Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH....................................................................4
1.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN..................................................................5
1.4 METODE PENYUSUNAN......................................................................5
BAB II.....................................................................................................................7
KAJIAN TEORITIS................................................................................................7
2.1 DAMPAK PERBAIKAN JALAN............................................................7
2.2 SOSIAL EKONOMI.................................................................................9
BAB III..................................................................................................................13
ANALISIS DAN EVALUASI...............................................................................13
3.1 PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN..................................................13
BAB IV..................................................................................................................17
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS...............................17
4.1 LANDASAN FILOSOFIS......................................................................17
4.2 LANDASAN SOSIOLOGIS...................................................................17
4.3 LANDASAN YURIDIS..........................................................................18
BAB V...................................................................................................................19
JANGKAUAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN RUANG LINGKUP......................19
5.1 JANGKAUAN DAN ARAH PENGATURAN......................................19
5.2 RUANG LINGKUP................................................................................19
BAB VI..................................................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................20
6.1 KESIMPULAN.......................................................................................20
6.2 SARAN...................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan infrastruktur mempunyai peranan yang sangat vital


dalam pemenuhan hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis
pembangunan. Ketersediaan infrastruktur dapat memberikan pengaruh
pada peningkatan akses masyarakat terhadap sumberdaya sehingga
meningkatkan akses produktivitas sumberdaya yang pada akhirnya
mendorong pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur atau sarana dan prasarana
memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan dengan kesejahteraan sosial
dan kualitas lingkungan juga terhadap proses pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah atau region. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan indikasi bahwa
wilayah yang memiliki kelengkapan sistem infrastruktur lebih baik
biasanya mempunyai tingkat kesejahteraan sosial dan kualitas lingkungan
serta pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pula.
Penyebaran infrastruktur yang tidak merata menurut ukuran volume
ataupun tingkat kualitasnya merupakan permasalahan lama yang perlu
diatasi agar pembangunan dan kesejahteraan masyarakat didaerah dapat
tercipta. Masalah pembangunan daerah tidak dapat dipungkiri karena
berawal dari ketiadaan infrastruktur yang memadai Rendahnya kualitas
infrastruktur di sejumlah daerah wilayah tertinggal secara empiris lebih
banyak disebabkan kendala struktural, yaitu belum diprioritaskannya
wilayah tersebut karena dianggap belum memberikan dampak secara
langsung bagi peningkatan PAD atau belum optimalnya dukungan pada
sektor terkait. Wilayah tertinggal seharusnya mampu berkontribusi bagi
pertumbuhan ekonomi regional menjadi kurang berkembang karena
kurangnya akses daerah tersebut. Kurangnya fasilitas membuat wilayah
tertinggal menjadi jauh dari pasar sehingga menjadi sulit berkembang
untuk menjadi sentra produksi. Jika ini dibiarkan terus-menerus, maka
rendahnya kinerja perekonomian wilayah serta persoalan kemiskinan

Halaman | 1
struktural tidak akan pernah teratasi karena menurut strukturnya jumlah
orang miskin terbesar justru berada di pedesaaan.
Pembangunan suatu daerah bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh lapisan
masyarakat. Untuk itu pembangunan membutuhkan pendekatan yang tepat,
guna menghasilkan pertumbuhan yang disertai pemerataan. Infrastruktur
berperan penting dalam peningkatan investasi dan memperluas jangkauan
partisipasi masyarakat, serta pemerataan hasil pembangunan.
Undang-Undang Dasar No. 38 Tahun 2004 mendefinisikan jalan
sebagai prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan raya yang cepat
dan praktis atau sudah memenuhi syarat dimana memiliki sedikit hambatan
sangat di harapkan, oleh karena itu manusia terus melakukan
perkembangan-perkembangan di bidang jalan raya. Pembangunan di
seharusnya dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan
masyarakat agar mampu menolong diri sendiri, yang dapat dilakukan
dengan memberdayakan dan menempatkan masyarakat sebagai pelaku
pembangunan itu sendiri. Selain itu, pembangunan haruslah berwawasan
kearifan lokal sebagai salah satu usaha dalam menguatkan potensi
lokal yang dimiliki sekaligus untuk menguatkan daya saing. Produk
dengan dasar kearifan lokal akan mempunyai ciri khas atau trademark yang
menjadikan produk tersebut lain daripada yang lain.
Kota Serang yang terbentuk berdasarkan UndangUndang Nomor 32
Tahun 2007, secara geografis terletak pada bagian utara Provinsi Banten,
pada posisi 106007’ – 106025’ bujur Timur dan 5099’ – 6022’ Lintang
Selatan dengan batas-batas wilayah:

Halaman | 2
Sebelah Utara : Perbatasan dengan laut jawa;
Sebelah Timur :Kecamatan Pontang, Kecamatan Ciruas,
Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang;
Sebelah Selatan :Kecamatan Cikeusal, Kecamatan Petir,
Kecamatan Baros, Kabupaten Serang;
Dan Sebelah Barat :Kecamatan Pabuaran, Kecamatan Waringin
Kurung, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten
Serang.

