KELOMPOK 2
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur tim penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan hidayah-Nya tim penulis dapat menyelesaikan makalah ini
sebagaimana mestinya dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah ekonomi wilayah
dan kota yang diberikan.
Laporan Analisis Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Donggala,
ini memberikan pemaparan terkait kondisi ekonomi wilayah Kabupaten Donggala
per kecamatan beberapa tahun ke belakang dengan menganalisis Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Donggala per Kecamatan tahun 2010 – 2015
serta memaparkan sektor unggulan yang memiliki kontribusi terbesar bagi
pergerakan ekonomi wilayah Kabupaten Donggala.
Tim penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung dan turut berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, khususnya
kepada:
1. Ibu Nana Novita Pratiwi, S.T., M.Eng. selaku dosen pengampu mata
kuliah ekonomi wilayah dan kota, yang juga sekaligus memberikan
masukan-masukan terhadap makalah ini.
2. Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala yang telah bersedia
memberikan data-data statistik terkait Kabupaten Donggala.
3. Sumber-sumber terkait yang telah menyajikan berbagai informasi dalam
pembuatan makalah ini.
Tim penulis berharap para pembaca dapat memaklumi atas kesalahan yang
mungkin ada. Besar harapan sekiranya makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Tim penulis
i
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar.............................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan................................................................................1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Tujuan dan sasaran ....................................................................... 2
BAB II Gambaran Umum ...................................................................... 3
2.1. Profil Wilayah Kabupaten Donggala ........................................... 3
2.2. Administrasi Wilayah Kabupaten Donggala ................................ 4
2.3. Kondisi Fisik Kabupaten Donggala ............................................. 6
2.4. Keadaan Demografi Kabupaten Donggala................................... 7
BAB III Gambaran Pertumbuhan Ekonomi ........................................ 10
3.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 10
5.1. Struktur Perekonomian............................................................... 83
5.2. Tingkat kesejahteraan Rakyat .................................................. 147
5.3. Tingkat Inflasi .......................................................................... 174
BAB IV Hasil Analisa .............................................................................. 204
4.1. Location Quotionent dan Efek Multiplier
di Kabupaten Donggala .......................................................... 204
4.2. Permintaan, Kelebihan, dan Kekurangan
Sektor Tertentu di Kabupaten Donggala ................................ 249
4.3. Shift Share Kabupaten Donggala ........................................... 314
BAB V Penutup ........................................................................................ 357
5.1. Kesimpulan ............................................................................. 357
5.2. Penutup ................................................................................... 358
Daftar Pustaka...........................................................................................iii
Lampiran
ii
BAB I
Pendahuluan
Dalam merencanakan wilayah dan kota, tentu kita tidak dapat terlepas dari
beberapa aspek yang ada didalam suatu kota atau kabupaten terkait. Setiap
aspek yang ada dalam suatu kota, terkadang dapat saling berkaitan. Aspek
ekonomi dalam suatu daerah juga ikut serta dalam menentukan kesejahteraan
masyarakat. Dalam pembangunan, tentu kita juga harus memperhatikan aspek
ekonomi, untuk itu dalam mendukung sutau perencanaan di suatu daerah seperti
kota dan kabupaten, tentu juga diperlukan perhitungan ekonomi. Dengan
mengetahui analisis ekonomi wilayah, maka perencana dapat menentukan
bagaimana perkembangan perekonomian di lokasi tersebut. Seperti yang kita
ketahui, perekonomian merupakan aspek yang vital bagi suatu daerah. Untuk
itu, aspek ekonomi merupakan aspek yang sangat penting untuk dimengerti bagi
perencana, sehingga rencana yang akan dibentuk pun menjadi lebih efektif dan
efisien. Perencana juga dapat menggambarkan karakteristik suatu kabupaten
agar dapat dikembangkan sehingga dengan begitu perencana dapat memberikan
kesimpulan berdasarkan hasil analisa dan usulan rencana.
1
1.2 Tujuan & sasaran
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk :
1. Melakukan kajian ekonomi wilayah Kabupaten Donggala
Sedangkan sasaran dari pembuatan laporan ini antara lain :
1. Menjabarkan karakteristik wilayah Kabupaten Donggala dengan
menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian,
di Kabupaten Donggala
2. Menjabarkan dengan menggunakan analisa LQ dan Shift Share serta
memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan usulan rencana.
3. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Donggala.
4. Untuk mengetahui struktur perekonomian di Kabupaten Donggala.
5. Untuk Mengetahui tingkat kesejahteraan rakyat dan tingkat inflasi di
Kabupaten Donggala.
2
BAB II
Gambaran Umum
Daerah ini mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan antara lain:
3
berfungsi pelabuhan barang, Pelabuhan Donggala kalah ramai dibanding
Pelabuhan Pantolan di Palu.
4
Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Donggala menurut Kecamatan, 2011
5
Balaesang (5,96 persen), Kecamatan Tanantovea (5,74 persen), Kecamatan
Sirenja (5,44 persen), Kecamatan Sindue Tobata (4,02 persen).
b. Hidrologi
Secara umum, keadaan hidrologi di Kabupaten Donggala terdapat
beberapa buah sungai yang keadaan airnya sangat dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya curah hujan. Sungai-sungai tersebut masing-masing terdapat di
Desa Loli Oge, Loli Tasiburi, Kabonga Besar, Limboro dan Tovale, serta
satu buah sungai yang membelah kota Donggala. Khusus untuk ketiga
lokasi yang masuk kedalam kawasan wisata yaitu Tanjung Karang,
Boneoge dan Dusun Kaluku tidak terdapat sungai. Selain Tanjung Karang,
kedua lokasi tersebut memiliki sumber air tanah yang dimanfaatkan oleh
penduduk untuk keperluannya sehari-hari dengan menggali sumur di sekitar
pemukiman mereka. Sementara, Tanjung Karang merupakan wilayah
daratan yang menjorok ke laut, dengan wilayah dataran yang relatif sempit
dan tidak memiliki sumber air tawar berupa air tanah seperti yang dimiliki
oleh kedua lokasi lainnya. Karenanya untuk kebutuhan air bagi warga dan
wisatawan sangat tergantung pada suplai air dari Perusahaan Daerah Air
Mimum (PDAM) di Donggala.
6
c. Klimatologi
Sebagaimana dengan daerah-daerah lain di Indonesia, Kab. Donggala
memiliki dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan. Musim panas
terjadi antar bulan april – bulan september, sedangkan musim hujan terjadi
pada bulan oktober – bulan maret. Secara klimatologis, Kabupaten
Donggala memiliki kisaran suhu antara 20 sampai 25 0 C pada malam hari
dan 34 sampai 370 C pada siang hari dengan kelembaban rata – rata 64
sampai 85%, dengan curah hujan rata – rata tahunan berkisar 1.500 sampai
3.000 mm/tahun kecuali wilayah Lembah Palu hanya mencapai 600 sampai
800 mm/tahun. Wilayah Lembah Palu lebih dikenal dengan kondisi iklim
“tak kenal musim” (Off Season), namun komoditi pertanian dapat ditanam
sepanjang tahun dengan ketersediaan air irigasi.
7
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut
Kecamatan di Kabupaten Donggala Tahun 2010, 2016, dan 2017
LAJU
PERTUMBUHAN
KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK (ribu) PENDUDUK PER
TAHUN (%)
2010 2016 2017 2016-2017
(1) (2) (3) (4) (5)
Rio Pakava 21,820 24,420 24,850 1.76
Pinembani 5,936 6,889 7,038 2.16
Banawa 32,018 33,614 33,788 0.52
Banawa Selatan 23,677 25,128 25,367 0.95
Banawa Tengah 10,072 10,809 10,950 1.30
Labuan 13,319 14,315 14,479 1.15
Tanantovea 15,182 16,104 16,247 0.89
Sindue 18,436 19,457 19,594 0.70
Sindue 11,320 12,282 12,458 1.43
Tombusabora
Sindue Tobata 8,775 9,373 9,472 1.06
Sirenja 20,206 21,381 21,643 1.23
Balaesang 22,796 24,162 24,375 0.88
Balaesang 10,350 11,061 11,156 0.86
Tanjung
Dampelas 28,938 30,397 30,559 0.53
Sojol 25,419 27,056 27,188 0.49
Sojol Utara 9,356 9,932 10,010 0.79
Donggala 277,620 296,380 299,174 0.94
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
8
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Donggala, Jumlah penduduk
Kabupaten Donggala pada tahun 2017 sebanyak 29,9174 jiwa. Laju
pertumbuhan penduduk selama tahun 2016-2017 sebesar 0,94 persen dengan
tingkat kepadatan penduduk mencapai 57 orang per 𝑘𝑚2 . Rasio jenis kelamin
pada tahun 2017 sebesar 105 artinya setiap 100 penduduk wanita terdapat
105 penduduk laki-laki.
9
BAB III
Gambaran Perkembangan Ekonomi
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 6,64 6,92 7,59 6,27 5,88
Pertambangan
2 6,55 6,93 6,22 5,48 5,57
dan penggalian
Industri
3 3,05 3,67 3,24 3,62 4,10
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 5,39 5,97 6,38 6,59 6,23
Gas
5 Bangunan 10,81 10,63 10,82 8,77 8,39
Perdagangan,
6 Hotel dan 10,91 10,39 10,09 9,33 8,77
Restoran
Angkutan dan
7 4,47 5,30 5,33 5,48 5,58
Komunikasi
10
Keuangan,
8 Persewaan, dan 4,14 4,98 4,96 4,93 5,04
Jasa Perusahaan
9 Jasa-jasa 7,87 7,96 7,89 8,29 8,40
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.1
12
10
0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
11
Hasil analisis:
Dalam sektor pertanian pada tahun 2011 laju pertumbuhannya mencapai
6,64% dan sampai pada tahun 2013 mengalami kenaikan yang sangat
signifikan yaitu mencapai 7.59%, itu disebabkan karena kecamatan Rio
Pakava memiliki tanah yang subur yaitu tanah entisol yang cocok untuk
digunakan sebagai lahan pertanian seperti kelapa sawit, sehingga pada
tahun 2011 sampai 2013 mengalami kenaikan kembali. Setelah itu tahun
2013 sampai 2015 mengalami penurunan yaitu mencapai 5,88%. Hal itu
disebabkan karena semakin bertambahnya penduduk semakin mengurangi
lahan untuk pertanian dan membuat perairan disana menjadi kotor karena
pembuangan sampah dibagian pantai, bahkan banyak hewan laut yang mati,
cuaca yang buruk juga menyebabkan penurunan dalam sektor pertanian ini
karena potensi utama yaitu perkebunan, sedangkan untuk perikanan sangat
kurang dikecamatan ini.
Dalam sektor Pertambangan dan penggalian pada Tahun 2011
mencapai 6,55% dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan yaitu 6,93% hal
ini di sebabkan karena adanya potensi tanah pada saat itu sangat subur dan
merupakan bentuk pulau yang didasari oleh dinamika tektonis yang sangat
kompels sehingga membuat para tambang untuk semakin leluasa dalam
menggali bahan tambang, setelah itu pada tahun 2012 sampai 2014
mengalami penurunan dan tahun 2015 mengalami sedikit kenaikan, setelah
mengalami penurunan dan kenaikan hal ini disebabkan karena lahan
pertambangan tersebut mulai mengalami kemerosotan dan semakin hari
akan semakin berkurang akibat terlalu seringnya mengalami penggalian
oleh perushaan tambang di tempat itu.
Dalam sektor Industri Pengolahan pada Tahun 2011 mencapai 3,05%
dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan yaitu mencapai 3,67%.
Kemudian tahun 2013 mengalami penurunan mencapai 3,24%, hal ini
disebabkan karena meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam memnuhi
kebutuhan hidup seperti sandang, pangan dan papan menyebabkan
kekurangan bahan baku dalam industri pengolahan, kemudia tahun 2013
sampai tahun 2015 mengalami kenaikan yang signifikan yaitu mencapai
12
4,10%. Hal ini disebabkan karena semakin berkembang jaman pada saat itu
industri pengolahan juga semakin menambah bahan pengolahannya untuk
bersaing dengan indsutri yang lainnya namun tidak mengurangi bahan
pokok karena penjualan yang dilakukan hany berdekatan yaitu ke
kecamatan banawa sehingga akses jalan tidak jauh dan membuat
pengurangan biaya transportasi, contoh seperti bawang goreng,dan
selendang dan banyak hasil industri lainnya yang dihasilkan disitu.
Dalalam sektor listrik air dan gas pada tahun 2011 mencapai 5,39%
sampai tahun 2015 mengalami kenaikan mencapai 6,23%. Mengapa hal itu
terjadi karena, pada zaman dahulu kecamatan ini tidak memilik akses jalan
yang baik sehingga sulitnya penyaluran kebutuhan listrik,air dan gas kepada
masyarakat, tetapi setelah bergantinya tahun pemerintah mulai membuat
perkembangan pada jalan di tempat itu, dan membuat kecamatan ini bisa
dan sudah dialirkan oleh listrik, air bahkan gas. Karena kecamatan ini
merupakan kecamtan terluas di kabupaten Donggala yang membuat
penduduk yang juga semakin bertambah.
Dalam Sektor Bangunan pada Tahun 2011 mencapai 10,81% dan tahun
2012 mengalami penurunan yaitu mencapai 10,63%, hal ini disebabkan
zaman dahulu akses jalan masih sangat tidak memungkinkan sehingga
membuat masyarakat kesulita dalam membangun bangunan dan membuat
bangunan disana masih sedikit atau kurang, sehingga pada Tahun 2013
mengalami kenaikan mencapai 10,82% dan tahun 2013 sampai 2015
mengalami penurunan yaitu 8,39%. mengapa demikian karena masyarakat
ditempat itu masih kekurangan dalam pembiayaan pembangunan.
Dalam sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada Tahun 2011
mencapai 10,91% , tahun 2012 mengalami kenaikan yaitu 10,39 %, karena
pada tahun 2012 pemasaran kelapa sawit sangat besar pada tahun itu
membuat sektor perdagangan naik, selanjutnya mengalami penurunan pada
tahun 2013 yaitu 10,09%, kemudian mengalami penurunan kembali pada
tahun 2014 dan 2015 yaitu mencapai 8,77%. Hal ini disebabkan karena
wilayah tersebut merupakan wilayah yang terpencil, meski merupakan
wilayah terluas dan aliran listrik yang lumayan memadai pada tahun itu, tapi
13
pengunjung yang datang sangat kurang dan kebanyakan menetap dan
membuat tempat tinggal disana, restoran dan hotel sangat tidak berfungsi
dengan baik karena kekurangan pengunjung ke kecamatan Rio Pakava
tersebut karena keurangan tempat wisata.
Dalam sektor Angkutan dan Komunikasi pada tahun 2011 mencapai
4,47%, kemudian pada tahun 2015 mengalami kenaikan yang sangat
signifikan yaitu mencapai 5,58%. mengapa terjadi kenaikan karena zaman
dahulu kecamatan ini sangat terpencil dan jauh dari perhatian pemerintah
untuk akses transportasi dan jaringan komunikasi, sehingga semakin
bertambahnya tahun semakin berkembang juga dan membuat kecamatan
tersebut pada tahun 2015 mengalami perubahan alur transportasi dan
komunikasi yang lumayan memadai untuk masyarakat sekitar.
Dalam sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan pada Tahun
2011 mencapai 4,14%, sampai pada tahun 2015 mengalami kenaikan yang
sangat signifikan yaitu mencapai 5,04%. Hal ini disebabkan karena
pemenuhan kebutuhan masyarakat yang setiap harinya terus meningkat
membuat hasil perdagangan sangat naik sehingga pemasukan keuangan
meningkat, otomatis membuat sewa ditempat tersebut naik. Karena
kecamatan ini juga banyak di duduki oleh perusahaan sehingga membuat
jasa perusahaan ikut meningkat.
Dalam sektor jasa-jasa pada tahun 2011 mencapai 7,87% mengalami
kenaikan sampai tahun 2015 yaitu mencapai 5,04%. Hal ini disebabkan
semakin bertambah penduduk,semakin berkembang zaman,semakin
naiknya rupiah membuat harga jasa di tempat itu naik. Karena wilayah yang
cukup jauh dari perkotaan membuat kenaikan dalam jasa transportasi.
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 2,77 2,81 3,01 1,18 1,04
14
Pertambangan
2 2,71 2,52 2,63 2,33 2,46
dan penggalian
Industri
3 1,23 1,17 1,25 1,08 1,12
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 2,36 2,60 2,86 3,20 3,31
Gas
5 Bangunan 5,48 5,78 5,94 4,46 3,28
Perdagangan,
6 Hotel dan 4,92 4,81 5,12 4,45 4,06
Restoran
Angkutan dan
7 3,67 3,59 3,41 2,97 2,95
Komunikasi
Keuangan,
8 Persewaan, dan 1,70 1,71 1,50 1,43 1,57
Jasa Perusahaan
9 Jasa-jasa 6,27 6,44 6,37 5,91 5,10
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
15
Grafik 3.2
Laju Pertumbunan Ekonomi
Kecamatan Pinembani (%)
12
10
0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
pertanian Pertambangan dan penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Hasil analisis:
Dalam sektor pertanian pada tahun 2011 mencapai 2,77% dan
mengalami kenaikan sampai 3,01 yaitu pada tahun 2013, kemudian tahun
2014 sampai tahun 2015 mengalami penurunan sangat signifikan yaitu
mencapai 1,04 %. Mengapa hal ini terjadi, ini disebabkan karena lahan yang
dimiliki kecamatan atau struktur tempatnya yang berada dipegunungan
membuat masyarakat atau petani susah untuk menanam. Dengan kondisi
seperti ini, otomatis membuat pencarian di perikanan juga berkurang karena
jauh dari perairan atau laut. Keadaan iklim setiap tahun membuat penolakan
pertumbuhan pertanian dalam kecamatan ini.
16
mereka longsor. Kecamatan pinembani juga merupakan kecamatan yang
sangat memprihatinkan, dikarenakan akses jalan yang susah membuat alat
berat bahkan transportasi tambang sulit untuk mencapai tempat ini,
sehingga hasil tambang setiap tahunnya berkurang.
Dalam sektor industri pengolahan pada tahun 2011 mencapai 1,23% dan
tahun 2012 mengalami penurunan, sampai tahun 2012 mengalami kenaikan
kembali dikarenakan pada tahun 2012 industri pengolahan banyak
mendapat pemasukan karena kebutuhan saat itu menginkat drastis,
Kemudian tahun 2014 sampai tahun 2015 mengalami penurunan mencapai
1,12%. Hal ini disebabkan karena mulai kekurangan bahan baku untuk
pengolahan industri. dan akses jalan yang mulai diperbaiki tapi masih belum
memadai untuk jumlah kendaraan besar.
Dalam Sektor listrik,air dan gas pada tahun 2011 mencapai 2,36% ,
setiap tahun dalam sektor ini mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2015
mencapai 3,31%, dikarenakan semakin besar jumlah penduduk dan semakin
besar kebutuhan setiap tahunnya membuat pengeluhan terhadap pemerintah
sehingga pemasokan mulai naik setiap tahunnya meski belum tersalurkan
seutuhnya.
17
sendiri dan tidak membutuhkan hotel untuk tempat tinggal. Bahkan jarang
masyarakat luar untuk tertarik datang mengunjungi kecamatan ini karena
jalur yang masih sering bermasalah.
Dalam sektor Jasa-jasa pada Tahun 2011 yaitu mencapai 6,27%, setiap
tahun mengalami penurunan sampai tahun 2015 mencapai 5,10%. Hal ini
disebabkan karena untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat tidak
membutuhkan jasa karena harganya yang meningkat dan kebutuhan hidup
bertambah bahkan penghasilan berkurang membuat masyarakat setiap
tahunnya hanya mengandalkan diri sendiri.
18
c) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Banawa (%)
Tabel 3.3
No Kategori Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 3.09 3.17 3.47 3.18 3.10
2 Pertambangan 13.15 13.28 14.04 13.66 13.90
dan Penggalian
3 Industri 4.47 4.96 4.55 4.69 4.37
Pengolahan
4 Listrik, Air dan 4.19 4.21 4.54 5.18 5.63
Gas
5 Bangunan 14.58 13.08 13.84 13.65 13.82
6 Perdagangan, 5.36 5.64 5.82 5.44 5.56
Hotel dan
Restoran
7 Angkutan dan 6.26 6.72 7.03 7.23 7.64
Komunikasi
8 Keuangan, 6.31 6.56 6.56 6.51 6.61
Persewaan, dan
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-Jasa 7.28 7.56 7.88 7.60 7.80
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
19
Grafik 3.3
14
12
10
0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Jasa-Jasa
Hasil analisis:
Dalam sektor pertanian pada tahun 2010 sampai pada tahun 2015 laju
pertumbuhan tidak mengalami kenaikan yang signifikan dikarenakan di
kecamatan Banawa ini adalah Pusat Pemerintahan Kabupaten Donggala
yang kita ketahui bahwa biasanya pusat pemerintahan tidak berfokus ke
sektor pertanian. Oleh karena itu peningkatannya tidak signifikan.
20
penurunan dan pada tahun 2015 mengalami sedikit kenaikan, hal ini di
sebabkan pada tahun 2014 lahan pertambangan mulai mengalami
kemerosotan.
Dalam sektor listrik, air dan gas pada tahun 2011 yaitu 4.19% dan terus
meningkat hingga pada tahun 2015 yaitu 5.63%, hal ini di sebabkan karena
pada tahun 2011 kecamatan banawa ini belum memiliki akses jalan yang
baik, dan mengakibatkan sulitnya penyaluran listrik, air dan gas kepada
masyarakat. Pada tahun 2012 sampai pada tahun 2015, mulai adanya
perkembangan pada jalan di kecamatan ini, hal ini mengakibatkan
penyaluran listrik, air dan gas kepada masyarakat menjadi lebih mudah.
Dalam sektor bangunann pada tahun 2011 mencapai 14.58% dan tahun
2012 mengalami penurunan yang signifikan yaitu mencapai 13.08%, hal ini
di sebabkan karena belum memiliki akses jalan yang baik sehingga
membuat masyarakat kesulitan dalam membangun bangunan. Pada tahun
2013 mengalami peningkatan yaitu mencapai 13.84%, hal ini di sebabkan
karena akses jalan yang sudah berkembang menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
21
pertambangan pada tahun tersebut akibat terlalu seringnya mengalami
penggalian.
Tabel 3.4
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 6.67 6.80 6.40 5.43 5.00
Pertambangan
2 5.43 5.26 5.69 5.57 5.33
dan Penggalian
Industri
3 6.38 6.42 6.70 6.28 6.55
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 4.46 4.73 5.26 5.61 6.23
Gas
5 Bangunan 7.39 7.59 7.71 7.80 7.63
22
Perdagangan,
6 Hotel dan 8.19 8.38 8.45 8.24 8.37
Restoran
Angkutan dan
7 5.59 5.69 6.40 6.59 6.66
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan
8 5.53 5.46 5.54 5.17 5.29
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-Jasa 7.12 7.06 6.94 6.67 6.57
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.4
0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
23
Hasil analisis:
Dalam sektor listrik, air dan gas pada tahun 2011 mencapai 4.46% dan
terus mengalami peningkatan yang signifikan hingga pada tahun 2015 yaitu
mencapai 6.23%, hal ini di sebabkan karena akses jalan yang sudah
berkembang menjadi lebih baik sehingga memudahkan penyaluran listrik,
air dan gas kepada masyarakat.
Dalam sektor Bangunan pada tahun 2011 mencapai 7.39% dan terus
mengalami peningkatan hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai 7.80%, hal
24
ini di sebabkan karena akses jalan yang sudah berkembang menjadi lebih
baik yang memudahkan masyarakat untuk berpindah ke tempat tersebut dan
membangun bangunan ditempat tersebut.
Dalam sektor Jasa-jasa pada tahun 2011 mencapai 7.12% dan terus
mengalami penurunan hingga pada tahun 2015 yaitu mencapai 6.57%, hal
ini di sebabkan karena jasa yang terdapat di kecamatan tersebut sebagian
besar sebagai tukang batu, dapat dilihat bahwa sektor pertambangan dan
penggalian mengalami penurunan yang dapat mengakibatkan tukang batu
tersebut penghasilannya menurun mengikuti sektor pertambangan.
25
e) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Banawa Tengah (%)
Tabel 3.5
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 4,62 4,71 4,97 5,00 3,75
Pertambangan dan
2 4,30 4,57 4,62 4,12 3,93
penggalian
Industri
3 5,17 5,24 5,35 5,48 5,67
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 4,63 4,98 5,36 5,89 6,14
Gas
5 Bangunan 6,46 6,94 7,70 6,32 6,72
Perdagangan,
6 Hotel dan 6,73 7,21 7,65 6,12 7,14
Restoran
Angkutan dan
7 5,12 5,77 6,37 6,83 7,04
Komunikasi
Keuangan,
8 Persewaan, dan 4,25 4,45 4,64 4,65 4,56
Jasa Perusahaan
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
26
Grafik 3.5
0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Hasil analisis:
27
mencari pekerjaan yang lain, dimana menurut mereka pekerjaan baru
tersebut lebih menjanjikan dibanding dengan pekerjaan mereka sekarang.
Dalam sektor Pertambangan dan penggalian pertumbuhan ekonominya
cukup kecil dimana pada Tahun 2011 hanya sekitar 4.30 % tetapi terus
mengalami peningkatan dari tahun 2012-2013 menjadi 4.62%. Hal ini di
sebabkan karena adanya potensi galian golongan C seperti batu gamping
dan biji besi yang terdapat di kecamatan Banawa Tengah serta kondisi tanah
pada saat itu subur sehingga mendukung kegiatan pertambangan dan
penggalian. Namun, setelah itu pada tahun 2014-2015 mengalami
penurunan menjadi 3,93%. Hal ini disebabkan karena daya dukung lahan
pertambangan tersebut mulai mengalami penurunan akibat sering digali
oleh perusahaan penggalian di daerah itu. Selain itu, belum optimalnya
pengelolaan tambang juga menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya
sektor pertambangan dan penggalian tahun 2014-2015 di Kecamatan
Banawa Tengah. Pada tahujn 2013-2014 sektor ini menjadi sektor dengan
laju pertumbuhan terendah jika dibandingkan dengan sektor lain.
Dalam sektor Industri Pengolahan bisa dikatakan stabil, dimana pada
tahun 2011-2015 sektor ini selalu meningkat setiap tahunnya, sehingga pada
tahun 2015 mencapai 5,67%, angka tersebut dapat dikatakan cukup baik
karena nilainya lebih dari 5%. Hal ini disebabkan karena Banawa Tengah
tercatat memiliki 492 industri kecil/kerajinan rumah tangga, artinya
masyarakat daerah ini memiliki kemampuan yang cukup baik dalam
pengolahan SDA yang ada, dan hasil olahan industri kecil tersebut dinilai
mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sekitar. Maka dari
itu, persentase sektor industri pengolahan di Kecamatan Banawa Tengah
dari tahun ke tahun semakin meningkat yakni pada tahun 2011 sekitar
5.17% dan tahun 2015 meningkat menjadi 5.67%. Walaupun angka
kenaikannya tidak pesat, tetapi cukup baik karena tidak pernah mengalami
penurunan, yang berarti kegiatan industri pengolahan di Banawa Tengah ini
sudah cukup optimal.
Dalam sektor listrik, air dan gas sama seperti dengan industri
pengolahan yakni nilai persentasenya dari tahun ke tahun semakin
28
meningkat dimana pada tahun 2011 persentasenya sekitar 4,63%. Angka
tersebut terus meningkat seiring dengan bergantinya tahun, sampai pada
tahun 2015 angka persentasenya mencapai 6,14%. Jika dilihat dari besaran
peningkatan persentasenya, dapat dikatakan kenaikan angka presentase dari
tahun 2011-2015 ini cukup besar. Persentase yang semakin meningkat di
setiap tahunnya dikarenakan industri pengolahan yang dilakukan di wilayah
ini membutuhkan suplay listrik, baik dari PLN maupun Non PLN. Di
Banawa Tengah pada tahun 2015 tercatat ada sekitar 1.245, jumlah angka
tersebut merupakan total pelanggan listrik PLN dan Non PLN di Kecamatan
Banawa Tengah. Adapun penggunaan air dan gas yang juga merupakan
kebutuhan pokok masyarakat Banawa Tengah juga cukup banyak, karena di
daerah ini terdapat sekitar 1.124 rumah permanen, 921 rumah semi
permanen, 672 rumah non permanen yang dimana setiap rumah pasti
membutuhkan air bersih maupun gas. Adapun banyaknya data pelanggan
air bersih di kecamatan Banawa Tengah tahun 2015 adalah sekitar 312 yang
merupakan pelanggan air bersih dari PDAM, yang otomatis pendapatan dari
PDAM ini menambah penghasilan ekonomi daerah.
Dalam Sektor Bangunan pada Tahun 2011 sebesar 6,46% dan tahun-
tahun setelahnya terus mengalami peningkatan, sehingga pada tahun 2013
mencapai angka 7,70% dan peningkatan ini dapat dibilang cukup pesat,
angka tersebut juga merupakan angka tertinggi dari tahun 2011-2015 jika
dilihat dari semua sektor secara keseluruhan. Hal ini karena pada tahun
2011-2013 Kecamatan Banawa Tengah mengalami pembangunan yang
cukup pesat. Tetapi, pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 6,32%,
hal ini karena pembangunan di Banawa Tengah mengalami kendala, baik
itu dari segi biaya, SDA dan permasalahan penghambat pembangunan
lainnya. Namun, Kecamatan Banawa Tengah berhasil menyelesaikan
masalah di sektor bangunan ini sehingga pada tahun 2015 terjadi
peningkatan menjadi 6,72%.
Dalam sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menjadi angka
tertinggi pada nilai persentasenya adalah pada tahun 2013 yakni mencapai
7,65%. Sektor ini juga jika dibandingkan dengan sektor lainnya dapat
29
dikatakan tinggi, karena jika kita lihat pada tahun 2011,2012 dan 2015 laju
pertumbuhan sektor ini paling tinggi dibanding sektor lain, karena jumlah
sarana perdagangan pada tahun-tahun ini mengalami peningkatan. Selain itu
penyebab tingginya angka di sektor ini adalah Kecamatan Banawa Tengah
terkenal dengan pantainya yang indah dan menjadi destinasi pariwisata
disana, hal ini otomatis menunjang sektor perdagangan di daerah ini. Hanya
saja pada tahun 2014 sektor ini mengalami penurunan yang signifikan,
yakni merosot menjadi 6,12%. Hal ini karena pada tahun 2014 Kecamatan
Banawa Tengah mengalami kendala, seperti pelayanan pariwisata serta
sarana dan prasarananya tidak berkembang pada tahun 2014 ini, sehingga
sektor ini mengalami penurunan yang cukup signifikan. Tetapi pada tahun
selanjutnya yakni tahun 2015 pemerintah setempat berhasil menyelesaikan
permasalahan tersebut sehingga pada tahun 2015 sektor ini meningkat lagi
menjadi 7,14% dan angka tersebut menjadi angka tertinggi di tahun 2015
dari semua sektor.
Dalam sektor Angkutan dan Komunikasi dari tahun 2011-2015 terus
mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2011 persentasenya kelajuannya
sekitar 5,12% dan pada tahun 2015 mengalami peningkatan yang signifikan
yakni menyentuh angka 7,04. Pada tahun 2014 sektor ini pun menjadi sektor
dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tertinggi. Peningkatan yang terus
terjadi pada sektor ini dari tahun ke tahun dikarenakan armada
pengangkutan di Banawa Tengah terus mengalami peningkatan yang cukup
pesat, terutama kendaraan roda dua. Dimana masyarakat menggunakan
sebagai ojek. Selain itu teknologi informasi dan komunikasi sudah banyak
menjangkau pedesaan di Banawa Tengah. Sarana dan prasarana yang
tersedia juga mendukung seperti jembatan penghubung antar daerah
maupun wilayah mempengaruhi kelancaran kegiatan angkutan maapun
komunikasi, sehingga menunjung meningkatnya angka persentase di sektor
ini.
Dalam sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan pada tahun
2011-2014 terus mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi di tahun
2011-2014 relatif kecil. Peningkatan ini dipengaruhi oleh kesadaran
30
masyarakatnya dalam membayar pajak sudah cukup baik. Selain itu,
peningkatan tersebut juga terjadi dikarenakan terdapat kebutuhan
masyarakat akan keuangan seperti koperasi maupun lembaga keuangan
lainnya, penyewaan seperti sewa bangunan, serta jasa perusahaan seperti
jasa penyediaan akomodasi, makan dan minum juga jasa-jasa lainnya relatif
kecil, karena Kecamatan Banawa Tengah ini di beberapa desa masih bersifat
tradisional, sehingga kebutuhan akan sektor ini pun relatif kurang. Sehingga
pada tahun 2015 sektor ini mengalami penurunan menjadi 4,56%. Pada
tahun 2011 dan tahun 2012 sektor ini juga menjadi sektor dengan laju
pertumbuhan terendah, dimana tahun 2011 hanya sebesar 4,25% dan tahun
2012 sebesar 4,45%.
Dalam Sektor Jasa-Jasa angka persentasenya tidak stabil, dimana pada
tahun 2011 sekitar 6,21% kemudian mengalami penurunan di tahun 2012
menjadi 6,13%, hal ini di karenakan masyarakat yang jumlah kebutuhan
akan sektor jasa baik swasta maupun pemerintah berkurang pada tahun
2012. Kemudian meningkat pada tahun 2013, tetapi di tahun 2014 dan 2015
kembali mengalami penurunan. Ketidakstabilan angka tersebut dikarenakan
sektor jasa ini dipengaruhi oleh beberapa sektor lainnya, sehingga jika
sektor lain tersebut mengalami perubahan maka sektor jasa-jasa pun akan
mengalami perubahan. Adapun yang menjadi penunjang utama di sektor
jasa ini adalah jasa-jasa pemerintahan, sedangkan jasa lain seperti
kesehatan, pendidikan maupun swasta angkanya relatif kecil.
Tabel 3.6
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 5,19 5,89 5,46 3,35 3,29
Pertambangan
2 dan 9,54 9,91 10,47 10,24 10,69
penggalian
Industri
3 4,22 4,36 4,65 4,20 4,74
Pengolahan
31
Listrik, Air
4 6,33 6,60 6,77 6,36 6,56
dan Gas
5 Bangunan 6,78 6,62 6,73 6,91 6,86
Perdagangan,
6 Hotel dan 7,49 7,70 7,75 6,26 7,24
Restoran
Angkutan dan
7 6,05 6,51 6,97 7,11 7,30
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 5,44 5,57 5,24 5,00 5,12
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 6,67 6,91 6,76 6,71 6,09
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.6
10
0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
32
Hasil analisis:
33
Dalam sektor Industri Pengolahan dari tahun 2011-2013 mengalami
peningkatan, meskipun meningkat nilai yang dihasilkan tidak tinggi
sehingga menjadi angka persentase terendah pada tahun 2011,2012, dan
2013. Sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya yakni tahun 2013 yang berjumlah 4,65% pada tahun 2014
turun menjadi 4,20%. Akan tetapi pada tahun 2015 kembali meningkat
menjadi 4,74%. Adapun penyebab terjadinya penurunan dan rendahnya
angka persentase laju pertumbuhan ekonomi di sektor ini adalah kurangnya
modal dan terbatasnya bahan baku yang tersedia. Jenis industri pengolahan
yang ada di Labuan ini adalah dominannya jenis industri besar dan mikro.
Dalam sektor listrik, air dan gas sama seperti dengan industri
pengolahan yakni nilai persentasenya pada tahun 2011-2013 mengalami
peningkatan menjadi 6,77%, pada tahun 2014 turun menjadi 6,36%, tetapi
di tahun 2015 kembali meningkat sejumlah 6,56%. Angka tersebut dapat
dicapai karena pemerintah sudah membuat program listrik masuk desa.
Meskipun semua desa di Labuan sudah di jangkau oleh pemerintah
setempat, namun belum semua masyarakat dapat merasakannya. Hal
tersebut diakibatkan karena biaya pemasangan yang belum dapat dijangkau
oleh sebagian masyarakat. Adapun jumlah pelanggan listrik di Kecamatan
Labuan pada tahun 2015 adalah Desa Labuan yakni sebanyak 659
pelanggan. Lain lagi dengan air dan gas yang juga merupakan kebutuhan
pokok masyarakat, yang dimana setiap keluarga yang tinggal disana pasti
memerlukan kebutuhan pokok tersebut.
Dalam Sektor Bangunan pada Tahun 2011 6,78%, kemudian pada tahun
2012 mengalami penurunan menjadi 6,62%, lalu pada tahun 2013 dan 2014
mengalami peningkatan sehingga persentasenya di tahun 2014 sebesar
6,91%, tetapi di tahun 2015 sektor ini kembali mengalami penurunan
menjadi 6,86%. Yang mempengaruhi di sektor ini adalah pembangunan
daerah tersebut baik dari masyarakatnya maupun pemerintahannya. Naik
turunnya persentase laju pertumbuhan di sektor ini adalah sedikit banyaknya
pembangunan di daerah Labuan, mulai dari pembangunan ataupun
perbaikan tempat tinggal, perkantoran, infrastruktur seperti jalan sampai ke
34
instalansi jaringan seperti jaringan listrik. Kenaikan yang terjadi
diakibatkan semakin banyaknya masyarakat yang memasang listrik
dirumahnya, ataupun dari pihak pemerintah sudah mulai membangun
infrastruktur seperti jembatan dan jalan. Adapun yang menjadi penyebab
turunnya angka persentase di sektor ini seperti yang terjadi pada tahun 2015
adalah masalah biaya dalam pembangunan tersebut, yang mengakibatkan
pembangunan di Labuan ini terkendala dan menyebabkan angka
persentasenya pun menurun juga untuk sektor pembangunan tahun 2015.
Tabel 3.7
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 5,77 5,69 4,53 3,58 2,65
Pertambangan
2 5,02 5,29 5,35 4,18 4,24
dan penggalian
Industri
3 3,91 4,36 4,47 4,56 4,28
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 6,46 6,99 7,57 7,80 8,30
Gas
5 Bangunan 7,38 7,80 7,59 6,83 6,72
Perdagangan,
6 Hotel dan 9,69 9,74 9,23 10,21 9,54
Restoran
Angkutan dan
7 5,51 5,89 5,83 5,77 5,78
Komunikasi
35
Keuangan,
8 Persewaan, dan 6,26 6,90 6,62 6,59 6,70
Jasa Perusahaan
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.7
10
0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Hasil Analisis:
Berdasarkan data laju pertumbuhan ekonomi Kecamatan Tanantovea
dari tahun 2011 hingga 2015 Pertumbuhan paling tinggi dari rentang tahun
2011-2015 adalah sektor perdagangan pada tahun 2014 yaitu sebesar
10,21% dan laju pertumbuhan yang terendah tahun 2011-2015 adalah pada
sektor pertanian pada tahun 2015 sebesar 2,65%.
Pada sektor pertanian, kecamatan tanantovea selalu mengalam
penurunan , khususnya pada daerah perwilayahan. Puncaknya pada tahun
36
2014 dan 2015, pertanian menjadi sektor dengan laju pertumbuhanterendah
di tahun tersebut. Penurunan nilai laju pertumbuhanpertanian adalah karena
Sektor pertanian khususnya tanaman padi mengalami penurunan baik luas
panen maupun produksi, hal ini diakibatkan Kecamatan Tanantovea yang
mengalami gagal panen diakibatkan banjir bandang yang melanda desa-
desa tersebut. Pada tahun 2013 tanantovea terjadi banjir berserta lumpur
yang diakibatkan curah hujan sehingga sungai yang terdapat di kecamatan
tersebut dan sekitarnya meluap. Dan pada tahun 2014 juga mengalami
penurunan karena terjadi banjir bandang , dimana akses transportsasi
permukiman berubah jadi aliran sungai, termasuk wilayah pertanian dengan
ketinggian mencapai 1 meter. Pada tahun 2015 terjad banjir bandang terjadi
akibat hujan deras . Banjir tahun 2015 terjadi lebih parah daripada tahun –
tahun sebelumnya. Terbukti pada nilai laju perekonomian menurun dari
3,58% pada tahun 2014 turun menjadi 2,65% pada tahun 2015.
Selain karena banjir, penyebab turunnya laju pertumbuhan ekonomi
ada pada subsektor peternakan di Kecamatan Tanantovea, khususnya untuk
ternak sapi. Sangat marak pencurian sapi serta adanya Perda yang
mengatur bahwa ternak harus dikandangkan, sementar menurut masyarakat
dengan dikandangkan akan semakin mempermudah ternak dicuri/
dimutilasi. Karena itu, pertumbuhan pada subsektor perternakan juga
menurun.
Pada sektor Pertambangan dan penggalian, kecamatan tanantovea
memiliki tambang mineral nonlogam seperti pasir,batu dan andesit serta
terdapat pertambanngan mineral logam contohnya tembaga, biji besi dan
emas. Pada tahun 2011-2013 sektor pertambangan mengalami kenaikan.
Namun pada tahun 2014 menurun dikarenakan pertumbuhan massif
pertambangan tidak disertai dengan pengelolaan yang baik. Selain
dikarenakan munculnya banjir bandang. Pada tahun 2014 banyak
perusahaan pertambangan yang izin pertambangannya selesai dan
banyaknya muncul pertambangan yang illegal yang tak terdaftar sehingga
pada tahun 2014, sektor pertambangan menurun menjadi 4,18. Namun pada
37
tahun 2015 mengalami sedikit penaikan sebesar4,24% dikarena adanya
usaha pemerintah untuk menindak pertambangan ilegal.
Di sektor Industri, kecamatan tanantovea tahun 2011-2014 selalu
meningkat walau dengan laju pertumbuhan yang tergolong kecil. Industri di
Tanatovea terdapat industri sedang, industri kecil dan industri rumah
tangga. Meningkatnya sektor ini dikarenakan seiring naiknya tingkat
konsumsi masyarakat dan naiknya jumlah industri. Pada tahun 2015 sektor
industri mengalami penurunan dikarenakan muculnya banjir bandang yang
terjadilebih parah daripada sebelumnya sehingga merusak beberapa fasilitas
sektor industri.
Pada sektor Listrik, Air dan Gas dari tahun 2011 sampai tahun 2015
selalu meningkat tanpa disertainya penurunan. Dikarenakan tingginya
kebutuhan masyarakat di bidang listrik, air dan gas. Dan
terselenggarakanya program pemerintah seperti, listrik masuk desa.
Di sektor bangunan, di tahun 2011 dan 2012 mengalami penaikan
dikarena pemerintah berupaya untuk membangun infrastrstuktur dan
pembangunan tempat tinggal diiringi dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Namun pada tahun –tahun berikutnya mengalami penurunan laju
perekonomian hingga tahun 2015, dikarenakan terjadinya bencana banjir
yang menghambat proses pembangunan.
Sektor Perdagangan, hotel dan restoran mempunyai laju pertumbuhan
perekonomian yang paling tinggi diantara sektor dan per tahun. Lajunya
sektor ini dikarenakan tanatovea memiliki satu pasar utama yang menjadi
pusat perdagangan yang terus aktif dan dibutuhkan oleh masyarakat. Yang
meningkatkan proses penjualan oleh produsen/ petani – petani,contohnya
Desa Wombo Kalongo merupakan tempat yang terkenal atas bawang
goreng dan kain tenun donggala. Walau sektor ini laju pertumbuhan
ekonomi menurun di tahun 2013 dan 2015 akibat banjir, sektor perdangan
tetap bertahan menjadi sektor dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi .
Untuk sektor Angkutan dan Komunikasi, memiliki kenaikan laju pada
tahun 2011 dan 2012 pertumbuhan karena pemerintah telah membangun
jalan sehingga memudahkan aksesibilitas hal ini berdampak pada
38
meningkatnya jumlah kendaraan. Untuk jaringan komunikasi hampir semua
daerah di kecamatan tanatovea sudah ada. Dan Namun di tahun 2013 dan
2014 berikutnya menurun dikarenakan banyaknya kerusakan jalan dan
adanya banjir. Pemerintah telah berupaya untuk memperbaiki dari sektor
angkutan dan komunikasi, namun akibat kembali terulangnya banjir laju
pertumbuhan perekonomian di sektor ini hanya naik sebesar 0,01%.
Sektor keuangan meningkat dari tahun 2011 dan 2012 sebesar 6,26%
dan 6,90% dikarenakan adanya pemberian alokasi dan penerimaan pajak.
Pada tahun 2013 dan 2014 laju pertumbuhan turun sebesar 2,8%
dikarenakan terdapatnya penuggakan pajak. Namun pada tahun 2015, sektor
keuangan meningkat dikarenakan penerimaan pajak bumi dan bangunan
meningkat sebesar 72% dari pada tahun sebelumnya.
Sektor Perjasaan di Kecamatan Tanatovea berasal dari pegawai
pemerintahan dan jasa sosial contohnya jasa pendidikan/jasa perorangan.
Di tahun 2011 sampai tahun 2014 laju pertumbuhan selalu menurun
dikarenakan kurangnya tenaga kerja. Namun pada tahun 2015 laju
pertumbuhan perekonomian naik menjadi 7,29% dikarenakan
meningkatnya jumlah jasa perseorangan.
Tabel 3.8
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 6,47 6,66 5,64 3,89 3,24
Pertambangan
2 5,17 4,63 6,11 7,49 7,51
dan penggalian
Industri
3 4,38 4,97 5,64 5,57 5,44
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 4,35 4,64 5,66 5,79 6,30
Gas
5 Bangunan 8,82 9,35 8,24 8,39 7,85
39
Perdagangan,
6 Hotel dan 6,56 7,88 6,35 6,17 7,84
Restoran
Angkutan dan
7 5,41 5,67 5,89 6,33 6,86
Komunikasi
Keuangan,
8 Persewaan, dan 4,73 4,58 3,87 4,16 4,67
Jasa Perusahaan
Keterangan
Grafik 3.8
0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan penggalian
Industri pengolahan Listrik, Air, dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan jasa perusahaan
Jasa-jasa
40
Hasil analisis:
41
membuka lubang-lubang penggalian yang baru, pada pertambangan ini
kecamatan sindue pada pertambangan mentimpan berbagai energi seperti
pasir dan batu, batu gamping, emas , besi, tembaga dan batu bara.
Dalam sektor industri dan pengolahan pada setiap tahunnya meningkat
2011-2015 yaitu sebesar 4,38% pada tahun 2011 dan meningkat ke 5,44%
pada tahun 2015 tentunya disebabkan dengan adanya permintaan dan
kebutuhan masyarakat yang meningkat demi memenuhi kebutuhan sehari-
hari seperti sandang dan pangan di mana pada tahun tersebut sektor
pertanian mengalami penurunan sehingga diperlukan pangan bagi
masyarakat.
