Fitri Muslimah dan
Adityakrisna Yoshi Putra Wigianto ini mengantarkan mereka
menjadi juara pertama dalam ajang kompetisi riset Mahasiswa
Kedokteran Gigi tingkat ASEAN.
Menurut riset mahasiswa Institut Pertanian Bogor, sisik
ikan gurami mengandung kalsium yang lebih tinggi daripada
ikan tawar lainnya. Rata-rata sisik gurami mengandung 5-7,5%
kalsium. Kadar fosfat juga terdapat di dalam sisik ikan gurami,
tapi tidak mencapai 5%. Rata-rata kandungan fosfat pada ikan
air tawar lainnya hanya berkisar 2%. Kandungan kalsium dan
fosfat yang tinggi pada sisik gurami bisa dimanfaatkan sebagai
bahan obat pemulih kekuatan gigi.
Pengolahannya, pertama-tama sisik ikan dipisahkan
dari daging, lalu dikeringkan untuk menghilangkan kadar
airnya. Lalu, sisiknya dihaluskan dengan mesin supaya jadi
bubuk halus. Bubuk sisik ini lalu dicampur dengan zat asam agar

67
unsur kalsium dan fosfat terpisah dari senyawa yang lain.
Natrium hidroksida dicampur ke bahan olahan sisik ikan hingga
larutan menjadi jenuh. Tujuan dari proses ini adalah untuk
membentuk partikel menjadi sangat halus. Ukuran yang sangat
halus penting agar bahan olahan ini bisa masuk ke lubang-lubang
halus dari email gigi yang berlubang. Selanjutnya, bubuk sisik
gurami diaduk bersama gliserin agar lebih mudah menempel
pada lapisan email gigi.
2. Pupuk Organik dari bangkai tikus
Pupuk organik dari sisa-sisa tanaman atau kotoran hewan
sudah biasa. Namun, pupuk dari bangkai hewan, baru luar biasa.
Inilah yang dilakukan Anas Tika, petani dari Desa Matunru-
tunrue, Kecamatan Cempa, Kabupaten Pinrang, Sulawesi
Selatan (Sulsel). Dia mampu mengolah bangkai tikus menjadi
pupuk organik cair, sangat menyuburkan tanaman. Untuk
membuat pupuk tikus ini, cukup sederhana. Bangkai tikus hasil
tangkapan ditempatkan di sebuah bak besar setinggi dua meter
berdiameter 90 cm. Bak bisa berupa tong besar berbahan plastik
atau beton ini ditutup rapat. Di bagian bawah diberi kran. Tikus
dibiarkan terfermentasi selama enam sampai delapan bulan.
Hasil fermentasi berbentuk cairan ini dialirkan ke penampungan
melalui kran. Sebelum dialirkan ke sawah garapan. Satu bak
berdaya tampung 18 ribu tikus, menghasilkan pupuk cair
mencapai 3.000 liter. Pupuk ini untuk belasan hingga puluhan
hektar sawah.
3. Dibuat menjadi Awetan Spesimen
Secara garis besar, ada dua cara pengawetan obyek biologi,
yaitu pengawetan basah dan pengawetan kering. Pengawetan

68
basah dilakukan dengan mengawetkan obyek biologi dalam
suatu cairan pengawet. Pengawetan kering dilakukan dengan
mengeringkan obyek biologi hingga kadar air yang sangat
rendah, sehingga organism perusak/penghancur tidak bekerja.
Pengawetan basah dilakukan bagi hewan tidak bercangkang
yang ukurannya relatif besar, direndam dalam larutan pengawet.
Pengawetan kering untuk organisme yang berukuran relatif besar
biasanya dilakukan dengan cara mengeringkan dengan sinar
matahari atau dengan oven dan selanjutnya agar lebih awet
dapat disimpan dalam media pengawet resin (Bioplastik). Obyek
yang dapat dijadikan sebagai specimen utama dalam
pengawetan basah maupun kering merupakan objek biologi yang
berukuran kecil hibgga yang berukuran besar.
- Langkah-langkah Pengawetan
a. Koleksi
Hewan-hewan yang akan diawetkan dalam bentuk utuh dan
akan dibawa ke kelas atau ke Laboratorium biasanya hewan-
hewan yang berukuran relatif kecil. Hewan yang akan
diawetkan ditangkap menggunakan alat yang sesuai. Hewan
yang tertangkap dimasukkan dalam botol koleksi yang sudah
diberi label.
b. Mematikan (Killing), Meneguhkan (Fixing), dan
mengawetkan (Preserving). Proses mematikan dan
meneguhkan memerlukan perlakuan dan bahan tertentu.
Bahan untuk mematikan biasanya adalah Ether, Kloroform,
HCN/KCN, Karbon Tetracloride (CCL4) atau Ethyl acetat.
Namun, kadangkadang perlu perlakuan khusus yaitu melalui
pembiusan sebelum proses mematikan dilakukan, agar tubuh