Kota Serang bagian Utara terkoneksi langsung dengan laut jawa


melalui Teluk Banten yang menyimpan potensi bahari yang cukup
menjanjikan. Kawasan pesisir ini juga memiliki nilai historis yang tinggi
dengan eksistensi sejumlah situs cagar budaya yang banyak tersebar di
kawasan ini. Sementara di Timur berbatasan dengan kawasan industri
padat karya di Kabupaten Serang dengan demikian di kawasan ini banyak
di temukan perumahan dengan nilai investasi yang menjanjikan. Kota
Serang bagian Selatan dan Barat sama-sama bercirikan agraris dengan
potensi pertanian dan perkebunan di samping itu terdapat Kawasan Pusat
Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) dan Group 1 Kopasus yang menjadi
nilai strategis di dua kawasan ini.
Kota Serang selain merupakan Ibukota provinsi banten juga merupakan
Pusat Pemerintahan, Pusat Pendidikan dan Pusat Perekonomian Barang
dan Jasa, dengan laju pertumbuhan ekonomi makro di banten tahun 2018
adalah 5,95 %. . Secara topografi, Kota Serang terbagi menjadi 3 (tiga)
karakteristik kawasan, yaitu :
1. Dataran dengan kemiringan 0-5%;
2. Perbukitan landai dengan kemiringan 5-15%; dan
3. Perbukitan terjal dengan kemiringan >15%.
Kota Serang secara administratif memiliki luas wilayah 266,74 Km2
terbagi dalam 6 wilayah Kecamatan dan 36 Kelurahan serta 30 desa
berpenduduk 655.004 jiwa. Kota Serang merupakan kota yang majemuk

Halaman | 3
dengan multietnis. Beragam suku, bangsa dan agama tinggal di Kota
Serang, begitu pula dengan bangsa asing juga banyak yang menjadi warga
Kota Serang. Kota serang sebagai Ibukota Provinsi banten sudah
sepantasnya menjadi magnet, daya tarik bagi warga daerah lain disekitar
Kota Serang, dan menjadi acuan/tolak ukur kemajuan pembangunan bagi
daerah lain.
Dengan perkembangan pembangunan dan jumlan manusia di Kota
Serang, menimbulkan tantangan baru bagi Pemerintah Kota Serang, dalam
rangka meningkatkan pertumbahan ekonomi serta guna mewujudnya Visi
dan Misi Pemerintah Kota Serang Yaitu: “Terwujudnya Kota Peradaban
Yang Berdaya Dan Berbudaya”. Visi tersebut dijabarkan dalam empat butir
misi yang terdiri dari: 1) mengutamakan peradaban berbasis nilai-nilai
kemanusiaan; 2) Meningkatkan sarana perasarana daerah yang berwawasan
lingkungan; 3) meningkatkan perekonomian daerah dan pemberdayaan
masyarakat yang berdaya saing; 4) meningkatkan tata Kelola pemerintahan
yang baik.
Pemerintah Kota Serang menginginkan adanya peningkatan kualitas
hidup masyarakatnya terkait dengan sosial ekonomi. untuk mempercepat
pembangunan ekonomi nasional maupun daerah, dan salah satu langkah
yang diperlukan adalah dengan meningkatankan penanaman modal untuk
mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan modal yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar
negeri. Untuk itu pemerintah kota Serang melakukan Pembangunan
infrastruktur jalan yaitu melakukan pengaspalan jalan Jembatan Sir-Long
Tali Rohmat, Kelurahan Cipete, Kecamatan Curug yaitu jalan jembatan
yang menghubungkan Kota Serang dan Kabupaten Serang. Pengaspalan
jalan jebatan yang dilakukan Pemkot Serang melalui Dinas Pekerjaan
Umum ini bertujuan agar akses ekonomi masyarakat dapat berjalan lebih
efesien dan efektif.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Halaman | 4
Identifikasi masalah yang akan dibahas didalam kajian ini yaitu terkait
dengan bagaimana perbaikan infrastruktur jalan yang menghubungkan 2
kota ini, dapat berdampak terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat.

