Anda di halaman 1dari 6

Tugas 2

Mendeskripsikan salah satu populasi yang tumbuh di daerah Nusa Tenggara Barat
berdasarkan video yang telah disajikan yang berjudul “Keanekaragaman hayati kawasan
konservasi NTB” !
 Jawaban
POHON PULAI (Alstonia scholaris)

1. Klasifikasi
Kingdom               : Plantae
Divisi                     : Tracheophyta
Kelas                     : Magnoliopsida
Ordo                      : Gentianales
Famili                    : Apocynaceae
Genus                    : Alstonia
Spesies                   : Alstonia scholaris
2. Habitat
Tanaman pulai adalah  tanaman pohon yang berkayu besar yang sering kita
jumpai di sekitar kita. Nama latin tanaman pulai adalah Alstonia scholaris, dikenal juga
dengan nama lokal pule, kayu gabus, lame, lamo dan jelutung. Sedangkan dalam bahasa
Inggris tanaman pulai mempunyai nama Indian Devil Tree. Tanaman pulai ini tersebar
China, Negara-negara di wilayah Asia Selatan, Asia Tenggara, Australia, Kepulauan
Solomon. Ciri-ciri tanaman pulai ini adalah pohon yang ukuran besar dengan bentuk
daun tersusun melingkar denga jumlah 4-8 helaian daun mirip daun ketela dengan buah
berbentuk panjang. Fungsi dan kegunaan tanaman pulai ini kayunya digunakan sebagai
perkakas rumah karena kayunya memiliki serat yang halus. Namun yang tidak ketahui
ternyata tanaman pulai ini memiliki banyak manfaat dan khasiat untuk mengobati
berbagai macam penyakit yang ada di tubuh. Selain itu, Pohon ini banyak digunakan
untuk penghijauan karena daunnya hijau mengkilat, rimbun dan melebar ke samping sehingga
memberikan kesejukan.
3. Morfologi
Tanaman pulai merupakan salah satu dari jenis tanaman dari keluarga tanaman
Apocynaceae. Tanaman pulai pohonnya besar lurus berkayu dengan ukuran panjang
tanaman dari 20 sampai 25 meter, diameter 60 cm dan bercabangan menggarpu. Kulit
tanaman pulai ini mudah rapuh bergetah putih dengan rasa yang pahit. Pulai termasuk ke
dalam habitus pohon dengan tinggi 6-10 m dengan diameter batang mencapai 60-100 cm.
Daun tanaman pulai tunggal tersusun melingkar dengan jumlah daun 4-8 helaian
perlingakarannya. Daun pulai tergolong dalam tipe duduk daun berkarang. Bentuk daun bulat
telur seperti spatula dengan ujung daun meruncing. Urat daun sangat jelas menonjol di bagian
permukaan bawahnya Daun tanaman pulai bertekstur permukaan atas daun licin,  bagian
bawah permukaan buram, tepi rata pertulangan menyirip dan berwarna hijau. Kulit
batang berwarna coklat terang dan terdapat getah berwarna putih susu pada bagian dalam kulit
kayu. Batang yang sudah tua sangat rapuh dan mudah terkelupas. Bunga tanaman pulai
majemuk tersusun dalam malalai yang bergagang. Bunga tanaman pulai berbau wangi,
berwarna hijau terang sampai putih kekuningan dan berambut halus. Bunga pulai
tergolong bunga biseksual, bunga akan mengelompok pada pucuk daun. Perhiasan bunga
berwarna putih kehijauan dengan bagian tepi melengkung ke bagian dalam. Buah pulai
berbentuk memanjang dan ramping. Buah terdiri dari 2 folikel dan buah pulai akan pecah saat
kering. Buah tanaman pulai berupa buah bumbung berbentuk pita dengan ukuran
panjang 20-25 cm posisi menggantung. Biji tanaman pulai kecil memiliki ukuran
panjang 1,5-2 cm, berambut pada bagian tepinya dan berjambul pada ujungnya. Pulai
berakar tunggang, dengan adanya lentisel berpori pada bagian permukaan akarnya. Tanaman
pulai berkembang biang dengan cara cangkok batang dan biji. Habitat tanaman pulai ini
tumbuh baik pada dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 1000 m dari
permukaan laut dengan syarat hidup curah hujan dan intensitas matahari yang cukup.