Pada sektor listrik, air dan gas pada tahun 2011 laju pertumbuhan pada
sektor ini cukup rendah yaitu sebesar 4,35% rendah nya pada perolehan ini
terjadi karena akses menuju atau penyaluran energi listrik serta air ini sulit
dijangkau dikarenakan akses jalan terutama pada daerah desa yang akses
untuk dicapai cukup jauh, dan pada air bersih juga terbilang sulit karena
akses untuk penyaluran air bersih belum terjangkau ke desa-desa sekitar.
Tetapi pada tahun 2012 hingga ke 2015 terjadi peningkatan yaitu sebesar
6,30% pada tahun 2015 dengan perbaikan akses jalan di kecamatan sindu
serta pemerintah yang telah membangun pembangkit listrik.
Sektor bangunan merupakan sektor dengan laju pertumbuhan ekonomi
yang tertinggi di tiap sektor dalam rentang 2011 sampai 2015. Pada tahun
2011 dan 2012 laju pertumbuhan sektor bangunan naik dengan cukup
signifikan yaitu sebesar 0,53% , dimana pada tahun 2012 mempunyai nilai
laju pertumbuhan tertinggi di antara tahun 2011-2015. Hal ini dikarenakan
bertambahnya jumlah penduduk yang membutuhkan tempat tinggal dan
membangun tempat tinggal yang bersifat permanen, semi permanen, kayu
dan panggung.. Dan pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan
infrastruktur, contohnya pada fasilitas kesehatan , pemerintahan dan
jembatan. Di tahun berikutnya menurun dikarenakan pemerintahan telah
mengurangi biaya pembangunan.
42
penginapan untuk mendukung daerah pariwisata, contohnya untuk pantai
Enu. Dan aktifnya pasar besar ditandai dengan tingginya kebutuhan
konsumen untuk kebutuhan sehari-hari dan penyediaan barang dari penjual.
Di tahun berikutnya mengalami penurunan karena di pengaruhi oleh
menurunnya hasil dari pertanian. Namun di tahun 2015, pemerintah
berupaya untuk meningkatkan kembali sektor ini melalui pariwisata dan
berupaya menyetok kebutuhan dari tempat lain. Hal ini lumayan berhasil
karena laju pertumbuhan ekonomi tahun 2015 naik ke angka 7,84%.
43
i) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Sindue Tambusabora (%)
Tabel 3.9
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 2,49 3,19 3,42 2,58 2,26
Pertambangan
2 dan 8,46 9,38 7,62 7,25 6,84
penggalian
Industri
3 3,54 4,72 5,10 6,74 7,16
Pengolahan
Listrik, Air
4 5,44 6,06 6,69 7,23 7,52
dan Gas
5 Bangunan 7,81 8,23 7,47 6,96 6,34
Perdagangan,
6 Hotel dan 5,92 6,28 6,56 7,27 7,83
Restoran
Angkutan dan
7 6,12 6,44 7,12 7,51 8,14
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 4,46 4,69 4,34 4,20 4,12
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 6,12 6,55 6,22 5,81 5,79
Keterangan
44
Grafik 3.9
0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Hasil analisis:
Dalam sektor pertanian tahun 2011 laju pertumbuhannya sekitar 2,49 %.
Pada tahun 2012 dan 2013 sektor pertanian mengalami kenaikan persentase
hingga 3,42% ditahun 2013 dan penurunan kembali hingga mencapai angka
2, 26 % di tahun 2015. Hal itu disebabkan oleh semakin berkurangnya lahan
pertanian karena bertambahnya jumlah penduduk. Selain itu, seiring dengan
perkembangan zaman semakin modern yang merubah pola pikir
masyarakatnya membuat masyarakat sekitar ingin mencari pekerjaan yang
lain, dimana menurut mereka pekerjaan baru tersebut lebih menjanjikan
dibanding dengan pekerjaan mereka sekarang.
Dalam sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2011 laju
pertumbuhan berkisar pada angka 8,46 % dan melonjak naik pada tahun
berikutnya 2012 di angka 9,38 % tetapi mengalami penurun lagi pada tahun
2013 hingga 2015 pada angka 6, 84 %. Hal ini disebabkan oleh karena
adanya beberapa perusahaan yang masih aktif dulunya dalam pertambangan
dan penggalian ilegal dan saat ini tidak ditertibkan pemerintah setiap
45
tahunnya sehingga masyarakat masih bisa keluar masuk dalam
pertambangan dan penggalian.
Dalam sektor industri pengolahan dimulai dengan angka 3,54 % pada
tahun 2011 dan mengalami kenaikan berangsur angsur setiap tahun hingga
pada tahun 2015 menginjak angka laju pertumbuhan sebesar 7,16 %. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam memnuhi
kebutuhan hidup seperti sandang,pangan dan papan sehingga laju
pertumbuhan dalam sektor industri pengolahan setiap tahunnya
meninggkat.
Dalam sektor listrik, air, dan gas setiap tahun nya semakin meningkat,
dari tahun 2011 di angka 5,44 % hingga pada tahun 2015 sampai pada angka
7,52 %. Hal ini disebabkan oleh sudah mulai berkembangnya kecamatan di
daerah ini sehingga pemerintah mulai meningkatkan sektor listrik, air, dan
gas di daerah ini yang menurut kita bahwasannya ini merupakan sektor yang
penting bagi kehidupan.
Dalam sektor bangunan ini, pada tahun 2011 di mulai dengan angka
yang lumayan besar sebesar 7,81 % dan naik pada tahun berikutnya sebesar
8,23 % tetapi pada tahun setelahnya mengalami penurunan hingga tahun
2015 pada angka 6, 34 %. Hal ini dapat disebabkan karena segi biaya, SDA
dan permasalahan penghambat pembangunan lainnya sehingga setiap
tahunnya mengalami penurunan.
Dalam sektor perdagangan, hotel dan resto dimulai pada angka 5,92 %
pada tahun 2011 dan naik setiap tahunnya berangsur angsur hingga pada
tahun 2015 berada di angka laju pertumbuhan sebesar 7, 83 %. Hal ini
disebabkan sudah mulai berkembangnya sektor perdagangan hotel dan resto
di kecamatan ini hingga meningkatnya angka laju pertumbuhan.
Dalam sektor angkutan dan komunikasi dimulai pada angka 6,12 % di
tahun 2011 dan setiap tahun mengalami peningkatan hingga pada tahun
2015 laju pertumbuhannya meninggkat pada angka 8,14 %. Hal ini
disebabkan karena sudah mulai berkembangnya komunikasi di kecamatan
ini serta sudah mulai beroperasinya provider peningkat jaringan internet.
46
Dalam sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang paling
tinggi berada pada angka 4,69 % di tahun 2011 ini. Hal ini disebebkan
karena masih banyaknya warga yang lebih memilih persewaan dari jasa
perusahaan dan pada tahun 2015 merupakan tingkat terendah pada angka
4,12 %.
Dalam sektor jasa-jasa ini paling tinggi terletak pada tahun 2012 pada
angka 6,55 % dan setelah itu mengalami penurunan terendah hingga pada
tahun 2015 pada laju pertumbuhan 5,79 %. Hal ini disebabkan karena ada
nya keperluan warga akan jasa jasa pemerintah sebegai utama dan jasa
pendidikan, kesehatan dll sebagai jasa penunjang sehingga angka pada
sektor jasa ini sangat bervariasi.
Tabel 3.10
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 4,70 4,63 4,12 3,06 3,01
Pertambangan
2 6,70 6,88 6,01 7,02 6,15
dan penggalian
Industri
3 3,77 3,56 3,89 3,21 2,96
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 3,86 4,40 5,70 5,80 6,53
Gas
5 Bangunan 6,19 6,37 6,84 7,25 6,29
Perdagangan,
6 Hotel dan 7,38 7,61 7,42 8,09 8,13
Restoran
Angkutan dan
7 5,00 5,22 5,97 6,62 6,49
Komunikasi
Keuangan,
8 Persewaan, dan 5,17 4,85 4,88 5,04 4,82
Jasa Perusahaan
47
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.10
0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Hasil analisis:
Dalam sektor pertanian tahun 2011 laju pertumbuhannya sekitar 4,70 %.
Pada tahun 2012 sektor pertanian mengalami penurunan persentase dan ber
angsur angsur menurun hingga 3, 01 % ditahun 2015. Hal itu disebabkan
oleh semakin berkurangnya lahan pertanian karena bertambahnya jumlah
penduduk dapat dibandingkan dengan bertambahnya bangunan serta dari
sektor perdagangan, hotel dan restoran serta didukung oleh faktor yang
memang luas lahan pertanian di daerah ini sangat kecil. Selain itu, seiring
dengan perkembangan zaman semakin modern yang merubah pola pikir
masyarakatnya membuat masyarakat sekitar ingin mencari pekerjaan yang
48
lain, dimana menurut mereka pekerjaan baru tersebut lebih menjanjikan
dibanding dengan pekerjaan mereka sekarang.
Dalam sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2011 laju
pertumbuhan berkisar pada angka 6,70 % dan naik pada tahun berikutnya
2012 di angka 6,88 % dan turun lagi pada tahun 2013 pada angka 6,01 %.
Pada tahun 2014 laju pertumbuhan naik hingga angka 7,02% tetapi turun
pada tahun setelahnya pada angka 6, 15 %. Hal ini disebabkan oleh karena
adanya beberapa perusahaan yang masih aktif dalam pertambangan dan
penggalian ilegal tidak ditertibkan pemerintah setiap tahunnya hingga
mengalami kenaikan dan penurunan laju pertumbuhan.
Dalam sektor industri pengolahan dimulai dengan angka 3,77 % pada
tahun 2011, naik 3,89% pada tahun 2013 dan semakin turun ke angka 2,96
% pada tahun 2015. Hal ini disebabkan karena meningkatnya kebutuhan
masyarakat dalam memnuhi kebutuhan hidup seperti sandang,pangan dan
papan menyebabkan kekurangan bahan baku dalam industri pengolahan.
Dalam sektor listrik, air, dan gas setiap tahun nya semakin meningkat,
dari tahun 2011 di angka 3,86 % hingga pada tahun 2015 sampai pada angka
6, 53 %. Hal ini disebabkan oleh sudah mulai berkembangnya kecamatan di
daerah ini sehingga pemerintah mulai meningkatkan sektor listrik, air, dan
gas di daerah ini yang menurut kita bahwasannya ini merupakan sektor yang
penting.
Dalam sektor bangunan ini, pada tahun 2011 di mulai dengan angka
yang lumayan besar sebesar 6,19 % dan naik hingga tahun 2014 pada angka
7, 25% tetapi setelah itu sektor bangunan mulai menurun pada tahun
terakhir hingga pada angka 6, 29% pada tahun 2015. Hal ini dapat
disebabkan karena segi biaya, SDA dan permasalahan penghambat
pembangunan lainnya.
Dalam sektor perdagangan, hotel dan resto dimulai pada angka 7,38%
pada tahun 2011 dan naik pada angka 7, 61% pada tahun berikutnya. Tetapi
pada tahun 2013 mengalami penurunan hingga menyentuh angka 7, 42%
pada tahun 2014 dan naik kembali pada tahun 2014 pada angka 8,09 %
hingga 8, 13 % pada tahun 2015. Hal ini disebabkan sudah mulai
49
berkembangnya sektor perdagangan hotel dan resto di kecamatan ini hingga
meningkatnya angka laju pertumbuhan.
Dalam sektor angkutan dan komunikasi dimulai pada angka 5,00 % di
tahun 2011 dan setiap tahun mengalami peningkatan hingga pada tahun
2015 laju pertumbuhannya meninggkat pada angka 6,49 %. Hal ini
disebabkan karena sudah mulai berkembangnya komunikasi di kecamatan
ini serta sudah mulai beroperasinya provider peningkat jaringan internet
Dalam sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang paling
tinggi berada pada angka 5,17 % di tahun 2011 ini. Hal ini disebebkan
karena masih banyaknya warga yang lebih memilih persewaan dari jasa
perusahaan dan pada tahun 2015 merupakan tingkat terendah pada angka
4,82 %.
Dalam sektor jasa jasa ini paling tinggi terletak pada tahun 2012 pada
angka 6,12 % dan setelah itu mengalami penurunan terendah hingga pada
tahun 2015 pada laju pertumbuhan 4,56 %. Hal ini disebabkan karena ada
nya keperluan warga akan jasa jasa pemerintah sebegai utama dan jasa
pendidikan, kesehatan dll sebagai jasa penunjang sehingga angka pada
sektor jasa ini sangat bervariasi.
Tabel 3.11
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 6.44 5.52 6.74 4.08 3.92
Pertambangan
2 7.88 6.31 6.57 6.53 5.36
dan penggalian
Industri
3 5.72 5.80 6.01 6.48 6.74
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 4.51 4.80 5.78 6.33 6.32
Gas
5 Bangunan 8.54 6.86 6.92 6.44 5.51
Perdagangan,
6 Hotel dan 8.13 7.42 7.65 6.90 6.53
Restoran
Angkutan dan
7 5.76 6.35 6.80 7.07 7.56
Komunikasi
50
Keuangan,
8 Persewaan, dan 4.43 4.88 4.97 4.93 5.56
Jasa Perusahaan
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.11
0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Hasil analisis:
Sektor pertanian menunjukan persentase sebesar 6,44 persen pada tahun
2011 kemudian turun menjadi 5,52 persen di tahun 2012 lalu naik di tahun
berikutnya menjadi 6,74 persen dan pada tahun 2014 sampai 2015 terus
menurun menjadi 4,08 persen lalu 3,92 di tahun 2015 yang mana angka
51
tersebut menjadi persentase terendah dalam lima tahun di kecamatan
Sirenja. Pada tahun 2011 luas panen padi sawah mengalami kenaikan di
angka 10.016 ton kemudian mengalami penurunan di tahun 2012 dan
mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2013 lalu pada dua tahun berikutnya
terus mengalami penurunan sehingga produksi padi pada tahun 2015 hanya
sebesar 5.576,8 ton. Hal ini diakibatkan oleh kondisi irigasi di Kecamatan
Sirenja sebagian besar rusak, sehingga menghambat rutinitas petani
mengolah sawah. Tercatat pada Tahun 2015 juga kondisi irigasi di
Kecamatan Sirenja sebagian besar rusak, sehingga sebagian besar sawah
dikecamatan Sirenja tidak digarap ataupun ditanami Padi. Maka dari itu
persentase sektor pertanian pada tahun tersebut mengalami persentase yang
sangat rendah dari Sembilan sektor selama lima tahun terakhir yaitu dari
tahun 2011 sampai tahun 2015. Untuk lahan perkebunan umumnya petani
hanya merawat tanaman yang sudah ada, sehingga peningkatan luas lahan
perkebunan relatif sangat sedikit. Pada sub sektor peternakan di kecamatan
Sirenja perkembangannya cukup stabil dimana populasi jumlah ternak
besar, kecil maupun unggas dari tahun ketahun seperti tidak mengalami
perubahan. Jumlah ternak ini sebenarnya setiap tahun berubah, tetapi karena
setiap ternak beranjak dewasa langsung dikonsumsi (dijual atau dkonsumsi
sendiri) sehingga data jumlah populasi seperti tidak mengalami perubahan.
Peternakan diupayakan untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak
dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat disamping meningkatkan
pendapatan.
52
persentase yang didapatkan sebenarnya pada setiap tahun cukup tinggi di
daerah tersebut hanya saja terkadang dibeberapa tahun mengalami
penurunan persentase. Salah satu penyebabnya juga karena hasil tambang
yang ditemukan di Kecamatan Sirenja hanya satu jenis tambang. Sektor
industri pengolahan mengalami peningkatan persentase yang cukup baik
dari tahun 2011 sampai tahun 2015. Persentase disetiap tahunnya antara lain
5.72 persen, 5.80 persen, 6.01 persen, 6.48 persen, dan 6.74 persen di tahun
2015. Bukan tanpa alasan, hal ini dikarenakan jumlah usaha/jasa industri
yang terbagi atas industri pengolahan besar, sedang maupun kecil terus
bertambah pada setiap tahunnya. Dengan adanya penambahan usaha/jasa
pasti akan berdampak langsung pada persentase pertumbuhan ekonomi di
Kecamatan Sirenja. Tercatat jumlah usaha/jasa dari tahun 2011 sampai
tahun 2015 secara berturut turut adalah 101, 157, 181, 206, dan 212. Dimana
usaha/jasa tersebut dibagi menjadi 4 kelompok yaitu salon, tukang emas,
tukang jahit, dan yang paling memberikan kontribusi terbesar adalah tukang
kayu/tukang batu. Selain dari empat kelompok usaha/jasa tersebut, usaha
perbengkelan, sulaman, dan anyaman juga memberikan pemasukan
persentase pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Sirenja. Untuk usaha
bengkel, usaha perbengkelan tersebar di beberapa desa-desa seperti Desa
Ombo, Desa Dampal, Desa Balentuma, Desa Lende dan Desa Ujumbou.
Sedangkan usaha sulaman dan anyaman masuk ke dalam industri kerajinan.
Pada tahun 2015 tercatat bahwa usaha industri di Kecamatan Sirenja
berjumah 50 usaha yang tersebar dibeberapa Desa diantaranya terdapat di
Desa Ombo, Jono Oge, Tompe dan Lompio. Di Kecamatan Sirenja, usaha
Industri Sulaman dan Anyam-anyaman. terdapat di Desa Tondo, Desa Jono
Oge dan Desa Tompe masing-masing 2 unit usaha, serta Desa Tanjung
Padang terdapat 1 unit usaha sulaman. Begitupula halnya dengan usaha
anyam-anyaman hampir diseluruh desa terdapat usaha tersebut. Desa
Lompio merupakan yang terbanyak dalam mengusahakan industry anyam-
anyaman yakni sebanyak 9 usaha, disusul oleh Desa Tompe dan Desa Sipi
masing-masing 4 usaha dan 2 usaha.
53
Sektor listrik, air, dan gas juga mengalami peningkatan disetiap
tahunnya. Dari tahun 2011 sebesar 4,51 persen terus naik sampai pada tahun
2015 sebesar 6,32 persen. hal ini dikarenakan pada daerah ini terdapat
banyak potensi energi untuk listrik salah satunya adalah energi terbarukan
yang berasal dari tenaga air dan matahari. Selain tenaga air dan matahari,
tenaga panas bumi juga bisa digunakan di hampir seluruh daerah Sulawesi
Tengah termasuk Kecamatan Sirenja. Dengan adanya semua potensi ini
pasti akan berdampak pada kenaikan persentase pada sektor tersebut di
setiap tahunnya.
54
ditempatkan tidak terlalu jauh dari objek wisata. Hanya saja objek wisata di
Kecamatan Sirenja belum ada yang dikelola secara komersial sehingga
pengunjung yang ada hanya domestic saja. Padahal obyek-obyek wisata
tersebut kalau dikelola dengan baik dapat menghasilkan PAD bagi desa,
kecamatan maupun kabupaten. Begitu juga dengan Restoran, sehingga
wajar bahwa persentase yang didapatkan untuk sektor ini cenderung
menurun di setiap tahunnya.
55
2013 dibanding sembilan sektor laiinya di tahun tersebut. persentase
peningkatan yang tidak terlalu besar dikarenakan pusat-pusat pelayanan
yang didirikan setiap tahunnya hanya mengalami sedikit perubahan. Pada
tahun 2011 bisa kita lihat bahwa Jumlah Lembaga keuangan dikecamatan
Sirenja pada tahun 2011 masih sangat sedikit, Untuk perbankan hanya
terdapat 1 unit Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang terdapat di desa Tompe
Ibukota Kecamatan Sirenja. BRI Unit Sirenja ini sangat berperan dalam
perputaran roda perekonomian di kecamatan Sirenja. Lembaga keuangan
lainya adalah Penggadaian yang juga hanya terdapat 1(satu) yaitu di desa
Tanjung Padang. Lembaga ini sangat membantu masyarakat Kecamatan
Sirenja apabila ada kebutuhan yang sangat mendesak. Sementara untuk
Lembaga Koperasi yang aktif hanya 2(dua) Koperasi simpan pinjam, satu
berada didesa Lompio dan yang satu lagi berada di desa Lende. Sedangkan
untuk Koperasi Unit Desa sudah tidak aktif lagi Penerimaan Rutin di
Kecamatan Sirenja pada tahun 2010 berjumlah Rp. 171,9 juta, dan
penerimaan pembangunan berjumlah Rp. 401 juta. Jumlah wajib Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) di kecamatan sebanyak 6.239 wajib pajak,
dimana realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sejumlah Rp. 44,30
juta. Lalu kita bandingkan pada tahun 2015 yaitu Jumlah Lembaga
keuangan dikecamatan Sirenja pada tahun 2015 masih sangat sedikit, Untuk
perbankan hanya terdapat 1 unit Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang terdapat
di desa Tompe Ibukota Kecamatan Sirenja. BRI Unit Sirenja ini sangat
berperan dalam perputaran roda perekonomian di kecamatan Sirenja.
Lembaga keuangan lainya adalah Penggadaian yang juga hanya terdapat 1
(satu) yaitu di desa Tanjung Padang. Lembaga ini sangat membantu
masyarakat Kecamatan Sirenja apabila ada kebutuhan yang sangat
mendesak. Penerimaan Rutin di Kecamatan Sirenja pada tahun 2015
berjumlah Rp. 8.749.892.000-, yang berasal dari penerimaan rutin dan
penerimaan pembangunan masing-masing sebesar Rp. 2.624.968.000-, dan
Rp.6.124.924.000 Pada Tahun 2015 Jumlah wajib Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) di kecamatan Sirenja berkurang dari 7.998 pada tahun
sebelumnya menjadi 7.844 wajib pajak pada tahun 2015. Hal ini disebabkan
56
karena adanya kekeliruan yang terjadi di Desa Sipi sehingga jumlah wajib
pajak di Desa tersebut mengalami peninkatan., Persentasi jumlah wajib
pajak terbesar berasal dari Desa Tondo atau sebesar 23% karena jumlah
wajib pajak ini masih merupakan penggabungan dengan wajib pajak Desa
Ujumbou.maka bisa kita lihat bahwa perubahan yang dilakukan sangat
sedikit.
Sektor yang terakhir adalah sektor jasa-jasa. Sektor ini bisa dikatakan
memiliki persentase angka yang tidak stabil selama lima tahun yaitu dari
tahun 2011 sampai tahun 2015. Persentase angka yang ditunjukan berturut-
turut adalah 6.28 persen, 6.33 persen, 6.28 persen, 5.96 persen, dan 5.66
persen. Sektor jasa terkadang memiliki persentase yang cukup tinggi di
tahun sebelumnya atau bisa juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan yang
menjadi pusat sektor jasa pada kecamatan Sirenja adalah pasar. Pasar adalah
tempat terjadinya transaksi barang ataupun jasa antara penjual dan pembeli.
Bisa kita lihat pada tahun awal yaitu tahun 2011 di Kecamatan Sirenja yang
ada hanya Pasar Tradisional sebanyak 6 unit dan warung sebanyak 15 unit.
Pasar tradisional terdapat di desa Tondo, Sipi, Tanjung Padang, Sibado,
Tompe dan Lende dengan frekwensi kegiatan mingguan, sedangkan warung
terdapat di desa Tondo, Dampal, Tanjung Padang, Tompe dan Lendetovea.
Unit usaha reparasi mobil dan sepeda motor serta servis elektronik
merupakan bentuk usaha yang mendukung kegiatan sektor perdagangan.
Pada tahun 2010 usaha reparasi mobil belum ada, sepeda motor sebanyak
15 unit dan servis elektronik sebanyak 2 unit. Kemudian bisa kita lihat di
tahun 2014 di Kecamatan Sirenja yang ada hanya Pasar Tradisional
sebanyak 7 unit dan warung sebanyak 25 unit. Pasar tradisional terdapat di
desa Tondo, Sipi, Tanjung Padang, Sibado, Tompe, Lende dan Ombo
dengan frekwensi kegiatan mingguan, sedangkan warung terdapat di desa
Tondo, di tahun terakhir yaitu 2015 di Kecamatan Sirenja yang ada hanya
Pasar Tradisional sebanyak 7 unit dan warung sebanyak 25 unit. Pasar
tradisional terdapat di desa Tondo, Sipi, Tanjung Padang, Sibado, Tompe,
Lende dan Ombo dengan frekwensi kegiatan mingguan, sedangkan warung
terdapat di desa Tondo, Dampal, Tanjung Padang, Tompe, Lompio, Lende,
57
Lendetovea. dan Ujumbou. Dari data beberapa tahun yang telah dilihat
bahwa pasar sangat mudah merubah pertumbuhan ekonomi dalam sektor
jasa.
Tabel 3.12
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 6.45 5.42 5.44 4.81 3.90
Pertambangan
2 3.28 3.71 3.34 3.55 3.62
dan penggalian
Industri
3 4.47 5.38 5.66 6.04 6.13
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 5.47 5.71 6.15 6.40 6.79
Gas
5 Bangunan 6.78 6.34 5.89 5.71 6.23
Perdagangan,
6 Hotel dan 8.96 7.22 6.54 6.62 6.74
Restoran
Angkutan dan
7 4.34 4.63 5.31 5.22 5.63
Komunikasi
Keuangan,
8 Persewaan, dan 5.65 5.90 6.22 6.44 6.72
Jasa Perusahaan
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
58
Grafik 3.12
0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Hasil analisis:
59
hasil panen 8.160 ton. Pada tahun 2014 luas panen padi sebesar 2.293 Ha
dengan hasil panen 8.496. Pada tahun 2015 luas panen padi sebesar 1.978
Ha dengan hasil panen sebesar 10 299 ton padi. Terjadi kenaikan dan
penurunan baik dari luas panen dan hasil panen. Luas panen yang besar
belum tentu menghasilkan panen padi yang besar pula begitu juga
sebaliknya. Untuk sektor perkebunan masyarakat Kecamatan Balaesang
menanam lima komoditas yaitu kelapa, kopi, cengkeh, coklat, dan lada.
Sektor ini memiliki hasil panen yang cukup menjanjikan. Untuk sektor
peternakan masyarakat beternak kambing dan babi. Peternakan yang besar
yaitu beternak kambing. Untuk sektor yang memengaruhi pertumbuhan
ekonomi di sektor pertanian, datang dari sub perikanan. Dimana mereka
masih sangat sederhana dalam pengambilan hasil laut yang menyebabkan
juga berkurangnya pendapatan.
60
adalah tergolong Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga. Tahun 2015
jumlah Industri kecil sebanyak 59 usaha dan Kerajinan tangan mencapai
424 usaha. Selain usaha industri juga terdapat usaha perbengkelan berupa
bengkel motor sebanyak 33 buah dan servis barang elektronik sebanyak 4
buah. Usaha lainnya yang juga terdapat di desa-desa adalah jasa menjahit
pakaian sebanyak 23 usaha, tukang emas 1 usaha dan salon kecantikan
sebanyak 6 usaha untuk tahun 2011 dan ditahun 2015 terjadi peningkatan
usaha perbengkelan berupa bengkel motor sebanyak 39 buah dan servis
barang elektronik sebanyak 4 buah. Usaha lainnya yang juga terdapat di
desa-desa adalah jasa menjahit pakaian sebanyak 26 usaha, tukang emas 1
usaha dan salon kecantikan sebanyak 10 usaha. Dari semua data yang
diperoleh wajar bahwa pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Balaesang
terus meningkat disetiap tahunnya.
Sama seperti sektor indusri, sektor ini juga terus mengalami kenaikan
dengan persentase yang cukup baik di setiap tahunnya yang artinya
pertumbuhan ekonomi dalam sektor ini juga berkembang yaitu berturut
sebsar 5,47 persen, 5,71 persen, 6,15 persen, 6,40 persen, dan 6,79 persen
di tahun 2015. Fasilitas listrik sebagai penerangan sudah merupakan
kebutuhan utama bagi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat di
Kecamatan Balaesang. PLN sudah mampu menyalurkan listrik dengan baik
disana sehingga akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan ekonomi.
Untuk kebutuhan air minum masyarakat masih ada yang menggunakan air
sumur tetapi ada juga yang menggunakan air yang telah disediakan oleh
PDAM. Untuk gas sudah tercukupi di daetah ini.
61
2015 sebesar 8.96 persen, 7.22 persen, 6.54 persen, 6.62 persen, dan 6.74
persen. Namun terus mengalami penrunan persentase pertumbuhan
ekonomi di setiap tahunnya. Pasar adalah merupakan prasarana
perekonomian, dimana terjadi transaksi antara penjual dan pembeli.
Kebutuhan masyarakat akan barang-barang yang tidak dapat dihasilkan di
desa masing-masing biasanya diperoleh dari pasar, namun karena frekuensi
pasar yang hanya setiap minggu sekali, mengakibatkan gerak perekonomian
masyarakat menjadi terhambat. Pada tahun 2011 Prasarana Pemasaran di
Kecamatan Balaesang masih sangat kurang, sehingga merupakan kendala
bagi masyarakat umum, Jumlah desa yang memiliki pasar di Kecamatan
Balaesang hanya tiga desa yaitu Desa Labean, Tambu dan Desa Sibayu
Disamping itu juga terdapat toko/kios kelontong yang menjual bahan
kebutuhan pokok dan mengingat jarak kecamatan ini dari ibu kota
Kabupaten atau Propinsi cukup jauh , maka bagi mereka yang ingin
bermalam di daerah ini juga telah tersedia 2 buah Penginapan di kecamatan
ini. Kondisi prasarana yang rusak juga tidak berubah sampai pada tahun
2015. Disamping itu juga terdapat toko/kios kelontong yang menjual bahan
kebutuhan pokok dan mengingat jarak kecamatan ini dari ibu kota
Kabupaten atau Propinsi cukup jauh , maka bagi mereka yang ingin
bermalam di daerah ini juga telah tersedia 5 buah Penginapan di kecamatan
ini. Berarti selama lima tahun terjadi penambahan 3 penginapan. Disamping
itu sektor restoran tidak terlalu berkembang di daerah ini dikarenakan
kondisi prasarana.
62
Kecamatan Balaesang terdapat 9 buah jembatan permanen, dan 9 buah
jembatan semi permanen. Jalan sebagai sarana penunjang transportasi
memiliki peran penting khusunya untuk transportasi darat. Disamping
prasarana jalan dan jembatan, sudah barang tentu sarana angkutan berupa
kendaraan bermotor adalah sangat vital keberadaannya. Berdasarkan data
yang diperoleh dari masing-masing kepala desa diketahui jumlah mobil
penumpang yang ada di daerah ini mencapai 18 buah, dan mobil angkutan
barang berjumlah 44 buah. Mengingat di Kecamatan ini sebagian besar
Desa Pesisir Alat Transporsi Laut sangatlah penting sebagai penunjang mata
pencarian khususnya para nelayan Pada sektor komunikasi telah terjadi
perkembangan yang sangat menggembirakan, dimana hampir seluruh desa
telah dapat menikmati akses komunikasi dengan telepon seluler sehingga
arus informasi dari desa ke desa semakin mudah. Kondisi tersebut terus
membaik sehingga mebuat persentase laju pertumbuhan ekonomi semakin
meningkat disetiap tahunnya. Tercatat data yang didapat pada tahun 2015
adalah Berdasarkan data yang diperoleh dari masing-masing kepala desa
diketahui jumlah mobil penumpang yang ada di daerah ini mencapai 20
buah, dan mobil angkutan barang berjumlah 48 buah. Di Kecamatan ini
transportasi laut masih digunakan oleh masyarakat sebagai alat transportasi
menuju beberapa desa yang ada di Kecamatan Balaesang Tanjung dan untuk
transportasi antar pulau yaitu ke Kalimantan. Untuk transportasi antar pulau
digunakan Kapal motor yang berjumlah 8 unit sedangkan untuk transportasi
ke desa-desa di Kecamatan Balaesang Tanjung digunakan Perahu motor
tempel yang berjumlah 9 unit. Pada sektor komunikasi telah terjadi
perkembangan yang sangat menggembirakan, dimana hampir seluruh desa
telah dapat menikmati akses komunikasi dengan telepon seluler sehingga
arus informasi dari desa ke desa semakin mudah
63
pembangunan perekonomian adalah menghimpun usaha yang berskala kecil
untuk menjadikannya lebih besar dengan segala aspeknya. Kenyataan
menunjukkan bahwa masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan belum
memiliki kekuatan ekonomi yang cukup untuk mengembangkan usahanya
sendiri, karenanya mereka memerlukan bantuan dan bimbingan dari
pemerintah melalui koperasi yang dikenal dengan Koperasi Simpan Pinjam
Pada tahun 20011 tercatat jumlah KUD di Kecamatan Balaesang sebanyak
2 unit Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bagi masyarakat,
bahan pokok merupakan kebutuhan utama yang harus terus tersedia.
Olehnya kestabilan produksi dan harga-harga bahan pokok sangat
membantu peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat. Keadaan tersebut
terus meningkat hingga pada tahun 2015 tercatat jumlah Lembaga keuangan
di Kecamatan Balaesang sebanyak 7 unit Untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari bagi masyarakat, bahan pokok merupakan kebutuhan utama
yang harus terus tersedia. Olehnya kestabilan produksi dan harga-harga
bahan pokok sangat membantu peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat.
Tabel 3.13
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 4,80 5,27 5,90 4,07 3,68
Pertambangan
2 3,25 3,21 2,78 2,14 2,76
dan penggalian
64
Industri
3 2,71 2,54 2,65 3,47 3,14
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 3,27 3,74 4,24 5,14 5,34
Gas
5 Bangunan 5,78 5,24 5,73 4,38 4,52
Perdagangan,
6 Hotel dan 3,68 3,47 3,16 4,48 4,73
Restoran
Angkutan dan
7 2,96 3,35 4,23 4,24 5,06
Komunikasi
Keuangan,
8 Persewaan, dan 3,47 3,10 3,04 3,09 3,57
Jasa Perusahaan
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.13
0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
65
Hasil analisis:
Pada tahun 2015 pertanian di Balaesang Tanjung mengalami penurunan
dari 4,07% ke 3,68% dikarenakan adanya pemekaran di Kabuputen
Donggala yang menyebakan berkurangnya tanah untuk pertanian yang
menjadikan tanah di Balaesang Tanjung akan terbagi dan menjadi hak dari
Kabupaten lain, hasil dari pemekaran. Dengan kata lain, Balaesang Tanjung
mengalami transformasi ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder.
Sedangkan pada tahun 2011-2013 sektor pertanian mengalami kenaikan,
karena di daerah Balaesang Tanjung masih daerah yang terbilang tertinggal
namun masyarakat di sana sangat melindungi alam dan lingkungan di
sekitar mereka, yaitu sumber air di daerah tersebut yang dikenal dengan
nama Danau Balaesang. Oleh karena itu, masyarakatnya memlilih bertani
karena lebih tradisional dan tidak merusak alam.
66
menurun, masyarakat mengelola hasil bumi lainnya agar perekonomian nya
tidak menurun, karena di Balaesang belum ada akses yang memadai.
Balaesang sendiri melakukan pengolahan berupa penyulingan minyak daun
cengkeh.
67
Pada sektor angkutan dan komunikasi juga menunjukkan angka yang
semakin naik setiap tahunnya. Beberapa faktor pendukung dari kenaikan
angka sektor ini ialah adanya perbaikan jalan , aksesbilitas dan karena
transformasi perekonomian sektor primer menjadi sektor tersier di daerah
Balaesang. Dengan peningkatan sektor-sektor tersebut memicu sektor
transportasi untuk bergerak di bidangnya dengan tujuan memenuhi
kebutuhan masyarakat yang mulai berkembang untuk berpergian.
Infrastruktur komunikasi pun mulai menunjukkan angka yang baik untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat seperti jaringan telepon atau internet.
Pada jasa lainnya , menunjukkan angka turun naik pada tahun 2012, hal
ini di sebabkan oleh beberapa faktor karena turun naiknya faktor utama dari
pemicu adanya jasa lainnya. Sektor utama dari Balaesang pada tahun
tersebut adalah pertanian, namun karena adanya penurunan dari pertanian
maka jasa pendukung untuk sektor ini menurun walaupun tidak terlalu
68
signifikan. Namun kembali menunjukkan peningkatan dari 4,90% pada
tahun 2012 menjadi 5,51% pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan adanya
pengembangan wilayah dan perbaikan infrastruktur di Balaesang, sehingga
jasa lain seperti jasa kesehatan dapat masuk untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di Balaesang. Pada saat itu, jasa kesehatan memang belum
terjamin di sana. Namun pada tahun 2014 mengalami sedikit penurunan, hal
ini dikarenakan pada tahun 2014, pemerintah mulai melakukan
pembangunan di daerah selain Balaesang sehingga jasa lain seperti
kesehatan dan jasa pengangkutan mulai menurun namun pada tahun 2015
adanya peningkatan, karena pembangunan dan pemenuhan infrasturktur di
kecamatan Balaesang sudah layak pakai sepenuhnya.
Tabel 3.14
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 8,33 7,24 7,19 6,06 5,21
Pertambangan
2 4,64 5,43 6,28 7,56 8,98
dan penggalian
Industri
3 5,04 5,46 6,67 6,38 5,76
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 4,50 4,61 5,75 6,06 6,53
Gas
5 Bangunan 5,38 5,16 6,39 6,41 8,65
Perdagangan,
6 Hotel dan 7,10 5,26 7,65 7,29 8,47
Restoran
Angkutan dan
7 7,77 7,57 6,64 6,90 7,11
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan
8 5,48 6,13 6,06 5,75 6,51
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 6,10 6,11 4,68 5,17 5,33
69
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.14
Laju Pertumbunan Ekonomi
Kecamatan Dampelas (%)
10
0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Hasil Analisa:
Pada sektor pertanian di Dampelas tahun 2011-2012 mengalami
penurunan, hal ini disebabkan karena daerah Dampelas memiliki letak
geografis yang kecamatan ini terkadang akan terkena bencana alam seperti
gempa. Yang terjadi gempa pada tahun 2014 seningga mengalami
penurunan 6,06%. Dan tahun-tahun 2011-2015 terus mengalami penurunan,
dikarenakan Kabupaten Donggala mengalami pemekaran Kabupaten dan
adanya trasnformasi dari sektor primer ke sektor sekunder. Yang
menjadikan sektor pertanian semakin menurun.
70
Pada sektor pertambangan angka menujukkan kenaikkan
dikarenakan mulai masuknya perusahaan tambang di Dampelas pada tahun
2010. Di mana Dampelas berpotensi menghasilkan pertambangan bahan
galian golongan A dan gas bumi. Dan pada tahun 1011-2015 angka
penggalian pun terus menujukkan pertambahan dan memiliki nilai terbesar
di anatara 9 sektor di Dampelas.
Industri pengolaan di Dampelas menunjukkan angka naik dari tahun
2011-2014, dimana masyarakatnya dengan produksi kayu dan juga adanya
industri penyulingan minyak daun cengkeh. Di mana masyarakat mulai
menanam sumber daya yang menjadi bahan uatama dalam proses produksi
di Dampelas. Namun pada tahun 2015 mengalami penurunan yang di
karenakan oleh adanya terjadi gempa di sekitar Dampelas yang menjadikan
industri ini mengalami penurunan hingga 5,76%.
Seperti halnya Balaesang Tamjung, Dampelas juga merupakan
daerah tertinggal di Kabupaten Donggala. Pada tahun 2013, di Dampelas
mulai ada pengembangan wilaya oleh pemerintah dan memenuhi kebutuhan
air dengan sumber daya Danau di Dampelas, serta mengalirkannya ke
rumah-rumah. Begitu pula dengan ketersediaan dari gas dan listrik karena
pemerintah mulai mengadakan pembanguan pra infrastruktur di daerah
Dampelas.
Angka pembangunan di Dampelas menunjukkan angka yang
cenderung naik, pembangunan di Dampelas naik secara signifikan pada
tahun 2015 yang mencapai 8,65%. Hal ini dikarnakan adanya
pengembangan wliayah dan faktor tersedianya pra infrastuktur yang ada di
Dampelas.
Angka dari persewaan, perhotelan di Dampelas cenderung naik
hingga pada tahun 2015 sebesar 8,65%. Hal ini disebabkan karena daerah
di Dampelas ini ada objek wisata berupa air jernih dan pasir putih yang
indah, sehingga menarik konsumen untuk menikmati keindahan alam di
Dampelas sehingga beberapa masyarakat dan investor mengambil
kesempatan untuk membuka usaha. Dampelas juga menjadi tempat resort
dan penelitian dikarenakan memiliki flora dan fauna yang unik.
71
Angkutan dan Komunikasi mengalami pasca turun naik, hal ini
dikarenakan adanya pembangunan pada tahun 2012-2013 di Dampelas.
Yang menyebabkan terjadinya penurunan ialah, pada tahun 2012-2014,
masyarakat Dampelas yang terbilang masih masyarakat tertinggal kurang
siap dengan transformasi menuju sektor tersier. Namun pada tahun 2015
mengalami kenaikan setelah Dampelas pernah terkena gempa tahun 2014.
Pada keuangan mengalami kenaikan untuk tahun 2012 karena
adanya pengembangan wilayah dan mengalami penurunan signifikan tahun
2014 dikarenakan adanya gmpa yang terjadi di Dampelas, namun keuangan,
jasa perusahaan dan persewaan kembali meningkat karena asksesbilitas dan
pembangunan wilayah yang membaik hingga mencapai 6,51% pada tahun
2015.
Pada jasa lainnya mengalami penurunan pada tahun 2013 dan
mencapai 4,68% hal ini dikarenakan, faktor adanya pengganti pelayanan
pada jasa lainnya seperti jasa kesehatan , di mana masyarakat kini lebih
memilih untuk pergi ke Ibu Kota untuk melakukan pengobatan seperti
adanya malaria tahun 2013. Namun adanya perbaikan pelayanan dan
pengembangan infrasturktur untuk ajsa lainnya sehingga adanya kenaikan
untuk tahun 2015.
Tabel 3.15
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 6,40 6,93 6,66 5,35 4,41
Pertambangan
2 dan 7,52 8,24 8,57 9,17 9,69
penggalian
Industri
3 5,14 5,63 6,18 6,25 6,76
Pengolahan
Listrik, Air
4 5,45 6,49 6,91 7,24 7,51
dan Gas
5 Bangunan 7,76 6,89 7,53 6,96 7,57
72
Perdagangan,
6 Hotel dan 5,71 5,36 6,87 6,54 6,85
Restoran
Angkutan dan
7 4,40 4,95 5,57 6,01 6,86
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 3,97 4,55 4,70 5,00 5,03
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 4,73 4,88 5,34 5,67 6,01
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.15
10
0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
73
Hasil Analisis:
74
Dalam sektor industri pengolahan, pada tahun 2011 memiliki persentase
sebesar 5,14% dan mengalami kenaikan sampai di tahun 2015 sebesar
6,76%. Mengapa selalu mengalami kenaikan? Hal ini dikarenakan
perusahaan industri yang ada di Kecamatan Sojol seluruhnya merupakan
industri atau kerajinan rumah tangga, yang meliputi industri pengolahan
hasil pertanian 49 buah, industri anyaman 70 unit, dan industri batu bata dan
gerabah 453unit. Industri pengolahan terbanyak berada di desa
Tonggolobibi, yakni sebanyak 21 unit dan yang paling sedikit di desa Bukit
Harapan yakni 1 unit. Demikian pula dengan industri anyaman terbesar
berada di desa Tonggolobibi, dimana di desa tersebut terdapat satu dusun
merupakan sentra pembuatan atap daun nipah.
Dalam sektor listrik, air dan gas, bisa dilihat dari tahun 2011 sebesar
5,45% dan di tahun 2015 mencapai 7,51% mengalami kenaikan yang
signifikan. Luasnya wilayah dan terbatasnya kapasitas menyebabkan tidak
semua desa dapat terlayani oleh listrik PLN. Dari Sembilan desa yang ada
di Kecamatan Sojol baru lima desa yang terlayani oleh listrik PLN, sisanya
masih menggunakan listrik Non PLN sebagai alat penerangan. Walaupun
begitu, pemerintah tetap berusaha dengan meningkatkan pelayanan supaya
kecamatan Sojol memiliki akses listrik yang memadai. Selain itu,
kecamatan Sojol memiliki sungai yang bernama Sungai Taipa yang
merupakan sumber air utama. Sungai ini berfungsi memperlancar usaha
penduduk dalam meningkatkan pendapatannya telah dimanfaatkan secara
maksimal. Karena itu dari sembilan sungai yang ada, tujuh diantaranya telah
difungsikan sebagai bendungan untuk irigasi. Sehingga masyrakat maupun
pemerintah akan dengan mudahnya memiliki sumber air bersih.
75
bangunan yang telah di bangun bukan hanya semata-mata dibangun asal-
asal, tetapi melihat kondisi di kecamatan Sojol sendiri.
Dalam sektor perdagangan, hotel, dan restoran, pada tahun 2011 laju
pertumbuhan ekonomi sektor ini sebesar 5,71% disusul dengan tahun-tahun
berikutnya yang mengalami kenaikan secara stabil, sampai di tahun 2015
persentase laju pertumbuhan ekonomi mencapai 6,85%. Kenaikan yang
stabil disektor ini dikarenakan Kecamatan Sojol memiliki beberapa tempat
pariwisata yang menyuguhkan pemandangan dan panorama alam yang
menakjubkan, diantaranya Air Terjun Balani dan Pasir Putih Tanjung
Sosopan. Kedua tempat wisata ini telah dimanfaatkan dan dijadikan sebagai
daerah tujuan rekreasi dan wisata pada hari-hari libur oleh masyarakat Sojol.
76
Dalam sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, pada tahun
2011 laju pertumbuhan ekonomi sektor ini sebesar 3,97% disusul dengan
tahun-tahun berikutnya yang mengalami kenaikan secara stabil. Sampai di
tahun 2015 persentase laju pertumbuhan ekonomi mencapai 5,03%.
Kenaikan yang stabil disektor ini dikarenakan Kecamatan Sojol ditahun
2012 memiliki realisasi penerimaan sebesar 1.421.812 juta rupiah.
Penerimaan tersebut terdiri dari penerimaan rutin sebesar 497.634 juta dan
penerimaan pembangunan sebesar 924.178 juta, demikian pula halnya
dengan realisasi pengeluarannya. Target pajak untuk tahun 2014 Kecamatan
sojol mencapai Rp. 119.788 juta. Namun, kesadaran wajib pajak untuk
membayar pajak ternyata masih relatif rendah, sehingga realisasinya baru
mencapai sekitar 62,79 % atau 117.669 juta. Dengan demikian, tunggakan
pajak masih sekitar Rp.2.476 juta. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan-
pendekatan tertentu agar wajib pajak dapat melunasi pajaknya sesuai
dengan waktu yang ditentukan.
