Anda di halaman 1dari 8

https://ikapurwaningtyas.wordpress.

com/
2016/10/12/fenomena-pemukiman-
kumuh-di-bantaran-sungai/
Fenomena Pemukiman Kumuh di
Bantaran Sungai
 Tinggalkan komentar

Kawasan bantaran sungai adalah hal yang seringkali luput dari perhatian pemerintah. Sungai hanya
menjadi halaman belakang kota, terabaikan, dan jarang tersentuh. Akibatnya pemukiman kumuh tumbuh
berkembang secara liar di pinggir sungai. Penduduknya merupakan kaum pendatang ataupun penududuk
asli kota yang tak mampu membeli rumah secara layak. Pemukiman ini sangat tidak tertata, sanitasinya
buruk, dan akses yang ala kadarnya.Keberadaan lingkungan kawasan permukiman kumuh pun membawa
permasalahan baru, seperti perkembangan fisik kota yang tidak baik, memberikan efek visual yang jelek,
tingkat kesehatan masyarakat yang semakin rendah sebagai akibat dari kondisi permukiman yang tidak
sesuai dengan standar kesehatan dan memberikan dampak sosial dan ekonomi masyarakat yang buruk.

Permasalahan kawasan permukiman kumuh yang terjadi di setiap wilayah perlu segera dilakukan
penanganan sehingga tercapai suatu lingkungan permukiman yang sehat dan layak huni serta berkualitas.
Pentingnya penanganan permasalahan permukiman kumuh ini, sejalan dengan apa yang ditegaskan dalam
UU No. 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman bahwa penataan perumahan dan permukiman
bertujuan untuk (1) Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam
rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan manusia; (2) Mewujudkan perumahan dan permukiman
yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman serasi dan teratur.

Faktor-faktor Penyebab Meningkatnya Jumlah Kawasan Kumuh Penyebab adanya kawasan kumuh atau
peningkatan jumlah kawasan kumuh yang ada di kota menurut Suparlan (1997) adalah:

1. Faktor ekonomi seperti kemiskinan dan krisis ekonomi.


2. Faktor bencana.
Faktor ekonomi atau kemiskinan mendorong bagi pendatang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih
baik di kota-kota. Dengan keterbatasan pengetahuan, ketrampilan, dan modal, maupun adanya persaingan
yang sangat ketat di antara sesama pendatang maka pendatang-pendatang tersebut hanya dapat tinggal dan
membangun rumah dengan kondisi yang sangat minim di kota-kota. Di sisi lain pertambahan jumlah
pendatang yang sangat banyak mengakibatkan pemerintah tidak mampu menyediakan hunian yang layak.
Faktor bencana dapat pula menjadi salah satu pendorong perluasan kawasan kumuh. Adanya bencana, baik
bencana alam seperti misalnya banjir, gempa, gunung meletus, longsor maupun bencana akibat perang atau
pertikaian antar suku juga menjadi penyebab jumlah rumah kumuh meningkat dengan cepat.
Dampak yang sering ditimbulkan oleh Pemukiman kumuh di bantaran sungai adalah banjir. Pemukiman
kumuh menyebabkan hilangnya daerah penyerapan air, menyempitnya sungai, dan polusi di
sungai. Karena memang secara teori bantaran sungai seharusnya menjadi daerah luapan saat hujan tinggi,
wajar saja permukiman-permukiman liar itu terendam banjir saat musim penghujan tiba. Penduduk Jakarta
dan kota-kota utama di berbagai provinsi di Indonesia memang sudah tidak asing lagi dengan daerahdaerah
kumuh. Bisa dikatakan permukiman kumuh itu muncul karena memang minmnya pilihan.

Untuk mengatasi banjir tersebut pemerintah melakukan penggusuran pada kawasan kumuh tersebut seperti
pada kasus berikut ini:

Ratusan Bangunan di Bantaran Kali Apuran Dibongkar Paksa


SELASA, 23 FEBRUARI 2016 | 10:28 WIB
TEMPO.CO,�Jakarta�-�Pasukan gabungan dari Satuan Polisi Pamong Praja, TNI, dan Kepolisian
Sektor Cengkareng membongkar ratusan bangunan semi-permanen di bantaran Kali Apuran, Kapuk,
Cengkareng, Jakarta Barat. Menurut Wali Kota Jakarta Barat Anas Effendi, penertiban dilakukan karena
warga membangun rumah secara ilegal di bantaran sungai. Padahal pemerintah daerah sedang
melaksanakan program normalisasi sungai.
“Tahun 2014 sudah ditertibkan, warga telah direlokasi, tapi datang lagi. Kami tertibkan kembali,” kata
Anas saat ditemui di lokasi, Kapuk, Selasa, 23 Februari 2016.

Sejak pagi, dua unit alat berat tampak sibuk merobohkan sekitar 125 bangunan di sepanjang bantaran
sungai. “Kira-kira 4 kilometer. Nanti ini akan digunakan untuk jalan inspeksi tembus dari Kapuk ke
Cengkareng Grand,” ia menjelaskan.

Warga sempat melawan dengan melemparkan batu ke arah petugas. Namun petugas membalas dengan
menembakkan gas air mata.

