Anda di halaman 1dari 23

POLA TATANAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN TATA RUANG PADA

PERMUKIMAN PEMULUNG KALISARI


(Studi di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kota Malang)

Titin Sugiarti
0811213064
Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya Malang

ABSTRAK

Pertumbuhan penduduk dan migrasi desa-kota yang terus meningkat merupakan


penyebab utama terciptanya pemukiman kumuh. Pertumbuhan sektor
perekonomian pada sebuah kota memicu timbulnya arus urbanisasi yang
akhirnya menimbulkan permasalahan pada sektor perumahan dan pemukiman.
Berbagai faktor tentunya yang mendasari mereka melakukan perpindahan.
Seperti halnya yang terjadi di komunitas pemulung Kalisari. Wilayahnya ada di
bantaran sungai menjadikan permasalahan tersendiri. Perilaku yang kurang
sehat, adanya kumpulan sampah hasil memulung di lingkungan dan banjir yang
terkadang mendekati permukiman memperparah keadaan yang ada. Sungai
menjadi tempat untuk mandi cuci, buang air besar juga pembuangan sampak
domestik dari rumah tangga. Pola tatanan rumah warga permukiman yang tidak
teratur dan jenis bangunan non permanen digunakan sebagi tempat tinggal.
Ironisnya walaupun dengan kondisi yang sedemikian rupa warga permukiman
masih tetap bertahan dan tinggal di permukiman. Hal ini karena adanya
serangkaian kegiatan dalam mengolah dan menciptakan hubungan timbal balik
dengan lingkungan tempat tinggal. Dengan adanya hal itu, menyebabkan juga
terjadinya perubahan-perubahan tata ruang pada lingkungannya. Maka perlu
adanya penangan secara komprehenshif terhadap kehidupan komunitas
pemulung Kalisari yang bertempat tinggal di kawasan bantaran sungai Kalisari.
Kawasan ini merupakan daerah rawan bencana terutama bencana ekologis.
Tujuan dalam penelitian ini yang pertama, memberikan gambaran dan
menganalisis pola tatanan lingkungan hidup komunitas pemulung Kalisari dan
menganalisis perubahan-perubahan dalam tata ruang yang berdampak terhadap
komunitas pemulung di bantaran sungai Kalisari.
Konsep push and pull teori menjelaskan tentang faktor yang mendorong dan
juga menarik para migran dalam melakukan suatu perpindahan, digambarkan
dalam faktor positif (+), faktor negatif (-), atau faktor netral (0). Teori sistem
terbuka menjelaskan tentang hubungan timbal balik antara dua komponen
lingkungan Ekosistem dengan Sistem Sosial, dan dalam proses hubungan timbal
baliknya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan studi kasus yaitu intrinsic case study dengan
memfokuskan pada lingkungan hidup dan perubahan tata ruang.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam melakukan mobilitas faktor
penarik adalah harapan dengan hidup di komunitas ini dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginannya. Sedangkan faktor pendorongnya antara lain
kesempatan kerja yang terbatas jumlah dan jenisnya, sarana dan prasarana
pendidikan yang kurang memadai, fasilitas perumahan dan kondisi lingkungan
yang kurang baik. Motif utama yang mendorong perilaku mobilitas adalah motif
ekonomi. Warga menciptakan kebersamaan dan kebutuhan bersama menjaga
lingkungan, melalui pengorganisasian sistem sosial, pengetahuan yang
dimilikinya. Sebagai sebuah sistem terbuka, permukiman komunitas pemulung
Kalisari menerima input dari dan mengeluarkan output melalui energi, materi
dan informasi ke subsistem sosial dan ekologi lainnya. Perubahan tata ruang di
permukiman Kalisari terjadi secara bertahap, ditandai dengan adaya perubahan
pola perilaku dalam mengelola sampah, perubahan tata perumahan warga yang
dulunya saling berhimpitan dan padat sekarang telah ditata dan antar rumah
sudah di beri jarak yang sesuai dan bangunannya sudah banyak yang
menggunakan bangunan semi permanen. Selain hal itu juga ditunjukan dengan
ada atau tidaknya kerusakan tanah, peralihan fungsi sungai, kualitas air yang
menurun, dan limbah rumah tangga.

Kata Kunci : Pola tatanan lingkungan, Perubahan tata ruang,


Permukiman, Pemulung, Bantaran sungai.

ABSTRACT
A rising growth of citizens and urbanization is the main cause of producing
slum. An increasing economical factor at one city creates an urbanization flow
those finally impact to the problems of housing sector and settlement. Various
factors surely are the basic reason why did they do migration, just like
happened at the community of trash picker of Kalisari. It is found some
activities in processing and creating an interrelationship to their environment
they lived at. With this, so the changes of lay-out really happened to their
environment. It needs a comprehensive handling toward the life of community of
trash picker of Kalisari that build a homestay in the flood plain of Kalisari’s
river which is it a sensitive area to the disaster.The driving factor in this
mobility is a hope that they could fulfill their need by living in the community.
While the propulsive factors are, the limited kind and number of the opportunity
to get a job, bad housing and environment. The major motive to do is about
economy. The citizens create the togetherness and common need to save the
environment, by conducting the social system, and the knowledge they had. A
changes of lay-out in Kalisari happen gradually, preceded by the change of
behavioral pattern in managing the trash, then the change of citizein’s housing
which previously very solid in the distance, and now is not, as now is already
well-ordered housing with a wide distance from one house to another. Besides,
it is also shown by the unexisted ground damage, a change of the river’s
function, a decreasing quality of the water and waste of household.

