Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PEMBANGUNAN PERMUKIMAN TERHADAP

KELESTARIAN LINGKUNGAN DI KOTA MALANG


Ana Yunita
Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang
A. PENDAHULUAN
Kawasan perkotaan merupakan kawasan yang memiliki kegiatan utama
dengan susunan fungi sebagai tempat permukiman perkotaan, distribusi
pelayanan, kegiatan ekonomi, pelayanan sosial, dan pemusatan kawasan
perkotaan. Meningkatnya tekanan penduduk memiliki dampak yang tidak
seimbang terhadap lingkungan khawasan perkotaan yang memerlukan perluasan
kawasan permukiman seperti di Kota Malang. Hal ini sebabkan terdapat
konsentrasi pembangunan infrastruktur pada kawasan metropolitan dan memiliki
alih fungsi lahan , cagar alam, pantai, daerah resapan, konversi dari hutan kota dan
sedikitnya partisipasi masyarakat. Kompleksitas dalam pembangunan
permukiman yang semakin beragam di tandai yaitu adanya kawasan permukiman
yang kumuh di Kota Malang, banyak kawasan pemukiman yang rusak maupun
hancur karena pembangunan permukiman yang semakin meningkat. Hal ini
menyebabkan berbagai persoalaan terkait rendahnya Sumber Daya Manusia
terhdap penyelenggaraan pembangunan lingkungan. Terbatasnya pengelolaan
lingkungan oleh pemerintah karena kurangnya pemahaman terhadap kawasan
permukiman, serta penyelenggaraan permukiman yang sesuai dengan Undang-
Undang yang berlaku.
Kedatangan penduduk ke Kota Malang dengan jumlah yang cukup besar
berlangsung cukup lama dan menimbulkan berbagai permasalahan permukiman.
Penduduk musiman yang masih terikat dengan daerah asal dan berbagai daerah
sehingga pendapatan mereka di peroleh dari bekerja di Kota dan dibawa ke daerah
asal masing-masing untuk merealisasikan ini yaitu salah satu strategi yang
dilakukan dalam meminimalisir pengeluaran yaitu dengan cara membangun
lingkungan permukiman yang kumuh hal itu menyebabkan mobilitas penduduk
musiman yang masih sangat terbatas. Pengembangan permukiman yang kurang
baik tidak memperhatikan perencanaan tata ruang wilayah pasti akan
menimbulkan berbagai masalah disparitas antar kota dan desa, disparitas di
berbagai wilayah, terhadap kerusakan lingkungan dan tidak efisiennnya
penggunaan sumber daya manusia dan alam. Permasalahan-permasalahan wilayah
perkotaan dan pertumbuhan di Kota Malang secara langsung berkaitan dengan
pengelolaan lingkungan perkotaan yang menyebabkan penanganan yang lebih
serius terutama Pemerintah Kota Malang.
Pemerintah daerah bertugas dalam melaksanakan pengendalian bangunan,
perencanaan, melakukan perencaan, pengawasan dan pemanfaatan tata ruang
wilayah yang merupakan bagian dari kewenangan pemerintah daerah yang
mengatur baik pemerintah skala Provinsi dan Pemerintah daerah Kabupaten yang
memiliki kewenangan dalam melakukan desentralisasi yaitu melakukan penataan
ruang dan perbaikan dalam keterpaduan perencanaan tata ruang dan pembangunan
wilayah daerah. Menurut Undang-Undang No 26 Tahun 2007 yaitu Rencana Tata
Ruang Wilayah yang ditetapkan tentang penataan tata ruang yang memiliki fungsi
menekan kebutuhan ruang akibat meningkatnya laju pertumbuhan penduduk yang
ada di kawasan Kota Malang. Apalagi kawasan Kota Malang merupakan tujuan
urbanisasi yang setiap harinya mengalami perkembangan dan pertumbuhan dalam
setiap aspeknya.
Perkembangan di Kota Malang memungknkan suatu kebutuhan ruang dan
lahan dalam mengatasi laju penduduk, urbanisasi dan perekonomian yang sedang
terjadi. Hal ini berkaitan dengan dampak dan timbulnya masalah pelaksanaan
terhadap tata ruang dan kebijakan dalam membangun permukiman. Dilihat dari
banyak dibangunnya permukiman di beberapa tempat yang ada di Kota Malang.
