Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PERMUKIMAN

“PERUMAHAN AMPELDENTO RESIDENCE”

Disusun oleh:
Shintia Sasmitasari 1824071
Insia Wahda Aulia 1824081

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan
berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Permukiman
yang berjudul “Perumahan Ampeldento Residence ” pada waktu yang telah
ditentukan.
Penyusunan laporan ini kami lakukan untuk memenuhi tugas mata
kuliahPermukiman. .Penyusunan laporan Permukiman ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat
memperlancar proses pembuatan laporan ini.
Kami berharap semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, khususnya Mahasiwa program studi Perencanaan
Wilayah dan Kota. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam laporan ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
laporan ini dan kemajuan studi kami selanjutnya.

Malang, 01 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 5
1.2 Lokasi Survey ...................................................................................................... 7
1.3 Perumusan Masalah ............................................................................................. 8
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 10
1.5 Kegunaan Penelitian .......................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 12
2.1 Perumahan dan Lingkungan .............................................................................. 12
2.1.1 Pengertian Perumahan ................................................................................ 12
2.1.2 Klasifikasi Fungsi Permukiman .................................................................. 13
2.1.3 Tipe Permukiman........................................................................................ 14
2.1.4 Unsur-Unsur Perumahan............................................................................. 14
2.1.5 Asas dan Tujuan.......................................................................................... 15
2.1.6 Penyelenggaraan Perumahan ...................................................................... 15
2.1.7 Pengertian Lingkungan ............................................................................... 17
2.1.8 Fungsi dan Kegunaan Lingkungan ............................................................. 18
2.1.9 Faktor-Faktor Geografis dan Lingkungan .................................................. 19
2.1.10 Pemanfaatan Kawasan Pemukiman .......................................................... 23
2.1.11 Pemeliharaan Lingkungan dalam Perumahan........................................... 25
2.2 Kawasan Peri Urban .......................................................................................... 25
BAB III HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN ................................................ 28
3.1 Kondisi dan Ciri Geologis Wilayah .................................................................. 28
3.1.1 Sejarah Desa ............................................................................................... 28
3.1.2 Sejarah Pemerintahan Desa ........................ Error! Bookmark not defined.
3.2 Site Plan Perumahan .......................................................................................... 31
3.3 Fasilitas dan Utilitas .......................................................................................... 32
BAB IV PENUTUP ................................................................................................. 316
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 326
4.2 Saran ............................................................................................................... 316
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan lahan permukiman terus meningkat seiring dengan perkembangan


kota. Tuntutan penggunaan lahan permukiman yang tidak dapat diakomodir oleh
ruang kota menimbulkan perembetan kawasan ke wilayah pinggiran Kota mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan dalam hal ini menyangkut aspek
politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik. Perkembangan aspek-aspek
tersebut yang diiringi dengan pertambahan jumlah penduduk telah mengakibatkan
peningkatan kegiatan penduduk perkotaan. Kegiatan penduduk perkotaan
menyebabkan peningkatan kebutuhan ruang kekotaan yang besar. Perpindahan
penduduk dari pusat kota ke daerah pinggiran kota menurut didorong oleh penurunan
kualitas lingkungan daerah tempat tinggal di pusat kota dan peningkatan standar
hidup pada golongan masyarakatya. Selain berdasarkan faktor kenyamanan dalam
tempat tinggal, faktor tingginya harga lahan juga mempengaruhi pertumbuhan
wilayah ke daerah pinggiran.

Banyaknya penduduk kota yang memilih bermukim di pinggiran kota


tentunya menyebabkan terjadinya transformasi spasial pula di kawasan tersebut.
Transformasi spasial yang terjadi di wilyah peri urban tentunya akan merubah pola
pemanfaatan ruang yang ada di kawasan tersebut. Pertumbuhan lahan terbangun Kota
Malang merambat ke daerah pinggiran kota yaitu Kabupaten Malang karena lahan
yang terbatas sedangkan kebutuhan lahan terus meningkat. Perembetan lahan
terbangun tersebut merubah karakteristik wilayah yang awalnya pedesaan menjadi
wilayah dengan karakteristik campuran antara desa dan kota.

Perubahan guna lahan yang terjadi di perkotaan selain disebabkan


pertumbuhan penduduk disebabkan juga oleh urbanisasi. Urbanisasi dan
pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan perluasan wilayah perkotaan
hingga ke wilayah pinggiran kota bahkan di beberapa kota terjadi konurbasi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) penduduk Indonesia pada tahun 1970
berkisar 119 juta jiwa dan pada tahun 2010 sudah mencapai 237 juta jiwa yang berarti
mengalami penambahan dua kali lipat. Hal ini tentunya juga akan menjadikan
kebutuhan akan ruang semakin tinggi dan tentunya konversi lahan dari lahan
pertanian menjadi lahan terbangun khususnya di wilayah perkotaan meningkat.
Dengan demikian berarti akan terjadi transformasi wilayah baik secara fisikal, sosial,
ekonomi dan budaya. Transformasi wilayah dapat dimaknai sebagaiperubahan yang
terjadi pada suatu wilayah dalam proses kurun waktu tertentu dari berbagai aspek
pada batasan teritorial tertentu. Transformasi yang terjadi pada suatu wilayah yang
paling dapat terlihat adalah transformasi secara fisik.

