Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING

VIA PEMBELAJARAN DARING UNTUK MENINGKATKAN


KEAKTIFAN SISWA KELAS XI ATP DI SMK NEGERI 1 HANAU

Jum'at, 3 September 2021 

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan peserta didik pada mata
pelajaran Pemeliharaan dan Pengelolaan Tanaman Perkebunan via pembelajaran Daring
(Whatsapp Group, dan Google Meet) selama pandemi Covid-19. Pembelajaran Problem Based
Learning yakni membantu peserta didik meningkatkan pemahaman, menyajikan informasi
dengan menarik, memudahkan penafsiran informasi, dan memadatkan informasi. Penelitian ini
merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang berfokus pada upaya untuk mengubah kondisi nyata
yang ada sekarang kearah kondisi yang diharapkan. Hasil dari penelitian aktifitas peserta didik
diperoleh informasi bahwa adanya peningkatan dalam aktifitas visual dari 78% menjadi
95%, listening dari 67% menjadi 88%, writing  dari 47% menjadi 78%, mental dari 57% menjadi
93%, dan emotional dari 53% menjadi 90%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan
model Problem Based Learning dapat membantu meningkatkan keaktifan peserta didik kelas XI
ATP SMK Negeri 1 Hanau.
Abstract. This study aims to increase the activity of students in Simulation and Digital
Communication subjects via online learning (Whatsapp Group, and Google Meet) during the
Covid-19 pandemic. Learning Problem Based Learning which help learners improve
understanding, presenting interesting information, facilitate the interpretation of information, and
condense information. This research is a Classroom Action Research that focuses on efforts to
change the current real conditions towards the expected conditions. The results of the research on
student activities showed that there was an increase in visual activity from 78% to 95%, listening
from 67% to 88%, writing from 47% to 78%, mental from 57% to 93%, and emotional from
53%. to 90%. This shows that the application of the model Problem Based Learning can help
increase the activity of class XI ATP students at SMK Negeri 1 Hanau.
Kata kunci: Problem Based Learning, Keaktifan Peserta Didik, Daring

