Anda di halaman 1dari 23

LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER, SARANA, SASARAN

BELAJAR DAN KONSERVASI

Mata Kuliah: Pendidikan Lingkungan


Dosen Pengampu : Fitria Carli Wiseza, M.Pd

V D

Disusun Oleh Kelompok 3

Ellita Tyas Antony Ds PM.02.220.0840


Intan Nur Alfika PM.02.220.0856
Lady Dian Permana PM.02.220.0863
Mita Marlena PM.02.220.08

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM YAYASAN NURUL ISLAM
MUARA BUNGO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya makalah yang berjudul “lingkungan sebagai sumber, sarana,
sasaran belajar dan konservasi", Alhamdulillah dengan lancar dan dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini, untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup. Dalam penulisan makalah ini,
penulis banyak mendapat bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Fitria Carli Wiseza, M.Pd. selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam
penulisan makalah ini dari awal hingga akhir. Serta semua pihak yang belum
tersebut namanya yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Sudah tentu
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, maka saran dan kritik yang
konstruktif akan penulis terima dengan tangan terbuka.

Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para


pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca dalam Pendidikan
Lingkungan Hidup.

Rimbo Bujang, 17 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATAPENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


A. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber, Sarana dan Sasaran belajar
dalam Kegiatan Pendidikan Lingkungan di SD .................................. 3
B. Pengertian Konservasi.......................................................................... 7
C. Sumber Daya Alam Hayati ................................................................. 9
D. Konservasi Tanah ................................................................................ 9
E. Sistem Penghijauan Konservasi .......................................................... 12
F. Konservasi Lingkungan Lahan dan Air .............................................. 13
G. Pengelolaan Bahan Organic ................................................................ 14
H. Rehabilitas Lahan Tidur ...................................................................... 17

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 18


A. Kesimpulan .......................................................................................... 18

DAFTARPUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Selain sebagai habitat hidup, ternyata lingkungan (alam) juga berfungsi
sebagai sumber, sarana, dan sasaran belajar. Dunia pendidikan tidak dapat
dipisahkan dengan lingkungan. Lingkungan adalah sumber belajar yang vital.
Pembelajaran yang menjadikan lingkungan sebagai objek belajar dapat
memberikan pengalaman nyata dan langsung kepada peserta didik. Seorang
guru harus mampu membuat siswa belajar mandiri.

Secara tradisional, sumber belajar adalah guru dan buku paket. Padahal
sumber belajar yang ada disekitar sekolah, di rumah, di masyarakat sangatlah
banyak. Hanya saja kita belum dapat memanfaatkan sumber belajar yang
berlimpah tersebut.

Dalam pembelajaran terutama pembelajaran kelas rangkap,


kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sebagai salah satu sumber
belajar sangatlah penting. Diantara sumber belajar yang dapat dimanfaatkan
adalah teman sesama guru di sekolah sendiri maupun sekolah lain, masyarakat,
keluarga, lingkungan sekolah dan rumah sekolah. Oleh karenanya, seorang
guru dituntut mampu mengenal dan memanfaatkan sumber belajar yang
tersedia disekitar siswa dan untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal
terutama pada pembelajaran kelas rangkap, sebagai guru kita perlu
mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber, Sarana dan
Sasaran belajar dalam Kegiatan Pendidikan Lingkungan di SD?
2. Apa yang dimaksud dengan pengertian Konservasi?
3. Apa sumber daya alam hayati itu?

1
4. Apa yang dimaksud dengan konservasi tanah?
5. Apa yang dimaksud dengan system penghijauan Konservasi?
6. Apa konservasi lingkungan lahan dan air itu?
7. Apa yang dimaksud dengan pengelolaan bahan organic?
8. Apa yang dimaksud dengan Rehabilitas lahan tidur?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber, Sarana dan
Sasaran belajar dalam Kegiatan Pendidikan Lingkungan di SD
2. Untuk pengetahui pengertian Konservasi
3. Untuk mengetahui sumber daya alam hayati
4. Untuik mengetahui apa itu konservasi tanah
5. Untuk mengetahui system penghijauan Konservasi
6. Untuk mengetahui konservasi lingkungan lahan dan air
7. Untuk mengetahui pengelolaan bahan organic
8. Untuk mengetahui Rehabilitas lahan tidur

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Lingkungan Sebagai Sumber, Sarana, dan Sasaran Belajar


