Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PEMBAGIAN BIDANG ILMU FIQH

Mata Kuliah: Fiqh dan Ushul Fiqh

Dosen Pengampu: Ana Rosyidatu Umatin, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 4

Fransiska Wulandari

Ellita Tyas Antony DS

Eka Dina Wafi

KELAS A.1-3

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM YAYASAN NURUL ISLAM

MUARA BUNGO

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya makalah yang berjudul ”Pembagian Bidang Ilmu Fiqh” dengan lancar dan dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini, untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Fiqh dan Ushul Fiqh. Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan
dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

Ibu Ana Rosyidatu Umatin, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan
dan bimbingan dalam penulisan makalah ini dari awal hingga akhir.

Semua pihak yang belum tersebut namanya yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.

Sudah tentu dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, maka saran dan
kritik yang konstruktif akan penulis terima dengan tangan terbuka.

Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang pembagian bidang ilmu fiqh.

Rimbo bujang, 22 Oktober 2021

Kelompok 4

DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 4
Pembagian Bidang Ilmu Fiqh.................................................................
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 9
3.1. Kesimpulan .................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadas

Hadas menurut bahasa artinya berlaku atau terjadi. Menurut istilah, hadas adalah sesuatu yang terjadi
atau berlaku yang mengharuskan bersuci atau membersihkan diri sehingga sah untuk melaksanakan
ibadah. Berkaitan dengan hal ini Nabi Muhammad saw, bersabda : ”Rasulullah saw, telah bersabda :
Allah tidak akan menerima salat seseorang dari kamu jika berhadas sehingga lebih dahulu berwudu.”
(HR Mutafaq Alaih)

“Dan jika kamu junub, maka mandilah kamu.” (QS Al Maidah : 6)

Ayat dan hadist diatas menjelaskan bahwa bersuci untuk menghilangkan hadas dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu berwudu dan mandi.

Persamaan Dan Perbedaan Hadas dan Najis

Persamaan Hadas dan Najis adalah kedua hal tersebut dapat menyebabkan shalat, thawaf dan beberapa
ibadah lainnya menjadi tidak sah.

Sedangkan perbedaan dari keduanya adalah :

Mensucikan Najis yakni dengan cara membuang dan membersihkan benda najis itu dari tempatnya.
sedangkan mensucikan Hadas selain dengan menghilangkan benda Najisnya (bila ada), tetapi juga harus
dengan wudlu atau mandi janabah.

Mensucikan najis tidak perlu niat, sedangkan mensucikan Hadas harus dengamn niat

membersihkan hadas termasuk masalah ta’abuddi, sedangkan membersihkan najis bisa dilakukan sesuai
kondisi

Najis yang jumlahnya sedikit dapat dimaafkan, sedangkan hadas tidak ada pemaafan.

B. Hadas Besar

Hadats besar mengikut istilah

syara’ ertinya sesuatu yang maknawi (kotoran yang

tidak dapat dilihat oleh mata kasar), yang berada pada seluruh badan seseorang, yangdengannya
menegah mendirikan solat dan amal iadah seumpamanya, selama tidak diberi

kelonggaran oleh syara’. Selama seseor

ang itu tidak menempuh atau melakukan salah satu perkara yang menyebabkanhadas besar, maka
selama itu badannya suci dari hadas besar.Sebab dinamakan hadas besar ialah kerana kawasan yang
didiami atau dikenai ole hadas besar ini terlalu luas iaitu meliputi seluruh badan dan
rambutSebagaimana yang telah kami kutip dari sebuah buku yang ditulis oleh MusthafaKamal Pasha,
dalam karyanya yang berjudul Fikih Islam, cetakan ke-4, hal: 22 beliaumengemukakan bahwa yang
menyebabkan seseorang dihukumkan terkena hadats besarantaralian sebagai berikut:

1). Mengeluarkan mani (sperma)

Keluaarnya mani seseorang dapat terjadi dalam berbagai keadaan, baik diwaktu jagamaupun diwaktu
tidur (mimpi), dengan cara disengaja atau tidak, baik bagi pria ataupunwanita.Bahwa Rasulullah saw.
telah bersabda:

“Apabila air itu terpancar keras makamandilah”.

(H.R. Abu Daud)Sesungguhnya Ummu Sulain r.a. berkata:

”Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak

malu mengenai kebenaran! Wajibkah perempuan itu mandi bilamana ia bermimpi? Beliau

menjawab, benar, bila ia melihat air”.

(H.R. Bukhari dan Muslim serta lainnya).

2). Hubungan kelamin (Coitus, Jima’)

Hubungan kelamin, baik disertai dengan keluarnya mani, ataupun belummengeluarkannya


mengakibatkan dirinya dalam kondisi junub. Hal seperti ini didasarkan pada surat al-Maaidah ayat 6.

