Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

PENINGKATAN PEREKONOMIAN DI DAERAH TERTINGGAL

SUKABUMI JAWA BARAT

Disusun Oleh :

Razief Muhammad Ar

031152087

PERENCANAAN KOTA

Dosen:

Yuli Tirtariandi El Anshori,SIP,N.AP

Administrasi Negara

Universitas Terbuka

Jl. Sholeh Iskandar No.234, RT.02/RW.11, Kedungbadak, Kec. Tanah Sereal, Kota Bogor,
Jawa Barat 16164

0
KATA PENGANTAR

Pembangunan membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan yang terarah dan


sistematik di perlukan agar tujuan dari kegiatan pembangunan itu dapat tercapai. Untuk itu
diperlukan road map pembangunan yang disesuaikan dengan keinginan dan visi misi
pembangunan daerah tersebut.

Potensi dan kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki adalah dasar dalam menentukan
kemana dan apa yang ingin dicapai baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Disamping itu kebijakan pembangunan selayaknya harus fokus dan sesuai dengan dasar
pembangunan dan kebijakan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Nasional
yang telah di tetapkan pemerintah.

Salah satunya adalah pembangunan sektor perindustrian dan perdagangan Laporan


Perindustrian dan Perdagangan yang disusun ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk
merumuskan kebijakan pembangunan di sektor industri dan perdagangan oleh para pemangku
kepentingan daerah. Dengan segala kerendahan hatidan rasa ucap syukur yang banyak
laporan Masterplan Pengembangan Perindustrian dan Perdagangan Sukabumi dapat
diselesaikan dengan baik. Semoga dapat bermanfaat bagi proses pembangunan di sukabumi
Jawa barat. aamiin

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................1

Daftar isi....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................4

BAB II TINJAUAN LITERATUR

2.1 Landasan Teori...................................................................................................5

2.2 Analisa Permasalahan.......................................................................................5

2.3 Solusi Permasalahan..........................................................................................7

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data......................................................................................9

Daftar Pustaka..........................................................................................................11

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota Sukabumi berasal dari bahasa Sunda. Yaitu Suka-Bumen, menurut keterangan
mengingat udaranya yang sejuk dan nyaman, mereka yang dating ke daerah ini tidak ingin
untuk pindah lagi karena suka/ senang Bumen-Bumen atau bertempat tinggal di daerah ini.
Pada tahun 1914 Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Kota Sukabumi sebagai “Burgerlijk
Bestuur” dengan status “Gemeente” dennan alasan bahwa di kota ini banyak berdiam orang-
orang Belanda dan Eropa pemlik perkebunan-perkebunan yang berada di daerah Kabupaten
Sukabumi bagian Selatan yang harus mendapatkan pengurusan dan pelayanan yang istimewa.

Kota Sukabumi merupakan suatu wilayah di Jawa Barat yang mengalami


perkembangan pesat dibandingkan daerah lainnya. Pada awalnya Sukabumi adalah
pemukiman penduduk bagian dari wilayah pemerintahan District Goenoeng Parang,
Onderafdeeling Tjiheulang yang merupakan bagian dari Afdeeling Tjiandjoer, Residentie
Preanger (Regeerings Almanaks tahun 1872). Dalam catatan arsip Hindia Belanda, nama
sukabumi pertama kali digunakan oleh Andries Christoffel Johannes de Wilde, seorang ahli
bedah dan administratur perkebunan kopi dan teh yang berkebangsaan Belanda, beliau yang

3
mengenalkan sukabumi ke dunia luar. Sukabumi yang berawal dari sebuah distrik
berkembang menjadi gemeente (Kotapraja). Perkembangan ini mungkin terjadi dikarenakan
letak wilayah Sukabumi yang strategis terutama setelah dibangun jalan raya pos oleh
Daendels.