Tabel 3.16
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 4,84 5,30 5,22 3,16 2,68
Pertambangan
2 dan 7,71 8,34 9,25 7,75 7,29
penggalian
77
Industri
3 4,28 4,59 5,52 6,48 6,57
Pengolahan
Listrik, Air
4 4,55 4,85 5,11 5,55 6,31
dan Gas
5 Bangunan 7,92 7,80 8,37 7,76 6,89
Perdagangan,
6 Hotel dan 8,84 8,53 9,39 6,42 7,49
Restoran
Angkutan dan
7 7,67 8,27 8,85 9,51 9,41
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 4,83 5,07 5,31 5,72 5,55
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 7,54 7,42 7,50 6,53 6,44
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.16
0
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
78
Hasil analisis:
79
Dalam sektor industri pengolahan, pada tahun 2011 laju pertumbuhan
ekonomi sektor ini sebesar 4,28% disusul dengan tahun-tahun berikutnya
yang mengalami kenaikan secara stabil. Sampai di tahun 2015 persentase
laju pertumbuhan ekonomi mencapai 6,57%. Kenaikan yang stabil disektor
ini dikarenakan kecamatan Sojol Utara memiliki industri kecil dan industri
kerajinan rumah tangga. Jumlah industri mikro sesuai data yang diperoleh
tahun 2014 tercatat sebanyak 30 industri dimana jumlah terbesar terdapat di
Desa Ogoamas II yaitu berjumlah 12 buah industri sedangkan yang terendah
di Desa Bengkolli yaitu berjumlah 2 buah industri.
Dalam sektor listrik, air dan gas, pada tahun 2011 laju pertumbuhan
ekonomi sektor ini sebesar 4.55% disusul dengan tahun-tahun berikutnya
yang mengalami kenaikan secara stabil. Sampai di tahun 2015 persentase
laju pertumbuhan ekonomi mencapai 6,31%. Kenaikan yang stabil disektor
ini dikarenakan kecamatan Sojol Utara memilk fasilitas listrik sebagai alat
penerangan sudah merupakan kebutuhan utama masyarakat sebanyak 1.756
pelanggan, sementara pelanggan listrik non PLN sebanyak 105 pelanggan.
Sedangkan data tentang jumlah gardu listrik PLN yaitu sebanyak 11 buah.
Akan tetapi dari 5 Desa masih terdapat dua desa yang belum terjangkau oleh
listrik yang dikelola oleh PLN yaitu Desa Pesik dan Desa Bengkolli, oleh
karenanya didesa tersebut dilakukan upaya pengadaan listrik melalui
swadaya masyarakat untuk membuat jaringan listrik desa. Seperti halnya
kebutuhan penerangan, masyarakat juga sangat membutuhkan sarana air
bersih untuk keperluan sehari-hari. Khusus untuk PDAM Kecamatan Sojol
utara hanya dapat melayani pelanggan pada tiga desa yaitu Desa Ogomas
1,Ogoamas 2 dan Desa Bengkoli, dengan jumlah pelanggan pada ketiga
desa tersebut menjadi 508 rumah tangga.
80
luas sebagai lahan pertanian jadi tidak semudah itu untuk merubah fungsi
lahan denga mendirikan berbagai bangunan.
Dalam sektor perdagangan, hotel, dan restoran, pada tahun 2011 laju
pertumbuhan ekonomi sektor ini sebesar 8.84% disusul dengan tahun-tahun
berikutnya yang mengalami penurunan. Sampai di tahun 2015 persentase
laju pertumbuhan ekonomi mencapai 7,49%. Selain itu, untuk perdagangan
Kecamatan Sojol Utara memiliki toko sebanyak 33, kios berjumlah 299 dan
warung berjumlah 18, dimana fasilitas perdagangan tersebut sebagian besar
berada di Desa Ogoamas I. Jumlah toko sebanyak 33, kios berjumlah 299
dan warung berjumlah 18, dimana fasilitas perdagangan tersebut sebagian
besar berada di Desa Ogoamas I.
81
Dalam sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, pada tahun
2011 laju pertumbuhan ekonomi sektor ini sebesar 4.83% disusul dengan
tahun-tahun berikutnya yang mengalami kenaikan. Sampai di tahun 2015
persentase laju pertumbuhan ekonomi mencapai 5.55%. Untuk kondisi fisik
nya, realisasi penerimaan dan pengeluaran Kecamatan Sojol Utara pada
tahun 2014 adalah sama yaitu sebesar Rp. 407.352.000 yang berupa
penerimaan rutin dan penerimaan pembangunan. Pendapatan berasal dari
penerimaan rutin dan penerimaan pembangunan. Pada tahun 2014 anggaran
penerimaan rutin yang diperoleh sebesar Rp. 112.251.000 dan anggaran
pembangunan sebesar Rp. 202.000.000. Selain itu, pajak bumi dan
bangunan juga memiliki peranan penting sebagai salah satu sumber
pemasukan daerah. Pada tahun 2014 target pajak bumi dan bangunan
sebesar Rp. 95.870.000 akan tetapi realisasinya hanya sebesar Rp.
63.919.000 sehingga memiliki selisih sebesar Rp. 31.951.000. Selain itu,
pajak bumi dan bangunan juga memiliki peranan penting sebagai salah satu
sumber pemasukan daerah. Pada tahun 2014 target pajak bumi dan
bangunan sebesar Rp. 95.870.000 akan tetapi realisasinya hanyasebesar Rp.
63.919.000 sehingga memiliki selisih sebesar Rp. 31.951.000.
82
3.2 Struktur Perekonomian
Tabel 3.17
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 55,05 54,36 53,63 52,86 51,50
Pertambangan
2 dan 4,69 4,65 4,65 4,63 4,63
penggalian
Industri
3 1,24 1,19 1,15 1,11 1,09
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,29 0,29 0,29 0,29 0,29
dan Gas
5 Bangunan 12,08 12,66 13,16 13,67 14,21
Perdagangan,
6 Hotel dan 8,57 8,77 8,94 9,18 9,72
Restoran
Angkutan dan
7 3,68 3,64 3,61 3,56 3,57
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 6,01 5,93 5,87 5,79 5,78
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 8,38 8,52 8,69 8,91 9,21
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
83
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.17
Pertanian
8.74
Pertambangan dan
penggalian 5.87
Industri Pengolahan
3.61
Listrik, Air dan Gas
9.04
Bangunan
53.48
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 13.16
Angkutan dan Komunikasi
Hasil analisis:
84
kelapa sawit lebih rendah dan keterbatasan persediaan air dan biaya
perawatan kebun pada saat itu cukup mahal, sehingga kontribusi ekonomi
dalam sektor ini mengalami permasalahan.
85
Kontribusi dalam sektor Listrik air dan Gas merupakan kontribusi sektor
paling rendah yang berada di kecamatan Rio Pakava, meski paling rendah
tetapi sektor ini merupakan sektor penunjang kegiatan ekonomi lainnya.
Kontribusi sektor ini tidak mengalami perubahan dalam 5 tahun. Dilihat dari
struktur ekonomi tahun 2011 mencapai 0,29% pada tahun 2015 masih tetap
mencapai sebesar 0,29%, ini terjadi disebabkan karena kekurangan
pemasokan listrik,air dan gas di daerah ini karena jalur transportasi yang
masih dalam tahap pembangunan. Dan juga faktor wilayah yang cukup jauh
dari kota membuat pemerintah sulit untuk memasok sektor tersebut. Dengan
penggunaan yang cukup besar setiap tahunnya dan keterbatasan listrik,air
dan gas membuat kontribusi tidak mengalami perubahan . Dari tahun 2011
sampai 2015 Kekurangan fasilitas membuat penyaluran air bersih juga
sangat minim sekali.
86
restauran mulai banyak dibangun di daerah tersebut untuk mendukung atau
menarik perhatian pengunjung sehingga banyak yang tertarik , karena
keinginan mereka untuk datang seperti contoh banyak perusahaan yang
tertarik untuk berinvestasi dengan kecamatan ini karen terkenal akan
perkebunan kelapa sawitnya dan daerah terluas di kabupaten Rio Pakava.
87
2011 dan 2012 pengolahaan produksi perusahaan sangat tinggi membuat
produksi jasa ikut meningkat. Kemudian mengalami penurunan pada tahun
2012 sapai 2015 yaitu 8,72% , kenapa hal ini terjadi disebabkan karena
banyak masyarakat bahkan perusahaan dikecamatan ini mulai kurang
mengunakan sebuah jasa mereka lebih memilh diri sendiri untuk memenuhi
kebutuhan mereka , dan penyebab lainnya karena harga jasa yang lumayan
tinggi.
Tabel 3.18
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 59,24 58,47 57,70 56,85 55,98
Pertambangan
2 2,60 2,55 2,48 2,43 2,37
dan penggalian
Industri
3 1,60 1,53 1,46 1,41 1,35
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,23 0,23 0,22 0,21 0,21
dan Gas
5 Bangunan 11,67 12,02 12,39 12,78 13,14
Perdagangan,
6 Hotel dan 7,03 7,28 7,53 7,77 8,05
Restoran
Angkutan dan
7 3,21 3,22 3,22 3,24 3,25
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1,45 1,41 1,37 1,32 1,29
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 12,95 13,29 13,63 13,99 14,35
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
88
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.18
Pertanian
57.65
Perdagangan, Hotel dan 12.40
Restoran
Angkutan dan Komunikasi
0.22
Keuangan, Persewaan, dan 1.47
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa 2.49
Hasil Analisis:
89
didapatkan sebelumnya, karena kecamatan Pinembani memilliki
perkebunan yang sangat kuat sehingga menjadi tolak ukur utama dalam
perekonomian.
90
Kontribusi pada sektor Bangunan tahun 2011 mencapai 11,67%
mengalami kenaikan sampai pada tahun 2015 mencapai 13,14% , hal ini
disebabkan karena dari tahun ketahun perkembangan mulai ada, sehingga
pertambahan penduduk juga mulai banyak yang membuat bangunan
seperti perumahan penduduk,jembatan,jalan khusu roda 2 mulai tertata
atau mengalami perubahan , dengan kebutuhan tersebut juga membuat
pembangunan itu mulai kelihatan.
91
kurang baik membuat pedagang bahkan masyarakat menggunakan jasa
untuk dagangan atau kebutuhan mereka.
Tabel 3.19
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 16.14 15.02 14.01 12.83 11.91
Pertambangan
2
dan penggalian
29.29 30.48 31.52 32.89 33.79
Industri
3
Pengolahan
3.73 3.57 3.44 3.29 3.20
Listrik, Air
4 0.21 0.21 0.20 0.19 0.19
dan Gas
5 Bangunan 10.67 11.36 11.93 12.60 13.18
Perdagangan,
6 Hotel dan 13.74 13.41 13.12 12.80 12.40
Restoran
Angkutan dan
7
Komunikasi
7.15 7.04 7.01 6.97 7.05
Keuangan,
Persewaan,
8 7.71 7.57 7.49 7.33 7.28
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 11.37 11.34 11.28 11.09 10.99
Total 100,00 100.00 100.00 100.00 100.00
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
92
Grafik 3.19
Pertanian
11.21 13.98
Pertambangan dan
penggalian
Industri Pengolahan 7.48
Hasil Analisis:
93
Pada sektor Industri Pengolahan, pada tahun 2011 mencapai 3.73% dan
terus menurun hingga pada tahun 2015 yaitu mencapai 3.20%, hal ini
disebabkan menurunnya usaha jasa setiap tahunnya.
Pada sektor bangunan, pada tahun 2011 mencapai 10.67% dan terus
mengalami peningkatan hingga pada tahun 2015 yaitu mencapai 13.18%.
Hal ini disebabkan karena di wilayah kecamatan Banawa setiap tahunnya
mengalami pembangunan, mulai dari bangunan yang permanen, semi
permanen, non permanen dan memiliki WC setiap tahunnya meningkat.
Pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, pada tahun 2011 hingga
tahun 2015 terus mengalami penurunan, pada tahun 2015 mencapai yaitu
12.40%. Hal ini dikarenakan kecamatan Banawa sebagai Ibu Kota
Kabupaten Donggala memiliki 1 buah pasar yang frekuensi kegiatannya
setiap hari dan 5 buah pasar mingguan. Dan jumlah saran perdagangan
setiap tahunnya. Perlunya kebijakan ekonomi yang baik dari pemerintah
agar dapat ditingkatkan lagi daya beli masyarakat.
Dalam sektor Angkutan dan Komunikasi, Pada tahun 2011 hingga tahun
2014 mengalami penurunan dan pada tahun 2015 mengalami peningkatan.
Pada tahun 2015 pemerintah membangun jalan dan jembatan agar akses
distribusi barang dan jasa yang dilakukan masyarakat dapat berjalan lancar
dan aman. Sarana jembatan di kecamatan Banawa pada tahun 2015
memiliki panjang 237 Km2 dengan jumlah jembatan sebanyak 26 buah. Hal
ini memudahkan teknologi dan komunikasi untuk menjangkau di pedesaan.
Dalam sektor keuangan, pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan menurunnya Realisasi Pajak
Bumi dan Bangunan di kecamatan Banawa. Perlu adanya upaya-upaya
94
serius yang harus dilakukan baik pemerintah kecamatan maupun desa untuk
meningkatkan realisasi Pajak Bumi dan Bangunan, baik melalui penagihan
maupun menggugah kesadaran masyarakat untuk dapat membayar pajak
tepat pada waktunya.
Tabel 3.20
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 57.78 57.31 56.94 56.41 55.78
Pertambangan
2
dan penggalian
2.32 2.30 2.27 2.23 2.19
Industri
3
Pengolahan
1.78 1.72 1.66 1.60 1.55
Listrik, Air
4 0.24 0.23 0.22 0.21 0.21
dan Gas
5 Bangunan 11.71 12.08 12.43 12.95 13.48
Perdagangan,
6 Hotel dan 11.26 11.57 11.86 12.14 12.39
Restoran
Angkutan dan
7
Komunikasi
3.51 3.45 3.38 3.31 3.29
Keuangan,
Persewaan,
8 4.34 4.26 4.17 4.08 4.04
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 7.07 7.08 7.07 7.08 7.08
Total 100,00 100.00 100.00 100.00 100.00
95
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.20
Pertanian
7.07
Pertambangan dan 3.39 4.18
penggalian
Industri Pengolahan
Bangunan
56.84
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 12.53
Angkutan dan Komunikasi
Hasil Analisis:
96
ini di sebabkan karena berkurangnya lahan pertambangan, sehingga banyak
pekerja tambang yang berhenti dalam pekerjaannya karena kurang
mendapatkan hasil yang baik.
Dalam sektor Listrik, Gas dan Angka merupakan sektor yang paling
sedikit menyumbang perekonomian di Kec. Banawa Selatan, dalam 5 tahun
terakhir sektor ini mengalami penurunan, hal ini di sebabkan karena belum
terjangkaunya semua desa oleh jaringan listrik dan buruknya akses jalan ke
suatu desa menjadi hambatan utama dalam penyaluran listrik ke
masyarakat.
Dalam sektor Perdagangan, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015,
sektor ini terus mengalami peningkatan, karena meningkatnya kios dan
warung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat, selain
berbelanja di pasar. Dan kecamatan Banawa Selatan memiliki potensi
wisata, akan tetapi belum dikelola sepenuhnya dan belum dikembangkan.
Dalam sektor angkutan dan komunikasi, Pada tahun 2011 hingga pada
tahun 2015, sektor ini terus mengalami penurunan , pada tahun 2015 yaitu
mencapai 3.29%, hal ini di sebabkan karena akses jalan yang memiliki
kondisi kurang baik dan pada kondisi tertentu jalan tersebut hanya dapat
dilalui dengan berjalan kaki. Hal ini tentu sangat menghambat akses ke
suatu wilayah, penyaluran produksi ke pasar.
97
Dalam sektor keuangan, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015,
sektor ini mengalami penurunan, pada tahun 2015 yaitu mencapai 4.08%,
Hal ini disebabkan menurunnya Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan di
kecamatan Banawa Selatan. Perlu adanya upaya-upaya serius yang harus
dilakukan baik pemerintah kecamatan maupun desa untuk meningkatkan
realisasi Pajak Bumi dan Bangunan, baik melalui penagihan maupun
menggugah kesadaran masyarakat untuk dapat membayar pajak tepat pada
waktunya. Dalam sektor jasa-jasa, Pada tahun 2011 hingga tahun 2015,
sektor ini terbilang stabil dari setiap tahunnya.
Tabel 3.21
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 49,56 50,20 51,12 51,89 52,48
Pertambangan
2 2,92 2,83 2,74 2,65 2,58
dan penggalian
Industri
3 3,39 3,32 3,26 3,18 3,12
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,23 0,22 0,21 0,21 0,20
dan Gas
5 Bangunan 10,85 10,74 10,59 10,45 10,34
Perdagangan,
6 Hotel dan 13,82 13,73 13,49 13,35 13,26
Restoran
Angkutan dan
7 4,24 4,16 4,08 4,03 3,99
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 3,84 3,76 3,65 3,56 3,48
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 11,16 11,04 10,86 10,68 10,55
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
98
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.21
Pertanian
3.66 10.86
Pertambangan dan
penggalian
Industri Pengolahan
4.10
Listrik, Air dan Gas
Bangunan 13.53
51.05
Hasil Analisis:
99
Kabupaten Donggala. Hal ini disebabkan karena sektor pertanian
merupakan tumpuan kehidupan perekonomian di Kecamatan Banawa
Tengah. Struktur tanah atau jenis tanah di Banawa Tengah ini merupakan
jenis tanah yang relatif subur dan produktif, sehingga mendukung usaha
kegiatan di sektor pertanian. Data tentang luas panen dan produksi tanaman
bahan makanan seperti padi pada tahun 2012 memiliki luas panen sebesar
68 Ha dengan produksi sebesar 307 ton. Selain itu, tanaman seperti kakao
memiliki luas sekitar 537 Ha dengan jumlah pohon sebanyak 353.128
pohon. Lain lagi di peternakan, masyarakat di Banawa Tengah paling
banyak beternak unggas seperti ayam buras sebanyak 600 ekor di Desa
Kola-Kola. Dari data-data diatas dapat dilihat bahwa kehidupan masyarakat
desa Tonggolobibi sangat bergantung pada sektor pertanian, dan
pengaruhnya terhadap PDRB Kabupaten Donggala cukup besar. Dapat
disimpulkan, corak atau karakteristik Kecamatan Banawa Tengah termasuk
daerah berkarakteristik pertanian.
Di sektor industri dan pengolahan sebagai sektor terendah ketiga, hal ini
disebabkan karena kegiatan industri di Kecamatan Banawa Tengah ini
merupakan jenis industri kecil/kerajinan rumah tangga yang jumlah
pekerjanya tidak lebih dari 19 orang. Jumlah perusahaan industri sesuai data
yang di peroleh pada tahun 2013 tercatat sebanyak 455 usaha yang
merupakan industri kecil/kerajinan rumah tangga. Kegiatan ini salah
satunya berupa menenun, yang dijual ke tengkulak kain donggala dengan
100
harga rata-rata Rp. 350.000/kain. Adapun usaha lain seperti bengkel sepeda,
bengkel motor dan bengkel mobil serta service elektronik juga menjadi mata
pencaharian warga disana dengan jumlah yg sedikit yang hanya berkisar
belasan. Hal ini lah yang menyebabkan sektor ini pengaruhnya dapat
dikatakan sedikit ke PDRB Kabupaten Donggala dan kegiatan-kegiatan
diatas tidak cukup membantu perekonomian Kecamatan Banawa Tengah
karena nilai jualnya yang rendah.
101
Di sektor angkutan dan komunikasi akan peran nya terhadap
perekonomian kabupaten Donggala tidak cukup tinggi yakni tidak lebih dari
lima persen, hal ini disebabkan karena banyak masyarakat yang sudah
memiliki kendaraan pribadi sendiri, sehingga tidak terlalu membutuhkan
jasa angkutan jika mau pergi kemana-mana. Lalu jumlah angkutan juga
tidak banyak yakni sekitar 38 angkutan dan tidak mengalami penambahan
sampai pada tahun 2014.
Sedangkan yang diwarnai biru adalah lapangan usaha Listrik, Air dan
Gas, dimana lapangan usaha dengan kontribusi terkecil dalam struktur
ekonomi Kabupaten Donggala. Hal ini disebabkan pendistibusian listrik di
Kecamatan ini terdapat satu desa yang belum dapat dijangkau PLN, dan
juga belum semua masyarakat mampu untuk memasang listrik di rumah
mereka. Selain itu, kegiatan masyarakatnya juga masih tradisional, yang
rata-rata aktivitasnya tidak banyak menggunakan listrik seperti menenun,
102
mengayam, tukang batu dan tukang kayu. Dan juga terdapat masyarakat
yang sumber air bersihnya menggunakan sumber air dari sungai ataupun
dari sumur.
Tabel 3.22
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 28,98 28,32 27,72 27,44 26,88
Pertambangan
2 35,40 36,47 37,45 38,51 39,50
dan penggalian
Industri
3 2,42 2,37 2,32 2,24 2,17
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,18 0,17 0,17 0,17 0,17
dan Gas
5 Bangunan 9,40 9,39 9,38 9,18 9,05
Perdagangan,
6 Hotel dan 9,52 9,60 9,69 9,73 9,85
Restoran
Angkutan dan
7 4,38 4,25 4,15 4,01 3,94
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1,85 1,79 1,74 1,68 1,64
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 7,87 7,62 7,38 7,06 6,79
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
103
Grafik 3.22
Pertanian 1.74
7.35
Pertambangan dan
penggalian 4.15
Industri Pengolahan 27.87
9.68
Listrik, Air dan Gas
Bangunan
9.28
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Angkutan dan Komunikasi 0.17
2.31
Keuangan, Persewaan, dan 37.47
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Hasil Analisis:
104
Di sektor pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam
kontribusinya terhadap perekonomian kabupaten Donggala. Hal ini
disebabkan karena mengingat sektor yang paling besar distribusinya ke
PDRB Kabupaten Donggala adalah sektor pertanian. Walaupun di Labuan
tertinggi adalah pertambangan namun kegiatan pertanian di Labuan juga
merupakan salah satu sumber penghasilan masyarakatnya terutama pada
pertanian tanaman pangan seperti, padi dan jagung. Dimana pada tahun
2013 tanaman padi yang di produksi sebanyak 368.1 ton dengan lahan
seluas 368.1 Ha. Selain dari tanaman pangan, masyarakat di Labuan juga
banyak beternak , terutama ternak sapi yang pada tahun 2014 sebanyak
2.766 ekor sapi, tidak hanya ternak sapi masyarakat di Labuan juga beternak
hewan lain seperti kambing, ayam dan itik.
Di sektor bangunan nilainya tidak lebih dari sepuluh persen, hal ini
disebabkan pembangunan prasarana jalan di Kecamatan Labuan sepanjang
23,37 Km. Selain itu di Labuan terdapat fasilitas seperti terminal, jembatan,
pelabuhan dan bangunan lainnya seperti bangunan pendidikan, kesehatan.
Faktor luas lahan juga mempengaruhi nilai kontribusi oleh sektor bangunan
ke PDRB Kabupaten Donggala. Karena wilayahnya yang tidak terlalu luas
dan juga sebagian besar sudah digunakan sebagai lahan tambang, galian dan
pertanian.
105
Selain pasar, juga terdapat warung, kios maupun pertokoan yang pada tahun
2014 jumlahnya jumlah toko sebanyak 16 toko, 225 kios dan 41 warung.
106
jumlah fasilitas dari jasa-jasa seperti pendidikan, kesehatan maupun jasa
lain dari pemerintahan maupun swasta. Jumlah sekolah di Labuan paling
banyak tingkat SD yang pada tahun 2014 sebanyak 18 gedung dengan jasa
guru sebanyak 156 orang. Adapun dalam jasa kesehatan jumlah dokter
sebanyak 3 orang, perawat 11 orang dan bidan 11 orang pada tahun 2014.
Dan sektor terendah yaitu sektor Listrik, Air dan Gas dari tahun 2011
sampai dengan 2015 yang tidak sampai satu persen kontribusinya. Hal ini
disebabkan berdasarkan Data Statistik Daerah Kecamatan Labuan tahun
2015, walaupun listrik sudah masuk di semua desa, namun belum semua
masyarakat dapat merasakan aliran listrik, yang diakibatkan karena biaya
pemasangan yang belum dapat dijangkau oleh sebagian masyarakat. Jumlah
pelanggan PLN yang tercatat di Kecamatan Labuan sebanyak 3.317
pelanggan pada tahun 2014 yang tersebar di semua desa. Kalau masalah air
bersih, kebutuhan air bersih disana sudah terpenuhi karena sebagian besar
desa di Labuan merupakan kawasan perbukitan ataupun pegunungan yang
merupakan kawasan yang kaya akan air.
Tabel 3.23
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 35,20 35,10 34,70 34,22 33,43
Pertambangan
2 6,86 6,71 6,59 6,40 6,28
dan penggalian
Industri
3 2,53 2,41 2,30 2,18 2,08
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,22 0,22 0,22 0,21 0,21
dan Gas
5 Bangunan 9,05 9,37 9,47 9,59 9,77
Perdagangan,
6 Hotel dan 19,98 20,64 21,60 22,51 23,48
Restoran
107
Angkutan dan
7 7,96 7,69 7,50 7,42 7,39
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 7,32 7,12 6,96 6,87 6,77
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 10,88 10,75 10,65 10,59 10,60
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.23
Pertanian
10.69
Pertambangan dan
penggalian
Industri Pengolahan 7.01
34.53
Listrik, Air dan Gas
7.59
Bangunan
108
Hasil Analisis:
109
masyarakat untuk kebutuhan sehari – hari membuat sektor perdagangan
meningkat walaupun hasil pertanian menurun namun stok barang
didatangkan dari luar kecamatan.
110
penambahan Alokasi Dana Desa (ADD) dari Pemerintahan Pusat dan
adanya peningkatan masyarakat yang membayar wajib pajak, khususnya
pada pajak bumi dan bangunan (PBB). Peningkatan ini kalah jauh dengan
meningkatnya kontribusi sektor bangunan dan keuangan sehingga membuat
kontribusi sektor keuangan menurun walau laju pertumbuhan meningkat.
Tabel 3.24
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 47,86 48,66 49,07 49,40 48,90
Pertambangan
2 7,43 7,36 7,40 7,48 7,72
dan penggalian
Industri
3 3,93 3,79 3,70 3,63 3,62
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,23 0,22 0,22 0,21 0,21
dan Gas
5 Bangunan 13,07 12,95 13,04 13,19 13,58
Perdagangan,
6 Hotel dan 8,49 8,59 8,58 8,58 8,70
Restoran
Angkutan dan
7 7,14 6,91 6,79 6,67 6,67
Komunikasi
111
Keuangan,
Persewaan,
8 2,27 2,14 2,04 1,94 1,85
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 9,58 9,38 9,16 8,91 8,76
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.24
Pertanian
2.05 9.16
Pertambangan dan
penggalian
Industri Pengolahan 6.84
Hasil Analisis:
112
lahan pertanian dan di bagian barat Sindue merupakan daerah laut yang
menjadi potensi perikanan . Dengan luasnya lahan pertanian, menyebabkan
masyarakat di Kecamatan Sindue bekerja di bidang pertanian baik petani
ataupun nelayan. Hal ini menyebabkan sektor pertanian berkontribusi besar
diantara sektor lainnya dan selalu meningkat tahun 2011-2014 walaupun
hasil produksi menurun. Di tahun 2015 menurun 0,50% dikarenakan
meningkatnya kotribusi sektor bangungan,perdagangan dan pertambangan
dan membuat masyarakat meninggalkan lahan pertanian agar bisa di
mencari pekerjaaan di sektor dagang ataupun pertambangan. Hal ini
membuat struktur ekonomi sektor pertanian tahun 2015 menurun .
113
ini membuat struktur perekonomian Kecamatan Sindue terus menurun dari
tahun 2011 sampai tahun 2015.
114
mengalami gagal panen diakibatkan kurangnya irigasi. Namun penrunan ini
tergolong kecil karena hanya menurun sebesar 0,01%. Berkurangnya hasil
produksi pertanian tidak terlalu mempengaruhi angka struktur
perekonomian dikarenakan masih tingginya kebutuhan masyarakat akan
barang yang dibutuhkan untuk kegiatan mayarakat. Di tahun 2015
meningkat menjad 8,70 karena bertambahnya jumlah kios dan warung yang
menawakan barang dagangan. Barang yang diperjual belikan kebanyakan
di datangkan dari luar Kecamatan Sindue sehingga meningkatkan struktur
perekonomian di Kecamatan Sindue.
115
meningkatnya sektor perdagangan dan bangunan sehingga membuat sektor
keuangan kalah saing dengan sektor – sektor lainnya yang meningkat secara
signifikan.
Tabel 3.25
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 39,99 39,19 38,33 37,24 36,13
Pertambangan
2 20,64 21,26 21,95 22,57 23,25
dan penggalian
Industri
3 3,80 3,72 3,65 3,61 3,61
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24
dan Gas
5 Bangunan 11,19 11,42 11,66 12,05 12,33
Perdagangan,
6 Hotel dan 7,41 7,48 7,57 7,71 7,90
Restoran
Angkutan dan
7 6,09 6,09 6,10 6,13 6,17
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1,89 1,85 1,81 1,77 1,71
dan Jasa
Perusahaan
116
9 Jasa-jasa 8,76 8,76 8,70 8,69 8,67
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.25
Pertanian
1.80
8.72
Pertambangan dan
penggalian
6.12
Industri Pengolahan
38.18
Listrik, Air dan Gas 7.61
Bangunan
Hasil Analisis:
117
pembangunan ekonomi pada sektor yang lain. Luas tanaman bahan
makanan khususnya padi di Kecamatan Sindue Tombusabora relatif kecil,
dimana lahan pertanian tanaman padi hanya terdapat di Desa Saloya seluas
79 ha. Dari lahan tersebut dapat dihasilkan 448 ton gabah kering panen dan
jumlah luas panen terbesar yaitu jagung pada 199 ha.
Pada sektor pertambangan, setiap tahunnya mengalami kenaikan pada
tahun 2011 sebesar 20,64 % dan pada tahun 2015 berada pada angka 23,25
%. Hal ini dikarenakan beberapa stakeholder sudah menerapkan
pengelolaan dengan sistem pengolahan basah (wet processing system) serta
arahan konservasi dengan penghematan dan pembatasan volume galian
perhektar pertahun.
Pada sektor industri pengolahan, setiap tahun semakin menurun hingga
pada angka 3, 61 % diantaranya tukang kayu, jasa menjahit, tukang emas,
dan salon kecantikan serta kerajinan menganyam sudah mulai hilang
sehingga menurunkan sektor perekonomian di kecamatan ini.
Pada sektor listrik, air, dan gas berada pada angka yang sama dari tahun
2011 hingga 2015 yaitu pada angka 0,24 di sektor perekonomiannya.
Karena contohnya Sampai pada tahun 2015 Kecamatan Sindue
Tombusabora belum dapat dilayani oleh PDAM, sehingga umumnya
masyarakat mengambil air minum melalui sumur atau air sungai/mata air
sehingga tidak menambah PDRB.
Pada sektor bangunan, dapat kita lihat bahwa setiap tahun mengalami
kenaikan dari angka 11,19 pada tahun 2011 hingga 12, 33 pada tahun 2015.
Hal ini dikarena kan setiap tahunnya kecamatan ini mengalami
perkembangan dari segi infrastrukturnya yang membuat perekonomian
meningkat.
118
Pada sektor Angkutan dan Komunikasi juga mengalami kenaikan yang
tipis mencapai 6,17 % pada tahun 2015. Tidak dapat dimungkiri lagi bahwa
sarana informasi dan komunikasi sudah menjadi kebutuhan vital
masyarakat. Disamping untuk menyebarluaskan informasi pembangunan,
pendidikan, kebudayaan, olah raga dan berbagai informasi lainnya, juga
menjadi sarana hiburan yang sangat diminati masyarakat dan angkutan
sebagai Sarana perhubungan antar daerah dan dalam daerah, sangat
menunjang kegiatan ekonomi suatu wilayah.
Tabel 3.26
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 41,14 40,76 40,18 39,42 38,56
Pertambangan
2 16,63 17,01 17,68 18,33 19,13
dan penggalian
Industri
3 3,10 3,01 2,95 2,92 2,93
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,22 0,21 0,21 0,20 0,20
dan Gas
5 Bangunan 10,81 10,70 10,41 10,24 10,03
119
Perdagangan,
6 Hotel dan 8,58 8,70 8,96 9,19 9,39
Restoran
Angkutan dan
7 6,36 6,29 6,22 6,21 6,24
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 2,22 2,20 2,17 2,15 2,13
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 10,95 11,12 11,22 11,33 11,39
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.26
Pertanian
2.18 11.20
Pertambangan dan
penggalian
Industri Pengolahan
6.26
Listrik, Air dan Gas 40.01
8.96
Bangunan
120
Hasil Analisis:
121
bangunan perumahan di kecamatan Sindue Tobata masih tergolong
bangunan semi permanen dan kayu.
Pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami kenaikan
setiap tahunnya hingga mencapai 9,39 % di tahun 2015 dalam struktur
ekonomi. Barang-barang kebutuhan pokok yang dijual di toko atau kios-
kios di pedesaan didatangkan dari Palu oleh agen-agen barang kelontong
dengan menggunakan mobil box yang dapat mengangkut berbagai jenis
barang dagangan.
Pada sektor Angkutan dan Komunikasi mengalami penunrunan dari
tahun 2011 hingga tahun 2014 dan mengalami kenaikan pada tahun
berikutnya yaitu tahun 2015 pada angka 6, 24 %. Untuk penunjang arus
perekonomian di suatu tempat perlu tersedianya sarana perhubungan antar
daerah dan desa sehingga arus lalu lintas baik kendaraan bermotor maupun
tidak bermotor dapat beroperasi dengan baik. Sarana perhubungan
dimaksud termasuk jalan dan jembatan. Di sektor komunikasi, secara umum
terdapat perkembangan yang positif khususnya akses penduduk terhadap
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Telah terjadi peningkatan
jumlah pengguna telpon, telpon seluler dan internet dengan adanya Site
Telkomsel (tower) didesa Oti dan Alindau.
Pada sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan mengalami
penurunan hingga sektor perekonomian terletak di angka 2, 13 % di tahun
2015. Di Kecamatan Sindue Tobata belum terdapat Koperasi Unit Desa
(KUD) sehingga untuk memasarkan hasil pertanian, masyarakat hanya
menjual ke pedagangpedagang yang membeli hasil bumi.
Pada sektor jasa jasa setiap tahunnya mengalami kenaikan sektor
perekonomian mencapai angka 11,39 % ditahun 2015 Di Sindue Tobata
tercatat usaha jasa yang meliputi tukang kayu berjumlah 70, tukang jahit 13
dan usaha salon 4 buah. Selain usaha pertukangan juga terdapat usaha
perbengkelan berupa bengkel motor tersebar dibeberapa desa sebanyak 14
buah.
122
k) Struktur Perekonomian Kecamatan Sirenja
Tabel 3.27
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 40,60 39,88 39,70 39,39 39,09
Pertambangan
2 15,58 15,95 16,20 16,39 16,48
dan penggalian
Industri
3 3,28 3,23 3,17 3,16 3,18
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,24 0,23 0,23 0,23 0,23
dan Gas
5 Bangunan 11,55 11,93 12,09 12,22 12,29
Perdagangan,
6 Hotel dan 12,68 12,97 13,09 13,33 13,56
Restoran
Angkutan dan
7 4,89 4,87 4,85 4,87 4,97
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 3,89 3,80 3,68 3,59 3,50
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 7,29 7,15 6,99 6,84 6,71
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
123
Grafik 3.27
Pertanian
3.69
6.99
Pertambangan dan
penggalian
4.89
Industri Pengolahan
Hasil Analisis:
124
yang luas yaitu sebesar 426 ha. Peternakan diupayakan untuk meningkatkan
populasi dan produksi ternak dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat
disamping meningkatkan pendapatan.
125
Pasar adalah pusat perdagangan dimana terjadi transaksi jual beli barang
ataupun jasa antara penjual dan pembeli dan didalamnya terjadi proses
penawaran dan permintaan. Fungsi pasar dalam pembangunan ekonomi
daerah sangatlah penting, dimana pasar merupakan tempat untuk menjual
segala produk yang dihasilkan oleh masyarakat baik produk sektor pertanian
maupun produk industri barang dan jasa serta produk dari kerajinan rumah
tangga. Prasarana pemasaran di Kecamatan Sirenja untuk kegiatan jual beli
hasil komoditi dan kebutuhan lainnya tidak sulit karena adanya kios-
kios/toko, pedagang keliling dan pasar yang ada di Desa-desa dalam
wilayah Kecamatan Sirenja, walaupun pasar tersebut merupakan pasar
mingguan. Jumlah took, kios, dan warung yang ada di kecamatan sirenja
setiap tahun selalu meningkat. Untuk hotel dan restoran tidak terlalu
mendominasi di daerah ini. Untuk itu sector perdagangan lah yang paling
berkontribusi dalam perekonomian di kecamatan sirenja setiap tahunnya
yang mencapai angka 13 persen.
126
memiliki wajib pajak paling banyak yaitu 1.042 wajib pajak . Banyaknya
Koperasi di Kecamatan Sirenja berjumlah 9 buah, yaitu berada di Desa
Tanjung Padang, Tompe, lompio, Lende, dan Ujumbou. dengan hanya
mengandalkan jasa perusahaan aitu koperasi tidak heran bahwa sector ini di
kecamatan sirenja hanya memberikan kontribusi sebesar 6 sampai 7 persen.
Tabel 3.28
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 47,00 46,76 46,36 45,82 45,17
Pertambangan
2 2,32 2,21 2,11 2,01 1,93
dan penggalian
Industri
3 2,67 2,61 2,55 2,48 2,47
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,29 0,29 0,28 0,28 0,29
dan Gas
5 Bangunan 13,51 13,67 13,94 14,37 14,71
Perdagangan,
6 Hotel dan 14,44 14,85 15,35 15,81 16,17
Restoran
Angkutan dan
7 4,77 4,66 4,55 4,45 4,41
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 5,77 5,70 5,64 5,57 5,57
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 9,23 9,24 9,21 9,21 9,27
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
127
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.28
Pertanian
9.23
Pertambangan dan
penggalian 5.65
Industri Pengolahan
4.57
Listrik, Air dan Gas
46.22
Bangunan
15.33
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Angkutan dan Komunikasi
14.04
Keuangan, Persewaan, dan
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa 2.12
0.29 2.56
Hasil Analisis:
128
satu sumber pendapatan penduduk yang cukup menjanjikan yang terdiri dari
perkebunan kelapa, kopi, cengkeh coklat, lada, dan pala. Produksi pada sub
sektor kehutanan tidak ada informasi akurat yang dapat dikumpulkan
sehingga datanya tidak dapat disajikan. Sementara itu, pada sub sektor
peternakan diketahui jumlah ternak besar mencapai 2.699 ekor ternak yang
terdiri dari Sapi, Kerbau dan Kuda, sedangkan ternak kecil meliputi
kambing dan babi yang mencapai 2.532 ekor. Di samping itu, tercatat
sebanyak 14.378 ekor ternak unggas yang terdiri dari ayam dan itik. Pada
sub sektor perikanan diketahui bahwa di Kecamatan Balaesang terdapat
kurang lebih 58,5 ha tambak rakyat. Pada umumnya nelayan di daerah ini
menangkap ikan di laut dengan menggunakan pancing, pukat, jala dan alat
tangkap ikan lainnya. Belum ada data yang valid tentang besarnya hasil
tangkapan ikan dari para nelayan di daerah ini.
129
elektronik . Usaha lainnya yang juga terdapat di desa adalah jasa menjahit
pakaian, tukang emas dan salon kecantikan.
130
kebutuhan pokok penduduk yang biasanya juga membeli hasil bumi.
Mengingat jarak kecamatan ini dari ibu kota kabupaten atau provinsi cukup
jauh, maka bagi mereka yang ingin bermalam di daerah ini juga telah
tersedia 5 buah penginapan yang terletak di ibu kota kecamatan. Sector ini
memberikan pendapat dalam kontribusi ekonomi di kecamatan balaesang
sebesar 14 sampai 16 persen.
131
pengeluaran, sedangkan dinamis berarti terjadi peningkatan tabungan
pemerintah. Realisasi penerimaan Alokasi Dana Desa (ADD) desa di
Kecamatan Balaesang tahun 2015 mencapai 5.249.024 juta rupiah,
sedangkan penerimaan Dana Desa (DD) adalah 3.621.091 juta rupiah.
Namun bila dilihat menurut desa akan nampak bahwa besarnya realisasi
penerimaan ADD dan DD sangat bervariasi antar desa. Mengingat masih
rendahnya capaian pembayaran pajak oleh masyarakat maka sangat
dibutuhkan kreativitas pemungut pajak agar pada tahun berikutnya bisa
mencapai target yang telah ditetapkan. Di samping itu, sangat dibutuhkan
kesadaran masyarakat sebagai wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya
dalam membayar pajak. Di sisi lain bahwa belum semuanya para wajib
pajak terdata dengan baik, untuk memperoleh data yang akurat tentang
jumlah wajib pajak solusinya adalah Pemutakhiran data. Koperasi adalah
merupakan soko guru perekonomian bagi masyarakat, baik di daerah
perkotaan maupun masyarakat yang ada di daerah pedesaan. Peranan
koperasi dalam pembangunan perekonomian adalah menghimpun usaha
yang berskala kecil untuk menjadikannya lebih besar dengan segala
aspeknya. Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat, khususnya
masyarakat pedesaan belum memiliki kekuatan ekonomi yang cukup untuk
mengembangkan usahanya sendiri, karenanya mereka memerlukan bantuan
dan bimbingan dari pemerintah melalui koperasi yang dikenal dengan
Koperasi Unit Desa (KUD). Pada tahun 2011 tercatat jumlah KUD di
Kecamatan Balaesang sebanyak 8 unit KUD namun sampai dengan tahun
2015 ini semuanya tidak aktif lagi. Berbagai kendala yang dihadapi oleh
masyarakat dalam mengembangkan koperasi baik kendala teknis maupun
keuangan. Rendahnya kualitas sumber daya manusia yang mengelola
koperasi dapat menjadi salah satu penyebab lemahnya manajemen
keuangan sehingga tidak jarang kita mendengar koperasi bubar karena dililit
oleh hutang
132
perhotelan yang kurang, jika hal itu diperbaiki pasti akan menambah
persentase kontribusi di kecamatan balaesang setiap tahunnya.
Tabel 3.29
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 65,42 66,01 66,74 67,26 67,73
Pertambangan
2 3,95 3,82 3,69 3,55 3,45
dan penggalian
Industri
3 1,19 1,13 1,07 1,03 0,99
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,25 0,24 0,24 0,23 0,23
dan Gas
5 Bangunan 10,24 10,21 10,07 10,04 10,00
Perdagangan,
6 Hotel dan 5,11 4,94 4,80 4,71 4,63
Restoran
Angkutan dan
7 2,34 2,28 2,22 2,18 2,17
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1,75 1,70 1,64 1,59 1,53
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 9,75 9,67 9,53 9,41 9,27
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
133
Grafik 3.29
Pertanian 1.64
2.24 9.53
Pertambangan dan
penggalian
Industri Pengolahan 4.84
Hasil Analisis:
Sektor pertanian cenderung mengalami peningkatan, karena sektor
Balaesang Tanjung merupakan sektor primer. Di mana masyarakatnya
masih banyak yang bercocok tanam di sana. Sektor pertanian di Balaesang
Tanjung yaitu padi, jagung, kedelai dan tanaman holtikultur lainnya. Selain
itu, Balaesang Tanjung juga mempunyai lahan perkebunan seperti kakao
dan cengkeh serta penghasil kopi, lada dan jambu mete di daerahnya. Sektor
pertanian menunjukkan angka yang stabil bahkan meningkat yang berkisar
65,0% di setiap tahun dan terbesar pada tahun 2015 yaitu 67,73%.
Pada sektor pertambangan dan penggalian, mengalami penurunan
setelah tahun 2011, hal ini di karenakan masyarakat di Balaesang
menganggap pertambangan dapat merusak alam, sehingga masyarakat
mengurangi aktivitas untuk pertambangan pada tahun 2012. Potensi sumber
daya mineral yang ada di wilayah Balaesang Tanjung yaitu emas. Namun
semakin tahun aktivitas pertambangan dan penggalian menurun
dikarenakan mulai berkurangnya sumber daya mineral tersebut, apalagi
sumber daya mineral yang dapat diekploitasi di Balaesang Tanjung hanya
134
emas. Dan angka terendah pada tahun 2015 sebesar 3,45% sedangkan angka
tertinggi pada tahun 2011 sebesar 3,95%.
Pada sektor industri pengolahan mengalami penurunan. Industri
pengolahan yang ada di Balaesang Tanjung ialah industri rumah tangga
penyulingan minyak daun cengkeh. Sektor tersebut makin hari makin
menurun dikarenakan, masyarakat mulai mengganti pekerjaan mereka
dengan hal lainnya. Masyarakat lebih memilih untuk bertani karena dinilai
lebih membuahkan hasil di setiap tahunnya. Sektor indutri mencapai angka
tertinggi pada tahun 2011 sekitar 1,19% dan angka terendah sebesar 0,9%.
Sektor air, gas dan listrik merupakan penyumbang PDRB terkecil di
Balaesang Tanjung. Hal ini dikarenakan Balaesang Tanjung merupakan
salah satu daerah tertinggal di Kabupaten Donggala. Oleh karena itu,
masyarakatnya masih menggunakan aliran sungai untuk kegiatan sehari-
hari dan masih bersifat tradisional. Angka pada sektor listrik, air, dan gas
menunjukkan angka terendah pada tahun 2015 dan 2014 sebesar 0,23% dan
angka tertinggi pada tahun 2011 yaitu sekitar 0,25%.
Pada sektor bangunan mengalami angka penurunan, walaupun tidak
signifikan. Pada tahun 2011, Balaesang Tanjung yang merupakan daerah
tertinggal mulai dikembangkan oleh pemerintah dan memperbaiki
infrastruktur untuk kesejahteraan masyarakatnya. Namun angka tersebut
terus menurun dikarenakan pemerintah juga mulai melakukan
pembangunan untuk daerah lainnya di Kabupaten Donggala. Dan angka
terendah pada tahun 2015 sebesar 10,00%.
Pada sektor perdagangan dan perhotelan juga mengalami penurunan.
Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut alam Balaesang Tanjung mulai
terganggu karena adanya aktivitas pertambangan. Destinasi utama pada
Balaesang Tanjung yaitu danaunya, namun kenyataannya aktivitas dari
pertambangan merusak air danau dengan limbah-limbah sehingga tempat
tersebut tidak bersih dan indah lagi. Adapun angka tertinggi sektor ini pada
tahun 2011 sebesar 5,11% dan anka terendah paa tahun 2015 sebesar 4,63%.
Sektor angkutan dan komunikasi mengalami penurunan, dikarenakan
masyarakat lebih memilih transportasi pribadi untuk berpergian. Perbaikan
135
jalan dan infrasturktur memudahkan masyarakat untuk berpergian dan dapat
pergi ke tempat yang mereka tuju tanpa harusmenggunakan jasa angkutan.