Keywords: Lay-out Changes, Settlement, Trash Picker, River Plate, Social


Systems and Ecosystems

PENDAHULUAN
Pertumbuhan perekonomian di kota pada sektor perumahan dan pemukiman1.
memicu timbulnya arus urbanisasi yang pada Penyediaan sarana dan prasarana pemukiman
akhirnya dapat menimbulkan permasalahan
1
Todaro Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di
Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga. Hal : 347
yang tidak dapat mengimbangi pertumbuhan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi
wilayah pemukiman akan berdampak daripada di daerah asal mereka 5.
terhadap munculnya kekumuhan. Di Seperti pada komunitas pemulung di
perkotaan munculnya pemukiman kumuh Kota Malang, di wilayahnya yang baru,
merupakan sebuah permasalahan yang sering maka besar kemungkinan bagi mereka tidak
dihadapi sejumlah kota besar di Indonesia. mempunyai tempat tinggal yang layak.
Pertambahan penduduk dan migrasi Pemukiman pemulung di Malang banyak
desa-kota yang terus meningkat merupakan tersebar hampir di setiap daerah di tiap
salah satu penyebab utama terciptanya kecamatan, seperti di Kelurahan Kasin,
pemukiman kumuh. Sadar atau tidak sadar Betek, Kidul Pasar Besar, Dinoyo, Blimbing
mereka juga turut menyebabkan kemunculan dan masih banyak lagi. Salah satu
pemukiman kumuh tersebut 2. Pemukiman perkampungan pemulung di Kota Malang
tersebut biasanya berada di sepanjang daerah yang berada di bantaran sungai di daerah
bantaran sungai yang umumnya memiliki Kalisari, Kelurahan Pandanwangi,
kesan padat, kotor dan kumuh. Hal ini Kecamatan Blimbing. Kalisari adalah sebuah
dikarenakan penyediaan air dan sanitasi lokasi yang digunakan sebagai tempat
sangat buruk sehingga tempat-tempat penampungan sampah sementara yang
disepanjang bantaran sungai menjadi suatu didirikan pada tahun ±1990. Wilayah ini
sistem penyediaan air dan tempat membuang berada di pinggiran kota yang tepatnya
kotoran yang tinggal pakai3. berada di bantaran sungai Bango yang
Penataan lingkungan merupakan faktor aliranya melewati daerah Kota Malang.
yang sangat penting dalam usaha perbaikan Komunitas ini berada didaerah tepian
pemukiman. Karena Kehidupan manusia sungai Bango yang berada dalam wilayah
tidak akan pernah terlepas dari lingkungan Kelurahan Pandanwang, Kecamatan
karena keduanya merupakan satu kesatuan Blimbing, Kota Malang. Para pemulung ini
dan memiliki hubungan timbal balik antara tinggal berkelompok dalam suatu lingkungan
komponen satu dengan lainnya 4. Kualitas yang terdiri dari beberapa rumah gubuk yang
sumber daya manusia di masa yang akan saling berhimpitan. Rumah gubuk tersebut
datang sangat dipengaruhi oleh kualitas dibangun secara manusiawi, akan tetapi tidak
perumahan dan pemukiman dimana layak untuk dihuni oleh manusia karena
masyarakat tinggal. Hal ini merupakan berada dalam tepian sungai6.
sebuah kerangka hubungan ekologis antara Kondisi permukiman Kalisari yang
manusia dan lingkungan pemukimannya. berada di bantaran sungai menjadikan suatu
Para kaum urban dengan keterbatasan permasalahan tersendiri terhadap lingkungan
kemampuan dan keterampilan yang mereka hunian yang mereka huni, banjir yang
miliki harus bertahan hidup dengan terkadang datang selalu mendekati area
pekerjaan seadanya. Motif utama permukiman warga, pola perilaku yang
perpindahan penduduk adalah karena adanya kurang sehat juga memperparah keadaan
pertimbangan ekonomi dan ketimpangan yang ada. Sungai menjadi tempat warga
ekonomi yang mempunyai dua harapan yaitu untuk mandi cuci dan buang air besar juga
memperoleh pekerjaan dan harapan pembuangan sampah domestik.
Dilihat dari pola tatanan rumah juga
masih sangat memprihatinkan, banyak dari
warga permukiman yang masih mendirikan
bangunan non permanen sebagi tempat
2 tinggal. Ironisnya walaupun dengan kondisi
Ibid., Hal : 347
3
Suparlan Parsudi. 1984. Kemiskinan Diperkotaan.
5
Jakarta: Sinar Harapan dan Yayasan Obor Indonesia. Mantra, Bagoes Ida. 2003. Demografi Umum.
Hal : 132 Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Hal : 186
4 6
Soemarwoto, Otto. 2001. Ekologi Lingkungan Hidup Budihardjo, Eko. 2006. Sejumlah Masalah
dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan. Hal : 104 Pemukiman Kota. Bandung: Alumni. Hal :81
yang sedemikina rupa warga permukiman h. Partisipatif (participative)
masih tetap bertahan dan tinggal di i. Akuntabel (accountable)
permukiman tersebut. Wilayah bantaran j. Efektif dalam pembiayaan (cost-effective)
sungai Bango yang merupakan daerah rawan
bencana terutama bencana ekologis misalnya Implementasi kajian lingkungan hidup
banjir karena terkikisnya tanah ketika musim strategis (KLHS) diharapkan dapat
penghujan datang. Oleh karena itu Perlu mengantisipasi terjadinya dampak
adanya penangan secara komprehenshif lingkungan yang bersifat lintas batas (cross
terhadap kehidupan komunitas pemulung boundary environmental effects) dan lintas
Kalisari agar mendapatkan lingkungan yang sektor. Penanganan dampak lintas wilayah
strategis sesuai dengan kondisi sosial dan lintas sektor ini diharapkan dapat
sehingga dapat bertahan dan menetap di menjadi jalan keluar atas permasalahan
wilayah tersebut. lingkungan hidup yang cenderung makin
kompleks dengan dilaksanakannya Undang-
Undang No. 34 Tahun 2007 tentang
KAJIAN PUSTAKA Pemerintahan Daerah9. Secara substansial,
Kajian Lingkungan Hidup Strategis kajian lingkungan hidup strategis merupakan
Kajian lingkungan hidup strategis suatu upaya sistematis dan logis dalam
(KLHS) adalah proses sistematis dalam memberikan landasan bagi terwujudnya
evaluasi dampak lingkungan hidup yang pembangunan berkelanjutan melalui proses
diprakirakan akan terjadi akibat pelaksanaan pengambilan keputusan yang berwawasan
kebijakan, rencana atau program (KRP) yang lingkungan.
dilakukan pada tahap awal dari suatu proses KLHS merupakan bagian dari
pengambilan keputusan kegiatan keseluruhan kajian lingkungan hidup
pembangunan selain pertimbangan- (environmental assessments), dimana dalam
pertimbangan ekonomi dan sosial7. Sehingga konteks proses pengambilan keputusan
dalam hal ini dapat diartikan sebagai telaah pembangunan, dimulai dari perumusan
implikasi atau dampak dari rencana atau kebijakan, rencana, dan program. Di dalam
program terhadap lingkungan hidup. Untuk penyelenggaraan KLHS tidak hanya elemen
terwujudkan pembangunan berkelanjutan, partisipasi masyarakat yang disentuh tetapi
implementasi kajian lingkungan hidup juga persoalan transparansi dan akuntabilitas.
strategis (KLHS) harus selaras dengan Sebab yang dituju KLHS pada hakekatnya
kaidah-kaidah sebagai berikut 8: adalah lahirnya kebijakan, rencana dan
a. Sesuai kebutuhan (fit for the purpose) program yang mempertimbangkan aspek
b. Berorientasi pada tujuan (objective-led lingkungan hidup dan keberlanjutan.
oriented)
c. Didorong motif keberlanjutan (sustaina- Tata Ruang
bility-driven) Perencanaan tata ruang (RTRW)
d. Ruang lingkup komprehensif merupakan salah satu produk KRP yang
(comprehensive scope) secara eksplisit wajib dilakukan KLHS
e. Relevan dengan pengambilan keputusan seperti dinyatakan dalam Pasal 15 UU
(decision-relevant) Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
f. Terpadu (integrated) Hidup (PPLH) No.32/200910. Perencanaan
g. Transparan (transparent) tata ruang dalam penyusunan struktur dan
7
pola ruang seringkali menjadi sumber
Asdak, Chay. 2012. Kajian Lingkungan Hidup
persoalan lingkungan hidup. Oleh karena itu,
Strategis: Jalan Menuju Pembangunan
Berkelanjutan. Yogyakarta: Gajah Mada University diperlukan pengkajian tentang persoalan dan
Press Hal. 15
8
Anonymous. Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
9
(KLHS) dalam Perencanaan Tata Ruang. Ibid., Hal. 05
10
Hal: 04 Asdak, Chay. Op.cit., Hal. 122
analisis dari sisi tata ruang untuk sumberdaya pendukung, baik ruang dan
internalisasi konsep KLHS. Aspek lingkungan, alam, kelembagaan dan
infrastruktur merupakan kunci dari finansial, maupun sumberdaya lainnya secara
penyusunan struktur dan pola pemanfaatan memadai. Selain hal itu Kesehatan penduduk
ruang ditingkat nasional, provinsi, maupun juga penting dalam pembangunan
kabupaten/kota. berkelanjutan. Kesehatan manusia dan
pembangunan berkelanjutan adalah
Permukiman hubungan yang tidak mungkin terpisahkan.
Permukiman merupakan bagian dari Manusia sebagai pusat perhatian dari
lingkungan hidup, yakni lingkungan hidup di pembangunan berkelanjutan harus dapat
luar kawasan lindung, baik yang berupa hidup secara sehat dan produktif, serta
kawasan perkotaan maupun pedesaan yang selaras dengan alam.
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan Mobilitas Penduduk Everett S. Lee (Push-
yang mendukung perikehidupan dan Pull Theory)
penghidupan11. Secara luas permukiman Mobilitas penduduk merupakan
dapat diartikan sebagai tempat tinggal atau pergerakan penduduk melewati batas
segala sesuatu yang berkaitan dengan tempat teritorial atau geografis. Mobilitas penduduk
tinggal. menurut Ida Bagoes Mantra, merupakan
Permukiman adalah lingkungan tempat proses gerak yang dilakukan oleh penduduk
tinggal atau hunian yang merupakan bagian dari suatu wilayah menuju wilayah lainnya
dari lingkungan hidup, yakni lingkungan dalam jangka waktu tertentu. Mobilitas dapat
hidup di luar kawasan lindung. Dengan dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
demikian, kualitas lingkungan permukiman mobilitas penduduk permanen dan non-
sangat bergantung pada kondisi komponen- permanen14.
komponen lingkungan hidup yang Mobilitas penduduk juga dijelaskan oleh
menyusunnya Everett S. Lee menjelaskan bahwa volume
Permukiman kota adalah suatu migrasi di suatu wilayah berkembang sesuai
lingkungan di daerah perkotaan yang terdiri dengan tingkat keanekaragaman daerah
dari perumahan tempat tinggal manusia yang wilayah tersebut. Di daerah asal atau tujuan
dilengkapi dengan sarana dan prasarana terdapat faktor yang mendorong dan juga
sosial, ekonomi, budaya, dan pelayanan12. menarik, faktor tersebut dapat
Pertumbuhan penduduk yang tinggi diakumulasikan dalam faktor positif (+),
menyebabkan pertumbuhan permukiman faktor negatif (-), atau faktor netral (0).
yang tinggi pula. Penataan perumahan dan Faktor positif (+) merupakan faktor yang
pemukiman harus memperhatikan aspek memberikan nilai menguntungkan jika
pembangunan berkelanjutan13. Di sektor bertempat tinggal di daerah tersebut. Faktor
permukiman hal ini diartikan sebagai negatif (-) merupakan faktor yang
pembangunan permukiman secara memberikan nilai negatif pada daerah yang
berkelanjutan sebagai upaya untuk bersangkutan sehingga seseorang ingin
memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan pindah dari tempat tersebut karena
kualitas lingkungan sebagai tempat hidup. kebutuhan atau motif tertentu tidak
Pembangunan perumahan dan terpenuhi. Menurut Lee proses migrasi dapat
permukiman sebagai kegiatan yang dipengaruhi oleh 4 faktor, antara lain faktor
berkelanjutan memerlukan dukungan individu, faktor yang terdapat di daerah asal,
faktor yang terdapat di daerah tujuan, dan
11
Romadona, L.Aditya.2011.Membangun Kembali rintangan antara daerah asal dengan daerah
Kota Secara Berkelanjutan:Mempersiapkan Masa
Depan Dengan Lebih Baik.Yogyakarta:BPFE.Hal: 10
12
Ibid., Hal. 21
13 14
Ibid., Hal. 22 Mantra, Bagoes Ida. Op. Cit., Hal: 173-182
tujuan15. Beberapa penjelasan di atas kurang mendapat pengaruh aktivitas atau
memberikan sebuah gambaran atau penggolongan manusia dan ekosistem binaan
penjelasan mengenai proses migrasi atau (managed ecosystem) adalah ekosistem yang
perpindahan penduduk beserta alasan dan mendapat pengelolaan manusia18. Sistem
faktor-faktor yang menjadi penyebab tersebut dapat bekerja apabila semua
terjadinya proses migrasi atau perpindahan komponen-komponen didalamnya dapat
penduduk. bekerjasama dengan baik. Dan dalam
berjalannya suatu komponen tersebut
Ekologi Manusia A. Terry Rambo (Sistem terdapat hubungan timbal balik yang saling
Terbuka) mempengaruhi berlangsungnya sistem
Ekologi Manusia mempelajari hubungan tersebut. Apabila salah satu dari komponen
antara makhluk hidup sebagai suatu kesatuan tersebut terjadi suatu perubahan maka akan
dengan lingkungannya, dimana di dalamnya mempengaruhi komponen-komponen
tercakup faktor-faktor fisik, biologis, lainnya sehingga akan berpengaruh juga
sosioekonomi dan juga politis. Hubungan ini pada sistem tersebut karena menyebabkan
bersifat timbal balik dan membentuk suatu perubahan secara keseluruhan dan akhirnya
sistem yang disebut ekosistem16. Ekosistem akan menyebabkan pula perubahan pada
dapat dibentuk dari hubungan timbal balik tingkah lakunya.
antara makhluk hidup dengan Dalam mengkaji lingkungan hidup
lingkungannya. Ekosistem juga dibentuk strategis dan perubahan tata ruang dapat
oleh komponen hidup (biotik) dan tak hidup dikaji melalui beberapa unsur yang ada
(abiotik) di suatu tempat yang saling dalam dua komponen tersebut. Beberapa
berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan unsur yang digunakan dalam komponen
yang teratur17. Keteraturan tersebut terjadi ekologi yaitu:
oleh adanya arus materi dan energi yang a) Tanah membentuk permukaan lapisan
terkendali oleh arus informasi antara bumi yang ditempati oleh makhluk
komponen dalam ekosistem tersebut. hidup19.
Misalnya, suatu ekosistem dalam bentuk b) Air merupakan salah satu elemen yang
yang sangat luas dapat disusun oleh sangat mempengaruhi kehidupan di
komponen iklim, tanah, air, jenis-jenis alam.
tumbuhan dan jenis-jenis binatang. c) Iklim merupakan salah satu faktor yang
Dalam ekologi telah dijelaskan interaksi sangat penting bagi kehidupan manusia.
antara komponen biotik dan abiotik, maka d) Kayu sebagai salah satu bagian penyalur
sistem sosial memiliki peranan dalam energi dari ekosistem.
pengelolaannya melalui berbagai komponen e) Tanaman merupakan sumber energi
yang saling berinteraksi dan membentuk yang mereka miliki dalam kaitannya
suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan sistem ekologi yang berjalan
tersebut terjadi oleh adanya arus materi dan dilingkungan .20
energi yang terkendalikan oleh arus Sedangkan komponen sistem sosial
informasi antara komponen dalam ekosistem memiliki beberapa unsur yang dapat
tersebut. digunakan dalam kajian penelitian
Ekosistem dapat dibedakan menjadi dua lingkungan hidup strategis dan perubahan
golongan, yaitu ekosistem alami (natural tata ruang antara lain :
ecosystem) adalah ekosistem yang tidak atau a) Populasi adalah kumpulan makhluk
15
hidup yang sama speciesnya.
Ibid., Hal: 181
16
Supardi, Imam. 2003. Lingkungan Hidup dan
Kelestariannya. Alumni: Bandung. Hal.1
17 18
Iskandar, Johan. 2009. Ekologi Manusia dan Ibid., Hal.17
19
Pembangunan Berkelanjutan. Program Studi Ilmu Wardana, Seto. 1983. Lingkungan Hidup. Pilar
Lingkungan, Universitas Padjajaran Bandung: Bambu Kuning Hal.47
20
Bandung Hal.16 Supardi, Imam. Op.cit., Hal. 20
b) Sistem nilai merupakan rangkaian dari dimaksudkan untuk menjaga hubungan
konsep-konsep abstrak yang hidup timbal balik yang seimbang dalam
dalam masyarakat, mengenai apa yang menerima input dari ekosistem agar
dianggap penting dan berharga. Sistem tetap ada survival.
nilai ini yang kemudian dikenal sebagai d) Perubahan-perubahan ekosistem dalam
etika dalam melakukan suatu tindakan. merespon masukan (input) dari sistem
c) Ekonomi mempunyai hubungan yang sosial, yaitu perubahan yang diberikan
sesuai dengan ekologi karena ekonomi oleh ekosistem ketika menghadapi
adalah manajemen tempat hidup atau adanya pengaruh yang dilakukan oleh
manajemen lingkungan.21. aktifitas masyarakat.
d) Pengetahuan merupakan kapasitas Dengan adanya empat model hubungan
manusia untuk memahami dan tersebut maka hubungan timbal balik dari
menginterpretasikan baik hasil satu kesatuan antara ekosistem dan sistem
pengamatan maupun pengalaman. sosial yang disertai dengan adanya
Kehidupan manusia terdiri dari berbagai pertukaran arus besar yaaitu Energi, Materi
komponen yang saling berkesinambungan dan Informasi (EMI).
dan menciptakan hubungan timbal balik. Jika a) Energi dalam hal ini dapat diartikan
salah satu dari komponen tersebut tidak sebagai kemampuan dalam melakukan
dapat bekerja dengan baik maka akan usaha atau kerja. Energi tidak dapat
mengalami perubahan dan kerugian. dilihat yang terlihat adalah akibat
Teori sistem terbuka memberikan adanya energi tersebut 23.
gambaran bahwa dalam lingkungan terdapat b) Materi dapat diartikan sebagai beberapa
dua komponen besar yang saling zat ataupun benda yang terdapat pada
mempengaruhi yaitu Ekosistem dan Sistem makhluk hidup atau yang berada
Sosial. Kedua komponen tersebut saling disekitar lingkungan manusia24.
terbuka untuk mempengaruhi sistem lain c) Informasi dapat diartikan sebagai
yang serupa, sehingga sistem sosial mungkin sesuatu yang memberikan pengetahuan
diganti dengan input-input yang diterima tambahan25.
dari suatu sistem sosial lainnya. Begitupula Arus energi, materi dan informasi ini
dengan suatu ekosistem yang mungkin memudahkan berjalannya sebuah sistem
berubah dengan input-input dari ekosistem timbal balik antara ekosistem dan sistem
lain. Rambo membagi model teori sistem sosial. Keduanya merespon input dari unsur
yang dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu22 : ekosistem ataupun sistem sosial tersebut dan
a) Input dari ekosistem ke dalam sistem terjadi perubahan. Dalam penelitian ini dapat
sosial, yaitu input yang diberikan dalam dilihat bantaran sungai merupakan bagian
bentuk arus energi, materi dan dari ekosistem dan masyarakat pemukiman
informasi. pemulung adalah bagian dari sistem sosial.
b) Input dari sistem sosial ke dalam Masyarakat yang mendiami kawasan
ekosistem, yaitu input yang diberikan bantaran sungai mampu bertahan hidup
berupa arus energi, materi dan informasi tentunya dengan pengelolahan lingkungan
yang digerakan oleh aktifitas manusia. dengan baik serta dapat menyesuaikan diri
c) Proses adaptasi dan seleksi adalah dengan berbagai ancaman dan bahaya baik
kemampuan suatu sistem sosial dari masyarakat sekitar atau faktor alam.
beradaptasi dengan ekosistem karena
adanya input dari ekosistem. Hal ini METODE PENELITIAN
Jenis dan Pendekatan Penelitian
21
Djamal Zoer’aini.2003. Prinsip-Prinsip Ekologi dan
23
Organisme, Ekosistem Komunitas Lingkungan. Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. ANDI:
Jakarta: Bumi Aksara Hal. 10 Yogyakarta. Hal.17-20
22 24
Hidayat, Kliwon. 1996. Ekologi Manusia. Malang: Soemarwoto.Op.cit., Hal.28
25
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Hal.61 Ibid., Hal. 20
Jenis Penelitian yang digunakan adalah hidup dan perubahan tata ruang yang
metode kualitatif, dimana metode kualitatif berdampak terhadap komunitas tersebut.
ini memiliki tujuan untuk mengeksplorasi
dan memahami makna yang dianggap oleh Lokasi Penelitian
beberapa individu atau sekelompok orang Lokasi yang telah ditentukan oleh
berasal dari adanya permasalahan sosial atau peneliti yaitu pada komunitas pemulung
kemanusiaan26, sehingga dalam metode Kalisari yang berada di Kelurahan
kualitatif ini dapat digunakan untuk Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kota
memaparkan hasil penelitian mengenai Malang.
permasalahan sosial yang terjadi dalam
komunitas pemulung Kalisari, Kelurahan Teknik Penentuan Informan
Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kota Penentuan informan dalam penelitian ini
Malang. dilakukan dengan menggunakan teknik
Metode kualitatif dalam bukunya purposive sampling yaitu informan yang
Creswell memiliki sembilan karakteristik- diambil lebih selektif atau sesuai dengan
karakteristik dalam langkah menyusun kriteria yang dianggap paling mengetahui
sebuah penelitian27, karakteristik itu dapat mengenai situasi sosial yang akan diteliti dan
disimpulkan dan dikelompokkan dalam sifat selaras dengan tujuan29. Informan dalam
maupun teknis penelitian. Menurut sifat, penelitian ini yaitu: Pak Lurah, Pak RT
peneliti mengumpulkan data lapangan setempat, kepala komunitas, warga di
dengan melihat langsung interaksi apa saja komunitas dan beberapa warga komunitas
yang dilakukan secara face to face. pemulung Kalisari.
Sedangkan menurut teknis, peneliti
mengumpulkan sendiri data dokumentasi, Teknik Pengumpulan Data
observasi, atau wawancara dengan warga Studi kasus memiliki enam sumber bukti
komunitas pemulung Kalisari serta dalam atau teknik dalam pengumpulan data
mengumpulkan informasi tidak penelitian30. Peneliti menggunakan teknik
menggunakan kuesioner. pengumpulan data dokumentasi, foto-foto
Pendekatan yang digunakan dalam mengenai keadaan lokasi penelitian.
penelitian ini adalah menggunakan Studi Rekaman arsip diambil melalui data-data
Kasus. Robert K.Yin menjelaskan studi letak geografis. Selanjutnya dengan
kasus adalah pengamatan yang mendalam melakukan wawancara, dan observasi
terhadap suatu fenomena mengapa langsung dimana peneliti mengunjungi
seseorang, kelompok, lembaga dan/atau lokasi penelitian untuk melihat kondisi
masyarakat bertindak dengan suatu cara tempat penelitian secara langsung untuk
tertentu dan bagaimana dia bertindak dimasa mendapatkan informasi secara langsung
mendatang28. Peneliti menggunakan kondisi lingkungan yang menjadi fokus
pendekatan penelitian intrinsic case study penelitian.
karena peneliti ingin mengetahui secara
intrinsik fenomena, keteraturan, dan Jenis dan Sumber Data
kekhususan untuk melihat fenomena yang Sumber data yang akan digunakan dalam
terjadi pada komunitas pemulung Kalisari penelitian ini adalah :
dengan memfokuskan pada lingkungan a. Data primer
Data primer adalah data yang didapat
dari sumber pertama (tanpa perantara).
Diperoleh dari proses wawancara langsung
26
Cresswell, W. John. 2010. Research Design:
Pendekatan Kualitatif dan Mixed. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Hal : 4
27 29
Ibid.,Hal : 261 Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif,
28
Yin,R. K. 2011.Case Study Research: Design and Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta. Hal: 219
30
Methods. California: Sage Publications. Hal 5 Yin,R. K. Robert.Op.cit.,Hal :103
dengan ketua RT /Lurah setempat dan juga menggunakan beberapa orang informan
warga permukiman. tambahan selain informan utama untuk
b. Data sekunder mengecek kebenaran data dari informan
Data sekunder merupakan data yang utama. Peneliti juga melakukan pengecekan
diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti. suatu data dengan menggunakan teknik
Sumber data ini diambil dari dokumen- pengumpulan data yang lain.
dokumen, catatan-catatan, laporan serta arsip b. Kecukupan Bahan Referensi
yang berhubungan dengan fokus penelitian Bahan referensi adalah adanya
dan keterkaitan dengan penelitian yang pendukung untuk membuktikan data yang
dilakukan. telah ditemukan peneliti33. Kecukupan bahan
menggunakan alat berupa pedoman
Teknik Analisis Data wawancara yang disampaikan serta tape
Teknik analisis data dalam penelitian recorder atau handphone atau kamera digital
studi kasus adalah penjodohan pola, yang memiliki fasilitas sound recorder
pembuatan ekplanasi, dan analisis deret sebagai alat perekam pada saat wawancara
waktu31.Teknik analisa data menggunakan dan pengamatan.
teknik analisa penjodohan pola. Secara rinci
diuraikan dalam tahapan-tahapan berikut ini: Dependabilitas
1. Membuat pernyataan teoritis awal atau Depenabilitas dilakukan dengan cara
proposisi awal. melakukan audit terhadap keseluruhan
2. Membandingkan temuan-temuan kasus proses penelitian. Pembimbing bertindak
awal dengan pernyataan atau selaku auditor independen yang berhak
3. Memperbaiki pernyataan atau proposisi. memeriksa keseluruhan proses penelitian.
4. Membandingkan dengan kasus lainnya (Faisal dalam Sugiyono, 2011)34 menegaskan
dalam rangka perbaikan. bahwa jika tidak dapat menunjukkan ”jejak
5. Memperbaiki kembali pernyataan atau aktifitas lapangannya”, maka depenabilitas
proposisi. penelitiannya patut diragukan.
6. Membandingkan perbaikan dengan fakta Peneliti menerima kritik, saran, dan
dari kasus. masukan kedua pembimbing guna audit
7. Mengulangi proses ini sebanyak mungkin eksternal penelitian. Selain itu, menyimpan
sesuai dengan kompleksitas masalahan dan mendokumentasi data penelitian secara
yang hendak dijawab dan yang rapi dan sistematis untuk mengantisipasi
diperlukan. siapa saja yang berkeinginan memeriksa
Data yang terkumpul akan dianalisis ”jejak aktifitas lapangan” yang telah
dengan menggunakan metode deskriptif dilakukan..
analisis, yaitu data yang diperoleh akan di
paparkan secara menyeluruh kemudian Teknik Kepastian Data (Confirmability)
dilakukan analisis sehingga dapat disusun Confirmability atau konfirmabilitas
suatu kesimpulan untuk menjawab merupakan serangkaian langkah untuk
permasalahan yang ada. mendapatkan jawaban apakah ada
keterkaitan antara data yang sudah
Pengecekan Keabsahan Data diorganisasikan dalam catatan lapangan
Kredibilitas dengan materi-materi yang digunakan dalam
a. Triangulasi audit trail (Harsono, 2008)35. Untuk
Teknik triangulasi yang paling banyak menjaga kebenaran dan objektivitas hasil
digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber
lainnya32. Triangulasi sumber data, 33
Op.cit., Sugiyono. Hal .275
34
Ibid,. Hal :277
35
31
Ibid.,Hal : 140 Harsono.2008.Etnografi Pendidikan sebegai Desain
32
Moleong, Lexy J.2005. Metodologi Penelitian Penelitian Kualitatif. Surakarta: Muhammadiyah
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosadakarya. Hal :330 University Press.Hal :176
penelitian, maka perlu dilakukan audit trail Malang, Kecamatan Wajak, dan sebagainya.
yakni, melakukan pemeriksaan guna Beberapa dari mereka ada juga yang bukan
meyakinkan bahwa hal-hal yang dilaporkan dari wilayah malang seperti Kabupaten
memang demikian adanya. Blitar, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten
Hal ini dilakukan melalui member Lumajang, bahkan terdapat penghuni yang
check, triangulasi, pengamatan ulang atas berasal dari luar pulau jawa. Jumlah warga
rekaman hasil wawancara, pengecekan permukiman pada saat ini diperkirakan
kembali, melihat kejadian yang sama di berjumlah kurang lebih 25 kepala keluarga.