Sumber belajar adalah segala macam sumber yang dapat digunakan
untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Jadi, pengertian sumber belajar
itu dapat berupa manusia maupun non manusia atau juga sumber belajar yang
dirancang maupun dimanfaatkan terdiri dari:
1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni
sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai
komponen sistem intruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang
terarah dan bersifat formal.
2. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu
sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran
dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran (Rohani, 2004:165).
Dalam buku Pengelolaan Pengajaran (2004:164), Association of
Educational Communication Technology mengklasifikasikan sumber belajar
menjadi enam macam yaitu:
1. Message (pesan) yaitu informasiinformasi atau ajaran yang diteruskan oleh
komponen lain dalam bentuk gagasan, fakta, arti dan data. Termasuk dalam
kelompok pesan adalah semua bidang studi atau bahan pembelajaran yang
diajarkan kepada peserta didik, dan sebagainya.
2. People (orang) yaitu manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah
dan penyaji pesan, yang termasuk kelompok ini misalnya guru, tutor,
peserta didik dan sebagainya.
3. Materials (bahan) yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk
disajikan melalui penggunaan alat atau perangkat keras maupun oleh dirinya

3
sendiri. Berbagai program media termasuk kategori material seperti film,
video, modul, majalah, buku, bahan pembelajaran terprogram, transparansi,
dan sebagainya.
4. Device (alat) yaitu sesuatu perangkat keras yang digunakan untuk
menyampaikan pesan tersimpan dalam bahan. Misalnya overhead projector,
slide, video tape/ recorder, pesawat radio/ tv, dan sebagainya.
5. Technique (teknik) yaitu prosedur atau acuan yang digunakan untuk
penggunaan bahan, orang dan lingkungan belajar secara terkombinasi dan
terkoordinasi untuk menyampaikan ajaran atau materi pelajaran. Contohnya
belajar secara mandiri, belajar secara berkelompok, simulasi, ceramah,
demonstrasi, tanya jawab, CBSA, dan sebagainya.
6. Setting (lingkungan) yaitu situasi atau suasana disekitar proses belajar
mengajar terjadi baik lingkungan fisik seperti ruang kelas, gedung, sekolah,
perpustakaan, laboratorium, taman dan sebagainya, juga lingkungan non
fisik misalnya suasana belajar itu sendiri, tenang, ramai dan sebagainya.
Berbagai sumber belajar tersebut, pada dasarnya tidak boleh dipandang
secara parsial. Hendaknya dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh
dalam pembelajaran yang dapat memberikan dampak positif terhadap hasil
pembelajaran.
Menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 (Syah, 2010:1)
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 Pasal 1 “Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”. Usaha sadar di sini maksudnya bahwa
pendidikan diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang, mantap, jelas,
lengkap, menyeluruh, berdasarkan pemikiran rasional objektif, dan tidak
sembarangan. Mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka mutlak
diperlukan suatu proses pembelajaran yakni suatu proses interaksi antara
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar yang efektif pada suatu
lingkungan belajar. Sumber belajar tambahan salah satunya adalah manusia
(orang, masyarakat). Misalnya guru, konselor, administratur pendidikan, tutor

4
dan sebagainya. Untuk kepentingan yang lain dapat juga diambil dari luar
sekolah seperti mubaliq, hakim agama, ulama, pemegang kebijakan dalam
bidang pendidikan agama.
Manusia sebagai sumber belajar terdapat dalam setiap jenis lembaga
pendidikan (formal, non formal dan informal). Termasuk juga merupakan
sumber belajar ialah situasi belajar atau lingkungan belajar Situasi dan
lingkungan yang kondusif dapat dijadikan sebagai sumber belajar seperti
gedung sekolah yang indah dan bersih, laboratorium keagamaan, taman yang
indah dan menarik dan lain sebagainya. Di luar lingkungan sekolah ada pula
sumber belajar lain seperti: masjid atau mushalla, majlis taklim dan berbagai
jenis kegiatan keagamaan.
Lembaga-lembaga yang ada di dalam masyarakat seperti
lembaga/organisasi sosial keagamaan (misal lembaga dakwah), Lembaga adat,
Lembaga hukum, Lembaga bahasa, Lembaga profesi, yayasan-yayasan sosial
dan perkumpulan-perkumpulan atas dasar suku dan wilayah dan sejenisnya
tidak bisa diabaikan peranannya dalam pelengkap pendidikan anak. Pada
tingkat sekolah dasar seorang guru harus mampu membangkitkan daya kritis
dan nalar siswa melalui berbagai variasi mengajar. Oleh sebab itu guru harus
melakukan berbagai riset dan inovasi dengan mencari solusi dalam
memecahkan permasalahan yang muncul dalam rutinitas proses belajar
mengajar. Namun kenyataannya masih banyak siswa SD yang kurang
bersemangat ketika proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini terlihat dari
berbagai indikator seperti rendahnya respon dan tingkat keaktifan siswa selama
pembelajaran berlangsung. Kondisi siswa seperti ini masih ditambah lagi
dengan cara penyajian materi yang kurang menarik sehingga tidak memotifasi
siswa untuk belajar. Selain itu, suasana belajar yang membosankan juga
menjadi salah satu penyebab rendahnya respon siswa dalam pembelajaran.
Pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa kurang aktif dan
suasana pembelajaran terasa membosankan. Hal ini mengakibatkan siswa
kurang fokus dan berbicara saat proses pembelajaran berlangsung. Di sini lah
guru dapat melibatkan dan memanfaatkan lingkungan sekitar ke dalam