Keberadaan perkebunan teh yang berada di Sukabumi menjadi faktor penarik


penduduk di sekitar untuk datang ke Sukabumi. Mereka datang mengadu nasib untuk
meningkatkan taraf hidupnya. Akhirnya Sukabumi tumbuh menjadi pusat perekonomian.
Penduduk yang berada di Sukabumi dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya
di pasar lokal. Barang-barang tersebut dihasilkan oleh penduduk di pedalaman dan akan
diperjualbelikan di pasar. Wilayah Sukabumi akhirnya tumbuh dengan sistem hukum dan
berkembang ke arah kosmopolitan seperti yang dikemukakan Weber. Kondisi ini menjadikan
pertimbangan Pemerintahan Hindia Belanda untuk membangun lintasan jalan kereta api yang
menghubungkan Batavia dengan Sukabumi. Jalur kereta api tersebut memberikan banyak
keuntungan bagi perkebunan teh yang memerlukan transportasi yang murah dan cepat untuk
menjual hasil perkebunan ke pabrik ataupun kota. Dengan lintasan jalan kereta api ini
kehidupan sosial ekonomi masyarakat semakin berkembang. Pemerintah Hindia Belanda juga
membangun sejumlah irigasi untuk mengairi kegiatan pertanian di wilayah Sukabumi. Tidak
kurang dari tujuh belas tangki air melintas di atas jalan raya yang menghubungkan Bogor
dengan Cianjur melalui Sukabumi. Bangsa Eropa berlomba-lomba datang ke Sukabumi untuk
berinventasi, hal itu di sebabkan karena banyaknya hal menarik yang dapat dikembangkan.
Kehadiran dan komposisi penduduk Eropa membawa dampak besar dalam perubahan
Sukabumi menjadi sebuah gemeente (kotapraja)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1pembangunan di bidang ekonomi dan infrastruktur kota sukabumi

1.2.2peningkatan perekonomian kota sukabumi dan UMKM

1.3 Tujuan Penelitian

1.Panduan bagi pelaku ekonomi untuk memilih kegiatan yang perlu dikembangkan dan lokasi
yang memungkinkan di masa akan datang.

2.Aucan bagi pemerintah untuk arah penggunaan lahan dan mengendalikan arah
pertumbuhan ekonomi.

4
3.Landasan bagi rencana rencana lain yang lebih sempit dan lebih detail.

4.Menjamin keserasian spasial, keselarasan antarsektor, optimalisasi invetasi.

5.Terciptanya efisiensi dalam kehidupan dan menjamin kelestarian lingkungan.

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Landasan Teori

Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan


pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat
kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi
penduduk atau masyarakat akan memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya (Todaro, 2000). Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan
masyarakat yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added
value) yang terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan pendapatan itu diukur dalam nilai riil,
artinya dinyatakan dalam harga konstan. Hal itu juga sekaligus menggambarkan balas jasa
bagi factor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja,
dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut.
Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di
wilayah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan
yang mengalir ke dan dari luar wilayah. Menurut Rustiadi (2007), pertumbuhan ekonomi

5
wilayah dapat berlangsung jika terjadi hubungan yang saling memperkuat – bukan saling
eksploitasi - antara wilayah central dan hinterlandnya.Sehingga akan terbangun keterkaitan
yang sinergi, baik backward and forward linkages.

2.2 Analisa Permasalahan

2.2.1 Wilayah kota pada hakekatnya merupakan pusat kegiatan ekonomi yang dapat
melayani wilayah kota itu sendiri maupun wilayah sekitarnya. Untuk dapat mewujudkan
efektifitas dan efisiensi pemanfaatan ruang sebagai tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan
ekonomi dan sosial budaya, kota perlu dikelola secara optimal melalui suatu proses penataan
ruang. Sesuai dengan ketentuan Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, menyatakan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai wewenang
dalam pelaksanaan penataan ruang wilayah yang meliputi perencanaan tata ruang wilayah
kota, pemanfaatan ruang wilayah kota dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.
Perencanaan tata ruang wilayah kota meliputi proses dan prosedur penyusunan serta
penetapan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Penyusunan
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah dilakukan dengan berasaskan pada
kaidah-kaidah perencanaan yang mencakup asas keselarasan, keserasian, keterpaduan,
kelestarian, keberlanjutan serta keterkaitan antarwilayah baik di dalam kota itu sendiri
maupun dengan kota/kabupaten sekitarnya.

Pemerintah Kota Sukabumi menggelar Musyawarah Perencanaan Pembangunan


(Musrenbang) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Sukabumi tahun 2021, di
Hotel Horison Kota Sukabumi, Dalam kegiatan tersebut, Wali Kota Sukabumi Achmad
Fahmi mengatakan, ada beberapa usulan prioritas yang masuk untuk pembangunan tahun
2021. "Kalau usulan itu banyak, tapi ada beberapa usulan prioritas yang menjadi ikon
pembangunan di tahun 2021. ema pembangunan pada tahun 2021 adalah memantapkan
pembangunan di bidang ekonomi dan infrastruktur. Skala prioritas itu, sambung Fahmi,
berdasarkan usulan hasil musrenbang tingkat kelurahan, kecamatan, kemudian dirangkum
menjadi kebutuhan masyarakat yang paling utama.

