Anda di halaman 1dari 29

IDENTIFIKASI LOKASI KAWASAN TERPILIH

PUSAT PENGEMBANGAN DESA KECAMATAN


KINTAMANI KABUPATEN BANGLI

Dosen
Dr. Agung Witjaksono, ST., MT
Ardiyanto Maksimilianus Gai, ST.,M.Si

Disusun oleh
IGA Bagus Kutha Bimantara 1624077

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH


DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI
NASIONAL MALANG
2021
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ......................................................................................... 3
1.1 Latar belakang ..................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 5
KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................... 5
2.1 Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) ....................................... 5
2.2 Konsepsi KTP2D ................................................................................................. 6
2.3 Kriteria KTP2D ................................................................................................... 7
2.4 Bentuk KTP2D .................................................................................................... 9
METODE PENELITIAN ........................................................................... 11
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................. 11
3.2 Lokasi Penelitian ............................................................................................... 11
3.3 Jenis dan Kebutuhan Data .................................................................................. 12
PEMBAHASAN .......................................................................................... 19
KESIMPULAN ........................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 29
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perencanaan wilayah dapat diartikan sebagai proses pengarahan kepada kegiatan
pembangunan di suatu wilayah yang melibatkan sumberdaya manusia dengan sumberdaya
lainnya. Perencanaan wilayah berkaitan dengan kajian yang sistematis atas aspek fisik,
social-budaya, ekonomi, dan lingkungan untuk mengarahkan pemanfaatannya dengan cara
terbaik untuk meningkatkan produktivitas guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat
secara berkelanjutan (Saragih, 2015:40). Perencanaan wilayah juga sebagai perencanaan
pengunaan ruang wilayah dan perencanaan kegiatan pada ruang wilayah tersebut.
Perencanaan penggunaan ruang wilayah diatur dalam bentuk perencanaan tata ruang
wilayah, sedangkan perencanaan kegiatan dalam wilayah diatur dalam perencanaan
pembangunan wilayah (Tarigan, 2005:32).
Proses pembangunan yang telah dilaksanakan menemui ketidakberhasilan yang
menimbulkan berbagai permasalahan seperti disparitas wilayah dan sektoral yaitu
kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan. Berkembangnya kota sebagai pusat
pertumbuhan ternyata tidak memberikan efek penetesan ke bawah (trickle down effect)
tetapi hanya berdampak pada pengurasan sumberdaya dari wilayah sekitarnya. Ketimpangan
wilayah dicirikan oleh perbedaan tingkat perkembangan aktivitas ekonomi dan sosial
masyarakatnya. Investasi yang dilakukan di wilayah perdesaan menjadi sangat terbatas
karena secara ekonomi tidak efisien sehingga fasilitas-fasilitas umum cenderung hanya
terkonsentrasi di pusat-pusat wilayah perkotaan.
Kondisi tersebut mengakibatkan masyarakat perdesaan secara rasional melakukan
migrasi ke wilayah perkotaan, hal ini sulit diatasi sehingga muncullah bebagai dampak
negatif seperti pengangguran dan berkembangnya permukiman-permukiman kumuh di
perkotaan. Hubungan antara wilayah perdesaan dan perkotaan yang tidak berimbang telah
menimbulkan berbagai permasalahan yang semestinya adanya keterkaitan antar wilayah
dalam proses pembangunan yang bersifat saling menguatkan. Pembangunan dilaksanakan
dalam kondisi kurangnya market towns, kota sekunder atau rural town sehingga distribusi
ruang tidak kondusif untuk menciptakan sistem produksi dan perdagangan serta sistem
perdesaan dan perkotaan yang terintegrasi. Perdesaan sebagai pemasok hasil produksi
pertanian dalam bentuk produk primer harus didorong menjadi desa yang mampu
menghasilkan bahan olahan dari hasil pertanian sehingga menjadi kawasan pertumbuhan
ekonomi lokal.
Salah satu alternatif upaya penataan ruang adalah dengan menetapkan desa-desa
pusat pertumbuhan yang akan berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan untuk desa-desa di
sekitarnya (Taylor dalam Muta’ali, 2003). Berdasarkan Peraturan Presiden No. 12 Tahun
2015 tentang pembangunan pendesaan, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi, pemerintah daerah wajib melaksanakan tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pembangunan desa dan kawasan pedesaan serta pemberdayaan
masyarakat desa, dan percepatan pembangunan daerah tertinggal dan daerah tertentu. Hal ini
searah dengan tujuan penentuan kawasan pusat pertumbuhan, yaitu menjadikan kawasan
desa pusat pertumbuhan ( DPP ) sebagai acuan pertumbuhan kawasan pedesaan lainnya.
Maksud dan tujuan Pengenalan kawasan pusat pengembangan perdesaan yang dilanjutkan
dengan identifikasi lokasi ini, dimaksudkan untuk membantu terlaksananya pembangunan
yang lebih sistematis, dimana desa yang berfungsi sebagai desa pusat perlu diberikan
perhatian khusus serta dengan mengintegrasikan penanganan desa pusat dan hinterlandnya
kedalam sistem pembangunan Kabupaten induknya, maka desa pusat akan berperan sebagai
pendorong terbentuknya satu kesatuan sistem pusat-pusat perkotaan dan perdesaan
(Direktorat Pengembangan Permukiman Departemen Pekerjaan Umum, 2006).
Pembangunan perdesaan secara keseluruhan telah ditangani melalui berbagai sektor
dengan cara yang diupayakan terpadu. perumahan permukiman di perdesaan menjadi sangat
penting sebagai “entry Point” pembangunan perdesan secara keseluruhan. Pemerintah
sampai saat ini menggunakan azaz Tridaya yang intinya adalah pemberdayaan masyarakat,
ekonomi dan pendayagunaan prasarana dan sarana permukiman didalam menangani
Perumahan Permukiman Perdesaan. Dalam upaya merumuskan kebijaksanaan
pembangunan perdesaan, desa dikelompokan kedalam 3 (tiga) kelompok yaitu Desa Cepat
Berkembang, Desa yang berpotensi untuk berkembang dan atau desa yang sedang
berkembang dan Desa Belum Berkembang. Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa
(KTP2D) yang terdiri atas Desa Pusat dan Desa Hinterland, sebenarnya secara keseluruhan
dapat mengait keseluruhan kelompok tersebut yaitu bahwasanya Desa Pusatnya merupakan
Desa Cepat Berkembang sedangkan hinterlandnya dari kelompok Desa Sedang Berkembang
dan Desa Belum Berkembang.
Kecamatan Kintamani merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten
Bangli yang struktur perekonomiannya didominasi oleh sektor pariwisata, pertanian dan
perkebunan. Potensi sumberdaya alam dengan beberapa komoditas unggulan yang dimiliki
dengan ketersediaannya cukup besar maka peluang pengembangan maupun peningkatan
penerimaan anggaran Kecamatan Kintamani dari sektor ini masih terbuka luas. Besaran
PDRB yang dihasilkan oleh kabupaten sangat bergantung kepada potensi sumber daya alam
dan faktor produksi daerah tersebut. Dalam hal ini, bahwa tingkat pertumbuhan output
daerah akan ditentukan oleh sumber daya alam yang dimilikinya. Berdasarkan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bangli Tahun 2013-2033 sebagai strategi peningkatan
pengelolaan kawasan berpengaruh positif terhadap kegiatan ekonomi, sosial, budaya,
pelestarian lingkungan hidup dan pengembangan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud
mengembangkan kawasan agropolitan yang memadukan agroibisnis, agroindustri,
agroedukasi dan agrowisata pada sentra-sentra produksi komoditas pertanian unggulan.
Melalui pendekatan agropolitan ini, Kecamatan Kintamani membangun perekonomian dan
mengelola ekosistem sebagai bagian dari penataan ruang secara keseluruhan.
Dari penelitian ini, bermaksud untuk mengkaji sistem keruangan yang diharapkan
untuk mengetahui lokasi KTP2D kawasan terpilih pusat pengembangan desa yang terdapat
di Kecamatan Kintamani.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis dapat menyimpulkan rumusan
masalah yang dituangkan dalam pertanyaan penelitian adalah sebagai beriku:
1. Apakah dalam Kecamatan Kintamani dapat terwujudnya Kawasan Terpilih Pusat
Pengembangan Desa (KTP2D)?
2. Apakah di dalam Kecamatan Kintamani memiliki satu sistem pusat atau lebih?
1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan tersebut, Tujuan dari penilitian ini adalah
mengidentifikasi Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa atau KTP2D dan untuk
mengidentifikasi jumlah dari KTP2D tersebut yang terdapat di Kecamatan Kintamani.
2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D)
Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D), adalah satu satuan kawasan
perdesaan sebagaimana tercantum dalam UU No. 24/1992, yang terdiri dari desa pusat dan
desa-desa lain sebagai desa pendukungnya, yang memiliki keunggulan strategis berupa :
1. Peran kawasan ini bagi pertumbuhan dan pengembangan potensi kawasan perdesaan
lain di sekitamya