Kabupaten Malang yang letaknya mengelilingi Kota Malang menyebabkan


Kabupaten Malang menjadi wilayah yang terkena dampak perembetan fisikal Kota
Malang. Terlihat dari kondisi eksisting desa di Kabupaten Malang yang berada di
daerah pinggiran Kota Malang yaitu pada Desa Kebonagung menunjukkan ciri
perkotaan berupa adanya industriindustri yang cukup besar seperti pabrik gula, pabrik
rokok dan pabrik perakitan sepeda motor. Pada daerah pinggiran Kota Malang
sebelah barat dan timur yaitu Kecamatan Dau dan Kecamatan Pakis Kabupaten
Malang terdapat perumahan kelas menengah-tinggi sedangkan pada daerah pinggiran
Kota Malang sebelah utara yaitu Singosari terdapat aktivitas perdagangan dan toko-
toko modern yang menyerupai karakteristik kota. Perubahan lahan yang terjadi akibat
dampak dari Kota Malang tersebut bersifat tidak merata ke seluruh kecamatan. Di sisi
lain, pada kecamatan-kecamatan tersebut masih terdapat desa yang penggunaan
lahannya didominasi oleh pertanian.
1.2 Lokasi Survey

Lokasi Survey berada di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten


Malang. Tepatnya di Perumahan Ampel Dento Residence. Secara administratif, Desa
Ampeldento terletak di wilayah Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang dengan
posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah Utara berbatasan dengan
Desa Ngijo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Di sebelah Barat berbatasan
dengan Desa Girimoyo Kecamatan Karangploso. Di sisi Selatan berbatasan dengan
Desa Tegalgondo Kecamatan Karangploso, sedangkan di sisi timur berbatasan
dengan Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso.

Peta 1. 1 Peta Administrasi Desa Ampeldento


Secara geografis Desa Ampeldeto terletak pada posisi 7°21'-7°31' Lintang
Selatan dan 110°10'-111°40' Bujur Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah
berupa daratan tinggi yaitu sekitar 615 m di atas permukaan air laut. Berdasarkan data
Metrologi Karangploso Kabupaten Malang tahun 2014, selama tahun 2014 curah
hujan di Desa Ampeldento rata-rata mencapai 200 - 300 mm. Curah hujan terbanyak
terjadi pada bulan Desember. Jarak tempuh Desa Ampeldento ke ibu kota kecamatan
adalah 5 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit. Sedangkan jarak
tempuh ke ibu kota kabupaten adalah 21 km, yang dapat ditempuh dengan waktu
sekitar 1,5 jam

1.3 Perumusan Masalah

Kepadatan penduduk yang tinggi di Kabupaten Malang, sebagai akibat dari


pertumbuhan alami (natural growth) maupun migrasi dari dalam (Kabupaten Malang)
dan dari luar (Kota Malang) mendorong meningkatnya permintaan terhadap tempat
hunian di wilayah ini. Pesatnya permintaan lahan hunian tentu akan menimbulkan
kekhawatiran tersendiri terutama bagi lahan pertanian yang akan semakin terancam
akibat perkembangan perumahan. Suparno (2006) berpendapat bahwa dalam
melakukan pembangunan perumahan dan permukiman, seharusnya dilakukan
sinkronisasi antara dua sistem, yaitu perkotaan dan pedesaan. Hal ini harus
diupayakan guna menghindari terjadinya overload pada lingkungan perumahan dalam
wilayah perkotaan yang dapat menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi
wilayah perkotaan maupun wilayah di belakangnya atau hinterland yang biasanya
adalah suatu wilayah pedesaan. Melalui pengamatan di lapangan, dalam beberapa
tahun terakhir terjadi ekspansi pengembangan kompleks perumahan di Kawasan peri
urban Kota Malang. Perumahan-perumahan tersebut semakin menjamur pada
kecamatan peri urban karena memiliki akses transportasi dan komunikasi yang baik.
Perkembangan perumahan ini tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Malang
namun pada lokasi-lokasi tertentu terjadi pengelompokan yaitu di kawasan peri
urban. Beberapa kompleks perumahan pada daerah penelitian cenderung berada pada
lokasi-lokasi tertentu, seperti pada daerah yang aksesibilitasnya baik (dekat dengan
pusat kota), lerengnya datar, dan memiliki kesesuaian dengan penggunaan lahan asal
maupun RTRW setempat. Melihat pesatnya pertumbuhan pembangunan sektor
properti perumahan, dapat menjadi perhatian utama bagi pemerintah Kabupaten
Malang dan Kota Malang sebagai pengampu utama kawasan peri urban.
Perkembangan perumahan yang semakin pesat dan tidak terkendali seharusnya perlu
dilakukan analisis terhadap kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah sebagai
suatu upaya evaluasi pemanfaatan ruang. Dalam mengatasi perkembangan perumahan
sebagai dampak dari perembetan sifat fisik kekotaan dari Kota Malang, tentunya
setiap wilayah administrasi yang berbatasan dengan Kota Malang harus memiliki
suatu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang mampu mengatasi segala dampak
yang mungkin ditimbulkan dari hasil pengalihfungsian lahan. Distribusi perumahan
yang bervariasi ini sangat menarik untuk diteliti, terlebih wilayah-wilayah yang
berada di Kawasan peri urban Kota Malang. Faktor kondisi fisik wilayah, kesesuaian
lahan, dan peraturan tata ruang pada wilayah yang bersangkutan ternyata ikut
memberikan masukan dalam pemilihan lokasi pengembangan perumahan. Kajian
tentang perumahan atau permukiman merupakan kajian wilayah yang mempunyai
relevansi dengan perkembangan wilayah. Persebaran perumahan di Kawasan peri
urban Kota Malang di Kabupaten Malang menampilkan pola-pola tertentu. Secara
teoritis, sebaran perumahan dapat dikatakan mengelompok, acak, maupun seragam.
Mengacu pada latar belakang, tumbuhnya perumahan di Kawasan peri urban Kota
Malang di Kabupaten Malang, maka masalah yang hendak diangkat dalam penelitian
ini adalah bagaimana pola sebaran perumahan, kondisi fisik wilayah, dan faktor-
faktor fisik penentu dalam pemilihan lokasi perumahan. Berkaitan dengan semakin
meningkatnya kompleks perumahan di daerah penelitian, maka pertanyaan penelitian
ini dapat dirumuskan menjadi pertanyaan yang lebih operasional, antara lain :

1. Di mana lokasi perumahan dan bagaimanakah pola sebaran perumahan


terbangun di Kawasan Peri Urban Malang ?
2. Faktor-faktor fisik seperti apa yang menjadi penentu dalam pemilihan
lokasi perumahan di daerah penelitian?
3. Mengapa kondisi fisik wilayah mempengaruhi masing-masing pola
keruangan perumahan dan bagaimanakah efektifitas penyebaran fasilitas
setempat?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari adanya penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui pola sebaran lokasi perumahan di daerah penelitian.


