Anda di halaman 1dari 390

MATA KULIAH EKONOMI WILAYAH DAN KOTA

ANALISIS EKONOMI KABUPATEN DONGGALA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

KELOMPOK 2

Mutia Islami Lismana (D1091181003) Enif Ega Wilaga (D1091181033)

Ayu Yulianti (D1091181006) Juan E. Simanjuntak (D1091181035)

Annisa Fitri Ramadhanti (D1091181010) Asri Dianutami (D1091181036)

Gilang Ridho Ananto (D1091181012) Gustijan Aminullah (D1091181037)

Yessy Melenia (D1091181020) Tasya A. Putri (D1091181038)

Vinsensius Teddy S. P. (D1091181027) Nadya Nurfaiza (D1091181039)

Veronica Windhi (D1091181032) Imets W. Galela (D1091181040)

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur tim penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan hidayah-Nya tim penulis dapat menyelesaikan makalah ini
sebagaimana mestinya dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah ekonomi wilayah
dan kota yang diberikan.
Laporan Analisis Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Donggala,
ini memberikan pemaparan terkait kondisi ekonomi wilayah Kabupaten Donggala
per kecamatan beberapa tahun ke belakang dengan menganalisis Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Donggala per Kecamatan tahun 2010 – 2015
serta memaparkan sektor unggulan yang memiliki kontribusi terbesar bagi
pergerakan ekonomi wilayah Kabupaten Donggala.
Tim penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung dan turut berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, khususnya
kepada:
1. Ibu Nana Novita Pratiwi, S.T., M.Eng. selaku dosen pengampu mata
kuliah ekonomi wilayah dan kota, yang juga sekaligus memberikan
masukan-masukan terhadap makalah ini.
2. Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala yang telah bersedia
memberikan data-data statistik terkait Kabupaten Donggala.
3. Sumber-sumber terkait yang telah menyajikan berbagai informasi dalam
pembuatan makalah ini.
Tim penulis berharap para pembaca dapat memaklumi atas kesalahan yang
mungkin ada. Besar harapan sekiranya makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Pontianak, Mei 2019

Tim penulis

i
DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar.............................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan................................................................................1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Tujuan dan sasaran ....................................................................... 2
BAB II Gambaran Umum ...................................................................... 3
2.1. Profil Wilayah Kabupaten Donggala ........................................... 3
2.2. Administrasi Wilayah Kabupaten Donggala ................................ 4
2.3. Kondisi Fisik Kabupaten Donggala ............................................. 6
2.4. Keadaan Demografi Kabupaten Donggala................................... 7
BAB III Gambaran Pertumbuhan Ekonomi ........................................ 10
3.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 10
5.1. Struktur Perekonomian............................................................... 83
5.2. Tingkat kesejahteraan Rakyat .................................................. 147
5.3. Tingkat Inflasi .......................................................................... 174
BAB IV Hasil Analisa .............................................................................. 204
4.1. Location Quotionent dan Efek Multiplier
di Kabupaten Donggala .......................................................... 204
4.2. Permintaan, Kelebihan, dan Kekurangan
Sektor Tertentu di Kabupaten Donggala ................................ 249
4.3. Shift Share Kabupaten Donggala ........................................... 314
BAB V Penutup ........................................................................................ 357
5.1. Kesimpulan ............................................................................. 357
5.2. Penutup ................................................................................... 358
Daftar Pustaka...........................................................................................iii
Lampiran

ii
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dalam merencanakan wilayah dan kota, tentu kita tidak dapat terlepas dari
beberapa aspek yang ada didalam suatu kota atau kabupaten terkait. Setiap
aspek yang ada dalam suatu kota, terkadang dapat saling berkaitan. Aspek
ekonomi dalam suatu daerah juga ikut serta dalam menentukan kesejahteraan
masyarakat. Dalam pembangunan, tentu kita juga harus memperhatikan aspek
ekonomi, untuk itu dalam mendukung sutau perencanaan di suatu daerah seperti
kota dan kabupaten, tentu juga diperlukan perhitungan ekonomi. Dengan
mengetahui analisis ekonomi wilayah, maka perencana dapat menentukan
bagaimana perkembangan perekonomian di lokasi tersebut. Seperti yang kita
ketahui, perekonomian merupakan aspek yang vital bagi suatu daerah. Untuk
itu, aspek ekonomi merupakan aspek yang sangat penting untuk dimengerti bagi
perencana, sehingga rencana yang akan dibentuk pun menjadi lebih efektif dan
efisien. Perencana juga dapat menggambarkan karakteristik suatu kabupaten
agar dapat dikembangkan sehingga dengan begitu perencana dapat memberikan
kesimpulan berdasarkan hasil analisa dan usulan rencana.

Dalam penulisan laporan ini akan dipaparkan mengenai perkembangan


perekonomian Kabupaten Donggala berdasarkan data PDRB pada 2010-2015.
Kemudian disertai dengan analisis karakteristik wilayah Kabupaten Donggala,
tingkat pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian, tingkat kesejahteraan
rakyat, tingkat inflasi di Kabupaten Donggala serta penggunaan metode LQ dan
Shift Share.

1
1.2 Tujuan & sasaran
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk :
1. Melakukan kajian ekonomi wilayah Kabupaten Donggala
Sedangkan sasaran dari pembuatan laporan ini antara lain :
1. Menjabarkan karakteristik wilayah Kabupaten Donggala dengan
menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian,
di Kabupaten Donggala
2. Menjabarkan dengan menggunakan analisa LQ dan Shift Share serta
memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan usulan rencana.
3. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Donggala.
4. Untuk mengetahui struktur perekonomian di Kabupaten Donggala.
5. Untuk Mengetahui tingkat kesejahteraan rakyat dan tingkat inflasi di
Kabupaten Donggala.

2
BAB II

Gambaran Umum

2.1 Profil Wilayah Kabupaten Donggala

Donggala adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah,


Indonesia. Ibu kota kabupaten sekaligus pusat administrasi terletak di Kota
Banawa. Kabupaten ini mempunyai luas sebesar 4275,08 km² dan berpenduduk
sebanyak 301.757 jiwa pada tahun 2016. Kabupaten Donggala terletak antara
0o,30” Lintang Utara dan 2o,20” Lintang Selatan serta 119o,45”-121o,45” Bujur
Timur . Donggala adalah kabupaten terluas ke-7, terpadat ke-4, dan memiliki
Populasi terbanyak ke-4 di Sulawesi Tengah. Kabupaten Donggala terdiri dari
16 Kecamatan dan 166 desa/kelurahan. Donggala mengelilingi wilayah Kota
Palu, dan berbatasan dengan Parigi Moutong di bagian timur, Tolitoli di bagian
utara dan timur laut, Sigi di bagian selatan, dan Sulawesi Barat di bagian barat
dan barat daya

Daerah ini mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan antara lain:

1. Sektor pertanian dengan komoditi yang dihasilkan berupa kakao,


kelapa dalam, kopi robusta, cengkeh, lada, jambu mete, dan cengkeh.
2. Sektor Pertanian, hasil pertanian yang utama berupa bahan tanaman
pangan berupa padi, tanaman holtikultura, dan palawija.Tanaman
bahan pangan tentunya dengan padi sebagai primadona di samping
jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian menjadi ujung tombak
kegiatan ekonomi secara keseluruhan.

Dulu Donggala dikenal sebagai kota pelabuhan dan perdangangan, lalu


lintas barang dan jasa hanya bisa berlangsung melalui pelabuhan Donggala di
kecamatan Banawa, dari waktu ke waktu kegiatan ekonomi terutama
perdagangan dan pemerintahan kenyataannya lebih tersedot di Kota Palu, bekas
ibukota kabupaten yang kini masih berstatus ibu kota Provinsi, walaupun masih

3
berfungsi pelabuhan barang, Pelabuhan Donggala kalah ramai dibanding
Pelabuhan Pantolan di Palu.

2.2 Administrasi Wilayah Kabupaten Donggala

Kabupaten Donggala berbatasan lansgung dengan kabupaten dan kota lain


yang ada di Sulawesi Tengah. Berikut adalah batas-batasnya:

• Sebelah utara: Toli-toli dan Kota Palu.


• Sebelah selatan: Sulawesi Barat, Kota Palu dan Kabupaten Sigi.
• Sebelah barat: Selat Makasaar dan Sulawesi Barat.
• Sebelah timur: Kabupaten Parigi Moutong, Kota Palu, dan
Kabupaten Sigi.

Berkut adalah peta administrasi Kabupaten Donggala:

Sumber : BPS Kabupaten Donggala

4
Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Donggala menurut Kecamatan, 2011

No Kecamatan Luas (𝐾𝑚2 ) Persentase (%)


1 Rio Pakava 872.16 16.53
2 Pinembani 402.61 7.63
3 Banawa 99.04 1.88
4 Banawa Selatan 430.67 8.16
5 Banawa Tengah 76.64 1.41
6 Labuan 126.01 2.39
7 Tanantovea 302.64 5.74
8 Sindue 177.19 3.36
9 Sindue Tambusabora 211.55 4.01
10 Sindue Tobata 211.92 4.02
11 Sirenja 286.94 5.44
12 Balaesang 314.23 5.96
13 Balaesang Tanjung 188.85 3.58
14 Dampelas 732.76 13.89
15 Sojol 705.41 13.37
16 Sojol Utara 139.07 2.64
Donggala 5,275.82 100

Sumber : BPS Kabupaten Donggala

Kecamatan Sindue Tombusabura (4,01 persen), Kecamatan Balaesang


Tanjung (3,58 persen),Kecamatan Sindue (3,36 persen), Kecamatan Sojol Utara
(2,64 persen), Kecamatan Labuan (2,39 persen), Kecamatan Banawa (1,88
persen), dan Kecamatan Banawa Tengah (1,41 persen).Dari tabel tersebut dapat
dilihat bahwa kecamatan di Kabupaten Donggala yang mempunyai wilayah
terluas adalah Kecamatan Rio Pakava (16,53 persen) , diikuti oleh Kecamatan
Damsol (13,89 persen) Kecamatan Sojol (13,37 persen), Kecamatan Banawa
Selatan (8,16 persen), Kecamatan Pinembani (7,63 persen) Kecamatan

5
Balaesang (5,96 persen), Kecamatan Tanantovea (5,74 persen), Kecamatan
Sirenja (5,44 persen), Kecamatan Sindue Tobata (4,02 persen).

2.3 Kondisi Fisik Kabupaten Donggala


a. Geologi
Kabupaten Donggala merupakan titik pertemuan tiga lempeng tektonik
utama dunia yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng
Eurasia. Sehingga Donggala berada di zona benturan tiga lempeng besar
dunia sehingga menjadi daerah rawan terjadi gempa. Kabupaten Donggala
merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah yang mempunyai
manifestasi panasbumi berupa mata air panas (hot water spring) dengan
potensi yang cukup besar dan mungkin dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan energi listrik dimasa mendatang. Daerah prospek
panas bumi ini terletak di Desa Masaingi, Kecamatan Sindue, Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah.

b. Hidrologi
Secara umum, keadaan hidrologi di Kabupaten Donggala terdapat
beberapa buah sungai yang keadaan airnya sangat dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya curah hujan. Sungai-sungai tersebut masing-masing terdapat di
Desa Loli Oge, Loli Tasiburi, Kabonga Besar, Limboro dan Tovale, serta
satu buah sungai yang membelah kota Donggala. Khusus untuk ketiga
lokasi yang masuk kedalam kawasan wisata yaitu Tanjung Karang,
Boneoge dan Dusun Kaluku tidak terdapat sungai. Selain Tanjung Karang,
kedua lokasi tersebut memiliki sumber air tanah yang dimanfaatkan oleh
penduduk untuk keperluannya sehari-hari dengan menggali sumur di sekitar
pemukiman mereka. Sementara, Tanjung Karang merupakan wilayah
daratan yang menjorok ke laut, dengan wilayah dataran yang relatif sempit
dan tidak memiliki sumber air tawar berupa air tanah seperti yang dimiliki
oleh kedua lokasi lainnya. Karenanya untuk kebutuhan air bagi warga dan
wisatawan sangat tergantung pada suplai air dari Perusahaan Daerah Air
Mimum (PDAM) di Donggala.

6
c. Klimatologi
Sebagaimana dengan daerah-daerah lain di Indonesia, Kab. Donggala
memiliki dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan. Musim panas
terjadi antar bulan april – bulan september, sedangkan musim hujan terjadi
pada bulan oktober – bulan maret. Secara klimatologis, Kabupaten
Donggala memiliki kisaran suhu antara 20 sampai 25 0 C pada malam hari
dan 34 sampai 370 C pada siang hari dengan kelembaban rata – rata 64
sampai 85%, dengan curah hujan rata – rata tahunan berkisar 1.500 sampai
3.000 mm/tahun kecuali wilayah Lembah Palu hanya mencapai 600 sampai
800 mm/tahun. Wilayah Lembah Palu lebih dikenal dengan kondisi iklim
“tak kenal musim” (Off Season), namun komoditi pertanian dapat ditanam
sepanjang tahun dengan ketersediaan air irigasi.

2.4 Keadaan Demografi Kabupaten Donggala


Penduduk adalah semua orang yang berdomisili pada suatu negara.
Penduduk merupakan aspek utama perencanaan. Perencanaan dibuat untuk
penduduk karena penduduk yang akan merasakan akibat dari perencanaan itu
sendiri. Oleh karena itu dalam seluruh lingkup perencanaan wilayah, penduduk
tidak mungkin diabaikan. Pada wilayah dengan tingkat pertumbuhan penduduk
yang tinggi, tingkat pertumbuhan aktivitasnya pun akan berbeda dengan
wilayah yang tingkat pertumbuhan penduduknya rendah. Karena pada
hakekatnya, yang mengisi aktivitas di dalam kota adalah penduduk dalam
wilayah itu sendiri.

7
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut
Kecamatan di Kabupaten Donggala Tahun 2010, 2016, dan 2017

LAJU
PERTUMBUHAN
KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK (ribu) PENDUDUK PER
TAHUN (%)
2010 2016 2017 2016-2017
(1) (2) (3) (4) (5)
Rio Pakava 21,820 24,420 24,850 1.76
Pinembani 5,936 6,889 7,038 2.16
Banawa 32,018 33,614 33,788 0.52
Banawa Selatan 23,677 25,128 25,367 0.95
Banawa Tengah 10,072 10,809 10,950 1.30
Labuan 13,319 14,315 14,479 1.15
Tanantovea 15,182 16,104 16,247 0.89
Sindue 18,436 19,457 19,594 0.70
Sindue 11,320 12,282 12,458 1.43
Tombusabora
Sindue Tobata 8,775 9,373 9,472 1.06
Sirenja 20,206 21,381 21,643 1.23
Balaesang 22,796 24,162 24,375 0.88
Balaesang 10,350 11,061 11,156 0.86
Tanjung
Dampelas 28,938 30,397 30,559 0.53
Sojol 25,419 27,056 27,188 0.49
Sojol Utara 9,356 9,932 10,010 0.79
Donggala 277,620 296,380 299,174 0.94
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

8
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Donggala, Jumlah penduduk
Kabupaten Donggala pada tahun 2017 sebanyak 29,9174 jiwa. Laju
pertumbuhan penduduk selama tahun 2016-2017 sebesar 0,94 persen dengan
tingkat kepadatan penduduk mencapai 57 orang per 𝑘𝑚2 . Rasio jenis kelamin
pada tahun 2017 sebesar 105 artinya setiap 100 penduduk wanita terdapat
105 penduduk laki-laki.

9
BAB III
Gambaran Perkembangan Ekonomi

3.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan kondisi


perekonomian secara berkesinambungan selama periode tertentu. Hal-hal yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dapat berupa kualitas SDA, kualitas
SDM, dan kemajuan IPTEK. Berikut adalah analisis laju pertumbuhan ekonomi
per kecamatan di Kabupaten Donggala.

a) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Rio Pakava (%)


Tabel 3.1

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 6,64 6,92 7,59 6,27 5,88
Pertambangan
2 6,55 6,93 6,22 5,48 5,57
dan penggalian
Industri
3 3,05 3,67 3,24 3,62 4,10
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 5,39 5,97 6,38 6,59 6,23
Gas
5 Bangunan 10,81 10,63 10,82 8,77 8,39
Perdagangan,
6 Hotel dan 10,91 10,39 10,09 9,33 8,77
Restoran
Angkutan dan
7 4,47 5,30 5,33 5,48 5,58
Komunikasi

10
Keuangan,
8 Persewaan, dan 4,14 4,98 4,96 4,93 5,04
Jasa Perusahaan
9 Jasa-jasa 7,87 7,96 7,89 8,29 8,40

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.1

Laju Pertumbunan Ekonomi


Kecamatan Rio Pakava (%)

12

10

0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015

Pertanian Pertambangan dan penggalian


Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

11
Hasil analisis:
Dalam sektor pertanian pada tahun 2011 laju pertumbuhannya mencapai
6,64% dan sampai pada tahun 2013 mengalami kenaikan yang sangat
signifikan yaitu mencapai 7.59%, itu disebabkan karena kecamatan Rio
Pakava memiliki tanah yang subur yaitu tanah entisol yang cocok untuk
digunakan sebagai lahan pertanian seperti kelapa sawit, sehingga pada
tahun 2011 sampai 2013 mengalami kenaikan kembali. Setelah itu tahun
2013 sampai 2015 mengalami penurunan yaitu mencapai 5,88%. Hal itu
disebabkan karena semakin bertambahnya penduduk semakin mengurangi
lahan untuk pertanian dan membuat perairan disana menjadi kotor karena
pembuangan sampah dibagian pantai, bahkan banyak hewan laut yang mati,
cuaca yang buruk juga menyebabkan penurunan dalam sektor pertanian ini
karena potensi utama yaitu perkebunan, sedangkan untuk perikanan sangat
kurang dikecamatan ini.
Dalam sektor Pertambangan dan penggalian pada Tahun 2011
mencapai 6,55% dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan yaitu 6,93% hal
ini di sebabkan karena adanya potensi tanah pada saat itu sangat subur dan
merupakan bentuk pulau yang didasari oleh dinamika tektonis yang sangat
kompels sehingga membuat para tambang untuk semakin leluasa dalam
menggali bahan tambang, setelah itu pada tahun 2012 sampai 2014
mengalami penurunan dan tahun 2015 mengalami sedikit kenaikan, setelah
mengalami penurunan dan kenaikan hal ini disebabkan karena lahan
pertambangan tersebut mulai mengalami kemerosotan dan semakin hari
akan semakin berkurang akibat terlalu seringnya mengalami penggalian
oleh perushaan tambang di tempat itu.
Dalam sektor Industri Pengolahan pada Tahun 2011 mencapai 3,05%
dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan yaitu mencapai 3,67%.
Kemudian tahun 2013 mengalami penurunan mencapai 3,24%, hal ini
disebabkan karena meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam memnuhi
kebutuhan hidup seperti sandang, pangan dan papan menyebabkan
kekurangan bahan baku dalam industri pengolahan, kemudia tahun 2013
sampai tahun 2015 mengalami kenaikan yang signifikan yaitu mencapai

12
4,10%. Hal ini disebabkan karena semakin berkembang jaman pada saat itu
industri pengolahan juga semakin menambah bahan pengolahannya untuk
bersaing dengan indsutri yang lainnya namun tidak mengurangi bahan
pokok karena penjualan yang dilakukan hany berdekatan yaitu ke
kecamatan banawa sehingga akses jalan tidak jauh dan membuat
pengurangan biaya transportasi, contoh seperti bawang goreng,dan
selendang dan banyak hasil industri lainnya yang dihasilkan disitu.
Dalalam sektor listrik air dan gas pada tahun 2011 mencapai 5,39%
sampai tahun 2015 mengalami kenaikan mencapai 6,23%. Mengapa hal itu
terjadi karena, pada zaman dahulu kecamatan ini tidak memilik akses jalan
yang baik sehingga sulitnya penyaluran kebutuhan listrik,air dan gas kepada
masyarakat, tetapi setelah bergantinya tahun pemerintah mulai membuat
perkembangan pada jalan di tempat itu, dan membuat kecamatan ini bisa
dan sudah dialirkan oleh listrik, air bahkan gas. Karena kecamatan ini
merupakan kecamtan terluas di kabupaten Donggala yang membuat
penduduk yang juga semakin bertambah.
Dalam Sektor Bangunan pada Tahun 2011 mencapai 10,81% dan tahun
2012 mengalami penurunan yaitu mencapai 10,63%, hal ini disebabkan
zaman dahulu akses jalan masih sangat tidak memungkinkan sehingga
membuat masyarakat kesulita dalam membangun bangunan dan membuat
bangunan disana masih sedikit atau kurang, sehingga pada Tahun 2013
mengalami kenaikan mencapai 10,82% dan tahun 2013 sampai 2015
mengalami penurunan yaitu 8,39%. mengapa demikian karena masyarakat
ditempat itu masih kekurangan dalam pembiayaan pembangunan.
Dalam sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada Tahun 2011
mencapai 10,91% , tahun 2012 mengalami kenaikan yaitu 10,39 %, karena
pada tahun 2012 pemasaran kelapa sawit sangat besar pada tahun itu
membuat sektor perdagangan naik, selanjutnya mengalami penurunan pada
tahun 2013 yaitu 10,09%, kemudian mengalami penurunan kembali pada
tahun 2014 dan 2015 yaitu mencapai 8,77%. Hal ini disebabkan karena
wilayah tersebut merupakan wilayah yang terpencil, meski merupakan
wilayah terluas dan aliran listrik yang lumayan memadai pada tahun itu, tapi

13
pengunjung yang datang sangat kurang dan kebanyakan menetap dan
membuat tempat tinggal disana, restoran dan hotel sangat tidak berfungsi
dengan baik karena kekurangan pengunjung ke kecamatan Rio Pakava
tersebut karena keurangan tempat wisata.
Dalam sektor Angkutan dan Komunikasi pada tahun 2011 mencapai
4,47%, kemudian pada tahun 2015 mengalami kenaikan yang sangat
signifikan yaitu mencapai 5,58%. mengapa terjadi kenaikan karena zaman
dahulu kecamatan ini sangat terpencil dan jauh dari perhatian pemerintah
untuk akses transportasi dan jaringan komunikasi, sehingga semakin
bertambahnya tahun semakin berkembang juga dan membuat kecamatan
tersebut pada tahun 2015 mengalami perubahan alur transportasi dan
komunikasi yang lumayan memadai untuk masyarakat sekitar.
Dalam sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan pada Tahun
2011 mencapai 4,14%, sampai pada tahun 2015 mengalami kenaikan yang
sangat signifikan yaitu mencapai 5,04%. Hal ini disebabkan karena
pemenuhan kebutuhan masyarakat yang setiap harinya terus meningkat
membuat hasil perdagangan sangat naik sehingga pemasukan keuangan
meningkat, otomatis membuat sewa ditempat tersebut naik. Karena
kecamatan ini juga banyak di duduki oleh perusahaan sehingga membuat
jasa perusahaan ikut meningkat.
Dalam sektor jasa-jasa pada tahun 2011 mencapai 7,87% mengalami
kenaikan sampai tahun 2015 yaitu mencapai 5,04%. Hal ini disebabkan
semakin bertambah penduduk,semakin berkembang zaman,semakin
naiknya rupiah membuat harga jasa di tempat itu naik. Karena wilayah yang
cukup jauh dari perkotaan membuat kenaikan dalam jasa transportasi.

b) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Pinembani (%)


Tabel 3.2

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 2,77 2,81 3,01 1,18 1,04

14
Pertambangan
2 2,71 2,52 2,63 2,33 2,46
dan penggalian
Industri
3 1,23 1,17 1,25 1,08 1,12
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 2,36 2,60 2,86 3,20 3,31
Gas
5 Bangunan 5,48 5,78 5,94 4,46 3,28
Perdagangan,
6 Hotel dan 4,92 4,81 5,12 4,45 4,06
Restoran
Angkutan dan
7 3,67 3,59 3,41 2,97 2,95
Komunikasi
Keuangan,
8 Persewaan, dan 1,70 1,71 1,50 1,43 1,57
Jasa Perusahaan
9 Jasa-jasa 6,27 6,44 6,37 5,91 5,10

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

15
Grafik 3.2
Laju Pertumbunan Ekonomi
Kecamatan Pinembani (%)
12

10

0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
pertanian Pertambangan dan penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

Hasil analisis:
Dalam sektor pertanian pada tahun 2011 mencapai 2,77% dan
mengalami kenaikan sampai 3,01 yaitu pada tahun 2013, kemudian tahun
2014 sampai tahun 2015 mengalami penurunan sangat signifikan yaitu
mencapai 1,04 %. Mengapa hal ini terjadi, ini disebabkan karena lahan yang
dimiliki kecamatan atau struktur tempatnya yang berada dipegunungan
membuat masyarakat atau petani susah untuk menanam. Dengan kondisi
seperti ini, otomatis membuat pencarian di perikanan juga berkurang karena
jauh dari perairan atau laut. Keadaan iklim setiap tahun membuat penolakan
pertumbuhan pertanian dalam kecamatan ini.

Dalam sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2011 mencapai


2,71% laju pertumbuhan dalam sektor ini setiap tahunnya mengalami
penurunan sangat signifikan yaitu sampai tahun 2015 mencapai 2,46%.
Sektor ini selalu mengalami penurunan karenakan kecamatan ini memiliki
lahan pegunungan dan juga merupakan tempat tinggal masyarakat.
Ditempat itu tidak dizinkan adanya penggalian yang akan membuat tanah

16
mereka longsor. Kecamatan pinembani juga merupakan kecamatan yang
sangat memprihatinkan, dikarenakan akses jalan yang susah membuat alat
berat bahkan transportasi tambang sulit untuk mencapai tempat ini,
sehingga hasil tambang setiap tahunnya berkurang.

Dalam sektor industri pengolahan pada tahun 2011 mencapai 1,23% dan
tahun 2012 mengalami penurunan, sampai tahun 2012 mengalami kenaikan
kembali dikarenakan pada tahun 2012 industri pengolahan banyak
mendapat pemasukan karena kebutuhan saat itu menginkat drastis,
Kemudian tahun 2014 sampai tahun 2015 mengalami penurunan mencapai
1,12%. Hal ini disebabkan karena mulai kekurangan bahan baku untuk
pengolahan industri. dan akses jalan yang mulai diperbaiki tapi masih belum
memadai untuk jumlah kendaraan besar.

Dalam Sektor listrik,air dan gas pada tahun 2011 mencapai 2,36% ,
setiap tahun dalam sektor ini mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2015
mencapai 3,31%, dikarenakan semakin besar jumlah penduduk dan semakin
besar kebutuhan setiap tahunnya membuat pengeluhan terhadap pemerintah
sehingga pemasokan mulai naik setiap tahunnya meski belum tersalurkan
seutuhnya.

Dalam sektor bangunan pada Tahun 2011 mencapai 5,48%, mengalami


penurunan setiap tahunnya sehingga sampai tahun 2015 mencapai 3,28%.
Mengapa hal ini terjadi,hal ini terjadi dikarenakan cuaca yang sangat buruk
sering trjadi seperti hujan semakin membuat tanah menjadi longsor dan
membuat perumahan semakin berkurang, keinginan masyarakat untuk
membangun juga berkurang karena keadaan geografis yang ada di
kecamatan tersebut sangat tidak memadai.

Dalam sektor perdagangan, hotel dan restoran pada Tahun 2011


mencapai 4,92% mengalami penurunan setiap tahunnya dan pada tahun
2015 mencapai 4,06%, hal ini disebabkan karena ketertarikan masyarakat
semakin berkurang setiap tahunnya, karena kebutuhan yang semakin
meningkat membuat penghasilan dan pengeluaran tidak sesuai. Dan
ketertarikan masyarakat juga berkurang karena memiliki banyak rumah

17
sendiri dan tidak membutuhkan hotel untuk tempat tinggal. Bahkan jarang
masyarakat luar untuk tertarik datang mengunjungi kecamatan ini karena
jalur yang masih sering bermasalah.

Dalam sektor angkutan dan komunikasi pada Tahun 2011 mencapai


3,67%, mengalami penurunan sampai tahun 2015 yaitu mencapai 4,06%.
Ini disebabkan karena kondisi geografis nya yang berada di pegunungan
membuat jalur transportasinya semakin merosot, bahkan setiap cuaca buruk
akan membuat tanahnya longsor otomatis merusak jalur transportasi
tersebut. Jaraknya yang jauh dari kota dan kondisi yang tidak memadai
membuat pemerintah susah memberikan bantuan. dan untuk komunikasi
mengalami penurunan karena pemerintah susah untuk menyalurkan
jaringan komunikasi jika jalur transportasi/angkutan setiap tahunnya
mengalami kerusakan.

Dalam sektor keuangan,persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2011


mencapai 1,70% dan tahun 2012 naik 1%, dan tahun 2013 sampai tahun
2015 mengalami penurunan yaitu 1,57%. Hal ini dikarenakan hasil mata
pencarian ditempat ini semakin bertambah tahun semakin berkurang mulai
dari pertanian,pertambangan dll dan kebutuhan yang juga ikut bertambah
Membuat pemasokan keuangan juga bekurang . otomatis untuk sewa
bahkan jasa perusahaan akan ikut menurun.

Dalam sektor Jasa-jasa pada Tahun 2011 yaitu mencapai 6,27%, setiap
tahun mengalami penurunan sampai tahun 2015 mencapai 5,10%. Hal ini
disebabkan karena untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat tidak
membutuhkan jasa karena harganya yang meningkat dan kebutuhan hidup
bertambah bahkan penghasilan berkurang membuat masyarakat setiap
tahunnya hanya mengandalkan diri sendiri.

18
c) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Banawa (%)

Tabel 3.3

No Kategori Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 3.09 3.17 3.47 3.18 3.10
2 Pertambangan 13.15 13.28 14.04 13.66 13.90
dan Penggalian
3 Industri 4.47 4.96 4.55 4.69 4.37
Pengolahan
4 Listrik, Air dan 4.19 4.21 4.54 5.18 5.63
Gas
5 Bangunan 14.58 13.08 13.84 13.65 13.82
6 Perdagangan, 5.36 5.64 5.82 5.44 5.56
Hotel dan
Restoran
7 Angkutan dan 6.26 6.72 7.03 7.23 7.64
Komunikasi
8 Keuangan, 6.31 6.56 6.56 6.51 6.61
Persewaan, dan
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-Jasa 7.28 7.56 7.88 7.60 7.80

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

19
Grafik 3.3

Laju Pertumbunan Ekonomi


Kecamatan Banawa (%)
16

14

12

10

0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015

Pertanian Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas

Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran

Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Jasa-Jasa

Hasil analisis:
Dalam sektor pertanian pada tahun 2010 sampai pada tahun 2015 laju
pertumbuhan tidak mengalami kenaikan yang signifikan dikarenakan di
kecamatan Banawa ini adalah Pusat Pemerintahan Kabupaten Donggala
yang kita ketahui bahwa biasanya pusat pemerintahan tidak berfokus ke
sektor pertanian. Oleh karena itu peningkatannya tidak signifikan.

Dalam sektor Pertambangan dan Penggalian pada tahun 2012 mencapai


13,28% dan pada tahun 2013 mengalami kenaikan yaitu 14,04 % hal ini di
sebabkan karena adanya potensi tanah pada saat itu sangat subur dan
merupakan bentuk pulau yang didasari oleh dinamika tektonis yang sangat
kompleks sehingga membuat para tambang semakin leluasa dalam
menggali bahan tambang, setelah itu pada tahun 2014 mengalami

20
penurunan dan pada tahun 2015 mengalami sedikit kenaikan, hal ini di
sebabkan pada tahun 2014 lahan pertambangan mulai mengalami
kemerosotan.

Dalam sektor Industri Pengolahan pada Tahun 2011 mencapai 4.47%


dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan yaitu mencapai 4.96%.
Kemudian tahun 2013 mengalami penurunan yaitu 4.55%, hal ini
disebabkan karena meningkatnya aktivitas perdagangan yang
mengakibatkan industry pengolahan kekurangan bahan baku dalam industri
pengolahan. Kemudian pada tahun 2014 mengalami kenaikan yaitu 4.69%,
hal ini disebabkan karena menurunnya aktivitas perdagangan yang
menyebabkan industry pengolahan tidak kekurangan bahan baku.

Dalam sektor listrik, air dan gas pada tahun 2011 yaitu 4.19% dan terus
meningkat hingga pada tahun 2015 yaitu 5.63%, hal ini di sebabkan karena
pada tahun 2011 kecamatan banawa ini belum memiliki akses jalan yang
baik, dan mengakibatkan sulitnya penyaluran listrik, air dan gas kepada
masyarakat. Pada tahun 2012 sampai pada tahun 2015, mulai adanya
perkembangan pada jalan di kecamatan ini, hal ini mengakibatkan
penyaluran listrik, air dan gas kepada masyarakat menjadi lebih mudah.

Dalam sektor bangunann pada tahun 2011 mencapai 14.58% dan tahun
2012 mengalami penurunan yang signifikan yaitu mencapai 13.08%, hal ini
di sebabkan karena belum memiliki akses jalan yang baik sehingga
membuat masyarakat kesulitan dalam membangun bangunan. Pada tahun
2013 mengalami peningkatan yaitu mencapai 13.84%, hal ini di sebabkan
karena akses jalan yang sudah berkembang menjadi lebih baik dari
sebelumnya.

Dalam sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada tahun 2011


mencapai 5.36% dan terus meningkat sampai pada tahun 2013 yaitu
mencapai 5.82%, hal ini di sebabkan karena akses jalan yang sudah
berkembang menjadi lebih baik, yang memudahkan penjualan, dan
membuat biaya transportasi berkurang. Pada tahun 2014 mengalami
penurunan mencapai 5.44%, hal ini di sebabkan menurunya lahan

21
pertambangan pada tahun tersebut akibat terlalu seringnya mengalami
penggalian.

Dalam sektor Angkutan dan Komunikasi pada tahun 2011 mencapai


6.26% dan terus mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2015
yaitu mencapai 7.64%, hal ini di sebabkan karena adanya perkembangan
jalan pada kecamatan tersebut, yang mengakibatkan semakin mudahnya
akses transportasi dan jaringan komunikasi untuk berkembang lebih cepat
ke seluruh wilayah yang ada dikecamatan tersebut.

Dalam sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan pada tahun


2011 mencapai 6.31% sampai pada tahun 2015 mengalami kenaikan yaitu
mencapai 6.61%, hal ini di sebabkan karena pemenuhan kebutuhan
masyarakat yang setiap harinya terus meningkat membuat hasil
perdagangan sangat naik sehingga pemasukan keuangan meningkat.

Dalam sektor Jasa-Jasa pada tahun 2011 mencapai 7.28% dan


mengalami peningkatan sampai pada tahun 2013 yaitu mencapai 7.88%, hal
ini di sebabkan karena meningkatnya aktivitas perdagangan yang telah
didukung dengan akses jalan yang sudah lebih baik, membuat jasa-jasa
mengalami peningkatan pada kecamatan tersebut. Pada tahun 2014
mengalami penurunan yaitu mencapai 7.60%, hal ini di sebabkan karena
aktivitas perdagangan menurun yang mengakibatkan jasa-jasa mengalami
penurunan.

d) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Banawa Selatan (%)

Tabel 3.4

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 6.67 6.80 6.40 5.43 5.00
Pertambangan
2 5.43 5.26 5.69 5.57 5.33
dan Penggalian
Industri
3 6.38 6.42 6.70 6.28 6.55
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 4.46 4.73 5.26 5.61 6.23
Gas
5 Bangunan 7.39 7.59 7.71 7.80 7.63

22
Perdagangan,
6 Hotel dan 8.19 8.38 8.45 8.24 8.37
Restoran
Angkutan dan
7 5.59 5.69 6.40 6.59 6.66
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan
8 5.53 5.46 5.54 5.17 5.29
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-Jasa 7.12 7.06 6.94 6.67 6.57

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.4

Laju Pertumbunan Ekonomi


Kecamatan Banawa Selatan dalam Persen (%)
9

0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa

23
Hasil analisis:

Pada sektorr pertanian Peningkatan pada tahun 2012 yaitu mencapai


6.80%, hal ini di sebabkan karena kecamatan Banawa Selatan sebagian
penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Pada tahun 2013 mengalami
penurunan yaitu mencapai 6.40% dan terus mengalami penurunan yang
sangat signifikan pada tahun 2015 yaitu mencapai 5.00%, hal ini di
sebabkan para penduduk yang berprofesi sebagai nelayan tidak bisa melaut
karena terjadi banjir rob atau banjir air laut yang membuat masyarakat harus
mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Dalam sektor Pertambangan dan Penggalian pada tahun 2011-2012


mengalami penurunan dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang
tidak signifikan, dan pada tahun 2014-2015 mengalami penurunan yaitu
pada tahun 2015 mencapai 5.33%, hal ini di sebabkan karena lahan
pertambangan tersebut mulai mengalami kemerosotan dan semakin hari
akan semakin berkurang akibat terlalu sering mengalami penggalian.

Dalam sektor Industri Pengolahan pada tahun 2011 mengalami


peningkatan hingga pada tahun 2013 yaitu mencapai 6.70%, hal ini di
sebabkan karena meningkatnya aktivitas perdagangan yang mengakibatkan
industry pengolahan memproduksi lebih banyak karena banyak nya
permintaan dari pasar tersebut. Pada tahun 2014 mengalami penurunan, hal
ini di sebabkan karena aktivitas perdagangan mengalami penurunan yang
mengakibatkan produksi dari industri pengolahan juga mengalami
penurunan.

Dalam sektor listrik, air dan gas pada tahun 2011 mencapai 4.46% dan
terus mengalami peningkatan yang signifikan hingga pada tahun 2015 yaitu
mencapai 6.23%, hal ini di sebabkan karena akses jalan yang sudah
berkembang menjadi lebih baik sehingga memudahkan penyaluran listrik,
air dan gas kepada masyarakat.

Dalam sektor Bangunan pada tahun 2011 mencapai 7.39% dan terus
mengalami peningkatan hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai 7.80%, hal

24
ini di sebabkan karena akses jalan yang sudah berkembang menjadi lebih
baik yang memudahkan masyarakat untuk berpindah ke tempat tersebut dan
membangun bangunan ditempat tersebut.

Dalam sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada tahun 2011


mencapai 8.19% dan mengalami peningkatan hingga pada tahun 2013
mencapai 8.45%, hal ini di sebabkan karena pemasaran rumput laut di
kecamatan tersebut sangat besar yang mengakibatkan sektor ini mengalami
peningkatan pada tahun 2013. Pada tahun 2014 mengalami Penurunan dan
pada tahun 2015 mengalami peningkatan.

Dalam sektor angkutan dan Komunikasi pada tahun 2011 mencapai


5.59% dan terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2015 yaitu
mencapai 6.66%, hal ini di sebabkan karena akses jalan yang sudah
berkembang, yang memudahkan masyarakat untuk mengakses suatu
wilayah di kecamatan tersebut.

Dalam sektor Keuangan pada tahun 2011 mencapai 5.53% dan


mengalami penurunan pada tahun 2012 yaitu mencapai 5.46% dan
mengalami kenaikan pada tahun 2013 yaitu mencapai 5.54% dan terus
mengalami penurunan hingga pada tahun 2015 yaitu mencapai 5.29%, hal
ini disebabkan minimnya Lembaga keuangan di kecamatan tersebut.

Dalam sektor Jasa-jasa pada tahun 2011 mencapai 7.12% dan terus
mengalami penurunan hingga pada tahun 2015 yaitu mencapai 6.57%, hal
ini di sebabkan karena jasa yang terdapat di kecamatan tersebut sebagian
besar sebagai tukang batu, dapat dilihat bahwa sektor pertambangan dan
penggalian mengalami penurunan yang dapat mengakibatkan tukang batu
tersebut penghasilannya menurun mengikuti sektor pertambangan.

25
e) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Banawa Tengah (%)

Tabel 3.5

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 4,62 4,71 4,97 5,00 3,75

Pertambangan dan
2 4,30 4,57 4,62 4,12 3,93
penggalian

Industri
3 5,17 5,24 5,35 5,48 5,67
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 4,63 4,98 5,36 5,89 6,14
Gas
5 Bangunan 6,46 6,94 7,70 6,32 6,72
Perdagangan,
6 Hotel dan 6,73 7,21 7,65 6,12 7,14
Restoran
Angkutan dan
7 5,12 5,77 6,37 6,83 7,04
Komunikasi

Keuangan,
8 Persewaan, dan 4,25 4,45 4,64 4,65 4,56
Jasa Perusahaan

9 Jasa-jasa 6,21 6,13 6,56 6,18 5,52

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

26
Grafik 3.5

Laju Pertumbunan Ekonomi


Kecamatan Banawa Tengah (%)
10

0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Hasil analisis:

Dalam sektor pertanian tahun 2011 laju pertumbuhannya sekitar 4,62 %.


Dari tahun 2011-2014 sektor pertanian selalu mengalami kenaikan,
sehingga pada tahun 2014 persentasenya menjadi 5,00%. Hal itu disebabkan
karena kecamatan Banawa Tengah merupakan daerah yang relatif subur,
sehingga sangat mendukung kegiatan-kegiatan pertanian maupun
perkebunan. Selain itu peternakan dan perikanan lebih mendominasi di
wilayah ini, dimana peternakan dan perikanan ini termasuk dalam sektor
pertanian dan tentu menjadi penunjang sektor pertanian di Kecamatan
Banawa Tengah. Tetapi pada tahun 2015 sektor pertanian di wilayah ini
mengalami penurunan yang signifikan dan menjadi yang terendah jika
dilihat dari tahun 2011-2015 pada semua sektor secara keseluruhan, dengan
besaran persentase hanya sekitar 3,75%. Hal itu disebabkan oleh semakin
berkurangnya lahan pertanian karena bertambahnya jumlah penduduk dapat
dibandingkan dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran serta didukung
oleh faktor yang memang luas lahan pertanian di daerah ini sangat kecil.
Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman semakin modern yang
merubah pola pikir masyarakatnya membuat masyarakat sekitar ingin

27
mencari pekerjaan yang lain, dimana menurut mereka pekerjaan baru
tersebut lebih menjanjikan dibanding dengan pekerjaan mereka sekarang.
Dalam sektor Pertambangan dan penggalian pertumbuhan ekonominya
cukup kecil dimana pada Tahun 2011 hanya sekitar 4.30 % tetapi terus
mengalami peningkatan dari tahun 2012-2013 menjadi 4.62%. Hal ini di
sebabkan karena adanya potensi galian golongan C seperti batu gamping
dan biji besi yang terdapat di kecamatan Banawa Tengah serta kondisi tanah
pada saat itu subur sehingga mendukung kegiatan pertambangan dan
penggalian. Namun, setelah itu pada tahun 2014-2015 mengalami
penurunan menjadi 3,93%. Hal ini disebabkan karena daya dukung lahan
pertambangan tersebut mulai mengalami penurunan akibat sering digali
oleh perusahaan penggalian di daerah itu. Selain itu, belum optimalnya
pengelolaan tambang juga menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya
sektor pertambangan dan penggalian tahun 2014-2015 di Kecamatan
Banawa Tengah. Pada tahujn 2013-2014 sektor ini menjadi sektor dengan
laju pertumbuhan terendah jika dibandingkan dengan sektor lain.
Dalam sektor Industri Pengolahan bisa dikatakan stabil, dimana pada
tahun 2011-2015 sektor ini selalu meningkat setiap tahunnya, sehingga pada
tahun 2015 mencapai 5,67%, angka tersebut dapat dikatakan cukup baik
karena nilainya lebih dari 5%. Hal ini disebabkan karena Banawa Tengah
tercatat memiliki 492 industri kecil/kerajinan rumah tangga, artinya
masyarakat daerah ini memiliki kemampuan yang cukup baik dalam
pengolahan SDA yang ada, dan hasil olahan industri kecil tersebut dinilai
mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sekitar. Maka dari
itu, persentase sektor industri pengolahan di Kecamatan Banawa Tengah
dari tahun ke tahun semakin meningkat yakni pada tahun 2011 sekitar
5.17% dan tahun 2015 meningkat menjadi 5.67%. Walaupun angka
kenaikannya tidak pesat, tetapi cukup baik karena tidak pernah mengalami
penurunan, yang berarti kegiatan industri pengolahan di Banawa Tengah ini
sudah cukup optimal.
Dalam sektor listrik, air dan gas sama seperti dengan industri
pengolahan yakni nilai persentasenya dari tahun ke tahun semakin

28
meningkat dimana pada tahun 2011 persentasenya sekitar 4,63%. Angka
tersebut terus meningkat seiring dengan bergantinya tahun, sampai pada
tahun 2015 angka persentasenya mencapai 6,14%. Jika dilihat dari besaran
peningkatan persentasenya, dapat dikatakan kenaikan angka presentase dari
tahun 2011-2015 ini cukup besar. Persentase yang semakin meningkat di
setiap tahunnya dikarenakan industri pengolahan yang dilakukan di wilayah
ini membutuhkan suplay listrik, baik dari PLN maupun Non PLN. Di
Banawa Tengah pada tahun 2015 tercatat ada sekitar 1.245, jumlah angka
tersebut merupakan total pelanggan listrik PLN dan Non PLN di Kecamatan
Banawa Tengah. Adapun penggunaan air dan gas yang juga merupakan
kebutuhan pokok masyarakat Banawa Tengah juga cukup banyak, karena di
daerah ini terdapat sekitar 1.124 rumah permanen, 921 rumah semi
permanen, 672 rumah non permanen yang dimana setiap rumah pasti
membutuhkan air bersih maupun gas. Adapun banyaknya data pelanggan
air bersih di kecamatan Banawa Tengah tahun 2015 adalah sekitar 312 yang
merupakan pelanggan air bersih dari PDAM, yang otomatis pendapatan dari
PDAM ini menambah penghasilan ekonomi daerah.
Dalam Sektor Bangunan pada Tahun 2011 sebesar 6,46% dan tahun-
tahun setelahnya terus mengalami peningkatan, sehingga pada tahun 2013
mencapai angka 7,70% dan peningkatan ini dapat dibilang cukup pesat,
angka tersebut juga merupakan angka tertinggi dari tahun 2011-2015 jika
dilihat dari semua sektor secara keseluruhan. Hal ini karena pada tahun
2011-2013 Kecamatan Banawa Tengah mengalami pembangunan yang
cukup pesat. Tetapi, pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 6,32%,
hal ini karena pembangunan di Banawa Tengah mengalami kendala, baik
itu dari segi biaya, SDA dan permasalahan penghambat pembangunan
lainnya. Namun, Kecamatan Banawa Tengah berhasil menyelesaikan
masalah di sektor bangunan ini sehingga pada tahun 2015 terjadi
peningkatan menjadi 6,72%.
Dalam sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menjadi angka
tertinggi pada nilai persentasenya adalah pada tahun 2013 yakni mencapai
7,65%. Sektor ini juga jika dibandingkan dengan sektor lainnya dapat

29
dikatakan tinggi, karena jika kita lihat pada tahun 2011,2012 dan 2015 laju
pertumbuhan sektor ini paling tinggi dibanding sektor lain, karena jumlah
sarana perdagangan pada tahun-tahun ini mengalami peningkatan. Selain itu
penyebab tingginya angka di sektor ini adalah Kecamatan Banawa Tengah
terkenal dengan pantainya yang indah dan menjadi destinasi pariwisata
disana, hal ini otomatis menunjang sektor perdagangan di daerah ini. Hanya
saja pada tahun 2014 sektor ini mengalami penurunan yang signifikan,
yakni merosot menjadi 6,12%. Hal ini karena pada tahun 2014 Kecamatan
Banawa Tengah mengalami kendala, seperti pelayanan pariwisata serta
sarana dan prasarananya tidak berkembang pada tahun 2014 ini, sehingga
sektor ini mengalami penurunan yang cukup signifikan. Tetapi pada tahun
selanjutnya yakni tahun 2015 pemerintah setempat berhasil menyelesaikan
permasalahan tersebut sehingga pada tahun 2015 sektor ini meningkat lagi
menjadi 7,14% dan angka tersebut menjadi angka tertinggi di tahun 2015
dari semua sektor.
Dalam sektor Angkutan dan Komunikasi dari tahun 2011-2015 terus
mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2011 persentasenya kelajuannya
sekitar 5,12% dan pada tahun 2015 mengalami peningkatan yang signifikan
yakni menyentuh angka 7,04. Pada tahun 2014 sektor ini pun menjadi sektor
dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tertinggi. Peningkatan yang terus
terjadi pada sektor ini dari tahun ke tahun dikarenakan armada
pengangkutan di Banawa Tengah terus mengalami peningkatan yang cukup
pesat, terutama kendaraan roda dua. Dimana masyarakat menggunakan
sebagai ojek. Selain itu teknologi informasi dan komunikasi sudah banyak
menjangkau pedesaan di Banawa Tengah. Sarana dan prasarana yang
tersedia juga mendukung seperti jembatan penghubung antar daerah
maupun wilayah mempengaruhi kelancaran kegiatan angkutan maapun
komunikasi, sehingga menunjung meningkatnya angka persentase di sektor
ini.
Dalam sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan pada tahun
2011-2014 terus mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi di tahun
2011-2014 relatif kecil. Peningkatan ini dipengaruhi oleh kesadaran

30
masyarakatnya dalam membayar pajak sudah cukup baik. Selain itu,
peningkatan tersebut juga terjadi dikarenakan terdapat kebutuhan
masyarakat akan keuangan seperti koperasi maupun lembaga keuangan
lainnya, penyewaan seperti sewa bangunan, serta jasa perusahaan seperti
jasa penyediaan akomodasi, makan dan minum juga jasa-jasa lainnya relatif
kecil, karena Kecamatan Banawa Tengah ini di beberapa desa masih bersifat
tradisional, sehingga kebutuhan akan sektor ini pun relatif kurang. Sehingga
pada tahun 2015 sektor ini mengalami penurunan menjadi 4,56%. Pada
tahun 2011 dan tahun 2012 sektor ini juga menjadi sektor dengan laju
pertumbuhan terendah, dimana tahun 2011 hanya sebesar 4,25% dan tahun
2012 sebesar 4,45%.
Dalam Sektor Jasa-Jasa angka persentasenya tidak stabil, dimana pada
tahun 2011 sekitar 6,21% kemudian mengalami penurunan di tahun 2012
menjadi 6,13%, hal ini di karenakan masyarakat yang jumlah kebutuhan
akan sektor jasa baik swasta maupun pemerintah berkurang pada tahun
2012. Kemudian meningkat pada tahun 2013, tetapi di tahun 2014 dan 2015
kembali mengalami penurunan. Ketidakstabilan angka tersebut dikarenakan
sektor jasa ini dipengaruhi oleh beberapa sektor lainnya, sehingga jika
sektor lain tersebut mengalami perubahan maka sektor jasa-jasa pun akan
mengalami perubahan. Adapun yang menjadi penunjang utama di sektor
jasa ini adalah jasa-jasa pemerintahan, sedangkan jasa lain seperti
kesehatan, pendidikan maupun swasta angkanya relatif kecil.

f) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Labuan (%)

Tabel 3.6

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 5,19 5,89 5,46 3,35 3,29
Pertambangan
2 dan 9,54 9,91 10,47 10,24 10,69
penggalian
Industri
3 4,22 4,36 4,65 4,20 4,74
Pengolahan

31
Listrik, Air
4 6,33 6,60 6,77 6,36 6,56
dan Gas
5 Bangunan 6,78 6,62 6,73 6,91 6,86
Perdagangan,
6 Hotel dan 7,49 7,70 7,75 6,26 7,24
Restoran
Angkutan dan
7 6,05 6,51 6,97 7,11 7,30
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 5,44 5,57 5,24 5,00 5,12
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 6,67 6,91 6,76 6,71 6,09

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.6

Laju Pertumbunan Ekonomi


Kecamatan Labuan (%)
15

10

0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa

32
Hasil analisis:

Dalam sektor pertanian tahun 2011 laju pertumbuhannya sekitar 5,19%,


setelah itu tahun 2012 meningkat menjadi 5,89%, namun di tahun 2013
kembali turun menjadi 5,46%. Dari tahun 2013 tersebut sampai tahun 2015
sektor pertanian terus mengalami penurunan, sehingga pada tahun 2015
angka presentasenya jauh turun menjadi 3,29%. Penurunan ini dikarenakan
baik luas panen padi maupun produksi padi mengalami penurunan dari
tahun ke tahun, selain itu faktor yang menjadi rendahnya angka persentase
adalah karena di Kecamatan Labuan ini merupakan wilayah pantai dan
memiliki jenis tanah yang relatif kurang subur untuk pertanian. Adapun
kenaikan pada tahun 2012 terjadi karena peternakan di Labuan meningkat
pada tahun tesebut. Angka presentase laju pertumbuhan tahun 2014 dan
tahun 2015 ini menjadi angka terendah pada tahun tersebut jika
dibandingkan dengan sektor lainnya.

Dalam sektor Pertambangan dan penggalian pertumbuhan ekonominya


cukup besar, hal tersebut terlihat dari nilai persentase pertumbuhan
ekonominya dimana dari tahun 2011-2015 sektor ini mampu bertahan
sebagai sektor dengan laju pertumbuhan tertinggi dibanding dengan sektor
lainnya, walaupun pada tahun 2014 persentasenya mengalami penurunan,
akan tetapi angka tersebut masih unggul dibanding dengan sektor lainnya.
Tingginya angka presentase di sektor ini dikarenakan di Kecamatan Labuan
yang menjadi sektor terbesar adalah sektor pertambangan dan penggalian.
Adapun jenis tambang yang ada di Kecamatan Labuan adalah emas dengan
deposit seluas 16.626 Ha, pasir felsparkwarsa diorite dan andesit dengan
deposit sebesar 120 Ha. Walaupun jenis tanah di Labuan ini kurang subur
sebagai lahan pertanian, tetapi jenis tanah di Labuan ini relatif baik untuk
penggalian. Selain dari faktor-faktor diatas, yang menjadi alasan utama
tingginya persentase angka laju pertumbuhan ekonomi di sektor ini adalah
pemerintah dan SDM disana sudah mengelola SDA ini dengan baik dan
optimal.

33
Dalam sektor Industri Pengolahan dari tahun 2011-2013 mengalami
peningkatan, meskipun meningkat nilai yang dihasilkan tidak tinggi
sehingga menjadi angka persentase terendah pada tahun 2011,2012, dan
2013. Sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya yakni tahun 2013 yang berjumlah 4,65% pada tahun 2014
turun menjadi 4,20%. Akan tetapi pada tahun 2015 kembali meningkat
menjadi 4,74%. Adapun penyebab terjadinya penurunan dan rendahnya
angka persentase laju pertumbuhan ekonomi di sektor ini adalah kurangnya
modal dan terbatasnya bahan baku yang tersedia. Jenis industri pengolahan
yang ada di Labuan ini adalah dominannya jenis industri besar dan mikro.

Dalam sektor listrik, air dan gas sama seperti dengan industri
pengolahan yakni nilai persentasenya pada tahun 2011-2013 mengalami
peningkatan menjadi 6,77%, pada tahun 2014 turun menjadi 6,36%, tetapi
di tahun 2015 kembali meningkat sejumlah 6,56%. Angka tersebut dapat
dicapai karena pemerintah sudah membuat program listrik masuk desa.
Meskipun semua desa di Labuan sudah di jangkau oleh pemerintah
setempat, namun belum semua masyarakat dapat merasakannya. Hal
tersebut diakibatkan karena biaya pemasangan yang belum dapat dijangkau
oleh sebagian masyarakat. Adapun jumlah pelanggan listrik di Kecamatan
Labuan pada tahun 2015 adalah Desa Labuan yakni sebanyak 659
pelanggan. Lain lagi dengan air dan gas yang juga merupakan kebutuhan
pokok masyarakat, yang dimana setiap keluarga yang tinggal disana pasti
memerlukan kebutuhan pokok tersebut.

Dalam Sektor Bangunan pada Tahun 2011 6,78%, kemudian pada tahun
2012 mengalami penurunan menjadi 6,62%, lalu pada tahun 2013 dan 2014
mengalami peningkatan sehingga persentasenya di tahun 2014 sebesar
6,91%, tetapi di tahun 2015 sektor ini kembali mengalami penurunan
menjadi 6,86%. Yang mempengaruhi di sektor ini adalah pembangunan
daerah tersebut baik dari masyarakatnya maupun pemerintahannya. Naik
turunnya persentase laju pertumbuhan di sektor ini adalah sedikit banyaknya
pembangunan di daerah Labuan, mulai dari pembangunan ataupun
perbaikan tempat tinggal, perkantoran, infrastruktur seperti jalan sampai ke

34
instalansi jaringan seperti jaringan listrik. Kenaikan yang terjadi
diakibatkan semakin banyaknya masyarakat yang memasang listrik
dirumahnya, ataupun dari pihak pemerintah sudah mulai membangun
infrastruktur seperti jembatan dan jalan. Adapun yang menjadi penyebab
turunnya angka persentase di sektor ini seperti yang terjadi pada tahun 2015
adalah masalah biaya dalam pembangunan tersebut, yang mengakibatkan
pembangunan di Labuan ini terkendala dan menyebabkan angka
persentasenya pun menurun juga untuk sektor pembangunan tahun 2015.

Dalam sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menjadi angka


tertinggi pada nilai persentasenya adalah pada tahun 2013 yakni mencapai
7,75%. Tahun 2011-2013 selalu meningkat dari 7,49% menjadi 7,75%.
Peningkatan ini terjadi karena, pada tahun tersebut banyak masyarakat yang
membuka usaha warung maupun bengkel. Faktor lainnya adalah karena
adanya wisata panatai di Labuan.

g) Laju Pertumbuhan Ekomomi Kecamatan Tanantovea (%)

Tabel 3.7

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 5,77 5,69 4,53 3,58 2,65

Pertambangan
2 5,02 5,29 5,35 4,18 4,24
dan penggalian

Industri
3 3,91 4,36 4,47 4,56 4,28
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 6,46 6,99 7,57 7,80 8,30
Gas
5 Bangunan 7,38 7,80 7,59 6,83 6,72
Perdagangan,
6 Hotel dan 9,69 9,74 9,23 10,21 9,54
Restoran
Angkutan dan
7 5,51 5,89 5,83 5,77 5,78
Komunikasi

35
Keuangan,
8 Persewaan, dan 6,26 6,90 6,62 6,59 6,70
Jasa Perusahaan

9 Jasa-jasa 7,18 7,14 6,92 6,86 7,29

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.7

Laju Pertumbunan Ekonomi


Kecamatan Tanantovea (%)
15

10

0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

Hasil Analisis:
Berdasarkan data laju pertumbuhan ekonomi Kecamatan Tanantovea
dari tahun 2011 hingga 2015 Pertumbuhan paling tinggi dari rentang tahun
2011-2015 adalah sektor perdagangan pada tahun 2014 yaitu sebesar
10,21% dan laju pertumbuhan yang terendah tahun 2011-2015 adalah pada
sektor pertanian pada tahun 2015 sebesar 2,65%.
Pada sektor pertanian, kecamatan tanantovea selalu mengalam
penurunan , khususnya pada daerah perwilayahan. Puncaknya pada tahun

36
2014 dan 2015, pertanian menjadi sektor dengan laju pertumbuhanterendah
di tahun tersebut. Penurunan nilai laju pertumbuhanpertanian adalah karena
Sektor pertanian khususnya tanaman padi mengalami penurunan baik luas
panen maupun produksi, hal ini diakibatkan Kecamatan Tanantovea yang
mengalami gagal panen diakibatkan banjir bandang yang melanda desa-
desa tersebut. Pada tahun 2013 tanantovea terjadi banjir berserta lumpur
yang diakibatkan curah hujan sehingga sungai yang terdapat di kecamatan
tersebut dan sekitarnya meluap. Dan pada tahun 2014 juga mengalami
penurunan karena terjadi banjir bandang , dimana akses transportsasi
permukiman berubah jadi aliran sungai, termasuk wilayah pertanian dengan
ketinggian mencapai 1 meter. Pada tahun 2015 terjad banjir bandang terjadi
akibat hujan deras . Banjir tahun 2015 terjadi lebih parah daripada tahun –
tahun sebelumnya. Terbukti pada nilai laju perekonomian menurun dari
3,58% pada tahun 2014 turun menjadi 2,65% pada tahun 2015.
Selain karena banjir, penyebab turunnya laju pertumbuhan ekonomi
ada pada subsektor peternakan di Kecamatan Tanantovea, khususnya untuk
ternak sapi. Sangat marak pencurian sapi serta adanya Perda yang
mengatur bahwa ternak harus dikandangkan, sementar menurut masyarakat
dengan dikandangkan akan semakin mempermudah ternak dicuri/
dimutilasi. Karena itu, pertumbuhan pada subsektor perternakan juga
menurun.
Pada sektor Pertambangan dan penggalian, kecamatan tanantovea
memiliki tambang mineral nonlogam seperti pasir,batu dan andesit serta
terdapat pertambanngan mineral logam contohnya tembaga, biji besi dan
emas. Pada tahun 2011-2013 sektor pertambangan mengalami kenaikan.
Namun pada tahun 2014 menurun dikarenakan pertumbuhan massif
pertambangan tidak disertai dengan pengelolaan yang baik. Selain
dikarenakan munculnya banjir bandang. Pada tahun 2014 banyak
perusahaan pertambangan yang izin pertambangannya selesai dan
banyaknya muncul pertambangan yang illegal yang tak terdaftar sehingga
pada tahun 2014, sektor pertambangan menurun menjadi 4,18. Namun pada

37
tahun 2015 mengalami sedikit penaikan sebesar4,24% dikarena adanya
usaha pemerintah untuk menindak pertambangan ilegal.
Di sektor Industri, kecamatan tanantovea tahun 2011-2014 selalu
meningkat walau dengan laju pertumbuhan yang tergolong kecil. Industri di
Tanatovea terdapat industri sedang, industri kecil dan industri rumah
tangga. Meningkatnya sektor ini dikarenakan seiring naiknya tingkat
konsumsi masyarakat dan naiknya jumlah industri. Pada tahun 2015 sektor
industri mengalami penurunan dikarenakan muculnya banjir bandang yang
terjadilebih parah daripada sebelumnya sehingga merusak beberapa fasilitas
sektor industri.
Pada sektor Listrik, Air dan Gas dari tahun 2011 sampai tahun 2015
selalu meningkat tanpa disertainya penurunan. Dikarenakan tingginya
kebutuhan masyarakat di bidang listrik, air dan gas. Dan
terselenggarakanya program pemerintah seperti, listrik masuk desa.
Di sektor bangunan, di tahun 2011 dan 2012 mengalami penaikan
dikarena pemerintah berupaya untuk membangun infrastrstuktur dan
pembangunan tempat tinggal diiringi dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Namun pada tahun –tahun berikutnya mengalami penurunan laju
perekonomian hingga tahun 2015, dikarenakan terjadinya bencana banjir
yang menghambat proses pembangunan.
Sektor Perdagangan, hotel dan restoran mempunyai laju pertumbuhan
perekonomian yang paling tinggi diantara sektor dan per tahun. Lajunya
sektor ini dikarenakan tanatovea memiliki satu pasar utama yang menjadi
pusat perdagangan yang terus aktif dan dibutuhkan oleh masyarakat. Yang
meningkatkan proses penjualan oleh produsen/ petani – petani,contohnya
Desa Wombo Kalongo merupakan tempat yang terkenal atas bawang
goreng dan kain tenun donggala. Walau sektor ini laju pertumbuhan
ekonomi menurun di tahun 2013 dan 2015 akibat banjir, sektor perdangan
tetap bertahan menjadi sektor dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi .
Untuk sektor Angkutan dan Komunikasi, memiliki kenaikan laju pada
tahun 2011 dan 2012 pertumbuhan karena pemerintah telah membangun
jalan sehingga memudahkan aksesibilitas hal ini berdampak pada

38
meningkatnya jumlah kendaraan. Untuk jaringan komunikasi hampir semua
daerah di kecamatan tanatovea sudah ada. Dan Namun di tahun 2013 dan
2014 berikutnya menurun dikarenakan banyaknya kerusakan jalan dan
adanya banjir. Pemerintah telah berupaya untuk memperbaiki dari sektor
angkutan dan komunikasi, namun akibat kembali terulangnya banjir laju
pertumbuhan perekonomian di sektor ini hanya naik sebesar 0,01%.
Sektor keuangan meningkat dari tahun 2011 dan 2012 sebesar 6,26%
dan 6,90% dikarenakan adanya pemberian alokasi dan penerimaan pajak.
Pada tahun 2013 dan 2014 laju pertumbuhan turun sebesar 2,8%
dikarenakan terdapatnya penuggakan pajak. Namun pada tahun 2015, sektor
keuangan meningkat dikarenakan penerimaan pajak bumi dan bangunan
meningkat sebesar 72% dari pada tahun sebelumnya.
Sektor Perjasaan di Kecamatan Tanatovea berasal dari pegawai
pemerintahan dan jasa sosial contohnya jasa pendidikan/jasa perorangan.
Di tahun 2011 sampai tahun 2014 laju pertumbuhan selalu menurun
dikarenakan kurangnya tenaga kerja. Namun pada tahun 2015 laju
pertumbuhan perekonomian naik menjadi 7,29% dikarenakan
meningkatnya jumlah jasa perseorangan.

h) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Sindue (%)

Tabel 3.8

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 6,47 6,66 5,64 3,89 3,24

Pertambangan
2 5,17 4,63 6,11 7,49 7,51
dan penggalian

Industri
3 4,38 4,97 5,64 5,57 5,44
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 4,35 4,64 5,66 5,79 6,30
Gas
5 Bangunan 8,82 9,35 8,24 8,39 7,85

39
Perdagangan,
6 Hotel dan 6,56 7,88 6,35 6,17 7,84
Restoran
Angkutan dan
7 5,41 5,67 5,89 6,33 6,86
Komunikasi

Keuangan,
8 Persewaan, dan 4,73 4,58 3,87 4,16 4,67
Jasa Perusahaan

9 Jasa-jasa 7,60 7,68 6,25 6,35 6,44

Keterangan

Angka tertinggi dari tahun 2011-2015

Angka tertinggi di tahun tersebut

Angka terendah ditahun tersebut

Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.8

Laju Pertumbunan Ekonomi


10 Kecamatan Sindue (%)

0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan penggalian
Industri pengolahan Listrik, Air, dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan jasa perusahaan
Jasa-jasa

40
Hasil analisis:

Berdasarkan sektor pertanian, laju pertumbuhan ekonomi selalu


menurun dari tahun 2012 sampai tahun 2015 yang dimana pada tahun 2015,
sektor pertanian menjadi sektor dengan laju pertumbuhan terendah diantara
5 tahun terakhir. Pada sektor pertanian di Kecamatan Sindue pada tahun
2011 hingga 2012 laju pertumbuhannya mencapai 6,47 dan 6,66 pada tahun
2012 sektor pertanian ini cukup meningkat dari pada tahun sebelumnya,
peningkatan ini dikarenakan kondisi tanah yang cukup baik dan luas lahan
yang cukup besar sehingga para petani dapat menghasilkan hasil pertanian
atau perkebunan dibawah rata-rata dan meningkatkan perekonomian
daerah. Dan karena bertambahnya jumlah ternak dan terjadinya
peningkatan luas tanam yang disebabkan lahan yang ditanami hortikultura
pada tahun sebelumnya kembali ditanami padi dan palawijaya lain.Pada
tahun 2014 dan 2015 terjadi penurunan yang signifikan pada sektor
pertanian ini dengan laju pertumbuhannya yaitu sebesar 3,89 pada tahun
2014 dan 3,24 pada tahun 2015, penurunan pada sektor ini disebabkan oleh
berbagai macam seperti cuaca atau udara yang buruk serta irigasi yang
kurang atau tidak dapat dijangkau oleh sebagian petani didaerah tertentu
penyebab lainnya juga disebabkan oleh bekas aktivitas dipertambangan
pada kecamatan sindue, yang dampak pencemarannya sehingga
menyebabkan sektor pertanian menurun terutama pada perkebunan. Dan
pada tahun 2014 luas panen pada tahun 2014 penurunan ini disebabkan
lahan sawah di desa sumari tidak ditanami karena perbaikan irigasi.
Dalam sektor pertambangan dan penggalian di kecamatan ini pada
setiap tahunnya yaitu pada tahun 2011 mencapai 5,17% dan pada tahun
2012 sebesar 4,63% pada tahun itu cukup menurun tetapi pada tahun 2013
hingga 2015 terjadi peningkatan pada sektor ini pada tahun 2013 mencapai
6,11% tahun 2014 7,49% dan pada tahun 2015 mencapai 7,51%
peningkatan ini diakibatkan dengan kondisi tanah di kecamatan sindue yang
banyak menyimpan energi sehingga para penambang banyak membuat atau

41
membuka lubang-lubang penggalian yang baru, pada pertambangan ini
kecamatan sindue pada pertambangan mentimpan berbagai energi seperti
pasir dan batu, batu gamping, emas , besi, tembaga dan batu bara.
Dalam sektor industri dan pengolahan pada setiap tahunnya meningkat
2011-2015 yaitu sebesar 4,38% pada tahun 2011 dan meningkat ke 5,44%
pada tahun 2015 tentunya disebabkan dengan adanya permintaan dan
kebutuhan masyarakat yang meningkat demi memenuhi kebutuhan sehari-
hari seperti sandang dan pangan di mana pada tahun tersebut sektor
pertanian mengalami penurunan sehingga diperlukan pangan bagi
masyarakat.
Pada sektor listrik, air dan gas pada tahun 2011 laju pertumbuhan pada
sektor ini cukup rendah yaitu sebesar 4,35% rendah nya pada perolehan ini
terjadi karena akses menuju atau penyaluran energi listrik serta air ini sulit
dijangkau dikarenakan akses jalan terutama pada daerah desa yang akses
untuk dicapai cukup jauh, dan pada air bersih juga terbilang sulit karena
akses untuk penyaluran air bersih belum terjangkau ke desa-desa sekitar.
Tetapi pada tahun 2012 hingga ke 2015 terjadi peningkatan yaitu sebesar
6,30% pada tahun 2015 dengan perbaikan akses jalan di kecamatan sindu
serta pemerintah yang telah membangun pembangkit listrik.
Sektor bangunan merupakan sektor dengan laju pertumbuhan ekonomi
yang tertinggi di tiap sektor dalam rentang 2011 sampai 2015. Pada tahun
2011 dan 2012 laju pertumbuhan sektor bangunan naik dengan cukup
signifikan yaitu sebesar 0,53% , dimana pada tahun 2012 mempunyai nilai
laju pertumbuhan tertinggi di antara tahun 2011-2015. Hal ini dikarenakan
bertambahnya jumlah penduduk yang membutuhkan tempat tinggal dan
membangun tempat tinggal yang bersifat permanen, semi permanen, kayu
dan panggung.. Dan pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan
infrastruktur, contohnya pada fasilitas kesehatan , pemerintahan dan
jembatan. Di tahun berikutnya menurun dikarenakan pemerintahan telah
mengurangi biaya pembangunan.

Di bidang perdagangan pada tahun 2011 dan 2012 mengalami kenaikan


laju pertumbuhan dikarenakan bertambahnya jumlah kios dan jumlah

42
penginapan untuk mendukung daerah pariwisata, contohnya untuk pantai
Enu. Dan aktifnya pasar besar ditandai dengan tingginya kebutuhan
konsumen untuk kebutuhan sehari-hari dan penyediaan barang dari penjual.
Di tahun berikutnya mengalami penurunan karena di pengaruhi oleh
menurunnya hasil dari pertanian. Namun di tahun 2015, pemerintah
berupaya untuk meningkatkan kembali sektor ini melalui pariwisata dan
berupaya menyetok kebutuhan dari tempat lain. Hal ini lumayan berhasil
karena laju pertumbuhan ekonomi tahun 2015 naik ke angka 7,84%.

Sektor Angkutan dan komunikasi selalu meningkat dari tahun 2011


sampai tahun 2015 dikarenakan meningkatnya jumlah kendaraan /angkatan
umum khusunya pick up. Serta cukupnya aksesibilitas untuk kendaraan
karena pemerintahan telah membangun banyak jembatan untuk
menghubungkan antar desa. Jumlah pengguna alat komunikasi dan TV
meningkat dikarenakan kebutuhan masyarakat dan tidak adanya hambatan
pada jaringan.
Di tahun 2011,2012,2013 laju pertumbuhan pereknomian sektor
keuangan menurun menjadi 4,73% , 4,58% dan 3,87%. Hal ini terjadi
karena Kecamatan Sindue tidak memiliki lembaga keuangan hanya terdapat
satu koperasi. Namun dimulai pada tahun 2014 dan2015 sektor ini
meningkat menjadi 4,16% dan 4,67. Hal ini dikarenakan dibukanya Bank
BRI unit Sindue yang sangat membantu masyarakat dalam bertransaksi.
Jasa yang mendominan di Kecamatan Sindue adalah jasa
perseoranagan. Di tahun 2011 dan 2012 Kecamatan Sindue mengalami
kenaikan laju pertumbuhan sebesar 0,08% disebabkan meningkatnya di
sektor perdagangan dan pertanian. Namun di dua tahun berikutnya sektor
jasa mengalami penurunan disebabkan turunnya pertumbuhan sektor
pertanian dan perdagangan. Di Tahun 2015 kembali naik dengan nilai
6,44% dikarenakan naiknya sektor perdagangan dan pertambangan yang
mempengaruhi jasa yang akan diberikan.

43
i) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Sindue Tambusabora (%)

Tabel 3.9

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 2,49 3,19 3,42 2,58 2,26
Pertambangan
2 dan 8,46 9,38 7,62 7,25 6,84
penggalian
Industri
3 3,54 4,72 5,10 6,74 7,16
Pengolahan
Listrik, Air
4 5,44 6,06 6,69 7,23 7,52
dan Gas
5 Bangunan 7,81 8,23 7,47 6,96 6,34
Perdagangan,
6 Hotel dan 5,92 6,28 6,56 7,27 7,83
Restoran
Angkutan dan
7 6,12 6,44 7,12 7,51 8,14
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 4,46 4,69 4,34 4,20 4,12
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 6,12 6,55 6,22 5,81 5,79

Keterangan

Angka tertinggi dari tahun 2011-2015

Angka tertinggi di tahun tersebut

Angka terendah ditahun tersebut

Angka terendah ditahun 2011-2015

44
Grafik 3.9

Laju Pertumbunan Ekonomi


Kecamatan Sindue Tambosabora (%)
10

0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

Hasil analisis:
Dalam sektor pertanian tahun 2011 laju pertumbuhannya sekitar 2,49 %.
Pada tahun 2012 dan 2013 sektor pertanian mengalami kenaikan persentase
hingga 3,42% ditahun 2013 dan penurunan kembali hingga mencapai angka
2, 26 % di tahun 2015. Hal itu disebabkan oleh semakin berkurangnya lahan
pertanian karena bertambahnya jumlah penduduk. Selain itu, seiring dengan
perkembangan zaman semakin modern yang merubah pola pikir
masyarakatnya membuat masyarakat sekitar ingin mencari pekerjaan yang
lain, dimana menurut mereka pekerjaan baru tersebut lebih menjanjikan
dibanding dengan pekerjaan mereka sekarang.
Dalam sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2011 laju
pertumbuhan berkisar pada angka 8,46 % dan melonjak naik pada tahun
berikutnya 2012 di angka 9,38 % tetapi mengalami penurun lagi pada tahun
2013 hingga 2015 pada angka 6, 84 %. Hal ini disebabkan oleh karena
adanya beberapa perusahaan yang masih aktif dulunya dalam pertambangan
dan penggalian ilegal dan saat ini tidak ditertibkan pemerintah setiap

45
tahunnya sehingga masyarakat masih bisa keluar masuk dalam
pertambangan dan penggalian.
Dalam sektor industri pengolahan dimulai dengan angka 3,54 % pada
tahun 2011 dan mengalami kenaikan berangsur angsur setiap tahun hingga
pada tahun 2015 menginjak angka laju pertumbuhan sebesar 7,16 %. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam memnuhi
kebutuhan hidup seperti sandang,pangan dan papan sehingga laju
pertumbuhan dalam sektor industri pengolahan setiap tahunnya
meninggkat.
Dalam sektor listrik, air, dan gas setiap tahun nya semakin meningkat,
dari tahun 2011 di angka 5,44 % hingga pada tahun 2015 sampai pada angka
7,52 %. Hal ini disebabkan oleh sudah mulai berkembangnya kecamatan di
daerah ini sehingga pemerintah mulai meningkatkan sektor listrik, air, dan
gas di daerah ini yang menurut kita bahwasannya ini merupakan sektor yang
penting bagi kehidupan.
Dalam sektor bangunan ini, pada tahun 2011 di mulai dengan angka
yang lumayan besar sebesar 7,81 % dan naik pada tahun berikutnya sebesar
8,23 % tetapi pada tahun setelahnya mengalami penurunan hingga tahun
2015 pada angka 6, 34 %. Hal ini dapat disebabkan karena segi biaya, SDA
dan permasalahan penghambat pembangunan lainnya sehingga setiap
tahunnya mengalami penurunan.
Dalam sektor perdagangan, hotel dan resto dimulai pada angka 5,92 %
pada tahun 2011 dan naik setiap tahunnya berangsur angsur hingga pada
tahun 2015 berada di angka laju pertumbuhan sebesar 7, 83 %. Hal ini
disebabkan sudah mulai berkembangnya sektor perdagangan hotel dan resto
di kecamatan ini hingga meningkatnya angka laju pertumbuhan.
Dalam sektor angkutan dan komunikasi dimulai pada angka 6,12 % di
tahun 2011 dan setiap tahun mengalami peningkatan hingga pada tahun
2015 laju pertumbuhannya meninggkat pada angka 8,14 %. Hal ini
disebabkan karena sudah mulai berkembangnya komunikasi di kecamatan
ini serta sudah mulai beroperasinya provider peningkat jaringan internet.

46
Dalam sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang paling
tinggi berada pada angka 4,69 % di tahun 2011 ini. Hal ini disebebkan
karena masih banyaknya warga yang lebih memilih persewaan dari jasa
perusahaan dan pada tahun 2015 merupakan tingkat terendah pada angka
4,12 %.
Dalam sektor jasa-jasa ini paling tinggi terletak pada tahun 2012 pada
angka 6,55 % dan setelah itu mengalami penurunan terendah hingga pada
tahun 2015 pada laju pertumbuhan 5,79 %. Hal ini disebabkan karena ada
nya keperluan warga akan jasa jasa pemerintah sebegai utama dan jasa
pendidikan, kesehatan dll sebagai jasa penunjang sehingga angka pada
sektor jasa ini sangat bervariasi.

j) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Sindue Tobata (%)

Tabel 3.10

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 4,70 4,63 4,12 3,06 3,01

Pertambangan
2 6,70 6,88 6,01 7,02 6,15
dan penggalian

Industri
3 3,77 3,56 3,89 3,21 2,96
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 3,86 4,40 5,70 5,80 6,53
Gas
5 Bangunan 6,19 6,37 6,84 7,25 6,29
Perdagangan,
6 Hotel dan 7,38 7,61 7,42 8,09 8,13
Restoran
Angkutan dan
7 5,00 5,22 5,97 6,62 6,49
Komunikasi

Keuangan,
8 Persewaan, dan 5,17 4,85 4,88 5,04 4,82
Jasa Perusahaan

9 Jasa-jasa 6,03 6,12 4,86 4,61 4,56

47
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.10

Laju Pertumbunan Ekonomi


Kecamatan Sindue Tobata (%)
10

0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

Hasil analisis:
Dalam sektor pertanian tahun 2011 laju pertumbuhannya sekitar 4,70 %.
Pada tahun 2012 sektor pertanian mengalami penurunan persentase dan ber
angsur angsur menurun hingga 3, 01 % ditahun 2015. Hal itu disebabkan
oleh semakin berkurangnya lahan pertanian karena bertambahnya jumlah
penduduk dapat dibandingkan dengan bertambahnya bangunan serta dari
sektor perdagangan, hotel dan restoran serta didukung oleh faktor yang
memang luas lahan pertanian di daerah ini sangat kecil. Selain itu, seiring
dengan perkembangan zaman semakin modern yang merubah pola pikir
masyarakatnya membuat masyarakat sekitar ingin mencari pekerjaan yang

48
lain, dimana menurut mereka pekerjaan baru tersebut lebih menjanjikan
dibanding dengan pekerjaan mereka sekarang.
Dalam sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2011 laju
pertumbuhan berkisar pada angka 6,70 % dan naik pada tahun berikutnya
2012 di angka 6,88 % dan turun lagi pada tahun 2013 pada angka 6,01 %.
Pada tahun 2014 laju pertumbuhan naik hingga angka 7,02% tetapi turun
pada tahun setelahnya pada angka 6, 15 %. Hal ini disebabkan oleh karena
adanya beberapa perusahaan yang masih aktif dalam pertambangan dan
penggalian ilegal tidak ditertibkan pemerintah setiap tahunnya hingga
mengalami kenaikan dan penurunan laju pertumbuhan.
Dalam sektor industri pengolahan dimulai dengan angka 3,77 % pada
tahun 2011, naik 3,89% pada tahun 2013 dan semakin turun ke angka 2,96
% pada tahun 2015. Hal ini disebabkan karena meningkatnya kebutuhan
masyarakat dalam memnuhi kebutuhan hidup seperti sandang,pangan dan
papan menyebabkan kekurangan bahan baku dalam industri pengolahan.
Dalam sektor listrik, air, dan gas setiap tahun nya semakin meningkat,
dari tahun 2011 di angka 3,86 % hingga pada tahun 2015 sampai pada angka
6, 53 %. Hal ini disebabkan oleh sudah mulai berkembangnya kecamatan di
daerah ini sehingga pemerintah mulai meningkatkan sektor listrik, air, dan
gas di daerah ini yang menurut kita bahwasannya ini merupakan sektor yang
penting.
Dalam sektor bangunan ini, pada tahun 2011 di mulai dengan angka
yang lumayan besar sebesar 6,19 % dan naik hingga tahun 2014 pada angka
7, 25% tetapi setelah itu sektor bangunan mulai menurun pada tahun
terakhir hingga pada angka 6, 29% pada tahun 2015. Hal ini dapat
disebabkan karena segi biaya, SDA dan permasalahan penghambat
pembangunan lainnya.
Dalam sektor perdagangan, hotel dan resto dimulai pada angka 7,38%
pada tahun 2011 dan naik pada angka 7, 61% pada tahun berikutnya. Tetapi
pada tahun 2013 mengalami penurunan hingga menyentuh angka 7, 42%
pada tahun 2014 dan naik kembali pada tahun 2014 pada angka 8,09 %
hingga 8, 13 % pada tahun 2015. Hal ini disebabkan sudah mulai

49
berkembangnya sektor perdagangan hotel dan resto di kecamatan ini hingga
meningkatnya angka laju pertumbuhan.
Dalam sektor angkutan dan komunikasi dimulai pada angka 5,00 % di
tahun 2011 dan setiap tahun mengalami peningkatan hingga pada tahun
2015 laju pertumbuhannya meninggkat pada angka 6,49 %. Hal ini
disebabkan karena sudah mulai berkembangnya komunikasi di kecamatan
ini serta sudah mulai beroperasinya provider peningkat jaringan internet
Dalam sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang paling
tinggi berada pada angka 5,17 % di tahun 2011 ini. Hal ini disebebkan
karena masih banyaknya warga yang lebih memilih persewaan dari jasa
perusahaan dan pada tahun 2015 merupakan tingkat terendah pada angka
4,82 %.
Dalam sektor jasa jasa ini paling tinggi terletak pada tahun 2012 pada
angka 6,12 % dan setelah itu mengalami penurunan terendah hingga pada
tahun 2015 pada laju pertumbuhan 4,56 %. Hal ini disebabkan karena ada
nya keperluan warga akan jasa jasa pemerintah sebegai utama dan jasa
pendidikan, kesehatan dll sebagai jasa penunjang sehingga angka pada
sektor jasa ini sangat bervariasi.

k) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamaan Sirenja (%)

Tabel 3.11

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 6.44 5.52 6.74 4.08 3.92
Pertambangan
2 7.88 6.31 6.57 6.53 5.36
dan penggalian
Industri
3 5.72 5.80 6.01 6.48 6.74
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 4.51 4.80 5.78 6.33 6.32
Gas
5 Bangunan 8.54 6.86 6.92 6.44 5.51
Perdagangan,
6 Hotel dan 8.13 7.42 7.65 6.90 6.53
Restoran
Angkutan dan
7 5.76 6.35 6.80 7.07 7.56
Komunikasi

50
Keuangan,
8 Persewaan, dan 4.43 4.88 4.97 4.93 5.56
Jasa Perusahaan

9 Jasa-jasa 6.28 6.33 6.28 5.96 5.66

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.11

Laju Pertumbunan Ekonomi


Kecamatan Sirenja(%)
10

0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

Hasil analisis:
Sektor pertanian menunjukan persentase sebesar 6,44 persen pada tahun
2011 kemudian turun menjadi 5,52 persen di tahun 2012 lalu naik di tahun
berikutnya menjadi 6,74 persen dan pada tahun 2014 sampai 2015 terus
menurun menjadi 4,08 persen lalu 3,92 di tahun 2015 yang mana angka

51
tersebut menjadi persentase terendah dalam lima tahun di kecamatan
Sirenja. Pada tahun 2011 luas panen padi sawah mengalami kenaikan di
angka 10.016 ton kemudian mengalami penurunan di tahun 2012 dan
mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2013 lalu pada dua tahun berikutnya
terus mengalami penurunan sehingga produksi padi pada tahun 2015 hanya
sebesar 5.576,8 ton. Hal ini diakibatkan oleh kondisi irigasi di Kecamatan
Sirenja sebagian besar rusak, sehingga menghambat rutinitas petani
mengolah sawah. Tercatat pada Tahun 2015 juga kondisi irigasi di
Kecamatan Sirenja sebagian besar rusak, sehingga sebagian besar sawah
dikecamatan Sirenja tidak digarap ataupun ditanami Padi. Maka dari itu
persentase sektor pertanian pada tahun tersebut mengalami persentase yang
sangat rendah dari Sembilan sektor selama lima tahun terakhir yaitu dari
tahun 2011 sampai tahun 2015. Untuk lahan perkebunan umumnya petani
hanya merawat tanaman yang sudah ada, sehingga peningkatan luas lahan
perkebunan relatif sangat sedikit. Pada sub sektor peternakan di kecamatan
Sirenja perkembangannya cukup stabil dimana populasi jumlah ternak
besar, kecil maupun unggas dari tahun ketahun seperti tidak mengalami
perubahan. Jumlah ternak ini sebenarnya setiap tahun berubah, tetapi karena
setiap ternak beranjak dewasa langsung dikonsumsi (dijual atau dkonsumsi
sendiri) sehingga data jumlah populasi seperti tidak mengalami perubahan.
Peternakan diupayakan untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak
dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat disamping meningkatkan
pendapatan.