5
pembelajaran agar dapat menciptakan suasana belajar yang berbeda dari
sebelumnya. Keberadaan lingkungan sekitar siswa yang mendukung proses
pembelajaran sangat menguntungkan bagi peserta didik untuk
memanfaatkannya sebagai media dan sumber pembelajaran. Banyak
keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam
proses belajar antara lain:
1. Kegiatan belajar lebih menarik, hakikat belajar lebih bermakna
2. Bahan pembelajaran lebih factual
3. Kegiatan belajar lebih komprehensif
4. Sumber belajar lebih kaya
5. Membentuk pribadi siswa agar tidak asing dengan kehidupan sekitar.

Hal ini didukung oleh Ruswandi (2008:129) yang menyatakan bahwa,


“Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran akan menjadikan
proses belajar mengajar lebih bermakna, karena para siswa dihadapkan pada
peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami. Sesuatu yang dipelajari
oleh siswa menjadi lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya lebih dapat
dipertanggungjawabkan”.

Melalui pemanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, maka


diharapkan dapat membantu dalam peningkatan mutu pembelajaran siswa
dalam proses pembelajaran. Sumber belajar sebagaimana diketahui adalah
sarana atau fasilitas pendidikan yang merupakan komponen penting guna
terlaksananya proses belajar mengajar di sekolah. Dalam pelaksanaan belajar
mengajar guru hendaknya memanfaatkan sumber belajar yang memadai,
karena pemanfaatan sumber belajar merupakan hal yang penting dalam proses
belajar mengajar. Dikatakan penting karena dengan memanfaatkan sumber
belajar akan dapat membantu dan memberikan kesempatan pada siswa untuk
lebih aktif dalam proses pembelajaran serta dapat memberikan perjalanan
belajar yang konkret.

Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru
apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan

6
seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Namun, kenyataan
yang terjadi di sekolah-sekolah, masih ada guru yang mengabaikan
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Misalnya, pada pembelajaran
yang berkaitan dengan bentuk luar tumbuhan dan fungsinya, guru dapat
memanfaatkan lingkungan (tumbuhan) yang terdapat di luar kelas untuk
menjelaskan materi tersebut sehingga siswa akan lebih mudah memahaminya.1

B. Pengertian Konservasi

Secara umum, konservasi, mempunyai arti pelestarian yaitu


melestarikan/ mengawetkan daya dukung, mutu, fungsi, dan kemampuan
lingkungan secara seimbang (MIPL, 2010; Anugrah, 2008; Wahyudi dan DYP
Sugiharto (ed), 2010).

Adapun tujuan konservasi yaitu sebagaik berikut:

1. Mewujudkan kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan


ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia,
2. Melestarikan kemampuan dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya secara serasi dan seimbang.
Selain itu, konservasi merupakan salah satu upaya untuk
mempertahankan kelestarian satwa. Tanpa konservasi akan menyebabkan
rusaknya habitat alami satwa. Rusaknya habitat alami ini telah menyebabkan
konflik manusia dan satwa. Konflik antara manusia dan satwa akan merugikan
kedua belah pihak; manusia rugi karena kehilangan satwa bahkan nyawa
sedangkan satwa rugi karena akan menjadi sasaran balas dendan manusia
(Siregar, 2009).
Konservasi lahir akibat adanya semacam kebutuhan untuk melestarikan
sumber daya alam yang diketahui mengalami degradasi mutu secara tajam.
Dampak degradasi tersebut, menimbulkan kekhawatiran dan kalau tidak