2. Keuntungan ekonomis (economic scale) guna mengembangkan potensi andalannya,
3. Memiliki fasilitas pelayanan sosial ekonomi serta tingkat aksesibilitas yang relatif
lebih baik di bandingkan dengan kawasan perdesaan disekitarnya
Pengenalan kawasan pusat pengembangan perdesaan. yang dilanjutkan dengan
identifikasi lokasi ini, dimaksudkan untuk membantu terlaksananya pembangunan yang
lebih sistematis, dimana:
1. Desa yang berfungsi sebagai desa pusat perlu diberikan perhatian khusus.
2. Dengan mengintegrasikan penanganan desa pusat dan hinterlandnya kedalam sistem
pembangunan Kabupaten induknya, maka desa pusat akan berperan sebagai
pendorong terbentuknya satu kesatuan sistem pusat-pusat perkotaan dan perdesaan
Hasil kegiatan identifikasi lokasi Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa atau
(KTP2D) ini ditujukan untuk :
1. Mendapatkan kawasan-kawasan perdesaan yang diindikasi sebagai KTP2D dalam
suatu kabupaten, lengkap dengan urutan/rangking lokasi yang disusun berdasarkan
kajian dan kesepakatan bersama di daerah. Urutan tersebut sebaiknya dikukuhkan
dengan SK Bupati yang bersangkutan.
2. Mengetahui karakteristik kawasan, sesuai dengan potensi dominan yang dapat/akan
dikembangkan (agro bisnis, wisata, industri, perdagangan maupun sekedar pusat
pelayanan jasa lokal),
3. Mengetahui jenis sumber dan pembangunan yang mendukung pengembangan
potensi dominan kawasan, dan
4. Mengetahui perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana pelayanan dasar kawasan
yang dapat mendorong pengembangan potensi dominan kawasan.
2.2 Konsepsi KTP2D
KTP2D merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara
mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya dominan baik yang belum
diolah (eksplor) maupun sumber daya yang tersembunyi berupa sumber daya alam, sumber
daya buatan ataupun sumber daya manusia yang difokuskan pada kemandirian masyarakat
sesuai dengan azas TRIDAYA yang intinya adalah pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan
pendayagunaan prasarana dan sarana permukiman. Hal tersebut mencerminkan lokalitas dari
program KTP2D ini. Dengan demikian, di dalam tahapan penyusunan KTP2D khususnya
pada langkah persiapan yaitu penetapan lokasi KTP2D dan perkiraan awal potensi unggulan
kawasan, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal
yang berbasis pada konsep “Good Village”.
Suatu “Good Village” diindikasikan memiliki kemampuan, terutama untuk
mengembangkan perekonomian lokal berbasis pada potensi unggulannya. Kemampuan
tersebut adalah :
1. Kemampuan Berproduksi
 Adanya perubahan teknologi, misalnya dalam pengolahan sawah dulu masih
menggunakan tenaga hewan sekarang sudah menggunakan traktor.
Pemanfaatan SDA tergantung pada tingkat teknologi yang digunakan dalam
masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dengan perubahan
teknologi yang dapat meningkatkan produksi.
 Adanya basis SDA dan terciptanya multiplier effect sehingga dapat
menyediakan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah elemen dari penduduk yang
membantu mempertahankan keberlangsungan suatu perekonomian dengan
jalan menyediakan suatu kombinasi energi dan intelegensi manusia kepada
proses produktif.
 Adanya pengembangan produk (inovasi) sehingga dapat meningkatkan
produksi, misalnya dalam bidang tambak tidak hanya tambak udang tetapi
dikembangkan menjadi tambak jenis-jenis ikan. Adapun inovasi dapat dibagi
dua yaitu inovasi yang berupa turunnya biaya termasuk mengenalkan metoda
baru dalam pengolahan dan inovasi yang berupa peningkatan produk baru
dengan kualitas baik
2. Kemampuan Mengembangkan Kegiatan
 Adanya peningkatan akses pada pasar
 Penyediaan sarana dan prasarana
- Jaringan transportasi
- Jaringan irigasi
- Air bersih
- Listrik
- Pasar
 Peningkatan pelayanan kesehatan
3. Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan
 terdapat peningkatan Penghargaan atau prestasi desa
 terdapat pengembangan dari kelembagaan masyarakat
4. Kemampuan meningkatkan Sumber Daya Manusia
 Adanya peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan dalam suatu
masyarakat. Hal ini untuk menciptakan kesempatan kerja agar an
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
 Adanya pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan melalui
kemampuan berfikir masyarakat melalui materi dasar hitung-menghitung,
membuat perbandingan, mengeluar tertentu.
 Meningkatkan fungsi fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. Fasilitas
pendidikan untuk meningkatkan atau mengembangkan intelektual dan
fasilitas kesehatan untuk mengembangkan fisik masyarakat
2.3 Kriteria KTP2D
1. Kriteria Umum
 KTP2D merupakan satu kesatuan kawasan perdesaan
Lokasi KTP2D adalah satu kesatuan kawasan perdesaan, yang terdiri dari
desa pusat pertumbuhan dan desa-desa hinterlandnya. Pada umumnya desa-
desa tersebut memiliki ikatan, baik secara ekonomi, sosial dan budaya.
Sehingga batasan wilayah bagi lokasi KTP2D dapat merupakan suatu batasan
fisik dan fungsional. Unutk menjaga effisiensi dan efektifitas penanganannya,
maka jumlah desa dalam KTP2D minimal 3 dan 5 termasuk Desa Pusat
Pertumbuhannya (DPP).
 KTP2D tidak memiliki ciri perkotaan
Kawasan perdesaan adalah sasaran dari program KTP2D ini, dengan
demikian wilayah-wilayah yang mencirikan kawasan perkotaan bukan
merupakan alternatif lokasi KTP2D. Berdasarkan Undang-undang Penataan
Ruang No. 4 Tahun 1992, ciri kawasan perdesaan adalah kawasan yang
mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya
alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
 KTP2D bukan merupakan pusat pemerintahan
Terkait dengan batasan dan ruang lingkup KTP2D, khususnya pada tahapan
identifikasi, maka penetapan lokasi KTP2D perlu memperhatikan pusat-pusat
pemerintahan dan daerah hinterland-nya, seperti ibukota kabupaten dan
ibukota kecamatan. Hal tersebut mengingat biasanya pada pusat-pusat
pemerintahan telah memiliki program-program pembangunan, sehingga
dapat menimbulkan tumpang tindihnya program yang pada akhirnya tujuan
dan sasaran dari program KTP2D ini tidak tercapai secara maksimal.
Pada umumnya di daerah-daerah sekitar pusat-pusat pemerintahan
perkembangannya cenderung mengikuti bahkan tergantung pada pusat
pemerintahan, sehingga daerah-daerah yang terpengaruh oleh perkembangan
pusat pemerintahan disebut daerah hinterland pusat pemerintahan yang
biasanya memiliki jarak relatif dekat dan aksesibilitasnya yang tinggi dengan
pusatnya.
 Desa tertinggal tidak dapat menjadi bagian dari KTP2D
Sesuai dengan konsep dasar pembentukan KTP2D, maka desa yang
dikategorikan tertinggal tidak dianjurkan menjadi salah satu hinterland,
karena hampir dipastikan bahwa pemenuhan kebutuhan pada desa tersebut
akan menyedot sumber dana dan perhatian yang diperuntukkan bagi kawasan
garapan, sehingga dapat diperkirakan akan menarik turun klasifikasi
kawasan. Selain itu telah banyak alternatif program yang tertuju pada
desa/kawasan tertinggal baik nasional, regional maupun lokal.
2. Kriteria Khusus
 Kawasan Perdesaan Pusat Jasa dan Pelayanan Lokal
- Merupakan pusat pelayanan (sosial, ekonomi, administrasi, dll.)
 Kawasan Perdesaan Wisata
- Mempunyai potensi wisata yang da dikembangkan menjadikegiatan
utama kawasan Didukung oleh kegiatan lokal yang bersifat
komplementer (perkebunan bunga ata terdapat situs sejarah)
- Mempunyai akses ke jalan regional
- Kawasan Perdesaan Industri
- Terdapatnya pengelompokan kegiatan industri yang dapat dikembangkan
sebagai pusat industri perdesaan berskala kecil dan tidak polutif yang
melayani desa-desa sekitarnya.
- Saat ini telah berkembang sebagai desa industri yang kegiatannya
ditangani masyarakat dengan teknologi setempat
- Didukung oleh kegiatan pertanian yang produknya merupakan bahan
baku industri setempat
 Kawasan Perdesaan Pusat Perdagangan
- Masyarakat pada um membeli/mengulak.
- Memiliki peranan sebagai pemasok barang da hinterland atau bisa juga
dari desa/kota lain
 Kawasan Perdesaan Pertanian/Agro Bisnis
- Kegiatan utama kawasan adalah pertanian yang cenderung surplus
- Produk berorientasi pasar (lokal/regional), dengan mutu dan harga
kompetitif, terjamin ketersediaannya sepanjang tahun
- Fungsi kawasan dikembangkan sebagai daerah pertanian sesuai dengan
RTRW Kabupaten.
2.4 Bentuk KTP2D
Beraganya ciri khas perdesaan di Indonesia, maka sangat dimungkinkan adanya
beberapa alternatif bentuk KTP2D, sebagai berikut:
1. Terdiri dari satu Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dengan beberapa desa hinterland
sekitarnya
Profil KTP2D seperti diatas, biasanya berada di desa-desa di Pulau Jawa dan
Pulau Bali atau Kecamatan yang berdekatan dengan pusat-pusat pertumbuhan yang
ordenya lebih tinggi dan berciri lebih maju dengan kepadatan penduduk yang lebih
tinggi dan kegiatan ekonomi yang sudah lebh mapan. Untuk profil kawasan seperti
dimungkinkan adnaya hinterland yang lebih dari 4 (empat), namun sesuai dengan
pertimbangan efisien dan efektifitas kawasan sebaiknya ditetapkan hanya 5 (lima)
desa termasuk Desa Pusat.
2. Terdiri atas satu Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dengan hinterlandnya berupa desa
dan atau bagian dari desa

