Anda di halaman 1dari 9

REVIEW

PENENTUAN HIRARKI PUSAT PELAYANAN DENGAN METODE


ANALISIS SKALOGRAM GUTTMAN
(STUDI KASUS: PENENTUAN PUSAT PELAYANAN KABUPATEN JEPARA)

Oleh:
KELAS A
Indra P. Dinata 21040113410004
Yohan Surtiani 21040113410010
Ahmadiah 21040113410037
Nur Khasanah Apriliasari 21040113410039
Herry M. Ondikeleuw 21040113410042

PROGRAM MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013
PENENTUAN HIRARKI PUSAT PELAYANAN DENGAN METODE
ANALISIS SKALOGRAM GUTTMAN
(STUDI KASUS: PENENTUAN PUSAT PELAYANAN KABUPATEN JEPARA)

Setiap wilayah memiliki berbagai upaya perencanaan tersendiri guna memenuhi


kebutuhan masyarakatnya, termasuk dalam penyediaan sarana penunjang hidup mereka.
Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya (UU No.1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Pemukiman). Sarana dalam suatu wilayah dapat meliputi sarana
pendidikan, sarana peribadatan, sarana kesehatan, dan lain sebagainya yang memiliki
fungsi-fungsi tertentu dalam memfasilitasi berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
masyrakat. Fungsi dari masing-masing sarana atau fasilitas tersebut tentunya memiliki
hierarki atau tingkatan dalam suatu wilayah.

Penentuan hirarki pelayanan dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis


Skalogram Guttman, yaitu dengan menggunakan unsur fasilitas pelayanan seperti:
pendidikan, peribadatan, kesehataan, jasa, dan fasilitas lainnya. Contoh dari penerapan
analisis skalogram guttman dapat dilihat lebih lanjut dalam review berikut, yaitu mengenai
penentuan hirarki pelayanan di Kabupaten Jepara dengan melihat ketersediaan fasilitas-
fasilitas pendidikan, kesehatan, dan pelayanan umum lainnya.

Tinjauan Literatur Analisis Skalogram Guttman

Analisis skalogram merupakan salah satu alat untuk mengidentifikasi pusat


pertumbuhan wilayah berdasarkan fasilitas yang dimilikinya, dengan demikian dapat
ditentukan hierarki pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan suatu wilayah.
Asumsi yang dipakai adalah bahwa wilayah yang memiliki ranking tertinggi adalah lokasi
yang dapat ditetapkan menjadi pusat pertumbuhan (Amas Yamin, dkk dalam Pardede,
2008). Dalam analisis skalogram ini subjek diganti dengan pusat permukiman (settlement).
Sedangkan objek diganti dengan fungsi atau kegiatan.

Wilayah dengan fasilitas yang lebih lengkap merupakan pusat pelayanan,


sedangkan wilayah dengan fasilitas yang kurang akan menjadi daerah belakang
(hinterland). Louis Guttman (1950) salah satu skala satu dimensi menggambarkan respon
subyek terhadap obyek tertentu menurut tingkatan yang sempurna, orang yang mampu
menjawab semua pertanyaan dengan baik akan lebih baik dibandingkan dengan yang
mampu menjawab sebagian saja.

Tugas Mata Kuliah Metode Analisis Perencanaan & 2


Pembangunan
Analisis Skalogram digunakan untuk menganalisis pusat-pusat pemukiman,
khususnya hierarki atau orde pusat-pusat pemukiman. Subjek dalam analisis ini
merupakan pusat pemukiman (settlement), sedangkan obyek diganti dengan fungsi atau
kegiatan. Teknik ini dilakukan untuk memberikan gambaran adanya pengelompokkan
pemukiman sebagai pusat pelayanan dengan mendasarkan pada kelengkapan fungsi
pelayanannya. Fasilitas yang digunakan pada penilaian ini adalah fasilitas yang mencirikan
fungsi pelayanan sosial dan ekonomi. Skalogram diperoleh dengan cara membuat suatu
tabel yang mengurutkan keberadaan fasilitas suatu wilayah yang diidentifikasi sebagai
pusat pelayanan. Prosedur pengerjaan metode Skalogram Guttman adalah sebagai berikut
(Pardede, 2008):