1.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN

Tujuan dari kajian ini dibuat adalah untuk memberikan gambaran


secara umum serta pengetahuan tentang bagaimana pengembangan
infrastruktur jalan dapat berdampak terhadap kehidupan sosial-ekonomi
masyarakat.

1.4 METODE PENYUSUNAN

1.4.1 Metode Analisis


Metode analisis pada kajian ini terdiri dari 3 (tiga) tahapan,
pertama adalah kondisi yang terjadi saat ini di lapangan. Kedua adalah
mencari sumber permasalahan yang mungkin dapat menjadi
penghambat pengelolaan. Ketiga adalah analisis kesenjangan antara
kondisi saat ini dengan kondisi yang seharusnya lalu dilakukan
perumusan strategi dan kebijakan.
1.4.2 Metode Pengambilan Data
Data yang diambil untuk melakukan kajian ini terdiri dari data
primer dan data sekunder. Data Primer Menurut Umi Narimawati
data primer adalah “data yang berasal dari sumber asli atau pertama.
Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam
bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam
istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek
penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan
informasi ataupun data.” Dalam penelitian ini data primer akan
diperoleh dari hasil wawancara terhadap seseorang (informan) yang
menggunakan jalan Jembatan Sir-Long Tali Rohmat, Kelurahan
Cipete, Kecamatan Curug, sehari-hari dalam rangaka melakukan
aktifitas ekonomi maupun yang lainnya.

Halaman | 5
Sedangkan data Skunder Menurut Sugiyono data sekunder ialah
“sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data”. Contohnya seperti dari orang lain atau dokumen-
dokumen. Data sekunder bersifat data yang mendukung keperluan
data primer. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dokumen-dokumen jurnal. latar penelitian. Pasangan yang
mengalami hubungan jarak jauh akan menjadi informan peneliti
untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk penelitian.

Halaman | 6
BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1 DAMPAK PERBAIKAN JALAN

Menurut Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan. Jalan


adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Prasarana lalu lintas dan
angkutan jalan adalah ruang lalu lintas, terminal dan perlengkapan jalan
yang meliputi marka, rambu, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat pengendali
dan pengaman pengguna jalan, alat pengawasan dan pengamanan jalan serta
fasilitas pendukung. Klasifikasi menurut fungsi jalan terdiri atas 3 golongan
yaitu:
1. Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-
ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah
jalan masuk dibatasi secara efisien.
2. Jalan kolektor yaitu jalan yang melayani angkutan
pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal yaitu Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah
jalan masuk tidak dibatasi.
Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu
aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik
maupun biologi. Aktifitas pembangunan akan menghasilkan dampak, baik
pada manusia ataupun lingkungan hidup. Dampak terhadap manusia yakni
meningkat atau menurunnya kualitas hidup manusia, sedangkan dampak
bagi lingkungan yakni meningkat atau menurunnya daya dukung alam yang
akan mendukung kelangsungan hidup manusia Identifikasi dampak

Halaman | 7
merupakan langkah yang sangat penting. Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam mengidentifikasi dampak adalah: a) menyusun berbagai
dampak yang menonjol yang diperkirakan akan timbul dan b) menuliskan
semua aktivitas pembangunan yang menimbulkan dampak sebagai sumber
dampak. Adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik
mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan hidup. Industrialisasi
mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian dan pemukiman masyarakat
yang ada. Dampak dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Dampak Positif
a. Kelancaran lalu lintas. Manfaat langsung dari pembangunan
jalan dan jembatan adalah meningkatnya kelancaran arus lalu
lintas atau angkutan barang dan orang khususnya dalam
menghubungkan daerah satu kedaerah lainnya. Dengan
semakin lancarnya arus lalu lintas berarti lebih
mengefisiensikan waktu dan biaya.
b. Merangsang tumbuhnya aktivitas perekonomian. Manfaat
langsung ini sudah langsung terasa ketika pertama kali
jembatan dan jalan dibuka. Diantaranya adalah tumbuhnya
aktivitas perekonomian di sekitar jembatan dan jalan yang
dibangun. Sebagai contoh adanya aktivitas Pedagang Kaki
Lima (PKL) di sekitar kaki jembatan dan dipinggir jalan
banyak masyarakat setempat yang mulai membuka warung.
c. Pertumbuhan PDRB (Produk Domestic Regional Bruto)
daerah semakin lancarnya transportasi akan menimbulkan
dampak pergerakan orang maupun barang. Dengan demikian
akan memicu peningkatan jumlah penduduk. Meningkatnya
jumlah penduduk akan merangsang naiknya permintaan
barang dan jasa. Selanjutnya akan merangsang meningkatnya
kegiatan perekonomian, berkembangnya usaha di sektor
pertanian, industri, perdagangan, dan jasa.