1 Fajar Wulandari, Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar Anak Sekolah Dasar, Journal

of Educational Review and Research: Vol. 3 No. 2, 2020: 105 – 110

7
diantisipasi akan membahayakan umat manusia, terutama berimbas pada
kehidupan generasi mendatang pewaris alam ini. Sisi lain, batasan konservasi
dapat dilihat berdasarkan pendekatan tahapan wilayah, yang dicirikan oleh:
1. Pergerakan konservasi, ide-ide yang berkembang pada akhir abad ke-19,
yaitu yang hanya menekankan keaslian bahan dan nilai dokumentasi,
2. Teori konservasi modern, didasarkan pada penilaian kritis pada bangunan
bersejarah yang berhubungan dengan keaslian, keindahan, sejarah, dan
penggunaan nilai-nilai lainnya.
Sementara itu, Piagam Burra menyatakan bahwa pengertian konservasi
dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat. Oleh karena itu, kegiatan konservasi dapat pula mencakupi
ruang lingkup preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi
(Marquis-Kyle & Walker, 1996; Alvares, 2006).
1. Pemeliharaan adalah perawatan yang terus menerus mulai dari bangunan
dan makna penataan suatu tempat. Dalam hal ini, perawatan harus
dibedakan dari perbaikan. Perbaikan mencakupi restorasi dan rekonstruksi
dan harus dilaksanakan sesuai dengan makna bangunan dan nilai yang
semula ada.
2. Preservasi adalah mempertahankan (melestarikan) yang telah dibangun
disuatu tempat dalam keadaan aslinya tanpa ada perubahan dan mencegah
penghancuran.
3. Restorasi adalah pengembalian yang telah dibangun disuatu tempat ke
kondisi semula yang diketahui, dengan menghilangkan tambahan atau
membangun kembali komponenkomponen semula tanpa menggunakan
bahan baru.
4. Rekonstruksi adalah membangun kembali suatu tempat sesuai mungkin
dengan kondisi semula yang diketahui dan diperbedakan dengan
menggunakan bahan baru atau lama.
5. Adaptasi adalah merubah suatu tempat sesuai dengan penggunaan yang
dapat digabungkan.

8
Dilihat dari sudut pelaku gerakan dan arah yang dilakukan dalam
rangka melaksanakan konservasi, terdapat dua gerakan yang berupaya
melaksanakannya.
1. Gerakan konservasi kebendaan yang umumnya dilakukan oleh para
arsitek, pakar sejarah arsitektur, perencana kota, pakar geologi dan
jurnalis.
2. Gerakan konservasi kemasyarakatan, yaitu gerakan konservasi yang
melibatkan para pakar ilmu sosial, arsitek, pekerja sosial, kelompok
swadaya masyarakat, bahkan tokoh politik.
Berdasarkan konsep, cakupan, dan arah konservasi dapat dinyatakan
bahwa konservasi merupakan sebuah upaya untuk menjaga, melestarikan, dan
menerima perubahan dan/atau pembangunan. Perubahan yang dimaksud
bukanlah perubahan yang terjadi secara drastis dan serta merta, melainkan
perubahan secara alami yang terseleksi. Hal tersebut bertujuan untuk tatap
memelihara identitas dan sumber daya lingkungan dan mengembangkan
beberapa aspeknya untuk memenuhi kebutuhan arus modernitas dan kaulitas
hidup yang lebih baik. Dengan demikian, konservasi merupakan upaya
mengelola perubahan menuju pelestarian nilai dan warisan budaya yang lebih
baik dan berkesinambungan. Dengan kata lain bahwa dalam konsep konservasi
terdapat alur memperbaharui kembali (renew), memanfaatkan kembali (reuse),
reduce (mengurangi), mendaurulang kembali (recycle), dan menguangkan
kembali (refund).2

C. Sumber Daya Alam Hayati


Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang
terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani
(satwa) yang bersama dengan unsur non hayati di sekitarnya secara
keseluruhan membentuk ekosistem. Sedangkan konservasi sumber daya alam
hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya

2Maman Rachman, Konservasi nilai dan warisan budaya, Indonesian Journal of Conservation: Vol. 1

No. 1, 2012, Hal. 30—39

9
dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan
nilainya.
1. Bentuk Konservasi
Secara umum bentuk konservasi dapat dibedakan atas 2 (dua) golongan,
yaitu:
a. Konservasi in situ adalah kegiatan konservasi flora/fauna yang
dilakukan di dalam habitat aslinya. Konservasi in situ mencakup
kawasan suaka alam (Cagar alam dan Suaka Margasatwa) dan
kawasan pelestarian alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan
Taman Wisata Alam).
b. Konservasi ek situ yaitu kegiatan konservasi flora/fauna yang
dilakukan di luar habitat aslinya. Konservasi ek situ dilakukan oleh
lembaga konservasi, seperti kebun raya, arbetrum, kebun binatang,
taman safari, dan tempat penyimpanan benih dan sperma satwa.
2. Perlindungan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati di Indonesia
Seperti yang sudah ada dalam pembahasan diatas konservasi diatur
di dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya. Undang-undang ini merupakan lex
specialis dari undang-undang kehutanan karena undang-undang
konservasi mengatur sebagian mengenai hutan dan kawasan hutan yang
telah diatur secara umum dalam undang-undang kehutanan. Di dalam hal
penegakkan hukum dan perlindungan terhadap konservasi sumber daya
alam hayati di indonesia itu sendiri baik itu sumber daya alam nabati
(tumbuhan) maupun sumber daya alam hewani (satwa) saya mengacu pada
ketentuan pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) yang mana menyatakan sebagai
berikut:
a. Setiap orang dilarang untuk:
1) Mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan,
memelihara, mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan yang
dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati;

