Tanaman penutup tanah adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam untuk
melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan atau untuk memperbaiki sifat kimia dan
Menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas
permukaan tanah.
Menambah bahan organic tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh.
air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air
kedalam tanah, sehingga mengurangi erosi (Anonim 2014). Dua hal yang penting dalam menanam
tanaman penutup tanah ini adalah tekhnik dan waktu penanaman untuk memperoleh manfaat yang
baik untuk perkembangan dan produksi awal yang lebih baik. Sebaiknya tanaman penutup tanah
sudah menutupi permukaan tanah pada waktu penanaman bibit kelapa sawit di lahan pertanaman
(Tim Bina Karya Tani, 2009). Tanaman penutup tanah di perkebunan merupakan pengendalian
yang baik untuk pertumbuhan gulma perennial. Penggunaan tanaman penutup tanah untuk
cara kultur teknis yang dipandang paling berhasil di perkebunan (Yernelis, 2002). Beberapa jenis
Beberapa jenis tanaman kacangan penutup tanah antara lain adalah sebagai berikut ini :
1. Calopogoniumm caeruleum (Cc)
Leguminosa menjalar (merambat) ini mudah dibedakan karena daunnya hijau mengkilat
dan licin, berduri halus, berbentuk oval atau hati dengan ukuran 3-5 cm. Terpilih karena tahan
naungan, tahan bersaing dengan gulma lain, toleran terhadap hama, tahan kekeringan dan dapat
dicampur dengan leguminosa lain. Kelemahannya adalah kemampuan menghasilkan biji kecil dan
Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan, dapat tumbuh dari 0–300 m dpl. Batang dan daun
agak kecil serta tidak berbulu. Produksi daun basah selama 5 bulan dapat mencapai 20 ton. Di
Indonesia dapat diproduksi biji dengan baik terutama di daerah yang bermusim kemarau, bijinya
kecil-kecil dan memiliki daya tumbuh sedang. Kelemahannya tidak begitu tahan bersaing dan
berumur pendek.
Berasal dari Amerika Selatan, dapat tumbuh baik pada ketinggian 0–300 m dpl.
Pertumbuhan agak lambat tetapi tahan naungan dan kekeringan. Dapat menghasilkan biji sebanyak
1000 kg/ha. Daun berbentuk elips, berukuran kecil, warna hijau dan permukaan agak licin. Mucuna
cochinchinensis (Mc) Kacangan menjalar tetapi juga dapat tegak, batang agak kecil dan lemah.
Pertumbuhan sangat cepat dan dalam 3 bulan sudah menutup 100%, serta secara alamiah mati setelah
6–8 bulan. Di Indonesia dapat diproduksi biji dengan mudah. Polongan biji berbulu tebal yang jika telah
Kacangan menjalar tetapi juga dapat tegak, batang agak kecil dan lemah. Pertumbuhan
sangat cepat dan dalam 3 bulan sudah menutup 100%, serta secara alamiah mati setelah 6–8 bulan.