Profil KTP2D sebagaimana digambarkan diatas menunjukkan bahwa


keterkaitan antara hinterland dengan desa pusat dan antar hinterland bisa terjadi tidak
menyeluruh artinya hanya bagian-bagian parsial didesa hinterland yang punya
keterkaitan dengan desa pusat maupundengan hinterland lainnya. Namun demikian
pengambilan data dan atau sebutan desa hinterlandnya tetap pada desa induknya
secara keseluruhan.
3. KTP2D yang antara desa dan hinterland dengan desa pusat dibatasi oleh sungai.
Penentuan hinterland berupa dusun didasarkan atas jarak capai/radius keterkaitan
serta ketergantungan dusun-dusun tersebut pada Desa Pusat Pertumbuhan (DPP)
bersangkutan dibidang ekonomi dan pelayanan lainnya.

Hal tersebut dimungkinkan apabila pencapaian antara desa pusat dengan


hinterlandnya relatif mudah, disamping itu memang diantara keduanya punya ikatan
dan keterkaitan baik dibidang ekonomi maupun pemerintahan.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini mengidentifikasi tingkat perkembangan wilayah serta
potensi yang dimiliki Kecamatan Kintamani yang dapat menjadikan desa pusat pertumbuhan
untuk dikembangkan menjadi pusat-pusat agropolitan. Jenis penelitian bersifat deskriptif
merupakan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mendeskriptifkan secara sistematis
berdasarkan data-data yang ada. Menurut Suryana (2010) penelitian deskriptif yang
digunakan terbagi atas 2 pendekatan, yaitu:.
1. Pendekatan Kuantatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka,
mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebu.
2. Pendekatan Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigma,
strategi, dan implementasi model secara kualitatif. Menurut Moleong (2005)
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi
, tindakan, dll. secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dahn dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Kintamani, merupakan salah satu
Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bangli dengan luas wilayah sebesar 366,92 km².
Kecamatan Kintamani terdiri dari 48 desa yang tersebar dari kintamani bagian barat sampai
timur, dan jumlah desa di Kecamatan Kintamani sendiri merupakan yang terbesar di
Kabupaten Bangli. Klasifikasi desa menurut perkembangannya desa dapat dibedakan
menjadi desa swadaya (desa yang masih terikat dengan tradisi), desa swakarya (desa yang
setingkat lebih maju dari desa swadaya), dan desa swasembada (desa maju atau
berkembang). Berdasarkan posisi geografis, Kecamatan Kintamani memiliki batas-batas,
yaitu:
1. Sebelah Utara : Kabupaten Buleleng
2. Sebelah Timur : Kabupaten Karangasem
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Bangli dan Kabupaten Gianyar
4. Sebelah Barat : Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Badung
Peta 3.1
Administrasi Kecamatan Kintamani