10
2) mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya
dalam keadaan hidup atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke
tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.
b. Setiap orang dilarang untuk:
1) Menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki,
memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang
dilindungi dalam keadaan hidup;
2) Menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan
memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati;
3) Mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di
Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;
4) Memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau
bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang
dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari
suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar
Indonesia;
5) Mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan,
menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang
dillindungi.

Terhadap pelaku Tindak Pidana Konservasi Sumber Daya Alam


Hayati dan Ekosistemnya diatur pada UU RI No. 5 Tahun 1990 pasal 40 ayat:
Ayat (1) menyatakan, bahwa barang siapa dengan sengaja melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat
(1), melakukan suatu kegiatan yang mengakibatkan perubahan keutuhan
kawasan suaka alam, dan pasal 33 ayat (1), yaitu melakukan kegiatan yang
mengakibatkan perubahan keutuhan zona inti taman nasional, maka dapat
dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling
banyak dua ratus juta rupiah.7 Ayat (2) menyatakan, bahwa apabila dengan
sengaja dilakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 21 ayat (1) dan ayat (2), yaitu melakukan kegiatan terhadap
tumbuhan dan satwa yang dilindungi, serta pasal 33 ayat (3), yaitu melakukan

11
kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari
taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam, dipidana dengan
pidana penjara palig lama lima tahun dan denda paling banyak seratus juta
rupiah. Sedangkan kelalaian diatur pada ayat (3) dan ayat (4) menetapkan
masing-masing pidana kurungan paling lama satu tahun dan denda paling
banyak seratus juta rupiah serta pidana kurungan paling lama satu tahun dan
denda paling banyak lima puluh juta rupiah.3

D. Konservasi Tanah.
Konservasi tanah adalah upaya untuk mempertahankan atau
memperbaiki daya guna lahan termasuk kesuburan tanah dengan cara
pembuatan bangunan teknik sipil disamping tanaman (vegetatif), agar tidak
terjadi kerusakan tanah dan kemunduran daya guna dan produktifitas lahan.
Menurut Siswomartono (1989), konservasi adalah perlindungan,
perbaikan dan pemakaian sumber daya alam menurut prinsip-prinsip yang akan
menjamin keuntungan ekonomi atau sosial yang tertinggi secara lestari.
Konservasi standar adalah standar untuk berbagai type tanah dan pemakaian
tanah, meliputi kriteria, teknik dan metode-metode untuk pengendalian erosi
dan sedimen yang disebabkan oleh aktivitas penggunaan tanah. Sedangkan
Pengolahan Konservasi adalah setiap sistem pengolahan tanah yang
mengurangi kehilangan tanah atau air dibanding pengolahan tanah yang lain,
yang tidak mengindahkan kaidah konservasi. Konservasi tanah dan air
mengandung pengertian bagaimana kita menggunakan tanah agar dapat
memberi manfaat yang optimum bagi kepentingan umat manusia dalam jangka
waktu berkelanjutan. Kegiatan konservasi tanah meliputi pengendalian erosi,
banjir, pengaturan pemanfaatan air, peningkatan daya guna lahan, peningkatan
produksi dan pendapatan petani termasuk peningkatan peran serta masyarakat
yang terpadudan kegiatan pengamanannya (Wahyudi 2014).

3
Kadek Nicky Novita, Bentuk-bentuk dan perlindungan konservasi sumber daya alam hayati
di Indonesia,

12
Kegiatan konservasi tanah diutamakan menggunakan metode mekanis
(teknik sipil), seperti pembuatan teras sering, bangunan pengendali,
bangunan penahan sedimen dan erosi dan lain-lain (Masaki 1995). Tahapan
pelaksanaan kegiatan konservasi meliputi perencanaan, pelaksanaan,
bimbingan teknis pelaksanaan, pemeliharaan, monitoring dan penyuluhan
pada masyarakat.4