“Dan jikalau kamu junub hendaklah bersuci”.

Sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda:

“Jika seseorang telah duduk diantara

kedua tempat anggota badannya (menggaulinya) maka sesungguhnya wajiblah untuk mandi,

baik mengeluarkan (mani) ataupun tidak”.

(H.R. Ahmad dan Muslim).

3). Terhentinya haid dan nifas

Ketentuan ini didasarkan pada firman Allah yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 222:

“Dan janganlah kamu dekati istri (yang sedang haid) sebelum mereka suci. Dan apabila

sudah berxuci (mandi) maka gaulilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepada

kalian”.

Adapun terhadap hukumm nifas, yaitu keluarnya darah dikarenakan habis melahirkan
anak maka berdasarkan ijma’ shahabhat ia dihukumkan sama dengan hukumnya haid.

b. Perkara-perkara yang diharamkan dengan sebab berhadas besar

Apabila seseorang berhadats besar kerana berjunub, maka dia diharamkan untukmelakukan perkara-
perkara berikut:

1) Shalat

Dan barang siapa yang berhadats diharamkan baginya untuk salat, berdasarkan sabda Rasul

SAW : “Allah tidak menerima salat seseorang tanpa suci”

“ Hai orang

-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlahmukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimusampai dengan kedua mata kaki, dan jika
kamu junub maka mandilah .” (QS. Al-Maidah: 6)2) Tawaf

dan diharamkan (orang yang berhadats) tawaf berdasarkan sabda Rasul SAW :

“Tawaf di baitullah itu sama dengan salat”

3) Menyentuh dan memegang mushaf

}Dan diharamkan (bagi orang yang berhadats) memegang mushaf, berdasarkan firman

Allah SWT :“ Tidak boleh menyentuh (Qur’an) kecuali orang

orang yang suci. (Al Waqi’ah :79)”

diriwayatkan Hakim bin Hizam Radliallahu ‘Anhu : sesungguhnya Nabi MuhammadSAW bersabda :
“jangan kau menyentuh Al

Qur’an kecuali kau dalam keadaan suci.”

4) Membaca Al-Qur’an

Dari Ibnu Umar r.a. bahwasannya Nabi SAW bersabda, “Tidak boleh membaca suaiuayat alqur’an bagi
orang junub dan tidak pula bagi perempuan

perempuan yang haid.” (HR.


Tirmizi dan Ibnu Majah)

Telah berkata Ali bin Abi Thalib : Adlaah Rasulullah SAW sering membacakan Al-

Qur’an bagi kami di setiap

saat sedang beliau tidak dalam keadaan junub. [HR. Ahmad, AbuDawud, Nasai, Ibnu Majah dan Timidzi.
Ia berkata : Hadis ini hasan sahih

Ali berkata: Nabi SAW pernah bersabda :”Bacalah Al-Quran selama seseorang darikamu tidak dalam
keadaan janabat, maka apabila dalam keadaan janabat tidak boleh

membacanya walaupun satu huruf. [HSR Daruquthni]

Ali berkata : Saya pernah melihat Rasulullah SAW berwudhu, kemudian beliaumembaca sebagian dari
Al-Quran sambil bersabda : Demikian ini (membaca Al-Quran)adalah bagi orang yang tidak berjunub,
sedang bagi yang junub tidak boleh

membacanya

walau pun satu ayat.5) Berdiam diri di dalam masjid

Dari Aisyah ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda,” Sesungguhnya aku tidakmembolehkan masjid bagi
orang yang haid dan tidak pula bagi orang yang junub.” (HR. Abu

Dawud)

“Hai orang

-.orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,sehingga kamu
mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu

dalam keadaan junub , terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi..”(QS. An
-

Nisa’:43) Apabila seseorang berhadath besar kerana keluar haidh dan nifas, maka diadiharamkan untuk
melakukan perkara-perkara berikut:

1) Shalat

Dari Aisyah ra berkata, Fatimah binti Abi Hubaisy mendapat darah istihadha, makaRasulullah SAW
bersabda kepadanya, Darah haidh itu berwarna hitam dan dikenali. Bila

yang yang keluar seperti itu, janganlah shalat. Bila sudah selesai, maka berwudhu’lah dan

lakukan shalat.(HR. Bukhari)

2) Puasa

9Dari Abi Said Al-Khudhri ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Bukankah bila wanita mendapat
haidh, dia tidak boleh shalat dan puasa? Perempuan-perempuan itu

menjawab, “ya”itulah tanda berkurangnya kewajiban agamanya.(HR. Bukhari)

3) Tawaf

Dari Aisyah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Bila kamu mendapat haid,lakukan semua
praktek ibadah haji kecuali bertawaf di sekeliling ka`bah hingga kamusuci.(HR. Bukhari dan Muslim)4)
Membaca AL-