69
hewan yang akan diawetkan tidak mengkerut atau rusak.
Pembiusan dilakukan dengan serbuk menthol atau kapur
barus ke permukaan air tempat hidupnya, setelah tampak
lemas, dan tidak bereaksi terhadap sentuhan, hewan dapat
dipindahkan ke dalam larutan pengawet.
- Bahan Pengawet
Beberapa bahan pengawet yang dapat digunakan antara lain:
formalin, alcohol (ethil alkohol), resin atau pengawet berupa
ekstrak tanaman. Bahan-bahan pengawet ini mudah dicari,
murah dan hasilnya cukup bagus, meskipun ada beberapa
kelemahan.
- Sifat-sifat larutan pengawet
Bahan pengawet dan peneguh yang digunakan biasanya
berbahaya bagi manusia, maka perlu dikenali sifat-sifatnya.
Dengan mengenal sifat-sifat ini, diharapkan dapat dihindari
bahaya yang mungkin ditimbulkan.
1. Alkohol, merupakan bahan yang mudah terbakar, bersifat
disinfektan dan tidak korosif.
2. Formalin, larutan mudah menguap, menyebabkan
iritasi selaput lendir hidung, mata, dan sangat korosif, bila
pekat berbahaya bagi kulit.
3. Ether, larutan mudah menguap, beracun, dapat membius
dengan konsentrasi rendah, eksplosiv.
4. Kloroform, Larutan mudah menguap, dapat membius dan
melarutkan plastic.
5. Karbon tetracloride, larutan mudah menguap, melarutkan
plastik dan lemak, membunuh serangga.

70
6. Ethil acetat, larutan mudah menguap, dapat membius dan
mematikan serangga atau manusia.
7. Resin, merupakan larutan yang tidak mudah menguap mudah
mengeras dengan penambahan larutan katalis, karsinogenik,
dapat mengawetkan specimen dalam waktu yang sangat
lama.
8. KCN/HCN, larutan pembunuh yang sangat kuat, sangat
beracun, bila tidak terpaksa jangan gunakan larutan ini.
4.1. Pengawetan kering
Pengawetan ini dilakukan pada hewan yang memiliki
kerangka luar keras dan tidak mudah rusak akibat proses
pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven
atau dijemur di bawah terik matahari hingga kadar airnya sangat
rendah. Sebelum dikeringkan hewan dimatikan dengan larutan
pembunuh, kemudian hewan diatur posisinya. Hewan yang
sudah kering kemudian dimasukkan dalam kotak yang diberi
kapur barus dan silika gel. Tiap hewan yang diawetkan
sebaiknya diberi label yang berisi nama, lokasi penangkapan,
tanggal penangkapan dan kolektornya.
4.2. Bioplastik
Bioplastik merupakan pengawetan spesimen hewan atau
tumbuhan dalam blok resin untuk digunakan sebagai media
pembelajaran. Spesimen hewan atau tumbuhan dalam blok resin
selain berfungsi sebagai media pembelajaran, juga dapat
berfungsi sebagai ornamen.
Sebelum dicetak, resin berupa cairan yang kental. Resin
merupakan senyawa organik hasil metabolisme sekunder,
tersusun atas karbon. Senyawa ini akan mengalami polimerisasi