Seperti kawasan daerah aliran sungai Brantas yaitu daerah kesatrian Blimbing,
permukiman kumuh di pinggir rel kereta api keluragan Ciptomulyo, Kampun
Jodipan, dan daerah Embong Brantas kelurahan Mergosono. Hal ini menyebabkan
pemukiman yang berada di daerah dekat sungai Brantas. Sebagai kawasan yang
tidak memenuhi standar hunian yang layak karena kondisi sosial dan ekonomi
masyarakatnya yang rendah dan prasaran lingkungan tidak memenuhi persyaratan
secara teknis dan kesehatan. Pengaruh atau dampak yang didapatkan akibat
permukiman yang didirikan di daerah Sungai tersebut yaitu adanya permukiman
penurunan kualitas lingkungan yang menyebabkan terganggunya kelestarian
lingkungan. Pemerintah daerah Kota Malang telah membuat Peraturan perundang-
undangan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 2010 sampai dengan tahun
2030 tentang pengembangan kawasan perumahan yang menerapkan pola
pembangunan hunian yang berimbang dan berbasis konservasi air yang
berdasarakan wawasan lingkungan. Dan dalam penataan tata ruang pemukiman di
darah sekitar Sungai secara bertahap dalam memindahkan bangunan pada wilayah
sungai yang rawan benvana ke sub wilayah Malang Tenggara dan Timur
kemudian mengadakan penataan lingkungan pemukiman dengan pola
pengembangan yang membangun tanpa menggusur permukiman yang rawan
bencana dan meningkatkan kualitas lingkungan yang berada pada pola
penghijauan kota terhadap kawasan permukiman yang berada di wilayah luar
sempadan sungai.
B. PEMBAHASAN
a. Gambaran Umum Kota Malang
Kota Malang merupakan Kota di Provinsi Jawa Timur dan menjadi kta
terbesar setelah Surabaya di Jawa Timur. Kota Malang ini memiliki luas mecapai
145, 28 km di dataran tinggi ditengah Kabupaten Malang. Kota Malang
merupakan kesaturan dari wilayah yang biasa dikenal Malang Raya. Kota ini juga
merupakan kota yang banyak wisata-wisata yang ditawarkan. Kota Malang juga
salah kota seni dengan banyaknya kesenian yang khas dari Kota Malang yaitu
tarian hingga pertunjukan. Kota Malang memiliki jumlah penduduk hampir 895.
400 jiwa dengan mayoritas yaitu Suku Jawa dan Suku Madura. Kota Malang juga
banyak menyimpan peninggalan sejarah yaitu mulai peninggalan Kerajaan
Kanjuruhan sampai Belanda. Kota Malang juga sering mengadakan berbagai
acara dalam menyemarakan dan melestarikan cagara budaya. Malang juga
memiliki peninggalan sejarah yaitu Tugu Malang.
Kota Malang terletak pada tengah Kabupaten Malang dengan luas sebesar
145, 28 km2 dan dibatasi oleh Kecamatan Karangploso pada sisi utara dan
Kecamatan Singosari, kemudian sisi timur yatu kecamatan Tumpang dan
Kecamatan Pakis. Bagian Kota Malang memiliki kecocokan dalam berbagai
aktivitas. Pada daerah Selatan Kota yaitu dataran tinggi untuk kegiatan industri,
sedangkan bagian utara sangat baik pada pertanian, bagian timur Kota Malang
mempunyai kedaan yang kurang subur dari yang lainnya dan bagian barat
digunakan untuk pendidikan. Kota Malang terletak di dataran yang tinggi dengan
ketinggian antara 440 sampai 667 meter di atas permukaan air laut dan Titik
tertinggi yaitu Citra Garden City Malang.
