BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH....................................................................4
1.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN..................................................................5
1.4 METODE PENYUSUNAN......................................................................5
BAB II.....................................................................................................................7
KAJIAN TEORITIS................................................................................................7
2.1 DAMPAK PERBAIKAN JALAN............................................................7
2.2 SOSIAL EKONOMI.................................................................................9
BAB III..................................................................................................................13
ANALISIS DAN EVALUASI...............................................................................13
3.1 PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN..................................................13
BAB IV..................................................................................................................17
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS...............................17
4.1 LANDASAN FILOSOFIS......................................................................17
4.2 LANDASAN SOSIOLOGIS...................................................................17
4.3 LANDASAN YURIDIS..........................................................................18
BAB V...................................................................................................................19
JANGKAUAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN RUANG LINGKUP......................19
5.1 JANGKAUAN DAN ARAH PENGATURAN......................................19
5.2 RUANG LINGKUP................................................................................19
BAB VI..................................................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................20
6.1 KESIMPULAN.......................................................................................20
6.2 SARAN...................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
Halaman | 1
struktural tidak akan pernah teratasi karena menurut strukturnya jumlah
orang miskin terbesar justru berada di pedesaaan.
Pembangunan suatu daerah bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh lapisan
masyarakat. Untuk itu pembangunan membutuhkan pendekatan yang tepat,
guna menghasilkan pertumbuhan yang disertai pemerataan. Infrastruktur
berperan penting dalam peningkatan investasi dan memperluas jangkauan
partisipasi masyarakat, serta pemerataan hasil pembangunan.
Undang-Undang Dasar No. 38 Tahun 2004 mendefinisikan jalan
sebagai prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan raya yang cepat
dan praktis atau sudah memenuhi syarat dimana memiliki sedikit hambatan
sangat di harapkan, oleh karena itu manusia terus melakukan
perkembangan-perkembangan di bidang jalan raya. Pembangunan di
seharusnya dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan
masyarakat agar mampu menolong diri sendiri, yang dapat dilakukan
dengan memberdayakan dan menempatkan masyarakat sebagai pelaku
pembangunan itu sendiri. Selain itu, pembangunan haruslah berwawasan
kearifan lokal sebagai salah satu usaha dalam menguatkan potensi
lokal yang dimiliki sekaligus untuk menguatkan daya saing. Produk
dengan dasar kearifan lokal akan mempunyai ciri khas atau trademark yang
menjadikan produk tersebut lain daripada yang lain.
Kota Serang yang terbentuk berdasarkan UndangUndang Nomor 32
Tahun 2007, secara geografis terletak pada bagian utara Provinsi Banten,
pada posisi 106007’ – 106025’ bujur Timur dan 5099’ – 6022’ Lintang
Selatan dengan batas-batas wilayah:
Halaman | 2
Sebelah Utara : Perbatasan dengan laut jawa;
Sebelah Timur :Kecamatan Pontang, Kecamatan Ciruas,
Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang;
Sebelah Selatan :Kecamatan Cikeusal, Kecamatan Petir,
Kecamatan Baros, Kabupaten Serang;
Dan Sebelah Barat :Kecamatan Pabuaran, Kecamatan Waringin
Kurung, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten
Serang.
Halaman | 3
dengan multietnis. Beragam suku, bangsa dan agama tinggal di Kota
Serang, begitu pula dengan bangsa asing juga banyak yang menjadi warga
Kota Serang. Kota serang sebagai Ibukota Provinsi banten sudah
sepantasnya menjadi magnet, daya tarik bagi warga daerah lain disekitar
Kota Serang, dan menjadi acuan/tolak ukur kemajuan pembangunan bagi
daerah lain.