3.3 Jenis dan Kebutuhan Data


Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data sekunder, merupakan data
yang diperoleh dari data-data yang telah ada baik itu berupa data yang dikumpulkan oleh
dinas dan pemerintah maupun data hasil dari penelitian terdahulu.
Table 3.1
Kebutuhan Data
No. Uraian Potensi Input Data Penilaian Nilai
Desa
1 A. Potensi sektor 1) Klasifikasi Desa, Secara Swadaya 1
unggulan produksi umum terdapat 3 (tiga) Swakarya 2
dan jasa sebagai klasifikasi desa yaitu desa Swasembada 3
penggerak swasembada, desa swakarya
pertumbuhan dan desa swadaya. Desa
swasembada merupakan desa
yang relatif lebih maju dengan
infrastruktur yang lebih baik
dibandingkan dengan desa
swakarya dan desa swadaya.
2) Jumlah Dominan Rumah : Pertanian/Perikanan 2
Pada umumnya mata Industri Kerajinan 4
pencaharian di daerah Perdagangan dan 3
perdesaan adalah sektor Jasa
pertanian/perikanan, sehingga Lainnya 1
pengembangan aktivitas
ekonominya mengarah pada
pola produksi yang lebih
modern dan bernilai ekonomi
yang lebih tinggi. Penggunaan
mekanisasi
pertanian/perikanan dan
budidaya hasil
pertanian/perikanan untuk
komoditi yang diandalkan
menjadi skala prioritas yang di
kembangkan
3) Pengelolaan Kegiatan Organisasi Petani 3
Pertanian : Pengelolaan Badan Usaha/ 5
kegiatan pertanian/perikanan Perusahaan
yang di terapkan ummnya Tidak ada Organisasi 0
masih di kelola secara individu
dan belum bersifat kelompok
sehingga pemasaran produk
yang dihasilkan menjadi
kurang. Untuk mengatasi
masalah tersebut perlu di
tingkatkan KUD dalam bentuk
yang lebih kongkrit atau
organisasi ekonomi yang lain
yang di bentuk oleh petani itu
sendiri agar menjadi tempat
untuk menggerakkan sektor
ekonomi petani.
4) Jumlah Pabrik : Adanya > 5 buah 5
pabrik akan mempercepat 2-4 buah 3
produksi pertanian/perikanan < 2 buah 1
di suatu desa, kehadiran pabrik
akan mendorong adanya
percepatan tersedianya sarana
dan prasarana untuk
mendukung pengembangan
suatu desa.
5) Sektor Ekonomi Potensial : Sawah/Perkebunan / 1
Pengelolaan komoditi andalan perikanan/ lahan
di suatu desa perlu diubah dari kering
pertanian/perikanan sub- Industri kecil 3
sistem ke pengelolaan yang Industri besar dan 5
lebih modern, disamping itu sedang
sektor potensial ini harus lebih Perdagangan dan 2
di kembangkan dan lebih jasa lain
kreatif agar hasil yang di
peroleh menjadi lebih beragam
(difersifikasi produk). Produk
yang di hasilkan akan dapat
menyerap tenaga kerja yang
ada di pasaran sekaligus dapat
menahan arus urbanisasi yang
semakin meningkat dari waktu
ke waktu.
2 B. Memiliki PSU 1) Fasilitas Pasar : Adanya Pasar/ pertokoan / 5
untuk menunjang fasilitas pasar di suatu desa pasar khusus
perkembangan dapat di jadikan pusat Tidak ada 0
produksi dan jas perdagangan barang dan jasa
sekaligus dapat memberikan
kemudahan bagi produsen dan
konsumen untuk melakukan
transaksi perdagangan di
tempat yang tidak jauh dari
aktivitasnya sehari-hari.
Sedangkan desa di sekitarnya
dapat berproduksi dan
sekaligus sebagai produsen
dan suplier bagi pelaku
ekonomi di kawasan
pengembangan tersebut.
2) Perkreditan : Kawasan yang Bank 5
sedang berkembang akan KUD 3
sangat membutuhkan lembaga Koperasi lainnya 3
keuangan yang dapat Tidak ada 0
memperlancar aktivitas
ekonomi. Kebutuhan ini
seiring dengan kemajuan
aktivitas dari pelaku ekonomi
yang membutuhkan pendanaan
untuk mengembangkan
usahanya. Kehadiran Bank
Umum, BPR atau lembaga
keuangan bukan Bank seperti
Koperasi akan lebih
mempercepat perkembangan
suatu kawasan perdesaan yang
akan terpilih
3) Sarana Penerangan : Jumlah RT dilayani 5
Ketersediaan sarana PLN
penerangan merupakan syarat Jumlah RT dilayani 3
utama bagi perkembangan Non PLN
desa dan bila dikaitkan dengan Lainnya 1
iklim usaha maka pengusaha
sangan membutuhkan untuk
menanamkan investasinya.
4) Sarana Komunikasi : Telepon Umum 5
Jaringan telepon merupakan Telepon RT 3
kebutuhan untuk Tidak ada 0
berkomunikasi. Makin luas
jaringan pelayanan makin
banyak masyarakat
berkomunikasi sehingga akan
mengakibatkan pertumbuhan
yang meningkat.
3 C. Memiliki 1) Sarana Air Bersih : Secara PAM 5
Prasarana untuk umum pelayanan air bersih Air Sumur 3
pelayanan jasa-jasa sangat diperlukan baik Lainnya 1
publik (0-18) diperkotaan maupun di
perdesaan. Pelayanan air
bersih melalui jaringan pipa
masih berada di dekat pusat-
pusat desa atau pusat-pusat
permukiman, sedangkan
daerah yang belum di jangkau
oleh jaringan pipa air bersih
menggunakan sumur gali
ataupun sumur pompa secara
individu.
2) Sarana Sanitasi Lingkungan Diangkut dengan 2
(Persampahan) : Pengelolaan truk ke TPA
sampah melalui tempat Lainnya tanpa lokasi 1
pembuangan akhir (TPA) pembuangan
masih jarang di temui di daerah
perdesaan, pada umumnya
masyarakat membuang dan
membakar sendiri sampahnya
pada halaman rumah masing-
masing. TPA yang baik dapat
di fungsikan untuk mendaur
ulang sampah padat maupun
cair yang apabila di kelola
dengan baik dapat dijadikan
mata pencaharian bagi warga
disekitarnya. Kegiatan daur
ulang yang bernilai ekonomis
ini juga secara tidak langsung
dapat menjaga keberadaan dari
lingkungan hidup dengan
ekosistem yang ada sehingga
keseimbangan alam dapat
terjaga.
3) Fasilitas Pendidikan : SMTP/ Kejuruan 1
Keberadaan sarana dan sederajatnya
fasilitas pendidikan penting SMTA/ kejuruan 3
untuk mempersiapkan Sumber sederajatnya
Daya Manusia yang Akademisi/ 5
berkesinambungan. Minimnya universitas
sarana pendidikan, yang ada
mengakibatkan rendahnya