Di Indonesia dapat diproduksi biji dengan mudah. Polongan biji berbulu tebal yang jika telah tua
Tanaman menjalar/merambat ini berdaun relatif besar, menghasilkan banyak serasah dan
pertumbuhannya sangat cepat. Kacangan ini berumur panjang, tahan terhadap naungan dan di
Indonesia sulit menghasilkan biji. Jenis tanaman ini yang paling sering di jumpai sebagai tanaman
Jenis kacangan menjalar dengan batang keras dan berbulu, daun berbentuk oval atau hati
dengan ukuran 3–5 cm dan berwarna hijau kekuningan. Bunga berkelompok dan berwarna
keputihan, mampu menghasilkan biji yang banyak. Pertumbuhannya cepat sehingga pada 5–6
Berasal dari india dan dapat tumbuh pada ketinggian 0–1000 meter dpl. Pertumbuhan pada
3 bulan pertama agak lambat namun kemudian dapat menyusul jenis lainnya, tahan kekeringan,
tahan naungan dan dapat tumbuh pada tanah asam seperti gambut serta berkembang biak dengan
bijinya. Tanaman penutup tanah umumnya ditanam menjelang turun hujan (Agustus dan
September), selesai pembukaan lahan. Barisan tanaman penutup 7 tanah ini disesuaikan dengan
barisan tanaman kelapa sawit (utara ke selatan), kecuali pada tanah-tanah yang topografinya
miring. Tanaman penutup tanah yang bahan tanamnya berupa stek sebaiknya ditanam sesudah
turun hujan (Oktober, Desember atau Januari). Tanaman penutup tanah dipupuk menggunakan
batuan fosfat, hal ini karena pupuk alam tersebut tidak menimbulkan efek negatif jika mengenai
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Mucuna
1. Akar
Mucuna Bracteata memiliki sistem perakaran tunggang sebagai mana kacangan lainnya,
berwarna putih kecoklatan, tersebar di atas permukaan tanah dan dapat mencapai kedalaman 1
meter di bawah permukaan tanah. Tanaman ini juga memiliki bintil akar yang menandakan adanya
simbiosis mutualisme antara tanaman dengan bakteri rizhobium, sehingga dapat memfiksasi
nitrogen bebas menjadi nitrogen yang tersedia bagi tanaman. Bintil akar ini berwarna merah muda segar
dan relatif sangat banyak, berbentuk bulat dan berukuran diameter sangat bervariatif antara 0,2-2,0 cm.
Pada nodul dewasa terdapat kandungan leghaemoglobin yang mengindikasikan terdapat sistem fiksasi N2
udara oleh bakteri rhizobium. Laju pertumbuhan akar cukup tinggi, sehingga pada umur di atas 3 tahun
2. Batang
Tumbuh menjalar, merambat, membelit, memanjat, berwarna hijau muda sampai hijau
kecoklatan. Batang tanaman ini memiliki diameter 0,4-1,5 cm, berbentuk bulat berbuku dengan
panjang buku 25-34 cm, tidak berbulu, teksturnya cukup lunak, lentur, mengandung banyak serat
dan berair. Berbeda dengan kacangan lainnya, batang kacangan ini bila dipotong akan
mengeluarkan banyak getah yang berwarna putih dan akan berubah menjadi cokelat setelah kering,
dan noda getah ini sangat sukar untuk dibersihkan. Batang yang telah tua akan mengeluarkan
bintil-bintil kecil berwarna putih yang bila bersinggungan dengan tanah akan ber-diferensiasi
3. Daun
Helaian daun berbentuk oval, satu tangkai daun terdiri dari 3 (tiga) helaian anak daun
(trifoliat), berwarna hijau, muncul di setiap ruas batang. Ukuran daun dewasa dapat mencapai
15x10 cm. Helai daun akan menutup apabila suhu lingkungan tinggi (termonastik), sehingga
4. Bunga
Bunga berbentuk tandan menyerupai rangkaian bunga anggur, masingmasing tangkai bunga
terdiri dari 3 bunga sehingga jumlah bunga yang muncul rata-rata 75 bunga. Kelopak bunga
berwarna hijau, kemudian muncul kelopak bunga berwarna ungu, sampai kemunculan bakal
5. Polong
Satu tandan bunga rata-rata keberhasilan menjadi polong sebanyak 12-14 polong. Awalnya
berwarna hijau dengan bulu-bulu kecoklatan yang menyebabkan gatal pada kulit, sedangkan
polong tua berwarna cokelat tua. Dari bakal polong sampai polong siap panen membutuhkan
waktu sekitar 50 hari. 6. Biji Di Indonesia, 1 polong rata-rata mengandung 3-4 biji. Polong tidak
dapat pecah sendiri, melainkan membutuhkan bantuan manusia. Biji berwarna cokelat tua sampai
hitam mengkilat, 1 kg polong basah mengandung 250 gr biji kering dengan berat rata-rata 0,5–1
gr perbiji.
6. Biji
Di Indonesia, 1 polong rata-rata mengandung 3-4 biji. Polong tidak dapat pecah sendiri, melainkan
membutuhkan bantuan manusia. Biji berwarna cokelat tua sampai hitam mengkilat, 1 kg polong basah
Pesaing gulma yang handal sebab menghasilkan senyawa allelopati yang relatif berspektrum luas
Memiliki perakaran yang dalam, sehingga dapat memperbaki sifat fisik tanah dan menghasilkan
serasah yang tinggi sebagai humus yang terurai lambat, sehingga menambah kesuburan tanah,
Memperbaiki kondisi fisik tanah yaitu aerasi dan menjaga kelembaban tanah.