Dengan perkembangan pembangunan dan jumlan manusia di Kota
Serang, menimbulkan tantangan baru bagi Pemerintah Kota Serang, dalam
rangka meningkatkan pertumbahan ekonomi serta guna mewujudnya Visi
dan Misi Pemerintah Kota Serang Yaitu: “Terwujudnya Kota Peradaban
Yang Berdaya Dan Berbudaya”. Visi tersebut dijabarkan dalam empat butir
misi yang terdiri dari: 1) mengutamakan peradaban berbasis nilai-nilai
kemanusiaan; 2) Meningkatkan sarana perasarana daerah yang berwawasan
lingkungan; 3) meningkatkan perekonomian daerah dan pemberdayaan
masyarakat yang berdaya saing; 4) meningkatkan tata Kelola pemerintahan
yang baik.
Pemerintah Kota Serang menginginkan adanya peningkatan kualitas
hidup masyarakatnya terkait dengan sosial ekonomi. untuk mempercepat
pembangunan ekonomi nasional maupun daerah, dan salah satu langkah
yang diperlukan adalah dengan meningkatankan penanaman modal untuk
mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan modal yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar
negeri. Untuk itu pemerintah kota Serang melakukan Pembangunan
infrastruktur jalan yaitu melakukan pengaspalan jalan Jembatan Sir-Long
Tali Rohmat, Kelurahan Cipete, Kecamatan Curug yaitu jalan jembatan
yang menghubungkan Kota Serang dan Kabupaten Serang. Pengaspalan
jalan jebatan yang dilakukan Pemkot Serang melalui Dinas Pekerjaan
Umum ini bertujuan agar akses ekonomi masyarakat dapat berjalan lebih
efesien dan efektif.
Halaman | 4
Identifikasi masalah yang akan dibahas didalam kajian ini yaitu terkait
dengan bagaimana perbaikan infrastruktur jalan yang menghubungkan 2
kota ini, dapat berdampak terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat.
Halaman | 5
Sedangkan data Skunder Menurut Sugiyono data sekunder ialah
“sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data”. Contohnya seperti dari orang lain atau dokumen-
dokumen. Data sekunder bersifat data yang mendukung keperluan
data primer. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dokumen-dokumen jurnal. latar penelitian. Pasangan yang
mengalami hubungan jarak jauh akan menjadi informan peneliti
untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk penelitian.
Halaman | 6
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Halaman | 7
merupakan langkah yang sangat penting. Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam mengidentifikasi dampak adalah: a) menyusun berbagai
dampak yang menonjol yang diperkirakan akan timbul dan b) menuliskan
semua aktivitas pembangunan yang menimbulkan dampak sebagai sumber
dampak. Adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik
mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan hidup. Industrialisasi
mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian dan pemukiman masyarakat
yang ada. Dampak dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Dampak Positif
a. Kelancaran lalu lintas. Manfaat langsung dari pembangunan
jalan dan jembatan adalah meningkatnya kelancaran arus lalu
lintas atau angkutan barang dan orang khususnya dalam
menghubungkan daerah satu kedaerah lainnya. Dengan
semakin lancarnya arus lalu lintas berarti lebih
mengefisiensikan waktu dan biaya.
b. Merangsang tumbuhnya aktivitas perekonomian. Manfaat
langsung ini sudah langsung terasa ketika pertama kali
jembatan dan jalan dibuka. Diantaranya adalah tumbuhnya
aktivitas perekonomian di sekitar jembatan dan jalan yang
dibangun. Sebagai contoh adanya aktivitas Pedagang Kaki
Lima (PKL) di sekitar kaki jembatan dan dipinggir jalan
banyak masyarakat setempat yang mulai membuka warung.
c. Pertumbuhan PDRB (Produk Domestic Regional Bruto)
daerah semakin lancarnya transportasi akan menimbulkan
dampak pergerakan orang maupun barang. Dengan demikian
akan memicu peningkatan jumlah penduduk. Meningkatnya
jumlah penduduk akan merangsang naiknya permintaan
barang dan jasa. Selanjutnya akan merangsang meningkatnya
kegiatan perekonomian, berkembangnya usaha di sektor
pertanian, industri, perdagangan, dan jasa.