b. Perencanaan pembangunan permukiman di daerah Kota Malang
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Malang tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah
Pertumbuhan yang meningkat di Kota Malang dan seringnya perpindahan
penduduk ke perkotaan menyebabkan permintaan lahan meningkat, sedangkan
jumlah laman tetap sehingga penduduk yang memiliki ekonomi rendah dan tidak
memiliki rumah akhirnya membangun permukiman kumuh. Hal ini menimbulkan
berbagai permasahan yaitu permukiman kumuh. Pentaan ruang merupakan
kebijakan dalam pembangunan permukiman. Kondisi permukiman dikawasan
permukiman yang berbatasan langsung dengan sungai Brantas yang memiliki ciri
tidak layak huni yang berkembang pesat dari waktu-ke waktu. Kawasan
permukiman yaitu industri keramik Diniyo, Kampung Kotalama, Kampung
Embong Brantas. Dari ketiga tempat tersebut ada beberapa kecenderunagn
masyarakat yaitu membuat pola permukiman memanjang yaitu mengikuti tepi-
tepian sungai Brantas seninggah menyebabkan tebentuknya permukiman linier di
dekat sungai. Hal ini menyebabkan kelestarian wilayah menjadi terancam.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Malang yaitu Nomor 4 Tahun 2011
yang mengatur tentang RTRW Kota Malang dalam periode 2013-2032 yaitu
melakukan penataan terhadap permukiman permanen dan semi permanen dekat
daerah Sempadan Sungai dengan berbagai cara yaitu mulai dari pemeilharaan
infrastruktur permukiman wilayah sungai, meningkatkan kualitas permukiman
yang kumuh menjadi layak huni, permukiman kumuh yang segera ditangani baik
dari pembangunan maupun lingkungannay, penataan tata ruang wilayah yang
sesuai Rencana Tata Ruang wilayah Kota Malang. Maka dari itu, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang akan mengembalikan fungsi dari
bantaran sungai menjadi kawasan yang lestari dengan melakukan berbagai
persiapan yaitu pembangunan permukiman baru bagi penduduk yang akan
direlokasi dan pembehentian fasilitas seperti inrastruktur permukiman di wilayah
bantaran sungai.
Terdapat beberapa faktor pendukung yang menjadi pertimbangan dalam
penataan permukiman di daerah bantaran sungai hal itu dibuktikan dari beberapa
permukiman warga yang mayoritas termasuk tidak dalam kategori permukiman
yang layak huni yang dibangun secara semi permanen maupun secara permanen
terlebih lagi masih banyak aktivitas warga yang melakukan pembuangan limbah
berupa sampah rumah tangga di berantaran sungai di wilayah Kota Malang.
Dalam hal ini pemerintah belum dapat mengimplementasikan ketentuan peraturan
daerah yang mengatur Tata Ruang Wilayah Kota Malang secara efektif.
c. Pengaruh pembangunan permukiman kumuh terhadap kelestarian
lingkungan
Masalah lingkungan terjadi akibat ketidakseimbangan antar manusia dan sumber-
sumber yang ada di lingkungannya. Berikut ini masalah-masalah yang
ditimbulkan akibat pengaruh pembangunan permukiman kumuh.
a. Limbah masyarakat
Masalah limbah di dalam rumah tangga menjad masalah yang dominan disetiap
rumah tangga yang ada di masyarakat apalagi terkait jumlah sampah organic dan
non organik ada yang sifatnya basah dan mudah membusuk dan ada sampak
kering dan tidak mudah membusuk. Sampah-sampah yang tidak bisa membusuk
dengan mudah seperti plastic tentunya akan menggangu dan bisa mencemari
lingkungan yang akan berdampak pada kelalaian manusia karena tidak bisa
menjaga lingkungannya. Manusia juga memberikan kesempatan pada bakteri
mikroba pembusuk lainnya untuk proses daur materi di lingkungan yang kumuh
seperti sampah yang berserakan dimana-mana. Kurangnya kesadaran masyarakat
membuat sering kali masalah kebersihan menjadi bermasalah apalagi sering
timbulnya bau tidak sedap. Dan kurang disiplinnya masyarakat karena tidak
membuang sampah ke sungai melalui proses pengelolaan yang baik dan benar.
b. Air bersih
Masalah air bersih menjadi masalah yang sampai saat ini belum mendapatkan
perhatian khusus. Masalah air seharunya menjadi perhatian khusus karena
masalah air sangat berkaitan dengan timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit
perut yang disebabkan bakteri coli dan penyakit kulit. Kurangnya penyediaan air
ini dikarenakan sumber air diambil alih dengan dibangun rumah-rumah. Warga
yang biasanya menggunakan air besih memerlukan untuk masak, mandi dan
minum. Apalagi air sungai yang sudah tercemar oleh limbah rumah tangga dan
limbah lainnya. Maka dari itu, tersediannya sumber air harus segera disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakatnya dalam segi pemakaian dan pemanfaatan.