a. Membuat urutan fasilitas yang ditemukan berdasarkan frekuensi yang ditemukan, pada
bagian atas.
b. Membuat garis baris dan kolom sehingga lembar kerja tersebut membentuk matriks
yang menampilkan fasilitas yang ada pada masing-masing pusat pelayanan atau kota.
c. Menggunakan tanda (1) pada sel yang menyatakan keberadaan suatu fasilitas, dan
tanda (0) pada sel yang menyatakan ketiadaan suatu fasilitas.
d. Menyusun ulang baris dan kolom berdasarkan frekuensi keberadaan fasilitas, semakin
banyak fasilitas yang didapati pada suatu pemukiman maka pemukiman tersebut
berada pada urutan atas.
e. Mengidentifikasi peringkat atau hirarki pemukiman yang dapat diinterpretasikan
berdasarkan prosentase keberadaan fasilitas pada suatu pemukiman. Semakin tinggi
prosentasenya, maka hierarki pemukiman tersebut akan semakin tinggi.

Nilai atau tingkat kelayakan nilai pada analisis ini yaitu 0,9 - 1. Hierarki Nilai COR
yang ideal antara 0,9 – 1. Tingkat kesalahan ini dapat dihitung dengan rumus:

Dimana :
- COR : Coefficient of Reproducibility (koefisien reliabilitas)
- Total jenis fasilitas : jumlah seluruh fasilitas dalam tangga hierarki pusat pelayanan
- Jumlah kesalahan : penyimpangan jumlah luar atau dalam tangga

Selain melihat hirarki berdasarkan analisis skalogram ini, kecenderungan


perkembangan pusat-pusat permukiman juga diperkirakan berdasarkan fungsi yang telah
ditetapkan dalam RTRW Kabupaten/ kota. Hal ini dikarenakan RTRW suatu daerah telah

Tugas Mata Kuliah Metode Analisis Perencanaan & 3


Pembangunan
menentukan pola dan struktur ruang yaitu menentukan fungsi kawasan sesuai dengan
kondisi dan peruntukannya, yang akan mempengaruhi perkembangan ruang di dalamnya.

Contoh Kasus Penentuan Pusat Pelayanan di Kabupaten Jepara

Penentuan pusat pelayanan dan pusat-pusat permukiman di Kabupaten Jepara


dapat dilihat dengan menggunakan analisis skalogram guttman. Analisis ini dilakukan
dengan melihat ketersediaan fasilitas yang ada di masing-masing kecamatan berdasarkan
data Badan Pusat Statistik.

Gambaran Wilayah Kabupaten Jepara

Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang
berada di bagian utara dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Wilayah Kabupaten
Jepara juga cukup unik karena memiliki daerah administratif yang berada di luar pulau
Jawa, yaitu Kecamatan Karimunjawa. Kecamatan ini memiliki konsentrasi fasilitas yang
kurang merata, dan sangat terkait dengan aksesibilitas. Hal ini termasuk terjadi di
Kecamatan Karimunjawa tersebut. Guna memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas
yang lebih tinggi dan lebih baik masyarakat harus melakukan pergerakan ke lokasi-lokasi
fasilitas yang dimaksud.