Sektor pertambangan dan penggalian cenderung mengalami penurunan


pada setiap tahunnya. Dimulai dari tahun 2011 berada pada persentase 7,88
persen kemudian turun pada angka 6,31 persen. Hanya pada tahun 2013
persentasenya naik dari 6,31 persen menjadi 6,51 persen. kemudian terus
menurun sampai pada tahun 2015 sebesar 5,36 persen. Pertambangan yang
terdapat di Kecamatan Sirenja adalah Pasir Feldspar. Jenis pertambangan
ini memang cukup melimpah di bumi dan salah satunya berada di
Kecamatan Sirenja. Hasil dari pertambangan Pasir Feldspar biasanya
digunakan dalam sektor industri. Poin poin tersebut juga mengakibatkan

52
persentase yang didapatkan sebenarnya pada setiap tahun cukup tinggi di
daerah tersebut hanya saja terkadang dibeberapa tahun mengalami
penurunan persentase. Salah satu penyebabnya juga karena hasil tambang
yang ditemukan di Kecamatan Sirenja hanya satu jenis tambang. Sektor
industri pengolahan mengalami peningkatan persentase yang cukup baik
dari tahun 2011 sampai tahun 2015. Persentase disetiap tahunnya antara lain
5.72 persen, 5.80 persen, 6.01 persen, 6.48 persen, dan 6.74 persen di tahun
2015. Bukan tanpa alasan, hal ini dikarenakan jumlah usaha/jasa industri
yang terbagi atas industri pengolahan besar, sedang maupun kecil terus
bertambah pada setiap tahunnya. Dengan adanya penambahan usaha/jasa
pasti akan berdampak langsung pada persentase pertumbuhan ekonomi di
Kecamatan Sirenja. Tercatat jumlah usaha/jasa dari tahun 2011 sampai
tahun 2015 secara berturut turut adalah 101, 157, 181, 206, dan 212. Dimana
usaha/jasa tersebut dibagi menjadi 4 kelompok yaitu salon, tukang emas,
tukang jahit, dan yang paling memberikan kontribusi terbesar adalah tukang
kayu/tukang batu. Selain dari empat kelompok usaha/jasa tersebut, usaha
perbengkelan, sulaman, dan anyaman juga memberikan pemasukan
persentase pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Sirenja. Untuk usaha
bengkel, usaha perbengkelan tersebar di beberapa desa-desa seperti Desa
Ombo, Desa Dampal, Desa Balentuma, Desa Lende dan Desa Ujumbou.
Sedangkan usaha sulaman dan anyaman masuk ke dalam industri kerajinan.
Pada tahun 2015 tercatat bahwa usaha industri di Kecamatan Sirenja
berjumah 50 usaha yang tersebar dibeberapa Desa diantaranya terdapat di
Desa Ombo, Jono Oge, Tompe dan Lompio. Di Kecamatan Sirenja, usaha
Industri Sulaman dan Anyam-anyaman. terdapat di Desa Tondo, Desa Jono
Oge dan Desa Tompe masing-masing 2 unit usaha, serta Desa Tanjung
Padang terdapat 1 unit usaha sulaman. Begitupula halnya dengan usaha
anyam-anyaman hampir diseluruh desa terdapat usaha tersebut. Desa
Lompio merupakan yang terbanyak dalam mengusahakan industry anyam-
anyaman yakni sebanyak 9 usaha, disusul oleh Desa Tompe dan Desa Sipi
masing-masing 4 usaha dan 2 usaha.

53
Sektor listrik, air, dan gas juga mengalami peningkatan disetiap
tahunnya. Dari tahun 2011 sebesar 4,51 persen terus naik sampai pada tahun
2015 sebesar 6,32 persen. hal ini dikarenakan pada daerah ini terdapat
banyak potensi energi untuk listrik salah satunya adalah energi terbarukan
yang berasal dari tenaga air dan matahari. Selain tenaga air dan matahari,
tenaga panas bumi juga bisa digunakan di hampir seluruh daerah Sulawesi
Tengah termasuk Kecamatan Sirenja. Dengan adanya semua potensi ini
pasti akan berdampak pada kenaikan persentase pada sektor tersebut di
setiap tahunnya.

Sektor bangunan cenderung terbalik dari sektor industri pengolahan dan


sektor listrik, air, dan gas. Sektor ini mengalami penurunan persentase pada
setiap tahunnya. Padahal di tahun 2011 persentase yang didapat sangat
tinggi daripada sektor laiinya yaitu sebesar 8,54 persen. Namun di tahun
berikutnya terus mengalami penurunan dari 8,54 persen menjadi 5,51 persen
di tahun 2015. Sektor bangunan harus memiliki modal yang cukup besar
dalam membangun infrastruktur. Vitalnya sektor bangunan juga sangat
perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusannya. Belum lagi naik
turunnya kinerja pada sektor tersebut sehingga sulit untuk menjaga
pertumbuhan ekonominya dan berakibat pada penurunan persentase pada
setiap tahunnya.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami penurunan


persentase pada setiap tahunnya dari 8,13 persen di tahun 2011 menjadi 6,53
persen di tahun 2015. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memiliki
persentase tertinggi di tahun 2012 dan 2013 daripada sembilan sektor
lainnya yaitu sebesar 7,42 persen dan 7,65 persen. Untuk sektor
perdagangan memang memegang peranan penting dalam perkembangan
ekonomi pada suatu daerah termasuk pada kecamatan Sirenja. Rata-rata
sektor perdangan diisi oleh pedagang eceran atau kios dimana jumlah dari
setiap tahunnya sudah cukup baik. Hanya saja untuk sektor Hotel dan
Restoran, Kecamatan Sirenja belum menjadi tempat yang cocok untuk
kedua sektor tersebut dikarenakan akses yang masih terlalu sulit.
Sebenarnya potensi untuk pembuatan hotel itu ada, seperti hotel yang

54
ditempatkan tidak terlalu jauh dari objek wisata. Hanya saja objek wisata di
Kecamatan Sirenja belum ada yang dikelola secara komersial sehingga
pengunjung yang ada hanya domestic saja. Padahal obyek-obyek wisata
tersebut kalau dikelola dengan baik dapat menghasilkan PAD bagi desa,
kecamatan maupun kabupaten. Begitu juga dengan Restoran, sehingga
wajar bahwa persentase yang didapatkan untuk sektor ini cenderung
menurun di setiap tahunnya.

Sektor angkutan dan komunikasi mengalami peningkatan persentase


pada setiap tahunnya, dari 5,76 persen di tahun 2011 kemudian terus
meningkat dan pada tahun 2015 mencapai angka 7,56 persen. pada tahun
2014 dan 2015 sektor ini memiliki persentase paling tinggi diantara
sembilan sektor laiinya yaitu 7,07 persen dan 7,56 persen. Jalan sebagai
sarana penunjang transportasi memiliki peran penting khusunya untuk
transportasi darat. Untuk kecamatan Sirenja jalan-jalan utama desa
umumnya sudah di aspal kecuali jalan menuju beberapa dusun sulit yaitu
UPT Meva, Pura dan jalan penghubung dari desa Lende tovea ke dusun
Labuana yang masih sulit dilalui dengan kendaraan roda empat. Selain
jalan, jembatan juga mempunyai peranan yang sangat penting sebagai
penunjang transportasi darat. Pada tahun 2015 jumlah jembatan di
kecamatan Sirenja sebanyak 24 unit permanen dan 4 unit semi permanen
yang masing-masing ada di Desa Ombo, Sibado dan Desa Ujumbou.
Disektor komunikasi, secara umum terdapat perkembangan yang positif
khususnya akses penduduk terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK). Hampir semua sarana komunikasi telah menjangkau desa-desa yang
ada di wilayah kecamatan ini, namun dibeberapa desa yang ada di
Kecamatan Sirenja masih terdapat dusun-dusun tertentu yang sama sekali
belum terjangkau oleh sarana komunikasi.

Sektor keungan, persewaan, dan jasa perusahaan juga mengalami


peningkatan disetiap tahunnya meskipun peningkatannya tidak terlalu
besar. Pada tahun 2011 persentasenya menunjukan angka 4,43 persen dan
terus meningkat sampai pada tahun 2015 sebesar 5,56 persen. namun sektor
ini pernah mengalami angka yang pling terendah di tahun 2011 dan tahun

55
2013 dibanding sembilan sektor laiinya di tahun tersebut. persentase
peningkatan yang tidak terlalu besar dikarenakan pusat-pusat pelayanan
yang didirikan setiap tahunnya hanya mengalami sedikit perubahan. Pada
tahun 2011 bisa kita lihat bahwa Jumlah Lembaga keuangan dikecamatan
Sirenja pada tahun 2011 masih sangat sedikit, Untuk perbankan hanya
terdapat 1 unit Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang terdapat di desa Tompe
Ibukota Kecamatan Sirenja. BRI Unit Sirenja ini sangat berperan dalam
perputaran roda perekonomian di kecamatan Sirenja. Lembaga keuangan
lainya adalah Penggadaian yang juga hanya terdapat 1(satu) yaitu di desa
Tanjung Padang. Lembaga ini sangat membantu masyarakat Kecamatan
Sirenja apabila ada kebutuhan yang sangat mendesak. Sementara untuk
Lembaga Koperasi yang aktif hanya 2(dua) Koperasi simpan pinjam, satu
berada didesa Lompio dan yang satu lagi berada di desa Lende. Sedangkan
untuk Koperasi Unit Desa sudah tidak aktif lagi Penerimaan Rutin di
Kecamatan Sirenja pada tahun 2010 berjumlah Rp. 171,9 juta, dan
penerimaan pembangunan berjumlah Rp. 401 juta. Jumlah wajib Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) di kecamatan sebanyak 6.239 wajib pajak,
dimana realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sejumlah Rp. 44,30
juta. Lalu kita bandingkan pada tahun 2015 yaitu Jumlah Lembaga
keuangan dikecamatan Sirenja pada tahun 2015 masih sangat sedikit, Untuk
perbankan hanya terdapat 1 unit Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang terdapat
di desa Tompe Ibukota Kecamatan Sirenja. BRI Unit Sirenja ini sangat
berperan dalam perputaran roda perekonomian di kecamatan Sirenja.
Lembaga keuangan lainya adalah Penggadaian yang juga hanya terdapat 1
(satu) yaitu di desa Tanjung Padang. Lembaga ini sangat membantu
masyarakat Kecamatan Sirenja apabila ada kebutuhan yang sangat
mendesak. Penerimaan Rutin di Kecamatan Sirenja pada tahun 2015
berjumlah Rp. 8.749.892.000-, yang berasal dari penerimaan rutin dan
penerimaan pembangunan masing-masing sebesar Rp. 2.624.968.000-, dan
Rp.6.124.924.000 Pada Tahun 2015 Jumlah wajib Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) di kecamatan Sirenja berkurang dari 7.998 pada tahun
sebelumnya menjadi 7.844 wajib pajak pada tahun 2015. Hal ini disebabkan

56
karena adanya kekeliruan yang terjadi di Desa Sipi sehingga jumlah wajib
pajak di Desa tersebut mengalami peninkatan., Persentasi jumlah wajib
pajak terbesar berasal dari Desa Tondo atau sebesar 23% karena jumlah
wajib pajak ini masih merupakan penggabungan dengan wajib pajak Desa
Ujumbou.maka bisa kita lihat bahwa perubahan yang dilakukan sangat
sedikit.

Sektor yang terakhir adalah sektor jasa-jasa. Sektor ini bisa dikatakan
memiliki persentase angka yang tidak stabil selama lima tahun yaitu dari
tahun 2011 sampai tahun 2015. Persentase angka yang ditunjukan berturut-
turut adalah 6.28 persen, 6.33 persen, 6.28 persen, 5.96 persen, dan 5.66
persen. Sektor jasa terkadang memiliki persentase yang cukup tinggi di
tahun sebelumnya atau bisa juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan yang
menjadi pusat sektor jasa pada kecamatan Sirenja adalah pasar. Pasar adalah
tempat terjadinya transaksi barang ataupun jasa antara penjual dan pembeli.
Bisa kita lihat pada tahun awal yaitu tahun 2011 di Kecamatan Sirenja yang
ada hanya Pasar Tradisional sebanyak 6 unit dan warung sebanyak 15 unit.
Pasar tradisional terdapat di desa Tondo, Sipi, Tanjung Padang, Sibado,
Tompe dan Lende dengan frekwensi kegiatan mingguan, sedangkan warung
terdapat di desa Tondo, Dampal, Tanjung Padang, Tompe dan Lendetovea.
Unit usaha reparasi mobil dan sepeda motor serta servis elektronik
merupakan bentuk usaha yang mendukung kegiatan sektor perdagangan.
Pada tahun 2010 usaha reparasi mobil belum ada, sepeda motor sebanyak
15 unit dan servis elektronik sebanyak 2 unit. Kemudian bisa kita lihat di
tahun 2014 di Kecamatan Sirenja yang ada hanya Pasar Tradisional
sebanyak 7 unit dan warung sebanyak 25 unit. Pasar tradisional terdapat di
desa Tondo, Sipi, Tanjung Padang, Sibado, Tompe, Lende dan Ombo
dengan frekwensi kegiatan mingguan, sedangkan warung terdapat di desa
Tondo, di tahun terakhir yaitu 2015 di Kecamatan Sirenja yang ada hanya
Pasar Tradisional sebanyak 7 unit dan warung sebanyak 25 unit. Pasar
tradisional terdapat di desa Tondo, Sipi, Tanjung Padang, Sibado, Tompe,
Lende dan Ombo dengan frekwensi kegiatan mingguan, sedangkan warung
terdapat di desa Tondo, Dampal, Tanjung Padang, Tompe, Lompio, Lende,

57
Lendetovea. dan Ujumbou. Dari data beberapa tahun yang telah dilihat
bahwa pasar sangat mudah merubah pertumbuhan ekonomi dalam sektor
jasa.

l) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Balaesang (%)

Tabel 3.12

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 6.45 5.42 5.44 4.81 3.90
Pertambangan
2 3.28 3.71 3.34 3.55 3.62
dan penggalian
Industri
3 4.47 5.38 5.66 6.04 6.13
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 5.47 5.71 6.15 6.40 6.79
Gas
5 Bangunan 6.78 6.34 5.89 5.71 6.23
Perdagangan,
6 Hotel dan 8.96 7.22 6.54 6.62 6.74
Restoran
Angkutan dan
7 4.34 4.63 5.31 5.22 5.63
Komunikasi

Keuangan,
8 Persewaan, dan 5.65 5.90 6.22 6.44 6.72
Jasa Perusahaan

9 Jasa-jasa 7.23 6.74 5.57 5.61 5.60

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

58
Grafik 3.12

Laju Pertumbunan Ekonomi


Kecamatan Balaesang (%)
10

0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

Hasil analisis:

Sektor pertanian memiliki persentase tertinggi di tahun 2011 yaitu


sebesar 6,45 persen, kemudian di tahun 2012 angkanya turun menjadi 5,42
persen. kemudian di 2013 naik lagi meskipun tidak sebesar tahun 2011
namun persentase yang didapatkan adalah sebesar 5,44 persen kemudian
terus menurun sampai di tahun 2015 menempati persentase sebesar 3,90
persen. Sektor pertanian yang dikembangkan di Kecamatan Balaesang
terdiri dari pertanian, perkebunan, dan peternakan yang dibagi atas ternak
besar, ternak kecil, dan ternak ungags. Dalam sektor pertanian pada tahun
2011 luas panen padi saat itu adalah 1.470 Ha dengan produksi padi sebesar
4.511 ton, lalu di tahun 2012 luas panen padi sebesar 2.571 Ha dengan hasil
produksi 12.429 ton. Jika kita bandingkan pada tahun sebelumnya,
seharusnya terjadi kenaikan pada persentase, tetapi kenyataannya malah
persentase pertanian di tahun 2012 menurun, itu menunjukan bahwa sektor
pertanian bukan penyebab turunnya persentase laju pertumbuhan
ekonominya. Pada tahun 2013 luas panen padi sebesar 2.331 Ha dengan

59
hasil panen 8.160 ton. Pada tahun 2014 luas panen padi sebesar 2.293 Ha
dengan hasil panen 8.496. Pada tahun 2015 luas panen padi sebesar 1.978
Ha dengan hasil panen sebesar 10 299 ton padi. Terjadi kenaikan dan
penurunan baik dari luas panen dan hasil panen. Luas panen yang besar
belum tentu menghasilkan panen padi yang besar pula begitu juga
sebaliknya. Untuk sektor perkebunan masyarakat Kecamatan Balaesang
menanam lima komoditas yaitu kelapa, kopi, cengkeh, coklat, dan lada.
Sektor ini memiliki hasil panen yang cukup menjanjikan. Untuk sektor
peternakan masyarakat beternak kambing dan babi. Peternakan yang besar
yaitu beternak kambing. Untuk sektor yang memengaruhi pertumbuhan
ekonomi di sektor pertanian, datang dari sub perikanan. Dimana mereka
masih sangat sederhana dalam pengambilan hasil laut yang menyebabkan
juga berkurangnya pendapatan.

Sektor pertambangan dan penggalian di Kecamatan Balaesang


menempati persentase yang cukup stabil namun persentase yang
didapatkannya kecil dari tahun 2011 sampai tahun 2015 berturut-turut
sebesar 3.28 persen, 3.71 persen, 3.3 persen, 3.55 persen, dan 3.62 persen.
hal itu disebabkan karena hasil penggalian yang ditemukan di Kecamatan
Balaesang sanagt sedikit. Terdapat potensi Kaolin, Pasir Feldspar, dan Pasir
Kuarsa.

Sektor ini terus mengalami peningkatan yang cukup baik di setiap


tahunnya. Persentase yang didapatkan secara berturut-turut dari tahun 2011
sampai tahun 2015 adalah 4,47 persen, 5,38 persen, 5,66 persen, 6,04
persen, dan 6,13 persen. Perusahaan yang bergerak di sektor Industri di
bedakan atas Industri Besar, Industri Sedang, Industri Kecil dan Kerajinan
Rumah Tangga. Dari data Yang berhasil dikumpulkan melalui Potensi Desa
ternyata diketahui Usaha yang ada di Kecamatan Balaesang adalah
tergolong Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga. Tahun 2011 jumlah
Industri kecil sebanyak 43 usaha dan Kerajinan tangan mencapai 408 usaha.
Sub industri ini terus mengalami peningkatan hingga tahun 2015 yang
diperoleh datanya adalah Dari data Yang berhasil dikumpulkan melalui
Potensi Desa ternyata diketahui Usaha yang ada di Kecamatan Balaesang

60
adalah tergolong Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga. Tahun 2015
jumlah Industri kecil sebanyak 59 usaha dan Kerajinan tangan mencapai
424 usaha. Selain usaha industri juga terdapat usaha perbengkelan berupa
bengkel motor sebanyak 33 buah dan servis barang elektronik sebanyak 4
buah. Usaha lainnya yang juga terdapat di desa-desa adalah jasa menjahit
pakaian sebanyak 23 usaha, tukang emas 1 usaha dan salon kecantikan
sebanyak 6 usaha untuk tahun 2011 dan ditahun 2015 terjadi peningkatan
usaha perbengkelan berupa bengkel motor sebanyak 39 buah dan servis
barang elektronik sebanyak 4 buah. Usaha lainnya yang juga terdapat di
desa-desa adalah jasa menjahit pakaian sebanyak 26 usaha, tukang emas 1
usaha dan salon kecantikan sebanyak 10 usaha. Dari semua data yang
diperoleh wajar bahwa pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Balaesang
terus meningkat disetiap tahunnya.

Sama seperti sektor indusri, sektor ini juga terus mengalami kenaikan
dengan persentase yang cukup baik di setiap tahunnya yang artinya
pertumbuhan ekonomi dalam sektor ini juga berkembang yaitu berturut
sebsar 5,47 persen, 5,71 persen, 6,15 persen, 6,40 persen, dan 6,79 persen
di tahun 2015. Fasilitas listrik sebagai penerangan sudah merupakan
kebutuhan utama bagi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat di
Kecamatan Balaesang. PLN sudah mampu menyalurkan listrik dengan baik
disana sehingga akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan ekonomi.
Untuk kebutuhan air minum masyarakat masih ada yang menggunakan air
sumur tetapi ada juga yang menggunakan air yang telah disediakan oleh
PDAM. Untuk gas sudah tercukupi di daetah ini.

Sektor Bangunan memiliki persentase yang cenderung menurun pada


pertumbuhan ekonominya. Meskipun penurunan yang dihasilkan tidak
begitu drastic. Dari tahun 2011 sampai pada tahun 2014 persentase laju
pertumbuhan ekonomi meurun dan naik di tahun 2015 sebesar 6,23 persen.
hal ini dikarenakan pembangunan di Kecamatan Balaesang cukup lambat.

Sektor ini memiliki persentase pertumbuhan ekonomi paling besar di


antara Sembilan sektor laiinya yaitu berturut-turur dari tahun 2011 sampai

61
2015 sebesar 8.96 persen, 7.22 persen, 6.54 persen, 6.62 persen, dan 6.74
persen. Namun terus mengalami penrunan persentase pertumbuhan
ekonomi di setiap tahunnya. Pasar adalah merupakan prasarana
perekonomian, dimana terjadi transaksi antara penjual dan pembeli.
Kebutuhan masyarakat akan barang-barang yang tidak dapat dihasilkan di
desa masing-masing biasanya diperoleh dari pasar, namun karena frekuensi
pasar yang hanya setiap minggu sekali, mengakibatkan gerak perekonomian
masyarakat menjadi terhambat. Pada tahun 2011 Prasarana Pemasaran di
Kecamatan Balaesang masih sangat kurang, sehingga merupakan kendala
bagi masyarakat umum, Jumlah desa yang memiliki pasar di Kecamatan
Balaesang hanya tiga desa yaitu Desa Labean, Tambu dan Desa Sibayu
Disamping itu juga terdapat toko/kios kelontong yang menjual bahan
kebutuhan pokok dan mengingat jarak kecamatan ini dari ibu kota
Kabupaten atau Propinsi cukup jauh , maka bagi mereka yang ingin
bermalam di daerah ini juga telah tersedia 2 buah Penginapan di kecamatan
ini. Kondisi prasarana yang rusak juga tidak berubah sampai pada tahun
2015. Disamping itu juga terdapat toko/kios kelontong yang menjual bahan
kebutuhan pokok dan mengingat jarak kecamatan ini dari ibu kota
Kabupaten atau Propinsi cukup jauh , maka bagi mereka yang ingin
bermalam di daerah ini juga telah tersedia 5 buah Penginapan di kecamatan
ini. Berarti selama lima tahun terjadi penambahan 3 penginapan. Disamping
itu sektor restoran tidak terlalu berkembang di daerah ini dikarenakan
kondisi prasarana.

Sektor Angkutan dan Komunikasi memiliki kenaikan di setiap


tahunnya. Meskipun jika dihitung kenaikan yang dicapai dari tahun 2011
dan 2015 hanya sebesar 1,29 persen. Persentase yang didapatkan secara
berturut-turut adalah 4.34 persen, 4.63 persen, 5.31 persen, 5.22 persen, dan
5.63 persen. Untuk penunjang arus perekonomian di suatu tempat perlu
tersedianya sarana perhubungan antar daerah dan desa itu sendiri, sehingga
arus lalu lintas baik kendaraan bermotor maupun tidak bermotor dapat
beroperasi dengan baik. Disamping prasarana jalan, jembatan sebagai
penghubung tidak dapat diabaikan keberadaannya. Pada tahun 2011 di

62
Kecamatan Balaesang terdapat 9 buah jembatan permanen, dan 9 buah
jembatan semi permanen. Jalan sebagai sarana penunjang transportasi
memiliki peran penting khusunya untuk transportasi darat. Disamping
prasarana jalan dan jembatan, sudah barang tentu sarana angkutan berupa
kendaraan bermotor adalah sangat vital keberadaannya. Berdasarkan data
yang diperoleh dari masing-masing kepala desa diketahui jumlah mobil
penumpang yang ada di daerah ini mencapai 18 buah, dan mobil angkutan
barang berjumlah 44 buah. Mengingat di Kecamatan ini sebagian besar
Desa Pesisir Alat Transporsi Laut sangatlah penting sebagai penunjang mata
pencarian khususnya para nelayan Pada sektor komunikasi telah terjadi
perkembangan yang sangat menggembirakan, dimana hampir seluruh desa
telah dapat menikmati akses komunikasi dengan telepon seluler sehingga
arus informasi dari desa ke desa semakin mudah. Kondisi tersebut terus
membaik sehingga mebuat persentase laju pertumbuhan ekonomi semakin
meningkat disetiap tahunnya. Tercatat data yang didapat pada tahun 2015
adalah Berdasarkan data yang diperoleh dari masing-masing kepala desa
diketahui jumlah mobil penumpang yang ada di daerah ini mencapai 20
buah, dan mobil angkutan barang berjumlah 48 buah. Di Kecamatan ini
transportasi laut masih digunakan oleh masyarakat sebagai alat transportasi
menuju beberapa desa yang ada di Kecamatan Balaesang Tanjung dan untuk
transportasi antar pulau yaitu ke Kalimantan. Untuk transportasi antar pulau
digunakan Kapal motor yang berjumlah 8 unit sedangkan untuk transportasi
ke desa-desa di Kecamatan Balaesang Tanjung digunakan Perahu motor
tempel yang berjumlah 9 unit. Pada sektor komunikasi telah terjadi
perkembangan yang sangat menggembirakan, dimana hampir seluruh desa
telah dapat menikmati akses komunikasi dengan telepon seluler sehingga
arus informasi dari desa ke desa semakin mudah

Sektor ini juga mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi dari


tahun 2011 sampai tahun 2015 yaitu sebesar 5.65 persen, 5.90 persen, 6.22
persen, 6.44 persen, dan 6.72 persen. Koperasi adalah merupakan soko guru
perekonomian bagi masyarakat, baik di daerah perkotaan maupun
masyarakat yang ada di daerah pedesaan. Peranan koperasi dalam

63
pembangunan perekonomian adalah menghimpun usaha yang berskala kecil
untuk menjadikannya lebih besar dengan segala aspeknya. Kenyataan
menunjukkan bahwa masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan belum
memiliki kekuatan ekonomi yang cukup untuk mengembangkan usahanya
sendiri, karenanya mereka memerlukan bantuan dan bimbingan dari
pemerintah melalui koperasi yang dikenal dengan Koperasi Simpan Pinjam
Pada tahun 20011 tercatat jumlah KUD di Kecamatan Balaesang sebanyak
2 unit Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bagi masyarakat,
bahan pokok merupakan kebutuhan utama yang harus terus tersedia.
Olehnya kestabilan produksi dan harga-harga bahan pokok sangat
membantu peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat. Keadaan tersebut
terus meningkat hingga pada tahun 2015 tercatat jumlah Lembaga keuangan
di Kecamatan Balaesang sebanyak 7 unit Untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari bagi masyarakat, bahan pokok merupakan kebutuhan utama
yang harus terus tersedia. Olehnya kestabilan produksi dan harga-harga
bahan pokok sangat membantu peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat.

Sektor jasa-jasa cenderung mengalami penurunan persentase


pertumbuhan ekonmi du kecamatan Balesang, namun penurunan yang
didapatkan tidak begitu besar dibanding tahun sebelumnya. Tercatat dari
tahun 2014 ke 2015 hanya terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar
0,1%. hal ini terjadi karena keterbatasan prasarana di Kecamatan Balaesang.
Seharusnya jika prasarana baik pasti akan membutuhkan jasa-jasa seperti
hotel dan penginapan yang mumpuni.

m) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Balaesang Tanjung (%)

Tabel 3.13

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 4,80 5,27 5,90 4,07 3,68
Pertambangan
2 3,25 3,21 2,78 2,14 2,76
dan penggalian

64
Industri
3 2,71 2,54 2,65 3,47 3,14
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 3,27 3,74 4,24 5,14 5,34
Gas
5 Bangunan 5,78 5,24 5,73 4,38 4,52
Perdagangan,
6 Hotel dan 3,68 3,47 3,16 4,48 4,73
Restoran
Angkutan dan
7 2,96 3,35 4,23 4,24 5,06
Komunikasi

Keuangan,
8 Persewaan, dan 3,47 3,10 3,04 3,09 3,57
Jasa Perusahaan

9 Jasa-jasa 5,13 4,90 5,51 4,95 5,02

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.13

Laju Pertumbunan Ekonomi


Kecamatan Balaesang Tanjung (%)
8

0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015

Pertanian Pertambangan dan Penggalian


Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

65
Hasil analisis:
Pada tahun 2015 pertanian di Balaesang Tanjung mengalami penurunan
dari 4,07% ke 3,68% dikarenakan adanya pemekaran di Kabuputen
Donggala yang menyebakan berkurangnya tanah untuk pertanian yang
menjadikan tanah di Balaesang Tanjung akan terbagi dan menjadi hak dari
Kabupaten lain, hasil dari pemekaran. Dengan kata lain, Balaesang Tanjung
mengalami transformasi ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder.
Sedangkan pada tahun 2011-2013 sektor pertanian mengalami kenaikan,
karena di daerah Balaesang Tanjung masih daerah yang terbilang tertinggal
namun masyarakat di sana sangat melindungi alam dan lingkungan di
sekitar mereka, yaitu sumber air di daerah tersebut yang dikenal dengan
nama Danau Balaesang. Oleh karena itu, masyarakatnya memlilih bertani
karena lebih tradisional dan tidak merusak alam.

Pada sektor pertambangan adanya pembukaan tambang di daerah


Balaesang pada tahun 2011 yang menyebabkan tingginya nilai
pertambangan di daerah tersebut dengan angka 3,25%. Namun dalam
pengelolaannya beberpaa tahun terakhir menimbulkan kerusakan alam,
bahkan daerah pemanfaatan air ikut tercemar karena adanya bahan kimia
dan menyebabkan berkurangnya populasi ikan. Hal ini merupakan
penyebab mengapa sektor pertanian berkurang. Masyarakat sekitar
Balaesang menolak untuk melanjutkan pengelolaan pertambangan yang di
nilai merusak alam. Sehingga terjadi penurunan pada angka pengelolaan
pertambangan di Balaesang Tanjung. Namun pada tahun 2015,
pertambangan kembali menujukkan angka peningkatan dari 2,14 pada tahun
2014 menjadi 2,76 pada tahun 2015 , ini di karenakan Balaesang mulai
mengembangkan daerahnya ke arah yang lebih modern namun
masyarakatnya tetap mminta untuk terjaganya alam di sekitar mereka.

Pada sektor industri pengolahan angka menujukkan angka turun naik


dikarenakan adanya pengaruh dari pertanian, masyrakat mulai melakukan
pengelolaan hasil kebun ataupun cocok tanamnya. Saat angka pertanian

66
menurun, masyarakat mengelola hasil bumi lainnya agar perekonomian nya
tidak menurun, karena di Balaesang belum ada akses yang memadai.
Balaesang sendiri melakukan pengolahan berupa penyulingan minyak daun
cengkeh.

ketersediaan listrik, gas dan air di Balaesang Tanjung diikuti oleh


peningkatan perdagangan dan tampak signifikan pada tahun 2015, pada
tahun 2012-2015 pemerintah mulai memperhatikan daerah di Balaesang
Tanjung dan mulai mengadakan program-program pengembangan daerah di
Balaesang Tanjung dan salah satunya ialah penyediaan listrik dan perairan
di Balaesang Tanjung oleh karena itu terjadinya peningkatan untuk angka
penyediaan listrik, gas , dan air.

Balaesang sendiri merupakan daerah tertinggal di mana belum ada


pembangunan yang begitu baik di daerah tersebut. Namun pada tahun 2011
mulai ada pembangunan infrastruktur seperti lampu jalan dan mulai adanya
perbaikan akses menuju pertokoan ataupun akses menuju pusat kota.
Pembangunan ini merupakan program pemerintah untuk mengembangkan
daerah Balaesang adapun pembangunan ini berupa infrastruktur dan
prainfrastruktur untuk mendukung akses dan untuk memudahkan
nmasyarakatnya berkoneksibilitas dengan daerah yang lainnya. Namun,
pembangunan semakin tahun pembangunan mulai menurun dikarenakan
pembangunan daerah bergulir untuk daerah kecamatan di Donggala lainnya.

Perdagangan, restauran dan hotel mulai menujukkan angka


perkembangan dan penimgkatan, peningkatan setiap tahunnya di sebabkan
oleh adanya pengembangan wilayah di daerah Balaesang Tanjung untuk
fasilitas infrastruktur bahkan akses menuju ke Balaesang Tanjung yang
membuat investor ataupun masyarakat melihat kesempatan ini sebagai
peluang untuk meningkatkan perekonomian dengan membuka usaha baik
perdagangan kecil-kecilan sampai pembukaan hotel, karena daerah
Balaesang masih menyimpan sisi alam yang indah dan aksesbilitas yang
sudah baik, maka beberapa orang menjadikannya sebagai objek wisata,
seperti keindahan danau yang ada di Balaesang Tanjung.

67
Pada sektor angkutan dan komunikasi juga menunjukkan angka yang
semakin naik setiap tahunnya. Beberapa faktor pendukung dari kenaikan
angka sektor ini ialah adanya perbaikan jalan , aksesbilitas dan karena
transformasi perekonomian sektor primer menjadi sektor tersier di daerah
Balaesang. Dengan peningkatan sektor-sektor tersebut memicu sektor
transportasi untuk bergerak di bidangnya dengan tujuan memenuhi
kebutuhan masyarakat yang mulai berkembang untuk berpergian.
Infrastruktur komunikasi pun mulai menunjukkan angka yang baik untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat seperti jaringan telepon atau internet.

Pada tahun 2011 angka keuangan , persewaan dan jasa perusahaan


menunjukkan angka turun naik di tahun 2011-2012, hal ini dikarenakan dari
sisi penurunannya sektor pertanian sehingga penurunannya keuangan juga
persewaan bagi masyarakat untuk pengangkutan hasil dari bumi mereka.
Hal ini karena ketidaksiapan masyarakat ketika adanya tranformasi
perekonomian di Balaesang Tanjung. Angka kembali menurun sekitar 0,6%
pada tahun 2013 karena pada saat tersebut jasa perusahaan kembali menurun
karena masyarakat mengganggap perusahaan seperti pertambangan
merusak alam sekitar dan angka transportasi menunjukkan kenaikan,
sehingga persewaan kembali menurun. Pada tahun 2014 adanya kenaikan
pada keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, hal ini di sebabkan oleh
adaptasi masyarakat karena daerah Balaesang mulai terjadi pengembangan
wilayah, sehingga masyarakat dan inveestor mulai memanfaatkan
pengembangan tersebut sebagai peluang untuk memajukkan perekonomian
di sana. Dan kenaikan yang signifikan pada tahun 2015 hingga mencapai
3,57%, di mana di Balaesang pengembangan dan infrastruktur yang sudah
memadai menjadikan Balaesang memiliki pereokomian yang membaik
pula.

Pada jasa lainnya , menunjukkan angka turun naik pada tahun 2012, hal
ini di sebabkan oleh beberapa faktor karena turun naiknya faktor utama dari
pemicu adanya jasa lainnya. Sektor utama dari Balaesang pada tahun
tersebut adalah pertanian, namun karena adanya penurunan dari pertanian
maka jasa pendukung untuk sektor ini menurun walaupun tidak terlalu

68
signifikan. Namun kembali menunjukkan peningkatan dari 4,90% pada
tahun 2012 menjadi 5,51% pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan adanya
pengembangan wilayah dan perbaikan infrastruktur di Balaesang, sehingga
jasa lain seperti jasa kesehatan dapat masuk untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di Balaesang. Pada saat itu, jasa kesehatan memang belum
terjamin di sana. Namun pada tahun 2014 mengalami sedikit penurunan, hal
ini dikarenakan pada tahun 2014, pemerintah mulai melakukan
pembangunan di daerah selain Balaesang sehingga jasa lain seperti
kesehatan dan jasa pengangkutan mulai menurun namun pada tahun 2015
adanya peningkatan, karena pembangunan dan pemenuhan infrasturktur di
kecamatan Balaesang sudah layak pakai sepenuhnya.

n) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Dampelas (%)

Tabel 3.14

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 8,33 7,24 7,19 6,06 5,21

Pertambangan
2 4,64 5,43 6,28 7,56 8,98
dan penggalian

Industri
3 5,04 5,46 6,67 6,38 5,76
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 4,50 4,61 5,75 6,06 6,53
Gas
5 Bangunan 5,38 5,16 6,39 6,41 8,65
Perdagangan,
6 Hotel dan 7,10 5,26 7,65 7,29 8,47
Restoran
Angkutan dan
7 7,77 7,57 6,64 6,90 7,11
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan
8 5,48 6,13 6,06 5,75 6,51
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 6,10 6,11 4,68 5,17 5,33

69
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.14
Laju Pertumbunan Ekonomi
Kecamatan Dampelas (%)
10

0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015

Pertanian Pertambangan dan Penggalian


Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

Hasil Analisa:
Pada sektor pertanian di Dampelas tahun 2011-2012 mengalami
penurunan, hal ini disebabkan karena daerah Dampelas memiliki letak
geografis yang kecamatan ini terkadang akan terkena bencana alam seperti
gempa. Yang terjadi gempa pada tahun 2014 seningga mengalami
penurunan 6,06%. Dan tahun-tahun 2011-2015 terus mengalami penurunan,
dikarenakan Kabupaten Donggala mengalami pemekaran Kabupaten dan
adanya trasnformasi dari sektor primer ke sektor sekunder. Yang
menjadikan sektor pertanian semakin menurun.

70
Pada sektor pertambangan angka menujukkan kenaikkan
dikarenakan mulai masuknya perusahaan tambang di Dampelas pada tahun
2010. Di mana Dampelas berpotensi menghasilkan pertambangan bahan
galian golongan A dan gas bumi. Dan pada tahun 1011-2015 angka
penggalian pun terus menujukkan pertambahan dan memiliki nilai terbesar
di anatara 9 sektor di Dampelas.
Industri pengolaan di Dampelas menunjukkan angka naik dari tahun
2011-2014, dimana masyarakatnya dengan produksi kayu dan juga adanya
industri penyulingan minyak daun cengkeh. Di mana masyarakat mulai
menanam sumber daya yang menjadi bahan uatama dalam proses produksi
di Dampelas. Namun pada tahun 2015 mengalami penurunan yang di
karenakan oleh adanya terjadi gempa di sekitar Dampelas yang menjadikan
industri ini mengalami penurunan hingga 5,76%.
Seperti halnya Balaesang Tamjung, Dampelas juga merupakan
daerah tertinggal di Kabupaten Donggala. Pada tahun 2013, di Dampelas
mulai ada pengembangan wilaya oleh pemerintah dan memenuhi kebutuhan
air dengan sumber daya Danau di Dampelas, serta mengalirkannya ke
rumah-rumah. Begitu pula dengan ketersediaan dari gas dan listrik karena
pemerintah mulai mengadakan pembanguan pra infrastruktur di daerah
Dampelas.
Angka pembangunan di Dampelas menunjukkan angka yang
cenderung naik, pembangunan di Dampelas naik secara signifikan pada
tahun 2015 yang mencapai 8,65%. Hal ini dikarnakan adanya
pengembangan wliayah dan faktor tersedianya pra infrastuktur yang ada di
Dampelas.
Angka dari persewaan, perhotelan di Dampelas cenderung naik
hingga pada tahun 2015 sebesar 8,65%. Hal ini disebabkan karena daerah
di Dampelas ini ada objek wisata berupa air jernih dan pasir putih yang
indah, sehingga menarik konsumen untuk menikmati keindahan alam di
Dampelas sehingga beberapa masyarakat dan investor mengambil
kesempatan untuk membuka usaha. Dampelas juga menjadi tempat resort
dan penelitian dikarenakan memiliki flora dan fauna yang unik.

71
Angkutan dan Komunikasi mengalami pasca turun naik, hal ini
dikarenakan adanya pembangunan pada tahun 2012-2013 di Dampelas.
Yang menyebabkan terjadinya penurunan ialah, pada tahun 2012-2014,
masyarakat Dampelas yang terbilang masih masyarakat tertinggal kurang
siap dengan transformasi menuju sektor tersier. Namun pada tahun 2015
mengalami kenaikan setelah Dampelas pernah terkena gempa tahun 2014.
Pada keuangan mengalami kenaikan untuk tahun 2012 karena
adanya pengembangan wilayah dan mengalami penurunan signifikan tahun
2014 dikarenakan adanya gmpa yang terjadi di Dampelas, namun keuangan,
jasa perusahaan dan persewaan kembali meningkat karena asksesbilitas dan
pembangunan wilayah yang membaik hingga mencapai 6,51% pada tahun
2015.
Pada jasa lainnya mengalami penurunan pada tahun 2013 dan
mencapai 4,68% hal ini dikarenakan, faktor adanya pengganti pelayanan
pada jasa lainnya seperti jasa kesehatan , di mana masyarakat kini lebih
memilih untuk pergi ke Ibu Kota untuk melakukan pengobatan seperti
adanya malaria tahun 2013. Namun adanya perbaikan pelayanan dan
pengembangan infrasturktur untuk ajsa lainnya sehingga adanya kenaikan
untuk tahun 2015.

o) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Sojol (%)

Tabel 3.15

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 6,40 6,93 6,66 5,35 4,41
Pertambangan
2 dan 7,52 8,24 8,57 9,17 9,69
penggalian
Industri
3 5,14 5,63 6,18 6,25 6,76
Pengolahan
Listrik, Air
4 5,45 6,49 6,91 7,24 7,51
dan Gas
5 Bangunan 7,76 6,89 7,53 6,96 7,57

72
Perdagangan,
6 Hotel dan 5,71 5,36 6,87 6,54 6,85
Restoran
Angkutan dan
7 4,40 4,95 5,57 6,01 6,86
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 3,97 4,55 4,70 5,00 5,03
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 4,73 4,88 5,34 5,67 6,01

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.15

Laju Pertumbunan Ekonomi


Kecamatan Sojol (%)
15

10

0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

73
Hasil Analisis:

Dalam sektor pertanian, pada tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi


sebesar 6,40% dan pada tahun 2015 mengalami penurunan yang drastis
yaitu mencapai 4,41%. Kenaikan yang terjadi tidak signifikan, padahal
kecamatan Sojol terutama di Desa Tonggolobibi merupakan desa yang
dikenal sebagai basis utama pertanian. Ada sekitar 1400 ha lebih lahan
pertanian yang produktif, tetapi karena semakin bertambahnya penduduk
semakin mengurangi lahan untuk pertanian. Desa Tonggolobibi merupakan
desa dengan luas lahan persawahan dan penghasil beras terbesar di
kecamatan Sojol, sementara desa Bukit Harapan adalah desa pegunungan
yang tidak memiliki lahan sawah, dan desa Pangalaseang adalah desa
dengan luas lahan sawah paling sedikit. Perubahan fungsi lahan pertanian
menjadi tempat tinggal menjadi salah satu faktor turunnya persentase.

Dalam sektor pertambangan dan penggalian, di tahun 2011 memiliki


nilai 7,52%, lalu disusul 2012, 2013, 2014 dan 2015 yang memiliki
kenaikan yang tinggi. Di sektor pertambangan ini mempunyai peran penting
karena pertumbuhan ekonomi terbesar di kecamatan Sojol terletak pada
sektor ini. Di tahun 2015 memiliki persentase sebesar 9,69%. Hal ini
dikarenakan dalam pelaksanaanya, pihak terkait melibatkan berbagai
stakeholders. Pemerintah Kabupaten Donggala juga menerapkan dua
kebijakan strategis yakni: (a) mengajak dan melibatkan para pengusaha
tambang galian C untuk turut berpartisipasi dalam program Community
Development (comdev); realisasi kebijakan ini ditunjukkan melalui
kegiatan sunatan massal baik di wilayah Desa Lolioge Kecamatan Banawa,
maupun di wilayah Kecamatan Labuan. (b) memperketat pengawasan
terhadap lingkungan melalui upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan
upaya pemantauan lingkungan (UPL). Lalu beberapa perusahaan juga
mencoba mendaur ulang sisa olahan/buangan bahan tambang. Hal ini yang
membuat sektor pertambangan menjadi sektor yang berperan besar dalam
laju pertumbuhan ekonomi di kecamatan Sojol.

74
Dalam sektor industri pengolahan, pada tahun 2011 memiliki persentase
sebesar 5,14% dan mengalami kenaikan sampai di tahun 2015 sebesar
6,76%. Mengapa selalu mengalami kenaikan? Hal ini dikarenakan
perusahaan industri yang ada di Kecamatan Sojol seluruhnya merupakan
industri atau kerajinan rumah tangga, yang meliputi industri pengolahan
hasil pertanian 49 buah, industri anyaman 70 unit, dan industri batu bata dan
gerabah 453unit. Industri pengolahan terbanyak berada di desa
Tonggolobibi, yakni sebanyak 21 unit dan yang paling sedikit di desa Bukit
Harapan yakni 1 unit. Demikian pula dengan industri anyaman terbesar
berada di desa Tonggolobibi, dimana di desa tersebut terdapat satu dusun
merupakan sentra pembuatan atap daun nipah.

Dalam sektor listrik, air dan gas, bisa dilihat dari tahun 2011 sebesar
5,45% dan di tahun 2015 mencapai 7,51% mengalami kenaikan yang
signifikan. Luasnya wilayah dan terbatasnya kapasitas menyebabkan tidak
semua desa dapat terlayani oleh listrik PLN. Dari Sembilan desa yang ada
di Kecamatan Sojol baru lima desa yang terlayani oleh listrik PLN, sisanya
masih menggunakan listrik Non PLN sebagai alat penerangan. Walaupun
begitu, pemerintah tetap berusaha dengan meningkatkan pelayanan supaya
kecamatan Sojol memiliki akses listrik yang memadai. Selain itu,
kecamatan Sojol memiliki sungai yang bernama Sungai Taipa yang
merupakan sumber air utama. Sungai ini berfungsi memperlancar usaha
penduduk dalam meningkatkan pendapatannya telah dimanfaatkan secara
maksimal. Karena itu dari sembilan sungai yang ada, tujuh diantaranya telah
difungsikan sebagai bendungan untuk irigasi. Sehingga masyrakat maupun
pemerintah akan dengan mudahnya memiliki sumber air bersih.

Dalam sektor bangunan, pada tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi


sektor ini sebesar 7.76% disusul dengan tahun-tahun berikutnya yang
mengalami grafik turun-naik tidak konsisten. Di tahun 2012 mengalami
penurunan sebesar 6.89% dan mengalami penaikan di tahun 2013 sebesar
7.53%, lalu ditahun 2014 mengalami penurunan sebesar 6.96% dan
mengalami kenaikan lagi di tahun 2015 sebesar 7.57%. Hal ini dikarenakan

75
bangunan yang telah di bangun bukan hanya semata-mata dibangun asal-
asal, tetapi melihat kondisi di kecamatan Sojol sendiri.

Dalam sektor perdagangan, hotel, dan restoran, pada tahun 2011 laju
pertumbuhan ekonomi sektor ini sebesar 5,71% disusul dengan tahun-tahun
berikutnya yang mengalami kenaikan secara stabil, sampai di tahun 2015
persentase laju pertumbuhan ekonomi mencapai 6,85%. Kenaikan yang
stabil disektor ini dikarenakan Kecamatan Sojol memiliki beberapa tempat
pariwisata yang menyuguhkan pemandangan dan panorama alam yang
menakjubkan, diantaranya Air Terjun Balani dan Pasir Putih Tanjung
Sosopan. Kedua tempat wisata ini telah dimanfaatkan dan dijadikan sebagai
daerah tujuan rekreasi dan wisata pada hari-hari libur oleh masyarakat Sojol.

Dalam sektor angkutan dan komunikasi, pada tahun 2011 laju


pertumbuhan ekonomi sektor ini sebesar 4,40% disusul dengan tahun-tahun
berikutnya yang mengalami kenaikan secara stabil. Sampai di tahun 2015
persentase laju pertumbuhan ekonomi mencapai 6,86%. Kenaikan yang
stabil disektor ini dikarenakan sampai pada tahun 2015, pemerintah Sojol
telah membangun jalan Trans mulai dari desa Pangalaseang hingga desa
Bou, dengan kondisi jalan 93% beraspal. Bersamaan dengan pembangunan
jalan, pemerintah juga telah membangun jembatan sebanyak 95 buah yang
terdiri dari 28,42% permanen, 18,95% semi permanen, dan 52,63% masih
darurat. Disamping jalan, sarana penunjang transportasi lain yang juga vital
di kecamatan Sojol khususnya untuk masyarakat desa Pangalaseang adalah
transportasi laut, karena dari 8 (delapan) Dusun yang ada di desa ini, 3 (tiga)
Dusun diantaranya hanya dapat dijangkau oleh transportasi melalui laut.
Selain sarana perhubungan, sarana komunikasi seperti radio dan televisi
adalah merupakan sarana komunikasi dan informasi yang sangat penting
bagi masyarakat karena juga bisa menjadi sarana hiburan, selain kedua
sarana komunikasi tersebut akses masyarakat terhadap penggunaan Telefon
Seluler mengalami peningkatan cukup signifikan tinggi dalam satu tahun
terakhir.

76
Dalam sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, pada tahun
2011 laju pertumbuhan ekonomi sektor ini sebesar 3,97% disusul dengan
tahun-tahun berikutnya yang mengalami kenaikan secara stabil. Sampai di
tahun 2015 persentase laju pertumbuhan ekonomi mencapai 5,03%.
Kenaikan yang stabil disektor ini dikarenakan Kecamatan Sojol ditahun
2012 memiliki realisasi penerimaan sebesar 1.421.812 juta rupiah.
Penerimaan tersebut terdiri dari penerimaan rutin sebesar 497.634 juta dan
penerimaan pembangunan sebesar 924.178 juta, demikian pula halnya
dengan realisasi pengeluarannya. Target pajak untuk tahun 2014 Kecamatan
sojol mencapai Rp. 119.788 juta. Namun, kesadaran wajib pajak untuk
membayar pajak ternyata masih relatif rendah, sehingga realisasinya baru
mencapai sekitar 62,79 % atau 117.669 juta. Dengan demikian, tunggakan
pajak masih sekitar Rp.2.476 juta. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan-
pendekatan tertentu agar wajib pajak dapat melunasi pajaknya sesuai
dengan waktu yang ditentukan.

Dalam sektor jasa-jasa, pada tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi


sektor ini sebesar 4.73% disusul dengan tahun-tahun berikutnya yang
mengalami kenaikan secara stabil. Sampai di tahun 2015 persentase laju
pertumbuhan ekonomi mencapai 6.01%. Kenaikan yang stabil disektor ini
dikarenakan Kecamatan Sojol lebih memilih untuk mencari nafkah dibidang
pertanian maupun peternakan. Karena melihat potensi besar yang dimiliki
dalam menghasilkan padi maupun hasil perkebunan lainnya.

p) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Sojol Utara (%)

Tabel 3.16

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 4,84 5,30 5,22 3,16 2,68
Pertambangan
2 dan 7,71 8,34 9,25 7,75 7,29
penggalian

77
Industri
3 4,28 4,59 5,52 6,48 6,57
Pengolahan
Listrik, Air
4 4,55 4,85 5,11 5,55 6,31
dan Gas
5 Bangunan 7,92 7,80 8,37 7,76 6,89
Perdagangan,
6 Hotel dan 8,84 8,53 9,39 6,42 7,49
Restoran
Angkutan dan
7 7,67 8,27 8,85 9,51 9,41
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 4,83 5,07 5,31 5,72 5,55
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 7,54 7,42 7,50 6,53 6,44

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.16

Laju Pertumbunan Ekonomi


Kecamatan Sojol Utara(%)
10

0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

78
Hasil analisis:

Dalam sektor pertanian, pada tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi


mencapai 4,84% dan mengalami kenaikan di tahun 2012 sebesar 5,30%
dikarenakan memang Kecamatan Sojol Utara masyrakatnya bermata
pencaharian dalam pertanian maupun peternakan. Sedangkan di tahun 2013,
2014, 2015 mengalami penurunan sampai angka 2,68% yang merupakan
penyumbang terendah dari keseleruhan sektor. Mengapa? Karena
kebutuhan pemasokan padi yang membludak karna kondisi lingkungan
yang cocok menyebabkan padi tidak terolah dengan baik dan perubahan
fungsi lahan karena semakin tinggi tiingkat pertambahan penduduk
kecamatan Sojol Utara dari tahun ke tahun adalah salah satu penyebab nya
juga.

Dalam sektor pertambangan dan penggalian, pada tahun 2011 laju


pertumbuhan ekonomi mencapai 7.71% kemudian sampai di tahun 2013
mengalami kenaikan sebesar 9.25%. Kenaikan yang terjadi disebabkan
karena di tahun 2013 masuknya 2 perusahaan tambang PT. Mutiara Alam
Perkasa di tiga Desa; Siboang, Samalili dan Tonggolobibi serta CV. Raudan
Indah di Desa Balukang Kecamatan Sojol. Perusahaan ini berperan besar
dalam pengelolaan bahan-bahan tambang. Kemudian ditahun 2014, sektor
ini mengalami penurunan sebesar 7,75% dan disusul ditahun 2015 sebesar
7.29%. Penurunan ini disebabkan oleh 2 perusahaan tambang itu juga. Tidak
hanya bisa mengelola, tetapi perusahaan ini sewenang-wenang kepada
masyarakat karena melakukan pembukaan dan perluasan jalan tanpa
sepengetahuan pemilik- pemilik perkebunan yang akan di gunakan sebagai
jalan produksi perusahaan. Selain itu masyarakat tiga desa sangat resa
dengan aktivitas perusahaan karena membuat sungai yang di gunakan warga
sebagai sumber mata air pertanian terancam rusak. Jika kedepan sungai
menjadi rusak, masyarakat yang akan merasakan dampaknya adalah petani
itu sendiri. Selain itu untuk melanggengkan aktivitasnya perusahaan
menggunakan preman untuk mengitimidasi para penolak tambang.

79
Dalam sektor industri pengolahan, pada tahun 2011 laju pertumbuhan
ekonomi sektor ini sebesar 4,28% disusul dengan tahun-tahun berikutnya
yang mengalami kenaikan secara stabil. Sampai di tahun 2015 persentase
laju pertumbuhan ekonomi mencapai 6,57%. Kenaikan yang stabil disektor
ini dikarenakan kecamatan Sojol Utara memiliki industri kecil dan industri
kerajinan rumah tangga. Jumlah industri mikro sesuai data yang diperoleh
tahun 2014 tercatat sebanyak 30 industri dimana jumlah terbesar terdapat di
Desa Ogoamas II yaitu berjumlah 12 buah industri sedangkan yang terendah
di Desa Bengkolli yaitu berjumlah 2 buah industri.

Dalam sektor listrik, air dan gas, pada tahun 2011 laju pertumbuhan
ekonomi sektor ini sebesar 4.55% disusul dengan tahun-tahun berikutnya
yang mengalami kenaikan secara stabil. Sampai di tahun 2015 persentase
laju pertumbuhan ekonomi mencapai 6,31%. Kenaikan yang stabil disektor
ini dikarenakan kecamatan Sojol Utara memilk fasilitas listrik sebagai alat
penerangan sudah merupakan kebutuhan utama masyarakat sebanyak 1.756
pelanggan, sementara pelanggan listrik non PLN sebanyak 105 pelanggan.
Sedangkan data tentang jumlah gardu listrik PLN yaitu sebanyak 11 buah.
Akan tetapi dari 5 Desa masih terdapat dua desa yang belum terjangkau oleh
listrik yang dikelola oleh PLN yaitu Desa Pesik dan Desa Bengkolli, oleh
karenanya didesa tersebut dilakukan upaya pengadaan listrik melalui
swadaya masyarakat untuk membuat jaringan listrik desa. Seperti halnya
kebutuhan penerangan, masyarakat juga sangat membutuhkan sarana air
bersih untuk keperluan sehari-hari. Khusus untuk PDAM Kecamatan Sojol
utara hanya dapat melayani pelanggan pada tiga desa yaitu Desa Ogomas
1,Ogoamas 2 dan Desa Bengkoli, dengan jumlah pelanggan pada ketiga
desa tersebut menjadi 508 rumah tangga.

Dalam sektor bangunan, pada tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi


sektor ini sebesar 7.92% disusul dengan tahun-tahun berikutnya yang
mengalami penurunan. Sampai di tahun 2015 persentase laju pertumbuhan
ekonomi mencapai 6.89%. Hal ini dikarenakan bangunan bangunan yang
telah di bangun bukan hanya semata-mata dibangun asal-asal, tetapi melihat
kondisi di kecamatan Sojol Utara sendiri. Karena melihat potensi alam yang

80
luas sebagai lahan pertanian jadi tidak semudah itu untuk merubah fungsi
lahan denga mendirikan berbagai bangunan.

Dalam sektor perdagangan, hotel, dan restoran, pada tahun 2011 laju
pertumbuhan ekonomi sektor ini sebesar 8.84% disusul dengan tahun-tahun
berikutnya yang mengalami penurunan. Sampai di tahun 2015 persentase
laju pertumbuhan ekonomi mencapai 7,49%. Selain itu, untuk perdagangan
Kecamatan Sojol Utara memiliki toko sebanyak 33, kios berjumlah 299 dan
warung berjumlah 18, dimana fasilitas perdagangan tersebut sebagian besar
berada di Desa Ogoamas I. Jumlah toko sebanyak 33, kios berjumlah 299
dan warung berjumlah 18, dimana fasilitas perdagangan tersebut sebagian
besar berada di Desa Ogoamas I.

Dalam sektor angkutan dan komunikasi, pada tahun 2011 laju


pertumbuhan ekonomi sektor ini sebesar 7.67% disusul dengan tahun-tahun
berikutnya yang mengalami kenaikan. Sampai di tahun 2015 persentase laju
pertumbuhan ekonomi mencapai 9.41%. Kenaikan yang stabil disektor ini
dikarenakan sarana transportasi antar desa di Kecamatan Sojol Utara sudah
cukup memadai dimana jalan yang digunakan untuk menghubungkan setiap
desa adalah jalan yang sudah beraspal dan memiliki kondisi yang baik.
Sarana pendukung lainnya selain transportasi darat adalah Sarana
komunikasi yang juga memiliki peranan yang sangat penting. Untuk sarana
komunikasi dua arah sebagian besar masyarakat di Desa Ogoamas I dan
Ogoamas II sudah menggunakan alat komunikasi yang mobile sebagai
sarana penunjang dalam beraktifitas. Akan tetapi hal ini belum dapat
dinikmati oleh 3 desa lainnya yaitu Desa Pesik, Lenju dan Bengkolli. Selain
itu juga memiliki sarana komunikasi satu arah berupa radio dan televisi.
Selain itu jembatan juga memegang peranan yang tidak kalah pentingnya
dalam menunjang sarana transportasi darat.Kondisi jembatan yang ada di
Kecamatan Sojol Utara sebagian besar sudah permanen. Kecamatan Sojol
Utara memiliki 35 buah jembatan yang terdiri dari 17 jembatan permanen,
11 jembatan semi permanen dan 7 jembatan darurat.

81
Dalam sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, pada tahun
2011 laju pertumbuhan ekonomi sektor ini sebesar 4.83% disusul dengan
tahun-tahun berikutnya yang mengalami kenaikan. Sampai di tahun 2015
persentase laju pertumbuhan ekonomi mencapai 5.55%. Untuk kondisi fisik
nya, realisasi penerimaan dan pengeluaran Kecamatan Sojol Utara pada
tahun 2014 adalah sama yaitu sebesar Rp. 407.352.000 yang berupa
penerimaan rutin dan penerimaan pembangunan. Pendapatan berasal dari
penerimaan rutin dan penerimaan pembangunan. Pada tahun 2014 anggaran
penerimaan rutin yang diperoleh sebesar Rp. 112.251.000 dan anggaran
pembangunan sebesar Rp. 202.000.000. Selain itu, pajak bumi dan
bangunan juga memiliki peranan penting sebagai salah satu sumber
pemasukan daerah. Pada tahun 2014 target pajak bumi dan bangunan
sebesar Rp. 95.870.000 akan tetapi realisasinya hanya sebesar Rp.
63.919.000 sehingga memiliki selisih sebesar Rp. 31.951.000. Selain itu,
pajak bumi dan bangunan juga memiliki peranan penting sebagai salah satu
sumber pemasukan daerah. Pada tahun 2014 target pajak bumi dan
bangunan sebesar Rp. 95.870.000 akan tetapi realisasinya hanyasebesar Rp.
63.919.000 sehingga memiliki selisih sebesar Rp. 31.951.000.

Dalam sektor jasa-jasa, pada tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi


sektor ini sebesar 7.54% disusul dengan tahun-tahun berikutnya yang
mengalami penurunan. Sampai di tahun 2015 persentase laju pertumbuhan
ekonomi mencapai 6.44%. Hal ini dikarenakan tingkat pekerja yang
menurun disebabkan masyarakat kecamatan Sojol Utara lebih memilih
untuk mencari nafkah dibidang pertanian maupun peternakan. Karena
melihat potensi besar yang dimiliki dalam menghasilkan padi maupun hasil
perkebunan lainnya.

82
3.2 Struktur Perekonomian

Struktur perekonomian merupakan proses kenaikan output perkapita, yang


terus menerus dalam jangka Panjang. Struktur perekonomian sendiri,
ditentukan oleh beberapa faktor seperti sumber daya manusia, sumber daya
alam, faktor IPTEK, dan budaya. Berikut adalah hasil analisis struktur
perekonomian per kecamatan di Kabupaten Donggala:

a) Struktur Perekonomian Rio Pakava (%)

Tabel 3.17

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 55,05 54,36 53,63 52,86 51,50
Pertambangan
2 dan 4,69 4,65 4,65 4,63 4,63
penggalian
Industri
3 1,24 1,19 1,15 1,11 1,09
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,29 0,29 0,29 0,29 0,29
dan Gas
5 Bangunan 12,08 12,66 13,16 13,67 14,21
Perdagangan,
6 Hotel dan 8,57 8,77 8,94 9,18 9,72
Restoran

Angkutan dan
7 3,68 3,64 3,61 3,56 3,57
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan,
8 6,01 5,93 5,87 5,79 5,78
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 8,38 8,52 8,69 8,91 9,21
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

83
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.17

Rata-rata (2011-2015) Struktur Perekonomian Kecamatan


Rio Pakava

Pertanian
8.74
Pertambangan dan
penggalian 5.87
Industri Pengolahan
3.61
Listrik, Air dan Gas
9.04
Bangunan
53.48
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 13.16
Angkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan, dan 4.65


Jasa Perusahaan 0.29
Jasa-jasa 1.16

Hasil analisis:

Pada struktur eknomi kecamatan Rio pakava terlihat sektor yang


menunjukan aktivitas dan perkembangan mengenai kontribusi setiap
lapangan usaha dalam suatu daerah. Kemudian dapat dilihat dalam sektor
pertanian memberikan kontribusi pada Tahun 2011 mencapai sebesar
55,05% sampai tahun 2015 mengalami penurunan yaitu sebesar 51,50% .
Hal ini disebabkan karena sesuai keadaan yang ada, di kecamatan Rio
pakava lebih mengandalkan pertanian kelapa sawit sehingga
permasalahannya pada saat itu adalah pendapatan usaha tani kelapa sawit
lebih tinggi dengan resiko yang lebih rendah,biaya produksi usaha tani

84
kelapa sawit lebih rendah dan keterbatasan persediaan air dan biaya
perawatan kebun pada saat itu cukup mahal, sehingga kontribusi ekonomi
dalam sektor ini mengalami permasalahan.

Kemudian kontribusi Ekonomi Pada sektor Pertambangan dan


Penggalian Struktur Ekonominya mengalami penurunan dalam 5 tahun
terakhir yaitu pada Tahun 2011 mencapai 4,69% mengalami penurunan
terus menerus sampai pada tahun 2015 mencapai 4,63%, hal ini terjadi
karena pada tahun 2011 sampai tahun 2015 keadaan lingkungan terutama
dibagian pertambangan mulai mengikis, karena disebabkan penggalian
yang terus menerus dilakukan setiap tahunnya , sehingga mencapai Tahun
2011 sampai 2015 lahan tambang menjadi sangat memprihatinkan,
sehingga banyak juga pekerja tambang yang behenti dalam pekerjaannya
karena kurang mendapatkan hasil yang baik. Pengolahan tanah yang mulai
berkurang,hasil tambang yang semakin hari semakin habis membuat para
pekerja berhenti dan lebih memilih pekerjaan yang lain, sehingga kontribusi
dalam sektor ini juga berpengaruh besar dalam PDRB.

Kontirbusi dalam sektor Industri pengolahan mengalami penurunan


terus menerus dari tahun 2011 sampai tahun 2015, sesuai data struktur
ekonominya tahun 2011 mencapai 1,24% dan Tahun 2015 turun menjadi
1,09%. Hal ini disebabkan karena dalam industri pengolahan pasti
dibutuhkan bahan baku untuk mengolah sesuatu kebutuhan ,baik kebutuhan
sandang,pangan maupun papan. Jadi permasalahan yang terjadi karena
produksi bahan baku dikecamatan rio pakava semakin menipis dan produksi
yang didapatkan juga kurang maksimal sedangkan kebutuhan semakin
bertambah setiap tahunnya. Para pekerja yang melihat keadaan tersebut juga
mulai mengundurkan diri , karen usaha yang mereka lakukan lebih besar
sedangkan upah yang dihasilkan setiap harinya sangat kurang.
Permasalahan yang dihadapi karena produksi listrik,air dan gas juga sangat
kurang atau rendah ,Sehinga setap 5 tahun terakhir kontribusi sektor industri
pengolahan mengalami penurunan .

85
Kontribusi dalam sektor Listrik air dan Gas merupakan kontribusi sektor
paling rendah yang berada di kecamatan Rio Pakava, meski paling rendah
tetapi sektor ini merupakan sektor penunjang kegiatan ekonomi lainnya.
Kontribusi sektor ini tidak mengalami perubahan dalam 5 tahun. Dilihat dari
struktur ekonomi tahun 2011 mencapai 0,29% pada tahun 2015 masih tetap
mencapai sebesar 0,29%, ini terjadi disebabkan karena kekurangan
pemasokan listrik,air dan gas di daerah ini karena jalur transportasi yang
masih dalam tahap pembangunan. Dan juga faktor wilayah yang cukup jauh
dari kota membuat pemerintah sulit untuk memasok sektor tersebut. Dengan
penggunaan yang cukup besar setiap tahunnya dan keterbatasan listrik,air
dan gas membuat kontribusi tidak mengalami perubahan . Dari tahun 2011
sampai 2015 Kekurangan fasilitas membuat penyaluran air bersih juga
sangat minim sekali.

Dalam sektor bangunan kontribusi nya pada tahun 2011 mencapai


12,08%, mengalami kenaikan kontribusi pada tahun 2015 yaitu 14,21%. Hal
ini di disebabkan karena kecamatan Rio pakava juga merupakan kecamatan
terluas yang berada dikabupaten Donggala, sehingga setiap tahun
mengalami perkembangan atau perubahan dalam sektor bangunannya,
contoh seperti jembatan,bangunan tempat tinggal,gedung,pabrik dan jalan
juga mulai mengalami pembangunan yang cukup baik. Bertambahnya
jumlah penduduk setiap tahunnya sehingga kebutuhan masyarakat akan
bangunan infrastruktur sangat dibutuhkan . Sehingga tahun 2011 sampai
2015 pembangunan terus dilakukan dan mengalami peningkatan.

Pada tahun 2011 sampai tahun 2015 Kontribusi pada sektor


perdagangan hotel dan Restoran mengalami peningkatan yang terus terjadi
dari tahun 2011 sebesar 8,57% sampai tahun 2015 mencapai 9,72% .
Mengalami kenaikan setiap tahunnya mempunyai alasan, dikarenakan
masyarakat kecamatan rio pakava dikenal dengan dengan sektor pertanian
dengan perkebunannya, sebagian besar bekerja sebagai petani sehingga
jumlah petani yang banyak membuat hasil perdagangan mereka juga
meningkat,seperti padi,jagung dan umbi-umbian. Dan petani laut juga
lumayan memebuahkan hasil untuk perdagangan. Sedangkan hotel dan

86
restauran mulai banyak dibangun di daerah tersebut untuk mendukung atau
menarik perhatian pengunjung sehingga banyak yang tertarik , karena
keinginan mereka untuk datang seperti contoh banyak perusahaan yang
tertarik untuk berinvestasi dengan kecamatan ini karen terkenal akan
perkebunan kelapa sawitnya dan daerah terluas di kabupaten Rio Pakava.

Dalam sektor angkutan dan komunikasi, kecamatan memberi kontribusi


yang terus meningkat mulai tahun 2011 yaitu mencapai 3,68% dan tahun
2015 meningkat menjadi 3,57%. Ini disebabkan karena pertambahan
penduduk dan pemenuhan kebutuhan masyarakat semakin tinggi sehingga
perhatian pemerintah untuk membangun infrastruktur jalan dan jaringan
komunikasi mulai mmebaik untuk memudahkan pekerjaan terutama
disektor angkutan . Sehingga mulai banyak masyarakat yang bekerja
sebagai sopir kendaraan umum atau sebagai buruh pengangkutan
barang,dikarenakan produksi pertanian yang tinggi membuat kebutuhan
akan angkutan sebuah hasil untuk diperdagangkan ke kota merupakan
cukup besar dikecamatan ini dan otomatis membuat komunikasi harus tetap
berjalan.

Dalam sektor keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan memberi


kontribusi yang cukup rendah dilihat dari struktur ekonomi pada tahun 2011
yaitu mencapai 6,01% kemudian menurun pada tahun 2015 mencapai
5,78%. Ini disebabkan karena perusahaan yang menetap di kecamatan ini
setiap tahun mengalami pemerosotan penghasilan seperti perusahaan kelapa
sawit, otomatis membuat jasa pekerja perusahaan juga ikut menurun dan
persewaan yang cukup naik. Kita ketahui bahwa semakin berkembangnya
zaman semakin bertambah juga suatu sektor dalam suatu daerah
dikecamatan ini yang membuat suatu persewaan baik tempat
tinggal,lapangan pekerjaan ikut naik atau meningkat. Sehingga
kontribusinya juga ikut berkurang bahkan menurun.

Kontribusi dalam sektor Jasa-Jasa mengalami kenaikan dalam 1 tahun


terakhir, yaitu dilihat dari struktur ekonomi tahun 2011 mencapai 8,38% dan
naik menjadi 9,21 % pada tahun 2012, hal ini disebabkan karena pada tahun

87
2011 dan 2012 pengolahaan produksi perusahaan sangat tinggi membuat
produksi jasa ikut meningkat. Kemudian mengalami penurunan pada tahun
2012 sapai 2015 yaitu 8,72% , kenapa hal ini terjadi disebabkan karena
banyak masyarakat bahkan perusahaan dikecamatan ini mulai kurang
mengunakan sebuah jasa mereka lebih memilh diri sendiri untuk memenuhi
kebutuhan mereka , dan penyebab lainnya karena harga jasa yang lumayan
tinggi.

b) Struktur Perekonomian Kecamatan Pinembani

Tabel 3.18

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 59,24 58,47 57,70 56,85 55,98

Pertambangan
2 2,60 2,55 2,48 2,43 2,37
dan penggalian

Industri
3 1,60 1,53 1,46 1,41 1,35
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,23 0,23 0,22 0,21 0,21
dan Gas
5 Bangunan 11,67 12,02 12,39 12,78 13,14
Perdagangan,
6 Hotel dan 7,03 7,28 7,53 7,77 8,05
Restoran
Angkutan dan
7 3,21 3,22 3,22 3,24 3,25
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1,45 1,41 1,37 1,32 1,29
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 12,95 13,29 13,63 13,99 14,35
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

88
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.18

Rata-rata (2011-2015) Struktur Perekonomian Kecamatan


Pinembani

Pertanian

Pertambangan dan 1.37 13.64


penggalian
3.23
Industri Pengolahan

Listrik, Air dan Gas


7.53
Bangunan

57.65
Perdagangan, Hotel dan 12.40
Restoran
Angkutan dan Komunikasi
0.22
Keuangan, Persewaan, dan 1.47
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa 2.49

Hasil Analisis:

Kontribusi sektor pertanian jika dilihat dalam struktur ekonomi tahun


2011 mencapai 59,24%, merupakan kontribusi terbesar setiap tahunnya .
Namun 5 tahun terakhir mengalami penurunan terus menerus sampai tahun
2015 yaitu mencapai 55,98% , hal ini terjadi karena kondisi umu dari
kecamatan ini yang berada di pegunungan , diketahui bahwa sering terjadi
cuaca buruk dan perubahan iklim yang terus memburuk yang membuat
tanaman perkebunan di tempat ini tidak semaksimal dengan hasil yang

89
didapatkan sebelumnya, karena kecamatan Pinembani memilliki
perkebunan yang sangat kuat sehingga menjadi tolak ukur utama dalam
perekonomian.

Dilihat dari struktur ekonomi dalam sektor pertambangan dan


penggalian kecamatan Pinembani tahun 2011 sampai 2015 mengalami
penurunan yang luamayan besar yaitu dari tahun 2011 mencapai 2,60%
turun hingga tahun 2015 mencapai 2,37%. Hal ini terjadi dikarenakan
cuaca yang buruk dan tanah yang mulai mengikis akibat pengambilan
bahan tambang yang terus menerus membuat para pekerja mulai
mengurangi peroperasiannya, karena jika terus memaksa hasil yang di
hasilkan juga tidak membaik , kualitasnya semakin memburuk dan
membuat ketidaklayakan untuk dipasarkan. Dengan jumlah perusahaan
yang masih terbilang sedikit membuat hasil tambang ikut berkurang
dikecamatan ini.

Pada Sektor Industri pengolahan kecamatan ini memberi kontribusi


yang cukup rendah setiap tahunnya, dilihat dari sturuktur eknomi tahun
2011 mencapai 1,60% mengalami penurunan sampai tahun 2015 yaitu
1,35%, ini terjadi dikarenakan perusahaan yang bergerak disektor industri
dibedakan antara industri besar ,sedang,dan kecil sesuai dengan banyak
pekerja di perusahaan itu, dikarenakan para pekerja mulai behenti dari
pekerjaan membuat lapangan idnustri mulai menurun.

Struktur ekonomi pada sektor listrik air dan merupakan kontribusi


paling terendah ,sehinga tahun 2011 yang dulunya mencapai 0,23%
menurun sampai tahun 2015 mencapai 0,21%, penurunan ini disebabkan
karena kecamatan ini berlokasi cukup jauh dari kota Dongala dengan jalan
yang cukup sempit dan jalannya bisa dilewati oleh kendaraan roda 2 saja
membuat susahnya pemasokan air,listrik bahkan gas . Kondisinya yang
berada di pegunungan membuat keterbatasan penyaluran air,listrik bahkan
gas, banyak masyarakat yang hanya mendapat air dari pegunungan tetapi
terkadang produksi air gunung tidak menjamin untuk seluruh kebutuhan
masyarakat.

90
Kontribusi pada sektor Bangunan tahun 2011 mencapai 11,67%
mengalami kenaikan sampai pada tahun 2015 mencapai 13,14% , hal ini
disebabkan karena dari tahun ketahun perkembangan mulai ada, sehingga
pertambahan penduduk juga mulai banyak yang membuat bangunan
seperti perumahan penduduk,jembatan,jalan khusu roda 2 mulai tertata
atau mengalami perubahan , dengan kebutuhan tersebut juga membuat
pembangunan itu mulai kelihatan.

Tahun 2011 sampai tahun 2015 struktur ekonomi pada sektor


Perdagangan,Hotel dan Restoran mendistribusikannya tahun 2011
mencapai 7,03% mengalami kenaikan sampai tahu 2015 yaitu mencapai
8,05% ini disebabkan karena mata pencarian utama adalah
pertania,perkebunan, peternakan ,. Sehingga membuat hasil tersebut untuk
dijual dibebrapa pasar yang ada di kecamatan pinembani, sehingga jumlah
kios mulai betrtambah setiap tahunnya mencapai 62 kios.

Pada sektor Angkutan dan Komunikasi kontribusi terhadap PDRB


mengalami peningkatan lumayan sedikit , yaitu pada tahun 2011 mencapai
3,21% naik sampai tahun 2015 mencapai 3,25%, hal ini disebabkan karena
pengantaran barang melalui jembatan muliai di akses dengan sangat baik
,meski belum optimal tetapi mulai beroperasi dengan baik untuk memenuhi
kebutuhan terutama bagian pemasaran hasil pertanian di kecamatan ini ,
sehingga sedikit demi sedikit memberi kontribusi yang baik.

Kontribusi struktur ekonomi pada sektor keuangan,persewaan dan Jasa


Perusahaan mengalami penurunan yang pada tahun 2011 mencapai 1,45%
menjadi 1,29% pada tahun 2015. Hal di disebabkan karena tidak tejadinya
keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran, hotel mulai sepi
dikunjungi oleh pendatang dikarenakan akses jalan yang lumayan susah.

Kontribusi pada sektor Jasa-Jasa mengalami kenaikan, ketika dilihat


dari tahun 2011 mencapai 12,95% mengalami kenaikan sampai tahun 2015
menjadi 14,35%, hal ini terjadi karena kebutuhan akan jasa semakin besar
,contohnya jasa transportasi , dengan keadaan akses jalan yang masih

91
kurang baik membuat pedagang bahkan masyarakat menggunakan jasa
untuk dagangan atau kebutuhan mereka.

c) Struktur Perekonomian Kecamatan Banawa

Tabel 3.19

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 16.14 15.02 14.01 12.83 11.91
Pertambangan
2
dan penggalian
29.29 30.48 31.52 32.89 33.79

Industri
3
Pengolahan
3.73 3.57 3.44 3.29 3.20
Listrik, Air
4 0.21 0.21 0.20 0.19 0.19
dan Gas
5 Bangunan 10.67 11.36 11.93 12.60 13.18
Perdagangan,
6 Hotel dan 13.74 13.41 13.12 12.80 12.40
Restoran
Angkutan dan
7
Komunikasi
7.15 7.04 7.01 6.97 7.05

Keuangan,
Persewaan,
8 7.71 7.57 7.49 7.33 7.28
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 11.37 11.34 11.28 11.09 10.99
Total 100,00 100.00 100.00 100.00 100.00

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

92
Grafik 3.19

Rata-rata (2011-2015) Struktur Perekonomian Kecamatan


Banawa

Pertanian

11.21 13.98
Pertambangan dan
penggalian
Industri Pengolahan 7.48

Listrik, Air dan Gas


7.04
Bangunan

Perdagangan, Hotel dan 31.60


13.09
Restoran
Angkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan, dan 11.95


Jasa Perusahaan
Jasa-jasa 0.20 3.45

Hasil Analisis:

Di kecamatan Banawa, sektor pertanian tidak mengalami kenaikan


setiap tahunnya, dikarenakan dikecamatan Banawa hanya terdapat tanaman
palawija. Hal ini dimungkinkan karena lahan sawah tidak terdapat di
kecamatan ini. Tanaman Palawija masing-masing mempunyai Produksi
yang berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 sektor pertanian
mencapai 16.14% dan terus mengalami penurunan yang sangat signifikan.
Hal ini disebabkan menurunnya produksi Tanaman Palawija setiap
tahunnya.

Pada sektor pertambangan, Kecamatan Banawa mengandalkan


pertambangan Sirtu (Batu Pecah). Pada Tahun 2011 sektor pertambangan
mencapai 29.29% dan terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan
hingga pada tahun 2015 yaitu mencapai 33.79%, hal ini disebabkan
meningkatnya produksi Sirtu di wilayah kecamatan Banawa.

93
Pada sektor Industri Pengolahan, pada tahun 2011 mencapai 3.73% dan
terus menurun hingga pada tahun 2015 yaitu mencapai 3.20%, hal ini
disebabkan menurunnya usaha jasa setiap tahunnya.

Pada sektor Listrik, Air dan Gas, yang merupakan penyumbang


ekonomi terendah di kecamatan Banawa, pada tahun 2011 mencapai 0.21%
dan menurun hingga pada tahun 2015 yaitu mencapai 0.19%. Hal ini
disebabkan ada wilayah yang belum mendapatkan listrik dan air bersih.
Yaitu baru 7 kelurahan yang dapat terjangkau oleh pelayanan PDAM.

Pada sektor bangunan, pada tahun 2011 mencapai 10.67% dan terus
mengalami peningkatan hingga pada tahun 2015 yaitu mencapai 13.18%.
Hal ini disebabkan karena di wilayah kecamatan Banawa setiap tahunnya
mengalami pembangunan, mulai dari bangunan yang permanen, semi
permanen, non permanen dan memiliki WC setiap tahunnya meningkat.

Pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, pada tahun 2011 hingga
tahun 2015 terus mengalami penurunan, pada tahun 2015 mencapai yaitu
12.40%. Hal ini dikarenakan kecamatan Banawa sebagai Ibu Kota
Kabupaten Donggala memiliki 1 buah pasar yang frekuensi kegiatannya
setiap hari dan 5 buah pasar mingguan. Dan jumlah saran perdagangan
setiap tahunnya. Perlunya kebijakan ekonomi yang baik dari pemerintah
agar dapat ditingkatkan lagi daya beli masyarakat.

Dalam sektor Angkutan dan Komunikasi, Pada tahun 2011 hingga tahun
2014 mengalami penurunan dan pada tahun 2015 mengalami peningkatan.
Pada tahun 2015 pemerintah membangun jalan dan jembatan agar akses
distribusi barang dan jasa yang dilakukan masyarakat dapat berjalan lancar
dan aman. Sarana jembatan di kecamatan Banawa pada tahun 2015
memiliki panjang 237 Km2 dengan jumlah jembatan sebanyak 26 buah. Hal
ini memudahkan teknologi dan komunikasi untuk menjangkau di pedesaan.

Dalam sektor keuangan, pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan menurunnya Realisasi Pajak
Bumi dan Bangunan di kecamatan Banawa. Perlu adanya upaya-upaya

94
serius yang harus dilakukan baik pemerintah kecamatan maupun desa untuk
meningkatkan realisasi Pajak Bumi dan Bangunan, baik melalui penagihan
maupun menggugah kesadaran masyarakat untuk dapat membayar pajak
tepat pada waktunya.

Pada sektor jasa-jasa, Pada tahun 2011 sektor jasa-jasa mencapai


11.37% dan terus mengalami penurunan hingga pada tahun 2015. Angka
tersebut mencapai 10.99%, hal ini dikarenakan menurunnya sektor industri
pengolahanan.

d) Struktur Perekonomian Kecamatan Banawa Selatan

Tabel 3.20

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 57.78 57.31 56.94 56.41 55.78
Pertambangan
2
dan penggalian
2.32 2.30 2.27 2.23 2.19

Industri
3
Pengolahan
1.78 1.72 1.66 1.60 1.55
Listrik, Air
4 0.24 0.23 0.22 0.21 0.21
dan Gas
5 Bangunan 11.71 12.08 12.43 12.95 13.48
Perdagangan,
6 Hotel dan 11.26 11.57 11.86 12.14 12.39
Restoran
Angkutan dan
7
Komunikasi
3.51 3.45 3.38 3.31 3.29

Keuangan,
Persewaan,
8 4.34 4.26 4.17 4.08 4.04
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 7.07 7.08 7.07 7.08 7.08
Total 100,00 100.00 100.00 100.00 100.00

95
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.20

Rata-rata (2011-2015) Struktur Perekonomian Kecamatan


Banawa Selatan

Pertanian
7.07
Pertambangan dan 3.39 4.18
penggalian
Industri Pengolahan

Listrik, Air dan Gas 11.84

Bangunan
56.84
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 12.53
Angkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan, dan


0.22
Jasa Perusahaan
1.66 2.26
Jasa-jasa

Hasil Analisis:

Sektor pertanian masih menjadi tumpuan kehidupan perekonomian di


Kecamatan Banawa Selatan. Sebagian besar penduduk Kec. Banawa
Selatan memiliki mata pencaharian di sektor pertanian. Pada tahun 2011
mencapai 57.78% dan terus mengalami penurunan hingga pada tahun 2015
yaitu mencapai 55.78%, hal ini sebabkan karena menurunnya hasil panen
para petani pada 5 tahun terakhir.

Dalam sektor pertambangan, pada 5 tahun terakhir sektor ini terus


mengalami penurunan hingga pada tahun 2015 yaitu mencapai 2.19%, hal

96
ini di sebabkan karena berkurangnya lahan pertambangan, sehingga banyak
pekerja tambang yang berhenti dalam pekerjaannya karena kurang
mendapatkan hasil yang baik.

Dalam sektor Industri Pengolahan, Pada tahun 2011 mencapai 1.78%


dan mengalami penurunan hingga pada tahun 2015 yaitu mencapai 1.55%,
hal ini di sebabkan karena berkurangnya bahan baku pembuatan dan
tingginya permintaan dari pasar yang mengakibatkan sektor ini menurun
tiap tahunnya.

Dalam sektor Listrik, Gas dan Angka merupakan sektor yang paling
sedikit menyumbang perekonomian di Kec. Banawa Selatan, dalam 5 tahun
terakhir sektor ini mengalami penurunan, hal ini di sebabkan karena belum
terjangkaunya semua desa oleh jaringan listrik dan buruknya akses jalan ke
suatu desa menjadi hambatan utama dalam penyaluran listrik ke
masyarakat.

Dalam sektor bangunan, pada tahun 2011 mencapai 11.71% dan


mengalami peningkatan hingga pada tahun 2015 yaitu mencapai 13.48%,
dapat dilihat setiap tahunnya mengalami perkembangan dalam
pembangunan.

Dalam sektor Perdagangan, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015,
sektor ini terus mengalami peningkatan, karena meningkatnya kios dan
warung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat, selain
berbelanja di pasar. Dan kecamatan Banawa Selatan memiliki potensi
wisata, akan tetapi belum dikelola sepenuhnya dan belum dikembangkan.

Dalam sektor angkutan dan komunikasi, Pada tahun 2011 hingga pada
tahun 2015, sektor ini terus mengalami penurunan , pada tahun 2015 yaitu
mencapai 3.29%, hal ini di sebabkan karena akses jalan yang memiliki
kondisi kurang baik dan pada kondisi tertentu jalan tersebut hanya dapat
dilalui dengan berjalan kaki. Hal ini tentu sangat menghambat akses ke
suatu wilayah, penyaluran produksi ke pasar.