lokasi/ tempat kejadian sebagai bentuk Jumlah ini diperkirakan dikarenakan warga
konfirmasi untuk mendapat kepastian data permukiman keluar masuk ke permukiman.
yang diperoleh itu obyektif, bermakna, dapat Kondisi dipermukiman warga komunitas
dipercaya, faktual dan dapat dipastikan. pemulung Kalisari sampai saat ini masih
sangat memprihatinkan, kondisi rumah yang
Teknik Keteralihan Data kurang tertata rapi ditambah lagi dengan
Uji terhadap ketepatan suatu penelitian jenis bangunan yang dibuat adalah bangunan
kualitatif selain dilakukan pada interval non permanen dan juga perilaku masyarakat
penelitian juga pada keterpakaian oleh pihak dalam memperlakukan lingkungan dan
eksternal (keteralihan). Bila pembaca sungai belum sesuai dengan sebagaimana
mendapat gambaran yang jelas dari suatu mestinya. Sungai oleh mereka dijadikan
hasil penelitian maka hasil penelitian tempat buang sampah dan limbah rumah
tersebut memenuhi standar transferabilitas tangga. Bantaran sungai yang tidak terawat
(Satori dan Komariah, 2010)36.Pemeriksaan dan ditumbuhi oleh semak di samping juga
keteralihan data penelitian ini dilakukan dijadikan tempat buang sampah dan limbah,
dengan teknik uraian rinci (trick juga dijadikan tempat “berak 37” oleh
description), yaitu dengan melaporkan hasil masyarakat yang tinggal dikawasan tersebut.
penelitian seteliti dan secermat mungkin Yuniarto (2012) bahwa berbagai
yang menggambarkan konteks tempat tantangan dalam corak kehidupan migran
khususnya dalam upaya mempertahankan
hidup, mendorong migran melakukan proses
HASIL DAN PEMBAHASAN
sosialisasi pengetahuan agar dapat bertahan
Kawasan Bantaran Sungai Bango Sebagai
dan diterima dalam lingkungan mereka 38.
Lahan Permukiman Hingga Saat ini
Warga permukiman pemulung Kalisari juga
Kawasan bantaran Sungai Bango yang melakukan hal ini, yang dalam kurun waktu
mengalir melewati Kelurahan Pandanwangi, mulai tahun 1990 hingga sekarang terus
Kecamatan Blimbing, Kota Malang telah melakukan proses penyesuaian diri dengan
dihuni oleh komunitas pemulung Kalisari lingkungannya agar dapat nyaman tinggal
sejak tahun ± 1990. Awal mula berdirinya dan menetap di kawasan tersebut.
komunitas ini diawali oleh Pak Kacong Penyesuaian ini dilakukan agar mereka
sebagai kepala komunitas. Tujuannya adalah dapat berdaptasi dengan lingkungan dari
untuk memberikan tempat bermukim orang- luar maupun dalam permukiman. Letak
orang yang tidak memiliki rumah dan lokasi permukiman yang tidak menjadi satu
pekerjaan tetap yang biasanya hidup di dengan warga sekitar dan akses jalan masuk
kolong jembatan atau emperan toko. ke lingkungan permukiman yang hanya satu
Harapannya adalah agar mereka
mendapatkan penghidupan yang layak. 37
“Berak” adalah aktifitas yang dilakukan manusia
Warga permukiman komunitas untuk membuang kotoran manusia (tinja)
pemulung Kalisari sebagian besar lebih 38
Yuniarto,Paulus Rudolf. 2012. Dari Pekerja ke
banyak yang berasal dari daerah Kabupaten Wirausaha: Migrasi Internasional, Dinamika
Tenaga Kerja, dan Pembentukan Bisnis Migran
Indonesia di Taiwan. Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 3,
36
Ibid, Hal: 166 No. 1, Hal. 73-102
jalan saja. Lingkungan ini dibatasi dengan perumahan liar. Tipe pertama jalan utama
Sungai Bango di bagian kanan, kiri dan dan di kiri-kanan jalan dibangun rumah yang
belakang. Sedangkan depan lingkungan baik dan teratur. Namun, ditengah dan
dibatasi oleh bahu jalan raya. Orientasi pola belakang, tumbuh rumah-rumah tipe kedua
hadap rumah tinggal umumnya menghadap yaitu rumah-rumah yang tidak teratur.
jaringan jalan yang ada dan sungai menjadi Perbedaan diantara keduanya adalah
bagian belakang lingkungan pada status pembangunan rumahnya. Rumah
permukimannya. kampung dibangun di atas tanah yang telah
Lokasi permukiman yang berada dekat dimiliki, disewa / dipinjam dari pemiliknya.
dengan bantaran sungai menyebabkan daerah Pembangunan rumah di kampung dilakukan
ini rawan banjir. Sebenarnya sudah dibangun dengan seizin pemilik tanahnya. Sedangkan
tanggul penahan, akan tetapi pada bagian rumah-rumah di perumahan liar dibangun
tanggul dibagian tanah yang rendah dan secara illegal, tanpa setahu dan seizin
berdekatan dengan rumah warga sudah pemilik tanahnya. Rumah kampung ada yang
rusak/jebol. Untuk menahan naiknya arus memiliki izin dan ada yang tidak dari
sunai warga komunitas secara swadya pemilik lahan.
membuat tanggul dari pasir yang Pola permukiman komunitas pemulung
dimasukkan karung dan ditata sedemikian Kalisari termasuk dalam pola permukiman
rupa. perumahan yang tidak direncanakan dengan
baik atau sebagai tipe rumah kampung. Hal
Pola Permukiman dan Kondisi Sosial ini dikarenakan dilingkungan permukiman
Warga Komunitas Pemulung Kalisari walaupun tanah yang mereka diami adalah
Permukiman yang dibangun oleh tanah sewa dari pemilik lahan, dalam
penduduk di suatu kawasan tergantung membangun rumah dikawasan tersebut
kepada kondisi lingkungan dikawasan melibatkan pihak pemilik lahan.
tersebut. Pola-pola pemukiman disetiap Lingkungan permukiman yang terbatas,
wilayah memiliki ciri tersendiri. Menurut sempit dan terisolir menyebabkan terjadinya
Jayadinata dalam Widyastomo (2011) pola suatu tatanan sosial budaya yang berbeda
permukiman merupakan lingkup penyebaran dari warga sekitar. Masyarakat dalam
daerah tempat tinggal menurut keadaan golongan besar atau kecil terdiri dari
geografi (fisik) tertentu, seperti permukiman beberapa manusia yang dengan atau karena
sepanjang pantai, laut, aliran sungai dan sendirinya bertalian secara golongan
jalan yang biasanya berbentuk linear39. merupakan sistem sosial yang
Kemudian menurut Yodohusodo dalam mempengaruhi satu sama lain (Soekanto,
Widyastomo (2011) 40terdapat 3 (tiga) pola 1993)41.
permukiman, yaitu : pertama, perumahan Dari hasil observasi dan wawancara
yang direncanakan dengan baik dan dengan beberapa informan, diketahui bahwa
dibangun dengan baik dan teratur rapi serta strata sosial dipermukiman pemulung
memiliki prasarana, utilitas dan fasilitas yang Kalisari dapat dibagi menjadi dua yaitu: a)
cukup baik. Kedua, perumahan yang pengepul, dan b) pemilah. Pemulung
berkembang tanpa direncanakan terlebih merupakan status sosial yang paling rendah.
dahulu. Ketiga, perumahan yang tidak Mereka bekerja mengumpulkan sampah
sepenuhnya direncanakan dengan baik. seperti kaleng bekas, botol minuman bekas
Dilihat dari polanya dibedakan antar dua tipe yang kemudian diserahkan kepada pengepul.
utama, yaitu tipe kampung dan tipe Pembagian ini oleh Lutfi Amiruddin
dalam penelitiannya digambarkan dalam 2
39
Widyastomo, Deasy. 2011. Perubahan Pola kelas kelompok besar yaitu elit komunitas
Permukiman Tradisional Suku Sentani Di Pesisir
Danau Sentani. Jurnal Permukiman, Vol. 6 No. 2
41
Agustus 2011 : 84-92. Hal 85 Soekanto, Soerjono. 1983. Pribadi dan Masyarakat.
40
Ibid,. Hal :85 Bandung: Alumni. Hal 466
dan anggota komunitas. Elit komunitas daerah tujuan juga dapat dipengaruhi oleh
adalah kepala komunitas yang bertugas keadaan sosial, ekonomi, dan juga dapat
sebagai ketua, koordinator, dan pengepul disebabkan oleh adanya motivasi dan
sampah dari pekerja-pekerja yang bekerja harapan tertentu. Ketimpangan
untuknya, sedangkan anggota komunitas perkembangan ekonomi antar daerah, secara
adalah kelas yang bekerja untuk elit rasional akan mendorong penduduk untuk
komunitasnya dan secara hirarkis bergantung melakukan mobilitas dengan harapan
pada elit komunitas. Golongan ini terdiri dari didaerah baru akan memperoleh pekerjaan
pemulung, pemilah, dan penimbang 42. dan pendapatan yang lebih baik.
Kepala komunitas disana berperan Mobilitas merupakan proses gerak yang
sebagai seorang yang mengelola pada aspek dilakukan dengan cara berpindah dari suatu
sosial, ekonomi, dan budaya yang ada di wilayah menuju ke wilayah yang lain dalam
komunitas. Selain itu juga memiliki peran jangka waktu tertentu baik secara sementara,
sebagai pihak pengepul sampah hasil dari menetap atau jangka waktu yang lama 43.
memulung para warganya. Dan juga sebagai Dilihat dari cara berpindahnya, Bagoes
pihak yang menjembatani sosialisasi warga Mantra menggolongkan mobilitas menjadi
permukiman dengan warga sekitar agar di dua yaitu mobilitas penduduk permanen
mata warga sekitar komunitas ini tidak yang bersifat menetap dan mobilitas
dipandang sebelah mata atau negatif. penduduk non permanen yang bersifat tidak
Pihak warga sekitar juga memberikan menetap di suatu wilayah44. Yang menjadi
peran mereka untuk warga permukiman. dasar dalam penggolongan gerak mobilitas
Sebagai contoh kegiatan posyandu yang ada ini adalah ukuran jangka waktu, yaitu apakah
di lingkungan warga RT 04 juga melibatkan bersifat jangka pendek atau panjang.
warga permukiman komunitas pemulung Perpindahan penduduk atau mobilisasi
Kalisari yang juga menjadi bagian dari RT yang dilakukan oleh warga permukiman
tersebut. Apabila ada bantuan yang masuk ke komunitas pemulung Kalisari sejalan dengan
warga RT 04, warga permukiman pemulung pendapat Everest Lee dalam Mantra (2003)45
juga ikut diberikan jatah untuk mendapatkan yang mengungkapkan bahwa volume migrasi
bantuan tersebut. Penyuluhan terkait dengan di suatu wilayah berkembang sesuai dengan
lingkungan bersih juga sering dilakukan dari tingkat keanekaragaman daerah tersebut. Di
warga RT 04 ke warga permukiman, karena daerah asal dan daerah tujuan ada faktor-
warga juga menganggap lingkungan faktor positif (+), negatif (-), ada pula faktor-
permukiman juga lingkungan mereka. faktor netral (0). Faktor positif adalah faktor
Kondisi sosial budaya tersebut, yang memberikan keuntungan di daerah
menyebabkan permukiman komunitas tujuan, misalnya ketersediaan lapangan
pemulung kalisari adalah permukiman yang pekerjaan. Faktor negatif adalah faktor yang
termasuk tidak layak huni. Permukiman yang mendorong penduduk untuk bermigrasi,
tidak layak huni banyak bermunculan di kota misalnya kesulitan untuk mendapatkan
disebabkan oleh perpindahan penduduk yang pekerjaan, atau ingin meningkatkan taraf
tinggi. Dari proses migrasi ini menyebabkan kehidupannya. Selain itu, mobilitas juga
pertumbuhan berbagai pekerjaan disektor dipengaruhi oleh faktor rintangan, misalnya,
informal. Akibatnya, terlihat adanya ongkos pindah yang tinggi, terbatasnya
pemanfaatan ruang yang tidak terencana di sarana transportasi, dan topografi yang sulit.
beberapa daerah, terjadi penurunan kualitas Faktor penarik seseorang untuk
lingkungan bahkan kawasan permukiman. berpindah menjadi warga komunitas Kalisari
Perpindahan penduduk yang dilakukan adalah ketersediaan lapangan pekerjaan yaitu
oleh para migran dari daerah asal menuju
43
Mantra, Bagoes Ida. 2003. Demografi Umum.
42
Amiruddin, Lutfi. 2009. Eksploitasi Pada Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Hal 173
44
Komunitas Pemulung. Malang: Fakultas Ilmu Sosial Ibid, Hal :181
45
dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Hal: 84 Op.cit., Mantra, Bagoes Ida. Hal 173
menjadi pemulung, adanya fasilitas yang meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga
diberikan berupa tempat tinggal dan kondisi atau pribadi, baik dalam arti ekonomis
wilayah yang srategis di perkotaan. Warga maupun dalam arti sosial. kedua, secara
yang datang ke komunitas Kalisari tertarik historis gerak perpindahan yang paling
karena adanya harapan dengan hidup di menonjol terjadi karena keterbatasan
komunitas tersebut dapat memenuhi lapangan kerja didaerah asal.
kebutuhan dan keinginannya. Selain itu Tidak banyak yang menyadari bahwa
faktor penarik tidak hanya karena suatu sisi positif kehadiran pemulung telah turut
kawasan dijadikan sebagai pusat andil dalam menjaga kebersihan lingkungan.
pertumbuhan, tetapi perkembangan alamiah Pekerjaannya yang berhubungan dengan
suatu kawasan perkotaan, yang disitu sampah menimbulkan pandangan hidup
menjanjikan berbagai macam fasilitas dan pemulung adalah cara hidup yang kotor dan
peluang usaha. Pada sisi lain, setiap daerah negatif. Pada kenyataannya dengan segala
mempunyai faktor pendorong (push factor) keterbatasan mereka memiliki kemampuan
yang menyebabkan sejumlah penduduk memenuhi kebutuhannya secara mandiri.
migrasi ke luar daerahnya. Hal ini juga Penjelasan di atas memberikan
menjadi penyebab para warga mendorong ke gambaran masuk ke permukiman pemulung
permukiman pemulung Kalisari, antara lain Kalisari karena adanya faktor untuk mencari
kesempatan kerja yang terbatas dari daerah pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik
asal terkait jumlah dan jenisnya, sarana dan dari daerah asalnya, sistem yang berlaku di
prasarana pendidikan dari daerah asal yang komunitas yang terbuka memberikan
kurang memadai, fasilitas perumahan dan kesempatan bagi orang dapat masuk dan
kondisi lingkungan yang kurang baik. keluar dengan mudah. Selain hal itu juga
Sebagai contoh dalam kaitannya disebabkan oleh adanya faktor pendorong
perpindahan atau mobilitas dilakukan oleh dari daerah asal yaitu sempitnya lahan dan
ibu Sulikah, yang memiliki alasan berpindah susahnya mencari pekerjaan. Walaupun yang
dari tempat asal menuju ke permukiman mereka datangi adalah kawasan pinggiran