Halaman | 8
d. Percepatan Penyediaan Infrastruktur. Sesuai fakta yaitu
adanya peningkatan jumlah penduduk yang dibangun jalan
dan jembatan, maka akan diimbangi dengan penyediaan
infrastruktur khususnya di daerah tempat pembangunan
tersebut dalam rangka memfasilitasi kebutuhan penduduk.
2. Dampak Negatif
a. Menurunnya Pendapatan Industri Jasa Penyeberangan di
sekitar jembatan yang dibangun.
b. Pertumbuhan Pedagang Kaki Lima (PKL) kurang terkendali
yang merusak keindahan lingkungan jembatan khususnya.
c. Jalan yang bagus, terkadang sering terjadi kecelakaan.
d. Dampak majunya suatu daerah akan berpengaruh pada
budaya lokal.
e. Timbulnya pembangunan liar dibawah jembatan.
f. Adanya lahan pemukiman warga yang digusur sebagai
peluasan jalan.
Pembangunan memiliki beragam definisi, istilah pembangunan
biasanya diartikan berbeda oleh berbagai ahli. Namun secara umum
pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan Riyadi dan
Deddy Supriyadi Bratakusumah dalam Nurman. Galtung dalam Trijono
pembangunan merupakan upaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar
manusia, baik secara individual maupun kelompok, dengan cara-cara tidak
menimbulkan kerusaka, baik terhadap kehidupan sosial maupun lingkungan
alam. Permikiran tentang pembangunan pada awalnya diartikan sama
dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan
westernisasi. Pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan,
perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi secara keseluruhan
mengandung unsur perubahan. Namun keempat hal tersebut mempunyai
perbedaan yang cukup prinsip, karena masing-masing mempunyai latar
belakang, asas dan hakekat yang berbeda meskipun semuanya merupakan
bentuk yang merefleksikan perubahan.
Halaman | 9
2.2 SOSIAL EKONOMI
Halaman | 10
(bendungan, saluran irirgasi dan drainase) serta sektor transportasi
(jalan, kereta api, angkutan pelabuhan dan lapangan terbang).
b. Infrastruktur Sosial, merupakan asset yang mendukung kesehatan
dan keahlian masyarakat meliputi pendidikan (sekolah dan
perpustakaan), kesehatan (rumah sakit, pusat kesehatan) serta untuk
rekreasi (taman, museum dan lain- lain).
c. Infrastruktur Administrasi/Institusi, meliputi penegakan hukum,
kontrol administrasi dan koordinasi serta kebudayaan.
Menurut Ian Jacobs Infrastruktur dasar (basic infrastructure) meliputi
sektor- sektor yang mempunyai karakteristik publik dan kepentingan yang
mendasar untuk sektor perekonomian lainnya, tidak dapat diperjualbelikan
(nontradable) dan tidak dapat dipisah- pisahkan baik secara teknis maupun
spasial. Contohnya jalan raya, kereta api, kanal, pelabuhan laut, drainase,
bendungan, dan sebagainya.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa program Kotaku
yang di inisiasi oleh pemerintah pusat dengan bekerja sama dan menjadikan
pemerintah daerah menjadi pelaksana utamanya. Merupakan pembangunan
infrastruktur yang merupakan infrastruktur dasar yang dapat mempengaruhi
kehidupan sosial ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat Provinsi
Banten.
Informasi Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang
dalam kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi,
pendidikan serta pendapatan. Manfaat dalam konteks sosial ekonomi bagi
masyarakat adalah berupa perbaikan dalam hal penghasilan, produktivitas,
kesehatan, nutrisi, kehidupan keluarga, kebudayaan, rekreasi, dan
partisipasi masyarakat. Perbaikan penghasilan dan sebagian produktivitas
adalah merupakan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Perbaikan dari
sebagian produktivitas, kesehatan, makanan, kehidupan keluarga,
kebudayaan, rekreasi, dan partisipasi adalah merupakan manfaat sosial bagi
masyarakat. Menurut Sumardi dan Evers keadaan Sosial Ekonomi yaitu
sebagai berikut:
Halaman | 11
1. Lebih berpendidikan.
2. Mempunyai status sosial yang ditandai dengan tingkat kehidupan,
kesehatan, pekerjaan, pengenalan diri terhadap lingkungan.