97
Dalam sektor keuangan, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015,
sektor ini mengalami penurunan, pada tahun 2015 yaitu mencapai 4.08%,
Hal ini disebabkan menurunnya Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan di
kecamatan Banawa Selatan. Perlu adanya upaya-upaya serius yang harus
dilakukan baik pemerintah kecamatan maupun desa untuk meningkatkan
realisasi Pajak Bumi dan Bangunan, baik melalui penagihan maupun
menggugah kesadaran masyarakat untuk dapat membayar pajak tepat pada
waktunya. Dalam sektor jasa-jasa, Pada tahun 2011 hingga tahun 2015,
sektor ini terbilang stabil dari setiap tahunnya.

e) Struktur Perekonomian Kecamatan Banawa Tengah

Tabel 3.21

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 49,56 50,20 51,12 51,89 52,48

Pertambangan
2 2,92 2,83 2,74 2,65 2,58
dan penggalian

Industri
3 3,39 3,32 3,26 3,18 3,12
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,23 0,22 0,21 0,21 0,20
dan Gas
5 Bangunan 10,85 10,74 10,59 10,45 10,34
Perdagangan,
6 Hotel dan 13,82 13,73 13,49 13,35 13,26
Restoran
Angkutan dan
7 4,24 4,16 4,08 4,03 3,99
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 3,84 3,76 3,65 3,56 3,48
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 11,16 11,04 10,86 10,68 10,55
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

98
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.21

Rata-rata (2011-2015) Struktur Perekonomian Kecamatan


Banawa Tengah

Pertanian

3.66 10.86
Pertambangan dan
penggalian
Industri Pengolahan
4.10
Listrik, Air dan Gas

Bangunan 13.53
51.05

Perdagangan, Hotel dan


Restoran
Angkutan dan Komunikasi 10.59

Keuangan, Persewaan, dan


Jasa Perusahaan
0.22
Jasa-jasa 3.25
2.74

Hasil Analisis:

Data struktur ekonomi menunjukkan aktivitas dan perkembangan


mengenai kontribusi setiap lapangan usaha dalam suatu daerah. Kontribusi
setiap lapangan usaha memberikan informasi mengenai lapangan usaha
utama penggerak ekonomi daerah. Berdasarkan Tabel mengenai data
kontribusi lapangan usaha Kecamatan Banawa Tengah terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Donggala tahun 2011-2015,
diketahui bahwa yang diwarnai merah adalah lapangan usaha Pertanian,
dimana lapangan usaha dengan kontribusi terbesar dalam struktur ekonomi

99
Kabupaten Donggala. Hal ini disebabkan karena sektor pertanian
merupakan tumpuan kehidupan perekonomian di Kecamatan Banawa
Tengah. Struktur tanah atau jenis tanah di Banawa Tengah ini merupakan
jenis tanah yang relatif subur dan produktif, sehingga mendukung usaha
kegiatan di sektor pertanian. Data tentang luas panen dan produksi tanaman
bahan makanan seperti padi pada tahun 2012 memiliki luas panen sebesar
68 Ha dengan produksi sebesar 307 ton. Selain itu, tanaman seperti kakao
memiliki luas sekitar 537 Ha dengan jumlah pohon sebanyak 353.128
pohon. Lain lagi di peternakan, masyarakat di Banawa Tengah paling
banyak beternak unggas seperti ayam buras sebanyak 600 ekor di Desa
Kola-Kola. Dari data-data diatas dapat dilihat bahwa kehidupan masyarakat
desa Tonggolobibi sangat bergantung pada sektor pertanian, dan
pengaruhnya terhadap PDRB Kabupaten Donggala cukup besar. Dapat
disimpulkan, corak atau karakteristik Kecamatan Banawa Tengah termasuk
daerah berkarakteristik pertanian.

Di sektor pertambangan dan penggalian, kontribusinya terhadap


perekenomian kabupaten Donggala dinilai masih rendah. Hal ini
disebabkan, karena faktor jenis galian yang diperoleh adalah hanya galian
tipe C, yakni jenis galian batu gamping dan biji besi, seluas 5.953 Ha.
Dilihat dari tabel, dari tahun ke tahun nilai kontribusinya juga semakin
menurun akibat dari pertambangan dan penggalian disana rata-rata banyak
yang sudah tidak aktif lagi atau tidak berfungsi secara optimal. Luas lahan
juga mempengaruhi rendahnya kontribusi sektor ini, karena sebagian besar
lahan di Banawa Tengah sudah digunakan sebagai lahan pertanian sehingga
gerakan aktivitas tambang dan penggalian di Banawa Tengah terbatas.

Di sektor industri dan pengolahan sebagai sektor terendah ketiga, hal ini
disebabkan karena kegiatan industri di Kecamatan Banawa Tengah ini
merupakan jenis industri kecil/kerajinan rumah tangga yang jumlah
pekerjanya tidak lebih dari 19 orang. Jumlah perusahaan industri sesuai data
yang di peroleh pada tahun 2013 tercatat sebanyak 455 usaha yang
merupakan industri kecil/kerajinan rumah tangga. Kegiatan ini salah
satunya berupa menenun, yang dijual ke tengkulak kain donggala dengan

100
harga rata-rata Rp. 350.000/kain. Adapun usaha lain seperti bengkel sepeda,
bengkel motor dan bengkel mobil serta service elektronik juga menjadi mata
pencaharian warga disana dengan jumlah yg sedikit yang hanya berkisar
belasan. Hal ini lah yang menyebabkan sektor ini pengaruhnya dapat
dikatakan sedikit ke PDRB Kabupaten Donggala dan kegiatan-kegiatan
diatas tidak cukup membantu perekonomian Kecamatan Banawa Tengah
karena nilai jualnya yang rendah.

Di sektor bangunan kontribusinya tidak lebih dari sebelas persen dan


tidak kurang dari sepuluh persen. Di sektor ini semakin meningkat tahunnya
nilai persennya semakin turun walaupun tidak banyak. Jika dibandingkan
dengan sektor yang lain, nilai di sektor bangunan ini nilai kontribusinya
cukup besar. Hal ini disebabkan di Kecamatan Banawa Tengah terdapat
sarana jembatan yang pada tahun 2013 berjumlah 36 buah, kemudian di
Banwa tengah sudah terdapat bangunan-bangunan pelayanan masyarakat
seperti bangunan sekolah, bangunan kesehatan sampai ke bangunan kantor
pemerintahan.

Di sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor tertinggi


kedua akan kontribusinya terhadap perekonomian kabupaten Donggala
yakni sekitar tiga belas persenan. Hal ini disebabkan di Kecamatan Banawa
Tengah juga merupakan kawasan wisata yang dapat meningkatkan
pendapatan dari kegiatan perdagangan jika ada turis yang mengunjungi
dan menggunakan jasa mereka. Selain itu Banawa Tengah memiliki tiga
buah pasar yang frekuensi kegiatannya setiap minggu. Dan kebanyakan
kegiatan perdagangan di Banawa ini masyarakatnya lebih ke membuka
warung/kios/toko yang jumlahnya cukup banyak yang sebagian besar
berada di ibukota kecamatan, namun keberadaan kios hampir merata
tersedia di setiap desa. Walaupun Kecamatan Banawa Tengah merupakan
sentra pertanian tetapi pembangunan di sektor perdagangan tidak boleh
dikesampingkan karena sektor perdagangan merupakan salah satu
pemegang peranan penting perekonomian suatu daerah.

101
Di sektor angkutan dan komunikasi akan peran nya terhadap
perekonomian kabupaten Donggala tidak cukup tinggi yakni tidak lebih dari
lima persen, hal ini disebabkan karena banyak masyarakat yang sudah
memiliki kendaraan pribadi sendiri, sehingga tidak terlalu membutuhkan
jasa angkutan jika mau pergi kemana-mana. Lalu jumlah angkutan juga
tidak banyak yakni sekitar 38 angkutan dan tidak mengalami penambahan
sampai pada tahun 2014.

Di sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan merupakan sektor


terendah ketiga dalam kontribusinya terhadap perekonomian kabupaten
Donggala. Selain usaha yang ada disana tidak besar dan nilai jualnya
rendah, dibidang akomodasi Kecamatan Banawa Tengah hanya memiliki
satu losmen atau penginapan dan jumlahnya tetap tidak bertambah dalam
perkembangan tahun. Dan juga pendapatan pajaknya cukup rendah karena
industri yang diterapkan di Kecamatan Banawa Tengah ini merupakan jenis
industri kecil/kerajinan rumah tangga sehingga besar bayaran pajaknya
rendah. Selain itu dalam hal penyewaan, di Banawa Tengah kegiatan
perojekan lebih sedikit karena masyarakat rata-rata sudah memiliki
kendaraan pribadi.

Di sektor jasa-jasa akan peran nya terhadap perekonomian kabupaten


Donggala cukup tinggi yakni berkisar10-12 persen. Walaupun setiap
tahunnya menurun, namun nilainya tetap tinggi. Tingginya nilai kontribusi
ini disebabkan karena banyak masyarakat yang menggunakan jasa-jasa
seperti, jasa pendidikan, jasa kesehatan, jasa perorangan, maupun jasa-jasa
pemerintahan.

Sedangkan yang diwarnai biru adalah lapangan usaha Listrik, Air dan
Gas, dimana lapangan usaha dengan kontribusi terkecil dalam struktur
ekonomi Kabupaten Donggala. Hal ini disebabkan pendistibusian listrik di
Kecamatan ini terdapat satu desa yang belum dapat dijangkau PLN, dan
juga belum semua masyarakat mampu untuk memasang listrik di rumah
mereka. Selain itu, kegiatan masyarakatnya juga masih tradisional, yang
rata-rata aktivitasnya tidak banyak menggunakan listrik seperti menenun,

102
mengayam, tukang batu dan tukang kayu. Dan juga terdapat masyarakat
yang sumber air bersihnya menggunakan sumber air dari sungai ataupun
dari sumur.

f) Struktur Perekonomian Kecamatan Labuan

Tabel 3.22

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 28,98 28,32 27,72 27,44 26,88

Pertambangan
2 35,40 36,47 37,45 38,51 39,50
dan penggalian

Industri
3 2,42 2,37 2,32 2,24 2,17
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,18 0,17 0,17 0,17 0,17
dan Gas
5 Bangunan 9,40 9,39 9,38 9,18 9,05
Perdagangan,
6 Hotel dan 9,52 9,60 9,69 9,73 9,85
Restoran
Angkutan dan
7 4,38 4,25 4,15 4,01 3,94
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1,85 1,79 1,74 1,68 1,64
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 7,87 7,62 7,38 7,06 6,79
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

103
Grafik 3.22

Rata-rata (2011-2015) Struktur Perekonomian Kecamatan


Labuan

Pertanian 1.74
7.35
Pertambangan dan
penggalian 4.15
Industri Pengolahan 27.87
9.68
Listrik, Air dan Gas

Bangunan
9.28
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Angkutan dan Komunikasi 0.17
2.31
Keuangan, Persewaan, dan 37.47
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

Hasil Analisis:

Kecamatan Labuan yang wilayahnya seluas 126,01 Km2 atau hanya


2,39% dari keseluruhan luas Kabupaten Donggala dan memiliki6
Desa/Kelurahan. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa sektor
yang berkontribusi terbesar di Kecamatan Labuan adalah sektor
pertambangan dan penggalian yang dari tahun 2011 sampai 2015 menjadi
penyumbang terbesar perekonomian Kabupaten Donggala. Hal ini
disebabkan di Kecamatan Labuan terdapat potensi tambang jenis emas dan
diorit/andesit. Deposit tambang emas di Labuan sebesar 16.262 Ha.
Sedangkan untuk diorit dan andesit depositnya seluas 120 Ha. Dari data
tersebut tidak aneh jika pertambangan dan penggalian di Labuan ini
kontribusinya cukup besar ke PDRB Kecamatan Donggala karena nilai
harga jual emasjuga tinggi. Status pengelolahan pertambangan dan
penggalian di Labuan juga masih taktif yakni dikelola oleh PT. WMN yang
sedang dalam tahap eksplorasi.

104
Di sektor pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam
kontribusinya terhadap perekonomian kabupaten Donggala. Hal ini
disebabkan karena mengingat sektor yang paling besar distribusinya ke
PDRB Kabupaten Donggala adalah sektor pertanian. Walaupun di Labuan
tertinggi adalah pertambangan namun kegiatan pertanian di Labuan juga
merupakan salah satu sumber penghasilan masyarakatnya terutama pada
pertanian tanaman pangan seperti, padi dan jagung. Dimana pada tahun
2013 tanaman padi yang di produksi sebanyak 368.1 ton dengan lahan
seluas 368.1 Ha. Selain dari tanaman pangan, masyarakat di Labuan juga
banyak beternak , terutama ternak sapi yang pada tahun 2014 sebanyak
2.766 ekor sapi, tidak hanya ternak sapi masyarakat di Labuan juga beternak
hewan lain seperti kambing, ayam dan itik.

Di sektor industri pengolahan merupakan sektor yang kontribusinya


cukup rendah yakni tidak lebih dari tiga persen. Hal ini dipengaruhi oleh di
Labuan kekurangan bahan baku yang tersedia. Dan juga jenis industrinya
pada tahun 2014 terdapat 10 industri besar, 1 industri kecil, 3 industri kecil
dan 7 kerajinan rumah tangga.

Di sektor bangunan nilainya tidak lebih dari sepuluh persen, hal ini
disebabkan pembangunan prasarana jalan di Kecamatan Labuan sepanjang
23,37 Km. Selain itu di Labuan terdapat fasilitas seperti terminal, jembatan,
pelabuhan dan bangunan lainnya seperti bangunan pendidikan, kesehatan.
Faktor luas lahan juga mempengaruhi nilai kontribusi oleh sektor bangunan
ke PDRB Kabupaten Donggala. Karena wilayahnya yang tidak terlalu luas
dan juga sebagian besar sudah digunakan sebagai lahan tambang, galian dan
pertanian.

Di sektor perdagangan, hotel dan restoran juga sektor yang memiliki


peran dalam kontribusinya terhadap perekenomian kabupaten Donggala
sehingga menjadikannya sektor tertinggi ketiga. Hal ini disebabkan
kecamatan Labuan memiliki pusat perdagangan yaitu adalah pasar. Pasar
merupakan tempat transaksi jual beli terbesar di daerah ini. Kecamatan
Labuan memiliki 2 buah pasar yang memiliki frekuensi kegiatan mingguan.

105
Selain pasar, juga terdapat warung, kios maupun pertokoan yang pada tahun
2014 jumlahnya jumlah toko sebanyak 16 toko, 225 kios dan 41 warung.

Di sektor angkutan dan komunikasi, Sarana jalan di Kecamatan Labuan


pada tahun 2014 memiliki panjang 49 Km dengan jumlah jembatan
sebanyak 30 buah dengan panjang 599 m. Jalan dan jembatan ini banyak
digunakan sebagai jalur pengangkutan, sehingga jalan dan jembatan
memegang peranan yang sangat penting bagi aksesbilitas aktivitas
pengangkutan tersebut. Di Kecamatan Labuan juga memiliki fasilitas
angkutan seperti terminal dan pelabuhan. Sarana komunikasi di Labuan
pada tahun 2014 memiliki 178 sarana informasi berupa radio, 2.914 TV dan
39 telpon. Namun sekarang banyak masyarakat yang beralih dari
penggunaan telepon ke penggunaan HP, sehingga keberadaan telepon
semakin menurun dari tahun ke tahun dan meningkatkan penggunaan HP
dari tahun ke tahun.

Di sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan merupakan sektor


yang masuk dalam sektor rendah dalam kontribusinya terhadap
perekonomian kabupaten Donggala, dimana menduduki posisi kedua
terendah dengan persentase kontribusi yang tidak lebih dari dua persen. Hal
ini disebabkan usaha yang ada disana tidak besar dan nilai jualnya rendah,
seperti usaha dan penyewaan ojek dan perahu tanpa motor, menyulam atau
mengayam, tukang kayu atau batu, tukang jahit maupun tukang service.
Pendapatan pajaknya juga cukup rendah karena industri yang diterapkan di
Kecamatan Banawa Tengah ini merupakan jenis industri kecil/kerajinan
rumah tangga sehingga besar bayaran pajaknya rendah. Selain itu dalam hal
penyewaan, di Banawa Tengah kegiatan perojekan lebih sedikit karena
masyarakat rata-rata sudah memiliki kendaraan pribadi. Adapun pendapatan
pajaknya antara target dan realisasi penerimaan PBB tahun 2014 ini tidak
sesuai.

Di sektor jasa-jasa akan peran nya terhadap perekonomian kabupaten


Donggala berkisar 6-7 persen. Nilai kontribusi ini jika dibandingkan dengan
sektor lainnya tergolong rendah. Persentase tersebut dipengaruhi karena

106
jumlah fasilitas dari jasa-jasa seperti pendidikan, kesehatan maupun jasa
lain dari pemerintahan maupun swasta. Jumlah sekolah di Labuan paling
banyak tingkat SD yang pada tahun 2014 sebanyak 18 gedung dengan jasa
guru sebanyak 156 orang. Adapun dalam jasa kesehatan jumlah dokter
sebanyak 3 orang, perawat 11 orang dan bidan 11 orang pada tahun 2014.

Dan sektor terendah yaitu sektor Listrik, Air dan Gas dari tahun 2011
sampai dengan 2015 yang tidak sampai satu persen kontribusinya. Hal ini
disebabkan berdasarkan Data Statistik Daerah Kecamatan Labuan tahun
2015, walaupun listrik sudah masuk di semua desa, namun belum semua
masyarakat dapat merasakan aliran listrik, yang diakibatkan karena biaya
pemasangan yang belum dapat dijangkau oleh sebagian masyarakat. Jumlah
pelanggan PLN yang tercatat di Kecamatan Labuan sebanyak 3.317
pelanggan pada tahun 2014 yang tersebar di semua desa. Kalau masalah air
bersih, kebutuhan air bersih disana sudah terpenuhi karena sebagian besar
desa di Labuan merupakan kawasan perbukitan ataupun pegunungan yang
merupakan kawasan yang kaya akan air.

g) Struktur Perekonomian Kecamatan Tanantovea

Tabel 3.23

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 35,20 35,10 34,70 34,22 33,43

Pertambangan
2 6,86 6,71 6,59 6,40 6,28
dan penggalian

Industri
3 2,53 2,41 2,30 2,18 2,08
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,22 0,22 0,22 0,21 0,21
dan Gas
5 Bangunan 9,05 9,37 9,47 9,59 9,77
Perdagangan,
6 Hotel dan 19,98 20,64 21,60 22,51 23,48
Restoran

107
Angkutan dan
7 7,96 7,69 7,50 7,42 7,39
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 7,32 7,12 6,96 6,87 6,77
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 10,88 10,75 10,65 10,59 10,60
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.23

Rata-rata (2011-2015) Struktur Perekonomian Kecamatan


Tanantovea (%)

Pertanian

10.69
Pertambangan dan
penggalian
Industri Pengolahan 7.01
34.53
Listrik, Air dan Gas
7.59
Bangunan

Perdagangan, Hotel dan


Restoran
Angkutan dan Komunikasi 21.64
6.57
Keuangan, Persewaan, dan
Jasa Perusahaan 9.45
2.30
Jasa-jasa
0.22

108
Hasil Analisis:

Melaui data struktur perekonomian Kecamatan Tanatovea , struktur


ekonomi Kecamatan Tanatovea merupakan struktur Agraris. Dikarenakan
persentase struktur pereknomian sektor pertanian paling tinggi di tahun
2011-2015 adalah sektor pertanian hal ini dikarenakan lahan Kecamatan
Tanatovea maisih didominasi ruang hijau dan lahan pertanian tegolong
banyak. Dan sebagaian besar tenaga kerja di Kecamatan Tanantovea
berkerja di bidang agraris. Membuat sektor pertanian menjadi sektor dengan
nilai struktur ekonomi tertinggi walaupun mengalami penurunan
dikarenakan adanya masalah banjir yang merusak sektor pertanian.

Sektor Pertambangan terus menerus menurun dari tahun2011 hingga


2015. Pertambangan hanya dilakukan di beberapa desa di Kecamatan
Tanantovea, contohnya Desa Bala sehingga memberikan kontribusi yang
lumayan kecil. Hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan tentang
daerah yang berpotensi pertambangan di Kecamatan Tanantovea dan
pertambangan yang sudah ada dilakukan secara masif tanpa ada pengelolaan
yang dilakukan secara baik. Terdapatnya pertambangan yang belum
memiliki izin dari pemerintah yang masih beroperasi di Kecamatan
Tanatovea juga mempengaruhi kontribusi sektor pertambangan di
Kecamatan Tanantovea.

Sektor industi pengolahan merupakan kontribusi struktur ekonomi


terendah kedua setelah sektor listrik,air dan gas selama tahun 2011 hingga
2015. Sektor industri pengolahan setiap tahun selalu menurun dalam kurung
waktu dengan presentase antara 0,10% sampai dengan 012%. Sektor
industri pengolahan menurun dipengaruhi oleh turunnya hasil pertanian,
kebanyakan industri yang ada di Kecamatan Tanantovea adalah hasil
industri pengolahan pertanian.

Sektor Perdagangan, hotel dan restoran menjadi sektor dengan


kontribusi terbesar ke dua tahun 2011-2015. Dengan dominannya
ketenagakerjaan di pertanian ,maka akan mempengaruhi tingkat penjualan
hasil pertanian yang akan dijual. Dan seiring meningkatnya kebutuhan

109
masyarakat untuk kebutuhan sehari – hari membuat sektor perdagangan
meningkat walaupun hasil pertanian menurun namun stok barang
didatangkan dari luar kecamatan.

Sektor terendah Kecamatan Tanantovea tahun 2011-2015 terletak pada


sektor Listrik, air dan gas. Disebakan masih banyaknya masyarakat
Tanantovea yang masih belum memakaki jasa pelayanan listrik, air dan gas.
Hal ini dikarenakan belum meratanya pendistribusian listrik, air dan gas
pada Kecamatan Tanantovea . Belum meratanya sektor ini disebabkan
karakteristik wilayah yang relatif sulit (daerah pedalaman) untuk
pemasangan instalasi jaringan listrik/air serta biaya pemasangan yang
belum dapat dijangkau oleh masyarakat dan karena rusaknya fasilitas sektor
listrik , air dan gas yang diakibatkan munculnya banjir.

Sektor bangunan di kecamatan Tanantovea merupakan sektor dengan


nilai struktur perekonomian paling tinggi ketiga setelah sektor pertanian dan
industri pengolahan. Di tahun 2011-2015 sektor bangunan terus meningkat
dikarenakan banyaknya masyarakat Kecamatan Tanantovea yang
membangun tempat tinggal dan tempat usaha. Ditambah dengan program
dari pemerintahan Kecamatan Tanantovea untuk pembangunan
infrastruktur seperti jalan dan puskesmas . Hal ini menyebabkan sektor
bangunan memberi kontribusi yang cukup besar untuk Kecamatan
Tanantovea.

Nilai struktur perekonomian pada sektor angkutan dan komunikasi terus


mengalami kenaikan tahun 2011-2015. Jumlah aksesibilitas dan transportasi
yang ada di Kecamatan Tanantovea cenderung stabil hanya mengalami
sedikit penjumlahan. Dan pengguna jaringan komunikasi juga stabil tidak
mengalami kenaikan yang signifikan. Karena itu sektor angkutan dan
komunikasi kalah saing dengan sektor – sektor lainnya yang mengalami
peningkatan sehingga menurut data struktur perekonomian sektor angkutan
dan komunikasi mengalami penurunan.

Nilai struktur perekonomian Kecamatan Tanantovea tahun 2011-2015


untuk sektor keuangan mengalami penurunan. Walaupun terdapat

110
penambahan Alokasi Dana Desa (ADD) dari Pemerintahan Pusat dan
adanya peningkatan masyarakat yang membayar wajib pajak, khususnya
pada pajak bumi dan bangunan (PBB). Peningkatan ini kalah jauh dengan
meningkatnya kontribusi sektor bangunan dan keuangan sehingga membuat
kontribusi sektor keuangan menurun walau laju pertumbuhan meningkat.

Sektor jasa pada tahun 2011-2015 memberikan kontribusi ke-tiga


terbesar setelah pertanian dan perdagangan. Sektor jasa terus menurun dari
tahun2011-2014 dan pada tahun 2015 hanya mengalami penaikan sebesar
00,01%. Turunnya kontribusi ini dipengaruhi dengan menurunnya sektor
pertanian dan meningkatnya sektor lain, seperti sektor bangunan dan
keuangan. Walaupun menurun dan mengalami sedikit kenaikan, sektor jasa
masuk dalam 3 sektor terbesar di Kecamatan Tanantova dikarenakan
besarnya kebutuhan mayarakat dalam memakai sektor perjasaan contohnya
menggunakan jasa bengkel.

h) Struktur Perekonomian Kecamatan Sindue

Tabel 3.24

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 47,86 48,66 49,07 49,40 48,90

Pertambangan
2 7,43 7,36 7,40 7,48 7,72
dan penggalian

Industri
3 3,93 3,79 3,70 3,63 3,62
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,23 0,22 0,22 0,21 0,21
dan Gas
5 Bangunan 13,07 12,95 13,04 13,19 13,58
Perdagangan,
6 Hotel dan 8,49 8,59 8,58 8,58 8,70
Restoran
Angkutan dan
7 7,14 6,91 6,79 6,67 6,67
Komunikasi

111
Keuangan,
Persewaan,
8 2,27 2,14 2,04 1,94 1,85
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 9,58 9,38 9,16 8,91 8,76
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.24

Rata-rata (2011-2015) Struktur Perekonomian Kecamatan


Sindue (%)

Pertanian
2.05 9.16
Pertambangan dan
penggalian
Industri Pengolahan 6.84

Listrik, Air dan Gas


8.59 48.78
Bangunan

Perdagangan, Hotel dan


Restoran 13.16
Angkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan, dan


0.22 7.48
Jasa Perusahaan
3.73
Jasa-jasa

Hasil Analisis:

Berdasarkan data struktur perekonomian Kecamatan Sindue tahun


2011-2015 struktur ekonomi dominan Kecamatan Sindue adalah agraris
atau pertanian. Dikarenakan luas lahan di Kecamatan Sindue merupakan

112
lahan pertanian dan di bagian barat Sindue merupakan daerah laut yang
menjadi potensi perikanan . Dengan luasnya lahan pertanian, menyebabkan
masyarakat di Kecamatan Sindue bekerja di bidang pertanian baik petani
ataupun nelayan. Hal ini menyebabkan sektor pertanian berkontribusi besar
diantara sektor lainnya dan selalu meningkat tahun 2011-2014 walaupun
hasil produksi menurun. Di tahun 2015 menurun 0,50% dikarenakan
meningkatnya kotribusi sektor bangungan,perdagangan dan pertambangan
dan membuat masyarakat meninggalkan lahan pertanian agar bisa di
mencari pekerjaaan di sektor dagang ataupun pertambangan. Hal ini
membuat struktur ekonomi sektor pertanian tahun 2015 menurun .

Kontribusi pertambangan dan penggalian tahun 2011-2015 berada di


angka sekitaran 7%. Jumlah pertambangan dan penggalian di Kecamatan
Sindue tidak terlalu banyak sehingga tidak terlalu menghasilkan kontribusi
yang besar untuk Kecamatan Sindue. Sektor ini mengalami penurun dari
tahun 2012 dikarenakan sektor ini kalah saing dengan sektor pertaniana dan
perdagangan yang meningkat . Namun di tiga tahun selanjutnya yaitu tahun
2013, 2014 dan 2015 sektor pertambangan mengalami kenaikan sekitaran
0,04-0,24% dikarenakan bertambahnya potensi wilayah untuk melakukan
proses pertambangan dan jumlah pertambangan yang mempunyai izin untuk
melakukan penggalian bertambah walau tidak dalam jumlah banyak. Dan
masyarakat Kecamatan Sindue memilih untuk berkerja di pertambangan
dan meninggalkan pekerjaan lama khususnya bidang pertanian. Keputusan
masyarakat untuk beralih bekerja menjadi petambang di faktori dengan
mempertimbangkan hasil pendapatan yang diterima. Petani di Kecamatan
Sindue beranggapan bahwa hasil produksi pertanian tidak telalu baik
sehingga memilih meninggalkannya.

Industri pengolahan di Kecamatan Sindue terdiri dari industri mikro


yaitu industri pembuatan kasurdan bantal yang terdapat di Desa Dalaka dan
industri kecil yaitu industri perorangan contohnya industri batu bata,
pembuatan kue jipang, gula merah dan industri pembuatan kripik pisang
balado. Tiap tahun hasil produksi pertanian terus menerus berkurang yang
membuat bahan baku industri kecil di bidang pangan menjadi terbatas. Hal

113
ini membuat struktur perekonomian Kecamatan Sindue terus menurun dari
tahun 2011 sampai tahun 2015.

Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi terkecil/terendah adalah


sektor listrik,air dan gas dan selalu menurun. Sektor ini menurun
dikarenakan tidak meratanya fasilitas listrik, air dan gas. Misalnya PDAM
Kecamatan Sindue hanya melayani pelanggan dari desa – desa yang berada
dalam pusat Kecamatan Sindue yaitu Desa Toaya Vunta dan Desa Toaya.
Dan beberapa pelanggan yang memakai jasa PDAM melakukan pemutusan
sambungan air ke rumah tangga karena adanya penungakan dalam biaya
sehingga mengurangii struktur ekonomi air. Dan pendistribusian listrik
tidak merata termasuk di bagian pedalaman yang masih terbatas
aksesibilitasnya sehingga belum semua masyarkat di Kecamaan Sindue
mendapatkan aliran listrik. Karena hal inilah sektor listrik, air dan gas
memberi distribusi terendah di tahun 2011-2015.

Sektor yang terbesar kedua adalah sektor bangunan, seiring


bertambahnya jumlah penduduk yang meningkatkan pembangun tempat
tinggal dan membangun bangunan lain seperti kios,warung dan toko
dikarenakan dibutuhkan masyarakat Kecamatan Sindue. Peningkatakan
jumlah bangunan ini membuat lahan untuk pertanian menjadi berkurang
sehingga membuat struktur ekonomi bangunaan meningkat. Dan
meningkatnya pembangunan infrastruktur yang berasal dari pemerintah
seperti pembanguna puskesmas dan posyandu untuk mensejahterakan
masyarakat Kecamatan Sindue juga mempengaruhi kontribusi besarnya
sektor bangunan di Kecamatan Sindue.

Di tahun 2012 strukur perekonomian perdagangan naik di angka 8,59


angka ini meningkat sebesar 0,10% dibandingkan dengan tahun 2011.
Kenaikan ini disebabkan naiknya hasil produksi pertanian. Sehingga
meningkatkan daya jual beli bahan makanan di pasar –pasar besar dan kecil
di Kecamatan Sindue. Di tahun 2013 bekurang sbesbar 0,01% yaitu sebesar
8,58 dan bertahan hingga tahun 2014. Penurunan ini disebabkan
berkurangnya hasil produksi pertanian khusunya di tanaman padi karena

114
mengalami gagal panen diakibatkan kurangnya irigasi. Namun penrunan ini
tergolong kecil karena hanya menurun sebesar 0,01%. Berkurangnya hasil
produksi pertanian tidak terlalu mempengaruhi angka struktur
perekonomian dikarenakan masih tingginya kebutuhan masyarakat akan
barang yang dibutuhkan untuk kegiatan mayarakat. Di tahun 2015
meningkat menjad 8,70 karena bertambahnya jumlah kios dan warung yang
menawakan barang dagangan. Barang yang diperjual belikan kebanyakan
di datangkan dari luar Kecamatan Sindue sehingga meningkatkan struktur
perekonomian di Kecamatan Sindue.

Di sektor angkutan dan komunikasi persentase struktur perekonomian


terus menurun di lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2011 sampai tahun
2015. Walaupun pertumbuhan sektor angkutan dan komunasi meningkat
dikarenakan bertambahnya jumlah kendaraan dan jaringan komunikasi.
Namun peningkatan ini tidak signifikan karena masih dalam jumlah yang
kecil dan kalah dengan sektor perdangan. Yang dimana masyarakat di
Kecamatan Sindue lebih memilih berkejad di bidang perdagangan
dibandikangkan di sektor angkutan dan komunikasi. Karena walau pun
jumlah angkutandan komunikasi meningkat kaena kebutuhan masyarakat
namun masih tedapat jalan dan jembatan yang rusak atau belum ada untuk
mencapai antar desa dan jaringan komunikasi yang masih terbatas. Jaringan
komunikasi di sudah bisa tecapai di beberapa desa di Kecamatan Sindue
namun belum rata. Contohnya wilayah desa atau dusun yang terletak di
wilayah pegunungan yang membuat jaringan tidak sampai di desa dan
dusun tersebut.

Di sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan persentase struktur


perekonomian terus menurun di lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2011
sampai tahun 2015. Struktur perekonomian sektor keuangan memiliki
kontribusi terendah setelah sektor listrik,air dan gas. Kecilnya nilai
persentase struktur perekonomian Kecamatan Sindue disebabkan
Kecamatan Sindue belum memiliki lembaga perbankan . Walaupun di akhir
tahun 2014 sudah dibangun satu bank BRI di Kecamatan Sindue sektor
keunagan masih rendah bahkan menurun. Hal ini dikarenakan

115
meningkatnya sektor perdagangan dan bangunan sehingga membuat sektor
keuangan kalah saing dengan sektor – sektor lainnya yang meningkat secara
signifikan.

Di sektor perjasaan persentase struktur perekonomian terus menurun di


lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2011 sampai tahun 2015. Kebanyakan
jasa yang ditawarkan di Kecamatan Sindue adalah jasa perseorangan atau
jasa rumah tangga. Jasa rumah tangga yang banyak ditawarkan adalah
pengelolaan bahan pangan. Dengan menurunnya hasil produksi di
Kecamatan Sindue membuat berkurangnya bahan yang didapatkan untuk
membuat hasil produksi yang sudah jadi. Penuruan ini juga mengakibatkan
menurunnya hasil jasa di bidang mabel karena dengan bertambahnya lahan
yang dibangun dengan bangunan membuat hasil kayu juga berkurang.

i) Struktur Perekonomian Kecamatan Sindue Tambusabora

Tabel 3.25

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 39,99 39,19 38,33 37,24 36,13

Pertambangan
2 20,64 21,26 21,95 22,57 23,25
dan penggalian

Industri
3 3,80 3,72 3,65 3,61 3,61
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24
dan Gas
5 Bangunan 11,19 11,42 11,66 12,05 12,33
Perdagangan,
6 Hotel dan 7,41 7,48 7,57 7,71 7,90
Restoran
Angkutan dan
7 6,09 6,09 6,10 6,13 6,17
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1,89 1,85 1,81 1,77 1,71
dan Jasa
Perusahaan

116
9 Jasa-jasa 8,76 8,76 8,70 8,69 8,67
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.25

Rata-rata (2011-2015) Struktur Perekonomian Kecamatan


Sindue Tambusabora (%)

Pertanian
1.80
8.72
Pertambangan dan
penggalian
6.12
Industri Pengolahan
38.18
Listrik, Air dan Gas 7.61

Bangunan

Perdagangan, Hotel dan 11.73


Restoran
Angkutan dan Komunikasi
0.24
Keuangan, Persewaan, dan
3.68 21.93
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

Hasil Analisis:

Sektor pertanian merupakan tumpuan kehidupan perekonomian di


Kecamatan Sindue Tombusabora pada umumnya. Dapat dilihat sektor
pertanian merupakan sektor tertinggi setiap tahunnya. Meskipun, pada
tahun 2011 berada pada angka 39,99 dan mengalami penurunan hingga
tahun 2015 pada angka 36,13. Oleh sebab itu pembangunan di sektor
pertanian masih merupakan hal yang penting dalam mendukung

117
pembangunan ekonomi pada sektor yang lain. Luas tanaman bahan
makanan khususnya padi di Kecamatan Sindue Tombusabora relatif kecil,
dimana lahan pertanian tanaman padi hanya terdapat di Desa Saloya seluas
79 ha. Dari lahan tersebut dapat dihasilkan 448 ton gabah kering panen dan
jumlah luas panen terbesar yaitu jagung pada 199 ha.
Pada sektor pertambangan, setiap tahunnya mengalami kenaikan pada
tahun 2011 sebesar 20,64 % dan pada tahun 2015 berada pada angka 23,25
%. Hal ini dikarenakan beberapa stakeholder sudah menerapkan
pengelolaan dengan sistem pengolahan basah (wet processing system) serta
arahan konservasi dengan penghematan dan pembatasan volume galian
perhektar pertahun.
Pada sektor industri pengolahan, setiap tahun semakin menurun hingga
pada angka 3, 61 % diantaranya tukang kayu, jasa menjahit, tukang emas,
dan salon kecantikan serta kerajinan menganyam sudah mulai hilang
sehingga menurunkan sektor perekonomian di kecamatan ini.

Pada sektor listrik, air, dan gas berada pada angka yang sama dari tahun
2011 hingga 2015 yaitu pada angka 0,24 di sektor perekonomiannya.
Karena contohnya Sampai pada tahun 2015 Kecamatan Sindue
Tombusabora belum dapat dilayani oleh PDAM, sehingga umumnya
masyarakat mengambil air minum melalui sumur atau air sungai/mata air
sehingga tidak menambah PDRB.

Pada sektor bangunan, dapat kita lihat bahwa setiap tahun mengalami
kenaikan dari angka 11,19 pada tahun 2011 hingga 12, 33 pada tahun 2015.
Hal ini dikarena kan setiap tahunnya kecamatan ini mengalami
perkembangan dari segi infrastrukturnya yang membuat perekonomian
meningkat.

Pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran setiap tahunnya


mengalami kenaikan meskipun tidak signifikan dari 7, 41 % hingga 7,90 %
pada tahun 2015. Sektor ini juga menaikkan tingkat struktur ekonomi dari
perdagangan, hotel, dan restorannya setiap tahunnya karena kecamatan ini
sudah mulai berkembang dalam sektor ini.

118
Pada sektor Angkutan dan Komunikasi juga mengalami kenaikan yang
tipis mencapai 6,17 % pada tahun 2015. Tidak dapat dimungkiri lagi bahwa
sarana informasi dan komunikasi sudah menjadi kebutuhan vital
masyarakat. Disamping untuk menyebarluaskan informasi pembangunan,
pendidikan, kebudayaan, olah raga dan berbagai informasi lainnya, juga
menjadi sarana hiburan yang sangat diminati masyarakat dan angkutan
sebagai Sarana perhubungan antar daerah dan dalam daerah, sangat
menunjang kegiatan ekonomi suatu wilayah.

Pada sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan mengalami


penurunan sektor ekonomi hingga pada angka 1,71 % dikarenakan Perlu
adanya upaya-upaya serius yang harus dilakukan baik pemerintah
kecamatan maupun desa untuk meningkatkan realisasi penerimaan pajak
bumi dan bangunan, baik melalui penagihan maupun menggugah kesadaran
masyarakat untuk dapat membayar pajak tepat pada waktunya.

Pada sektor jasa – jasa setiap tahunnya mengalami penurunan tetapi


kecil dari angka 8,76 % di tahun 2011 hingga pada angka 8,67 % di tahun
2015 sehingga sektor ekonomi kecamatan tersebut mengalami penurunan.

j) Struktur Perekonomian Kecamatan Sindue Tobata

Tabel 3.26

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 41,14 40,76 40,18 39,42 38,56

Pertambangan
2 16,63 17,01 17,68 18,33 19,13
dan penggalian

Industri
3 3,10 3,01 2,95 2,92 2,93
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,22 0,21 0,21 0,20 0,20
dan Gas
5 Bangunan 10,81 10,70 10,41 10,24 10,03

119
Perdagangan,
6 Hotel dan 8,58 8,70 8,96 9,19 9,39
Restoran
Angkutan dan
7 6,36 6,29 6,22 6,21 6,24
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 2,22 2,20 2,17 2,15 2,13
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 10,95 11,12 11,22 11,33 11,39
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.26

Rata-rata (2011-2015) Struktur Perekonomian Kecamatan


Sindue Tobata (%)

Pertanian

2.18 11.20
Pertambangan dan
penggalian
Industri Pengolahan
6.26
Listrik, Air dan Gas 40.01

8.96
Bangunan

Perdagangan, Hotel dan


Restoran 10.44
Angkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan, dan 0.21


17.75
Jasa Perusahaan 2.98
Jasa-jasa

120
Hasil Analisis:

Pada sektor pertanian merupakan struktur ekonomi terbesar setiap


tahunnya meskipun dari tahun 2011 ke 2015 mengalami penurunan. Luas
panen tanaman padi sawah di Kecamatan Sindue Tobata adalah 391 hektar
atau seluas 250 ha dari tahun 2010 yang hanya mencapai 141 ha. Untuk
tanaman jagung luas panennya hanya mencapai 95. Sementara itu produksi
padi yang dicapai pada tahun 2014 sebanyak 1.813 ton GKP. Lahan sawah
di Kecamatan Sindue Tobata telah menggunakan irigasi teknis seluas 60 ha
dan irigasi ½ teknis seluas 134 ha.
Pada sektor Pertambangan dan penggalian naik dengan angka yang
cukup signifikan yaitu 16,63 % pada tahun 2011 hingga naik 19,13% pada
tahun 2015. Hal ini dikarenakan beberapa stakeholder sudah menerapkan
pengelolaan dengan sistem pengolahan basah (wet processing system) serta
arahan konservasi dengan penghematan dan pembatasan volume galian
perhektar pertahun.
Pada sektor Industri Pengolahan, setiap tahunnya mengalami penurunan
dari angka 3,10 % pada tahun 2011 ke angka 2,93 % pada tahun 2015. Di
kecamatan Sindue Tobata hanya terdapat 1 industri sedang, sedangkan
industri lainnya hanya dikategorikan kedalam industri kerajinan rumah
tangga. Seperti pembuatan arang tempurung sebagai pengganti bahan bakar
lalu dijual dengan ukuran perkilo gram (kg) untuk menopang kebutuhan
sehari-hari, di kecamatan ini hanya sebagian kecil ibu rumah tangga yang
bekerja dalam bidang industri pengolahan dalam hal ini juga dikategorikan
sebagai industri rumah tangga.
Pada sektor Listrik, Air dan Gas merupakan struktur ekonomi yang
paling kecil setiap tahunnya hingga mencapai angka 0,20 % pada tahun
2015. Hal ini diKarenakan Kecamatan ini belum dapat dilayani oleh PDAM,
sehingga umumnya masyarakat mengambil air minum melalui sumur atau
air sungai/mata air sehingga tidak menambah PDRB.
Pada sektor Bangunan setiap tahunnya mengalami penurunan dari angka
10,81 % pada tahun 2011 hingga 10,03 % di tahun 201. Hal ini dikarenakan
bangunan di kecamatan ini belum sepenuhnya berkembang, Sebagian

121
bangunan perumahan di kecamatan Sindue Tobata masih tergolong
bangunan semi permanen dan kayu.
Pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami kenaikan
setiap tahunnya hingga mencapai 9,39 % di tahun 2015 dalam struktur
ekonomi. Barang-barang kebutuhan pokok yang dijual di toko atau kios-
kios di pedesaan didatangkan dari Palu oleh agen-agen barang kelontong
dengan menggunakan mobil box yang dapat mengangkut berbagai jenis
barang dagangan.
Pada sektor Angkutan dan Komunikasi mengalami penunrunan dari
tahun 2011 hingga tahun 2014 dan mengalami kenaikan pada tahun
berikutnya yaitu tahun 2015 pada angka 6, 24 %. Untuk penunjang arus
perekonomian di suatu tempat perlu tersedianya sarana perhubungan antar
daerah dan desa sehingga arus lalu lintas baik kendaraan bermotor maupun
tidak bermotor dapat beroperasi dengan baik. Sarana perhubungan
dimaksud termasuk jalan dan jembatan. Di sektor komunikasi, secara umum
terdapat perkembangan yang positif khususnya akses penduduk terhadap
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Telah terjadi peningkatan
jumlah pengguna telpon, telpon seluler dan internet dengan adanya Site
Telkomsel (tower) didesa Oti dan Alindau.
Pada sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan mengalami
penurunan hingga sektor perekonomian terletak di angka 2, 13 % di tahun
2015. Di Kecamatan Sindue Tobata belum terdapat Koperasi Unit Desa
(KUD) sehingga untuk memasarkan hasil pertanian, masyarakat hanya
menjual ke pedagangpedagang yang membeli hasil bumi.
Pada sektor jasa jasa setiap tahunnya mengalami kenaikan sektor
perekonomian mencapai angka 11,39 % ditahun 2015 Di Sindue Tobata
tercatat usaha jasa yang meliputi tukang kayu berjumlah 70, tukang jahit 13
dan usaha salon 4 buah. Selain usaha pertukangan juga terdapat usaha
perbengkelan berupa bengkel motor tersebar dibeberapa desa sebanyak 14
buah.

122
k) Struktur Perekonomian Kecamatan Sirenja

Tabel 3.27

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 40,60 39,88 39,70 39,39 39,09

Pertambangan
2 15,58 15,95 16,20 16,39 16,48
dan penggalian

Industri
3 3,28 3,23 3,17 3,16 3,18
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,24 0,23 0,23 0,23 0,23
dan Gas
5 Bangunan 11,55 11,93 12,09 12,22 12,29
Perdagangan,
6 Hotel dan 12,68 12,97 13,09 13,33 13,56
Restoran
Angkutan dan
7 4,89 4,87 4,85 4,87 4,97
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 3,89 3,80 3,68 3,59 3,50
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 7,29 7,15 6,99 6,84 6,71
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

123
Grafik 3.27

Rata-rata (2011-2015) Struktur Perekonomian Kecamatan


Sirenja (%)

Pertanian
3.69
6.99
Pertambangan dan
penggalian
4.89
Industri Pengolahan

Listrik, Air dan Gas 39.73


13.12
Bangunan

Perdagangan, Hotel dan


Restoran
12.02
Angkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan, dan


16.12
Jasa Perusahaan 0.23
Jasa-jasa 3.20

Hasil Analisis:

Sektor pertanian merupakan landasan dasar utama perekonomian di


Kecamatan Sirenja . Oleh karena itu, perkembangan di sektor pertanian
masih merupakan hal yang penting dalam mendukung pembangunan
ekonomi di sektor lainnya. Untuk itu tidak heran bahwa sector pertanian
mendapatkan persentase paling tinggi di antara Sembilan sector tersebut.
Dari table juga bias kita lihat bahwa angka persentase di tahun 2011
mencapai 40,60 persen. Perolehan persentase yang hamper 50 persen itu
pasti akan memberikan kontribusi yang besar di kecamatan Sirenja.
Kemudian di tahun berikutnya memang pesentase yang dihasilkan terus
menurun, tetapi jika kita lihat persentase penurunan dari tahun 2011 sampai
2015 hanya sekitar 1,51 persen. Sector pertanian di kecamatan Sirenja
terdiri atas tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, kehutanan,
peternakan, dan perikanan. Luas panen dan produksi makanan terbesar
adalah berasal dari padi. Untuk hasil perkebunan, tanaman coklat memiliki
kontribusi yang cukup besar, dimana Desa Sipi memiliki perkebunan coklat

124
yang luas yaitu sebesar 426 ha. Peternakan diupayakan untuk meningkatkan
populasi dan produksi ternak dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat
disamping meningkatkan pendapatan.

Sektor pertambangan berkontribusi cukup besar pada kecamatan sirenja


di setiap tahunnya. Dengan hasil pertambangan berupa pasir feldspar
berhasil berkontribusi 15 sampai 16 pesen disetiap tahunnya.

Sektor indusri pengolahan hanya memiliki rata-rata persentase 3 persen.


Artinya industry di kecamatan sirenja memberikan kontribusi yang kecil
untuk perekonomian di sana. Perusahaan yang bergerak disektor industri
dibedakan atas industri besar, industri sedang, industri kecil dan kerajinan
rumah tangga. Pengelompokkan industrI tersebut semata-mata didasarkan
atas banyaknya pekerja di perusahaan, Berdasarkan klasifikasi industri
tersebut di Kecamatan Sirenja sebagian besar masyarakat bergerak di
bidang industri kerajinan, tahun 2011 jumlah sector industry di kecamatan
sirenja sebesar 99 kemudian di tahun 2015 jumlahnya meningkat menjadi
311. Kemudian dengan banyaknya jumlah usaha industry di kecamatan
sirenja mengapa hanya memberikan kontribusi perekonomian yang sedikit,
itu karena sector industry yang mereka olah masih banyak berasal dari
industry rumah tangga dan masih sangat sedikit usaha industry besar.

Fasilitas listrik menjadi kebutuhan utama masyarakat sebagai alat


penerangan, Seluruh pengguna listrik merupakan pelanggan PLN yaitu
sebanyak 4.093 pelanggan, dimana pelanggan PLN terbanyak berada di
Desa Tanjung Padang. Penggunaan listrik, air, dan gas kecamatan sirenja
hanya memberikan kontribusi kurang dari satu persen, tercatat pada tahun
2011 sampai 2015 tidak ada yang berkontribusi di atas satu persen selama
lima tahun tersebut. Itu karena masyarakat masih banyak yang
menggunakan air dari sungai dan dari sumber air disekitar kecamatan
sirenja.

Sektor bangunan memberikan kontribusi pada kecamatan sirenja di


setiap tahunnya sebesar 11 sampai 12 persen. Hal terjadi karena kecamatan
sirenja terjadi pembangunan bangunan sebagai penunjang sarana di sana.

125
Pasar adalah pusat perdagangan dimana terjadi transaksi jual beli barang
ataupun jasa antara penjual dan pembeli dan didalamnya terjadi proses
penawaran dan permintaan. Fungsi pasar dalam pembangunan ekonomi
daerah sangatlah penting, dimana pasar merupakan tempat untuk menjual
segala produk yang dihasilkan oleh masyarakat baik produk sektor pertanian
maupun produk industri barang dan jasa serta produk dari kerajinan rumah
tangga. Prasarana pemasaran di Kecamatan Sirenja untuk kegiatan jual beli
hasil komoditi dan kebutuhan lainnya tidak sulit karena adanya kios-
kios/toko, pedagang keliling dan pasar yang ada di Desa-desa dalam
wilayah Kecamatan Sirenja, walaupun pasar tersebut merupakan pasar
mingguan. Jumlah took, kios, dan warung yang ada di kecamatan sirenja
setiap tahun selalu meningkat. Untuk hotel dan restoran tidak terlalu
mendominasi di daerah ini. Untuk itu sector perdagangan lah yang paling
berkontribusi dalam perekonomian di kecamatan sirenja setiap tahunnya
yang mencapai angka 13 persen.

Sebagai penunjang arus perekonomian di suatu daerah maka perlu


tersedianya sarana penunjang angkutan baik jalan , jembatan, maupun
jumlah armada kendaraan agar arus lalu lintas barang maupun jasa dapat
berjalan dengan baik. Sarana transportasi antar desa di Kecamatan Sirenja
masih terbatas, hal ini bisa dilihat dari banyaknya kendaraan roda empat
yang ada di kecamatan ini yang pada umumnya hanya digunakan sebagai
mobil penumpang antar desa ke kabupaten.. Hampir semua sarana
komunikasi telah menjangkau desa-desa yang ada di wilayah kecamatan ini,
namun dibeberapa desa yang ada di Kecamatan Sirenja masih terdapat
dusun-dusun tertentu yang sama sekali belum terjangkau oleh sarana
komunikasi. Dengan semua alas an tersebut di setiap tahunnya sector ini
hanya bias berkontribusi hampir sekitar 5 persen.

Realisasi penerimaan Kecamatan Sirenja berasal dari penerimaan rutin


dan penerimaan pembangunan dengan jumlah penerimaan terbesar adalah
Desa Sibado yang terdiri dari penerimaan rutin dan penerimaan
pembangunan Jumlah wajib pajak pada tahun 2015 berbeda dengan tahun
sebelumnya yaitu sebanyak 7.844 wajib pajak, dimana Desa Tondo

126
memiliki wajib pajak paling banyak yaitu 1.042 wajib pajak . Banyaknya
Koperasi di Kecamatan Sirenja berjumlah 9 buah, yaitu berada di Desa
Tanjung Padang, Tompe, lompio, Lende, dan Ujumbou. dengan hanya
mengandalkan jasa perusahaan aitu koperasi tidak heran bahwa sector ini di
kecamatan sirenja hanya memberikan kontribusi sebesar 6 sampai 7 persen.

l) Struktur Perekonomian Kecamatan Balaesang

Tabel 3.28

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 47,00 46,76 46,36 45,82 45,17

Pertambangan
2 2,32 2,21 2,11 2,01 1,93
dan penggalian

Industri
3 2,67 2,61 2,55 2,48 2,47
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,29 0,29 0,28 0,28 0,29
dan Gas
5 Bangunan 13,51 13,67 13,94 14,37 14,71
Perdagangan,
6 Hotel dan 14,44 14,85 15,35 15,81 16,17
Restoran
Angkutan dan
7 4,77 4,66 4,55 4,45 4,41
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 5,77 5,70 5,64 5,57 5,57
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 9,23 9,24 9,21 9,21 9,27
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

127
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.28

Rata-rata (2011-2015) Struktur Perekonomian Kecamatan


Balaesang (%)

Pertanian
9.23
Pertambangan dan
penggalian 5.65
Industri Pengolahan
4.57
Listrik, Air dan Gas
46.22
Bangunan
15.33
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Angkutan dan Komunikasi
14.04
Keuangan, Persewaan, dan
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa 2.12
0.29 2.56

Hasil Analisis:

Sektor pertanian memberikan kontribusi paling besar diantara Sembilan


sector lainnya di kecamatan balaesang setiap tahunnya. persentase yang
didapatan mencapai angka 50 persen. Sektor pertanian merupakan tumpuan
kehidupan perekonomian di Kecamatan Balaesang pada umumnya. Oleh
sebab itu, pembangunan di sektor pertanian masih merupakan hal yang
penting dalam mendukung pembangunan ekonomi pada sektor yang lain.
Sektor pertanian dimaksud terdiri dari: Sektor Pertanian Tanaman Pangan,
Sektor Hortikultura, Sektor Perkebunan, Sektor Kehutanan, Sektor
Peternakan, dan Sektor Perikanan. Sub sektor perkebunan merupakan salah

128
satu sumber pendapatan penduduk yang cukup menjanjikan yang terdiri dari
perkebunan kelapa, kopi, cengkeh coklat, lada, dan pala. Produksi pada sub
sektor kehutanan tidak ada informasi akurat yang dapat dikumpulkan
sehingga datanya tidak dapat disajikan. Sementara itu, pada sub sektor
peternakan diketahui jumlah ternak besar mencapai 2.699 ekor ternak yang
terdiri dari Sapi, Kerbau dan Kuda, sedangkan ternak kecil meliputi
kambing dan babi yang mencapai 2.532 ekor. Di samping itu, tercatat
sebanyak 14.378 ekor ternak unggas yang terdiri dari ayam dan itik. Pada
sub sektor perikanan diketahui bahwa di Kecamatan Balaesang terdapat
kurang lebih 58,5 ha tambak rakyat. Pada umumnya nelayan di daerah ini
menangkap ikan di laut dengan menggunakan pancing, pukat, jala dan alat
tangkap ikan lainnya. Belum ada data yang valid tentang besarnya hasil
tangkapan ikan dari para nelayan di daerah ini.

Sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi sekitar 1


sampai 2 persen disetiap tahunnya. hal ini disebabkan karena tidak terlalu
banyak hasil tambang yang didapat pada daerah ini.

Industri pengolahan memberikan kontribusi setiap tahunnya di


kecamatan balaesang kurang dari 3 persen, Perusahaan yang bergerak di
sektor industri dibedakan atas Industri Besar, Industri Sedang, Industri Kecil
dan Kerajinan Rumah Tangga. Pengelompokan tersebut semata-mata
didasarkan atas banyaknya pekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Perusahaan yang memiliki jumlah pekerja 100 orang atau lebih digolongkan
sebagai industri besar, jumlah pekerja antara 20-99 orang digolongkan
sebagai industri sedang, pekerja antara 5-19 orang digolongkan sebagai
industri kecil, dan yang jumlah pekerjanya lebih kecil dari 5 orang
dikategorikan ke dalam industri kerajinan rumah tangga. Dari data yang
berhasil dikumpulkan melalui potensi desa ternyata diketahui usaha industri
yang ada di Kecamatan Balaesang adalah tergolong industri kecil dan
kerajinan rumah tangga. Tahun 2015 jumlah industri kecil sebanyak 59
usaha dan kerajinan rumah tangga mencapai 424 usaha. Selain usaha
industri juga terdapat usaha perbengkelan berupa bengkel dan servis barang

129
elektronik . Usaha lainnya yang juga terdapat di desa adalah jasa menjahit
pakaian, tukang emas dan salon kecantikan.

Fasilitas listrik sebagai alat penerangan sudah merupakan kebutuhan


utama masyarakat perkotaan dan pedesaan. Untuk daerah-daerah yang
belum dapat atau belum terjangkau oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN)
dapat menikmati Listrik Non PLN (LTS) yang dikelola oleh pihak swasta
(KUD). Jumlah pelanggan PLN di Kecamatan Balaesang tahun 2015
mencapai 3.256 pelanggan dan listrik non PLN sebanyak 264 orang.
Sementara itu, pelanggan PDAM hanya berjumlah 375 pelanggan yang
seluruhnya hanya berada di kecamatan yaitu Desa Tambu, Tovia Tambu
dan Desa Mapane. Sampai saat ini PDAM belum mampu melayani
kebutuhan air minum masyarakat karena terbatasnya jaringan dan kapasitas
produksi air minum. Penduduk di desa-desa lainnya menggunakan air
sumur/pompa dan air sungai sebagai bahan baku utama kebutuhan rumah
tangga seperti air minum, mandi dan cuci. Begitu jua dengan gas. Maka
dari itu sector ini hanya memberikan kontribusi perekonomian di kecamatan
balaesang setiap tahunnya kurang dari 1 persen.

Sektor bangunan memberikan kontribusi sekitar 13 sampai 14 persen


disetiap tahunnya. nilai persentase itu juga dipicu karna pembangunan yang
cukup lambat di kecamatan balaesang.

Prasarana pemasaran di Kecamatan Balaesang masih sangat kurang,


sehingga merupakan kendala bagi masyarakat umum, demikian pula sarana
transportasi yang belum sepenuhnya baik antar desa sehingga untuk
memasarkan hasil komoditi pertanian/perkebunan ke desa yang memiliki
sarana pemasaran masih belum lancar Jumlah desa yang memiliki pasar di
Kecamatan Balaesang hanya tiga desa yaitu desa Labean, desa Tambu dan
desa Sibayu. Aktivitas pasar hanya terjadi seminggu dua kali yaitu pada
hari pasar yang telah ditetapkan. Umumnya para pedagang berkeliling dari
satu pasar ke pasar yang lainnya untuk menjajakan dagangannya. Demikian
pula masyarakat yang ingin memasarkan produk hasil pertanian mereka. Di
samping itu, terdapat juga toko/kios kelontong yang menjual bahan

130
kebutuhan pokok penduduk yang biasanya juga membeli hasil bumi.
Mengingat jarak kecamatan ini dari ibu kota kabupaten atau provinsi cukup
jauh, maka bagi mereka yang ingin bermalam di daerah ini juga telah
tersedia 5 buah penginapan yang terletak di ibu kota kecamatan. Sector ini
memberikan pendapat dalam kontribusi ekonomi di kecamatan balaesang
sebesar 14 sampai 16 persen.

Untuk penunjang arus perekonomian di suatu tempat perlu tersedianya


sarana perhubungan antar daerah dan desa itu sendiri, sehingga arus lalu
lintas baik kendaraan bermotor maupun tidak bermotor dapat beroperasi
dengan baik. Di samping prasarana jalan, jembatan sebagai penghubung
tidak dapat diabaikan keberadaannya. Di Kecamatan Balaesang terdapat 9
buah jembatan permanen, 9 buah jembatan semi permanen. Keberadaan
sarana angkutan seperti mobil barang ataupun penumpang semakin
dirasakan manfaatnya untuk mempercepat arus lalu lintas barang dari
daerah/tempat produksi menuju ke tempat-tempat pemasaran. Demikian
pula halnya dengan angkutan umum untuk penumpang. Jumlah mobil
angkutan penumpang tercatat sebanyak 20 buah, angkutan barang berupa
truk sebanyak 29 buah dan Pick Up sebanyak 31 buah. Selain itu,
perkembangan jumlah kendaraan roda dua sangat pesat dalam beberapa
tahun terakhir. Pada tahun 2015 telah tercatat sebanyak 1136 unit sepeda
motor baik yang digunakan secara pribadi maupun yang digunakan sebagai
ojek. Pesatnya perkembangan kendaraan bermotor ternyata belum mampu
menggeser peran dari angkutan tidak bermotor seperti gerobak, dimana
pada tahun 2015 jumlahnya tercatat 263 buah. Pada sektor komunikasi telah
terjadi perkembangan yang sangat menggembirakan, dimana hampir
seluruh desa telah dapat menikmati akses komunikasi dengan telepon
seluler sehingga arus informasi dari desa ke desa semakin mudah sehingga
sector ini memberikan kontribusi sekitar 4 persen di setiap tahunnya.

Sektor ini memberikan kontribusi perekonomian sebesar 5 persen dalam


setiap tahunnya. hal itu karena dalam pengelolaan rencana anggaran dan
belanja daerah dianut suatu sistem berimbang dan dinamis. Sistem
berimbang berarti terdapat keseimbangan antara penerimaan dan

131
pengeluaran, sedangkan dinamis berarti terjadi peningkatan tabungan
pemerintah. Realisasi penerimaan Alokasi Dana Desa (ADD) desa di
Kecamatan Balaesang tahun 2015 mencapai 5.249.024 juta rupiah,
sedangkan penerimaan Dana Desa (DD) adalah 3.621.091 juta rupiah.
Namun bila dilihat menurut desa akan nampak bahwa besarnya realisasi
penerimaan ADD dan DD sangat bervariasi antar desa. Mengingat masih
rendahnya capaian pembayaran pajak oleh masyarakat maka sangat
dibutuhkan kreativitas pemungut pajak agar pada tahun berikutnya bisa
mencapai target yang telah ditetapkan. Di samping itu, sangat dibutuhkan
kesadaran masyarakat sebagai wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya
dalam membayar pajak. Di sisi lain bahwa belum semuanya para wajib
pajak terdata dengan baik, untuk memperoleh data yang akurat tentang
jumlah wajib pajak solusinya adalah Pemutakhiran data. Koperasi adalah
merupakan soko guru perekonomian bagi masyarakat, baik di daerah
perkotaan maupun masyarakat yang ada di daerah pedesaan. Peranan
koperasi dalam pembangunan perekonomian adalah menghimpun usaha
yang berskala kecil untuk menjadikannya lebih besar dengan segala
aspeknya. Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat, khususnya
masyarakat pedesaan belum memiliki kekuatan ekonomi yang cukup untuk
mengembangkan usahanya sendiri, karenanya mereka memerlukan bantuan
dan bimbingan dari pemerintah melalui koperasi yang dikenal dengan
Koperasi Unit Desa (KUD). Pada tahun 2011 tercatat jumlah KUD di
Kecamatan Balaesang sebanyak 8 unit KUD namun sampai dengan tahun
2015 ini semuanya tidak aktif lagi. Berbagai kendala yang dihadapi oleh
masyarakat dalam mengembangkan koperasi baik kendala teknis maupun
keuangan. Rendahnya kualitas sumber daya manusia yang mengelola
koperasi dapat menjadi salah satu penyebab lemahnya manajemen
keuangan sehingga tidak jarang kita mendengar koperasi bubar karena dililit
oleh hutang

Sektor jasa-jasa di kecamatan balaesang memberikan kontribusi kurang


lebih 9 persen di setiap tahunnya. itu karena sarana dan prasarana seperti

132
perhotelan yang kurang, jika hal itu diperbaiki pasti akan menambah
persentase kontribusi di kecamatan balaesang setiap tahunnya.

m) Struktur Perekonomian Kecamatan Balaesang Tanjung

Tabel 3.29

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 65,42 66,01 66,74 67,26 67,73

Pertambangan
2 3,95 3,82 3,69 3,55 3,45
dan penggalian

Industri
3 1,19 1,13 1,07 1,03 0,99
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,25 0,24 0,24 0,23 0,23
dan Gas
5 Bangunan 10,24 10,21 10,07 10,04 10,00
Perdagangan,
6 Hotel dan 5,11 4,94 4,80 4,71 4,63
Restoran
Angkutan dan
7 2,34 2,28 2,22 2,18 2,17
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1,75 1,70 1,64 1,59 1,53
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 9,75 9,67 9,53 9,41 9,27
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

133
Grafik 3.29

Rata-rata (2011-2015) Struktur Perekonomian Kecamatan


Balaesang Tanjung (%)

Pertanian 1.64
2.24 9.53
Pertambangan dan
penggalian
Industri Pengolahan 4.84

Listrik, Air dan Gas


10.11
Bangunan

Perdagangan, Hotel dan 0.24


3.69
Restoran 66.63
1.08
Angkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan, dan


Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

Hasil Analisis:
Sektor pertanian cenderung mengalami peningkatan, karena sektor
Balaesang Tanjung merupakan sektor primer. Di mana masyarakatnya
masih banyak yang bercocok tanam di sana. Sektor pertanian di Balaesang
Tanjung yaitu padi, jagung, kedelai dan tanaman holtikultur lainnya. Selain
itu, Balaesang Tanjung juga mempunyai lahan perkebunan seperti kakao
dan cengkeh serta penghasil kopi, lada dan jambu mete di daerahnya. Sektor
pertanian menunjukkan angka yang stabil bahkan meningkat yang berkisar
65,0% di setiap tahun dan terbesar pada tahun 2015 yaitu 67,73%.
Pada sektor pertambangan dan penggalian, mengalami penurunan
setelah tahun 2011, hal ini di karenakan masyarakat di Balaesang
menganggap pertambangan dapat merusak alam, sehingga masyarakat
mengurangi aktivitas untuk pertambangan pada tahun 2012. Potensi sumber
daya mineral yang ada di wilayah Balaesang Tanjung yaitu emas. Namun
semakin tahun aktivitas pertambangan dan penggalian menurun
dikarenakan mulai berkurangnya sumber daya mineral tersebut, apalagi
sumber daya mineral yang dapat diekploitasi di Balaesang Tanjung hanya

134
emas. Dan angka terendah pada tahun 2015 sebesar 3,45% sedangkan angka
tertinggi pada tahun 2011 sebesar 3,95%.
Pada sektor industri pengolahan mengalami penurunan. Industri
pengolahan yang ada di Balaesang Tanjung ialah industri rumah tangga
penyulingan minyak daun cengkeh. Sektor tersebut makin hari makin
menurun dikarenakan, masyarakat mulai mengganti pekerjaan mereka
dengan hal lainnya. Masyarakat lebih memilih untuk bertani karena dinilai
lebih membuahkan hasil di setiap tahunnya. Sektor indutri mencapai angka
tertinggi pada tahun 2011 sekitar 1,19% dan angka terendah sebesar 0,9%.
Sektor air, gas dan listrik merupakan penyumbang PDRB terkecil di
Balaesang Tanjung. Hal ini dikarenakan Balaesang Tanjung merupakan
salah satu daerah tertinggal di Kabupaten Donggala. Oleh karena itu,
masyarakatnya masih menggunakan aliran sungai untuk kegiatan sehari-
hari dan masih bersifat tradisional. Angka pada sektor listrik, air, dan gas
menunjukkan angka terendah pada tahun 2015 dan 2014 sebesar 0,23% dan
angka tertinggi pada tahun 2011 yaitu sekitar 0,25%.
Pada sektor bangunan mengalami angka penurunan, walaupun tidak
signifikan. Pada tahun 2011, Balaesang Tanjung yang merupakan daerah
tertinggal mulai dikembangkan oleh pemerintah dan memperbaiki
infrastruktur untuk kesejahteraan masyarakatnya. Namun angka tersebut
terus menurun dikarenakan pemerintah juga mulai melakukan
pembangunan untuk daerah lainnya di Kabupaten Donggala. Dan angka
terendah pada tahun 2015 sebesar 10,00%.
Pada sektor perdagangan dan perhotelan juga mengalami penurunan.
Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut alam Balaesang Tanjung mulai
terganggu karena adanya aktivitas pertambangan. Destinasi utama pada
Balaesang Tanjung yaitu danaunya, namun kenyataannya aktivitas dari
pertambangan merusak air danau dengan limbah-limbah sehingga tempat
tersebut tidak bersih dan indah lagi. Adapun angka tertinggi sektor ini pada
tahun 2011 sebesar 5,11% dan anka terendah paa tahun 2015 sebesar 4,63%.
Sektor angkutan dan komunikasi mengalami penurunan, dikarenakan
masyarakat lebih memilih transportasi pribadi untuk berpergian. Perbaikan

135
jalan dan infrasturktur memudahkan masyarakat untuk berpergian dan dapat
pergi ke tempat yang mereka tuju tanpa harusmenggunakan jasa angkutan.
Adapun sektor ini menunjukkan angka tertinggi pada tahun 2015 sebesar
2,34% dan yang terendah pada tahun 2015 sebesar 2,17%.
Pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami
penurunan hal ini dikarenakan masyarakat di Balaesang Tanjung memiliki
sektor primer yang unggul disetiap tahunnya. Pada persewaan di Balaesang
Tanjung mengalami penuruna seiring dengan penurunan di sektor
perhotelan. Pada sektor ini angka terbesar pada tahun 2011 sebesar 1,75%
dan angka terendah pada tahun 2015 sebesar 1,53%.
Sektor jasa lainnya juga menurun. Hal ini dikarenakan sektor-sektor
selain sektor pertanian mengalami penurunan. Oleh karena itu sektor jasa
lainnya juga mengalami penurunan sebagai sektor pendorong untuk sektor
lainnya. Penyumbang angka untuk sektor jasa lainnya adalah jasa
pendorong untuk sektor pertanian, angka tertinggi pada tahun 2011 sebesar
9,75% dan angka terendah pada tahun 2015 sebesar 9,27%.

n) Struktur Perekonomian Kecamatan Dampelas

Tabel 3.30

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 59,60 60,19 60,44 60,80 60,15

Pertambangan
2 2,55 2,46 2,42 2,46 2,50
dan penggalian

Industri
3 3,05 2,94 2,87 2,91 2,97
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,26 0,25 0,24 0,23 0,23
dan Gas
5 Bangunan 10,55 10,50 10,48 10,26 10,61
Perdagangan,
6 Hotel dan 8,18 8,18 8,24 8,23 8,49
Restoran
Angkutan dan
7 5,82 5,72 5,67 5,63 5,67
Komunikasi

136
Keuangan,
Persewaan,
8 3,73 3,66 3,64 3,60 3,58
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 6,27 6,10 5,99 5,87 5,80
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.30

Rata-rata (2011-2015) Struktur Perekonomian Kecamatan


Dampelas (%)

Pertanian
3.64
6.01
Pertambangan dan
penggalian 5.70
Industri Pengolahan

Listrik, Air dan Gas 8.27

Bangunan
10.48
Perdagangan, Hotel dan 60.24
Restoran
Angkutan dan Komunikasi
0.24
Keuangan, Persewaan, dan 2.95 2.48
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

Hasil Analisis:

Pada sektor pertanian di kecamatan Dampelas mengalami puncak pada


tahun 2014 dengan angka 60,80%. Namun sektor pertanian dari tahun ke
tahun mengalami turun naik karena adamya transformasi perekonomian. Di

137
kecamatan Dampelas yang menjadi hasil utama dalam pertaniannya ialah
padi dan tanaman pangan hortikula. Dampelas merupakan daerah yang
terbilang pedalaman sehingga masyarakat masih banyak yang bercocok
anam dan memilih sektor primer untuk perekonomiannya.

Pada sektor penggalian dan tambang setiap tahunnya terus meningkat.


Pada tahun 2011 pertambangan dan penggalian menyumbang PDRB
sebesar 2,55%. Hasil pertambangan dan penggalian di Kecamatan
Dampelas ialah galian golongan A, antara lain gas bumi, batu bara dan nikel.
Dan pada tahun 2012 sudah mulai pembukaan tambang oleh investor di
Dampelas, yang membuat sektor penggalian dan tambang terus meningkat
setiap tahunnya.

Pada sektor industri dan pengolahan, Dampelas menyumbang angka


tinggi pada tahun 2011 sebesar 3,05%. Sektor industri dan pengolahan yang
utama di kecamatan Dampelas yaitu pengolahan kayu dan non kayu.
Kecamatan Dampelas memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi.
Di wilayah ini terdapat hutan pegunungan yang kaya jenis-jenis vegetasi
berkayu dan vegetasi tak berkayu baik komersial dan non komersial. Pada
setelah tahun 2011 mengalami penurunan 0,79%, karena pada tahun 2012,
Dampelas pernah diguncang gempa bumi yang menyebabkan terganggunya
ekosistem.

Pada sektor listrik, air, dan gas terjadi penurunan dari 0,26% menjadi
0,23% pada tahun 2015. Hal ini disebabkan karena adanya perbaikan
infrastruktur dan tahun-tahun selanjutnya karena adanya tuntutan kebutuhan
masyarakat. Masyarakatmenggunakan air danau ataupun sungai untuk
kebutuhan sehari-harinya ataupun dengan program pemerintah untuk
mengalirkan air ke rumah-rumah dan bukan dengan pelayanan PDAM.

Pada sektor bangunan di kecamatan Dampelas juga menunjukkan angka


peningkatan di tahun 2015 sebesar 10,61%. Pembangunan di Dampelas
meningkat tinggi pada tahun tersebut karena adanya pengembangan daerah
oleh pemerintah untuik daerah-daerah yang terbilang tertinggal dan
memperbaiki infrastruktur untuk kesejahteraan masyrakatnya.

138
Pada sektor perdagangan dan hotel di Kecamatan Dampelas cenderung
meningkat di setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena Dampelas
memiliki keindahan alam yang belum ada campur tangan manusia, sehingga
menarik beberapa wisatawan untuk datang ke kecamatan Dampelas.
Adapun wisata yang ada di Dampelas, yaitu Danau Dampelas atau Danau
Talaga, Pantai Bambarano yang terletak di Desa Sabang, Kecamatan
Dampelas. Sehingga Kecamatan Dampelas menyumbang PDRB sebesar
8,49% pada tahun 2015 dengan peningkatan sekitar 1,22% pada tahun
sebelumnya.

Pada sektor angkutan dan komunikasi mengalami peningkatan paling


tinggi pada tahun 2011, hal ini dikarenakan adannya perbaikan infrastruktur
dan jaringan oleh pemerintah sehingga angka untuk sektor ini tinggi apda
tahun 2011 sebesar 5,82%. Pembangunan tersebut menarik beberapa
masyarakat untuk berinvestasi untuk pengangkutan jasa dan pelayanan
komunikasi di Dampelas. Namun, pada tahun setelahnya mengalami
penurunan dikarenakan masyarakat sudah mulai banyak menggunakan
transpotasi sendiri karena prainfrastruktur seperti jalan dan jembatan sudah
membaik, sehingga pada tahun 2015 sektor ini hanya menyumbang 5,67%.

Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan cenderung turun,


walaupun bukan menjadi sektor utama di Kecamatan Dampelas. Hal ini
dikarenakan sektor pendorong dari sektor ini juga turun. Contohnya seperti
sektor perhotelan ataupun sektor pertambangan yang mendorong sektor
keuangan, sewa dan jasa perusahaan meenurun. . Sektor ini menyumbang
sebesar 3,58% pada tahun 2015 dan 3,73% pada tahun 2011.

Sektor jasa lainnya mengalami penurunan disetiap tahunnya. Hal ini


dikarenakan sebagai sektor pendorong untuk sektor utama, sektor lainnya
harus menyesuaikan sektor utama di kecamatan Dampelas. Jasa lainnya
yang menjadi sektor pendukung untuk sektor lain akan ikut menurun seiring
dengan sektor yang akan sektor jasa lain dorong. Dalam hal ini angka sektor
lainnya menunjukkan angka jasa lain pendorong sektor utama, yaitu
pertanian di Kecamatan Dampelas.

139
o) Struktur Perekonomian Kecamatan Sojol

Tabel 3.31

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 56,38 56,10 55,44 55,28 54,11

Pertambangan
2 5,54 5,73 6,02 6,25 6,68
dan penggalian

Industri
3 3,04 2,99 2,94 2,84 2,83
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,22 0,21 0,20 0,20 0,19
dan Gas
5 Bangunan 12,05 12,31 12,81 13,09 13,77
Perdagangan,
6 Hotel dan 11,01 11,20 11,41 11,52 11,68
Restoran
Angkutan dan
7 5,46 5,31 5,18 5,02 5,01
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1,99 1,93 1,86 1,79 1,76
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 4,31 4,22 4,13 4,02 3,98
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

140
Grafik 3.31

Rata-rata (2011-2015) Struktur Perekonomian Kecamatan


Sojol (%)

Pertanian 1.87
4.13
Pertambangan dan 5.20
penggalian
Industri Pengolahan
11.36
Listrik, Air dan Gas

Bangunan
12.81 55.46
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Angkutan dan Komunikasi
0.20
6.04
Keuangan, Persewaan, dan
Jasa Perusahaan 2.93
Jasa-jasa

Hasil Analisis:

Data struktur ekonomi menunjukkan aktivitas dan perkembangan


mengenai kontribusi setiap lapangan usaha dalam suatu daerah. Kontribusi
setiap lapangan usaha memberikan informasi mengenai lapangan usaha
utama penggerak ekonomi daerah. Berdasarkan Tabel mengenai data
kontribusi lapangan usaha terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kecamatan Sojol tahun 2011-2015, diketahui bahwa yang diwarnai
merah adalah lapangan usaha Pertanian, dimana lapangan usaha dengan
kontribusi terbesar dalam struktur ekonomi Kabupaten Donggala. Hal ini
disebabkan karena Kecamatan Sojol tepatnya di desa Tonggolobibi terdapat
1400 ha lebih lahan pertanian sawah yang produktif, selain itu ada kebun
kelapa, kakao dan cengkeh. Di tahun 2013 saja untuk tanaman padi dengan
luas panen 6.591 Ha menghasilkan padi sebanyak 17.826,2 ton. Di tahun
2014 dengan luas panen 6.591 Ha menghasilkan padi sebanyak 17.281,3 ton
dan di tahun 2105 dengan luas panen 5.736 Ha menghasilkan padi sebanyak
31.133,6 ton. Apalagi, pada saat panen bisa menghasilkan perputaran

141
ekonomi yang sangat besar. Dalam sekali panen bisa menghasilkan hingga
18 milyar rupiah sehingga bisa dilihat bahwa kehidupan masyarakat desa
Tonggolobibi sangat bergantung pada sektor pertanian.

Di sektor pertambangan dan penggalian, kontribusinya terhadap


perekenomian kabupaten Donggala adalah dapat dilihat di tabel semakin
hari semakin meningkat karena beberapa stakeholder sudah menerapkan
pengelolaan dengan sistem pengolahan basah (wet processing system) serta
arahan konservasi dengan penghematan dan pembatasan volume galian
perhektar pertahun.

Di sektor industri dan pengolahan sebagai sektor terendah ketiga, hal ini
disebabkan karena kontribusi industrinya yang masih berupa industri
kerajinan rumah tangga yang banyak terdapat di desa Tonggolobibi yang
kalo dijual pun tidak akan membantu banyak perekonomian kecamatan
Sojol.

Di sektor bangunan merupakan sektor tertinggi kedua, mengapa?


Karena pembangunan di masing-masing daerah memiliki peran besar.
Karena suatu daerah dikatakan berkembang dapat dilihat dari jenis
bangunan apa saja yanga ada di daerah tersebut. Pembangunan PLTMH Ddi
Desa Ponju adalah suatu langkah untuk memenuhi pelayanan pemerintah
kepada masyarakat.

Di sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor tertinggi


ketiga akan kontribusinya terhadap perekonomian kabupaten Donggala. Hal
ini disebabkan kegiatan perdagangan di Kecamatan Sojol sebahagian besar
dilaksanakan di pasar tradisional, disamping Toko, Kios dan Warung.
Hampir semua desa di Kecamatan Sojol memiliki pasar tradisional, kecuali
desa Bukit Harapan dan desa Balukang 2.

Di sektor angkutan dan komunikasi akan peran nya terhadap


perekonomian kabupaten Donggala ialah sistem angkutan disana tidak ada
masalah dikarenakan fasilitas jalan yang memadai yaitu jalan Trans mulai
dari desa Pangalaseang hingga desa Bou, dengan kondisi jalan 100 %

142
beraspal. Dan sarana komunikasi yang sudah dapat banyak diakses
masyarakat sana dengan menggunakan telepon genggam maupu
smartphone.

Di sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan merupakan sektor


terendah kedua dalalm kontribusinya terhadap perekonomian kabupaten
Donggala. Hal ini disebabkan perusahaan tidak bisa bertindak langsung,
karena pemerintah masih membebaskan masyrakatnya untuk mengelola
kegiatan usaha nya sendiri sembari sebagai mata pencaharian mereka.

Di sektor jasa-jasa akan peran nya terhadap perekonomian kabupaten


Donggala adalah fasilitas-fasilitas untuk kegiatan perdagangan maupu
pertanian dengan mudah dijual sehingga memudahkan masyarakat untuk
melakukan transaksi ekonomi.

Sedangkan yang diwarnai biru adalah lapangan usaha Listrik, Air dan
Gas, dimana lapangan usaha dengan kontribusi terkecil dalam struktur
ekonomi Kabupaten Donggala. Hal ini disebabkan luasnya wilayah dan
terbatasnya kapasitas menyebabkan tidak semua desa dapat terlayani oleh
listrik PLN. Dari sembilan desa yang ada di Kecamatan Sojol baru lima desa
yang terlayani oleh listrik PLN, sisanya masih menggunakan listrik Non
PLN sebagai alat penerangan.

p) Struktur Perekonomian Kecamatan Sojol Utara

Tabel 3.32

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 46,49 46,37 46,35 46,06 45,69

Pertambangan
2 3,22 3,17 3,13 3,10 3,09
dan penggalian

Industri
3 3,56 3,43 3,31 3,22 3,16
Pengolahan

143
Listrik, Air
4 0,24 0,23 0,22 0,21 0,21
dan Gas
5 Bangunan 12,50 12,57 12,63 12,78 12,91
Perdagangan,
6 Hotel dan 12,69 12,93 13,11 13,38 13,55
Restoran
Angkutan dan
7 9,07 9,12 9,19 9,33 9,60
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 3,36 3,28 3,20 3,14 3,07
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 8,88 8,90 8,86 8,78 8,72
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015

Grafik 3.32

Rata-rata (2011-2015) Struktur Perekonomian Kecamatan


Sojol Utara (%)

Pertanian
3.69
6.99
Pertambangan dan
penggalian
4.89
Industri Pengolahan

Listrik, Air dan Gas 39.73


13.12
Bangunan

Perdagangan, Hotel dan


Restoran
12.02
Angkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan, dan


16.12
Jasa Perusahaan 0.23
Jasa-jasa 3.20

144
Hasil Analisis:

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa sektor yang


berkontribusi terbesar di Kecamatan Sojol Utara adalah sektor Pertanian
yang dari tahun 2011 sampai 2015 menjadi penyumbang terbesar
perekonomian Kabupaten Donggala. Hal ini disebabkan sektor pertanian
merupakan tumpuan kehidupan perekonomian di Kecamatan Sojol Utara.
Di tahun 2011 saja untuk tanaman padi dengan luas panen 2.682
menghasilkan padi sebayak 16.486 ton, disusul tahun 2012 dengan luas
panen 2.805 menghasilkan padi sebanyak 16.503 ton dan di tahun 20115
menghasilkan padi sebesar 148.559 ton.

Di sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor terendah


kedua dalam kontribusinya terhadap perekonomian kabupaten Donggala.
Hal ini disebabkan lahan aktif pada kecamata Sojol Utara semuanya adalah
berupa pertanian, jikalau ingin menggali untuk tambang tentunya harus
butuh izin dari masyrakat maupun pemerintah.

Di sektor industri pengolahan merupakan sektor yang kontribusinya


tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan perekonomian kabupaten
Donggala. Hal ini disebabkan berdasarkan klasifikasi tersebut pada tahun
2015 di Kecamatan Sojol Utara hanya terdapat industry kecil dan industri
kerajinan rumah tangga.

Di sektor bangunan merupakan sektor tertinggi ketiga, hal ini


disebabkan pembangunan di masing-masing daerah memiliki peran besar.
Karena suatu daerah dikatakan berkembang dapat dilihat dari jenis
bangunan apa saja yanga da di daerah tersebut

Di sektor perdagangan, hotel dan restoran juga sektor yang memiliki


peran dalam kontribusinya terhadap perekenomian kabupaten Donggala
sehingga menjadika sektor tertinggi kedua. Hal ini disebabkan kecamatan
Sojol Utara memiliki pusat perdagangan yaitu adalah pasar. Pasar
merupakan tempat transaksi jual beli terbesar di daerah ini. Kecamatan
Sojol Utara memiliki 1 buah pasar yang berada di Desa Ogoamas II yang

145
memiliki frekuensi kegiatan mingguan. Pembangunan hotel juga dikarenaka
tempat wisata yang banyak menunjang untuk pembangunan hotel.

Di sektor angkutan dan komunikasi, Sarana transportasi di Kecamatan


Sojol Utara sangat bergantung pada transportasi darat, sedangkan untuk
transportasi laut sudah tidak digunakan lagi selain untuk mengangkut
barang-barang hasil pertanian keluar daerah dan sebagai sarana
penangkapan ikan. Sehingga jalan memegang peranan yang sangat penting.
Sarana transportasi antar desa di Kecamatan Sojol Utara sudah cukup
memadai dimana jalan yang digunakan untuk menghubungkan setiap desa
adalah jalan yang sudah beraspal dan memiliki kondisi yang baik. Sebagian
besar masyarakat di Desa Ogoamas I dan Ogoamas II sudah menggunakan
alat komunikasi yang mobile sebagai sarana penunjang dalam beraktifitas.

Di sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan merupakan sektor


yang masuk dalam sektor rendah dalalm kontribusinya terhadap
perekonomian kabupaten Donggala. Hal ini disebabkan perusahaan tidak
bisa bertindak langsung, karena pemerintah masih membebaskan
masyrakatnya untuk mengelola kegiatan usaha nya sendiri sembari sebagai
mata pencaharian mereka.

