Anda di halaman 1dari 12

TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN

TUGAS MINGGU KE 8
“Tanaman Penutup Tanah dan Teknologi Konservasi Vegetatif”

Oleh:

Nama : Cahyo Agum Wicaksono


NIM : 185040200111174
Kelas :F

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
Contents
No table of contents entries found.
Uraian Tugas 1
Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan flora dan jenis-jenis tanaman bermanfaat.
Manfaat tanaman tersebut selain untuk pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, dan obat-obatan, juga
dapat dipergunakan untuk melindungi tanah dari kerusakan yang disebabkan oleh energi air hujan.
Oleh karenanya, carilah paling tidak 5 referensi terkait jenis-jenis tanaman penutup tanah dan
tanaman lainnya yang dapat melindungi tanah dari kerusakan akibat erosi. Bahas satu persatu jenis
tanaman tersebut yang meliputi: nama lokal dan nama latin, klasifikasi tanaman (plantae), gambar
tanaman, dan mekanisme tiap jenis tanaman dalam mengurangi laju erosi dan limpasan permukaan.
Jenis-jenis Tanaman Penutup Tanah
1. Kacang Asu (Calopogonium mucunoides Desv.)
Calopogonium mucunoides Desv. adalah semacam kacang yang menjalar. Tanaman ini dapat
digunakan untuk memulihkan lahan yang terdegradasi, menambah bahan organik tanah,
meningkatkan kesuburan tanah, melindungi tanah dari tetesan air hujan dan mencegah erosi lereng.
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 300 m dpl, dan pada batas tertentu tahan
terhadap tanah yang sejuk dan kering, bentuk daunnya lonjong, kecil, berwarna hijau, dan permukaan
daun agak licin. Hasil daun basah bisa mencapai 20-40 ton / ha, dan hasil biji bisa mencapai 1000 kg /
ha (Prawirosukarto et al., 2003).

Menurut Ahmad (2018), Calopogonium mucunoides Desv. memiliki bintil akar yang
memungkinkan jenis ini bersimbiosis dengan rhizobium membentuk cabang-cabang akar menyerupai
benang-benang. Hal ini memudahkan tanaman menyerap air pada tanah. Rambut akar akan
memberikan respon dengan membelokan akar hingga mencapai kedalaman akar yang berkisar 1-2 m,
karena sebagian besar bintil akar ini menambat N dari bebas udara. Batang bersifat merambat di
permukaan tanah, sehingga mudah mengeluarkan akar pada setiap ruas batangnya jenis
Calopogonium mucunoides Desv. memiliki batang yang sangat tebal dibandingkan dengan tanaman
penutup tanah lainnya, kondisi ini memungkinkan Calopogonium mucunoides Desv. lebih tahan
terhadap penyinaran penuh. Jenis Calopogonium mucunoides Desv. diklasifikasikan dalam sistem
takson sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Calopogonium
Spesies : Calopogonium mucunoides Desv
Calopogonium mucunoides Desv. merupakan legume cover crop yang berakar serabut (radix
adventica) bercabang-cabang (radix lateralis) berbentuk benang (filiformis), dengan kedalaman akar
(radix) 17- 25 cm. Batangnya bulat (teres) berbuku-buku (nodus) yang besar dan membelit (volubilis)
pada bagian batang (caulis) mengeluarkan akar (radix), ketebalan batang 2-4 cm berwarna hijau
muda, permukaan batang berbulu (pinnate). Daun (trifoliet) bentuk daun (folium) bulat (orbicularis)
berwarna hijau tua permukaan daunnya berbulu. Memiliki lebar daun 5,3 cm, panjang tangkai daun
(petiolus) 1,8 cmdan panjang permukaan daun 4,7-8 cm, ketebalan daun 0,2 cm-2 cm (Ahmad, 2018).
2. Arachis Piintoi
Arachis pintoi adalah jenis herba tahunan yang tumbuh rendah. Batangnya tumbuh menjalar
membentuk anyaman yang kokoh, akar dan sulur akan tumbuh dari buku batang apabila ada kontak
langsung dengan tanah. Mempunyai dua pasang helai daun pada setiap tangkainya, berbentuk oval
dengan ukuran lebih kurang 1,5 cm lebar dan 3 cm panjang. Kacang hias ini umumnya berbunga terus
menerus selama masa hidupnya, dengan 40–65 bunga/m2 setiap harinya. Setelah terjadi penyerbukan,
ovary (indung telur) pada gynophore akan memanjang sampai 27 cm dan masuk ke dalam tanah
sampai kedalaman 7 cm yang selanjutnya membentuk polong dan biji. Setiap polong biasanya
mengandung sebuah biji.