71
dalam kondisi yang tepat. Reaksi polimerisasi bersifat eksoterm
sehingga akan menimbulkan panas. Untuk mempercepat
polimerisasi digunakan katalis. Jumlah cairan katalis yang
ditambahkanakan mempengaruhi terhadap cepat atau
lambatnya proses polimerisasi, efeknya adalah jumlah panas
yang dikeluarkan. Semakin banyak katalis yang ditambahkan
akan semakin cepat dan semakin panas.
4.3. Taksidermi
Taksidermi merupakan istilah pengawetan untuk hewan
pada umumnya, vertebrata pada khususnya, dan biasanya
dilakukan terhdap hewan yang berukuran relatif besar dan
hewan yang dapat dikuliti termasuk beberapa jenis reptil,
burung, dan mammalia. Organ dalam dikeluarkan dan
kemudian dibentuk kembali seperti bentuk asli ketika hewan
tersebut hidup (dikuliti, hanya bagian kulit yang tersisa).
Pengetahuan tentang kulit ini, sering dipakai sebagai bahan
referensi untuk identifikasi hewan vertebrata, dan juga untuk
menunjukkan bemacam-macam varietas yang terdapat di dalam
species. Dengan kata lain taksidermi merupakan pengetahuan
tentang skinning (pengulitan), preserving (pengawetan kulit),
stuffing (pembentukan), dan mounting/opzet/pajangan
(penyimpanan sesuai kondisi waktu hidup).

72
BAB VIII
ETIKA PENANGANAN LIMBAH TUMBUHAN SISA
KEGIATAN PEMBELAJARAN

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spes


ifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang
diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar
yang diharapkan. Martinis Yamin, memandang bahwa tujuan
pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir
pembelajaran, dan kemampuan yang harus dimiliki siswa
Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses
disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk
memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik,
mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu
pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran
(standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa.

Kadang kala ketika kita melakukan sebuah kegiatan


praktikum, mengamati morfologi dan anatomi tumbuhan maka akan
tersisa bagian-bagian dari tumbuhan tersebut baik berupa daun,
batang, bunga dan akar. Hal tersebut meninggalkan banyak sampah
organik dalam laboratorium. Menurut Undang - Undang Republik
Indonesia (UU RI) No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), definisi limbah adalah sisa
suatu usaha dan atau kegiatan. Limbah disini merujuk kepada limbah
tumbuhan setelah melakukan praktikum.

Setelah selesai melakukan praktikum ada baiknya kita tidak


meninggalkan sampah sisa tumbuhan yang telah digunakan.
Sebagaimana Rosulullah SAW bersabda :

“ sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik (dan) menyukai kebaikan, bersih


(dan) menyukai kebersihan, mulia (dan) menyukai kemuliaan, bagus
(dan) menyukai kebagusan. Oleh sebab itu, bersihkanlah
lingkunganmu”. (HR.At-Turmudzi) Akan lebih baik jika limbah dari
sisa tumbuhan yang tidak digunakan lagi dimanfaatkan untuk

73
kemaslahatan banyak orang seperti digunakan dalam pembuatan
pupuk kompos. Membuat kompos merupakan bentuk recycle, salah
satu unsur 3R.

Membuat kompos pada lahan

1. Sediakan drum atau sejenisnya


2. Lubangi kecil-kecil bagian dasar drum untuk rembesan air
sampah
3. Masukkan sampah organik ke dalam drum setiap hari
4. Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji atau kapur secara
berkala
5. Setelah penuh, tutup drum dengan tanah dan diamkan
selama tiga bulan
6. Keluarkan isi drum dan angin-anginkan selama 2 minggu,
kompos dapat digunakan

Limbah laboratorium merupakan limbah yang berasal dari


buangan hasil reaksi-reaksi berbagai larutan kimia dalam suatu
eksperimen. Limbah laboratorium mengandung jenis senyawa-
senyawa organik dan logam. Hal ini akan berdampak pada
lingkungan jika dibuang langsung tanpa proses pengolahan limbah
terlebih dahulu. Pengolahan limbah laboratorium lingkungan dapat
dilakukan dengan proses koagulasi dan adsorpsi. Pengolahan limbah
dengan proses koagulasi bertujuan untuk menurunkan parameter
Chemical Oxygen Demand (COD), sedangkan proses pengolahan
menggunakan proses adsorpsi bertujuan untuk menurunkan logam Fe
dan logam Pb (Audiana 2016 ; Azamia 201)

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri


yang tidak memiliki nilai ekonomis lagi. Berdasarkan komponen
penyusunnya, limbah dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu limbah
organik dan limbah anorganik. Limbah organik adalah limbah yang
mudah terurai dalam tanah karena terdiri dari bahan-bahan organik.
Contoh limbah organik adalah Sampah dari dapur, sayuran, daun,
kulit buah.