4. Manfaat dan Nilai-nilai Penting
Pulai memiliki manfaat yang dapat digunakan untuk kesehatan. Kulit kayu pulai
dapat digunakan untuk mengobati malaria, asma, penyakit kulit, epilepsi dan hipertensi.
Getah dari batang pulai dapat digunakan untuk mengobati sariawan dan keseleo. Kayu
pulai dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan batang pensil, topeng dan kerajinan
kayu lainnya.
5. Pelestarian
a. Perlakuan Terhadap Benih
Pengolahan, penanganan buah dan benih. Setelah buah masak dipanen, langkah
selanjutnya dijemur sampai terbuka dan benihnya terlepas. Penjemuran ini
biasanya memakan waktu sekitar satu minggu. Apabila buah tersebut dipanen
sebelum masak, maka perlu dilakukan pemeraman.
Benih yang ada di dalam buah ukurannya sangat kecil dan sangat mudah tertiup
oleh angin selama waktu pengeringan. Untuk menghindari resiko ini dapat
dikurangi dengan cara menutupkan jaring plastik selama penjemuran. Di
beberapa tempat bulu benih dihilangkan, tetapi belum diketahui pengaruhnya
terhadap penyimpanan dan viabilitas benih. Fisiologi penyimpanan belum
diketahui, tetapi benih ukuran kecil ini kenyataanya dapat dikeringkan yang
menunjukkan bahwa benih tersebut ortodoks.
Benih segar mempunyai daya kecambah yang sangat tinggi, dengan persen
tumbuh mendekati 100%. Namun demikian benih ini cepat kehilangan
viabilitasnya. Benih yang disimpan selama 2 bulan dalam suatu wadah yang
kedap udara, dilaporkan dapat berkecambah sampai 90%. Tetapi belum diketahui
apakah benih ini bisa bertahan pada suhu yang rendah.
b. Dormansi dan perlakuan pendahuluan
Benih segar tidak mengalami dormansi, sehingga tidak perlu adanya perlakuan
pendahuluan. Kemungkinan adanya dormasi sekunder perlu penyelidikan lebih
lanjut. Tidak ada persyaratan khusus untuk penaburan, kecuali memerlukan sinar
matahari penuh. Dengan sedikit ditutup setelah penaburan, penyinaran dan
penyiraman yang teratur, benih mulai berkecambah setelah 12 hari dan berlanjut
sampai 3 bulan.
Penyapihan bibit dilakukan setelah batas ngandi kayu yaitu pada umur 1 – 1.5
bulan setelah berkecambah. Bibit sapihan tersebut ditanam pada kantung/polybag
ukuran 10 X 15 cm yang berisi media tanam yang merupakan campuran dari
tanah dan humus. Maksud dari campuran tanah dan humus adalah agar kondisi
media tanam tersebut subur, sehingga prosen tumbuhnya tinggi. Selain itu selama
berada di polybag perlu adanya penambahan pupuk NPK dengan dosis tertentu
agar media tersebut tingkat kesuburannya terjaga.
Bibit siap tanam berukuran tinggi 30 – 60 cm setelah berumur 4 – 6 bulan yaitu
biasanya sekitar bulan Agustus – Oktober. Selain bibit, stum yang berdiameter
leher akarnya 6 mm juga dapat ditanam. Stum tersebut bisa diperoleh dengan
pencabutan yang berasal dari anakan pohon yang berada di alam. Begitu pula
sambungan/menyambung dapat dilakukan untuk jenis ini. Di dalam kegiatan
persiapan lahan, meliputi kegiatan yang berupa penataan areal tanaman;
pembersihan lapangan; serta pengolahan lahan. Untuk mempermudah didalam
melakukan kegiatan penanaman dan pengawasan, maka sebaiknya areal tanaman
dibagi ke dalam blok – blok dan petak. Pembagian blok maupun petak tersebut
dilakukan secara fleksibel mengikuti keadaan/kondisi lapangan yang ada.