kualitas sember daya manusia
yang ada , terlebih jika tenaga
SDM tersebut akan masuk pe
pasar tenaga kerja diluar
daerah.
4) Fasilitas Kesehatan : Rumah Sakit/RSB 5
Keberadaan saranadan fasilitas Puskesmas / 3
kesehatan penting untuk Puskesmas
menjaga kesehatan masyarakat Pembantu
di dalam meningkatkan Poliklinik 1
produktivitasnya di dalam
menekuni pekerjaannya, baik
dalam hal bertani/nelayan
maupun pekerjaan jasa
lainnya. Minimnya sarana
kesehatan yang ada
mengakibatkan terganggunya
kualitas kesehatan disamping
akan menambah biaya
transportasi untuk pergi ke
rumah sakit bila terlalu jauh
keberadaannya.
5) Fasilitas Rekreasi : Sarana Bioskop/ Teater 2
dan fasilitas rekreasi bila ada Taman Hiburan 1
akan dapat mendorong Lainnya 0
pertumbuhan desa, dapat
menambah pendapatan bagi
daerahnya dan apabila di
kelola dengan baik dapat
menyerap tenaga kerja yang
tidak sedikit.
4 D. Mempunyai Jumlah Penduduk yang cukup < 25 jiwa/Km2 1
jumlah penduduk untuk memenuhi Skala 25-49 jiwa/Km2 3
yang cukup untuk Ekonomi dan untuk Pelayanan > 50 jiwa/Km2 5
memenuhi skala Sosial Ekonomi menjadi
ekonomi dan untuk potensi sekaligus pemicu
pelayanan sosial berkembangnya suatu desa.
ekonomi (0-15) Untuk menilai tingkat
kepadatan penduduk
digunakan beberapa kategori
penilaian yaitu: (a) Kepadatan
Rendah, (b) Kepadatan
Sedang, Kepadatan Tinggi.
5 E. Mempunyai 1) Lembaga Pemberdayaan Ada 3
kelembagaan Masyarakat (LPM) : Tidak ada 0
masyarakat (0-6) Kelembagaan Masyarakat
dapat mendorong percepatan
pertumbuhan suatu desa
sepertai adanya (LPM)
2) Badan Perwakilan Desa Ada 3
(BPD) : Kelembagaan Tidak ada 0
masyarakat yang ada salah
satunya adalah BPD yang ada
ditingkat Desa/Kelurahan,
6 F. Mempunyai 1) Kualitas Jalan : Kualitas Kualitas jalan aspal 5
lokasi yang mudah Jalan penting untuk menunjang Kualitas jalan 3
dijangkau Daerah perkembangan kawasan diperkeras
Provinsi dan tersebut dapat berfungsi Kualitas jalan tanah 1
Kabupaten atau sebagai Intermediate City,
mempunyai akses sehingga kawasan tersebut
yang baik terhadap layak untuk dilakukan
kota dan desa-desa pengembangan
di sekitarnya (0-15) 2) Sarana Angkutan : Penilaian Terminal 5
berdasarkan Sarana Angkutan Lainnya 0
merupakan suatu indikator
akses yang baik terhadap Kota
dan Desa-Desa sekitarnya
untuk menunjang
perkembangan kawasan
tersebut dapat berfungsi
sebagai Intermediate City,
sehingga kawasan tersebut
layak untuk di lakukan
pengembangan.
3) Modal Angkutan : Kendaraan bermotor 5
merupakan Suatu Indikator 4/3
untuk menunjang Sepeda motor 3
perkembangan kawasan Delman/dokar/ 2
tersebut sehingga kawasan gerobak/ pedati
tersebut layak untuk di lakukan Lainnya 1
pengembangan.
4) Jarak dengan kota lainnya > 25Km 1
dalam kabupaten : Beberapa 10-25Km 3
parameter untuk dapat < 10 Km 5
menentukan suatu lokasi dapat
berkembang sebagai
intermediate city adalah
aksesibilitas yang baik
terhadap Kota dan Desa-Desa
di sekitarnya serta lokasi
tersebut berada diantara
Kabupaten atau Perbatasan.
Sedangkan indikator dari
lokasi tersebut berada diantara
Kabupaten atau Perbatasan
adalah jarak pusat desa dengan
kota terdekat.
7 Desa bebas dari 1) Mitigasi Bencana Alam : Kekeringan 5
gangguan Bencana Alam yang terjadi di Banjir 3
suatu daerah atau desa sangat Gempa Bumi 2
menentukan pertumbuhan Gunung Meletus 1
kawasan tersebut. Oleh sebab Lainnya 0
itu dalam menentukan KTP2D
mitigasi bencana merupakan
salah satu faktor yang perlu
dipertimbangkan. Data yang
diambil adalah Bencana Alam
yang terjadi selama 3 tahun
terkahir
2) Epidemi Penyakit Menular : Muntaber 5
Epidemi penyakit menular Demam Berdarah 3
yang berjangkit di suatu daerah Lainnya 0
atau desa sangat menentukan
pertumbuhan kawasan
tersebut. Oleh sebab itu dalam
menentukan KTP2D, perlu
dipertimbangkan epidemi
penyakit menular yang terjadi
selama 1 tahun terakhir.
8 Penghargaan Penghargaan terhadap desa
Terhadap Desa sangat menentukan
pertumbuhan kawasan
tersebut. Oleh sebab itu dalam
menentukan KTP2D.
Penghargaan terhadap desa
merupakan salah satu indikator
yang perlu di pertimbangkan,
karena penghargaan terhadap
desa merupakan indikator
keberhasilan pembangunan
desa tersebut di bandingkan
dengan desa lain yang tidak
pernah menerima penghargaan
satupun. Penghargaan tersebut
dimulai dari penghargaan di
tingkat Nasional, Propinsi,
Kabupaten sampai ke tingkat
desa.
9 Kajian keterkaitan Letak atau posisi desa terhadap
KTP2D dengan sistem perkotaan atau wilayah
sistem kota sangat menentukan
pertumbuhan kawasan
tersebut. Oleh sebab itu dalam
menentukan KTP2D, posisi
atau letak desa terhadap sistem
kota merupakan salah satu
indikator yang perlu di
pertimbangkan karena letak
desa dalam sistem kota dan
wilayah yang lebih luas
memberikan lokasi kota dan
fungsinya dalam wilayah
Propinsi maupun Kabupaten.
1) Dalam hal ini digunakan
data-data RTRW, RTRW
Propinsi dan RTRW
Kabupaten. Data-data ini
memberikan lokasi kota dan
fungsinya dalam wilayah
Propinsi dan Kabupaten.
2) Di samping itu data Podes
diolah dalam komputer untuk
menghasilkan lokasi skematis
desa-desa dalam
Propinsi/Kabupaten, serta
posisinya dengan jalan
nasional, Propinsi dan
Kabupaten.
3) Dengan menggunakan data
lokasi desa dengan kota serta
prasarana penghubung,
dilakukan kegiatan-kegiatan
untuk melihat aspek-aspek
berikut :
- keterkaitan kota-desa
- persebaran KTP2D dalam
provinsi dan Kabupaten
- Kaitan desa dengan desa-desa
sekitar, termasuk desa
tertinggal
Sumber: Direktorat Pengembangan Permukiman Departemen Pekerjaan Umum, 2006