Di sektor jasa-jasa akan peran nya terhadap perekonomian kabupaten


Donggala adalah fasilitas-fasilitas untuk kegiatan perdagangan maupu
pertanian dengan mudah dijual sehingga memudahkan masyarakat untuk
melakukan transaksi ekonomi.

Dan sektor terendah yaitu sektor Listrik, Air dan Gas dari tahun 2011
sampai dengan 2015 disebabkan berdasarkan Data Statistik Daerah
Kecamatan Sojol Utara tahun 2016, jumlah pelanggan PLN yang tercatat di
Kecamatan Sojol Utara sebanyak 1.788 pelanggan yang tersebar di 3 desa
sedangkan untuk desa pesik dan desa Bengkolli belum terjangkau oleh PLN,
dan untuk pelanggan listrik non PLN sebanyak 75 pelanggan dengan jumlah
gardu listrik sebanyak 11 buah.

146
3.3 Tingkat Kesejahteraan Rakyat

Kesejahteraan masyarakat dan perekonomian, sangat erat kaitannya.


Namun, laju pertumbuhan yang tinggi di suatu daerah, belum tentu
mencerminkan tingginya tingkat kesejahteraan di daerah tersebut.
Kesejahteraan merupakan aspek yang tidak hanya menjadikan ekonomi sebagai
indikatornya, namun masyarakat juga merupakan salah satu indicator yang
penting. Untuk itu, indikator kesejahteraan rakyat yang paling tepat adalah
PDRB per kapita.

a) PDRB Perkapita Kecamatan Rio Pakava (Juta)


Tabel 3.33
Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Rio Pakava 16,84 18,88 20,83 23,00 25,26

Grafik 3.33

PDRB Perkapita Kecamatan Rio Pakava


Terhadap Rata-Rata antar Kecamatan (Juta)
45.0 40.96
40.0 37.07
33.15
35.0
30.27
30.0 26.99
25.3
23.0
25.0 20.8
18.9
20.0 16.8

15.0
10.0
5.0
0.0
2011 2012 2013 2014 2015

PDRB Perkapita Kecamatan Rio Pakava Rata-Rata PDRB Perkapita Antar Kecamatan

Tingkat kesejahteraan rakyat juga dipengaruhi oleh PDRB perkapita


suatu kecamatan , sehingga dapat dilihat tingkat kesejahteraan Kecamatan

147
Rio Pakava pada tahun 2011 yaitu mencapai 16,84% dan itu bisa disebut
masih berada dibawah rata-rata , hal ini disebabkan karena pada awal tahun
tahun 2010 sampai 2011 tim penanggulangan kemiskinan kabupaten
donggala melakukan kajian terahadap kecamatan ini, sehingga mengambil
keputusan bahwa kemiskinan terjadi kepada Komunitas Adat Terpencil
(KAT) yang sebagian besar adalah warga kecamatan rio pakava, hal ini
dikarenakan terkait usaha dibidang ekonomi ,masyarakat rio pakava
memilih atau mayoritas dibidang pertanian dan perkebunan dan juga akses
jalan yang belum memadai sehngga membuat mereka kesuliatn untuk
memasarkan hasil produksi mereka yang dapat berpengaruhi terhadap
kesejahteraan masyarakat dikecamatan ini.

Sehingga pada tahun 2012 mengalami kenaikan tingkat kesejahteraan


yaitu mencapai 18,88% meski naik belum tentu masyarakat di kecamatan
Rio pakava mengalami kesejahteraan meski hanya sedikit ini disebabkan
karena untuk bidang kesehatan,pendidikan,fasilitas tenaga medis tingkat
desa dan tenaga pengajar dan kebutuhan air berish sangat belum tersedia
secara memadai, namun akses jalan mulaai diperhatikan oleh pemerintah
dan mulainya perbaikan infrastruktur jalan sehingga membuat masyarakat
merasakan sejahtera sedikit demi sedikit sehingga mengalami kenaikan.

Kemudian tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi 20,83 %, hal ini


disebabkan karena jumlah pendapatan masyarakat dikecamatan ini mulai
bertambah akibat peningkatannya penyuluhan akan pentingnya pertanian
untuk menjadi mate pencarian masyarakat , denga begitu bertambahnya
juga penduduk membuat penghasilanmereka untuk berdagang semakin
tinggi, sehigga kebutuhan hidup ikut juga meningkat, meski mengalami
kenaikan dan pendapatan bertambah tidak selalu membuat masyarakat akan
hidup lebih sejahtera .

Pada tahun 2014 tingkat kesejahteraan penduduk kembali mengalami


kenaikan yaitu mencapai 23,00%, hal ini disebabkan muali adanya program
pemerintah terhadap kemiskinan kecamatan rio pakava yaitu dengan terus
mendukung mereka untuk melakukan pemerdayaan ekonomi, yaitu dengan

148
membuat suatu rukun kekeluargaan atau kelompok untuk membantu
masyarakat yang masih belum memilik pekerjaan atau pendapatan tetap,
sehingga dengan program ini membuat masyarakat boleh mendapatkan
pekerjaan diberbagai jenis tempat yang dapat menghidupkan kehidupan
mereka,sehingga mengapa pada tahun 2014 masyarakat boleh merasakan
kesejahteraan sedikit mulai berkembang.

Setelah tahun 2014 masyarakat boleh mendapatkan penghasilan di


berbagai jenis pekerjaan, sehingga tahun 2015 terus mengalami kenaikan
kembali menjadi 25,26% meski masih dibawa rata-rata , namun hal ini
disebabkan karena akses jalan mulai memadai, infratsruktur seeperti tempat
pendidikan,sosial,bahkan kesehatan mulai memadai , masyarakat mulai
menemukan pekerjaan dan penghasilan yang tetap hal ini membuat tingkat
sejahtera masyarakat juga ikut meningkat,dan juga mulai banyak
perusahaan dari kota yang datang untuk membuka perushaan merek
sehingga banyak masyarakat yang memilih bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Meski begitu, belum bisa dikatana bahwa semua
masyarakat hidup sejahtera, dengan keadaan yang masih dibawah rata-rata.

b) PDRB Perkapita Kecamatan Pinembani (Juta)

Tabel 3.34

Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Pinembani 63,01 70,67 73,25 81,30 89,85

149
Grafik 3.34

PDRB Perkapita Kecamatan Pinembani


Terhadap Rata-Rata Antar Kecamatan (Juta)
100.0 89.9
90.0 81.3
80.0 70.7 73.3
70.0 63.0
60.0
50.0 40.96
37.07
40.0 33.15
30.27
26.99
30.0
20.0
10.0
0.0
2011 2012 2013 2014 2015

PDRB Perkapita Kecamatan Pinembani Rata-Rata PDRB Perkapita Antar Kecamatan

Pendapatan perkapita kecamatan pinembani juga dapat mempengaruhi


tingkat kesjehateraan masyarakat, sehingga dilihat pada tahun 2011 tingkaat
kesejahteraan kecamatan Pinembani mencapai 63,01% , hal ini disebabkan
karena masyarakat pinembani tinggal di pegunungan masih sulit terakses
oleh pemerintah sehingga akses jalan masih sangat tidak memadai,
membuat semua kebutuhan seperti listrik,air bahkan jaringan
telekomunikasi terhambat,sehingga masyarakat hanya mengandalkan air
gunung dan menggunakan pelita seadanya.

Tahun 2012 mengalami kenaikan kembali menjadi 70,67%, meski


dibilang hampir mendekati rata-rata tetapi belum bisa dibilang mereka suah
hidup sejahtera,peningkatan ini terjadi karena ada perbaikan atau renovasi
infrastruktur sosial seperti tempat peribadatab,sekolah,puskesmas dan pasar
mulai berkembang tempat itu,sehingga semua kegiatan yang berhubungan
dengan tempat tersebut boleh berjalan dengan baik.

Kemudian tahun 2013 mengalami kenaikan kembali mencapai 73,25%,


hal ini terjadi karena pendapatan perkapita penduduk pinembani boleh

150
berkembang sedikit demi sedikit, yaitu mereka yang rata-rata bekerja
sebagai petani diperkebunan, sehingga akhir tahun 2013 hasil produksi atau
hasil panen Kopi dikecamatan pinembani boleh di pasarkan ke ibu kota
kabupaten,sehingga kecamatan pinembani termasuk menjadi pemasok Kopi
terbaik di sulawesi tengah.

Hal ini juga tentunya mempengaruhi untuk tahun yang akan


datang,sehingga tahun 2014- 2015 masyarakat pinembani dilihat dari
tingkat kesejahteraannya meningkat menjadi 81,30 % sampai 89,85 % hasil
tersebut dilihat mencapai rata-rata. Hal ini terjadi akibat kepeduliaan
masyarakat akan kebutuhan hidupnya, sehingga mulai dari akses jalan yang
tahun 2011 belum memadai terayat tahun 2015 mulai membaik dengan
desakan para masyarakat yang membuat pemerintah mulai memperbaiki
akses jalan tersebut, pendapatan masyarakat di sektor perkebunan juga
sangat naik signifikan akibatnya ekspor hasil panen mereka membuahkan
hasil baik buat para konsumen terutama sampai pada ibu kota sulawesi
tengah,yaitu kota Palu. Tak kalah pentingnya hasil produksi tambang
dikecamatan ini juga sangat baik, pembangunan yang berkelanjutan akibat
bertambahnya jumlah penduduk membuat masyarakat mulai terus bekerja
keras untuk mendapatkan penghasilan. Meski demikian, tidak dapat
dikatakan bahwa ini adalah puncak dari kesejahteraan masyarakat ini,
karena keadaannya yang dipegunungan juga bisa membuat hasil alam
mereka akan habis akibat lokasi lereng yang bisa mengakibatkan bencana
alam seperti longsor dan pengikisan tanah.

c) PDRB Perkapita Kecamatan Banawa (Juta)

Tabel 3.35

Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Banawa 11.68 13.10 14.59 16.37 18.13

151
Grafik 3.35
PDRB Per Kapita Kecamatan Banawa
Terhadap Rata-Rata Antar Kecamatan (Juta)
45.00 40.96
40.00 37.07
33.15
35.00 30.27
30.00 26.99
25.00
18.13
20.00 16.37
13.10 14.59
15.00 11.68
10.00
5.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
PBRB Perkapita Kecamatan [sesuaikan] (Juta)
Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)

Hasil analisis:

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa PDRB perkapita kecamatan
Banawa di bawah rata-rata PDRB perkapita antar kecamatan. Hal ini
menunjukkan bahwa kesejahteraan di Kecamatan Bawana belum baik
daripada kecamatan lainnya. Dari tahun 2011 hingga tahun 2015 terus
mengalami peningkatan tetapi masih dibawah rata-rata PDRB antar
kecamatan. Kenaikan angka ini disebabkan oleh pendapat masyarakat yang
mulai meningkat. Pada tahun 2011-2015 mulainya ada pembangunan di
daerah tersebut, sehingga aksesbilitas terjangkau dan memudahkan
masyarakat untuk berpergian dan memajukan daerahnya. Hal ini dapat
menjadikan penambahan untuk PDRB di Kecamatan Banawa.

d) PDRB Perkapita Kecamatan Banawa Selatan (Juta)


Tabel 3.36

Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Banawa
Selatan
15.80 17.72 19.72 22.06 24.36

152
Grafik 3.36

PDRB Per Kapita Kecamatan Banawa Selatan


Terhadap Rata-Rata Antar Kecamatan (Juta)
45.00 40.96
40.00 37.07
33.15
35.00 30.27
30.00 26.99
24.36
25.00 22.06
19.72
17.72
20.00 15.80
15.00
10.00
5.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
PBRB Perkapita Kecamatan [sesuaikan] (Juta)
Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)

Hasil analisis:
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa PDRB perkapita kecamatan
Banawa Selatan di bawah rata-rata PDRB perkapita antar kecamatan. Hal
ini menunjukkan bahwa kesejahteraan di Kecamatan Bawana belum baik
daripada kecamatan lainnya. Dari tahun 2011 hingga tahun 2015 terus
mengalami peningkatan tetapi masih dibawah rata-rata PDRB antar
kecamatan. Kenaikan angka ini disebabkan oleh pendapat masyarakat yang
mulai meningkat. Pada tahun 2011-2015 mulainya ada pembangunan di
daerah tersebut, sehingga aksesbilitas terjangkau dan memudahkan
masyarakat untuk berpergian dan memajukan daerahnya. Hal ini dapat
menjadikan penambahan untuk PDRB di Kecamatan Banawa Selatan.

e) PDRB Perkapita Kecamatan Banawa Tengah (Juta)

Tabel 3.37

Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Banawa
Tengah
37,13 41,65 46,42 51,46 56,80

153
Grafik 3.37

PDRB Per Kapita Kecamatan Banawa Tengah


Terhadap Rata-Rata Antar Kecamatan (Juta) 56.80
60.00
51.46
50.00 46.42
41.65 40.96
37.13 37.07
40.00 33.15
30.27
26.99
30.00

20.00

10.00

0.00
2011 2012 2013 2014 2015
PBRB Perkapita Kecamatan Banawa Tengah (Juta)
Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)

Hasil analisis:

Kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan


material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan
mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya. Pertumbuhan ekonomi yang signifikan belum tentu menjamin
daerah tersebut akan tinggi tingkat kesejahteraan masyarakatnya, karena
disini pertumbuhan penduduk juga berpengaruh terhadap kesejahteraan
rakyat. Indikator dari kesejahteraan rakyat adalah PDRB perkapitanya,
semakin tinggi PDRB perkapita maka akan semakin sejahtera rakyatnya.

Dari data diatas, Kecamatan Banawa Tengah PDRB perkapita


kecamatannya dari tahun 2011 sampai tahun 2015 angkanya selalu diatas
rata-rata PDRB perkapita antarkecamatan. Hal ini berarti di Kecamatan
Banawa Tengah masyarakatnya sudah tergolong sebagai masyarakat yang
sejahtera. Dengan jumlah penduduk sebanyak 10.546 jiwa pada tahun 2014,
terdapat 493 keluarga pra sejahtera. Kecamatan Banawa Tengah dikatakan
mampu menyeimbangkan antara pertumbuhan penduduknya dengan
pendapatan daerahnya. Sehingga walaupun penduduknya terus meningkat

154
dari tahun ke tahun, hal tersebut tidak menurunkan pendapatan PDRB
perkapita wilayahnya yang menjadi indikator kesejahteraan masyarakat.

Sebagian besar masyarakatnya bekerja di sektor pertanian, oleh karena


itu sektor utama yang menjadi penunjang pertumbuhan ekonomi di
Kecamatan Banawa Tengah adalah sektor pertanian. Salah satu usaha
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya adalah
melalui hasil panen pertanian, peternakan dan perikanan. Salah satu usaha
pemerintah untuk meningkatkan panen padi adalah dengan menyediakan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Bantuan alat seperti traktor dan
penggiling padi tentu memudahkan dan mempersingkat waktu petani dalam
pekerjaannya, sehingga diharapkan hasil tani juga meningkat, sedangkan
untuk pembangunan jembatan dan jalan juga tentu sangat membantu
masyarakatnya dalam mendistribusikan taninya. Adapun usaha pemerintah
dalam mendobrak hasil tangkap ikan sebagai salah satu upaya peningkatan
kesejahteraan nelayan adalah dengan membangun dua buah keramba
budidaya ikan bandeng. Sedangkan untuk masyarakat yang bekerja sebagai
pedagang, di Kecamatan Banawa Tengah sudah memiliki 3 pasar sebagai
tempat perdagangan masyarakat dan juga sebagai tempat masyarakat daalm
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu banyak masyarakat yang
memilih membuka kios kecil untuk menambah penghasilan mereka. Dan
yang menjadi penunjang lain dari kesejahteraan masyarakat adalah dengan
adanya daerah wisata, dengan adanya wisata tentu akan mendatangkan para
turis dan investor dan ini membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat
disana, juga tentu kana menambah penghasilan lewat penjualan barang khas
daerahnya seperti kain tenun yang jika dijual harganya ratusan bahkan
jutaan rupiah.

Contoh kasus usaha dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat


Banawa Tengah adalah dengan diadakannya pengelolaan hutan oleh rakyat
bukan swasta, karena jika masyarakat setempat yang mengelola mereka
mengerti potensi apa saja yang ada dalam hutan tersebut dan tentu
masyarakat mengerti bagaimana mengelola hutan tersebut tanpa lupa
melestarikannya. Dengan usaha memberikan pengetahuan kepada

155
masyarakat setempat mengenai kapasitas manajerial, teknis maupun sosial.
Saat ini yang didapat dari hutan adalah bambu, rotan, madu, buah-buahan,
aren serta jasa lingkungan seperti sumber air dan wisata. Yang dimana hasil
tersebut dikelola oleh masyarakat untuk dijual maupun untuk konsumsi
sendiri.

Dalam kasus budaya dan pariwisata, pemerintah setempat terus


berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya lewat budaya yang
ada di Kecamatan Banawa Tengah agar lebih dikenal dan masyarakat akan
berminat mengunjungi tempat tersebut yang tentu akan menambah
pendapatan daerah. Usaha yang dilakukan salah satunya adalah secara rutin
mengikuti pameran-pameran kebudayaan serta melakukan pelatihan
pemasaran bagi pelaku usaha.

f) PDRB Perkapita Kecamatan Labuan (Juta)

Tabel 3.38

Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Labuan 28.08 31.50 34.60 38.73 42.83

Grafik 3.38

PDRB Per Kapita Kecamatan Labuan


50.00
Terhadap Rata-Rata Antar Kecamatan (Juta)
42.83
38.73
40.00 34.60
31.50 40.96
28.08 37.07
30.00 33.15
30.27
26.99
20.00

10.00

0.00
2011 2012 2013 2014 2015
PBRB Perkapita Kecamatan Labuan (Juta)
Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)

156
Hasil analisis:

Sebelum masuk ke analisis, mari kita bahas pengertian tingkat


kesejahteraan terlebih dahulu. Tingkat kesejahteraan adalah suatu tata
kehidupan dan penghidupan seseorang baik sosial material maupun spiritual
yang disertai rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin
sehingga dapat memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosialnya. Dalam
tatanan kepemerintahan, tingkat kesejahteraan suatu daerah itu dapat
dihitung dengan indikator PDRB per kapita. Pertumbuhan yang cukup
tinggi belum dapat menjamin tingkat kesejahteraan yang tinggi bagi
masyarakat, jika pertumbuhan penduduknya melebihi tingkat pertumbuhan
ekonomi.

Berdasarkan tabel diatas, PDRB per kapita Kecamatan Labuan terus


meningkat dari tahun 2011 hingga tahun 2015 bahkan grafiknya
menunjukkan nilai PDRB perkapita kecamatannya berada di atas rata-rata
PDRB perkapita antar kecamatan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
kesejahteraan Kecamatan Labuan terus meningkat baik. Hal ini tentunya
tidak terlepas dari faktor peningkatan pendapatan masyarakat Kecamatan
Labuan, karena jika hanya jumlah penduduknya saja yg meningkat
sedangkan pendapatannya tidak, maka kecamatan tersebut belum dapat
dikatakan memiliki tingkat kesejahteraan yang baik. Hal lain yang
mendorong meningkatnya kesejahteraan di kecamatan ini adalah akses jalan
yang dari tahun ke tahun mulai semakin membaik dan memadai, begitupula
dengan infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan, yang tentu saja ini dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kemudian adanya program KKN-PPM
yang dilaksanakan oleh Universitas Tadulako melakukan pemberdayaan
masyarakat di kecamatan ini dalam mengelola kelapa yang merupakan
potensi unggulan di kecamatan ini dengan menggunakan teknogi tepat guna
sehingga produk yang dihasilkan berkualitas. Dengan adanya
pemberdayaan masyarakat dan adanya sentuhan teknologi dapat
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di kecamatan ini dan tentunya

157
juga akan meningkatkan pendapatan masyarakat di Kecamatan Labuan.
Dengan demikian, meningkat pula tingkat kesejahteraan masyarakat di
Kecamtan Labuan.

g) PDRB Perkapita Kecamatan Tanantovea (Juta)

Tabel 3.39

Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Tanantovea 24,63 27,63 30,65 34,40 37,97

Grafik 3.39

PDRB Per Kapita Kecamatan Tanantovea


Terhadap Rata-Rata Antar Kecamatan (Juta)
45.00
40.00 40.96
37.07 37.97
35.00 34.40
33.15
30.00 30.27 30.65
26.99 27.63
25.00 24.63
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
PBRB Perkapita Kecamatan Tanantovea (Juta)
Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)

Hasil analisis

Untuk menentukan tingkat kesejahteraan rakayat adalah dengan melihat


PDRB per kapita. PDRB per kapita sendiri dihitung berdasarkan hasil bagi
nilai PDRB suatu daerah dengan jumlah penduduk yang ada pada tahun
tersebut. Jadi, untuk menetukan tingkat kesejahteraan rakyat di Kecamatan
Tanantovea tidak hanya melihat dengan angka PDRB yang dihasilkan
namun juga bedasarkan jumlah penduduk di Kecamatan Sindue. Semakin
besar pendapatan perkapita menandakan bahwa wilayah tersebut semakin
sejahter atau makmur. Berdasarkan hasil pendapat per kapita di Kecamatan

158
, tingkat kesejahteraan rakyat Kecamatan Tanantovea terus meningkat dari
rentang tahun 2011 hingga tahun 2015. Jumlah kenaikan pendapatn
perkapita di Kecamatan Tannatovea setiap tahun cenderung yaitu berkisar
3 juta hingga 3,75 juta. Kenaikan ini terjadi karena meningkatnya jumlah
PDRB tiap tahun di Kecamatan Tanantovea dengan PDRB terbesar ada
pada sektor pertanian . Diringi dengan jumlah penduduk yang hanya
bertambah ratusan dan stabil di angka 15.000an. Namun, walau jumlah
PDRB perkapita Kecamatan Sindue terus meningkat. Tingkat kesejahteraan
rakyat Kecamatan Sindue masih berada di bawah rata – rata perkacamatan
lainnya di Kabupaten Donggala dengan selisih 2,36 juta hingga 2,99 juta
tiap tahun. Dengan artian masyarakat di Kecamatan Tanantovea kurang
sejahtera jika dibandingkan dengan beberapa kecamatan lain di Kabupaten
Donggala. Hal ini dikarenakan tidak meratanya kesejahteraan rakyat tiap
kecamatan di Donggala. Jumlah pendapatan per kapita Kecamatan
Tanantovea sendiri masih kalah dengan 7 kecamatan lainnya, yaitu
Kecamatan Pinembani, Banawa Tengah, Labuan, Tambusabora, Sindue
Tobata, Balaesang Tanjung dan Kecamatan Sojol Utara yang dimana
memiliki pendapatan per kapita yang tinggi.

h) PDRB Perkapita Kecamatan Sindue (Juta)

Tabel 3.40

Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Sindue 20.29 22.75 25.31 28.44 31.38

159
Grafik 3.40

PDRB Per Kapita Kecamatan Sindue


Terhadap Rata-Rata Antar Kecamatan (Juta)
45.00
40.00 40.96
37.07
35.00
33.15
30.00 30.27 31.38
26.99 28.44
25.00 25.31
22.75
20.00 20.29
15.00
10.00
5.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015

PBRB Perkapita Kecamatan Sindue (Juta)


Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)

Hasil analisis:

Melihat dari PDRB Perkapita kita dapat mengetahui tingkat


kesejahteraan masyarakat tentunya pertumbuhan yang tinggi belum tentu
menjamin tingkat kesejahteraan bagi masyarakat. Pada tahun 2015 angka
kemiskinan Kab. Donggala sangat tinggi diantara daerah kabupaten yang
lain, kecamatan sindue juga merupakan salah satu daerah yang penduduk
miskinnya banyak tetapi seiring berjalannya waktu angka kemiskinan
dikecamatan sindue mulai menurun.

Seperti yang dapat kita lihat dari hasil di atas tabel dan grafik PDRB
Perkapita kecamatan sindue mengalami peningkatan disetiap tahunnya dari
tahun 2011 yang sebesar 20.29 hingga tahun 2015 sebesar 31.38, namun
PDRB Perkapita dikecamatan sindue masih dibawah rata-rata PDRB
dikecamatan lainnya, disini menandakan bahwa tingkat kesejahteraannya
penduduknya masih relatif rendah daripada rata-rata antar kecamatan lain.
Tetapi jika kita lihat secara seksama kesejahteraan penduduk di kecamatan
sindue mulai membaik dari tahun ke tahun (2011-2015). Hal ini tidak
terlepas dari beberapa faktor, terutama pada sektor pertanian dan

160
pertambangan yang merupakan sumber kehidupan dan pendapatan
masyarakat yang rata-rata masyarakatnya berprofesi sebagai petani dan
penambang sumber daya energi, walaupun masih terdapat beberapa
permasalahan infrastruktur di setiap sektor seperti irigasi yang kurang pada
sektor pertanian tetapi saat ini pemerintah telah memperbaiki permasalahan
ini sehingga para petani dapat dengan leluasanya melakukan kegiatannya,
pemerintah juga telah memperbaiki jalan untuk mempermudah akses
masyarakat melakukan kegiatan pekerjaan. Hal ini membuat peningkatan
PDRB perkapita di kecamatan sindue sedikit demi sedikit meningkat.

i) PDRB Perkapita Kecamatan Sindue Tambusabora (Juta)

Tabel 3.41

Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Sindue
Tambusabora
33,04 37,07 40,55 45,21 50,05

Grafik 3.41

PDRB Per Kapita Kecamatan Sindue Tombusabora


Terhadap Rata-Rata Antar Kecamatan (Juta)
60.00

50.00 50.05
45.21
40.00 40.55 40.96
37.07 37.07
33.04 33.15
30.00 30.27
26.99
20.00

10.00

0.00
2011 2012 2013 2014 2015
PBRB Perkapita Kecamatan Sindue Tombusabora (Juta)
Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)

161
Hasil analisis:

Kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan


material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan
mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya. Pertumbuhan ekonomi yang signifikan belum tentu menjamin
daerah tersebut akan tinggi tingkat kesejahteraan masyarakatnya, karena
disini pertumbuhan penduduk juga berpengaruh terhadap kesejahteraan
rakyat. Indikator dari kesejahteraan rakyat adalah PDRB perkapitanya,
semakin tinggi PDRB perkapita maka akan semakin sejahtera rakyatnya.

Dapat kita lihat grafik diatas PDRB perkapita Kecamatan Sindue


Tombusabora semakin tahun semakin meninggkat dan diatas rata rata
PDRB antar kecamatan sebesar 33,04 (juta) pada tahun 2011 hingga 50,05
(juta) pada tahun 2015. Dimana tingkat perekonomian masyarakat berada
disektor pertanian dan perdagangan.

Sektor pertanian merupakan tumpuan kehidupan perekonomian di


Kecamatan Sindue Tombusabora pada umumnya. Oleh sebab itu
pembangunan di sektor pertanian masih merupakan hal yang penting dalam
mendukung pembangunan ekonomi pada sektor yang lain. Luas tanaman
bahan makanan khususnya padi di Kecamatan Sindue Tombusabora Desa
Saloya seluas 79 ha. Dari lahan tersebut dapat dihasilkan 448 ton gabah
kering panen. Dari sektor perkebunan komiditi hasil perkebunan Kecamatan
Sindue Tombusabora ialah Kakao dan Buah Naga.

Selain sektor pertanian, perekonomian masyarakat juga didukung oleh


sektor perdagangan. Salah satunya di Desa Tibo, Desa Tibo masih banyak
melakukan pembangunan dan perubahan untuk menujang kegiatan
pemerintahannya, perubahan yang paling menonjol di Desa Tibo yaitu
perubahan lokasi pasar. Perubahan lokasi pasar Desa Tibo disebabkan oleh
keadaan lokasi pasar lama yang tidak mampu lagi menampung jumlah
pembeli dan pedagang, sehingga sebagian pedagang memilih berjualan di
luar area pasar (jalan raya). Menanggapi masalah tersebut pihak pemerintah

162
mengambil kebijakan memindahan pasar Desa Tibo dari lokasi pasar lama
di dusun II ke lokasi pasar baru di pinggiran Dusun I. Pasar baru Desa Tibo
masuk dalam jenis pasar tradisional,hal ini dapat dilhat dari bangunan yang
terdapat dipasar baru Desa Tibo yaitu adanya bangunan los, kios,
warung,dan tenda pedagang. Menurut Wujud barang pasar baru Desa Tibo
mesuk dalam jenis pasar kongkret, dimana Penjual dan pembali serta barang
yang diperjual balikan Di pasar baru Desa Tibo benar-benar ada.
Pemindahan pasar ini membuat tingkat perekonomian masyarakat di
Kecamatan Sindue Tombusabora meningkat karena para petani lebih mudah
menjual hasil dari pertaniannya.

j) PDRB Perkapita Kecamatan Sindue Tobata (Juta)

Tabel 3.32

Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Sindue
Tobata
42,62 47,81 52,55 59,18 65,34

Grafik 3.32

PDRB Per Kapita Kecamatan Sindue Tobata


Terhadap Rata-Rata Antar Kecamatan (Juta)
70.00 65.34
59.18
60.00 52.55
47.81
50.00 42.62 40.96
37.07
40.00 33.15
30.27
26.99
30.00

20.00

10.00

0.00
2011 2012 2013 2014 2015
PBRB Perkapita Kecamatan [Sindue Tobata] (Juta)
Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)

163
Hasil analisis:

Sebelum masuk kedalam pembahasan di sini saya akan menjabarkan apa


sih itu kesejahteraan. Kesejahtera adalah suatu peristiwa yang mana
menunjukan keadaan kondisi manusia yang baik,dimana orangnya dalam
keaadaan makmur sehat dan damai.

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa PDRB perkapita kecamatan
Sindue Tobata di atas rata-rata PDRB perkapita antar kecamatan.Hal ini
menunjukan bahwa tingkat kesejahteraan di kecamatan Sindue tobata
sangat baik.Tentu saja ada faktor yang mempengaruhi di balik hal
tersebut,tahun 2011 sampai 2015 contohnya,seperti yang kita lihat bahwa
terus terjadi kenaikan.Kenaikan angka kesejahteraan ini di sebabkan oleh
meningkatnya pendapatan masyarakat.Terdapat juga beberapa hal lainnya
yang menjadi penunjang yaitu dari sektor mineral ada batu bara,dari sektor
perkebunan ada kebun kakao,dari sektor peternakan terdapat ternak
sapi,kambing dan ungas(ayam) yang lumayan banyak.Tapi pada umumnya
sektor pertanian yang menjadi penunjang dominan di kecamatan Sindue
tobata.Pada tahun 2014, pasca terjadi kekeringan,pemerintah mendukung
pembangunan yang multi dimensi yang mana melibatkan aparat
pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah bahkan desa
sekalipun,hal ini tentu saja dapat menjadi penambahan untuk PDRB di
kecamatan Sindue Tobata.

k) PDRB Perkapita Kecamatan Sirenja (Juta)

Tabel 3.33

Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Sirenja 18,51 20,76 23,16 25,95 28,70

164
Grafik 3.33

PDRB Per Kapita Kecamatan Sirenja


Terhadap Rata-Rata Antar Kecamatan (Juta)
45.00 40.96
40.00 37.07
33.15
35.00 30.27
28.70
30.00 26.99 25.95
23.16
25.00 20.76
18.51
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
PBRB Perkapita Kecamatan Sirenja (Juta)
Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)

Hasil analisis:

Tingkat kesejahteraan diengaruhi oleh PDRB pet kapita yang ada di


setiap kecamatan termasuk Sirenja. Jika kita ihat dari grafik Kecamatan
Sirenja memiliki tingkat kesejahteraan semakin tahun semakin meningkat.
Hanya saja meningkatnya angka tersebut tidak bisa melebihi dari rata-rata
perkapita antar kecamatan,

Pada tahun 2011 PDRB menunjukan angka 18,51% . angka ini


menunjukan bahwa Kecamatan Sirenja memiliki tingkat kesejahteraan di
bawah rata-rata antar kecamatan yang hampir 20% pada tahun tersebut. Hal
ini disebabkan oleh kondisi irigasi di sebagian besar Kecamatan Sirenja
rusak, hal tersebut akan mempengaruhu hasil dari panen karena irigasi
adalah salah satu penunjang keberhasilan panen. Kemudian sektor pertanian
merupakan sektor utama pemasukan dalam PDRB, jadi jika sektor ini
bermasalah pasti akan berpengaruh besar terhadap nilai dari PDRB tersebut
dan untuk lahan perkebunan umumnya petani hanya merawat tanaman
yang sudah ada, sehingga peningkatan luas lahan perkebunan relative
sangat sedikit.

Pada yahun 2012 PDRB masih menunjukan angka dibawah rata-rata


antar kecamatan yaitu sebesar 20,76% sedikit ebih baik dari tahun 2011.

165
Maih dengan kondisi irigasi di sebagian besar sawah yang masih rusak,
tetapi peningkatan dalam bidang industry sudah cukup membaik. Terbukti
pada tahun 3013 jumlah industry seperti industry anyaman, sulaman, dan
perbengkelan terus membaik dan menunjukan peningkatan jumlah.

Pada tahun 2013 PDRB terus meningkat di angka 23,16% masoh sama
dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu masih di bawah rata-rata antar
kecamatan. Di tahun ini kondisi sektor industry semakin membaik
kemudian untuk sektor komuuniasi juga semakin membaik apalagi terhadap
TIK dan kondisi jalan juga semakin membaik dan rata-rata sudah diaspal.
Hanya saja ada beberapa akses untuk ke beberapa dusun yang masih
mempunyai jalan yang jelek.

Pada tahun 2014 PDRB menunjukan angka 25, 95%. Peningkatan


kesejahteraan di setiap tahunnya makin terasa sampai pada tahun 2015
dengan angka 28,70%. Dengan peningkatan PDRB yang didapatkan dari
Kecamatan Sirenja menunjukan bahwa kesejahteraan semakin membaik.
Produksi pertanian seperti perkebuna, sektor padi, dan peternakan juga
menunjukan peningkatan jumlah, kemudian industry juga semakin
berkembang apalagi banyak industry yang didirikan oleh warga sendiri lalu
akses jalan dan jaringan transportasi semakin membaik. Angka penerimaan
Rutin di Kecamatan Sirenja pada tahun 2015 berjumlah
Rp.8.749.892.000-, yang berasal dari penerimaan rutin dan
penerimaan pembangunan masing-masing sebesar Rp. 2.624.968.000-,dan
Rp.6.124.924.000. dengan semua perbaikan yang ada, tidak heran bahwa
setiap tahun peningkatan kesejateraan terjadi.

l) PDRB Perkapita Kecamatan Balaesang (Juta)

Tabel 3.34

Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Balaesang 16,41 18,40 20,43 22,93 25,31

166
Grafik 3.34

PDRB Per Kapita Kecamatan Balaesang


Terhadap Rata-Rata Antar Kecamatan (Juta)
45.00 40.96
40.00 37.07
33.15
35.00 30.27
30.00 26.99
25.31
22.93
25.00 20.43
18.40
20.00 16.41
15.00
10.00
5.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
PBRB Perkapita Kecamatan Balaesang (Juta)
Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)

Hasil analisis:

Selama lima tahun yaitu dari tahun 2011 sampai tahun 2015 Kecamatan
Balaesang menunjukan peningkatan PDRB disetiap tahunnya. hanya saja
penigkatan yang diperoleh oleh Kecamatan Balaesang tidak bisa melebihi
angka kesejahteraan di rata-rata kecamatan yang ada dan artinya meskipun
angkanya terus naik tetapi itu semua masih cukup jauh untuk menyusul rata-
rata antar kecamatan.

Pada tahun 2011 PDRB menunjukan angka 16,41%, hal itu disebabkan
oleh masih sederhananya sistem penampakan ikan yang berdampak pada
pendapatan nelayan yang sedikit. Pada sub sektor perikanan diketahui
bahwa di Kecamatan Balaesang dari 9 desa pesisir, Pada umumnya
nelayan di daerah ini menangkap ikan di laut dengan menggunakan
pancing, pukat, jala dan alat tangkap ikan lainnya.

Pada tahun 2012 Kecamatan Balaesang menunjukan peningkatan


kesejahteraan yang dilihat dari PDRB yaitu sebesar 18,40$, hal ini
disebakan oleh sudah mulai berkembang industry kecil dan rumah tangga
yang ada di Kecamatan Balaesang sehingga diketahui bahwa pemasukan
berasal pada sektor ini,

167
Pada tahun 2013 angka PDRB do Kecamatan Balaesang terus
mengalami peningkatan yaitu sebesar 20,43%. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya hasil panen dari sektor pertanian yaitu pada sub sektor
perkebunan yaitu meningkatnya hasil produksi pala sebesar 2.180 ton.

Pada tahun 2014 PDRB menujukan angka 22,93% terus membaik dari
tahun-tahun sebelumnya. Selain didapatkannya dari hasil pertanian, listrik
juga mulai tersebar secara merata dan pasti akan menambah pemasukan di
Kecamatan Balesang,

Pada tahun 2015 angkanya terus naik menjadi 25,31% disebabkan oleh
hampir semua sektor perekonomian terus mengalami perbaikan dan Di
Kecamatan Balaesang terdapat 9 buah jembatan permanen, 9 buah
jembatan semi permanen. Keberadaan sarana angkutan seperti mobil
barang ataupun penumpang semakin dirasakan manfaatnya untuk
mempercepat arus lalu lintas barang dari daerah/tempat produksi menuju
ke tempat-tempat pemasaran.

m) PDRB Perkapita Kecamatan Balaesang Tanjung (Juta)

Tabel 3.35

Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Balaesang
Tanjung
36,14 40,53 44,57 50,00 55,26

168
Grafik 3.35

PDRB Per Kapita Kecamatan Balaesang Tanjung


Terhadap Rata-Rata Antar Kecamatan (Juta)
60.00 55.26
50.00
50.00 44.57
40.53 40.96
36.14 37.07
40.00 33.15
30.27
26.99
30.00

20.00

10.00

0.00
2011 2012 2013 2014 2015

PBRB Perkapita Kecamatan [Balaesang Tanjung] (Juta)


Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)

Hasil analisis:

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa PDRB perkapita kecamatan
Balaesang Tanjung di atas rata-rata PDRB perkapita antar kecamatan. Hal
ini menunjukkan bahwa kesejahteraan di Balaesang Tanjung sangat baik.
Dari tahun 2011 hingga tahun 2015 terus mengalami peningkatan. Kenaikan
angka kesejahteraan ini disebabkan oleh pendapatan masyarakat yang
semakin meningkat. Beberapa hal lainnya yaitu meningkatnya produksi
sektor utama di Balaesang Tanjung. Pada tahun 2011-2015 sektor utama
Balaesang Tanjung yaitu pertanian terus meningkat ditambah dengan
adanya pembangunan di daerah Balaesang Tanjung pada tahun 2014,
sehingga aksesbilitas terjangkau dan memudahkan masyarakat untuk
berpergian dan memajukkan daerahnya di bidang pariwisata. Hal ini dapat
menjadikan penambahan untuk PDRB di Balaesang Tanjung.

Pada tahun 2012, pemerintah mulai memperhatikan Kecamatan


Balaesang Tanjung dan mulai melakukan pembangunan untuk jalan,
produksi dan lain-lain. Hal ini dapat pendukung sektor-sektor lain untuk
berkembang, sehingga semakin banyak pembangunan yang terjadi di
Balaesang Tanjung akan menambah nilai sektor lainnya. Namun sektor

169
utama Balaesang Tanjung tidak berkurang karena masyarakat masih
mengembangkan daerah agrarisnya dan bahkan bersama pemerintah,
masyarakat mengadakan mesin produksi beras dan program menjaga
tanaman-tanaman dari hama sehingga tanaman-tanaman tidak rusak. Dan
pada tahun selanjutnya terus terjadi perkembangan sehingga terjadi
kenaikan angka untuk Balaesang Tanjung.

n) PDRB Perkapita Kecamatan Dampelas (Juta)

Tabel 3.36

Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Balaesang
Tanjung
36,14 40,53 44,57 50,00 55,26

Grafik 3.36

PDRB Per Kapita Kecamatan Dampelas


Terhadap Rata-Rata Antar Kecamatan (Juta)
70
40.96
60 37.07
33.15
50 30.27
26.99
40

30
18.12 20.05
14.5 16.13
20 12.92
10

0
2011 2012 2013 2014 2015

PDRB Perkapita Kecamatan Dampelas PDRB Rata-rata antar Kecamatan

Hasil analisis:

Dari grafik diatas dapat dianalisis bahwa PDRB Kecamatan Dampelas


berada dibawah rata-rata PDRB antar Kecamatan dengan angka yang cukup
jauh. Pada data yang dikumpulkan ternyata Kecamatan Dampelas memiliki

170
PDRB terendah kedua setelah Kecamatan Banawa diantara semua
kecamatan dalam 2011 hingga 2015. Namun, tiap tahun PDRB Kecamatan
Dampelas terus naik selama 2011-2015 menandakan bahwa tingkat
kesejahteraan masyarakat Kecamatan Dampelas masih terus berkembang,
dalam menunjang hidupnya, pendidikan, penghasilan maupun yang lainnya.

o) PDRB Perkapita Kecamatan Sojol (Juta)

Tabel 3.37

Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Sojol 14,71 16,50 18,23 20,38 22,52

Grafik 3.37

PDRB Per Kapita Kecamatan Sojol


Terhadap Rata-Rata Antar Kecamatan (Juta)
45.00 40.96
40.00 37.07
33.15
35.00 30.27
30.00 26.99
25.00
22.52
20.38
18.23
20.00 16.50
14.71
15.00
10.00
5.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
PBRB Perkapita Kecamatan [sesuaikan] (Juta)
Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)

Hasil analisis:

Tingkat kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan


seseorang baik sosial material maupun spiritual yang disertai dengan rasa
keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin sehingga dapat
memenuhi kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosialnya. Pertumbuhan

171
ekonomi berkaitan langsung dalam mengukur tingkat kesejahteraan suatu
wilayah, akan tetapi keterkaitan itu kadang tidak sejalan. Ketika negara-
negara miskin bertransformasi menjadi negara kaya, pertumbuhan ekonomi
yang diukur oleh Produk Domestik Bruto (PDB) dapat menjadi ukuran
kesejahteraan, selama pendapatan yang dihasilkan tidak disia-siakan untuk
barang-barang konsumsi atau dikorupsi oleh para elit, dan memberikan
lebih banyak pendidikan, layanan kesehatan, perumahan yang layak,
kesempatan dan kepemilikan materi yang lebih banyak. Singkatnya,
banyaknya barang dan uang tidak serta merta setara dengan peningkatan
kesejahteraan dan kebahagiaan. Salah satu indikator untuk mengukur
kesejahteraan rakyat adalah PDRB perkapita, semakin tinggi PDRB
perkapita maka akan semakin sejahtera rakyatnya.

Dari data ditabel maupun grafik, dapat dilihat tingkat kesejahteraan


semakin tahun semakin meningkat. Hanya saja meningkatnya angka
tersebut tidak bisa melebihi dari rata-rata perkapita antar kecamatan. Pada
tahun 2011 hanya sebesar 14,71% angka ini menunjukan bahwa Kecamatan
Sojol memiliki tingkat kesejahteraan di bawah rata-rata antar kecamatan
yang hampir 20% pada tahun tersebut. Hal ini disebabkan, pada sektor
pertanian yang merupakan sektor utama penghasilan dana terbesar di
kecamatan Sojol ada beberapa lahan yang dialihkan fungsi menjadi lahan
perumahan hal ini membuat para petani ada yang kehilangan pekerjaan
aslinya. Dan di tahun 2012-2015, kecamatan Sojol sempat mengalami krisis
nya di bidang pertanian dikarenakan sebanyak 11491 hektar lahan
persawahan milik warga di Kecamatan Sojol rusak dan 30 hektar lainnya
mengalami puso yaitu sama sekali kering, tak bisa tumbuh dan
menghasilkan buah sebelum waktunya. Tentunya, hal ini menjadi
penghambat kecamatan Sojol dalam menyaingi rata-rata PDRB Perkapita
antar kecamatan.

172
p) PDRB Perkapita Kecamatan Sojol Utara (Juta)

Tabel 3.38

Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Sojol Utara 39,97 44,84 49,48 55,55 61,49

Grafik 3.38

PDRB Per Kapita Kecamatan Sojol Utara


Terhadap Rata-Rata Antar Kecamatan (Juta)
70.00 61.49
60.00 55.55
49.48
50.00 44.84
39.97 40.96
37.07
40.00 33.15
30.27
26.99
30.00

20.00

10.00

0.00
2011 2012 2013 2014 2015
PBRB Perkapita Kecamatan [sesuaikan] (Juta)
Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)

Hasil analisis:

Dari data di atas dapat di lihat bahwa PDRB perkapita kecamatan Sojol
Utara di atas rata-rata PDRB perkapita antar kecamatan. Hal ini menunjukan
bahwa tingkat kesejahteraan di kecamatan Sojol Utara sangat baik.
Mengapa? Hal ini disebabkan, masyarakat di kecamata Sojol Utara berbagai
kebutuhanya di berbagai sektor sudah terpenuhi dengan baik. Misalnya,
pada sektor kesehatan yang merupaka aspek penting penunjang
kesejahteraan rakyat, dimana memiliki puskesmas, puskesmas pembantu,
pondok bersalin desa, pos kesehatan desa, posyandu dan penyediaan sarana
kesehatan lainnya. Serta diberika dokter, bidan dan suster tambahan utuk
selalu meningkatkan kesehatan masyarakat. Lalu untuk di bidang pertanian
sendiri sebagai sektor penghasilan utama, pemerintah memberika bantuan

173
benih padi sebesar 36.500 kilogram (kg), benih jagung hibrida sejumlah 180
ton (12.000 hektar) dan kedelai 51 ton (1.275 hektar) untuk mencapai
sasaran produksi sekaligus dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani di Kecamatan Sojol Utara.

3.4 Tingkat Inflasi

Permasalahan yang selalu muncul dari tahun ke tahun apalagi kalau bukan
inflasi di indonesia. Dengan berbagai macam permasalahan yang ada di negara
kita, secara tidak langsung tentunya akan mempengaruhi tingkat inflasi.
Dalam hal ini Indeks Harga Konsumen sangat berpengaruh. Terkadang suatu
kondisi juga dapat terjadi deflasi. Hal ini terjadi ketika harga yang berlaku dari
satu waktu ke waktu lainnya terjadi penurunan dan diakibatkan oleh berbagai
hal. Berikut adalah analisis tingkat inflasi Kabupaten Donggala.

a) Tingkat Inflasi Kecamatan Rio Pakava

Tabel 3.39

2011 2012 2013 2014 2015


3,84 4,81 3,97 5,81 4,65

Grafik 3.39

Inflasi Kecamatan Rio Pakava


7.0
5.8
6.0
4.8 4.7
5.0 5.81
3.8 4.0
4.0 4.81
4.65
3.84 3.97
3.0
2.0
1.0
0.0
2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi Kecamatan Rio Pakava Rata-Rata Inflasi Antar Kecamatan

174
Hasil analisis:

Dapat dilihat laju inflasi pada kecamatan Rio Pakava pada tahun 2011
mencapai 3,84% berada di bawah rata-rata, dan mengalami kenaikan yaitu
pada tahun 2012 mencapai 4,81% . hal ini disebabkan karena pada
penghujung tahun 2011 ada penguasaan lahan yang dilakukan oleh para
petani yang membuat lahan perkebunan semakin meningkat , dengan begitu
membuat hasil produksi perkebunan bertambah akibatnya harga produksi
produksi pasar meningkat pada tahun 2011-2012.

Kemudian, inflasi pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu


mencapai 3,97% berada di bawah rata-rata , ini disebabkan karena ada
permasalahan tentang tata batas wilayah di kecamatan rio pakava, ini terjadi
karena petani menuding bahwa perusahaan sawit PT Mamuang menembang
kakao milik mereka begitu saja tanpa mengganti rugi, hingga membuat para
petani bahkan perusahaan mulai berhenti memproduksi kakao atau kelapa
sawit,sehingga itu mempengaruhi harga produksi dipasar.

Sehingga inflasi tahun 2014 mengalami kenaikan mencapai 5,81% yaitu


mencapai diatas rata-rata, walau masalahan tata batas wialayah belum
diselesaikan dengan baik tetapi kebutuhan masyarakat mulai terdesar
sehingga para petani bahkan para buruh dikecamatan ini mulai mencari cara
dengan menanam kembali tanaman dikebun mereka yang dapat di produksi
kembali, dan mengalami kenaikan juga karena pada sektor industri mulai
mengalami kenaikan hasil produksi yang membuat harga-harga dipasaran
mulai meningkat.

Setelah inflasi tahun 2014 naik, selanjutnya inflasi pada tahun 2015
mengalami penurunan kembali sehingga mencapai 4,65% yaitu mencapai
di bawah rata-rata, hal ini disebabkan karena kondisi cuaca berubah-ubah
yang kurang memungkinkan sehingga menyebabkan banjir yang sangat
tinggi, sehingga para petani bahkan buruh mengalami kesusahan dalam
bekerja, dan membuat hasil produksi dalam perkebunan dan pertanian juga
memburuk,banyak hama bahkan kadang mengalami pembusukan hasil
panen, hasil produksi di laut bahkan sungai menurun juga akibat cuaca yang

175
memburuk membuat para nelayan kesulitan untuk menangkap ikan,
sehingga biaya produksi dipasaran kembali menurun.

b) Tingkat Inflasi Kecamatan Pinembani

Tabel 3.40

2011 2012 2013 2014 2015


3,06 3,75 4,10 5,17 5,31

Grafik 3.40

Inflasi Kecamatan Pinembani

7.0
6.0
5.0 4.1 5.81
5.2 5.3
4.0 4.81 4.65
3.97
3.0 3.84 3.8
2.0 3.1

1.0
0.0
2011 2012 2013 2014 2015
Inflasi Kecamatan Pinembani Rata-Rata Inflasi Antar Kecamatan

Hasil analisis:

Laju inflasi kecamatan pinembani pada tahun 2011 mencapai 3,06%


dengan hasil dibawah rata-rata karena pada tahun 2011 untuk memenuhi
kebutuhan saat itu masih tergolong sangat susah, akses jalan yang kurang
memadai yang membuat banyak masyarakat kesusahaan dalam melakukan
aktivitas,sehingga membuat hasil bahkan perdagangan mereka terhalangi
dan membusuk akibatnya laju inflasi dipengaruhi oleh masalah ini

Pada tahun 2012 laju inflasi kecamatan pinembani mengalami


kenaikan menjadi 3,75% dari tahun 2011 sampai 2012 hasilnya masih saja
dibawah rata-rata, hal ini disebabkan karena semakin bertambah tahun

176
semakin mulai berkembangnya kebutuhan konsumen sehingga membuat
para pemasok membuat hasil produksi setiap sektor mengalami peningkatan

Tahun 2013 mengalami kenaikan kembali menjadi 4,10%, hal ini


terjadi karena pada tahun 2013 kecamatan pinembani mengalami
perkembangan yang sangat besar disektor pertambangan, karena kecamatan
ini merupakan penghasil tembaga terbaik karena kondisinya yang berada
dipegunungan, sehingga mengalami kenaikan inflasi.

Pada tahun 2014 inflasi dikecamatan pinembani mencapai 5,17 ,ini


merupakan diatas rata-rata hal ini disebabkan karena produksi perkebunan
kopi sangat meningkat, hasil produksi yang dihasilkan sangat besar dan
baik, sehingga harga jual di pasaran ikut meningkat , karena dipengaruhi
oleh hasil produksi perkebunan tersebut

Kemudian,tahun 2015 mengalami kenaikan laju, sehingga mencapai


diatas rata-rata uyaitu mencapai 5,31% hal ini terjadi karena pada tahun
2015 akses jalan mulai membaik sehingga membuat barang produksi mulai
tersalurkan dengan baik, pertambahan penduduk dengan kebutuhan yang
sangat besar membuat harga produksi pasar meningkat, meski keadaan
kondisi kecamatan yang kurang memadai tetapi dapat menghasilkan hasil
produksi perkebunan dan pertambangan dengan sangat baik.

c) Tingkat Inflasi Kecamatan Banawa

Tabel 3.41

2011 2012 2013 2014 2015


3.98 5.26 4.69 5.64 3.54

177
Grafik 3.41

Inflasi Kecamatan Banawa


7.0
5.81
5.6
6.0 5.3
4.81 4.7 4.65
5.0
4.0
3.84 3.97
4.0 3.5

3.0

2.0

1.0

0.0
2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi Kecamatan Banawa Rata-Rata Inflasi Antar Kecamatan

Hasil analisis:

Dapat dilihat berdasarkan table tingkat inflasi kecamatan Banawa


tersebut tidak stabil. Pada tahun 2011 ke 2012 inflasi kecamatan mengalami
kenaikan yang sangat signifikan hal ini dikarenakan karena menurunnya
produksi dari sektor pertanian tetapi permintaan di pasar sangat tinggi, hal
ini dapat mengakibatkan naiknya harga bahan pokok dipasar. Pada tahun
2012 ke 2013 mengalami penurunan, lalu pada tahun 2013 ke 2014
mengalami kenaikan, hal ini dikarenakan adanya banjir besar yang terjadi
pada kecamatan tersebut yang mengakibatkan warga harus direlokasi. Ini
mengakibatkan gagal panen yang luar biasa. Gagal panen menurunkan
produksi di sektor pertanian, dan mengakibatkan harga di pasaran menjadi
naik. Pada tahun 2014 ke 2015 mengalami penurunan yang sangat
signifikan, pasca banjir besar di tahun 2013-2014 pemerintahan mulai
memperbaiki beberapa infrastruktur yang rusak dan lahan pertanian yang
rusak. Lahan pertanian mulai membaik dan para petani pun mulai bertani
kembali dan bisa menikmati hasil panennya, Hasil panen meningkat
mengakibatkan produksi menjadi naik dan menurunkan harga di pasaran.

178
d) Tingkat Inflasi Kecamatan Banawa Selatan

Tabel 3.42

2011 2012 2013 2014 2015


4.72 4.95 5.60 6.30 5.67

Grafik 3.42

Inflasi Kecamatan Banawa Selatan


7.0
6.3
6.0
5.6 5.81 5.7
5.0 5.0
4.7 4.65
4.0 4.81 3.97
3.84
3.0

2.0

1.0

0.0
2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi Kecamatan Banawa Selatan Rata-Rata Inflasi Antar Kecamatan

e) Tingkat Inflasi Kecamatan Banawa Tengah

Tabel 3.43

2011 2012 2013 2014 2015


4,62 4,88 5,01 5,06 5,17

179
Grafik 3.43

Inflasi Kecamatan Banawa Tengah


7.00
5.81
6.00
5.01 5.06 5.17
4.88
4.62 4.65
5.00
3.84 3.97
4.81
4.00

3.00

2.00

1.00

0.00
2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi Kecamatan Banawa Tengah Rata-Rata Inflasi Antar Kecamatan

Hasil Analisa:

Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga secara umum secara terus-
menerus dalam periode tertentu yanf disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, permintaan atau daya tarik masyarakat yang kuat terhadap suatu
barang, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi
barang.

. Dilihat pada tabel dari tahun 2011-2015, Kecamatan Banawa Tengah


ini berdasarkan macam-macam inflasi termasuk jenis inflasi ringan karena
laju inflasinya kurang dari 10% pertahun. Berdasarkan data yang didapat,
dapat ditentukan bahwa dari tahun 2011, 2012, 2013 dan 2015 ini angka
inflasi di Kecamatan Banawa Tengah ini berada diatas angka rata-rata
inflasi antarkecamatan, sedangkan pada tahun 2014 angka inflasi
kecamatannya berada dibawah angka rata-rata inflasi antarkecamatan.
Dapat dilihat juga, bahwa inflasi di Kecamatan Banawa tengah ini dari
tahun ke tahun semakin meningkat, walaupun tidak besar angkanya. Hal ini

180
berarti harga barang di Kecamatan Banawa Tengah terus mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun.

Kenaikan inflasi atau harga barang yang terjadi dari tahun ke tahun ini
disebabkan karena posisi Kecamatan Banawa Tengah ini dekat dengan
Ibukota Kabupaten yaitu Kecamatan Banawa, tentunya posisi tersebut akan
berpengaruh ke Kecamatan Banawa Tengah baik itu dari segi infrastruktur,
komunikasi, dan transportasi. Dan tentu dalam pembangunan fasilitas-
fasilitas yang ada tentu mempengaruhi angka inflasi karena permintaan akan
barang seperti konstruksi tentu meningkat. Contoh pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah Kecamatan Banawa Tengah yaitu jembatan
Towale-Baneoge. Selain itu yang menyebabkan semakin meningkatnya
angka inflasi di Banawa Tengah dari tahun ke tahun adalah adanya tempat
rekreasi yang tentu akan meningkatkan nilai harga penjualan oleh barang
yang dijual masyarakat kepada pengunjung, seeprti kerajinan tenun ikat
yang dibuat oleh masyarakat setempat, karena harga bahan bakunya yang
cukup tinggi dan cara pembuatannya menggunakan cara manual bukan
mesin maka harga jual dari kerajinan ini juga cukup tinggi. Perumahan juga
salah satu yang menjadi penyebab naiknya angka inflasi Kecamatan
Banawa Tengah karena posisi yang dekat dengan Ibukota maka banyak
masyarakat yang melakukan migrasi, dan tentu masyarakat yang melakukan
migrasi tersebut akan menetap di Kecamatan Banawa Tengah hal ini akan
berbanding lurus dengan semakin tingginya anka permintaan untuk tempat
tinggal yakni perumahan. Semakin banyak masyarakat yang melakukan
transmigrasi ke Banawa Tengah tentu akan semakin tinggi pula jumlah
kebutuhan masyarakat akan pasar, yang lagi lagi akan mempengaruhi angka
inflasi. Selain itu nilai tukar nilai mata uang rupiah ke mata uang dolar pada
tahun-tahun tersebut lemah, hal ini juga merupakan salah satu penyebab
terjadinya inflasi.

Pada tahun 2011-2013 dan tahun 2015 inflasi Kecamatan Banawa


Tengah terus berada diatas rata-rata inflasi antarkecamatan, selain dari
faktor turunnya nilai rata-rata inflasi antarkecamatan, salah satu faktor lain
hal tersebut karena pada tahun ini di Kecamatan Banawa Tengah rata-rata

181
penduduknya berada diusia produktif atau masih dalam usia sekolah, tentu
kebutuhan dan perminatan pada bidang pendidikan juga meningkat mulai
dari SD, SMP sampai SMA. Selain itu dalam bidang transportasi
permintaan dan perminatan akan barang otomotif seperti motor juga terus
meningkat, banyak masyarakat di Kecamatan Banawa Tengah rata-rata
sudah memiliki kendaraan roda 2 sendiri. Dalam hal komunikasi juga
masyarakat saat ini sudah jarang terlihat menggunakan telepon rumah,
mereka mulai beralih ke penggunaan telepon genggam ataupun smartphone
yang angka permintaan dan penjualannya juga meningkat dari tahun ke
tahun, adapun elektronik lain seperti radio juga sudah jarang terlihat
masyarakat menggunakannya, masyarakat sudah beralih ke penggunaan
televisi yang dari tahun ke tahun angka penjualannya juga semakin
meningkat.

Sedangkan pada tahun 2014 meskipun angka inflasi kecamatannya naik,


tetapi jika dibandingan dengan rata-rata inflasi antarkecamatan nilai inflasi
Kecamatan Banawa Tengah berada di bawah rata-rata inflasi
antarkecamatan yang ada di Kabupaten Donggala, hal ini disebabkan karena
pada tahun 2014 angka rata-rata inflasi antarkecamatan ini jauh melonjak
jauh yakni dari 4% menjadi mendekati 6%. Melonjaknya angka rata-rata
inflasi antarkecamatan karena di kecamatan lain yang berda di Kabupaten
Donggala rata-rata di sektor pertaniannya mengalami gangguan seperti
kekeringan, banjir, gagal panen sampai ke penurunan kualitas lahan untuk
pertanian sedangkan kebutuhan masyarakatnya akan padi semakin
meningkat hal itulah yang menyebabkan pada tahun 2014 angka rata-rata
inflasi antarkecamatan meningkat atau melonjak tinggi sedangkan kenaikan
inflasi Kecamatan Banawa Tengah tidak terlalu tinggi dan menyebabkan
pada tahun 2014 inflasi Kecamatan Banawa Tengah berada di Bawah rata-
rata inlflasi antarkecamatan.

182
f) Tingkat Inflasi Kecamatan Labuan

Tabel 3.44

2011 2012 2013 2014 2015


4.79 4.68 4.61 6.31 4.74

Grafik 3.44

Inflasi Kecamatan Labuan


7.0
6.3
5.81
6.0
4.65
4.8 4.7 4.6 4.7
5.0
3.84 3.97
4.81
4.0

3.0

2.0

1.0

0.0
2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi Kecamatan [sesuaikan] Rata-Rata Inflasi Antar Kecamatan

Hasil analisis:

Dapat dilihat laju inflasi di kecamatan Labuan pada tahun 2011 berada
di atas rata-rata inflasi antar kecamatan yaitu mencapai 4,79%, lalu terjadi
sedikit penurunan di tahun 2012, dengan laju inflasi kecamatan yang berada
di bawah rata-rata inflasi antar kecamatan yaitu mencapai 4,68%. Hal ini
dikarenakan pemerintah membangun jalan dan jembatan. Sehingga pada
tahun ini Kecamatan Labuan sudah memiliki panjang jalan 49 km dan
jembatan sebanyak 24 buah dengan panjang 365 m. Dengan pembangunan
jalan dan jembatan ini mengakibatkan lancarnya distribusi barang sehingga
harga tidak terjadi peningkatan.

183
Kemudian pada tahun 2013, laju inflasi Kecamatan Labuan kembali
mengalami penurunan yang mencapai 4,61%, meskipun masih di atas rata-
rata inflasi antar kecamatan. Hal ini di karenakan komoditi jagung pada
tahun 2012 yang memunyai luas panen sebesar 407 Ha naik menjadi 473 ha
pada tahun 2013. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya jumlah hasil
panen yang di produksi, sehingga membuat turunnya harga barang dan
meningkatnya daya beli masyarakat.

Setelah itu, pada tahun 2014 laju inflasi Kecamatan Labuan ini
meloncak naik mencapai 6,31% dan tentunya nilai ini berada di atas rata-
rata inflasi antar kecamatan. Hal ini dikarenakan sektor pertanian tanaman
pangan yang merupakan sumber penghasilan utama penduduk Kecamatan
Labuan mengalami penurunan yang drastis. Luas panen padi pada tahun
2013 sebanyak 118 ha turun drastis menjadi 26 ha pada tahun 2014.
Begitupun dengan produksi padi mengalami penurunan yang sangat
signifikan dimana pada tahun 2013 produksi padi 368.1 ton turun menjadi
124.8 ton pada 2014. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah hasil
panen yang diproduksi, sehingga membuat harganya barang melambung
tinggi dan berkurangnya daya beli masyarakat.

Tetapi pada tahun 2015, laju inflasi mengalami penurunan menjadi


sebesar 4,74%. Hal ini dikarenakan produksi padi mengalami peningkatan
tiga kali lipat dari tahun 2014 produksi padi 124,8 ton naik menjadi 388 ton
pada tahun 2015, kemudian kacang tanah dan ubi kayu pada tahun 2015
juga mengalami peningkatan luas panen dari tahun sebelumnya. Hal yang
sama terjadi pada sektor peternakan di Kecamatan Labuan, yaitu semakin
meningkatnya jumlah ternak sapi, yang dimana pada tahun 2014 ternak sapi
hanya sebanyak 2.776 ekor naik menjadi 2.816 ekor pada tahun 2015.
Begitu juga dengan jenis ternak lainnya, terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Hal ini tentunya mengakibatkan banyaknya hasil produksi
pangan dan juga daging sapi di pasaran, sehingga membuat harga barang
tidak terlampau tinggi, dan meningkatnya daya beli masyarakat. Selain itu,
pada tahun 2015 ini, jumlah toko, kios, dan warung mengalami peningkatan

184
dari tahun sebelumnya, tentunya hal ini mempermudah pendistribusian
barang hasil produksi. Sehingga dapat menekan laju inflasi.

g) Tingkat Inflasi Kecamatan Tanantovea

Tabel 3.45

2011 2012 2013 2014 2015


4,59 4,93 4,96 5,80 5,51

Grafik 3.45

Inflasi Kecamatan Tanantovea


7.0

6.0
5.8
5.5
5.0 4.9 5.0 5.81
4.6 4.65
4.81
4.0 3.84 3.97
3.0

2.0

1.0

0.0
2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi Kecamatan Tanantovea Rata-Rata Inflasi Antar Kecamatan

Hasil analisis:

Pada tahun 2011-2014 Inflasi yang terjadi di Kecamatan Tannatovea


mengalami kenaikan dan di tahun 2015 Inflasi di Kecamatan mengalami
penurunan sebesar 0,29.

Pada tahun 2011 besar inflasi di Kecamatan Tannatovea adalah 4,59 dan
diatas rata rata inflasi di Kecamatan Tanantovea. Inflasi di Kecamatan
Tanantovea sebagain besar disumbangkan oleh pertanian dikarenakan
naiknya harga hasil produksi pangan dan bahan – bahan makanan.
Walaupun sektor pertanian merupakan potensi dari Kecamatan Tanantove

185
dikarenakan tidak disertai pengelolaan yang benar dan akibat ada hambatan
dalam pertanian contonya karena banjir menyebabkan hasil produksi yang
ada tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan dalam wilayah Kecamatan
Tanantovea. Sehingga membuat harga pangan di Kecamatan Tanantovea
meningkat dan menyebabkan inflasi di Kecamatan Tanatovea berada di nilai
rata – rata inflasi antar kecamatan di Kabupaten Donggala.

Di tahun 2012 inflasi bernilai 4,93 mengalami kenaikan sebesar 0,34


dan masih berada di atas rata – rata inflasi antarkecamatan di Kabupaten
Donggala. Inflasi tahun 2012 juga sebagian besar disebabkan naiknya harga
bahan makanan baik makanan pokok seperti beras dan makanan pendukung
lainnya seperti jagung dan kentang. Terbatasnya akses jalan juga
mempengaruhi harga barang yang didatangkan dari luarkhsusunya dalam
perdesaan. Semakin jauh asal barang yang didatangkan maka semakin
mahal juga biaya yang akan dikeluarkan dan berdampak pada tingginya
nilai suatu barang.

Di tahun 2013 inflasi Kecamatan Tanantovea bernilai 4,96 mengalami


kenaikan sebesar 0,03 dan masih berada di atas rata – rata nilai inflasi antar
kecamatan di Kabupaten Donggala. Peningkatan nilai inflasi tahun 2013
mengalami sedikit kenaikan karena harga barang di tahun 2013 tidak terlalu
mengalami kenaikan yang besar dibandingkan harga barang di tahun 2014.

Di tahun 2014 inflasi bernilai 5,80 mengalami kenaikan sebesar 0,84


dan masih berada di atas rata – rata inflasi antarkecamatan di Kabupaten
Donggala. Di tahun 2014 inflasi mengalami kenaikan yang cukup signifikan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini karena bahan pangan yang
dihasilkan sektor pertanian mengalami penurunan yang cukup besar karena
adanya masalah banjir yang membuat petani mengalami gagal panen. Laju
inflasi Kecamatan Tanantovea tidak terlalu jauh berbeda dengan laju inflasi
antar kecamatan di Kabupaten Donggala dengan laju inflasi sebesar 5,81.

Di tahun 2015 inflasi bernilai 4,93 mengalami penurunan sebesar 0,29


dan walau masih berada di atas rata – rata inflasi antarkecamatan di
Kabupaten Donggala. Penurunan inflasi yang cukup signifikan ini

186
disebabkan turunnya bahan bakar minyak(BBM). Dikarenakan
menurunnya harga bahan bakar minyak, mempengaruhi harga barang
lainnya seperti harga sembako, semen, listrik dll. Penurunan harga barang
ini dikarenakan bahan bakar minyak mempengaruhi biaya transportasi yang
dimana memerlukan bahan bakar minyak dan biaya listrik yang dimana
menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel yang memerlukan bahan
bakar.

h) Tingkat Inflasi Kecamatan Sindue

Tabel 3.46

2011 2012 2013 2014 2015


4.64 5.24 5.39 6.64 5.64

Grafik 3.46

Inflasi Kecamatan Sindue


7.0

6.0 5.9
5.0 5.0 4.8
4.5 4.7 5.81 4.65
4.0 3.84 3.97
4.81
3.0

2.0

1.0

0.0
2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi Kecamatan Sindue Rata-Rata Inflasi Antar Kecamatan

Hasil analisis:

Berdasarkan data inflasi kecamatan Sindue pada tahun 2011-2015


inflasi pada kecamatan ini, tiap tahunnya kian meningkat pada 4 tahun
pertama. Pada tahun 2011 inflasi dikecamatan sindue sebesar 4,64 % diatas
rata-rata antar kecamatan lainnya. Hal ini ditandai dengan tingginya
pertumbuhan terutama disektor bangunan yang menandakan bahwa terjadi

187
peningkatan jumlah penduduk sehingga permintaannya meningkat dan
mempengaruhi inflasi.

Pada tahun 2012 tingkat inflasi di kecamatan ini dibawah rata-rata


inflasi antar kecamatan dengan besar 5,24 % tetapi dibandingkan dengan
tingkat inflasi pada tahun 2011 terjadi peningkatan, akibat meningkatnya
inflasi ini dipengaruhi oleh permintaan yang besar pada sektor bangunan
yang laju pertumbuhannya paling tinggi dibandingkan dengan tahun lainnya
meningkatnya permintaan ini didasari dengan adanya peningkatan jumlah
pertumbuhan penduduk yang membutuhkan tempat tinggal dan
membangun tempat tinggal yang bersifat permanen, semi permanen, kayu
dan panggung. Selain itu pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan
infrastruktur, contohnya pada fasilitas kesehatan , pemerintahan dll.

Kemudian di tahun 2013 terjadi peningkatan inflasi, di kecamatan


sindue pada tahun 2013 tingkat inflasi sebesar 5,39% peningkatan ini terjadi
karena sektor pertambangan di kecamatan sindue mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya didukung dengan kondisi tanah yang menyimpan
berbagai sumber daya salah satunya batubara, tembaga dan lain-lain. Hal ini
yang membuat permintaan sumber daya dari luar cukup tinggi, dan hal ini
mempengaruhi laju inflasi.

Tingkat inflasi ditahun 2014 adalah inflasi tertinggi dari tahun 2011-
2015 dengan besar inflasi 6,64% diatas rata-rata inflasi kecamatan lain.
Peningkatan ini terjadi karena adanya penurunan laju pertumbuhan di sektor
pertanian di tahun 2014, penurunan ini disebabkan lahan sawah di desa
sumari tidak ditanami karena bermasalahnya pada irigasi. Sehingga terjadi
peningkatan pada sektor industri dan pengolahan tentunya disebabkan
dengan adanya permintaan dan kebutuhan masyarakat yang meningkat demi
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti sandang dan pangan di mana pada
tahun tersebut sektor pertanian mengalami penurunan sehingga diperlukan
pangan bagi masyarakat.

Selanjutnya pada tahun 2015 tingkat inflasi mengalami penurunan yang


cukup signifikan sebesar 5,54% walaupun masih diatas rata-rata inflasi

188
kecamatan lainnya, ini dikarenakan pada sektor pertanian dengan laju
pertumbuhannya pada tahun 2015 sebesar 3,24%, penurunan pada sektor ini
disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti cuaca atau udara yang
buruk serta irigasi yang kurang atau tidak dapat dijangkau oleh sebagian
petani didaerah tertentu, penyebab lainnya juga disebabkan oleh bekas
aktivitas dipertambangan serta dampak pencemarannya pada kecamatan
sindue, sehingga menyebabkan sektor pertanian menurun terutama pada
perkebunan. Hal ini membuat meningkatnya permintaan demi memenuhi
kebutuhan dan dari ini dapat mempengaruhi laju inflasi.

i) Tingkat Inflasi Kecamatan Sindue Tambusabora

Tabel 3.47

2011 2012 2013 2014 2015


5,03 4,80 5,40 5,11 4,78

Grafik 3.47

Inflasi Kecamatan Sindue Tombusabora


7.0

6.0
5.81
5.4
5.0 5.0 5.1
4.81
4.8 4.8
4.65
4.0 3.84 3.97
3.0

2.0

1.0

0.0
2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi Kecamatan Sindue Tambusabora Rata-Rata Inflasi Antar Kecamatan

Hasil analisis:

Dari data diatas dapat kita lihat bahwa inflasi di Kecamatan Sindue
Tambusabora mengalami naik dan turun. Pada tahun 2011 inflasi di

189
Kecamatan Sindue Tambusabora sebesar 5,03% diatas rata rata inflasi antar
kecamatan. Hal ini disebebkan karena semakin bertambahnya penduduk
yang mengakibatkan harga produksi pasar meningkat di Kecamatan Sindue
Tombusabora sehingga berpengaruh pada kenaikan inflasi.

Pada tahun 2012 inflasi di Kecamatan Sindue Tombusabora sebesar


4,80% dimana dibawah rata rata inflasi antar kecamatan dan menurun dari
tahun 2011. Hal ini disebabkan karena masyarakat kecamatan Sindue
Tombusabora berada pada sektor industri dengan membuat anyaman dsb.
Sehingga inflasi mengalami penurunan karena semakin beragam produk
yang dapat dipilih masyarakat.

Pada tahun 2013 grafik inflasi mengalami kenaikan tertinggi sebesar


5,40% diatas rata rata inflasi antar kecamatan. Setelah mengalami
penurunan inflasi pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena sektor
pertaniannya mengalami penurunan hasil produksi disebabkan berbagai
faktor, seperti dari faktor alam dan cuaca yang tidak menentu dan saluran
irigasi yang mengalami kerusakan yang mempengaruhi inflasi di
Kecamatan Sindue Tombusabora sehingga kenaikan harga barang atau
inflasi mengalami kenaikan yang signifikan.

Pada tahun 2014 inflasi Kecamatan Sindue Tombusabora mengalami


penurunan kembali dan berada dibawah rata rata inflasi antar kecamatan.
Hal ini disebabkan karena irigasi yang pada tahun sebelumnya mengalami
kerusakan pada tahun ini sudah dapat digunakan kembali dan mampu
mengaliri pertanian dan perkebunan warga, sehingga pertanian dan
perkebunan sudah kembali normal. Hal ini dapat dilihat dari perkebunan
kakao di Kecamatan Sindue Tombusabora hasil produksinya sudah
mengalami peningkatan hasil sehingga inflasi pada tahun ini mengalami
penurunan.

Setelah pada tahun sebelumnya inflasi di kecamatan ini mengalami


penurunan, pada tahun 2015 inflasi Kecamatan Sindue Tombusabora
kembali mengalami penurunan sebesar 4,78% tetapi diatas rata rata inflasi
antar kecamatan. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya hasil

190
produksi yang dapat diambil dari sektor pertanian dan perkebunan dan
aksesbilitas yang tidak terlalu baik, sehingga menyebabkan contohnya sayur
sayuran mengalami busuk diperjalanan yang dapat merugikan petani di
kecamatan ini.

j) Tingkat Inflasi Kecamatan Sindue Tobata

Tabel 3.48

2011 2012 2013 2014 2015


4,56 4,87 5,62 4,89 4,97

Grafik 3.48

Inflasi Kecamatan Sindue Tobata


7.00
5.62 5.81
6.00
4.87 4.89 4.97
5.00 4.56 4.65
3.84 3.97
4.00 4.81

3.00

2.00

1.00

0.00
2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi kecamatan Sindue Tobata Rata-Rata Inflasi Antar Kecamatan

Hasil analisis:

Disini saya akan menganalisis inflasi dari kecamatan Sindue


Tobata,sebelum membahasnya lebih lanjut,perlu kita ketahui terlebih
dahulu apa itu inflasi. inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-
harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan
mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang
memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat

191
adanya ketidaklancaran distribusi barang.Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi
adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga.
Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan
inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan
dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-
menerus dan saling pengaruh-memengaruh.

Dapat di lihat berdasarkan tabel dan grafik di atas,data menunjukan


bahwa adanya ketidak normalan data,dalam artian bahwa setiap data dari
tahun 2011-2015 memiliki angka yang berbeda-beda,hal ini tentu saja di
pengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhi data tersebut.

Seperti pada tahun 2011-2013 misalnya,disana tertulis bahwa data tahun


2011 di angka 4,56 ,data tahun 2012 di angka 4,87 dan data di tahun 2013
di angka 5,62 hal ini menunjukan bahwa adanya kenaikan.Tentu saja
kenaikan tersebut di pengaruhi oleh berbagai faktor,faktornya karena pada
saat itu kecamatan Sindue Tobata mengalami bencana alam (kemarau yang
berkepanjangan membuat puluhan hektar lahan terbakar) dari bencana
tersebut sehingga menyebabkan kenaikan harga barang barang atau inflasi
mengalami kenaikan yang signifikan.

Berbeda dengan tahun berikutnya,yaitu tahun 2014 disana tertulis


bahwa data tahun 2014 di angka 4,89 yang mana artinya terjadi penurunan
dari tahun sebelumnya,di karena kan kondisi dari lahan lahan milik
masyarakat sudah berangsur angsur membaik,dengan bantuan dari
pemerintah setempat yang bekerjasama dengan warga.Dan juga adanya
pembangunan yang multi dimensi yang melibatkan aparat pemerintahan
baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah bahkan desa
sekalipun,sehingga dapat menekankan biaya produksi

Sedangkan di tahun 2015 data yang ada,di angka 4,97 yang mana artinya
mengalami kenaikan,hal ini di picu oleh faktor bertambahnya jumlah

192
penduduk yang berada di kecamatan Sindue Tobata pada tahun tersebut dan
juga di tambah faktor hari hari besar yang ada di kecamatan Sindue Tobata
sendiri baik itu hari raya nasional maupun adat istiadat setempat.

k) Tingkat Inflasi Kecamatan Sirenja

Tabel 3.49

2011 2012 2013 2014 2015


4,49 4,84 4,65 5,54 5,41

Grafik 3.49

Inflasi Kecamatan Sirenja


7.0
5.81
6.0
5.4
5.0 4.5 4.8 5.5
4.7 4.65
4.0 3.84 4.81 3.97

3.0

2.0

1.0

0.0
2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi Kecamatan Sirenja Rata-Rata Inflasi Antar Kecamatan

Hasil analisis:

Pada tahun 2011 terjadi kenaikan inflasi di atas rata-rata antar


kecamatan di Kecamatan Sirenja dengan angka 4,49 %, bukan tanpa
penyebab inflasi ini terjadi karena kondisi irigasi di sebagian besar
Kecamatan Sirenja rusak, sehingga menghambat rutinitas petani mengolah
sawah. Dengan rusaknya irigasi maka akan menyebabkan produksi pada
sektor pertanian menurun dan pastinya hasil pertanian akan dijual dengan
harga yang tinggi karena kurangnya produksi padi.

193
Pada tahun 2012 inflasi semakin meningkat diatas rata-rata Kecamatan
yaitu sebesar 4,84 %. Selain diperparah oleh kondisi irigasi yang masih
rusak, kondisi jalan menuju dusun-dusun yang ada di Kecamatan Sirenja
berada pada kondisi buruk, dan jalan yang berada di beberapa dusun belum
diaspal sehingga akan menghambat proses pendistribusian barang dan akan
berpengaruh pada kelangkaan barang yang ingin dicari.

Pada tahun 2013 inflasi di Kecamatan Sirenja sedikit menurun daripada


tahun 2012 yaitu sebesar 4,65%, penurunan inflasi yang tidak terlalu tinggi
itu terjadi karena sector peternakan mengalami peningkatan produksi yang
cukup baik, sehingga harga daging bisa terkontrol dan stabil.

Pada tahun 2014 Kecamatan Sirenja mengalami penurunan inflasi


bahkan di bawah rata-rata kecamatan. Hal itu disebabkan karena beberapa
sektor perekonomian disana terus mengalami peningkatan yang lebih baik.
Seperti sektor industry yang semakin tahun semakin banyak perusahaan
kecil, menengah, ataupun besar. Dengan meningkatnya jumlah usaha,
Kecamatan Sirenja bisa memenuhi kebutuhan akan barang seperti sulaman
dan anyaman tanpa perlu meminta dari daerah lain. Selain itu kondisi jalan
di Kecamatan Sirenja rata-rata sudah banyak diaspal sehingga
mempermudah pendistribusian suatu barang.

Pada tahun 2015 kembali terjadi inflasi sebesar 5,41%. Hal ini terjadi
karena Target pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Sirenja sebesar
118.757 juta sedangkan yang terealisasi hanya sebesar 58.187 juta. Wajar
jika inflasi kembali terjadi.

l) Tingkat Inflasi Kecamatan Balaesang

Tabel 3.50

2011 2012 2013 2014 2015


4,63 5,87 6,40 6,44 5,54

194
Grafik 3.50

Inflasi Kecamatan Balaesang


7.0 6.4 6.4
5.9
6.0
5.5
5.0 5.81
4.6 4.81 4.65
4.0 3.84 3.97

3.0

2.0

1.0

0.0
2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi Kecamatan Balaesang Rata-Rata Inflasi Antar Kecamatan

Hasil analisis:

Secara umum pada tahun 2011 sampai tahun 2015 Kecamatan


Balaesang terus mengalami inflasi di atas rata-rata antar kecamatan yang
ada. Meskipun grafik yang dihasilkan kadang naik dan kadang turun. Angka
inflasi berturut-turut selama 5 tahun adalah 4,63%, 5,87%, 6,40%, 6,44%,
dan 5,54%. Beberapa penyebab terjadinya inflasi selama tahun 2011 sampai
tahun 2015 adalah;

Pada tahun 2011tercatat jumlah KUD di Kecamatan Balaesang


sebanyak 8 unit KUD namun sampai dengan tahun 2015 ini semuanya tidak
aktif lagi. Berbagai kendala yang dihadapi oleh masyarakat dalam
mengembangkan koperasi baik kendala teknis maupun keuangan.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia yang mengelola koperasi dapat
menjadi salah satu penyebab lemahnya manajemen keuangan sehingga
tidak jarang kita mendengar koperasi bubar karena dililit oleh hutang.

Dari tahun 2011 sampai tahun 2015 juga tercatat bahwa hasil produksi
padi semakin menurun, hal itu disebabkan karena luas lahan pertanian
semakin tahun semakin berkurang sehingga dengan semakin berkurangnya
produksi akan menyebabkan kelangkaan barang dan harga juga semakin

195
meningkat. Pada tahun 2015 tanaman pala dan daging sempat mengalami
kenaikan produksi sehingga angka inflasi semakin berkurang.

Selain itu prasarana pemasaran di Kecamatan Balaesang masih sangat


kurang, sehingga merupakan kendala bagi masyarakat umum. Demikian
pula sarana transportasi yang belum sepenuhnya baik antar desa sehingga
untuk memasarkan hasil komoditi pertanian/perkebunan ke desa yang
memiliki sarana pemasaran masih belum lancar.

m) Tingkat Inflasi Kecamatan Balaesang Tanjung

Tabel 3.51

2011 2012 2013 2014 2015


4,84 4,94 4,68 5,71 5,37

Grafik 3.51

Inflasi Kecamatan Balaesang Tanjung


7.00

6.00
5.81
5.37
5.00 4.84 4.94 5.71
4.68 4.65
4.00 3.84 4.81 3.97
3.00

2.00

1.00

0.00
2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi Kecamatan Balaesang Tanjung Rata-Rata Inflasi Antar Kecamatan

Hasil analisis:

Berdasarkan data inflasi kecamatan Balaesang Tanjung pada tahun


2011-2015, inflasi pada kecamatan ini mengalami turun naik. Pada tahun
2011 inflasi kecamatan Balaesang Tanjung mencapai 4,84% melebihi rata-

196
rata inflasi kecamatan. Hal ini terjadi dikarenakan pada saat 2011
menurunnya produksi pertanian di kecamatan Balaesang Tanjung yang
menjadikan naiknya kebutuhan pokok masyarakat. Pada tahun 2012, inflasi
menurun dari tahun 2011 karena produksi pertanian mulai membaik namun
tidak rendah dari rata-rata inflasi kecamatan yang berselisih 0,10%. Pada
tahun 2013 inflasi menurun lagi hingga 4,68% begitu pula dengan inflasi
rata-rata kecamatan, hal ini disebabkan semakin membaiknya produksi
bahan pokok dan biaya produksinya namun tidak lebih rendah dari inflasi
rata-rata kecamatan karena semakin tinggi juga permintaan akan bahan
pokok makanan, seiring dengan pertumbuhan penduduk di Balaesang
Tanjung.

Pada tahun 2014, mulai meninggi pada tahun ini, Balaesang Tanjung
pernah terkena gempa sehingga infrastruktur maupun hasil pertanian
banyak yang rusak. Oleh karena itu, terjadinya inflasi di mana permintaan
akan bahan poko tingi sedangkan suplai rendah, di tambah dengan
kerusakan dari jalan sehingga masyarakat sulit untuk berpergian. Pada tahun
2015 kembali menurun karena telah ada perbaikan jalan yang memperkecil
biaya produksi dan hasil pertanian sudah kian membaik pada tahun 2015
berkurang sekitar 0,34% dari sebelumnya.

n) Tingkat Inflasi Kecamatan Dampelas

Tabel 3.52

2011 2012 2013 2014 2015


3,89 6,26 5,47 7,55 5,63

197
Grafik 3.52

Inflasi di Kecamatan Dampelas


8 7.55

7 6.26
5.81 5.63
6 5.47
4.81 4.65
5
3.89 3.97
4

3 3.84

0
2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi Kecamatan Dampelas Rata-rata Inflasi antar Kecamatan

Hasil analisis:

Dapat kita lihat pada tabel grafik diatas bahwa pergerakan inflasi pada
Kecamatan Dampelas dari tahun 2011-2015 cenderung naik turun dan tetap
berada diatas rata-rata inflasi antar kecamatan.

Pada tahun 2011, inflasi pada kecamatan Dampelas berada pada angka
3,89 yang berbanding sedikit dengan rata-rata inflasi antar kecamatan yang
berada pada angka 3,84.