1.  PENDAHULUAN

Salah satu prinsip dalam pendidikan saat ini adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik
secara aktif sehingga proses pembelajaran tidak berpusat lagi kepada guru. Akan tetapi, pada
kenyataannya saat ini masih banyak proses pembelajaran yang masih berpusat kepada guru.
Peserta didik hanya menerima apa yang disampaikan guru tetapi tidak benar-benar
memahaminya. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan belajar mengajar yang masih kurang
efektif yang dilaksanakan oleh guru. Guru kurang mengaitkan permasalahan di lingkungan
sekitar dengan pembelajaran di sekolah. Pembelajaran yang terpusat pada guru membuat peserta
didik menjadi kurang aktif dalam proses pembelajaran. Cara mengajar guru harus dikembangkan
sesuai dengan keadaan kelas yakni menuntut guru lebih kreatif dan inovatif dalam pelaksanaan
proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan peranan guru dalam proses pembelajaran yakni
penentu strategi pembelajaran yang akan menentukan arah pembelajaran yang dilakukan peserta
didik. Ketepatan guru memilih model pembelajaran sesuai dengan materi yang relevan
mempengaruhi daya tarik dan keaktifan peserta didik untuk belajar.
Apalagi ditengah pandemi Covid-19 yang terus melaju hingga saat ini, pemerintah masih tetap
untuk menganjurkan proses belajar dari sekolah dilakukan di rumah dengan metode
pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring. Selama setahun lebih, peneliti banyak mendengar
beberapa keluhan dari beberapa peserta didik tentang pemahaman mereka terkait materi
pelajaran sangatlah minim. Beberapa guru juga mengeluh terkait jumlah kehadiran peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran baik secara Sinkron (Google Meet) atau Asinkron (Google
Classroom) serta daftar peserta didik yang mengumpulkan tugaspun sangatlah sedikit.
Berdasarkan hasil observasi pada mata pelajaran Pemeliharaan dan Pengelolaan Tanaman
Perkebunan yakni pembelajaran cenderung membosankan. Hal ini disebabkan masih ramai guru
pengampu mata pelajaran tersebut yang menggunakan metode ceramah dan jarang melibatkan
peserta didik dalam proses belajar daring Sinkron serta hanya mengupload modul dan tugas-
tugas uraian yang bersifat monoton sehingga menyebabkan peserta didik juga belum maksimal
dalam : (1) berkolaborasi dalam pengerjaan tugas secara berkelompok, (2) merespon
pertanyaan/instruksi yang disampaikan oleh guru, (3) mempresentasikan hasil kerja kelompok,
dan (4) memanfaatkan sumber belajar yang ada.
Oleh karena itu, perlu dicari metode lain yang dapat mengatasi kelemahan tersebut. Peneliti ingin
menerapkan model Pembelajaran Problem Based Learning, dimana pembelajaran Problem
Based Learning memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Kegunaan
pembelajaran Problem Based Learning yakni membantu peserta didik meningkatkan
pemahaman, menyajikan informasi dengan menarik, memudahkan penafsiran informasi, dan
memadatkan informasi. Penggunaan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman dan keaktifan peserta didik dalam menerima informasi. Berdasarkan
uraian di atas, peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning via Pembelajaran Daring (Google Meet, Whatsapp
Group dan Google Classroom) untuk Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik Kelas XI ATP Pada
Mata Pelajaran Pemeliharaan dan Pengelolaan Tanaman Perkebunan di SMK Negeri 1 Hanau”.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana penerapan model Problem Based Learning via Pembelajaran Daring (Google Meet,
Whatsapp Group dan Google Classroom) untuk Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik Kelas XI
ATP Pada Mata Pelajaran Pemeliharaan dan Pengelolaan Tanaman Perkebunan di SMK Negeri 1
Hanau?” serta “Bagaimana peningkatan keaktifan peserta didik kelas XI ATP SMK Negeri 1
Hanau dengan diterapkan model Problem Based Learning via Pembelajaran Daring (Google
Meet, Whatsapp Group dan Google Classroom) untuk Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik
Kelas XI ATP Pada Mata Pelajaran Pemeliharaan dan Pengelolaan Tanaman Perkebunan di
SMK Negeri 1 Hanau?”
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah “Untuk menerapkan
model pembelajaran Problem Based Learning dalam mengikuti proses pembelajaran daring
(Google Meet, Whatsapp Group dan Google Classroom) pada  mata pelajaran Pemeliharaan dan
Pengelolaan Tanaman Perkebunan Kelas XI ATP SMK Negeri 1 Hanau serta Melihat
peningkatan keaktifan peserta didik dalam model Pembelajaran Problem Based Learning dalam
pembelajaran daring (Google Meet, Whatsapp Group,  dan Google Classroom) Pada Mata
Pelajaran Pemeliharaan dan Pengelolaan Tanaman Perkebunan di SMK Negeri 1 Hanau?””.
Jika tujuan di atas dapat dicapai, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

 Bagi Peserta Didik

Membantu peserta didik untuk menemukan masalah dari suatu peristiwa yang nyata,
mengumpulkan informasi melalui strategi yang telah ditentukan sendiri untuk mengambil satu
keputusan pemecahan masalahnya dan meningkatkan keaktifan peserta didik dalam
pembelajaran daring (Google Meet, Whatsapp Group dan Google Classroom).

 Bagi Guru

Menambah referensi guru mengenai model pembelajaran khususnya model


pembelajaran Problem Based Learning untuk diterapkan dalam pembelajaran Pada Mata
Pelajaran Pemeliharaan dan Pengelolaan Tanaman Perkebunan.

 Bagi Sekolah

Memberikan sumbangsih yang baik dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sebagai
peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya mata pelajaran Pada Mata Pelajaran Pemeliharaan
dan Pengelolaan Tanaman Perkebunan.
 

2. METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action
Research (CAR) yang berfokus pada upaya untuk mengubah kondisi nyata yang ada sekarang
kearah kondisi yang diharapkan. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Hanau pada siswa
kelas XI. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 September 2021. Penelitian ini dilakukan secara
bertahap mulai dari siklus pertama sampai siklus kedua yang kemudian dilihat adanya
peningkatan hasil sesuai dengan target yang telah ditentukan. Setiap siklus terbagi dalam satu
kali pertemuan dan kemudian dilakukan evaluasi guna mengukur peningkatan ketercapaian
ketuntasan belajar minimal siswa. Akhir dari setiap siklus dilengkapi dengan kegiatan refleksi
dan perencanaan tindakan berikutnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMK Negeri 1 Hanau Pada Mata
Pelajaran Pemeliharaan dan Pengelolaan Tanaman Perkebunan di SMK Negeri 1 Hanau yang
diampu oleh peneliti. Sampel dari penelitian ini adalah perwakilan dari masing-masing kelas XI
ATP yang akan digabungkan hingga berjumlah 15 orang. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus
yaitu siklus I dan siklus II. setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu (1) tahap perencanaan,
meliputi: pembekalan kepada guru, penyusunan model pembelajaran, penyiapan instrumen tes
(pretest, postest), lembar observasi dan membentuk kelompok belajar siswa, (2) tahap
pelaksanaan tindakan, meliputi: pelaksanaan kegiatan dari perencanaan yang dibuat, (3) tahap
observasi, yaitu pengamatan dari pelaksanaan tindakan melalui pedoman observasi, dan (4) tahap
refleksi, yaitu menganalisis dan memberi pemaknaan dari pelaksanaan tindakan, sehingga dapat
dibuat perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui Observasi dan
Tes. Observasi atau pengamatan berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Observasi
dilakukan dengan menggunakan lembar observasikeaktifan peserta didik yang telah
dipersiapkan, meliputi: memperhatikan pelajaran (visual activities), berdiskusi (oral activities),
mendengarkan materi yang disampaikan (listening activities), mencatat materi (writing
activities), menggambar (drawing activities), melakukan praktik menggunakan aplikasi corel
draw dan internet (motor activities), menanggapi masalah masalah dalam pelajaran maupun
presentasi (mental activities), sikap selama pelajaran (emotional activities). Soal tes yang telah
dibuat diberikan kepada peserta didik kemudian diselesaikan secara individu. Tes dilaksanakan
pada setiap awal siklus (pre test) dan akhir siklus (post test).
 

