Anda di halaman 1dari 68

Rev is i P eny us unan Renc ana Det ail Tat a Ruang K ot a (RDTRK ) S

of if i
P ropins i Maluk u Ut ara Tahun 2009-

2
TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1. Tinjauan Kebijakan Tata Ruang
2.1.1. RTRW Propinsi Maluku Utara
Perencanaan tata ruang wilayah Propinsi Maluku Utara, perlu mengacu
kepada Strategi Kebijaksanaan wilayah yang telah ditetapkan di Tingkat
Nasional. Berdasarkan GBHN Tahun 1999 dan Strategi Kebijaksanaan
pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh Menko perekonomian/ Bappenas
tahun 2000 diuraikan sebagai berikut :
1. Mengacu pada rencana tata ruang wilayah, baik nasional maupun lokal
untuk mendukung kesinambungan dan keserasian pembangunan.
2. Menekankan peran pemerintah di dalam pembangunan daerah sesuai
dengan azas otonomi dan desentralisasi.
3. Pengembangan wilayah didasarkan pada pemanfaatan keunggulan
komparatif dan kompetitif di setiap daerah agar tercapai keserasian
perkembangan ekonomi antar daerah.
4. Mendorong peningkatan ekonomi wilayah yang menunjang peningkatan
kesempatan kerja dan kesempatan berusaha serta keterkaitan antar
wilayah yang saling menguntungkan.
5. Mendorong pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh.
6. Mempercepat kemajuan kegiatan ekonomi perdesaan dalam rangka
peningkatan pendapatan masyarakat perdesaan.
7. Meningkatkan aksesibilitas wilayah tertinggal untuk mendorong
percepatan pembangunan di wilayah itu.
8. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dan ketertiban
daerah perbatasan.
9. Meningkatkan kemampuan pengelolaan perkotaan dan perdesaan
dalam penyediaan sarana, prasarana dan pelayanan umum.
10. Meningkatkan kerjasama kemitraaan antara pemerintah, masyarakat
dan dunia usaha dalam pembangunan daerah.

II1
LAPORAN AKHI
R
2.1.1.1. Visi Pembangunan Daerah Menurut RTRW Propinsi Maluku Utara
Dalam pola dasar Propinsi Maluku Utara tahun 20032007 disebutkan
visi pembangunan daerah, adalah sebagai berikut:
”Terwujudnya Propinsi Maluku Utara sebagai Propinsi Kepulauan, dalam
Lingkungan Masyarakat Yang Agamis, Berbudaya, Maju, Damai, Mandiri, Adil,
Dan Sejahtera Berbasis Sumber Daya, Tahun 2023.”
Kondisi yang secara bertahap ingin dicapai dengan ditetapkannya visi
tersebut, antara lain:
1. Terbentuknya Maluku Utara sebagai Propinsi kepulauan dengan
keragaman sosiokultural yang dinamis dan inovatif, berbasis pada
sumber daya yang mengedepankan penghayatan nilainilai ajaran
agama, ilmu pengetahuan dan teknologi serta moral masyarakat yang
berlandaskan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Terlaksananya pelayanan pemerintahan yang handal, efesien dan
transparan di dalam suasana kehidupan yang aman dan tentram dalam
kerangka otonomi daerah.
3. Terciptanya kondisi yang kondusif bagi partisipasi masyarakat secara
luas dalam pembangunan daerah yang bertumpu pada tata nilai budaya
serta sumberdaya yang berkelanjutan dengan mengembangkan
kerukunan hidup antar warga masyarakat, baik antar agama, suku dan
budaya.
4. Tersedianya lapangan kerja yang memberikan penghasilan cukup
secara adil dan merata.
5. Terciptanya masyarakat yang menghormati Hak Asasi Manusia dalam
segala aspek kehidupan.
6. Terciptanya tingkat kesehatan dan gizi masyakarat yang cukup baik,
sehingga faktor sumberdaya manusia yan maju, mandiri, dan sejahtera
dalam lingkungan yang sehat, sehingga dapat diandalkan sebagai
sumber daya pembangunan.