Pada tahun 2012, inflasi kecamatan dan rata-rata inflasi antar kecamatan
naik, inflasi Kecamatan Dampelas menyentuh angka 6,26

Pada tahun 2013, inflasi Kecamatan Dampelas menurun, begitu pula


dengan rata-rata antar kecamatan. Pada tahun 2013 ini petani Kecamatan
Dampelas khususnya Desa Malonas mendapatkan bantuan traktor tangan,
bantuan benih padi dan sarana produksi, pembinaan teknis peternakan sapi
dan pembuatan pupuk kompos serta berbagai pelatihan untuk penguatan
kelembagaan petani, bahkan membawa petani untuk studi banding ke Jawa
sebagai bantuan sosial untuk meningkatkan produktivitas lahan sawah yang
sudah memiliki sarana irigasi teknis. Dengan bantuan traktor tangan

198
tersebut, petani yang memiliki areal sawah beririgasi teknis bisa menanam
padi dua kali setiap tahunnya.

Walaupun pada tahun 2013 Kecamatan Dampelas mengalami


penguatan pangan, pada tahun 2014, inflasi pun melonjak naik hingga
menyentuh angka 7,55, hal ini disebabkan karena bencana kekeringan yang
berpengaruh pada beberapa sektor, salah satunya sektor pertanian
khususnya padi yang merupakan salah satu sektor basis kecamatan
dampelas. Kekeringan ini juga dialami kecamatan lainnya seperti Sojol,
Sojol Utara, Balaesang dan kecamatan lainnya.

Pada tahun 2015, inflasi Kecamatan Dampelas dan rata-rata antar


kecamatan pun menurun ke angka 5,63.

Dari hal diatas dapat kita ketahui bahwa rata-rata inflasi yang dialami
Kecamatan Dampelas masih masuk kategori inflasi ringan dikarenakan
angka masih berada dibawah 10%.

o) Tingkat Inflasi Kecamatan Sojol

Tabel 3.53

2011 2012 2013 2014 2015


5,01 4,97 5,17 7,48 5,40

199
Grafik 3.53

Inflasi Kecamatan Sojol


8.0
7.5
7.0

6.0 5.81
5.2 5.4
5.0 5.0 5.0
4.65
4.0 3.84 4.81 3.97
3.0

2.0

1.0

0.0
2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi Kecamatan Sojol Rata-Rata Inflasi Antar Kecamatan

Hasil analisis:

Dalam ilmu ekonomi, inflasi merupakan suatu proses meningkatnya


harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan
mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang
memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidaklancaran distribusi barang.

Dapat dilihat berdasarkan tabel, pada tahun 2011 ke 2012 tingkat inflasi
menurun sedikit, dan di tahun 2013 naik sedikit dan di tahun 2014 melonjak
naik. Hal ini disebabkan, di tahun 2014 Sojol mengalami kasus kekeringan
yang luar biasa, sebanyak 2,63 hektar lahan sawah milik warga yang
mengakibatkan banyak petai sawah tidak bisa melakukan penanaman padi
kembali sedangkan yang sudah ditanam terancam gagal panen. Tentunya
hal ini membuat kegiatan pertanian yang merupakan sektor penunjang
utama kecamatan Sojol menjadi terhambat dan mengalami kerugian yang
luar biasa. Selain itu, gempa bumi, tsunami dan likuefaksi yang
meluluhlantakkan Donggala mejadi pemicunya

Sejarah mencatat, kegiatan tektonis berupa gempa bumi ringan dan


sedang sering terasa di Donggala, Sulawesi Tengah. Ini karena ada patahan

200
(fault) Palu–Koro sepanjang 1000 km yang terentang dari Palu sampai
Teluk Bone, hampir sejajar dengan barisan pegunungan Takolekaju.
Sedangkan kawasan daratan sekitar pusat gempa 7,4 SR itu, seperti
kabupaten Donggala, disusun oleh oleh batuan berumur pra Tersier, Tersier
dan Kuarter. Batuan ini sebagian telah mengalami pelapukan. Endapan
Kuarter tersebut, menurut analisis PVMBG, pada umumnya bersifat urai,
lepas, lunak, belum kompak (unconsolidated), bersifat memperkuat efek
goncangan gempabumi.

Gempa dan tsunami pernah terjadi pada tahun 1927, 1930, 1938, 1968,
1996, 1998, 2012 dan 2015.

• 1 Desember 1927 gempa dan tsunami pernah terjadi di Teluk Palu.


Pada saat itu diketahui 14 jiwa meninggal dunia dan 50 orang
mengalami luka-luka.
• 30 Januari 1930 terjadi di Pantai Barat Donggala, tsunami saat itu
mencapai ketinggian lebih dari 2 meter dalam durasi 2 menit.
• 14 Agustus 1938 tsunami kembali mengguncang Teluk Tambu
Balaesang Donggala dan mengakibatkan seluruh desa di pesisir
pantai Barat Donggala hampir tenggelam.
• Pada 1968 tercatat 2 kali gempa dan tsunami, yaitu 10 Agustu 1968
gempa 7,3 SR da gelombang tsunami besar menyapu kawasan
pantai di Donggala. Lalu 14 Agustus 1968 bermagnitudo 7,4
dengan pusat gempa di Laut Sulawesi.
• Dilanjutkan pada 1 Januari 1996 berlokasi di Selat Makassar
tsunami mencapai ketinggian 3,4 meter dan daratan sejauh 300
meter dan di desa Tonggolobibi bangunan rusak parah.
• 11 Oktober 1998, gempa kembali mengguncang Donggala. Ratusan
bangunan roboh diguncang gempa.
• Dilanjutkan pada 10 Agustus 2012 gempa kembali mengguncang
Donggala dan pada 25 Januari 2015 terjadi gempa dan 100 rumah
rusak serta 1 orang meninggal dunia.

201
Akibat adanya bencana gempa bumi dan tsunami ini, empat sektor
pendongkrak perekonomian di Sulteng terutama di Kabupaten Donggala
lumpuh memakan waktu yang cukup lama. Empat sektor tersebut adalah
pertanian, perdagangan, perhotelan dan restoran serta jasa-jasa. Tidak ada
yang bertani, berjualan maupun pergi jalan-jalan pascabenana tersebut.
Inflasi yang diatas rata-rata akibat bencana tentunya akan sangat susah
untuk dikendalikan. Penyebab inflasi yakni harga tiket pesawat dan pangan
yang naik sangat tinggi pasca bencana. Karena untuk mendorong
pemerintah melakukan perbaikan demi perbaikan dari rumah sampai ke
infrastruktur daerah memaka waktu yang cukup lama.

p) Tingkat Inflasi Kecamatan Sojol Utara

Tabel 3.54

2011 2012 2013 2014 2015


4,89 4,82 4,69 5,65 5,20

Grafik 3.54

Inflasi Kecamatan Sojol Utara


7.0
5.81
6.0
5.2
4.9 4.8 4.7
5.0 5.7 4.65
3.84 3.97
4.0 4.81

3.0

2.0

1.0

0.0
2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi Kecamatan [sesuaikan] Rata-Rata Inflasi Antar Kecamatan

202
Hasil analisis:
Dapat dilihat berdasarkan tabel tingkat inflasi kecamatan Sojol Utara
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan walau tidak terlalu signifikan.
Seperti di tahun 2011-2013 laju inflasi sedikit menurun, dan di tahun 2014
melonjak naik di atas rata-rata. Hal ini disebabkan di tahun 2014 terjadi
kekeringan yang luar biasa pada musim kemarau tahun ini. Akibatnya,
banyak petani sawah tidak bisa melakukan penanaman padi kembali
sedangkan yang sudah ditanam terancam gagal panen. Dari target tanam
padi di Kabupaten Donggala antara April sampai September 2015 ini
semestinya 11.08 hektar, namun adanya kekeringan sangat sulit untuk
mencapai target itu.

Kekeringan yang terjadi kecamatan Sojol Utara adalah kekeringan


terparah kedua setelah kecamatan Sojol yaitu sebanyak 726 hektar sawah
terancam gagal panen. Kekeringan yang terjadi sangat mengkhawatirkan
pemerintah kabupaten Donggala dikarenakan kecamatan Sojol Utara
bersama kecamatan Sojol merupakan lumbung beras Kabupaten Donggala
terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Tentunya hal ini akan sangat
mempengaruhi proses perekonomian masyarakat. Dimana, beras
merupakan bahan pokok masyarakat Indonesia. Jika petani terancam gagal
panen, maka kebutuhan beras akan susah dicari dan tentunya beras yang
sudah dipanen akan menjadi beras incaran masyarakat dengan harga yang
dinaikkan daripada harga sebelumnya.

Selain itu, gempa bumi dan tsunami yang sering terjadi di Kabupaten
Donggala membuat kecamatan yang ada di dalamnya ikut terkena dan
merasakan dampaknya. Seperti bangunan rumah yang rusak, dan beberapa
hotel serta restoran dan berbagai pusat hiburan terganggu akibat bencana
ini.

203
BAB IV
Hasil Analisa

4.1 Location Quotionent dan Efek Multiplier di Kabupaten Donggala

Location Quotionent merupakan langkah awal untuk mengetahui


kemeampuan dari suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Ini disebabkan
karena LQ dapat digunakan digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur
spesialisasi relatif suatu daerah/kabupaten pada sektor-sektor tertentu. Jika LQ
lebih dari 1 maka sektor tersebut basis. Jika kurang dari 1 maka sektor tersebut
non basis, dan jika sama dengan 1 maka daerah tersebut memiliki kecukupan
terhadap sektor tertentu dan artinya seimbang. Efek multiplier (EM) merupakan
kelanjutan dari LQ yang mana EM merupakan efek yang dapat menciptakan
atau mendorong sektor lain untuk berkembang sehingga dapat menggandakan
keuntungan. Berikut adalah analisis LQ dan EM masing-masing kecamatan di
Kabupaten Donggala.

a) Rio Pakava

Tabel 4.1 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Rio Pakava

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015

1 Pertanian
1,41 1,35 1,44 2,03 1,50

Pertambangan
2
dan penggalian 0,32 0,29 0,29 0,23 0,25

204
Industri
3
Pengolahan 0,50 0,47 0,48 0,41 0,48

4 Listrik dan gas


1,04 0,99 1,04 0,89 1,03

5 Konstruksi
1,06 1,01 1,06 0,90 1,04

Perdagangan,
6 Hotel dan
0,76 0,75 0,81 0,71 0,85
Restoran

Angkutan dan
7
Komunikasi 0,71 1,50 0,70 0,60 0,69

Keuangan,
Persewaan, dan
1,00 0,94 0,98 0,84
Jasa 0,98
8
Perusahaan

9 Jasa-jasa
0,87 0,83 0,88 0,76 0,90

EM 1,484 1,69 1,48 1,82 1,48

Hasil analisis:

Berdasarkan analisis di kecamatan rio pakava , dengan menggunakan


LQ dapat dilihat bahwa pada sektor pertanian merupakan sektor Basis dari
tahun 2011 sampai pada tahun 2012. Hal ini didukung dengan
meningkatnya laju pertumbuhan penduduk setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan karena , kecamatan rio pakava dikenal dengan mata
pencariannya dibidang pertanian sehingga membuat seluruh masyarakat
dominan dalam bidang ini. Ini membuat kemampuan yang ada di daerah ini

205
cukup baik, mereka setiap tahunnya memiliki perluasan lahan khusus untuk
lahan pertanian, memiliki lahan atau tanah yang cukup subur untuk jenis
jenis sayur –sayuran dan buah-buahan. Kecamatan Rio pakava merupakan
kecamatan terluas di dikabupaten donggala, sehingga kontribusinya
terhadap sektor pertanian juga cukup besar. Hampir seluruh masyarakat
dikecamatan rio pakava adalah seorang petani. Karena kontribusi PDRB
yang sangat besar juga membuat sektor pertanian masuk dalam sektor basis.

Pada sektor pertambangan dan penggalian merupakan LQ dengan


sektor terendah ditahun 2011 , sehingga sampai tahun 2015 sektor ini
termasuk ke dalam sektor Non-Basis. Ini disebabkan karena lahan untuk
pertambangan sudah banyak digunakan sebagai lahan pertanian dan
perumahan masyarakat,sehingga kontribusinya untuk menggunakan lahan
tersebut ikut rendah. Selain itu, jarak yang cukup jauh membuat para
perusahaan tambang kesulitan untuk mengakses hasil produksi ke
kabupaten donggala .

Kemudian pada sektor industri , dengan menggunakan LQ dapat dilihat


sektor ini termasuk ke dalam sektor Non-Basis mulai tahaun 2011 sampai
dengan tahun 2015, ini disebabkan karena dominasi didalam masyarakat
lebih tertarik pada sektor pertanian sehingga membuat sektor industri ini
sangat rendah. Dan juga, kontribusinya terhdap PDRB sangat kurang.
Industri merupakan sektor yang sangat memerlukan dana yang cukup besar
dengan tuntutan konsumen juga, sehingga membuat kekurangan
ketertarikan masyarakat untuk bekerja dalam sektor industri . hal lain yang
menyebabkan sektor ini masuk sektor Non-Basis adalah karena industri
memerlukan bahan mentah untuk diproduksi kembali kepasar, tetapi bahan
mentah di kecamatan ini mulai berkurang akibat perusahaan tambang yang
ikut berkurang atau berpindah tempat.

Dapat dilihat untuk analisis LQ selanjutnya adalah pada sektor


Listrik,air dan gas pada tahun 2011,2013 dan 2014 termasuk dalam sektor
Basis sedangkan tahun 2012 dan tahun 2015 termasuk dalam sektor Non-
basis, hal ini disebabkan karena kontribusi sektor ini sangat penting untuk

206
masyarakat, untuk memenuhi seluruh kegiatan diperlukan adanya air,listrik
dan juga gas. Semakin bertambahnya penduduk,semakin besar juga
kebutuhan yang harus dipenuhi. Sehingga kontribusinya terhadap PDRB
luamayan bai sehingga disebut sektor basis,. Demikian halnya ketika sektor
ini masuk dalam sektor non basis, dikarenakan tahaun 2012 sering
terjadinya cuaca yang buruk sehingga membuat listrik dikecamatan ini
selalu padam, bahkan air yang ada sangat kotor diakibatkan karena hujan
yang terus menerus, kemudian tahun 2015 juga dikarenakan terjadinya
banjir sehingga membuat listrik padam dan pengolaan air masyarakat rusak
akibat diterpah banjir.

Berdasarkan perhitungan LQ ,sektor konstruksi pada tahun


2011,2012,2013 dan 2015 masuk dalam sektor Basis, sedangkan tahun 2015
masuk dalam sektor Non-Basis . Dikatakan sektor basis karena kontribusi
terhadap PDRB sangat baik . Hal ini disebabkan karena kecamatan rio
pakava merupakan kecamatan terluas sehingga jumlah penduduknya juga
sangat banyak dan selalu mengalami pertambahan penduduk. Hal ini
membuat pembangunan akan perumahan semakin meningkat.
Pembangunan Sarana dan prasarana ikut meningkat, khususnya seperti
perbaikan jalan ,jembatan, puskesmas,sekolah dan pasar. Pada tahun 2014
menjadi non-basis dikarenakan tahun 2014 terjadi permasalahan di bidang
pendanaan,sehingga konstruksi pembangunan berhenti.

Pada sektor perdagangan ,hotel dan restaurant dari tahun 2011 sampai
tahun 2015 termasuk dalam sektor Non-Basis , hal ini disebabkan karena
pembangunan akan hotel dan restauran sangat kurang.dan juga
berkurangnya pengunjung yang datang untuk beriwsata di kecamatan ini
sehingga membuat tidak adanya pengembangan dalam sektor hotel atau
restauran. Untuk bidang perdagangan, ini disebabkan karena para
masyarakat lebih mengutamakan ekspor hasil panen mereka di ibu kota
kabupaten karena penghasilan yang didapatkan lebih besar jika berdagang
di ibu kota atau kabupaten donggala. Meski kios atau pasar lumayan
banyak,tetapi penghasilan yang dihasilkan sangat minim dikarenakan

207
hampir seluruh masyarkat berpenghasilan sendiri dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.

Dapat dilihat bahwa untuk LQ , sektor angkutan dan komunikasi pada


tahun 2011,2013,2014,2014 masuk dalam sektor Non-basis tetapi tahun
2012 masuk dalam sektor Basis, hal ini disebabkan karena kontribusinya
terhadap PDRB sangat kurang. Dapat dilihat dengan kondisi yang ada di
kecanmatan Rio Pakava, bahwa untuk akses transportasi butuh waktu yang
cukup jauh untuk sampai ke ibu kota kabupaten dikarenakan jaraknya yang
cukup jauh dan jalan yang masih ada perbaikan yang belum cukup merata.
Hal lain yang menyebabkan masuk dalam sektor non-basis adalah karena
untuk jaringan komunikasi juga dipengaruhi karena jarak yang cukup jauh
dan sulit untuk diakses sehingga untuk pemasokan jaringan komunikasi
sangat sulit. Kemudian, tahun 2012 dikatakan basis diakibatkan karena saat
itu banyaknya produksi yang dihasilkan sehingga membuat masyarakat
membutuhkan angkutan yang banyak untuk memebawa dagangan mereka
ke ibu kota kabupaten.

Pada sektor keuangan,persewaan, dan Jasa perusahaan dalam


perhitungan LQ tahun 2011 sektor ini masuk dalam sektor seimbang,
dibandingkan dengan ibu kota kabupaten sudah pasti dapat diambil
kesimpulan bahwa sektor ini merupakan paling rendah dibanding dengan
ibu kota, hal ini disebabkan karena meski jumlah penduduknya banyak
namun ketertarikan akan suatu persewaan sangat kurang, ditambah lagi
dengan kurangnya iwsatawan yang berkunjung untuk menyewa hotel atau
penginnapan. Namun , tanpa disadari jasa perushaan di kecamatan rio
pakava sangat besar karena kurangnya perusahaan yang datang membuat
setiap perusahaan akan mengluarkan dana yang cukup besar untuk
berinvestasi di kecamatn ini, sehingga menyebabkan ada keseimbangan
kontribusi dalam sektor ini terhadap PDRB. Namun tahun 2012 sampai
tahun 2015 termasuk kedalam sektor Non-basis ,hal ini dikarenakan adanya
penurunan dalam sektor jasa perusahaan, semakin bertambahnya tahun
perusahaan semakin berpindah dari kecamatan ini,dikarenakan hasil

208
produksi yang mereka hasilkan semakin berkurang terutama dalam sektor
pertambangan.

Selanjutnya dalam sektor jasa-jasa untuk perhitungan LQ termasuk


dalam sektor Non-Basis, hal ini disebabkan karena kurangnya masyarakat
yang membutuhkan jasa karena mereka mampu untuk melakukan kegiatan
sendiri . hal lain juga disebabkan karena untuk memenuhi kebutuhan hidup,
masyarakat didominasi pekerjaan dalam bidang pertanian dan perkebunan.

Dapat dilihat dari perhitungan efek multiplier dari tahun 2011 sampai
tahun 2015 sektor yang paling berkembang adalah sektor pertanian yaitu
temasuk kedalam sektor Basis , hal ini terjadi karena ada beberapa sektor
yang mendukung perkembangan kecamatan rio pakava yaitu terutama
sektor pertanian bahwa adanya sentra produksi kakao di kecamatan Rio
pakava yaitu dengan mengganti ahli komoditi di tanaman kelapa sawit
sehingga semakin banyaknya lahan kakao dipulihkan untuk lahan kelapa
sawit. Hal ini terjadi karena efek yang terjadi dalam produksi pertanian
kelapa sawit lebih memberi keuntungan besar buat masyarakat.

b) Pinembani

Tabel 4.2 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Pinembani

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015

1 Pertanian 1,51 1,54 1,53 2,14 1,57


Pertambangan
2 dan 0,07 0,07 0,16 0,13 0,14
penggalian
Industri
3 0,04 0,04 0,65 0,57 0,67
Pengolahan
Listrik dan
4 0,00 0,00 0,08 0,07 0,08
gas

5 Konstruksi 0,29 0,31 1,02 0,87 0,99

209
Perdagangan,
6 Hotel dan 0,17 0,18 0,62 0,55 0,65
Restoran
Angkutan dan
7 0,08 0,08 0,64 0,56 0,66
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, 0,04
8 0,04 0,25 0,21 0,25
dan Jasa
Perusahaan

9 Jasa-jasa 0,33 0,35 1,42 1,27 1,51


EM 1,679 1,69 1,19 1,39 1,39

Hasil Analisa:

Diketahui berdasarkan perhitungan LQ, pada tahun 2011 sampai tahun


2015 sektor pertanian di kecamatan pinembani termasuk kedalam sektor
Basis. Hal ini disebabkan karena kontribusi yang diberikan tehadap PDRB
sangat tinggi. Hal lain disebabkan karena pinembani tinggi akan pertanian
kopinya , diketahui bahwa lokasi kecamatan pinembani berada di
pegunungan, sehingga tanaman kopi sangat subur dan sangat berkembang
jika dipegunungan dengan udara atau cuaca yang dingin dan sejuk.
Sehingga kontribusi hasil panen kopi sangat besar di kecamatan ini setiap
tahunnya .

Berdasarkan perhitungan LQ, dapat di lihat bahwa pada tahun 2011


sampai tahun 2015 sektor pertambangan dan penggalian termasuk kedalam
sektor Non-basis, hal ini dikarenakan mulai tahun 2009 pegunungan di
kecamatan pinembani mulai mengalami longsor yang cukup besar sehingga
membuat para perusahaan atau bahkan masyarakat yang bertambang di
kecamatan ini mulai berpindah tempat atau berkurang, dikarenakan
ketakutan yang besar akan terjadinya bencana alam yang lebih besar dari
longsor, sehingga hal ini membuat kontribusi nya terhadap PDRb sangat
rendah.

Pada tahun 2011 sampai tahun 2015, perhtungan LQ yang menyatakan


bahwa sektor industri masuk kedalam sektor Non-Basis. Hal ini disebabkan
karena, kecamatan pinembani merupakan kecamatan yang berada

210
dipegunungan yang jauh dari ibu kota kecamatan, dengan perkembangan
zaman yang sangat pesat namun tidak membuat perkembangan juga pada
sektor industri. Ini diakibatkan karena, pengahsilan yang didapatkan dalam
sektor ini cukup minim. Masyarakat yang lebih dominan bertani membuat
sektor industri mulai berkurang , terutama dalam industri pertambangan ,
yang semakin bertambahnya tahun membuat sektor industri hilang atau
bahkan tidak didapatkan lagi.

Kemudian perhitungan LQ selanjutnya pada sektor listrik,air dan gas


dilihat pada tahun 2011 sampai tahun 2015 termasuk kedalam sektor Non-
Basis , ini disebabkan karena kontribusinya terhadap PDRB sangatt rendah
sekali. Hallain disebabkan karena, kecamatan pinembani berada cukup jauh
dari ibu kota kabupaten dan akses jalan yang sangat susah untuk dilewati
sehingga membuat pemasokan air,listrik bahkan gas sangat susah ,
masyarakat hanya mengandalkan air di pegunungan dan kadang mengalami
surut akibat kemarau, dan listrik yang digunakan hanya listrik seadanya
yang tidak tersalurkan ke semua penduduk, dan untuk gas mereka hanya
menggunakan minyak tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Dalam sektor Konstruksi, perhitungan LQ tahun 2011 sampai tahun


2012 masuk dalam sektor Non-basis, dikarenakan belum adanya upaya
pemerintah untuk mmbangun sarana kesehatan yang memadai, karena
selama ini masyarakat hanya menggunakan gedung balai untuk mengecek
kesehatan mereka. Sehingga tahun 2013 termasuk dalam sektor basis , hal
ini disebabkan karena kecamatan pinembani berkontribusi lumayan baik
terhadap PDRB kabupaten yaitu adanya pembangunan sarana seperti
puskesmas ,hotel,rumah makan/Restauran dan sekolah diberbagai desa
yang ada di kecamatan pinembani. Namun pada tahun 2014 sampai tahun
2015 mengalami penurunan sampai masuk kedalam sektor Non-Basis ,hal
ini dikarenakan meski sarana mulai terbangun namun masih ada kekurangan
yaitu pada sarana pasar yang masih belum memadai diketahui bahwa mata
pencarian mereka ditentukan dari pasar tersebut. Selanjutnya bermasalah
dalam bidang prasarana, yang diketahui sampai tahun 2015 perbaikan jelan
belum seutuhnya memadai diakibatkan cuaca buruk yang menimpa

211
membuat jalan menjali longsor dan jembatan banyak yang hilang, sehingga
membuat pembangunan akses jalan terbengkalai akibat perubahan cuaca
dikecamatn ini. Sehingga kontribusinya mulai menurun .

Pada sektor perdagangan ,Hotel dan Restaurant ,untuk perhitungan lQ


tahun 2011 sampai tahun 2015 termasuk kedalam sektor Non-Basis. Hal ini
disbebakan karena kecamatan pinembani merupakan kecamatan yang
berkontribusi sangat sedikit dibandingkan kecamatan lain, hal lain membuat
dia sebagai sektor non-basis adalah tidak adanya pengunjung yang mau
datang ke kecamatan ini karena akses jalan yang hanya bisa dilewati oleh
kendaraan roda dua sehingga membuat Hotel,Restaurant tidak banyak
dikunjungi di kecamatan ini, dan sektor perdagangan juga berpengaruh
karena belum adanya pasar yang cukup memadai untuk para masyarakat
yang ingn berjualan disana.

Perhitungan LQ pada sektor Angkutan dan komunikasi pada tahun 2011


sampai 2015 menurun atau termasuk dalam sektor Non-basis . hal ini terjadi
karena, masyarakat ini sangat kekurangan kendaraan sehingga angkutan
sangat kurang dikecamatan ini, dan kebanyakan dari masyarakat ini
mengangkut menggunakan hewan seperti sapi atau kerbau. Sehingga
kontribusinya sangat rendah terhadap masyarakat. Listrik dan air saja masih
susah ,itu juga berhubungan dnegan jaringan komunikasi, karena kases jalan
mereka yang sangat-sangat memprihatingkan sehingga pemasokan jaringan
komunikasi sangat susah .

Selanjutnya, dilihat dari perhitungan LQ tahun 2011 sampai tahun 2015


pada sektor Keuangan,persewaan, dan Jasa perusahaan memberikan
kontribusi yang sangat rendah terhadap masyarakat akibatnya sektor ini
termasuk kedalam sektor Non-basis, hal ini dikarenakan kecamatan
pinembani kekurangan pengunjung yang mau menyewa hotel dll.
Masyarakat yang berada jauh dipegunungan juga membuat masyarakat
susah untuk memenuhi kebutuhan sehingga keuangan atau penghasilannya
sangat minim sekali. Turut memprihatingkan terutama diakses jalan
dikecamatan ini,sehingga perusahaan hanya sedikit yang datang setiap

212
tahunnya akibatnya jasanya berkurang dan rendah. Semua kontribusi dari
sektor ini membuat perkembangan dikecamatan ini juga sangat rendah.

Demikian pada sektor jasa-jasa,pada perhitungan LQ dapat dilihat tahun


2011 sampai tahun 2012 masuk dalam sektor basis, hal ini terjadi
dikarenakan tahun 2011 sampai 2011 kontribusinya rendah terhadap
masyarakat. Masyarakat pada tahun 2011 sampai 2102 lebih mengutamakn
diri sendiri tanpa menyewa jasa apapun, namun bertambahnya zaman
membuat perubahan pada tahun 2013 sampai tahun 2015 yaitu termasuk ke
dalam sektor basis, dikarenakan semakin bertambah tahun kebutuhan juga
bertambah, semakin besar dan banyaknya sektor jasa yang ad membuat
masyarakat dipinembani ikut menggunakan jasa tersebut, selain
mengurangi beban membuat mereka lebih cepat dalam mengakses
kebutuhan hidup mereka.

Selanjutnya dalam hitungan Efek multiplier dapat dilihat bahwa yang


paling mempengaruhi perkembangan kecamatan pinembani dari tahun 2011
sampai tahun 2015 adalah sektor pertanian dan sektor pertanian merupakan
sektor basis dari tahun ketahun, hal ini disebabkan karena efek dari hasil
produksi tanaman kopi menjadi pokok utama perkembangan, karena kopi
menjadi hasil produksi terbaaik, sehingga produksinya mulai berkembang
sampa keluar kecamatan bahkan terekspor sampai ke ibukota provinsi
sulawesi tengah, hal ini membuat bahwa perkembangan kopi juga menjadi
pendukung utama kepada kecamatan pinembani untuk membuat
perkembangan yang baik buat kecamatannya.

213
c) Banawa

Tabel 4.3 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Banawa

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 0.41 0.40 0.38 0.51 0.36

Pertambangan
2 dan 0.75 0.81 2.01 1.71 1.97
penggalian

Industri
3 0.09 0.09 1.45 1.22 1.40
Pengolahan
Listrik dan
4 0.00 0.00 1.15 0.98 1.12
gas
5 Konstruksi 0.27 0.29 0.98 0.85 1.01
Perdagangan,
6 Hotel dan 0.35 0.35 1.14 0.95 1.07
Restoran

Angkutan dan
7 0.18 0.18 1.38 1.17 1.35
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan,
8 0.19 0.20 1.28 1.08 1.25
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 0.29 0.30 1.15 0.98 1.12
EM - - 1.36 1.97 1.15

Hasil analisis:

Dari hasil perhitungan LQ, pada tahun 2011 hingga tahun 2012,
kecamatan Banawa memiliki 9 sektor non-basis, dikarenakan pada tahun
tersebut belum berkembangnya kecamatan tersebut dan jumlah penduduk
yang terbilang masih sedikit pada tahun tersebut. Dan pada Tahun 2013
semua sektor menjadi sektor basis, kecuali sektor pertanian yang masih
menjadi sektor non-basis, hal ini dikarenakan dikecamatan Banawa
masyarakat hanya sedikit yang menjadi petani dan masyarakat lebih
memilih sebagai pekerja tambang, hal ini dapat dilihat dari sektor
pertambangan dan penggalian yang menjadi sektor basis di kecamatan

214
Banawa, ini menandakan bahwa masyarakat lebih memilih sebagai pekerja
tambang karena hasil tambang dikecamatan Banawa cukup menjanjikan
pada tahun tersebut.

Di sektor lainnya juga mengalami peningkatan, di beberapa sektor yang


awalnya sektor non-basis pada tahun 2013 ini beberapa sektor tersebut
menjadi sektor basis, dapat dilihat di sektor Listrik, Air dan Gas pada tahun
2011 hingga pada tahun 2012, sektor ini dapat dikatakan sebagai sektor non-
basis karena belum ada perkembangan pada sektor tersebut. Namun pada
tahun 2013 sektor ini mengalami peningkatan dan menjadi sektor basis, ini
dikarenakan adanya perkembangan yang signifikan di sektor tersebut.

Pada tahun 2014, sektor dominan di kecamatan Banawa adalah sektor


pertambangan dan penggalian meskipun sedikit mengalami penurunan, ini
dikarenakan mulai menurunnya produksi dari lahan tambang tersebut dan
masyarakat yang semula menjadi penambang mulai berubah profesi. Tidak
hanya di sektor pertambangan, beberapa sektor di kecamatan Banawa
mengalami penurunan. Pada tahun 2015 sektor pertambangan mengalami
peningkatan dan beberapa sektor lainnya juga mengalami peningkatan, ini
dikarenakan adanya perkembangan yang lebih baik dari tahun sebelumnya.

Kecamatan Banawa pada tahun 2011 hingga pada tahun 2012 tidak
memiliki efek multiplier dikarenakan sektor-sektor di kecamatan Banawa
tidak bisa mendorong sektor lain untuk berkembang. Pada tahun 2013
beberapa sektor sudah bisa mendorong sektor lainnya untuk berkembang
dan terus meningkat hingga pada tahun 2014. Pada tahun 2015 efek
multiplier menurun, hal ini dikarenakan karena ada sektor yang menurun
sehingga tidak bisa mendorong sektor lain untuk berkembang.

215
d) Banawa Selatan

Tabel 4.4 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Banawa Selatan

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 1.47 1.52 1.52 0.44 1.57

Pertambangan
2 0.06 0.06 0.14 0.24 0.12
dan
penggalian
Industri
3 0.05 0.05 0.76 1.40 0.81
Pengolahan
Listrik dan
4 - - 0.94 1.69 0.97
gas
5 Konstruksi 0.29 0.30 0.98 1.73 0.96
Perdagangan,
6 Hotel dan 0.28 0.29 1.01 1.85 1.07
Restoran
Angkutan
7 dan 0.09 0.09 0.71 1.27 0.72
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 0.11 0.11 0.75 1.34 0.76
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 0.19 0.19 0.76 1.35 0.77
EM 1.72 1.72 1.44 1.20 1.45

Hasil Analisis :

Pada tahun 2011, sektor pertanian adalah sektor basis, dikarenakan


masyarakat di Kecamatan Banawa Selatan mayoritas menjadi petani, dan
untuk sektor lainnya adalah sektor non-basis, hal ini dikarenakan belum
berkembangnya sektor-sektor tersebut pada tahun 2011. Pada tahun 2012,
sektor pertanian mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena
bertambahnya petani dan hasil panen yang maksimal pada tahun tersebut.
Pada tahun 2013 sektor pertanian tidak mengalami peningkatan, yang
mengalami peningkatan adalah sektor perdagangan, ini dikarenakan mulai

216
berkembangnya sektor perdagangan yang memberikan banyak perubahan
di Kecamatan Banawa Selatan. Pada tahun 2014 sektor pertanian
mengalami penurunan yang sangat signifikan, hal ini dikarenakan adanya
banjir besar yang menghancurkan lahan pertanian, dan membuat para petani
kehilangan pekerjaan dan harus berubah profesi. Dapat dilihat sektor
perdagangan mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan sektor ini sudah
bisa memenuhi permintaan pasar di dalam daerah dan mulai mengekspor ke
luar daerah.

Pada tahun 2015 sektor pertanian mengalami peningkatan yang


signifikan, sektor ini mulai berkembang agar dapat memenuhi permintaan
pasar di dalam daerah. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar di
PDRB kecamatan Bawana Selatan.

Kecamatan Banawa Selatan efek multiplier melibihi 1 yang artinya


setiap sektor bisa menciptakan atau mendorong sektor lain untuk
berkembang sehingga dapat menggandakan keuntungan bagi Kecamatan
Banawa Selatan.

e) Banawa Tengah

Tabel 4.5 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Banawa Tengah

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 1,25 1,25 1,26 1,28 1,30
Pertambangan
2 dan 0,21 0,20 0,19 0,19 0,18
penggalian
Industri
3 1,12 1,14 1,15 1,16 1,18
Pengolahan
Listrik dan
4 0,74 0,75 0,74 0,74 0,74
gas
5 Konstruksi 1,03 1,03 1,04 1,04 1,04

217
Perdagangan,
6 Hotel dan 1,11 1,11 1,11 1,10 1,10
Restoran
Angkutan dan
7 0,69 0,70 0,71 0,71 0,72
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1,02 1,02 1,02 1,01 1,01
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1,15 1,15 1,16 1,17 1,16
EM 1,079 1,08 1,08 1,08 1,08

Hasil Analisis:

Pada tahun 2011 rata-rata di Kecamatan Sirenja diperoleh analisis hanya


sebesar satu sampai dua persen saja. Jika kita lihat pada tabel yang menjadi
sektor basis pada tahun 2011 adalah yang berwarna kuning yaitu pertanian,
industri pengolahan, konstruksi, perdagangan hotel dan restoran, keuangan
persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa. Itu dikarenakan sektor
pertanian berkontribusi besar dan memiliki pemasukan yang baik pada
Kecamatan Banawa Tengah seperti yang kita tau bahwa sebagian lahan dan
masyarakatnya digunakan dan bekerja di bidang pertanian, dan merupakan
sektor yang paling dominan. Sektor industri pengolahan juga menjadi sektor
basis pada tahun 2011, itu dikarenakan selain menjadi petani, banyak
masyarakat disana yang bekerja di industri pengolahan kecil seperti bengkel
serta kerajinan rumah tangga. Sektor konstruksi juga menjadi sektor basis
pada tahun ini. Itu dikarenakan pada tahun ini Kecamatan Banawa Tengah
sedang dalam pengembangan desa yang otomatis pemerintah pun
membangun fasilitas-fasilitas yang belum tersedia yang sangat dibutuhkan
masyarakat seperti jalan dan jembatan, dan pembangunan ini tentu
membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak sehingga menjadi mata
pencaharian alternatif masyarakat. Sektor perdagangan sangat didominasi
oleh pedagang eceran yang membuka kios-kios kecil maupun sedang yang
setiap tahun akan terus bertambah, selain itu daya Tarik pariwisata di
Kecamatan ini juga cukup menjadi salah satu sektor yang menjadi

218
penunjang dalam perekonomian di Banawa Tengah karena dengan adanya
pariwisata masyarakat dapat menjual dagangannya seperti hasil anyaman
kepada para pengunjung. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
juga merupakan sektor basis, seperti yang dijelaskan bahwa kecamatan ini
dalam prsoes pengembangan wilayah sehingga terjadi pembangunan yang
dimana pembangunan ini membutuhkan jasa-jasa perusahaan dan jasa
swasta kemudia masyarakat yang memiliki kendaraan membuka jasa
sebagai ojek. Dan sektor terakhir yang menjadi sector basis di Kecamatan
Banawa Tengah adalah sektor jasa-jasa sama seperti pada sektor keuangan
sebelumnya, bahwa jasa yang paling besar digunakan adalah jasa
perusahaan dan swastanya, selain dari jasa dalam hal konstruksi, jasa lain
seperti dalam hal pertanian juga termasuk. Contoh jasa dalam hal pertanian
adalah jasa tengkulak, jasa menggiling dan jasa pengangkutan hasil
pertanian.

Pada tahun 2012 tidak ada kenaikan yang signifikan, karena angka LQ
hanya bermain pada 0-1% saja. Penggolongan sektor basis dan non basis
pun masih sama seperti tahun 2011. Bahkan beberapa sektornya nilai LQ
nya tetap dan tidak ada perubahan dan perbedaan dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Yang berubah hanyalah sektor basis industri pengolahan, yang
mengalami kenaikan yakni dari 1,12 menjadi 1,14. Alasannya kenaikan di
sektor ini karena semakin banyaknya masyarakat yang membuka usaha
bengkel kecil dan membuat anyaman yang dimana kegiatan tersebut
termasuk dalam industri kecil dalam industri pengolahan.

Sedangkan untuk tahun 2013-2015 juga masih sama seperti tahun-tahun


sebelumnya, sektor-sektor basisnya pun tetap pada keenam sektor hanya
saja beberapa sektor basis tersebut angkanya mengalami perubahan baik itu
karena penurunan maupun peningkatan. Sektor yang mengalami kenaikan
yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi.
Kenaikan pada sektor-sektor khususnya pada sektor pertanian karena setiap
tahunnya penghasilan masyarakat dalam bertani maupun beternak
mengalami peningkatan. Masyarakat yang bertani mengalami peningkatan
hasil panen dari tahun sebelumnya, dan masyarakat yang berkebun

219
menambah jenis tanaman mereka, tanaman tersebut tumbuh subur sehingga
meningkatkan hasil panen dan pendapatan masyarakat. Sedangkan dalam
hal peternakan dan pertanian, masyarakat pada tahun ini banyak beternak
hewan seperti sapi dan kambing yang jika dijual harganya cukup tinggi, dan
kalau perikanan masayrakat disini sudah dibantu pemerintah yakni dengan
dibangunnya tambak ikan untuk membantu nelayan di kecamatan ini.

Untuk sektor lain yang tergolong non basis seperti sektor listrik dan gas,
pertambangan dan penggalian, angkutan dan komunikasi. Ketiga sektor
tersebut tidak masuk dalam sektor basis dikarena sektor tersebut sedikit
berkonstribusi dalam ekonomi Banawa Tengah. Nilai sektor non basis
terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian karena untuk jenis
tanah disana kurang subur untuk diadakannya kegiatan pertambangan dan
penggalian karena hasil dari pertambangan dan penggalian disana tidak
cukup banyak dan harga jual hasil tambangnya juga cukup rendah selain
dari faktor lahan yang kurang mumpuni untuk kegiatan pertambangan. Serta
untuk sektor listrik, memang jasa PLN sudah tersebar di seluruh desa di
Banawa Tengah tetapi karena perekonomian masyarakat disana termasuk
kategori menengah kebawah, banyak masyarakat yang belum mampu untuk
menyambung listrik kerumah mereka dan juga aktivitas masyarakatnya
tidak bergantung pada listrik mereka lebih banyak menggunakan tenaga
manual seperti menganyam secara tradisional dengan tangan yang
menggunakan tenaga manusia, sedangkan untuk air karena daerah ini
daerah pegunungan yang kaya akan air maka masyarakat memanfaatkan
sumber mata air tersebut sehingga hanya sebagian kecil masyarakat yang
menggunakan jasa PDAM.

Pada tabel efek multiplier angka yang diperoleh berturut-turut adalah


1,079, 1,08, 1,08, 1,08, 1,08. Efek Multiplier adalah efek dalam ekonomi di
mana peningkatan pengeluaran nasional mempengaruhi pendapatan dan
konsumsi menjadi lebih tinggi dibandingkan jumlah sebelumnya. Dapat
dilihat, efek multiplier mampu mendorong sector lain berkembang. Sector
yang mampu mendorong sector lain berkembang adalah yang menjadi
sector basis pada setiap tahunnya di analisis LQ. Contoh, pengembangan

220
pariwisata di Kecamatan Sojol yakni dengan membangun fasilitas-fasilitas
yang mampu menunjang pariwisata serta memberi edukasi kepada
masyarakat tentang bagaimana memanfaatkan wisata yang ada serta
memperkenalkan wisata daerah ke luar daerah sehingga mampu
meningkatkan jumlah wisatawan yang ingin berkunjung. Secara tidak
langsung, pengembangan wisata baru itu akan mempengaruhi keuangan
seperti penghasilan baik itu masyarakat, daerah maupun pihak swasta dan
perusahaan, dan pembangunan seperti restoran dan hotel disekitar tempat
wisata itu.

f) Labuan

Tabel 4.6 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Labuan

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 0.75 0.74 0.74 0.73 0.72

Pertambangan
2 dan 2.42 2.44 2.44 2.45 2.45
penggalian

Industri
3 0.78 0.77 0.76 0.75 0.74
Pengolahan
Listrik dan
4 0.91 0.91 0.90 0.89 0.88
gas
5 Konstruksi 0.87 0.86 0.84 0.83 0.82
Perdagangan,
6 Hotel dan 0.75 0.74 0.73 0.71 0.69
Restoran
Angkutan
7 dan 0.72 0.72 0.72 0.72 0.71
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 0.49 0.49 0.48 0.47 0.47
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 0.82 0.81 0.80 0.80 0.78
EM 2.850 2.79 2.72 2.64 2.56

221
Hasil Analisis:

Berdasarkan Location Quotient (LQ) di Kecamatan Labuan, dapat kita


lihat bahwa sektor basis di Kecamatan Labuan adalah sektor pertambangan
dan penggalian, yang di mana nilai LQ pada kecamatan ini terus meningkat
tiap tahunnya dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Sehingga sektor ini
memiliki pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi di kecamatan ini,
memberi kontribusi besar pada masyarakat, serta memiliki potensi untuk
mengeskpor ke daerah lain. Hal ini dikarenakan terdapat 19 perusahaan
pertambangan di kecamatan ini, beberapa diantaranya: PT. Intan Megalit,
PT. Mapalus Jaya, PT. Wahana, PT. Adas Sejahtera, PT. Joyomi, PT.
Labuan Lelea Ratan, PT. Putra Labuan, PT. Surya Labuan Sari, PT. Adi
Rahmat Mandiri, PT. Labuan Putra Kor, PT. AJK, PT. Labuan Mini, PT.
Sarana Abadi, PT. Panimba Perkasa, PT. Kosuneng, CV. Tri Remetana
Labuan, PT. Kurnia Batu Alam. Karena memiliki banyak perusahaan
pertambangan, maka sektor ini mampu menambah banyak pertumbuhan
ekonomi di kecamatan ini.

Sektor listrik dan gas menempati peringkat kedua tertinggi nilai LQ


setelah pertambangan dan penggalian. Tetapi sektor ini bukan merupakan
sektor basis melainkan sektor non basis. Hal ini di karenakan daerah ini
sangat membutuhkan ketersediaan energy untuk menunjang kebutuhan
rumah tangga atau masyarakat. Sejauh ini masyarakat sering mengalami
kesulitan dalam mengakses energy khususnya LPG untuk kebutuhan rumah
tangga dikarenakan tidak adanya energy yang memadai, sehingga masih
mengharapkan impor dari daerah lain. Karena susahnya mendapatkan aksen
energy khususnya LPG, pemerintah Donggala membangun depot Liquid
Petroleum Gas (LPG) di Desa Salumbone, Kecamatan Labuan, sebagai
upaya penyediaan energy di daerah tersebut. Sehingga masyarakat tidak lagi
mengalami kesulitan dalam penyediaan kebutuhan energy, khususnya LPG.
Selain itu, pembangunan depot LPG menjadi upaya pemerintah Donggala

222
dalam penyediaan lapangan pekerjaan, sehingga dapat mempekerjakan atau
merekrut tenaga kerja dari kecamatan ini, untuk mengurangi pengangguran.

Pada tabel efek multiplier dapat dilihat bahwa yang paling memengaruhi
perkembangan Kecamatan Labuan dari tahun 2011-2015 adalah sektor
pertambangan dan penggalian, dimana sektor tersebut merupakan sektor
basis dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan banyak nya perusahaan
pertambangan yang berkembang di kecamatan ini.

g) Tanantovea

Tabel 4.7 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Tanantovea

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 0,89 0,89 0,88 0,88 0,88
Pertambangan
2 dan 0,48 0,46 0,45 0,43 0,41
penggalian
Industri
3 0,84 0,84 0,84 0,83 0,83
Pengolahan
Listrik dan
4 1,21 1,21 1,22 1,22 1,23
gas
5 Konstruksi 0,84 0,84 0,84 0,84 0,83
Perdagangan,
6 Hotel dan 1,59 1,60 1,62 1,66 1,68
Restoran
Angkutan dan
7 1,31 1,30 1,30 1,30 1,29
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1,96 1,98 2,01 2,02 2,04
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1,11 1,12 1,12 1,13 1,14
EM 2,132 2,11 2,08 2,05 2,00

223
Hasil Analisis:

Nilai LQ sektor pertanian di Kecamatan Tanantovea pada tahun 2011


dan 2012 adalah 0,89 dan pada tahun 2013, 2014 dan 2015 menurun
menajadi 0,88. Penurunan ini disebabkan karena berkurangnya hasil
produksi pertanian di Kecamatan Tanantovea. Sektor pertanian merupakan
sektor non basis disebabkan hasil sektor pertanian hanya mampu memenuhi
kebutuhan pasar di Kecamatan sendiri dan tidak mampu untuk merambah
daerah lain. Bahkan diperlukan distribusi dari luar daerah untuk mencukupi
kebutuhan masyarakat Kecamatan Tanantovea.

Untuk sektor pertambangan dan penggalian mempunyai nilai LQ yang


selalu menurun dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Dengan nilai berturut –
turut 0,48 , 0,46 , 0,45 , 0,43 dan 0,41 yang merupakan sektor non basis.
Penurunan nilai LQ ini karena nilai sektor yang diberikan sektor
pertambangan masih tergolong kecil akibat potensi yang masih terbatas dan
tidak mampu untuk di distribusikan di luar Kecamatan Tanantovea.

Nilai LQ sektor industri tahun 2011, 2012, dan 2013 stabil di angka
0,84 dan pada tahun 2014 dan 2015 menrun menjadi 0,83. Yang
menyebabkan sektor industri pengolahan termasuk sektor non basis.
Penurunan nilai LQ disebabkan berkurangnya hasil olahan pangan karena
gagal panen akibat banjir. Industri yang ada di Tanantovea contohnya
industri batu bata dan industri konveksi masih belum bisa bersaing di daerah
lain dan hanya mampu melayani pasar sekitar Kecamatan Tanantovea.

Untuk sektor listik dan gas angka LQ tetap berada di angka 1,21 di
tahun 2011 dan 2012 . Angka 1,22 di tahun 2013 dan 2014 kemudian
kembali naik menjadi 1,23 di tahun 2015 menjadi 1,23. Peningkatan ini
disebabkan semakin berkembangnya sarana dan prasarana sektor listrik dan
gas. Dengan angka lebih dari 1, menyatakan bahwa sektor listrik dan gas
merupakan sektor basis. Yang dimana mampu untuk memeuhi kebutuhan
akan listrik dan gas di Tanantovea sendiri. Serta memiliki sektor listrik dan

224
gas mempunyai potensi untuk menghasilkan produk/jasa di luar Kecamatan
Tanantovea.

Sektor kontruksi merupakan sektor non basis di Kecamatan


Tanantovea karena memiliki nilai LQ kurang dari 1 yaitu bernilai 0,84 di
tahun 2011,2012,2013 dan 2014. Di tahun berikutnya yaitu tahun 2015 LQ
sektor konstruksi sedikit menurun menjadi 0,83. Sektor ini hanya masih bisa
memenuhi kebutuhan di Kecamatan Tannatovea sendiri dan belum bisa
memenuhi di luar daerah selain Kecamatan Tanantovea. Untuk
mendapatkan bahan – bahan kontruksi harus didatangkan dari luar terlebih
dahulu dan pembangun bangunan yang tergolong sedikit dan lambat
menyebabkan sektor konstruksi tidak bisa menjadi potensi yang bisa
dimanfaatkan di Kecamatan Tanantovea.

Untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kecamatan


Tanantovea mempunyai nilai LQ yang mengalami kenaikan angka dari
tahun 2011 hingga tahun 2015. Yaitu bernilai 1,59 pada tahun 2011, nilai
1,60 tahun 2012, 1,62 pada 2013. Serta pada tahun 2014 dan 2015
mempunyai nilai LQ sebesar 1,66 dan 1,68. Sektor perdagangan merupakan
sektor basis yang mempunyai potensi untuk dikembangkan baik untuk
daerah Kecamatan Tanantovea sendiri maupun diluar Tanantovea. Hal ini
disebabkan perdagangan merupakan faktor utama penggerakan ekonomi di
Kecamatan Tanantovea.

Sektor angkutan dan komunikasi merupakan sektor basis walau


mempunyai nilai LQ yang terus menurun dari tahun 2011 hingga tahun 2015
yaitu sebesar 1,31 1,30 1.30 1,30 dan 1,29. Sektor angkutan dan komunikasi
memliki potensi untuk dilakukan di luar Kecamatan Tanantovea karena
berkembangnya sarana prasarana transportasi dan jaringan komunikasi
dengan baik. Sehingga berpotensi untuk di pasarkan di kecamatan lain antar
Kabupaten Donggala.

Untuk sektor keuangan memiliki nilai LQ yang selalu meningkat


untuk tahun 2011 hingga tahun 2015. Yaitu bernilai 1,96 1,98 2,01 2,02
2,04. Sektor keuangan ini merupakan sektor basis. Dimana sektor keuangan

225
merupakan sektor yang berpotensi dan memberikan kontribusi tebesar
untuk Kecamatan Tanantovea dibandingkan antar kecamata lainnya. Salah
satu kontribusi terbesar untuk sektor keuangan adalah pemungutan hasil
pajak.

Untuk sekor perjasaan dengan angka LQ tahun 2011 yaiitu 1,11 dan
tahun 2012 serta 2013 adalah 1,12. tahun 2014 kembali meningkat menjadi
1,13 dan tahun 2015 menjadi 1,14. Yang dimana karena LQ tersebut lebih
besar daripada 1 maka sektor perjasaan maka sektor perjasaan masuk sektor
basis. Sektor perjasaan bisa melayani pemasaran di Kecamatan Tanantovea
dan kecamatan lainnya. Karena berkembangnya berbagi jasa yang
ditawarkan kepada para penduduk Kecamatan Tanantovea baik jasa
pemerintah ataupun jasa sosial lainnya. Selain itu, dengan naiknya
perkekonomian di sektor perdagangan, industri dan pertanian juga
mempengaruhi sektor perjasaan.

Efek multiplier adalah efek yang dapat menciptakan atau mendorong


sektor lain untuk berkembang sehingga dapat menggandakan keuntungan.
Efek Multiplier yang terjadi di Kecamatan Tanantovea terus menurun dari
tahun 2011 hinga tahun 2015 dengan nilai 2,13 pada tahun 2011 , 2,11 untuk
tahun 2012, dan 2,08 untuk tahun 2013 serta tahun 2014 dan 2015 yang
bernilai 2,05 dan 2,00. Berkurangnya efek multiplier ini akibat dari
gagalnya sektor basis mendorong sektor nonbasis yang lain untuk
berkembang. Salah satunya adalah sektor pertanian walaupun aksesibilitas
dan perdagangan memadai namun banjir yang terjadi di Tanantovea
membuat hasil produksi pertanian menurun. Pada sektor pertambangan
tidak berkembang walaupun sektor perjasaan dan perdagangan berkembang
karena buruknya pengelolaan tambang sehingga tidak bisa meningkatkan
sektor pertambangan. Hal yang sama berlaku juga untuk sektor industri
pengolahan dan kontruksi yang tidak berkembang diakibatkan kurangnya
bahan baku yang harus terlebih dahulu di datangkan dari luar.

226
h) Sindue

Tabel 4.8 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Sindue

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 1.21 1.22 1.23 1.24 1.24

Pertambangan
2 dan 0.51 1.50 0.51 0.48 0.48
penggalian

Industri
3 1.29 1.29 1.37 1.32 1.33
Pengolahan
Listrik dan
4 1.04 1.04 1.10 1.05 1.06
gas
5 Konstruksi 1.25 1.27 1.35 1.30 1.32
Perdagangan,
6 Hotel dan 0.66 0.66 0.69 0.65 0.65
Restoran

Angkutan dan
7 1.17 1.17 1.23 1.18 1.19
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan,
8 0.62 0.61 0.64 0.60 0.60
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1.00 1.00 1.05 1.00 1.01
EM 1.39 1.22 1.22 1.39 1.23

Hasil Analisis:

Pada tabel diatas merupakan hasil perhitungan LQ kecamatan sindue,


ada terdapat 5 sektor basis pada tahun 2011 dan 2014 dan 6 sektor basis
pada tahun 2012, 2013, dan 2015. Yaitu sektor pertanian, industri, listrik
dan gas, konstruksi, angkutan komunikasi, serta jasa-jasa. Dimana yang kita
ketahui bahwa masyarakat penduduk kecamatan sindue mata
pencahariannya sebagian besar ada pada pertanian. Dengan pontesi daerah
pada bidang pertanian yang cukup besar membuat pemerintah melakukan

227
berbagai program untuk meningkatkan sektor ini. Dapat dilihat pada tabel
diatas bahwa terjadi peningkatan setiap tahunnya di sektor pertanian.
Sementara itu, kontribusi utama sektor pertanian terhadap pembangunan
nasional telah berhasil secara nyata meningkatkan penyediaan bahan
pangan, menciptakan kesempatan untuk bekerja, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, serta menunjang sektor non pertanian melalui
penyediaan bahan baku untuk industri pengolahan. Dengan demikian, maka
posisi sektor pertanian semakin kuat sebagai pendukung perkembangan
industri untuk perekonomian yang semakin seimbang. Di Kecamatan
Sindue tercatat industry kecil sebanyak 7 unit, yang terdapat di Desa Dalaka
sebanyak 5 buah dan Desa Toaya sebanyak 2 unit. Sementara itu yang
termasuk kerajinan rumah tangga sebanyak 23 unit. Dengan adanya sektor
industri pengolahan pendapatan atau PDRB kecamatan sindue meningkat
disetiap tahun nya.

Pada sektor lainnya terdapat yang tidak basis atau non basis
pertambangan dan penggalian pada sektor ini masih dalam tahap
berkembang dengan potensi sumber daya yang pemerintah ketahui maka
sedikit demi sedikit pemerintah dan swasta masih dalam tahap penggalian
lubang-lubang baru demi mendapatkan sumber daya yang lebih dan
tentunya harus mengikuti prosedur atau kebijakan yang telah ditentukan.
Selain itu juga ada pada sektor perdagangan dan perhotelan dikarenakan
masyarakat lebih memilih untuk mengekspor produk mereka keluar daerah
demi mendapatkan keuntungan yang lebih besar . Prasarana pemasaran di
Kecamatan Sindue masih sangat kurang, sehingga merupakan kendala bagi
masyarakat umum karena transportasi yang begitu sulit antar desa sehingga
untuk memasarkan hasil komoditi pertanian/perkebunan ke desa yang
memiliki sarana pemasaran di Kecamatan Sindue hanya dua buah yaitu di
Desa Toaya yang merupakan pasar pagi dan pasar sore. Di desa-desa
lainnya belum ada pasar yang dibangun baik yang bersifat permanen
maupun darurat. Untuk memasarkan produksi hasil pertanian maupun
perikanan biasanya penduduk langsung menjual kepada pedagang
pengumpul secara proaktif dating kedesa-desa. , pada sektor perhotelan

228
dikecamatan sindue masih kurang dikarenakan daerah yang masih kecil dan
pewisata yang kurang berminat atau belum mengetahui potensi alam di
sindue sehingga pada sektor perhotelan tidak terlalu diutamakan oleh
pemerintah.

Dari tabel efek multiplier dari tahun 2011-2015 terjadi penurunan dan
peningkatan di tahunnya masing-masing. Dapat dilihat pada tahun 2011 EM
mencapai tingkat 1.39% pada tahun 2011 ada yang rata-rata 6 sektor, dan
sektor pertanian yang paling berkembang dan industri pengolahan yang
termasuk salah satunya sektor basis sama halnya pada tahun 2014 sebesar
1.39% sektor pertanian dan industri pengolahan yang paling menonjol
diantara lainnya mengingan sebagian besar masyarakat di kecamatan sindue
perprofesi sebagai petani dan bekerja di pabrik.

i) Sindue Tambusabora

Tabel 4.9 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Sindue Tambusabora

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 0,93 0,91 0,90 0,89 0,90

Pertambangan
2 1,66 1,70 1,72 1,73 1,79
dan
penggalian
Industri
3 1,20 1,20 1,20 1,21 1,25
Pengolahan
Listrik dan
4 0,71 0,71 0,72 0,72 0,74
gas
5 Konstruksi 0,94 0,96 0,97 0,97 1,00

229
Perdagangan,
6 Hotel dan 0,65 0,64 0,64 0,64 0,66
Restoran
Angkutan
7 dan 1,15 1,16 1,17 1,18 1,23
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 0,49 0,49 0,49 0,48 0,49
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1,01 1,00 1,01 1,02 0,82
EM 2,521 2,47 2,44 2,41 3,43

Hasil Analisis:

Dapat dilihat tabel diatas bahwa dari tahun 2011 hingga 2014 kecamatan
Sindue Tambusabora mempunyai 4 sektor basis dan tahun 2015 dengan 3
sektor basis. Sektor yang menjadi basis pada tahun 2011 hingga 2014 yaitu,
pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, angkutan dan
komunikasi, serta jasa jasa. Pada tahun 2015 menurun menjadi 3 dikarena
pada tahun 2015 sektor jasa jasa mengalami penurunan lq yang semula
diatas 1 pada tahun 2011 hingga 2014 menjadi 0,82 ditahun 2015. Hal ini
disebabkan karena pada tahun ini jasa jasa yang ada di Kecamatan Sindue
Tambusabora ini yang tahun sebelumnya menjadi sektor basis dengan
munculnya berbagai jasa jasa untuk masyrakat menjadi minim yang
beroperasi sehingga mengakibatkan penurunan lq ditahun 2015. Untuk
sektor basis pertambangan dan penggalian disebabkan karena adanya
perusahaan perusahaan yang masih beroperasi hingga tahun 2015 meskipun
hasil produksi yang didapatkan tidak terlalu banyak tetapi setiap tahunnya
mampu menumbuhankan perekonomian wilayah di Kecamatan ini dengan
grafik yang setiap tahun meninggkat. Untuk sektor basis indutri pengolahan

230
disebabkan karena sudah mulai berkembangnya sektor industri pengolahan
dan masyarakat pun mau ikut terjun dalam sektor industri ini, contohnya
tukang kayu, jasa menjahit, tukang emas, dan salon kecantikan serta
kerajinan menganyam. Untuk sektor angkutan dan komunikasi disebabkan
karena sudah mudahnya aksesbilitas yang ada di Kecamatan ini seperti
pembangunan jembatan permanen, jembatan semi permanen dan jembatan
darurat yang masing masing berjumlah 14, 8, dan 2 buah dengan panjang
total 663 meter dan Kecamatan ini juga dilintasi oleh jalan provinsi sehingga
kendaraan bermotor mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, juga
komunikasi di Kecamatan Sindue Tambusabora sudah dapat menggunakan
telepon genggam yang dapat memudahkan masyarakat dalam mencari
informasi.
Pada tabel efek multiplier angka yang diperoleh berturut turut dari tahun
2011 hingga 2015 adalah 2,521, 2,47, 2,44, 2,41, dan 3,43. Efek multiplier
mampu mendorong sector lain berkembang. Sector yang mampu
mendorong sector lain berkembang adalah yang menjadi sector basis pada
setiap tahunnya di analisis LQ

j) Sindue Tobata

Tabel 4.10 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Sindue Tobata

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 0,95 0,95 0,95 0,94 0,97

Pertambangan
2 1,32 1,32 1,33 1,33 1,37
dan
penggalian
Industri
3 0,98 0,97 0,96 0,96 0,94
Pengolahan
Listrik dan
4 0,75 0,74 0,75 0,80 0,77
gas
5 Konstruksi 0,92 0,92 0,93 0,94 0,97

231
Perdagangan,
6 Hotel dan 0,76 0,77 0,78 0,79 0,82
Restoran
Angkutan
7 dan 1,20 1,20 1,20 1,20 1,23
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 0,58 0,58 0,58 0,57 0,58
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1,24 1,23 1,23 1,23 0,98
EM 2,94 2,93 2,92 2,90 4,19

Hasil Analisis:

Dari hasil perhitungan LQ, terdapat tiga sektor besar,yaitu sektor


basis atau sektor unggulan di kecamatan Sindue dalam rentan waktu 2011-
2015 yang mana ketiga sektor tersebut adalah sektor Pertambangan dan
penggalian ,Angkutan dan Komunikasi , dan Jasa-jasa.

Untuk sektor pertambangan dan penggalian sendiri merupakan sektor


yang unggulan di kecamatan Sindue Tobata hal ini di picu oleh masih
banyak nya sumber daya alam yang ada disana khusunya hasil bumi seperti
emas,mineral,batu bara dan lain sebaginya sehingga menyebakan
masyarakat cenderung mengarah ke sana,dan menjadi kebutuhan yang di
cari cari masayarakat dikecamatan Sindue Tobata.

Selanjutnya sektor basis lain yaitu sektor angkutan dan komunikasi


hal ini di pengaruhi oleh semakin meningkatnya pertumbuhan
masyarakat,maka semakin cenderung masyarakat memenuhi kebutuhan nya
dengan sektor ini,dan juga di tinjau dari faktor pembangunan yang semakin
di kembangkan otomatis sektor ini pun kena imbasnya dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat sehari hari.

Dan yang terakhir adalah sektor jasa-jasa,sektor ini menjadi sektor


unggulan karena masyarakat banyak memanfaatkan jasa lainnya sebagai
pendukung dari kegiatan ekonomi masyarakat dan adanya adaptasi terhadap

232
perubahan yang terjadi,khususnya adaptasi terhadap pembaharuan
pengembangan pembangunan.

Untuk sektor yang non basis atau tidak unggulan terdapat pada
sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan. Yang mana sector ini
belum mampu bersaing dengan sektor sektor lain yang lebih dominan di
daerah kecamatan Sindue Tobata dan sektor ini jugabelum mampu
memberikan pelayanan dan pemenuhan dalam kebutuhan masyarakat
kecamatan Sindue Tobata.

Kecamatan Sindue Tobata mencapai efek mulitiflier melebihi 2,bahkan


mencapai angka 4 hal ini berarti Kecamatan Sindue Tobata dapat memberi
dukungan yang cukup besar dan berpengaruh dalam pertumbuhan PDRB di
daerahnya dan memberikan efek adanya kemajuan kesejahteraan dari
sektor-sektor basis di daerah tersebut.

k) Sirenja

Tabel 4.11 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Sirenja

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 0,96 0,97 0,97 0,97 0,93

Pertambangan
2 1,23 1,22 1,21 1,21 1,15
dan
penggalian
Industri
3 1,04 1,05 1,05 1,05 1,01
Pengolahan
Listrik dan
4 1,12 1,13 1,13 1,12 1,08
gas
5 Konstruksi 0,95 0,95 0,94 0,94 0,90

233
Perdagangan,
6 Hotel dan 1,07 1,07 1,07 1,07 1,02
Restoran
Angkutan
7 dan 0,92 0,93 0,92 0,93 0,89
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1,01 1,01 1,00 0,99 0,94
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 0,85 0,84 0,84 0,84 1,23
EM 2,868 2,86 3,21 3,16 2,30

Hasil Analisis:

Pada tahun 2011 rata-rata di Kecamatan Sirenja diperoleh analisis hanya


sebesar nol sampai satu persen saja. Jika kita lihat pada tabel yang menjadi
sektor basis pada tahun 2011 adalah pertambangan dan penggalian, sektor
listrik dan gas, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Itu dikarenakan sector
pertambangan dan penggalian berkontribusi besar dan memiliki pemasukan
yang baik pada Kecamatan Sirenja. Meskipun hasil tambang yang
ditemukan tidak banyak, namun tidak dipungkiri bahwa sector
pertambangan membawa pengaruh yang besar bagi perekonomian disana.
Sector listrik dan gas juga menjadi sector basis pada tahun 2011, itu
dikarenakan penyediaan listrik di Kecmatan Sirenja sudah mampu
memenuhi kebutuhan masyarakatnya dan mampu memberikan kontribusi
didalam pendapatan ekonomi disana. Sector perdagangan, hotel, dan
restoran juga menjadi sector basis pada tahun ini. Itu dikarenakan pada
sector ini sector perdagangan sangat didominasi oleh pedagang eceran dan
membuka kios yang setiap tahun akan terus bertambah dan menjadi sector
yang mampu diperhitungkan dalam pertumbuhan perekonomiannya. Dan

234
sector terakhir yang menjadi sector basis di Kecamatan Sirenja adalah sector
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sector ini dikatakan sector basis
karena terdapatnya bank disana, kemudian banyak masyarakat yang
menyewa kios untuk berdagang dan pada sub sector jasa telah terdapatnya
koperasi disana yang sangat bisa diandalkan dalam membantu
perekonomian masyarakat disana.

Pada tahun 2012 sektor pertambangan dan penggalian tetap mampu


dikatakan menjadi sector basis. Sector industry pada tahun 2012 berubah
menjadi sector basis setelah pada tahun 2011 sektor ini bukan merupakan
sector basis. Sector industry bias dikatakan sector basis dikarenakan pada
tahun tersebut industry mempunyai perkembangan yang pesat dalam
perekonomian disana. Sector industry mampu membagi sector ini menjadi
industry besar, sedang dan kecil yang pasti akan menyerap tenaga kerja
seperti yang kita ketahui terdapat industry pengolahan dan industry seperti
anyaman dan sebagainya. Pada tahun 2012 sektor listrik dan gas, sector
perdagangan, hotel, dan restoran, dan sector Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan tetap mampu menjadikan sector ini menjadi sector basis.

Pada tahun 2014 dan 2015 sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan tidak dikatakan menjadi sector basis, selah sebelumnya pada
tahun 2011 sampai pada tahun 2013 sektor ini dikatakan sector basis. Hal
ini dikarenakan Lembaga keuangan disana tidak berkembang dari tahun
sebelumnya sementara perekonomian setiap tahunnya pasti meningkat.
Kemudian pada tahun 2015 ada kekeliruan pemerintah dalam menetapkan
wajib pajak pada desa sipi sehingga mengalami peningkatan.

Pada tahun 2015 sektor jasa menjadi sector basis di Kecamatan Sirenja
setelah pada tahun 2011 sampai tahun 2014 sektor ini tidak dikatakan sector
basis. Sector ini mampu memperoleh amgka pada analisis lq sebesar 1,23
dan disebabkan oleh terjadinya peningkatan jumlah pasar disana yang kita
ketahui juga bahwa pasar menjadi salah satu tempat terjadinya transaksi
barang maupun jasa.

235
Pada tabel efek multiplier angkay yang diperoleh berturut turut adalah
2,868, 2,86, 3,21, 3,16, dan 2,30. Efek multiplier mampu mendorong sector
lain berkembang. Sector yang mampu mendorong sector lain berkembang
adalah yang menjadi sector basis pada setiap tahunnya di analisis LQ.

l) Balaesang

Tabel 4.12 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Balaesang

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 1,11 1,11 1,11 1,12 1,15
Pertambangan
2 dan 0,19 0,18 0,18 0,17 0,17
penggalian
Industri
3 0,84 0,84 0,85 0,84 0,87
Pengolahan
Listrik dan
4 1,17 1,16 1,15 1,14 1,17
gas
5 Konstruksi 1,13 1,12 1,12 1,11 1,14
Perdagangan,
6 Hotel dan 1,25 1,25 1,24 1,24 1,27
Restoran
Angkutan dan
7 0,90 0,89 0,88 0,87 0,88
Komunikasi

Keuangan,
8 1,50 1,50 1,52 1,53 1,58
Persewaan,

236
dan Jasa
Perusahaan

9 Jasa-jasa 1,03 1,05 1,05 1,05 0,85


EM 1,109 1,11 1,11 1,11 1,24

Hasil Analisis:

Pada tabel analisis LQ kita bias melihat mana yang menjadi sektor basis
dan non basis. Sektor pertanian mampu menjadi sector basis selama lima
tahun yaitu dari tahun 2011 sampai tahun 2015 itu dikarenakan sector
pertanian mampu meningkatkan produksi hasil pertanian padi pada setiap
tahunnya dimana kita ketahui bahwa padi merupakan makanan pokok utama
masyarakat. Selain itu pada sub sector perkebunan, Kecamatan Balaesang
mampu menanam lima komoditas unggulan yaitu kelapa, kopi, cengkeh,
coklat, dan lada. Dimana lima jenis tanaman tersebut mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi dan bisa membawa perekonomian menjadi lebih baik
lagi.

Sektor listrik dan gas juga menjadi sector basis pada tahun 2011 sampai
tahun 2015, itu dikarenakan PLN sudah mampu menyalurkan listrik dengan
baik di Kecamatan Balaesang sehingga akan berpengaruh pada
perekonomian serta penyediaan gas sudah dapat dirasakan dengan baik oleh
masyarakat Balaesang. Sector kontruksi juga menjadi sector basis selama
lima tahun itu dikarenakan terus terjadi pembangunan meskipun tidak
terlalu cepat.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga menjadi sector basis


selama tahun 2011 sampai pada tahun 2015 itu dikarenakan perdagangan
menjadi sector yang pasti dicari oleh masyarakatnya dimana sector ini

237
mampu untuk meningkatkan perekonomian meskipun banyak terdapat
pedagang yang masih dikatakan tidak terlalu besar.

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan juga menjadi sector


basis pada Kecamatan Balaesang selama lima tahun yaitu dari tahun 2011
sampai tahun 2015. Hal itu dikarenakan koperasi mampu berperan dalam
perkonomian rakyat disana. Teratat ada 3 lembaga keuangan yang ada di
Kecamatan Balaesang dan dirasa cukup untuk membantu perekonomian
disebuah kecamatan.

Sekttor jasa-jasa hanya menjadi basis pada tahun 2011 sampai tahun
2014 dan berubah menjadi sector non basis pada tahun 2015. Pada tahun
2015 berubah menjadi non basis yang dikarenakan terjadinya keterbatasan
prasarana di Kecamatan Balaesang yang akan berdampak pada kurangnya
jasa-jasa yang bisa didaptkan pada hotel dan penginapan yang mumpuni.

Efek Multiplier pada Kecamatan Balaesang sama seperti pada analisis


LQ yang telah dianalisis untuk melihat sector basis atau tidak basisnya.
Dimana efek multiplier ini mampu untuk mendorong sector lain juga
berkembang seperti sector jasa-jasa yang mampu mengembangkan sector
hotel, perdagangan, dan restoran.

m) Balaesang Tanjung

Tabel 4.13 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Balaesang Tanjung

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 1,11 1,13 1,14 1,14 1,15

Pertambangan
2 1,00 1,00 0,96 0,93 0,89
dan
penggalian
Industri
3 0,42 0,42 0,41 0,41 0,40
Pengolahan
Listrik dan
4 0,76 0,77 0,78 0,78 0,79
gas

238
5 Konstruksi 0,91 0,92 0,92 0,92 0,91
Perdagangan,
6 Hotel dan 0,55 0,55 0,54 0,54 0,53
Restoran
Angkutan
7 dan 0,41 0,41 0,41 0,40 0,40
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 0,72 0,64 0,63 0,63 0,63
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1,81 1,54 1,55 1,59 1,59
EM 1,26 1,33 1,32 1,32 1,33

Hasil Analisis:

Dari hasil perhitungan LQ, ada 2 besar sektor basis atau sektor unggulan
di Balaesang Tanjung dari 2011-2015 yaitu sektor pertanian dan jasa
lainnya. Di mana di Balaesang Tanjung, pertanian merupakan mata
pencaharian dari masyarakat dan merupakan salah satu program dari
pemerintahnya untuk pengembangan sektor ini sehingga angka dari sektor
ini semakin naik, sektor ini juga sudah muali di ekport dan dapat memenuhi
permintaan pasar di dalam maupun luar daeah.

Sektor basis lain yatiu jasa-jasa menjadi sektor unggulan kedua karena
masyarakat banyak memanfaatkan jasa lainnya sebagai pendukung dari
kegiatan ekonomi masyarakat dan adanya adaptasi terhadap perubahan yang
terjadi. Sedangkan untuk sektor non basis di Balaesang Tanjung di sebabkan
oleh belum adanya sarana dan prasarana serta budaya masyarakat yang
dapat mengangkat sektor-sektor lainnya sehingga dapat dijadikan sektor
basis untuk Balaesang Tanjung.

Beberapa sektor seperti pertambangan menurun menjadi non basis


dengan tingkat spesialisasi sektor ini belum terlalu dikembangkan, namun
mampu melayani pasar dalam wilayah. Sedangkan sektor yang paling
rendah yaitu sektor indutri pengolahan dan angkutan merupakan sektor yang

239
belum mampu berkembang di Balaesang Tanjung. Artinya sektor ini non
export dan belum mampu melayani pasar didalam maupun luar daerah.

Balaesang Tanjung mencapai efek mulitiflier melebihi 1 yang artinya


Kecamatan Balaesang Tanjung dapat memberi dukungan yang cukup besar
dan berpengaruh dalam pertumbuhan PDRB di daerahnya dan memberikan
efek adanya kemajuan kesejahteraan dari sektor-sektor basis di daerah
tersebut.

n) Dampelas

Tabel 4.14 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Dampelas

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 1,02 1,04 1,04 1,05 1,05

Pertambangan
2 dan 0,65 0,65 0,64 0,64 0,63
penggalian

Industri
3 1,04 1,05 1,06 1,05 1,04
Pengolahan
Listrik dan
4 1,16 1,16 1,14 1,13 1,12
gas
5 Konstruksi 0,92 0,92 0,91 0,91 0,91
Perdagangan,
6 Hotel dan 0,86 0,87 0,87 0,87 0,87
Restoran

Angkutan dan
7 1,01 1,03 1,03 1,02 1,01
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan,
8 1,49 1,34 1,34 1,34 1,35
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1,18 1,00 0,99 0,98 0,97
EM 1,270 1,38 1,38 1,38 1,39

240
Hasil Analisis:

Hasil perhitungan LQ menunjukkan bahwa sektor dengan nilai tertinggi


berada pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa. Pada hasil penghitungan
LQ Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan menunjukan bahwa
sektor ini yang membentuk PDRB di Kota Banjar Tahun 2012 mengalami
penurunan yang cukup signifikan dari 2011 dengan angka 1,49 menurun ke
1,34 pada tahun 2012 dan bertahan hingga 2014 dan naik sekitar 0,01 pada
2015 menjadi 1,35. Sedangkan sektor terendah yang terdapat di Kecamatan
Dampelas adalah sektor Pertambangan dan Penggalian yang dari 2011
dengan angka 0,65 terus menurun hingga 0,63 pada tahun 2015.

Dari tabel Efek Multiplier Kecamatan Dampelas diatas pada tahun 2011
hingga 2015 menunjukkan angka lebih dari satu(1) dengan angka 1,27 pada
2011 yang terus berkembang hingga 1,39 pada tahun 2015. Angka lebih dari
satu ini berarti bahwa Kecamatan Dampelas sendiri telah memberikan
dukungan positif yang cukup besar dan berpengaruh pada PDRB di
daerahnya dan memberikan efek balik berupa berkembangnya
kesejahteraan dari sektor basis yang terdapat di Kecamatan tersebut.

o) Sojol

Tabel 4.15 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Sojol

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 0,97 0,99 0,99 0,99 0,99

Pertambangan 1,35 1,39 1,40 1,42 1,43


2
dan
penggalian
Industri 1,04 1,06 1,06 1,06 1,07
3
Pengolahan
Listrik dan 0,81 0,84 0,85 0,86 0,87
4
gas

241
5 Konstruksi 1,04 1,06 1,06 1,06 1,06
Perdagangan,
6 Hotel dan 1,14 1,15 1,14 1,14 1,13
Restoran
Angkutan
7 dan 0,96 0,96 0,95 0,94 0,93
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, 0,81 0,72 0,72 0,71 0,71
8
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 0,82 0,68 0,68 0,67 0,68

EM 3,213 3,22 3,20 3,15 3,10

Hasil Analisis :
Teknik analisis LQ digunakan untuk menentukan sektor apa saja yang
merupakan sektor basis yang dapat mengekspor (ekspor: ke luar daerah
maupun ke luar negeri), yang mana kegiatan tersebut dapat meningkatkan
perekonomian wilayah. Terdapat 2 cakupan yaitu sektor basis dan sektor
non basis. Sektor basis adalah sektor yang mampu menghasilkan
produk/jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Sedangkan sektor
non basis sektor atau kegiatan yang hanya mampu melayani pasar daerah
itu sendiri sehingga permintaannya sangat dipengaruhi kondisi ekonomi
setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi
wilayah.

Dapat dilihat, pada tahun 2011 dari semua sektor hanya dapat
memperoleh 0-1% saja. Untuk penggolongan sektor nya, sektor yang
tergolong dalam sektor basis ada pertambangan dan penggalian, industri dan
konstruksi, serta perdagangan hotel dan restoran. Mengapa? Karena untuk
sektor industri dan kosntruksi saja misalnya. Di kecamatan Sojol, industri
dibagi menjadi Industri Besar, Industri Sedang, Industri Kecil, Industri
Kerajinan Rumah Tangga yang masing-masing hasil barang nya akan dijual

242
dan diekspor ke luar dan tentunya akan mampu memenuhi kebutuhan
daerahnya maupun daerah lain. Sedangkan di sektor non basis ada
pertanian, listrik dan gas, angkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan,
dan jasa perusahaan serta jasa-jasa. Mengapa? Pertanian dikatakan non-
basis karena walaupun pertanian merupakan tumpuan kehidupan
perekonomian di Kecamatan Sojol, tetapi masyarakatnya banyak yang tidak
tertarik untuk menjadi petani dikarenakan ingin mendapatkan penghasilan
yang lebih dari seorang petani. Maka dari itu, pembangunan untuk di sektor
pertanian pun hanya sebatas mengembangkan dan memelihara ratusan ribu
hektar sawah dan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat kabupaten
Donggala saja. Sama halnya dengan sektor listrik dan gas angkutan dan
komunikasi, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta jasa-jasa.
Sektor ini tidak mampu mengangkat perekonomian wilayah, karena
penghasilannya hanya berdasarkan kondisi daerah setempat itu saja dan
tidak ada strategi untuk mengeskpor hasil ekonominya.

Pada tahun 2012, tidak ada kenaikan yang signifikan karena angka LQ
hanya bermain apada 0-1% saja. Penggolongan sektor basis dan non basis
pun masih sama seperti tahun 2011. Untuk sektor basis akan dijelaskan pada
sektor perdagangan hotel dan restoran. Mengapa sektor ini dikatakan sektor
basis, karena perdagangan memegang peranan penting dalam
perkembangan ekonomi suatu daerah. Kegiatan perdagangan di Kecamatan
Sojol sebahagian besar dilaksanakan di pasar tradisional, disamping Toko,
Kios dan Warung. Hampir semua desa di Kecamatan Sojol memiliki pasar
tradisional, kecuali desa Bukit Harapan dan desa Balukang 2. Toko
terbanyak berada di desa Balukang, sementara Kios menyebar merata
disemua desa dengan desa Tonggolobibi memiliki fasilitas Kios terbanyak
dengan 89 Kios, sebaliknya desa Bukit Harapan memiliki fasilitas Kios
paling sedikit, yakni 11 Kios. Banyaknya fasilitas perdagangan menandakan
lancarnya kegiatan jual beli di Kecamatan Sojol yang tentunya menambah
pendapatan daerah setiap harinya. Sedangkan pada sektor non basis ada
listrik dan gas. Mengapa? Karena Masih terdapat empat desa di Kecamatan
Sojol yang belum terjangkau oleh listrik PLN. Jumlah pengguna listrik di

243
Kecamatn Sojol pada tahun 2010 sebanyak 3069 pelanggan, dimana terdiri
dari 1.558 pelanggan PLN dan 1.511 pelanggan non PLN.

Pada tahun 2013, tidak ada kenaikan yang signifikan karena angka LQ
hanya bermain apada 0-1% saja. Penggolongan sektor basis dan non basis
pun sama seperti tahun 2011 dan 2012. Untuk sektor basis ada
pertambangan dan penggalian dimana menurut hasil data Dinas ESDM
Kabupaten Donggala ada 7 izin usaha pertambangan dari berbagai
komoditas mulai dari IUP mineral sampai batuan. Dimana ada 4 pilar dalam
pertambangan di Kabupaten Donggala yaitu:

1. Kondisi Sumberdaya Lingkungan (Environment Resources) dimana


bekas tambang ditindaklanjuti dan dikelola dengan sistem
pengolahan basah (wet processing system)
2. Perolehan Pendapatan Asli Daerah (Original Earnings) dimana 1
perusahaan tambang akan mendapatkan hasil 7M setiap tahunnya dan
10% dapat dikembalikan ke Desa dimana pengelolaan galian C
tersebut berlokasi.
3. Kinerja Perusahaan Galian C (Company Performance) sejak tahun
1990-2010 ada 60 perusahaan tambang di Kabupaten Donggala yang
tersebar di berbagai daerah
4. Pengelolaan Usaha Pemasaran (Managing the Marketing Effort)
hanya sekitar 15 perusahaan yang aktif dalam pemasaran antarpulau
galian C. Namun menurut data terakhir (2010) jumlah perusahaan
aktif pemasaran antarpulau meningkat menjadi 19 perusahaan.

Sedangkan untuk sektor non basis ada Angkutan dan Komunikasi, di


desa Pangalaseang menggunakan transportasi laut, karena dari 8 (delapan)
Dusun yang ada di desa ini, 3 (tiga) Dusun diantaranya hanya dapat
dijangkau oleh transportasi melalui laut. Tentunya hal ini akan sedikit
menghambat jalur transportasi dari desa ke desa dan masih banyak
masyarakat yang menggunakan radio serta televisi yang akses informasi pun
masih sedikit sulit diterima.

244
Pada tahun 2014, tidak ada kenaikan yang signifikan karena angka LQ
hanya bermain apada 0-1% saja. Penggolongan sektor basis dan non basis
pun sama seperti tahun 2011, 2012, dan 2013. Untuk sektor non basis ada
keuangan, persewaan dan jasa-jasa perusahaan. Dimana keuangan di
Kecamatan Sojol, Jumlah wajib pajak dan target serta realisasi Pajak Bumi
dan Bangunan Tahun 2014 sebanyak 4.380. Target pajak untuk tahun 2013
mencapai Rp. 120.143 juta. Namun, kesadaran wajib pajak untuk membayar
pajak ternyata masih relatif rendah, sehingga realisasinya baru mencapai
sekitar 97,94 % atau 117.669 juta. Dengan demikian, tunggakan pajak
masih sekitar Rp. 2.476 juta . Oleh karena itu, diperlukan pendekatan-
pendekatan tertentu agar wajib pajak dapat melunasi pajaknya sesuai
dengan waktu yang ditentukan.

Pada tahun 2015, tidak ada kenaikan yang signifikan karena angka LQ
hanya bermain apada 0-1% saja. Penggolongan sektor basis dan non basis
pun sama seperti tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014. Tidak jauh berbeda dari
sebelumnya, karena pembagunan dari jangka waktu 2011-2015 hanya
menambah atau memperbaiki dari sebelumnya. Masih banyak rumah warga
yang belum terpasang listrik PLN, jumlah fasilitas perdagangan yang
banyak dan memudahkan kegiatan jual beli dan pemasukannya bagi
masyarakat maupun pemerintah daerah.

Pada tabel efek multiplier angka yang diperoleh berturut turut adalah
3,213, 3,22, 3,20, 3,15, dan 3,10. Efek Multiplier adalah efek dalam
ekonomi di mana peningkatan pengeluaran nasional mempengaruhi
pendapatan dan konsumsi menjadi lebih tinggi dibandingkan jumlah
sebelumnya. Dapat dilihat, efek multiplier mampu mendorong sector lain
berkembang. Sector yang mampu mendorong sector lain berkembang
adalah yang menjadi sector basis pada setiap tahunnya di analisis LQ.
Contoh, penngembangan pariwisata di Kecamatan Sojol mereka akan
meningkatkan jumlah wisatawan yang ingin berlibur. Secara tidak
langsung, pengembangan wisata baru itu akan mempengaruhi keuangan,
restoran, dan hotel disekitar tempat wisata itu.