Mengurangi erosi tanah yang secara langsung akan memelihara tekstur tanah dan mengurangi
pencucian/kehilangan hara.
Memperbaiki sifat kimia tanah dengan mengikat N dari udara, kemudian mengolah dan
melepaskannya kedalam tanah melalui bintil akar dalam bentuk bahan organik (produksi humus).
Mempertahankan kelembaban dan kandungan air tanah dengan mengurangi penguapan air
1. Iklim
merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
kacangan, namun setiap jenis kacangan juga memiliki respon yang berbeda-beda terhadap
faktor iklim tersebut termasuk M.bracteata. Oleh sebab itu, pemilihan lokasi untuk penanaman
kacangan ini terutama dengan tujuan untuk memproduksi biji harus sesuai dengan kondisi
bracteata :
a. Ketinggian Tempat
Secara umum M.bracteata dapat tumbuh dengan subur disemua tingkat ketinggian, baik dataran
rendah maupun dataran tinggi. Namun untuk dapat memasuki fase generatif yang sempurna,
maka M.bracteata membutuhkan daerah dengan ketinggian >1.000 meter dpl. Dengan
demikian, ketinggian tempat merupakan kunci utama untuk sampai mendapatkan biji
M.bracteata, karena jika ditanam di dataran rendah yakni mempengaruhi unsur-unsur iklim lain
b. Temperatur
Keadaan temperatur harian suatu daerah sangat menentukan jenis tanaman yang dapat tumbuh
di atasnya. Ada tanaman yang menghendaki temperatur tinggi namun tidak sedikit juga
tanaman yang menghendaki suhu rendah untuk pertumbuhannya. M.bracteata merupakan salah
satu jenis tanaman yang dapat tumbuh di daerah bertemperatur tinggi maupun rendah, namun
untuk berbunga M.bracteata menghendaki temperatur harian minimum 120C dan maksimum
230C. Jika suhu minimum di atas 180C, maka dapat mencegah atau memperlambat proses
pembungaan, hal inilah yang menyebabkan kacangan M.bracteata yang ditanam di dataran
c. Curah Hujan
Air merupakan suatu unsur yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman mulai
dari perkecambahan sampai tanaman berproduksi. Namun agar proses pembentukan polong
tidak terganggu, sebaiknya ditanam dilokasi yang cukup air dengan curah hujan 1000-2500
d. Kelembaban Udara
M.bracteata menghendaki areal yang tinggi dari permukaan laut untuk dapat memasuki fase
generatif, dan umumnya semakin tinggi suatu tempat maka kelembaban udaranya juga semakin
tinggi yang disebabkan oleh tingginya curah hujan terutama untuk daerah tropis seperti dataran
tinggi Sumatera Utara. Walaupun begitu M.bracteata tidak menyukai kelembaban udara yang
terlalu tinggi. Jika kelembaban udara terlalu tinggi, maka bunga-bunga yang telah terbentuk
akan busuk, layu dan kering. Kelembaban udara yang dikehendaki oleh kacangan ini ialah
<80%.
Kacangan penutup tanah ini termasuk ke dalam tanaman berhari pendek dan hanya membutuhkan 6-7
jam penyinaran matahari penuh untuk setiap harinya. Jika ditanam di daerah panas dengan penyinaran
matahari panjang, maka M.bracteata akan merundukkan daun dan batangnya untuk mengurangi
penguapan yang umumnya terjadi tepat di siang hari. Dan jika penyinaran matahari kurang dari 6
jam/hari, maka produksi biji akan terhambat disebabkan banyaknya bunga yang gugur dan tidak
berkembang menjadi polong. Hal ini juga yang menyebabkan produksi biji M.bracteata berfluktuasi
f. Tanah
Pada umumnya M.bracteata dapat tumbuh baik pada semua jenis tanah, baik tanah liat, liat
berpasir, lempung, lempung berpasir atau tanah pasir. Tanaman ini juga dapat tumbuh pada
kisaran pH yang cukup luas yaitu 4,5-6,5. Namun pertumbuhan M.bracteata akan lebih baik
jika ditanam di tanah yang kaya bahan organik, gembur, dapat menyimpan air dan tidak
tergenang air. Pertumbuhan vegetatif akan sedikit jika M.bracteata ditanam di areal yang
tergenang air.