74
Penanganan Limbah Organik

Limbah organik dapat dimanfaatkan, baik secara langsung


(contohnya untuk makanan ternak) maupun secara tidak langsung
karena memerlukan proses terdahulu.

Contoh sampah organik


(sumber:http//id.wikipedia.org)

A) Makanan Ternak

Sampah organik yang mudah rusak bisa dimanfaatkan untuk pakan


ternak di rumah. Di Indonesia, sampah organik berupa sayur-sayuran
(contohnya kubis, selada air, dan sawi) dimanfaatkan untuk makanan
kelinci, kambing, ayam atau itik.

B) Pengomposan (Composting)

Pengomposan merupakan upaya pengolahan limbah dengan


menggunakan prinsip penguraian bahan-bahan organik menjadi
bahan-bahan anorganik oleh aktivitas suatu organisme. Sistem
pengomposan memiliki beberapa keuntungan, antara lain :

75
kompos merupakan jenis pupuk yang ekologis dan tidak merusak
lingkungan bahan yang dipakai tersedia (tak perlu membeli) sangat
mudah untuk dibuat sendiri oleh masyarakat unsur hara dalam pupuk
kompos lebih tahan lama dibandingkan dengan pupuk buatan.

C) Biogas

Biogas adalah gas-gas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar


yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah organik secara
anaerobik. Bahan bakunya dapat diambil dari kotoran hewan, sisa-
sisa tanaman atau campuran dari keduanya. Biogas memiliki
beberapa kelebihan, antara lain:

- mengurangi jumlah limbah dan hemat energi


- sumber energi yang tidak merusak lingkungan
- nyala api bahan bakar biogas lebih terang/bersih
- residu dari biogas dapat dimanfaatkan untuk pupuk

Dan selain itu juga pada saat kita melakukan


praktikum baik itu praktikum tentang tumbuhan, mengamati
morfologi dan anatomi tumbuhan maka akan tersisa bagian-
bagian dari tumbuhan seperti bunga, batang, daun, dan akar.
Maupun praktikum yang lainya yang menggunakan bahan
seperti plastik, botol dll. Hal tersebut akan banyak
meninggalkan sisa sampah organik di laboratorium. Setelah
selesai praktikum ada baiknya kita tidak meninggalkan
sampah sisa tumbuhan, plastik, botol, dll. Yang telah
digunakan.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda. : “ Sesungguhnya


Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia
Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia
yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai
keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu dan
lingkunganmu “ (HR. Tirmizi)”

76
Akan lebih baik ika limbah tumbuhan, botol dan plastik
dimanfaatkan untuk diolah secara langsung dengan didaur
ulang dan tanpa didaur ulang. Agar tidak mencemari
lingkungan dan tidka menimbulkan bau busuk.

1. Pengolahan Limbah tanpa Didaur Ulang

Pengolahan limbah tanpa didaur ulang dapat dilakukan


dengan cara:

• membakar sampah di tempat pembuangan sampah


(sandfill);
• membuang sampah dalam lubang dan
menimbunnya dengan tanah (landfill);
• mengolah botol plastik bekas kemasan air minum
menjadi hiasan atau mainan anak-anak;
• memanfaatkan daun, bunga, dan ranting kering
sebagai hiasan atau suvenir

2. Pengolahan Limbah dengan Cara Didaur Ulang

Pengolahan limbah dengan cara didaur ulang dapat dilakukan


pada sampah atau limbah organik ataupun anorganik.

Contoh sampah atau limbah anorganik dan organik yang dapat


didaur ulang, antara lain

• plastik bekas didaur ulang menjadi alat-alat rumah tangga,


misalnya ember, atau mainan anak-anak;
• kertas bekas didaur ulang menjadi kertas daur ulang, sampul
buku, kotak surat, bingkai foto, atau kotak pensil.

Penentuan kualitas air limbah yang ditetapkan dalam izin


lingkungan telah ditetapkan sejak tahun 1970-an dalam serangkaian
tes laboratorium yang difokuskan pada empat kategori utama:

Organik? Penentuan konsentrasi senyawa berbasis karbon (yaitu


organik) yang bertujuan untuk membangun "kekuatan" relatif dari air

77
limbah (misalnya, Permintaan Oksigen Biochemical (BOD),
Permintaan Oksigen Kimia (COD), Total Karbon Organik (TOC),
dan Minyak dan Gemuk (O & G)).