Apalagi dalam memenuhi rangka kegiatan pembangunan yang berkelanjutan
maka dalam mengatasi ketersediaan air. Hal ini berarti harus memperhatikan dan
mempertimbang segala aspek konservasi sumber daya air dan daya dukung
sehingga dapat menunjang pembangunan yang berkelanjutan.
c. Kesehatan lingkungan
Dapat dilihat bahwa kondisi kesehatan lingkungan masyarakat dalam kepemilikan
jamban dalam suatu wilayah. Menurut hasil pematan dari Dinas pekerjaan umum
dengan melakukan pengamatan pada kawasan kumuh, didalamnya diketahui
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan karena masih banyaknya warga yang
melakukan pembuangan sampah. Buruknya kesehatan masyarakat terjadi karena
saluran dan pembuanagn limbah rumah tangga. Apalagi kualitas kehidupan
masyaarakat. Faktanya selama di Kota Malang masih banyak yang sering
melakukan hal tersebut dan hal ini memperburuk kualitas hidup masyarakat di
pinggiran sungai karena banyaknya sanitasi yang buruk.
d. Sarana Penyakit
Dampak yang disebabkan oleh perumahan kumuh yaitu adalah mempengaruhi
kesehatan masyarakat. Hal yang ditimbulkan yaitu berbagai penyakit yang
menular melalui air yang kotor dan kurang bersih. Akan tetapi jika kualitas lebih
diperhatikan makan berbagai penyakit-penyakit tersebut lebih dapat terawasi.
Seperti penyakit diare, panu, cacar dan segala macamnya.
e. Masalah lokasi bangunan, sirkulasi udara, dan ventilasi
Masalah juga terjadi pada lokasi bangunan yang dekat dengan bantaran sungai,
lubang ventilasi alamiah yang permanen adalah 10% luas lantai dan lingkungan
kumuh daerah Muharto di Kotalama juga masih beberapa yang memiliki ventilasi
sesuai dengan standar akan tetapi banyak juga yang jauh dari standar. Pengaruh
lingkungan ini mengakibatkan jarak antar rumah-rumah yang menyebabkan
kurang nyaman, bising, dan sempit. Jalan-jalan sekitar lingkungan juga sangat
sempit yang membutuhkan jalan menjadi sarana hubungan lokal antar masyarakat
sekitar. Apalagi tanpa adanya jalan yang kecil mobilpun akan sulit masuk yang
membuat sulit akses ketika terjadi kasus-kasus besar. Seperti ambulance, mobil
pemadam kebakaran.
f. Bencana alam
Bencana alam yang sering terjadi pada suau wilayah yang dekat dengan kawasan
sungai, drainase air pada kawasan yang terbangun karena tingkat penyerapan air
oleh tanah relatif sangat kecil. Namun jika fasilitas tidak memadai suasana maka
dipastikan akan terjadi banjir dan genangan air saat turunya hujan. Oleh karena itu
banyak sampah-sampah yang susah hancur didalam tanah yang membuat resapan
air sulit masuk jika terjadi banjir. Maka dari itu banjir juga disebabkan karena
permukman warga dekat dengan aliran sungai. Sehingga saat musim pengjuhan
darang rawan sekali terjadi banjir dan tanah longsor.
d. Solusi Penanggulangan Permukiman kumuh terhadap kelestarian
Kota Malang
Dalam mengtasi permasalahan yang terjadi diperlukan solusi untuk mengatasi
pentaan terhadap permukiman daerah bantaran sungai di Kota Malang. Perencaan
yaitu dengan caea lebih strategis dalam relokasi permukiman penduduk pada
daerah jarak yang kurang dari 10 meter dedat sungai yang disediakan. Relokasi
permukiman dapat berupa rusunawa yang disubsidi melalui kerjasama pemerintah
Kota Malang dan Pemerintah Pusat dengan harga sewa yang lebih murah dan
tidak memberatkan masyarakat, perlunya sosialasi dari Pemerintah terhadap
masyarakat melalui program kerja kepada masyarakat. Masyarakat juga harus
berkontribusi aktif dalam program penghijauan daerah sungai dan melakukan
pemnagawasan konsevasi sungai untuk mengatasi permasalahan penegakan
hukum dan pengawasan. Pemerintah daerah juga membuat instrument peraturan
dengan pengawasan yang jelas dan mlarang mendirikan pembangunan dengan
penamaman phon atau pemberian batas yang jelas.