Arachis pintoi tumbuh dan berkembang dengan baik pada daerah sub tropika dan tropika,
curah hujan tahunan >1.000 mm. Tahan terhadap 3–4 bulan kering, tetapi akan menggugurkan banyak
daun selama periode kering tersebut. Pada tanah-tanah yang kurang air atau sering banjir,
pertumbuhannya terhambat dan daun menjadi kuning. Tanaman ini cocok tumbuh pada tanah dengan
tekstur liat berat sampai berpasir, namun tumbuh lebih bagus pada tanah lempung berpasir (sandy
loam). Pertumbuhan lebih baik pada tanah dengan kandungan bahan organik > 3%, dan akan
terhambat pada tanah dengan kadar garam (salinity) yang tinggi. Tanaman ini dapat beradaptasi
dengan baik pada kondisi kesuburan tanah rendah dan pH sangat masam, serta toleran terhadap
kejenuhan aluminium yang tinggi (>70%). Klasifikasi Arachis pintoi adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis Pintoi Krapov. & W.C.Greg
Pada usaha tani lahan kering yang berlereng, erosi terjadi terutama pada periode awal
pertumbuhan tanaman yang menyebabkan lahan terdegradasi dan menurun produktivitasnya. Arachis
pintoi berpotensi besar untuk mencegah hanyutnya tanah, karena susunan/anyaman batang dan
perakarannya dapat melindungi tanah dari daya rusak intensitas hujan yang tinggi. Sebagai contoh, di
Costa Rica, kacang hias ini ditanam di sepanjang pinggir saluran irigasi untuk mengontrol erosi dan
pertumbuhan gulma.
3. Akar Wangi
Akar vetiver diketahui mampu menembus lapisan setebal 15 cm yang sangat keras. Di
lerenglereng yang keras dan berbatu, ujung-ujung akar vetiver mampu masuk menembus dan menjadi
semacam jangkar yang kuat. Cara kerja akar ini seperti besi kolom yang masuk ke dalam menembus
lapisan tekstur tanah dan pada saat yang sama menahan partikel-partikel tanah dengan akar
serabutnya. Kondisi ini bisa mencegah erosi yang disebabkan oleh angin.