Adapun sektor ini menunjukkan angka tertinggi pada tahun 2015 sebesar
2,34% dan yang terendah pada tahun 2015 sebesar 2,17%.
Pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami
penurunan hal ini dikarenakan masyarakat di Balaesang Tanjung memiliki
sektor primer yang unggul disetiap tahunnya. Pada persewaan di Balaesang
Tanjung mengalami penuruna seiring dengan penurunan di sektor
perhotelan. Pada sektor ini angka terbesar pada tahun 2011 sebesar 1,75%
dan angka terendah pada tahun 2015 sebesar 1,53%.
Sektor jasa lainnya juga menurun. Hal ini dikarenakan sektor-sektor
selain sektor pertanian mengalami penurunan. Oleh karena itu sektor jasa
lainnya juga mengalami penurunan sebagai sektor pendorong untuk sektor
lainnya. Penyumbang angka untuk sektor jasa lainnya adalah jasa
pendorong untuk sektor pertanian, angka tertinggi pada tahun 2011 sebesar
9,75% dan angka terendah pada tahun 2015 sebesar 9,27%.
Tabel 3.30
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 59,60 60,19 60,44 60,80 60,15
Pertambangan
2 2,55 2,46 2,42 2,46 2,50
dan penggalian
Industri
3 3,05 2,94 2,87 2,91 2,97
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,26 0,25 0,24 0,23 0,23
dan Gas
5 Bangunan 10,55 10,50 10,48 10,26 10,61
Perdagangan,
6 Hotel dan 8,18 8,18 8,24 8,23 8,49
Restoran
Angkutan dan
7 5,82 5,72 5,67 5,63 5,67
Komunikasi
136
Keuangan,
Persewaan,
8 3,73 3,66 3,64 3,60 3,58
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 6,27 6,10 5,99 5,87 5,80
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.30
Pertanian
3.64
6.01
Pertambangan dan
penggalian 5.70
Industri Pengolahan
Bangunan
10.48
Perdagangan, Hotel dan 60.24
Restoran
Angkutan dan Komunikasi
0.24
Keuangan, Persewaan, dan 2.95 2.48
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Hasil Analisis:
137
kecamatan Dampelas yang menjadi hasil utama dalam pertaniannya ialah
padi dan tanaman pangan hortikula. Dampelas merupakan daerah yang
terbilang pedalaman sehingga masyarakat masih banyak yang bercocok
anam dan memilih sektor primer untuk perekonomiannya.
Pada sektor listrik, air, dan gas terjadi penurunan dari 0,26% menjadi
0,23% pada tahun 2015. Hal ini disebabkan karena adanya perbaikan
infrastruktur dan tahun-tahun selanjutnya karena adanya tuntutan kebutuhan
masyarakat. Masyarakatmenggunakan air danau ataupun sungai untuk
kebutuhan sehari-harinya ataupun dengan program pemerintah untuk
mengalirkan air ke rumah-rumah dan bukan dengan pelayanan PDAM.
138
Pada sektor perdagangan dan hotel di Kecamatan Dampelas cenderung
meningkat di setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena Dampelas
memiliki keindahan alam yang belum ada campur tangan manusia, sehingga
menarik beberapa wisatawan untuk datang ke kecamatan Dampelas.
Adapun wisata yang ada di Dampelas, yaitu Danau Dampelas atau Danau
Talaga, Pantai Bambarano yang terletak di Desa Sabang, Kecamatan
Dampelas. Sehingga Kecamatan Dampelas menyumbang PDRB sebesar
8,49% pada tahun 2015 dengan peningkatan sekitar 1,22% pada tahun
sebelumnya.
139
o) Struktur Perekonomian Kecamatan Sojol
Tabel 3.31
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 56,38 56,10 55,44 55,28 54,11
Pertambangan
2 5,54 5,73 6,02 6,25 6,68
dan penggalian
Industri
3 3,04 2,99 2,94 2,84 2,83
Pengolahan
Listrik, Air
4 0,22 0,21 0,20 0,20 0,19
dan Gas
5 Bangunan 12,05 12,31 12,81 13,09 13,77
Perdagangan,
6 Hotel dan 11,01 11,20 11,41 11,52 11,68
Restoran
Angkutan dan
7 5,46 5,31 5,18 5,02 5,01
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1,99 1,93 1,86 1,79 1,76
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 4,31 4,22 4,13 4,02 3,98
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
140
Grafik 3.31
Pertanian 1.87
4.13
Pertambangan dan 5.20
penggalian
Industri Pengolahan
11.36
Listrik, Air dan Gas
Bangunan
12.81 55.46
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Angkutan dan Komunikasi
0.20
6.04
Keuangan, Persewaan, dan
Jasa Perusahaan 2.93
Jasa-jasa
Hasil Analisis:
141
ekonomi yang sangat besar. Dalam sekali panen bisa menghasilkan hingga
18 milyar rupiah sehingga bisa dilihat bahwa kehidupan masyarakat desa
Tonggolobibi sangat bergantung pada sektor pertanian.
Di sektor industri dan pengolahan sebagai sektor terendah ketiga, hal ini
disebabkan karena kontribusi industrinya yang masih berupa industri
kerajinan rumah tangga yang banyak terdapat di desa Tonggolobibi yang
kalo dijual pun tidak akan membantu banyak perekonomian kecamatan
Sojol.
142
beraspal. Dan sarana komunikasi yang sudah dapat banyak diakses
masyarakat sana dengan menggunakan telepon genggam maupu
smartphone.
Sedangkan yang diwarnai biru adalah lapangan usaha Listrik, Air dan
Gas, dimana lapangan usaha dengan kontribusi terkecil dalam struktur
ekonomi Kabupaten Donggala. Hal ini disebabkan luasnya wilayah dan
terbatasnya kapasitas menyebabkan tidak semua desa dapat terlayani oleh
listrik PLN. Dari sembilan desa yang ada di Kecamatan Sojol baru lima desa
yang terlayani oleh listrik PLN, sisanya masih menggunakan listrik Non
PLN sebagai alat penerangan.
Tabel 3.32
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 46,49 46,37 46,35 46,06 45,69
Pertambangan
2 3,22 3,17 3,13 3,10 3,09
dan penggalian
Industri
3 3,56 3,43 3,31 3,22 3,16
Pengolahan
143
Listrik, Air
4 0,24 0,23 0,22 0,21 0,21
dan Gas
5 Bangunan 12,50 12,57 12,63 12,78 12,91
Perdagangan,
6 Hotel dan 12,69 12,93 13,11 13,38 13,55
Restoran
Angkutan dan
7 9,07 9,12 9,19 9,33 9,60
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 3,36 3,28 3,20 3,14 3,07
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 8,88 8,90 8,86 8,78 8,72
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan
Angka tertinggi dari tahun 2011-2015
Angka tertinggi di tahun tersebut
Angka terendah ditahun tersebut
Angka terendah ditahun 2011-2015
Grafik 3.32
Pertanian
3.69
6.99
Pertambangan dan
penggalian
4.89
Industri Pengolahan
144
Hasil Analisis:
145
memiliki frekuensi kegiatan mingguan. Pembangunan hotel juga dikarenaka
tempat wisata yang banyak menunjang untuk pembangunan hotel.
Dan sektor terendah yaitu sektor Listrik, Air dan Gas dari tahun 2011
sampai dengan 2015 disebabkan berdasarkan Data Statistik Daerah
Kecamatan Sojol Utara tahun 2016, jumlah pelanggan PLN yang tercatat di
Kecamatan Sojol Utara sebanyak 1.788 pelanggan yang tersebar di 3 desa
sedangkan untuk desa pesik dan desa Bengkolli belum terjangkau oleh PLN,
dan untuk pelanggan listrik non PLN sebanyak 75 pelanggan dengan jumlah
gardu listrik sebanyak 11 buah.
146
3.3 Tingkat Kesejahteraan Rakyat
Grafik 3.33
15.0
10.0
5.0
0.0
2011 2012 2013 2014 2015
PDRB Perkapita Kecamatan Rio Pakava Rata-Rata PDRB Perkapita Antar Kecamatan
147
Rio Pakava pada tahun 2011 yaitu mencapai 16,84% dan itu bisa disebut
masih berada dibawah rata-rata , hal ini disebabkan karena pada awal tahun
tahun 2010 sampai 2011 tim penanggulangan kemiskinan kabupaten
donggala melakukan kajian terahadap kecamatan ini, sehingga mengambil
keputusan bahwa kemiskinan terjadi kepada Komunitas Adat Terpencil
(KAT) yang sebagian besar adalah warga kecamatan rio pakava, hal ini
dikarenakan terkait usaha dibidang ekonomi ,masyarakat rio pakava
memilih atau mayoritas dibidang pertanian dan perkebunan dan juga akses
jalan yang belum memadai sehngga membuat mereka kesuliatn untuk
memasarkan hasil produksi mereka yang dapat berpengaruhi terhadap
kesejahteraan masyarakat dikecamatan ini.
148
membuat suatu rukun kekeluargaan atau kelompok untuk membantu
masyarakat yang masih belum memilik pekerjaan atau pendapatan tetap,
sehingga dengan program ini membuat masyarakat boleh mendapatkan
pekerjaan diberbagai jenis tempat yang dapat menghidupkan kehidupan
mereka,sehingga mengapa pada tahun 2014 masyarakat boleh merasakan
kesejahteraan sedikit mulai berkembang.
Tabel 3.34
Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Pinembani 63,01 70,67 73,25 81,30 89,85
149
Grafik 3.34
150
berkembang sedikit demi sedikit, yaitu mereka yang rata-rata bekerja
sebagai petani diperkebunan, sehingga akhir tahun 2013 hasil produksi atau
hasil panen Kopi dikecamatan pinembani boleh di pasarkan ke ibu kota
kabupaten,sehingga kecamatan pinembani termasuk menjadi pemasok Kopi
terbaik di sulawesi tengah.
Tabel 3.35
Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Banawa 11.68 13.10 14.59 16.37 18.13
151
Grafik 3.35
PDRB Per Kapita Kecamatan Banawa
Terhadap Rata-Rata Antar Kecamatan (Juta)
45.00 40.96
40.00 37.07
33.15
35.00 30.27
30.00 26.99
25.00
18.13
20.00 16.37
13.10 14.59
15.00 11.68
10.00
5.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
PBRB Perkapita Kecamatan [sesuaikan] (Juta)
Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)
Hasil analisis:
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa PDRB perkapita kecamatan
Banawa di bawah rata-rata PDRB perkapita antar kecamatan. Hal ini
menunjukkan bahwa kesejahteraan di Kecamatan Bawana belum baik
daripada kecamatan lainnya. Dari tahun 2011 hingga tahun 2015 terus
mengalami peningkatan tetapi masih dibawah rata-rata PDRB antar
kecamatan. Kenaikan angka ini disebabkan oleh pendapat masyarakat yang
mulai meningkat. Pada tahun 2011-2015 mulainya ada pembangunan di
daerah tersebut, sehingga aksesbilitas terjangkau dan memudahkan
masyarakat untuk berpergian dan memajukan daerahnya. Hal ini dapat
menjadikan penambahan untuk PDRB di Kecamatan Banawa.
Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Banawa
Selatan
15.80 17.72 19.72 22.06 24.36
152
Grafik 3.36
Hasil analisis:
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa PDRB perkapita kecamatan
Banawa Selatan di bawah rata-rata PDRB perkapita antar kecamatan. Hal
ini menunjukkan bahwa kesejahteraan di Kecamatan Bawana belum baik
daripada kecamatan lainnya. Dari tahun 2011 hingga tahun 2015 terus
mengalami peningkatan tetapi masih dibawah rata-rata PDRB antar
kecamatan. Kenaikan angka ini disebabkan oleh pendapat masyarakat yang
mulai meningkat. Pada tahun 2011-2015 mulainya ada pembangunan di
daerah tersebut, sehingga aksesbilitas terjangkau dan memudahkan
masyarakat untuk berpergian dan memajukan daerahnya. Hal ini dapat
menjadikan penambahan untuk PDRB di Kecamatan Banawa Selatan.
Tabel 3.37
Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Banawa
Tengah
37,13 41,65 46,42 51,46 56,80
153
Grafik 3.37
20.00
10.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
PBRB Perkapita Kecamatan Banawa Tengah (Juta)
Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)
Hasil analisis:
154
dari tahun ke tahun, hal tersebut tidak menurunkan pendapatan PDRB
perkapita wilayahnya yang menjadi indikator kesejahteraan masyarakat.
155
masyarakat setempat mengenai kapasitas manajerial, teknis maupun sosial.
Saat ini yang didapat dari hutan adalah bambu, rotan, madu, buah-buahan,
aren serta jasa lingkungan seperti sumber air dan wisata. Yang dimana hasil
tersebut dikelola oleh masyarakat untuk dijual maupun untuk konsumsi
sendiri.
Tabel 3.38
Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Labuan 28.08 31.50 34.60 38.73 42.83
Grafik 3.38
10.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
PBRB Perkapita Kecamatan Labuan (Juta)
Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)
156
Hasil analisis:
157
juga akan meningkatkan pendapatan masyarakat di Kecamatan Labuan.
Dengan demikian, meningkat pula tingkat kesejahteraan masyarakat di
Kecamtan Labuan.
Tabel 3.39
Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Tanantovea 24,63 27,63 30,65 34,40 37,97
Grafik 3.39
Hasil analisis
158
, tingkat kesejahteraan rakyat Kecamatan Tanantovea terus meningkat dari
rentang tahun 2011 hingga tahun 2015. Jumlah kenaikan pendapatn
perkapita di Kecamatan Tannatovea setiap tahun cenderung yaitu berkisar
3 juta hingga 3,75 juta. Kenaikan ini terjadi karena meningkatnya jumlah
PDRB tiap tahun di Kecamatan Tanantovea dengan PDRB terbesar ada
pada sektor pertanian . Diringi dengan jumlah penduduk yang hanya
bertambah ratusan dan stabil di angka 15.000an. Namun, walau jumlah
PDRB perkapita Kecamatan Sindue terus meningkat. Tingkat kesejahteraan
rakyat Kecamatan Sindue masih berada di bawah rata – rata perkacamatan
lainnya di Kabupaten Donggala dengan selisih 2,36 juta hingga 2,99 juta
tiap tahun. Dengan artian masyarakat di Kecamatan Tanantovea kurang
sejahtera jika dibandingkan dengan beberapa kecamatan lain di Kabupaten
Donggala. Hal ini dikarenakan tidak meratanya kesejahteraan rakyat tiap
kecamatan di Donggala. Jumlah pendapatan per kapita Kecamatan
Tanantovea sendiri masih kalah dengan 7 kecamatan lainnya, yaitu
Kecamatan Pinembani, Banawa Tengah, Labuan, Tambusabora, Sindue
Tobata, Balaesang Tanjung dan Kecamatan Sojol Utara yang dimana
memiliki pendapatan per kapita yang tinggi.
Tabel 3.40
Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Sindue 20.29 22.75 25.31 28.44 31.38
159
Grafik 3.40
Hasil analisis:
Seperti yang dapat kita lihat dari hasil di atas tabel dan grafik PDRB
Perkapita kecamatan sindue mengalami peningkatan disetiap tahunnya dari
tahun 2011 yang sebesar 20.29 hingga tahun 2015 sebesar 31.38, namun
PDRB Perkapita dikecamatan sindue masih dibawah rata-rata PDRB
dikecamatan lainnya, disini menandakan bahwa tingkat kesejahteraannya
penduduknya masih relatif rendah daripada rata-rata antar kecamatan lain.
Tetapi jika kita lihat secara seksama kesejahteraan penduduk di kecamatan
sindue mulai membaik dari tahun ke tahun (2011-2015). Hal ini tidak
terlepas dari beberapa faktor, terutama pada sektor pertanian dan
160
pertambangan yang merupakan sumber kehidupan dan pendapatan
masyarakat yang rata-rata masyarakatnya berprofesi sebagai petani dan
penambang sumber daya energi, walaupun masih terdapat beberapa
permasalahan infrastruktur di setiap sektor seperti irigasi yang kurang pada
sektor pertanian tetapi saat ini pemerintah telah memperbaiki permasalahan
ini sehingga para petani dapat dengan leluasanya melakukan kegiatannya,
pemerintah juga telah memperbaiki jalan untuk mempermudah akses
masyarakat melakukan kegiatan pekerjaan. Hal ini membuat peningkatan
PDRB perkapita di kecamatan sindue sedikit demi sedikit meningkat.
Tabel 3.41
Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Sindue
Tambusabora
33,04 37,07 40,55 45,21 50,05
Grafik 3.41
50.00 50.05
45.21
40.00 40.55 40.96
37.07 37.07
33.04 33.15
30.00 30.27
26.99
20.00
10.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
PBRB Perkapita Kecamatan Sindue Tombusabora (Juta)
Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)
161
Hasil analisis:
162
mengambil kebijakan memindahan pasar Desa Tibo dari lokasi pasar lama
di dusun II ke lokasi pasar baru di pinggiran Dusun I. Pasar baru Desa Tibo
masuk dalam jenis pasar tradisional,hal ini dapat dilhat dari bangunan yang
terdapat dipasar baru Desa Tibo yaitu adanya bangunan los, kios,
warung,dan tenda pedagang. Menurut Wujud barang pasar baru Desa Tibo
mesuk dalam jenis pasar kongkret, dimana Penjual dan pembali serta barang
yang diperjual balikan Di pasar baru Desa Tibo benar-benar ada.
Pemindahan pasar ini membuat tingkat perekonomian masyarakat di
Kecamatan Sindue Tombusabora meningkat karena para petani lebih mudah
menjual hasil dari pertaniannya.
Tabel 3.32
Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Sindue
Tobata
42,62 47,81 52,55 59,18 65,34
Grafik 3.32
20.00
10.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
PBRB Perkapita Kecamatan [Sindue Tobata] (Juta)
Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)
163
Hasil analisis:
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa PDRB perkapita kecamatan
Sindue Tobata di atas rata-rata PDRB perkapita antar kecamatan.Hal ini
menunjukan bahwa tingkat kesejahteraan di kecamatan Sindue tobata
sangat baik.Tentu saja ada faktor yang mempengaruhi di balik hal
tersebut,tahun 2011 sampai 2015 contohnya,seperti yang kita lihat bahwa
terus terjadi kenaikan.Kenaikan angka kesejahteraan ini di sebabkan oleh
meningkatnya pendapatan masyarakat.Terdapat juga beberapa hal lainnya
yang menjadi penunjang yaitu dari sektor mineral ada batu bara,dari sektor
perkebunan ada kebun kakao,dari sektor peternakan terdapat ternak
sapi,kambing dan ungas(ayam) yang lumayan banyak.Tapi pada umumnya
sektor pertanian yang menjadi penunjang dominan di kecamatan Sindue
tobata.Pada tahun 2014, pasca terjadi kekeringan,pemerintah mendukung
pembangunan yang multi dimensi yang mana melibatkan aparat
pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah bahkan desa
sekalipun,hal ini tentu saja dapat menjadi penambahan untuk PDRB di
kecamatan Sindue Tobata.
Tabel 3.33
Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Sirenja 18,51 20,76 23,16 25,95 28,70
164
Grafik 3.33
Hasil analisis:
165
Maih dengan kondisi irigasi di sebagian besar sawah yang masih rusak,
tetapi peningkatan dalam bidang industry sudah cukup membaik. Terbukti
pada tahun 3013 jumlah industry seperti industry anyaman, sulaman, dan
perbengkelan terus membaik dan menunjukan peningkatan jumlah.
Pada tahun 2013 PDRB terus meningkat di angka 23,16% masoh sama
dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu masih di bawah rata-rata antar
kecamatan. Di tahun ini kondisi sektor industry semakin membaik
kemudian untuk sektor komuuniasi juga semakin membaik apalagi terhadap
TIK dan kondisi jalan juga semakin membaik dan rata-rata sudah diaspal.
Hanya saja ada beberapa akses untuk ke beberapa dusun yang masih
mempunyai jalan yang jelek.
Tabel 3.34
Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Balaesang 16,41 18,40 20,43 22,93 25,31
166
Grafik 3.34
Hasil analisis:
Selama lima tahun yaitu dari tahun 2011 sampai tahun 2015 Kecamatan
Balaesang menunjukan peningkatan PDRB disetiap tahunnya. hanya saja
penigkatan yang diperoleh oleh Kecamatan Balaesang tidak bisa melebihi
angka kesejahteraan di rata-rata kecamatan yang ada dan artinya meskipun
angkanya terus naik tetapi itu semua masih cukup jauh untuk menyusul rata-
rata antar kecamatan.
Pada tahun 2011 PDRB menunjukan angka 16,41%, hal itu disebabkan
oleh masih sederhananya sistem penampakan ikan yang berdampak pada
pendapatan nelayan yang sedikit. Pada sub sektor perikanan diketahui
bahwa di Kecamatan Balaesang dari 9 desa pesisir, Pada umumnya
nelayan di daerah ini menangkap ikan di laut dengan menggunakan
pancing, pukat, jala dan alat tangkap ikan lainnya.
167
Pada tahun 2013 angka PDRB do Kecamatan Balaesang terus
mengalami peningkatan yaitu sebesar 20,43%. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya hasil panen dari sektor pertanian yaitu pada sub sektor
perkebunan yaitu meningkatnya hasil produksi pala sebesar 2.180 ton.
Pada tahun 2014 PDRB menujukan angka 22,93% terus membaik dari
tahun-tahun sebelumnya. Selain didapatkannya dari hasil pertanian, listrik
juga mulai tersebar secara merata dan pasti akan menambah pemasukan di
Kecamatan Balesang,
Pada tahun 2015 angkanya terus naik menjadi 25,31% disebabkan oleh
hampir semua sektor perekonomian terus mengalami perbaikan dan Di
Kecamatan Balaesang terdapat 9 buah jembatan permanen, 9 buah
jembatan semi permanen. Keberadaan sarana angkutan seperti mobil
barang ataupun penumpang semakin dirasakan manfaatnya untuk
mempercepat arus lalu lintas barang dari daerah/tempat produksi menuju
ke tempat-tempat pemasaran.
Tabel 3.35
Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Balaesang
Tanjung
36,14 40,53 44,57 50,00 55,26
168
Grafik 3.35
20.00
10.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
Hasil analisis:
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa PDRB perkapita kecamatan
Balaesang Tanjung di atas rata-rata PDRB perkapita antar kecamatan. Hal
ini menunjukkan bahwa kesejahteraan di Balaesang Tanjung sangat baik.
Dari tahun 2011 hingga tahun 2015 terus mengalami peningkatan. Kenaikan
angka kesejahteraan ini disebabkan oleh pendapatan masyarakat yang
semakin meningkat. Beberapa hal lainnya yaitu meningkatnya produksi
sektor utama di Balaesang Tanjung. Pada tahun 2011-2015 sektor utama
Balaesang Tanjung yaitu pertanian terus meningkat ditambah dengan
adanya pembangunan di daerah Balaesang Tanjung pada tahun 2014,
sehingga aksesbilitas terjangkau dan memudahkan masyarakat untuk
berpergian dan memajukkan daerahnya di bidang pariwisata. Hal ini dapat
menjadikan penambahan untuk PDRB di Balaesang Tanjung.
169
utama Balaesang Tanjung tidak berkurang karena masyarakat masih
mengembangkan daerah agrarisnya dan bahkan bersama pemerintah,
masyarakat mengadakan mesin produksi beras dan program menjaga
tanaman-tanaman dari hama sehingga tanaman-tanaman tidak rusak. Dan
pada tahun selanjutnya terus terjadi perkembangan sehingga terjadi
kenaikan angka untuk Balaesang Tanjung.
Tabel 3.36
Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Balaesang
Tanjung
36,14 40,53 44,57 50,00 55,26
Grafik 3.36
30
18.12 20.05
14.5 16.13
20 12.92
10
0
2011 2012 2013 2014 2015
Hasil analisis:
170
PDRB terendah kedua setelah Kecamatan Banawa diantara semua
kecamatan dalam 2011 hingga 2015. Namun, tiap tahun PDRB Kecamatan
Dampelas terus naik selama 2011-2015 menandakan bahwa tingkat
kesejahteraan masyarakat Kecamatan Dampelas masih terus berkembang,
dalam menunjang hidupnya, pendidikan, penghasilan maupun yang lainnya.
Tabel 3.37
Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Sojol 14,71 16,50 18,23 20,38 22,52
Grafik 3.37
Hasil analisis:
171
ekonomi berkaitan langsung dalam mengukur tingkat kesejahteraan suatu
wilayah, akan tetapi keterkaitan itu kadang tidak sejalan. Ketika negara-
negara miskin bertransformasi menjadi negara kaya, pertumbuhan ekonomi
yang diukur oleh Produk Domestik Bruto (PDB) dapat menjadi ukuran
kesejahteraan, selama pendapatan yang dihasilkan tidak disia-siakan untuk
barang-barang konsumsi atau dikorupsi oleh para elit, dan memberikan
lebih banyak pendidikan, layanan kesehatan, perumahan yang layak,
kesempatan dan kepemilikan materi yang lebih banyak. Singkatnya,
banyaknya barang dan uang tidak serta merta setara dengan peningkatan
kesejahteraan dan kebahagiaan. Salah satu indikator untuk mengukur
kesejahteraan rakyat adalah PDRB perkapita, semakin tinggi PDRB
perkapita maka akan semakin sejahtera rakyatnya.
172
p) PDRB Perkapita Kecamatan Sojol Utara (Juta)
Tabel 3.38
Tahun
Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
Sojol Utara 39,97 44,84 49,48 55,55 61,49
Grafik 3.38
20.00
10.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
PBRB Perkapita Kecamatan [sesuaikan] (Juta)
Rata-rata PDRB Perkapita antar Kecamatan (Juta)
Hasil analisis:
Dari data di atas dapat di lihat bahwa PDRB perkapita kecamatan Sojol
Utara di atas rata-rata PDRB perkapita antar kecamatan. Hal ini menunjukan
bahwa tingkat kesejahteraan di kecamatan Sojol Utara sangat baik.
Mengapa? Hal ini disebabkan, masyarakat di kecamata Sojol Utara berbagai
kebutuhanya di berbagai sektor sudah terpenuhi dengan baik. Misalnya,
pada sektor kesehatan yang merupaka aspek penting penunjang
kesejahteraan rakyat, dimana memiliki puskesmas, puskesmas pembantu,
pondok bersalin desa, pos kesehatan desa, posyandu dan penyediaan sarana
kesehatan lainnya. Serta diberika dokter, bidan dan suster tambahan utuk
selalu meningkatkan kesehatan masyarakat. Lalu untuk di bidang pertanian
sendiri sebagai sektor penghasilan utama, pemerintah memberika bantuan
173
benih padi sebesar 36.500 kilogram (kg), benih jagung hibrida sejumlah 180
ton (12.000 hektar) dan kedelai 51 ton (1.275 hektar) untuk mencapai
sasaran produksi sekaligus dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani di Kecamatan Sojol Utara.
Permasalahan yang selalu muncul dari tahun ke tahun apalagi kalau bukan
inflasi di indonesia. Dengan berbagai macam permasalahan yang ada di negara
kita, secara tidak langsung tentunya akan mempengaruhi tingkat inflasi.
Dalam hal ini Indeks Harga Konsumen sangat berpengaruh. Terkadang suatu
kondisi juga dapat terjadi deflasi. Hal ini terjadi ketika harga yang berlaku dari
satu waktu ke waktu lainnya terjadi penurunan dan diakibatkan oleh berbagai
hal. Berikut adalah analisis tingkat inflasi Kabupaten Donggala.
Tabel 3.39
Grafik 3.39
174
Hasil analisis:
Dapat dilihat laju inflasi pada kecamatan Rio Pakava pada tahun 2011
mencapai 3,84% berada di bawah rata-rata, dan mengalami kenaikan yaitu
pada tahun 2012 mencapai 4,81% . hal ini disebabkan karena pada
penghujung tahun 2011 ada penguasaan lahan yang dilakukan oleh para
petani yang membuat lahan perkebunan semakin meningkat , dengan begitu
membuat hasil produksi perkebunan bertambah akibatnya harga produksi
produksi pasar meningkat pada tahun 2011-2012.
Setelah inflasi tahun 2014 naik, selanjutnya inflasi pada tahun 2015
mengalami penurunan kembali sehingga mencapai 4,65% yaitu mencapai
di bawah rata-rata, hal ini disebabkan karena kondisi cuaca berubah-ubah
yang kurang memungkinkan sehingga menyebabkan banjir yang sangat
tinggi, sehingga para petani bahkan buruh mengalami kesusahan dalam
bekerja, dan membuat hasil produksi dalam perkebunan dan pertanian juga
memburuk,banyak hama bahkan kadang mengalami pembusukan hasil
panen, hasil produksi di laut bahkan sungai menurun juga akibat cuaca yang
175
memburuk membuat para nelayan kesulitan untuk menangkap ikan,
sehingga biaya produksi dipasaran kembali menurun.
Tabel 3.40
Grafik 3.40
7.0
6.0
5.0 4.1 5.81
5.2 5.3
4.0 4.81 4.65
3.97
3.0 3.84 3.8
2.0 3.1
1.0
0.0
2011 2012 2013 2014 2015
Inflasi Kecamatan Pinembani Rata-Rata Inflasi Antar Kecamatan
Hasil analisis:
176
semakin mulai berkembangnya kebutuhan konsumen sehingga membuat
para pemasok membuat hasil produksi setiap sektor mengalami peningkatan
Tabel 3.41
177
Grafik 3.41
3.0
2.0
1.0
0.0
2011 2012 2013 2014 2015
Hasil analisis:
178
d) Tingkat Inflasi Kecamatan Banawa Selatan
Tabel 3.42
Grafik 3.42
2.0
1.0
0.0
2011 2012 2013 2014 2015
Tabel 3.43
179
Grafik 3.43
3.00
2.00
1.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
Hasil Analisa:
Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga secara umum secara terus-
menerus dalam periode tertentu yanf disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, permintaan atau daya tarik masyarakat yang kuat terhadap suatu
barang, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi
barang.
180
berarti harga barang di Kecamatan Banawa Tengah terus mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun.
Kenaikan inflasi atau harga barang yang terjadi dari tahun ke tahun ini
disebabkan karena posisi Kecamatan Banawa Tengah ini dekat dengan
Ibukota Kabupaten yaitu Kecamatan Banawa, tentunya posisi tersebut akan
berpengaruh ke Kecamatan Banawa Tengah baik itu dari segi infrastruktur,
komunikasi, dan transportasi. Dan tentu dalam pembangunan fasilitas-
fasilitas yang ada tentu mempengaruhi angka inflasi karena permintaan akan
barang seperti konstruksi tentu meningkat. Contoh pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah Kecamatan Banawa Tengah yaitu jembatan
Towale-Baneoge. Selain itu yang menyebabkan semakin meningkatnya
angka inflasi di Banawa Tengah dari tahun ke tahun adalah adanya tempat
rekreasi yang tentu akan meningkatkan nilai harga penjualan oleh barang
yang dijual masyarakat kepada pengunjung, seeprti kerajinan tenun ikat
yang dibuat oleh masyarakat setempat, karena harga bahan bakunya yang
cukup tinggi dan cara pembuatannya menggunakan cara manual bukan
mesin maka harga jual dari kerajinan ini juga cukup tinggi. Perumahan juga
salah satu yang menjadi penyebab naiknya angka inflasi Kecamatan
Banawa Tengah karena posisi yang dekat dengan Ibukota maka banyak
masyarakat yang melakukan migrasi, dan tentu masyarakat yang melakukan
migrasi tersebut akan menetap di Kecamatan Banawa Tengah hal ini akan
berbanding lurus dengan semakin tingginya anka permintaan untuk tempat
tinggal yakni perumahan. Semakin banyak masyarakat yang melakukan
transmigrasi ke Banawa Tengah tentu akan semakin tinggi pula jumlah
kebutuhan masyarakat akan pasar, yang lagi lagi akan mempengaruhi angka
inflasi. Selain itu nilai tukar nilai mata uang rupiah ke mata uang dolar pada
tahun-tahun tersebut lemah, hal ini juga merupakan salah satu penyebab
terjadinya inflasi.
181
penduduknya berada diusia produktif atau masih dalam usia sekolah, tentu
kebutuhan dan perminatan pada bidang pendidikan juga meningkat mulai
dari SD, SMP sampai SMA. Selain itu dalam bidang transportasi
permintaan dan perminatan akan barang otomotif seperti motor juga terus
meningkat, banyak masyarakat di Kecamatan Banawa Tengah rata-rata
sudah memiliki kendaraan roda 2 sendiri. Dalam hal komunikasi juga
masyarakat saat ini sudah jarang terlihat menggunakan telepon rumah,
mereka mulai beralih ke penggunaan telepon genggam ataupun smartphone
yang angka permintaan dan penjualannya juga meningkat dari tahun ke
tahun, adapun elektronik lain seperti radio juga sudah jarang terlihat
masyarakat menggunakannya, masyarakat sudah beralih ke penggunaan
televisi yang dari tahun ke tahun angka penjualannya juga semakin
meningkat.
182
f) Tingkat Inflasi Kecamatan Labuan
Tabel 3.44
Grafik 3.44
3.0
2.0
1.0
0.0
2011 2012 2013 2014 2015
Hasil analisis:
Dapat dilihat laju inflasi di kecamatan Labuan pada tahun 2011 berada
di atas rata-rata inflasi antar kecamatan yaitu mencapai 4,79%, lalu terjadi
sedikit penurunan di tahun 2012, dengan laju inflasi kecamatan yang berada
di bawah rata-rata inflasi antar kecamatan yaitu mencapai 4,68%. Hal ini
dikarenakan pemerintah membangun jalan dan jembatan. Sehingga pada
tahun ini Kecamatan Labuan sudah memiliki panjang jalan 49 km dan
jembatan sebanyak 24 buah dengan panjang 365 m. Dengan pembangunan
jalan dan jembatan ini mengakibatkan lancarnya distribusi barang sehingga
harga tidak terjadi peningkatan.
183
Kemudian pada tahun 2013, laju inflasi Kecamatan Labuan kembali
mengalami penurunan yang mencapai 4,61%, meskipun masih di atas rata-
rata inflasi antar kecamatan. Hal ini di karenakan komoditi jagung pada
tahun 2012 yang memunyai luas panen sebesar 407 Ha naik menjadi 473 ha
pada tahun 2013. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya jumlah hasil
panen yang di produksi, sehingga membuat turunnya harga barang dan
meningkatnya daya beli masyarakat.
Setelah itu, pada tahun 2014 laju inflasi Kecamatan Labuan ini
meloncak naik mencapai 6,31% dan tentunya nilai ini berada di atas rata-
rata inflasi antar kecamatan. Hal ini dikarenakan sektor pertanian tanaman
pangan yang merupakan sumber penghasilan utama penduduk Kecamatan
Labuan mengalami penurunan yang drastis. Luas panen padi pada tahun
2013 sebanyak 118 ha turun drastis menjadi 26 ha pada tahun 2014.
Begitupun dengan produksi padi mengalami penurunan yang sangat
signifikan dimana pada tahun 2013 produksi padi 368.1 ton turun menjadi
124.8 ton pada 2014. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah hasil
panen yang diproduksi, sehingga membuat harganya barang melambung
tinggi dan berkurangnya daya beli masyarakat.
184
dari tahun sebelumnya, tentunya hal ini mempermudah pendistribusian
barang hasil produksi. Sehingga dapat menekan laju inflasi.
Tabel 3.45
Grafik 3.45
6.0
5.8
5.5
5.0 4.9 5.0 5.81
4.6 4.65
4.81
4.0 3.84 3.97
3.0
2.0
1.0
0.0
2011 2012 2013 2014 2015
Hasil analisis:
Pada tahun 2011 besar inflasi di Kecamatan Tannatovea adalah 4,59 dan
diatas rata rata inflasi di Kecamatan Tanantovea. Inflasi di Kecamatan
Tanantovea sebagain besar disumbangkan oleh pertanian dikarenakan
naiknya harga hasil produksi pangan dan bahan – bahan makanan.
Walaupun sektor pertanian merupakan potensi dari Kecamatan Tanantove
185
dikarenakan tidak disertai pengelolaan yang benar dan akibat ada hambatan
dalam pertanian contonya karena banjir menyebabkan hasil produksi yang
ada tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan dalam wilayah Kecamatan
Tanantovea. Sehingga membuat harga pangan di Kecamatan Tanantovea
meningkat dan menyebabkan inflasi di Kecamatan Tanatovea berada di nilai
rata – rata inflasi antar kecamatan di Kabupaten Donggala.
186
disebabkan turunnya bahan bakar minyak(BBM). Dikarenakan
menurunnya harga bahan bakar minyak, mempengaruhi harga barang
lainnya seperti harga sembako, semen, listrik dll. Penurunan harga barang
ini dikarenakan bahan bakar minyak mempengaruhi biaya transportasi yang
dimana memerlukan bahan bakar minyak dan biaya listrik yang dimana
menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel yang memerlukan bahan
bakar.
Tabel 3.46
Grafik 3.46
6.0 5.9
5.0 5.0 4.8
4.5 4.7 5.81 4.65
4.0 3.84 3.97
4.81
3.0
2.0
1.0
0.0
2011 2012 2013 2014 2015
Hasil analisis:
187
peningkatan jumlah penduduk sehingga permintaannya meningkat dan
mempengaruhi inflasi.
Tingkat inflasi ditahun 2014 adalah inflasi tertinggi dari tahun 2011-
2015 dengan besar inflasi 6,64% diatas rata-rata inflasi kecamatan lain.
Peningkatan ini terjadi karena adanya penurunan laju pertumbuhan di sektor
pertanian di tahun 2014, penurunan ini disebabkan lahan sawah di desa
sumari tidak ditanami karena bermasalahnya pada irigasi. Sehingga terjadi
peningkatan pada sektor industri dan pengolahan tentunya disebabkan
dengan adanya permintaan dan kebutuhan masyarakat yang meningkat demi
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti sandang dan pangan di mana pada
tahun tersebut sektor pertanian mengalami penurunan sehingga diperlukan
pangan bagi masyarakat.
188
kecamatan lainnya, ini dikarenakan pada sektor pertanian dengan laju
pertumbuhannya pada tahun 2015 sebesar 3,24%, penurunan pada sektor ini
disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti cuaca atau udara yang
buruk serta irigasi yang kurang atau tidak dapat dijangkau oleh sebagian
petani didaerah tertentu, penyebab lainnya juga disebabkan oleh bekas
aktivitas dipertambangan serta dampak pencemarannya pada kecamatan
sindue, sehingga menyebabkan sektor pertanian menurun terutama pada
perkebunan. Hal ini membuat meningkatnya permintaan demi memenuhi
kebutuhan dan dari ini dapat mempengaruhi laju inflasi.
Tabel 3.47
Grafik 3.47
6.0
5.81
5.4
5.0 5.0 5.1
4.81
4.8 4.8
4.65
4.0 3.84 3.97
3.0
2.0
1.0
0.0
2011 2012 2013 2014 2015
Hasil analisis:
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa inflasi di Kecamatan Sindue
Tambusabora mengalami naik dan turun. Pada tahun 2011 inflasi di
189
Kecamatan Sindue Tambusabora sebesar 5,03% diatas rata rata inflasi antar
kecamatan. Hal ini disebebkan karena semakin bertambahnya penduduk
yang mengakibatkan harga produksi pasar meningkat di Kecamatan Sindue
Tombusabora sehingga berpengaruh pada kenaikan inflasi.
190
produksi yang dapat diambil dari sektor pertanian dan perkebunan dan
aksesbilitas yang tidak terlalu baik, sehingga menyebabkan contohnya sayur
sayuran mengalami busuk diperjalanan yang dapat merugikan petani di
kecamatan ini.
Tabel 3.48
Grafik 3.48
3.00
2.00
1.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
Hasil analisis:
191
adanya ketidaklancaran distribusi barang.Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi
adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga.
Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan
inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan
dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-
menerus dan saling pengaruh-memengaruh.
Sedangkan di tahun 2015 data yang ada,di angka 4,97 yang mana artinya
mengalami kenaikan,hal ini di picu oleh faktor bertambahnya jumlah
192
penduduk yang berada di kecamatan Sindue Tobata pada tahun tersebut dan
juga di tambah faktor hari hari besar yang ada di kecamatan Sindue Tobata
sendiri baik itu hari raya nasional maupun adat istiadat setempat.
Tabel 3.49
Grafik 3.49
3.0
2.0
1.0
0.0
2011 2012 2013 2014 2015
Hasil analisis:
193
Pada tahun 2012 inflasi semakin meningkat diatas rata-rata Kecamatan
yaitu sebesar 4,84 %. Selain diperparah oleh kondisi irigasi yang masih
rusak, kondisi jalan menuju dusun-dusun yang ada di Kecamatan Sirenja
berada pada kondisi buruk, dan jalan yang berada di beberapa dusun belum
diaspal sehingga akan menghambat proses pendistribusian barang dan akan
berpengaruh pada kelangkaan barang yang ingin dicari.
Pada tahun 2015 kembali terjadi inflasi sebesar 5,41%. Hal ini terjadi
karena Target pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Sirenja sebesar
118.757 juta sedangkan yang terealisasi hanya sebesar 58.187 juta. Wajar
jika inflasi kembali terjadi.
Tabel 3.50
194
Grafik 3.50
3.0
2.0
1.0
0.0
2011 2012 2013 2014 2015
Hasil analisis:
Dari tahun 2011 sampai tahun 2015 juga tercatat bahwa hasil produksi
padi semakin menurun, hal itu disebabkan karena luas lahan pertanian
semakin tahun semakin berkurang sehingga dengan semakin berkurangnya
produksi akan menyebabkan kelangkaan barang dan harga juga semakin
195
meningkat. Pada tahun 2015 tanaman pala dan daging sempat mengalami
kenaikan produksi sehingga angka inflasi semakin berkurang.
Tabel 3.51
Grafik 3.51
6.00
5.81
5.37
5.00 4.84 4.94 5.71
4.68 4.65
4.00 3.84 4.81 3.97
3.00
2.00
1.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
Hasil analisis:
196
rata inflasi kecamatan. Hal ini terjadi dikarenakan pada saat 2011
menurunnya produksi pertanian di kecamatan Balaesang Tanjung yang
menjadikan naiknya kebutuhan pokok masyarakat. Pada tahun 2012, inflasi
menurun dari tahun 2011 karena produksi pertanian mulai membaik namun
tidak rendah dari rata-rata inflasi kecamatan yang berselisih 0,10%. Pada
tahun 2013 inflasi menurun lagi hingga 4,68% begitu pula dengan inflasi
rata-rata kecamatan, hal ini disebabkan semakin membaiknya produksi
bahan pokok dan biaya produksinya namun tidak lebih rendah dari inflasi
rata-rata kecamatan karena semakin tinggi juga permintaan akan bahan
pokok makanan, seiring dengan pertumbuhan penduduk di Balaesang
Tanjung.
Pada tahun 2014, mulai meninggi pada tahun ini, Balaesang Tanjung
pernah terkena gempa sehingga infrastruktur maupun hasil pertanian
banyak yang rusak. Oleh karena itu, terjadinya inflasi di mana permintaan
akan bahan poko tingi sedangkan suplai rendah, di tambah dengan
kerusakan dari jalan sehingga masyarakat sulit untuk berpergian. Pada tahun
2015 kembali menurun karena telah ada perbaikan jalan yang memperkecil
biaya produksi dan hasil pertanian sudah kian membaik pada tahun 2015
berkurang sekitar 0,34% dari sebelumnya.
Tabel 3.52
197
Grafik 3.52
7 6.26
5.81 5.63
6 5.47
4.81 4.65
5
3.89 3.97
4
3 3.84
0
2011 2012 2013 2014 2015
Hasil analisis:
Dapat kita lihat pada tabel grafik diatas bahwa pergerakan inflasi pada
Kecamatan Dampelas dari tahun 2011-2015 cenderung naik turun dan tetap
berada diatas rata-rata inflasi antar kecamatan.
Pada tahun 2011, inflasi pada kecamatan Dampelas berada pada angka
3,89 yang berbanding sedikit dengan rata-rata inflasi antar kecamatan yang
berada pada angka 3,84.
Pada tahun 2012, inflasi kecamatan dan rata-rata inflasi antar kecamatan
naik, inflasi Kecamatan Dampelas menyentuh angka 6,26
198
tersebut, petani yang memiliki areal sawah beririgasi teknis bisa menanam
padi dua kali setiap tahunnya.
Dari hal diatas dapat kita ketahui bahwa rata-rata inflasi yang dialami
Kecamatan Dampelas masih masuk kategori inflasi ringan dikarenakan
angka masih berada dibawah 10%.
Tabel 3.53
199
Grafik 3.53
6.0 5.81
5.2 5.4
5.0 5.0 5.0
4.65
4.0 3.84 4.81 3.97
3.0
2.0
1.0
0.0
2011 2012 2013 2014 2015
Hasil analisis:
Dapat dilihat berdasarkan tabel, pada tahun 2011 ke 2012 tingkat inflasi
menurun sedikit, dan di tahun 2013 naik sedikit dan di tahun 2014 melonjak
naik. Hal ini disebabkan, di tahun 2014 Sojol mengalami kasus kekeringan
yang luar biasa, sebanyak 2,63 hektar lahan sawah milik warga yang
mengakibatkan banyak petai sawah tidak bisa melakukan penanaman padi
kembali sedangkan yang sudah ditanam terancam gagal panen. Tentunya
hal ini membuat kegiatan pertanian yang merupakan sektor penunjang
utama kecamatan Sojol menjadi terhambat dan mengalami kerugian yang
luar biasa. Selain itu, gempa bumi, tsunami dan likuefaksi yang
meluluhlantakkan Donggala mejadi pemicunya
200
(fault) Palu–Koro sepanjang 1000 km yang terentang dari Palu sampai
Teluk Bone, hampir sejajar dengan barisan pegunungan Takolekaju.
Sedangkan kawasan daratan sekitar pusat gempa 7,4 SR itu, seperti
kabupaten Donggala, disusun oleh oleh batuan berumur pra Tersier, Tersier
dan Kuarter. Batuan ini sebagian telah mengalami pelapukan. Endapan
Kuarter tersebut, menurut analisis PVMBG, pada umumnya bersifat urai,
lepas, lunak, belum kompak (unconsolidated), bersifat memperkuat efek
goncangan gempabumi.
Gempa dan tsunami pernah terjadi pada tahun 1927, 1930, 1938, 1968,
1996, 1998, 2012 dan 2015.
201
Akibat adanya bencana gempa bumi dan tsunami ini, empat sektor
pendongkrak perekonomian di Sulteng terutama di Kabupaten Donggala
lumpuh memakan waktu yang cukup lama. Empat sektor tersebut adalah
pertanian, perdagangan, perhotelan dan restoran serta jasa-jasa. Tidak ada
yang bertani, berjualan maupun pergi jalan-jalan pascabenana tersebut.