Kawasan sepanjang daerah aliran sungai memiliki potensi menjadi
kawasan pembangunan permukiman yang kumuh. Banyak pendududuk yang
bahkan tidak memiliki sertifikat atas tanah mereka karena tanah yang dihuni
masuk ke dalam kawasan sungai. Menurut peraturan, minimal 20 meter dari bibir
sungai agar dapat dihuni. Apalagi penghuni rusun-rusun tersebut adalah penghuni
sementara. Pembangunan rumah rusun dilandaskan pada asas pemerataan,
kesejahteraan dan keserasian dalam kehidupan. Untuk keberhasilan program ini
pemerintah harus melibatkan peran masyarakat dan juga swasta karena masalah
ini jika tidak sesuai perencanaan.
Penanggulangan masalah yaitu dengan memberitahukan dengan batas
waktu yang cukup dan pemberian sanksi, denfa, penyitaan harta, atau pemberian
ganti rugi yang menekan harus dihindarkan. Pembangunan rusun harus
direncanakan dan dibangun sesuai struktur, penggunaan bahan dan komponen
bangunan sesuai dengan standar yang berlaku. Pembangunan rusun harus
dilengkapi dengan jaringan listrik, jaringan air bersih, jaringan gas dan saluran
pembuangan air bersih, air limbah dan tempat sampah. Tempat juga harus
memungkinkan untuk jaringan telepon dan transportasi berupa lift, tangga
maupun escalator. Dan apabila penghuni cukup betah tinggal dirumh rusun
tersebut harus memerlukan waktu yang efektif dengan pembangunan rumah rusun
yang memadai.
Sistem pembangunan rumah rusun yaitu mendirikan rumah yang layak
dengan kondisi lingkungan mendukung untuk ditinggali, dan apaila penghuni
lama ingin pindah maka akan ada penghuni baru yang menggantikan. Penyuluhan
juga dengan berbagai instansi yang menangani masalah seperti pengingkatan
pengetahuan, lingkungan dan kesadaran hukum. Dalam hal ini dalam meningkkan
kesadaran masyarakat begitu penting dan memerlukan kesabaran dari Pemerintah
Kota Malang. Maka dari itu, untuk mengatasi permasalahan terkait pelanggaran
yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal dipermukiman kumuh harus
dibimbing dan ditegur dengan cara kekeluargaan dan bermusyawarah. Dengan
mematuhi ketertiban dan upaya tersebut maka akan sedikit pula dampak yang
ditimbulkan.
C. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Meningkatnya tekanan penduduk memiliki dampak yang tidak seimbang
terhadap lingkungan khawasan perkotaan yang memerlukan perluasan kawasan
permukiman seperti di Kota Malang. Kompleksitas dalam pembangunan
permukiman yang semakin beragam di tandai yaitu adanya kawasan permukiman
yang kumuh di Kota Malang, banyak kawasan pemukiman yang rusak maupun
hancur karena pembangunan permukiman yang semakin meningkat. Hal ini
menyebabkan berbagai persoalaan terkait rendahnya Sumber Daya Manusia
terhdap penyelenggaraan pembangunan lingkungan. Terdapat beberapa faktor
pendukung yang menjadi pertimbangan dalam penataan permukiman di daerah
bantaran sungai hal itu dibuktikan dari beberapa permukiman warga yang
mayoritas termasuk tidak dalam kategori permukiman yang layak huni yang
dibangun secara semi permanen maupun secara permanen terlebih lagi masih
banyak aktivitas warga yang melakukan pembuangan limbah berupa sampah
rumah tangga di berantaran sungai di wilayah Kota Malang. Hal ini menimbulkan
berbagai masalah lingkungan yang mengganggu kelestarian lingkungan.
Perencaan yaitu dengan cara lebih strategis dalam relokasi permukiman penduduk
pada daerah jarak yang kurang dari 10 meter dedat sungai yang disediakan.