2.1.1.2. Misi Pembangunan Daerah Menurut RTRW Propinsi Maluku Utara


Berdasarkan visi pembangunan serta kondisi yang diharapkan akan
terbentuk secara bertahap tersebut di atas, maka ditetapkan misi pembangunan
daerah, sebagai berikut:
1. Mendorong terwujudnya penghayatan dan pengalaman nilainilai ajaran
ajaran agama yang menghargai keberagaman.
2. Mendukung terciptanya wawasan kebangsaan dan sistem keamanan
yang tangguh .
3. Mewujudkan sistem dan iklim pendidikan yang agamis, demokratis,
berkualitas serta menguasai IPTEK.
4. Mewujudkan kehidupan sosial budaya yang sehat, dinamis dan berdaya
tahan dari pengaruh globalisasi.
5. Mendorong terwujudnya sistem dan kesadaran hukum yang menjamin
tegaknya supremasi hukum dan HAM.
6. Mengembangkan ekonomi kerakyatan berbasis sumber daya lokal yang
berdaya saing dan berkelanjutan.
7. Memantapkan pelaksanaan otonomi daerah yang berbasis pada
pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
8. Meningkatkan dan mengembangkan infrastruktur wilayah yang
berkelanjutan.

2.1.1.3. Arah Kebijakan Pembangunan Daerah


Strategi Jangka Panjang Pembangunan di Propinsi Maluku Utara adalah
sebagai berikut:
1. Mendukung pembangunan sektorsektor ekonomi dengan penekanan
sektor unggulan, secara terpadu dan tersinergi antar sektor dan antar
wilayah.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang dapat diandalkan
dalam persaingan global.
3. Memantapkan ekonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan
bertanggung jawab yang didukung aparatur pemerintah yang handal,
profesional, transparan dan akuntabel.
Sedangkan strategi jangka pendek meliputi:
1. Menanggulangi dampak pasca konflik harizontal, dengan menciptakan
kondisi politik dan sosial ekonomi yang lebih kondusif melalui
penciptaan kesempatan kerja dan usaha bagi masyarakat miskin.
2. Menyiapkan perangkat lunak dan perangkat keras bagi aparatur
pemerintah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan penyiapan
infrastruktur di wilayahwilayah pemekaran.
3. Menjamin kehandalan ketahanan pangan yang merata kepada segenap
masyarakat di wilayahwilayah rawan pangan.
4. Mengantisipasi dan menanggulangi dampak bencana, baik fisik maupun
non fisik yang terencana dengan baik.

2.1.1.4. Pengembangan Sistem KotaKota


Pengembangan sistem Kotakota dimaksud sebagai upaya untuk
menetapkan Kotakota yang ada di Propinsi Maluku Utara agar berkembang
sesuai dengan fungsi pelayanan dan interaksi baik antar kota maupun terhadap
wilayah belakangnya agar lebih sinergis dalam rangka pengembangan wilayah.
Dibawah ini dijelaskan pembagian kotakota secara hirarkis, sebagai berikut:
1. Hirarki Pertama :
Kota Ternate dan Sofifi, sebagai Pusat pelayanan Pemerintahan
2. Hirarki Kedua :
Kota Tidore, Jailolo, Tobelo, Maba, Weda, Labuha, dan Sanana,
Sebagai pusat pelayanan pemerintahan kabupaten
3. Hirarki Ketiga :
Kota Galela, Daruba, Berebere, Kao, Malifut, kedi, Tongute Sungi,
Sahu, Sidangoli, Buli, Wasile, Payahe, Gurapin, Laiwui, Mafa, Saketa,
Babang, Falabisahaya, dan Bobong
4. Hirarki Keempat:
Kota Wayabla, Durume, Wayaloar, Indari, Moti dan Ngafakiaha