Uji analisis yang bertujuan untuk menetapkan konsentrasi (biasanya


dalam mg / L atau ppm) materi organik (yaitu, mengandung karbon)
secara tradisional telah digunakan untuk menentukan "kekuatan"
relatif dari sampel air limbah. Saat ini ada empat tes laboratorium
umum yang digunakan untuk menentukan jumlah bruto bahan
organik (yaitu, konsentrasi> 1,0 mg / L) dalam air limbah:

BOD (permintaan oksigen biokimia)

COD (permintaan oksigen kimia)

TOC (karbon organik total)

O & G (minyak dan lemak)

Apakah My Wastewater "High-Strength"?

Air limbah yang dihasilkan oleh fasilitas komersial, industri dan


kelembagaan biasanya disebut sebagai "kekuatan tinggi"
dibandingkan dengan air limbah rumah tangga biasa. Tabel 1
menunjukkan konsentrasi khas (mg / L) dari organik yang ditemukan
dalam air limbah domestik yang tidak diolah. Tabel ini dapat
digunakan untuk memahami bagaimana air limbah proses non-
sanitasi dibandingkan dengan air limbah domestik biasa.

Prosedur Uji BOD

Untuk memastikan aktivitas biologis yang tepat selama tes BOD,


sampel air limbah:

Harus bebas klorin. Jika klorin ada dalam sampel, bahan kimia
deklorinasi (misalnya, natrium sulfit) harus ditambahkan sebelum
pengujian.

78
Perlu berada di kisaran pH 6,5-7,5 S.U. Jika sampel berada di luar
kisaran ini, maka asam atau basa harus ditambahkan sesuai
kebutuhan.

Perlu memiliki populasi mikrobiologi yang memadai. Jika populasi


mikroba tidak mencukupi atau tidak diketahui, solusi "benih" bakteri
ditambahkan bersama dengan larutan penyangga nutrisi penting yang
memastikan vitalitas populasi bakteri.

Botol BOD khusus 300 mL dirancang untuk memungkinkan


pengisian penuh tanpa ruang udara dan menyediakan segel kedap
udara yang digunakan. Botol-botol diisi dengan sampel yang akan
diuji atau air pengenceran (suling atau deionisasi) dan berbagai
jumlah sampel air limbah ditambahkan untuk mencerminkan
pengenceran yang berbeda. Setidaknya satu botol diisi hanya dengan
pengenceran air sebagai kontrol atau "kosong."

Sebuah meteran DO digunakan untuk mengukur konsentrasi oksigen


terlarut awal (mg / L) di setiap botol, yang seharusnya paling sedikit
8,0 mg / L. Setiap botol kemudian ditempatkan ke dalam inkubator
gelap pada 20 ° C selama lima hari.

Setelah lima hari (± 3 jam), meter DO digunakan lagi untuk


mengukur konsentrasi oksigen terlarut akhir (mg / L), yang idealnya
akan mengurangi setidaknya 4,0 mg / L.

Pembacaan DO terakhir kemudian dikurangkan dari pembacaan DO


awal dan hasilnya adalah konsentrasi BOD (mg / L). Jika sampel air
limbah membutuhkan pengenceran, pembacaan konsentrasi BOD
dikalikan dengan faktor pengenceran.

PENGOLAHAN DAN PENANGANAN LIMBAH

Penanganan limbah yang baik akan menjamin kenyamanan bagi


semua orang. Dipandang dari sudut sanitasi, penanganan limbah
yang baik akan :

- Menjamin tempat tinggal / tempat kerja yang bersih

79
- Mencegah timbulnya pencemaran lingkungan
- Mencegah berkembangbiaknya hama penyakit dan vektor
penyakit
- Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran
lingkungan meliputi 2 cara pokok, yaitu

Pengendalian non teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi


pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan
perundang-undangan yang dapat merencanakan, mengatur,
mengawasi segala bentuk kegiatan industri dan bersifat mengikat
sehingga dapat memberi sanksi hukum pagi pelanggarnya.