Akar-akar vetiver yang masuk ke dalam tanah sedalam ± 3 meter akan berfungsi seperti
kolomkolom beton yang menahan tanah agar tidak longsor sehingga tanah menjadi stabil. Barisan itu
juga menahan material erosi di belakang tubuhnya yang dapat mengurangi kecuraman dan akhirnya
membentuk teras-teras yang lebih landai. Klasifikasi tanaman akar wangi adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionita
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Vetiveria
Spesies : Vetiveria zizanioides (L.) Nash
Vetiver menahan laju air run-off dan material erosi yang terbawa dengan tubuhnya. Daun dan
batang vetiver memperlambat aliran endapan yang terbawa run-off di titik A sehingga tertumpuk di
titik B. Air terus mengalir menuruni lereng C yang lebih rendah. Akar tanaman (D) mengikat tanah di
bawah tanaman hingga kedalaman 3 meter. Dengan membentuk “tiang” yang rapat dan dalam di
dalam tanah, akar-akar ini mencegah terjadinya erosi dan longsor.
4. Gamal (Gliricidia sepium)
Gamal berasal dari wilayah kawasan Pantai Pasifik Amerika Tengah yang bermusim kering.
Habitat asli gamal adalah hutan gugur daun tropika, dapat tumbuh mulai dari dataran rendah hingga
ketinggian tempat 1.300m dpl, beradaptasi pada beberapa jenis tanah, termasuk jenis tanah yang
kurang subur, tahan kering, juga tahan asam (Chadhokar, 1982). Gamal merupakan tanaman yang
cocok untuk tanah asam dan marginal (Nusantara, 2009). Gamal (Gliricidia sepium) adalah tanaman
golongan legum pohon yang mampu beradaptasi disegala jenis tanah, tahan kering dan selalu
memproduksi hijauan di musim kemarau jika didefoliasi secara teratur.Tanaman gamal digunakan
sebagai tanaman pagar, memiliki potensi pendukung kesuburan tanah melalui fiksasi nitrogen (N2).
Klasifikasi dan gambar tanaman gamal adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Spermatophyta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Gliricidia
Spesies : Gliricidia sepium
Batang dan cabang-cabang pada umumnya ada bercak putih kecil (Mustofa, 2009). Daun
gamal menyirip ganjil, biasanya perpasangan sepanjang sekitar 30cm melebar 5-20 cm, helai daun
berbentuk ovale atau elips, panjang daun 2-7cm,dan lebar daun 1-3cm. Helai daun, pelepah dan tulang
belakang kadang-kadang bergaris-garis merah. Bunga berwarna merah muda ke unguan, sedikit warna
putih, biasanya dengan titik kuning pucat menyebar di dasar kelopak. Dasar kelopak bunga bulat dan
hampir tegak, dengan ukuran sekitar 20mm, panjang kelopak bunga 15-20mm, dan lebarnya 4-7mm.
Polong muda berwarna hijau kemerahan-unguan, berwarna kuning-cokelat setelah masak, dan
berwarna kuning coklat muda sampai coklat bila sudah tua. Polong berbentuk pipih hampir bulat,
panjang polong 10-18cm, lebarnya 2cm, jumlah biji 4-10 (Nusantara,2009). Tanaman ini juga
mempunyai manfaat sebagai pencegah erosi dan sekaligus penyubur tanah.
5. Rumput Gajah (Axonopus compressus)
Axonorpus compressus atau yang sering kita sebut dengan rumput karpet adalah rumput yang
sering digunakan untuk penutup tanah pada lahan kosong di pekarangan rumah. Rumput karpet dapat
tumbuh pada tempat yang teduh dan lembab, rumput karpet juga dapat tumbuh pada tanah yang
memiliki tingkat keseuburan rendah. Rumput karpet juga dapat dikonversikan sebagai pakan ternak.
Klasifikasi dan gambar tanaman rumput gajah adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Axonopus
Spesies : Axonopus compress