Relokasi permukiman dapat berupa rusunawa yang disubsidi melalui kerjasama
pemerintah Kota Malang dan Pemerintah Pusat dengan harga sewa yang lebih
murah dan tidak memberatkan masyarakat, perlunya sosialasi dari Pemerintah
terhadap masyarakat melalui program kerja kepada masyarakat. Masyarakat juga
harus berkontribusi aktif dalam program penghijauan daerah sungai dan
melakukan pengawasan konsevasi sungai untuk mengatasi permasalahan
penegakan hukum dan pengawasan.
b. Saran
Dalam mengatasi permasalan pembangunan permukiman pemerintah
harus memikirkan solusi yang tepat dalam mengatasi permasalahan lingkungan
yang ada di Kota Malang dengan melakukan berbagai upaya yaitu merelokasi
permukiman penduduk, melakukan sosialiasi, program kerja dan begitu pula
masyarakat harus ikut aktif dalam program pemerintah untuk melakukan
penghijauan daerah sungai dan ikut serta dalam pengawasan konservasi
lingkungan dengan begitu masyarakat ikut menjaga kelestarian lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
(AuliAulianida, D., Liestyasari, S. I., & Ch, S. R. (2019). Upaya Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang Dalam Penataan
Permukiman Di Daerah Sempadan Sungai. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Daldjoeni, 1985, Seluk Beluk Masyarakat Kota (Pusparagam Sosiologi Kota dan
Ekologi Sosial), Alumni, Jakarta.
Ekawati, N. N. (2015). KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN
PEMBANGUNAN KOTA MALANG (Studi pada Dinas Perhubungan Kota
Malang). Jurnal Administrasi Publik (JAP), 129-133.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2018, Maret 19).
NOMOR 07/PRT/M/2018 Bantuan Stimulan Perumahan Swada ya. Republik
Indonesia: Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 403.
Knox, P.L., Marston, S.A. & Imort, M. (2016). Human geography: Places and
regions in global context. Pearson. Liu, Y., Dijst, M., & Geertman, S. (2015).
Residential segregation and well-being inequality over time: A study on the
local and migrant elderly people in Shanghai. Cities, 49, pp.1-13.
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030.
Romdiati, H., & Noveria, M. (2008). Mobilitas Penduduk Musiman di Kota
Surabaya : Dampaknya Terhadap Lingkungan Permukiman Kumuh. Jurnal
Kependudukan Indonesia, 3(1), 14.
Supartono,Khusnul,Dkk.2011. Analisis Variabel Sosial Ekonomi Masyarakat
Urban Terhadap Kemandirian Ekonomi Dintinjau dari Aspek
Keuangan,Energi dan Pangan di Kecamatan Singosari Kabupaten Pemalang.
Journal of Indonesian Applied Economics Vol. 5 No. 1. Fakultas
Ekonomi.Universitas Brawijaya Surabaya
(Wagistina, S., & Antariksa, A. (2019). Urban sprawl and residential segregation
in Western Suburb Area of Malang City, East Java, Indonesia. Jurnal
Pendidikan Geografi, 24(1), 11–24.
https://doi.org/10.17977/um017v24i12019p011
Indarto, K. D., & Rahayu, S. (2015). Dampak Pembangunan Perumahan Terhadap
Kondisi Lingkungan, Sosial Dan Ekonomi Masyarakat Sekitar Di Kelurahan
Sambiroto, Kecamatan Tembalang. Teknik PWK (Perencanaan Wilayah
Kota), 4(3), 428–439.
Mangeswuri, D. R. (2016). Policy on Housing Loan through Housing Loan
Liquidity Facility (FLPP). Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, 83-95.
Puspa yunita, sari wulan. (2019). Pengembangan Perumahan Dan Kawasan
Permukiman Kota Malang Dualisme Spatial-Non Spatial. 2, 50–61.
Rofiana, V. (2015). Dampak Pemukiman Kumuh terhadap Kelestarian
Lingkungan Kota Malang (Studi Penelitian di Jalan Muharto Kel Jodipan
Kec Blimbing, Kota Malang. The Indonesian Journal of Public
Administration (IJPA), 1(1), 40–57.
http://journal.uta45jakarta.ac.id/index.php/admpublik/article/view/73
Wijaya, D. W. (2016). Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh
( Studi Penentuan Kawasan. Jiap Fia Ub, 2(1), 1–10.
https://jiap.ub.ac.id/index.php/jiap/article/view/555
Zhong, R., Zhao, W., Zou, Y., & Mason, R. J. (2018). University Campuses and
Housing Markets: Evidence from Nanjing. Professional Geographer, 70(2),
175–185. https://doi.org/10.1080/00330124.2017.1325750

Anda mungkin juga menyukai