Pengendalian teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi


pencemaran lingkungan dengan cara-cara yang berkaitan dengan
proses produksi seperti perlu tidaknya mengganti proses, mengganti
sumber energi/bahan bakar, instalasi pengolah limbah atau
menambah alat yang lebih modern /canggih. Dalam hal ini yang
perlu diperhatikan adalah :

Mengutamakan keselamatan manusia, Teknologinya harus sudah


dikuasai dengan baik secara teknis dan ekonomis dapat
dipertanggungjawabkan.

A. PENANGANAN LIMBAH PADAT

Limbah padat dapat dihasilkan dari industri, rumah tangga, rumah


sakit, hotel, pusat perdagangan/restoran maupun
pertanian/peternakan. Penanganan limbah padat melalui beberapa
tahapan, yaitu :

- Penampungan dalam bak sampah


- Pengumpulan sampah
- Pengangkutan
- Pembuangan di TPA.

Sampah yang sudah berada di TPA akan mengalami berbagai macam


perlakuan, seperti menjadi bahan makanan bagi sapi / ternak yang

80
digembala di TPA, di sortir oleh pemulung, atau diolah menjadi
pupuk kompos.

A. Berikut ini beberapa metode penanganan limbah organik padat :

1. Composting, yaitu penanganan limbah organik menjadi kompos


yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk melalui proses fermentasi.
Bahan baku untuk membuat kompos adalah sampah kering maupun
hijau dari sisa tanaman, sisa makanan, kotoran hewan, sisa bahan
makanan dll. Dalam proses pembuatan kompos ini bahan baku akan
mengalami dekomposisi / penguraian oleh mikroorganisme.

Proses sederhana pengomposan berlangsung secara anaerob yang


sering menimbulkan gas. Sedangkan proses pengomposan secara
aerob membutuhkan oksigen yang cukup dan tidak menghasilkan gas.
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses pengomposan
yaitu :

Ukuran bahan, semakin kecil ukuran bahan semakin cepat proses


pengomposan

Kandungan air, tumpukan bahan yang kurang mengandung air akan


berjamur sehingga proses penguraiannya lambat dan tidak sempurna.
Tetapi jika kelebihan air berubah menjadi anaerob dan tidak
menguntungkan bagi organisme pengurai.

Aerasi, aerasi yang baik akan mempercepat proses pengomposan


sehingga perlu pembalikan atau pengadukan kompos.

pH (derajat keasaman), supaya proses pengomposan berlangsung


cepat, pH kompos jangan terlalu asam maka perlu penambahan kapur
atau abu dapur suhu, suhu optimal pengomposan berlangsung pada
30 – 450 C

perbandingan C dan N, proses pengomposan dapat dihentikan bila


komposisi C/N mendekati perbandingan C/N tanah yaitu 10 – 12

81
kandungan bahan sampah seperti lignin, wax (malam) damar,
selulosa yang tinggi akan memperlambat proses pengomposan.

Cara pembuatan kompos, memalui cara :

- menggunakan komposter
- tumpukan terbuka (open windrow)
- cascing (menggunakan cacing)

Di dalam kompos terdapat unsur-unsur hara yang dibutuhkan


tanaman, sehingga digunakan sebagai pupuk tanaman dan disebut
pupuk organik. Dalam proses pengomposan, bahan baku kompos
mengalami perubahan kimiawi oleh mikroorganisme / bakteri yang
membutuhkan nitrogen untuk hidupnya. Tetapi tidak selalu bahan
baku kompos mengandung nitrogen yang cukup untuk kebutuhan
bakteri pengurai tersebut sehingga diperlukan pemberian tambahan
nitrogen, salah satunya adalah EM 4 (effective microorganism 4) yang
berfungsi sebagai aktivator. Hal ini akan membantu bakteri hidup
berkembang dengan baik sehingga proses penguraian bahan baku
kompos menjadi lebih cepat dan proses pengomposan berlangsung
lebih cepat pula. Jika aerasi kurang, maka yang terjadi adalah proses
pembusukan dan akan menghasilkan bau busuk akibat terbentuknya
amoniak (NH3) dan asam sulfida (H2S).

Kompos dari bahan baku organik memiliki beberapa kegunaan antara


lain :

- memperbaiki kualitas tanah


- meningkatkan kemampuan tanah dalam melakukan
pertukaran ion
- membantu pengolahan sampah
- mengurangi pencemaran lingkungan
- membantu melestarikan sumber daya alam
- membuka lapangan kerja baru
mengurangi biaya operasional bagi petani atau pecinta tanaman.