Halaman | 8
d. Percepatan Penyediaan Infrastruktur. Sesuai fakta yaitu
adanya peningkatan jumlah penduduk yang dibangun jalan
dan jembatan, maka akan diimbangi dengan penyediaan
infrastruktur khususnya di daerah tempat pembangunan
tersebut dalam rangka memfasilitasi kebutuhan penduduk.
2. Dampak Negatif
a. Menurunnya Pendapatan Industri Jasa Penyeberangan di
sekitar jembatan yang dibangun.
b. Pertumbuhan Pedagang Kaki Lima (PKL) kurang terkendali
yang merusak keindahan lingkungan jembatan khususnya.
c. Jalan yang bagus, terkadang sering terjadi kecelakaan.
d. Dampak majunya suatu daerah akan berpengaruh pada
budaya lokal.
e. Timbulnya pembangunan liar dibawah jembatan.
f. Adanya lahan pemukiman warga yang digusur sebagai
peluasan jalan.
Pembangunan memiliki beragam definisi, istilah pembangunan
biasanya diartikan berbeda oleh berbagai ahli. Namun secara umum
pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan Riyadi dan
Deddy Supriyadi Bratakusumah dalam Nurman. Galtung dalam Trijono
pembangunan merupakan upaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar
manusia, baik secara individual maupun kelompok, dengan cara-cara tidak
menimbulkan kerusaka, baik terhadap kehidupan sosial maupun lingkungan
alam. Permikiran tentang pembangunan pada awalnya diartikan sama
dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan
westernisasi. Pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan,
perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi secara keseluruhan
mengandung unsur perubahan. Namun keempat hal tersebut mempunyai
perbedaan yang cukup prinsip, karena masing-masing mempunyai latar
belakang, asas dan hakekat yang berbeda meskipun semuanya merupakan
bentuk yang merefleksikan perubahan.

Halaman | 9
2.2 SOSIAL EKONOMI

Sosial ekonomi menurut Soerjono Soekanto adalah posisi seseorang


dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan
pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam berhubungan
dengan sumber daya. Menurut Soekanto menyatakan bahwa komponen
pokok kedudukan sosial ekonomi meliputi ukuran kekayaan, ukuran
kekuasaan, ukuran kehormatan, ukuran ilmu pengetahuan. Kondisi ekonomi
berperan penting dalam pendidikan seorang anak. Menurut Gerungan,
peranan kondisi ekonomi dalam pendidikan anak memegang satu posisi
yang sangat penting. Dengan adanya perekonomian yang cukup memadai,
lingkungan material yang dihadapi anak dalam keluarganya jelas lebih luas,
maka ia akan mendapat kesempatan yang lebih luas juga untuk
mengembangkan kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan tanpa adanya
sarana dan prasarana itu.
Dapat ditarik kesimpulkan kondisi sosial ekonomi yaitu suatau posisi,
kedudukan, jabatan, kepemilikan yang dimiliki seorang individu ataupun
kelompok yang berkaitan dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,
kepemilikan aset rumah tangga, dan pemenuhan kebutuhan keluarga dan
pekerjaan yang dimiliki yang akan sangat mempengaruhi status sosial
seseorang, kelompok ataupun keluarga di lingkungan masayarakatnya.
Dalam hubungan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi,
beberapa ekonom juga memberikan pendapatnya mengenai infrastruktur.
Hirschman mendefinisikan infrastruktur sebagai sesuatu yang sangat
dibutuhkan. Tanpa infrastruktur, kegiatan produksi pada berbagai sektor
kegiatan ekonomi (industri) tidak dapat berfungsi. Todaro juga
mendefinisikan infrastruktur sebagai salah satu faktor penting yang
menentukan pembangunan ekonomi. Dalam World Bank Report
infrastruktur dibagi kedalam 3 golongan yaitu:
a. Infrastruktur Ekonomi, merupakan aset fisik yang menyediakan jasa
dan digunakan dalam produksi dan konsumsi final meliputi public
utilities (telekomunikasi, air minum, sanitasi dan gas), public works