Berikut merupakan sebaran beberapa fasilitas yang ada di tiap kecamatan di


Kabupaten Jepara yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Fasilitas yang cukup memberikan pengaruh besar dalam pergerakan dan kebutuhan
masyarakat antara lain fasilitas pendidikan, perdagangan jasa, peribadatan, kesehatan,
hingga transportasi. Data fasilitas ini diperoleh dari dokumen Kabupaten Jepara Dalam
Angka 2010, dimana untuk data perdagangan jasa dan peribadatan tidak ter-cover dengan
lengkap sehingga tidak dapat menjadi dasar analisis. Sebaran fasilitas masing-masing di
Kabupaten Jepara dapat dirangkum dalam satu tabel berikut:

Tabel 1.
Sebaran Fasilitas Pelayanan di Kabupaten Jepara Tahun 2010
Fasilitas
No. Kecamatan Rmh Puskes-
TKN SD SMP SMA SMK UNIV Pustu BP Apotek Terminal
Sakit mas
1 Kedung 0 34 3 0 1 0 0 2 3 2 4 0
2 Pecangaan 0 39 2 1 0 0 1 1 1 3 4 1
3 Kalinyamatan 0 36 2 0 1 0 0 1 3 2 4 0
4 Welahan 0 46 3 1 0 0 0 2 3 3 3 0
5 Mayong 0 42 2 1 0 0 0 2 2 4 4 0
6 Nalumsari 1 39 2 1 0 0 0 1 2 5 1 0
7 Batealit 0 38 3 0 0 0 0 1 4 1 3 0
8 Tahunan 0 44 1 1 0 1 1 1 4 3 8 0
9 Jepara 1 38 6 1 3 1 3 1 1 4 14 1

Tugas Mata Kuliah Metode Analisis Perencanaan & 4


Pembangunan
Fasilitas
No. Kecamatan Rmh Puskes-
TKN SD SMP SMA SMK UNIV Pustu BP Apotek Terminal
Sakit mas
10 Mlonggo 0 35 1 1 0 0 0 1 3 2 2 0
11 Pakisaji 0 27 2 0 0 0 0 1 4 0 2 0
12 Bangsri 1 36 2 1 0 0 0 2 3 8 8 0
13 Kembang 0 41 4 1 0 0 0 1 5 1 1 0
14 Keling 0 37 2 0 0 0 1 2 3 2 3 0
15 Donorejo 0 31 2 1 0 0 0 1 2 1 0 0
16 Karimunjawa 0 14 2 0 1 0 0 1 2 0 0 0
Sumber Data: Kabupaten Jepara Dalam Angka Tahun 2010
Analisis Skalogram
Berdasarkan tabel sebaran fasilitas di Kabupaten Jepara diatas, maka dapat
ditentukan hirarki pusat pelayanan di Kabupaten Jepara dengan melihat ketersediaan
fasilitas tersebut dengan menggunakan analisis skalogram gutman. Untuk fasilitas yang
tersedia diberi nilai 1, sedangkan yang tidak tersedia diberi nilai o. Berikut merupakan hasil
dari analisis skalogram penentuan hirarki kota di Kabupaten Jepara:

Tabel 2.
Hasil Analisis Skalogram Penentuan Pusat Pelayanan Kabupaten Jepara
SARANA
No. Kecamatan Puskes- Rmh Ter- Hirarki
SD SMP Pustu BP Apotek SMA SMK UNIV TKN Total
mas Sakit minal
1 Jepara 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 I
2 Pecangaan 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 9 II
3 Tahunan 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 9 III
4 Kalinyamatan 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 7 IV
5 Kedung 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 7 IV
6 Bangsri 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 8 V
7 Mayong 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 7 V
8 Welahan 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 7 V
9 Nalumsari 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 8 V
10 Keling 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 7 V
11 Mlonggo 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 7 V
12 Kembang 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 7 V
13 Batealit 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 6 VI
14 Donorejo 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 6 VII
15 Pakisaji 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 5 VIII
16 Karimunjawa 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 5 VIII

Sumber Data: Hasil Analisis, 2013

Berdasarkan ketersediaan fasilitas di atas, dapat dilihat bahwa fasilitas yang ada
(sudah tersedia) di seluruh kecamatan di Kabupaten Jepara adalah fasilitas SD, SMP,
Puskesmas, dan puskesmas pembantu (pustu). Sedangkan untuk fasilitas lainnya seperti
rumah sakit, terminal, sekolah tinggi (universitas), dan lainnya hanya terdapat di beberapa
kecamatan. Kecamatan yang memiliki fasilitas terlengkap adalah Kecamatan Jepara,
sedangkan ketersediaan fasilitas terminim berada di Kecamatan Pakisaji dan Karimunjawa.