komunitas pemulung Kalisari adalah dari perkotaan yang wilayahnya berada di
keinginannya untuk mencari pekerjaan. Bu daerah DAS.
Sulikah dalam gerak ini telah menggunakan
faktor penariknya (+) terkait dengan Bantaran Sungai Bango Sebagai Bagian
kesempatan kerja, beliau memandang bahwa dari Lingkungan Hidup Strategis
masuk ke dalam kawasan permukiman Daerah bantaran sungai merupakan
komunitas pemulung Kalisari dapat daerah yang digunakan sebagai lahan untuk
memberikan kesempatan pekerjaan yang peresapan air sungai ketika meluap ke
layak dan sesuai untuk dirinya. Faktor daratan, namun pada kenyataanya masih
pendorong (-) yang terkait dengan hal ini banyak dijumpai permukiman yang berdiri di
yaitu keadaan ekonomi. Peran yang daerah tersebut. Penyebabnya karena
dilakukan oleh bu Sulikah merupakan faktor keterbatasan materi untuk membeli sebuah
individu yang memiliki kuasa atau hak atas tempat tinggal yang kemudian dihadapkan
dirinya dalam menentukan kelangsungan pada suatu kebutuhan, selain itu juga
hidupnya, sehingga memutuskan untuk disebabkan karena suatu perpindahan
berpindah dan menetap di kawasan penduduk dari desa ke kota.
permukiman komunitas pemulung Kalisari Kondisi tersebut menjadi suatu alasan
yang ada di daerah bantaran Sungai Bango. pemilihan kawasan yang rawan bencana ini
Alasan yang mendasar bagi para warga sebagai lahan permukiman tentunya dengan
komunitas pemulung Kalisari untuk bertempat tinggal dalam jangka waktu yang
berpindah dari tempat asal ke komunitas cukup lama. Warga di permukiman
Kalisari adalah: pertama, perpindahan komunitas pemulung Kalisari sebagian besar
dilakukan sebagai suatu strategi untuk masih menggantungkan kehidupan sosialnya
dengan memfungsikan sungai sebagai alat didaerah hulu. Manusia secara alamiah
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang memiliki kecenderungan untuk
terkait dengan kebersihan diri dan proses memanfaatkan potensi yang ada pada sungai
MCK. untuk kepentingannya, seperti yang
Indikator kualitas permukiman secara disebutkan oleh Lang dalam Suganda (2009)
umum merupakan gambaran penghuni, serta dalam “motivation is the guiding force
sikap dan perilaku yang terkait dengan behind behavior. Behavior is directed to the
keberadaan sungai, yang meliputi aspek: a) satisfaction of needs”47. Hal ini dapat
prasarana dan kepemilikan rumah; b) menjelaskan munculnya berbagai
prasarana fisik lingkungan; c) kondisi pemanfaatan sungai yang dilandasi oleh
kesehatan; d) keterkaitan penduduk dengan adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Pada
sungai, e) profil ekonomi, serta f) kesulitan, skala yang lebih makro, kebutuhan manusia
keresahan dan harapan yang berkaitan yang paling mendasar untuk memiliki tempat
dengan masalah sungai dan banjir 46. Pada tinggal yang selanjutnya memunculkan
aspek prasarana fisik lingkungan yang terdiri terjadinya permukiman di sekitar bantaran
dari fasilitas sumber air, dan sanitasi limbah sungai.
rumah tangga. Selain itu, pembuangan Warga permukiman membutuhkan
sampah umumnya dilakukan langsung ke lingkungan yang ada disekitar sungai dan
sungai. begitu pula sebalikya. Hal ini tergambarkan
Pembuangan limbah rumah tangga ke didalam hubungan timbal balik warga
sungai dapat menambah tingkat pencemaran. dengan lingkungan bantaran sungai.
Di lain pihak, sungai juga memiliki peranan Warga permukiman pemulung Kalisari
penting dalam kehidupan masyarakat sehari- dalam kaitannya hal ini masih terdapat
hari, melalui pemanfaatan sungai untuk perlakukan-perlakukan yang kurang sesuai
keperluan mandi, mencuci, dan sebagainya. dalam memperlakukan lingkungan.
Keterkaitan ini disebabkan, karena sungai Kebiasaan warga melakukan aktifitas di
merupakan penyedia fasilitas bagi kehidupan sungai tidak didukung dengan kebiasaan
mereka sehari-hari. Dari hasil penelitian membuang limbah rumah tangga di sungai.
diperoleh kesimpulan ternyata ada ketidak Hal ini menyebabkan lingkungan secara
konsistenan dalam kebiasaan masyarakat tidak langsung memperlakukan warga
pemulung Kalisari dalam hubungannya dengan tidak baik. Seringnya terjadi banjir
dengan sungai. Meskipun sungai dan kondisi tanah yang tercemari adalah
memberikan manfaat bagi mereka, namun dampak dari perlakukan ini.
penduduk tidak memiliki perilaku kebiasaan Terjadinya pendangkalan sungai
pemeliharaan sungai sebagaimana tercermin menyebabkan rumah yang berdekatan
dalam kebiasaan membuang sampah dan dengan bahu sungai menjadi rawan banjir,
limbah langsung ke sungai sehingga dapat kondisi tanah yang tercemari akibat
menimbulkan pencemaran. penumpukan sampah mengakibatkan air
Permukiman di sepanjang sungai tanah yang digunakan (sumur), kurang baik
cenderung mengakibatkan terhambatnya jika dikonsumsi sebagai air minum. Sanitasi
aliran sungai karena banyaknya sampah limbah rumah tangga yang terhubung
domestik yang dibuang ke badan sungai langsung dengan sungai mengakibatkan
sehingga mengakibatkan berkurangnya daya warga yang melakukan aktifitas mandi di
tampung sungai untuk mengalirkan air yang sungai ada yang terserang penyakit gatal-
datang akibat curah hujan yang tinggi gatal.
Rambo dalam Iskandar (2009)
46
Suganda, Emirhadi., Yatmo, Yandi Andri., dan menjelaskan “The System Model Of Human
Atmodiwirjo, Paramita. 2009. Pengelolaan Ecology” menjelaskan bahwa ekosistem
Lingkungan Dan Kondisi Masyarakat Pada Wilayah
Hilir Sungai. Jurnal Makara, Sosial Humaniora, vol.
47
13, no. 2, Desember 2009: 143-153. Hal 146 Ibid,. Hal: 150
dapat dibentuk dari hubungan timbal balik mendapatkan energi non pangan untuk
antara makhluk hidup dengan memasak berupa kayu bakar. Maka
lingkungannya. dan juga dibentuk oleh terjadi arus energi yang mengalir dari
komponen hidup (biotik) dan tak hidup sistem ekologi kedalam pekarangan,
(abiotik) di suatu tempat yang saling kebun campuran, dan hutan ke dalam
berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan sistem sosial. 49
yang teratur48. Menelaah lebih mendalam b) Air
terhadap lingkungan permukiman sebagai Penyediaan sarana air bersih telah
ecological system, dengan melihat berbagai dilakukan dipermukiman pemulung
aliran-aliran energi, materi dan informasi di Kalisari. Hal ini ditunjukkan dengan
antara berbagai komponen dan human system adanya saluran air bersih dari PDAM
yang ada di dalamnya. dan penambahan sumur pompa dari
Hubungan timbal balik di komunitas pemerintah. Hal ini terkait dengan
pemulung Kalisari dengan lingkungannya pembangunan wilayah berkelanjutan.
sesuai penjelasan diatas. Melalui sistem Sesuai dengan apa yang diungkapkan
sosial yang dilakukan oleh kepala komunitas Diesendorf dalam Iskandar (2009)50 dan
dan warga permukiman, sistem nilai, Supriyanta dalam Ramadona (2011)51
populasi, organisasi sosial dan ilmu yang menjelaskan bahwa air merupakan
pengetahuan, sedangkan ekosistemnya sarana kesejahteraan dari penghuni
sendiri adalah, air, iklim, tanah dan kayu. permukiman.
Dan proses timbal baliknya tentunya dengan c) Iklim
melalui, arus energi, materi dan informasi Kondisi iklim Kota Malang selama
yang nantinya akan melakukan proses tahun 2010 tercatat rata-rata suhu udara
pembentukan seleksi dan adaptasi pada berkisar antara 23,20C sampai 24,4o C.
manusia. Sedangkan suhu maksimum mencapai
Sesuai dengan yang telah dijelaskan 29,2oC dan suhu minimum 19,8o C.
dalam Bab II bahwa dalam mengkaji Rata-rata kelembaban udara berkisar
lingkungan hidup strategis dikaji melalui 78% -86%, dengan kelembaban
beberapa unsur yang ada dalam ekologi dan maksimum 99% dan minimum
sistem sosial. Beberapa unsur yang mencapai45%52. Musim yang terjadi
digunakan dalam komponen ekologi yaitu: adalah 2 musim yaitu hujan dan
kemarau.
a) Tanah d) Kayu
Tanah yang ada di area permukiman Hutan kota yang ada di kawasan
digunakan oleh warga untuk menanam lingkungan permukiman memberikan
sayuran atau tumbuhan yang dapat energi non pangan berupa keperluan
digunakan untuk menambah kebutuhan rumah tangga berupa kayu sebagai
makan sehari-hari sebagai contoh : bahan bakar masak makanan sehari-hari.
ketela pohon, tomat dan Lombok. Kayu sebagai salah satu bagian penyalur
Ekologi bekerja dipengaruhi dan energi dari ekosistem, ke permukiman,
mempengaruhi lingkungan dikarenakan hutan kota dan sistem sosial.
terjadi arus energi, materi dan informasi. e) Tanaman
Dengan memanfaatkan tanah yang ada Tanaman yang ditanam antara lain
akan mendapatkan sebuah energi berupa singkong sebagai sumber karbohidrat
bahan pangan. Dari hutan kota yang dan sebagai pengganti dari beras. Tomat,
berada disebelah permukiman, mereka
49
Op.cit., Iskandar, Johan.Hal. 64
48 50
Iskandar, Johan. 2009. Ekologi Manusia dan Ibid,. Hal. 42
51
Pembangunan Berkelanjutan. Program Studi Ilmu Op.cit., Ramadona, Aditya L . Hal. 11
52
Lingkungan, Universitas Padjajaran Bandung: BPS Kota Malang .2011. Kota Malang Dalam
Bandung Hal.16 Angka 2011. BPS Kota Malang. Hal : 36
cabai, dan terong sebagai bahan Penjelasan di atas memberikan
tambahan untuk sayuran yang gambaran kesimpulan bahwa sebagai sebuah
dikonsumsi sehari-hari. Dalam hal ini sistem terbuka, didalam dinamika
terjadi arus energi, materi dan informasi pertumbuhan dan perkembangan lingkungan
dalam mengolah kebun yang mereka permukiman komunitas pemulung Kalisari
miliki. berlaku beberapa kaidah-kaidah atau
Sedangkan komponen sistem sosial memiliki konsepsi ekologis penting.
beberapa unsur yang dapat digunakan dalam Mereka menggantungkan input materi
kajian lingkungan hidup strategis dan (bahan pangan dan bahan baku), energi
perubahan tata ruang antara lain : (bahan bakar, makanan) dan informasi (ilmu
a) Populasi adalah kumpulan makhluk dan teknologi) dari subsistem ekologi dan
hidup yang sama spesiesnya. Populasi di sosial yang lain. Lebih meluas, input ini bisa
komunitas pemulung Kalisari terdiri dari berasal dari hinterland sekelilingnya. Aliran
2 macam strata yaitu pengepul dan input kemudian ikut menjalankan beragam
pemilah. Mereka hidup secara bersama proses dan mekanisme yang komplek, yang
dan memiliki jenis pekerjaan yang sama. sering dipersepsikan oleh ekonom sebagai
keseimbangan (general equilibrium) dan
b) Sistem nilai merupakan rangkaian dari interaksi dari kegiatan produksi dan
konsep-konsep abstrak yang hidup konsumsi. Proses yang terjadi sangat
dalam masyarakat, mengenai apa yang dipengaruhi tingkat perkembangan
dianggap penting dan berharga. Sistem permukiman komunitas pemulung Kalisari.
nilai nampak dalam pembagian strata
kelompok ke dalam suatu kasta. Perubahan Tata Ruang Permukiman
Pengepul menjadi kasta teratas dalam Komunitas Pemulung Kalisari
komunitas ini. Disusul dengan pemilah Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 UU No. 24
sebagai kasta kedua dan ketiga sebagai Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang
kasta yang paling rendah adalah disebutkan “tata ruang adalah wujud
pemulung. struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik
c) Ekonomi adalah manajemen tempat direncanakan maupun tidak”53. Adanya
hidup atau manajemen lingkungan. Hal penataan ruang ini diharapkan bisa menjadi
ini nampak dengan adanya pengelolaan jembatan bagi pengakomodasian dari
tanah kosong dan hutan kota sebagai berbagai kepentingan yaitu kepentingan
nilai tambah dengan cara menanami pemerintah, swasta dan masyarakat sehingga
tanah kosong dengan berbagai sayuran tercipta keterpaduan, keselarasan dan
dan tanaman, juga memanfaatkan kayu keserasian pembangunan lingkungan.
dari hutan kota sebagai bahan bakar Tarigan (2004:52) menjelaskan bahwa:
didapur mereka. “tujuan penataan ruang adalah menciptakan
d) Pengetahuan merupakan kapasitas hubungan yang serasi antara berbagai
manusia untuk memahami dan kegiatan berbagai sub wilayah agar tercipta
menginterprestasikan baik hasil hubungan yang harmonis dan serasi” 54. Dari
pengamatan maupun pengalaman. Hal uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
ini Nampak dalam pengetahuan tujuan penataan ruang adalah untuk
penanggulangan banjir, yaitu warga pemanfaatan ruang yang sesuai dengan
secara swadaya membuat tanggul kondisi sumberdaya yang ada agar tercipta
untuk pencegahan banjir disepanjang
tanggul yang sudah roboh. Dan juga 53
Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang
mengelola hutan kota yang ada Penataan Ruang.(online). http://www.sjdih.depkeu
disebelah permukiman sebagai satu .go.id/fullText/1992/24Tahun~1992UU.htm. Diakses
kesatuan ekosistem. 14 maret 2014. Hal : 03
54
Tarigan,Robinson.2004.Perencanaan Pembangunan
Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 52
hubungan yang harmonis dan serasi. Dengan Fungsi tanah yang awalnya hanya
demikian perencanaan penataan ruang digunakan sebagai lahan permukiman
permukiman wilayah harus memperhatikan sekarang digunakan juga oleh warga
segala aspek kehidupan guna mewujudkan permukiman sebagai lahan perkebunan.
suatu tata ruang yang kondusif dan aman Akan tetapi hanya beberapa sudut wilayah
bagi masyarakat. saja yang dapat ditanami sayuran. Hal ini
UU No. 4 Tahun 1992 Tentang dikarenakan sampah yang mengendap di