3. Mempunyai tingkat mobilitas ke atas lebih besar.
4. Mempunyai ladang luas.
5. Lebih berorientasi pada ekonomi komersial produk.
6. Mempunyai sikap yang lebih berkenaan dengan kredit.
7. Pekerjaan lebih spesifik.
Halaman | 12
BAB III
ANALISIS DAN EVALUASI
Kota Serang adalah wilayah baru hasil pemekaran, Kab Serang Provinsi
Banten. Sebagai ibukota provinsi, kehadirannya adalah sebuah konsekuensi
logis dari keberadaan Provinsi Banten. Terdiri dari 6 (enam) kecamatan
yaitu; Kecamatan Serang, Kecamatan Kasemen, Kecamatan Walantaka,
Kecamatan Curug, Kecamatan Cipocokjaya dan Kecamatan Taktakan, Kota
Serang memiliki luas wilayah 266,77 km’ dengan jumlah penduduk sekitar
672,833 jiwa dan Batas wilayah. Sebelah Utara yaitu Teluk Banten Sebelah
Timur yaitu Kec. Pontang, Kec. Ciruas dan Kec. Kragilan Kab. Serang,
Sebelah Selatan yaitu Kec. Cikeusal, Kec. Petir dan Kec. Baros Kab.
Serang, serta Sebelah Barat yaitu Kec. Pabuaran, Kec. Waringin Kurung
dan Kec. Kramatwatu Kab. Serang. Dari 6 (enam) kecamatan tersebut
terdiri dari 20 Kelurahan dan 46 Desa. Kota ini diresmikan pada tanggal 2
November 2007 berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kota Serang, setelah sebelumnya RUU Kota Serang disahkan
pada 17 Juli2007 kemudian dimasukan dalam lembaran Negara Nomor 98
Tahun 2007 dan tambahan lembaran Negara Nomor 4748, tertanggal 10
Agustus 2007.
Kota Serang merupakan daerah otonom yang terbentuk dari pemekaran
Kabupaten Serang pada tanggal 10 Agustus 2007 berdasarkan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang.
Berdasarkan penjelasan undang- undangtersebut dijelaskan bahwaKota
Serang memiliki luas wilayah keseluruhan ± 266,71km2. Sedangkan hasil
inventarisasi luas wilayah di 6 (enam) kecamatan secara faktual luas
wilayah Kota Serang seluruhnya mencapai 266,74km2 atau sekitar 3,08%
dari luas wilayah Provinsi Banten. Kecamatan Kasemen merupakan
kecamatan dengan wilayah terluas yaitu sekitar 63,36 km2atau sekitar
23,75% dari luas wilayah Kota Serang. Sementara kecamatan dengan luas
Halaman | 13
wilayah paling kecil adalah Kecamatan Serang yang hanya sekitar 9,7%
dari luas wilayah Kota Serang, atau sekitar 25,88 km2. Tabel berikut ini
memberikan gambaran tentang rincian jumlah wilayah serta persentase luas
wilayah masing- masing kecamatan tersebut.
Meski Kota Serang adalah Kota yang masih berusia relatif belia, namun
sejumlah potensi yang dimiliki menjadikan Kota Serang memiliki daya
saing yang cukup tinggi. Beberapa hal bersumber pada faktor alamiah yang
dimiliki oleh Kota Serang, seperti: posisi strategisnya dalam konteks
provinsial sebagai Ibukota Provinsi Banten, geostrategisnya dalam konteks
regional sebagai daerah transit dari gerbang masuk ke Pulau Jawa di Kota
Cilegon, posisinya yang terletak di Teluk Banten dengan Pelabuhan
Karangantu yang bernilai historis dan komersil menjadikan Kota Serang
memiliki potensi sangat besar untuk mengembangkan sektor kelautan dan
perikanan, bentangan alamnya yang datar dan terletak di Pantai Utara
Banten masih menyimpan potensi sebagai lahan pertanian produktif dengan
jaringan irigasi yang sebagian besar masih berfungsihingga saat ini, serta
faktor historis yang menjadikan Kota Serang sebagai “pewaris” kekayaan
khasanah kebudayaan yang bersumber dari kejayaan Kesultanan Islam
Banten mengingat sejumlah situs pentingnya yang terletak di Kota Serang.