Qur’an, menyentuh, dan membawanya, sebagaimana keterangan dalam

perkara hal-hal yang diharamkan ketika junub.5) Lewat, masuk, duduk, dan beriktikaf di dalam masjid
jika dikhawatirkan darahnya menetes pada masjid.6) Bersenggama

Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah kotoran". Oleh sebabitu
hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamumendekati mereka,
sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilahmereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukaiorang-orang yang tobat dan menyukai
orang-orang yang menyucikan diri. (QS. Al-Baqarah :222)

`Dari Anas ra. bahwa orang Yahudi bisa para wanita mereka mendapat haidh, tidakmemberikan
makanan. Rasulullah SAW bersabda, Lakukan segala yang kau mau kecualihubungan badan.(HR.Muslim)

Dari Aisyahra berkata, Rasulullah SAW memerintahkan aku untuk memakain sarung, beliau
mencumbuku sedangkan aku dalam keadaan datang haidh.
C. Macam-macam dan Cara Menghilangkan Hadats

10Sebagaimana yang kami kutip dari buku karangan Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy hal. 94
dalam edisi yang ke-3 yang berjudul Kuliah Ibadah, mengemukakan bahwa, fuqaha hadits dalam soal
wudhu dan mandi mengamalkan sunnah-sunnah yang tidakdiperoleh oleh fuqaha-fuqaha yang lain.
Mereka mencukupkan bersuci dari hadats kecildengan menyapu sepatu, serban atau penutup kepala
(kudung) saja bagi wanita.Dan beliau juga mengemukakan dalam bukunya bahwa Ummu Salamah istri
Rasul pernah menyapu atas kudungnya, sebagai ganti menyapu kepala. Serta Abu Musa dan Anas
pernah menyapu atas topinya (penutup kepalanya).Para fuwaha tidak membolehkan kita menyapu atas
penutup kepala. Merekamemerlukan tersapu

walau

sedikit

kepala sendiri.Seperti yang telah diditerangkan di muka bahwa untuk menghilangkan hadats
keciseseorang hany diwajibkan berwudhu, sedang untuk menghilangkan hadatas besar maka

wajiblah mandi yang sesuai dengan tuntunan syara’, namun kalau dalam keadaan darurat

dapat juga dengan tayamum.-

Wudhu

Wudhu ialah bersuci dengan menggunakan air, mengenai muka, kedua tangan sampaisiku, mengusap
kepala dan, kedua kakinya sampai di atas mata kaki. Hal ini didasarkan olehAllah dalam surat al-Maaidah
ayat 6:

“Wahai sekalian orang beriman! Jka kalian hendak berdiri melakukan shalat basuhlah

mukamu, dan tanganmu sampai siku, lalu sapulah kepalamu serta basuhlah kakimu hingga

sampai kedua mata kaki.”


Wudhu dalam ajaran Islam mempunyai nilai tersendiri. Ia di samping ikutserta menentukan sah atau
tidaknya shalat atau thawaf seseorang, juga akan menjadi penghapus dosa dan mininggikan derajat.
Bahkan ia menjadi tanda pengenal sebagai umatMuhammad saw. kelak di hari kiamat-

Mandi

Istilah mandi secara syara’ sedikit berbeda dengan pengertian mandi yang biasa

dilakukan oleh setiap orang, apakah mandi sore ataukah mandi pagi hari. Mandi yang

dimaksud oleh syara’ adalah bersuci guna menhilangkan hadats besar. Oleh karena itu

pengertin mandi dalam ajaran Islam mempunyai arti yang khas, yaitu

menyiramkan air ke seluruh tubuh, sejak dari ujung rambut hingga ujung kaki, dengan niat ikhlas
kkarena Allahdemi kesucian dirinya dari hadats besar.

Tayamum

Menurut pengertian bahasa, tayammum berarti maksud atau tujuan. Sedang menurut pengertian
syariat, tayamum berarti menuju ke pasir untuk mengusap wajah dan sepasangtangan dengan niat agar
diperbolehkan melakukan shalat.

BAB IIIKESIMPULAN

Hadats ialah sesuatu yang terjadi atau berlaku yang mengharuskan bersuci ataumembersihkan diri
sehingga sah untuk melaksanakan ibadah. Hadats dibedakan menjadi duayaitu hadats kecil dan hadats
besar. Diwajibkan bagi umat islam untuk mandi wajib setelahmelakukan/terkena hadats besar. Dan
wajib bagi umat islam untuk mensucikan dirinyasetelah terkena hadats kecil.Bagi umat islam yang
mengalami/terkena hadats kecil maupun hadats besar harusmelakukan mandi wajib, rukun mandi wajib,
sunah mandi wajib supaya suci kembali sesuaiapa yang telah diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Anda mungkin juga menyukai