2. Mengetahui faktor-faktor fisik yang mempengaruhi pemilihan lokasi
perumahan di daerah penelitian.
3. Mengkaji kondisi fisik wilayah pada masing-masing pola keruangan
perumahan dan penyebaran fasilitasnya .

1.5 Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini, baik secara ilmiah
maupun praktis yaitu :

A. Ilmiah

1. Sebagai sumber informasi yang bereferensi keruangan mengenai sebaran


perumahan.
2. Sebagai upaya memperkaya wawasan tentang perkembangan pembangunan
perumahan.
3. Berguna dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Malang , khususnya
untuk penataan ruang permukiman
4. Dapat dipergunakan sebagai salah satu dokumen atau data tentang
perumahan yang terdapat di Kabupaten Malang.
5. Memberikan informasi mengenai persebaran perumahan pada daerah
penelitian serta dapat memberikan informasi bagi berbagai pihak yang
memerlukan sebagai bahan untuk pemantauan permukiman.
B. Praktis

1. Membantu masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai sebaran


perumahan dan bagaimana cara mencapainya.
2. Membantu masyarakat untuk mengetahui informasi mengenai jenis-jenis
pola keruangan perumahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perumahan dan Lingkungan


2.1.1 Pengertian Perumahan

Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 2011 Pasal 1 butir 1 dinyatakan bahwa


perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman,
pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem
pembiayaan, serta peran masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan
perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari pemukiman, baik perkotaan
maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan fasilitas umum
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Perumahan tentunya tidak
terlepas dari kawasan pemukiman, yang dimaksud dengan kawasan pemukiman
adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan
perkotaan maupun pedesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.

Selain kawasan pemukiman tentunya ada lingkungan hunian, lingkungan


hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu
satuan permukiman. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri
atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas
umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau
kawasan pedesaan.

Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya,
serta aset bagi pemiliknya. Berbagai macam rumah di antaranya adalah:
1. rumah komersial, rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan
dengan tujuan mendapatkan keuntungan
2. rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya
Masyarakat. rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
3. Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan khusus.

Rumah Negara adalah rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat
tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang pelaksanaan
tugas pejabat dan/atau pegawai negeri. Permukiman kumuh adalah permukiman yang
tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang
tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.
Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi
sebagai tempat hunian.

2.1.2 Klasifikasi Fungsi Permukiman


Menurut Lewis Mumford (The Culture Of Cities, 1938) dalam Wesnawa,
2015:27) mengemukakan 6 jenis Kota berdasarkan tahap perkembangan permukiman
penduduk kota. Jenis tersebut diantaranya:

1. Eopolis dalah tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan


Masyarakatnya merupakan peralihan dari pola kehidupan desa ke arah
kehidupan kota.
2. Tahap polis adalah suatu daerah kota yang sebagian penduduknya masih
mencirikan sifat-sifat agraris.
3. Tahap metropolis adalah suatu wilayah kota yang ditandai oleh penduduknya
sebagian kehidupan ekonomi masyarakat ke sektor industri.
4. Tahap megapolis adalah suatu wilayah perkotaan yang terdiri dari beberapa
kota metropolis yang menjadi satu sehingga membentuk jalur perkotaan.
5. Tahap tryanopolis adalah suatu kota yang ditandai dengan adanya kekacauan
pelayanan umum, kemacetan lalu-lintas, tingkat kriminalitas tinggi
6. Tahap necropolis (Kota mati) adalah kota yang mulai ditinggalkan
penduduknya.

2.1.3 Tipe Permukiman


Menurut Wesnasa (2015:32) mengemukakan tipe permukiman dapat
dibedakan menjadi 2 tipe permukiman. Terdapat dua tipe rumah paling umum
dipergunakan pada rumah sederhana, yaitu: rumah gandeng atau rumah kopel, dan
rumah deret.

1. Rumah Gandeng atau Rumah Kopel Rumah gandeng atau rumah kopel adalah
dua buah rumah yang bergandengan, dan masing-masing memiliki kapling
sendiri. Pada rumah gandeng atau rumah kopel, salah satu dinding bangunan
induk saling menyatu.
2. Rumah Deret Rumah deret adalah beberapa rumah yang bergandengan antara
satu unit dengan unit lainnya. Pada rumah deret, salah satu atau kedua dinding
bangunan induknya menyatu dengan dinding bangunan induk lainnya.
Dengan system rumah deret, unit-unit rumah tersebut menjadi satu kesatuan.
Pada rumah deret, setiap rumah memiliki kapling sendiri-sendiri.

2.1.4 Unsur-Unsur Perumahan


1. Lingkungan alami: lahan permukiman dan tanah.
2. Kegiatan sosial: manusia (individu), rumahtangga,komunitas
3. (siskamling, dll).
4. Bangunan-bangunan rumah tinggal.
5. Sarana dasar fisik dan pelayanan sosial-ekonomi:
a. Warung & toko kebutuhan sehari-hari.
b. Taman bermain, masjid, dll.
6. Sistem jaringan prasarana dasar fisik;
a. Jaringan jalan.
b. Saluran Drainase.
c. Sanitasi.
d. Air bersih.
e. Listrik, komunikasi.

2.1.5 Asas dan Tujuan


Asas dari penataan perumahan dan permukiman berlandaskan pada asas
manfaat, adil, dan merata, kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan, dan
kelestarian lingkungan hidup (Bab II Pasal 3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011.
Sedangkan dalam dalam pasal 4 menyebutkan bahwa penataan perumahan dan
permukiman bertujuan untuk:

a. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia


Dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
b. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi, dan teratur.
c. Memberi arahan pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang
rasional.
d. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-
bidang lain.

2.1.6 Penyelenggaraan Perumahan

Penyelenggaraan perumahan dan permukiman adalah pemenuhan kebutuhan


perkotaan diwujudkan melalui pembangunan perumahan dan kawasan permukiman
skala besar yang terencana secara menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang
bertahap sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman. Pembangunan Perumahan dan kawasan permukiman tersebut
ditunjukan untuk menciptakan kawasan permukiman dan mengintegrasikan secara
terpadu dan meningkatkan kualitas lingkungan, yang dihubungkan oleh jaringan
transportasi sesuai dengan kebutuhan dengan kawasan lain yang memberikan
berbagai pelayanan dan kesempatan kerja. Pembangunan perumahan dan
permukiman diselenggarakan berdasarkan rencana tata ruang wilayah berfungsi
sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan.