Inflasi yang diatas rata-rata akibat bencana tentunya akan sangat susah
untuk dikendalikan. Penyebab inflasi yakni harga tiket pesawat dan pangan
yang naik sangat tinggi pasca bencana. Karena untuk mendorong
pemerintah melakukan perbaikan demi perbaikan dari rumah sampai ke
infrastruktur daerah memaka waktu yang cukup lama.
Tabel 3.54
Grafik 3.54
3.0
2.0
1.0
0.0
2011 2012 2013 2014 2015
202
Hasil analisis:
Dapat dilihat berdasarkan tabel tingkat inflasi kecamatan Sojol Utara
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan walau tidak terlalu signifikan.
Seperti di tahun 2011-2013 laju inflasi sedikit menurun, dan di tahun 2014
melonjak naik di atas rata-rata. Hal ini disebabkan di tahun 2014 terjadi
kekeringan yang luar biasa pada musim kemarau tahun ini. Akibatnya,
banyak petani sawah tidak bisa melakukan penanaman padi kembali
sedangkan yang sudah ditanam terancam gagal panen. Dari target tanam
padi di Kabupaten Donggala antara April sampai September 2015 ini
semestinya 11.08 hektar, namun adanya kekeringan sangat sulit untuk
mencapai target itu.
Selain itu, gempa bumi dan tsunami yang sering terjadi di Kabupaten
Donggala membuat kecamatan yang ada di dalamnya ikut terkena dan
merasakan dampaknya. Seperti bangunan rumah yang rusak, dan beberapa
hotel serta restoran dan berbagai pusat hiburan terganggu akibat bencana
ini.
203
BAB IV
Hasil Analisa
a) Rio Pakava
Tabel 4.1 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Rio Pakava
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian
1,41 1,35 1,44 2,03 1,50
Pertambangan
2
dan penggalian 0,32 0,29 0,29 0,23 0,25
204
Industri
3
Pengolahan 0,50 0,47 0,48 0,41 0,48
5 Konstruksi
1,06 1,01 1,06 0,90 1,04
Perdagangan,
6 Hotel dan
0,76 0,75 0,81 0,71 0,85
Restoran
Angkutan dan
7
Komunikasi 0,71 1,50 0,70 0,60 0,69
Keuangan,
Persewaan, dan
1,00 0,94 0,98 0,84
Jasa 0,98
8
Perusahaan
9 Jasa-jasa
0,87 0,83 0,88 0,76 0,90
Hasil analisis:
205
cukup baik, mereka setiap tahunnya memiliki perluasan lahan khusus untuk
lahan pertanian, memiliki lahan atau tanah yang cukup subur untuk jenis
jenis sayur –sayuran dan buah-buahan. Kecamatan Rio pakava merupakan
kecamatan terluas di dikabupaten donggala, sehingga kontribusinya
terhadap sektor pertanian juga cukup besar. Hampir seluruh masyarakat
dikecamatan rio pakava adalah seorang petani. Karena kontribusi PDRB
yang sangat besar juga membuat sektor pertanian masuk dalam sektor basis.
206
masyarakat, untuk memenuhi seluruh kegiatan diperlukan adanya air,listrik
dan juga gas. Semakin bertambahnya penduduk,semakin besar juga
kebutuhan yang harus dipenuhi. Sehingga kontribusinya terhadap PDRB
luamayan bai sehingga disebut sektor basis,. Demikian halnya ketika sektor
ini masuk dalam sektor non basis, dikarenakan tahaun 2012 sering
terjadinya cuaca yang buruk sehingga membuat listrik dikecamatan ini
selalu padam, bahkan air yang ada sangat kotor diakibatkan karena hujan
yang terus menerus, kemudian tahun 2015 juga dikarenakan terjadinya
banjir sehingga membuat listrik padam dan pengolaan air masyarakat rusak
akibat diterpah banjir.
Pada sektor perdagangan ,hotel dan restaurant dari tahun 2011 sampai
tahun 2015 termasuk dalam sektor Non-Basis , hal ini disebabkan karena
pembangunan akan hotel dan restauran sangat kurang.dan juga
berkurangnya pengunjung yang datang untuk beriwsata di kecamatan ini
sehingga membuat tidak adanya pengembangan dalam sektor hotel atau
restauran. Untuk bidang perdagangan, ini disebabkan karena para
masyarakat lebih mengutamakan ekspor hasil panen mereka di ibu kota
kabupaten karena penghasilan yang didapatkan lebih besar jika berdagang
di ibu kota atau kabupaten donggala. Meski kios atau pasar lumayan
banyak,tetapi penghasilan yang dihasilkan sangat minim dikarenakan
207
hampir seluruh masyarkat berpenghasilan sendiri dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
208
produksi yang mereka hasilkan semakin berkurang terutama dalam sektor
pertambangan.
Dapat dilihat dari perhitungan efek multiplier dari tahun 2011 sampai
tahun 2015 sektor yang paling berkembang adalah sektor pertanian yaitu
temasuk kedalam sektor Basis , hal ini terjadi karena ada beberapa sektor
yang mendukung perkembangan kecamatan rio pakava yaitu terutama
sektor pertanian bahwa adanya sentra produksi kakao di kecamatan Rio
pakava yaitu dengan mengganti ahli komoditi di tanaman kelapa sawit
sehingga semakin banyaknya lahan kakao dipulihkan untuk lahan kelapa
sawit. Hal ini terjadi karena efek yang terjadi dalam produksi pertanian
kelapa sawit lebih memberi keuntungan besar buat masyarakat.
b) Pinembani
Tabel 4.2 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Pinembani
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
209
Perdagangan,
6 Hotel dan 0,17 0,18 0,62 0,55 0,65
Restoran
Angkutan dan
7 0,08 0,08 0,64 0,56 0,66
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, 0,04
8 0,04 0,25 0,21 0,25
dan Jasa
Perusahaan
Hasil Analisa:
210
dipegunungan yang jauh dari ibu kota kecamatan, dengan perkembangan
zaman yang sangat pesat namun tidak membuat perkembangan juga pada
sektor industri. Ini diakibatkan karena, pengahsilan yang didapatkan dalam
sektor ini cukup minim. Masyarakat yang lebih dominan bertani membuat
sektor industri mulai berkurang , terutama dalam industri pertambangan ,
yang semakin bertambahnya tahun membuat sektor industri hilang atau
bahkan tidak didapatkan lagi.
211
membuat jalan menjali longsor dan jembatan banyak yang hilang, sehingga
membuat pembangunan akses jalan terbengkalai akibat perubahan cuaca
dikecamatn ini. Sehingga kontribusinya mulai menurun .
212
tahunnya akibatnya jasanya berkurang dan rendah. Semua kontribusi dari
sektor ini membuat perkembangan dikecamatan ini juga sangat rendah.
213
c) Banawa
Tabel 4.3 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Banawa
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 0.41 0.40 0.38 0.51 0.36
Pertambangan
2 dan 0.75 0.81 2.01 1.71 1.97
penggalian
Industri
3 0.09 0.09 1.45 1.22 1.40
Pengolahan
Listrik dan
4 0.00 0.00 1.15 0.98 1.12
gas
5 Konstruksi 0.27 0.29 0.98 0.85 1.01
Perdagangan,
6 Hotel dan 0.35 0.35 1.14 0.95 1.07
Restoran
Angkutan dan
7 0.18 0.18 1.38 1.17 1.35
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 0.19 0.20 1.28 1.08 1.25
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 0.29 0.30 1.15 0.98 1.12
EM - - 1.36 1.97 1.15
Hasil analisis:
Dari hasil perhitungan LQ, pada tahun 2011 hingga tahun 2012,
kecamatan Banawa memiliki 9 sektor non-basis, dikarenakan pada tahun
tersebut belum berkembangnya kecamatan tersebut dan jumlah penduduk
yang terbilang masih sedikit pada tahun tersebut. Dan pada Tahun 2013
semua sektor menjadi sektor basis, kecuali sektor pertanian yang masih
menjadi sektor non-basis, hal ini dikarenakan dikecamatan Banawa
masyarakat hanya sedikit yang menjadi petani dan masyarakat lebih
memilih sebagai pekerja tambang, hal ini dapat dilihat dari sektor
pertambangan dan penggalian yang menjadi sektor basis di kecamatan
214
Banawa, ini menandakan bahwa masyarakat lebih memilih sebagai pekerja
tambang karena hasil tambang dikecamatan Banawa cukup menjanjikan
pada tahun tersebut.
Kecamatan Banawa pada tahun 2011 hingga pada tahun 2012 tidak
memiliki efek multiplier dikarenakan sektor-sektor di kecamatan Banawa
tidak bisa mendorong sektor lain untuk berkembang. Pada tahun 2013
beberapa sektor sudah bisa mendorong sektor lainnya untuk berkembang
dan terus meningkat hingga pada tahun 2014. Pada tahun 2015 efek
multiplier menurun, hal ini dikarenakan karena ada sektor yang menurun
sehingga tidak bisa mendorong sektor lain untuk berkembang.
215
d) Banawa Selatan
Tabel 4.4 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Banawa Selatan
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 1.47 1.52 1.52 0.44 1.57
Pertambangan
2 0.06 0.06 0.14 0.24 0.12
dan
penggalian
Industri
3 0.05 0.05 0.76 1.40 0.81
Pengolahan
Listrik dan
4 - - 0.94 1.69 0.97
gas
5 Konstruksi 0.29 0.30 0.98 1.73 0.96
Perdagangan,
6 Hotel dan 0.28 0.29 1.01 1.85 1.07
Restoran
Angkutan
7 dan 0.09 0.09 0.71 1.27 0.72
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 0.11 0.11 0.75 1.34 0.76
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 0.19 0.19 0.76 1.35 0.77
EM 1.72 1.72 1.44 1.20 1.45
Hasil Analisis :
216
berkembangnya sektor perdagangan yang memberikan banyak perubahan
di Kecamatan Banawa Selatan. Pada tahun 2014 sektor pertanian
mengalami penurunan yang sangat signifikan, hal ini dikarenakan adanya
banjir besar yang menghancurkan lahan pertanian, dan membuat para petani
kehilangan pekerjaan dan harus berubah profesi. Dapat dilihat sektor
perdagangan mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan sektor ini sudah
bisa memenuhi permintaan pasar di dalam daerah dan mulai mengekspor ke
luar daerah.
e) Banawa Tengah
Tabel 4.5 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Banawa Tengah
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 1,25 1,25 1,26 1,28 1,30
Pertambangan
2 dan 0,21 0,20 0,19 0,19 0,18
penggalian
Industri
3 1,12 1,14 1,15 1,16 1,18
Pengolahan
Listrik dan
4 0,74 0,75 0,74 0,74 0,74
gas
5 Konstruksi 1,03 1,03 1,04 1,04 1,04
217
Perdagangan,
6 Hotel dan 1,11 1,11 1,11 1,10 1,10
Restoran
Angkutan dan
7 0,69 0,70 0,71 0,71 0,72
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1,02 1,02 1,02 1,01 1,01
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1,15 1,15 1,16 1,17 1,16
EM 1,079 1,08 1,08 1,08 1,08
Hasil Analisis:
218
penunjang dalam perekonomian di Banawa Tengah karena dengan adanya
pariwisata masyarakat dapat menjual dagangannya seperti hasil anyaman
kepada para pengunjung. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
juga merupakan sektor basis, seperti yang dijelaskan bahwa kecamatan ini
dalam prsoes pengembangan wilayah sehingga terjadi pembangunan yang
dimana pembangunan ini membutuhkan jasa-jasa perusahaan dan jasa
swasta kemudia masyarakat yang memiliki kendaraan membuka jasa
sebagai ojek. Dan sektor terakhir yang menjadi sector basis di Kecamatan
Banawa Tengah adalah sektor jasa-jasa sama seperti pada sektor keuangan
sebelumnya, bahwa jasa yang paling besar digunakan adalah jasa
perusahaan dan swastanya, selain dari jasa dalam hal konstruksi, jasa lain
seperti dalam hal pertanian juga termasuk. Contoh jasa dalam hal pertanian
adalah jasa tengkulak, jasa menggiling dan jasa pengangkutan hasil
pertanian.
Pada tahun 2012 tidak ada kenaikan yang signifikan, karena angka LQ
hanya bermain pada 0-1% saja. Penggolongan sektor basis dan non basis
pun masih sama seperti tahun 2011. Bahkan beberapa sektornya nilai LQ
nya tetap dan tidak ada perubahan dan perbedaan dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Yang berubah hanyalah sektor basis industri pengolahan, yang
mengalami kenaikan yakni dari 1,12 menjadi 1,14. Alasannya kenaikan di
sektor ini karena semakin banyaknya masyarakat yang membuka usaha
bengkel kecil dan membuat anyaman yang dimana kegiatan tersebut
termasuk dalam industri kecil dalam industri pengolahan.
219
menambah jenis tanaman mereka, tanaman tersebut tumbuh subur sehingga
meningkatkan hasil panen dan pendapatan masyarakat. Sedangkan dalam
hal peternakan dan pertanian, masyarakat pada tahun ini banyak beternak
hewan seperti sapi dan kambing yang jika dijual harganya cukup tinggi, dan
kalau perikanan masayrakat disini sudah dibantu pemerintah yakni dengan
dibangunnya tambak ikan untuk membantu nelayan di kecamatan ini.
Untuk sektor lain yang tergolong non basis seperti sektor listrik dan gas,
pertambangan dan penggalian, angkutan dan komunikasi. Ketiga sektor
tersebut tidak masuk dalam sektor basis dikarena sektor tersebut sedikit
berkonstribusi dalam ekonomi Banawa Tengah. Nilai sektor non basis
terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian karena untuk jenis
tanah disana kurang subur untuk diadakannya kegiatan pertambangan dan
penggalian karena hasil dari pertambangan dan penggalian disana tidak
cukup banyak dan harga jual hasil tambangnya juga cukup rendah selain
dari faktor lahan yang kurang mumpuni untuk kegiatan pertambangan. Serta
untuk sektor listrik, memang jasa PLN sudah tersebar di seluruh desa di
Banawa Tengah tetapi karena perekonomian masyarakat disana termasuk
kategori menengah kebawah, banyak masyarakat yang belum mampu untuk
menyambung listrik kerumah mereka dan juga aktivitas masyarakatnya
tidak bergantung pada listrik mereka lebih banyak menggunakan tenaga
manual seperti menganyam secara tradisional dengan tangan yang
menggunakan tenaga manusia, sedangkan untuk air karena daerah ini
daerah pegunungan yang kaya akan air maka masyarakat memanfaatkan
sumber mata air tersebut sehingga hanya sebagian kecil masyarakat yang
menggunakan jasa PDAM.
220
pariwisata di Kecamatan Sojol yakni dengan membangun fasilitas-fasilitas
yang mampu menunjang pariwisata serta memberi edukasi kepada
masyarakat tentang bagaimana memanfaatkan wisata yang ada serta
memperkenalkan wisata daerah ke luar daerah sehingga mampu
meningkatkan jumlah wisatawan yang ingin berkunjung. Secara tidak
langsung, pengembangan wisata baru itu akan mempengaruhi keuangan
seperti penghasilan baik itu masyarakat, daerah maupun pihak swasta dan
perusahaan, dan pembangunan seperti restoran dan hotel disekitar tempat
wisata itu.
f) Labuan
Tabel 4.6 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Labuan
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 0.75 0.74 0.74 0.73 0.72
Pertambangan
2 dan 2.42 2.44 2.44 2.45 2.45
penggalian
Industri
3 0.78 0.77 0.76 0.75 0.74
Pengolahan
Listrik dan
4 0.91 0.91 0.90 0.89 0.88
gas
5 Konstruksi 0.87 0.86 0.84 0.83 0.82
Perdagangan,
6 Hotel dan 0.75 0.74 0.73 0.71 0.69
Restoran
Angkutan
7 dan 0.72 0.72 0.72 0.72 0.71
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 0.49 0.49 0.48 0.47 0.47
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 0.82 0.81 0.80 0.80 0.78
EM 2.850 2.79 2.72 2.64 2.56
221
Hasil Analisis:
222
dalam penyediaan lapangan pekerjaan, sehingga dapat mempekerjakan atau
merekrut tenaga kerja dari kecamatan ini, untuk mengurangi pengangguran.
Pada tabel efek multiplier dapat dilihat bahwa yang paling memengaruhi
perkembangan Kecamatan Labuan dari tahun 2011-2015 adalah sektor
pertambangan dan penggalian, dimana sektor tersebut merupakan sektor
basis dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan banyak nya perusahaan
pertambangan yang berkembang di kecamatan ini.
g) Tanantovea
Tabel 4.7 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Tanantovea
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 0,89 0,89 0,88 0,88 0,88
Pertambangan
2 dan 0,48 0,46 0,45 0,43 0,41
penggalian
Industri
3 0,84 0,84 0,84 0,83 0,83
Pengolahan
Listrik dan
4 1,21 1,21 1,22 1,22 1,23
gas
5 Konstruksi 0,84 0,84 0,84 0,84 0,83
Perdagangan,
6 Hotel dan 1,59 1,60 1,62 1,66 1,68
Restoran
Angkutan dan
7 1,31 1,30 1,30 1,30 1,29
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1,96 1,98 2,01 2,02 2,04
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1,11 1,12 1,12 1,13 1,14
EM 2,132 2,11 2,08 2,05 2,00
223
Hasil Analisis:
Nilai LQ sektor industri tahun 2011, 2012, dan 2013 stabil di angka
0,84 dan pada tahun 2014 dan 2015 menrun menjadi 0,83. Yang
menyebabkan sektor industri pengolahan termasuk sektor non basis.
Penurunan nilai LQ disebabkan berkurangnya hasil olahan pangan karena
gagal panen akibat banjir. Industri yang ada di Tanantovea contohnya
industri batu bata dan industri konveksi masih belum bisa bersaing di daerah
lain dan hanya mampu melayani pasar sekitar Kecamatan Tanantovea.
Untuk sektor listik dan gas angka LQ tetap berada di angka 1,21 di
tahun 2011 dan 2012 . Angka 1,22 di tahun 2013 dan 2014 kemudian
kembali naik menjadi 1,23 di tahun 2015 menjadi 1,23. Peningkatan ini
disebabkan semakin berkembangnya sarana dan prasarana sektor listrik dan
gas. Dengan angka lebih dari 1, menyatakan bahwa sektor listrik dan gas
merupakan sektor basis. Yang dimana mampu untuk memeuhi kebutuhan
akan listrik dan gas di Tanantovea sendiri. Serta memiliki sektor listrik dan
224
gas mempunyai potensi untuk menghasilkan produk/jasa di luar Kecamatan
Tanantovea.
225
merupakan sektor yang berpotensi dan memberikan kontribusi tebesar
untuk Kecamatan Tanantovea dibandingkan antar kecamata lainnya. Salah
satu kontribusi terbesar untuk sektor keuangan adalah pemungutan hasil
pajak.
Untuk sekor perjasaan dengan angka LQ tahun 2011 yaiitu 1,11 dan
tahun 2012 serta 2013 adalah 1,12. tahun 2014 kembali meningkat menjadi
1,13 dan tahun 2015 menjadi 1,14. Yang dimana karena LQ tersebut lebih
besar daripada 1 maka sektor perjasaan maka sektor perjasaan masuk sektor
basis. Sektor perjasaan bisa melayani pemasaran di Kecamatan Tanantovea
dan kecamatan lainnya. Karena berkembangnya berbagi jasa yang
ditawarkan kepada para penduduk Kecamatan Tanantovea baik jasa
pemerintah ataupun jasa sosial lainnya. Selain itu, dengan naiknya
perkekonomian di sektor perdagangan, industri dan pertanian juga
mempengaruhi sektor perjasaan.
226
h) Sindue
Tabel 4.8 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Sindue
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 1.21 1.22 1.23 1.24 1.24
Pertambangan
2 dan 0.51 1.50 0.51 0.48 0.48
penggalian
Industri
3 1.29 1.29 1.37 1.32 1.33
Pengolahan
Listrik dan
4 1.04 1.04 1.10 1.05 1.06
gas
5 Konstruksi 1.25 1.27 1.35 1.30 1.32
Perdagangan,
6 Hotel dan 0.66 0.66 0.69 0.65 0.65
Restoran
Angkutan dan
7 1.17 1.17 1.23 1.18 1.19
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 0.62 0.61 0.64 0.60 0.60
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1.00 1.00 1.05 1.00 1.01
EM 1.39 1.22 1.22 1.39 1.23
Hasil Analisis:
227
berbagai program untuk meningkatkan sektor ini. Dapat dilihat pada tabel
diatas bahwa terjadi peningkatan setiap tahunnya di sektor pertanian.
Sementara itu, kontribusi utama sektor pertanian terhadap pembangunan
nasional telah berhasil secara nyata meningkatkan penyediaan bahan
pangan, menciptakan kesempatan untuk bekerja, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, serta menunjang sektor non pertanian melalui
penyediaan bahan baku untuk industri pengolahan. Dengan demikian, maka
posisi sektor pertanian semakin kuat sebagai pendukung perkembangan
industri untuk perekonomian yang semakin seimbang. Di Kecamatan
Sindue tercatat industry kecil sebanyak 7 unit, yang terdapat di Desa Dalaka
sebanyak 5 buah dan Desa Toaya sebanyak 2 unit. Sementara itu yang
termasuk kerajinan rumah tangga sebanyak 23 unit. Dengan adanya sektor
industri pengolahan pendapatan atau PDRB kecamatan sindue meningkat
disetiap tahun nya.
Pada sektor lainnya terdapat yang tidak basis atau non basis
pertambangan dan penggalian pada sektor ini masih dalam tahap
berkembang dengan potensi sumber daya yang pemerintah ketahui maka
sedikit demi sedikit pemerintah dan swasta masih dalam tahap penggalian
lubang-lubang baru demi mendapatkan sumber daya yang lebih dan
tentunya harus mengikuti prosedur atau kebijakan yang telah ditentukan.
Selain itu juga ada pada sektor perdagangan dan perhotelan dikarenakan
masyarakat lebih memilih untuk mengekspor produk mereka keluar daerah
demi mendapatkan keuntungan yang lebih besar . Prasarana pemasaran di
Kecamatan Sindue masih sangat kurang, sehingga merupakan kendala bagi
masyarakat umum karena transportasi yang begitu sulit antar desa sehingga
untuk memasarkan hasil komoditi pertanian/perkebunan ke desa yang
memiliki sarana pemasaran di Kecamatan Sindue hanya dua buah yaitu di
Desa Toaya yang merupakan pasar pagi dan pasar sore. Di desa-desa
lainnya belum ada pasar yang dibangun baik yang bersifat permanen
maupun darurat. Untuk memasarkan produksi hasil pertanian maupun
perikanan biasanya penduduk langsung menjual kepada pedagang
pengumpul secara proaktif dating kedesa-desa. , pada sektor perhotelan
228
dikecamatan sindue masih kurang dikarenakan daerah yang masih kecil dan
pewisata yang kurang berminat atau belum mengetahui potensi alam di
sindue sehingga pada sektor perhotelan tidak terlalu diutamakan oleh
pemerintah.
Dari tabel efek multiplier dari tahun 2011-2015 terjadi penurunan dan
peningkatan di tahunnya masing-masing. Dapat dilihat pada tahun 2011 EM
mencapai tingkat 1.39% pada tahun 2011 ada yang rata-rata 6 sektor, dan
sektor pertanian yang paling berkembang dan industri pengolahan yang
termasuk salah satunya sektor basis sama halnya pada tahun 2014 sebesar
1.39% sektor pertanian dan industri pengolahan yang paling menonjol
diantara lainnya mengingan sebagian besar masyarakat di kecamatan sindue
perprofesi sebagai petani dan bekerja di pabrik.
i) Sindue Tambusabora
Tabel 4.9 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Sindue Tambusabora
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 0,93 0,91 0,90 0,89 0,90
Pertambangan
2 1,66 1,70 1,72 1,73 1,79
dan
penggalian
Industri
3 1,20 1,20 1,20 1,21 1,25
Pengolahan
Listrik dan
4 0,71 0,71 0,72 0,72 0,74
gas
5 Konstruksi 0,94 0,96 0,97 0,97 1,00
229
Perdagangan,
6 Hotel dan 0,65 0,64 0,64 0,64 0,66
Restoran
Angkutan
7 dan 1,15 1,16 1,17 1,18 1,23
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 0,49 0,49 0,49 0,48 0,49
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1,01 1,00 1,01 1,02 0,82
EM 2,521 2,47 2,44 2,41 3,43
Hasil Analisis:
Dapat dilihat tabel diatas bahwa dari tahun 2011 hingga 2014 kecamatan
Sindue Tambusabora mempunyai 4 sektor basis dan tahun 2015 dengan 3
sektor basis. Sektor yang menjadi basis pada tahun 2011 hingga 2014 yaitu,
pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, angkutan dan
komunikasi, serta jasa jasa. Pada tahun 2015 menurun menjadi 3 dikarena
pada tahun 2015 sektor jasa jasa mengalami penurunan lq yang semula
diatas 1 pada tahun 2011 hingga 2014 menjadi 0,82 ditahun 2015. Hal ini
disebabkan karena pada tahun ini jasa jasa yang ada di Kecamatan Sindue
Tambusabora ini yang tahun sebelumnya menjadi sektor basis dengan
munculnya berbagai jasa jasa untuk masyrakat menjadi minim yang
beroperasi sehingga mengakibatkan penurunan lq ditahun 2015. Untuk
sektor basis pertambangan dan penggalian disebabkan karena adanya
perusahaan perusahaan yang masih beroperasi hingga tahun 2015 meskipun
hasil produksi yang didapatkan tidak terlalu banyak tetapi setiap tahunnya
mampu menumbuhankan perekonomian wilayah di Kecamatan ini dengan
grafik yang setiap tahun meninggkat. Untuk sektor basis indutri pengolahan
230
disebabkan karena sudah mulai berkembangnya sektor industri pengolahan
dan masyarakat pun mau ikut terjun dalam sektor industri ini, contohnya
tukang kayu, jasa menjahit, tukang emas, dan salon kecantikan serta
kerajinan menganyam. Untuk sektor angkutan dan komunikasi disebabkan
karena sudah mudahnya aksesbilitas yang ada di Kecamatan ini seperti
pembangunan jembatan permanen, jembatan semi permanen dan jembatan
darurat yang masing masing berjumlah 14, 8, dan 2 buah dengan panjang
total 663 meter dan Kecamatan ini juga dilintasi oleh jalan provinsi sehingga
kendaraan bermotor mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, juga
komunikasi di Kecamatan Sindue Tambusabora sudah dapat menggunakan
telepon genggam yang dapat memudahkan masyarakat dalam mencari
informasi.
Pada tabel efek multiplier angka yang diperoleh berturut turut dari tahun
2011 hingga 2015 adalah 2,521, 2,47, 2,44, 2,41, dan 3,43. Efek multiplier
mampu mendorong sector lain berkembang. Sector yang mampu
mendorong sector lain berkembang adalah yang menjadi sector basis pada
setiap tahunnya di analisis LQ
j) Sindue Tobata
Tabel 4.10 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Sindue Tobata
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 0,95 0,95 0,95 0,94 0,97
Pertambangan
2 1,32 1,32 1,33 1,33 1,37
dan
penggalian
Industri
3 0,98 0,97 0,96 0,96 0,94
Pengolahan
Listrik dan
4 0,75 0,74 0,75 0,80 0,77
gas
5 Konstruksi 0,92 0,92 0,93 0,94 0,97
231
Perdagangan,
6 Hotel dan 0,76 0,77 0,78 0,79 0,82
Restoran
Angkutan
7 dan 1,20 1,20 1,20 1,20 1,23
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 0,58 0,58 0,58 0,57 0,58
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1,24 1,23 1,23 1,23 0,98
EM 2,94 2,93 2,92 2,90 4,19
Hasil Analisis:
232
perubahan yang terjadi,khususnya adaptasi terhadap pembaharuan
pengembangan pembangunan.
Untuk sektor yang non basis atau tidak unggulan terdapat pada
sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan. Yang mana sector ini
belum mampu bersaing dengan sektor sektor lain yang lebih dominan di
daerah kecamatan Sindue Tobata dan sektor ini jugabelum mampu
memberikan pelayanan dan pemenuhan dalam kebutuhan masyarakat
kecamatan Sindue Tobata.
k) Sirenja
Tabel 4.11 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Sirenja
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 0,96 0,97 0,97 0,97 0,93
Pertambangan
2 1,23 1,22 1,21 1,21 1,15
dan
penggalian
Industri
3 1,04 1,05 1,05 1,05 1,01
Pengolahan
Listrik dan
4 1,12 1,13 1,13 1,12 1,08
gas
5 Konstruksi 0,95 0,95 0,94 0,94 0,90
233
Perdagangan,
6 Hotel dan 1,07 1,07 1,07 1,07 1,02
Restoran
Angkutan
7 dan 0,92 0,93 0,92 0,93 0,89
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1,01 1,01 1,00 0,99 0,94
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 0,85 0,84 0,84 0,84 1,23
EM 2,868 2,86 3,21 3,16 2,30
Hasil Analisis:
234
sector terakhir yang menjadi sector basis di Kecamatan Sirenja adalah sector
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sector ini dikatakan sector basis
karena terdapatnya bank disana, kemudian banyak masyarakat yang
menyewa kios untuk berdagang dan pada sub sector jasa telah terdapatnya
koperasi disana yang sangat bisa diandalkan dalam membantu
perekonomian masyarakat disana.
Pada tahun 2014 dan 2015 sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan tidak dikatakan menjadi sector basis, selah sebelumnya pada
tahun 2011 sampai pada tahun 2013 sektor ini dikatakan sector basis. Hal
ini dikarenakan Lembaga keuangan disana tidak berkembang dari tahun
sebelumnya sementara perekonomian setiap tahunnya pasti meningkat.
Kemudian pada tahun 2015 ada kekeliruan pemerintah dalam menetapkan
wajib pajak pada desa sipi sehingga mengalami peningkatan.
Pada tahun 2015 sektor jasa menjadi sector basis di Kecamatan Sirenja
setelah pada tahun 2011 sampai tahun 2014 sektor ini tidak dikatakan sector
basis. Sector ini mampu memperoleh amgka pada analisis lq sebesar 1,23
dan disebabkan oleh terjadinya peningkatan jumlah pasar disana yang kita
ketahui juga bahwa pasar menjadi salah satu tempat terjadinya transaksi
barang maupun jasa.
235
Pada tabel efek multiplier angkay yang diperoleh berturut turut adalah
2,868, 2,86, 3,21, 3,16, dan 2,30. Efek multiplier mampu mendorong sector
lain berkembang. Sector yang mampu mendorong sector lain berkembang
adalah yang menjadi sector basis pada setiap tahunnya di analisis LQ.
l) Balaesang
Tabel 4.12 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Balaesang
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 1,11 1,11 1,11 1,12 1,15
Pertambangan
2 dan 0,19 0,18 0,18 0,17 0,17
penggalian
Industri
3 0,84 0,84 0,85 0,84 0,87
Pengolahan
Listrik dan
4 1,17 1,16 1,15 1,14 1,17
gas
5 Konstruksi 1,13 1,12 1,12 1,11 1,14
Perdagangan,
6 Hotel dan 1,25 1,25 1,24 1,24 1,27
Restoran
Angkutan dan
7 0,90 0,89 0,88 0,87 0,88
Komunikasi
Keuangan,
8 1,50 1,50 1,52 1,53 1,58
Persewaan,
236
dan Jasa
Perusahaan
Hasil Analisis:
Pada tabel analisis LQ kita bias melihat mana yang menjadi sektor basis
dan non basis. Sektor pertanian mampu menjadi sector basis selama lima
tahun yaitu dari tahun 2011 sampai tahun 2015 itu dikarenakan sector
pertanian mampu meningkatkan produksi hasil pertanian padi pada setiap
tahunnya dimana kita ketahui bahwa padi merupakan makanan pokok utama
masyarakat. Selain itu pada sub sector perkebunan, Kecamatan Balaesang
mampu menanam lima komoditas unggulan yaitu kelapa, kopi, cengkeh,
coklat, dan lada. Dimana lima jenis tanaman tersebut mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi dan bisa membawa perekonomian menjadi lebih baik
lagi.
Sektor listrik dan gas juga menjadi sector basis pada tahun 2011 sampai
tahun 2015, itu dikarenakan PLN sudah mampu menyalurkan listrik dengan
baik di Kecamatan Balaesang sehingga akan berpengaruh pada
perekonomian serta penyediaan gas sudah dapat dirasakan dengan baik oleh
masyarakat Balaesang. Sector kontruksi juga menjadi sector basis selama
lima tahun itu dikarenakan terus terjadi pembangunan meskipun tidak
terlalu cepat.
237
mampu untuk meningkatkan perekonomian meskipun banyak terdapat
pedagang yang masih dikatakan tidak terlalu besar.
Sekttor jasa-jasa hanya menjadi basis pada tahun 2011 sampai tahun
2014 dan berubah menjadi sector non basis pada tahun 2015. Pada tahun
2015 berubah menjadi non basis yang dikarenakan terjadinya keterbatasan
prasarana di Kecamatan Balaesang yang akan berdampak pada kurangnya
jasa-jasa yang bisa didaptkan pada hotel dan penginapan yang mumpuni.
m) Balaesang Tanjung
Tabel 4.13 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Balaesang Tanjung
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 1,11 1,13 1,14 1,14 1,15
Pertambangan
2 1,00 1,00 0,96 0,93 0,89
dan
penggalian
Industri
3 0,42 0,42 0,41 0,41 0,40
Pengolahan
Listrik dan
4 0,76 0,77 0,78 0,78 0,79
gas
238
5 Konstruksi 0,91 0,92 0,92 0,92 0,91
Perdagangan,
6 Hotel dan 0,55 0,55 0,54 0,54 0,53
Restoran
Angkutan
7 dan 0,41 0,41 0,41 0,40 0,40
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 0,72 0,64 0,63 0,63 0,63
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1,81 1,54 1,55 1,59 1,59
EM 1,26 1,33 1,32 1,32 1,33
Hasil Analisis:
Dari hasil perhitungan LQ, ada 2 besar sektor basis atau sektor unggulan
di Balaesang Tanjung dari 2011-2015 yaitu sektor pertanian dan jasa
lainnya. Di mana di Balaesang Tanjung, pertanian merupakan mata
pencaharian dari masyarakat dan merupakan salah satu program dari
pemerintahnya untuk pengembangan sektor ini sehingga angka dari sektor
ini semakin naik, sektor ini juga sudah muali di ekport dan dapat memenuhi
permintaan pasar di dalam maupun luar daeah.
Sektor basis lain yatiu jasa-jasa menjadi sektor unggulan kedua karena
masyarakat banyak memanfaatkan jasa lainnya sebagai pendukung dari
kegiatan ekonomi masyarakat dan adanya adaptasi terhadap perubahan yang
terjadi. Sedangkan untuk sektor non basis di Balaesang Tanjung di sebabkan
oleh belum adanya sarana dan prasarana serta budaya masyarakat yang
dapat mengangkat sektor-sektor lainnya sehingga dapat dijadikan sektor
basis untuk Balaesang Tanjung.
239
belum mampu berkembang di Balaesang Tanjung. Artinya sektor ini non
export dan belum mampu melayani pasar didalam maupun luar daerah.
n) Dampelas
Tabel 4.14 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Dampelas
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 1,02 1,04 1,04 1,05 1,05
Pertambangan
2 dan 0,65 0,65 0,64 0,64 0,63
penggalian
Industri
3 1,04 1,05 1,06 1,05 1,04
Pengolahan
Listrik dan
4 1,16 1,16 1,14 1,13 1,12
gas
5 Konstruksi 0,92 0,92 0,91 0,91 0,91
Perdagangan,
6 Hotel dan 0,86 0,87 0,87 0,87 0,87
Restoran
Angkutan dan
7 1,01 1,03 1,03 1,02 1,01
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1,49 1,34 1,34 1,34 1,35
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1,18 1,00 0,99 0,98 0,97
EM 1,270 1,38 1,38 1,38 1,39
240
Hasil Analisis:
Dari tabel Efek Multiplier Kecamatan Dampelas diatas pada tahun 2011
hingga 2015 menunjukkan angka lebih dari satu(1) dengan angka 1,27 pada
2011 yang terus berkembang hingga 1,39 pada tahun 2015. Angka lebih dari
satu ini berarti bahwa Kecamatan Dampelas sendiri telah memberikan
dukungan positif yang cukup besar dan berpengaruh pada PDRB di
daerahnya dan memberikan efek balik berupa berkembangnya
kesejahteraan dari sektor basis yang terdapat di Kecamatan tersebut.
o) Sojol
Tabel 4.15 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Sojol
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 0,97 0,99 0,99 0,99 0,99
241
5 Konstruksi 1,04 1,06 1,06 1,06 1,06
Perdagangan,
6 Hotel dan 1,14 1,15 1,14 1,14 1,13
Restoran
Angkutan
7 dan 0,96 0,96 0,95 0,94 0,93
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, 0,81 0,72 0,72 0,71 0,71
8
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 0,82 0,68 0,68 0,67 0,68
Hasil Analisis :
Teknik analisis LQ digunakan untuk menentukan sektor apa saja yang
merupakan sektor basis yang dapat mengekspor (ekspor: ke luar daerah
maupun ke luar negeri), yang mana kegiatan tersebut dapat meningkatkan
perekonomian wilayah. Terdapat 2 cakupan yaitu sektor basis dan sektor
non basis. Sektor basis adalah sektor yang mampu menghasilkan
produk/jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Sedangkan sektor
non basis sektor atau kegiatan yang hanya mampu melayani pasar daerah
itu sendiri sehingga permintaannya sangat dipengaruhi kondisi ekonomi
setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi
wilayah.
Dapat dilihat, pada tahun 2011 dari semua sektor hanya dapat
memperoleh 0-1% saja. Untuk penggolongan sektor nya, sektor yang
tergolong dalam sektor basis ada pertambangan dan penggalian, industri dan
konstruksi, serta perdagangan hotel dan restoran. Mengapa? Karena untuk
sektor industri dan kosntruksi saja misalnya. Di kecamatan Sojol, industri
dibagi menjadi Industri Besar, Industri Sedang, Industri Kecil, Industri
Kerajinan Rumah Tangga yang masing-masing hasil barang nya akan dijual
242
dan diekspor ke luar dan tentunya akan mampu memenuhi kebutuhan
daerahnya maupun daerah lain. Sedangkan di sektor non basis ada
pertanian, listrik dan gas, angkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan,
dan jasa perusahaan serta jasa-jasa. Mengapa? Pertanian dikatakan non-
basis karena walaupun pertanian merupakan tumpuan kehidupan
perekonomian di Kecamatan Sojol, tetapi masyarakatnya banyak yang tidak
tertarik untuk menjadi petani dikarenakan ingin mendapatkan penghasilan
yang lebih dari seorang petani. Maka dari itu, pembangunan untuk di sektor
pertanian pun hanya sebatas mengembangkan dan memelihara ratusan ribu
hektar sawah dan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat kabupaten
Donggala saja. Sama halnya dengan sektor listrik dan gas angkutan dan
komunikasi, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta jasa-jasa.
Sektor ini tidak mampu mengangkat perekonomian wilayah, karena
penghasilannya hanya berdasarkan kondisi daerah setempat itu saja dan
tidak ada strategi untuk mengeskpor hasil ekonominya.
Pada tahun 2012, tidak ada kenaikan yang signifikan karena angka LQ
hanya bermain apada 0-1% saja. Penggolongan sektor basis dan non basis
pun masih sama seperti tahun 2011. Untuk sektor basis akan dijelaskan pada
sektor perdagangan hotel dan restoran. Mengapa sektor ini dikatakan sektor
basis, karena perdagangan memegang peranan penting dalam
perkembangan ekonomi suatu daerah. Kegiatan perdagangan di Kecamatan
Sojol sebahagian besar dilaksanakan di pasar tradisional, disamping Toko,
Kios dan Warung. Hampir semua desa di Kecamatan Sojol memiliki pasar
tradisional, kecuali desa Bukit Harapan dan desa Balukang 2. Toko
terbanyak berada di desa Balukang, sementara Kios menyebar merata
disemua desa dengan desa Tonggolobibi memiliki fasilitas Kios terbanyak
dengan 89 Kios, sebaliknya desa Bukit Harapan memiliki fasilitas Kios
paling sedikit, yakni 11 Kios. Banyaknya fasilitas perdagangan menandakan
lancarnya kegiatan jual beli di Kecamatan Sojol yang tentunya menambah
pendapatan daerah setiap harinya. Sedangkan pada sektor non basis ada
listrik dan gas. Mengapa? Karena Masih terdapat empat desa di Kecamatan
Sojol yang belum terjangkau oleh listrik PLN. Jumlah pengguna listrik di
243
Kecamatn Sojol pada tahun 2010 sebanyak 3069 pelanggan, dimana terdiri
dari 1.558 pelanggan PLN dan 1.511 pelanggan non PLN.
Pada tahun 2013, tidak ada kenaikan yang signifikan karena angka LQ
hanya bermain apada 0-1% saja. Penggolongan sektor basis dan non basis
pun sama seperti tahun 2011 dan 2012. Untuk sektor basis ada
pertambangan dan penggalian dimana menurut hasil data Dinas ESDM
Kabupaten Donggala ada 7 izin usaha pertambangan dari berbagai
komoditas mulai dari IUP mineral sampai batuan. Dimana ada 4 pilar dalam
pertambangan di Kabupaten Donggala yaitu:
244
Pada tahun 2014, tidak ada kenaikan yang signifikan karena angka LQ
hanya bermain apada 0-1% saja. Penggolongan sektor basis dan non basis
pun sama seperti tahun 2011, 2012, dan 2013. Untuk sektor non basis ada
keuangan, persewaan dan jasa-jasa perusahaan. Dimana keuangan di
Kecamatan Sojol, Jumlah wajib pajak dan target serta realisasi Pajak Bumi
dan Bangunan Tahun 2014 sebanyak 4.380. Target pajak untuk tahun 2013
mencapai Rp. 120.143 juta. Namun, kesadaran wajib pajak untuk membayar
pajak ternyata masih relatif rendah, sehingga realisasinya baru mencapai
sekitar 97,94 % atau 117.669 juta. Dengan demikian, tunggakan pajak
masih sekitar Rp. 2.476 juta . Oleh karena itu, diperlukan pendekatan-
pendekatan tertentu agar wajib pajak dapat melunasi pajaknya sesuai
dengan waktu yang ditentukan.
Pada tahun 2015, tidak ada kenaikan yang signifikan karena angka LQ
hanya bermain apada 0-1% saja. Penggolongan sektor basis dan non basis
pun sama seperti tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014. Tidak jauh berbeda dari
sebelumnya, karena pembagunan dari jangka waktu 2011-2015 hanya
menambah atau memperbaiki dari sebelumnya. Masih banyak rumah warga
yang belum terpasang listrik PLN, jumlah fasilitas perdagangan yang
banyak dan memudahkan kegiatan jual beli dan pemasukannya bagi
masyarakat maupun pemerintah daerah.
Pada tabel efek multiplier angka yang diperoleh berturut turut adalah
3,213, 3,22, 3,20, 3,15, dan 3,10. Efek Multiplier adalah efek dalam
ekonomi di mana peningkatan pengeluaran nasional mempengaruhi
pendapatan dan konsumsi menjadi lebih tinggi dibandingkan jumlah
sebelumnya. Dapat dilihat, efek multiplier mampu mendorong sector lain
berkembang. Sector yang mampu mendorong sector lain berkembang
adalah yang menjadi sector basis pada setiap tahunnya di analisis LQ.
Contoh, penngembangan pariwisata di Kecamatan Sojol mereka akan
meningkatkan jumlah wisatawan yang ingin berlibur. Secara tidak
langsung, pengembangan wisata baru itu akan mempengaruhi keuangan,
restoran, dan hotel disekitar tempat wisata itu.
245
p) Sojol Utara
Tabel 4.16 Location Quoetient (LQ) dan Efek Multiplier (EM) Kecamatan
Sojol Utara
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
246
9 Jasa-jasa 0,14 1,40
1,43 1,46 1,46
Hasil analisis
Dapat dilihat, pada tahun 2011 dari semua sektor hanya dapat
memperoleh 0-1% saja. Pada sektor basis adalah sektor industri misalnya.
Mengapa sektor ini dikatakan sektor basis? Karena sektor ini mampu
menghasilkan produk/jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah.
Industrinya dibagi menjadi Industri Besar, Industri Sedang, Industri Kecil,
Industri Kerajinan Rumah Tangga yang masing-masing hasil barang nya
akan dijual dan diekspor ke luar dan tentunya akan mampu memenuhi
kebutuhan daerahnya maupun daerah lain. Sedangkan pada sektor non-basis
adalah pertanian. Mengapa pertanian tergolong dalam sektor non-basis
padahal pertania adalah kegiatan utama di kecamatan Sojol Utara? Karena
menjadi petani hanya orang-orang usia produktif saja yang ingin
melakukannya. Usia muda tidak tertarik untuk menjadi petani dikarenakan
ingin mendapatkan penghasilan yang lebih dari seorang petani. Maka dari
247
itu, pembangunan untuk di sektor pertanian pun hanya sebatas
mengembangkan dan memelihara ratusan ribu hektar sawah dan untuk
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat kabupaten Donggala saja.
Pada tahun 2012, tidak ada kenaikan yang signifikan karena angka LQ
hanya bermain apada 0-1% saja. Untuk sektor basis akan dijelaskan pada
sektor listrik dan gas. Mengapa? Karena sudah banyak desa yang berhasil
memanfaatkan fasilitas listrik dan gas yang diberikan oleh pemerintah.
Sehingga kegiatan memproduksi suatu kerajinan dengan menggunakan
listrik semakin cepat selesai dan masyarakat dapat dengan mudahnya
mengirimkan hasil kerajinan nya untuk dijual keluar daerah tersebut.
Sedangkan pada sektor non-basis ada sektor pertambangan dan penggalian.
Mengapa? Karena sektor ini tidak cukup untuk berkembang dengan baik,
lahan di kecamatan Sojol Utara sebagian besar adalah lahan pertanian.
Sehingga untuk mendominasi semua lahan itu akan susah karena akan
menganggu mata pencaharian utama warga Sojol Utara.
Pada tahun 2013, tidak ada kenaikan yang signifikan karena angka LQ
hanya bermain apada 0-1% saja. Untuk sektor basis ada sektor konstruksi.
Mengapa? Karena pembangunan di masing-masing daerah memiliki peran
besar. Karena suatu daerah dikatakan berkembang dapat dilihat dari jenis
bangunan apa saja yanga ada di daerah tersebut. Pembangunan PLTMH Ddi
Desa Ponju adalah suatu langkah untuk memenuhi pelayanan pemerintah
kepada masyarakat. Sedangkan sektor non-basis ada keuangan, persewaan
dan jasa-jasa perusahaan. Mengapa? Karena perusahaan tidak bisa bertindak
langsung, karena pemerintah masih membebaskan masyrakatnya untuk
mengelola kegiatan usaha nya sendiri sembari sebagai mata pencaharian
mereka dan juga kesadaran untuk membayar wajib pajak sangat rendah.