Halaman | 10
(bendungan, saluran irirgasi dan drainase) serta sektor transportasi
(jalan, kereta api, angkutan pelabuhan dan lapangan terbang).
b. Infrastruktur Sosial, merupakan asset yang mendukung kesehatan
dan keahlian masyarakat meliputi pendidikan (sekolah dan
perpustakaan), kesehatan (rumah sakit, pusat kesehatan) serta untuk
rekreasi (taman, museum dan lain- lain).
c. Infrastruktur Administrasi/Institusi, meliputi penegakan hukum,
kontrol administrasi dan koordinasi serta kebudayaan.
Menurut Ian Jacobs Infrastruktur dasar (basic infrastructure) meliputi
sektor- sektor yang mempunyai karakteristik publik dan kepentingan yang
mendasar untuk sektor perekonomian lainnya, tidak dapat diperjualbelikan
(nontradable) dan tidak dapat dipisah- pisahkan baik secara teknis maupun
spasial. Contohnya jalan raya, kereta api, kanal, pelabuhan laut, drainase,
bendungan, dan sebagainya.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa program Kotaku
yang di inisiasi oleh pemerintah pusat dengan bekerja sama dan menjadikan
pemerintah daerah menjadi pelaksana utamanya. Merupakan pembangunan
infrastruktur yang merupakan infrastruktur dasar yang dapat mempengaruhi
kehidupan sosial ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat Provinsi
Banten.
Informasi Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang
dalam kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi,
pendidikan serta pendapatan. Manfaat dalam konteks sosial ekonomi bagi
masyarakat adalah berupa perbaikan dalam hal penghasilan, produktivitas,
kesehatan, nutrisi, kehidupan keluarga, kebudayaan, rekreasi, dan
partisipasi masyarakat. Perbaikan penghasilan dan sebagian produktivitas
adalah merupakan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Perbaikan dari
sebagian produktivitas, kesehatan, makanan, kehidupan keluarga,
kebudayaan, rekreasi, dan partisipasi adalah merupakan manfaat sosial bagi
masyarakat. Menurut Sumardi dan Evers keadaan Sosial Ekonomi yaitu
sebagai berikut:

Halaman | 11
1. Lebih berpendidikan.
2. Mempunyai status sosial yang ditandai dengan tingkat kehidupan,
kesehatan, pekerjaan, pengenalan diri terhadap lingkungan.
3. Mempunyai tingkat mobilitas ke atas lebih besar.
4. Mempunyai ladang luas.
5. Lebih berorientasi pada ekonomi komersial produk.
6. Mempunyai sikap yang lebih berkenaan dengan kredit.
7. Pekerjaan lebih spesifik.

Halaman | 12
BAB III
ANALISIS DAN EVALUASI

3.1 PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Kota Serang adalah wilayah baru hasil pemekaran, Kab Serang Provinsi
Banten. Sebagai ibukota provinsi, kehadirannya adalah sebuah konsekuensi
logis dari keberadaan Provinsi Banten. Terdiri dari 6 (enam) kecamatan
yaitu; Kecamatan Serang, Kecamatan Kasemen, Kecamatan Walantaka,
Kecamatan Curug, Kecamatan Cipocokjaya dan Kecamatan Taktakan, Kota
Serang memiliki luas wilayah 266,77 km’ dengan jumlah penduduk sekitar
672,833 jiwa dan Batas wilayah. Sebelah Utara yaitu Teluk Banten Sebelah
Timur yaitu Kec. Pontang, Kec. Ciruas dan Kec. Kragilan Kab. Serang,
Sebelah Selatan yaitu Kec. Cikeusal, Kec. Petir dan Kec. Baros Kab.
Serang, serta Sebelah Barat yaitu Kec. Pabuaran, Kec. Waringin Kurung
dan Kec. Kramatwatu Kab. Serang. Dari 6 (enam) kecamatan tersebut
terdiri dari 20 Kelurahan dan 46 Desa. Kota ini diresmikan pada tanggal 2
November 2007 berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kota Serang, setelah sebelumnya RUU Kota Serang disahkan
pada 17 Juli2007 kemudian dimasukan dalam lembaran Negara Nomor 98
Tahun 2007 dan tambahan lembaran Negara Nomor 4748, tertanggal 10
Agustus 2007.
Kota Serang merupakan daerah otonom yang terbentuk dari pemekaran
Kabupaten Serang pada tanggal 10 Agustus 2007 berdasarkan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang.
Berdasarkan penjelasan undang- undangtersebut dijelaskan bahwaKota
Serang memiliki luas wilayah keseluruhan ± 266,71km2. Sedangkan hasil
inventarisasi luas wilayah di 6 (enam) kecamatan secara faktual luas
wilayah Kota Serang seluruhnya mencapai 266,74km2 atau sekitar 3,08%
dari luas wilayah Provinsi Banten. Kecamatan Kasemen merupakan
kecamatan dengan wilayah terluas yaitu sekitar 63,36 km2atau sekitar
23,75% dari luas wilayah Kota Serang. Sementara kecamatan dengan luas