1. Kriteria pemilikan lokasi

Lokasi tanah harus bebas dari pencemaran air dan pencemaran lingkungan
baik berasal dari sumber daya pembuatan atau sumber daya alam. Dapat menjamin
tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi pembinaan individu
dan masyarakat penghuni. Kondisi tanahnya bebas banjir dan memiliki kemiringan
tanah 0% - 15%, sehingga dapat dibuat sistem salurann pembuangan air hujan
(drainase) dan jaringan jalan setapak yang baik serta memiliki daya dukung yang
cukup untuk memungkinkan dibangun perumahan. Terjamin adanya kepastian hukum
bagi masyarakat penghuni terhadap tanah dan bangunan diatasnya yang sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.

2. Prasaran lingkungan

Untuk pembangunan lingkungan Kapling Siap Bangun harus disediakan


prasarana lingkungan berupa jalan setapak dan saluran lingkungan yang berstandar
sebagai berikut:

a. Jalan Setapak

Lebar badan jalan setapak maksimum 2 meter, lebar perkerasan 1,20 meter
dengan konstruksi dari rabat beton 1 pc : 3 pasir : 5 koral, tebal 7 cm atau bahan lain
yang setara. Di kiri kanan perkerasan dibuat bahu jalan masing-masing dengan lebar
0,4 meter untuk penempatan tiang tiang listrik dan pipa-pipa saluran lingkungan

b. Saluran

Saluran untuk pembuangan air hujan/limbah harus direncanakan sedemikian


rupa sehingga lingkungan Kapling Siap Bangun yang ada bebas dari genangan air.
Oleh kaena itu saluran lingkungan dibuat konstruksi dengan ½ buis betonn diameter
20 cm dan pasangan batako atau yang setara dengan ukuran:

Lebar atas : 30 cm
Lebar bawah : 20 cm
Tinggi minimal : 30 cm
Kemiringan :0% - 15%

Dari uraian diatas, terlihat bahwa pemerintah telah berupaya semaksimal


mungkin untuk memenuhi kebutuhan perumahan rakyat, melalui kebijakan
pemberian fasilitas kredit Pemilikan Kapling Siap Bangun atau Kredit Pemilikan
Rumah. Namun demikian sejalan dengan kebijakantersebut, perlu dikaji dan
dipertimbangkan sistem jaringan hukum untuk pengamanan kebijaksanaan tersebut.
Karena terlihat misalnya dalam peraturan-peraturan yang memuat tentang teknik
pembangunan rumah, belum dicantumkan ketentuan-ketentuan yang memuat sanksi
atau tindakan lainnya yang perlu dilakukan, bila pedoman tersebut tidak
ditaati/dipenuhi oleh Developer atau pihak lainnya. Hal ini adalah sangat penting
dalam hubungannya dengan:
1. Adanya kepastian hukum.
2. Untuk pengaman dana yang disediakan oleh pemerintah.
3. Untuk melindungi kepentingan konsumen.
4. Untuk melindungi pelaksana pembangunan perumahan
5. (Developer) dari perbuatan/tindakan yang tidak diinginkan.

2.1.7 Pengertian Lingkungan

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya


keadaan, dan Makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain. Semua yang ada di muka bumi ini tentunya adalah termasuk
lingkungan. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan
hidup. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah
upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber
daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan,
dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

2.1.8 Fungsi dan Kegunaan Lingkungan

Berdasarkan atas kebutuhan manusia, dalam pasal 2 perumahan adalah salah


satu dari kebutuhan manusia yang sangat penting. Perumahan dan kawasan
permukiman diselenggarakan dengan berasaskan:

1. Kesejahteraan;
2. Keadilan dan pemerataan;
3. Kenasionalan;
4. Keefisienan dan kemanfaatan;
5. Keterjangkauan dan kemudahan;
6. Kemandirian dan kebersamaan;
7. Kemitraan;
8. Keserasian dan keseimbangan;
9. Keterpaduan;
10. Kesehatan;
11. Kelestarian dan keberlanjutan; dan
12. Keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan.

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan perumahan yang sesuai


dengan aturan perundang-undangan yang mana dari fungsi pembangunan perumahan
yang telah disampaikan di atas tentunya memiliki berbagai fungsi. Perumahan dan
kawasan permukiman diselenggarakan untuk:

1. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan


kawasan permukiman;
2. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk
yang proporsional melalui.
3. Pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata
ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan.
4. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi
pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi
lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;
5. Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman;
6. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan
7. Budaya; dan menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau
dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan
berkelanjutan.

2.1.9 Faktor-Faktor Geografis dan Lingkungan

A. Faktor-Faktor Geografis.
Kondisi geografis penting untuk diperhatikan oleh setiap pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman karena kondisi geografis tersebut akan
memberikan petunjuk kepada pelaksana pembangunan mengenai keadaan alam
dimana perumahan atau kawasan permukiman tersebut hendak dibangun, yaitu
sebagai berikut;

1. Tanah.

a. Kondisi tanah.

Kondisi fisik tanah isi harus memenuhi bebrapa persyaratan, yaitu:

1) Tidak mengandung gas-gas beracun yang dapat mematikan.


2) Harus memungkinkan area-area permukiman yang tidak selalu tergenang
banjir.
3) Dapat dilakukan pembangunan.
4) Memunginkan sistem drainase dan saluran-saluran.

b. Riwayat tanah.

1. Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan di lahan bekas


perkebunan karet memerlukan bahan bangunan yang mesti ekstra kuat,
berhubung kenyataan membuktikan bahwa tanah bekas perkebunan karet
adalah “sarang rayap no.1”. Membangun kerangka bangunan sampai atapnya
sebaiknya terbuat dari besi atau logam.
2. Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan di lahan bekas
perkuburan memerlukan perhatian ekstra pada sistem persumurannya. Sumur-
sumur dan sumber-sumber air di situ mesti digali ekstra dalam.
3. Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan (apalagi bangunan
bertingkat) di daerah bekas rawa atau lahan yang sejak puluhan tahun sering
tergenang banjir memerlukan ekstra perhitungan pada pembangunan
pndamnya.
4. Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan (apalagi perumahan) di
lahan bekas lapangan terbang akan memerlukan perhitungan ekstra untuk
mendapatkan sumber-sumber air dan sumur-sumur, mengingat kurangnya
resapan air disitu.

B. Faktor faktor yang perlu diperhatikan pada kawasan permukiman, yaitu :

a. Keberadaan sumber air janganlah dirusak atau ditiadakan.


b. Keberadaan sumber-sumber air di dekat bangunan (apalagi bangunan
bertingkat) akan membahayakan dalam arti melemahkan pondasi bangunan,
mengingat kondisi tanah yang lebih lunak.
c. Ada tidaknya pengaruh sumber-sumber air tersebut secara langsung dengan
sungai-sungai, atau danau-danau atau sumber-sumber mineral yang sangat
diperlukan oleh masyarakat untuk:
1. Sumber-sumber air minum.
2. Sumber-sumber air pencucian.
3. Sumber-sumber untuk irigasi atau pengairan sawah-sawah.
4. Sumber-sumber untuk peternakan.
5. Sumber-sumber energi pelistrikan.
6. Sumber-sumber air untuk perkebunan-perkebunan.
7. Sumber-sumber untuk keperluan industri.
8. Sumber-sumber untuk keperluan lainnya.
e. Sumber air tersebut tidak mengandung sumber-sumberkimia
organik/anorganik asam yang kuat berasal dari pabrik.
d. Kawasan permukiman dan lingkungan perumahan baik dilengkapi dengan
prasarana lingkungan yang memadai, yaitu:

1. Jalan.
Terdiri atas jalan penghubung lingkungan perumahan. Perencanaan konstruksi
jalan harus memperhitungkan keadaan tanah dimana jalanakan dibangun,
kepadatan lalu lintas dan pemilihan bahan/material yang akan
dipergunakan.Pembuatan jalan lingkungan sebaiknya mengikuti bentuk lahan
dan tidak merubah bentuk alami unsur alam yang menarik seperti bukit,
kelompok pohon, petak arkeologi, kelompok batuan yang keluar dari tanah.

2. Sumber air bersih.


Penyedian air bersih harus melalui system penyedian air dari PDAM atau
pengambilan air permukaan dari mata air/sungai. Bila persedian air tanah, air
permukaan dan sumber air sangat terbatas, maka harus dikembangkan
kemungkinan penyediaan air bersih yang berasal dari air limpasan hujan,
dengan pertimbangan perekayasaan limpasan air hujan tersebut ditampung
disuatu area/daerah tadah terkendali, dapat berupa kolam, ataupun reservoir.
Air bersih yang berkualitas harus dilakukan penelitian sanitasi terlebih dahulu
sebelum menentukan keputusan lokasi pengambilan air bersih.
3. Keran Kebakaran.
Lingkungan perumahan harus dilengkapi keran kebakaran, keran tersebut
ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat dan mudah digunakan oleh unit
mobil pemadam kebakaran, dengan jarak 200 m untuk daerah
perumahan.Apabila keran kebakaran tidak dimungkinkan, maka sebagai
penggantinya harus dapat sumur-sumur kebakaran pada jarak yang
disesuaikan dengan penempatan keran kebakaran.

4. Sistem drainase.
Saluran mengumpulkan air hujan dan air bawah tanah yang ada dilingkungan
perumahan yang memiliki lebar sesuai kebutuhan/kondisi alam pastikan tidak
mampet danharus menyalurkan sesuai kemana akan dibuang.

5. Pembungan air kotor/tangki septitank.


Adalah tempat pembuangan limbah cair rumah tangga dengan treatment
tertutup.Jika pada tiap-tiap unit rumah tidak mungkin untuk dibuat tangki
septitank maka diperlukan bak penampungan/kolam oksidasi dengan sistem
pembuangan air limbah lingkungan, setelah melalui proses treatment
(pemisahan antara limbah padat dan cair) baru dialirkan melalui bak resapan
keperairan umum.

6. Jaringan listrik.
Di lingkungan pemukiman harus dilengkapi dengan jaringan listrik yang
sumbernya dari Pembangkit Listrik Negara (PLN) atau listrik lingkungan.

7. Pembuangan sampah.
Setiap lingkungan perumahan dan pemukiman harus dilengkapi dengan sistem
pembuangan sampah yang meliputi fasilitas pengumpulan sampah,
pengangkutan sampah dan tempat pembuangan sampah berupa tempat
penimbunan suniter pembakaran.
8. Jalur hijau
Daerah (tempat, lapangan) ditanami rumput, pohom dan tanaman perindang di
setiap jengkal tanah yang kosongdipergunakan sebagai unsur penghijauan dan
atau daerah peresapan air hujan serta berfungsi menurunkan suhu, menyerap
gas polutan, meredam tingkat kebisingan, insulasi alami yang mendinginkan
permukaan bangunan.

2.1.10 Pemanfaatan Kawasan Pemukiman

Kawasan pemukiman merupakan faktor terpenting dalam perumahan, jika


kawasan pemukiman tidak stabil otomatis perumahan pun tidak nyaman, pentingnya
sebuah pemanfaatan kawasan pemukiman. Pemanfaatan kawasan permukiman
dilakukan untuk:

1. Menjamin kawasan permukiman sesuai dengan fungsinya sebagaimana


ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah; dan
2. Mewujudkan struktur ruang sesuai dengan perencanaan kawasan
permukiman.

Pemanfaatan kawasan permukiman terdiri atas pemanfaatan lingkungan hunian


perkotaan dan perdesaan serta pemanfaatan tempat kegiatan pendukung perkotaan
dan perdesaan. Pemanfaatan lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan dilakukan
melalui:

a. pemanfaatan hasil pengembangan lingkungan hunian.


b. pemanfaatan hasil pembangunan lingkungan hunian baru; atau
c. pemanfaatan hasil pembangunan kembali lingkungan hunian.