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL PENELITIAN


SIKLUS I
 
Perencanaan tindakan pada siklus I antara lain: guru menyiapkan RPP, media pembelajaran,
menyiapkan LKPD, dan evaluasi pembelajaran (quiz). Kemudian guru menjelaskan kegiatan
yang harus dilakukan pada saat diskusi kelompok. Metode yang digunakan dalam pembelajaran
adalah ceramah, tanya jawab, dan diskusi serta kerja kelompok dengan model Problem Based
Learning. Penilaian yang digunakan adalah hasil pre test, post test dan keaktifan peserta didik.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada Hari Rabu, 2 Juni 2021 selama 3 jam
pelajaran dengan alokasi waktu 3x45 menit tepatnya pukul 11.00 – 14.00 WIT. Materi yang
digunakan adalah tentang fungsi dan jenis presentasi video serta dokumen tahap pra produksi.
Selama pelaksanaan tindakan berlangsung, observasi melakukan pengamatan dan pencatatan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Hal-hal yang diamati dan dicatat
oleh observasi adalah keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran mata pelajaran
Simulasi dan Komunikasi Digital dengan menerapan model Problem Based Learning. Data
tentang hasil belajar peserta didik sebelum tindakan pre test siklus I digunakan untuk mengetahui
nilai peserta didik sebelum dilaksanakan tindakan siklus I dan post test I untuk mengukur sejauh
mana keberhasilan setelah dilakukan tindakan siklus I.
Hasil belajar peserta didik sebelum tindakan siklus I menunjukkan bahwa nilai pre test I adalah
minimum 20 dan maksimum adalah 60 dan hasil belajar siklus I menunjukkan bahwa nilai post
test I minimum 60 dan maksimum 90. Nilai rata-rata hasil belajar peserta didik siklus I sebesar
66,7 dan diperoleh informasi bahwa dari 15 peserta didik tidak terdapat hasil belajar pada
kategori sangat rendah dan rendah sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kelas X
TKJ SMK Negeri 3 Sorong pada siklus I telah mencapai kategori sedang, tinggi, dan sangat
tinggi.
Berdasarkan tindakan pada siklus I meliputi perencanaan dan pelaksanaan tindakan serta hasil
observasi dapat dilakukan hasil refleksi. Peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil pelaksanaan
tindakan. Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan peserta didik melalui strategi
pembelajaran PBL masih belum menunjukkan hasil yang maksimal. Adapun masalah-masalah
yang dihadapi antara lain : Aktivitas peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar sebagian
besar masih pasif, hanya dua orang yang berani menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh
guru, hanya tiga beberapa siswa yang berani mengemukakan pendapat, serta kerjasama dan
keaktivan peserta didikyang berdiskusi via WAG perlu lebih ditingkatkan. Berdasarkan hasil
refleksi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus I belum menunjukkan
hasil maksimal. Untuk itu perlu dilaksanakan siklus lanjutan yaitu siklus II dengan beberapa
revisi yang didasarkan pada refleksi siklus I.
 