245
p) Sojol Utara

Tabel 4.16 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Sojol Utara

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015

1 Pertanian 0,89 0,79


0,78 0,77 0,76

Pertambangan 0,94 0,86


2 0,87 0,87 0,87
dan
penggalian
Industri 1,39 1,24
3 1,23 1,24 1,25
Pengolahan

Listrik dan 1,40 1,26


4 1,25 1,25 1,25
gas

5 Konstruksi 1,23 1,12


1,13 1,15 1,15
Perdagangan,
6 Hotel dan 1,50 1,39
1,41 1,41 1,42
Restoran
Angkutan
7 dan 1,78 1,63
1,66 1,70 1,74
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, 0,39 1,22
8 1,22 1,22 1,23
dan Jasa
Perusahaan

246
9 Jasa-jasa 0,14 1,40
1,43 1,46 1,46

EM 2,347 1,96 1,94 1,91 1,87

Hasil analisis

Teknik LQ adalah teknik yang menggolongkan sektor-sektor yaga da


kedalam 2 jenis sektor, yaitu sektor basis dan sektor non-basis. Untuk
kecamatan Sojol Utara (dapat dilihat di tabel), sektor yang tergolong dalam
sektor basis adalah sektor industri; sektor listrik dan gas; sektor konstruksi;
sektor perdagangan, hotel dan restoran; serta sektor angkutan dan
komunikasi. Sedangkan sektor yang tergolong dalam sektor non-basis
adalah sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor
keuangan persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa lainnya.

Dapat dilihat, pada tahun 2011 dari semua sektor hanya dapat
memperoleh 0-1% saja. Pada sektor basis adalah sektor industri misalnya.
Mengapa sektor ini dikatakan sektor basis? Karena sektor ini mampu
menghasilkan produk/jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah.
Industrinya dibagi menjadi Industri Besar, Industri Sedang, Industri Kecil,
Industri Kerajinan Rumah Tangga yang masing-masing hasil barang nya
akan dijual dan diekspor ke luar dan tentunya akan mampu memenuhi
kebutuhan daerahnya maupun daerah lain. Sedangkan pada sektor non-basis
adalah pertanian. Mengapa pertanian tergolong dalam sektor non-basis
padahal pertania adalah kegiatan utama di kecamatan Sojol Utara? Karena
menjadi petani hanya orang-orang usia produktif saja yang ingin
melakukannya. Usia muda tidak tertarik untuk menjadi petani dikarenakan
ingin mendapatkan penghasilan yang lebih dari seorang petani. Maka dari

247
itu, pembangunan untuk di sektor pertanian pun hanya sebatas
mengembangkan dan memelihara ratusan ribu hektar sawah dan untuk
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat kabupaten Donggala saja.

Pada tahun 2012, tidak ada kenaikan yang signifikan karena angka LQ
hanya bermain apada 0-1% saja. Untuk sektor basis akan dijelaskan pada
sektor listrik dan gas. Mengapa? Karena sudah banyak desa yang berhasil
memanfaatkan fasilitas listrik dan gas yang diberikan oleh pemerintah.
Sehingga kegiatan memproduksi suatu kerajinan dengan menggunakan
listrik semakin cepat selesai dan masyarakat dapat dengan mudahnya
mengirimkan hasil kerajinan nya untuk dijual keluar daerah tersebut.
Sedangkan pada sektor non-basis ada sektor pertambangan dan penggalian.
Mengapa? Karena sektor ini tidak cukup untuk berkembang dengan baik,
lahan di kecamatan Sojol Utara sebagian besar adalah lahan pertanian.
Sehingga untuk mendominasi semua lahan itu akan susah karena akan
menganggu mata pencaharian utama warga Sojol Utara.

Pada tahun 2013, tidak ada kenaikan yang signifikan karena angka LQ
hanya bermain apada 0-1% saja. Untuk sektor basis ada sektor konstruksi.
Mengapa? Karena pembangunan di masing-masing daerah memiliki peran
besar. Karena suatu daerah dikatakan berkembang dapat dilihat dari jenis
bangunan apa saja yanga ada di daerah tersebut. Pembangunan PLTMH Ddi
Desa Ponju adalah suatu langkah untuk memenuhi pelayanan pemerintah
kepada masyarakat. Sedangkan sektor non-basis ada keuangan, persewaan
dan jasa-jasa perusahaan. Mengapa? Karena perusahaan tidak bisa bertindak
langsung, karena pemerintah masih membebaskan masyrakatnya untuk
mengelola kegiatan usaha nya sendiri sembari sebagai mata pencaharian
mereka dan juga kesadaran untuk membayar wajib pajak sangat rendah.

Pada tahun 2014, tidak ada kenaikan yang signifikan karena angka LQ
hanya bermain apada 0-1% saja. Pada sektor basis ada perdagangan, hotel
dan restoran. Mengapa? Karena kecamatan Sojol Utara memiliki pusat
perdagangan yaitu adalah pasar. Pasar merupakan tempat transaksi jual beli
terbesar di daerah ini. Kecamatan Sojol Utara memiliki 1 buah pasar yang

248
berada di Desa Ogoamas II yang memiliki frekuensi kegiatan mingguan.
Pembangunan hotel juga dikarenaka tempat wisata yang banyak menunjang
untuk pembangunan hotel. Sedangkan di sektor non-basis ada sektor jasa-
jasa lainnya. Mengapa? Karena kegiatan seperti pelayanan kesehatan yaitu
ppembangunan puskesmas, posyandu atau meidcak check up gratis hanya
mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Pada tahun 2015, tidak ada kenaikan yang signifikan karena angka LQ
hanya bermain apada 0-1% saja. Pada sektor basis ada sektor angkutan dan
komunikasi. Mengapa? Karena jalan yang beraspal dengan baik tentunya
dapat memudahkan proses perjalanan pengantaran barang dari penjual ke
pembeli. Sarana transportasi di Kecamatan Sojol Utara sangat bergantung
pada transportasi darat, sedangkan untuk transportasi laut sudah tidak
digunakan lagi selain untuk mengangkut barang-barang hasil pertanian
keluar daerah dan sebagai sarana penangkapan ikan. Sehingga jalan
memegang peranan yang sangat penting. Sarana transportasi antar desa di
Kecamatan Sojol Utara sudah cukup memadai dimana jalan yang digunakan
untuk menghubungkan setiap desa adalah jalan yang sudah beraspal dan
memiliki kondisi yang baik. Sebagian besar masyarakat di Desa Ogoamas I
dan Ogoamas II sudah menggunakan alat komunikasi yang mobile sebagai
sarana penunjang dalam beraktifitas.

Pada tabel efek multiplier angka yang diperoleh berturut turut adalah
2,347, 1,96, 1,94, 1,91, dan 1,87. Efek Multiplier adalah efek dalam
ekonomi di mana peningkatan pengeluaran nasional mempengaruhi
pendapatan dan konsumsi menjadi lebih tinggi dibandingkan jumlah
sebelumnya. Dapat dilihat, efek multiplier mampu mendorong sector lain
berkembang. Sector yang mampu mendorong sector lain berkembang
adalah yang menjadi sector basis pada setiap tahunnya di analisis LQ.
Contoh, penngembangan sarana angkutan dan komunikasi di kecamatan
Sojol Utara akan meningkatkan penjuala hasil pertanian ke daerah lain.
Karena, adanya jalan dan handphone dapat memudahkan transaksi jual dan
beli dalam kegiatan ekonomi.

249
4.2 Permintaan (Di), Kelebihan dan kekurangan (EXi) Sektor Tertentu di
Kabupaten Donggala

Permintaan (Di) merupakan suatu permintaan yang terjadi dalam suatu


wilayah terhadap sektor tertentu. Permintaan (Di) juga digunakan untuk melihat
bahwa sektor tersebut lebih atau adanya kekurangan. Sehingga, jika hasil dari
EXi sama dengan negatif atau defisit artinya permintaan lebih besar dari nilai
sektor dikawasan tersebut.

a) Rio Pakava

Tabel 4.18 Permintaan Sektor Kecamatan Rio Pakava

N Tahun
Kategori
o 2011 2012 2013 2014 2015

164.675,1 185.711,7 187.087,0 185.188,5 204.707,3


1 Pertanian
4 2 7 1 4

Pertambanga
2 n dan 41.755,32 48.687,52 50.912,16 58.780,71 61.874,56
penggalian

Industri
3 10.590,06 11.844,38 11.865,69 13.165,19 13.274,32
Pengolahan

Listrik dan
4 42,61 47,74 48,05 53,74 54,78
gas

5 Konstruksi 41.362,16 47.558,35 48.980,06 55.519,12 57.354,71

Perdagangan,
6 Hotel dan 41.023,49 46.829,10 47.865,53 53.869,30 55.333,03
Restoran
Angkutan dan
7 20.409,81 24.850,33 23.339,41 26.157,16 26.772,64
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 15.037,81 17.273,59 17.366,28 19.279,34 5.256,10
dan Jasa
Perusahaan

250
9 Jasa-jasa 31.418,00 36.981,17 37.472,66 40.853,25 45.116,71

Tabel 4.19 Kelebihan atau Kekurangan Sektor Kecamatan Rio Pakava

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015

1 Pertanian 38.794,46 31.841,98 46.979,03 63.553,49 58.660,76

Pertambangan
2 -24.522,52 -30.260,52 -31.338,96 -38.134,91 -40.078,76
dan penggalian

Industri
3 -6.038,36 -7.125,68 -6.994,09 -8.117,29 -8.019,42
Pengolahan

4 Listrik dan gas -5,61 -9,04 -7,55 -11,64 -11,18

5 Konstruksi 1.951,14 357,65 4.121,94 2.242,18 5.255,59

Perdagangan,
6 Hotel dan -9.237,99 -11.742,50 -9.237,13 -11.636,90 -9.396,83
Restoran
Angkutan dan
7 -7.230,81 14.913,37 -8.722,51 -10.738,86 -10.494,14
Komunikasi

Keuangan,
8 Persewaan, dan 6.587,49 5.428,01 6.461,72 5.724,96 21.006,90
Jasa Perusahaan

9 Jasa-jasa -3.403,27
-297,80 -1.262,46 -2.881,05 -2.654,9

Hasil Analisa:

251
Untuk sektor pertanian dapat dilihat pada tahun 2011 sampai 2015
jumlah permintaan sangat besar pada tahun 2015 yaitu sebesar 204.707,34 ,
hal ini disebabkan karena harga barang yang dijual dipasar pada kecamatan
rio pakava semakin murah , dengan demikian keinginan untuk membeli
barang tersebut bertambah. Hal lain yang menyebabkan karena semakin
bertambah tahun semakin banyak kebutuhan,dan dikecamatan rio pakava
sendiri sangat dominan akan pertanian sehingga para masyarakat yang
memiliki pendapatan tinggi atau diluar sebagai petani memiliki keinginan
besar terhadap suatu kebutuhan hidup seperti beras,buah-buahan dan sayur-
sayuran juga merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa untuk dihindari.
Sehingga pendapatan pada sektor pertanian lebih besar dari pengeluaran.
Untuk permasalahan yang terjadi pada sektor ini yaitu hama dari tanaman
padi mulai merusak hasil produksi sehingga para petani kesulitan untuk
memenuhi permintaan pasar atau konsumen, namun kelebihannya bahwa
dominasi akan pertanian membuat kecamatan ini tidak kekuangan
persediaan dalam sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka.

Untuk sektor pertambangan dan penggalian dapat dilihat dari tahun


2011 sampai tahun 2015 mengalami peningkatan terhadap jumlah
permintaan , bahwa sektor yang memiliki jumlah permintaan paling besar
yaitu pada tahun 2015 yaitu sebesar 61.874,56, hal ini disebabkan karena
dari zaman dahulu atau tahun sebelumnya masih sedikit masyarakat yang
memiliki keinginan terhadap segala jenis barang seperti perhiasan ,keramik
dll. Semua kebutuhan di tahun 2011 sangat minim dalam sektor ini,
sehingga jumlah permintaannya sangat rendah, namun ketika bertambah
tahun permintaannya semkain meningkat akibat perkembangan zaman ,
sehingga jumlah produksi suatu barang dalam sektor ini ikut meningkat
meski bahan pokok utamanya mulai menipis. Namun hal ini juga
mempengaruhi terhadap pendapatan perekonomian masyarakat rio pakava
yang semakin meningkat. Namun, dapat dilihat bahwa ada masalah yang
terjadi dari tahun 2013 sampai tahun 2015, permasalahannya bahwa
kebutuhan akan barang pokok tambang meningkat tetapi bahan mentah nya

252
mulai berkurang atau menipis karena terlalu sering untuk di ambil sehingga
mengalami pengikisan yang membuat longsor dan mempengaruhi
lingkungan masyrakat.

Selanjutnya pada sektor industri pengolahan, dapat dilihat bahwa pada


tahun 2011 sampai tahun 2015 mengalami kenaikan jumlah permintaan
suatu produksi barang . yaitu pada tahun 2015 mencapai 13.274,32 juta
rupiah. Hal ini disbebakan karena selera masyarakat kecamatan rio pakava
mulai meluas atau bermacam-macam untuk mengikuti tren ,sehingga
dikecamatan ini sektor industri pengolahan mulai ikut meningkat untuk
memenuhi kebutuhan konsumen, akibatnya pendapatan sektor ini juga
meningkat karena jumlah permintaan masyarakat yang meningkat.

Pada tabel diatas, dilihat dari sektor listrik,air dan gas, jumlah
permintaanya sangat rendah setiap tahunnya, meski setiap tahun bertambah
namun jumlah pertambahan permintaannya juga masih termasuk minim.
Dilihat dari tahun 2011 sampai tahun 2015 yaitu mencapai 54,78 juta
rupiah. Hal ini disebabkan karena, jumlah penduduk dikecamatan rio
pakava bertambah setiap tahunnya sehingga membuat jumlah permintaan
terhadap sektor ini bertambah ,namun permasalahannya adalah lokasi yang
cukup luas membuat pemerintah kesulitan dalam pemasokan sektor
ini,sehingga meski jumlah permintaannya meningkat namun terealisasinya
juga menurun atau mendapat nilai negatif yaitu mencapai -11,18 juta rupiah
pada tahun 2015. Dengan demikian mengalami yang namanya defisit atau
jumlah pengeluaran lebih besar dibanding pendapatannya.

Untuk sektor konstruksi/bangunan, dari tahun 2011 sampai tahun 2015


mengalami peningkatan ,yaitu pada tahun 2015 mencapai 57.354,71 juta
rupiah. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya tahun jumlah
penduduk akan semakin bertambah dan jumlah kebutuhan hidup seperti
perumahan juga akan semakin mningkat sehingga memperngaruhi jumlah
permintaan pada sektor ini,ditambah lagi dengan kecamatan rio pakava
adalah kecamatan terluas di kabupaten donggala ,otomtais membuat jumlah
penduduknya yang juga banyak . hal lain juga disebabkan karena jumlah

253
pendapatan dizaman tahun 2015 mulai membaik,sehingga keinginan untuk
bangunan seperti rumah juga mulai berpengaruh. Dapat dilihat dari
permasalahan bahwa sektor ini tidak memiliki nilai negatif, dan untuk
kekurangan dari sektor ini juga memiliki nilai positif , hal ini membuat atau
mempengaruhi jumlah permintaan terhadap sektor bangunan di kecamatan
rio pakava. Sehingga, jumlah pendapatan pada sektor ini jug baik dan
otomatis akan terus meningkat.

Untuk sektor perdagangan ,hotel dan Restauran dapat dilihat dari tahun
2011 sampai tahun 2015 mengalami kenaikan jumlah permintaan ,yaitu
tahun 2015 mencapai 55.333,03 juta rupiah. Hal utama yang menyebabkan
adalah kebutuhan akan temapt untuk berteduh ketika berkunjung ke
kecamatan ini meningkat,jumlah pengunjung setiap tahunya ikut meningkat
dan otomtais mempengaruhi peningkatan jumalh kunjungan direstaurant.
Namun hal yang menjadi masalah adalah pada tahun 2011 sampai tahun
2015 mengalami nilai negatif sehingga membuat suatu permasalahan yaitu
pajak untuk mendirikan bangunan tersebut juga mulai meningkat , sehingga
keterbatasan akan sektor ini juga menurun. Akibatnya pendapatanya
menjadi sangat rendah ,karena pajak meningkat dan pengunjung semakin
meningkat, namun harga sewa yang dikeluarkan sangat murah.

Pada sektor angkutan dan komunikasi ditahun 2011 sampai tahun 2012
mengalami kenaikan yaitu pad tahun 2011 menacapai 20.409,81 kemudian
tahun 2012 naik menjadi 24.850,33 . dan pada tahun 2013 mengalami
penurunan jumlah permintaan menjadi 23.339,41 . hal ini disebabkan
karena pada tahun 2013 kebutuhan akan angkuan umum mulai
bermalahan,yaitu jalan mulai rusak akibat longsor sehingga membuat
angkutan mulai mnim beroperasi. Namun,mengalami kenaikan lagi yaitu
pada tahun 2014 sampai tahun 2015. Hal ini disebabkan karena kondisi alam
mulai membaik,ditambah jumalh permintaan barang meningkat membuat
angkutaan ikut meningkat untuk mengantarkan barang tersebut, apalgi
ditambah dengan komunikasi yang cukup penting dizaman tahun 2015.
Untuk mengetahui permasalahn diluar kecmatan dibutuhkan komunikasi
sehingga jumlah permintaan meningkat. Namun,ada permasalahan yang

254
terjadi yaitu kondisi alam kadang buruk membuat kesulitan dalam
pengangkutan, dengan begitu mempengaruhi jumlah pendapatan.

Untuk sektor keuangan persewaan dan Jasa juga mengalami


peningakatan terus menerus dari tahun 2011 sampai tahun 2015, hal ini
disebabkan karena untuk memenuhi kebutuhan diperlukan dana yang besar,
sehingga masyarakat Rio Pakava mulai membuka jasa persewaan. Namun,
kebuthan hidup mempengaruhi pendapatan mereka karena kurangnya
persewaan yang ada .

Untuk sektor jasa-jasa,setiap tahun mengalami kenaikan. Hal ini


dsebabkn karena keinginan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya adalah dengan membuka lowongan jasa,apalagi dengan lokasi
yang jauh dan luas membuat jasa sanagt dibutuhkan dikecmatan ini. Hal lain
jug dipengaruhi oleh jumlah pendpaan msysrakat yang tiap tahun
mneningkat,sehingga mempengaruhi jasa-jasa yang ada dikecamatn rio
pakava.

b) Pinembani

Tabel 4.20 Permintaan Sektor Kecamatan Pinembani

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015

1 Pertanian 51.857,91 52.936,86 54.736,95 52.011,83 55.109,38

Pertambangan
2 13.149,18 13.878,31 14.895,61 16.509,08 16.657,28
dan penggalian

Industri
3 3.334,92 3.376,22 3.471,60 3.697,56 3.573,59
Pengolahan

4 Listrik dan gas 13,42 13,61 14,06 15,09 14,75

5 Konstruksi 13.025,37 13.556,44 14.330,33 15.593,04 15.440,49

Perdagangan,
6 Hotel dan 13.348,57
12.918,72 14.004,24 15.129,67 14.896,24
Restoran

255
Angkutan dan
7 6.427,26 7.083,55 6.828,52 7.346,47 7.207,48
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan
8 4.735,56 4.923,81 5.080,93 5.414,77 5.256,10
Jasa
Perusahaan

9 Jasa-jasa 9.893,85 10.541,43 10.963,55 11.474,00 12.145,89

Tabel 4.21 Kelebihan atau Kekurangan Sektor Kecamatan Pinembani

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015

1 Pertanian 16.838,89 17.687,74 18.015,75 21.602,77 19.272,92

Pertambangan
2 -10.128,88 -10.781,91 -11.717,71 -13.257,18 -13.325,38
dan penggalian

Industri
3 -1.453,82 -1.473,02 -1.544,70 -1.749,76 -1.603,99
Pengolahan

4 Listrik dan gas -12,52 -12,71 -13,16 -14,19 -13,85

5 Konstruksi 268,43 505,76 567,17 -31,04 631,91

Perdagangan,
6 Hotel dan -4.983,92 -5.032,07 -5.261,94 -5.998,37 -5.394,14
Restoran
Angkutan dan
7 -2.744,16 -3.268,15 -2.883,12 -3.283,87 -3.025,18
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan
8 -3.037,66 -3.197,11 -3.328,03 -3.636,87 -3.450,30
Jasa
Perusahaan

9 Jasa-jasa 5.253,65 5.571,47 6.165,75 6.368,50 6.908,01

Hasil Analisa:

256
Untuk sektor pertanian dapat dilihat dari tahun 2011 sampai tahun 2013
mengalami kenaikan jumlah permintaan,namun tahun 2014 mengalami
penurunan mencapai 52.011,83, hal ini disebabkan karena pada tahun 2014
kualitas hasil pertanian di kecamatan pinembani mulai memburuk akibat
dari cuaca yang tidak baik sehingga dapat mempengaruhi penjualan
kepasar. Namun, setelah bertambah tahun 2015 mengalami kenaikan
mencapai 55.109,38. Hal ini disebabkan karena, semakin bertambah tahun
bertambah juga jumlah pendudu di kecamatan pinembani. Sehingga jumlah
kebutuhan bertambah terutama pada sektor pertanian, dan juga semakin
berkembang zaman di kecamtan pinembani mulai berkurang akan petani
alasannya karena mereka berpikir bahwa lokasi mereka cukup jauh dengan
lokasi perdagangan,sehingga dana pengeluaran angkutan lebih besar
daripada hasil penjualan mereka,namun demikian jumlah permintaan pada
sektor ini terus meningkat. Dapat dilihat ditabel bahwa permasalahannya
memiliki nilai positif, yang membuktikan meski ada permasalahan dari
sektor ini namun masih bisa untuk di perbaiki

Untuk sektor pertambangan dan penggalian, dilihat dari tahun 2011


sampai tahun 2015 mengalami kenaika jumlah permintaan, hal ini
disebabkan karena bertambahnya tahun bertambah juga selera masyarakat
dikecamatan pinembani,namun ada permasalahan yang terjadi sehingga
membuat nilai nya menjadi negatif. Hal ini disebabkan karena jumlah
permintaan meningkat namun kketerbatasan akan bahan mentah mulai
menipis, akibatnya kecamatan ini sering terjadi longsor akibat penggalian
tambang yang terus menerus , dan ini membuat pendapatan sektor ini
meningkat namun efek dari sektor ini sangat besar dimasa yang akan datang
,ditambah lagi kecamatan ini tinggal dipegunungan yang dapat mengancam
masyarakat.

Selanjutnya untuk sektor industri pengolahan mengalami kenaikan


jumlah permintaan pada tahun 2011 sampai tahun 2014 yaitu mencapai
3.697,56, hal ini disebabkan karena adanya keinginan konsumen untuk
memeiliki produk baru atau kebutuhan baru, ditambah kecamatan
pinembani dari zaman dulu sangat minim dalam berbelanja sehingga mulai

257
tahun 2011 bertambahnya selera masyarakat di kecamatan ini, namun pada
tahun 2015 mengalami penurunan jumlah permintaan yaitu mencapai
3.573,59. Hal ini disebabkan karena meski jumlah permintaan berkurang
namun pajak yang diterima untuk industri pengolahan ikut meningkat
,sehingga membuat jumlah pendapatan di tahun 2015 menipis atau jumlah
pengeluaran lebih besar dari pendapatan.

Kemudian pada sektor listrik,air dan gas mengalami peningkatan jumlah


permintaan dari tahun 2011 sampai tahun 2014 yaitu mencapai 15,09, hal
ini disebabkan karena kebutuhan listrik air dan gas sangat dibutuhkan
ditempat ini,setiap tahun sebelumnya mereka hanya mengandalkan lentera
atau lampu buatan . sehingga keinginan mereka untuk mendapatkan listri air
dan gas meningkat setiap tahunnya. Namun pada tahun 2015 mengalami
penurunan jumlah permintaan diakibatkan karena sudah mulai adanya
pemasokan listrik air dan gas sehingga masyarakat yang memilik
permintaan disektor ini ikut berkurang. tapi dilihat dari tabel permaslahan
bahwa nilai sektor ini memiliki nilai negatif setiap tahunnya, hal ini
disebabkan karena desakan masyarkat akan sektor ini meningkat namun
pemerintah memiliki kesulitan yang cukuk besar untuk menyalurkan sektor
ini. Sehingga pengeluarannya lebih besar dibandingkan pendapatan mereka.

Untuk sektor konstruksi dapat dilihat dari tahun 2011 sampai tahun 2014
mengalami kenaikan yaitu mencapai 15.593,04, hal ini disebabkan karena
permintaan masyarakat di kecamatan pinembani meningkat. Mereka
merupakan masyarakat pegunugngan kebutuhan akan bangunan seperti
puskesmas,sekolah, dan bangunan sosial lainnya sanagat mereka butuhkan
untuk menunjang kehidupan mereka dimasa akan datang. Namun ada nilai
negatif di tahun 2014 disebabkan karena permintaan yang mereka inginkan
tidak terealisasi dengan baik akibat jalur transportasi kecamatan ini sangat
tidak mendukung. Selanjutnyaa,tahun 2015 mengalami penurunan jumlah
permintaan , karena dari tahun 2011 sampai tahun 2014 sudah mulai
dibangun bangunan yang mereka harapkan meski tidak berjalan sebaik
mungki,namun itu juga mempengaruhi keinginan merek. Contohnya
sekolah yang sudah dibangun membuat,kekurangan permintaan terhadap

258
bangunan tersebut menurun. Sehingga membuat sektor ini memiliki
pendapatn yang baik karena ketercapaian dari permintaan masyarakat mulai
membaik.

Dilihat dari sektor perdagangan,hotel dan restaurant bahwa pada tahun


2011 sampai tahun 2014 mengalami kenaikan jumlah permintaan mencapai
15.129,67. Hal ini disebabkan jumlah kebutuhan konsumen akan suatu
barang juga meningkat sehingga permintaan pedagang meningkat,
sedangkan hotl dan restauran ini dipengaruhi karena keinginan masyarakat
pinemabni akan hal yang berbau modern ditambah lagi mereka belum
merasakan seperti apa hotel dan restauran, dengan jumlah pendatang yang
juga meningkat didesa mereka akibat wisata yang cukup indah untuk
dikunjungi sehingga membuat jumlah permintaan untuk sektor ini
meningkt. Namun, tahun 2015 mengalami jumlah permintaan yang
disebabkan oleh karena untuk pusat perdagangan mulai berdiri di kecamatan
ini, namun ada permasalhan yang membuat nilai kecamatan ini negatif yaitu
meski jumlah permintaan meningkat namun akan jumlah pengunjung
ditahun 2015 menurun sehingga jumlah pendapatan mereka menurun.

Untuk sektor angkutan dan komunikasi pada tahun 2011 sampai tahun
2014 mengalami kenaikan jumlah permintaan yaitu mencapai 7.346,47, hal
ini disebakan karena keterbatasan masyarakat akan kendaraan pribadi
sehingga menuntut mereka untuk medapatkan angkutan dan jalur
komunikasi sangat kurang akibat dari lokasi mereka yang dipegununga.
Setelah itu tahun 2015 mengalami penurunan jumlah permintaan,karena
akhir tahun 2014 pemerintah kecamtan donggala mulai masuk untuk
mensurvey lokasi untuk dilakukannya pemasokan jaringan komunikasi
sehingga membuat penurunan. Namun ketika dilihat dari tabel jumlah
permasalahan lebih besar terjadi setiap tahunya ,disbeabkan karena
kontribusinya terhadap PDRB sangat rendah membuat pemerintah
mengalami kesulitan.

Untuk sektor selanjutnya adalah sektor keuangan,persewaan dan jasa


perusahaan dari tahun 2011 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan

259
jumlah permintaan yaitu mencapai 5.414,77, hal ini disebabkan karena
untuk mendiami kecamatan ini terutama saat dperusahan yang datang untuk
mengambil kerjasama dikecamatan ini sehingga membuat jumlah jasa akan
perusahaan meningkat, namun tahun 2015 mengalami penurunan
disebabkan karena ktahun 2015 jumlah perusahaan mulai berhenti
beroperasi akibat lokasi kecamatan pinemabni yang mulai menipis dan
lokasi yang sangat jauh dari kota menjadi alsan pemberhentian sejumlah
perusahaan. Ketika dilihat dari tabel permasalahan terjadi juga dalam sektor
ini . sehingga mempengaruhi jumlah pendapatan atau keuangan mereka.

Untuk sektor jasa setiap tahun mengalmi peningktan jumlah permintaa,


karena untuk ememnuhi kebutuhan hidup mereka harus membutuhakn
orang lain,terutama pada jasa angkutan dan jasa sewa perumahan .

c) Banawa

Tabel 4.22 Permintaan Sektor Kecamatan Banawa

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 328,518.90 351,186.95 381,645.14 386,096.92 437,758.19

Pertambangan
2 dan 83,299.83 92,069.69 103,857.40 122,551.07 132,316.18
penggalian

Industri
3 21,126.66 22,398.11 24,205.21 27,447.91 28,386.58
Pengolahan
Listrik dan
4 85.00 90.28 98.01 112.03 117.15
gas
5 Konstruksi 82,515.49 89,934.40 99,916.05 115,751.04 122,650.67
Perdagangan,
6 Hotel dan 81,839.87 88,555.35 97,642.48 112,311.34 118,327.40
Restoran

Angkutan dan
7 40,716.58 46,992.79 47,610.84 54,534.69 57,252.19
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan,
8 29,999.70 32,664.92 35,426.04 40,195.22 41,751.51
dan Jasa
Perusahaan

260
9 Jasa-jasa 62,677.38 69,932.60 76,441.72 85,174.37 96,480.22

Tabel 4.23 Kelebihan atau Kekurangan Sektor Kecamatan Banawa

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian -209,561.10 -228,460.65 -254,660.24 -255,073.92 -302,673.49

Pertambangan
2 132,975.67 152,922.91 175,527.60 194,985.43 229,346.42
dan penggalian

Industri
3 6,003.54 6,077.69 5,566.29 3,719.89 4,143.22
Pengolahan

4 Listrik dan gas -1.00 -2.68 -6.31 -15.53 -15.25

5 Konstruksi -4,728.09 -1,972.40 219.95 -1,946.54 6,881.63


Perdagangan,
6 Hotel dan 17,971.13 16,884.95 13,934.42 5,335.36 5,860.50
Restoran

Angkutan dan
7 10,914.12 8,138.71 11,365.06 8,705.51 10,819.21
Komunikasi

Keuangan,
8 Persewaan, dan 25,646.50 26,631.08 27,761.86 27,108.18 30,000.69
Jasa Perusahaan

9 Jasa-jasa 20,779.22 19,780.40 20,291.38 17,181.63 15,637.08

Hasil analisis:

Sektor pertanian, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 permintaan
di sektor pertanian terus meningkat, dikarenakan setiap tahun penduduk
semakin bertambah dan membutuhkan kebutuhan hidup untuk bertahan
hidup. Namun permintaan itu tidak sebanding dengan jumlah petani di
kecamatan Banawa, akibatnya kekurangan di sektor pertanian, pada tahun
2011 hingga pada tahun 2015 terus meningkat hal ini dapat mengakibatkan
pemerintah harus mendatangkan bahan pokok dari luar daerah. Hal ini dapat
mengakibatkan deficit karena tidak sebanding penerimaan dari sektor
pertanian dan pengeluaran dari sektor pertanian.

261
Sektor pertambangan, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015
permintaan di sektor pertambangan terus meningkat, karena setiap tahun
masyarakat membutuhkan perhiasan, keramik, batu alam, dan lain-lain. Di
Kecamatan Banawa rata-rata penduduknya bekerja sebagai penambang, hal
ini mengakibatkan kelebihan produksi di sektor pertambangan. Pemerintah
pun tidak perlu mendatangkan hasil tambang dari daerah lain, karena di
daerah mereka cukup melimpahnya hasil tambang. Namun perlu diketahui
lahan tambang yang digali terus oleh penambang tetap akan habis dan akan
mengancam keberlangsungan hidup si penambang tersebut, oleh karena itu
pemerintah harus bisa mengantisipasi hal tersebut. Hal ini menyebabkan
surplus karena penerimaan lebih besar dari pengeluaran di sektor ini.

Sektor Industri Pengolahan, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015
permintaan di sektor industri pengolahan terus meningkat karena penduduk
meningkat, sektor industri mengalami kelebihan produksi yang dapat
mengatasi permintaan yang tinggi. Pada tahun 2014 permintaan mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dan sektor industri mengalami
penurunan. Hal ini menyebabkan surplus karena penerimaan lebih besar
dari pengeluaran.

Sektor Listrik, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 terus
mengalami peningkatan yang sangat signifikan, hal ini disebabkan karena
masyarakat membutuhkan listrik, air dan gas untuk kehidupan sehari-hari
dan tingginya angka pembangunan membuat permintaan di sektor ini
meningkat, Pada tahun 2011 sektor listrik ini mengalami kekurangan dan
terus mengalami kekurangan hingga pada tahun 2015. Hal ini diakibatkan
karena tidak seimbangnya pembangunan dan pengembangan listrik dan air
di Kecamatan Banawa. Hal ini mengakibatkan defisit, pengeluaran lebih
besar dari penerimaan.

Sektor Konstruksi, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 terus
mengalami peningkatan yang sangat signifikan, Hal ini disebabkan karena
tingginya pembangunan dan tingginya kebutuhan masyarakat akan tempat
tinggal. Pada tahun 2013 sektor ini mengalami kelebihan dan pada tahun

262
2015 mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini
mengakibatkan surplus, penerimaan lebih besar dari pengeluaran.

Sektor perdagangan, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015


permintaan terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini
disebabkan karena tingginya daya beli masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan pokok. Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 kelebihan di
sektor perdagangan mulai menurun, meskipun menurun sektor perdagangan
masih memiliki kelebihan, hal ini mengakibatkan surplus, penerimaan lebih
besar dari pengeluaraan.

Sektor Angkutan, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 permintaan
di sektor ini terus meningkat, hal ini dikarenakan tingginya permintaan
masyarakat untuk membangun akses jalan dan akses komunikasi. Pada
tahun 2011 hingga pada tahun 2015 kelebihan pada sektor ini mencapai
10,891.21 juta rupiah, hal ini dapat mengakibatkan surplus.

Sektor Keuangan, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 permintaan
di sektor ini terus meningkat, hal ini disebabkan karena bertambahnya
masyarakat setiap tahun. Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015
kelebihan pada sektor keuangan ini mencapai 30,000.69 juta rupiah, hal ini
dapat mengakibatkan surplus.

Sektor jasa-jasa, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 permintaan
di sektor ini terus meningkat, hal ini disebabkan karena masyarakat
membutuhkan jasa-jasa dari perusahaan jasa, seperti jasa transportasi dan
lain-lain. Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 kelebihan sektor
mencapai 15,637.08 juta rupiah. Hal ini mengakibatkan surplus.

d) Banawa Selatan

Tabel 4.24 Permintaan Sektor Kecamatan Banawa Selatan

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 212,474.91 223,606.51 237,597.78 112,659.40 256,648.78

263
Pertambangan
2 53,875.51 58,622.29 64,657.68 35,759.23 77,574.30
dan penggalian

Industri
3 13,664.01 14,261.25 15,069.25 8,009.04 16,642.48
Pengolahan

4 Listrik dan gas 54.98 57.49 61.02 32.69 68.68

5 Konstruksi 53,368.23 57,262.71 62,203.94 33,775.05 71,907.61


Perdagangan,
6 Hotel dan 52,931.26 56,384.65 60,788.50 32,771.38 69,372.97
Restoran

Angkutan dan
7 26,334.10 29,921.08 29,640.70 15,912.70 33,565.81
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan, dan
8 19,402.79 20,798.29 22,054.91 11,728.58 24,478.07
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 40,537.61 44,527.24 47,589.71 24,853.07 56,564.40

Tabel 4.25 Kelebihan atau Kekurangan Sektor Kecamatan Banawa Selatan

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 62,174.09 69,690.79 74,507.12 -79,755.55 88,826.12

Pertambangan
2 -43,024.51 -47,200.49 -52,585.98 -23,015.13 -64,150.90
dan penggalian

Industri
3 -5,051.31 -5,104.45 -5,289.55 2,384.86 -5,567.78
Pengolahan

4 Listrik dan gas -12.68 -13.29 -14.72 16.11 -17.08

5 Konstruksi 553.47 751.69 283.36 33,586.25 593.39


Perdagangan,
6 Hotel dan -393.36 555.95 963.50 34,069.02 3,061.93
Restoran

Angkutan dan
7 -9,669.20 -12,308.78 -10,901.30 4,062.10 -12,261.41
Komunikasi

Keuangan,
8 Persewaan, dan 1,267.51 1,000.61 952.69 12,467.92 997.83
Jasa Perusahaan

9 Jasa-jasa -5,844.01 -7,372.04 -7,915.11 16,184.43 -11,482.10

264
Hasil analisis ;

Sektor pertanian pada tahun 2011 hingga pada tahun 2013 mengalami
peningkatan permintaan. Namun pada tahun 2014 permintaan tersebut
menurun drastis, hal ini dikarenakan pada tahun 2014 di kecamatan Banawa
Selatan terjadi banjir besar yang melumpuhkan sektor pertanian dan sektor
lainnya, kemudian pada tahun 2015 mengalami peningkatan karena mulai
pulih nya sektor pertanian. Pada tahun 2014 kekurangan di sektor pertanian
-79,755.55 juta rupiah, namun pada tahun 2015 kelebihan pada sektor
pertanian mulai meningkat. Hal ini mengakibatkan surplus.

Sektor Pertambangan pada tahun 2011 hingga pada tahun 2013


mengalami peningkatan permintaan. Namun pada tahun 2014 permintaan
tersebut menurun, hal ini dikarenakan lumpuhnya sektor pertambangan
akibat dari banjir besar. Pada tahun 2015 permintaan dari sektor
pertambangan meningkat. Namun sektor pertambangan kekurangan
produksi sehingga harus mendatangkan hasil tambang dari daerah lain, Hal
ini dapat mengakibatkan defisit, karena pengeluaran lebih besar dari
penerimaan di daerah tersebut.

Sektor Industri Pengolahan, pada tahun 2014 sektor ini juga lumpuh
akibat banjir besar yang terjadi di kecamatan Banawa Selatan, sektor
industri mengalami kekurangan produksi yang mengakibatkan pemerintah
harus mendatangkan bahan baku dari daerah lain, hal ini mengakibatkan
defisit.

Sektor Listrik, belum optimalnya distribusi listrik, air dan gas


mengakibatkan tingginya permintaan dari masyarakat, hal ini dapat dilihat
pada tahun 2011 hingga pada tahun 2013, pada tahun 2014 permintaan
menurun karena adanya banjir besar. Kekurangan pada sektor ini
mengakibatkan defisit bagi daerah.

Untuk sektor kontruksi terjadi peningkatan karena setiap tahunnya


selalu ada permintaan untuk pembangunan yang dapat mensejahterakan

265
masyarakat dan melakukan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan
msyarakat.

Untuk sektor perdagangan terus mengalami peningkatan, dimana sektor


ini di dukung karena adanya pembangunan oleh pemerintah dan adanya
pertambahan jumlah penduduk sehingga meningkatkan permintaan untuk
sektor perdagangan. Untuk sektor angkutan dan transportasi mengalami
peningkatan secara umum, hal ini di dukung dengan pembangunan dan
kebutuhan masyarakat untuk pengangkutan hasil bumi maupun transportasi
menuju pasar sehingga permintaan akan sektor ini akan bertambah.

Sektor angkutan, Pada tahun 2014 sektor ini mengalami penurunan yang
sangat signifikan karena adanya banjir besar yang mengakibatkan
terhambatnya akses jalan.

Sektor keuangan persewaan dan Jasa juga mengalami peningakatan


terus menerus dari tahun 2011 sampai tahun 2015, hal ini disebabkan karena
untuk memenuhi kebutuhan diperlukan dana yang besar, sehingga
masyarakat mulai membuka jasa persewaan. Namun, kebuthan hidup
mempengaruhi pendapatan mereka karena kurangnya persewaan yang ada .

Sektor jasa-jasa ,setiap tahun mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan


karena keinginan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya adalah
dengan membuka lowongan jasa,apalagi dengan lokasi yang jauh dan luas
membuat jasa sanagt dibutuhkan dikecmatan ini.

e) Banawa Tengah

Tabel 4.26 Permintaan Sektor Kecamatan Banawa Tengah

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015

1 Pertanian 92.439,72 95.991,56 110.076,90 98.921,29 107.696,06

266
Pertambangan
2 23.439,18 25.165,84 6.710,80 31.398,62 32.552,06
dan penggalian

Industri
3 5.944,69 6.122,18 7.850,60 7.032,39 6.983,59
Pengolahan

4 Listrik dan gas 23,92 24,68 21,2 28,70 28,82

5 Konstruksi 23.218,48 24.582,19 26.167,70 29.656,39 30.174,18

Perdagangan,
6 Hotel dan 23.028,37 24.205,25 33.340,40 28.775,11 29.110,58
Restoran

Angkutan dan
7 11.456,96 12.844,76 9.980,60 13.972,25 14.085,03
Komunikasi

Keuangan,
8 Persewaan, dan 8.441,41 8.928,46 8.712 10.298,36 10.271,59
Jasa Perusahaan

9 Jasa-jasa 17.636,37 19.115,00 26.899,90 21.822,39 23.735,80

Tabel 4.27 Kelebihan atau Kekurangan Sektor Kecamatan Banawa Tengah

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 7.708,18 8.875,44 101.156,54 16.664,51 12.219,94
Pertambangan
-
2 dan -17.305,08 -18.751,34 27.527,81 -24.411,32
25.290,16
penggalian
Industri
3 1.136,21 1.329,72 6.415,69 1.248,41 1.766,71
Pengolahan

4 Listrik dan gas -4,72 -4,48 25,98 -6,30 -5,22

5 Konstruksi -498,38 -285,39 26.483,14 -1.834,89 -483,08

267
Perdagangan,
6 Hotel dan 5.859,83 6.765,85 25.880,52 6.605,69 8.796,42
Restoran

Angkutan dan
7 -2.586,06 -3.462,26 12.619,44 -3.310,45 -2.672,93
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan,
8 -470,51 -602,86 9.389,81 -1.180,96 -738,49
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 6.160,53 6.135,30 20.261,18 6.225,31 6.406,80

Hasil Analisa:

Untuk sektor pertanian dapat dilihat pada tahun 2011 sampai 2013
jumlah permintaan terbesar terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar
110.076,90 , permintaan sebesar itu salah satu faktornya adalah kebutuhan
masyarakatnya semakin banyak dan meningkat, dan di Kecamatan Banawa
Tengah sendiri sangat dominan akan pertanian sehingga selera dari
konsumsi masyarakatnya tidak jauh dari sektor daerah mereka maka
permintaan akan pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan juga
semakin tinggi. Namun pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi
98.921,29 juta, hal tersebut dikarenakan pada tahun sebelumnya
permintaannya yang sangat tinggi dan harga yang ditawarkan cukup murah
sehingga membuat mendorong masyarakat untuk berbelanja lebih banyak
dan untuk stok guna menghindari kenaikan harga barang di tahun
berikutnya, sehingga mereka dapat mengehmat uang belanja mereka. Di
sektor pertanian terjadi surplus atau kelebihan hasil pertanian hal ini
dikarenakan sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani,
peternak dan nelayan sehingga mereka cenderung memenuhi kebutuhan
pokok makanannya dari hasil pekerjaan mereka.

268
Untuk sektor pertambangan dan penggalian dapat dilihat dari tahun
2011 sampai tahun 2015 mengalami peningkatan terhadap jumlah
permintaan kecuali pada tahun 2013 yang mengalami penurunan yang
cukup signifikan. Tingginya angka permintaan pada tahun 2011,2012,2014
dan 2015 karena pada tahun-tahun ini pendapatan masyarakat Banawa
tengah sedang dalam kondisi baik maka dengan kondisi keuangan yang baik
timbul keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang hasil tambang
seperti emas oleh karena itu permintaan pada sektor ini naik. Namun, dapat
dilihat bahwa ada masalah yang terjadi dari tahun 2013 yang menyebabkan
turunnya angka permintaan di sektor ini, hal yang menjadi permasalahannya
adalah karena pada tahun ini dapat dilihat dari sektor pertanian tadi terjadi
walaupun permintaan barang tinggi namun kelebihan pada sektor ini juga
cukup tinggi sehingga menyebabkan para pedagang menjual dagangannya
dengan harga murah, sehingga perekonomian masyarakat pada tahun ini
pun dalam keadaan rendah untuk membeli barang-barang tambang seperti
perhiasan emas. Oleh karena itu pada tahun 2011,2012,2014 dan 2015
sektor ini mengalami kekurangan karena permintaan di sektor ini pada
tahun-tahun ini sangat tinggi, mengingat pendapatan masyarakat cukup
baik, sehingga tidak seimbang antara permintaan dan penyediaan dan
terjadilah kekurangan dari hasil sektor ini. Sedangkan tahun 2013 terjadi
kelebihan dikarenakan pendapatan masyarakatnya pada tahun ini menurun
sehingga masyarakat yang ekonominya lemah tidak dapat membeli barang-
barang hasil tambang karena mereka harus memenuhi kebutuhan vital
mereka dahulu.

Selanjutnya pada sektor industri pengolahan, dapat dilihat bahwa pada


tahun 2011 sampai tahun 2015 angka tertinggi terjadi pada tahun 2013 yakni
sebesar 7.850,60 juta rupiah. Angka permintaan di sektor ini cukup tinggi
mengingat hasil anyaman masyarakat disana sudah dipromosikan
pemerintah dan banyak masyarakat yang berminat dengan hasil kerjainan
tersebut sehingga permintaan akan kerajinan tangan berupa anyaman juga
meningkat. Namun ternyata pada tahun 2013, dengan permintaan yang
cukup tinggi ternyata mengalami kelebihan yakni sebesar 6.415,69, hal ini

269
dikarenakan anyaman yang dibuat masyarakat yang menarik dengan model
yang khas ini dibuat dengan manual yakni dengan tangan sehingga
mengurangi biaya yang dikeluarkan.

Pada tabel diatas, dilihat dari sektor listrik,air dan gas, jumlah
permintaanya sangat rendah jika dibandingkan dengan sektor lainnya.
Dilihat dari tahun 2011 sampai tahun 2015 angka yang tertinggi hanya
mencapai 28,82 juta rupiah pada tahun 2015. Angka-angka permintaan yang
rendah tersebut dikarenakan masyarakat di Banawa Tengah yang
ekonominya masih dalam menengah kebawah belum mampu untuk
membayar biaya pasang listrik dirumah mereka. Selain itu untuk kebutuhan
air masyarakat lebih memilih menggunakan sumber air alami yaitu
pegunungan sehingga permintaan akan air ke PDAM rendah. Oleh sebab itu
sektor ini mengalami kekurangan atau defisit pada tahun 2011,2012,2014
dan 2015 karena jumlah pengeluaran lebih besar dibandingkan pemasukan
daerah.

Untuk sektor konstruksi/bangunan, dari tahun 2011 sampai tahun 2015


mengalami peningkatan yang pada tahun 2015 mencapai 30.174,18 juta
rupiah. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya tahun jumlah
penduduk maka akan semakin bertambah dan jumlah kebutuhan hidup
seperti perumahan juga akan semakin mningkat sehingga memperngaruhi
jumlah permintaan pada sektor ini. Hal lain juga disebabkan karena
penduduk yang semakin banyak berpengaruh pula terhadap pembangunan
infrastruktur yang baik. Selain pada tahun 2013 Kecamatan Banawa Tengah
mengalami kekurangan atau defisit akibat dari pembangunan yang cukup
besar yang terjadi pada tahun 2011,2012,2014 dan 2015.

Untuk sektor perdagangan ,hotel dan Restauran dapat dilihat dari tahun
2011 sampai tahun 2015 mengalami kenaikan jumlah permintaan namun
2013 mengalami penurunan. Hal utama yang menyebabkan tingginya
permitaan adalah karens wisatanya semakin dikenal maka banyak
pengunjung yang datang sehingga permintaan akan penginapan dan tempat
makan juga semakin tinggi. Dari tahun 2011-2015 Banawa Tengah selalu

270
mengalami kelebihan atau surplus yang disebabkan oleh banyaknya
pengunjung yang datang sehingga menambah pendapatan daerah.

Pada sektor angkutan dan komunikasi sama seperti sektor perdagangan


yakni dari tahun 2011 sampai tahun 2015 mengalami peningkatan, hanya
saja 2013 mengalami penurunan. Angka-angka permintaan tersebut
disebakan karena seirng dengan meningkatnya sektor-sektor yang
membutuhkan jasa angkutan dan komunikasi seperti petarnian, perhotelan,
dan restoran. Selain itu untuk komunikasi permintaan masyarakat lebih
dominan ke bidang teknologi seperti hp dan tv, karena masyarakat sudah
mulai meninggalkan telepon rumah dan radio. Tahun-tahun selain 2013
mengalami kekurangan atau defisit karena barang-barang elektronik yang
dibeli berasal dari luar daerah.

Untuk sektor keuangan persewaan dan Jasa perusahaan juga mengalami


peningakatan terus menerus dari tahun 2011 sampai tahun 2014 namun
tahun 2015 mengalami penurunan sedikit. Angka-angka tersebut
disebabkan permintaan akan keuangan cukup tinggi mengingat kebutuhan
masyarakatnya yang semakin banyak, selain itu permintaan akan sewa baik
itu jasa seperti perawat dan guru, maupun kendaraan seperti ojek juga
meningkat. Karena angka permintaan cukup tinggi sehingga pemerintah
harus memenuhi permintaan tersebut maka terjadi kekurangan atau defisit
pada tahun 2011,2012,2014 dan 2015. Sedangkan pada tahun 2013
mengalami kelebihan atau surplus.

Untuk sektor jasa-jasa, tahun 2011 sampai 2013 mengalami kenaikan,


sedangkan untuk tahun 2014 mengalami penurunan namun pada tahun 2015
kembali naik. Hal ini disebabkan karena permintaan atas jasa-jasa cukup
banyak terutama pada tahun 2013 yakni sebesar 26.899,90 juta rupiah dan
menjadi angka terbedar dibanding tahun lainnya, jasa yang paling banyak
permintaan adalah jasa dalam bidang pertanian yaitu jasa penggiling, jasa
tengkulak atau jasa penampung dan jasa transportasi untuk mengangkut
pertanian. Hal tersebut menyebabkan sektor jasa-jasa ini mengalami
kelebihan atau surplus yakni yang terbesar pada tahun 2013 yang angkanya

271
mencapai 20.261,18 juta rupiah, angka tersebut dikatakan tinggi jika
dibandingkan tahun-tahun lainnya.

f) Labuan

Tabel 4.28 Permintaan Sektor Kecamatan Labuan

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 165,056.31 174,793.11 187,416.18 185,896.23 206,568.78

Pertambangan
2 dan 41,851.97 45,825.02 51,001.72 59,005.35 62,437.19
penggalian

Industri
3 10,614.58 11,148.01 11,886.56 13,215.50 13,395.02
Pengolahan
Listrik dan
4 42.71 44.94 48.13 53.94 55.28
gas
5 Konstruksi 41,457.90 44,762.24 49,066.22 55,731.30 57,876.24
Perdagangan,
6 Hotel dan 41,118.45 44,075.86 47,949.73 54,075.17 55,836.18
Restoran
Angkutan
7 dan 20,457.05 23,389.30 23,380.46 26,257.12 27,016.09
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan,
8 15,072.62 16,258.02 17,396.82 19,353.02 19,701.65
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 31,490.72 34,806.92 37,538.57 41,009.38 45,526.96

Tabel 4.29 Kelebihan atau Kekurangan Sektor Kecamatan Labuan

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
-
1 Pertanian -79,158.98 -62,546.23 -68,062.78 -61,617.91
58,181.31

Pertambangan
2 dan 128,460.81 113,456.45 105,440.48 95,790.08 86,994.43
penggalian

Industri
3 -2,885.22 -3,181.40 -2,256.86 -1,946.21 -1,797.18
Pengolahan

272
Listrik dan
4 -1.38 -3.44 -0.63 -0.24 -0.51
gas
5 Konstruksi -13,180.74 -13,905.10 -9,943.42 -8,106.34 -7,078.00
Perdagangan,
6 Hotel dan -10,007.38 -11,340.37 -7,732.53 -6,751.36 -6,462.45
Restoran

Angkutan dan
7 -5,447.69 -6,156.12 -4,612.36 -5,844.00 -3,984.75
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan,
8 -11,258.35 -11,321.12 -9,747.22 -8,989.52 -8,187.82
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa -6,521.06 -5,002.68 -3,084.67 -2,534.52 -1,302.42

Hasil Analisa:

Untuk sektor pertanian, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan yang meningkat dari yang awalnya di tahun 2011 sebesar
165,056.31 meningkat menjadi 206,568.78 di tahun 2015. Hal ini
dikarenakan luas lahan panen tanaman padi terus menurun dari tahun ke
tahun yang diikuti dengan penurunan produksi padi itu sendiri, sehingga
mengakibatkan besarnya jumlah permintaan tetapi belum bisa memenuhi
kebutuhan masyarakat kecamatan ini. Hal ini menyebabkan terjadinya
defisit pada sektor pertanian dari tahun 2011 hingga 2015.

Untuk sektor pertambangan dan penggalian, pada tahun 2011 hingga


tahun 2015 terdapat permintaan yang meningkat dari yang awalnya
41,851.97 di tahun 2011 meningkat menjadi 62,437.19 pada tahun 2015.
Hal ini dikarenakan sektor ini merupakan sektor basis sehingga juga harus
memproduksi untuk diekspor, maka dari itu permintaan juga meningkat dan
hasil sektor ini sudah mampu mencukupi permintaan masyarakat Labuan.
Hal ini menyebabkan terjadinya surplus pada sektor pertambangan dan
penggalian dari tahun 2011 hingga 2015.

273
Untuk sektor industry pengolahan, pada tahun 2011 hingga tahun 2015
terdapat permintaan yang meningkat dari yang mulanya 10,614.58
meningkat menjadi 13,395.02 di tahun 2015. Hal ini dikarenakan
perkembangan industry otomotif di Indonesia memberikan pertumbuhan
ekonomi di sektor jasa, salah satunya tumbuhnya pelayanan bengkel yang
tersebar dimana-mana, tidak terkecuali Kecamatan Labuan ini. Hal ini juga
menyebabkan bertambahnya permintaan masyarakat akan hasil produksi
sektor ini. Hal ini juga menyebabkan meningkatnya usaha industry
pengolahan di Labuan dari tahun 2011 hingga tahun 2014, tapi menurun di
tahun 2015. Penurunan ini menyebabkan kurangnya hasil industry, sehingga
permintaan kepada sektor ini belum dapat terpenuhin. Hal ini menyebabkan
terjadinya defisit pada sektor industry pada tahun 2011 hingga tahun 2015.

Untuk sektor listrik dan gas, pada tahun 2011 hingga tahun 2015
terdapat permintaan yang meningkat dari yang mulanya 42.71 di tahun 2011
meningkat menjadi 55.28 di tahun 2015. Hal ini dikarenakan kecamatan ini
masih sulit untuk mendapatkan akses energy khususnya LPG untuk
kebutuhan rumah tangga dikarenakan tidak tersedianya akses serta energy
yang memadai. Kebutuhan rumah tangga yang kian meningkat tapi tidak
diimbangin dengan pasokan gas yang memadai menyebabkan terjadi
peningkatan permintaan, sehingga sektor ini belum bisa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Maka, terjadilah defisit pada sektor listrik dan gas
pada tahun 2011 hingga 2015.

Untuk sektor konstruksi, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan yang meningkat dari yang mulanya 41,457.90 di tahun 2011
meningkat menjadi 57,876.24 di tahun 2015. Hal ini disebabkan banyaknya
masyarakat yang mendirikan tempat tinggal dan tempat untuk berdagang
tetapi karena keterbatasan dalam mendapatkan bahan-bahan konstruksi
yang terlebih dahulu didatangkan dari luar, sehingga sektor ini belum
mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Maka terjadilah defisit
pada sektor konstruksi pada tahun 2011 hingga 2015.

274
Untuk sektor perdagangan hotel, dan restoran, pada tahun 2011 hingga
tahun 2015 terdapat peningkatan permintaan dari yang mulanya 41,118.45
di tahun 2011 meningkat menjadi 55,836.18 di tahun 2015. Hal ini
disebabkan kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan barang berasal dari
kegiatan perdagangan yang dilakukan dari pasar hingga warung dan kios
kecil. Tetapi dikarenakan Kabupaten Donggala akan dijadikan kota
pariwisata, kecamatan ini belum mampu untuk memenuhi kebutuhan hotel
dan restoran untuk pengunjung. Maka, terjadilah defisit pada sektor ini dari
tahun 2011 hinggga tahun 2015.

Untuk sektor angkutan dan komunikasi, pada tahun 2011 hingga 2015
terjadi peningkatan dari tahun 2011 yang mulanya 20,457.05 meningkat
menjadi 27,016.09 di tahun 2015. Hal ini disebabkan bertambahnya minat
masyarakat untuk mempunyai kendaraan pribadi seperti motor dan telpon
genggam untuk komunikasi. Karena peningkatan yang cukup siknifikat
selama lima tahun tersebut sektor ini masih belum mampu memenuhi
permintaan masyarakat. Maka, terjadilah defisit pada sektor ini dari tahun
2011 hingga tahun 2015.

Untuk sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, pada tahun


2011 hingga 2015 terjadi peningkatan dari tahun 2011 yang mulanya
15,072.62 meningkat menjadi 19,701.65 di tahun 2015. Hal ini di karenakan
bertambahnya minat masyarakat untuk membuka usaha perdagangan, salah
satunya dengan menyewa kios. Selain pendepatan asli desa, keuangan
kecamatan ini juga mendapat bantuan dari pemerintah kabupaten berupa
bagian yang diperoleh dari pajak dan retribusi, serta sumbangan pihak
ketiga dan pinjaman desa. Oleh karena itu sektor ini masih belum mapu
untuk memenuhi permintaan masyarakatnya. Hal ini dikarenakan terjadinya
defisit pada sektor ini dari tahun 2011 hingga tahun 2015.

Untuk sektor jasa-jasa, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terjadi
peningkatan dari yang mulanya 31,490.72 di tahun 2011 meningkat menjadi
45,526.96 di tahun 2015. Hal ini dikarenakan meningkatnya minat
masyarakat dalam pelayanan jasa seperti jasa pendidikan. Banyaknya

275
permintaan dari masyarakat belum diimbangi dengan pemenuhan yang
optimal. Sehingga sektor ini belum mampu memenuhi permintaan
masyarakat Labuan ini. Hal ini dikarenakan terjadi defisit pada sektor ini
dari tahun 2011 hingga tahun 2015.

g) Tanantovea

Tabel 4.30 Permintaan Sektor Kecamatan Tanantovea

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian
151.122,41 158.981,35 168.279,08 165.501,49 181.446,24

Pertambangan
2
dan 38.318,86 41.679,69 45.793,92 52.531,85 54.843,69
penggalian
Industri
3
Pengolahan 9.718,50 10.139,56 10.672,82 11.765,62 11.765,94
Listrik dan
4
gas 39,10 40,87 43,22 48,02 48,56

5 Konstruksi
37.958,06 40.713,05 44.056,06 49.617,00 50.837,43
Perdagangan,
6 Hotel dan
37.647,27 40.088,76 43.053,57 48.142,56 49.045,48
Restoran
Angkutan
7 dan
18.730,09 21.273,50 20.993,08 23.376,44 23.730,44
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan,
8
dan Jasa 13.800,20 14.787,32 15.620,43 17.229,79 17.305,57
Perusahaan

9 Jasa-jasa
28.832,30 31.658,29 33.705,50 36.510,22 39.990,05

Tabel 4.31 Kelebihan atau Kekurangan Sektor Kecamatan Tanantovea

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian -34.820,31 -36.063,35 -39.797,98 -32.422,29 -44.845,94

276
Pertambangan
2 -15.157,06 -17.292,59 -20.102,12 -25.766,15 -26.943,09
dan penggalian

Industri
3 -995,30 -1.035,96 -1.162,32 -1.821,42 -1.396,14
Pengolahan

4 Listrik dan gas 11,80 13,23 14,48 13,68 17,74

5 Konstruksi -7.643,46 -8.033,95 -8.896,56 -12.056,10 -10.752,43


Perdagangan,
6 Hotel dan 29.808,83 33.937,54 37.805,33 40.972,04 48.570,72
Restoran

Angkutan dan
7 8.591,11 7.655,90 9.621,62 9.004,66 10.522,76
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan, dan
8 11.288,20 12.033,18 12.975,67 13.251,21 15.216,53
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 8.916,20 8.786,01 9.541,90 8.824,38 9.609,85

Hasil Analisa:

Sektor pertanian merupakan sektor dengan jumlah permintaan terbesar


di Kecamatan Tanantovea. Untuk sektor pertanian pada tahun 2011 hingga
tahun 2013 mengalami peningkatan permintaan sebesar 151.122,41 juta di
tahun 2013, 158.981,35 juta tahun 2012 dan tahun 2013 sebesar 158.981,35
juta rupiah. Kenaikan ini disebabkan besarnya kebutuhan pangan
masyarakat Tanantovea diiringi dengan bertambahnya jumlah penduduk di
Tanantovea dan melihat potensi pertanian yang besar di Tanantovea.
Namun, di tahun 2014 permintaan sektor pertanian mengalami penurunan
diakibatkan adanya bencana banjir yang membuat permintaan masyarakat
Tanantovea tidak terlalu dominan ke arah pertanian namun lebih terfokus
pada sektor lainnya misalnya sektor kontruksi dan sektor perdagangan.
Namun pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 181.446,24 juta
karena terjadi banjir yang tidak terprediksi dan membuat permintaan

277
pertanian semakin meningkat. Namun dengan jumlah permintaan yang
besar, hasil produksi pertanian di Tanantovea masih belum mencukupi
untuk memenuhi permintaan masyarakat Tanantovea. Hal ini menyebabkan
terjadinya defisit permintaan sektor pertanian mulai dari tahun 2011 hingga
tahun 2015.

Permintaan untuk sektor pertambangan dan penggalian selalu


mengalami kenaikan mulai dari tahun 2011 hingga tahun 2015 dengan
permintaan tertinggi pada tahun 2015 sebesar 54.843,69 juta. Meningkatnya
sektor pertambangan dan penggalian ini disebabkan bertambahnya hasil
produksi pertambangan dan penggalian sehingga menambah jumlah
permintaan sektor pertambangan dan penggalian. Namun, hasil sektor ini
masih belum mencukupi permintaan masyarakat Tanantovea karena
pengelolaannya belum dilakukan sehingga hasil produksi belum tercapai
secara optimal. Dan menyebabkan defisit yang terus meningkat dari tahun
2011 hingga tahun 2015.

Untuk sektor industri pengolahan selalu mengalami peningkatan


dimulai dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Peningkatan jumlah permintaan
ini disebabkan bertambahnya minat masyarakat untuk mendapatkan hasil
industri di Tanantovea seperti industri makanan kecil dan industri konveksi.
Di tahun 2014 dan tahun 2015 jumlah permintaan stabil yaitu berjumlah
11.765.62 juta di tahun 2014 dan 11.765,94 juta di tahun 2015. Hal ini
disebabkan adanya bencana banjir yang membuat masyarakat Tanantovea
tidak terlalu membutuhkan hasil industri pengolahan sehingga menjadi
stabil. Namun karena kurangnya hasil industri , permintaan sektor ini belum
bisa terpenuhi sehingga menyebabkan defisit yang terus meningkat dari
tahun 2011 hingga 2014. Di tahun 2015 defisit yang terjadi menurun
menjadi 1.396,14 juta rupiah karena berkurangnya permintaan masyarakat
akan sektor industri pengolahan akibat banjir.

Di sektor listrik dan gas, permintaan masyarakat Tanantovea akan sektor


ini terus mengalami peningkatan dengan angka terbesar di tahun 2015 yaitu

278
sebesar 48,56 juta rupiah. Dikarenakan bertambahnya jumlah penduduk
Kecamatan Tanantovea yang memerlukan sektor listrik dana gas untuk
membantu kehidupan sehati – hari. Walau terus mengalami peningkatan,
sektor ini merupakan sektor dengan jumlah permintaan terkecil diantara
sektor lainnya. Karena jumlah penduduk di Kecamatan Tanantovea yang
hanya berjumlah 15.000-an jiwa. Dan untuk memenuhi permintaan
masyakat Tanantovea, pemerintah terlah berhasil memenuhi permintaan
dan menyebabkan terjadinya suplus yang mengalami peningkatan setiap
tahun. Kenaikan suplus ini disebabkan kerja keras dari pemerintahan dalam
menyelengarakan program sektor listrik dan gas menjadi berhasil.

Untuk sektor kontruksi, permintaan selalu mengalami peningkatan dari


tahun 2011 hingga tahun 2015. Hal ini disebabkan banyaknya masyarakat
yang mendirikan tempat tinggal dan tempat untuk berdagang. Dan usaha
pemerintahan untuk membangun infastruktur agar mensejahterakan
masyarakat. Namun walaupun selalu mengalami peningkatan. Permintaan
kontruksi belum bisa terpenuhi dan selalu mengalami defisit dari tahun 2011
hingga tahun 2014. Hal ini disebabkan keterbatasan dalam mendapatakn
bahan – bahan kontruksi yang terlebih dahulu harus didatangkan dari luar
daerah Kecamatan Tanantovea. Di tahun 2015 kekurangan menurun
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 10.752,43
disebabkan adanya banjir yang menghambat aksesibilitas bahan – bahan
kontruksi.

Permintaan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kecamatan


Tanantovea terus meningkat tiap tahun. Karena kebutuhan masyarakat
untuk mendapatkan barang berasal dari kegiatan perdagangan yang
dilakukan mulai dari pasar hingga warung dan kios yang kecil. Dalam
memenuhi permintaan ini, terdapat kelebihan pada sektor perdagangan,
hotel dan restoran. Dikarenakan banyaknya yang menyediakan jasa
perdagangan barang – barang untuk keseharian masyarakat di Kecamatan
Tanantovea. Hal ini menyebabkan terjadinya sulfus di sektor perdagangan,
hotel dan restoran selau meningkat mulai tahun 2011 hingga tahun 2015.

279
Untuk sektor angkutan dan komunikasi selalu meningkat pada tahun
2011 hingga tahun 2015 selalu meningkat. Hal ini disebabkan karena
adanya kebutuhan masyarakat Tanantovea memerlukan aksesibilitas untuk
menunjang kegiatan sehari – hari dan sarana komunikasi untuk saling
bertukar informasui. Dalam memenuhi permintaan sektor angkutan dan
komunikasi mempunyai nilai kelebihan yang terus meningkat. Hal ini
disebabakan karena pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah dalam
sarana angkutan dan komunikasi sudah baik. Dengan adanya jalan yang
memperlancar transportasi dan meluasnya jaringan komunikasi
menyebabkan surplus sektor angkutan dan komunikasi meningkat dari
tahun 2011 hingga 2015.

Pada sektor keuangan, jumlah permintaan pada tahun 2011 hingga tahun
2015 selalu meningkat, dengan nilai tertinggi pada tahun 2015 yaitu sebesar
15.216,53 juta rupiah. Hal ini disebabkan berkembangnya lembaga
perbankan yang membantu masyarakat dalam perihal transaksi keuangan
serta meningkatnya jumlah penduduk yang wajib membayar pajak. Dalam
memenuhi permintaan sektor keuangan ternyata terdapat kelebihan di atas
10 juta rupiah dan terus mengalami peningkatan dari tahun 2011 hingga
tahun 2015. Peningkatan ini berdasarkan banyaknya masyarakat di
Kecamatan Tanantovea yang membayar pajak dan penambahan dana
alokasi untuk Kecamatan Tanantovea.

Untuk sektor perjasaan, jumlah permintaan selalu mengalami


peningkatan mulai dari tahun 2011 hingga tahun 2015 dengan jumlah
permintaan terbesar di tahun 2015 yaitu 39.990,05 juta rupiah. Peningkatan
ini terjadi karena bertambah penduduk yang menggunakan jasa – jasa yang
ditawarkan mulai dari jasa pegawai hingga jasa sosial, contohnya jasa
pendudukan. Dan sektor perjasaan mempunyai kelebihan yang selalu
meningkat dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Dikarenakan banyaknya jasa
– jasa yang ditawarkan untuk masyarakat Kecamatan Tanantovea untuk
digunakan. Hal ini menyebabkan meningkatnya jumlah surflus sektor
perjasaan.

280
h) Sindue

Tabel 4.32 Permintaan Sektor Kecamatan Sindue

N Tahun
Kategori
o 2011 2012 2013 2014 2015

1 Pertanian 168,147.9 176,859.1 186,797.7 182,583.9 199,328.3


8 1 3 4 2

Pertambanga
2
n dan 42,635.89 46,366.65 50,833.42 57,953.99 60,248.70
penggalian
Industri
3
Pengolahan 10,813.40 11,279.78 11,847.34 12,980.03 12,925.52
Listrik dan
4
gas 43.51 45.47 47.97 52.98 53.34

5 Konstruksi
42,234.44 45,291.31 48,904.31 54,738.28 55,847.62

Perdagangan,
6
Hotel dan 41,888.64 44,596.82 47,791.50 53,111.66 53,879.07
Restoran
Angkutan
7 dan
20,840.23 23,665.75 23,303.31 25,789.27 26,069.15
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8
dan Jasa 15,354.94 16,450.18 17,339.42 19,008.19 19,011.09
Perusahaan
9 Jasa-jasa
32,080.57 35,218.33 37,414.70 40,278.67 43,931.19

Tabel 4.33 Kelebihan atau Kekurangan Sektor Kecamatan Sindue

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 7,910.32 10,921.09 11,570.27 23,494.76 13,424.78

Pertambangan - - - - -
2
dan 14,801.99 17,244.05 19,931.12 24,737.09 24,537.30
penggalian
Industri
3 4,012.00 4,282.42 4,592.56 4,375.57 5,374.28
Pengolahan

281
Listrik dan
4 5.39 6.23 6.93 5.32 9.26
gas
5 Konstruksi 8,126.26 9,778.09 10,702.89 9,869.92 13,832.38
Perdagangan,
- - - - -
6 Hotel dan
10,501.54 10,736.42 11,780.90 14,879.26 12,649.27
Restoran
Angkutan
7 dan 6,384.97 5,104.15 7,161.99 6,603.23 8,545.35
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 -6,555.04 -7,246.98 -7,779.92 -9,051.09 -8,589.39
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 5,419.63 5,135.47 5,457.30 4,318.63 4,589.91

Hasil Analisa:

Sektor pertanian adalah sektor tertinggi diantara sektor lainnya pada


tahun 2011 di kecamatan sindue dengan mencapai 168,147.98 juta. Di
sektor ini ditahun 2012 hingga 2013 terjadi peningkatan dengan sebesar
176,859.11 juta pada tahun 2012 dan 186,797.73 juta pada tahun 2013
dengan luas panen tanaman padi di Kecamatan Sindue adalah 820 hektar,
sedangkan tanaman jagung luasnya 338 hektar. Kenaikan permintaan ini
menunjukkan besarnya atau banyaknya kebutuhan dengan bertambahnya
jumlah penduduk di kecamatan sindue. Namun pada tahun 2014 terjadi
sedikit penurunan diakibatkan terjadinya gagal panen akibat terkena
pencemaran bekas pertambangan sehingga hal tersebut mempengaruhi
permintaan masyarakat. Tetapi sektor pertanian mengalami peningkatan
lagi di tahun 2015 yaitu sebesar 199,328.32 juta, ini adalah jumlah
permintaan tertinggi diantara tahun yang lain pada sektor pertanian. Hal ini
dengan permintaan yang besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
terjadi surplus dari tahun 2011 hingga 2015.

Pada sektor pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan mulai


dari tahun 2011 sampai 2015 dengan permintaan di tahun 2015 sebesar
60,248.70 juta yang merupakan permintaan yang paling tinggi diantara
tahun lainnya. Meningkatnya sektor ini karena banyaknya permintaan
produksi sehingga dibukanya lubang-lubang baru. Namun sektor ini masih

282
belum mencukupi permintaan baik dari dalam atau luar, karena kurangnya
pengolahan nya tidak dilakukan dengan baik sehingga belum mencapai ke
yang optimal. Hal ini menyebabkan angka defisit meningkat disetiap
tahunnya dari tahun 2011-2015.

Untuk sektor industri pengolahan dapat dilihat pada tabel diatas terjadi
peningkatan disetiap tahunnya. Di tahun 2015 angka permintaan sebanyak
12,925.52 juta dan ini merupakan angka tertinggi diantara tahun lain,
peningkatan ini disebabkan minat warga untuk membuka usaha industri
baik rumah tangga ataupun dengan didukung dari hasil sektor pertanian
maka semakin kuat sebagai perkembangan industri dan perekonomian yang
semakin seimbang. Di Kecamatan Sindue tercatat industri kecil sebanyak 7
unit, sementara itu yang termasuk kerajinan rumah tangga sebanyak 23 unit.
Dengan besarnya permintaan ini terjadi surplus dari tahun 2011 hingga 2015
dengan angka yang paling besar mencapai 5,374.28 juta di tahun 2015.

Sektor listrik, air dan gas di kecamatan sindue permintaan


masyarakatnya dari tahun ketahun meningkat dengan angka permintaan
sebesar 53.34 juta. Dengan bertambahnya penduduk sindue hal ini dijadikan
faktor kenaikan angka permintaan tetapi diantara sektor lain sektor listrik
air dan gas ini memiliki nilai permintaan yang rendah dari sektor yang lain.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan ketersediaan listrik air dan
gas pemerintah telah mencapainya dapat dilihat pada tabel.4 terjadi surplus
dari tahun 2011 ke tahun 2015 dengan angka surplus terbesar sebanyak 9.26
juta, terjadinya surplus ini membuktikan program-program pemerintah yang
dijalankan di kecamatan sindue berhasil.

Di sektor konstruksi, permintaan selalu mengalami peningkatan dengan


puncak permintaan di tahun 2015 sebesar 55,847.62 juta. Dengan
bertambahnya jumlah penduduk masyarakat sindue ini dapat dijadikan
faktor konstruksi atau bangunan meningkat karena akan mendirikan tempat
tinggal atau membangun toko dagang untuk mencari nafkah serta
mendirikan bagungan pemerintah seperti puskesmas. Usaha ini dilakukan
untuk dapat mensejahterakan masyarakat sindue, dengan ini yang dilakukan

283
pemerintah untuk masyarakatnya dilaksanakan dengan baik, dapat dilihat
pada tabel.4 terjadi peningkatan surplus di sektor konstruksi di kecamatan
sindue dengan angka tertinggi sebesar 13,832.38 juta ditahun 2015
dikarenakan kelebihan dalam membangun perumahan atau pertokoan.

Pada sektor perdangangan, perhotelan dan restaurant di kecamatan


sindue dari tahun ke tahun sektor ini meningkat. Dapat dilihat dari tabel.4
permintaan dari tahun 2011 sebesar 41,888.64 juta meningkat jauh
53,879.07 pada tahun 2015. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
sindue, karena dalam memperoleh kebutuhan barang ataupun pangan
didapatkan dari kegiatan perdagangan. Namun dari kegiatan ini masih
kurang dalam memenuhi kebutuhan permintaan masyarakat sehingga
menyebabkan defisit yang cukup besar di tahun 2011-2015, dengan defisit
tertinggi ada pada tahun 2014 sebesar -14,879.26 juta terjadinya ini
dikarenakan prasarana pemasaran di Kecamatan Sindue masih sangat
kurang, sehingga merupakan kendala bagi masyarakat umum karena
transportasi yang begitu sulit antar desa sehingga untuk memasarkan hasil
komoditi pertanian/perkebunan ke desa yang memiliki sarana pemasaran di
Kecamatan Sindue hanya dua buah yaitu di Desa Toaya yang merupakan
pasar pagi dan pasar sore. Di desa-desa lainnya belum ada pasar yang
dibangun baik yang bersifat permanen maupun darurat. Untuk memasarkan
produksi hasil pertanian maupun perikanan biasanya penduduk langsung
menjual kepada pedagang pengumpul secara proaktif dating kedesa-desa.
Sementara itu untuk memenuhi barang kebutuhan sehari-hari biasanya
penduduk membelinya di toko atau kios yang ada di desa masing-masing.

Sektor angkutan dan komunikasi, pada sektor ini dapat dilihat dari tabel
terjadi peningkatan dari tahun 2011 ke 2015 yaitu sebesar 20,840.23 juta
pada tahun 2011 dan 26,069.15 juta pada tahun 2015. Untuk menunjang
arus perhubungan dan perekonomian di suatu tempat perlu tersedianya
sarana perhubungan antar daerah dan desa itu sendiri, sehingga arus lalu
lintas baik kendaraan bermotor maupun tidak bermotor dapat beroperasi
dengan baik. Jumlah jembatan di Kecamatan Sindue sebanyak 24 buah yang
terdiri dari 18 buah jembatan permanen, 5 buah jembatan semi permanen

284
dan 1 buah jembatan darurat, dengan panjang total 416 meter. Sarana
komunikasi dan informatika disaat ini semakin dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat termasuk di Kecamatan Sindue. Melalui sarana komunikasi dan
informasi tersebut masyarakat dapat memperoleh informasi mengenai
pengetahuan dan teknologi, informasi tentang seni budaya, olahraga,
pendidikan serta informasi lain yang sangat penting bagi masyarakat.
Beberapa sarana informasi yang telah dapat dimiliki adalah radio dan
televisi, dimana seluruh desa di Kecamatan Sindue telah dapat menikmati
sarana tersebut. Sedangkan sarana komunikasi telepon kabel belum
menjangkau kecamatan ini,namun untuk komunikasi telepon genggam (HP)
sudah dapat dinikmati oleh hampir seluruh desa. Oleh karena itu terjadi
surplus di sektor ini di mana pada setiap tahunnya mengalami peningkatan
pada tahun 2015 sebesar 8,545.35 juta yang membuktikan bahwa
masyarakat telah hampir semua menggunakan telpon genggam serta akses
angkutan yang baik.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dapat dilihat pada


tabel diatas bahwa jumlah permintaan di kecamatan sindue meningkat di
setiap tahunnya dengan jumlah paling tinggi ada pada tahun 2015 sebesar
19,011.09 juta. Dengan pengolahan rencana anggaran dan belanja daerah
dianut suatu sistem berimbang dan dinamis. Sistem berimbang berarti
terdapat keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran. Sedangkan
dinamis berarti terjadi peningkatan tabungan pemerintah. Namun, data
tentang jumlah wajib pajak di Kecamatan Sindue belum tersedia, tetapi
untuk menentukan target penerimaan pajak biasanya digunakan pendekatan
melalui banyaknya surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) yang
dikeluarkan di Kecamatan Sindue. Pada tahun 2009 jumlah SPPT bumi dan
bangunan yang dikeluarkan sebanyak 5.762 dengan target penerimaan
sebesar Rp.98.318.819. sampai pada saat pedataan baru terealisasi sebesar
Rp.37,786.534 atau sekitar 38,43 persen. Di Kecamatan Sindue terdapat
lembaga ekonomi berupa KUD dan koperasi non KUD masing-masing
sebanyak satu dan 5 buah. Hal ini menyebabkan defisit di sektor ini maka
diperlukannya upaya untuk meningkatkan realisasi penerimaan pajak

285
dengan melalui tagihan atau pun membangun kesadaran masyarakat untuk
membayar pajak pada tepat waktunya.

Pada sektor jasa-jasa jumlah permintaan sama hal nya dengan sektor-
sektor yang lain, pada sektor ini terjadi peningkatan permintaan di setiap
tahunnya di kecamatan sindue. Dari jumlah permintaan sebesar
32,080.57pada tahun 2011 ke jumlah permintaan pada tahun 2015 sebesar
43,931.19 juta. Dengan bertambahnya penduduk serta angka kelahiran serta
kematian di kecamatan ini bertambah pula penggunaan jasa-jasa yang
ditawarkan atau yang akan digunakan. Dengan ini masyarakat sudah
terpenuhi dalam mendapatkan atau memperoleh pelayanan jasa-jasa (seperti
jasa sosial) yang disediakan, dapat dilihat dari angka surflus di sektor ini
mengalami peningkatan di kecamatan sindue.

i) Sindue Tambusabora

Tabel 4.34 Permintaan Sektor Kecamatan Sindue Tambusabora

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 104.039,99 108.375,48 113.872,33 111.057,05 121.015,78

Pertambangan
2 dan 26.380,56 28.412,50 30.988,17 35.250,63 36.578,06
penggalian

Industri
3 6.690,69 6.912,01 7.222,17 7.895,13 7.847,31
Pengolahan
Listrik dan
4 26,92 27,86 29,24 32,23 32,39
gas
5 Konstruksi 26.132,17 27.753,55 29.812,18 33.294,67 33.906,09
Perdagangan,
6 Hotel dan 25.918,20 27.327,98 29.133,81 32.305,27 32.710,94
Restoran
Angkutan
7 dan 12.894,70 14.501,87 14.205,75 15.686,38 15.827,05
Komunikasi

286
Keuangan,
Persewaan,
8 9.500,73 10.080,32 10.570,15 11.561,77 11.541,97
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 19.849,55 21.581,04 22.808,09 24.499,58 26.671,41

Tabel 4.35 Kelebihan atau Kekurangan Sektor Kecamatan Sindue


Tambusabora

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian -11.815,69 -13.210,18 -15.448,13 -10.098,05 -17.777,48

Pertambangan
2 21.460,44 23.916,00 25.327,73 25.148,17 27.952,04
dan penggalian

Industri
3 2.165,81 2.362,59 2.525,43 2.509,37 3.302,19
Pengolahan

4 Listrik dan gas -6,42 -6,06 -5,74 -6,93 -4,99

5 Konstruksi -261,57 246,25 279,12 -1.108,97 320,21


Perdagangan,
6 Hotel dan -8.843,30 -9.180,78 -9.796,11 -11.561,77 -10.343,24
Restoran

Angkutan dan
7 1.313,60 621,53 1.994,25 1.730,22 3.007,35
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan, dan
8 -5.075,93 -5.447,92 -5.736,85 -6.525,57 -6.298,07
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1.063,05 698,56 860,31 -86,48 -158,01

Hasil Analisa:

Untuk sektor pertanian dapat kita lihat ditabel bahwa, permintaan dari
tahun 2011 hingga 2015 sebesar 104.039,99 juta hingga mencapai angka
121.015,78 juta. Hal ini disebabkan karena kebutuhan manusia akan pangan setiap
harinya yang dimana kita ketahui bahwa makanan pokok orang Indonesia ialah
padi yang berasal dari sektor pertanian. Tetapi, dari segi hasil produksi di
Kecamtan Sindue Tambusabora mengalami penurunan yang disebabkan karena
kurangnya lahan tanam bagi para petani yang dimana lahan pertanian hanya

287
terdapat di Desa Saloya seluas 73 Ha tidak lebih besar daripada kecamatan
kecamatan yang lain yang memiliki lahan yang lebih luas. Hal ini menyebabkan
Kecamatan Sindue Tambusabora mengalami defisit di sektor pertanian.

Untuk sektor pertambangan dan penggalian dapat kita lihat ditabel


bahwa, permintaan dari tahun 2011 hingga 2015 mengalami kenaikan
sebesar 26.380,56 juta hingga mencapai angka 36.578,06 juta. Hal ini
disebabkan karena semakin leluasanya perusahaan perusahaan tambang
yang masuk ke Kecamatan Sindue Tambusambora ini salah satunya adalah
PT. Mutiara Alam Perkasa (MAP). Tetapi, pada tahun 2014 sektor
pertambangan mengalami kekurangan. Hal ini disebabkan karena tejadinya
Aksi protes masyarakat karena PT. MAP dianggap telah mengakibatkan
kerusakan pada perkebunan masyarakat disepanjang jalur sungai.
Menurutnya, selain mengalami kerusakan lahan, penolakan terhadap PT.
MAP dilakukan karena masa berlaku Izin Usaha Pertambangan sudah habis.
Namun, katanya, pada tanggal 24 Januari 2014 Pemda Donggala justru
mengeluarkan surat pemberitahuan baru dengan nomor surat
540/21/DESDM, yang berisi bahwa PT. MAP diberi waktu selama 6 bulan
sampai dengan 20 Juli 2014, untuk penataan alur sungai dan dapat
melakukan kegiatan produksi pemuatan tongkang sebagai pengganti biaya
kegiatan reklamasi.