Hasil analisis skalogram di Kabupaten Jepara di atas dapat dilihat jumlah eror dari 16
kecamatan (N) dan 12 fasilitas (k) adalah 12 kesalahan. Jumlah kesalahan (eror) ini dilihat
Tugas Mata Kuliah Metode Analisis Perencanaan & 5
Pembangunan
dari nilai 0 yang ada di atas tangga dan jumlah nilai 1 yang ada di bawah anak tangga.
Berdasarkan tingkat kesalahan yang ada tersebut, dapat diperhitungkan nilai coefficient of
reproducibility (COR) nya dengan rumus diatas.

Dimana: Total jenis fasilitas = 16 kec. x 12 fasilitas = 192 buah


Total kesalahan = 12 kesalahan

= 0,94

Berdasarkan ketentuan, nilai Coeffisien of Reproducibility (COR) yang memenuhi


standar reliabilitas untuk dianalisis adalah bernilai ≥ 0,90 – 1,00. Sehingga, hasil analisis
skalogram di Kabupaten Jepara diatas dengan nilai COR 0,94 cukup reliable digunakan
sebagai analisis lebih lanjut. Hasil analisis ini menyatakan pusat pelayanan utama berada
di Kecamatan Jepara, kemudian hirarki selanjutnya adalah Kecamatan Pecangaan dan
Kecamatan Tahunan. Nilai COR menandakan besaran nilai reproduksibilitas, yaitu untuk
penentuan pusat pelayanan Kabupaten Jepara memiliki nilai reproduksibilitas sebesar
94%. Maksudnya adalah tingkat kebenaran dan keakurasian hasil adalah 94%, dimana 6%
terjadi missing.

Pusat pelayanan yang dihasilkan dari analisis skalogram ini juga menjadi dasar
dalam penentuan pusat permukiman, dimana pada hirarki I juga merupakan pusat
permukiman I di Kabupaten Jepara dan seterusnya. Namun, hasil dari analisis skalogram
di atas hanya melihat dari ketersediaan fasilitas, belum melihat secara keruangan lebih
luas baik dari interaksi keruangannya maupun dari jumlah sebaran sarana secara spasial/
kuantitas sehingga perlu dilihat lagi secara lebih mendalam.

Apabila dilihat dari kondisi keruangan di Kabupaten Jepara, interaksi keruangan


antara Kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan sangat kuat sehingga dalam RTRW
Kabupaten Jepara Tahun 2011 – 2031 ditetapkan dalam satu kawasan perkotaan. Dalam
RTRW ditetapkan pusat kegiatan lokal (PKL) di Kabupaten Jepara berada di Kota Jepara
(mencakup Kecamatan Jepara dan Tahunan) dan Kecamatan Pecangaan. Jadi, apabila
dibandingkan dengan analisis skalogram di atas hasilnya cukup sinkron, namun dari sisi
keruangan Kecamatan Jepara dan Tahunan berada dalam posisi yang strategis dan
memiliki interaksi yang cukup kuat sehingga dijadikan dalam satu kawasan perkotaan.

Sedangkan untuk daerah-daerah yang memiliki hirarki pelayanan rendah seperti


Kecamatan Pakisaji dan Karimunjawa yang memang memiliki kelemahan dari segi
transportasi/ pergerakan sehingga perlu adanya pengembangan kawasan dari sisi lain
yang menjadi potensi daerah masing-masing. Daerah-daerah yang memiliki hirarki
pelayanan rendah ini sebagian besar penduduk akan mengakses fasilitas yang ada di
kecamatan sekitarnya maupun ke pusat pelayanan utama yaitu Kecamatan Jepara. Hal ini
mengakibatkan pergerakan yang mengarah ke pusat pelayanan akan semakin besar dan
Tugas Mata Kuliah Metode Analisis Perencanaan & 6
Pembangunan
beban pusat pelayanan menjadi meningkat dan dapat melebihi ambang batas
pelayanannya. Kondisi ini dapat membuat perkembangan pusat pelayanan melebihi daya
tampungnya, sehingga terjadi penurunan kualitas pelayanan. Oleh karenanya, perlu
adanya pengembangan pusat-pusat pelayanan baru yang dapat menjadi subpusat
pelayanan dari pusat utama untuk membagi arus pergerakan dan pelayanan tersebut.