Perumahan dan Permukiman (UUPP) tanah tidak teruraikan dengan baik. Fungsi
menyebutkan bahwa55: “permukiman sungai dalam perubahan tata lingkungan
merupakan bagian dari lingkungan hidup di telah terjadi perubahan terkait dengan
luar kawasan lindung, baik dalam lingkup penggunaan lingkungan sekitar DAS.
ruang perkotaan maupun pedesaan, dan juga Penggunaan sungai saat ini di permukiman
memiliki fungsi sebagai lingkungan tempat bukan hanya sebagai tempat untuk sarana
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung mandi, cuci dan membuang kotoran manusia.
perikehidupan dan penghidupan”. Maka Akan tetapi juga digunakan sebagai daerah
sarana dan prasarana harus disediakan guna konservasi yang terintegrasi dengan hutan
memenuhi kebutuhan penduduk di wilayah kota yang ada didaerah DAS Bango.
permukiman tersebut. Salah satu komponen yang digunakan
Masalah yang terkait dengan perubahan dalam pembangunan berkelanjutan adalan
tata ruang dipermukiman Kalisari di jelaskan air. kondisi air tanah yang digunakan sebagai
dengan rangkaian proses terjadinya sumur umum telah mengalami perubahan
perubahan dari awal mula bermukim hingga kualitas air. Dulu air sumur masih jernih dan
sekarang. Ditunjukan dengan ada atau dapat digunakan sebagai sarana air minum
tidaknya kerusakan tanah, peralihan fungsi warga, akan tetapi sekarang sudah tidak bisa
sungai, kualitas air yang menurun, dan digunakan sebagai sarana air minum.
limbah rumah tangga. Dari segi tata letak Air minum yang bersih di dapatkan dari
rumah warga dulu saling berdekatan satu saluran PDAM yang berada di dekat
sama lainnya dan menggunakan bangunan permukiman. Program bantuan dari
non permanen. Setelah banyak warga yang pemerintah berupa sumur pompa kurang
meninggalkan permukiman, rumah yang ada membantu dikarenakan kualitas air yang
dipermukiman di tata lagi oleh pendiri dihasilkan juga keruh. Hal ini terjadi karena
komunitas dan warga, serta sebagian terkaji pengendapan sampah dan resapan
dibangun lagi secara semi permanen. limbah rumah tangga, diperparah juga
Permukiman ini juga telah terjadi dengan limbah rumah tangga yang dibuang
perubahan dalam pola perilaku dalam ke sungai. Maka perlu penangan yang lebih
mengelola sampah, sekarang perilaku terhadap limbah yang dibuang oleh warga ke
membuang sampah di sungai sudah sungai. Sebagai contoh yaitu melakukan
berkurang dan disekitar rumah apabila ada filterisasi limbah rumah tangga yang dibuang
sampah kering menumpuk akan ke sungai untuk mengurangi tingkat
dikumpulkan dan dibakar. Perubahan tata pencemaran di sungai.
perumahan warga yang dulunya saling Tantangan terbesar dalam penataan
berhimpitan dan padat sekarang telah ditata ruang serta pembangunan permukiman
dan antar rumah sudah diberi jarak yang adalah bagaimana memberdayakan peran
sesuai dan bangunanannya banyak yang masyarakat agar mampu memenuhi
menggunakan bangunan semi permanen. kebutuhan perumahannya sendiri yang sehat,
aman, serasi, dan produktif tanpa merusak
lingkungan hidup dan merugikan masyarakat
55
Undang Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang luas.
Perumahan dan Permukiman (UUPP).(online). Belum adanya sanitasi buangan
http://www.bkprn.org/peraturan/the_file/UU_no4_199 menyebabkan warga membuat sistem
2.pdf. diakses 14 maret 2014. Hal: 02
sanitasi seadanya dengan cara membuat parit penduduk yang berada di wilayah sempadan
yang dihubungkan langsung dengan Sungai sungai 15 meter59.
Bango. Hal ini di jelaskan oleh Yunus dalam Perlu adanya suatu analisis Daerah
Ramadona (2011) bahwa permasalahan Aliran Sungai (DAS) agar diketahui
permukiman perkotaan menyangkut hal-hal kerapatan penduduk, jenis pekerjaan, luas
yang terkait dengan sistem pembuangan pemukiman, luas lahan usaha, jalur
sampah, kotoran dan air limbah 56. transportasi, daerah kawasan lindung, daerah
Dalam mengatasi masalah tersebut, hal yang perlu dilindungi, dan daerah
yang perlu dilakukan yaitu penataan pemanfaatan ekosistemnya. Agar menunjang
permukiman. Dijelaskan dalam UU No.4 Th. kelestarian ekosistem dan ketersediaan lahan
1992 tentang permukiman dapat berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup warga
sebagaimana mestinya jika dilengkapi permukiman. Dan dalam merencanakan Tata
dengan sarana kelengkapan dasar fisik Ruang Wilayah perlu dipertimbangkan
lingkungan berupa prasarana lingkungan aspek-aspek perlindungan ekosistem agar
yaitu adanya jaringan jalan untuk mobilitas ekosistem selalu terjaga keberadaannya,
manusia, jaringan pembuangan air limbah daerah Kawasan Lindung, daerah Non
dan sampah juga jaringan saluran air hujan Kawasan Lindung yang perlu dilindungi, dan
untuk pencegahan banjir daerah setempat 57. daerah pemanfaatan.
Maclaren dalam Aulia (2005) Rencana Tata Ruang Wilayah berperan
menjelaskan permukiman yang berwawasan menentukan letak dan pengaturan tata
lingkungan ada 4 komponen indikatornya wilayah dalam suatu daerah. Akan tetapi,
yaitu : Ekonomi, Sosial, Lingkungan dan terkadang terjadi kesalahan pemahaman
Budaya58. Sebagai contoh program dalam memahaminya. PP No.38 Th.2011
pembangunan kembali lingkungan mendefinisikan “bantaran sungai merupakan
permukiman ini bukan hanya dengan ruang antara tepi palung sungai dan tepi
pembangunan sisi tanggul penahan air yang dalam kaki tanggul”60. Tetapi di wilayah
telah roboh akan tetapi juga memberikan permukiman pemulung Kalisari terjadi
program sosialisasi bagaimana warga ketidak kosistenan dalam penentuan batas
memberikan perlakukan terhadap sungai dan jarak daerah sempada sungai dengan
lingkungan sekitarnya. Agar permukiman ini permukiman tidak sesuai PP No.38.
dapat dikatakan sebagai tempat yang layak Seharusnya beberapa daerah yang masuk di
huni. permukiman pemulung Kalisari menjadi
Kaitannya dengan hal ini, kebijakan daerah yang masuk ke dalam garis sempadan
yang diambil oleh pemerintah untuk sungai.
penataan permukiman dituangkan dalam Akibatnya banyak sektor wilayah yang
Rencana Tata Ruang Wilayah dalam terkena dampak fatal akibat perencanaan
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2001 pembangunan yang salah tersebut. Seringkali
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah terlihat adalah banjir yang disebabkan karena
(RTRW) Kota Malang Tahun 2001-2011. adanya pembangunan dikawasan DAS
Yang menyatakan kebijakan pemerintah (Daerah Aliran Sungai). Permukiman padat
Kota Malang dalam penataan permukiman disepanjang sungai mengakibatkan
antara lain pertama, pembangunan prasarana terhambatnya aliran sungai karena
dipermukiman dan penataan permukiman di banyaknya sampah domestik dibuang ke
sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) melalui
pemindahan penduduk ke daerah lain, bagi 59
Perda Kota Malang No.07 Th.2001 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang
56
Op.cit., Ramadona, Aditya L . Hal.13 Tahun 2001-201. Hal :22.
57 60
Op.cit., UU No.4 Th.92. Hal 14 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.38
58
Aulia, Dwira .2005, Permukiman Yang Berwawasan Tahun 2011.(online). http. www. presidenri. go.id
Lingkungan Tinjauan. Jurnal Sistem Teknik /DokumenUU.php/631.pdf..,Hal:02.Diakses16
Industri Volume 6, No. 4 Oktober 200. Hal:36 Maret 2014.
badan sungai. Kebiasaan ini disebabkan mereka, selain itu warga juga menggunakan
pandangan yang salah dari masyarakat sungai Bango.
terkait fungsi sungai yang dianggap sebagai Kondisi jalan menuju pemukiman
halaman belakang rumah (backyard area). pemulung Kalisari belum cukup baik karena
Hal ini mengindikasikan ketidakpedulian posisi jalan yang menurun dan jalannya
masyarakat dalam memelihara sungai. hanya bisa dilalui dengan menggunakan roda
Secara fisik, perencanaan tata ruang dua saja. Komunitas pemulung ini berada di
DAS yang selain mengacu pada garis daerah bantaran sungai Bango yang rawan
sempadan sungai yang telah ditetapkan, juga bencana banjir, jika ketinggian air di sungai
harus dapat memfasilitasi kondisi dan naik maka daerah yang paling rendah di
kebiasaan masyarakat yang ada. Hal ini permukiman akan tergenang air sungai.
antara lain dengan menyediakan fasilitas Untuk menahan naiknya arus sungai warga
tempat sampah, MCK (Mandi Cuci Kakus) komunitas secara swadaya membuat tanggul
yang higienis. Selain itu, diperlukan dari pasir yang dimasukkan karung dan
sosialisasi terus menerus, melalui kebijakan ditata sedemikian rupa.
publik dan penegakan hukum agar Perubahan tata ruang di permukiman
masyarakat dapat melakukan partisipasinya Kalisari di jelaskan dengan serangkaian
dalam bentuk menjaga pemeliharaan fasilitas proses perubahan dari awal mula berdirinya
yang telah dibuat. permukiman hingga sekarang dan
meyebabkan terjadi perubahan dalam pola
PENUTUP tatanan lingkungan secara bertahap. Hal ini
Kesimpulan ditandai dengan adaya perubahan pola
Setelah diuraikan dan dijelaskan hasil perilaku dalam mengelola sampah,
dari penelitian diatas mengenai “Pola perubahan tata perumahan warga dan
Tatanan Lingkungan Dan Perubahan Tata bangunan yang di bangun. Selain hal itu juga
Ruang Pada Komunitas Pemulung Kalisari ditunjukan dengan ada atau tidaknya
(Studi di Kelurahan Pandanwangi, kerusakan tanah, peralihan fungsi sungai,
Kecamatan Blimbing, Kota Malang)”, kualitas air yang menurun, dan limbah rumah
penjelasan hal tersebut disarikan sebagai tangga.
berikut: Fungsi tanah yang awalnya hanya
Pola Permukiman dapat dilihat dari jenis digunakan sebagai lahan permukiman
bangunan yang digunakan, posisi antar sekarang digunakan juga oleh masyarakat
bangunan dan pengelolaan lahan yang ada di sebagai lahan perkebunan yang dapat
lingkungan permukiman. Untuk pola hadap digunakan sebagai penopang perekonomian
rumah permukiman dalam pendiriannya keluarga. Perubahan juga terjadi dalam
banyak yang menghadap ke jalan utama struktur tanah, sekarang hanya beberapa
permukiman dan sungai Bango menjadi sudut wilayah saja yang dapat ditanami. Hal
bagian samping dan belakang permukiman. ini disebabkan banyaknya sampah yang
Jenis bangunan yang digunakan adalah semi tertimbun di tanah. Kondisi air tanah yang
permanen bagi sebagian para warga digunakan sebagai sumur umum telah
permukiman dan bangunan permanen untuk mengalami perubahan kualitas air. Dulu air
kepala komunitas pemulung. Letak posisi sumur masih jernih dan dapat digunakan
antar bangunan saling berhimpitan satu sama sebagai sarana air minum warga, akan tetapi
lainnya. sekarang sudah tidak bisa digunakan sebagai
Para pemulung di Kalisari juga sarana air minum.
memanfaatkan tanah kosong yang ada disela- Lingkungan sekitar DAS juga telah
sela rumah sebagai kebun. Untuk MCK terjadi perubahan, penggunaan sungai saat
warga mengandalkan sebuah kamar mandi ini bukan hanya sebagai tempat untuk sarana
dan sebuah sumur umum yang posisinya ada mandi, cuci dan membuang kotoran manusia.
di tengah bangunan-bangunan rumah Akan tetapi juga digunakan sebagai daerah
konservasi yang terintegrasi dengan hutan hal itu dapat juga dilakukan pembuatan atau
kota yang ada di daerah DAS sungai Bango. pembangunan permukiman baru di lokasi
yang tidak rawan terhadap bencana
Saran (relokasi), misalnya memindahkan mereka
Bagi warga permukiman ke Rumah Susun warga (Rusunawa). Hal
Diharapkan warga permukiman tersebut di karenakan keadaan lingkungan
pemulung Kalisari dapat menjaga kelestarian yang masih rawan bencana longsor terlebih
dan ekosistem yang ada di lingkungannya. ketika musim penghujan datang.
Dalam hal kemasyarakatan dapat lebih
bersosialisasi dengan warga sekitarnya dan Penelitian Selanjutnya
administrasi kependudukan yang belum Bagi penelitian selanjutnya dapat lebih
sesuai, warga dapat melengkapinya agar menekankan pada kebiasaan dari masyarakat
mendapat status kependudukan yang jelas. yang tinggal di bantaran sungai dalam
membuang sampah. Kecenderung sering
Pembuat Kebijakan (Policy Maker) membuang sampah ataupun limbah rumah
Bagi pembuat kebijakan sosial ataupun tangga di sungai dapat menyebabkan
pemerintah seharusnya memperhatikan lebih berbagai macam bahaya juga merusak
dalam mengenai kondisi lingkungan ekosistem sungai karena semakin banyak dan
permukiman tersebut. Paling tidak padatnya penduduk. Pembahasan tersebut
memperbaiki wilayah garis sempadan atau dapat dianalisis melalui teori Possibilism
bibir sungai dengan merehabilitasi tanggul Lingkungan, dimana manusia lebih berkuasa
yang sudah jebol agar tidak longsor. Selain atas lingkungan atau alam.
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, Lutfi. 2009. Eksploitasi Pada Komunitas Pemulung. Malang: Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.
Anonymous. Kajian Lingkungan Hidup Strategis. (KLHS) dalam Perencanaan Tata Ruang.
Anonymous.2011.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.38 Tahun 2011.(online).
http. www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/631.pdf.., Diakses 16 maret 2014.
Asdak, Chay. 2012. Kajian Lingkungan Hidup Strategis: Jalan Menuju Pembangunan
Berkelanjutan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Aulia,Dwira N.2005, Permukiman Yang Berwawasan Lingkungan Tinjauan. Jurnal Sistem