Halaman | 13
wilayah paling kecil adalah Kecamatan Serang yang hanya sekitar 9,7%
dari luas wilayah Kota Serang, atau sekitar 25,88 km2. Tabel berikut ini
memberikan gambaran tentang rincian jumlah wilayah serta persentase luas
wilayah masing- masing kecamatan tersebut.
Meski Kota Serang adalah Kota yang masih berusia relatif belia, namun
sejumlah potensi yang dimiliki menjadikan Kota Serang memiliki daya
saing yang cukup tinggi. Beberapa hal bersumber pada faktor alamiah yang
dimiliki oleh Kota Serang, seperti: posisi strategisnya dalam konteks
provinsial sebagai Ibukota Provinsi Banten, geostrategisnya dalam konteks
regional sebagai daerah transit dari gerbang masuk ke Pulau Jawa di Kota
Cilegon, posisinya yang terletak di Teluk Banten dengan Pelabuhan
Karangantu yang bernilai historis dan komersil menjadikan Kota Serang
memiliki potensi sangat besar untuk mengembangkan sektor kelautan dan
perikanan, bentangan alamnya yang datar dan terletak di Pantai Utara
Banten masih menyimpan potensi sebagai lahan pertanian produktif dengan
jaringan irigasi yang sebagian besar masih berfungsihingga saat ini, serta
faktor historis yang menjadikan Kota Serang sebagai “pewaris” kekayaan
khasanah kebudayaan yang bersumber dari kejayaan Kesultanan Islam
Banten mengingat sejumlah situs pentingnya yang terletak di Kota Serang.
Pengembangan potensi wilayah Kota Serang tak dapat dipisahkan sebagai
bagian integral dari Provinsi Banten, sesuai dengan kondisi dan potensi
wilayah serta sosial ekonomi masyarakat yang menekankan pada
pengembangan pembangunan pada bidang pertanian, industri, parawisata,
perdagangan dan jasa.Kota Serang mempunyai kekuatan sumber daya alam
dan sumber daya manusia sebagai modal dasar untuk membangun wilayah
secara optimal guna mencapai kesejahteraan sebesar-besarnya bagi
masyarakat. Peluang dan potensi wilayah di Kota Serang dapat
digambarkan sebagai berikut:
1) Pengembangan Potensi Perikanan Potensi perikanan
adalah asset yang sangat bernilai ekonomi tinggi, baik perikanan tangkap
maupun budidaya. Tahun 2014 saja tercatat produksi ikan laut mencapai