2.1.1.5. Konsep Umum Pengembangan Struktur Tata Ruang Intra Wilayah


Konsep pengembangan struktur tata ruang intra wilayah Maluku Utara
adalah memperkuat Struktur Internal Tata Ruang Maluku Utara. Peluang
berinteraksi langsung dengan wilayah luar, harus dimanfaatkan sebaik mungkin
dengan sebelumnya memperketat struktur internal tata ruang Maluku Utara
sendiri. Dalam jangka menengah nampaknya dengan jumlah penduduk Maluku
Utara yang tidak terlalu besar, maka keseluruhan kesatuan wilayah Maluku Utara
dapat dilakukan bertahap yaitu:
1. Memulai dengan memperkuat struktur kegiatan dan implikasi ruangnya
bagi kawasankawasan di sekitar Kota Ternate dan Kota Tidore yang
relatif maju. Hal ini dapat dicapai dengan mengembangkan kegiatan
ekonomi 9 kota (jasa perdagangan) dan pelabuhannya sebagai simpul
keterkaitan di wilayah bagian barat Halmahera. Bersamaan dengan itu
dilakukan pengembangan di kotakota sebagai ibukota kabupaten untuk
menjadi pusat pertumbuhan di daerah belakangnya (hinterland) yaitu:
Kota Tobelo sebagai pusat pertumbuhan di Halmahera bagian Utara
Kota Maba sebagai pusat pertumbuhan di Halmahera bagian Timur
Kota Weda sebagai pusat pertumbuhan di Halmahera bagian Tengah
Kota Labuha sebagai pusat pertumbuhan di Pulau Bacan dan
Halmahera Selatan
Kota Sanana sebagai pusat pertumbuhan di Kepulauan Sula
Selain itu, kotakota tersebut difungsikan juga sebagai pusat pelayanan
fasilitas sosial dan ekonomi untuk masingmasing lingkup pelayanan.
2. Kota Sofifi yang berlokasi di antara dua kabupaten ini akan
dikembangkan sebagai ibukota Propinsi yang berfungsi administrasi
tingkat Propinsi dan Budaya. Kota ini akan menjembatani antar wilayah
kabupaten
3. Memperkuat pola keterkaitan dengan wilayah luar melalui
pengembangan kawasan ”lautpulau” dan pusatpusat pertumbuhan
yang berperan sebagai pintu masuk bagi wilayah pulau dan kota lainnya
4. Disamping dalam pandangan jauh kedepan tadi, dari sekarang sudah
harus diantisipasi perlunya komplementariti dan keterkaitan kegiatan
fungsional yang dikembangkan antara Kota Ternate, Kota Sofifi dan
Ibukota Kabupaten menjadi satu kesatuan.
Kota Sofifi saat ini berada di tingkat/hirarki Pusat Kegiatan Lokal (PKL),
seiring Kota Sofifi menjadi Ibu Kota Propinsi Maluku Utara, maka Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) Kota Sofifi yang dalam kurun waktu perencanaan diusulkan menjadi
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