Teknik Industri Volume 6, No. 4 Oktober 2005.
BPS Kota Malang.2011. Kota Malang Dalam Angka 2011. BPS Kota Malang.
Cresswell, W. John. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif dan Mixed. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Djamal Zoer’aini.2003. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisme, Ekosistem Komunitas
Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Harsono. 2008. Etnografi Pendidikan sebegai Desain Penelitian Kualitatif. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Hidayat, Kliwon. 1996. Ekologi Manusia. Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Iskandar, Johan. 2009. Ekologi Manusia dan Pembangunan Berkelanjutan. Program Studi
Ilmu Lingkungan, Universitas Padjajaran Bandung: Bandung
Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. ANDI: Yogyakarta. Hal.17-20
Mantra, Bagoes Ida. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Onrizal. 2005. Ekosistem Sungai dan Bantaran Sungai. Online available at:
http://www.repository.usu.ac.id/bitstream.pdf. Diakses 14 Maret 2014.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63 Tahun 1993 tentang Garis Sempadan
Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai .
(online). http:// perpustakaan.menlh.go.id/index.php/regulation/listing/ PERATURAN
+MENTERI+PEKERJAAN+UMUM. Hal : 02-03. Diakses 15 maret 2014.

Ramadona, Aditya L. 2011. Membangun Kembali Kota Secara Berkelanjutan. Yogyakarta:


BPFE.
Soekanto, Soerjono. 1983. Pribadi dan Masyarakat. Bandung: Alumni.

Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Suganda, Emirhadi., Yatmo, Yandi Andri., dan Atmodiwirjo, Paramita. Pengelolaan


Lingkungan Dan Kondisi Masyarakat Pada Wilayah Hilir Sungai. Jurnal Makara,
Sosial Humaniora, vol. 13, no. 2, Desember 2009: 143-153.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Supardi, Imam. 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Alumni: Bandung.

Suparlan, Parsudi. 1984. Kemiskinan Diperkotaan. Jakarta: Sinar Harapan dan Yayasan Obor
Indonesia.

Tarigan, Robinson. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.

Todaro Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Undang Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman


(UUPP).(online). http://www.bkprn.org/peraturan/the_file/UU_no4_1992.pdf. diakses
14 maret 2014. Hal: 02

Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang.(online).


http://www.sjdih.depkeu .go.id/fullText/1992/24Tahun~1992UU.htm. Diakses 14
maret 2014.

Wardana, Seto. 1983. Lingkungan Hidup. Pilar Bambu Kuning Hal.47

Widyastomo, Deasy. 2011. Perubahan Pola Permukiman Tradisional Suku Sentani Di


Pesisir Danau Sentani. Jurnal Permukiman, Vol. 6 No. 2 Agustus 2011 : 84-92.

Yin, R. K. 2011.Case Study Research: Design and Methods. California: Sage Publications.

Yuniarto,Paulus Rudolf. 2012. Dari Pekerja ke Wirausaha: Migrasi Internasional, Dinamika


Tenaga Kerja, dan Pembentukan Bisnis Migran Indonesia di Taiwan. Jurnal Kajian
Wilayah, Vol. 3, No. 1, Hal. 73-102.
BIODATA

Nama : Titin Sugiarti


NIM : 0811213064
Jurusan : Sosiologi
Peminatan : Sosiologi Lingkungan
Tempat tanggal lahir : Jombang, 29 Oktober 1990
Alamat asal : Dusun Paritan, Desa Keras, Kecamatan Diwek, Kabupaten
Jombang
Alamat Malang : Jl.Mayjen Panjaitan gang 17 A no 79, Malang Jawa Timur
HP : 087859396999
Email : Tee_thiend@yahoo.co.id

Pendidikan yang telah ditempuh

1996-2002 : MI Asy- Ary Keras


2002-2005 : SMP Negeri 5 Jombang
2005-2008 : SMA PGRI 2 Jombang
2008-2014 : Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UB

Anda mungkin juga menyukai