Pengembangan potensi wilayah Kota Serang tak dapat dipisahkan sebagai
bagian integral dari Provinsi Banten, sesuai dengan kondisi dan potensi
wilayah serta sosial ekonomi masyarakat yang menekankan pada
pengembangan pembangunan pada bidang pertanian, industri, parawisata,
perdagangan dan jasa.Kota Serang mempunyai kekuatan sumber daya alam
dan sumber daya manusia sebagai modal dasar untuk membangun wilayah
secara optimal guna mencapai kesejahteraan sebesar-besarnya bagi
masyarakat. Peluang dan potensi wilayah di Kota Serang dapat
digambarkan sebagai berikut:
1) Pengembangan Potensi Perikanan Potensi perikanan
adalah asset yang sangat bernilai ekonomi tinggi, baik perikanan tangkap
maupun budidaya. Tahun 2014 saja tercatat produksi ikan laut mencapai
Halaman | 14
2.917,75 ton hasil produksi perikanan tangkap dengan nilai produksi
mencapai Rp. 38,76 Milyar, belum termasuk produksi perikanan budidaya
(tambak, kolam, sawah, dan laut) yang mencapai 1.816,92 ton dengan nilai
produksi mencapai Rp. 25,59 Milyar.
2) Pengembangan Potensi Pertanian
Meski berstatus sebagai kota, potensi pertanian di Kota Serang masih
dapat dikembangkan sebagai salah satu basis perekonomian rakyat
khususnya pertanian tanaman pangan yang tersebar di sejumlah kawasan
pertanian produktif yaitu: kawasan sawah irigasi seluas 4.910 Ha yang
terdapat di sebagian besar wilayah Kecamatan Kasemen; kawasan sawah
non irigasi seluas 3.445 Ha di Kecamatan Walantaka dan sekitarnya; serta
pertanian lahan kering atau lahan bukan sawah seluas 11.747 Ha yang
tersebar di sejumlah kecamatan.Komoditas unggulan pada sektor pertanian
adalah padi dengan luas panen padi sawah mencapai 15.416 Ha dengan
produksi mencapai 88.234 ton Gabah Kering Giling (GKG); serta luas
panen padi ladang mencapai 408 Ha dengan total produksi mencapai 578,52
ton GKP. Di samping padi, Kota Serang juga masih memiliki potensi
palawija yang tersebar di seluruh Kecamatan. Komoditas jagung misalnya
memiliki potensi luas panen mencapai 489 Ha dengan total produksi
1.515,41 ton; ketela pohon dengan luas panen 211 Ha dan produksi
mencapai 3.024 ton; ketela rambat dengan luas panen 102 Ha dan produksi
mencapai 1.401,26 ton; kacang tanah dengan luas panen 1.489 Ha dan
produksi mencapai 2.251 ton; kacang hijau dengan luas panen 105 Ha dan
produksi mencapai 85,05 ton; serta beragam tanaman sayuran, seperti:
bawang merah, sawi, kacang panjang, tomat, terong, ketimun, cabe merah,
kangkung, dan cabe rawit dengan luas panen mencapai 2.781 Ha dan
produksi mencapai14.755 kuintal.
3) Pengembangan Potensi Perkebunan
Potensi perkebunan di Kota Serang terdapat di kawasan perkebunan yang
tersebar di Cilowong dan Dalung, serta kawasan pertanian hortikultura di
Kecamatan Curug dan Kecamatan Taktakan.Pada sektor perkebunan,
Halaman | 15
potensi yang masih dapat dikembangkan yaitu komoditi kelapa dengan luas
tanam 823,89 ha dengan produksi 1.047 ton, tanaman kopidengan luas
tanam 32 ha dan dengan produksi 16,95 ton biji kering, tanaman cengkeh
dengan luas tanam sekitar 39 Ha dan produksi sebesar 1,92 ton, dan
tanaman lada dengan luas tanam 18,24 Ha dan produksi sebesar 7,08 ton.