4 PEMBAHASAN
Kecamatan Kintamani merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten
Bangli memiliki luas sebesar 366,92 km² yang secara geografis terletak pada koordinat
9.097.357,50 m s.d. 9.076.529,26 m Lintang Selatan, dan 305.346,84 m s.d. 329.210,17 m
Bujur Timur. Daerah penelitian ini berada pada ketinggian 900 s.d. 1.550 m dpl, dengan
kondisi topografi landai hingga berbukit. Tingkat kemiringan lahan pada daerah penelitian
berada pada kondisi ds.d. tar hingga kemiringan 60%, dengan sebagian besar wilayah
Kecamatan Kintamani merupakan pedesaan (99%). Secara administratif pemerintahan ,
Kecamatan Kintamani terdiri dari 49 Desa/Kelurahan, 63 Desa Adat, dan 172 Banjar.
Adapun batas wilayah Kecamatan Kintamani adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kabupaten Buleleng
2. Sebelah Timur : Kabupaten Karangasem
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Bangli dan Kabupaten Gianyar
4. Sebelah Barat : Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Badung
Kabupaten Bangli terdiri dari empat kecamatan, yaitu Kecamatan Bangli, Tembuku,
Susut, dan Kintamani. Dari empat kecamatan tersebut, 70% dari luas daerah Kabupaten
Bangli terletak di Kecamatan Kintamani. Kecamatan Kintamani menguasai 366,92 km2 dari
480,61 km2 luas Kabupaten Bangli. Berikut jumlah Desa Adat, Banjar dan penduduk per
desa yang ada di Kecamatan Kintamani:
Table 4.1
Banyaknya Desa/Kelurahan, Desa Adat, Banjar dan Luas Wilayah
Menurut Kecamatan Kintamani Tahun 2019
No. Desa / Kelurahan Desa Adat Banjar Luas Wilayah (Km2)
1 Mengani 1 1 4,27
2 Binyan 1 1 1,48
3 Ulian 1 1 3,53
4 Bunutin 1 1 2,58
5 Langgahan 1 2 3,71
6 Lembean 1 1 3,30
7 Bayung Cenik 1 1 4,01
8 Mangguh 1 1 2,13
9 Belancan 2 3 9,73
10 Katung 1 1 2,80
11 Banua 1 1 2,45
12 Abuan 1 1 3,26
13 Bonyoh 1 1 4,33
14 Sekaan 1 1 2,53
15 Bayung Gede 1 2 10,24
16 Sekardadi 1 3 8,40
17 Kedisan 1 1 11,75
18 Buahan 1 4 14,23
19 Suter 1 5 12,56
20 Abang Batu Dinding 1 7 14,33
21 Abang Songan 1 6 7,08
22 Terunyan 1 5 19,63
23 Songan B 1 18 11,88
24 Songan A 1 15 17,01
25 Batur Selatan 1 11 13,86
26 Batur Tengah 1 8 24,00
27 Batur Utara 1 5 3,36
28 Kintamani 3 9 15,13
29 Serai 1 1 5,38
30 Manikliyu 1 2 5,03
31 Awan 1 2 5,34
32 Belantin 1 8 9,06
33 Gunung Bau 1 1 1,95
34 Belanga 1 1 2,82
35 Batukaang 1 1 1,92
36 Catur 1 3 7,56
37 Pengejaran 1 1 4,11
38 Satra 6 6 11,63
39 Selulung 1 8 5,91
40 Dausa 3 3 6,28
41 Daup 1 1 2,69
42 Bantang 2 2 9,80
43 Kutuh 2 2 4,11
44 Sukawana 3 9 33,61
45 Subaya 1 1 4,04
46 Slakin 2 2 8,84
47 Pinggan 1 1 16,51
48 Belandingan 1 1 6,00
Total 63 172 366,92
Sumber : Kecamatan Kintamani Dalam Angka 2020
Kecamatan Kintamani terdiri dari 48 Desa/Kelurahan dengan 63 Desa Adat dan 172
Banjar. Desa Sukawana merupakan desa dengan luas terbesar yaitu 33,61 Km² dan
terdiri dari 3 Desa Adat dan 9 Banjar. Sedangkan Desa Binyan merupakan desa dengan luas
terkecil yang terdapat di Kecamatan Kintamani hanya 1,48 Km² dengan memiliki 1 Desa
Adat dan 1 Banjar. Untuk desa yang memiliki Banjar terbanyak adalah Desa Songan B yaitu
sebanyak 18, sedangkan untuk Desa Adat terbanyak adalah Desa Satra yaitu 6 Desa Adat.
Untuk menentukan lokasi KTP2D peneliti memilih 8 desa yaitu Desa Kintamani, Desa
BaturUtara, Desa Batur Selatan, Desa Sukawana, Desa Serai, Desa Manikliyu, Desa
Belancan dan Desa Bayung Gede
Table 4.2
Analisis Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa di Kecamatan Kintamani
Desa Desa Desa
Desa Desa Desa Desa Desa
No. Variabel Potensi Desa (PODES) Nilai Batur Batur Bayung Keterangan
Kintamani Sukawana Serai Manikliyu Belancan
Utara Selatan Gede
1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I Potensi Unggulan (0-25)
A. Klasifikasi Desa (0-5)
1. Swadaya 1 V V V V V V V V
2. Swakarya 3 - - - - - - - -
3. Swasembada 5 - - - - - - - -
B. J. Dominan Rm. Tangga Ekonomi (0-
5)
1. Dibidang Pertanian 2 V V V V V V V V
2. Dibidang Industri dan Kerajinan 5 V V V V V V V V
3. Dibidang Perdagangan dan Jasa 3 - - - - - - - -
4. Dibidang Lainnya 1 - - - - - - - -
C. Pengelolaan Kegiatan (0-5)
1. Organisasi Pertanian/Nelayan 3 V V V V V V V V
2. Badan Usaha/Perusahaan 5 - - - - - - - -
3. Tidak Ada Organisasi 1 - - - - - - - -
E. Sektor Ekonomi Potensial (0-5)
1. Sawah/Perkebunan/Perikanan/Lahan 1 V V V V V V V V
Kering
2. Industri Kecil (0-25) = 1 (25-50) = 2 3 - - - - V V - -
(50-100) = 3
3. Industri Besar dan Sedang 5 - - - - - - - -
4. Perdagangan dan Jasa 2 - - - - - - - -
Jumlah 12 12 12 12 15 15 12 12
II Memiliki PSU Untuk Menunjang Perkembangan Produksi dan Jasa (0-16)
A. Fasilitas Pasar (0-5)
1. Pasar/Pertokoan/Pasar Khusus 5 V - - - - V - -
2. Hotel/Penginapan 5 - - V - - - - -
3. Restoran/Rumah Makan 3 - - - - - - - -
4. Kios/Warung 1 - V - V V - V V
B. Perkreditan (0-5)
1. Bank 5 V V V V V V V V
2. KUD 3 - - - - - - - -
3. Koperasi Lainnya 3 - - - - - - -
4. Tidak Ada 0 - - - - - - - -
C. Sarana Listrik (0-5)
1. Jumlah Rumah Tangga dilayani PLN 5 V V V V V V V V
2. Jumlah Rumah Tangga dilayani Non 3 - - - - - - - -
PLN
3. Lainnya 1 - - - - - - - -
D. Sarana Komunikasi (0-6)
1. Telepon Umum 3 - - - - - - - -
2. Telepon RT 2 - - - - - - - -
3. Tidak Ada 1 - - - - - - - -
Jumlah 15 11 15 11 11 15 11 11
III Memiliki PSU untuk Pelayanan Jasa Publik (0-18)
A. Sarana Air Bersih (0-3)
1. PAM 2 V V V V V V V V
2. Air Sumur 1 - - - - - - - -
3. Lainnya 0 - - - - - - - -
B. Sarana Sanitasi Lingkungan/
Persampahan (0-3)
1. Diangkut dengan truk 2 V - - - - - - -
2. Lainnya (Tanpa Lokasi 1 V V V V V V V
Pembuangan)
C. Fasilitas Pendidikan (0-5)
1. TK/SD/SLTP/SLTA/Kejuruan
Sederajat Akademi/Universitas
<3 1 - V - - V V V -
3-4 3 - - V - - - - V
>5 5 V - - V - - - -
D. Fasilitas Kesehatan
1. Rumah Sakit 5 - - - - - - - -
2. Puskesmas/Puskemas Pembantu 3 V - - - - - - V
3. Poliklinik 1 - - V - - - - -
E. Fasilitas Kantor Pos (0-5)
1. Ada Kantor Pos 2 - - V - - - - V
2. Tidak Ada Kantor Pos 0 - - - - - - - -
F. Fasilitas Rekreasi
1. Bioskop/Teater 2 - - - - - - - -
2. Taman Hiburan 1 - - - - - - - -
3. Lainnya 0 - - - - - - - -
Jumlah 12 4 9 8 4 4 4 11
IV Jumlah Penduduk untuk memenuhi skala ekonomi untuk pelayanan sosial ekonomi (0-15)
A. Kepadatan Penduduk (0-15)
1. > 50 jiwa/Km2 15 - - - - - - - -
2. 25-49 jiwa/Km2 10 - - - - - - - -
3. <25 jiwa/Km2 5 V V V V V V V V
Jumlah 5 5 5 5 5 5 5 5
V Mempunyai Kelembagaan Masyarakat (0-6)
A. Tipe LKMD (0-3)
1. Type 1 1 - - - - - - - -
2. Type 2 2 - - - - - - - -
3. Type 3 3 V V V V V V V V
B. Badan Keswadayaan Masyarakat
(Ada/Tidak ada) (0-3)
1. Ada 3 - - - - - - - -
2. Tidak Ada 0 V V - - - - - -
Jumlah 6 6 3 3 3 3 3 3
VI Mempunyai lokasi yang menyebar di Daerah Tingkat II dan Kecamatan (0-15)
A. Kualitas Jalan (0-5)
1. Aspal 5 V V V V V V V V
2. Diperkeras 3 - - - - - - - -
3. Tanah 1 - - - - - - - -
B. Sarana Angkutan
1. Terminal 5 - - - - - - - -
2. Lainnya 0 V V V V V V V V
C. Mode Angkutan (0-5)
1. Kendaraan bermotor roda 4/3 5 V V V V V V V V
2. Sepeda Motor 3 - - - - - - - -
3. Delman/Dokar/Gerobak/Pedati 2 - - - - - - - -
4. Lainnya 1 - - - - - - - -
D. Jarak Desa ke Ibukota Kabupaten (0-
5)
1. > 25 Km 1 - - - - - - - -
2. 10-25 Km 3 - - - - - - V -
3. < 10 Km 5 V V V V V V - V
Jumlah 15 15 15 15 15 15 13 15
VII Desa Bebas dari gangguan (0-5)
A. Bencana Alam (0-3)
1. Kekeringan 5 - - - - - - - -
2. Banjir 3 - - - - - - - -
3. Gempa Bumi 2 - - - V - - - -
4. Gunung Meletus 1 - - - - - - - -
B. Epidemi penyakit menular (0-2)
1. Muntaber 5 - - - - - - - -
2. Demam Berdarah 3 - - - - - - - -
3. Lainnya 0 - - - - - - - -
Jumlah 0 0 0 2 0 0 0 0
Total 65 53 59 54 53 57 50 57
Sumber: Direktorat Pengembangan Permukiman Departemen Pekerjaan Umum, 2006
Table 4.3
Status Desa Perkotaan-Pedesaan di Kecamatan Kintamani
Berdasarkan Badan Pusat Statistik 2020
No. Nama Desa Status Desa
1 Kintamani Pedesaan
2 Batur Utara Pedesaan
3 Batur Selatan Pedesaan
4 Sukawana Pedesaan
5 Serai Pedesaan
6 Manikliyu Pedesaan
7 Belancan Pedesaan
8 Bayung Gede Pedesaan
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