82
DAFTAR PUSTAKA

Hau, J & Hoosier Jr., G.L. (2003) Handbook of Laboratory


Animal Science Second Edition. Boca Raton: CRC Press.

http://forsansalaf.com/2017/02/21/hukum-membunuh-
hewan-untuk-eksperimen/

http://ppssnh.malang.pesantren.web.id/cgi-
bin/content.cgi/masail/aula/tahun_1999/03.single

http://rafieiy.web.ugm.ac.id/2015/10/29/prinsip-
penggunaan-hewan-coba/

Alfiyan, A.R, Fitriyah S. 2015. ETIKA PERCOBAAN KLINIS,


HEWAN PERCOBAAN, DAN HUMAN SUBJECT. Makalah Etika,
Humaniora, dan Hukum Kesehatan.

Ridwan, Eni. 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam


Penelitian Kesehatan. Artikel Pengembangan Pendidikan Keprofesian
Berkelanjutan, Vol. 63 (3), 112-116.

Yurista, S.R, Ferdian, R.A, Sargowo D. 2016. Prinsip 3Rs dan Pedoman
ARRIVE pada Studi Hewan Coba. Jurnal Kardiologi Indonesia, Vol. 37
(3), 156-163.

Agustina, Kadek A. Kesejahteraan Hewan Laboratorium. Diktat Kuliah


Kesejahteraan Hewan

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/9876f7a7
374402256ce4b83145300cc7.pdf

Latifah s.husti. 2015.Penananan hewan percobaan.academia.edu

83
Azhim, abdul. 2004. PENYEMBELIHAN YANG SESUAI SYARI’AT.
Diambil dari: https://almanhaj.or.id/1192-penyembelihan-yang-
sesuai-syariat.html diakses tanggal 11 Desember 2018

Muslimafiyah,2012. Penyiksaan Terhadap Hewan Tikus Percobaan


Laboratorium. https://muslimafiyah.com diakses tanggal 8 Desember
2018

Hau, J & Hoosier Jr., G.L. 2003. Handbook of Laboratory Animal Science
Second Eddition. Boca Raton: CRC Press

Ridwan, E. 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian


Kesehatan.http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/
article diakses tanggal 8 Desember 2018

Sulaksono, M.E. 1987. Dilema Pada Hewan Percobaan Untuk


Pemeriksaan Produk Biologis. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan RI

UFAW. 1987. The UFAW Handbook on the Care & Management of


Laboratory Animal.UK: Bath Press, Avon

http://www.academia.edu/7311268/Makalah_hewan_lab

http://ferdinandus-ferdinandus.blogspot.com/2012/02/hewan-
coba.html?m=1

https://m.bernas.id/39939-jangan-dibuang-sayang-ini-manfaat-
terbaru-dari-sisik-ikan-gurami.html

https://www.rumahkreative.id/2017/07/membuat-berbagai-
kerajinan-dari-sisik.html?m=1

http://rohis-facebook.blogspot.com/2013/03/bangkai-tikus-diolah-
jadi-pupuk-organik.html?m=1

http://video.liputan6.com

http://makassar.tribunnews.com

84
https://www.pelajaran.id/2016/17/pengertian-dan-cara-
penanganan-limbah-terlengkap.html pada tanggal 11 desember 2018

NN.2016 kumpulan hadist tentang kebersihan. Diambil dari laman


http://ancaoktaria15.blogspot.com/2015/02/10-hadis-tentang-
kebersihan.html. Diakses Pada tanggal 11 desember 2018

Ferlina, F. (2014). Penanganan Limbah Organik dan limbah


anorganik. Diakses dari laman web tanggal 11 Desember 2018 (22.45
wib) dari: https://ferlinaf.blogspot.com/2014/10/penanganan-
limbah-organik-dan-limbah.html?m=1

https://limbahorganiks.blogspot.com/2018/07/pengolahan-limbah-
tumbuhan.html

https://www.materipendidikan.info/2017/09/limbah-dan-cara-
pengolahan-lengkap.html

http://kelasdedy.blogspot.com/2016/01/cara-mengolah-limbah-
tumbuhan-dan-hewan.html

85

Anda mungkin juga menyukai