Pemanfaatan hasil pembangunan lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan


mencakup:

a. Tempat tinggal;
b. Prasarana, sarana, dan utilitas umum permukiman; dan
a. Lokasi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Pemanfaatan tempat kegiatan pendukung perkotaan dan perdesaan meliputi
pemanfaatan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, kegiatan ekonomi, dan prasarana,
sarana, dan utilitas umum.

Pemanfaatan tempat kegiatan pendukung dilaksanakan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan . Pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya bertanggung jawab dalam pemanfaatan hasil pengembangan
lingkungan hunian, pembangunan lingkungan hunian baru, dan pembangunan
kembali lingkungan hunian di perkotaan atau perdesaan.

Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya


bertanggung jawab melaks anakan pengendalian dalam penyelenggaraan kawasan
permukiman. Pengendalian kawasan permukiman sebagaimana dimaksud pada
dilakukan untuk:

a) menjamin pelaksanaan pembangunan permukiman dan pemanfaatan


permukiman sesuai dengan rencana kawasan permukiman;
b) mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman
kumuh; dan
c) mencegah terjadinya tumbuh dan berkembangnya lingkungan hunian yang
tidak terencana dan tidak teratur.

Pengendalian dalam penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan pada


tahap:
a) Perencanaan;
b) Pembangunan; dan
c) Pemanfaatan.
Pengendalian kawasan permukiman dilakukan pada lingkungan hunian
perkotaan dan lingkungan hunian perdesaan. 3. Pengendalian penyelenggaraan
lingkungan hunian perkotaan dilaksanakan pada: a) pengembangan perkotaan; atau b)
perkotaan baru.
2.1.11 Pemeliharaan Lingkungan dalam Perumahan

Pemeliharaan dan perbaikan dimaksudkan untuk menjaga fungsi perumahan


dan kawasan permukiman yang dapat berfungsi secara baik dan berkelanjutan untuk
kepentingan peningkatan kualitas hidup orang dan perorangan.

1. Pemeliharaan dan perbaikan dilakukan pada rumah serta prasarana, sarana,


dan utilitas umum di perumahan, permukiman, lingkungan hunian dan
kawasan permukiman.
2. Pemeliharaan dan perbaikan dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau setiap orang.

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah bertanggung jawab terhadap


pemeliharaan dan perbaikan prasarana, sarana, dan utilitas umum di perumahan,
permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.. Pemeliharaan rumah
dan prasarana, sarana, dan utilitas umum dilakukan melalui perawatan dan
pemeriksaan secara berkala.

Pemeliharaan rumah wajib dilakukan oleh setiap orang. Pemeliharaan


prasarana, sarana, dan utilitas umum untuk perumahan, dan permukiman wajib
dilakukan oleh pemerintah daerah dan/atau setiap orang.

Pemeliharaan sarana dan utilitas umum untuk lingkungan hunian wajib


dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau badan hukum. Perbaikan
rumah dan prasarana, sarana, atau utilitas umum dilakukan melalui rehabilitasi atau
pemugaran. Pemeliharaan prasarana untuk kawasan permukiman wajib dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau badan hukum.

2.2 Kawasan Peri Urban


Douglas (2006) mengatakan wilayah peri urban merupakan zona transisi
dimana kegiatan perkotaan dan pedesaan berdampingan. Pryor (1977) dalam Yunus
(2000) mengatakan bahwa wilayah peri urban berada diantara wilayah yang ditandai
oleh 100% lahan kekotaan dan 100% lahan kedesaan. Wilayah peri urban merupakan
wilayah yang terletak di antara dua wilayah yang sangat berbeda kondisi
lingkungannya, yaitu antara wilayah yang mempunyai kenampakan kekotaan di satu
sisi dan wilayah yang mempunyai kenampakan kedesaan di sisi yang lain. Menurut
Andreas (1942) dalam Budiyantinia dan Pratiwia (2015) wilayah peri urban
merupakan zona pencampuran khas pertanian dan struktur penggunaan lahan khas
perkotaan.
Berdasarkan pola penggunaan lahan, menurut Sadyohutomo (2006) dalam
Parlidungan, perkotaan memiliki ciri antara lain, populasi penduduk lebih tinggi
sehingga menyebabkan pemanfaatan lahan dengan intesitas yang lebih tinggi dari
kawasan pedesaan, adanya keterkatitan antar unit-unit pengguna tanah dan ukuran
unit-unit penggunaan lahan didominasi luasan yang relatif kecil. Sedangkan jika
diklasifikasikan, penggunaan lahan perkotaan dibagi menjadi 7 jenis meliputi :

a. Perumahan, yaitu kelompok rumah dengan prasarana dan sarana


lingkungan
b. Perdagangan, berupa bangunan pasar, toko, pergudangan dan lain
sebagainya
c. Jasa, berupa kegiatan pelayanan perkantoran pemerintah, semi komersial,
kesehatan, sosial, budaya dan pendidikan.
d. Taman, adalah kawasan yang berfungsi sebagai ruang terbuka publk,
hutan kota dan taman kota.
e. Perairan, merupakan aliran air atau genangan yag terjadia secara buatan
atau alami f. Lahan kosong, berupa lahan yang tidak dimanfaatkan.
Sedangkan untuk Ciri pedesaan dilihat berdasarkan penggunaan lahan,
menurut Sadyohutomo (2006) dalam Parlindungan (2014) adalah lahan yang
sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan sektor pertambangan dan agraria seperti
pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan. Intesitas penggunaan lahan
cenderung rendah karena didominasi oleh lahan non terbangun. Adapun klasifikasi
lahan pada pedesaan adalah sebagai berikut :