Untuk tahapan interpretasi nilai terdapat beberapa syarat dalam pemutusan desa
sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) atau Desa Potensial yaitu sebagai berikut:
1. Desa dengan nilai 64-100, dipilih sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP)
2. Desa dengan nilai 45-64 dipilih sebagai Desa Potensial untuk menjadi Desa Pusat
Pertumbuhan (DPP)
3. Desa dengan nilai kurang dari 45 merupakan desa-desa biasa
Apabila data di suatu desa tidak lengkap maka nilai tertinggi diambil sebagai
pembanding, maka rumusan menjadi 100 dibagi pembanding dikalikan nilai podes di daerah
setempat, kemudian dengan kriteria bekas gangguan bencana alam dan penyakit, DPP dan
KTP2D hasil interpretasi diseleksi sedemikian rupa sehingga diperoleh DPP dan KTP2D
yang bebas terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam dan wabah penyakit.
Berdasarkan hasil analisis diatas, diketahui bahwa Desa Kintamani memiliki skor
paling tinggi yaitu sebesar 65 dimana menjadi sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP).
Untuk Desa Potensial menjadi Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) diurutkan yaitu Desa Batur
Selatan dengan skor 59, Desa Manikliyu dengan skor 57, Desa Bayung Gede dengan skor
57, Desa Sukawana dengan skor 54, Desa Batur Utara dengan skor 6, Desa Serai dengan
skor 53, dan yang terakhir adalah Desa Belancan dengan skor 50.
Peta 4.1
Analisis KTP2D Kecamatan Kintamani