SIKLUS II
 
Perencanaan tindakan pada siklus II antara lain: guru menyiapkan RPP, media pembelajaran,
menyiapkan LKPD, dan evaluasi pembelajaran (quiz). Kemudian guru menjelaskan kegiatan
yang harus dilakukan pada saat diskusi kelompok. Metode yang digunakan dalam pembelajaran
adalah ceramah, tanya jawab, dan diskusi serta kerja kelompok dengan model Problem Based
Learning. Penilaian yang digunakan adalah hasil pre test, post test dan keaktifan peserta didik.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan pada Hari Selasa, 15 Juni 2021 selama 3 jam
pelajaran dengan alokasi waktu 3x45 menit tepatnya pukul 09.00 – 13.00 WIT. Materi yang
digunakan adalah tentang tahap produksi (teknik menggunakan, pengambilan, dan pergerakan
kamera).
Selama pelaksanaan tindakan berlangsung, observasi melakukan pengamatan dan pencatatan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Hal-hal yang diamati dan dicatat
oleh observasi adalah keaktifan siswa selama proses pembelajaran dengan menerapan
model Problem Based Learning. Pada siklus II ini keaktifan peserta didik meningkat pesat
dikarenakan materi pembelajaran telah dikaitkan dengan kehidupan sehari hari dan sudah sangat
dikenal oleh sebagian besar peserta didik tentang tahap produksi video. Peserta didik juga mulai
terbiasa dengan model pembelajaran PBL sehingga merangsang untuk aktif baik dalam bertanya,
menjawab, dan berdiskusi dalam menyelesaikan masalah pada LKPD.
Data tentang hasil belajar peserta didik sebelum tindakan pre test siklus II digunakan untuk
mengetahui nilai peserta didik sebelum dilaksanakan tindakan siklus II dan post test II diberikan
untuk mengukur sejauh mana keberhasilan setelah dilakukan tindakan siklus II. Dapat dilihat
bahwa hasil belajar peserta didik sebelum tindakan siklus II menunjukkan bahwa nilai pre test II
adalah minimum 50 dan maksimum adalah 80 dan hasil belajar siklus II menunjukkan bahwa
nilai post test II minimum 70 dan maksimum 10. Nilai rata-rata hasil belajar peserta didik siklus
II sebesar 81,3 sehingga dapat diperoleh informasi bahwa dari 15 peserta didik tidak terdapat
hasil belajar pada kategori sangat rendah,rendah, dan sedang sehingga dapat dikatakan bahwa
hasil belajar siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Sorong pada siklus II telah mencapai dua kategori
saja yakni tinggidan sangat tinggi.
Berdasarkan tindakan pada siklus II meliputi perencanaan dan pelaksanaan tindakan serta hasil
observasi dapat dilakukan hasil refleksi. Peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil pelaksanaan
tindakan. Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui strategi pembelajaran
PBL sudah cukup menunjukkan hasil yang maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian
peserta didik sangat aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan hasil dari pre test dan post
test pada siklus II yang memuaskan.
Analisis aktifitas peserta didik dalam Mata Pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital
menggunakan pendekatan Problem Based Learning dianalisis secara deskriptif persentase.
Persentase keaktifan peserta didik yang meningkat dari pertemuan 1 sampai pertemuan 2
merupakan indikator keberhasilan metode sesuai dengan KKM (Kriteria Kelulusan Minimal)
siswa yaitu 60, kelas dinyatakan telah berhasil atau aktif belajarnya apabila sekurang-kurangnya
75% telah aktif belajarnya. Terlihat bahwa keaktifan peserta didik pada setiap kategori
meningkat. Hal ini disebabkan karena peserta didik sudah dapat beradaptasi dengan metode PBL.
 3.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan deskripsi penelitian dan hasil penelitian yang sudah disajikan sebelumnya, dapat
dikatakan bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik kelas X TKJ SMK Negeri 3 Sorong dari
siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 14,6 yaitu dari 66,7 menjadi 81,3.
Meningkatnya nilai rata-rata tesebut disebabkan oleh peserta didik lebih mudah menyerap materi
pembelajaran yang dikaitkan dengan permasalahan di lingkungan sekitar. Pembelajaran Problem
Based Learning dapat merangsang keterbukaan pikiran serta mendorong peserta didik untuk
terlibat dalam pembelajaran yang lebih kritis dan aktif. Metode Problem Based Learning juga
memberikan tantangan pada peserta didik sehingga bisa memperoleh kepuasan dengan
menemukan solusi dari masalah maupun pengetahuan baru bagi dirinya sendiri.
Berdasarkan hasil observasi aktifitas peserta didik, diperoleh informasi bahwa adanya
peningkatan dalam aktifitas visual, listening,  writing, mental, dan emotional activities. Hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik mulai memberikan respon yang positif terhadap pelajaran
yang diikutinya, baik dalam mendengarkan dan memperhatikan materi belajar yang disampaikan,
ataupun dalam bertanya tentang materi yang belum dimengerti maupun didalam mengemukakan
pendapat. Dengan menggunakan metode belajar Problem Based Learning, peserta didik menjadi
lebih mudah memahami materi karena mereka belajar melalui masalah-masalah yang timbul dan
bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut dan secara otomatis mendapat pengetahuan
sekaligus cara menerapkannya.
 

4. PENUTUP

Setelah dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, dapat disimpulkan bahwa “Penerapan model
Problem Based Learning dapat membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X SMK
Negeri 3 Sorong. Peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar
14,6 yaitu dari 66,7 menjadi 81,3. Hasil belajar peserta didik telah melampaui indikator
keberhasilan dari Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan yakni 60 serta berdasarkan hasil
penelitian aktifitas peserta didik diperoleh informasi bahwa adanya peningkatan dalam aktifitas
visual dari 78% menjadi 95%, listening dari 67% menjadi 88%, writing dari 47% menjadi 78%,
mental dari 57% menjadi 93%, dan emotional dari 53% menjadi 90%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat membantu meningkatkan
keaktifan peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Sorong. Keaktifan peserta didik dilihat dari aspek
memperhatikan, bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan, berpendapat, kerjasama dalam
kelompok, mengerjakan soal, belajar menggunakan sumber, dan presentasi kelompok dari siklus
I sampai II sebagian besar aspek mengalami peningkatan”.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