Pada tahun 2014, tidak ada kenaikan yang signifikan karena angka LQ
hanya bermain apada 0-1% saja. Pada sektor basis ada perdagangan, hotel
dan restoran. Mengapa? Karena kecamatan Sojol Utara memiliki pusat
perdagangan yaitu adalah pasar. Pasar merupakan tempat transaksi jual beli
terbesar di daerah ini. Kecamatan Sojol Utara memiliki 1 buah pasar yang
248
berada di Desa Ogoamas II yang memiliki frekuensi kegiatan mingguan.
Pembangunan hotel juga dikarenaka tempat wisata yang banyak menunjang
untuk pembangunan hotel. Sedangkan di sektor non-basis ada sektor jasa-
jasa lainnya. Mengapa? Karena kegiatan seperti pelayanan kesehatan yaitu
ppembangunan puskesmas, posyandu atau meidcak check up gratis hanya
mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Pada tahun 2015, tidak ada kenaikan yang signifikan karena angka LQ
hanya bermain apada 0-1% saja. Pada sektor basis ada sektor angkutan dan
komunikasi. Mengapa? Karena jalan yang beraspal dengan baik tentunya
dapat memudahkan proses perjalanan pengantaran barang dari penjual ke
pembeli. Sarana transportasi di Kecamatan Sojol Utara sangat bergantung
pada transportasi darat, sedangkan untuk transportasi laut sudah tidak
digunakan lagi selain untuk mengangkut barang-barang hasil pertanian
keluar daerah dan sebagai sarana penangkapan ikan. Sehingga jalan
memegang peranan yang sangat penting. Sarana transportasi antar desa di
Kecamatan Sojol Utara sudah cukup memadai dimana jalan yang digunakan
untuk menghubungkan setiap desa adalah jalan yang sudah beraspal dan
memiliki kondisi yang baik. Sebagian besar masyarakat di Desa Ogoamas I
dan Ogoamas II sudah menggunakan alat komunikasi yang mobile sebagai
sarana penunjang dalam beraktifitas.
Pada tabel efek multiplier angka yang diperoleh berturut turut adalah
2,347, 1,96, 1,94, 1,91, dan 1,87. Efek Multiplier adalah efek dalam
ekonomi di mana peningkatan pengeluaran nasional mempengaruhi
pendapatan dan konsumsi menjadi lebih tinggi dibandingkan jumlah
sebelumnya. Dapat dilihat, efek multiplier mampu mendorong sector lain
berkembang. Sector yang mampu mendorong sector lain berkembang
adalah yang menjadi sector basis pada setiap tahunnya di analisis LQ.
Contoh, penngembangan sarana angkutan dan komunikasi di kecamatan
Sojol Utara akan meningkatkan penjuala hasil pertanian ke daerah lain.
Karena, adanya jalan dan handphone dapat memudahkan transaksi jual dan
beli dalam kegiatan ekonomi.
249
4.2 Permintaan (Di), Kelebihan dan kekurangan (EXi) Sektor Tertentu di
Kabupaten Donggala
a) Rio Pakava
N Tahun
Kategori
o 2011 2012 2013 2014 2015
Pertambanga
2 n dan 41.755,32 48.687,52 50.912,16 58.780,71 61.874,56
penggalian
Industri
3 10.590,06 11.844,38 11.865,69 13.165,19 13.274,32
Pengolahan
Listrik dan
4 42,61 47,74 48,05 53,74 54,78
gas
Perdagangan,
6 Hotel dan 41.023,49 46.829,10 47.865,53 53.869,30 55.333,03
Restoran
Angkutan dan
7 20.409,81 24.850,33 23.339,41 26.157,16 26.772,64
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 15.037,81 17.273,59 17.366,28 19.279,34 5.256,10
dan Jasa
Perusahaan
250
9 Jasa-jasa 31.418,00 36.981,17 37.472,66 40.853,25 45.116,71
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
Pertambangan
2 -24.522,52 -30.260,52 -31.338,96 -38.134,91 -40.078,76
dan penggalian
Industri
3 -6.038,36 -7.125,68 -6.994,09 -8.117,29 -8.019,42
Pengolahan
Perdagangan,
6 Hotel dan -9.237,99 -11.742,50 -9.237,13 -11.636,90 -9.396,83
Restoran
Angkutan dan
7 -7.230,81 14.913,37 -8.722,51 -10.738,86 -10.494,14
Komunikasi
Keuangan,
8 Persewaan, dan 6.587,49 5.428,01 6.461,72 5.724,96 21.006,90
Jasa Perusahaan
9 Jasa-jasa -3.403,27
-297,80 -1.262,46 -2.881,05 -2.654,9
Hasil Analisa:
251
Untuk sektor pertanian dapat dilihat pada tahun 2011 sampai 2015
jumlah permintaan sangat besar pada tahun 2015 yaitu sebesar 204.707,34 ,
hal ini disebabkan karena harga barang yang dijual dipasar pada kecamatan
rio pakava semakin murah , dengan demikian keinginan untuk membeli
barang tersebut bertambah. Hal lain yang menyebabkan karena semakin
bertambah tahun semakin banyak kebutuhan,dan dikecamatan rio pakava
sendiri sangat dominan akan pertanian sehingga para masyarakat yang
memiliki pendapatan tinggi atau diluar sebagai petani memiliki keinginan
besar terhadap suatu kebutuhan hidup seperti beras,buah-buahan dan sayur-
sayuran juga merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa untuk dihindari.
Sehingga pendapatan pada sektor pertanian lebih besar dari pengeluaran.
Untuk permasalahan yang terjadi pada sektor ini yaitu hama dari tanaman
padi mulai merusak hasil produksi sehingga para petani kesulitan untuk
memenuhi permintaan pasar atau konsumen, namun kelebihannya bahwa
dominasi akan pertanian membuat kecamatan ini tidak kekuangan
persediaan dalam sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka.
252
mulai berkurang atau menipis karena terlalu sering untuk di ambil sehingga
mengalami pengikisan yang membuat longsor dan mempengaruhi
lingkungan masyrakat.
Pada tabel diatas, dilihat dari sektor listrik,air dan gas, jumlah
permintaanya sangat rendah setiap tahunnya, meski setiap tahun bertambah
namun jumlah pertambahan permintaannya juga masih termasuk minim.
Dilihat dari tahun 2011 sampai tahun 2015 yaitu mencapai 54,78 juta
rupiah. Hal ini disebabkan karena, jumlah penduduk dikecamatan rio
pakava bertambah setiap tahunnya sehingga membuat jumlah permintaan
terhadap sektor ini bertambah ,namun permasalahannya adalah lokasi yang
cukup luas membuat pemerintah kesulitan dalam pemasokan sektor
ini,sehingga meski jumlah permintaannya meningkat namun terealisasinya
juga menurun atau mendapat nilai negatif yaitu mencapai -11,18 juta rupiah
pada tahun 2015. Dengan demikian mengalami yang namanya defisit atau
jumlah pengeluaran lebih besar dibanding pendapatannya.
253
pendapatan dizaman tahun 2015 mulai membaik,sehingga keinginan untuk
bangunan seperti rumah juga mulai berpengaruh. Dapat dilihat dari
permasalahan bahwa sektor ini tidak memiliki nilai negatif, dan untuk
kekurangan dari sektor ini juga memiliki nilai positif , hal ini membuat atau
mempengaruhi jumlah permintaan terhadap sektor bangunan di kecamatan
rio pakava. Sehingga, jumlah pendapatan pada sektor ini jug baik dan
otomatis akan terus meningkat.
Untuk sektor perdagangan ,hotel dan Restauran dapat dilihat dari tahun
2011 sampai tahun 2015 mengalami kenaikan jumlah permintaan ,yaitu
tahun 2015 mencapai 55.333,03 juta rupiah. Hal utama yang menyebabkan
adalah kebutuhan akan temapt untuk berteduh ketika berkunjung ke
kecamatan ini meningkat,jumlah pengunjung setiap tahunya ikut meningkat
dan otomtais mempengaruhi peningkatan jumalh kunjungan direstaurant.
Namun hal yang menjadi masalah adalah pada tahun 2011 sampai tahun
2015 mengalami nilai negatif sehingga membuat suatu permasalahan yaitu
pajak untuk mendirikan bangunan tersebut juga mulai meningkat , sehingga
keterbatasan akan sektor ini juga menurun. Akibatnya pendapatanya
menjadi sangat rendah ,karena pajak meningkat dan pengunjung semakin
meningkat, namun harga sewa yang dikeluarkan sangat murah.
Pada sektor angkutan dan komunikasi ditahun 2011 sampai tahun 2012
mengalami kenaikan yaitu pad tahun 2011 menacapai 20.409,81 kemudian
tahun 2012 naik menjadi 24.850,33 . dan pada tahun 2013 mengalami
penurunan jumlah permintaan menjadi 23.339,41 . hal ini disebabkan
karena pada tahun 2013 kebutuhan akan angkuan umum mulai
bermalahan,yaitu jalan mulai rusak akibat longsor sehingga membuat
angkutan mulai mnim beroperasi. Namun,mengalami kenaikan lagi yaitu
pada tahun 2014 sampai tahun 2015. Hal ini disebabkan karena kondisi alam
mulai membaik,ditambah jumalh permintaan barang meningkat membuat
angkutaan ikut meningkat untuk mengantarkan barang tersebut, apalgi
ditambah dengan komunikasi yang cukup penting dizaman tahun 2015.
Untuk mengetahui permasalahn diluar kecmatan dibutuhkan komunikasi
sehingga jumlah permintaan meningkat. Namun,ada permasalahan yang
254
terjadi yaitu kondisi alam kadang buruk membuat kesulitan dalam
pengangkutan, dengan begitu mempengaruhi jumlah pendapatan.
b) Pinembani
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
Pertambangan
2 13.149,18 13.878,31 14.895,61 16.509,08 16.657,28
dan penggalian
Industri
3 3.334,92 3.376,22 3.471,60 3.697,56 3.573,59
Pengolahan
Perdagangan,
6 Hotel dan 13.348,57
12.918,72 14.004,24 15.129,67 14.896,24
Restoran
255
Angkutan dan
7 6.427,26 7.083,55 6.828,52 7.346,47 7.207,48
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan
8 4.735,56 4.923,81 5.080,93 5.414,77 5.256,10
Jasa
Perusahaan
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
Pertambangan
2 -10.128,88 -10.781,91 -11.717,71 -13.257,18 -13.325,38
dan penggalian
Industri
3 -1.453,82 -1.473,02 -1.544,70 -1.749,76 -1.603,99
Pengolahan
Perdagangan,
6 Hotel dan -4.983,92 -5.032,07 -5.261,94 -5.998,37 -5.394,14
Restoran
Angkutan dan
7 -2.744,16 -3.268,15 -2.883,12 -3.283,87 -3.025,18
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan
8 -3.037,66 -3.197,11 -3.328,03 -3.636,87 -3.450,30
Jasa
Perusahaan
Hasil Analisa:
256
Untuk sektor pertanian dapat dilihat dari tahun 2011 sampai tahun 2013
mengalami kenaikan jumlah permintaan,namun tahun 2014 mengalami
penurunan mencapai 52.011,83, hal ini disebabkan karena pada tahun 2014
kualitas hasil pertanian di kecamatan pinembani mulai memburuk akibat
dari cuaca yang tidak baik sehingga dapat mempengaruhi penjualan
kepasar. Namun, setelah bertambah tahun 2015 mengalami kenaikan
mencapai 55.109,38. Hal ini disebabkan karena, semakin bertambah tahun
bertambah juga jumlah pendudu di kecamatan pinembani. Sehingga jumlah
kebutuhan bertambah terutama pada sektor pertanian, dan juga semakin
berkembang zaman di kecamtan pinembani mulai berkurang akan petani
alasannya karena mereka berpikir bahwa lokasi mereka cukup jauh dengan
lokasi perdagangan,sehingga dana pengeluaran angkutan lebih besar
daripada hasil penjualan mereka,namun demikian jumlah permintaan pada
sektor ini terus meningkat. Dapat dilihat ditabel bahwa permasalahannya
memiliki nilai positif, yang membuktikan meski ada permasalahan dari
sektor ini namun masih bisa untuk di perbaiki
257
tahun 2011 bertambahnya selera masyarakat di kecamatan ini, namun pada
tahun 2015 mengalami penurunan jumlah permintaan yaitu mencapai
3.573,59. Hal ini disebabkan karena meski jumlah permintaan berkurang
namun pajak yang diterima untuk industri pengolahan ikut meningkat
,sehingga membuat jumlah pendapatan di tahun 2015 menipis atau jumlah
pengeluaran lebih besar dari pendapatan.
Untuk sektor konstruksi dapat dilihat dari tahun 2011 sampai tahun 2014
mengalami kenaikan yaitu mencapai 15.593,04, hal ini disebabkan karena
permintaan masyarakat di kecamatan pinembani meningkat. Mereka
merupakan masyarakat pegunugngan kebutuhan akan bangunan seperti
puskesmas,sekolah, dan bangunan sosial lainnya sanagat mereka butuhkan
untuk menunjang kehidupan mereka dimasa akan datang. Namun ada nilai
negatif di tahun 2014 disebabkan karena permintaan yang mereka inginkan
tidak terealisasi dengan baik akibat jalur transportasi kecamatan ini sangat
tidak mendukung. Selanjutnyaa,tahun 2015 mengalami penurunan jumlah
permintaan , karena dari tahun 2011 sampai tahun 2014 sudah mulai
dibangun bangunan yang mereka harapkan meski tidak berjalan sebaik
mungki,namun itu juga mempengaruhi keinginan merek. Contohnya
sekolah yang sudah dibangun membuat,kekurangan permintaan terhadap
258
bangunan tersebut menurun. Sehingga membuat sektor ini memiliki
pendapatn yang baik karena ketercapaian dari permintaan masyarakat mulai
membaik.
Untuk sektor angkutan dan komunikasi pada tahun 2011 sampai tahun
2014 mengalami kenaikan jumlah permintaan yaitu mencapai 7.346,47, hal
ini disebakan karena keterbatasan masyarakat akan kendaraan pribadi
sehingga menuntut mereka untuk medapatkan angkutan dan jalur
komunikasi sangat kurang akibat dari lokasi mereka yang dipegununga.
Setelah itu tahun 2015 mengalami penurunan jumlah permintaan,karena
akhir tahun 2014 pemerintah kecamtan donggala mulai masuk untuk
mensurvey lokasi untuk dilakukannya pemasokan jaringan komunikasi
sehingga membuat penurunan. Namun ketika dilihat dari tabel jumlah
permasalahan lebih besar terjadi setiap tahunya ,disbeabkan karena
kontribusinya terhadap PDRB sangat rendah membuat pemerintah
mengalami kesulitan.
259
jumlah permintaan yaitu mencapai 5.414,77, hal ini disebabkan karena
untuk mendiami kecamatan ini terutama saat dperusahan yang datang untuk
mengambil kerjasama dikecamatan ini sehingga membuat jumlah jasa akan
perusahaan meningkat, namun tahun 2015 mengalami penurunan
disebabkan karena ktahun 2015 jumlah perusahaan mulai berhenti
beroperasi akibat lokasi kecamatan pinemabni yang mulai menipis dan
lokasi yang sangat jauh dari kota menjadi alsan pemberhentian sejumlah
perusahaan. Ketika dilihat dari tabel permasalahan terjadi juga dalam sektor
ini . sehingga mempengaruhi jumlah pendapatan atau keuangan mereka.
c) Banawa
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 328,518.90 351,186.95 381,645.14 386,096.92 437,758.19
Pertambangan
2 dan 83,299.83 92,069.69 103,857.40 122,551.07 132,316.18
penggalian
Industri
3 21,126.66 22,398.11 24,205.21 27,447.91 28,386.58
Pengolahan
Listrik dan
4 85.00 90.28 98.01 112.03 117.15
gas
5 Konstruksi 82,515.49 89,934.40 99,916.05 115,751.04 122,650.67
Perdagangan,
6 Hotel dan 81,839.87 88,555.35 97,642.48 112,311.34 118,327.40
Restoran
Angkutan dan
7 40,716.58 46,992.79 47,610.84 54,534.69 57,252.19
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 29,999.70 32,664.92 35,426.04 40,195.22 41,751.51
dan Jasa
Perusahaan
260
9 Jasa-jasa 62,677.38 69,932.60 76,441.72 85,174.37 96,480.22
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian -209,561.10 -228,460.65 -254,660.24 -255,073.92 -302,673.49
Pertambangan
2 132,975.67 152,922.91 175,527.60 194,985.43 229,346.42
dan penggalian
Industri
3 6,003.54 6,077.69 5,566.29 3,719.89 4,143.22
Pengolahan
Angkutan dan
7 10,914.12 8,138.71 11,365.06 8,705.51 10,819.21
Komunikasi
Keuangan,
8 Persewaan, dan 25,646.50 26,631.08 27,761.86 27,108.18 30,000.69
Jasa Perusahaan
Hasil analisis:
Sektor pertanian, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 permintaan
di sektor pertanian terus meningkat, dikarenakan setiap tahun penduduk
semakin bertambah dan membutuhkan kebutuhan hidup untuk bertahan
hidup. Namun permintaan itu tidak sebanding dengan jumlah petani di
kecamatan Banawa, akibatnya kekurangan di sektor pertanian, pada tahun
2011 hingga pada tahun 2015 terus meningkat hal ini dapat mengakibatkan
pemerintah harus mendatangkan bahan pokok dari luar daerah. Hal ini dapat
mengakibatkan deficit karena tidak sebanding penerimaan dari sektor
pertanian dan pengeluaran dari sektor pertanian.
261
Sektor pertambangan, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015
permintaan di sektor pertambangan terus meningkat, karena setiap tahun
masyarakat membutuhkan perhiasan, keramik, batu alam, dan lain-lain. Di
Kecamatan Banawa rata-rata penduduknya bekerja sebagai penambang, hal
ini mengakibatkan kelebihan produksi di sektor pertambangan. Pemerintah
pun tidak perlu mendatangkan hasil tambang dari daerah lain, karena di
daerah mereka cukup melimpahnya hasil tambang. Namun perlu diketahui
lahan tambang yang digali terus oleh penambang tetap akan habis dan akan
mengancam keberlangsungan hidup si penambang tersebut, oleh karena itu
pemerintah harus bisa mengantisipasi hal tersebut. Hal ini menyebabkan
surplus karena penerimaan lebih besar dari pengeluaran di sektor ini.
Sektor Industri Pengolahan, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015
permintaan di sektor industri pengolahan terus meningkat karena penduduk
meningkat, sektor industri mengalami kelebihan produksi yang dapat
mengatasi permintaan yang tinggi. Pada tahun 2014 permintaan mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dan sektor industri mengalami
penurunan. Hal ini menyebabkan surplus karena penerimaan lebih besar
dari pengeluaran.
Sektor Listrik, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 terus
mengalami peningkatan yang sangat signifikan, hal ini disebabkan karena
masyarakat membutuhkan listrik, air dan gas untuk kehidupan sehari-hari
dan tingginya angka pembangunan membuat permintaan di sektor ini
meningkat, Pada tahun 2011 sektor listrik ini mengalami kekurangan dan
terus mengalami kekurangan hingga pada tahun 2015. Hal ini diakibatkan
karena tidak seimbangnya pembangunan dan pengembangan listrik dan air
di Kecamatan Banawa. Hal ini mengakibatkan defisit, pengeluaran lebih
besar dari penerimaan.
Sektor Konstruksi, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 terus
mengalami peningkatan yang sangat signifikan, Hal ini disebabkan karena
tingginya pembangunan dan tingginya kebutuhan masyarakat akan tempat
tinggal. Pada tahun 2013 sektor ini mengalami kelebihan dan pada tahun
262
2015 mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini
mengakibatkan surplus, penerimaan lebih besar dari pengeluaran.
Sektor Angkutan, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 permintaan
di sektor ini terus meningkat, hal ini dikarenakan tingginya permintaan
masyarakat untuk membangun akses jalan dan akses komunikasi. Pada
tahun 2011 hingga pada tahun 2015 kelebihan pada sektor ini mencapai
10,891.21 juta rupiah, hal ini dapat mengakibatkan surplus.
Sektor Keuangan, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 permintaan
di sektor ini terus meningkat, hal ini disebabkan karena bertambahnya
masyarakat setiap tahun. Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015
kelebihan pada sektor keuangan ini mencapai 30,000.69 juta rupiah, hal ini
dapat mengakibatkan surplus.
Sektor jasa-jasa, Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 permintaan
di sektor ini terus meningkat, hal ini disebabkan karena masyarakat
membutuhkan jasa-jasa dari perusahaan jasa, seperti jasa transportasi dan
lain-lain. Pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 kelebihan sektor
mencapai 15,637.08 juta rupiah. Hal ini mengakibatkan surplus.
d) Banawa Selatan
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 212,474.91 223,606.51 237,597.78 112,659.40 256,648.78
263
Pertambangan
2 53,875.51 58,622.29 64,657.68 35,759.23 77,574.30
dan penggalian
Industri
3 13,664.01 14,261.25 15,069.25 8,009.04 16,642.48
Pengolahan
Angkutan dan
7 26,334.10 29,921.08 29,640.70 15,912.70 33,565.81
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan
8 19,402.79 20,798.29 22,054.91 11,728.58 24,478.07
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 40,537.61 44,527.24 47,589.71 24,853.07 56,564.40
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 62,174.09 69,690.79 74,507.12 -79,755.55 88,826.12
Pertambangan
2 -43,024.51 -47,200.49 -52,585.98 -23,015.13 -64,150.90
dan penggalian
Industri
3 -5,051.31 -5,104.45 -5,289.55 2,384.86 -5,567.78
Pengolahan
Angkutan dan
7 -9,669.20 -12,308.78 -10,901.30 4,062.10 -12,261.41
Komunikasi
Keuangan,
8 Persewaan, dan 1,267.51 1,000.61 952.69 12,467.92 997.83
Jasa Perusahaan
264
Hasil analisis ;
Sektor pertanian pada tahun 2011 hingga pada tahun 2013 mengalami
peningkatan permintaan. Namun pada tahun 2014 permintaan tersebut
menurun drastis, hal ini dikarenakan pada tahun 2014 di kecamatan Banawa
Selatan terjadi banjir besar yang melumpuhkan sektor pertanian dan sektor
lainnya, kemudian pada tahun 2015 mengalami peningkatan karena mulai
pulih nya sektor pertanian. Pada tahun 2014 kekurangan di sektor pertanian
-79,755.55 juta rupiah, namun pada tahun 2015 kelebihan pada sektor
pertanian mulai meningkat. Hal ini mengakibatkan surplus.
Sektor Industri Pengolahan, pada tahun 2014 sektor ini juga lumpuh
akibat banjir besar yang terjadi di kecamatan Banawa Selatan, sektor
industri mengalami kekurangan produksi yang mengakibatkan pemerintah
harus mendatangkan bahan baku dari daerah lain, hal ini mengakibatkan
defisit.
265
masyarakat dan melakukan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan
msyarakat.
Sektor angkutan, Pada tahun 2014 sektor ini mengalami penurunan yang
sangat signifikan karena adanya banjir besar yang mengakibatkan
terhambatnya akses jalan.
e) Banawa Tengah
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
266
Pertambangan
2 23.439,18 25.165,84 6.710,80 31.398,62 32.552,06
dan penggalian
Industri
3 5.944,69 6.122,18 7.850,60 7.032,39 6.983,59
Pengolahan
Perdagangan,
6 Hotel dan 23.028,37 24.205,25 33.340,40 28.775,11 29.110,58
Restoran
Angkutan dan
7 11.456,96 12.844,76 9.980,60 13.972,25 14.085,03
Komunikasi
Keuangan,
8 Persewaan, dan 8.441,41 8.928,46 8.712 10.298,36 10.271,59
Jasa Perusahaan
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 7.708,18 8.875,44 101.156,54 16.664,51 12.219,94
Pertambangan
-
2 dan -17.305,08 -18.751,34 27.527,81 -24.411,32
25.290,16
penggalian
Industri
3 1.136,21 1.329,72 6.415,69 1.248,41 1.766,71
Pengolahan
267
Perdagangan,
6 Hotel dan 5.859,83 6.765,85 25.880,52 6.605,69 8.796,42
Restoran
Angkutan dan
7 -2.586,06 -3.462,26 12.619,44 -3.310,45 -2.672,93
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 -470,51 -602,86 9.389,81 -1.180,96 -738,49
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 6.160,53 6.135,30 20.261,18 6.225,31 6.406,80
Hasil Analisa:
Untuk sektor pertanian dapat dilihat pada tahun 2011 sampai 2013
jumlah permintaan terbesar terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar
110.076,90 , permintaan sebesar itu salah satu faktornya adalah kebutuhan
masyarakatnya semakin banyak dan meningkat, dan di Kecamatan Banawa
Tengah sendiri sangat dominan akan pertanian sehingga selera dari
konsumsi masyarakatnya tidak jauh dari sektor daerah mereka maka
permintaan akan pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan juga
semakin tinggi. Namun pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi
98.921,29 juta, hal tersebut dikarenakan pada tahun sebelumnya
permintaannya yang sangat tinggi dan harga yang ditawarkan cukup murah
sehingga membuat mendorong masyarakat untuk berbelanja lebih banyak
dan untuk stok guna menghindari kenaikan harga barang di tahun
berikutnya, sehingga mereka dapat mengehmat uang belanja mereka. Di
sektor pertanian terjadi surplus atau kelebihan hasil pertanian hal ini
dikarenakan sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani,
peternak dan nelayan sehingga mereka cenderung memenuhi kebutuhan
pokok makanannya dari hasil pekerjaan mereka.
268
Untuk sektor pertambangan dan penggalian dapat dilihat dari tahun
2011 sampai tahun 2015 mengalami peningkatan terhadap jumlah
permintaan kecuali pada tahun 2013 yang mengalami penurunan yang
cukup signifikan. Tingginya angka permintaan pada tahun 2011,2012,2014
dan 2015 karena pada tahun-tahun ini pendapatan masyarakat Banawa
tengah sedang dalam kondisi baik maka dengan kondisi keuangan yang baik
timbul keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang hasil tambang
seperti emas oleh karena itu permintaan pada sektor ini naik. Namun, dapat
dilihat bahwa ada masalah yang terjadi dari tahun 2013 yang menyebabkan
turunnya angka permintaan di sektor ini, hal yang menjadi permasalahannya
adalah karena pada tahun ini dapat dilihat dari sektor pertanian tadi terjadi
walaupun permintaan barang tinggi namun kelebihan pada sektor ini juga
cukup tinggi sehingga menyebabkan para pedagang menjual dagangannya
dengan harga murah, sehingga perekonomian masyarakat pada tahun ini
pun dalam keadaan rendah untuk membeli barang-barang tambang seperti
perhiasan emas. Oleh karena itu pada tahun 2011,2012,2014 dan 2015
sektor ini mengalami kekurangan karena permintaan di sektor ini pada
tahun-tahun ini sangat tinggi, mengingat pendapatan masyarakat cukup
baik, sehingga tidak seimbang antara permintaan dan penyediaan dan
terjadilah kekurangan dari hasil sektor ini. Sedangkan tahun 2013 terjadi
kelebihan dikarenakan pendapatan masyarakatnya pada tahun ini menurun
sehingga masyarakat yang ekonominya lemah tidak dapat membeli barang-
barang hasil tambang karena mereka harus memenuhi kebutuhan vital
mereka dahulu.
269
dikarenakan anyaman yang dibuat masyarakat yang menarik dengan model
yang khas ini dibuat dengan manual yakni dengan tangan sehingga
mengurangi biaya yang dikeluarkan.
Pada tabel diatas, dilihat dari sektor listrik,air dan gas, jumlah
permintaanya sangat rendah jika dibandingkan dengan sektor lainnya.
Dilihat dari tahun 2011 sampai tahun 2015 angka yang tertinggi hanya
mencapai 28,82 juta rupiah pada tahun 2015. Angka-angka permintaan yang
rendah tersebut dikarenakan masyarakat di Banawa Tengah yang
ekonominya masih dalam menengah kebawah belum mampu untuk
membayar biaya pasang listrik dirumah mereka. Selain itu untuk kebutuhan
air masyarakat lebih memilih menggunakan sumber air alami yaitu
pegunungan sehingga permintaan akan air ke PDAM rendah. Oleh sebab itu
sektor ini mengalami kekurangan atau defisit pada tahun 2011,2012,2014
dan 2015 karena jumlah pengeluaran lebih besar dibandingkan pemasukan
daerah.
Untuk sektor perdagangan ,hotel dan Restauran dapat dilihat dari tahun
2011 sampai tahun 2015 mengalami kenaikan jumlah permintaan namun
2013 mengalami penurunan. Hal utama yang menyebabkan tingginya
permitaan adalah karens wisatanya semakin dikenal maka banyak
pengunjung yang datang sehingga permintaan akan penginapan dan tempat
makan juga semakin tinggi. Dari tahun 2011-2015 Banawa Tengah selalu
270
mengalami kelebihan atau surplus yang disebabkan oleh banyaknya
pengunjung yang datang sehingga menambah pendapatan daerah.
271
mencapai 20.261,18 juta rupiah, angka tersebut dikatakan tinggi jika
dibandingkan tahun-tahun lainnya.
f) Labuan
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 165,056.31 174,793.11 187,416.18 185,896.23 206,568.78
Pertambangan
2 dan 41,851.97 45,825.02 51,001.72 59,005.35 62,437.19
penggalian
Industri
3 10,614.58 11,148.01 11,886.56 13,215.50 13,395.02
Pengolahan
Listrik dan
4 42.71 44.94 48.13 53.94 55.28
gas
5 Konstruksi 41,457.90 44,762.24 49,066.22 55,731.30 57,876.24
Perdagangan,
6 Hotel dan 41,118.45 44,075.86 47,949.73 54,075.17 55,836.18
Restoran
Angkutan
7 dan 20,457.05 23,389.30 23,380.46 26,257.12 27,016.09
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 15,072.62 16,258.02 17,396.82 19,353.02 19,701.65
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 31,490.72 34,806.92 37,538.57 41,009.38 45,526.96
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
-
1 Pertanian -79,158.98 -62,546.23 -68,062.78 -61,617.91
58,181.31
Pertambangan
2 dan 128,460.81 113,456.45 105,440.48 95,790.08 86,994.43
penggalian
Industri
3 -2,885.22 -3,181.40 -2,256.86 -1,946.21 -1,797.18
Pengolahan
272
Listrik dan
4 -1.38 -3.44 -0.63 -0.24 -0.51
gas
5 Konstruksi -13,180.74 -13,905.10 -9,943.42 -8,106.34 -7,078.00
Perdagangan,
6 Hotel dan -10,007.38 -11,340.37 -7,732.53 -6,751.36 -6,462.45
Restoran
Angkutan dan
7 -5,447.69 -6,156.12 -4,612.36 -5,844.00 -3,984.75
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 -11,258.35 -11,321.12 -9,747.22 -8,989.52 -8,187.82
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa -6,521.06 -5,002.68 -3,084.67 -2,534.52 -1,302.42
Hasil Analisa:
Untuk sektor pertanian, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan yang meningkat dari yang awalnya di tahun 2011 sebesar
165,056.31 meningkat menjadi 206,568.78 di tahun 2015. Hal ini
dikarenakan luas lahan panen tanaman padi terus menurun dari tahun ke
tahun yang diikuti dengan penurunan produksi padi itu sendiri, sehingga
mengakibatkan besarnya jumlah permintaan tetapi belum bisa memenuhi
kebutuhan masyarakat kecamatan ini. Hal ini menyebabkan terjadinya
defisit pada sektor pertanian dari tahun 2011 hingga 2015.
273
Untuk sektor industry pengolahan, pada tahun 2011 hingga tahun 2015
terdapat permintaan yang meningkat dari yang mulanya 10,614.58
meningkat menjadi 13,395.02 di tahun 2015. Hal ini dikarenakan
perkembangan industry otomotif di Indonesia memberikan pertumbuhan
ekonomi di sektor jasa, salah satunya tumbuhnya pelayanan bengkel yang
tersebar dimana-mana, tidak terkecuali Kecamatan Labuan ini. Hal ini juga
menyebabkan bertambahnya permintaan masyarakat akan hasil produksi
sektor ini. Hal ini juga menyebabkan meningkatnya usaha industry
pengolahan di Labuan dari tahun 2011 hingga tahun 2014, tapi menurun di
tahun 2015. Penurunan ini menyebabkan kurangnya hasil industry, sehingga
permintaan kepada sektor ini belum dapat terpenuhin. Hal ini menyebabkan
terjadinya defisit pada sektor industry pada tahun 2011 hingga tahun 2015.
Untuk sektor listrik dan gas, pada tahun 2011 hingga tahun 2015
terdapat permintaan yang meningkat dari yang mulanya 42.71 di tahun 2011
meningkat menjadi 55.28 di tahun 2015. Hal ini dikarenakan kecamatan ini
masih sulit untuk mendapatkan akses energy khususnya LPG untuk
kebutuhan rumah tangga dikarenakan tidak tersedianya akses serta energy
yang memadai. Kebutuhan rumah tangga yang kian meningkat tapi tidak
diimbangin dengan pasokan gas yang memadai menyebabkan terjadi
peningkatan permintaan, sehingga sektor ini belum bisa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Maka, terjadilah defisit pada sektor listrik dan gas
pada tahun 2011 hingga 2015.
Untuk sektor konstruksi, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan yang meningkat dari yang mulanya 41,457.90 di tahun 2011
meningkat menjadi 57,876.24 di tahun 2015. Hal ini disebabkan banyaknya
masyarakat yang mendirikan tempat tinggal dan tempat untuk berdagang
tetapi karena keterbatasan dalam mendapatkan bahan-bahan konstruksi
yang terlebih dahulu didatangkan dari luar, sehingga sektor ini belum
mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Maka terjadilah defisit
pada sektor konstruksi pada tahun 2011 hingga 2015.
274
Untuk sektor perdagangan hotel, dan restoran, pada tahun 2011 hingga
tahun 2015 terdapat peningkatan permintaan dari yang mulanya 41,118.45
di tahun 2011 meningkat menjadi 55,836.18 di tahun 2015. Hal ini
disebabkan kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan barang berasal dari
kegiatan perdagangan yang dilakukan dari pasar hingga warung dan kios
kecil. Tetapi dikarenakan Kabupaten Donggala akan dijadikan kota
pariwisata, kecamatan ini belum mampu untuk memenuhi kebutuhan hotel
dan restoran untuk pengunjung. Maka, terjadilah defisit pada sektor ini dari
tahun 2011 hinggga tahun 2015.
Untuk sektor angkutan dan komunikasi, pada tahun 2011 hingga 2015
terjadi peningkatan dari tahun 2011 yang mulanya 20,457.05 meningkat
menjadi 27,016.09 di tahun 2015. Hal ini disebabkan bertambahnya minat
masyarakat untuk mempunyai kendaraan pribadi seperti motor dan telpon
genggam untuk komunikasi. Karena peningkatan yang cukup siknifikat
selama lima tahun tersebut sektor ini masih belum mampu memenuhi
permintaan masyarakat. Maka, terjadilah defisit pada sektor ini dari tahun
2011 hingga tahun 2015.
Untuk sektor jasa-jasa, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terjadi
peningkatan dari yang mulanya 31,490.72 di tahun 2011 meningkat menjadi
45,526.96 di tahun 2015. Hal ini dikarenakan meningkatnya minat
masyarakat dalam pelayanan jasa seperti jasa pendidikan. Banyaknya
275
permintaan dari masyarakat belum diimbangi dengan pemenuhan yang
optimal. Sehingga sektor ini belum mampu memenuhi permintaan
masyarakat Labuan ini. Hal ini dikarenakan terjadi defisit pada sektor ini
dari tahun 2011 hingga tahun 2015.
g) Tanantovea
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian
151.122,41 158.981,35 168.279,08 165.501,49 181.446,24
Pertambangan
2
dan 38.318,86 41.679,69 45.793,92 52.531,85 54.843,69
penggalian
Industri
3
Pengolahan 9.718,50 10.139,56 10.672,82 11.765,62 11.765,94
Listrik dan
4
gas 39,10 40,87 43,22 48,02 48,56
5 Konstruksi
37.958,06 40.713,05 44.056,06 49.617,00 50.837,43
Perdagangan,
6 Hotel dan
37.647,27 40.088,76 43.053,57 48.142,56 49.045,48
Restoran
Angkutan
7 dan
18.730,09 21.273,50 20.993,08 23.376,44 23.730,44
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8
dan Jasa 13.800,20 14.787,32 15.620,43 17.229,79 17.305,57
Perusahaan
9 Jasa-jasa
28.832,30 31.658,29 33.705,50 36.510,22 39.990,05
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian -34.820,31 -36.063,35 -39.797,98 -32.422,29 -44.845,94
276
Pertambangan
2 -15.157,06 -17.292,59 -20.102,12 -25.766,15 -26.943,09
dan penggalian
Industri
3 -995,30 -1.035,96 -1.162,32 -1.821,42 -1.396,14
Pengolahan
Angkutan dan
7 8.591,11 7.655,90 9.621,62 9.004,66 10.522,76
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan
8 11.288,20 12.033,18 12.975,67 13.251,21 15.216,53
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 8.916,20 8.786,01 9.541,90 8.824,38 9.609,85
Hasil Analisa:
277
pertanian semakin meningkat. Namun dengan jumlah permintaan yang
besar, hasil produksi pertanian di Tanantovea masih belum mencukupi
untuk memenuhi permintaan masyarakat Tanantovea. Hal ini menyebabkan
terjadinya defisit permintaan sektor pertanian mulai dari tahun 2011 hingga
tahun 2015.
278
sebesar 48,56 juta rupiah. Dikarenakan bertambahnya jumlah penduduk
Kecamatan Tanantovea yang memerlukan sektor listrik dana gas untuk
membantu kehidupan sehati – hari. Walau terus mengalami peningkatan,
sektor ini merupakan sektor dengan jumlah permintaan terkecil diantara
sektor lainnya. Karena jumlah penduduk di Kecamatan Tanantovea yang
hanya berjumlah 15.000-an jiwa. Dan untuk memenuhi permintaan
masyakat Tanantovea, pemerintah terlah berhasil memenuhi permintaan
dan menyebabkan terjadinya suplus yang mengalami peningkatan setiap
tahun. Kenaikan suplus ini disebabkan kerja keras dari pemerintahan dalam
menyelengarakan program sektor listrik dan gas menjadi berhasil.
279
Untuk sektor angkutan dan komunikasi selalu meningkat pada tahun
2011 hingga tahun 2015 selalu meningkat. Hal ini disebabkan karena
adanya kebutuhan masyarakat Tanantovea memerlukan aksesibilitas untuk
menunjang kegiatan sehari – hari dan sarana komunikasi untuk saling
bertukar informasui. Dalam memenuhi permintaan sektor angkutan dan
komunikasi mempunyai nilai kelebihan yang terus meningkat. Hal ini
disebabakan karena pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah dalam
sarana angkutan dan komunikasi sudah baik. Dengan adanya jalan yang
memperlancar transportasi dan meluasnya jaringan komunikasi
menyebabkan surplus sektor angkutan dan komunikasi meningkat dari
tahun 2011 hingga 2015.
Pada sektor keuangan, jumlah permintaan pada tahun 2011 hingga tahun
2015 selalu meningkat, dengan nilai tertinggi pada tahun 2015 yaitu sebesar
15.216,53 juta rupiah. Hal ini disebabkan berkembangnya lembaga
perbankan yang membantu masyarakat dalam perihal transaksi keuangan
serta meningkatnya jumlah penduduk yang wajib membayar pajak. Dalam
memenuhi permintaan sektor keuangan ternyata terdapat kelebihan di atas
10 juta rupiah dan terus mengalami peningkatan dari tahun 2011 hingga
tahun 2015. Peningkatan ini berdasarkan banyaknya masyarakat di
Kecamatan Tanantovea yang membayar pajak dan penambahan dana
alokasi untuk Kecamatan Tanantovea.
280
h) Sindue
N Tahun
Kategori
o 2011 2012 2013 2014 2015
Pertambanga
2
n dan 42,635.89 46,366.65 50,833.42 57,953.99 60,248.70
penggalian
Industri
3
Pengolahan 10,813.40 11,279.78 11,847.34 12,980.03 12,925.52
Listrik dan
4
gas 43.51 45.47 47.97 52.98 53.34
5 Konstruksi
42,234.44 45,291.31 48,904.31 54,738.28 55,847.62
Perdagangan,
6
Hotel dan 41,888.64 44,596.82 47,791.50 53,111.66 53,879.07
Restoran
Angkutan
7 dan
20,840.23 23,665.75 23,303.31 25,789.27 26,069.15
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8
dan Jasa 15,354.94 16,450.18 17,339.42 19,008.19 19,011.09
Perusahaan
9 Jasa-jasa
32,080.57 35,218.33 37,414.70 40,278.67 43,931.19
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 7,910.32 10,921.09 11,570.27 23,494.76 13,424.78
Pertambangan - - - - -
2
dan 14,801.99 17,244.05 19,931.12 24,737.09 24,537.30
penggalian
Industri
3 4,012.00 4,282.42 4,592.56 4,375.57 5,374.28
Pengolahan
281
Listrik dan
4 5.39 6.23 6.93 5.32 9.26
gas
5 Konstruksi 8,126.26 9,778.09 10,702.89 9,869.92 13,832.38
Perdagangan,
- - - - -
6 Hotel dan
10,501.54 10,736.42 11,780.90 14,879.26 12,649.27
Restoran
Angkutan
7 dan 6,384.97 5,104.15 7,161.99 6,603.23 8,545.35
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 -6,555.04 -7,246.98 -7,779.92 -9,051.09 -8,589.39
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 5,419.63 5,135.47 5,457.30 4,318.63 4,589.91
Hasil Analisa:
282
belum mencukupi permintaan baik dari dalam atau luar, karena kurangnya
pengolahan nya tidak dilakukan dengan baik sehingga belum mencapai ke
yang optimal. Hal ini menyebabkan angka defisit meningkat disetiap
tahunnya dari tahun 2011-2015.
Untuk sektor industri pengolahan dapat dilihat pada tabel diatas terjadi
peningkatan disetiap tahunnya. Di tahun 2015 angka permintaan sebanyak
12,925.52 juta dan ini merupakan angka tertinggi diantara tahun lain,
peningkatan ini disebabkan minat warga untuk membuka usaha industri
baik rumah tangga ataupun dengan didukung dari hasil sektor pertanian
maka semakin kuat sebagai perkembangan industri dan perekonomian yang
semakin seimbang. Di Kecamatan Sindue tercatat industri kecil sebanyak 7
unit, sementara itu yang termasuk kerajinan rumah tangga sebanyak 23 unit.
Dengan besarnya permintaan ini terjadi surplus dari tahun 2011 hingga 2015
dengan angka yang paling besar mencapai 5,374.28 juta di tahun 2015.
283
pemerintah untuk masyarakatnya dilaksanakan dengan baik, dapat dilihat
pada tabel.4 terjadi peningkatan surplus di sektor konstruksi di kecamatan
sindue dengan angka tertinggi sebesar 13,832.38 juta ditahun 2015
dikarenakan kelebihan dalam membangun perumahan atau pertokoan.
Sektor angkutan dan komunikasi, pada sektor ini dapat dilihat dari tabel
terjadi peningkatan dari tahun 2011 ke 2015 yaitu sebesar 20,840.23 juta
pada tahun 2011 dan 26,069.15 juta pada tahun 2015. Untuk menunjang
arus perhubungan dan perekonomian di suatu tempat perlu tersedianya
sarana perhubungan antar daerah dan desa itu sendiri, sehingga arus lalu
lintas baik kendaraan bermotor maupun tidak bermotor dapat beroperasi
dengan baik. Jumlah jembatan di Kecamatan Sindue sebanyak 24 buah yang
terdiri dari 18 buah jembatan permanen, 5 buah jembatan semi permanen
284
dan 1 buah jembatan darurat, dengan panjang total 416 meter. Sarana
komunikasi dan informatika disaat ini semakin dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat termasuk di Kecamatan Sindue. Melalui sarana komunikasi dan
informasi tersebut masyarakat dapat memperoleh informasi mengenai
pengetahuan dan teknologi, informasi tentang seni budaya, olahraga,
pendidikan serta informasi lain yang sangat penting bagi masyarakat.
Beberapa sarana informasi yang telah dapat dimiliki adalah radio dan
televisi, dimana seluruh desa di Kecamatan Sindue telah dapat menikmati
sarana tersebut. Sedangkan sarana komunikasi telepon kabel belum
menjangkau kecamatan ini,namun untuk komunikasi telepon genggam (HP)
sudah dapat dinikmati oleh hampir seluruh desa. Oleh karena itu terjadi
surplus di sektor ini di mana pada setiap tahunnya mengalami peningkatan
pada tahun 2015 sebesar 8,545.35 juta yang membuktikan bahwa
masyarakat telah hampir semua menggunakan telpon genggam serta akses
angkutan yang baik.
285
dengan melalui tagihan atau pun membangun kesadaran masyarakat untuk
membayar pajak pada tepat waktunya.
Pada sektor jasa-jasa jumlah permintaan sama hal nya dengan sektor-
sektor yang lain, pada sektor ini terjadi peningkatan permintaan di setiap
tahunnya di kecamatan sindue. Dari jumlah permintaan sebesar
32,080.57pada tahun 2011 ke jumlah permintaan pada tahun 2015 sebesar
43,931.19 juta. Dengan bertambahnya penduduk serta angka kelahiran serta
kematian di kecamatan ini bertambah pula penggunaan jasa-jasa yang
ditawarkan atau yang akan digunakan. Dengan ini masyarakat sudah
terpenuhi dalam mendapatkan atau memperoleh pelayanan jasa-jasa (seperti
jasa sosial) yang disediakan, dapat dilihat dari angka surflus di sektor ini
mengalami peningkatan di kecamatan sindue.
i) Sindue Tambusabora
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 104.039,99 108.375,48 113.872,33 111.057,05 121.015,78
Pertambangan
2 dan 26.380,56 28.412,50 30.988,17 35.250,63 36.578,06
penggalian
Industri
3 6.690,69 6.912,01 7.222,17 7.895,13 7.847,31
Pengolahan
Listrik dan
4 26,92 27,86 29,24 32,23 32,39
gas
5 Konstruksi 26.132,17 27.753,55 29.812,18 33.294,67 33.906,09
Perdagangan,
6 Hotel dan 25.918,20 27.327,98 29.133,81 32.305,27 32.710,94
Restoran
Angkutan
7 dan 12.894,70 14.501,87 14.205,75 15.686,38 15.827,05
Komunikasi
286
Keuangan,
Persewaan,
8 9.500,73 10.080,32 10.570,15 11.561,77 11.541,97
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 19.849,55 21.581,04 22.808,09 24.499,58 26.671,41
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian -11.815,69 -13.210,18 -15.448,13 -10.098,05 -17.777,48
Pertambangan
2 21.460,44 23.916,00 25.327,73 25.148,17 27.952,04
dan penggalian
Industri
3 2.165,81 2.362,59 2.525,43 2.509,37 3.302,19
Pengolahan
Angkutan dan
7 1.313,60 621,53 1.994,25 1.730,22 3.007,35
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan
8 -5.075,93 -5.447,92 -5.736,85 -6.525,57 -6.298,07
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1.063,05 698,56 860,31 -86,48 -158,01
Hasil Analisa:
Untuk sektor pertanian dapat kita lihat ditabel bahwa, permintaan dari
tahun 2011 hingga 2015 sebesar 104.039,99 juta hingga mencapai angka
121.015,78 juta. Hal ini disebabkan karena kebutuhan manusia akan pangan setiap
harinya yang dimana kita ketahui bahwa makanan pokok orang Indonesia ialah
padi yang berasal dari sektor pertanian. Tetapi, dari segi hasil produksi di
Kecamtan Sindue Tambusabora mengalami penurunan yang disebabkan karena
kurangnya lahan tanam bagi para petani yang dimana lahan pertanian hanya
287
terdapat di Desa Saloya seluas 73 Ha tidak lebih besar daripada kecamatan
kecamatan yang lain yang memiliki lahan yang lebih luas. Hal ini menyebabkan
Kecamatan Sindue Tambusabora mengalami defisit di sektor pertanian.