Berdasarkan data yang dihimpun sukabumiupdate.com, usulan prioritas tahun 2021


adalah Pembangunan Gedung Kecamatan, Pembangunan Stadion Suryakencana,
Pembangunan Mall Pelayanan Publik, Pembangunan Sukabumi Creative Hub.

6
2.2.2 Wakil Wali Kota Sukabumi, H. Andri S. Hamami, S.H., M.H. menandaskan,
pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Sukabumi semakin maju dan berkembang, salah
satunya bisnis kuliner. Ditandaskan pula, keberadaan kuliner selain dapat memenuhi
kebutuhan lidah dan perut, juga dapat melengkapi gaya hidup masyarakat masa kini. Oleh
karenanya, tidak heran apabila trend bisnis kuliner di Kota Sukabumi semakin maju dan
berkembang. Penandasan Wakil Wali Kota Sukabumi tersebut, disampaikan usai
melaunching salah satu Foodcourt Soto Boyolali, tepatnya di Cafe Boundel Kota Sukabumi.

Wakil Wali Kota Sukabumi menjelaskan, kuliner merupakan salah satu andalan
UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di Kota Sukabumi. Sebab setiap kuliner di Kota
Sukabumi masakan enak, serta didukung oleh udara yang segar. Untuk itu, Pemerintah Kota
Sukabumi beserta instansi dan lembaga terkait, senantiasa berupaya optimal meningkatkan
dan mengembangkan kuliner di Kota Sukabumi, sekaligus memperkenalkan dan
mempromosikan setiap produk kuliner di Kota Sukabumi, diantaranya melalui pameran dan
festival serta kegiatan lainnya.

Dengan semakin maju dan berkembang serta semakin banyaknya kuliner di Kota
Sukabumi, dapat mendongkrak sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat Kota
Sukabumi. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Kota Sukabumi beserta instansi dan
lembaga terkait, akan senantiasa berkomitmen dan memperhatikan UMKM di Kota
Sukabumi, bukan hanya yang bergerak dalam bidang kuliner saja, tapi juga yang bergerak
dalam bidang kerajinan dan yang lainnya. Disamping itu, Wakil Wali Kota Sukabumi juga
menghimbau kepada para pelaku UMKM khususnya para pelaku kuliner di Kota Sukabumi,
agar senantiasa berupaya optimal meningkatkan kualitas produknya. Karena segenap lapisan
masyarakat senantiasa menuntut kualitas terhadap berbagai produk yang dihasilkan UMKM
khususnya kuliner di Kota Sukabumi, serta produknya harus benar-benar menarik dan
HAUS, yakni Halal, Aman, Utuh dan Sehat.

2.3 Solusi Permasalahan

Wilayah Jawa Barat bagian Selatan meliputi Kabupaten Sukabumi Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo
menyampaikan bahwa kemiskinan di desa hanya bisa cepat teratasi kalau masyarakat desa

7
diberikan kesempatan untuk memiliki usaha. Namun, dalam kesempatan memiliki usaha
tersebut, masyarakat mengalami kesulitan karena tidak punya akses pasar yang menjanjikan.

"Mayoritas penduduk di desa itu hidup pada sektor pertanian. Permasalahannya


adalah akses pasar yang terbatas, tidak tersedianya industri pasca panen, minim permodalan
dan lain-lain. Oleh karena itu, perlu adanya langkah untuk mendatangkan akses pasar atau
sarana pasca panennya ke desa-desa dengan mengembangkan produk unggulan di desanya
masing-masing atau membuat klusterisasi produk unggulan desa agar memiliki skala
ekonomi yang besar Kemendes PDTT telah memiliki empat program yang diarahkan untuk
pemanfaatkan penggunaan dana desa yang diharapkan program ini kedepannya akan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di desa dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta
menciptakan lapangan kerja baru di desa sehingga desa yang mengikuti program ini ke depan
akan menjadi desa yang berkembang, maju dan mandiri. " Untuk program ini, Kemendes
PDTT didukung oleh 19 kementerian dan lembaga. Seperti Kementerian pertanian yang telah
komitmen untuk memberikan bibit, pupuk dan traktor secara gratis. Lalu, Kementerian PU
akan membantu akses penunjangnya seperti jembatan dan jalan.