Apabila dipetakan, hasil dari analisis skalogram dalam penentuan pusat pelayanan di
Kabupaten Jepara dapat dilihat sebagai berikut:

Tugas Mata Kuliah Metode Analisis Perencanaan & 7


Pembangunan
Gambar 1.
Peta Hirarki Pelayanan di Kabupaten Jepara Berdasarkan Analisis Skalogram

110°22' BT 24' 26' 28' 30' 32' 110°34' BT

5°46' LS 5°46' LS

48' 48'

110°35' BT 40' 45' 50' 110°55' BT


6°15' LS 50' 50'

K A RIM U NJ A W A

52' 52'
N

54' 54'

20' 20'
SKA LA 1:250000
56' 56'

5°58' LS 5°58' LS
110°22' BT 24' 26' 28' 30' 32' 110°34' BT

25' 25'

K E C. D O N O R O J O
K E C. K E MB A N G

K E C. M L O N G G O
30' 30'

LAUT JAWA

K E C. J E P A R A

K E C. B A NG S RI

35' 35'

K E C. P A K IS A JI K E C. K E LIN G
K E C. T A H UN A N

K E C. B A TE A L IT
Hirarki I

40' 40'
K E C. M A Y O N G
K E C. P E CA N G A A N
K E C. N A L U MS A RI
Hirarki II
K E C. K A LIN Y A M A TA N
KAB PATI
K E C. K E DU N G
Hirarki III
Hirarki IV

6°45' LS K E C. W E L H A N
Hirarki V 6°45' LS
Hirarki VI
KAB. DEMAK Hirarki VII
Hirarki VIII
110°35' BT 40' 45' 50' 110°55' BT

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Tugas Mata Kuliah Metode Analisis Perencanaan & 8


Pembangunan
Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan dan kasus di atas, dapat disimpulkan


bahwasannya analisis skalogram belum begitu kuat untuk menentukan hirarki pusat
pelayanan dan orde perkotaan di dalam suatu wilayah. Hasil analisis ini perlu diperkuat
dengan analisis lain seperti analisis indeks sentralitas marshall (ISM) maupun analisis
gravitasi untuk mengetahui kekuatan interaksi keruangan dalam wilayah tersebut. Selain
itu, analisis deskriptif untuk menjelaskan kondisi masing-masing daerah juga diperlukan
guna memperkuat analisis penentuan hirarki pusat pelayanan ini. Hirarki pusat pelayanan
juga dapat menunjukkan pusat-pusat permukiman yang ada di suatu wilayah, sebagai
contoh untuk wilayah Kabupaten Jepara pusat permukiman berada di Kecamatan Jepara
dengan ketersediaan fasilitas yang lebih lengkap dibandingkan daerah lainnya.

Referensi

Badan Pusat Statistik. 2010. Kabupaten Jepara Dalam Angka Tahun 2010

http://id.scribd.com/doc/31386640/Review-Literatur-transformasi-morfologi-permukiman
diakses pada Kamis, 3 okt 2013 13.45

http://tambahrejo.wordpress.com/2012/09/10/analisis-pusat-permukiman-kabupaten-
boyolali-menggunakan-metode-skalogram/ diakses pada Minggu, 6 Oktober 2013
09.30

Tarigan, Robinson. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Wibisono, Rudi. 2004. Konsep, Teori dan Landasan Analisis Wilayah. Malang: Bayumedia

Tugas Mata Kuliah Metode Analisis Perencanaan & 9


Pembangunan

Anda mungkin juga menyukai