288
dari 5 orang dikategorikan ke dalam industri kerajinan rumah tangga. Belum
diperoleh data yang memadai mengenai jumlah industri yang ada di
kecamatan ini. Sementara usaha/jasa yang ada dikecamatan ini adalah
tukang kayu, jasa menjahit, tukang emas, dan salon kecantikan serta
kerajinan menganyam yang menghasilkan kas pribadi dan daerah
bertambah.
Untuk sektor listrik air dan gas dapat kita lihat ditabel bahwa,
permintaan dari tahun 2011 hingga 2015 mengalami kenaikan sebesar 26,92
juta hingga mencapai angka 32,39 juta tetapi tidak lebih besar dari sektor
lainnya. Hal ini disebabkan karena fasilitas listrik sebagai alat penerangan
yang merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat perkotaan dan
pedesaan. Jumlah pelanggan Listrik PLN sebanyak 1.879 rumah tangga.
Jumlah pelanggan PLN di Kecamatan Sindue Tambosabora yang tertinggi
terdapat di Desa Tibo sebanyak 533 rumah tangga sedangkan jumlah
pelanggan yang paling rendah terdapat di Desa Kaliburu Kata 187 rumah
tangga. Seperti halnya kebutuhan penerangan, masyarakat juga sangat
membutuhkan sarana air bersih untuk keperluan sehari-hari. Sampai pada
tahun 2015 Kecamatan Sindue Tombusabora belum dapat dilayani oleh
PDAM, sehingga umumnya masyarakat mengambil air minum melalui
sumur atau air sungai/mata air yang artinya sektor listrik air dan gas masih
dikatakan defisit.
Untuk sektor konstruksi dapat kita lihat ditabel bahwa, permintaan dari
tahun 2011 hingga 2015 mengalami kenaikan sebesar 33.906,09 juta hingga
mencapai angka 32,39 juta. Hal ini disebabkan karena pastinya setiap tahun
penduduk di Kecamatan Sindue Tambusabora mengalami peningkatan yang
mempengaruhi meningkatnya pembangunan diwilayah ini. Contohnya
pembangunan perumahan ataupun jalan untuk pemenuhan kebutuhan hidup
masyarakat. Dibalik itu, pada tahun 2011 dan 2014 sektor ini mengalami
defisit karena adanya pembangunan.
Untuk sektor perdagangan hotel dan restaurant dapat kita lihat ditabel
bahwa, permintaan dari tahun 2011 hingga 2015 mengalami kenaikan
sebesar 25.918,20 juta hingga mencapai angka 32.710,94 juta. Hal ini
289
disebabkan karena semakin bertambahnya penduduk semakin bertambah
juga minat masyarakat dalam membeli produk pemenuh kebutuhannya.
Tetapi, pada sektor ini mengalami defisit karena Prasarana pemasaran
berupa pasar tradisional di Kecamatan Sindue Tombusabora masih sangat
kurang. Kondisi ini merupakan kendala bagi para warga,di
sampingkurangnya sarana transportasi antar desa yang semakin
mempersulit pedagang memasarkan hasil komoditi pertanian/perkebunan
ke desa yang memiliki sarana pemasaran. Hingga saat ini hanya dua desa
yang memiliki sarana pemasaran, yakni di Desa Tibo yang merupakan
ibukota kecamatan dan di Desa Batusuya. Sehingga sektor ini mengalami
defisit.
Untuk sektor angkutan dan komunikasi dapat kita lihat ditabel bahwa,
permintaan dari tahun 2011 hingga 2015 mengalami kenaikan sebesar
12.894,70 juta hingga mencapai angka 15.827,05 juta. Hal ini disebabkan
karena perkembangan sektor perhubungan khususnya jembatan sudah baik.
Jumlah jembatan permanen di Kecamatan Sindue Tombusabora 14 buah,
jembatan semi permanen sebanyak 8 buah,dan jembatan darurat sebanyak 2
buah dengan panjang total 663 meter. Hampir seluruh desa di Kecamatan
Sindue Tombusabora dilintasi oleh jalan provinsi yang menghubungkan
Kabupaten Donggala dengan Kabupaten Toli-Toli kecuali Desa Saloya.
Jumlah kendaraan yang ada di kecamatan ini dari tahun ke tahun mengalami
pertumbuhan yang cukup tinggi terutama jumlah kendaraan roda dua
(sepeda motor). Sementara sarana komunikasi telepon kabel sampai saat ini
belum dapat menjangkau kecamatan ini, namun komunikasi dengan
menggunakan telepon genggam sudah hampir menjangkau seluruh desa.
Sehingga sektor angkutan dan komunikasi dapat dikatakan surplus.
Untuk sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan dapat kita
lihat ditabel bahwa, permintaan dari tahun 2011 hingga 2014 mengalami
kenaikan sebesar 9.500,73 juta hingga mencapai angka 11.561,77 juta dan
mengalami penurunan pada tahun 2015 menjadi sebesar 11.541,97 juta. Hal
ini disebabkan karena Dalam pengelolaan rencana anggaran dan belanja
daerah dianut suatu sistem berimbang dan dinamis. Sistem berimbang
290
berarti terdapat keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran.
Sedangkan dinamis berarti terjadi peningkatan tabungan pemerintah.
Tetapi, Data jumlah wajib pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Sindue
Tombusabora Tahun 2014 sebanyak 2.867 orang. Penetapan target
penerimaan pajak digunakan data nilai surat pemberitahuan pajak terhutang
(SPPT) yang dikeluarkan kantor pelayanan pajak. Perlu ada upaya-upaya
serius yang harus dilakukan baik pemerintah kecamatan maupun desa untuk
meningkatkan realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan, baik melalui
penagihan maupun menggugah kesadaran masyarakat untuk dapat
membayar pajak tepat pada waktunya. Sehingga sektor ini mengalami
defisit dikarena kurangnya kesadaran masyarakat.
Untuk sektor jasa jasa dapat kita lihat ditabel bahwa, permintaan dari
tahun 2011 hingga 2015 mengalami kenaikan sebesar 19.849,55 juta hingga
mencapai angka 26.671,41 juta. Hal ini disebabkan karena semakin
banyaknya jasa yang sudah ada di Kecamatan ini yang dapat meningkatkan
kas pribadi dan daerah. Tetapi, pada sektor ini juga pernah mengalami
defisit pada tahun 2014 hingga 2015.
j) Sindue Tobata
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian
85.752,01 89.131,15 93.350,41 91.015,37 98.810,63
Pertambangan
2
dan penggalian 21.743,43 23.367,26 25.403,52 28.889,20 29.866,36
Industri
3
Pengolahan 5.514,61 5.684,64 5.920,60 6.470,35 6.407,41
5 Konstruksi
21.538,70 22.825,33 24.439,47 27.286,22 27.684,67
Perdagangan,
6 Hotel dan
21.362,34 22.475,33 23.883,35 26.475,37 26.708,82
Restoran
291
Angkutan dan
7
Komunikasi 10.628,09 11.926,76 11.645,61 12.855,57 12.922,95
Keuangan,
Persewaan, dan
8
Jasa 7.830,70 8.290,35 8.665,21 9.475,30 9.424,14
Perusahaan
9 Jasa-jasa
16.360,43 17.748,88 18.697,65 20.078,32 21.777,48
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian -7.572,41 -7.335,55 -8.187,31 -3.250,17 -8.404,33
Pertambangan
2 9.633,07 10.167,94 10.147,08 9.156,90 10.519,74
dan penggalian
Industri
3 454,59 497,06 501,50 354,15 417,09
Pengolahan
Angkutan dan
7 1.559,81 896,74 1.943,89 1.633,33 2.505,75
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan
8 -3.575,30 -3.828,75 -3.986,01 -4.560,30 -4.272,24
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 4.822,67 4.723,72 4.871,45 4.112,78 4.015,82
Hasil Analisa:
292
terganggu.Selanjutnya di susul oleh sektor pertambangan dan penggalian
yang mana sektor ini meningkat setiap tahunya tanpa ada penurun sediktpun
dalam kurun waktu 4 tahun ini.Hal ini di sebabkan karena sektor
pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang di cari cari oleh
masyarakat.Yang ketiga adalah sektor kontruksi dimana sektor kontruksi ini
ada permintaan untuk pembangunan yang dapat mensejahterakan
masyarakat dan melakukan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan
msyarakat.Lalu perdagangan hotel dan restoran. Untuk sektor perdagangan
hotel dan restoran terus mengalami peningkatan, dimana sektor ini di
dukung karena adanya pembangunan oleh pemerintah dan adanya
pertambahan jumlah penduduk sehingga meningkatkan permintaan untuk
sektor perdagangan hotel dan restoran.Untuk sektor jasa-jasa juga
mengalami kenaikan yang mana khususnya kecamatan Sindue Tobata
sendiri jasa jasanya di tunjang dari pengembangan daerah tersebut serta
jasa-jasa lain berupa kuliner makanan dan pariwisata. Untuk sektor gas dan
listrik mengalami peningkatan permintaan karena semakin banyaknya
masyarakat semakin banyak pula kebutuhan. Untuk sektor angkutan dan
transportasi mengalami peningkatan secara umum, hal ini di dukung dengan
pembangunan dan kebutuhan masyarakat untuk pengangkutan hasil bumi
maupun transportasi menuju pasar sehingga permintaan akan sektor ini akan
bertambah. Untuk sektor industri pengolahan sendiri cenderung
menunjukan angka yang naik terus setiap tahunya ini di sebabkan
olehmasayarakat sudah mulai mengerti dan memahami cara pengembangan
industri pengolahan yang di tunjang oleh pemerintah dari kecamatan Sindue
Tobata sendiri.
293
juga demikian,untuk angkutan dan komunikasi hal ini di karenakan banyak
dari sektor ini yang di gunakan oleh masyarakat dalam pemenuhan
kebutuhan sehari hari,walapun setiap tahunya terdapat angka yang naik
turun dan yang terkahir jasa-jasa sektor ini juga sangat penting bagi
pemenuhan kebutuhan masyarakat khususnya di kecamatan Sindue Tobata.
k) Sirenja
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian
185.999,31 194.249,75 206.280,79 201.646,85 235.516,50
Pertambangan
2
dan 47.162,31 50.925,91 56.135,36 64.004,75 71.186,89
penggalian
Industri
3
Pengolahan 11.961,40 12.388,92 13.083,02 14.335,22 15.272,15
Listrik dan
4
gas 48,13 49,94 52,98 58,51 63,03
5 Konstruksi
46.718,24 49.744,83 54.005,04 60.453,30 65.986,79
Perdagangan,
6 Hotel dan
46.335,72 48.982,05 52.776,17 58.656,85 63.660,84
Restoran
Angkutan
7 dan
23.052,72 25.992,82 25.733,85 28.481,83 30.802,02
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8
dan Jasa 16.985,09 18.067,74 19.147,92 20.992,76 22.462,56
Perusahaan
9 Jasa-jasa
35.486,39 38.681,36 41.317,07 44.484,02 51.906,93
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
-
1 Pertanian -14.965,91 -13.768,25 -13.641,79 -1.150,85
27.160,20
294
Pertambangan
2 dan 16.284,59 16.524,49 15.746,54 12.571,05 9.493,31
penggalian
Industri
3 1.780,80 2.204,38 2.330,08 2.076,58 2.245,85
Pengolahan
Listrik dan
4 10,07 12,26 13,82 13,39 14,87
gas
5 Konstruksi -207,94 -43,93 -864,84 -3.890,80 -6.307,79
Perdagangan,
6 Hotel dan 4.451,38 5.573,45 5.952,83 4.124,55 3.220,16
Restoran
Angkutan dan
7 -2.701,92 -4.350,72 -2.619,85 -3.734,33 -4.184,02
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 -777,69 -1.068,84 -1.303,72 -2.267,96 -2.697,36
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa -3.873,39 -5.082,86 -5.613,07 -7.741,62 25.375,17
Hasil Analisa:
Untuk sektor pertanian, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan yang selalu naik angka pada tahun 2011 sebesar 185.999,31 juta
rupiah dan pada tahun 2015 sebesar 235.516,50 juta rupiah. Hal ini disebabkan
karena padi merupakan makanan utama masyarakat disana sehingga pasti
akan selalu dicari dan dibeli. Hal ini menyebabkan terjadinya kekurangan
bahan pada sector pertanian. Salah satu penyebabnya adalah banyak aliran
irigasi yang rusak dan hasil panen tidak maksimal seperti biasanya.
295
untuk sektor industry pengolahan, pada tahun 2011 hingga tahun 2015
juga menunjukan peningkatan yang baik meskipun pedapatan yang
dihasilkan tidak naik secara signifikan tetapi konsisten. Hal ini disebabkan
karena Kecamatan Sirenja mempunyai banyak industry seperti industry
kecil, sedang, maupun besar dan rata-rata produk yang dihasilkan adalah
produk sulaman dan anyaman. Hal ini menyebabkan surplus pada sector ini.
Sector industry pengolahan yang masih terbilang kecil sangat membantu
terpenuhinya permintaan akan sector ini.
untuk sektor listrik dan gas, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan yang selalu naik meskipun angkanya tidak besar. Pada tahun
2011 pendapatan yang diperoleh sebesar 48,13 juta rupiah dan terus naik
hingga tahun 2015 sebesar 63,03 juta rupiah hal ini disebabkan karena
banyak potensi energi terbarukan yang ada di desa-desa Kecamatan Sirenja,
jadi terdapat permintaan namun tidak besar. Hal ini menyebabkan surplus
karena PLN mampu menyediakannya.
untuk sektor konstruksi, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan paling besar pada tahun 2015 sebesar 65.986,79 juta rupiah. Hal
ini disebabkan karena pembangunan akan lebih serius untuk digalakan
karena Kecamatan Sirenja terdapat potensi-potensi yang sangat baik. Hal
ini menyebabkan deficit bahkan nilainya semakin tinggi di setiap tahunnya
dan membuktikan bahwa Kecamatan Sirenja belum mampu memenuhi
kebutuhan dalam bidang kontruksi.
untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran, pada tahun 2011 hingga
tahun 2015 terdapat permintaan yang terus meningkat disetiap tahunnya.
Hal ini disebabkan karena pada sub sector perdagangan yang selalu
berkembang dan banyak menjual barang yang diperlukan bagi masyarakat.
Hal ini menyebabkan surplus karena bantuan dari pedagang kecil dan kios-
kios yang mampu memenuhi permintaan dengan baik.
untuk sektor angkutan dan komunikasi, pada tahun 2011 hingga tahun
2015 terdapat permintaan yang selalu naik disetiap tahunnya. Hal ini
disebabkan karena rata-rata masyarakat disana banyak yang membutuhkan
296
tengaga angkutan untuk membantu pekerjaannya dan jaringan komunikasi
yang sudah lancar hingga ke desa-desa dan menyebabkan deficit karena
sarana angkutan belum mapu memenuhi permintaan.
untuk sektor jasa-jasa, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan sebesar 25.375,17 juta rupiah pada tahun 2015. Hal ini
disebabkan karena pasar menjadi bagian terpenting dalam sector ini. Hal ini
menyebabkan deficit pada tahun 2011 sampai 2014 dan mengalami surplus
pada tahun 2015 dan artinya perbaikan pada sector jasa terus dilakukan.
l) Balaesang
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 173.417,91
181.175,37 190.526,99 185.982,64 202.733,11
Pertambangan
2
dan penggalian 43.972,15 47.498,24 51.848,27 59.032,77 61.277,83
Industri
3
Pengolahan 11.152,30 11.555,06 12.083,86 13.221,64 13.146,30
5 Konstruksi
43.558,12 46.396,65 49.880,64 55.757,20 56.801,57
Perdagangan,
6 Hotel dan
43.201,47 45.685,21 48.745,62 54.100,30 54.799,39
Restoran
297
Angkutan dan
7
Komunikasi 21.493,39 24.243,32 23.768,54 26.269,32 26.514,44
Keuangan,
Persewaan,
8
dan Jasa 15.836,18 16.851,65 17.685,58 19.362,01 19.335,82
Perusahaan
9 Jasa-jasa
33.086,01 36.077,83 38.161,66 41.028,44 44.681,59
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 9.871,49 12.048,03 13.213,21 27.554,66 19.140,19
Pertambangan
2 -34.860,95 -38.048,94 -42.083,37 -48.921,27 -50.800,23
dan penggalian
Industri
3 -830,90 -678,36 -591,56 -1.035,24 -212,90
Pengolahan
Angkutan dan
7 -3.021,29 -4.916,42 -3.415,64 -4.854,32 -3.883,84
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan
8 6.471,22 6.772,25 7.406,92 7.346,69 9.168,78
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 2.432,09 2.957,47 3.053,24 1.241,16 1.310,01
Hasil Analisa:
untuk sektor pertanian, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan sebesar 202.733,11 juta rupiah. Itu adalah permintaan paling tinggi
selama lima tahun yaitu di tahun 2015. Hal ini disebabkan karena pertanian
yang menghasilkan padi dan tanaman perkebunan serta peternakan yang ada
itu adalah kebutuhan primer yang pasti dicari oleh masyarakat disana, tidak
298
heran bahwa permintaan yang diperoleh setiap tahunnya meningkat dan
memiliki nilai yang tinggi. Hal ini menyebabkan surplus pada sector ini
yang membuktikan bahwa sector pertanian mampu berkembang dan
mencukupi kebutuhan masyarakat Kecamatan Balaesang.
untuk sektor industry pengolahan, pada tahun 2011 hingga tahun 2015
terdapat permintaan sebesar 11 sampai dengan 13 juta rupiah. Hal ini
disebabkan karena di Kecamatan Balaesang ada banyak jenis industry dari
yang kecil sampai besar tapi yang paling dominan adalah industry rumah
tangga, hal ini juga menyebabkan terjadinya defisit karena belum mampu
untuk memenuhi permintaan dalam sector ini.
untuk sektor listrik dan gas, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan yang cukup kecil tapi selalu meningkat disetiap tahunnya dan
hanya sebesar 54,25 juta rupiah pada tahun 2015. Hal ini disebabkan karena
kebutuhan listrik dan gas termasuk dalam kebutuhan utama masyarakat
dalam menjalani hidup tetapi hanya saja belum terjadinya pemerataan
sepenuhnya dan maka dari itu permintaan akan sector ini tidak terlalu tinggi.
Hal ini menyebabkan surplus karena PLN mampu memenuhi permintaan
dari sector ini yang ada di Kecamatan Balaesang.
untuk sektor konstruksi, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan sebesar 43 sampai 56 juta dalam waktu lima tahun. Hal ini
disebabkan karena pembangunan pasti akan terus berkembang dan
permintaan akan konstruksi juga akan terus naik. Hal ini juga menyebabkan
surplus sampai pada 8.453,33 juta rupiah pada tahun 2015 dan
299
membuktikan bahwa Balaesang mampu memenuhi kebutuhan akan
konstruksi.
untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran, pada tahun 2011 hingga
tahun 2015 terdapat permintaan sebesar 54.799,39 juta rupiah pada tahun
2015. Hal ini disebabkan karena kebutuhan akan barang yang didapat dari
perdagangan pasti akan terus dicari. Hal ini menyebabkan surplus pada
sector ini yang artinya pemerintah mampu untuk memenuhu permintaan
akan sector ini.
untuk sektor angkutan dan komunikasi, pada tahun 2011 hingga tahun
2015 terdapat permintaan sebesar 26.514,44 juta rupiah pada tahun 2015.
Hal ini disebabkan karena warga masyarakat Balaesang banyak
membutuhkan angkutan dan komunikasi sehingga permintaan yang didapat
mencapai angka tersebut. Hal ini menyebabkan defisit pada sector ini karena
Kecamatan Balaesang belum mampu memenuhi seluruh permintaan pada
sector ini.
untuk sektor jasa-jasa, pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdapat
permintaan sebesar 33 sampai 44 juta rupiah selama lima tahun tersebut.
Hal ini disebabkan karena jasa-jasa seperti perbengkelan dan reperasi sangat
dicari dan diperlukan. Hal ini menyebabkan surplus pada daerah tersebut
meskipun angka yang didapatkan tidak besar.
m) Balaesang Tanjung
300
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian
85.311,23 88.093,73 92.448,04 89.184,69 96.119,98
Pertambangan
2 dan
21.631,66 23.095,28 25.157,96 28.308,12 29.053,09
penggalian
Industri
3
Pengolahan 5.486,26 5.618,47 5.863,36 6.340,21 6.232,93
Listrik dan
4
gas 22,07 22,65 23,74 25,88 25,72
5 Konstruksi
21.427,98 22.559,66 24.203,22 26.737,38 26.930,80
Perdagangan,
6 Hotel dan
21.252,54 22.213,73 23.652,48 25.942,85 25.981,53
Restoran
Angkutan dan
7
Komunikasi 10.573,46 11.787,94 11.533,04 12.596,99 12.571,05
Keuangan,
Persewaan,
8
dan Jasa 7.790,45 8.193,86 8.581,45 9.284,71 9.167,51
Perusahaan
9 Jasa-jasa
16.276,34 17.542,29 18.516,90 19.674,46 21.184,47
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 37.880,47 41.585,57 44.887,06 53.743,41 52.074,32
Pertambangan
-
2 dan -15.261,18 -17.106,06 -20.083,92 -20.601,89
14.041,16
penggalian
Industri
3 -3.145,96 -3.218,77 -3.400,06 -3.791,41 -3.604,13
Pengolahan
Listrik dan
4 -4,37 -4,35 -4,54 -5,68 -4,12
gas
5 Konstruksi -1.732,68 -1.832,36 -2.288,22 -3.862,48 -3.022,00
Perdagangan,
-
6 Hotel dan -11.965,53 -13.080,48 -14.897,25 -14.413,43
11.348,04
Restoran
301
Angkutan dan
7 -6.058,26 -7.121,44 -6.669,14 -7.526,69 -7.244,25
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 -4.404,95 -4.703,36 -4.984,85 -5.576,91 -5.327,41
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 2.854,96 2.521,41 2.646,30 2.000,94 2.142,93
Hasil Analisa:
Untuk sektor pertanian dari tahun 2011 hingga tahun 2015 peningkatan
, hal ini disebabkan karena sektor pertanian merupakan sektor utama di
Balaesang Tanjung. Sehingga sektor ini permintaannya terus bertambah di
setiap tahunnya. Untuk sektor pertambangan dan penggalian juga
mengalami peningkatan permintaan dimana hasil bumi pertambangan
merupakan hasil bumi yang yang dicari-cari oleh karena setiap tahunnya
pertambangan mengalami peningkatan walaupun pertambangan di
Balaesang Tanjung tidak terlalu berkembang namun dalam tahun 2011-
2015 terus mengalami kenaikan permintaan. Untuk sektor industri
pengolahan mengalami turun naik hingga tahun 2015 mencapai 6.232,93
hal ini disebabkan oleh masyarakat kurang mengembangkan industri
pengolahan dan blum nada program dalam pengembangan indstri dari
pemerintah daerah Balaesang Tanjung. Untuk sektor gas dan listrik
mengalami peningkatan permintaan karena semakin banyaknya masyarakat
semakin banyak pula kebutuhan. Untuk sektor kontruksi terjadi peningkatan
karena setiap tahunnya selalu ada permintaan untuk pembangunan yang
dapat mensejahterakan masyarakat dan melakukan pembangunan untuk
memenuhi kebutuhan msyarakat. Untuk sektor perdagangan terus
mengalami peningkatan, dimana sektor ini di dukung karena adanya
pembangunan oleh pemerintah dan adanya pertambahan jumlah penduduk
sehingga meningkatkan permintaan untuk sektor perdagangan. Untuk sektor
angkutan dan transportasi mengalami peningkatan secara umum, hal ini di
dukung dengan pembangunan dan kebutuhan masyarakat untuk
pengangkutan hasil bumi maupun transportasi menuju pasar sehingga
302
permintaan akan sektor ini akan bertambah. Untuk sektor jasa lainnya serta
perhotelan juga mengalami peningkatan permintaan. Hal ini dikarenakan
adanya pembangunan membuat alam indah Balaesang Tanjung terekspos
dan adanya kemajuan daerah ini dibidang pariwisata sehingga faktor ini
mendorng peningkatan sektor perhotelan dan jasa lainnya meningkat.
n) Dampelas
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 409.263,60
240.734,27 252.684,82 366.736,10 264.521,04
Pertambangan 18.187,10
2 61.041,00 66.245,67 15.515,50 83.961,66
dan penggalian
Industri 20.632,80
3 15.481,34 16.115,81 18.339,00 18.805,00
Pengolahan
303
5 Konstruksi 72.931,30
60.466,25 64.709,29 63.081,50 79.302,85
Perdagangan,
6 Hotel dan 57.621,60
59.971,17 63.717,04 49.512,70 76.946,26
Restoran
Keuangan,
Persewaan, dan 25.034,90
8 21.983,38 23.502,95 22.228,00 27.538,38
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 43.327,20
45.929,15 50.317,66 39.081,20 58.354,29
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 78.294,53 89.446,68 97.990,87 124.457,46 118.230,14
Pertambangan
2 dan -47.194,20 -51.646,97 -57.618,36 -67.273,16 -69.780,27
penggalian
Perdagangan,
6 Hotel dan -16.275,47 -17.722,94 -19.244,76 -23.824,16 -21.045,65
Restoran
304
Keuangan,
Persewaan, -2.236,28 -2.544,45 -2.718,16 -4.032,78 -2.722,63
8
dan Jasa
Perusahaan
Hasil Analisa :
o) Sojol
305
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 250.118,58 262.239,57 278.515,97 273.519,32 299.515,37
Pertambangan
2 dan 63.420,51 68.750,61 75.792,78 86.817,80 90.531,10
penggalian
Perdagangan,
6 Hotel dan 62.308,97 66.126,37 71.257,27 79.563,76 80.959,94
Restoran
Keuangan,
Persewaan, 22.840,34 24.391,67 25.853,12 28.475,16 28.566,50
8
dan Jasa
Perusahaan
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 65.685,62 75.453,73 81.653,73 105.934,98 96.682,03
Perdagangan,
6 Hotel dan -2.349,67 -2.953,27 -3.744,17 -7.635,26 -4.104,34
Restoran
306
Angkutan dan -136,25 -2.698,72 -548,61 -2.380,24 -431,51
7
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan -11.633,84 -12.675,07 -13.585,92 -15.594,26 -15.037,30
8
Jasa
Perusahaan
Hasil Analisa :
Dapat dilihat ditabel, untuk sektor pertanian, pada tahun 2011 hingga
tahun 2015 terdapat permintaan sebesar 250.118,58 ke angka 299.515,37.
Hal ini disebabkan karena kecamatan Sojol tepatnya di desa Tonggolobibi
merupakan penghasil padi terbesar sehingga disebut sebagai lumbung padi
nya Kabupaten Donggala. Banyak juga masyarakat yang menggantungkan
hidupnya pada sektor ini dengan menjadi petani karena juga sebagian besar
lahan di Kecamatan Sojol merupakan lahan pertanian. Pada tahun 2011
produksi padi sebesar 15.051,8 ton atau 3,24 ton/ha. Desa dengan produksi
panen padi tertinggi adalah Desa Tonggolobibi sebesar 6.720 ton.
Mengalami kenaikan per tahun nya, di tahun 2015 produksi padi meningkat
sebesar 20.281 ton. Dan seperti yang diketahui, padi merupakan makanan
pokok masyarakat Indonesia yang keberadaannya sangat dibutuhkan. Hal
ini menyebabkan sektor ini mengalami surplus, dimana produksi padi yang
melimpah tentunya akan selalu menambah kas keuangan daerah.
307
menjadi bahan utama yang dicari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Biasanya bahan tambang ini diekspor ke daerah luar Kabupaten
Donggala. Jadi kecamatan yang ada di Donggala hanya sebagai tempat
kerjanya saja.
308
Untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran, jumlah permintaan dari
tahun 2011 ke 2015 mengalami peningkatan sebesar 62.308,97 ke angka
80.959,94,. Hal ini disebabkan perdagangan adalah kegiatan utama setelah
pertanian bagi masyrakat Kecamatan Sojol. Tentunya, ada proses jual dan
beli yang terjadi. Semakin besar jumlah pedagang yang membuka
kios/warung dan berjualan di pasar, maka semakin besar permintaan
terhadap barang oleh pembeli. Dapat diketahui, ada 21 toko, 446 kios, dan
18 warung pada tahun 2015.
p) Sojol Utara
No Kategori Tahun
309
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 75.968,63 89.475,47 95.144,56 92.983,08 101.469,18
Pertambangan
2 dan 19.262,74 23.457,53 25.891,77 29.513,77 30.669,93
penggalian
Perdagangan,
6 Hotel dan 18.925,13 22.562,15 24.342,38 27.047,75 27.427,44
Restoran
Keuangan,
Persewaan, 6.937,31 8.322,38 8.831,75 9.680,15 9.677,70
8
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 14.493,88 17.817,44 19.057,01 20.512,40 22.363,42
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 11.758,67 2.904,83 2.060,84 7.291,02 1.489,22
Pertambangan
2 dan -12.928,04 -16.594,53 -18.393,97 -21.434,87 -22.002,03
penggalian
310
Perdagangan,
6 Hotel dan 5.118,87 3.532,85 4.202,92 3.330,15 5.225,76
Restoran
Keuangan,
Persewaan, -5.305,91 -1.560,28 -1.710,35 -2.151,15 -1.731,20
8
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa -13.213,18 759,66 903,39 248,30 263,28
Hasil Analisa :
Dapat dilihat ditabel, untuk sektor pertanian, pada tahun 2011 hingga
tahun 2015 terdapat permintaan sebesar 75.968,63 ke angka 101.469,18.
Hal ini disebabkan karena kecamatan Sojol Utara bersamaan dengan
kecamatan Sojol adalah lumbung padi nya kabupaten Donggala sehingga
banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dengan
menjadi petani. Menurut data “Statistik Daerah Kecamatan Sojol Utara” dan
“Sojol Dalam Angka”, ditahun 2011 untuk tanaman padi dengan luas panen
2.682 menghasilkan padi sebayak 16.486 ton, disusul tahun 2012 dengan
luas panen 2.805 menghasilkan padi sebanyak 16.503 ton dan di tahun
20115 menghasilkan padi sebesar 148.559 ton. Dan seperti yang diketahui,
padi merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia yang keberadaannya
sangat dibutuhkan. Hal ini menyebabkan sektor ini mengalami surplus,
dimana produksi padi yang melimpah tentunya akan selalu menambah kas
keuangan daerah.
311
Balukang Kecamatan Sojol. Perusahaan ini berperan besar dalam
pengelolaan bahan-bahan tambang.
Untuk sektor industri dan pengolahan, di tahun 2011 hingga tahun 2015
jumlah permintaan semakin meningkat dari angka 4.885,45 ke 6.579,80. Hal
ini disebabkan kecamatan Sojol Utara memiliki industri kecil dan industri
kerajinan rumah tangga. Jumlah industri mikro sesuai data yang diperoleh
tahun 2014 tercatat sebanyak 30 industri dimana jumlah terbesar terdapat di
Desa Ogoamas II yaitu berjumlah 12 buah industri sedangkan yang terendah
di Desa Bengkolli yaitu berjumlah 2 buah industri.
Untuk sektor listrik dan gas, di tahun 2011 hingga tahun 2015 jumlah
permintaan semakin meningkat dari angka 19,66 ke 27,15. Hal ini
disebabkan, dari 5 desa ada 2 desa yang belum teraliri listrik PLN sehingga
banyak warga yang meminta agar aktivitas nya sehari-hari bisa berjalan
dengan lancar. Khusus untuk PDAM Kecamatan Sojol utara hanya dapat
melayani pelanggan pada tiga desa yaitu Desa Ogomas 1,Ogoamas 2 dan
Desa Bengkoli, dengan jumlah pelanggan pada ketiga desa tersebut menjadi
508 rumah tangga. Sektor ini juga sektor yang terendah dari sektor lainnya,
karena memang pengaruh sektor ini dalam perekonomian kabupaten
Donggala tidak besar.
312
berjumlah 18, dimana fasilitas perdagangan tersebut sebagian besar berada
di Desa Ogoamas I.
Untuk sektor jasa-jasa lainnya, di tahun 2011 hingga tahun 2015 jumlah
permintaan semakin meningkat dari angka 14.493,88 ke 22.363,42. Jasa-
jasa tersebut contohnya seperti pelayanan terhadap masyarakat dalam
bentuk kesehatan maupun pendidikan. Tentunya 2 hal ini menjadi hal
penting bagi warga untuk memenuhi standar kualitas hidupnya.
313
4.3 Shift Share Kabupaten Donggala
a) Rio Pakava
314
sektor pertanian atau pokok utama lapangan pekerjaan mereka adalah
petani. Hal yang menyebabkan bahwa sektor pertanian menjadi yang terluas
dan mengalami pertumbuhan paling cepat juga karena masyarakat memiliki
kemampuan tinggi akan hasil produksi pertanian mereka, mereka
mengutamakan hasil produksi yang lebih menguntungkan seperti tanaman
kelapa sawit jika dilihat dari sisi tanaman kelapa sawit merupakan tanaman
yang memiliki produktivitas ,harga serta permintaan kelapa sawit yang
cukup tinggi sehingga menjadi alasan sejumlah alih komuditi ke tanaman
kelapa sawit. Sehingga membuat sektor bahkan lahan pertanian
dikecamatan rio pakava dapat bersaing dengan sektor pertanian lainnya
diberbagai kecamatan, selain produksinya yang lebih banyak kecamatan rio
pakava juga merupakan kecamatan yang memproduksi hasil pertanian
terbanyak dan terbaik di kabupaten donggala juga membuat sektor ini
mendapatkan perkembangan paling tinggi. Sedangkan pertumbuhan
ekonomi wilayah paling rendah adalah sektor listrik air dan gas, hal ini
terjadi karena wilayah kecamatan rio pakava berada jauh dari ibu kota
kabupaten sehingga membuat kesulitan dalam pemasokan air,listrik dan
juga gas ,dengan jumlah penduduk yang banyak dan lingkungan yang sangat
luas juga mempengaruhi kesulitan dalm menyeimabangkan kebutuhan air
,gas dan listrik . sehingga sektor ini mengalami keterlambatan dalam
pertumubuhannya. Rendahnya sektor lstrik,air ,gas dan industri pengolahan
disebabkan karena sektor ini bukan sektor unggulan.
315
listrik air dan gas, persewaan hotel jasa perusahaa dan angkutan sehingga
akan memberikan nilai minus yang sangat besar terhadap PDRB. hal ini
disebabkan karena kurangnya pemasokan air dengan daerah yang luas dan
kurangnya keinginan untuk menggunakan jasa angkutan terutama jasa
perusahaan,karena pokok kehidupan utama mereka adalah pertanian meski
air dan listrik sangat dibutuhkan. Namun demikian, sektor lainnya seperti
bangunan,perdagangan dan restaurant memiliki nilai positif yaitu bahwa
sektor tersebut memiliki keunggulan dalam arti komparatif terhadap sektor
yang sama didaerah lain. Dengan demikian berarti laju pertumbuhannya
juga sangat tinggi dibandingksn dengan sektor yang memiliki niali paling
tinggi yaitu pertanian. Sedangkan untuk sektor lainnya yang memiliki nilai
negatif yang memungkinkan masih adanya perbaikan dengan dibandingkan
terhadap perekonomian diprovinsi.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sektor-sektor yang memiliki nilai
differential shift positif adalah sektor sektor pertanian,listrik air gas, sektor
perdagangan hotel restauran ,sektor angkutan komunikasi dan sektor
keuangan persewaan jasa perusahaan yang berarti bahwa sektor tersebut
berkonsentrasi di daerah yang mempunyai pertumbuhan paling cepat
dibandingkan dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan karena produksi
pertanian dikecamatan rio pakava menjadi produksi pertanian terbaik
dengan hasil tanam yaitu seperti kelapa sawit dan kakao. Sedangkan
konstruksi karena kondisi kecamatan yang sangat luas dengan jumlah
penduduk yang banyak membuat proses bahkan pembangunan dikecamatan
ini sngat baik terutama untuk mendukung pekerjaan,usaha dan kehidupan
mereka. Berdasarkan nilai negatif pada sektor pertambangan,sektor jas-jasa,
sektor kontruksi, dan sektor industri pengolahan bahwa sektor tersebut
tumbuh lebih lambat dibandingkan sektor yang lainnya , berdasarkan efek
alokasi yang negatif berartii listrik air dan gas salah satu sektor penyumbang
PDRB terendah dan relatif lamban. Namun dilihat dari total efek alokasi
yang bernilai positif lebih banyak yang membuat sektor ini dapat bersaing
dengan sektor didaerah lainnya.
316
Untuk pertumubuhan wilayah di kecamatan rio pakava dapat dilihat dari
tabel bahwa pertumubuhan paling besar adalah sektor pertanian dan
konstruksi .dan yang terendah adalah sektor air,gas dan listrik. Sehingga
sektor pertanian merupakan dominasi pertumbuhan ekonomi terbaik
dikecamatan pinembani.
b) Pinembani
Hasil Analisis:
317
sektor pertanian mencapai 124.648,06. Hal ini disebabkan karena kondisi
lingkungan kecamatan pinembani yang berada di pegunungan sehingga
membuat pertumbuhan akan hasil tanaman kopi sangat baik , dengan suhu
yang dinggin dan dataran yang tinggi membuat hasil tanaman kopi menjadi
produksi besar untuk kabupaten donggala, meski lokasi yang sangat
terpencil namun membuat produksi tanaman kopi mulai dioasarkan di ibu
kota kabupaten bahkan ibu kota provinsi sulawesi tengah. Sehingga dapat
bersaing juga dengan daerah yang lainnya. Kemudian untuk sektor terendah
adalah listrik,air dan gas. Hal ini disebabkan karena kesulitan pemerintah
untuk pemasokan air dikecamatan Pinembani akibat lokasi yang cukup jauh
dan jalan yang susah untuk dilewati oleh kendaraan roda empat, dan sangat
minim untuk kendaraan roda dua. Sehingga pertumuhan sektor ini sangat
lambat.
318
bisa mendukung kehidupan disana. Sehingga hal ini membuat kontribusinya
terhadap PDRB sangat minim membuat pertumbuhan kecamatan pinembani
sangat lamban.
Dari tabel diatas dapat dilihat sektor yang meiliki nilai differensial shift
adalah sektor pertanian yang membuktikan bahwa sektor ini lebih
terkonsentrasi terhadap nilai yang positif seperti sektor perdagangan,hotel
dan Restaurant ,hal ini disebabkan karena untuk memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat harus mencari pekerjaan untuk bisa menghasilkan uang dengan
berdagang dan membuat suatu persewaan yang membuat kecamatan ini
memiliki penghasilan . sehingga sektor di daerah ini dan mempunyai
pertumubuhan lebih cepat dari yang lainnya. Namun, dapat dilihat pada
sektor pertanian, meski memiliki nilai negatif namun masih bisa adanya
suatu perbaikan karena dapat diketahu bahwa upaya masyarakat kecamatan
pinembani sangat kuat terhadap pertanian mereka, karena pokok utama
mata pencarian mereka merupakan pertanian. Jadi, sektor pertanian
kecamatan pinembani bisa bersaing dengan daerah lainnya. Berdasarkan
hasil perhitungan , dapat dilihat bahwa sektor listrik air dan merupakan
salah satu sektor penyumbang PDRB relatif kecil sehingga tingkat
pertumbuhan sektor tersebut relatif lambat. Namun masih banyak sektor
yang dapat berkembang dengan baik yaitu sektor pertambangan ,sektor
bangunan dan sektor jasa-jasa. Sehingga dapat mendukung perkembangan
dari kecamatan ini. Hampir semua sektor memiliki nilai negatif, sehingga
kontribusinya terhadap PDRB sangat minim dan membuat pertumbuhan
perekonomian Kecamatan ini ikut lamban.
319
c) Banawa
Hasil Analisis:
320
di Kecamatan Banawa, karena melimpahnya hasil tambang yang
merupakan bahan baku untuk membuat perhiasan, keramik, dan lain-lain.
Untuk sektor perdagangan memiliki angka terbesar kedua setelah sektor
pertambangan, hal ini disebabkan karena tingginya daya beli masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sektor Bangunan juga meningkat
karena meningkatnya populasi masyarakat yang harus membangun rumah
untuk tempat tinggal mereka. Sektor Jasa-jasa meningkat karena jasa
lainnya mendapat dukungan dari sektor pertambangan dan sektor
perdagangan. Sektor pertanian mulai meningkat, hal ini disebabkan karena
mulai berkembangnya sektor ini dan sudah dapat melayani kebutuhan pasar
di dalam daerah tersebut. Sektor angkutan mulai meningkat karena
mendapat dukungan dari beberapa sektor. Sektor keuangan mulai
meningkat karena sektor ini dipengarhui oleh sektor perdagangan, apabila
sektor perdagangan meningkat otomatis sektor keuangan ikut meningkat.
d) Banawa Selatan
321
Tabel 4. Shift Share Kecamatan Banawa Selatan
Hasil Analisis :
Dari hasil shift share tahun 2011-2015 sektor yang memiliki angka
paling tinggi berada di sektor pertanian, hal ini dikarenakan sebagian
masyarakat bekerja sebagai petani dan kecamatan ini memiliki lahan
322
pertanian yang luas sehingga sektor pertanian menjadi sektor unggulan di
kecamatan Banawa Selatan.
323
e) Banawa Tengah
Hasil Analisis:
324
yaitu mencapai 188.688,62, karena Kecamatan Banawa Tengah lebih di
dominasi oleh sektor pertanian yang dimana sebagian besar mata
pencaharian masyarakatnya di pertanian. Hal yang menyebabkan sektor
pertanian menjadi yang terluas dan mengalami pertumbuhan paling cepat
juga karena masyarakat memiliki kemampuan tinggi dalam menghasilkan
produksi pertanian mereka, selain pertanian peternakan dan perikanan
mereka juga cukup baik, dibidang peternakan mereka beternak sapi dan
kambing yang jika dijual harganya cukup tinggi. Selain itu dalam pertanian
masyarakat mampu bersaing dengan mengembangkan atau memperbanyak
jenis tanaman mereka sehingga hasil dari pertanian dan perkebunan cukup
mumpuni untuk bersaing, tanah yang subur untuk lahan pertanian dan
perkebunan jyga menjadi salah satu faktor tingginya akan produksi yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi wilayahnya karena hasil dari
pertaniannya yang baik. Sedangkan pertumbuhan ekonomi wilayah paling
rendah adalah sektor listrik air dan gas, hal ini terjadi karena Kecamatan
Banawa Tengah dalam kegiatannya sehari-hari terutama dalam mata
pencahariannya tidak menggunakan listrik karena rata-rata kegiatan industri
pengolahan misalnya menggunakan tenaga manual, seperti manusia.
Contohnya adalah dalam menganyam masyarakat menggunakan tangan
tidak menggunakan mesin. Kemudia dalam hal kebutuhan air, masyarakat
lebih banyak menggunakan sumber air pegunungan dibandingkan PDAM,
hal ini berpengaruh ke pendapatan daerah yang menyebabkan rendahnya
pertumbuhan ekonomi di sektor ini.
325
diketahui bahwa perekonomian daerah terkonsentrasi pada sektor pertanian
tidak tumbuh lebih cepat. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan
Banawa Tengah memiliki sektor yang nilainya paling rendah yaitu pada
sektor listrik air dan gas, sehingga akan memberikan nilai minus yang
sangat besar terhadap PDRB. Hal ini disebabkan karena masyarakat lebih
dominan menggunakan sumber air pegunungan ketimbang PDAM dan
dalam hal listrik banyak masyarakat yang belum mampu dalam hal biaya
untuk menyambung listrik kerumahnya. Nilai di bauran industri ini bernilai
negatif semua dikarenakan pertumbuhan variabel Kecamatan Banawa
Tengah di semua sektor lebih kecil dibandingkan pertumbuhan variabel di
tingkat provinsi/nasional. Artinya pertumbuhan di Kecamatan Banawa
Tengah lebih lambat jika dibandingkan secara nasional.
326
hal ini dikarenakan dari hasil analisis sebelumnya yang dimana nilai
pertanian selalu lebih tinggi dibandingkan sektor lain. Begitu pula sektor
yang terendah adalah sektor air,gas dan listrik, karena pada nilai
sebelumnya nilai dari sektor ini selalu terendah jika dibandingkan dengan
sektor lain. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sektor pertanian
menjadi yang paling dominan dalam pertumbuhan ekonomi di Kecamatan
Banawa Tengah.
f) Labuan
327
Hasil Analisis:
328
Donggala. Kemudian untuk sektor pertambangan dan penggalian, industry
pengolahan, bangunan, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta
jasa-jasa lainnya memiliki angka pergeseran diferensial negatif. Hal ini
berarti sektor tersebut tidak memiliki daya saing atau kompetitif,
dikarenakan pertumbuhan variabel Kecamatan Labuan di sektor tersebut
lebih kecil dibanding pertumbuhan variabel di tingkat provinsi/nasional.
329
g) Tanantovea
Hasil analisis:
Analisis shift share adalah salah satu teknik kuantitaif yang biasa
digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif
terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai
pembanding atau referensi.