a. Perkampungan, adalah kawasan yang digunakan untuk tempat tinggal


masyarakat secara tetap yang meliputi bangunan dan pekarangannya.
b. Industri, adalah kawasan yang dipergunakan untuk kegiatan ekonomi
pengolahan bahanbahan bau menjadi barang setengah jadi atau barang
jadi.
c. Pertambangan, adalah kawasan yang dieksploitasi untuk pengambilan
material bahan tambang baik secara terbuka maupun tertutup.
d. Persawahan, adalah kawasan pertanian yang terdiri dari petak-petak
pematang dan digenangi air secara periodik, ditanami padi dan dapat pula
diselingi tanaman palawija, tebu, tembakau dan tanaman semusim
lainnya. Persawahan ini dapa diklasifikasikan lagi menjadi sawah
beririgasi , sawan non-irigasi dan sawah pasang surut.
e. Pertanian tanah kering semusim, adalah areal tanah pertanian yang tidak
pernah dialiri air dan mayoritas ditanami tanaman umur pendek. • Kebun,
adalah areal tanah yang ditanami beberapa jenis tanaman keras. •
Perkebunan, adalah kawasan yang ditanami satu jenis tanaman keras. •
Padang, adalah kawasan yang hanyay ditumbuhi tanaman rendah, semak
dan rumput.
f. Hutan, adalah kawasan yang ditumbuhi oleh pepohonan yang tajuknya
saling menutupi / bergesekan.
g. Perairan darat, adalah areal tanah yang digenangi air tawar secara
permanen, baik buatan maupun alami.
h. Tanah terbuka, adalah kawasan yang tidak ditumbuhi tanaman dan tidak
digarap karena tidak subur.
Sedangkan menurut pedoman berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pusat
Statistik No. 37 Tahun 2010 tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di
Indonesia, wilayah perkotaan dan pedesaan dapat ditentukan dengan melihat
kepadatan penduduk, dengan ketentuan apabila kepadatan penduduk <500 jiwa per
km2 – 2499 jiwa km2 termasuk pedesaan dan apabila 2500 sampai >8500 jiwa per
km2 maka termasuk penduduk perkotaan. Kabupaten Malang merupakan wilayah
yang terletak mengelilingi Kota Malang yang merupakan kota terbesar kedua setelah
Surabaya di Jawa Timur.
BAB III
HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN

3.1 Kondisi dan Ciri Geologis Wilayah

Luas Wilayah Desa Ampeldento adalah 171,3.98 Ha. Luas lahan yang ada
terbagi ke dalam beberapa peruntukan, yang dapat dikelompokkan seperti untuk
fasilitas umum, pemukiman, pertanian, perkebunan, kegiatan ekonomi dan lain-lain.

Luas lahan yang diperuntukkan untuk pemukiman adalah 31Ha. Luas lahan
yang diperuntukkan untuk Pertanian adalah 136 Ha. Sedangkan luas lahan untuk
fasilitas umum adalah sebagai berikut: untuk perkantoran 0,0198 Ha, sekolah 0.35
Ha, dan tempat pemakaman umum 0.59 Ha. Wilayah Desa Ampeldento secara
umum mempunyai ciri geologis berupa lahan tanah hitam yang sangat cocok sebagai
lahan pertanian dan perkebunan.

3.1.1 Sejarah Desa

Menurut informasi yang kami dapatkan dari para sesepuh desa bahwa desa
Ampeldento didirikan oleh orang yang bernama Slamet yang berasal dari Demak
yang juga disebut berjuluk Ki Ageng Ronggoboyo. Pada tahun 1435 mbah slamet
membuka hutan dibagian timur desa Ampeldento tepatnya sekarang menjadi dusun
kasin putuk, Dimana pada waktu mbah slamet berjalan kebarat untuk mencari
sumber air dan beliau menemukan sumber air disebuah sungai yang sekarang
dinamakan sumber beling. Mbah Slamet pun mengajak keluarganya membuka hutan
di daerah sumber tersebut untuk dijadikan tempat persinggahan dimana tempat itu
adalah disebut sebagai sentana/tempat peristirahatan. Mbah slamet adalah santri dari
sunan ampel yang diutus oleh sunan pergi keselatan untuk berdakwah menyiarkan
agama islam dan demikian mbah slamet menamakan wilayah perdikannya menjadi
desa Ampeldento.seperti halnya nama desa tmpat sunan ampel, dengan
perkembangan jaman mbah slamet memiliki anak dimana beliau mempunyai 4, anak
pertama beliau diutus pergi keutara untuk membuka kembali lahan yang pertama kali
beliau memijakan kakinya dikasin putuk, dan anak keduanya disuruh pergi ketimur
membuka lahan ditimur, dan anak ketiganya diutus membuka lahan dibarat, dan anak
perempuannya untuk tetap tinggal disentana. Dengan demikian desa Ampeldento
terbagi menjadi 4 (Empat) wilayah dusun yaitu:

a. Dusun Jumput
b. Dusun Bunder
c. Dusun Kasin Putuk
d. Dusun Kasin Krajan

3.1.3 Penggunaan Lahan Desa Ampeldento


Desa Ampeldento memiliki ciri pedesaan dan perkotaan, didalamnya terdapat
penggunaan lahan perumahan, perdagangan, jasa, industri dan lahan kosong .Penggunaan
lahan di Desa Ampeldento meliputi :

1. Perumahan
2. Perdagangan
3. Jasa
4. Industri
5. Rekreasi
6. Lahan kososng
Penggunaan lahan di Desa Ampeldento meliputi :

1. Perkampungan
2. Pertanian
3. Belukar
4. Perkebunan

3.1.4 Orientasi Perumahan Ampeldento Residence


Lokasi perumahan Ampeldento Residence berada di Desa Ampeldento
Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Kecamatan Pakis sendiri memiliki luas wilayah
5.032,13 hektar yang terbagi menjadi bagian wilayah perkotaan yang mencakup 9 desa
dan 6 wilayah perdesan. Karakter geografis Pakis sangat strategis di mata Jawa Timur
(Jatim) dan nasional

.Adanya sarana prasarana transportasi bandara Abdurrahman Saleh, jalan tol,


berbagai industri serta merupakan koridor pendukung destinasi wisata unggulan
nasional Bromo Tengger Semeru (BTS). Membuat Kecamatan Pakis memiliki daya
tarik tersendiri bagi investor yang pada akhirnya banyak berkembang permukiman di
sekitarnya .

Perumahan Ampeldento Residence memiliki lokasi stategis dan berbatasan


langsung dengan Kota Malang. Memiliki akses jalan yang cukup banyak,
Menghubungkan Wilayah Belimbing, Kedungkandang, Terlebih lagi akses jalan tol
yang sangat memudahkan akses.