Pembersihan lahan dilakukan sebaiknya secara mekanik, dengan menghindari
cara kimiawi. Apabila pembersihan dengan peralatan yang sederhana sudah
cukup, tidak perlu mem pergunakan peralatan berat. Hal ini dimaksudkan agar
dapat mengurangi kerusakan terhadap tekstur dan struktur tanah di areal tersebut.
Pohon pengganggu yang berdiameter kurang dari 10 cm tunggulnya sedapat
mungkin dibongkar. Pengolahan tanah disarankan dilakukan secara minimal
(minimum tillage) dengan membuat cemplongan. Cemplongan–cemplongan yang
dibuat untuk menanam bibit tersebut berbentuk persegi dengan ukuran tertentu.
Cemplongan yang sudah dibuat tersebut kemudian diisi humus atau pupuk
kandang untuk menambah kandungan unsur hara yang ada di dalamnya.
Penanaman dilaksanakan sekitar bulan Agustus sampai Oktober dengan asumsi
pada saat musim hujan tiba diperkirakan akar tanaman sudah dapat tertancap kuat
pada tanah, sehingga apabila dataran tergenang oleh air maka tanaman tidak akan
hanyut oleh genangan air tersebut. Penanaman dilaksanakan dengan menanam
bibit dari persemaian dengan jarak tanam 3 X 3 m. Pada tempat yang sudah di ajir
dibuat lubang tanam yang berukuran 45 cm X 30 cm, tanah digali dengan
cangkul. Sedangkan untuk tanah yang berair cukup di ajir lalu ditanam dengan
cara membenamkan bibit dari polybag.
Bibit yang siap ditanam di lapangan adalah setelah berumur 4 – 6 bulan dan
mempunyai tinggi 30 – 60 cm.
c. Pemeliharaan Tanaman
a) Penyulaman Kegiatan penyulaman dilakukan pada tahun pertama
menjelang musim hujan. Tanaman yang mati dan kerdil segera disulam
dengan bibit dari persemaian.
b) Penyiangan
Penyiangan dilaksanakan minimal 2 kali dalam setahun. Penyiangan adalah
membebaskan tanaman dari tanaman pengganggu lainnya untuk
menghindarkan persaingan unsur hara, sinar matahari dan air.
c) Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk memper-tahankan ketersediaan hara dalam
tanah untuk pertumbuhan tanaman. Tanah-tanah gambut di daerah tropika
pada umumnya kekurangan unsur mikro (Cu dan Zn) dan kandungan kation
basa serta fosfor. Kekurangan Cu pada daun dapat menyebabkan terjadinya
chlorosis mid crown sedangkan kekurangan Zn dapat mengakibatkan
terjadinya peat yellow (kuning gambut) pada tajuk tanaman.
d. Pemeliharaan Tegakan
a) Pemangkasan (Prunning)
Pemangkasan cabang dilakukan untuk meningkatkan kualitas batang
melalui peningkatan ukuran panjang batang bebas cabang. Pemangkasan
dikerjakan pada waktu cabang-cabangnya garis tengah sekecil mungkin,
untuk menghindarkan luka yang terlalu besar dan untuk mencegah
timbulnya benjolan besar pada kayu. Prunning dilaksanakan sebanyak tiga
kali yaitu pada umur 6 bulan, 1 tahun dan 2 tahun setelah ditanam di
lapangan.
b) Penjarangan (Thinning)
Penjarangan dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan ruang tumbuh
yang optimal, sehingga pertumbuhan pohon-pohon yang ditinggalkan dapat
tumbuh secara optimal dengan kualitas dan kuantitas produksi kayu yang
dihasilkan selama daur meningkat. Penjarangan dilakukan dengan
membuang pohon-pohon yang tertekan, jelek, terserang hama dan penyakit,
atau batangnya bengkok, cabang banyak dan lain-lain yang mengganggu
pohon tinggal. Penjarangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur
5 tahun dan penjarangan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 8
tahun.
c) Pencegahan Terhadap Hama dan Penyakit
Secara umum, tidak terdapat penyakit yang ada pada tanaman Pulai
(Alstonia sp). Sedangkan hama yang biasa menyerang tanaman Pulai
(Alstonia sp) adalah ulat pemakan daun. Hama tersebut dapat dicegah
dengan cara mengembangkan predatornya, yaitu jenis serangga tertentu.

Anda mungkin juga menyukai