 Bagi guru menyampaikan materi dengan model Problem Based Learning tetapi dengan


menggunakan media ajar yang menarik dan menggunakan model Problem Based
Learning pada materi pembelajaran yang sulit dipahami dan perlu pemikiran mendalam
untuk melatih kemampuan peserta didik dalam berpikir. Guru dapat menerapkan
model Problem Based Learning dalam materi tertentu untuk meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar peserta didik.
 Bagi peserta didik dapat belajar menggunakan model Problem Based Learning dengan
sungguh-sungguh pada materi yang sesuai, karena mempunyai banyak manfaat
kedepannya, diantaranya meningkatkan kemampuan berpikir kritis, berpandangan luas
dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan dunia nyata dan juga dapat
memberikan bekal kecakapan berfikir secara ilmiah, apalagi dunia ini akan semakin
banyak masalah yang harus dihadapi oleh masyarakat.

 
 
DAFTAR PUSTAKA
 
 
Amir, M Taufiq. (2012). Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning.
Jakarta: Prenada Media Group.
 
Agus Suprijono. (2009), Cooperative Learning, Yogjakarta: Pustaka Belajar.
 
Bekti Wulandari dan Herman Dwi Surjono. (2013). Pengaruh Problem-Based
Learning terhadap hasil belajar ditinjau dari motivasi belajar plc di SMK, Jurnal Pendidikan
Vokasi, Universitas Negeri Yogyakarta. Vol 3, Nomor 2, Juni 2013, 178
 
Inggrid Dwi Astuti. (2014), Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning pada
Mata Pelajaran Jaringan Dasar Kelas XProgram Keahlian Teknik Komputer Jaringan
SMKMa’arif 1 Wates. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
 
Kinanti Padmi Pratiwi. (2018), Penerapan Modul Pembelajaran Project Based Learning untuk
Meningkatkan Keaktifan dan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Simulasi dan
Komunikasi Digital di SMKN 2 Klaten. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
 
Leonardus Baskoro Pandu Y. (2013). Penerapan model problem based learning untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada pelajaran komputer (kk6) di smk n 2
wonosari yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
 
Linda, T. & Sara, S. (2002). Problems as possibilities: problem-based learning for K–16 
education. ASCD.
 
Maggi, S. & Claire H.M. (2004). Founda-tions of problem-based learning. New York: Open
University Press.
 
Nana Sudjana. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
 
Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu perlu. Bogor:
Ghalia Indonesia.
 
Sri Anita. (2020). Penerapan Pembelajaran dalam Jaringan (Daring) pada Anak Usia Dini
Selama Pandemi Virus Covid-19 di Kelompok A BA Aisyiyah Timbang Kecamatan Kejobong
Kabupaten Purbalingga. Skripsi. Purwokerto: Institut Agama Islam Negeri Purwokerto
 
Syafaruddin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
 
Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
 
Sundari. (2016). meningkatkan keaktifan siswa pada kompetensi dasar mempertahankan
kemerdekaan indonesia melalui model pembelajaran card sort pada siswa kelas ix smp negeri 3
ponorogo, gulawentah: Jurnal Studi Sosial, Volume 1 Nomor 1 Juli 2016.
 
Sudikin dkk. (2008). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Depdiknas.
 
Sumitro dkk. (2006). Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
 
Uno, Hamzah B. Koni, Satria & Lamatenggo, Nina. (2011). Menjadi Peneliti PTK yang
Profesional. Jakarta : Bumi Aksara.
 
Wagiran. (2015). Peningkatan Keaktifan Mahasiswa dan Reduksi Miskonsepsi Melalui
Pendekatan Problem Based Learning. Jurnal Kependidikan. Vol. 1 Nomor 2 Juli 2015.
 
Wina Sanjaya (2012). Strategi Pembelajaran : Berorientasi standar proses pendidikan, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
 
Zabit, M.N.M, (2010). Problem-based learn-ing on students’ critical thinking skills in teaching
business education in malaysia: A literature review. American Journal of Bussiness Education,
Vol. 3 Nomor 2010.

Anda mungkin juga menyukai