330
Pertumbuhan perekonomian yang paling berpengaruh di Tanantova
adalah sektor pertanian yaitu sebesar 219.010,42. Hal ini disebabkan karena
luasnya lahan pertanian yang masih bepotensi mengalami peningkatan hasil
produksi di sektor pertanian. Dan masih Banyak petani yang masih bekerja
di sektor pertanian sehingga sektor pertanian menjadi sektor dengan
pengaruh paling besar. Dengan besar pergeseran proposional bermulai
negatif yaitu -34.569,42. Dan pergeseran diferensial sebesar 14.770,83
menyebabkan bahwa sektor pertanian hanya dapat meningkatkan
peranananya dalam wilayah yang lebih luas, namun belum bisa
meningkatkan perekonomian di Kecamatan Tanantovea. Karena sektor
perekonomian lebih kompetetif dibandingkan dengan sektor lainnya di tiap
kecamatan pada Kecamatan Donggala. Dengan dijumlahkanya Nij, Mij dan
Cij didapatkan Dij yaitu pertumbuhan wilayah dengan angka 199.211,83
serta merupakan pertumbuhan wilayah terbesar di Kecamatan Tanantovea.
331
Untuk sektor listrik, air Dan gas pertumbuhan sektor perekonomian
adalah sebesar 1.388,77 Dan merupakan yang terendah diantara 9 sektor
lainnya. Hal ini disebabkan karena kecilnya kontribusi yang diberikan untuk
Kecamatan dan kabupaten. Dengan besar pergeseran proposional -224,67
dan pergeseran diferensial sebesar 85,31. Hal ini menunjukkan bahwa
sektor listrik, air dan gas hanya dapat meningkatkan peranannya secara
nasional namun belum bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
Kecamatan Tanantovea. Sehingga menghasilkan pertumbuhan wilayah
terendah di Kecamatan Tanantovea dengan angka 1.249,41.
332
yang menyatakan bahwa sektor angkutan dan komunikasi bersifat
kompetitif. Sektor ini hanya dapat meningkatkan peranannya dalam lingkup
lnternal. Serta didapatkan besar jumlah pertumbuhan wilayah yaitu
42.337,38.
333
h) Sindue
Hasil analisis:
Analisis shift share adalah salah satu teknik kuantitaif yang biasa
digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif
terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai
pembanding atau referensi.
334
Pertumbuhan perekonomian yang paling berpengaruh di Tanantova
adalah sektor pertanian yaitu sebesar 219.010,42. Hal ini disebabkan karena
luasnya lahan pertanian yang masih bepotensi mengalami peningkatan hasil
produksi di sektor pertanian. Dan masih Banyak petani yang masih bekerja
di sektor pertanian sehingga sektor pertanian menjadi sektor dengan
pengaruh paling besar. Dengan besar pergeseran proposional bermulai
negatif yaitu -34.569,42. Dan pergeseran diferensial sebesar 14.770,83
menyebabkan bahwa sektor pertanian hanya dapat meningkatkan
peranananya dalam wilayah yang lebih luas, namun belum bisa
meningkatkan perekonomian di Kecamatan Tanantovea. Karena sektor
perekonomian lebih kompetetif dibandingkan dengan sektor lainnya di tiap
kecamatan pada Kecamatan Donggala. Dengan dijumlahkanya Nij, Mij dan
Cij didapatkan Dij yaitu pertumbuhan wilayah dengan angka 199.211,83
serta merupakan pertumbuhan wilayah terbesar di Kecamatan Tanantovea.
335
Untuk sektor listrik, air Dan gas pertumbuhan sektor perekonomian
adalah sebesar 1.388,77 Dan merupakan yang terendah diantara 9 sektor
lainnya. Hal ini disebabkan karena kecilnya kontribusi yang diberikan untuk
Kecamatan dan kabupaten. Dengan besar pergeseran proposional -224,67
dan pergeseran diferensial sebesar 85,31. Hal ini menunjukkan bahwa
sektor listrik, air dan gas hanya dapat meningkatkan peranannya secara
nasional namun belum bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
Kecamatan Tanantovea. Sehingga menghasilkan pertumbuhan wilayah
terendah di Kecamatan Tanantovea dengan angka 1.249,41.
336
yang menyatakan bahwa sektor angkutan dan komunikasi bersifat
kompetitif. Sektor ini hanya dapat meningkatkan peranannya dalam lingkup
lnternal. Serta didapatkan besar jumlah pertumbuhan wilayah yaitu
42.337,38.
337
i) Sindue Tambusabora
Hasil Analisis:
338
Tombusabora pada umumnya. Dimana masyarakatnya bekerja sebagai
petani dengan tingkat produksi yang tinggi dikomoditi kakao dan buah naga.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi wilayah paling rendah adalah disektor
listrik air dan gas, hal ini terjadi karena keterlambatan pasokan listrik air
dan gas di Kecamatan ini. Karena kurangnya pasokan air PDAM
menyebabkan masyarakat mengambil air minum melalui sumur atau air
sungai/mata air.
Kemudian selanjutnya, efek bauran industri Kecamatan Sindue
Tambusabora dapat dilihat pada tabel diatas bahwa perekonomian di
Kecamatan Sindue Tambusabora terkonsentrasi pada sektor pertanian yang
memiliki nilai negatif tertinggi, yang berarti nilai pertumbuhannya lebih
rendah daripada Kabupaten Donggala. Hal ini disebabkan karena walaupun
hasil pertanian dan perkebunan, peternakan serta perikanan cukup banyak
dan besar, namun tetap kalah saing jika dibandingkan dengan hasil pertanian
lainnya. Luas tanaman bahan makanan khususnya padi di Kecamatan
Sindue Tombusabora relatif kecil, dimana lahan pertanian tanaman padi
hanya terdapat di Desa Saloya seluas 73 ha. Dari lahan tersebut dapat
dihasilkan 409 ton gabah kering panen. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
Kecamatan Sindue Tambusabora memiliki sektor yang nilainya paling
rendah yaitu pada sektor listrik air dan gas, sehingga akan memberikan nilai
minus yang sangat besar terhadap PDRB. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pemenuhan air di Kecamatan ini yang menyebabkan masyarakat
lebih banyak menggunakan air sumur dibandingkan air PDAM.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sektor-sektor yang memiliki nilai
differential shift positif adalah sektor listrik air gas, sektor perdagangan
hotel restauran dan sektor angkutan komunikasi yang berarti bahwa sektor
tersebut berkonsentrasi di daerah yang mempunyai pertumbuhan paling
cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan karena
disektor listrik air gas sebagian besar masyarakat sudah teraliri listrik
meskipun belum semua, disektor perdagangan hotel dan restaurant
dikarenakan sudah mulai meningkatnya perdagangan hasil pertanian dari
petani di Kecamatan ini, dan disektor angkutan dan komunikasi dikarenakan
339
sudah tersedianya jembatan dan jalan provinsi yang memadai dengan
komunikasi yang sudah berkembang pesat dengan adanya telepon genggam
yang dapat mengakses informasi. Kemudian sektor lainnya berada dalam
nilai minus artinya bahwa sektor tersebut tumbuh lebih lambat
dibandingkan sektor yang lainnya. Nilai positif negatif ini untuk melihat
sektor mana yang lebih kompetitif jika dibandingkan dengan sektor yang
sama di tingkat Kabupaten Donggala. Jika ia positif maka sektor tersebut
daya saingnya atau nilai kompetitifnya lebih tinggi dibandingkan dengan
sektor yang sama di tingkat Kabupaten Donggala, jika ia negatif maka
sebaliknya.
340
j) Sindue Tobata
Hasil Analisis:
Dari hasil Shift Share pada tahun 2011- 2015 menunjukan bahwa
rentang waktu 4 tahun tersebut menunjukan adanya perubahan dan
pengingkatan khususnya kecamatan Sindue Tobata sendiri yang mana
terjadi pada sektor Pertanian yang di angka 331,yang mana hal ini
menunjukan bahwa angka tersebut,karena sektor pertanian merupakan
341
sektor unggulan dan sektor ini sudah dapat melayani kebutuhan pasar
didalam maupun luar daerah khususnya kecamatan Sindue Tobata
Yang ketiga dari sektor jasa-jasa,sektor ini menyentuh angka 66 hal ini
menunjukan bahwa,dalam proses pengembangan sektor ( banguan) serta
meningkatnya sektor pertanian,secara otomati juga sektor jasa-jasa juga
terkena imbasnya
342
k) Sirenja
Hasil analisis:
343
karena sector industry sudah mulai berkembang dengan baik di Kecamatan
Sirenja sehingga sedikit menggeser perekonomian di sana. Dan untuk
pertumbuhan wilayah sector pertanian di Kecamatan Sirenja memperoleh
angka 277.358,70.
Sector listrik, air, dan gas untuk pertumbuhan wilayah angkanya sudah
mencapai 1.583,71 yang mampu untuk bersaing pada seluruh kecamatan
yang ada di Kabupaten Donggala. Sector listrik, air, dan gas sudah mampu
memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri terbukti dengan penyaluran listrik,
air, dan gas yang sudah tersebar di desa-desa yang ada di Kecamatan
Sirenja.
344
kecamatan Sirenja sehingga mampu bersaing dengan kecamatan yang ada
di Kabupaten Donggala. Potensi sector ini bisa tergantikan oleh sector
industry terbukti dari angka yang terdapat di Mij sebesar -7.165,26.
345
l) Balaesang
Hasil Analisis:
346
pertumbuhan ekonomi yang sudah baik dari sector bangunan, sector
perdagangan yang sangat terbantu dengan pasar, angkutan yang sudah baik
karena akses jalan yang memadai dan menguntungkan juga dalam segi
telekomunikasi, sector keuangan yang artinya juga masalah pajak yang baik dan
warga masyarakat yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terpenuhi, dam
begitu pula sector jasa-jasa.
347
m) Balaesang Tanjung
Hasil Analisis:
348
kontruksi yang membuat sektor jasa lainnya ikut meningkat. Sedangkan
untuk sektor lainnya tidak terlalu menonjol karena ada beberapa sektor
lainnya seperti sektor listrik, air dan gas tidak terlalu tinggi karena belum
mampu melayani kebutuhan pasar untuk masyarakat di Balaesang Tanjung.
Sektor ini merupakan sektor terendah dari Balaesang Tanjung karena
beberapa faktor yang membuat sektor ini sulit untuk dipenuhi di Balaesang
Tanjung. Sektor yang rendah kedua yaitu sektor pengolahan industri sektor
ini belum ada pengembangan dari masyarakat sehingga sektor ini belum
memadai dan masih sederhana dalam pengembangannya.
349
n) Dampelas
Hasil Analisis:
Dari tabel Shift Share 2011-2015 diatas dapat kita lihat bahwa sektor
dengan nilai tertinggi terdapat pada sektor Pertanian, dapat dianalisis bahwa
perkembangan ekonomi dalam sektor ini sangat besar diantara sektor lain di
Dampelas, sektor pertanian sendiri pun sudah dapat melayani kebutuhan
daerah ataupun pasar dan memiliki potensi melayani diluar daerah
Dampelas. Untuk sektor dengan nilai terendah terdapat pada sektor Listrik,
air dan gas karena belum terdistribusi secara menyeluruh di kecamatan
tersebut, hal ini disebabkan karena banyak masyarakat Kecamatan
Dampelas yang memanfaatkan air danau Dampelas dan mata air lokal
disana untuk kegiatan MCK (Mandi, Cuci, Kakus), masyarakat Dampelas
juga masih banyak yang belum teraliri jaringan listrik dan tidak sedikit dari
350
masyarakat di Kecamatan Dampelas yang menumpang listrik dengan
tetangganya.
o) Sojol
Hasil Analisis:
351
sebagai lumbung padi nya kabupaten Donggala. Dan saat panen bisa
menghasilkan 18 milyar rupiah. Hal ini menunjukan bahwa kehidupan
masyarakat Kecamatan Sojol tepatnya di desa Tonggolobibi sangat
bergantung pada sektor pertanian.
352
Nilai positif negatif ini untuk melihat sektor mana yang lebih kompetitif
jika dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat Kabupaten Donggala.
Jika ia positif maka sektor tersebut daya saingnya atau nilai kompetitifnya
lebih tinggi dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat Kabupaten
Donggala, jika ia negatif maka sebaliknya. Tidak semua sektor memiliki
nilai negatif, hanya sektor pertambangan dan penggalian serta konstruksi
saja yang bernilai positif. Hal ini dikarenakan walau bukan menjadi sektor
utama mata pencaharian bagi masyarakat Sojol, tetapi sektor ini mampu
memberi pendapatan yang besar terhadap keuangan dan pertumbuhan
ekonomi daerah. Sedangkan sektor yang bernilai negatif, dikarenakan
pertumbuhan variabel Kecamatan Sojol di sektor itu lebih kecil
dibandingkan pertumbuhan variabel di tingkat provinsi/nasional. Artinya
pertumbuhan di Kecamatan Sojol dibeberapa sektor dalam tabel lebih
lambat jika dibandingkan secara nasional.
353
p) Sojol Utara
Hasil Analisis:
354
dari 5 desa masih terdapat 2 desa yang belum terjangkau oleh listrik PLN
yaitu desa Pesik dan desa Bengkoli. Tentunya, hal ini akan menghambat
aktivitas warga sehari-hari karena adanya listrik akan memudahkan
kegiatan rumah tangga maupun industri.
Nilai positif negatif ini untuk melihat sektor mana yang lebih kompetitif
jika dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat Kabupaten Donggala.
Jika ia positif maka sektor tersebut daya saingnya atau nilai kompetitifnya
lebih tinggi dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat Kabupaten
Donggala, jika ia negatif maka sebaliknya. Sektor yang bernilai positif
mampu memberi pendapatan yang besar terhadap keuangan dan
pertumbuhan ekonomi daerah. Sedangkan sektor yang bernilai negatif,
dikarenakan pertumbuhan variabel Kecamatan Sojol Utara di sektor itu
lebih kecil dibandingkan pertumbuhan variabel di tingkat provinsi/nasional.
Artinya pertumbuhan di Kecamatan Sojol dibeberapa sektor dalam tabel
lebih lambat jika dibandingkan secara nasional.
355
Untuk pertumubuhan wilayah di Kecamatan Sojol Utara dapat dilihat
dari tabel bahwa pertumbuhan paling besar adalah sektor pertanian, hal ini
dikarenakan dari hasil analisis sebelumnya yang dimana nilai pertanian
selalu lebih tinggi dibandingkan sektor lain. Begitu pula sektor yang
terendah adalah sektor air,gas dan listrik, karena pada nilai sebelumnya nilai
dari sektor ini selalu terendah jika dibandingkan dengan sektor lain.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sektor pertanian menjadi yang
paling dominan dalam pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Sojol Utara.
356
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
No Pertanian Pertambangan
1 Rio Pakava Sirenja
2 Pinembani Sojol
3 Balaesang Labuan
Sindue
4 Banawa Tengah
Tambusabora
5 Tanantovea Banawa
6 Sindue
357
7 Balaesang Tanjung
8 Banawa Selatan
9 Dampelas
a) Sektor Pertanian
358
yang berbasis pertanian. namun hal ini membutuhkan sosialisasi
yang baik kepada masyarakat khususnya petani.
b) Pertambangan
359
DAFTAR PUSTAKA
iii
BPS kabupaten donggala. 2015. Kecamatan rio pakava dalam angka. . Donggala:
BPS Donggala
Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala.1990. Potensi Desa Kabupaten
Donggala. (daring) (https://donggalakab.bps.go.id/)Pemerintah
Kabupaten Donggala. Diakses pada 11 Mei 2019
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. 2017.Kecamatan Rio Pakava
dalam Angka 2017. (daring) (https://donggalakab.bps.go.id/).
Diakses 11 Mei 2019
Budianta. Aziz, Widyastuti.2011. Hand Out Perkuliahan Penggunaan Lahan.
Tadulako University Press.
Sabari Yunus, Hadi .2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta
Sekretariat Negara Indonesia. 2013. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang System Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara
Indonesia.
Anonim.2016. Potensi Kabupaten Donggala . (daring).
(https://www.beritasatu.com/destinasi/354563-potensial-donggala-
segera-dicanangkan-sebagai-kota-Awisata.html). Diakses tanggal
08 April 2019.
Liputan6. 2014. Warga Donggala Mengungsi. (daring)
(https://www.liputan6.com/news/read/817193/ratusan-rumah-
dihantam-banjir-rob-warga-donggala-mengungsi. Diakses tanggal
09 April 2019.
Musma, Mustaqim. 2013. Banawa Selatan. (daring)
(http://mustaqimmusma.blogspot.com/2013/10/banawa-selatan-
akan-menjadi-kawasan.html). Diakses tanggal 09 April 2019.
Badan Pusat Statistik.2017.Banawa dalam angka 2016. (daring)
(https://donggalakab.bps.go.id/publication/2016/07/29/a3f835490b
6af6767ae03ce2/kecamatan-banawa-selatan-dalam-angka-
2016.html). Diakses tanggal 09 April 2019
Sudirman, Tanudjaja.2018. Pertambangan. (daring)
(https://docplayer.info/66026843-Implementasi-kebijakan-
pertambangan-mineral-dan-batuan-di-kecamatan-banawa-
kabupaten-donggala.html). Diakses tanggal 09 April 2019
Redaksi. 2016. Pertanian dan Perkebunan. (daring)
(https://sultengraya.com/27951/pertanian-dan-perkebunan/).
diakses 07 mei 2019
iv
Arfan, Moh. 2011. Sektor Pertambangan dan Energi. (daring)
(http://www.sultengprov.go.id/potensi-daerah/sektor-
pertambangan-dan-energi). diakses 07 mei 2019
Halim, Iwan. 2017. BAB II PROFIL DAERAH. Pemerintah Kabupaten Donggala
A. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Badan Lingkungan Hidup
Daerah.
Redaksi. 2016. Pertanian dan Perkebunan. (daring)
(https://sultengraya.com/27951/pertanian-dan-perkebunan/).
diakses 07 mei 2019
v
ibw5370-pertumbuhan-ekonomi-sulteng-2019-diperkirakan-
melemah. Friska Yolanda). Diakses 26 Mei 2019
Aliansi Jurnalis Independen Kota Palu. 2012. 263 hektar persawahan warga
Kecamatan Sojol Kekeringan. (daring)
(http://palu.aji.or.id/2015/10/12/sebanyak-2-63-hektar-lahan-
persawahan-milik-warga-di-kecamatan-sojol-kabupaten-donggala-
mengalami-kekeringan-yang-luar-biasa-pada-musim-kemarau-
tahun-ini-hal-ini-mengakibatkan-banyak-petani-sawah/). Diakses
26 Mei 2019
Historia. 2016. Sejarah Gempa Donggala. (daring)
(https://historia.id/politik/articles/sejarah-gempa-dan-tsunami-di-
donggala-sulawesi-tengah-DEeQa). Diakses 26 Mei 2019
Yayasan Merah Putih Sulawesi Tengah. 2016. Hutan Desa. (daring)
(https://www.ymp.or.id/ingin-selamatkan-pertanian-desa-
tonggolobibi-usulkan-hutan-desa/). Diakses Kamis, 9 Mei 2019.
vi
Friska Yolanda. 2019. (daring)
(https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/18/12/10/pj
ibw5370-pertumbuhan-ekonomi-sulteng-2019-diperkirakan-
melemah). Diakses 26 Mei 2019.
Aliansi Jurnalis Independen Kota Palu. Sebanyak 2.63 hektar lahan persawahan
milik warga di Kecamatan Sojol, Kabupaten Donggala mengalami
kekeringan yang luar biasa. (daring)
(http://palu.aji.or.id/2015/10/12/sebanyak-2-63-hektar-lahan-
persawahan-milik-warga-di-kecamatan-sojol-kabupaten-donggala-
mengalami-kekeringan-yang-luar-biasa-pada-musim-kemarau-
tahun-ini-hal-ini-mengakibatkan-banyak-petani-sawah/). Diakses
26 Mei 2019
Historia. 2016. (daring) (https://historia.id/politik/articles/sejarah-gempa-dan-
tsunami-di-donggala-sulawesi-tengah-DEeQa). Diakses 26 Mei
2019
BPS. 2012. Statistik Daerah Kecamatan Tanantovea 2012. BPS Kab Donggala
BPS. 2015. Statistik Daerah Kecamatan Tanantovea 2015. BPS Kab Donggala
Kemenhub. 2013. Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulwesi
Tengah.
Paino,Christopel. 2015. Sampai Kapan Carut Marut Pertambangan di Kabupaten
Donggala Dipertahankan (daring).
(https://www.mongabay.co.id/2015/03/05/sampai-kapan-carut-
marut-pertambangan-di-kabupaten-donggala-dipertahankan/)
diakses 8 Mei 2019.
Nadjemuddin, Adha. 2012. Sejumlah Sungai di Donggala Mendesak Diperbaiki.
(daring). (https://sulteng.antaranews.com/berita/2320/sejumlah-
sungai-di-donggala-mendesak-diperbaiki) diakses 8Mei 2019
Beritasatu. 2014. Rekaman Detik-Detik Banjir Bandang di Donggala. (daring)
(http://www.beritasatu.tv/news/rekaman-detik-detik-banjir-
bandang-di-donggala/) diakses 8 Mei 2019.
Paino,Christopel. 2014. Wombo Kalonggo, Desa Penghasil Bawang Goreng yang
Berjuang Mendapatkan Hutan Kemasyarakatan. (daring)
(https://www.mongabay.co.id/2014/10/12/wombo-kalonggo-desa-
penghasil-bawang-goreng-yang-berjuang-mendapatkan-hutan-
kemasyarakatan/) diakses 9 Mei 2019. BPS. 2012. Statistik Daerah
Kecamatan Sindue 2012. (Daring) (https://donggalakab.bps.go.id/).
Diakses 9 mei 2019
BPS. 2015. Statistik Daerah Kecamatan Sindue 2015. (Daring)
(https://donggalakab.bps.go.id/). Diakses 9 mei 2019
vii
BPS Kab DonggalaLatowa, Syarifah. 2014. Donggala akan Terapkan Green
Mining. Benarkah?. (daring).
(https://www.mongabay.co.id/2014/07/18/donggala-akan-terapkan-
green-mining-benarkah/) diakses pada 9 Mei 2019
BPS. 2011. Kabupaten Donggala Dalam Angka. (daring)
(https://docplayer.info/47729408-Kabupaten-donggala-dalam-
angka-donggala-regency-in-figures.html). diakses pada 9 Mei 2019
Satria, Bambang Tri Wisnu. Pertumbuhan Ekonomi dan Penetapan Sektor
Unggulan di Provinsi Jawa Timur. (daring)
(Http://eprints.umm.ac.id/35274/4/jiptummpp-gdl-putriparam-
48458-4-babiii.pdf&ved=2ahUKEwjXh_GBl-
TiAhUHSX0KHeKTDKUQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw3bJc
DpPJ2484hf7ez061x8&cshid=1560350801943). diakses pada 11
Juni 2018.
Supriatin. 2015. Kemarau, puluhan hektare kebun habis terbakar di Sulawesi
Tengah. (daring) (https://m.merdeka.com/peristiwa/kemarau-200-
cengkeh-habis-terbakar-di-sulawesi-tengah.html). Diakses pada 25
Mei 2019.
Abu Ahadi.2014. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Tamarenja, Kec. Sindue
Tobata. (daring)
(https://www.neliti.com/publications/151955/penyelenggaraan-
pemerintahan-desa-tamarenja-kec-sindue-tobata-kab-donggala-
berda). Diakses pada 25 Mei 2019.
Kerjasama BAPPEDA Donggala dengan UNTAD.2011. Kajian Potensi
Sumberdaya Yang Terkait Dengan Investasi Di Kabupaten
Donggala. (daring)
(https://www.academia.edu/25790298/Kajian_Potensi_Sumberday
a_Yang_Terkait_Dengan_Investasi_Di_Kabupaten_Donggala).
Diakses pada 25 Mei 2019.
Pemerintah SulTeng. 2011. Sektor Pertambangan dan Energi. (daring)
(http://www.sultengprov.go.id/potensi-daerah/sektor-
pertambangan-dan-energi). Diakses pada 26 Mei 2019.
Anonim. 2015. Empat Kecamatan Penyuplai Beras Donggala. (daring)
(https://palu.aji.or.id/2015/08/07/empat-kecamatan-penyuplai-
beras-donggala/). Diakses pada 26 Mei 2019.
Malaha Rolex.2014. Traktor tangan Bantuan BI Sejahterakan petani Malonas,
Dampelas. (daring)
(https://sulteng.antaranews.com/berita/16453/traktor-tangan-
bantuan-bi-sejahterakan-petani-malonas). Diakses pada 26 Mei
2019.
viii
LAMPIRAN
a) Rio Pakava
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 209,397.70 233,018.90 257,865.30 287,386.40 312,294.30
Pertambangan
2 dan 17,857.10 19,951.70 22,371.90 25,157.20 28,095.50
penggalian
Industri
3 4,732.40 5,119.80 5,547.40 6,049.50 6,626.20
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,109.30 1,247.60 1,398.40 1,565.50 1,754.40
dan Gas
5 Bangunan 45,950.30 54,257.40 63,282.70 74,310.20 86,190.40
Perdagangan,
6 Hotel dan 32,608.00 37,580.70 42,988.60 49,932.90 58,949.70
Restoran
Angkutan dan
7 13,995.40 15,599.10 17,351.10 19,372.70 21,657.90
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 22,851.80 25,402.50 28,236.20 31,453.60 35,059.30
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 31,879.10 36,511.60 41,776.60 48,433.20 55,826.20
Total 380,381.10 428,689.30 480,818.20 543,661.20 606,453.90
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
b) Pinembani
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 68,696.80 70,624.60 72,752.70 73,614.60 74,382.30
Pertambangan
2 dan 3,020.30 3,096.40 3,177.90 3,251.90 3,331.90
penggalian
Industri
3 1,881.10 1,903.20 1,926.90 1,947.80 1,969.60
Pengolahan
Listrik, Air
4 269.20 276.20 284.10 293.20 302.90
dan Gas
5 Bangunan 13,293.80 14,062.20 14,897.50 15,562.00 16,072.40
Perdagangan,
6 Hotel dan 7,934.80 8,316.50 8,742.30 9,131.30 9,502.10
Restoran
Angkutan dan
7 3,683.10 3,815.40 3,945.40 4,062.60 4,182.30
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 1697.9 1727 1752.9 1777.9 1805.8
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 14,879.20 15,837.60 16,846.10 17,842.50 18,751.90
Total 115,356.20 119,659.10 124,325.80 127,483.80 130,301.20
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
Keuangan,
8 Persewaan, dan 55,646.20 59,296.00 63,187.90 67,303.40 71,752.20
Jasa Perusahaan
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 122,624.90 130,485.20 139,162.40 146,913.80 154,553.30
Pertambangan
2 dan 222,543.90 264,830.80 313,103.70 376,592.80 438,364.40
penggalian
Industri
3 28,343.00 30,995.90 34,154.30 37,658.60 41,567.50
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,632.60 1,788.60 1,972.20 2,182.20 2,426.90
dan Gas
5 Bangunan 81,059.70 98,674.00 118,517.30 144,283.00 171,033.00
Perdagangan,
6 Hotel dan 104,377.10 116,495.30 130,311.60 146,587.60 160,850.50
Restoran
Angkutan dan
7 54,367.90 61,170.80 69,600.70 79,780.20 91,417.40
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 58,569.20 65,794.40 74,393.60 83,872.60 94,465.70
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 86,360.50 98,562.20 111,993.10 127,018.60 142,502.10
Total 759,878.80 868,797.20 993,208.90 1,144,889.40 1,297,180.80
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
d) Banawa Selatan
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 274,649.00 293,327.30 312,104.90 329,038.50 345,474.90
Pertambangan
2 dan 10,851.00 11,421.80 12,071.70 12,744.10 13,423.40
penggalian
Industri
3 8,612.70 9,165.60 9,779.70 10,393.90 11,074.70
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,133.60 1,187.20 1,249.60 1,319.70 1,401.90
dan Gas
5 Bangunan 53,921.70 58,014.40 62,487.30 67,361.30 72,501.00
Perdagangan,
6 Hotel dan 52,537.90 56,940.60 61,752.00 66,840.40 72,434.90
Restoran
Angkutan dan
7 16,664.90 17,612.30 18,739.40 19,974.80 21,304.40
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 20,670.30 21,799.50 23,007.60 24,196.50 25,475.90
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 33,602.30 35,976.20 38,471.30 41,037.50 43,732.00
Total 472,643.40 505,444.90 539,663.50 572,906.70 606,823.10
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
Tabel 8 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Banawa Selatan
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 –
2015 (Juta Rupiah)
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 285,969.50 318,370.50 356,629.00 398,717.20 441,310.30
Pertambangan
2 dan 11,460.30 12,765.70 14,226.10 15,731.20 17,324.80
penggalian
Industri
3 8,794.90 9,570.60 10,426.20 11,285.30 12,251.30
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,168.80 1,267.40 1,377.30 1,497.80 1,635.60
dan Gas
5 Bangunan 57,948.60 67,092.90 77,868.10 91,502.80 106,637.30
Perdagangan,
6 Hotel dan 55,738.00 64,293.80 74,252.90 85,806.70 97,991.20
Restoran
Angkutan dan
7 17,360.10 19,160.90 21,180.50 23,415.80 26,051.30
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 21,497.80 23,654.70 26,119.00 28,860.20 31,958.80
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 35,005.60 39,312.90 44,256.80 50,023.60 56,006.10
Total 494,943.60 555,489.40 626,335.90 706,840.60 791,166.70
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
e) Banawa Tengah
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 106,875.00 113,175.20 119,353.40 123,350.00 127,409.80
Pertambangan
2 dan 128,846.40 141,615.10 156,442.20 172,461.80 190,898.00
penggalian
Industri
3 8,817.40 9,201 8 9,629.70 10,034.10 10,509.80
Pengolahan
Listrik, Air
4 667.00 711.00 759.10 807.40 860.40
dan Gas
5 Bangunan 34,379.90 36,655.90 39,122.80 41,826.20 44,695.50
Perdagangan,
6 Hotel dan 34,656.00 37,324.50 40,217.20 42,734.80 45,828.80
Restoran
Angkutan dan
7 16,472.3 17,545.3 18,768.1 20,101.6 21,568.4
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 6,884.80 7,268.50 7,649.60 8,031.90 8,443.30
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 29,563.50 31,606.10 33,742.30 36,006.70 38,199.40
Total PDRB 367,162.30 385,901.60 425,684.40 455,354.50 488,413.40
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 111,485.00 122,756.00 135,387.80 152,405.30 167,735.90
Pertambangan
2 dan 136,186.20 158,057.70 182,936.00 213,943.60 246,527.20
penggalian
Industri
3 9,315.70 10,279.90 11,353.10 12,432.80 13,569.10
Pengolahan
Listrik, Air
4 686.20 753.60 831.80 922.50 1,033.70
dan Gas
5 Bangunan 36,182.90 40,684.10 45,798.10 50,968.70 56,503.90
Perdagangan,
6 Hotel dan 36,616.30 41,625.40 47,344.70 54,029.80 61,453.50
Restoran
Angkutan dan
7 16,855.40 18,429.70 20,249.20 22,254.70 24,602.70
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 7,113.80 7,775.00 8,521.80 9,351.20 10,255.50
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 30,292.80 33,041.90 36,066.30 39,200.80 42,377.90
Total 384,734.30 433,403.30 488,488.80 555,509.40 624,059.40
g) Tanantovea
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 116,302.10 122,918.00 128,481.10 133,079.20 136,600.30
Pertambangan
2 dan 23,161.80 24,387.10 25,691.80 26,765.70 27,900.60
penggalian
Industri
3 8,723.20 9,103.60 9,510.50 9,944.20 10,369.80
Pengolahan
Listrik, Air
4 764.40 817.80 879.70 948.30 1,027.00
dan Gas
5 Bangunan 30,314.60 32,679.10 35,159.50 37,560.90 40,085.00
Perdagangan,
6 Hotel dan 67,456.10 74,026.30 80,858.90 89,114.60 97,616.20
Restoran
Angkutan dan
7 27,321.20 28,929.40 30,614.70 32,381.10 34,253.20
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 25,088.40 26,820.50 28,596.10 30,481.00 32,522.10
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 37,035.00 39,680.60 42,425.40 45,334.60 48,639.20
Total 336,166.80 359,362.40 382,217.70 405,609.60 429,013.40
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
Tabel 14 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Tanantovea
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 –
2015 (Juta Rupiah)
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 123,748.00 138,415.30 152,790.70 169,176.40 184,441.00
Pertambangan
2 dan 24,136.60 26,444.10 29,017.10 31,660.60 34,630.30
penggalian
Industri
3 8,891.10 9,490.40 10,143.30 10,788.40 11,481.10
Pengolahan
Listrik, Air
4 784.70 859.80 950.80 1,048.60 1,164.10
dan Gas
5 Bangunan 31,833.40 36,950.90 41,704.10 47,431.40 53,920.10
Perdagangan,
6 Hotel dan 70,258.80 81,420.00 95,089.00 111,281.50 129,514.90
Restoran
Angkutan dan
7 27,982.20 30,333.80 33,031.40 36,664.80 40,759.80
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 25,719.60 28,067.00 30,661.50 33,980.20 37,339.00
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 38,242.90 42,405.50 46,905.40 52,329.50 58,457.00
Total 351,597.30 394,386.80 440,293.30 494,361.40 551,707.30
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
h) Sindue
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 187,328.10 214,239.50 241,657.50 273,586.10 301,291.10
Pertambangan
2 dan 29,083.10 32,384.00 36,435.20 41,405.00 47,566.10
penggalian
Industri
3 15,377.90 16,678.90 18,243.40 20,115.10 22,275.50
Pengolahan
Listrik, Air
4 914.90 982.20 1,063.30 1,153.10 1,263.70
dan Gas
5 Bangunan 51,152.10 57,024.30 64,209.40 73,038.20 83,658.00
Perdagangan,
6 Hotel dan 33,242.80 37,800.40 42,253.20 47,509.60 53,586.00
Restoran
Angkutan dan
7 27,933.70 30,432.30 33,433.00 36,925.60 41,126.10
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 8,897.70 9,435.30 10,038.90 10,728.50 11,420.60
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 37,479.70 41,280.90 45,094.20 49,372.90 54,008.90
Total 391,410.00 440,257.80 492,428.10 553,834.10 616,196.00
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
i) Sindue Tambusabora
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 92,224.30 95,165.30 98,424.20 100,959.00 103,238.30
Pertambangan
2 dan 47,841.00 52,328.50 56,315.90 60,398.80 64,530.10
penggalian
Industri
3 8,856.50 9,274.60 9,747.60 10,404.50 11,149.50
Pengolahan
Listrik, Air
4 546.60 579.70 618.50 663.20 713.10
dan Gas
5 Bangunan 25,870.60 27,999.80 30,091.30 32,185.70 34,226.30
Perdagangan,
6 Hotel dan 17,074.90 18,147.20 19,337.70 20,743.50 22,367.70
Restoran
Angkutan dan
7 14,208.30 15,123.40 16,200.00 17,416.60 18,834.40
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 4,424.80 4,632.40 4,833.30 5,036.20 5,243.90
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 20,386.50 21,721.70 23,073.40 24,413.10 25,827.70
Total 231,433.50 244,972.60 258,641.90 272,220.60 286,131.00
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 97,212.80 105,672.10 115,000.20 123,629.30 132,072.40
Pertambangan
2 dan 50,161.20 57,329.20 65,859.80 74,922.10 84,999.10
penggalian
Industri
3 9,230.30 10,021.40 10,948.30 11,968.70 13,189.50
Pengolahan
Listrik, Air
4 573.30 636.20 709.90 792.70 883.70
dan Gas
5 Bangunan 27,200.00 30,785.00 34,990.20 39,990.30 45,073.10
Perdagangan,
6 Hotel dan 18,013.10 20,160.30 22,706.50 25,585.70 28,878.60
Restoran
Angkutan dan
7 14,804.90 16,426.50 18,311.20 20,348.90 22,551.70
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 4,592.30 4,990.40 5,416.70 5,863.30 6,257.50
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 21,290.00 23,625.30 26,119.50 28,858.00 31,681.00
Total 243,077.90 269,646.40 300,062.30 331,959.00 365,586.60
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
j) Sindue Tobata
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 78,179.60 81,795.60 85,163.10 87,765.20 90,406.30
Pertambangan
2 dan 31,376.50 33,535.20 35,550.60 38,046.30 40,386.10
penggalian
Industri
3 5,969.20 6,181.70 6,422.10 6,628.30 6,824.50
Pengolahan
Listrik, Air
4 420.00 438.50 463.50 490.40 522.40
dan Gas
5 Bangunan 20,913.70 22,245.90 23,767.50 25,490.60 27,094.00
Perdagangan,
6 Hotel dan 16,669.20 17,937.70 19,268.70 20,827.50 22,520.80
Restoran
Angkutan dan
7 12,187.90 12,823.50 13,589.50 14,488.90 15,428.70
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 4,255.40 4,461.60 4,679.20 4,915.00 5,151.90
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 20,781.00 22,052.90 23,125.60 24,191.10 25,294.20
Total 190,752.50 201,472.60 212,029.80 222,843.30 233,628.90
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
Tabel 20 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Sindue Tobata
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 –
2015 (Juta Rupiah)
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 82,048.40 90,042.20 98,644.80 106,711.80 114,864.70
Pertambangan
2 dan 33,161.40 37,565.30 43,406.60 49,626.80 56,981.50
penggalian
Industri
3 6,174.50 6,653.70 7,245.20 7,911.70 8,725.00
Pengolahan
Listrik, Air
4 434.20 467.60 507.30 552.20 600.40
dan Gas
5 Bangunan 21,561.60 23,642.30 25,562.10 27,704.20 29,881.70
Perdagangan,
6 Hotel dan 17,105.40 19,214.50 22,012.10 24,864.80 27,977.90
Restoran
Angkutan dan
7 12,684.00 13,900.90 15,278.60 16,819.10 18,576.10
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 4,435.10 4,857.70 5,327.00 5,817.90 6,355.60
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 21,839.50 24,560.50 27,551.50 30,669.60 33,918.30
Total 199,444.10 220,904.70 245,535.20 270,678.10 297,881.20
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
k) Sirenja
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 183,289.40 193,223.40 203,740.20 213,537.30 221,873.30
Pertambang
2 an dan 9,111.20 9,449.30 9,764.90 10,111.50 10,477.60
penggalian
Industri
3 10,321.40 10,876.60 11,492.30 12,186.40 12,933.40
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,117.60 1,181.40 1,254.10 1,334.30 1,424.90
dan Gas
5 Bangunan 51,605.70 54,877.50 58,109.80 61,427.90 65,254.90
Perdaganga
6 n, Hotel dan 55,080.30 59,057.10 62,919.40 67,084.70 71,606.20
Restoran
Angkutan
7 dan 18,472.10 19,326.90 20,352.90 21,415.00 22,621.60
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 22,307.40 23,623.90 25,092.50 26,708.70 28,504.60
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 35,518.10 37,913.70 40,024.00 42,269.60 44,638.80
Total 386,823.20 409,529.80 432,750.10 456,075.40 479,335.30
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
Tabel 24 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Balaesang
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 –
2015 (Juta Rupiah)
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 190,234.40 212,130.30 236,440.50 262,141.60 286,678.00
Pertambangan
2 dan 9,376.80 10,046.30 10,781.70 11,502.90 12,247.20
penggalian
Industri
3 10,813.40 11,853.60 13,015.30 14,216.60 15,696.50
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,171.00 1,297.50 1,445.30 1,614.80 1,813.60
dan Gas
5 Bangunan 54,698.80 62,012.00 71,115.40 82,216.50 93,365.10
Perdagangan,
6 Hotel dan 58,457.10 67,377.70 78,272.60 90,467.50 102,626.30
Restoran
Angkutan dan
7 19,312.50 21,122.30 23,229.30 25,440.60 28,007.60
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 23,336.40 25,866.40 28,752.50 31,845.10 35,338.40
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 37,344.00 41,931.30 46,971.80 52,699.80 58,850.80
Total 404,744.40 453,637.40 510,024.40 572,145.40 634,623.50
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
m) Balaesang Tanjung
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 123,191.70 129,679.30 137,335.10 142,928.10 148,194.30
Pertambangan
2 7,590.50 7,834.10 8,051.90 8,224.20 8,451.20
dan penggalian
Industri
3 2,340.30 2,399.70 2,463.30 2,548.80 2,628.80
Pengolahan
Listrik, Air dan
4 489.10 507.40 528.90 556.10 585.80
Gas
5 Bangunan 19,695.30 20,727.30 21,915.00 22,874.90 23,908.80
Perdagangan,
6 Hotel dan 9,904.50 10,248.20 10,572.00 11,045.60 11,568.10
Restoran
Angkutan dan
7 4,515.20 4,666.50 4,863.90 5,070.30 5,326.80
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan, dan
8 3,385.50 3,490.50 3,596.60 3,707.80 3,840.10
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 18,659.90 19,574.60 20,653.50 21,675.40 22,763.20
Total 189,772.00 199,127.60 209,980.20 218,631.20 227,267.10
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
Tabel 26 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Balaesang
Tanjung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun
2011 – 2015 (Juta Rupiah)
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 130,151.20 144,615.20 161,398.00 179,031.70 197,485.50
Pertambangan
2 dan 7,857.30 8,359.40 8,922.90 9,461.80 10,044.60
penggalian
Industri
3 2,371.90 2,475.80 2,591.40 2,729.60 2,878.60
Pengolahan
Listrik, Air
4 503.90 536.30 573.60 615.80 662.60
dan Gas
5 Bangunan 20,363.70 22,377.70 24,349.20 26,725.70 29,160.40
Perdagangan,
6 Hotel dan 10,160.50 10,817.90 11,613.00 12,524.60 13,491.50
Restoran
Angkutan dan
7 4,664.80 4,997.10 5,376.80 5,811.80 6,333.90
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 3,488.30 3,722.10 3,968.30 4,232.30 4,474.30
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 19,399.00 21,173.90 23,044.20 25,057.00 27,026.90
Total 198,960.60 219,075.40 241,837.40 266,190.30 291,558.30
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
n) Dampelas
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 331,568.00 379,536.20 429,602.10 493,748.60 547,480.30
Pertambangan
2 dan 14,189.50 15,523.40 17,171.90 20,012.20 22,759.80
penggalian
Industri
3 16,944.70 18,513.80 20,430.00 23,631.30 27,048.40
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,461.70 1,585.70 1,729.10 1,896.40 2,097.40
dan Gas
5 Bangunan 58,668.00 66,195.10 74,515.80 83,305.70 96,590.20
Perdagangan,
6 Hotel dan 45,519.40 51,582.60 58,536.00 66,861.70 77,321.80
Restoran
Angkutan dan
7 32,383.00 36,063.10 40,331.80 45,695.80 51,606.20
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 20,729.40 23,086.80 25,860.60 29,211.40 32,559.40
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 34,879.50 38,473.20 42,589.70 47,688.10 52,764.70
Total 556,343.20 630,559.90 710,767.00 812,051.20 910,228.20
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
o) Sojol
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 315,804.20 337,693.30 360,169.70 379,454.30 396,197.40
Pertambang
2 an dan 30,036.70 32,511.70 35,298.00 38,534.80 42,268.80
penggalian
Industri
3 17,034.40 17,993.50 19,105.50 20,299.60 21,671.80
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,228.50 1,308.20 1,398.60 1,499.90 1,612.60
dan Gas
5 Bangunan 66,131.40 70,687.80 76,010.60 81,301.00 87,455.50
Perdaganga
6 n, Hotel dan 59,959.30 63,173.10 67,513.10 71,928.50 76,855.60
Restoran
Angkutan
7 dan 30,863.40 32,391.90 34,196.70 36,253.30 38,740.60
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 11,206.50 11,716.60 12,267.20 12,880.90 13,529.20
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 24,116.10 25,291.80 26,642.90 28,152.90 29,845.80
Total 556,380.50 592,767.90 632,602.30 670,305.20 708,177.30
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 329,399.90 366,520.40 406,583.60 461,711.60 503,287.10
Pertambangan
2 dan 32,366.60 37,454.60 44,125.30 52,222.20 62,087.00
penggalian
Industri
3 17,765.10 19,516.80 21,523.10 23,746.40 26,301.50
Pengolahan
Listrik, Air
4 1,261.90 1,371.10 1,496.00 1,636.10 1,807.50
dan Gas
5 Bangunan 70,408.80 80,435.00 93,956.20 109,282.90 128,023.90
Perdagangan,
6 Hotel dan 64,326.80 73,178.10 83,701.20 96,211.00 108,620.50
Restoran
Angkutan dan
7 31,899.90 34,720.10 38,009.20 41,896.20 46,565.20
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 11,632.10 12,584.40 13,669.30 14,925.50 16,361.40
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 25,172.70 27,568.10 30,254.90 33,544.60 36,998.50
Total 584,233.80 653,348.60 733,318.80 835,176.50 930,052.60
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
p) Sojol Utara
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 87,727.30 92,380.30 97,205.40 100,274.10 102,958.40
Pertambangan
2 dan 6,334.70 6,863.00 7,497.80 8,078.90 8,667.90
penggalian
Industri
3 6,874.90 7,190.40 7,587.40 8,079.00 8,609.80
Pengolahan
Listrik, Air
4 457.50 479.70 504.20 532.20 565.80
dan Gas
5 Bangunan 23,684.50 25,531.90 27,668.90 29,816.00 31,870.40
Perdagangan,
6 Hotel dan 24,044.00 26,095.00 28,545.30 30,377.90 32,653.20
Restoran
Angkutan dan
7 17,383.30 18,820.90 20,486.50 22,434.80 24,546.00
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 6,435.60 6,762.10 7,121.40 7,529.00 7,946.50
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 16,875.80 18,127.60 19,488.00 20,760.70 22,096.80
Total 189,817.60 202,250.90 216,104.90 227,882.60 239,914.80
Sumber: BPS Kabupaten Donggala
Tabel 32 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Sojol Utara
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 –
2015 (Juta Rupiah)
Tahun
No Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 92,558.20 103,125.30 115,289.30 127,640.90 140,247.80
Pertambangan
2 dan 6,420.60 7,054.30 7,774.50 8,579.20 9,487.70
penggalian
Industri
3 7,085.20 7,627.90 8,244.30 8,927.70 9,696.40
Pengolahan
Listrik, Air
4 468.30 502.90 544.50 588.80 637.90
dan Gas
5 Bangunan 24,895.90 27,953.20 31,422.20 35,425.30 39,623.20
Perdagangan,
6 Hotel dan 25,263.50 28,754.90 32,619.50 37,078.60 41,594.80
Restoran
Angkutan dan
7 18,050.80 20,274.90 22,863.90 25,868.10 29,458.20
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
8 6,684.40 7,294.90 7,967.60 8,688.80 9,425.70
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 17,678.30 19,792.20 22,028.90 24,340.30 26,758.40
Total 199,105.20 222,380.50 248,754.70 277,137.70 306,930.10
Sumber: BPS Kabupaten Donggala