E. System Penghijauan Konservasi


Sistem penghijauan kota adalah suatu penataan pertanaman campuran
yang stabil berdasarkan daya dukung lahan perkotaan yang didasarkan atas
tanggapannya terbadap faktor-faktor lingkungan fisik, biologis dan sosial-
ekonomi serta berlandaskan sasaran dan tujuan rumah tangga masyarakat kota
dengan mempertimbangkan sumberdaya dan pilihan yang terbaik. Satem
penghijauan kota merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar dan
dapat dibagi menjadi beberapa sub sistem. Pada tingkat wilayah perkotaan ada
sistem non pertanaman, sistem pemasaran, sistem kredit dan lain-lain. Dalam
sistem penghijauan kota terdapat unsur-unsur tanah, iklim, tanaman, ternak,
gulma, hama-penyakit dan berbagai sub sistem lainnya yang saling
mempengaruhi satu dengan lainnya.
Konservasi merupakan upaya untuk melestarikan sumberdaya alam
dan kualitas lingkungan hidup, serta menyelamatkannya dari kerusakan, hilang
atau punah. Di wilayah perkotaan muatan konservasi ini terutama ditujukan
pada sumberdaya atmosfer, tanah dan air. Dalam arti luas konservasi; termasuk
juga usaha rehabilitasi dan reklamasi, merupakan upaya membuat lingkungan
perkotaan atau lahan marginal menjadi lebih baik dan lebih produktif yang
dapat dipertahankan kesinambungannya.
Wadah dari kegiatan komponen-komponen atau unit-unit usaha
penghijauan itu ada halaman rumah hunian, pekarangan, tegalan, kebun

4
Wahyudi, Teknik Konservasi Tanah serta Implementasinya pada Lahan Terdegradasi
Dalam Kawasan Hutan, Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan: Vol. 6, No. 2, 2014 Hal. 71-85

13
campuran, lahan terbuka atau ruang-ruang publik lainnya. Seorang penghuni
rumah tinggal memiliki satu atau lebih wadah dari unit-unit usaha penghijauan
tersebut dan bahkan ada kalanya mereka memiliki seluruhnya (halaman rumah,
pekarangan, kebun campuran, tegalan dan ruang terbuka). Dalam keadaan
masyarakat tergantung kepada pemilik wadah-wadah tersebut dan melihat
kepada penanaman atau kedudukan warga itu sendiri apakah dia penggarap
penyakap, pemilik penggarap atau pemilik-bukan penggarap.
Dengan demikian sistem pertanaman konservasi menggunakan
pendekatan yang menyeluruh (holistik) dan terpadu dalam memanfaatkan
sumberdaya alam, baik pada lingkungan lahan kritis atau marginal agar lebih
produktif dan lestari potensinya dan memperhatikan kaidah keterkaitan yang
saling menguntungkan antara komponen-komponennya.

F. Konservasi Lingkungan Tahan dan Air


Salah satu bagian penting dari budi daya pertanian yang sering
terabaikan oleh para praktisi pertanian di Indonesia adalah konservasi tanah.
Hal ini terjadi antara lain karena dampak degradasi tanah tidak selalu segera
terlihat di lapangan, atau tidak secara drastis menurunkan hasil panen. Dampak
erosi tanah dan pencemaran agrokimia misalnya, tidak segera dapat dilihat
seperti halnya dampak tanah longsor atau banjir badang. Padahal tanpa
tindakan konservasi tanah yang efektif, produktivitas lahan yang tinggi dan
usaha pertanian sulit terjamin keberlanjutannya.
Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap
bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah
tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan
agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam arti yang sempit konservasi tanah
diartikan sebagai upaya mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki
tanah yang rusak oleh erosi. Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan
air hujan yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur
waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada
waktu musim kemarau. Konservasi tanah mempunyai hubungan yang sangat

14
erat dengan konservasi air. Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang
tanah akan mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di
hilirnya. Oleh karena itu konservasi tanah dan konservasi air merupakan dua
hal yang berhuibungan erat sekali; berbagai tindakan konservasi tanah adalah
juga tindakan konservasi air (Arsyad, 2006).
Menurut Arsyad(1983), usaha-usaha pengawetan (konservasi) tanah
ditujukan untuk: (1) mencegah kerusakan tanah oleh erosi, (2) memperbaiki
tanah yang rusak, (3) dan menetapkan kelas kemampuan tanah dan tindakan-
tindakan atau perlakuan agar tanah tersebut dapat dipergunakan untuk waktu
yang tidak terbatas (berkelanjutan). Selanjutnya dikemukakan bahwa
pengawetan air pada prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah
seefisien mungkin, dan pengaturan waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir
yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau.
Konservasi lahan menjadi salah satu bagian penting dari budi daya
pertanian. Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah kerusakan tanah oleh erosi
dan memperbaiki tanah yang rusak karena erosi.
konservasi lahan dalam arti luas ialah penempatan setiap bidang
tanah dengan cara penggunaan dan perawatan sesuai kebutuhan tanah. Teknik
pemeliharaan lahan di Indonesia terdiri dari tiga prinsip utama. Pertama,
perlindungan permukaan tanah terhadap hujan. Kedua, peningkatan kapasitas
infiltrasi tanah seperti pemberian bahan organik atau peningkatan
penyimpanan air. Ketiga, pengurangan laju aliran permukaan sehingga
menghambat material tanah dan hara terhanyut.