Dan Kementerian Kelautan dan Perikanan akan membantu memberikan bibit ikan
secara gratis pada setiap embung yang dibangun di desa,

1.Meningkatnya kualitas dan kuantitas pelaku perikanan

2.Meningkatnya produksi, nilai tambah produk perikanan serta sarana prasarana perikanan

3.Terwujudnya sentra perikanan budidaya air tawar, laut, dan pengolahan hasil perikanan

Untuk meningkatkan daya beli dan ketahanan pangan masyarakat melalui


pengembangan agribisnis dan lembaga keuangan pertanian, maka sasaran pembangunan yang
harus dicapai adalah:

1. Terciptanya Kesempatan kerja di sektor agribisnis.

2. Meningkatnya produksi pangan.

3.Terlaksananya intervensi pencegahan dan penanggulangan rawan pangan serta teratasinya


kerawanan pangan.

4. Terwujudnya sentra produksi pertanian, perkebunan dan peternakan.

8
5. Meningkatnya kapasitas kelembagaan tani berorientasi agribisnis berbasis potensi local.

6. Meningkatnya produksi pertanian non pangan.

Dalam upaya meningkatkan kesempatan dan produktivitas kerja serta perluasan


kesempatan usaha, maka sasaran pembangunan yang harus dicapai adalah:

1. Meningkatnya kesempatan kerja dan produktivitas pekerja dan serta melindungi hak-hak
pekerja.

2. meningkatnya kemandirian masyarakat perdesaan dalam pengelolaan potensi daerah 3.


meningkatnya jumlah transmigran yang diberangkatkan dan terbinanya transmigran dan
translok.

Dalam upaya Meningkatkan ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat dan


peningkatan nilai ekspor, guna meningkatkan ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat dan
peningkatan nilai ekspor, maka sasaran pembangunan yang harus dicapai adalah:

1. Ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat.

2. Meningkatnya nilai ekspor Kabupaten Sukabumi 3.

3. Tersedianya sarana perdagangan.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Sukabumi tahun 2019 Capai 5,75 Persen

9
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Sukabumi, selama lima tahun terakhir pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun
2016 sebesar 5,85 persen dan terendah sebesar 4,91 persen di tahun 2015. Sedangkan pada
2019 capaian laju pertumbuhan ekonomi mencapai angka 5,75 persen. 

"Capaian tersebut tidak terlepas dari aspek efisiensi penggunaan input produksi yang
meliputi tenaga kerja, modal, dan bahan baku. Juga peran serta seluruh lapisan masyarakat
dalam upaya pembangunan di Kabupaten Sukabumi, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Sukabumi tidak hanya berfokus pada capaian Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), tetapi juga
perlu diiringi dengan konsep pertumbuhan yang berkualitas dengan mengedepankan
keterkaitan rantai pasok dan nilai tambah (value added) antar komoditas. 

Salah satu upaya yang dilakukan untuk menciptakan pembangunan yang berkualitas,
antara lain dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia baik sumber daya alam (SDA)
maupun sumber daya manusia (SDM), yang berdaya saing. "Selain itu pembangunan
perekonomian yang berkualitas berorientasi pada permintaan pasar domestik dan global,"
paparnya. 

Disisi lain, melihat kondisi yang terjadi pada tahun 2020, dimana pandemi Covid-19
berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, pertumbuhan ekonomi juga
diproyeksi mengalami guncangan (shock) akibat perubahan daya beli dan produksi yang
dilakukan oleh pelaku ekonomi. 

"Secara nasional Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksikan pertumbuhan


ekonomi dapat mencapai -0,4 hingga 1 persen. Rendahnya angka proyeksi tersebut menjadi
perhatian bersama, sehingga diperlukan penyamaan langkah dalam rangka memperkuat
adaptasi dan ketahanan (resiliensi) selama pandemi Covid-19," jelasnya. 

Lebih lanjut, kondisi ini diproyeksi akan membaik pada tahun 2021 dengan proyeksi
pemulihan berkisar pada angka 4,5 hingga 5,5 persen. Lonjakan proyeksi tersebut, tambah
Maman, dapat tercapai apabila seluruh stakeholders berupaya untuk mempertahankan pola
konsumsi yang produktif dan menjaga daya beli pada tingkat mikro. 

"Melalui sektor pertanian, pariwisata dan industri yang berwawasan lingkungan yang
beradaptasi dengan kebiasaan baru diharapkan terjadi percepatan pembangunan ekonomi.

10
Guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas tersebut juga diperlukan
semangat membangun dan inovatif dalam menyongsong pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas untuk kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sukabumi.

DAFTAR PUSTAKA

MODUL ADPU 4433 – PERENCANAAN KOTA

11

Anda mungkin juga menyukai