1. Para-para
Sebelum bibit ditanam di Kebun Benih, maka terlebih dahulu dibuat lanjaran atau para-para
dari bambu untuk tempat merambatnya M.bracteata dengan jarak 2,5x2 m dengan ketinggian ±
2 m. Pembuatan lanjaran atau para-para ini sangat penting karena biji yang berasal dari bunga
yang tergantung dilanjaran atau para-para tidak mudah busuk seperti bunga yang dekat
2. Membuat Lubang
Lubang dibuat di sekitar tiang lanjaran atau para-para dengan ukuran 15x15x15 cm dan ditabur
3. Menanam bibit
Setelah lubang dibuat, kemudian dilanjutkan penanaman bibit 3 pohon/tiang. Bibit yang
hendak ditanam sebaiknya disiram terlebih dahulu dengan air. Bibit ditanam beserta
polybagnya dengan terlebih dahulu memotong polybag bagian bawah untuk jalur
berkembangnya akar dan agar tanah yang berada di dalam polybag tidak pecah. Dengan
demikian tingkat stres tanaman dapat dikurangi, begitu juga dengan angka kematian pada saat
pindah tanam (transplanting) juga dapat ditekan. Setiap tunas (sulur) yang muncul dari bibit,
sebaiknya segera diikat pada tiang atau tonggak para-para agar segera memanjat ke para-para,
4. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan dengan pengurangan cabang-cabang yang tidak produktif pada daerah
yang naungannya terlalu rimbun, sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalam permukaan
Sampai saat ini hama yang ditemui adalah semut merah. Hama semut di semprot dengan
Mucuna bracteata mulai berbunga pada umur 3 bulan setelah tanam. Bungabunga yang
diserbuki dan telah membentuk polong, sering gugur dan busuk (aborsi). Hal ini terjadi akibat
kelopak bunga selalu lengket pada polong buah, sehingga membuat polong lembab dan busuk.
Untuk menghindari hal tersebut segera setelah terbentuk polong, kelopak bunga dibuang/ditarik
dengan pinset.
Tanaman ini mulai berbunga pada umur ± 3 bulan setelah tanam. Bunga muncul pada ketiak
daun dan bunga-bunga pada musim kemarau biasanya lebih banyak bertahan menjadi biji
dibandingkan pada musim penghujan. Dari mulai munculnya bunga sampai membentuk biji
dan siap dipanen membutuhkan waktu ± 80-100 hari. Biji yang siap di panen berwarna coklat
kehitaman, polong dan bulu-bulu halusnya mengering. Polong berwarna coklat sampai hitam
mengkilap. Pemanenan dilakukan dengan memotong tangkai utama rangkaian polong dengan
yang kering dan bersih. Polong utuh kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 2-3
hari, jika sinar matahari kurang terik maka penjemuran dapat dilanjutkan hingga polong kering
dan mudah untuk dikupas serta dibersihkan dari sampah-sampah yang menyertai.
Pada umumnya terdapat dua metode untuk memperbanyak suatu jenis tanaman yaitu secara
vegetatif dan secara generatif begitu juga dengan kacangan M.bracteata kedua metode itu juga dapat
digunakan (Harahap dkk, 2008). Sedangkan dalam buku Bakrie Sumatera Plantations dijelaskan bahwa
terdapat dua cara perbanyakan M.bracteata secara vegetatif, yaitu : 1. Stek Batang Stek diambil dari batang
M.bracteata yang telah tumbang dilapangan sepanjang dua ruas/buku dengan gunting yang tajam. 2. Stek
Susuan Pembuatan stek dengan sistem susuan dapat di ambil dari sulur M.bracteata yang panjangnya
minimal 2 cm.