2.1.1.6. Strategi Pengembangan Tata Ruang Makro


Strategi pengembangan tata ruang makro di Propinsi Maluku Utara
diarahkan untuk mewujudkan struktur tata ruang Propinsi yang terintegrasi
dengan pengembangan wilayah daratan dan laut, yaitu kearah pemanfaatan
hubungan yang sudah ada antara wilayahwilayah Propinsi Maluku Utara dengan
wilayah luarnya. Dalam hal ini terutama hubungannya dengan pulau Sulawesi
dan Irian Jaya. Strategi pengembangan tata ruang makro ini dimaksudkan agar
dalam hubungan Maluku Utara dengan daerah luarnya ini, dapat menarik
manfaat lebih banyak, dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya, melalui
peningkatan nilai tambah dan memanfaatkan potensi pulau lain sebagai pasar
hasilhasil produksi barang yang telah diproses di Maluku Utara. Selain itu
strategi pengembangan tata ruang makro diarahkan pula untuk meningkatkan
akses Maluku Utara dengan potensi pasar di luar Maluku Utara.
Dengan demikian maka strategi tata ruang Propinsi Maluku Utara
secara makro dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengembangkan Kotakota yang akan berperan sebagai pusatpusat
pertumbuhan (growth centre) di Propinsi Maluku Utara
Kotakota yang merupakan pusatpusat pertumbuhan regional dalam hal
ini kota yang berperan sebagai koleksi distribusi internal, maupun
sebagai pintu gerbang bagi wilayah Propinsi dan Kabupaten dalam
hubungannya dengan daerah luarnya.
Kota Ternate mengembangkan fungsi lebih khusus yaitu tetap
sebagai pusat jasa dan perdagangan, kebudayaan, dan pendidikan
dan pintu gerbang wilayah Propinsi. Dalam aspek komplementari
fungsional, kota ini akan melakukan integrasi pelayanan fungsional
dengan Kota Tidore, kawasan Sidangoli, Kota Sofifi.
Pengembangan Kota Sofifi akan berkembang menjadi pusat
pemerintahan Propinsi sesuai dengan kebijaksanaan daerah
sehingga perlu dibangun prasarana dan saranan wilayah yang
memadai.
Pengembangan kotakota yang berperan sebagai ibukota kabupaten
dan pusat koleksi dan distribusi kegiatan sosial ekonomi serta pusat
pelayanan, pengembangan kota ini terkait juga dengan
pengembangan wilayah daratan Pulau Halmahera, Bacan, dan
kepulauan Sula.
2. Meningkatkan Aksesibilitas Propinsi Maluku Utara dengan pusat
Pasaran Nasional melalui pengembangan Sistem Jaringan Transportasi
Laut dan Udara yang terintegrasi
Pengembangan sistem Transportasi laut diarahkan dan diprioritaskan
pada pusat pelayanan regional yaitu pelabuhan Ternate yang akan
menjadi pintu gerbang Maluku Utara dalam kegiatan perekonomian
dan perdagangan.
Pengembangan sistem transportasi udara yang berlokasi di kota
pelayanan Ternate, Sanana, Kao, Daruba dan Buli akan
dikembangkan sesuai dengan fungsinya terutama untuk melayani
daerahdaerah belakang yang lebih terbatas di kabupatenkabupaten
yang terkait.
Strategi pengembangan tata ruang makro ini didukung dan
diintegrasikan dengan strategi pengembangan tata ruang mikro agar
berhasil guna dan berdaya guna bagi pembangunan Wilayah Maluku
Utara.
3. Meningkatkan Peran Kota/ Pusat Pertumbuhan yang berfungsi sebagai
pintu keluar/ masuk (multi gate) bagi kawasan laut pulau sekitarnya
melalui pengembangan prasarana dan sarana serta jaringan
Transportasi yang terintegrasi
Pengembangan ini diarahkan pada kotakota yang berfungsi sebagai
pintu keluarmasuk dari wilayah luar terhadap kota dan wilayah pulau
lainnya.
Pengembangan diprioritaskan pada pengembangan prasarana dan
sarana dasar kota serta jaringan transpotasi yang menghubungkan
dengan wilayah pelayanannya.