Untuk industri pengolahan dapat kita lihat ditabel bahwa, permintaan


dari tahun 2011 hingga 2014 mengalami kenaikan sebesar 6.690,69 juta
hingga mencapai angka 7.895,13 juta dan mengalami penurunan pada tahun
2015 menjadi sebesar 7.847,31 juta. Hal ini disebabkan karena perusahaan
yang bergerak di sektor industri dibedakan atas industri besar, industri
sedang, industri kecil, dan kerajinan rumah tangga. Pengelompokan tersebut
semata-mata didasarkan atas banyaknya pekerja di perusahaan yang
bersangkutan. Perusahaan yang memiliki jumlah pekerja 100 orang atau
lebih digolongkan sebagai industri besar, jumlah pekerja antara 20- 99 orang
digolongkan sebagai industri sedang, pekerja antara 5-19 orang
digolongkan sebagai industri kecil, dan yang jumlah pekerjanya lebih kecil

288
dari 5 orang dikategorikan ke dalam industri kerajinan rumah tangga. Belum
diperoleh data yang memadai mengenai jumlah industri yang ada di
kecamatan ini. Sementara usaha/jasa yang ada dikecamatan ini adalah
tukang kayu, jasa menjahit, tukang emas, dan salon kecantikan serta
kerajinan menganyam yang menghasilkan kas pribadi dan daerah
bertambah.
Untuk sektor listrik air dan gas dapat kita lihat ditabel bahwa,
permintaan dari tahun 2011 hingga 2015 mengalami kenaikan sebesar 26,92
juta hingga mencapai angka 32,39 juta tetapi tidak lebih besar dari sektor
lainnya. Hal ini disebabkan karena fasilitas listrik sebagai alat penerangan
yang merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat perkotaan dan
pedesaan. Jumlah pelanggan Listrik PLN sebanyak 1.879 rumah tangga.
Jumlah pelanggan PLN di Kecamatan Sindue Tambosabora yang tertinggi
terdapat di Desa Tibo sebanyak 533 rumah tangga sedangkan jumlah
pelanggan yang paling rendah terdapat di Desa Kaliburu Kata 187 rumah
tangga. Seperti halnya kebutuhan penerangan, masyarakat juga sangat
membutuhkan sarana air bersih untuk keperluan sehari-hari. Sampai pada
tahun 2015 Kecamatan Sindue Tombusabora belum dapat dilayani oleh
PDAM, sehingga umumnya masyarakat mengambil air minum melalui
sumur atau air sungai/mata air yang artinya sektor listrik air dan gas masih
dikatakan defisit.
Untuk sektor konstruksi dapat kita lihat ditabel bahwa, permintaan dari
tahun 2011 hingga 2015 mengalami kenaikan sebesar 33.906,09 juta hingga
mencapai angka 32,39 juta. Hal ini disebabkan karena pastinya setiap tahun
penduduk di Kecamatan Sindue Tambusabora mengalami peningkatan yang
mempengaruhi meningkatnya pembangunan diwilayah ini. Contohnya
pembangunan perumahan ataupun jalan untuk pemenuhan kebutuhan hidup
masyarakat. Dibalik itu, pada tahun 2011 dan 2014 sektor ini mengalami
defisit karena adanya pembangunan.
Untuk sektor perdagangan hotel dan restaurant dapat kita lihat ditabel
bahwa, permintaan dari tahun 2011 hingga 2015 mengalami kenaikan
sebesar 25.918,20 juta hingga mencapai angka 32.710,94 juta. Hal ini

289
disebabkan karena semakin bertambahnya penduduk semakin bertambah
juga minat masyarakat dalam membeli produk pemenuh kebutuhannya.
Tetapi, pada sektor ini mengalami defisit karena Prasarana pemasaran
berupa pasar tradisional di Kecamatan Sindue Tombusabora masih sangat
kurang. Kondisi ini merupakan kendala bagi para warga,di
sampingkurangnya sarana transportasi antar desa yang semakin
mempersulit pedagang memasarkan hasil komoditi pertanian/perkebunan
ke desa yang memiliki sarana pemasaran. Hingga saat ini hanya dua desa
yang memiliki sarana pemasaran, yakni di Desa Tibo yang merupakan
ibukota kecamatan dan di Desa Batusuya. Sehingga sektor ini mengalami
defisit.
Untuk sektor angkutan dan komunikasi dapat kita lihat ditabel bahwa,
permintaan dari tahun 2011 hingga 2015 mengalami kenaikan sebesar
12.894,70 juta hingga mencapai angka 15.827,05 juta. Hal ini disebabkan
karena perkembangan sektor perhubungan khususnya jembatan sudah baik.
Jumlah jembatan permanen di Kecamatan Sindue Tombusabora 14 buah,
jembatan semi permanen sebanyak 8 buah,dan jembatan darurat sebanyak 2
buah dengan panjang total 663 meter. Hampir seluruh desa di Kecamatan
Sindue Tombusabora dilintasi oleh jalan provinsi yang menghubungkan
Kabupaten Donggala dengan Kabupaten Toli-Toli kecuali Desa Saloya.
Jumlah kendaraan yang ada di kecamatan ini dari tahun ke tahun mengalami
pertumbuhan yang cukup tinggi terutama jumlah kendaraan roda dua
(sepeda motor). Sementara sarana komunikasi telepon kabel sampai saat ini
belum dapat menjangkau kecamatan ini, namun komunikasi dengan
menggunakan telepon genggam sudah hampir menjangkau seluruh desa.
Sehingga sektor angkutan dan komunikasi dapat dikatakan surplus.
Untuk sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan dapat kita
lihat ditabel bahwa, permintaan dari tahun 2011 hingga 2014 mengalami
kenaikan sebesar 9.500,73 juta hingga mencapai angka 11.561,77 juta dan
mengalami penurunan pada tahun 2015 menjadi sebesar 11.541,97 juta. Hal
ini disebabkan karena Dalam pengelolaan rencana anggaran dan belanja
daerah dianut suatu sistem berimbang dan dinamis. Sistem berimbang

290
berarti terdapat keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran.
Sedangkan dinamis berarti terjadi peningkatan tabungan pemerintah.
Tetapi, Data jumlah wajib pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Sindue
Tombusabora Tahun 2014 sebanyak 2.867 orang. Penetapan target
penerimaan pajak digunakan data nilai surat pemberitahuan pajak terhutang
(SPPT) yang dikeluarkan kantor pelayanan pajak. Perlu ada upaya-upaya
serius yang harus dilakukan baik pemerintah kecamatan maupun desa untuk
meningkatkan realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan, baik melalui
penagihan maupun menggugah kesadaran masyarakat untuk dapat
membayar pajak tepat pada waktunya. Sehingga sektor ini mengalami
defisit dikarena kurangnya kesadaran masyarakat.
Untuk sektor jasa jasa dapat kita lihat ditabel bahwa, permintaan dari
tahun 2011 hingga 2015 mengalami kenaikan sebesar 19.849,55 juta hingga
mencapai angka 26.671,41 juta. Hal ini disebabkan karena semakin
banyaknya jasa yang sudah ada di Kecamatan ini yang dapat meningkatkan
kas pribadi dan daerah. Tetapi, pada sektor ini juga pernah mengalami
defisit pada tahun 2014 hingga 2015.

j) Sindue Tobata

Tabel 4.36 Permintaan Sektor Kecamatan Sindue Tobata

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian
85.752,01 89.131,15 93.350,41 91.015,37 98.810,63

Pertambangan
2
dan penggalian 21.743,43 23.367,26 25.403,52 28.889,20 29.866,36

Industri
3
Pengolahan 5.514,61 5.684,64 5.920,60 6.470,35 6.407,41

4 Listrik dan gas


22,19 22,91 23,97 26,41 26,44

5 Konstruksi
21.538,70 22.825,33 24.439,47 27.286,22 27.684,67
Perdagangan,
6 Hotel dan
21.362,34 22.475,33 23.883,35 26.475,37 26.708,82
Restoran

291
Angkutan dan
7
Komunikasi 10.628,09 11.926,76 11.645,61 12.855,57 12.922,95

Keuangan,
Persewaan, dan
8
Jasa 7.830,70 8.290,35 8.665,21 9.475,30 9.424,14
Perusahaan

9 Jasa-jasa
16.360,43 17.748,88 18.697,65 20.078,32 21.777,48

Tabel 4.37 Kelebihan atau Kekurangan Sektor Kecamatan Sindue Tobata

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian -7.572,41 -7.335,55 -8.187,31 -3.250,17 -8.404,33

Pertambangan
2 9.633,07 10.167,94 10.147,08 9.156,90 10.519,74
dan penggalian

Industri
3 454,59 497,06 501,50 354,15 417,09
Pengolahan

4 Listrik dan gas -4,29 -4,11 -3,97 -3,21 -3,14

5 Konstruksi -625,00 -579,43 -671,97 -1.795,62 -590,67


Perdagangan,
6 Hotel dan -4.693,14 -4.537,63 -4.614,65 -5.647,87 -4.188,02
Restoran

Angkutan dan
7 1.559,81 896,74 1.943,89 1.633,33 2.505,75
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan, dan
8 -3.575,30 -3.828,75 -3.986,01 -4.560,30 -4.272,24
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 4.822,67 4.723,72 4.871,45 4.112,78 4.015,82

Hasil Analisa:

Di permintaan lagi lagi sektor pertanian yang sangat menunjang dari


berbagai sektor yang lain,dimana dalam rentetan 4 tahun sektor pertanian
mengalami kenaikan yang terus menerus,tetapi sempat terjadi penurun
sedikit pada tahun 2014 yang mana penurunan ini di sebkan oleh bencana
alam di kecamtan Sindue Tobata sehingga sektor pertaniannya agak

292
terganggu.Selanjutnya di susul oleh sektor pertambangan dan penggalian
yang mana sektor ini meningkat setiap tahunya tanpa ada penurun sediktpun
dalam kurun waktu 4 tahun ini.Hal ini di sebabkan karena sektor
pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang di cari cari oleh
masyarakat.Yang ketiga adalah sektor kontruksi dimana sektor kontruksi ini
ada permintaan untuk pembangunan yang dapat mensejahterakan
masyarakat dan melakukan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan
msyarakat.Lalu perdagangan hotel dan restoran. Untuk sektor perdagangan
hotel dan restoran terus mengalami peningkatan, dimana sektor ini di
dukung karena adanya pembangunan oleh pemerintah dan adanya
pertambahan jumlah penduduk sehingga meningkatkan permintaan untuk
sektor perdagangan hotel dan restoran.Untuk sektor jasa-jasa juga
mengalami kenaikan yang mana khususnya kecamatan Sindue Tobata
sendiri jasa jasanya di tunjang dari pengembangan daerah tersebut serta
jasa-jasa lain berupa kuliner makanan dan pariwisata. Untuk sektor gas dan
listrik mengalami peningkatan permintaan karena semakin banyaknya
masyarakat semakin banyak pula kebutuhan. Untuk sektor angkutan dan
transportasi mengalami peningkatan secara umum, hal ini di dukung dengan
pembangunan dan kebutuhan masyarakat untuk pengangkutan hasil bumi
maupun transportasi menuju pasar sehingga permintaan akan sektor ini akan
bertambah. Untuk sektor industri pengolahan sendiri cenderung
menunjukan angka yang naik terus setiap tahunya ini di sebabkan
olehmasayarakat sudah mulai mengerti dan memahami cara pengembangan
industri pengolahan yang di tunjang oleh pemerintah dari kecamatan Sindue
Tobata sendiri.

Sedangkan untuk kelebihan dan kekurangan yang tidak mengalami


kekurangan yaitu sektor Pertambangan dan penggalian,Industri
Pengolahan,Angkutan dan Komunikasi,Jasa-jasa.Yang mana keempat
sektor ini memiliki peran penting di kecamatan Sindue Tobata
sendiri.Untuk pertambangan dan penggalian kenapa tidak berkurang,hal ini
di sebabkan karena masyarakat terus mencari cari hasil bumi jadi daya ingin
tau nya masyarakat semakin hari semakin bertambah,industri pengolahan

293
juga demikian,untuk angkutan dan komunikasi hal ini di karenakan banyak
dari sektor ini yang di gunakan oleh masyarakat dalam pemenuhan
kebutuhan sehari hari,walapun setiap tahunya terdapat angka yang naik
turun dan yang terkahir jasa-jasa sektor ini juga sangat penting bagi
pemenuhan kebutuhan masyarakat khususnya di kecamatan Sindue Tobata.

k) Sirenja

Tabel 4.38 Permintaan Sektor Kecamatan Sirenja

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian
185.999,31 194.249,75 206.280,79 201.646,85 235.516,50

Pertambangan
2
dan 47.162,31 50.925,91 56.135,36 64.004,75 71.186,89
penggalian
Industri
3
Pengolahan 11.961,40 12.388,92 13.083,02 14.335,22 15.272,15
Listrik dan
4
gas 48,13 49,94 52,98 58,51 63,03

5 Konstruksi
46.718,24 49.744,83 54.005,04 60.453,30 65.986,79
Perdagangan,
6 Hotel dan
46.335,72 48.982,05 52.776,17 58.656,85 63.660,84
Restoran
Angkutan
7 dan
23.052,72 25.992,82 25.733,85 28.481,83 30.802,02
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan,
8
dan Jasa 16.985,09 18.067,74 19.147,92 20.992,76 22.462,56
Perusahaan

9 Jasa-jasa
35.486,39 38.681,36 41.317,07 44.484,02 51.906,93

Tabel 4.39 Kelebihan atau Kekurangan Sektor Kecamatan Sirenja

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
-
1 Pertanian -14.965,91 -13.768,25 -13.641,79 -1.150,85
27.160,20

294
Pertambangan
2 dan 16.284,59 16.524,49 15.746,54 12.571,05 9.493,31
penggalian

Industri
3 1.780,80 2.204,38 2.330,08 2.076,58 2.245,85
Pengolahan
Listrik dan
4 10,07 12,26 13,82 13,39 14,87
gas
5 Konstruksi -207,94 -43,93 -864,84 -3.890,80 -6.307,79
Perdagangan,
6 Hotel dan 4.451,38 5.573,45 5.952,83 4.124,55 3.220,16
Restoran

Angkutan dan
7 -2.701,92 -4.350,72 -2.619,85 -3.734,33 -4.184,02
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan,
8 -777,69 -1.068,84 -1.303,72 -2.267,96 -2.697,36
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa -3.873,39 -5.082,86 -5.613,07 -7.741,62 25.375,17

Hasil Analisa:

Untuk sektor pertanian, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan yang selalu naik angka pada tahun 2011 sebesar 185.999,31 juta
rupiah dan pada tahun 2015 sebesar 235.516,50 juta rupiah. Hal ini disebabkan
karena padi merupakan makanan utama masyarakat disana sehingga pasti
akan selalu dicari dan dibeli. Hal ini menyebabkan terjadinya kekurangan
bahan pada sector pertanian. Salah satu penyebabnya adalah banyak aliran
irigasi yang rusak dan hasil panen tidak maksimal seperti biasanya.

untuk sektor pertambangan dan penggalian, pada tahun 2011 hingga


tahun 2015 selalu mengalami peningkatan permintaan hingga yang tertinggi
terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 71.186,89 juta rupiah. Hal ini
disebabkan karena kebutuhan akan jenis pasir feldspar yang digunakan
dalam sector industry besar maupun kecil, hal ini menyebabkan surplus dan
berarti kebutuhan akan bahan tambang dan galian tersebut mampu dipenuhi
dengan baik oleh Kecamatan Sirenja.

295
untuk sektor industry pengolahan, pada tahun 2011 hingga tahun 2015
juga menunjukan peningkatan yang baik meskipun pedapatan yang
dihasilkan tidak naik secara signifikan tetapi konsisten. Hal ini disebabkan
karena Kecamatan Sirenja mempunyai banyak industry seperti industry
kecil, sedang, maupun besar dan rata-rata produk yang dihasilkan adalah
produk sulaman dan anyaman. Hal ini menyebabkan surplus pada sector ini.
Sector industry pengolahan yang masih terbilang kecil sangat membantu
terpenuhinya permintaan akan sector ini.

untuk sektor listrik dan gas, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan yang selalu naik meskipun angkanya tidak besar. Pada tahun
2011 pendapatan yang diperoleh sebesar 48,13 juta rupiah dan terus naik
hingga tahun 2015 sebesar 63,03 juta rupiah hal ini disebabkan karena
banyak potensi energi terbarukan yang ada di desa-desa Kecamatan Sirenja,
jadi terdapat permintaan namun tidak besar. Hal ini menyebabkan surplus
karena PLN mampu menyediakannya.

untuk sektor konstruksi, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan paling besar pada tahun 2015 sebesar 65.986,79 juta rupiah. Hal
ini disebabkan karena pembangunan akan lebih serius untuk digalakan
karena Kecamatan Sirenja terdapat potensi-potensi yang sangat baik. Hal
ini menyebabkan deficit bahkan nilainya semakin tinggi di setiap tahunnya
dan membuktikan bahwa Kecamatan Sirenja belum mampu memenuhi
kebutuhan dalam bidang kontruksi.

untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran, pada tahun 2011 hingga
tahun 2015 terdapat permintaan yang terus meningkat disetiap tahunnya.
Hal ini disebabkan karena pada sub sector perdagangan yang selalu
berkembang dan banyak menjual barang yang diperlukan bagi masyarakat.
Hal ini menyebabkan surplus karena bantuan dari pedagang kecil dan kios-
kios yang mampu memenuhi permintaan dengan baik.

untuk sektor angkutan dan komunikasi, pada tahun 2011 hingga tahun
2015 terdapat permintaan yang selalu naik disetiap tahunnya. Hal ini
disebabkan karena rata-rata masyarakat disana banyak yang membutuhkan

296
tengaga angkutan untuk membantu pekerjaannya dan jaringan komunikasi
yang sudah lancar hingga ke desa-desa dan menyebabkan deficit karena
sarana angkutan belum mapu memenuhi permintaan.

untuk sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, pada tahun


2011 hingga tahun 2015 terdapat permintaan sebesar yang selalu naik. Hal
ini disebabkan karena potensi perdagangan yang bagus dan pasti persewaan
akan kios akan meningkat. Kemudian jasa perusahaan seperti koperasi yang
sangat membantu warga akan selalu dilakukan permintaan. Hal ini
menyebabkan deficit karena belum mampu memenuhi dan bisa dikaitkan
dengan sector kontruksi pembangunan yang juga belum terpenuhi.

untuk sektor jasa-jasa, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan sebesar 25.375,17 juta rupiah pada tahun 2015. Hal ini
disebabkan karena pasar menjadi bagian terpenting dalam sector ini. Hal ini
menyebabkan deficit pada tahun 2011 sampai 2014 dan mengalami surplus
pada tahun 2015 dan artinya perbaikan pada sector jasa terus dilakukan.

l) Balaesang

Tabel 4.40 Permintaan Sektor Kecamatan Balaesang

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 173.417,91
181.175,37 190.526,99 185.982,64 202.733,11

Pertambangan
2
dan penggalian 43.972,15 47.498,24 51.848,27 59.032,77 61.277,83

Industri
3
Pengolahan 11.152,30 11.555,06 12.083,86 13.221,64 13.146,30

4 Listrik dan gas


44,87 46,58 48,93 53,97 54,25

5 Konstruksi
43.558,12 46.396,65 49.880,64 55.757,20 56.801,57
Perdagangan,
6 Hotel dan
43.201,47 45.685,21 48.745,62 54.100,30 54.799,39
Restoran

297
Angkutan dan
7
Komunikasi 21.493,39 24.243,32 23.768,54 26.269,32 26.514,44

Keuangan,
Persewaan,
8
dan Jasa 15.836,18 16.851,65 17.685,58 19.362,01 19.335,82
Perusahaan

9 Jasa-jasa
33.086,01 36.077,83 38.161,66 41.028,44 44.681,59

Tabel 4.41 Kelebihan atau Kekurangan Sektor Kecamatan Balaesang

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 9.871,49 12.048,03 13.213,21 27.554,66 19.140,19

Pertambangan
2 -34.860,95 -38.048,94 -42.083,37 -48.921,27 -50.800,23
dan penggalian

Industri
3 -830,90 -678,36 -591,56 -1.035,24 -212,90
Pengolahan

4 Listrik dan gas 11,93 13,22 14,27 13,23 17,85

5 Konstruksi 8.047,58 8.480,85 8.229,16 5.670,70 8.453,33


Perdagangan,
6 Hotel dan 11.878,83 13.371,89 14.173,78 12.984,40 16.806,81
Restoran

Angkutan dan
7 -3.021,29 -4.916,42 -3.415,64 -4.854,32 -3.883,84
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan, dan
8 6.471,22 6.772,25 7.406,92 7.346,69 9.168,78
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 2.432,09 2.957,47 3.053,24 1.241,16 1.310,01

Hasil Analisa:

untuk sektor pertanian, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan sebesar 202.733,11 juta rupiah. Itu adalah permintaan paling tinggi
selama lima tahun yaitu di tahun 2015. Hal ini disebabkan karena pertanian
yang menghasilkan padi dan tanaman perkebunan serta peternakan yang ada
itu adalah kebutuhan primer yang pasti dicari oleh masyarakat disana, tidak

298
heran bahwa permintaan yang diperoleh setiap tahunnya meningkat dan
memiliki nilai yang tinggi. Hal ini menyebabkan surplus pada sector ini
yang membuktikan bahwa sector pertanian mampu berkembang dan
mencukupi kebutuhan masyarakat Kecamatan Balaesang.

untuk sektor pertambangan dan penggalian, pada tahun 2011 hingga


tahun 2015 terdapat permintaan sebesar 43.972,15 juta rupiah pada tahun 2011
dan terus meningkat permintaan sampai pada tahun 2015 sebsar 61.277,83 juta
rupiah. Hal ini disebabkan karena jenis bahan penggalian yang ditemukan
adalah jenis-jenis pasir yang berguna baik untuk pembangunan atau untuk
industry. Hal ini menyebabkan deficit pada sector ini bahkan di tahun 2015
mencapai -50.800,23 juta rupiah dan membuktikan bahwa Kecamatan Balaesang
belum memenuhi permintaan pertambangan dan penggaliannya.

untuk sektor industry pengolahan, pada tahun 2011 hingga tahun 2015
terdapat permintaan sebesar 11 sampai dengan 13 juta rupiah. Hal ini
disebabkan karena di Kecamatan Balaesang ada banyak jenis industry dari
yang kecil sampai besar tapi yang paling dominan adalah industry rumah
tangga, hal ini juga menyebabkan terjadinya defisit karena belum mampu
untuk memenuhi permintaan dalam sector ini.

untuk sektor listrik dan gas, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan yang cukup kecil tapi selalu meningkat disetiap tahunnya dan
hanya sebesar 54,25 juta rupiah pada tahun 2015. Hal ini disebabkan karena
kebutuhan listrik dan gas termasuk dalam kebutuhan utama masyarakat
dalam menjalani hidup tetapi hanya saja belum terjadinya pemerataan
sepenuhnya dan maka dari itu permintaan akan sector ini tidak terlalu tinggi.
Hal ini menyebabkan surplus karena PLN mampu memenuhi permintaan
dari sector ini yang ada di Kecamatan Balaesang.

untuk sektor konstruksi, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan sebesar 43 sampai 56 juta dalam waktu lima tahun. Hal ini
disebabkan karena pembangunan pasti akan terus berkembang dan
permintaan akan konstruksi juga akan terus naik. Hal ini juga menyebabkan
surplus sampai pada 8.453,33 juta rupiah pada tahun 2015 dan

299
membuktikan bahwa Balaesang mampu memenuhi kebutuhan akan
konstruksi.

untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran, pada tahun 2011 hingga
tahun 2015 terdapat permintaan sebesar 54.799,39 juta rupiah pada tahun
2015. Hal ini disebabkan karena kebutuhan akan barang yang didapat dari
perdagangan pasti akan terus dicari. Hal ini menyebabkan surplus pada
sector ini yang artinya pemerintah mampu untuk memenuhu permintaan
akan sector ini.

untuk sektor angkutan dan komunikasi, pada tahun 2011 hingga tahun
2015 terdapat permintaan sebesar 26.514,44 juta rupiah pada tahun 2015.
Hal ini disebabkan karena warga masyarakat Balaesang banyak
membutuhkan angkutan dan komunikasi sehingga permintaan yang didapat
mencapai angka tersebut. Hal ini menyebabkan defisit pada sector ini karena
Kecamatan Balaesang belum mampu memenuhi seluruh permintaan pada
sector ini.

untuk sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, pada tahun


2011 hingga tahun 2015 terdapat permintaan sebesar 15 sampai dengan 19
juta selama lima tahun tersebut. Hal ini disebabkan karena perusahaan dan
koperasi sangat berperan penting dalam memajukan perekonomian
sehingga tidak heran permintaan mencapai angka tersebut. Hal ini
menyebabkan surplus hingga 9 jutaan pada tahun 2015 dan berarti koperasi
dan jasa perusahaan mampu menerima permintaan dengan baik.

untuk sektor jasa-jasa, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan sebesar 33 sampai 44 juta rupiah selama lima tahun tersebut.
Hal ini disebabkan karena jasa-jasa seperti perbengkelan dan reperasi sangat
dicari dan diperlukan. Hal ini menyebabkan surplus pada daerah tersebut
meskipun angka yang didapatkan tidak besar.

m) Balaesang Tanjung

Tabel 4.42 Permintaan Sektor Kecamatan Balaesang Tanjung

300
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian
85.311,23 88.093,73 92.448,04 89.184,69 96.119,98

Pertambangan
2 dan
21.631,66 23.095,28 25.157,96 28.308,12 29.053,09
penggalian

Industri
3
Pengolahan 5.486,26 5.618,47 5.863,36 6.340,21 6.232,93
Listrik dan
4
gas 22,07 22,65 23,74 25,88 25,72

5 Konstruksi
21.427,98 22.559,66 24.203,22 26.737,38 26.930,80
Perdagangan,
6 Hotel dan
21.252,54 22.213,73 23.652,48 25.942,85 25.981,53
Restoran

Angkutan dan
7
Komunikasi 10.573,46 11.787,94 11.533,04 12.596,99 12.571,05

Keuangan,
Persewaan,
8
dan Jasa 7.790,45 8.193,86 8.581,45 9.284,71 9.167,51
Perusahaan

9 Jasa-jasa
16.276,34 17.542,29 18.516,90 19.674,46 21.184,47

Tabel 4.43 Kelebihan atau Kekurangan Sektor Kecamatan Balaesang


Tanjung

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 37.880,47 41.585,57 44.887,06 53.743,41 52.074,32

Pertambangan
-
2 dan -15.261,18 -17.106,06 -20.083,92 -20.601,89
14.041,16
penggalian

Industri
3 -3.145,96 -3.218,77 -3.400,06 -3.791,41 -3.604,13
Pengolahan
Listrik dan
4 -4,37 -4,35 -4,54 -5,68 -4,12
gas
5 Konstruksi -1.732,68 -1.832,36 -2.288,22 -3.862,48 -3.022,00
Perdagangan,
-
6 Hotel dan -11.965,53 -13.080,48 -14.897,25 -14.413,43
11.348,04
Restoran

301
Angkutan dan
7 -6.058,26 -7.121,44 -6.669,14 -7.526,69 -7.244,25
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan,
8 -4.404,95 -4.703,36 -4.984,85 -5.576,91 -5.327,41
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 2.854,96 2.521,41 2.646,30 2.000,94 2.142,93

Hasil Analisa:

Untuk sektor pertanian dari tahun 2011 hingga tahun 2015 peningkatan
, hal ini disebabkan karena sektor pertanian merupakan sektor utama di
Balaesang Tanjung. Sehingga sektor ini permintaannya terus bertambah di
setiap tahunnya. Untuk sektor pertambangan dan penggalian juga
mengalami peningkatan permintaan dimana hasil bumi pertambangan
merupakan hasil bumi yang yang dicari-cari oleh karena setiap tahunnya
pertambangan mengalami peningkatan walaupun pertambangan di
Balaesang Tanjung tidak terlalu berkembang namun dalam tahun 2011-
2015 terus mengalami kenaikan permintaan. Untuk sektor industri
pengolahan mengalami turun naik hingga tahun 2015 mencapai 6.232,93
hal ini disebabkan oleh masyarakat kurang mengembangkan industri
pengolahan dan blum nada program dalam pengembangan indstri dari
pemerintah daerah Balaesang Tanjung. Untuk sektor gas dan listrik
mengalami peningkatan permintaan karena semakin banyaknya masyarakat
semakin banyak pula kebutuhan. Untuk sektor kontruksi terjadi peningkatan
karena setiap tahunnya selalu ada permintaan untuk pembangunan yang
dapat mensejahterakan masyarakat dan melakukan pembangunan untuk
memenuhi kebutuhan msyarakat. Untuk sektor perdagangan terus
mengalami peningkatan, dimana sektor ini di dukung karena adanya
pembangunan oleh pemerintah dan adanya pertambahan jumlah penduduk
sehingga meningkatkan permintaan untuk sektor perdagangan. Untuk sektor
angkutan dan transportasi mengalami peningkatan secara umum, hal ini di
dukung dengan pembangunan dan kebutuhan masyarakat untuk
pengangkutan hasil bumi maupun transportasi menuju pasar sehingga

302
permintaan akan sektor ini akan bertambah. Untuk sektor jasa lainnya serta
perhotelan juga mengalami peningkatan permintaan. Hal ini dikarenakan
adanya pembangunan membuat alam indah Balaesang Tanjung terekspos
dan adanya kemajuan daerah ini dibidang pariwisata sehingga faktor ini
mendorng peningkatan sektor perhotelan dan jasa lainnya meningkat.

Sedangkan untuk kelebihan dan kekurangan ada yang tidak mengalami


kekurangan yaitu sektor pertanian dan sektor jasa lainnya. Hal ini di
karenakan sektor pertanian merupakan sektor utama dan ada pengembangan
serta pembudayaan dari pemerintah daerah Balaesang Tanjung. Sehingga
sektor pertanian tidak mengalami kekurangan karena telah terpenuhi oleh
hasil dari pertanian tersebut bahkan mampu mensuplai ke daerah lainnya.
Sektor jasa lain tidak mengalami kekurangan karena sektor ini merupakan
sektor yang di dukung oleh sektor lainnya dan menyebabkan tidak adanya
kekurangan untuk sektor ini. Sedangkan untuk sektor lainnya belum ada
pengembangan, terutama untuk pengembangan infrasturktur sehingga
untuk pembangunan lain lebih mudak dan dapat mengakses Balaesang
Tanjung dengan daerah lainnya.

n) Dampelas

Tabel 4.44 Permintaan Sektor Kecamatan Dampelas

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015

1 Pertanian 409.263,60
240.734,27 252.684,82 366.736,10 264.521,04

Pertambangan 18.187,10
2 61.041,00 66.245,67 15.515,50 83.961,66
dan penggalian

Industri 20.632,80
3 15.481,34 16.115,81 18.339,00 18.805,00
Pengolahan

4 Listrik dan gas 92,1


62,29 64,96 81,80 76,76

303
5 Konstruksi 72.931,30
60.466,25 64.709,29 63.081,50 79.302,85

Perdagangan,
6 Hotel dan 57.621,60
59.971,17 63.717,04 49.512,70 76.946,26
Restoran

Angkutan dan 41.032


7 29.836,56 33.812,09 35.833,90 37.362,57
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan, dan 25.034,90
8 21.983,38 23.502,95 22.228,00 27.538,38
Jasa
Perusahaan

9 Jasa-jasa 43.327,20
45.929,15 50.317,66 39.081,20 58.354,29

Tabel 4.45 Kelebihan atau Kekurangan Sektor Kecamatan Dampelas

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 78.294,53 89.446,68 97.990,87 124.457,46 118.230,14

Pertambangan
2 dan -47.194,20 -51.646,97 -57.618,36 -67.273,16 -69.780,27
penggalian

Industri 820,86 1.076,49 1.294,28 704,00 1.760,63


3
Pengolahan
Listrik dan 13,31 13,34 12,78 9,74 14,21
4
gas
5 Konstruksi -4.082,95 -5.416,59 -7.276,96 -12.177,85 -8.610,18

Perdagangan,
6 Hotel dan -16.275,47 -17.722,94 -19.244,76 -23.824,16 -21.045,65
Restoran

Angkutan dan 1.401,34 -207,99 2.307,51 944,53 2.969,20


7
Komunikasi

304
Keuangan,
Persewaan, -2.236,28 -2.544,45 -2.718,16 -4.032,78 -2.722,63
8
dan Jasa
Perusahaan

9 Jasa-jasa -10.741,15 -12.997,56 -14.747,20 -18.807,79 -20.815,45

Hasil Analisa :

Untuk Permintaan pada Kecamatan Dampelas sektor yang tertinggi


yaitu pertanian, yang terus berkembang dan pada tahun 2015 mencapai
angka yang besar yaitu 409 ribu lebih karena setelah mendapat bantuan alat-
alat pertanian pada 2013 yang mengangkat hasil panen Kecamatan
Dampelas menjadi lebih memuaskan walaupun pada tahun 2014 sempat
menurun, hal ini disebabkan karena bencana kekeringan yang berdampak
ke beberapa kecamatan salah satunya Dampelas, tetapi setelah penurunan
pada tahun 2014 sektor pertanian kembali menguat pada tahun 2015 hingga
Kecamatan Dampelas menjadi penghasil padi kedua terbesar di Kaupaten
Donggala dengan produksi yang mencapai 26.848-28.314 ton. Dan sektor
yang paling rendah dan tidak memenuhi adalah Pertambangan dang
penggalian, hasil dari sektor pertambangan dan penggalian pada Kecamatan
Dampelas ada berupa migas, pasir feldspar dan granit, sayangnya selalu
terkendala oleh pelelangan sehingga kurangnya minat masyarakat untuk
mencari nafkah melalui sektor tersebut.

Untuk Kelebihan dan Kekurangan pada Kecamatan Dampelas, yang


tertinggi lagi-lagi Pertanian karena sektor pertanian di Kecamatan
Dampelas terus menguat dan permintaan semakin tinggi hingga produksi
semakin tinggi dan bahkan memiliki potensi pemasaran keluar Kecamatan,
mengingat kembali bahwa Dampelas mendapat predikat sebagai penghasil
padi terbesar kedua di Kabupaten Donggala.

o) Sojol

Tabel 4.46 Permintaan Sektor Kecamatan Sojol

305
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 250.118,58 262.239,57 278.515,97 273.519,32 299.515,37

Pertambangan
2 dan 63.420,51 68.750,61 75.792,78 86.817,80 90.531,10
penggalian

Industri 16.084,83 16.725,20 17.664,42 19.444,69 19.422,18


3
Pengolahan
Listrik dan 64,72 67,42 71,53 79,37 80,16
4
gas
5 Konstruksi 62.823,35 67.156,13 72.916,47 82.000,52 83.917,93

Perdagangan,
6 Hotel dan 62.308,97 66.126,37 71.257,27 79.563,76 80.959,94
Restoran

Angkutan dan 30.999,65 35.090,62 34.745,31 38.633,54 39.172,11


7
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan, 22.840,34 24.391,67 25.853,12 28.475,16 28.566,50
8
dan Jasa
Perusahaan

9 Jasa-jasa 47.719,56 52.220,32 55.785,43 60.339,34 66.012,03

Tabel 4.47 Kelebihan atau Kekurangan Sektor Kecamatan Sojol

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 65.685,62 75.453,73 81.653,73 105.934,98 96.682,03

Pertambangan -33.383,81 -36.238,91 -40.494,78 -48.283,00 -48.262,30


2
dan penggalian

Industri 949,57 1.268,30 1.441,08 854,91 2.249,62


3
Pengolahan

4 Listrik dan gas -9,62 -8,52 -8,23 -11,17 -6,46

5 Konstruksi 3.308,05 3.531,67 3.094,13 -699,52 3.537,57

Perdagangan,
6 Hotel dan -2.349,67 -2.953,27 -3.744,17 -7.635,26 -4.104,34
Restoran

306
Angkutan dan -136,25 -2.698,72 -548,61 -2.380,24 -431,51
7
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan, dan -11.633,84 -12.675,07 -13.585,92 -15.594,26 -15.037,30
8
Jasa
Perusahaan

9 Jasa-jasa -22.430,06 -25.679,22 -27.807,23 -32.186,44 -34.627,33

Hasil Analisa :

Dapat dilihat ditabel, untuk sektor pertanian, pada tahun 2011 hingga
tahun 2015 terdapat permintaan sebesar 250.118,58 ke angka 299.515,37.
Hal ini disebabkan karena kecamatan Sojol tepatnya di desa Tonggolobibi
merupakan penghasil padi terbesar sehingga disebut sebagai lumbung padi
nya Kabupaten Donggala. Banyak juga masyarakat yang menggantungkan
hidupnya pada sektor ini dengan menjadi petani karena juga sebagian besar
lahan di Kecamatan Sojol merupakan lahan pertanian. Pada tahun 2011
produksi padi sebesar 15.051,8 ton atau 3,24 ton/ha. Desa dengan produksi
panen padi tertinggi adalah Desa Tonggolobibi sebesar 6.720 ton.
Mengalami kenaikan per tahun nya, di tahun 2015 produksi padi meningkat
sebesar 20.281 ton. Dan seperti yang diketahui, padi merupakan makanan
pokok masyarakat Indonesia yang keberadaannya sangat dibutuhkan. Hal
ini menyebabkan sektor ini mengalami surplus, dimana produksi padi yang
melimpah tentunya akan selalu menambah kas keuangan daerah.

Untuk sektor pertambangan dan penggalian, pada tahun 2011 hingga


tahun 2015 terdapat permintaan sebesar 63.420,51 ke angka 90.531,10. Hal
ini disebabkan karena kecamatan Sojol walau keseluruhan lahannya adalah
sawah, tetapi banyak perusahaan tambang yang tertarik untuk melakukan
penggalian dan izin usaha disitu. Menurut data Dinas ESDM Kabupaten
Donggala ada 7 izin usaha pertambangan dari berbagai komoditas mulai
dari IUP mineral sampai batuan. Yang tentunya perusahaan itu akan terus
menggali sesuai jumlah permintaan yang ada. Hal ini menyebabkan sektor
ini mengalami defisit, dimana produksi bahan tambang tidak akan selalu

307
menjadi bahan utama yang dicari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Biasanya bahan tambang ini diekspor ke daerah luar Kabupaten
Donggala. Jadi kecamatan yang ada di Donggala hanya sebagai tempat
kerjanya saja.

Untuk sektor industri pengolahan jumlah permintaan dari tahun 2011 ke


2014 mengalami peningkatan sebesar 16.084,83 ke angka 19.444,69. Hal
ini disebabkan Perusahaan Industri yang ada di Kecamatan Sojol seluruhnya
merupakan Industri atau Kerajinan Rumah Tangga, yang meliputi Industri
Pengolahan hasil pertanian 49 buah, Industri Anyaman 70 unit, dan Industri
Batu bata dan Gerabah 453 unit. Karena adanya besar permintaan dari
masyarakat setiap tahunnya membuat sektor ini mengalami surplus dimana
semua anyaman yang dibuat oleh warga dijual dan akan menambah kas
keuangan pribadi maupun daerah.

Untuk sektor listrik dan gas, jumlah permintaan juga semakin


meningkat. Hal ini disebabkan masih terdapat empat desa di Kecamatan
Sojol yang belum terjangkau oleh listrik PLN. Jumlah pengguna listrik di
Kecamatan Sojol pada Tahun 2015 sebanyak 4.351 pelanggan, yang terdiri
dari 1.984 pelanggan PLN dan 2.367 pelanggan non PLN. Banyak warga
yang ingin menggunakan listrik PLN agar lebih diudahkan dalam aktivitas
nya sehari-hari. Hal ini menyebabkan sektor ini mengalami defisit,
dikarenakan pemerintah akan mengeluarkan terlebih dahulu untuk
pemasangan listrik.

Untuk sektor konstruksi, jumlah permintaan semakin meningkat. Hal ini


disebabkan konstruksi akan terus membangun apa yang menjadi permintaan
di masyarakat. Contoh, masyarakat melakukan permintaan untuk dibuatkan
jalan penghubung dan pembangunan perumahan yang tentunya akan
membuat pihak konstruki melakukan kerja nya sesuai dengan permintaan
masyarakat. Hal ini menyebabkan sektor ini mengalami surplus karena
konstruksi akan bekerja sama dengan pemerintah sehingga keuntunga akan
didapat pemerintah dalam kas daerahnya.

308
Untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran, jumlah permintaan dari
tahun 2011 ke 2015 mengalami peningkatan sebesar 62.308,97 ke angka
80.959,94,. Hal ini disebabkan perdagangan adalah kegiatan utama setelah
pertanian bagi masyrakat Kecamatan Sojol. Tentunya, ada proses jual dan
beli yang terjadi. Semakin besar jumlah pedagang yang membuka
kios/warung dan berjualan di pasar, maka semakin besar permintaan
terhadap barang oleh pembeli. Dapat diketahui, ada 21 toko, 446 kios, dan
18 warung pada tahun 2015.

Untuk sektor angkutan dan komunikasi, jumlah permintaan dari tahun


2011 ke 2015 mengalami peningkatan sebesar 30.999,65 ke angka
39.172,11. Hal ini disebabkan kecamatan Sojol melakukan pembangunan
jalan Trans mulai dari desa Pangalaseang hingga desa Bou, dengan kondisi
jalan 100 % beraspal. Bersamaan dengan pembangunan jalan, pemerintah
juga telah membangun jembatan sebanyak 95 buah.

Untuk sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, tiap tahunnya


mengalami peningkatan. Karena kecamatan Sojol dalam sistem
keuangannya menganut sistem berimbang dan dinamis. Sistem berimbang
berarti terdapat keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran.
Sedangkan dinamis berarti terjadi peningkatan tabungan pemerintah. Pada
tahun 2015 realisasi penerimaan sebesar 1.480.527 juta rupiah. Penerimaan
tersebut terdiri dari penerimaan rutin sebesar 962.346 juta dan penerimaan
pembangunan sebesar 518.181 juta., demikian pula halnya dengan realisasi
pengeluarannya.

Untuk sektor jasa-jasa, tiap tahunya mengalami peningkatan. Dari tahun


2011 ke 2015 sebesar 47.719,56 ke angka 66.012,03. Hal ini disebabkan
banyaknya jasa yang berkembang di Kecamatan Sojol.

p) Sojol Utara

Tabel 4.48 Permintaan Sektor Kecamatan Sojol Utara

No Kategori Tahun

309
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 75.968,63 89.475,47 95.144,56 92.983,08 101.469,18

Pertambangan
2 dan 19.262,74 23.457,53 25.891,77 29.513,77 30.669,93
penggalian

Industri 4.885,45 5.706,60 6.034,39 6.610,24 6.579,80


3
Pengolahan
Listrik dan 19,66 23,00 24,44 26,98 27,15
4
gas
5 Konstruksi 19.081,36 22.913,50 24.909,18 27.876,13 28.429,54

Perdagangan,
6 Hotel dan 18.925,13 22.562,15 24.342,38 27.047,75 27.427,44
Restoran

Angkutan dan 9.415,54 11.972,83 11.869,43 13.133,50 13.270,64


7
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan, 6.937,31 8.322,38 8.831,75 9.680,15 9.677,70
8
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 14.493,88 17.817,44 19.057,01 20.512,40 22.363,42

Tabel 4.49 Kelebihan atau Kekurangan Sektor Kecamatan Sojol Utara

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 11.758,67 2.904,83 2.060,84 7.291,02 1.489,22

Pertambangan
2 dan -12.928,04 -16.594,53 -18.393,97 -21.434,87 -22.002,03
penggalian

Industri 1.989,45 1.483,80 1.553,01 1.468,76 2.030,00


3
Pengolahan
Listrik dan 9,24 7,20 7,36 6,62 8,75
4
gas
5 Konstruksi 4.603,14 2.618,40 2.759,72 1.939,87 3.440,86

310
Perdagangan,
6 Hotel dan 5.118,87 3.532,85 4.202,92 3.330,15 5.225,76
Restoran

Angkutan dan 7.967,76 6.848,07 8.617,07 9.301,30 11.275,36


7
Komunikasi

Keuangan,
Persewaan, -5.305,91 -1.560,28 -1.710,35 -2.151,15 -1.731,20
8
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa -13.213,18 759,66 903,39 248,30 263,28

Hasil Analisa :

Dapat dilihat ditabel, untuk sektor pertanian, pada tahun 2011 hingga
tahun 2015 terdapat permintaan sebesar 75.968,63 ke angka 101.469,18.
Hal ini disebabkan karena kecamatan Sojol Utara bersamaan dengan
kecamatan Sojol adalah lumbung padi nya kabupaten Donggala sehingga
banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dengan
menjadi petani. Menurut data “Statistik Daerah Kecamatan Sojol Utara” dan
“Sojol Dalam Angka”, ditahun 2011 untuk tanaman padi dengan luas panen
2.682 menghasilkan padi sebayak 16.486 ton, disusul tahun 2012 dengan
luas panen 2.805 menghasilkan padi sebanyak 16.503 ton dan di tahun
20115 menghasilkan padi sebesar 148.559 ton. Dan seperti yang diketahui,
padi merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia yang keberadaannya
sangat dibutuhkan. Hal ini menyebabkan sektor ini mengalami surplus,
dimana produksi padi yang melimpah tentunya akan selalu menambah kas
keuangan daerah.

Untuk sektor pertambangan dan penggalian, di tahun 2011 hingga tahun


2015 jumlah permintaan semakin meningkat dari angka 19.262,74 ke
30.669,93. Hal ini disebabkan pertambangan dan penggalian adalah sektor
yang berkontribusi besar untuk meningkatkan perekonomian kecamatan
Sojol Utara. Kenaikan yang terjadi disebabkan karena di tahun 2013
masuknya 2 perusahaan tambang PT. Mutiara Alam Perkasa di tiga Desa;
Siboang, Samalili dan Tonggolobibi serta CV. Raudan Indah di Desa

311
Balukang Kecamatan Sojol. Perusahaan ini berperan besar dalam
pengelolaan bahan-bahan tambang.

Untuk sektor industri dan pengolahan, di tahun 2011 hingga tahun 2015
jumlah permintaan semakin meningkat dari angka 4.885,45 ke 6.579,80. Hal
ini disebabkan kecamatan Sojol Utara memiliki industri kecil dan industri
kerajinan rumah tangga. Jumlah industri mikro sesuai data yang diperoleh
tahun 2014 tercatat sebanyak 30 industri dimana jumlah terbesar terdapat di
Desa Ogoamas II yaitu berjumlah 12 buah industri sedangkan yang terendah
di Desa Bengkolli yaitu berjumlah 2 buah industri.

Untuk sektor listrik dan gas, di tahun 2011 hingga tahun 2015 jumlah
permintaan semakin meningkat dari angka 19,66 ke 27,15. Hal ini
disebabkan, dari 5 desa ada 2 desa yang belum teraliri listrik PLN sehingga
banyak warga yang meminta agar aktivitas nya sehari-hari bisa berjalan
dengan lancar. Khusus untuk PDAM Kecamatan Sojol utara hanya dapat
melayani pelanggan pada tiga desa yaitu Desa Ogomas 1,Ogoamas 2 dan
Desa Bengkoli, dengan jumlah pelanggan pada ketiga desa tersebut menjadi
508 rumah tangga. Sektor ini juga sektor yang terendah dari sektor lainnya,
karena memang pengaruh sektor ini dalam perekonomian kabupaten
Donggala tidak besar.

Untuk sektor konstruksi, di tahun 2011 hingga tahun 2015 jumlah


permintaan semakin meningkat dari angka 19.081,36 ke 28.429,54. Hal ini
disebabkan banyak permintaan warga yang ingin bangunan diperbaiki agar
fungsinya dapat menunjang kelancaran aktivitas warga. Dan juga suatu
daerah dikatakan maju dapat dilihat dari jenis bangunan apa saja yang ada
di daerah tersebut.

Untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran, di tahun 2011 hingga


tahun 2015 jumlah permintaan semakin meningkat dari angka 18.925,13 ke
27.427,44. Hal ini disebabkan banyak warga di Kecamatan Sojol Utara
memiliki toko sebanyak 33, kios berjumlah 299 dan warung berjumlah 18,
dimana fasilitas perdagangan tersebut sebagian besar berada di Desa
Ogoamas I. Jumlah toko sebanyak 33, kios berjumlah 299 dan warung

312
berjumlah 18, dimana fasilitas perdagangan tersebut sebagian besar berada
di Desa Ogoamas I.

Untuk sektor angkutan dan komunikasi, di tahun 2011 hingga tahun


2015 jumlah permintaan semakin meningkat dari angka 9.415,54 ke
13.270,64. Hal ini disebabkan jalan yang digunakan untuk menghubungkan
setiap desa adalah jalan yang sudah beraspal dan memiliki kondisi yang
baik. Untuk sarana komunikasi dua arah sebagian besar masyarakat di Desa
Ogoamas I dan Ogoamas II sudah menggunakan alat komunikasi yang
mobile sebagai sarana penunjang dalam beraktifitas. Akan tetapi hal ini
belum dapat dinikmati oleh 3 desa lainnya yaitu Desa Pesik, Lenju dan
Bengkolli. Tentunya hal ini menimbulkan permintaan yang banyak oleh
warga di desa lainnya agar bisa menikmati sarana komunikasi tersebut.

Untuk sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, di tahun 2011


hingga tahun 2015 jumlah permintaan semakin meningkat dari angka
6.937,31 ke 9.677,70. Hal ini disebabkan realisasi penerimaan dan
pengeluaran Kecamatan Sojol Utara pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp.
407.352.000 yang berupa penerimaan rutin dan penerimaan pembangunan.
Pajak bumi dan bangunan juga memiliki peranan penting sebagai salah satu
sumber pemasukan daerah. Pada tahun 2014 target pajak bumi dan
bangunan sebesar Rp. 95.870.000 akan tetapi realisasinya hanya sebesar Rp.
63.919.000 sehingga memiliki selisih sebesar Rp. 31.951.000.

Untuk sektor jasa-jasa lainnya, di tahun 2011 hingga tahun 2015 jumlah
permintaan semakin meningkat dari angka 14.493,88 ke 22.363,42. Jasa-
jasa tersebut contohnya seperti pelayanan terhadap masyarakat dalam
bentuk kesehatan maupun pendidikan. Tentunya 2 hal ini menjadi hal
penting bagi warga untuk memenuhi standar kualitas hidupnya.

313
4.3 Shift Share Kabupaten Donggala

Shift Share merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menguraikan


pertumbuhan ekonomi suatu daerah sebagai perubahan atau peningkatan nili
suatu variable atau indikator pertumbuhan perekonomian suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu.

a) Rio Pakava

Tabel 4.50 Shift Share Kecamatan Rio Pakava

Kategori Nij Mij Cij Dij

Pertanian 370.594,10 -58.299,80 25.190,32 337.484,62


Pertambangan
dan 31.603,67 -3.508,17 -6.864,71 21.230,79
penggalian
Industri
8.375,45 -1.749,25 -399,83 6.226,37
Pengolahan
Listrik, Air
1.963,25 -208,85 229,35 1.983,75
dan Gas
Bangunan 81.323,29 4.867,11 -2.266,77 83.923,63
Perdagangan,
Hotel dan 57.709,96 1.239,74 17.628,74 76.578,44
Restoran
Angkutan dan
24.769,20 -3.111,30 2.060,77 23.718,67
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
40.443,34 -5.384,04 2.093,61 37.152,91
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa 56.419,94 -593,74 -3.391,13 52.435,07
Total 673.202,19 -66.748,29 34.280,35 640.734,25
Hasil Analisis:

Dapat dilihat dari hasil perhitungan shift share bahwa untuk


pertumbuhan ekonomi wilayah (national share) di kecamatan rio pakava
lebih mengambil proporsi terbesar adalah pada sektor pertanian yaitu
mencapai 370.594,10, karena kecamatan rio pakava lebih mendominasi akan

314
sektor pertanian atau pokok utama lapangan pekerjaan mereka adalah
petani. Hal yang menyebabkan bahwa sektor pertanian menjadi yang terluas
dan mengalami pertumbuhan paling cepat juga karena masyarakat memiliki
kemampuan tinggi akan hasil produksi pertanian mereka, mereka
mengutamakan hasil produksi yang lebih menguntungkan seperti tanaman
kelapa sawit jika dilihat dari sisi tanaman kelapa sawit merupakan tanaman
yang memiliki produktivitas ,harga serta permintaan kelapa sawit yang
cukup tinggi sehingga menjadi alasan sejumlah alih komuditi ke tanaman
kelapa sawit. Sehingga membuat sektor bahkan lahan pertanian
dikecamatan rio pakava dapat bersaing dengan sektor pertanian lainnya
diberbagai kecamatan, selain produksinya yang lebih banyak kecamatan rio
pakava juga merupakan kecamatan yang memproduksi hasil pertanian
terbanyak dan terbaik di kabupaten donggala juga membuat sektor ini
mendapatkan perkembangan paling tinggi. Sedangkan pertumbuhan
ekonomi wilayah paling rendah adalah sektor listrik air dan gas, hal ini
terjadi karena wilayah kecamatan rio pakava berada jauh dari ibu kota
kabupaten sehingga membuat kesulitan dalam pemasokan air,listrik dan
juga gas ,dengan jumlah penduduk yang banyak dan lingkungan yang sangat
luas juga mempengaruhi kesulitan dalm menyeimabangkan kebutuhan air
,gas dan listrik . sehingga sektor ini mengalami keterlambatan dalam
pertumubuhannya. Rendahnya sektor lstrik,air ,gas dan industri pengolahan
disebabkan karena sektor ini bukan sektor unggulan.

Kemudian selanjutnya, efek bauran industri kecamatan rio pakava dapat


dilihat pada tabel diatas , analisis ini memepertunjukan bahwa
perekonomian di kecamatan rio pakava terkonsentrasi pada sektor pertanian
yang mengalami pertumbuhan lebih cepat daripada kabupaten donggala
yang dapat memberikan nilai tambahan PDRB ke kabupaten donggala, hal
ini disebabkan karena alih komoditi dari kakao menjadi kelapa sawit sangat
besar keuntungannya, namun meski kakao diturunkan namun juga
memberikan kontribusi besar terutama pada 3 desa yang ada dikecamatan
rio pakava . Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kecamatan rio pakava
memiliki sektor-sektor yang memiliki nilai paling rendah yaitu pada sektor

315
listrik air dan gas, persewaan hotel jasa perusahaa dan angkutan sehingga
akan memberikan nilai minus yang sangat besar terhadap PDRB. hal ini
disebabkan karena kurangnya pemasokan air dengan daerah yang luas dan
kurangnya keinginan untuk menggunakan jasa angkutan terutama jasa
perusahaan,karena pokok kehidupan utama mereka adalah pertanian meski
air dan listrik sangat dibutuhkan. Namun demikian, sektor lainnya seperti
bangunan,perdagangan dan restaurant memiliki nilai positif yaitu bahwa
sektor tersebut memiliki keunggulan dalam arti komparatif terhadap sektor
yang sama didaerah lain. Dengan demikian berarti laju pertumbuhannya
juga sangat tinggi dibandingksn dengan sektor yang memiliki niali paling
tinggi yaitu pertanian. Sedangkan untuk sektor lainnya yang memiliki nilai
negatif yang memungkinkan masih adanya perbaikan dengan dibandingkan
terhadap perekonomian diprovinsi.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sektor-sektor yang memiliki nilai
differential shift positif adalah sektor sektor pertanian,listrik air gas, sektor
perdagangan hotel restauran ,sektor angkutan komunikasi dan sektor
keuangan persewaan jasa perusahaan yang berarti bahwa sektor tersebut
berkonsentrasi di daerah yang mempunyai pertumbuhan paling cepat
dibandingkan dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan karena produksi
pertanian dikecamatan rio pakava menjadi produksi pertanian terbaik
dengan hasil tanam yaitu seperti kelapa sawit dan kakao. Sedangkan
konstruksi karena kondisi kecamatan yang sangat luas dengan jumlah
penduduk yang banyak membuat proses bahkan pembangunan dikecamatan
ini sngat baik terutama untuk mendukung pekerjaan,usaha dan kehidupan
mereka. Berdasarkan nilai negatif pada sektor pertambangan,sektor jas-jasa,
sektor kontruksi, dan sektor industri pengolahan bahwa sektor tersebut
tumbuh lebih lambat dibandingkan sektor yang lainnya , berdasarkan efek
alokasi yang negatif berartii listrik air dan gas salah satu sektor penyumbang
PDRB terendah dan relatif lamban. Namun dilihat dari total efek alokasi
yang bernilai positif lebih banyak yang membuat sektor ini dapat bersaing
dengan sektor didaerah lainnya.

316
Untuk pertumubuhan wilayah di kecamatan rio pakava dapat dilihat dari
tabel bahwa pertumubuhan paling besar adalah sektor pertanian dan
konstruksi .dan yang terendah adalah sektor air,gas dan listrik. Sehingga
sektor pertanian merupakan dominasi pertumbuhan ekonomi terbaik
dikecamatan pinembani.

b) Pinembani

Tabel 4.51 Shift Share Kecamatan Pinembani

Kategori Nij Mij Cij Dij

Pertanian 124.648,06 -34.729,36 -6.647,74 83.270,96


Pertambangan
dan 5.475,44 -1.668,44 -2.249,97 1.557,03
penggalian
Industri
3.369,36 -1.194,66 -651,81 1.522,89
Pengolahan
Listrik, Air
486,34 -149,54 -40,99 295,81
dan Gas
Bangunan 24.562,48 -3.450,28 -5.604,96 15.507,24
Perdagangan,
Hotel dan 14.799,33 -1.860,93 2.341,92 15.280,32
Restoran
Angkutan dan
6.761,03 -1.538,33 -126,55 5.096,15
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
3.061,06 -993,76 -427,80 1.639,50
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa 27.239,67 -4.183,07 -5.533,66 17.522,94
Total 210.402,77 -49.768,37 -18.941,56 141.692,84

Hasil Analisis:

National share kecamatan Pinembani antar sektor terjadi perubahan atau


perbedaan yang sangat signifikan dimana sektor pertanian merupakan
pengolahan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sektor lainnya yaitu

317
sektor pertanian mencapai 124.648,06. Hal ini disebabkan karena kondisi
lingkungan kecamatan pinembani yang berada di pegunungan sehingga
membuat pertumbuhan akan hasil tanaman kopi sangat baik , dengan suhu
yang dinggin dan dataran yang tinggi membuat hasil tanaman kopi menjadi
produksi besar untuk kabupaten donggala, meski lokasi yang sangat
terpencil namun membuat produksi tanaman kopi mulai dioasarkan di ibu
kota kabupaten bahkan ibu kota provinsi sulawesi tengah. Sehingga dapat
bersaing juga dengan daerah yang lainnya. Kemudian untuk sektor terendah
adalah listrik,air dan gas. Hal ini disebabkan karena kesulitan pemerintah
untuk pemasokan air dikecamatan Pinembani akibat lokasi yang cukup jauh
dan jalan yang susah untuk dilewati oleh kendaraan roda empat, dan sangat
minim untuk kendaraan roda dua. Sehingga pertumuhan sektor ini sangat
lambat.

Efek bauran industri (industrial mix) dikecamatan pinembani dapat


dilihat pada tabel diatas, analisis ini ditunjukkan bahwa kecamatan
pinembani tidak terkonsentrasi pada sektor yang bernilai positif . namun
sektor pertanian memiliki nilai paling tinggi dikecamatan pinembani
sehingga membuat tumbuh lebih cepat dibandingkan perekonomian di kota
lainnya. Dapat dilihat nilai dari efek bauran industri kecamatan pinembani
menyebabkan naiknya PDRB kota/kabupaten Donggala. Kemudian, dapat
dilihat bahwa kecamatan pinembani memiliki sektr-sektor yang memiliki
nilai tertinggi dan terendah yaitu pada sektor nilai tertinggi adalah pertanian
dan terendah adalah sektor listrik,air dan juga gas. Hal ini disebabkan
karena, produksi pertanian kecamatan pinembani sangat baik dan untuk
listrik arena daerah terpencil dan kurangnya tenaga kerja yang siap untuk
memberi kontribusi dikecamatan ini membuat kecamatan ini sulit dialirkan
listrik.

Namun, dilihat dari semua sektor diatas, bahwa kecamatan pinembani


berkonsetrasi ke nilai negatif, hal ini terjadi karena kecamatan pinembani
memiliki lokasi yang jauh dari kota sehingga membuat kecamatan ini
memiliki keterbatasan yang sangat susah untuk di perbaiki, seperti akses
jalan,kebutuhan hidup seperti air dan listrik terutama untuk bangunan yang

318
bisa mendukung kehidupan disana. Sehingga hal ini membuat kontribusinya
terhadap PDRB sangat minim membuat pertumbuhan kecamatan pinembani
sangat lamban.

Dari tabel diatas dapat dilihat sektor yang meiliki nilai differensial shift
adalah sektor pertanian yang membuktikan bahwa sektor ini lebih
terkonsentrasi terhadap nilai yang positif seperti sektor perdagangan,hotel
dan Restaurant ,hal ini disebabkan karena untuk memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat harus mencari pekerjaan untuk bisa menghasilkan uang dengan
berdagang dan membuat suatu persewaan yang membuat kecamatan ini
memiliki penghasilan . sehingga sektor di daerah ini dan mempunyai
pertumubuhan lebih cepat dari yang lainnya. Namun, dapat dilihat pada
sektor pertanian, meski memiliki nilai negatif namun masih bisa adanya
suatu perbaikan karena dapat diketahu bahwa upaya masyarakat kecamatan
pinembani sangat kuat terhadap pertanian mereka, karena pokok utama
mata pencarian mereka merupakan pertanian. Jadi, sektor pertanian
kecamatan pinembani bisa bersaing dengan daerah lainnya. Berdasarkan
hasil perhitungan , dapat dilihat bahwa sektor listrik air dan merupakan
salah satu sektor penyumbang PDRB relatif kecil sehingga tingkat
pertumbuhan sektor tersebut relatif lambat. Namun masih banyak sektor
yang dapat berkembang dengan baik yaitu sektor pertambangan ,sektor
bangunan dan sektor jasa-jasa. Sehingga dapat mendukung perkembangan
dari kecamatan ini. Hampir semua sektor memiliki nilai negatif, sehingga
kontribusinya terhadap PDRB sangat minim dan membuat pertumbuhan
perekonomian Kecamatan ini ikut lamban.

319
c) Banawa

Tabel 4.52 Shift Share Kecamatan Banawa

Kategori Nij Mij Cij Dij

Pertanian 217,022.75 -62,469.45 -13,576.99 140,976.31


Pertambangan
dan 393,860.37 44,504.03 2,673.22 441,037.62
penggalian
Industri
50,161.72 -8,594.22 -512.38 41,055.12
Pengolahan
Listrik, Air
2,889.39 -462.49 182.43 2,609.33
dan Gas
Bangunan 143,460.25 27,572.75 14,988.06 186,021.06
Perdagangan,
Hotel dan 184,727.61 -23,877.11 28,583.53 189,434.03
Restoran
Angkutan dan
96,220.84 -4,803.44 15,288.46 106,705.86
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
103,656.34 -9,190.64 9,974.58 104,440.28
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa 152,841.66 -10,339.56 -17,917.68 124,584.42
Total 1,344,840.92 -47,660.12 39,683.23 1,336,864.03

Hasil Analisis:

Dari hasil shift share tahun 2011-2015 menunjukkan adanya perubahan


dan peningkatan dimana sektor paling besar adalah sektor pertambangan
dan sektor perdagangan. Sektor pertambangan dengan angka 441,037.62,
hal ini disebabkan karena sektor pertambangan merupakan sektor unggulan

320
di Kecamatan Banawa, karena melimpahnya hasil tambang yang
merupakan bahan baku untuk membuat perhiasan, keramik, dan lain-lain.
Untuk sektor perdagangan memiliki angka terbesar kedua setelah sektor
pertambangan, hal ini disebabkan karena tingginya daya beli masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sektor Bangunan juga meningkat
karena meningkatnya populasi masyarakat yang harus membangun rumah
untuk tempat tinggal mereka. Sektor Jasa-jasa meningkat karena jasa
lainnya mendapat dukungan dari sektor pertambangan dan sektor
perdagangan. Sektor pertanian mulai meningkat, hal ini disebabkan karena
mulai berkembangnya sektor ini dan sudah dapat melayani kebutuhan pasar
di dalam daerah tersebut. Sektor angkutan mulai meningkat karena
mendapat dukungan dari beberapa sektor. Sektor keuangan mulai
meningkat karena sektor ini dipengarhui oleh sektor perdagangan, apabila
sektor perdagangan meningkat otomatis sektor keuangan ikut meningkat.

d) Banawa Selatan

Tabel 4.53 Shift Share Kecamatan Banawa Selatan

321
Tabel 4. Shift Share Kecamatan Banawa Selatan

Kategori Nij Mij Cij Dij

Pertanian 506,111.61 -64,801.31 49,219.16 490,529.46


Pertambangan
dan 20,282.55 -2,957.75 -5,111.90 12,212.90
penggalian
Industri
15,565.30 -3,314.00 -806.19 11,445.11
Pengolahan
Listrik, Air
2,068.55 -432.95 28.75 1,664.35
dan Gas
Bangunan 102,558.00 4,079.30 -4,917.34 101,719.96
Perdagangan,
Hotel dan 98,645.66 -654.46 27,359.84 125,351.04
Restoran
Angkutan dan
30,724.07 -4,672.77 1,742.73 27,794.03
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
38,047.02 -6,088.22 946.37 32,905.17
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa 61,953.25 -5,947.15 -9,018.89 46,987.21
Total 875,956.02 -84,789.32 59,442.53 850,609.23

Hasil Analisis :

Dari hasil shift share tahun 2011-2015 sektor yang memiliki angka
paling tinggi berada di sektor pertanian, hal ini dikarenakan sebagian
masyarakat bekerja sebagai petani dan kecamatan ini memiliki lahan

322
pertanian yang luas sehingga sektor pertanian menjadi sektor unggulan di
kecamatan Banawa Selatan.

Sektor Perdagangan, sektor ini meningkat karena adanya dukungan dari


sektor pertanian. Hal ini disebabkan karena melimpahnya produksi dari
sektor pertanian yang meningkatkan daya beli masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.

Sektor Bangunan, sektor ini meningkat karena meningkatnya


pertumbuhan masyarakat untuk membangun tempat tinggal. Dan juga
adanya dukungan dari beberapa sektor.

Sektor jasa-jasa, sektor ini dipengaruhi oleh sektor perdagangan dan


pertanian karena kedua sektor tersebut menggunakan jasa untuk
mendistribusikan hasil petani ke pasar-pasar yang ada didalam dan luar
daerah.

Sektor keuangan, sektor ini meningkat karena adanya dukungan dari


beberapa sektor.

Sektor Angkutan, sektor ini mempengaruhi beberapa sektor, yaitu sektor


jasa-jasa, sektor perdagangan, apabila di sektor ini tidak ada perkembangan,
sektor lainnya juga tidak akan berkembang. Dapat dilihat bahwa sektor
perdagangan meningkat, ini menandakan bahwa sektor angkutan sudah
berkembang lebih baik dari sebelumnya.

Sektor Pertambangan, sektor ini tidak mengalami peningkatan yang


sangat signifikan seperti sektor-sektor lainnya, dikarenakan sedikitnya
lahan pertambangan di wilayah kecamatan Banawa Selatan.

Sektor Industri, Sektor ini tidak mengalami peningkatan karena


masyarakat lebih memilih menjadi petani dikarenakan kecamatan Banawa
Selatan mempunyai lahan pertanian yang luas.

Sektor listrik, Sektor ini meningkat karena adanya dukungan dari


beberapa sektor yang memudahkan dalam pendistribusian listrik, air dan
gas.

323
e) Banawa Tengah

Tabel 4.54 Shift Share Kecamatan Banawa Tengah

Kategori Nij Mij Cij Dij

Pertanian 188.688,62 -18.541,92 23.967,21 194.113,91


Pertambangan
dan 11.117,59 -2.763,59 -3.944,36 4.409,64
penggalian
Industri
12.902,44 -2.795,54 -716,76 9.390,14
Pengolahan
Listrik, Air
873,58 -217,18 -22,19 634,21
dan Gas
Bangunan 41.305,59 -7.782,79 -11.406,22 22.116,58
Perdagangan,
Hotel dan 52.621,22 -9.637,42 5.306,43 48.290,23
Restoran
Angkutan dan
16.138,90 -3.196,80 173,17 13.115,27
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
14.628,36 -3.352,46 -647,80 10.628,10
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa 42.478,09 -8.281,29 -10.387,42 23.809,38
Total 380.754,40 -56.569,00 2.322,07 326.507,47

Hasil Analisis:

Dapat dilihat dari hasil perhitungan shift share bahwa untuk


pertumbuhan ekonomi wilayah (national share) di Kecamatan Banawa
Tengah lebih mengambil proporsi terbesar adalah pada sektor pertanian

324
yaitu mencapai 188.688,62, karena Kecamatan Banawa Tengah lebih di
dominasi oleh sektor pertanian yang dimana sebagian besar mata
pencaharian masyarakatnya di pertanian. Hal yang menyebabkan sektor
pertanian menjadi yang terluas dan mengalami pertumbuhan paling cepat
juga karena masyarakat memiliki kemampuan tinggi dalam menghasilkan
produksi pertanian mereka, selain pertanian peternakan dan perikanan
mereka juga cukup baik, dibidang peternakan mereka beternak sapi dan
kambing yang jika dijual harganya cukup tinggi. Selain itu dalam pertanian
masyarakat mampu bersaing dengan mengembangkan atau memperbanyak
jenis tanaman mereka sehingga hasil dari pertanian dan perkebunan cukup
mumpuni untuk bersaing, tanah yang subur untuk lahan pertanian dan
perkebunan jyga menjadi salah satu faktor tingginya akan produksi yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi wilayahnya karena hasil dari
pertaniannya yang baik. Sedangkan pertumbuhan ekonomi wilayah paling
rendah adalah sektor listrik air dan gas, hal ini terjadi karena Kecamatan
Banawa Tengah dalam kegiatannya sehari-hari terutama dalam mata
pencahariannya tidak menggunakan listrik karena rata-rata kegiatan industri
pengolahan misalnya menggunakan tenaga manual, seperti manusia.
Contohnya adalah dalam menganyam masyarakat menggunakan tangan
tidak menggunakan mesin. Kemudia dalam hal kebutuhan air, masyarakat
lebih banyak menggunakan sumber air pegunungan dibandingkan PDAM,
hal ini berpengaruh ke pendapatan daerah yang menyebabkan rendahnya
pertumbuhan ekonomi di sektor ini.

Kemudian selanjutnya, efek bauran industri Kecamatan Banawa


Tengah dapat dilihat pada tabel diatas bahwa perekonomian di Kecamatan
Banawa Tengah terkonsentrasi pada sektor pertanian yang memiliki nilai
negatif tertinggi, yang berarti nilai pertumbuhannya lebih rendah daripada
Kabupaten Donggala. Hal ini disebabkan karena walaupun hasil pertanian
dan perbunan, peternakan serta perikanan cukup banyak dan besar, namun
tetap kalah saing jika dibandingkan dengan hasil pertanian lainnya. Dilihat
dari masyarakatnya juga yang sebagian besar masih dalam kategori
ekonomi sedang-lemah atau ekonomi menengah kebawah. Dari hal ini dapat

325
diketahui bahwa perekonomian daerah terkonsentrasi pada sektor pertanian
tidak tumbuh lebih cepat. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan
Banawa Tengah memiliki sektor yang nilainya paling rendah yaitu pada
sektor listrik air dan gas, sehingga akan memberikan nilai minus yang
sangat besar terhadap PDRB. Hal ini disebabkan karena masyarakat lebih
dominan menggunakan sumber air pegunungan ketimbang PDAM dan
dalam hal listrik banyak masyarakat yang belum mampu dalam hal biaya
untuk menyambung listrik kerumahnya. Nilai di bauran industri ini bernilai
negatif semua dikarenakan pertumbuhan variabel Kecamatan Banawa
Tengah di semua sektor lebih kecil dibandingkan pertumbuhan variabel di
tingkat provinsi/nasional. Artinya pertumbuhan di Kecamatan Banawa
Tengah lebih lambat jika dibandingkan secara nasional.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sektor-sektor yang memiliki


nilai differential shift positif adalah sektor pertanian, perdagangan, hotel dan
restoran serta angkutan dan komunikasi yang berarti bahwa sektor tersebut
berkonsentrasi di daerah yang mempunyai pertumbuhan paling cepat
dibandingkan dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan karena produksi
pertanian Kecamatan Banawa Tengah menjadi produksi pertanian dan
peternakan terbaik dengan hasil tanaman dan ternak yaitu seperti padi,
kelapa, kakao, sapi, kambing dan ayam buras. Sedangkan untuk
perdagangan dikarenakan semakin banyak masyarakat yang membuka kios
dan warung, dan angkutan dikarenakan dibutuhkannya transportasi untuk
mengangkut hasil pertanian, komunikasi yang beralih ke lebih modern
yakni hp dan tv. Kemudian sektor lainnya berada dalam nilai minus artinya
bahwa sektor tersebut tumbuh lebih lambat dibandingkan sektor yang
lainnya. Nilai positif negatif ini untuk melihat sektor mana yang lebih
kompetitif jika dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat Kabupaten
Donggala. Jika ia positif maka sektor tersebut daya saingnya atau nilai
kompetitifnya lebih tinggi dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat
Kabupaten Donggala, jika ia negatif maka sebaliknya.

Untuk pertumubuhan wilayah di Kecamatan Banawa Tengah dapat


dilihat dari tabel bahwa pertumbuhan paling besar adalah sektor pertanian,

326
hal ini dikarenakan dari hasil analisis sebelumnya yang dimana nilai
pertanian selalu lebih tinggi dibandingkan sektor lain. Begitu pula sektor
yang terendah adalah sektor air,gas dan listrik, karena pada nilai
sebelumnya nilai dari sektor ini selalu terendah jika dibandingkan dengan
sektor lain. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sektor pertanian
menjadi yang paling dominan dalam pertumbuhan ekonomi di Kecamatan
Banawa Tengah.

f) Labuan

Tabel 4.55 Shift Share Kecamatan Labuan

Kategori Nij Mij Cij Dij

Pertanian 197,307.24 -29,571.34 14,879.46 182,615.36


Pertambangan
241,023.67 5,503.53 -20,094.92 226,432.28
dan penggalian
Industri
16,487.02 -2,917.92 -261.60 13,307.50
Pengolahan
Listrik, Air dan
1,214.44 -180.74 90.32 1,124.02
Gas
Bangunan 64,036.85 -7,532.95 -13,150.42 43,353.48
Perdagangan,
Hotel dan 64,803.89 -3,350.39 15,053.22 76,506.72
Restoran
Angkutan dan
29,830.85 -5,228.15 1,000.84 25,603.54
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan
12,590.07 -2,334.57 -6.77 10,248.73
Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa 53,612.49 -11,234.59 -13,892.78 28,485.12
Total 680,906.52 -56,847.12 -16,382.66 607,676.74

327
Hasil Analisis:

Berdasarkan hasil perhitungan shift share, untuk pertumbuhan ekonomi


wilayah di Kecamatan Labuan kontribusi terbesar terletak pada sektor
pertanian yaitu mencapai 197,307.24. Hal ini dikarenakan pertanian
merupakan salah satu sumber penghasilan utama di Kecamatan Labuan.
Penanaman tanaman pangan maupun palawija dan hortikultura tumbuh
dengan baik di kecamatan ini sehingga produk yang dihasilkan dapat dijual
sangat baik di pasaran lalu dapat menunjang pertumbuhan ekonomi wilayah
di Kecamatan Labuan.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi wilayah terendah terletak pada sektor


listrik air dan gas. Hal ini dikarenakan jangankan untuk menghasilkan,
untuk mengakses energy khususnya LPG untuk kebutuhan rumah tangga
saja sering mengalami kesulitan dikarenakan tidak tersedianya akses serta
energy yang memadai.

Kemudian selanjutnya, pergeseran proporsional Kecamatan Labuan


dapat dilihat dari tabel diatas bahwa perekonomian di Kecamatan Labuan
terkonsentrasi pada sektor pertanian yang memiliki nilai negatif tertinggi,
yaitu sebesar -29,571.34 berarti sektor tumbuh lebih lambat dari Kabupaten
Donggala. Hal ini disebabkan meskipun hasil pertanian cukup banyak dan
besar, namun tetap kalah saing jika dibandingkan dengan hasil sektor
lainnya. Lalu juga terdapat nilai positif, yaitu di sektor pertambangan dan
penggalian sebesar 5,503.53 berarti sektor ini tumbuh lebih cepat dari
Kabupaten Donggala. Hal ini disebabkan karena sektor ini merupakan
sektor basis sehingga menyumbang banyak dari Kabupaten Donggala.

Selanjutnya untuk pergeseran differensial, dapat dilihat di tabel bahwa


sektor pertanian, listrik, air dan gas, perdagangan, hotel dan restoran serta
angkutan dan komunikasi memiliki angka pergeseran diferensial positif.
Hal ini berarti sektor tersebut memiliki daya saing atau kompetitif lebih
tinggi dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat Kabupaten

328
Donggala. Kemudian untuk sektor pertambangan dan penggalian, industry
pengolahan, bangunan, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta
jasa-jasa lainnya memiliki angka pergeseran diferensial negatif. Hal ini
berarti sektor tersebut tidak memiliki daya saing atau kompetitif,
dikarenakan pertumbuhan variabel Kecamatan Labuan di sektor tersebut
lebih kecil dibanding pertumbuhan variabel di tingkat provinsi/nasional.

Untuk pertumbuhan wilayah, dapat dilihat di tabel bahwa pertambangan


dan penggalian memiliki angka pertumbuhan paling besar karena dari hasil
analisis sebelumnya dinyatakan bahwa pertambangan dan penggalian
merupakan sektor basis. Selanjutnya terbesar kedua yaitu sektor pertanian
karna pertanian merupakan salah satu sumber penghasilan utama di
kecamatan ini. Lalu sektor yang terendah adalah listrik, air dan gas, karena
pada nilai sebelumnya sektor ini selalu terendah jika dibandingkan dengan
sektor yang lain. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sektor
pertambangan dan penggalian serta sektor pertanian merupakan sektor yang
paling dominan dalam pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Labuan ini.

329
g) Tanantovea

Tabel 4.56 Shift Share Kecamatan Tanantovea

Kategori Nij Mij Cij Dij

Pertanian 219.010,42 -34.569,42 14.770,83 199.211,83


Pertambangan
dan 42.717,19 -8.086,89 -12.623,76 22.006,54
penggalian
Industri
15.735,56 -4.254,46 -1.719,21 9.761,89
Pengolahan
Listrik, Air
1.388,77 -224,67 85,31 1.249,41
dan Gas
Kontruksi 56.339,06 -2.418,96 -7.361,17 46.558,93
Perdagangan,
Hotel dan 5.170,19 40.482,74 169.997,64
Restoran 124.344,71
Angkutan dan
49.523,17 -8.763,37 1.577,58 42.337,38
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
45.518,80 -8.179,80 236,26 37.575,26
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa 67.682,66 -9.225,66 -12.581,47 45.875,53
Total 622.260,34 -70.553,04 22.867,10 574.574,40

Hasil analisis:

Analisis shift share adalah salah satu teknik kuantitaif yang biasa
digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif
terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai
pembanding atau referensi.

330
Pertumbuhan perekonomian yang paling berpengaruh di Tanantova
adalah sektor pertanian yaitu sebesar 219.010,42. Hal ini disebabkan karena
luasnya lahan pertanian yang masih bepotensi mengalami peningkatan hasil
produksi di sektor pertanian. Dan masih Banyak petani yang masih bekerja
di sektor pertanian sehingga sektor pertanian menjadi sektor dengan
pengaruh paling besar. Dengan besar pergeseran proposional bermulai
negatif yaitu -34.569,42. Dan pergeseran diferensial sebesar 14.770,83
menyebabkan bahwa sektor pertanian hanya dapat meningkatkan
peranananya dalam wilayah yang lebih luas, namun belum bisa
meningkatkan perekonomian di Kecamatan Tanantovea. Karena sektor
perekonomian lebih kompetetif dibandingkan dengan sektor lainnya di tiap
kecamatan pada Kecamatan Donggala. Dengan dijumlahkanya Nij, Mij dan
Cij didapatkan Dij yaitu pertumbuhan wilayah dengan angka 199.211,83
serta merupakan pertumbuhan wilayah terbesar di Kecamatan Tanantovea.

Pertumbuhan perekonomian sektor pertambangan adalah 42.717,19.


Walaupun memmpunyai pertumbuhan perekonomian yang lumayan namun
nilai pergeseran proposional Dan pergeseran diferensial bernilai negatif
yaitu sebesar 8.086,89 dan 12.623,76. Hal ini berarti sektor pertambangan
di Kecamatan Tanantovea tidak memmpunyai konstruksi yang besar dalam
pertumbuhan ekonomi baik di Kecamatan Tanantovea sendiri ataupun
secara nasional. Serta memiliki pertumbuhan wilayah sebesar 22.006,54.

Pertumbuhan ekonomi sektor industrial pengolahan sebesar 15.735,56.


Sektor industrial tidak memberikan kontribusi yang cukup besar secara
nasional dan untuk Kecamatan Tanantovea sendiri. Dengan nilai pergeseran
proposional sebesar -4.254,46. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan
ekonomi sektor industrial di Kecamatan Tanantovea terjadi lebih lambat
daripada perkembangan rata-rata seluruh sektor secara
keseluruhan/kabupateb. Dan nilai pergeseran diferensial sebesar -1.719,21
menyatakan bahwa sektor industrial tidak bersifat kompetetif dengan sektor
lainnya dan di daerah lainnya. Dan Dengan pertumbuhan wilayah sebesar
9.761,89.

331
Untuk sektor listrik, air Dan gas pertumbuhan sektor perekonomian
adalah sebesar 1.388,77 Dan merupakan yang terendah diantara 9 sektor
lainnya. Hal ini disebabkan karena kecilnya kontribusi yang diberikan untuk
Kecamatan dan kabupaten. Dengan besar pergeseran proposional -224,67
dan pergeseran diferensial sebesar 85,31. Hal ini menunjukkan bahwa
sektor listrik, air dan gas hanya dapat meningkatkan peranannya secara
nasional namun belum bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
Kecamatan Tanantovea. Sehingga menghasilkan pertumbuhan wilayah
terendah di Kecamatan Tanantovea dengan angka 1.249,41.

Untuk sektor konstruksi pertumbuhan ekonomi adalah sebesar


56.339,06. Dengan besaran nilai pergeseran proposional -2.418,96 Dan
pergeseran diferensi sebesar -7.361,17 . Dengan negatifnya kedua nilai
pergeseran di sektor listrik air dan gas menandakan bahwa sektor listrik,air
dan gas tidak mempunyai peranan dalam memajukan pertumbuhan ekonomi
baik untuk Kecamatan Tanantovea sendiri serta secara nasional. Dari tiga
jumlah pendukung didapatkan pertumbuhan wilayah sebesar 46.558,93.

Pada sektor perdagangan, pertumbuhan ekonomi merupakan yang


terbesar kedua setelah sektor pertanian yaitu sebesar 124.344,71. Dengan
pergeseran proposional sebesar 5.170,19 menunjukkan perkembangan
aktivitas ekonomi daerah yang bersangkutan lebih cepat dari pada
perkembangan rata-rata seluruh aktivitas ekonomi daerah secara
keseluruhan (kabupaten). Dan nilai pergeseran diferensial sebesar
40.482,74 yang menyebabkan sektor perdagangan bersifat lebih kompetitif
dibandingkan dengan sektor pertanian di daerah yang lain. Sektor ini
mempunyai peranan penting dalam perekonomian internal terhadap sistem
perekonomian yang lebih luas (eksternal). Dan menghasilkan pertumbuhan
wilayah tertinggi kedua yaitu sebesar 169.997,64.

Sektor angkutan Dan komunikasi memeiliki pertumbuhan ekonomi


sebesar 49.523,17. Dengan nilai pergeseran proposional -8.763,37 yang
membuat pertumbuhan ekonomi sektor ini tumbuh lebih lambat dari rata –
rata daerah yang lain. Dan nilai pergeseran diferensial sebesar 1.577,58

332
yang menyatakan bahwa sektor angkutan dan komunikasi bersifat
kompetitif. Sektor ini hanya dapat meningkatkan peranannya dalam lingkup
lnternal. Serta didapatkan besar jumlah pertumbuhan wilayah yaitu
42.337,38.

Untuk sektor keuangan memliki besar pertumbuhan ekonomi sebesar


45.518,80. Dengan nilai pergeseran proposional sebesar -8.179,80 yang
menunjukkan bahwa perkembangan aktivitas ekonomi daerah yang
bersangkutan lebih lambat dari pada perkembangan rata-rata seluruh
aktivitas ekonomi daerah secara keseluruhan (Propinsi). Dan Dengan nilai
pergeseran diferensial 236,26 yang membuat sektor ini bersifat kompetitif
dengan sektor lainnya. Yang menghasilkan pertumbuhan wilayah dengan
angka 37.575,26.

Pada jasa perjasaan merupakan pertumbuhan ekonomi terbesar ketiga


setelah pertanian dan perdagangan yaitu sebesar 67.682,66. Walaupun
memliki pertumbuhan ekonomi terbesar ke tiga namun nilai pergeseran
diferensial dan proposional untuk sektor perjasaan bernilai negatif yaitu -
9.225,66 Dan -12.581,47. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perjasaan
tidak memberi peranan yang besar dalam pertumbuhan perekonomian baik
untuk Kecamatan Tanantovea dan Kabupaten Donggala. Dari jumlah
pertumbuhan ekonomi , pergeseran proposional Dan diferensial didapatkan
angka pertumbuhan wilayah yaitu sebesar 45.875,53

333
h) Sindue

Tabel 4.57 Shift Share Kecamatan Sindue

Kategori Nij Mij Cij Dij

Pertanian 331,535.10 -30,244.00 44,446.62 345,737.72


Pertambangan
dan 51,471.55 -3,905.45 -9,372.10 38,194.00
penggalian
Industri
27,215.96 -4,940.46 -555.54 21,719.96
Pengolahan
Listrik, Air
1,619.20 -355.50 5.91 1,269.61
dan Gas
Bangunan 90,529.49 -6,871.49 -14,812.96 68,845.04
Perdagangan,
Hotel dan 58,833.43 -5,247.43 11,460.62 65,046.62
Restoran
Angkutan dan
49,437.34 -8,311.24 2,011.79 43,137.89
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
15,747.24 -4,326.64 -1,415.10 10,005.50
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa 66,331.94 -12,323.04 -15,611.88 38,397.02
Total 692,721.24 -76,525.24 16,157.36 632,353.36

Hasil analisis:

Analisis shift share adalah salah satu teknik kuantitaif yang biasa
digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif
terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai
pembanding atau referensi.

334
Pertumbuhan perekonomian yang paling berpengaruh di Tanantova
adalah sektor pertanian yaitu sebesar 219.010,42. Hal ini disebabkan karena
luasnya lahan pertanian yang masih bepotensi mengalami peningkatan hasil
produksi di sektor pertanian. Dan masih Banyak petani yang masih bekerja
di sektor pertanian sehingga sektor pertanian menjadi sektor dengan
pengaruh paling besar. Dengan besar pergeseran proposional bermulai
negatif yaitu -34.569,42. Dan pergeseran diferensial sebesar 14.770,83
menyebabkan bahwa sektor pertanian hanya dapat meningkatkan
peranananya dalam wilayah yang lebih luas, namun belum bisa
meningkatkan perekonomian di Kecamatan Tanantovea. Karena sektor
perekonomian lebih kompetetif dibandingkan dengan sektor lainnya di tiap
kecamatan pada Kecamatan Donggala. Dengan dijumlahkanya Nij, Mij dan
Cij didapatkan Dij yaitu pertumbuhan wilayah dengan angka 199.211,83
serta merupakan pertumbuhan wilayah terbesar di Kecamatan Tanantovea.

Pertumbuhan perekonomian sektor pertambangan adalah 42.717,19.


Walaupun memmpunyai pertumbuhan perekonomian yang lumayan namun
nilai pergeseran proposional Dan pergeseran diferensial bernilai negatif
yaitu sebesar 8.086,89 dan 12.623,76. Hal ini berarti sektor pertambangan
di Kecamatan Tanantovea tidak memmpunyai konstruksi yang besar dalam
pertumbuhan ekonomi baik di Kecamatan Tanantovea sendiri ataupun
secara nasional. Serta memiliki pertumbuhan wilayah sebesar 22.006,54.

Pertumbuhan ekonomi sektor industrial pengolahan sebesar 15.735,56.