Ragam jenis buah-buahan lokal masih berpotensi dikembangkan di Kota
Serang, terutama durian di Kecamatan Taktakan yang produksinya
mencapai 56.479 kuintal, mangga dengan produksi sebesar 15.881 kuintal,
rambutan 10.013 kuintal, nangka 5.924 kuintal, pisang 24.531 kuintal, sawo
2.612 kuintal, dan ragam buah-buahan lainnya seperti: markisa, sukun,
sirsak, salak, pepaya, nenas, jeruk siam, jambu air, jambu biji, belimbing,
alpukat, duku, dan lain-lain. Demikian pula dengan potensi tanaman obat-
obatan yang masih dimiliki Kota Serang, seperti: tanaman jahe yang luas
panennya mencapai 42.600 m2 dan produksi mencapai 23.760 kg, tanaman
kunyit dengan luas panen 129.600m2 dan dengan produksi 71.710 kg, serta
tanaman lainnya seperti tanaman kencur, lempuyang, temu kunci, kapolaga,
lengkuas, sambiloto, temu lawak, dan keji beling.
Banyak yang potensi yang dapat dikembangkan oleh masyarakat Kota
Serang, denga nada nya perbaikan Infrastruktur dengan melakukan
pengaspalan jalan Jembatan Sir-Long Tali Rohmat, Kelurahan Cipete,
Kecamatan Curug yaitu jalan jembatan yang menghubungkan Kota Serang
dan Kabupaten Serang. Pengaspalan jalan jebatan ini untuk menunjung
aktifitas ekonomi masyarakat sehingga meningkatnya kehidupat sosial
ekonomi masyarakat.
Halaman | 16
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
Halaman | 17
pertumbuhan penduduk semakin cepat. Jumlah penduduk Kota Serang
tahun 2008 adalah 493,232 jiwa dan tahun 2010 adalah 576,961 jiwa.
Pertumbuhan penduduk Kota Serang diperkirakan sebesar 1,05 % per tahun.
Kecamatan yang laju pertumbuhan penduduknya relatif tinggi adalah
Kecamatan Cipocok Jaya, yaitu 1,08 %.
Dengan adanya perbaikan jalan atau pengaspalan jalan Jembatan Sir-
Long Tali Rohmat, Kelurahan Cipete, Kecamatan Curug. Masyarakat
sekitar dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan lebih efektif dan
efesien tentunya karena dengan perbaikan infrastruktur seperti ini akan
berdampak kepada kehidupan masyarakat terutama kehidupan sosial
ekonomi mereka, apalagi jalan jembatan ini adalah akses jalan yang
menghubungkan antara Kota Serang dengan Kabupaten Serang sehingga
dapat dikatakan bahwa dengan adanya perbaikan jalan ini yang dilakukan
Pemkot Serang melalui Dinas Pekerjaan Umum, akan meningkatkatkan
kualitas ekonomi sosial masyarakat tidak hanya di kota serang tetapi juga
tentu ssaja di Kabupaten Serang.
Halaman | 18
BAB V
JANGKAUAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN RUANG LINGKUP
Sasaran dari kajian ini adalah pada pembangunan atau perbaikan Jalan
Jembatan Sir-Long Tali Rohmat, Kelurahan Cipete, Kecamatan Curug.
Jalan yang menghubungan antara Kota Serang Dengan Kabupaten Serang.
Kajian ini menjelaskan tentang pengembangan infrastruktur Jalan Jembatan
di Kota Serang. Penyelenggaraan jalan merupakan sumber pendapatan
daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah dan
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang akan mempengaruhi
sosial-ekonomi masyarakat.
Halaman | 19
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
6.2 SARAN
Halaman | 20
biaya modal usaha, meningkatkan jumlah usaha dan asetnya, meningkatkan
pendapatan dan tabungan.
Halaman | 21