5 KESIMPULAN

Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) merupakan kawasan


pedesaan yang memiliki potensi pengembangan serta berperan dalam perkembangan dan
pertumbuhan suatu kawasan perdesaan di sekitarnya.berdasarkan hasil analisa dapat
disimpulkan bahwa Desa Kintamani merupakan Desa Pusat Pertumbuhan yang terdapat di
Kecamatan Kintamani. Sedangkan untuk Desa dalam kategori Desa Potensial adalah Desa
Batur Selatan, Desa Manikliyu, Desa Bayung Gede, Desa Sukawana dan Desa Batur Utara.
Mengacu pada hasil analisis potensi desa dalam penentuan Kawasan Terpilih Pusat
Pengemba ngan Desa serta kesimpulan yang ada, maka masih sangat diperlukan pemerataan
terutama dalam hal sarana dan prasarana guna menunjang potensi yang terdapat di desa.
DAFTAR PUSTAKA
Iwan Mulyawan. 2009. Pengembangan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) Kabupaten
Kuningan Provinsi Jawa Barat. Tesis Universitas Gadjah Mada Program Studi Geografi.
Muta’ali, L,, 2003. Studi Penentuan Desa-Desa Pusat Pertumbuhan di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Majalah Geografi Indonesia, 18(1):31-44
Trinusito. 2017. Identifikasi Desa Pusat Pertumbuhan Dalam Kerangka Pengembangan
Kawasan Agropolitan (Studi Kasus: Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen, Provinsi
Jawa Tengah). Institut Pertanian Bogor Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan
Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Ciptakarya, Departemen
Pekerjaan Umum. 2006. Panduan Praktis Identifikasi Lokasi KTP2D
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli, Kecamatan Kintamani Dalam Angka 2020
Peraturan Daerah Kabupaten Bangli Nomor 8 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Semesta Berencana Kabupaten Bangli Tahun 2016 - 2021

Anda mungkin juga menyukai