Halaman | 14
2.917,75 ton hasil produksi perikanan tangkap dengan nilai produksi
mencapai Rp. 38,76 Milyar, belum termasuk produksi perikanan budidaya
(tambak, kolam, sawah, dan laut) yang mencapai 1.816,92 ton dengan nilai
produksi mencapai Rp. 25,59 Milyar.
2) Pengembangan Potensi Pertanian
Meski berstatus sebagai kota, potensi pertanian di Kota Serang masih
dapat dikembangkan sebagai salah satu basis perekonomian rakyat
khususnya pertanian tanaman pangan yang tersebar di sejumlah kawasan
pertanian produktif yaitu: kawasan sawah irigasi seluas 4.910 Ha yang
terdapat di sebagian besar wilayah Kecamatan Kasemen; kawasan sawah
non irigasi seluas 3.445 Ha di Kecamatan Walantaka dan sekitarnya; serta
pertanian lahan kering atau lahan bukan sawah seluas 11.747 Ha yang
tersebar di sejumlah kecamatan.Komoditas unggulan pada sektor pertanian
adalah padi dengan luas panen padi sawah mencapai 15.416 Ha dengan
produksi mencapai 88.234 ton Gabah Kering Giling (GKG); serta luas
panen padi ladang mencapai 408 Ha dengan total produksi mencapai 578,52
ton GKP. Di samping padi, Kota Serang juga masih memiliki potensi
palawija yang tersebar di seluruh Kecamatan. Komoditas jagung misalnya
memiliki potensi luas panen mencapai 489 Ha dengan total produksi
1.515,41 ton; ketela pohon dengan luas panen 211 Ha dan produksi
mencapai 3.024 ton; ketela rambat dengan luas panen 102 Ha dan produksi
mencapai 1.401,26 ton; kacang tanah dengan luas panen 1.489 Ha dan
produksi mencapai 2.251 ton; kacang hijau dengan luas panen 105 Ha dan
produksi mencapai 85,05 ton; serta beragam tanaman sayuran, seperti:
bawang merah, sawi, kacang panjang, tomat, terong, ketimun, cabe merah,
kangkung, dan cabe rawit dengan luas panen mencapai 2.781 Ha dan
produksi mencapai14.755 kuintal.
3) Pengembangan Potensi Perkebunan
Potensi perkebunan di Kota Serang terdapat di kawasan perkebunan yang
tersebar di Cilowong dan Dalung, serta kawasan pertanian hortikultura di
Kecamatan Curug dan Kecamatan Taktakan.Pada sektor perkebunan,

Halaman | 15
potensi yang masih dapat dikembangkan yaitu komoditi kelapa dengan luas
tanam 823,89 ha dengan produksi 1.047 ton, tanaman kopidengan luas
tanam 32 ha dan dengan produksi 16,95 ton biji kering, tanaman cengkeh
dengan luas tanam sekitar 39 Ha dan produksi sebesar 1,92 ton, dan
tanaman lada dengan luas tanam 18,24 Ha dan produksi sebesar 7,08 ton.
Ragam jenis buah-buahan lokal masih berpotensi dikembangkan di Kota
Serang, terutama durian di Kecamatan Taktakan yang produksinya
mencapai 56.479 kuintal, mangga dengan produksi sebesar 15.881 kuintal,
rambutan 10.013 kuintal, nangka 5.924 kuintal, pisang 24.531 kuintal, sawo
2.612 kuintal, dan ragam buah-buahan lainnya seperti: markisa, sukun,
sirsak, salak, pepaya, nenas, jeruk siam, jambu air, jambu biji, belimbing,
alpukat, duku, dan lain-lain. Demikian pula dengan potensi tanaman obat-
obatan yang masih dimiliki Kota Serang, seperti: tanaman jahe yang luas
panennya mencapai 42.600 m2 dan produksi mencapai 23.760 kg, tanaman
kunyit dengan luas panen 129.600m2 dan dengan produksi 71.710 kg, serta
tanaman lainnya seperti tanaman kencur, lempuyang, temu kunci, kapolaga,
lengkuas, sambiloto, temu lawak, dan keji beling.
Banyak yang potensi yang dapat dikembangkan oleh masyarakat Kota
Serang, denga nada nya perbaikan Infrastruktur dengan melakukan
pengaspalan jalan Jembatan Sir-Long Tali Rohmat, Kelurahan Cipete,
Kecamatan Curug yaitu jalan jembatan yang menghubungkan Kota Serang
dan Kabupaten Serang. Pengaspalan jalan jebatan ini untuk menunjung
aktifitas ekonomi masyarakat sehingga meningkatnya kehidupat sosial
ekonomi masyarakat.

Halaman | 16
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

4.1 LANDASAN FILOSOFIS

Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang


menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan
pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana
kebatinan serta falsafah Bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila
dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Dengan Penyelenggaraan jalan daerah merupakan salah satu sumber
pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan
pemerintahan daerah. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dan kemandirian daerah, perlu dilakukan perluasan objek
Penyelenggaraan jalan daerah. Kebijakan Penyelenggaraan perbaikan jalan
daerah dan Penyelenggaraan jalan daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip
demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan
akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah. Penyelenggaraan jalan
merupakan sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai
pelaksanaan pemerintahan daerah dan meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, sehingga perlu pengaturan Penyelenggaraan perbaikan jalan
berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta
masyarakat, dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah.