G. Pengelolaan Bahan Organic

Pengelolaan bahan organik adalah segala usaha/aktivitas yang


dilakukan untuk mempertahankan kadar bahan organik di dalam tanah agar
tetap tinggi. Mengapa bahan organik tanah perlu dikelola dengan baik,
jawabannya karena bahan organik termasuk BOT memiliki peran yang sangat
besar di dalam tanah. Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah dapat
memperbaiki sifat biologi tanah, bahkan sifat fisik dan kimia tanah. Perbaikan

15
sifat tanah tersebut tentu akan berpengaruh terhadap kesuburan tanah, yang
pada gilirannya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

Upaya pengelolaan bahan organik tanah yang tepat perlu menjadi


perhatian yang serius, agar tidak terjadi degradasi bahan organik tanah.
Penambahan bahan organik secara kontinyu pada tanah merupakan cara
pengelolaan yang murah dan mudah. Namun demikian, walaupun pemberian
bahan organik pada lahan pertanian telah banyak dilakukan, umumnya
produksi tanaman masih kurang optimal, karena rendahnya unsur hara yang
disediakan dalam waktu pendek, serta rendahnya tingkat sinkronisasi antara
waktu pelepasan unsur hara dari bahan organik dengan kebutuhan tanaman
akan unsur hara.

Kualitas bahan organik sangat menentukan kecepatan proses


dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Komponen kualitas bahan
organik yang penting meliputi nisbah C/N, kandungan lignin, kandungan
polifenol, dan kapasitas polifenol mengikat protein.Kandungan hara N, P dan
S sangat menentukan kualitas bahan organik. Nisbah C/N dapat digunakan
untuk memprediksi laju mineralisasi bahan organik. Jika bahan organik
mempunyai kandungan lignin tinggi kecepatan mineralisasi N akan terhambat.
Lignin adalah senyawa polimer pada jaringan tanaman berkayu, yang mengisi
rongga antar sel tanaman, sehingga menyebabkan jaringan tanaman menjadi
keras dan sulit untuk dirombak oleh organisme tanah.Pada jaringan berkayu,
kandungan lignin bisa mencapai 38%.

Perombakan lignin akan berpengaruh pada kualitas tanah dalam


kaitannya dengan susunan humus tanah. Dalam perombakan lignin, di samping
jamur (fungi-ligninolytic) juga melibatkan kerja enzim (antara lain enzim
lignin peroxidase, manganeses peroxidase, laccases dan ligninolytic). Polifenol
berpengaruh terhadap kecepatan dekomposisi bahan organik, semakin tinggi
kandungan polifenol dalam bahan organik, maka akan semakin lambat
terdekomposisi dan termineralisasi. Polifenol adalah senyawa aromatik
hidroksil yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni :

16
polifenol sulit larut dan polifenol mudah larut. Harborne (1997)
mengelompokkan polifenol menjadi dua, yaitu (1) polifenol dengan berat
molekul rendah, dan (2) polifenol dengan berat molekul tinggi berbentuk tanin,
yang tersebar dalam daun. Pada sebagian besar tanaman, senyawa fenolik yang
berada pada permukaan luar bagian atas daun bercampur dengan lilin. Sifat
khas dari polifenol adalah kemampuannya dalam membentuk kompleks
dengan protein, sehingga protein sulit dirombak oleh organisme
perombak.Selain itu, polifenol juga dapat mengikat enzim organisme
perombak, sehingga aktivitas enzim menjadi lemah.

Proses dekomposisi atau mineralisasi, disamping dipengaruhi oleh


kualitas bahan organiknya, juga dipengaruhi oleh frekuensi penambahan bahan
organik, ukuran partikel bahan, kekeringan, dan cara penggunaannya. Sumber
bahan organik yang dapat kita gunakan dapat berasal dari : sisa dan kotoran
hewan (pupuk kandang), sisa tanaman, pupuk hijau, sampah kota, limbah
industri, dan kompos.5

H. Rehabilitas Lahan Tidur


Lahan tidur adalah lahan pertanian yang sudah tidak digunakan selama
lebih dari dua tahun. Lahan tidur umumnya merupakan sebuah bagian dari
sistem peladangan berpindah di mana petani membuka hutan, menanamnya
selama beberapa musim tanam, dan meninggalkannya untuk membuka lahan
baru.
Lahan tidur dapat digunakan sebagai lahan pembudidayaan tanaman
yang pertumbuhannya lambat seperti pohon penghasil kayu. Karena pohon
penghasil kayu membutuhkan nutrisi yang relatif lebih sedikit dibandingkan
tanaman pangan, dan penanaman pohon kayu lebih dianggap sebagai sebuah
"tabungan" masa depan.