Beberapa ibu rumah tangga tampak berusaha menahan pergerakan alat berat dengan berdiam diri di dalam
rumah dan memeluk tiang-tiang bambu penyokong atap asbes rumah mereka. Sedangkan kaum pria
terlihat membongkar rumahnya sendiri dan mengeluarkan barang-barangnya dibantu puluhan petugas
pamong praja.

“Itu ada perusahaan di pinggir kali, gusur juga, dong. Kenapa cuma yang rakyat kecil saja?” ujar Fitri,
seorang warga yang rumahnya dirobohkan.
Anas menjelaskan, pabrik-pabrik yang berada di sisi sungai tidak berdiri di atas tanah milik pemerintah.
Berbeda dengan ratusan rumah yang berdiri tanpa izin. “Pabrik berjarak 8 meter dari bantaran,” tuturnya.

Sangat lah miris melihat fenomena tersebut. Merelokasikan warga tidaklah memberikan solusi untuk
warga miskin. Karena jika mereka dipindahkan, belum tentu kehidupan mereka menjadi lebih baik.
Sehingga mereka tetap memilih kembali ke bantaran sungai walaupun dahulu telah direlokasikan.

Menurut saya, solusi untuk masalah ini adalah membuat Rumah Susun yang layak bagi warga miskin .
Rumah susun memberikan banyak dampak positif. Pertama rumah susun tidak memerlukan tanah
yang begitu lebar karena rumah susun pada umumnya pembangunannya ke atas atau vertikal. Seperti yang
tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia no 20 tahun 2011 pasal 3 yang berbunyi “menjamin
terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan sehat, aman, harmonis, dan
berkelanjutan serta menciptakan permukiman yang terpadu guna membangun ketahanan ekonomi, social,
dan budaya” dari sini, kesimpulannya adalah rumah susun yaitu fasilitas atau kemudahan yang memang
bertujuan positif bagi masyarakat karena harganya yang terjangkau dan telah mencerminkan lingkungan
yang layak huni.

Solusi lainnya adalah merevitalisasi kawasan sungai menjadi taman dan objek wisata air sehingga tak ada
kesempatan bagi warga membangun pemukiman ilegal. Revitalisasi tersebut selain menambah uang
negara, wajah kotapun akan semakin baik. Karena jika kita menengok sejarah, sungai adalah citra dari
suatu peradaban.

In english:

The river banks are the ones that often escape the attention of the government. The river is just the backyard of
the city, neglected, and rarely touched. As a result, slum dwellings grew wildly on the banks of rivers. The
inhabitants are immigrants or indigenous people who can not afford to buy a house properly. These settlements
are very unorganized, poorly sanitized, and inadequate access. The existence of slum-dwelling neighborhoods
brings new problems, such as poor physical urban development, poor visual effects, lower levels of public
health as a result of settlement conditions which are not compliant with health standards and have poor social
and economic impacts on society.

The problem of slum areas that occur in every region need to be handled immediately so as to achieve a healthy
and livable housing environment and quality. The importance of handling these slum settlement issues, in line
with what is stipulated in Law no. 4 of 1992 concerning housing and settlement that the arrangement of housing
and settlement aims to (1) Meet the needs of the house as one of the basic human needs, in order to increase and
equity of human welfare; (2) Realizing decent housing and settlements in a healthy, harmonious and orderly
environment.

Factors Causing the Increase in Number of Slum Areas The cause of slum areas or an
increase in the number of slums in the city according to Suparlan (1997) are: Economic
factors such as poverty and economic crisis. Disaster Factor. Economic factors or poverty
push for migrants to get a better life in the cities. With limited knowledge, skills, and capital,
as well as a very tight competition among fellow immigrants, these migrants can only live
and build homes with very minimal conditions in the cities. On the other hand, the growing
number of immigrants has resulted in the government being unable to provide proper
housing. Disaster factors can also be one of the drivers of slum expansion. The existence of
a disaster, whether natural disasters such as floods, earthquakes, volcanoes, landslides or
disasters caused by war or inter-tribal dispute also causes the number of slum houses to
increase rapidly.

The impacts often caused by slums on the banks of the river are floods. Slum settlements
lead to loss of water absorption areas, narrowing of rivers, and pollution in rivers. Because it
is theoretically river banks should be an overflow area when the rain is high, natural wild
settlements were flooded in the rainy season arrived. The population of Jakarta and the main
cities in various provinces in Indonesia is already familiar with slum areas. It can be said that
the slums emerged because the lack of choice. To overcome the flood the government did
eviction in the slums.

Sangatlah miris....

It is very sad to see the phenomenon. Relocating citizens does not provide solutions for the
poor. Because if they are moved, not necessarily their life gets better. So they still choose to
return to the banks of the river even though it has been relocated.
In my opinion, the solution to this problem is to make a decent Flats for the poor. Flats provide many positive
impacts. First flats do not require so wide because the flat in general building upward or vertical. As stated in
the Law of the Republic of Indonesia no 20 of 2011 article 3 which reads "to guarantee the realization of
affordable and affordable housing in a healthy, safe, harmonious and sustainable environment and to create
integrated settlements to build economic, social and culture "from here, the conclusion is the flats are facilities
or facilities that are aimed positively for the community because the price is affordable and has reflected a
habitable environment.

Another solution is to revitalize the river area into parks and water attractions so there is no chance for residents
to build illegal settlements. Revitalization in addition to adding state money, the city will also be better. Because
if we look at history, the river is the image of a civilization.

Anda mungkin juga menyukai