Potensi besar Lokasi Perumahan tersebut dikarenakan berada di Pakis yang


mana sebagai gerbang antara Malang Raya -Provinsi-Nasional, Adanya pertumbuhan
ekonomi, sub-urbanisasi serta permintaan pelayanan yang mengikuti pola
perkembangan kota baru.

4. Peta 3.1Peta Orientasi Lokasi Survey


4.1.3 Site Plan Perumahan

Gambar 1.1 Site Plan Perumahan Ampeldento Residence

Luas
Nomor Kepemilikan Jumlah
No Kegiatan Tipe Lahan
Rumah Lahan Lantai
(m2)
1 01 Pribadi Tempat Tinggal 36 1 109
2 02 Pribadi Tempat Tinggal 36 1 107
3 03 Pribadi Tempat Tinggal 36 1 90
4 05 Pribadi Tempat Tinggal 36 1 105
5 06 Pribadi Tempat Tinggal 36 1 106
6 07 Pribadi Tempat Tinggal 36 2 109
7 08 Pribadi Tempat Tinggal 36 1 96
8 09 Pribadi Tempat Tinggal 36 1 116
9 10 Pribadi Tempat Tinggal 36 1 103
10 11 Pribadi Tempat Tinggal 36 1 141
11 15 Pribadi Tempat Tinggal 36 2 117
12 16 Pribadi Tempat Tinggal 36 1 109
Luas
Nomor Kepemilikan Jumlah
No Kegiatan Tipe Lahan
Rumah Lahan Lantai
(m2)
13 17 Pribadi Tempat Tinggal 36 1 83
14 18 Pribadi Tempat Tinggal 36 1 130
15 19 Pribadi Tempat Tinggal 36 1 157
16 20 Pribadi Tempat Tinggal 36 1 111
17 21 Pribadi Tempat Tinggal 36 1 123
Tabel 1.1 Tipe Bangunan dan Luas Kavling Perumahan Ampeldento Residence

Seluruh rumah yg ada di Ampeldento Residence memiliki tipe 36 dengan


jumlah total 17 rumah. Seluruh rumah rata rata hanya dijadikan tempat tinggal . Rata
rata jumlah lantai di Perumhan Ampeldento adalah 1 lantai dengan 2 unit rumah
yang memiliki 2 lantai. Luas lahan berkisar antara 83m2 hingga 157 m2.
Kepemilikan rumah di Perumahan Ampeldento Residency 100% milik pribadi dari
masing-masing pemilik tersebut. Kondisi rumah baik dengan pondasi berupa batu
dan struktur beton bertulang, Memiliki dinding batu bata, Lantai keramik,
Kusen,pintu, dan jendele terbuat dari kayu local. Dan memiliki genteng beton serta
plafond eternity.

Gambar 1.2 Kondisi Rumah Perumahan Ampeldento Residence

3.2 Fasilitas dan Utilitas

Perumahan Ampeldento Residence memiliki lokasi stategis dan berbatasan


langsung dengan Kota Malang. Memiliki akses jalan yang cukup banyak,
Menghubungkan Wilayah Belimbing, Kedungkandang, Pakis. Lokasi dekat dengan
Pasar,Sekolah, Masjid, Pertokoan. Jalan Peerumahan sudah di paving. Seluruh rumah
memiliki jaringan air bersih yaitu memakai sumur bor dan PDAM, Jaringan listrik
sebesar 1300 W / 220 V. Dilengkapi dengan penerangan jalan . Memiliki jaringan
drainase terbuka dengan kedalaman 40 cm dan lebar 30 cm. Sistem Keamanan di
Perumahan Ampeldento Residence dilengkapi dengan pos dan lonceng pengeras
suara. Perumahan Ampeldento juga memiliki fasilitas olahraga yaitu 1 buah pull up.
Perumahan Ampeldento Residence juga memiliki fasilitas peribadatan berupa 1 buah
musholla Fasilitas rumah.

Peta 3.2 Peta Penggunaan Lahan Perumahan Ampeldento Residence


Gambar 1.3 Jalan Lingkungan Perumahan Ampeldento Residence

Gambar 1.4 Penerangan Jalan Perumahan Ampeldento Residence

Gambar 1.5 Fasilitas Peribadatan Perumahan Ampeldento Residence


Gambar 1.6 Fasilitas Keamanan Perumahan Ampeldento Residence
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menurut Undang-undang No. 1 tahun 2011 telah terlaksana sesuai dengan
aturan-aturan dalam Undang-undang, seprti peran dan fungsi, menimbulkan aktifitas
ekonomi baru, pemenuhan sarana dan prasarana, dan legalitas dalam
pembangunan.Dampak positif pembangunan perumahan menurut Undang-undang
No.1 tahun 2011 yaitu membantu penataan kota, daerah tadinya sepi menjadi ramai,
pajak bumi dan bangunan menjadi tinggi, dan harga tanah menjadi tinggi. Sedangkan
dampak negatifnya adalah berkurangnya lahan hijau, dan bertambahnya polusi udara,
negatif adalah berkurangnya resapan air, berkurangnya lahan pertanian, dan adanya
peluang kekeringan.

4.2 Saran
Bagi devoloper dalam membangun sebuah perumahan baik yang berskala
kecil atau besar jangan hanya berorientasi pada profit semata, perlu dipertimbangkan
hal-hal apa saja yang terjadi setelah pembangunan perumahan tersebut terlaksana,
selain itu devoloper harus benar-benar mengerti tentang pelestarian lingkungan yang
meliputi tanah dan air serta mempertimbangkan lebih dalam mengenai lahan yang
digunakan untuk membangun perumahan, karena lahan pertanian semakin berkurang
dan hari demi hari pemanasan global semakin bertambah jadi harap sangat lebih
diperhatikan jika membangun sebuah perumahan.
Bagi penghuni perumahan diharapkan benar-benar menjaga sarana, prasarana
dan utilitas lainnya yang mendukung dalam kawasan pemukiman yang sehat, aman,
nyaman, dan teratur.

Anda mungkin juga menyukai