Sektor industrial tidak memberikan kontribusi yang cukup besar secara
nasional dan untuk Kecamatan Tanantovea sendiri. Dengan nilai pergeseran
proposional sebesar -4.254,46. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan
ekonomi sektor industrial di Kecamatan Tanantovea terjadi lebih lambat
daripada perkembangan rata-rata seluruh sektor secara
keseluruhan/kabupateb. Dan nilai pergeseran diferensial sebesar -1.719,21
menyatakan bahwa sektor industrial tidak bersifat kompetetif dengan sektor
lainnya dan di daerah lainnya. Dan Dengan pertumbuhan wilayah sebesar
9.761,89.

335
Untuk sektor listrik, air Dan gas pertumbuhan sektor perekonomian
adalah sebesar 1.388,77 Dan merupakan yang terendah diantara 9 sektor
lainnya. Hal ini disebabkan karena kecilnya kontribusi yang diberikan untuk
Kecamatan dan kabupaten. Dengan besar pergeseran proposional -224,67
dan pergeseran diferensial sebesar 85,31. Hal ini menunjukkan bahwa
sektor listrik, air dan gas hanya dapat meningkatkan peranannya secara
nasional namun belum bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
Kecamatan Tanantovea. Sehingga menghasilkan pertumbuhan wilayah
terendah di Kecamatan Tanantovea dengan angka 1.249,41.

Untuk sektor konstruksi pertumbuhan ekonomi adalah sebesar


56.339,06. Dengan besaran nilai pergeseran proposional -2.418,96 Dan
pergeseran diferensi sebesar -7.361,17 . Dengan negatifnya kedua nilai
pergeseran di sektor listrik air dan gas menandakan bahwa sektor listrik,air
dan gas tidak mempunyai peranan dalam memajukan pertumbuhan ekonomi
baik untuk Kecamatan Tanantovea sendiri serta secara nasional. Dari tiga
jumlah pendukung didapatkan pertumbuhan wilayah sebesar 46.558,93.

Pada sektor perdagangan, pertumbuhan ekonomi merupakan yang


terbesar kedua setelah sektor pertanian yaitu sebesar 124.344,71. Dengan
pergeseran proposional sebesar 5.170,19 menunjukkan perkembangan
aktivitas ekonomi daerah yang bersangkutan lebih cepat dari pada
perkembangan rata-rata seluruh aktivitas ekonomi daerah secara
keseluruhan (kabupaten). Dan nilai pergeseran diferensial sebesar
40.482,74 yang menyebabkan sektor perdagangan bersifat lebih kompetitif
dibandingkan dengan sektor pertanian di daerah yang lain. Sektor ini
mempunyai peranan penting dalam perekonomian internal terhadap sistem
perekonomian yang lebih luas (eksternal). Dan menghasilkan pertumbuhan
wilayah tertinggi kedua yaitu sebesar 169.997,64.

Sektor angkutan Dan komunikasi memeiliki pertumbuhan ekonomi


sebesar 49.523,17. Dengan nilai pergeseran proposional -8.763,37 yang
membuat pertumbuhan ekonomi sektor ini tumbuh lebih lambat dari rata –
rata daerah yang lain. Dan nilai pergeseran diferensial sebesar 1.577,58

336
yang menyatakan bahwa sektor angkutan dan komunikasi bersifat
kompetitif. Sektor ini hanya dapat meningkatkan peranannya dalam lingkup
lnternal. Serta didapatkan besar jumlah pertumbuhan wilayah yaitu
42.337,38.

Untuk sektor keuangan memliki besar pertumbuhan ekonomi sebesar


45.518,80. Dengan nilai pergeseran proposional sebesar -8.179,80 yang
menunjukkan bahwa perkembangan aktivitas ekonomi daerah yang
bersangkutan lebih lambat dari pada perkembangan rata-rata seluruh
aktivitas ekonomi daerah secara keseluruhan (Propinsi). Dan Dengan nilai
pergeseran diferensial 236,26 yang membuat sektor ini bersifat kompetitif
dengan sektor lainnya. Yang menghasilkan pertumbuhan wilayah dengan
angka 37.575,26.

Pada jasa perjasaan merupakan pertumbuhan ekonomi terbesar ketiga


setelah pertanian dan perdagangan yaitu sebesar 67.682,66. Walaupun
memliki pertumbuhan ekonomi terbesar ke tiga namun nilai pergeseran
diferensial dan proposional untuk sektor perjasaan bernilai negatif yaitu -
9.225,66 Dan -12.581,47. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perjasaan
tidak memberi peranan yang besar dalam pertumbuhan perekonomian baik
untuk Kecamatan Tanantovea dan Kabupaten Donggala. Dari jumlah
pertumbuhan ekonomi , pergeseran proposional Dan diferensial didapatkan
angka pertumbuhan wilayah yaitu sebesar 45.875,53

337
i) Sindue Tambusabora

Tabel 4.58 Shift Share Kecamatan Sindue Tambusabora

Kategori Nij Mij Cij Dij

Pertanian 172.048,16 -39.975,76 -1.215,51 130.856,89


Pertambangan
dan 88.775,78 -3.776,68 -13.205,31 71.793,79
penggalian
Industri
16.335,88 -3.146,38 -514,41 12.675,09
Pengolahan
Listrik, Air
1.014,63 -130,93 95,54 979,24
dan Gas
Bangunan 48.138,83 -3.065,73 -7.288,58 37.784,52
Perdagangan,
Hotel dan 31.879,76 -3.001,16 6.052,35 34.930,95
Restoran
Angkutan dan
26.201,86 -3.650,16 1.821,06 24.372,76
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8.127,50 -1.870,00 -367,29 5.890,21
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa 37.679,25 -5.998,25 -7.866,45 23.814,55
Total 430.201,64 -64.615,04 -22.488,60 343.098,00

Hasil Analisis:

Dapat dilihat dari hasil perhitungan shift share bahwa untuk


pertumbuhan ekonomi wilayah (national share) di Kecamatan Sindue
Tambusabora lebih mengambil proporsi terbesar adalah pada sektor
pertanian yaitu mencapai 172.048,16 karena di sektor pertanian ini
merupakan tumpuan kehidupan perekonomian di Kecamatan Sindue

338
Tombusabora pada umumnya. Dimana masyarakatnya bekerja sebagai
petani dengan tingkat produksi yang tinggi dikomoditi kakao dan buah naga.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi wilayah paling rendah adalah disektor
listrik air dan gas, hal ini terjadi karena keterlambatan pasokan listrik air
dan gas di Kecamatan ini. Karena kurangnya pasokan air PDAM
menyebabkan masyarakat mengambil air minum melalui sumur atau air
sungai/mata air.
Kemudian selanjutnya, efek bauran industri Kecamatan Sindue
Tambusabora dapat dilihat pada tabel diatas bahwa perekonomian di
Kecamatan Sindue Tambusabora terkonsentrasi pada sektor pertanian yang
memiliki nilai negatif tertinggi, yang berarti nilai pertumbuhannya lebih
rendah daripada Kabupaten Donggala. Hal ini disebabkan karena walaupun
hasil pertanian dan perkebunan, peternakan serta perikanan cukup banyak
dan besar, namun tetap kalah saing jika dibandingkan dengan hasil pertanian
lainnya. Luas tanaman bahan makanan khususnya padi di Kecamatan
Sindue Tombusabora relatif kecil, dimana lahan pertanian tanaman padi
hanya terdapat di Desa Saloya seluas 73 ha. Dari lahan tersebut dapat
dihasilkan 409 ton gabah kering panen. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
Kecamatan Sindue Tambusabora memiliki sektor yang nilainya paling
rendah yaitu pada sektor listrik air dan gas, sehingga akan memberikan nilai
minus yang sangat besar terhadap PDRB. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pemenuhan air di Kecamatan ini yang menyebabkan masyarakat
lebih banyak menggunakan air sumur dibandingkan air PDAM.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sektor-sektor yang memiliki nilai
differential shift positif adalah sektor listrik air gas, sektor perdagangan
hotel restauran dan sektor angkutan komunikasi yang berarti bahwa sektor
tersebut berkonsentrasi di daerah yang mempunyai pertumbuhan paling
cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan karena
disektor listrik air gas sebagian besar masyarakat sudah teraliri listrik
meskipun belum semua, disektor perdagangan hotel dan restaurant
dikarenakan sudah mulai meningkatnya perdagangan hasil pertanian dari
petani di Kecamatan ini, dan disektor angkutan dan komunikasi dikarenakan

339
sudah tersedianya jembatan dan jalan provinsi yang memadai dengan
komunikasi yang sudah berkembang pesat dengan adanya telepon genggam
yang dapat mengakses informasi. Kemudian sektor lainnya berada dalam
nilai minus artinya bahwa sektor tersebut tumbuh lebih lambat
dibandingkan sektor yang lainnya. Nilai positif negatif ini untuk melihat
sektor mana yang lebih kompetitif jika dibandingkan dengan sektor yang
sama di tingkat Kabupaten Donggala. Jika ia positif maka sektor tersebut
daya saingnya atau nilai kompetitifnya lebih tinggi dibandingkan dengan
sektor yang sama di tingkat Kabupaten Donggala, jika ia negatif maka
sebaliknya.

Untuk pertumubuhan wilayah di Kecamatan Sindue Tambusabora dapat


dilihat dari tabel bahwa pertumbuhan paling besar adalah sektor pertanian,
hal ini dikarenakan dari hasil analisis sebelumnya yang dimana nilai
pertanian selalu lebih tinggi dibandingkan sektor lain. Begitu pula sektor
yang terendah adalah sektor air,gas dan listrik, karena pada nilai
sebelumnya nilai dari sektor ini selalu terendah jika dibandingkan dengan
sektor lain. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sektor pertanian
menjadi yang paling dominan dalam pertumbuhan ekonomi di Kecamatan
Sindue Tambusabora.

340
j) Sindue Tobata

Tabel 4.59 Shift Share Kecamatan Sindue Tobata

Kategori Nij Mij Cij Dij

Pertanian 331.535,10 -30.244,00 44.446,62 345.737,72


Pertambangan
dan 51.471,55 -3.905,45 -9.372,10 38.194,00
penggalian
Industri
27.215,96 -4.940,46 -555,54 21.719,96
Pengolahan
Listrik, Air
1.619,20 -355,50 5,91 1.269,61
dan Gas
Bangunan 90.529,49 -6.871,49 -14.812,96 68.845,04
Perdagangan,
Hotel dan 58.833,43 -5.247,43 11.460,62 65.046,62
Restoran
Angkutan dan
49.437,34 -8.311,24 2.011,79 43.137,89
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
15.747,24 -4.326,64 -1.415,10 10.005,50
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa 66.331,94 -12.323,04 -15.611,88 38.397,02
Total 692.721,24 -76.525,24 16.157,36 632.353,36

Hasil Analisis:

Dari hasil Shift Share pada tahun 2011- 2015 menunjukan bahwa
rentang waktu 4 tahun tersebut menunjukan adanya perubahan dan
pengingkatan khususnya kecamatan Sindue Tobata sendiri yang mana
terjadi pada sektor Pertanian yang di angka 331,yang mana hal ini
menunjukan bahwa angka tersebut,karena sektor pertanian merupakan

341
sektor unggulan dan sektor ini sudah dapat melayani kebutuhan pasar
didalam maupun luar daerah khususnya kecamatan Sindue Tobata

Selanjutnya di susul oleh sektor bangunan yang mana sektor ini


menunjukan angka 90,hal ini di karenakan sektor bangunan di kecamatan
Sindue Tobata pada prosese pengembangan suatu daerah tersebut
membutuhkan berbagai kontruksi dari bangunan,jadi pada sektor bangunan
meningkatlah

Yang ketiga dari sektor jasa-jasa,sektor ini menyentuh angka 66 hal ini
menunjukan bahwa,dalam proses pengembangan sektor ( banguan) serta
meningkatnya sektor pertanian,secara otomati juga sektor jasa-jasa juga
terkena imbasnya

Untuk sektor lain,yang paling rendah adalah sektor listrik,air dan


gas.Mengapa demiakian,hal ini di pengaruhi oleh berbagai faktor khususnya
belum mampunya dalam pelayanan kebutuhan masyarakat di kecamatan
Sindue tobata

Selanjutnya sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan,kenapa


sektor ini juga tergolong rendah,karena pada umunya di kecamatan Sidue
tobata sektor ini belum begitu terasa,dan belum mampu bersaing dengan
sektor lain dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.Dan untuk sektor
sisanya,terlihat bahwa angkanya tergolong stabil tidak terlalu tinggi juga
tidak terlalu rendah.

342
k) Sirenja

Tabel 4.60 Shift Share Kecamatan Sirenja

Kategori Nij Mij Cij Dij

Pertanian 310.623,38 -51.622,08 18.357,40 277.358,70


Pertambangan
dan 119.189,96 -9.960,66 -22.619,49 86.609,81
penggalian
Industri
25.098,73 -4.027,13 16,66 21.088,26
Pengolahan
Listrik, Air
1.825,56 -324,66 82,81 1.583,71
dan Gas
Bangunan 88.396,69 -6.956,99 -14.711,37 66.728,33
Perdagangan,
Hotel dan 97.015,66 -7.165,26 20.386,13 110.236,53
Restoran
Angkutan dan
37.444,22 -4.543,42 3.275,32 36.176,12
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
29.785,19 -6.582,09 -1.075,05 22.128,05
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa 55.745,65 -11.310,45 -14.074,40 30.360,80
Total 765.125,04 -102.492,74 -10.361,99 652.270,31

Hasil analisis:

Dapat dilihat dari hasil perhitungan shift share bahwa untuk


pertumbuhan ekonomi wilayah (national share) di Kecamatan Sirenja pada
sector pertanian mampu bersaing dengan ekonomi di kabupaten Donggala
yaitu sebesar 310.623,38. Untuk pergeseran proporsial sector pertanian di
Kecamatan Sirenja tidak mampu untuk bersaing dengan Kabupaten
Donggala terbukti angka yang dihasilkan -51.622,08, hal ini disebabkan

343
karena sector industry sudah mulai berkembang dengan baik di Kecamatan
Sirenja sehingga sedikit menggeser perekonomian di sana. Dan untuk
pertumbuhan wilayah sector pertanian di Kecamatan Sirenja memperoleh
angka 277.358,70.

Untuk sector pertambangan dan penggalian di Kecamatan Sirenja


memperoleh angka pertumbuhan ekonomi wilayah sebesar 119.189,96
yang artinya sector ini juga mampu bersaing dalam perekonomian
Kabupaten Donggala. Hal ini disebabkan karena pertambangan memiliki
nilai ekonomi yang bisa menopang perekonomian di daerahnya.untuk sector
pertambangan dan penggalian berpotensi untuk mengalami pergeseran
diferensial terbukti angka yang dihasilkan negative yaitu sebesar -
22.619,49.

Untuk sector industry pertumbuhan ekonomi wilayah sudah mampu


bersaing dalam ekonomi di Kabupaten Donggala. Tidak dipungkiri bahwa
sector industry besar, sedang, maupun kecil sudah bisa meningkatkan
perekonomian di sana. Tetapi untuk pergesaran sector masih sangat
berpotensi karena terbukti angka yang dicapai negative.

Sector listrik, air, dan gas untuk pertumbuhan wilayah angkanya sudah
mencapai 1.583,71 yang mampu untuk bersaing pada seluruh kecamatan
yang ada di Kabupaten Donggala. Sector listrik, air, dan gas sudah mampu
memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri terbukti dengan penyaluran listrik,
air, dan gas yang sudah tersebar di desa-desa yang ada di Kecamatan
Sirenja.

Untuk sector bangunan pergeseran diferensial terjadi terbukti angka


yang dicapai sebesar -14.711,37. Tetapi untuk pertumbuhan ekonomi
wilayah mampu bersaing dengan seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten
Donggala yaitu angka sebesar 88.396,69 dikarenkan pembangunan terus
berjalan meskipun tidak terlalu baik.

Perdagangan, Hotel dan Restoran didominasi oleh pedagang eceran


yang setiap tahunnya mengalami perubahan yang cukup baik tetapi

344
kecamatan Sirenja sehingga mampu bersaing dengan kecamatan yang ada
di Kabupaten Donggala. Potensi sector ini bisa tergantikan oleh sector
industry terbukti dari angka yang terdapat di Mij sebesar -7.165,26.

Untuk sector angkutan dan komunikasi di Kecamatan Sirenja jalan-jalan


sudah banyak diaspal dan memudahkan transportasi penyaluran barang dan
untuk komunikasi sudah tersalurkan sarana komunikasi di desa-desa
sehingga mampu bersaing dalam ekonomi di seluruh kecamatan yang ada
di Kabupaten Donggala.

Sector Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan di dominasi oleh


koperasi yang membantu perekonomian disana dan jasa-jasa pasar
mendominasi perekonomian di Kecamatan Sirenja dan mampu bersaing
perekonomian di Kabupaten Donggala.

345
l) Balaesang

Tabel 4.61 Shift Share Kecamatan Balaesang

Kategori Nij Mij Cij Dij

Pertanian 336.678,70 -50.000,70 25.848,71 312.526,71


Pertambangan
dan 16.595,15 -4.347,95 -6.110,48 6.136,72
penggalian
Industri
19.137,66 -3.441,16 -357,78 15.338,72
Pengolahan
Listrik, Air
2.072,45 -258,85 203,73 2.017,33
dan Gas
Bangunan 96.806,47 -3.441,37 -11.933,48 81.431,62
Perdagangan,
Hotel dan 103.457,95 -831,65 28.549,29 131.175,59
Restoran
Angkutan dan
34.179,45 -6.171,85 965,17 28.972,77
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
41.300,99 -5.962,59 1.673,63 37.012,03
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa 66.091,78 -7.240,98 -10.517,91 48.332,89
Total 716.320,59 -81.697,09 28.320,88 662.944,38

Hasil Analisis:

Pada Kecamatan Balaesang yang memiliki Sembilan sector memiliki


pertumbuhan ekonomi wilayah yang lebih luas. Dengan total angka
mencapai 716.320,59 terbukti bahwa semua sector mampu bersaing dengan
kecamatan lain yang ada di Kabupaten Donggala. Sector pertanian yang
memiliki hasil paling besar yaitu 336.678,70 disebabkan oleh hasil pertanian
padi yang melimpah selama lima tahun tersebut, selain padi sub sector
perkebunan dan perikanan juga berkembang dengan baik. Rata-rata semua
sector ini mampu bersaing dengan kecamatan lain dikarenakan setiap sector
sudah memaninkan peran dengan baik. Seperti sector pertambangan yang
mampu mengolah pertambangan dengan baik, sektor industry yang sudah
beragam, listrik air dan gas yang mulai terpenuhi meskipun belum maksimal,

346
pertumbuhan ekonomi yang sudah baik dari sector bangunan, sector
perdagangan yang sangat terbantu dengan pasar, angkutan yang sudah baik
karena akses jalan yang memadai dan menguntungkan juga dalam segi
telekomunikasi, sector keuangan yang artinya juga masalah pajak yang baik dan
warga masyarakat yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terpenuhi, dam
begitu pula sector jasa-jasa.

Untuk pergeseran proporsional kearah sector lain seperti baruan


industry semua sector memiliki potensi itu, terbukti angka yang dihasilkan
juga negative.dengan jumlah total pada semua sector yaitu -81.697,09,

Ada juga yang disebut pada pergesaetan diferensial yang memberikan


informasi seberapa jauh daerah bisa bersaing dengan perekonomian
Donggala. Pada data bisa dilihat bahwa sector pertanian, sector listrik, air,
dan gas, sector perdagangan, hotel, dan restoran, sector angkutan dan
komunikasi sudah mampu untuk bersaing dengan kecamatan lainnya dan
sisanya belum terlalu mampu yang ditunjukan masih terdapat angka
negative.

Semua sector di Kecamatan Balaesang menyebabkan pertumbuhan


wilayah yang baik dan meningkat yang terbukti tidak ada angka negative.
Dengan jumlah total pertumbuhan wilayah sebesar 662.944,38 dengan
sector pertanian yang sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan
wilayah di Kecamatan Balaesang.

347
m) Balaesang Tanjung

Tabel 4.62 Shift Share Kecamatan Balaesang Tanjung

Kategori Nij Mij Cij Dij

Pertanian 230.342,87 -32.857,37 19.035,94 216.521,44


Pertambangan
dan 13.905,93 -3.861,33 -5.338,24 4.706,36
penggalian
Industri
4.197,81 -1.319,21 -642,88 2.235,72
Pengolahan
Listrik, Air
891,81 -229,21 -30,15 632,45
dan Gas
Bangunan 36.039,88 -6.879,48 -10.040,98 19.119,42
Perdagangan,
Hotel dan 17.982,15 -4.490,65 616,08 14.107,58
Restoran
Angkutan dan
8.255,81 -1.921,91 -198,01 6.135,89
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
6.173,63 -1.699,33 -557,87 3.916,43
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa 34.332,54 -7.305,64 -9.007,90 18.019,00
Total 352.122,41 -60.564,11 -6.164,01 285.394,29

Hasil Analisis:

Dari hasil Shift share tahun 2011-2015 menunjukkan adanya perubahan


dan peningkatan dimana sektor yang paling besar adalah pertanian disusul
dengan sektor bangunan. Sektor pertanian dengan angka 200 lebih, hal ini
disebabkan karena sektor pertanian merupakan sektor unggulan dan sektor
ini sudah dapat melayani kebutuhan pasar didalam maupun luar daerah
Balaesang Tanjung. Sehingga mendapat angka besar untuk sektor pertanian.
Untuk sektor bangunan juga memiliki angka terbesar kedua hal ini
disebabkan oleh daerah di Balaesang Tanjung dalam masa pengembangan
dan menyebabkan adanya peningkatan shift share untuk sektor kontruksi
bangunan. Untuk sektor jasa lainnya juga meningkatkan karena jasa lainnya
mendapat dukungan dari beberapa sektor seperti sektor pertanian dan sektor

348
kontruksi yang membuat sektor jasa lainnya ikut meningkat. Sedangkan
untuk sektor lainnya tidak terlalu menonjol karena ada beberapa sektor
lainnya seperti sektor listrik, air dan gas tidak terlalu tinggi karena belum
mampu melayani kebutuhan pasar untuk masyarakat di Balaesang Tanjung.
Sektor ini merupakan sektor terendah dari Balaesang Tanjung karena
beberapa faktor yang membuat sektor ini sulit untuk dipenuhi di Balaesang
Tanjung. Sektor yang rendah kedua yaitu sektor pengolahan industri sektor
ini belum ada pengembangan dari masyarakat sehingga sektor ini belum
memadai dan masih sederhana dalam pengembangannya.

349
n) Dampelas

Tabel 4.63 Shift Share Kecamatan Dampelas

Kategori Nij Mij Cij Dij

Pertanian 586.812,29 -39.331,99 92.869,32 640.349,62


Pertambangan
dan 25.112,72 -2.352,92 -5.020,07 17.739,73
penggalian
Industri
29.988,90 -2.940,50 1.891,18 28.939,58
Pengolahan
Listrik, Air
2.586,93 -489,53 87,88 2.185,28
dan Gas
Bangunan 103.831,20 -7.241,00 -16.349,33 80.240,87
Perdagangan,
Hotel dan 80.560,68 -3.238,88 19.639,48 96.961,28
Restoran
Angkutan dan
57.311,75 -5.705,55 6.261,74 57.867,94
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
36.687,09 -4.127,69 2.655,45 35.214,85
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa 61.730,08 -8.965,38 -12.026,05 40.738,65
Total 984.621,63 -74.393,43 90.009,60 1.000.237,80

Hasil Analisis:

Dari tabel Shift Share 2011-2015 diatas dapat kita lihat bahwa sektor
dengan nilai tertinggi terdapat pada sektor Pertanian, dapat dianalisis bahwa
perkembangan ekonomi dalam sektor ini sangat besar diantara sektor lain di
Dampelas, sektor pertanian sendiri pun sudah dapat melayani kebutuhan
daerah ataupun pasar dan memiliki potensi melayani diluar daerah
Dampelas. Untuk sektor dengan nilai terendah terdapat pada sektor Listrik,
air dan gas karena belum terdistribusi secara menyeluruh di kecamatan
tersebut, hal ini disebabkan karena banyak masyarakat Kecamatan
Dampelas yang memanfaatkan air danau Dampelas dan mata air lokal
disana untuk kegiatan MCK (Mandi, Cuci, Kakus), masyarakat Dampelas
juga masih banyak yang belum teraliri jaringan listrik dan tidak sedikit dari

350
masyarakat di Kecamatan Dampelas yang menumpang listrik dengan
tetangganya.

o) Sojol

Tabel 4.64 Shift Share Kecamatan Sojol

Kategori Nij Mij Cij Dij

Pertanian 582.975,16 -79.688,06 51.648,79 554.935,89


Pertambangan
dan 57.282,72 4.804,28 -1.279,56 60.807,44
penggalian
Industri
31.440,85 -5.139,35 -73,74 26.227,76
Pengolahan
Listrik, Air
2.233,32 -425,82 72,66 1.880,16
dan Gas
Konstruksi 124.610,18 3.413,72 -7.517,40 120.506,50
Perdagangan,
Hotel dan 113.846,20 -5.225,70 27.105,39 135.725,89
Restoran
Angkutan dan
56.456,75 -9.891,55 1.897,20 48.462,40
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
20.586,60 -4.225,20 -418,91 15.942,49
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa 44.550,89 -7.552,39 -9.761,29 27.237,21
Total 1.033.982,69 -103.930,09 61.673,14 991.725,74

Hasil Analisis:

Dapat dilihat dari hasil perhitungan shift share bahwa untuk


pertumbuhan ekonomi wilayah (national share) di Kecamatan Sojol lebih
mengambil proporsi terbesar adalah pada sektor pertanian yaitu mencapai
582.975,16 karena Kecamatan Sojol lebih di dominasi oleh sektor pertanian
yang dimana sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya di pertanian.
Di desa Tonggolobibi tepatnya, terdapat 1400 Ha lebih lahan sawah yang
produktif serta ada kebun kelapa, kakao dan cengkeh. Desa ini juga dikenal

351
sebagai lumbung padi nya kabupaten Donggala. Dan saat panen bisa
menghasilkan 18 milyar rupiah. Hal ini menunjukan bahwa kehidupan
masyarakat Kecamatan Sojol tepatnya di desa Tonggolobibi sangat
bergantung pada sektor pertanian.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi wilayah paling rendah adalah sektor


listrik air dan gas, hal ini terjadi karena di Kecamatan Sojol masih terdapat
empat desa yang belum terjangkau oleh listrik PLN. Jumlah pengguna listrik
di Kecamatan Sojol pada Tahun 2015 sebanyak 4.351 pelanggan, yang
terdiri dari 1.984 pelanggan PLN dan 2.367 pelanggan non PLN. Data
tentang jumlah gardu listrik PLN yaitu sebanyak 11 gardu listrik. Tentunya,
hal ini akan menghambat aktivitas warga sehari-hari karena adanya listrik
akan memudahkan pekerjaan.

Kemudian selanjutnya, efek bauran industri Kecamatan Sojol dapat


dilihat pada tabel diatas bahwa perekonomian di Kecamatan Sojol
terkonsentrasi pada sektor pertanian yang memiliki nilai negatif tertinggi,
yaitu sebesar -79.688,06 yang berarti nilai pertumbuhannya lebih rendah
daripada Kabupaten Donggala. Hal ini disebabkan walaupun hasil pertanian
dan perbunan, peternakan serta perikanan cukup banyak dan besar, namun
tetap kalah saing jika dibandingkan dengan hasil sektor lainnya. Kecamatan
Sojol merupakan kecamatan yang memiliki tingkat kesejahteraan yang
masih rendah dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan yang ada di
Kabupaten Donggala. Hasil pendataan PPLS 2008, dimana 1827 juta dari
6165 ruta penduduk kecamatan Sojol atau 29,64 % merupakan penduduk
miskin. Dari hal ini dapat diketahui bahwa perekonomian daerah
terkonsentrasi pada sektor pertanian tidak tumbuh lebih cepat. Dari tabel
diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Sojol memiliki sektor yang nilainya
paling rendah yaitu pada sektor listrik air dan gas, sehingga akan
memberikan nilai minus yang sangat besar terhadap PDRB. Hal ini
disebabkan karena kebutuhan listrik warga yang belum terpenuhi, banyak
warga yang masih tidak bisa melakukan aktivitasnya dengan lancar saat
malam hari karena rumah nya hanya menggunakan lampu penerangan
menggunakan minyak tanah.

352
Nilai positif negatif ini untuk melihat sektor mana yang lebih kompetitif
jika dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat Kabupaten Donggala.
Jika ia positif maka sektor tersebut daya saingnya atau nilai kompetitifnya
lebih tinggi dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat Kabupaten
Donggala, jika ia negatif maka sebaliknya. Tidak semua sektor memiliki
nilai negatif, hanya sektor pertambangan dan penggalian serta konstruksi
saja yang bernilai positif. Hal ini dikarenakan walau bukan menjadi sektor
utama mata pencaharian bagi masyarakat Sojol, tetapi sektor ini mampu
memberi pendapatan yang besar terhadap keuangan dan pertumbuhan
ekonomi daerah. Sedangkan sektor yang bernilai negatif, dikarenakan
pertumbuhan variabel Kecamatan Sojol di sektor itu lebih kecil
dibandingkan pertumbuhan variabel di tingkat provinsi/nasional. Artinya
pertumbuhan di Kecamatan Sojol dibeberapa sektor dalam tabel lebih
lambat jika dibandingkan secara nasional.

Untuk pertumubuhan wilayah di Kecamatan Sojol dapat dilihat dari


tabel bahwa pertumbuhan paling besar adalah sektor pertanian, hal ini
dikarenakan dari hasil analisis sebelumnya yang dimana nilai pertanian
selalu lebih tinggi dibandingkan sektor lain. Begitu pula sektor yang
terendah adalah sektor air,gas dan listrik, karena pada nilai sebelumnya nilai
dari sektor ini selalu terendah jika dibandingkan dengan sektor lain.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sektor pertanian menjadi yang
paling dominan dalam pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Sojol.

353
p) Sojol Utara

Tabel 4.65 Shift Share Kecamatan Sojol Utara

Kategori Nij Mij Cij Dij

Pertanian 163.810,41 -23.562,61 13.341,78 153.589,58


Pertambangan
dan 11.363,24 -1.875,54 -3.082,40 6.405,30
penggalian
Industri
12.539,46 -2.843,06 -822,75 8.873,65
Pengolahan
Listrik, Air
828,80 -190,90 -5,91 631,99
dan Gas
Bangunan 44.061,01 -4.437,81 -8.302,95 31.320,25
Perdagangan,
Hotel dan 44.711,59 -3.116,79 9.580,82 51.175,62
Restoran
Angkutan dan
31.946,48 -2.488,28 4.182,47 33.640,67
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
11.830,12 -2.404,42 -217,12 9.208,58
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa 31.287,23 -4.528,83 -6.080,10 20.678,30
Total 352.378,33 -45.448,23 8.593,84 315.523,94

Hasil Analisis:

Dapat dilihat dari hasil perhitungan shift share bahwa untuk


pertumbuhan ekonomi wilayah (national share) di Kecamatan Sojol lebih
mengambil proporsi terbesar adalah pada sektor pertanian yaitu mencapai
163.810,41 karena Kecamatan Sojol Utara lebih di dominasi oleh sektor
pertanian yang dimana sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya di
pertanian. Ada sekitar 726 Ha sawah yang terdpaa di kecamatan ini
sehingga bersama dengan kecamatan Sojol disebut sebagai lumbung
padinya kabupaten Donggala, Hal ini menunjukan bahwa kehidupan
masyarakat Kecamatan Sojol Utara sangat bergantung pada sektor
pertanian. Sedangkan pertumbuhan ekonomi wilayah paling rendah adalah
sektor listrik air dan gas, hal ini terjadi karena di Kecamatan Sojol Utara

354
dari 5 desa masih terdapat 2 desa yang belum terjangkau oleh listrik PLN
yaitu desa Pesik dan desa Bengkoli. Tentunya, hal ini akan menghambat
aktivitas warga sehari-hari karena adanya listrik akan memudahkan
kegiatan rumah tangga maupun industri.

Kemudian selanjutnya, efek bauran industri Kecamatan Sojol Utara


dapat dilihat pada tabel diatas bahwa perekonomian di Kecamatan Sojol
Utara erkonsentrasi pada sektor pertanian yang memiliki nilai negatif
tertinggi, yaitu sebesar -23.562,61 yang berarti nilai pertumbuhannya lebih
rendah daripada Kabupaten Donggala. Hal ini disebabkan walaupun hasil
pertanian dan perbunan, peternakan serta perikanan cukup banyak dan
besar, namun tetap kalah saing jika dibandingkan dengan hasil sektor
lainnya. Menurut data dari BPS kabupaten Donggala, Kecamatan Sojol
Utara merupakan salah satu Kecamatan yang memiliki persentase
kemiskinan terendah se-Kabupaten Donggala. Dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa Kecamatan Sojol Utara memiliki sektor yang nilainya paling rendah
yaitu pada sektor listrik air dan gas, sehingga akan memberikan nilai minus
yang sangat besar terhadap PDRB. Hal ini disebabkan karena kebutuhan
listrik warga yang belum terpenuhi, banyak warga yang masih tidak bisa
melakukan aktivitasnya dengan lancar saat malam hari karena rumah nya
hanya menggunakan lampu penerangan menggunakan minyak tanah.

Nilai positif negatif ini untuk melihat sektor mana yang lebih kompetitif
jika dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat Kabupaten Donggala.
Jika ia positif maka sektor tersebut daya saingnya atau nilai kompetitifnya
lebih tinggi dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat Kabupaten
Donggala, jika ia negatif maka sebaliknya. Sektor yang bernilai positif
mampu memberi pendapatan yang besar terhadap keuangan dan
pertumbuhan ekonomi daerah. Sedangkan sektor yang bernilai negatif,
dikarenakan pertumbuhan variabel Kecamatan Sojol Utara di sektor itu
lebih kecil dibandingkan pertumbuhan variabel di tingkat provinsi/nasional.
Artinya pertumbuhan di Kecamatan Sojol dibeberapa sektor dalam tabel
lebih lambat jika dibandingkan secara nasional.

355
Untuk pertumubuhan wilayah di Kecamatan Sojol Utara dapat dilihat
dari tabel bahwa pertumbuhan paling besar adalah sektor pertanian, hal ini
dikarenakan dari hasil analisis sebelumnya yang dimana nilai pertanian
selalu lebih tinggi dibandingkan sektor lain. Begitu pula sektor yang
terendah adalah sektor air,gas dan listrik, karena pada nilai sebelumnya nilai
dari sektor ini selalu terendah jika dibandingkan dengan sektor lain.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sektor pertanian menjadi yang
paling dominan dalam pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Sojol Utara.

356
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis ekonomi diatas, sektor unggulan yang paling


mendominasi di Kabupaten Donggala yaitu pada sektor pertanian dan
pertambangan. Daerah Kabupaten Donggala mempunyai potensi yang besar
untuk dikembangkan antara lain di sektor pertanian dengan komoditi yang
dihasilkan berupa kakao, kelapa dalam, kopi Robusta, cengkeh, lada, jambu
mete, dan cengkeh. Untuk kegiatan pertanian di daerah ini, hasil pertanian
yang utama adalah bahan tanaman pangan berupa padi, tanaman
holtikultura, dan palawija. Tanaman bahan pangan tentunya dengan padi
sebagai primadona, disamping jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian
menjadi ujung tombak kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Di sektor
pertambangan, Kabupaten Donggala ini mempunyai potensi bahan tambang
berupa emas, sirtu, kerikil alam, batu pecah, pasir alam, batu pondasi,
dengan sirtu sendiri boleh dibilang terdapat hampir di semua kecamatan
terutama di wilayah Pantai Barat.

Berikut adalah tabel klasifikasi kecamatan berdasarkan sektor basis


pada pertanian dan pertambangan :

No Pertanian Pertambangan
1 Rio Pakava Sirenja

2 Pinembani Sojol

3 Balaesang Labuan
Sindue
4 Banawa Tengah
Tambusabora

5 Tanantovea Banawa

6 Sindue

357
7 Balaesang Tanjung

8 Banawa Selatan

9 Dampelas

Total 9 Kecamatan 5 Kecamatan

5.2 Usulan Rencana

Sektor unggulan di Kabupaten Donggala yaitu sektor pertanian dan


pertambangan. Untuk rencana pengembangannya, tentu akan terbagi
menjadi 2 berdasarkan potensi di masing – masing kecamatan. Berikut
adalah usulan rencana berdasarkan sektor unggulannya:

a) Sektor Pertanian

Donggala memiliki potensi di sektor pertanian yang baik. Di


balik sektor pertanian yang baik, Kabupaten Donggala memiliki
ketertinggalan di sektor lain, terutama di sektor listrik, air dan gas.
Untuk itu hal yang dapat mengangkat hampir semua sektor yaitu
Industri yang berbasiskan pertanian dan perkebunan. Sektor industri
dapat mengangkat beberapa sektor lain, khususnya listrik, air, dan
gas, yang mana pada sektor ini merupakan sektor yang paling
tertinggal disetiap kecamatan. Industri berbasis pertanian dipilih
karena dengan berbasiskan pertanian, sektor industri dapat
berkembang dengan lebih pesat, mengingat sektor pertanian
merupakan sektor basis terbesar di Kabupaten Donggala. Namun
sebelum mengembangkan sektor industri, aksesibilitas juga penting,
untuk itu sebelum mengembangkan industri, pembenahan
aksesibilitas harus diutama kan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan
agar aspek industri seperti tenaga kerja, produksi, dan pasar menjadi
lebih optimal.

Untuk pembebasan lahan, akan lebih baik jika menggunakan


lahan kosong. Namun untuk side plan atau rencana cadangan, dapat
menggunakan sedikit lahan pertanian guna membangun industri

358
yang berbasis pertanian. namun hal ini membutuhkan sosialisasi
yang baik kepada masyarakat khususnya petani.

Terlepas dari beberapa aspek diatas, mitigasi bencana guna


mendukung sektor pertanian juga sangat penting. Hal ini disebabkan
karena bencana sendiri tidak dapat dipungkiri akan terjadi
mengingat daerah ini sangat rawan akan bencana karena terletak di
jalur Ring Of Fire dan juga bencana dapat mengakibatkan segala
aspek yang ada di suatu daerah menjadi kacau terutama
perekonomian. Sehingga yang paling memungkinkan adalah dengan
memaksimalkan mitigasi bencananya. Mitigasi bencana pada aspek
ini dilakukan dengan cara yaitu dengan mendirikan industri yang
berbasis pertanian dengan radius yang cukup jauh dari bibir pantai.
Sehingga jika terjadi bencana seperti tsunami, maka kerusakannya
dapat menjadi lebih minim.

b) Pertambangan

Untuk sektor unggulan lain yaitu pertambangan, sebenarnya


sektor ini sangat berbahaya. Mengingat Kabupaten Donggala
merupakan daerah yang rawan akan bencana. Sehingga adanya
tambang dapat menambah potensi bahaya bencana. Sehingga
rencana yang tepat sekaligus mitigasi bencananya dapat dilakukan
dengan menutup beberapa kawasan pertambangan, khususnya
pertambangan yang memiliki keuntungan yang rendah serta
penempatan lokasi penambangan yang kurang tepat, seperti di
Kecamatan Sirenja dan lain sebagainya.

359
DAFTAR PUSTAKA

Sukardi. 2018. Warga Pinembani minta akses layanan pemerintah (daring)


https://sulteng.antaranews.com/berita/40720/warga-pinembani-
minta-akses-layanan-pemerintah. Diakses pada 10 Mei 2019.
Sultengraya. 2019. Jalan di Rio Pakava memprihatinkan (daring)
https://sultengraya.com/amp/75059/jalan-di-rio-pakava-
memprihatinkan/. Diakses pada 10 Mei 2019.
Rahmat, Asiz. 2009. Rio Pakava Anak Tiri Sulteng. (daring)
(https://rahmatazis.wordpress.com/2010/02/03/rio-pakava-anak-
tiri-sulteng-di-tengah-sulbar/amp/). Diakses pada 10 Mei 2019.
Halim, Iwan. 2017. Bab II Profil Daerah Kabupaten Donggala. (daring)
(Docplayer.https://docplayer.info/34257217-Bab-ii-profil-daerah-
pemerintah-kabupaten-donggala-a-gambaran-umum-wilayah-
badan-lingkungan-hidup-daerah.html). Diakses pada 11 Mei 2019.
Rahmat, Asiz. 2009. Rio Pakava Anak Tiri Sulteng. (daring)
(https://rahmatazis.wordpress.com/2010/02/03/rio-pakava-anak-
tiri-sulteng-di-tengah-sulbar/amp/). Diakses pada 10 Mei 2019.
Sukardi. 2018. Warga Pinembani minta akses layanan pemerintah (daring)
(https://sulteng.antaranews.com/berita/40720/warga-pinembani-
minta-akses-layanan-pemerintah). Diakses pada 10 Mei 2019.
LABPM IPDN. 2013. PROFIL-DONGGALA. (daring)
(http://labpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/04/). Diakses
pada 10 Mei 2019
GeoTadulako. 2014. Perkembangan kawasan transmigrasi di Kecamatan Rio
Pakava. (daring).
(http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/article/download/11398/
8776). Diakses pada 11 Mei 2019
LABPM. 2013. BAB-II-RPJMD. (daring) (http://labpm2.ipdn.ac.id/wp-
content/uploads/2013/04-Dgl.doc). Diakses pada 11 Mei 2019.
Sutrisno. 2017. Abaikan Rio Pakava, Sulteng “Buang” Rp1 Triliun Tiap Tahun.
(daring) (jurnalsulawesi.com.abaikan-rio-pakava-sulteng-buang-
rp1-triliun-tiap-tahun). Diakses pada 11 Mei 2019
BPS kabupaten donggala. 2015. Kecamatan pinembani dalam angka. Donggala:
BPS Donggala

iii
BPS kabupaten donggala. 2015. Kecamatan rio pakava dalam angka. . Donggala:
BPS Donggala
Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala.1990. Potensi Desa Kabupaten
Donggala. (daring) (https://donggalakab.bps.go.id/)Pemerintah
Kabupaten Donggala. Diakses pada 11 Mei 2019
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. 2017.Kecamatan Rio Pakava
dalam Angka 2017. (daring) (https://donggalakab.bps.go.id/).
Diakses 11 Mei 2019
Budianta. Aziz, Widyastuti.2011. Hand Out Perkuliahan Penggunaan Lahan.
Tadulako University Press.
Sabari Yunus, Hadi .2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta
Sekretariat Negara Indonesia. 2013. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang System Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara
Indonesia.
Anonim.2016. Potensi Kabupaten Donggala . (daring).
(https://www.beritasatu.com/destinasi/354563-potensial-donggala-
segera-dicanangkan-sebagai-kota-Awisata.html). Diakses tanggal
08 April 2019.
Liputan6. 2014. Warga Donggala Mengungsi. (daring)
(https://www.liputan6.com/news/read/817193/ratusan-rumah-
dihantam-banjir-rob-warga-donggala-mengungsi. Diakses tanggal
09 April 2019.
Musma, Mustaqim. 2013. Banawa Selatan. (daring)
(http://mustaqimmusma.blogspot.com/2013/10/banawa-selatan-
akan-menjadi-kawasan.html). Diakses tanggal 09 April 2019.
Badan Pusat Statistik.2017.Banawa dalam angka 2016. (daring)
(https://donggalakab.bps.go.id/publication/2016/07/29/a3f835490b
6af6767ae03ce2/kecamatan-banawa-selatan-dalam-angka-
2016.html). Diakses tanggal 09 April 2019
Sudirman, Tanudjaja.2018. Pertambangan. (daring)
(https://docplayer.info/66026843-Implementasi-kebijakan-
pertambangan-mineral-dan-batuan-di-kecamatan-banawa-
kabupaten-donggala.html). Diakses tanggal 09 April 2019
Redaksi. 2016. Pertanian dan Perkebunan. (daring)
(https://sultengraya.com/27951/pertanian-dan-perkebunan/).
diakses 07 mei 2019

iv
Arfan, Moh. 2011. Sektor Pertambangan dan Energi. (daring)
(http://www.sultengprov.go.id/potensi-daerah/sektor-
pertambangan-dan-energi). diakses 07 mei 2019
Halim, Iwan. 2017. BAB II PROFIL DAERAH. Pemerintah Kabupaten Donggala
A. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Badan Lingkungan Hidup
Daerah.
Redaksi. 2016. Pertanian dan Perkebunan. (daring)
(https://sultengraya.com/27951/pertanian-dan-perkebunan/).
diakses 07 mei 2019

Arfan, Moh. 2011. Sektor Pertambangan dan Energi. (daring)


(http://www.sultengprov.go.id/potensi-daerah/sektor-
pertambangan-dan-energi. Diakses). 07 mei 2019

Halim, Iwan. 2017. BAB II PROFIL DAERAH. Pemerintah Kabupaten Donggala


A. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Badan Lingkungan Hidup
Daerah.

Kecamatan Banawa Tengah Dalam Angka Tahun 2015. (daring)


(https://donggalakab.bps.go.id/) . diakses 07 mei 2019

Statistik Daerah Kecamatan Banawa Tengah 2015. (daring)


(https://donggalakab.bps.go.id/) . diakses 07 mei 2019

Hajiji, Muhammad. 2019. Pemkab Donggala genjot produksi ikan untuk


Kesejahteraan Nelayan. (daring)
(https://sulteng.antaranews.com/berita/52922 pemkab-donggala-
genjot-produksi-ikan-untuk-kesejahteraan-nelayan). diakses 27 mei
2019

User, Super. 2017. Mereka Memanfaatkan Sembari Menjaga Keutuhan Hutan.


(daring) (http://pskl.menlhk.go.id/artikel/134- mereka-
memanfaatkan-sembari-menjaga-keutuhan-hutan.html). diakses 27
mei 2019

Republica.co.id. 2018. Pertumbuhan Ekonomi Sulteng Diperkirakan Melemah.


(daring)
(https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/18/12/10/pj

v
ibw5370-pertumbuhan-ekonomi-sulteng-2019-diperkirakan-
melemah. Friska Yolanda). Diakses 26 Mei 2019
Aliansi Jurnalis Independen Kota Palu. 2012. 263 hektar persawahan warga
Kecamatan Sojol Kekeringan. (daring)
(http://palu.aji.or.id/2015/10/12/sebanyak-2-63-hektar-lahan-
persawahan-milik-warga-di-kecamatan-sojol-kabupaten-donggala-
mengalami-kekeringan-yang-luar-biasa-pada-musim-kemarau-
tahun-ini-hal-ini-mengakibatkan-banyak-petani-sawah/). Diakses
26 Mei 2019
Historia. 2016. Sejarah Gempa Donggala. (daring)
(https://historia.id/politik/articles/sejarah-gempa-dan-tsunami-di-
donggala-sulawesi-tengah-DEeQa). Diakses 26 Mei 2019
Yayasan Merah Putih Sulawesi Tengah. 2016. Hutan Desa. (daring)
(https://www.ymp.or.id/ingin-selamatkan-pertanian-desa-
tonggolobibi-usulkan-hutan-desa/). Diakses Kamis, 9 Mei 2019.

Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Donggala. 2016. (daring)


(http://dpedgla.blogspot.com/). Diakses Kamis, 9 Mei 2019.

Statistik Daerah Kecamatan Sojol 2015. (daring)


(https://donggalakab.bps.go.id/publication/2015/11/30/69f90f24d9
833ca543bb8558/statistik-daerah-kecamatan-sojol-2015). Diakses
Kamis, 9 Mei 2019

Statistik Daerah Kecamatan Sojol Utara 2015. (daring)


(https://donggalakab.bps.go.id/publication/2015/11/30/b0ed50a76f
ce629650d8df3a/statistik-daerah-kecamatan-sojol-utara-2015).
Diakses Kamis, 9 Mei 2019

Statistik Daerah Kecamatan Sojol 2016. (daring)


(https://donggalakab.bps.go.id/publication/2016/09/26/9c583141e6
253d1202ef8ce7/statistik-daerah-kecamatan-sojol-2016). Diakses
Kamis, 9 Mei 2019.

Statistik Daerah Kecamatan Sojol Utara 2016. (daring)


(https://donggalakab.bps.go.id/publication/2016/09/26/0dbf729def
a3492f092756f9/statistik-daerah-kecamatan-sojol-utara-
2016.html). Diakses Kamis, 9 Mei 2019.

vi
Friska Yolanda. 2019. (daring)
(https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/18/12/10/pj
ibw5370-pertumbuhan-ekonomi-sulteng-2019-diperkirakan-
melemah). Diakses 26 Mei 2019.
Aliansi Jurnalis Independen Kota Palu. Sebanyak 2.63 hektar lahan persawahan
milik warga di Kecamatan Sojol, Kabupaten Donggala mengalami
kekeringan yang luar biasa. (daring)
(http://palu.aji.or.id/2015/10/12/sebanyak-2-63-hektar-lahan-
persawahan-milik-warga-di-kecamatan-sojol-kabupaten-donggala-
mengalami-kekeringan-yang-luar-biasa-pada-musim-kemarau-
tahun-ini-hal-ini-mengakibatkan-banyak-petani-sawah/). Diakses
26 Mei 2019
Historia. 2016. (daring) (https://historia.id/politik/articles/sejarah-gempa-dan-
tsunami-di-donggala-sulawesi-tengah-DEeQa). Diakses 26 Mei
2019
BPS. 2012. Statistik Daerah Kecamatan Tanantovea 2012. BPS Kab Donggala
BPS. 2015. Statistik Daerah Kecamatan Tanantovea 2015. BPS Kab Donggala
Kemenhub. 2013. Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulwesi
Tengah.
Paino,Christopel. 2015. Sampai Kapan Carut Marut Pertambangan di Kabupaten
Donggala Dipertahankan (daring).
(https://www.mongabay.co.id/2015/03/05/sampai-kapan-carut-
marut-pertambangan-di-kabupaten-donggala-dipertahankan/)
diakses 8 Mei 2019.
Nadjemuddin, Adha. 2012. Sejumlah Sungai di Donggala Mendesak Diperbaiki.
(daring). (https://sulteng.antaranews.com/berita/2320/sejumlah-
sungai-di-donggala-mendesak-diperbaiki) diakses 8Mei 2019
Beritasatu. 2014. Rekaman Detik-Detik Banjir Bandang di Donggala. (daring)
(http://www.beritasatu.tv/news/rekaman-detik-detik-banjir-
bandang-di-donggala/) diakses 8 Mei 2019.
Paino,Christopel. 2014. Wombo Kalonggo, Desa Penghasil Bawang Goreng yang
Berjuang Mendapatkan Hutan Kemasyarakatan. (daring)
(https://www.mongabay.co.id/2014/10/12/wombo-kalonggo-desa-
penghasil-bawang-goreng-yang-berjuang-mendapatkan-hutan-
kemasyarakatan/) diakses 9 Mei 2019. BPS. 2012. Statistik Daerah
Kecamatan Sindue 2012. (Daring) (https://donggalakab.bps.go.id/).
Diakses 9 mei 2019
BPS. 2015. Statistik Daerah Kecamatan Sindue 2015. (Daring)
(https://donggalakab.bps.go.id/). Diakses 9 mei 2019

vii
BPS Kab DonggalaLatowa, Syarifah. 2014. Donggala akan Terapkan Green
Mining. Benarkah?. (daring).
(https://www.mongabay.co.id/2014/07/18/donggala-akan-terapkan-
green-mining-benarkah/) diakses pada 9 Mei 2019
BPS. 2011. Kabupaten Donggala Dalam Angka. (daring)
(https://docplayer.info/47729408-Kabupaten-donggala-dalam-
angka-donggala-regency-in-figures.html). diakses pada 9 Mei 2019
Satria, Bambang Tri Wisnu. Pertumbuhan Ekonomi dan Penetapan Sektor
Unggulan di Provinsi Jawa Timur. (daring)
(Http://eprints.umm.ac.id/35274/4/jiptummpp-gdl-putriparam-
48458-4-babiii.pdf&ved=2ahUKEwjXh_GBl-
TiAhUHSX0KHeKTDKUQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw3bJc
DpPJ2484hf7ez061x8&cshid=1560350801943). diakses pada 11
Juni 2018.
Supriatin. 2015. Kemarau, puluhan hektare kebun habis terbakar di Sulawesi
Tengah. (daring) (https://m.merdeka.com/peristiwa/kemarau-200-
cengkeh-habis-terbakar-di-sulawesi-tengah.html). Diakses pada 25
Mei 2019.
Abu Ahadi.2014. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Tamarenja, Kec. Sindue
Tobata. (daring)
(https://www.neliti.com/publications/151955/penyelenggaraan-
pemerintahan-desa-tamarenja-kec-sindue-tobata-kab-donggala-
berda). Diakses pada 25 Mei 2019.
Kerjasama BAPPEDA Donggala dengan UNTAD.2011. Kajian Potensi
Sumberdaya Yang Terkait Dengan Investasi Di Kabupaten
Donggala. (daring)
(https://www.academia.edu/25790298/Kajian_Potensi_Sumberday
a_Yang_Terkait_Dengan_Investasi_Di_Kabupaten_Donggala).
Diakses pada 25 Mei 2019.
Pemerintah SulTeng. 2011. Sektor Pertambangan dan Energi. (daring)
(http://www.sultengprov.go.id/potensi-daerah/sektor-
pertambangan-dan-energi). Diakses pada 26 Mei 2019.
Anonim. 2015. Empat Kecamatan Penyuplai Beras Donggala. (daring)
(https://palu.aji.or.id/2015/08/07/empat-kecamatan-penyuplai-
beras-donggala/). Diakses pada 26 Mei 2019.
Malaha Rolex.2014. Traktor tangan Bantuan BI Sejahterakan petani Malonas,
Dampelas. (daring)
(https://sulteng.antaranews.com/berita/16453/traktor-tangan-
bantuan-bi-sejahterakan-petani-malonas). Diakses pada 26 Mei
2019.

viii
LAMPIRAN

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di 16 Kecamatan Donggala

Produk domestik regional bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah


yang dihasilkan oleh seluruh sektor usaha dalam suatu wilayah. PDRB menurut
anggaran dasar harga berlaku (ADHB) digunakan untuk melihat pergeseran
struktur ekonomi. PDRB menurut anggaran dasar harga konstan (ADHK)
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

a) Rio Pakava

Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Rio Pakava


Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun
2011 – 2015 (Juta Rupiah)
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 203,469.60 217,553.70 234,066.10 248,742.00 263,368.10
Pertambangan
2 dan 17,232.80 18,427.00 19,573.20 20,645.80 21,795.80
penggalian
Industri
3 4,551.70 4,718.70 4,871.60 5,047.90 5,254.90
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,052.40 1,115.20 1,186.30 1,264.50 1,343.30
dan Gas
5 Bangunan 43,313.30 47,916.00 53,102.00 57,761.30 62,610.30
Perdagangan,
6 Hotel dan 31,785.50 35,086.60 38,628.40 42,232.40 45,936.20
Restoran
Angkutan dan
7 13,179.00 13,877.70 14,616.90 15,418.30 16,278.50
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 21,625.30 22,701.60 23,828.00 25,003.30 26,263.00
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 30,104.80 32,501.20 35,064.40 37,972.20 41,162.10
Total 366,314.40 393,897.70 424,936.90 454,087.70 484,012.20
Sumber : BPS Kabupaten Donggala
Tabel 2 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Rio Pakava
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 –
2015 (Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 209,397.70 233,018.90 257,865.30 287,386.40 312,294.30
Pertambangan
2 dan 17,857.10 19,951.70 22,371.90 25,157.20 28,095.50
penggalian
Industri
3 4,732.40 5,119.80 5,547.40 6,049.50 6,626.20
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,109.30 1,247.60 1,398.40 1,565.50 1,754.40
dan Gas
5 Bangunan 45,950.30 54,257.40 63,282.70 74,310.20 86,190.40
Perdagangan,
6 Hotel dan 32,608.00 37,580.70 42,988.60 49,932.90 58,949.70
Restoran
Angkutan dan
7 13,995.40 15,599.10 17,351.10 19,372.70 21,657.90
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 22,851.80 25,402.50 28,236.20 31,453.60 35,059.30
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 31,879.10 36,511.60 41,776.60 48,433.20 55,826.20
Total 380,381.10 428,689.30 480,818.20 543,661.20 606,453.90
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

b) Pinembani

Tabel 3 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Pinembani Atas


Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 –
2015 (Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 68,696.80 70,624.60 72,752.70 73,614.60 74,382.30
Pertambangan
2 dan 3,020.30 3,096.40 3,177.90 3,251.90 3,331.90
penggalian
Industri
3 1,881.10 1,903.20 1,926.90 1,947.80 1,969.60
Pengolahan
Listrik, Air
4 269.20 276.20 284.10 293.20 302.90
dan Gas
5 Bangunan 13,293.80 14,062.20 14,897.50 15,562.00 16,072.40
Perdagangan,
6 Hotel dan 7,934.80 8,316.50 8,742.30 9,131.30 9,502.10
Restoran
Angkutan dan
7 3,683.10 3,815.40 3,945.40 4,062.60 4,182.30
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1697.9 1727 1752.9 1777.9 1805.8
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 14,879.20 15,837.60 16,846.10 17,842.50 18,751.90
Total 115,356.20 119,659.10 124,325.80 127,483.80 130,301.20
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

Tabel 4 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Pinembani Atas


Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 – 2015 (Juta
Rupiah)
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 70,430.20 74,812.30 79,846.90 84,842.60 89,918.70
Pertambangan
2 dan 3,093.80 3,267.70 3,435.70 3,619.80 3,807.00
penggalian
Industri
3 1,903.80 1,959.20 2,023.70 2,102.00 2,174.70
Pengolahan
Listrik, Air
4 274.80 288.20 303.10 319.70 336.80
dan Gas
5 Bangunan 13,878.60 15,381.70 17,142.90 19,064.60 21,112.20
Perdagangan,
6 Hotel dan 8,362.10 9,310.40 10,416.50 11,597.70 12,938.40
Restoran
Angkutan dan
7 3,820.20 4,120.60 4,456.80 4,830.20 5,222.70
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1,729.60 1,802.10 1,889.70 1,976.80 2,067.30
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 15,391.30 17,001.20 18,868.30 20,879.40 23,056.60
Total 118,884.40 127,943.40 138,383.60 149,232.80 160,634.40
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
c) Banawa

Tabel 5 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Banawa Atas


Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 –
2015 (Juta Rupiah)
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 118,957.80 122,726.30 126,984.90 131,023.00 135,084.70
Pertambangan
2 216,275.50 244,992.60 279,385.00 317,536.50 361,662.60
dan penggalian
Industri
3 27,130.20 28,475.80 29,771.50 31,167.80 32,529.80
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 1,555.50 1,621.00 1,694.60 1,782.30 1,882.60
Gas
5 Bangunan 77,787.40 87,962.00 100,136.00 113,804.50 129,532.30
Perdagangan,
6 Hotel dan 99,811.00 105,440.30 111,576.90 117,646.70 124,187.90
Restoran
Angkutan dan
7 51,630.70 55,101.50 58,975.90 63,240.20 68,071.40
Komunikasi

Keuangan,
8 Persewaan, dan 55,646.20 59,296.00 63,187.90 67,303.40 71,752.20
Jasa Perusahaan

9 Jasa-jasa 81,985.10 88,179.60 95,130.20 102,356.00 110,336.60


Total 730,779.40 793,795.10 866,842.90 945,860.40 1,035,040.10
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

Tabel 6 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Banawa Atas


Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 – 2015
(Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 122,624.90 130,485.20 139,162.40 146,913.80 154,553.30
Pertambangan
2 dan 222,543.90 264,830.80 313,103.70 376,592.80 438,364.40
penggalian
Industri
3 28,343.00 30,995.90 34,154.30 37,658.60 41,567.50
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,632.60 1,788.60 1,972.20 2,182.20 2,426.90
dan Gas
5 Bangunan 81,059.70 98,674.00 118,517.30 144,283.00 171,033.00
Perdagangan,
6 Hotel dan 104,377.10 116,495.30 130,311.60 146,587.60 160,850.50
Restoran
Angkutan dan
7 54,367.90 61,170.80 69,600.70 79,780.20 91,417.40
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 58,569.20 65,794.40 74,393.60 83,872.60 94,465.70
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 86,360.50 98,562.20 111,993.10 127,018.60 142,502.10
Total 759,878.80 868,797.20 993,208.90 1,144,889.40 1,297,180.80
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

d) Banawa Selatan

Tabel 7 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Banawa Selatan


Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun
2011 – 2015 (Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 274,649.00 293,327.30 312,104.90 329,038.50 345,474.90
Pertambangan
2 dan 10,851.00 11,421.80 12,071.70 12,744.10 13,423.40
penggalian
Industri
3 8,612.70 9,165.60 9,779.70 10,393.90 11,074.70
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,133.60 1,187.20 1,249.60 1,319.70 1,401.90
dan Gas
5 Bangunan 53,921.70 58,014.40 62,487.30 67,361.30 72,501.00
Perdagangan,
6 Hotel dan 52,537.90 56,940.60 61,752.00 66,840.40 72,434.90
Restoran
Angkutan dan
7 16,664.90 17,612.30 18,739.40 19,974.80 21,304.40
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 20,670.30 21,799.50 23,007.60 24,196.50 25,475.90
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 33,602.30 35,976.20 38,471.30 41,037.50 43,732.00
Total 472,643.40 505,444.90 539,663.50 572,906.70 606,823.10
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
Tabel 8 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Banawa Selatan
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 –
2015 (Juta Rupiah)
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 285,969.50 318,370.50 356,629.00 398,717.20 441,310.30
Pertambangan
2 dan 11,460.30 12,765.70 14,226.10 15,731.20 17,324.80
penggalian
Industri
3 8,794.90 9,570.60 10,426.20 11,285.30 12,251.30
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,168.80 1,267.40 1,377.30 1,497.80 1,635.60
dan Gas
5 Bangunan 57,948.60 67,092.90 77,868.10 91,502.80 106,637.30
Perdagangan,
6 Hotel dan 55,738.00 64,293.80 74,252.90 85,806.70 97,991.20
Restoran
Angkutan dan
7 17,360.10 19,160.90 21,180.50 23,415.80 26,051.30
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 21,497.80 23,654.70 26,119.00 28,860.20 31,958.80
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 35,005.60 39,312.90 44,256.80 50,023.60 56,006.10
Total 494,943.60 555,489.40 626,335.90 706,840.60 791,166.70
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

e) Banawa Tengah

Tabel 9 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Banawa Tengah


Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun
2011 – 2015 (Juta Rupiah)
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 100,147.90 104,867.00 110,076.90 115,585.80 119,916.00
Pertambangan
2 dan 6,134.10 6,414.50 6,710.80 6,987.30 7,261.90
penggalian
Industri
3 7,080.90 7,451.90 7,850.60 8,280.80 8,750.30
Pengolahan
Listrik, Air
4 483.80 507.90 535.10 566.60 601.40
dan Gas
5 Bangunan 22,720.10 24,296.80 26,167.70 27,821.50 29,691.10
Perdagangan,
6 Hotel dan 28,888.20 30,971.10 33,340.40 35,380.80 37,907.00
Restoran
Angkutan dan
7 8,870.90 9,382.50 9,980.60 10,661.80 11,412.10
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 7,970.90 8,325.60 8,712.00 9,117.40 9,533.10
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 23,332.30 24,762.60 26,386.00 28,017.70 29,564.80
Total 205,629.10 216,979.90 229,760.10 242,419.70 254,637.70
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

Tabel 10 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Banawa


Tengah Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun
2011 – 2015 (Juta Rupiah)
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 106,615.20 119,523.90 135,322.40 152,285.80 170,146.70
Pertambangan
2 dan 6,281.80 6,736.60 7,251.20 7,784.20 8,354.00
penggalian
Industri
3 7,290.30 7,914.30 8,617.90 9,328.00 10,106.90
Pengolahan
Listrik, Air
4 493.60 527.70 566.20 609.20 656.40
dan Gas
5 Bangunan 23,339.00 25,565.50 28,035.10 30,678.80 33,522.80
Perdagangan,
6 Hotel dan 29,732.70 32,682.20 35,715.10 39,168.80 42,983.80
Restoran
Angkutan dan
7 9,119.00 9,903.50 10,811.10 11,816.20 12,942.10
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 8,265.50 8,947.10 9,671.60 10,444.80 11,275.90
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 24,001.50 26,292.70 28,745.80 31,344.40 34,196.80
Total 215,138.60 238,093.50 264,736.40 293,460.20 324,185.40
Sumber BPS Kabupaten Donggala
f) Labuan

Tabel 11 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Labuan Atas


Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 –
2015 (Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 106,875.00 113,175.20 119,353.40 123,350.00 127,409.80
Pertambangan
2 dan 128,846.40 141,615.10 156,442.20 172,461.80 190,898.00
penggalian
Industri
3 8,817.40 9,201 8 9,629.70 10,034.10 10,509.80
Pengolahan
Listrik, Air
4 667.00 711.00 759.10 807.40 860.40
dan Gas
5 Bangunan 34,379.90 36,655.90 39,122.80 41,826.20 44,695.50
Perdagangan,
6 Hotel dan 34,656.00 37,324.50 40,217.20 42,734.80 45,828.80
Restoran
Angkutan dan
7 16,472.3 17,545.3 18,768.1 20,101.6 21,568.4
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 6,884.80 7,268.50 7,649.60 8,031.90 8,443.30
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 29,563.50 31,606.10 33,742.30 36,006.70 38,199.40
Total PDRB 367,162.30 385,901.60 425,684.40 455,354.50 488,413.40
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

Tabel 12 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Labuan Atas


Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 – 2015
(Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 111,485.00 122,756.00 135,387.80 152,405.30 167,735.90
Pertambangan
2 dan 136,186.20 158,057.70 182,936.00 213,943.60 246,527.20
penggalian
Industri
3 9,315.70 10,279.90 11,353.10 12,432.80 13,569.10
Pengolahan
Listrik, Air
4 686.20 753.60 831.80 922.50 1,033.70
dan Gas
5 Bangunan 36,182.90 40,684.10 45,798.10 50,968.70 56,503.90
Perdagangan,
6 Hotel dan 36,616.30 41,625.40 47,344.70 54,029.80 61,453.50
Restoran
Angkutan dan
7 16,855.40 18,429.70 20,249.20 22,254.70 24,602.70
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 7,113.80 7,775.00 8,521.80 9,351.20 10,255.50
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 30,292.80 33,041.90 36,066.30 39,200.80 42,377.90
Total 384,734.30 433,403.30 488,488.80 555,509.40 624,059.40

g) Tanantovea

Tabel 13 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Tanantovea


Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun
2011 – 2015 (Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 116,302.10 122,918.00 128,481.10 133,079.20 136,600.30
Pertambangan
2 dan 23,161.80 24,387.10 25,691.80 26,765.70 27,900.60
penggalian
Industri
3 8,723.20 9,103.60 9,510.50 9,944.20 10,369.80
Pengolahan
Listrik, Air
4 764.40 817.80 879.70 948.30 1,027.00
dan Gas
5 Bangunan 30,314.60 32,679.10 35,159.50 37,560.90 40,085.00
Perdagangan,
6 Hotel dan 67,456.10 74,026.30 80,858.90 89,114.60 97,616.20
Restoran
Angkutan dan
7 27,321.20 28,929.40 30,614.70 32,381.10 34,253.20
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 25,088.40 26,820.50 28,596.10 30,481.00 32,522.10
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 37,035.00 39,680.60 42,425.40 45,334.60 48,639.20
Total 336,166.80 359,362.40 382,217.70 405,609.60 429,013.40
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
Tabel 14 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Tanantovea
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 –
2015 (Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 123,748.00 138,415.30 152,790.70 169,176.40 184,441.00
Pertambangan
2 dan 24,136.60 26,444.10 29,017.10 31,660.60 34,630.30
penggalian
Industri
3 8,891.10 9,490.40 10,143.30 10,788.40 11,481.10
Pengolahan
Listrik, Air
4 784.70 859.80 950.80 1,048.60 1,164.10
dan Gas
5 Bangunan 31,833.40 36,950.90 41,704.10 47,431.40 53,920.10
Perdagangan,
6 Hotel dan 70,258.80 81,420.00 95,089.00 111,281.50 129,514.90
Restoran
Angkutan dan
7 27,982.20 30,333.80 33,031.40 36,664.80 40,759.80
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 25,719.60 28,067.00 30,661.50 33,980.20 37,339.00
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 38,242.90 42,405.50 46,905.40 52,329.50 58,457.00
Total 351,597.30 394,386.80 440,293.30 494,361.40 551,707.30
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

h) Sindue

Tabel 15 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Sindue Atas


Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 –
2015 (Juta Rupiah)
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 176,058.30 187,780.20 198,368.00 206,078.70 212,753.10
Pertambangan
2 dan 27,833.90 29,122.60 30,902.30 33,216.90 35,711.40
penggalian
Industri
3 14,825.40 15,562.20 16,439.90 17,355.60 18,299.80
Pengolahan
Listrik, Air
4 896.90 938.50 991.60 1,049.00 1,115.10
dan Gas
5 Bangunan 50,360.70 55,069.40 59,607.20 64,608.20 69,680.00
Perdagangan,
6 Hotel dan 31,387.10 33,860.40 36,010.60 38,232.40 41,229.80
Restoran
Angkutan dan
7 27,225.20 28,769.90 30,465.30 32,392.50 34,614.50
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 8,799.90 9,203.20 9,559.50 9,957.10 10,421.70
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 36,652.20 39,467.00 41,935.30 44,597.30 47,468.60
Total 374,039.60 399,773.40 424,279.70 447,487.70 471,294.00
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

Tabel 16 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Sindue Atas


Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 – 2015
(Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 187,328.10 214,239.50 241,657.50 273,586.10 301,291.10
Pertambangan
2 dan 29,083.10 32,384.00 36,435.20 41,405.00 47,566.10
penggalian
Industri
3 15,377.90 16,678.90 18,243.40 20,115.10 22,275.50
Pengolahan
Listrik, Air
4 914.90 982.20 1,063.30 1,153.10 1,263.70
dan Gas
5 Bangunan 51,152.10 57,024.30 64,209.40 73,038.20 83,658.00
Perdagangan,
6 Hotel dan 33,242.80 37,800.40 42,253.20 47,509.60 53,586.00
Restoran
Angkutan dan
7 27,933.70 30,432.30 33,433.00 36,925.60 41,126.10
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 8,897.70 9,435.30 10,038.90 10,728.50 11,420.60
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 37,479.70 41,280.90 45,094.20 49,372.90 54,008.90
Total 391,410.00 440,257.80 492,428.10 553,834.10 616,196.00
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
i) Sindue Tambusabora

Tabel 17 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Sindue


Tambusabora Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2011 – 2015 (Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 92,224.30 95,165.30 98,424.20 100,959.00 103,238.30
Pertambangan
2 dan 47,841.00 52,328.50 56,315.90 60,398.80 64,530.10
penggalian
Industri
3 8,856.50 9,274.60 9,747.60 10,404.50 11,149.50
Pengolahan
Listrik, Air
4 546.60 579.70 618.50 663.20 713.10
dan Gas
5 Bangunan 25,870.60 27,999.80 30,091.30 32,185.70 34,226.30
Perdagangan,
6 Hotel dan 17,074.90 18,147.20 19,337.70 20,743.50 22,367.70
Restoran
Angkutan dan
7 14,208.30 15,123.40 16,200.00 17,416.60 18,834.40
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 4,424.80 4,632.40 4,833.30 5,036.20 5,243.90
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 20,386.50 21,721.70 23,073.40 24,413.10 25,827.70
Total 231,433.50 244,972.60 258,641.90 272,220.60 286,131.00
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

Tabel 18 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Sindue


Tambosabora Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2011 – 2015 (Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 97,212.80 105,672.10 115,000.20 123,629.30 132,072.40
Pertambangan
2 dan 50,161.20 57,329.20 65,859.80 74,922.10 84,999.10
penggalian
Industri
3 9,230.30 10,021.40 10,948.30 11,968.70 13,189.50
Pengolahan
Listrik, Air
4 573.30 636.20 709.90 792.70 883.70
dan Gas
5 Bangunan 27,200.00 30,785.00 34,990.20 39,990.30 45,073.10
Perdagangan,
6 Hotel dan 18,013.10 20,160.30 22,706.50 25,585.70 28,878.60
Restoran
Angkutan dan
7 14,804.90 16,426.50 18,311.20 20,348.90 22,551.70
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 4,592.30 4,990.40 5,416.70 5,863.30 6,257.50
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 21,290.00 23,625.30 26,119.50 28,858.00 31,681.00
Total 243,077.90 269,646.40 300,062.30 331,959.00 365,586.60
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

j) Sindue Tobata

Tabel 19 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Sindue Tobata


Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun
2011 – 2015 (Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 78,179.60 81,795.60 85,163.10 87,765.20 90,406.30
Pertambangan
2 dan 31,376.50 33,535.20 35,550.60 38,046.30 40,386.10
penggalian
Industri
3 5,969.20 6,181.70 6,422.10 6,628.30 6,824.50
Pengolahan
Listrik, Air
4 420.00 438.50 463.50 490.40 522.40
dan Gas
5 Bangunan 20,913.70 22,245.90 23,767.50 25,490.60 27,094.00
Perdagangan,
6 Hotel dan 16,669.20 17,937.70 19,268.70 20,827.50 22,520.80
Restoran
Angkutan dan
7 12,187.90 12,823.50 13,589.50 14,488.90 15,428.70
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 4,255.40 4,461.60 4,679.20 4,915.00 5,151.90
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 20,781.00 22,052.90 23,125.60 24,191.10 25,294.20
Total 190,752.50 201,472.60 212,029.80 222,843.30 233,628.90
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
Tabel 20 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Sindue Tobata
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 –
2015 (Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 82,048.40 90,042.20 98,644.80 106,711.80 114,864.70
Pertambangan
2 dan 33,161.40 37,565.30 43,406.60 49,626.80 56,981.50
penggalian
Industri
3 6,174.50 6,653.70 7,245.20 7,911.70 8,725.00
Pengolahan
Listrik, Air
4 434.20 467.60 507.30 552.20 600.40
dan Gas
5 Bangunan 21,561.60 23,642.30 25,562.10 27,704.20 29,881.70
Perdagangan,
6 Hotel dan 17,105.40 19,214.50 22,012.10 24,864.80 27,977.90
Restoran
Angkutan dan
7 12,684.00 13,900.90 15,278.60 16,819.10 18,576.10
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 4,435.10 4,857.70 5,327.00 5,817.90 6,355.60
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 21,839.50 24,560.50 27,551.50 30,669.60 33,918.30
Total 199,444.10 220,904.70 245,535.20 270,678.10 297,881.20
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

k) Sirenja

Tabel 21 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Sirenja Atas


Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 –
2015 (Juta Rupiah)
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 171,033.40 180,481.50 192,639.00 200,496.00 208,356.30
Pertambangan
2 dan 63,446.90 67,450.40 71,881.90 76,575.80 80,680.20
penggalian
Industri
3 13,742.20 14,539.3 15,413.10 16,411.80 17,518.00
Pengolahan
Listrik, Air
4 988.80 1,036.30 1,096.20 1,165.60 1,239.30
dan Gas
5 Bangunan 46,510.30 49,700.90 53,140.20 56,562.50 59,679.00
Perdagangan,
6 Hotel dan 50,787.10 54,555.50 58,729.00 62,781.40 66,881.00
Restoran
Angkutan dan
7 20,350.80 21,642.10 23,114.00 24,747.50 26,618.00
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 16,207.40 16,998.90 17,844.20 18,724.80 19,765.20
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 30,682.40 32,624.40 34,674.60 36,742.40 38,823.80
Total 413,749.30 439,029.30 468,532.20 494,207.80 519,560.80
Sumber BPS Kabupaten Donggala

Tabel 22 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Sirenja Atas


Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 – 2015
(Juta Rupiah)
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 175,512.30 191,806.30 213,260.80 235,552.70 259,001.30
Pertambangan
2 dan 67,346.20 76,693.80 87,001.50 97,981.10 109,229.30
penggalian
Industri
3 14,181.60 15,521.70 17,010.30 18,871.20 21,071.60
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,031.50 1,127.60 1,237.50 1,361.40 1,500.90
dan Gas
5 Bangunan 49,947.00 57,359.10 64,947.70 73,046.70 81,439.70
Perdagangan,
6 Hotel dan 54,817.00 62,370.80 70,285.70 79,689.90 89,850.40
Restoran
Angkutan dan
7 21,157.20 23,403.90 26,071.80 29,114.20 32,900.80
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 16,829.60 18,268.20 19,770.30 21,439.40 23,203.10
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 31,498.10 34,405.00 37,546.70 40,879.10 44,435.20
Total 432,320.50 480,956.40 537,132.30 597,935.70 662,632.30
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
l) Balaesang

Tabel 23 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Balaesang


Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun
2011 – 2015 (Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 183,289.40 193,223.40 203,740.20 213,537.30 221,873.30
Pertambang
2 an dan 9,111.20 9,449.30 9,764.90 10,111.50 10,477.60
penggalian
Industri
3 10,321.40 10,876.60 11,492.30 12,186.40 12,933.40
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,117.60 1,181.40 1,254.10 1,334.30 1,424.90
dan Gas
5 Bangunan 51,605.70 54,877.50 58,109.80 61,427.90 65,254.90
Perdaganga
6 n, Hotel dan 55,080.30 59,057.10 62,919.40 67,084.70 71,606.20
Restoran
Angkutan
7 dan 18,472.10 19,326.90 20,352.90 21,415.00 22,621.60
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 22,307.40 23,623.90 25,092.50 26,708.70 28,504.60
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 35,518.10 37,913.70 40,024.00 42,269.60 44,638.80
Total 386,823.20 409,529.80 432,750.10 456,075.40 479,335.30
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
Tabel 24 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Balaesang
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 –
2015 (Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 190,234.40 212,130.30 236,440.50 262,141.60 286,678.00
Pertambangan
2 dan 9,376.80 10,046.30 10,781.70 11,502.90 12,247.20
penggalian
Industri
3 10,813.40 11,853.60 13,015.30 14,216.60 15,696.50
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,171.00 1,297.50 1,445.30 1,614.80 1,813.60
dan Gas
5 Bangunan 54,698.80 62,012.00 71,115.40 82,216.50 93,365.10
Perdagangan,
6 Hotel dan 58,457.10 67,377.70 78,272.60 90,467.50 102,626.30
Restoran
Angkutan dan
7 19,312.50 21,122.30 23,229.30 25,440.60 28,007.60
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 23,336.40 25,866.40 28,752.50 31,845.10 35,338.40
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 37,344.00 41,931.30 46,971.80 52,699.80 58,850.80
Total 404,744.40 453,637.40 510,024.40 572,145.40 634,623.50
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

m) Balaesang Tanjung

Tabel 25 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Balaesang


Tanjung Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2011 – 2015 (Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 123,191.70 129,679.30 137,335.10 142,928.10 148,194.30
Pertambangan
2 7,590.50 7,834.10 8,051.90 8,224.20 8,451.20
dan penggalian
Industri
3 2,340.30 2,399.70 2,463.30 2,548.80 2,628.80
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 489.10 507.40 528.90 556.10 585.80
Gas
5 Bangunan 19,695.30 20,727.30 21,915.00 22,874.90 23,908.80
Perdagangan,
6 Hotel dan 9,904.50 10,248.20 10,572.00 11,045.60 11,568.10
Restoran
Angkutan dan
7 4,515.20 4,666.50 4,863.90 5,070.30 5,326.80
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan
8 3,385.50 3,490.50 3,596.60 3,707.80 3,840.10
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 18,659.90 19,574.60 20,653.50 21,675.40 22,763.20
Total 189,772.00 199,127.60 209,980.20 218,631.20 227,267.10
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
Tabel 26 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Balaesang
Tanjung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun
2011 – 2015 (Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 130,151.20 144,615.20 161,398.00 179,031.70 197,485.50
Pertambangan
2 dan 7,857.30 8,359.40 8,922.90 9,461.80 10,044.60
penggalian
Industri
3 2,371.90 2,475.80 2,591.40 2,729.60 2,878.60
Pengolahan
Listrik, Air
4 503.90 536.30 573.60 615.80 662.60
dan Gas
5 Bangunan 20,363.70 22,377.70 24,349.20 26,725.70 29,160.40
Perdagangan,
6 Hotel dan 10,160.50 10,817.90 11,613.00 12,524.60 13,491.50
Restoran
Angkutan dan
7 4,664.80 4,997.10 5,376.80 5,811.80 6,333.90
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 3,488.30 3,722.10 3,968.30 4,232.30 4,474.30
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 19,399.00 21,173.90 23,044.20 25,057.00 27,026.90
Total 198,960.60 219,075.40 241,837.40 266,190.30 291,558.30
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

n) Dampelas

Tabel 27 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Dampela Atas


Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 –
2015 (Juta Rupiah)
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 319,028.80 342,131.50 366,736.10 388,978.50 409,263.60
Pertambangan
2 dan 13,846.80 14,598.70 15,515.50 16,688.50 18,187.10
penggalian
Industri
3 16,302.20 17,192.30 18,339.00 19,509.00 20,632.80
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,411.10 1,476.20 1,561.10 1,655.70 1,763.80
dan Gas
5 Bangunan 56,383.30 59,292.70 63,081.50 67,125.00 72,931.30
Perdagangan,
6 Hotel dan 43,695.70 45,994.10 49,512.70 53,122.10 57,621.60
Restoran
Angkutan dan
7 31,237.90 33,604.10 35,833.90 38,307.10 41,032.00
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 19,747.10 20,958.50 22,228.00 23,505.60 25,034.90
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 33,852.50 35,922.20 37,601.90 39,546.50 41,655.50
Total 535,505.40 571,170.30 610,409.70 648,438.00 688,122.60
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

Tabel 28 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Dampela Atas


Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 – 2015
(Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 331,568.00 379,536.20 429,602.10 493,748.60 547,480.30
Pertambangan
2 dan 14,189.50 15,523.40 17,171.90 20,012.20 22,759.80
penggalian
Industri
3 16,944.70 18,513.80 20,430.00 23,631.30 27,048.40
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,461.70 1,585.70 1,729.10 1,896.40 2,097.40
dan Gas
5 Bangunan 58,668.00 66,195.10 74,515.80 83,305.70 96,590.20
Perdagangan,
6 Hotel dan 45,519.40 51,582.60 58,536.00 66,861.70 77,321.80
Restoran
Angkutan dan
7 32,383.00 36,063.10 40,331.80 45,695.80 51,606.20
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 20,729.40 23,086.80 25,860.60 29,211.40 32,559.40
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 34,879.50 38,473.20 42,589.70 47,688.10 52,764.70
Total 556,343.20 630,559.90 710,767.00 812,051.20 910,228.20
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
o) Sojol

Tabel 29 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Sojol Atas


Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 –
2015 (Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 315,804.20 337,693.30 360,169.70 379,454.30 396,197.40
Pertambang
2 an dan 30,036.70 32,511.70 35,298.00 38,534.80 42,268.80
penggalian
Industri
3 17,034.40 17,993.50 19,105.50 20,299.60 21,671.80
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,228.50 1,308.20 1,398.60 1,499.90 1,612.60
dan Gas
5 Bangunan 66,131.40 70,687.80 76,010.60 81,301.00 87,455.50
Perdaganga
6 n, Hotel dan 59,959.30 63,173.10 67,513.10 71,928.50 76,855.60
Restoran
Angkutan
7 dan 30,863.40 32,391.90 34,196.70 36,253.30 38,740.60
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 11,206.50 11,716.60 12,267.20 12,880.90 13,529.20
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 24,116.10 25,291.80 26,642.90 28,152.90 29,845.80
Total 556,380.50 592,767.90 632,602.30 670,305.20 708,177.30
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

Tabel 30 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Sojol Atas


Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 – 2015
(Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 329,399.90 366,520.40 406,583.60 461,711.60 503,287.10
Pertambangan
2 dan 32,366.60 37,454.60 44,125.30 52,222.20 62,087.00
penggalian
Industri
3 17,765.10 19,516.80 21,523.10 23,746.40 26,301.50
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,261.90 1,371.10 1,496.00 1,636.10 1,807.50
dan Gas
5 Bangunan 70,408.80 80,435.00 93,956.20 109,282.90 128,023.90
Perdagangan,
6 Hotel dan 64,326.80 73,178.10 83,701.20 96,211.00 108,620.50
Restoran
Angkutan dan
7 31,899.90 34,720.10 38,009.20 41,896.20 46,565.20
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 11,632.10 12,584.40 13,669.30 14,925.50 16,361.40
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 25,172.70 27,568.10 30,254.90 33,544.60 36,998.50
Total 584,233.80 653,348.60 733,318.80 835,176.50 930,052.60
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

p) Sojol Utara

Tabel 31 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Sojol Utara


Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun
2011 – 2015 (Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 87,727.30 92,380.30 97,205.40 100,274.10 102,958.40
Pertambangan
2 dan 6,334.70 6,863.00 7,497.80 8,078.90 8,667.90
penggalian
Industri
3 6,874.90 7,190.40 7,587.40 8,079.00 8,609.80
Pengolahan
Listrik, Air
4 457.50 479.70 504.20 532.20 565.80
dan Gas
5 Bangunan 23,684.50 25,531.90 27,668.90 29,816.00 31,870.40
Perdagangan,
6 Hotel dan 24,044.00 26,095.00 28,545.30 30,377.90 32,653.20
Restoran
Angkutan dan
7 17,383.30 18,820.90 20,486.50 22,434.80 24,546.00
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 6,435.60 6,762.10 7,121.40 7,529.00 7,946.50
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 16,875.80 18,127.60 19,488.00 20,760.70 22,096.80
Total 189,817.60 202,250.90 216,104.90 227,882.60 239,914.80
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
Tabel 32 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Sojol Utara
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 –
2015 (Juta Rupiah)

Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 92,558.20 103,125.30 115,289.30 127,640.90 140,247.80
Pertambangan
2 dan 6,420.60 7,054.30 7,774.50 8,579.20 9,487.70
penggalian
Industri
3 7,085.20 7,627.90 8,244.30 8,927.70 9,696.40
Pengolahan
Listrik, Air
4 468.30 502.90 544.50 588.80 637.90
dan Gas
5 Bangunan 24,895.90 27,953.20 31,422.20 35,425.30 39,623.20
Perdagangan,
6 Hotel dan 25,263.50 28,754.90 32,619.50 37,078.60 41,594.80
Restoran
Angkutan dan
7 18,050.80 20,274.90 22,863.90 25,868.10 29,458.20
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 6,684.40 7,294.90 7,967.60 8,688.80 9,425.70
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 17,678.30 19,792.20 22,028.90 24,340.30 26,758.40
Total 199,105.20 222,380.50 248,754.70 277,137.70 306,930.10
Sumber: BPS Kabupaten Donggala

Anda mungkin juga menyukai