5
Harborne, J., Metode Fitokimia: Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
Ed. 2, ITB, Bandung. 1997

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. pemanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, diharapkan dapat
membantu dalam peningkatan mutu pembelajaran siswa dalam proses
pembelajaran. Sumber belajar sebagaimana diketahui adalah sarana atau
fasilitas pendidikan yang merupakan komponen penting guna
terlaksananya proses belajar mengajar di sekolah. Dalam pelaksanaan
belajar mengajar guru hendaknya memanfaatkan sumber belajar yang
memadai, karena pemanfaatan sumber belajar merupakan hal yang penting
dalam proses belajar mengajar. Dikatakan penting karena dengan
memanfaatkan sumber belajar akan dapat membantu dan memberikan
kesempatan pada siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran serta
dapat memberikan perjalanan belajar yang konkret.
2. konservasi akan menyebabkan rusaknya habitat alami satwa. Rusaknya
habitat alami ini telah menyebabkan konflik manusia dan satwa. Konflik
antara manusia dan satwa akan merugikan kedua belah pihak; manusia rugi
karena kehilangan satwa bahkan nyawa sedangkan satwa rugi karena akan
menjadi sasaran balas dendan manusia.
3. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri
dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani
(satwa) yang bersama dengan unsur non hayati di sekitarnya secara
keseluruhan membentuk ekosistem. Sedangkan konservasi sumber daya
alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan nilainya.
4. Konservasi tanah adalah upaya untuk mempertahankan atau memperbaiki
daya guna lahan termasuk kesuburan tanah dengan cara pembuatan

18
bangunan teknik sipil disamping tanaman (vegetatif), agar tidak terjadi
kerusakan tanah dan kemunduran daya guna dan produktifitas lahan.
5. Sistem penghijauan kota adalah suatu penataan pertanaman campuran yang
stabil berdasarkan daya dukung lahan perkotaan yang didasarkan atas
tanggapannya terbadap faktor-faktor lingkungan fisik, biologis dan sosial-
ekonomi serta berlandaskan sasaran dan tujuan rumah tangga masyarakat
kota dengan mempertimbangkan sumberdaya dan pilihan yang terbaik.
sistem pertanaman konservasi menggunakan pendekatan yang menyeluruh
(holistik) dan terpadu dalam memanfaatkan sumberdaya alam, baik pada
lingkungan lahan kritis atau marginal agar lebih produktif dan lestari
potensinya dan memperhatikan kaidah keterkaitan yang saling
menguntungkan antara komponen-komponennya.
6. Konservasi tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
konservasi air. Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan
mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya. Oleh
karena itu konservasi tanah dan konservasi air merupakan dua hal yang
berhuibungan erat sekali; berbagai tindakan konservasi tanah adalah juga
tindakan konservasi air.
7. Pengelolaan bahan organik adalah segala usaha/aktivitas yang dilakukan
untuk mempertahankan kadar bahan organik di dalam tanah agar tetap
tinggi.
8. Lahan tidur dapat digunakan sebagai lahan pembudidayaan tanaman yang
pertumbuhannya lambat seperti pohon penghasil kayu. Karena pohon
penghasil kayu membutuhkan nutrisi yang relatif lebih sedikit
dibandingkan tanaman pangan, dan penanaman pohon kayu lebih dianggap
sebagai sebuah "tabungan" masa depan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Fajar Wulandari, Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar Anak


Sekolah Dasar, Journal of Educational Review and Research: Vol. 3 No. 2,
2020: 105– 110
Harborne, J., 1997, Metode Fitokimia: Penentuan Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Ed. 2, ITB, Bandung.
Kadek Nicky Novita, Bentuk-bentuk dan perlindungan konservasi sumber daya
alam hayati di Indonesia,
Maman Rachman, Konservasi nilai dan warisan budaya, Indonesian Journal of
Conservation: Vol. 1 No. 1, 2012, Hal. 30—39
Wahyudi, Teknik Konservasi Tanah serta Implementasinya pada Lahan
Terdegradasi Dalam Kawasan Hutan, Jurnal Sains dan Teknologi
Lingkungan: Vol. 6, No. 2, 2014 Hal. 71-85

Anda mungkin juga menyukai