Salah satu upaya penanganan erosi dapat dilakukan dengan metoda vegetatif yaitu
menggunakan rumput pait (Axonopus compressus). Tanaman yang digunakan sebagai penutup tanah
sebaiknya mudah diperbanyak, mempunyai sistem perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi berat
bagi tanaman pokok, tetapi mempunyai sifat sebagai pengikat tanah yang baik. Selain itu tidak
mensyaratkan tingkat kesuburan tanah yang tinggi, tumbuh cepat, banyak menghasilkan daun dan
tidak berubah menjadi gulma.
Hasil Resume Artikel
Penggunaan Teknologi Konservasi Secara Vegetatif dengan Cover Crop
Pengertian metode vegetatif adalah mengendalikan atau memanfaatkan peranan dan fungsi
tanaman. Metode vegetatif juga dapat diartikan sebagai upaya rehabilitas dan konservasi lahan dengan
menanam beberapa jenis tanaman pohon dan/atau tanaman lainnya untuk menjaga penutupan tanah
agar dapat mengikat butir tanah secara lebih kuat. Metode vegetatif sering juga disebut cara
pengendalian erosi secara biologi (biological erosion control). Jenis-jenis metode atau tindakan
vegetatif dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi lahan dan konservasi antara lain:
 Penanaman pada areal terbuka di kawasan pembangunan jalan dan pemukiman.
 Areal terbuka pada kawasan pertanian dan perladangan, perkebunan dan kehutanan
Peran penting cover crop dalam pengendalian erosi:
 Melindungi permukaan tanah dari dampak tetesan air hujan
 Mencegah pembentukan kerak
 Memperlambat kecepatan limpasan
 Menahan partikel tanah
 Meningkatkan kapasitas tanah dalam menyerap air
Tanaman penutup tanah yang sudah mapan dapat memberikan perlindungan tanah yang
hampir sebanding dengan lapisan mulsa atau lainnya amandemen tanah dengan biaya lebih rendah.
Pembentukan awal tanaman penutup sangat penting untuk pengendalian erosi yang sukses. Perlu
dicatat bahwa disking di file jatuh untuk persiapan penaburan dapat menyebabkan erosi jika hujan
lebat terjadi di awal musim gugur. Menggunakan latihan tanpa olah tanah menghilangkan persiapan
persemaian dan memberikan perlindungan tambahan untuk pengendalian erosi, secara relatif sedikit
permukaan tanah yang terganggu.
Mulsa dapat digunakan sendiri atau dalam hubungannya dengan tanaman penutup untuk
memberikan perlindungan tanah sampai penutup vegetatif terbentuk. Untuk mulsa berarti oleskan
bahan nonerosif di atas tanah gundul atau benih daerah untuk melindungi tanah dari pengaruh
langsung curah hujan, aliran permukaan lambat, mengurangi erosi, dan menyediakan lingkungan yang
mendukung untuk penanaman kembali.
Kelompok Penggunaan Pilihan Jenis Karakteristik Jenis Teknik
Tanaman Tanaman Tanaman Penanaman
Penutup Tanah
Tanaman Pola tanam rapat Calopogonium Tanaman Dengan biji
penutup tanah muconoides merambat/memanjat. sekitar 15kg/ha
rendah Toleran terhadap
defisiensi unsur hara
dan peneduhan
Centrosema Tanaman Dengan biji
pubescens merambat/memanjang, sekitar 30kg/ha
kurang toleran
terhadap defisiensi
unsur hara dan rawa-
rawa
Rumput- Menutup rapat Tanam rapat
rumputan lokal permukaan tanah dalam larikan,
(endemik) jarak antar larik
rapat
Edison dkk. (2012) merekomendasikan teknologi konservasi lahan pada secara vegetatif
disarankan pada daerah hulu berupa lahan produksi tegalan dan atau hutan produksi tanaman keras
serta pada daerah hilir berupa tegalan di konservasi menjadi perkebunan. Penggunaan tanaman
penutup tanah (cover crop) mempengaruhi peningkatan konservasi tanah dan air (Daigh dkk., 2014).
Donahue dkk. (2000) menyebutkan tanaman- tanaman penutup permukaan tanah berperan untuk
melindungi permukaan tanah dari daya dispersi dan daya penghancuran oleh butir-butir hujan.
Tanaman penutup permukaan besar pula sumbangannya dalam memperkaya bahan-bahan organik
tanah serta memperbesar porositas tanah. Edison dkk. (2012) menjelaskan tanaman penutup tanah
pada umumnya adalah jenis legum menjalar yang ditanam di antara tanaman tahunan, secara bergilir
dengan tanaman semusim atau tanaman tahunan dan sebagai tanaman pemula (pionir) untuk
rehabilitasi lahan kritis.
Efektivitas tanaman penutup tanah untuk mengurangi erosi sudah tidak diragukan lagi.
Tanaman penutup tanah dapat ditanam tersendiri (sewaktu tanah tidak ditanami tanaman pokok), atau
ditanam bersama-sama dengan tanaman pokok sebagai penutup tanah di bawah tanaman pokok, atau
bahkan kadang-kadang sebagai pelindung tanaman pokok. Pada dasarnya semua tanaman dapat
menutup tanah dengan baik (baik sengaja ditanam dengan tujuan untuk menutup tanah atau tidak)
dapat dikatakan sebagai tanaman penutup tanah, namun dalam arti yang khusus yang dimaksud
dengan tanaman penutup tanah adalah tanaman yang memang sengaja ditanam untuk melindungi
tanah dari erosi, menambah bahan organik tanah, dan sekaligus meningkatkan produktivitas tanah
(Maina, 2000).
Penggunaan tanaman penutup tanah (cover crop) mempengaruhi peningkatan konservasi
tanah dan air (Louw dkk., 1991). Wischmeir dkk. (2008) menyebutkan tanaman- tanaman penutup
permukaan tanah berperan untuk melindungi permukaan tanah dari daya dispersi dan daya
penghancuran oleh butir-butir hujan. Tanaman penutup permukaan besar pula sumbangannya dalam
memperkaya bahan-bahan organik tanah serta memperbesar porositas tanah. Gachene (2000)
menjelaskan tanaman penutup tanah pada umumnya adalah jenis legum menjalar yang ditanam di
antara tanaman tahunan, secara bergilir dengan tanaman semusim atau tanaman tahunan dan sebagai
tanaman pemula (pionir) untuk rehabilitasi lahan kritis.
Artikel yang diresume

Anda mungkin juga menyukai