4.2 LANDASAN SOSIOLOGIS

Secara sosiologis, jalan ditempatkan sebagai bagian sistem transportasi


nasional yang mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung
mobilitas di bidang ekonomi, sosial, dan budaya yang harus dijamin oleh
negara dan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar
tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah. Tingkat
pertumbuhan penduduk di suatu daerah dapat dilihat dari angka
pertumbuhan penduduk. Bila angka tersebut semakin tinggi berarti tingkat

Halaman | 17
pertumbuhan penduduk semakin cepat. Jumlah penduduk Kota Serang
tahun 2008 adalah 493,232 jiwa dan tahun 2010 adalah 576,961 jiwa.
Pertumbuhan penduduk Kota Serang diperkirakan sebesar 1,05 % per tahun.
Kecamatan yang laju pertumbuhan penduduknya relatif tinggi adalah
Kecamatan Cipocok Jaya, yaitu 1,08 %.
Dengan adanya perbaikan jalan atau pengaspalan jalan Jembatan Sir-
Long Tali Rohmat, Kelurahan Cipete, Kecamatan Curug. Masyarakat
sekitar dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan lebih efektif dan
efesien tentunya karena dengan perbaikan infrastruktur seperti ini akan
berdampak kepada kehidupan masyarakat terutama kehidupan sosial
ekonomi mereka, apalagi jalan jembatan ini adalah akses jalan yang
menghubungkan antara Kota Serang dengan Kabupaten Serang sehingga
dapat dikatakan bahwa dengan adanya perbaikan jalan ini yang dilakukan
Pemkot Serang melalui Dinas Pekerjaan Umum, akan meningkatkatkan
kualitas ekonomi sosial masyarakat tidak hanya di kota serang tetapi juga
tentu ssaja di Kabupaten Serang.

4.3 LANDASAN YURIDIS

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota
Serang
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah

Halaman | 18
BAB V
JANGKAUAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN RUANG LINGKUP

5.1 JANGKAUAN DAN ARAH PENGATURAN

Sasaran dari kajian ini adalah pada pembangunan atau perbaikan Jalan
Jembatan Sir-Long Tali Rohmat, Kelurahan Cipete, Kecamatan Curug.
Jalan yang menghubungan antara Kota Serang Dengan Kabupaten Serang.
Kajian ini menjelaskan tentang pengembangan infrastruktur Jalan Jembatan
di Kota Serang. Penyelenggaraan jalan merupakan sumber pendapatan
daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah dan
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang akan mempengaruhi
sosial-ekonomi masyarakat.

5.2 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup wilayah kajian ini berada pada pembangunan atau


perbaikan jalan Jembatan Sir-Long Tali Rohmat, Kelurahan Cipete,
Kecamatan Curug. Adapun Ruang lingkup pembahasan materi menganalisa
dan mengidentifikasi terkait pengembangan infrastruktur jalan dapat
berdampak terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat.

Halaman | 19
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN

Infrastruktur jalan merupakan Infrastuktur dasar bagi kehidupan


masyarakat, dengan adanya perbaikan jalan jembatan masyarakat dapat
beraktifitas sehari-hari dengan lebih mudah dan cepat karena jalan yang
sudah di aspal. Selain itu Perbaikan jalan ini juga tentu saja tidak akan
terlepaskan dari peningkatan kehidupan sosial ekonomi masyarakat dengan
kemmudahan akses jalan masyarakat dapat meningkatkan potensi yang
dimiliki dengan lebih efektif sehingga tarah hidup masyarakat menjadi
meningkat.
merujuk pada sistem fisik yang menyediakan jalan, transportasi,
telekomunikasi, bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial
dan ekonomi Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan
yang yang diatur sosial dan merupakan seseorang dalam posisi tertentu
dalam struktur sosial masyarakat, pemberian posisi ini disertai pula dengan
posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat, pemberian posisi ini
disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi
oleh pembawa status. Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi
seseorang dalam kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas
ekonomi, pendidikan serta pendapatan.

6.2 SARAN

Diharapkan Perlu meningkatkan Pembangunan infrastruktur jalan


dengan membangun prasarana jalan, prasarana jembatan, dan sarana
angkutan. Perlu meningkatkan manfaat sosial dengan memudahkan akses
transportasi, membangun bangunan atau kepemilikan rumah permanen,
mudah mengakses usaha baru, banyak menggunakan atau memanfaatkan
teknologi baru. Perlu memperkuat manfaat ekonomi dengan penghematan

Halaman | 20
biaya modal usaha, meningkatkan jumlah usaha dan asetnya, meningkatkan
pendapatan dan tabungan.

Halaman | 21

Anda mungkin juga menyukai