2.1.1.7. Strategi Pengembangan Sistem KotaKota


Strategi pengembangan kotakota di Propinsi Maluku Utara baik Sofifi,
ibukota kabupaten maupun ibukota kecamatan dan periode jangka menengah ini
secara umum diarahkan untuk memperkuat keterkaitan ekonomi dan spasial di
dalam wilayah daratan di pulaupulau besar seperti Pulau Halmahera, Pulau
Bacan dan Kepulauan Sula. Pengembangan wilayah daratan pulau ini akan
dapat membentuk suatu kesatuan ekonomi yang solid dan spasial serta efesien
dalam hal penyediaan prasarana wilayah.
Fungsifungsi yang sudah ada di kotakota yang terpilih sebagai pusat
pusat pertumbuhan diperkuat dengan tetap mengacu pada pandangan jauh
kedepan agar terbentuk kesatuan sistem yang mempunyai hirarki dan fungsi
saling mengisi. Secara rinci terdapat 5 (lima) strategi yang diajukan:
1. Mengembangkan keterkaitan antar kota secara fungsional dan tata
ruang
Banyaknya kotakota kecil yang merupakan pusatpusat permukiman
penduduk yang saling dipisahkan oleh laut dan sulit dijangkau
merupakan indikasi keterpecahan ruang di Wilayah Maluku Utara.
Untuk mencapai kesatuan wilayah perlu dikembangkan keterkaitan
antar kota.
Pengembangan keterkaitkan secara fungsional dilakukan dengan
pengembangan fungsi pelayanan kota yang terintegrasi antara
ibukota Propinsi, ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan.
Sedangkan pengembangan keterkaitan secara tata ruang dilakukan
dengan meningkatkan aksesibilitasnya terutama dengan
pengembangan jaringan jalan. Pengembangan jaringan jalan juga
ditujukan untuk mencapai pemerataan pembangunan.
Pengembangan jaringan jalan ini perlu melihat tingkatan kepentingan
dan potensi kotakota bersangkutan.
2. Mengembangkan Kota Pelabuhan Ternate sebagai Pusat Strategis
pengembangan
Sampai saat ini Kota Ternate telah berfungsi sebagai pusat jasa
perdagangan dan kota pelabuhan selain di masingmasing kota
kecamatan. Pengembangannya lebih lanjut dapat memanfaatkan
prasarana dan sarana yang telah ada (efesien). Selanjutnya, kota ini
diarahkan lebih lanjut sebagai gerbang masuk/ keluar Propinsi
maluku Utara dan wilayah Pulau Halmahera.
3. Mengembangkan Kota Sofifi berfungsi sebagai ibukota Propinsi
Pada masa yang akan datang, kota sofifi disiapkan perkembangan
kotanya sebagai ibukota pemerintahan Propinsi Maluku Utara.
Sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pemerintahan,
perdagangan, kebudayaan, pendidikan, dan jasajasa lain. Hal ini
sesuai dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan Propinsi.
Pengembangan Kota Sofifi sebagai pusat administrasi pemerintahan
Propinsi perlu diintegrasikan dengan pengembangan Kota Ternate,
Tidore, dan Sidangoli serta didukung oleh kotakota yang termasuk
dalam sistem kotanya.
4. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi ibukota kabupaten terutama
sebagai pusat wilayah belakangnya (hinterland)
Fungsi ibukota kabupaten dalam sistem kotakota perlu ditingkatkan
untuk lebih dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan. Maka
diarahkan agar kotakota itu juga menjadi atau meningkatkan
fungsinya sebagai pusat kegiatan koleksi dan distribusi bagi wilayah
belakang. Pola penyebaran kotakota mengikuti pembentukan
pembagian wilayah administrasi dan lingkup pelayanan
5. Mengembangkan kotakota sebagai pusat pelayanan yang berhirarki
Fungsi kotakota dalam sistem kota perlu ditingkatkan dalam
kaitannya dengan fungsi pusat pelayanan fasilitas sosial ekonomi
yang memiliki lingkup pelayanan yang berhirarki. Wilayah Propinsi
terdapat hirarki kota yang terdiri dar orde I, II, III, dan IV yang masing
masing memiliki fungsi dan lingkup pelaynan sehingga dalam
pengalokasian jenis fasilitas sosial ekonomi mengikuti hirarki
tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar tercapai efesiensi dalam
pembiayaan pembangunan fasilitas.

2.1.1.8. Strategi Pengembangan Prasarana Wilayah


Strategi pengembangan prasarana wilayah disusun berdasarkan fungsi
utamanya sebagian pendukung dan penunjang terbentuknya struktur tata ruang
yang terintegrasi dan efesien dalam pembiayaan penyediaan prasarana wilayah
yang ada gilirannya diharapkan membentu usaha pengembangan dan
pembangunan wilayah dalam arti luas.
Sesuai dengan permasalahan pembangunan dan tata ruang di Propinsi
Maluku Utara pengembangan prasarana wilayah yang akan mendukung tujuan
tujuan penataan ruang terutama adalah prasarana perhubungan/ transportasi
yang meliputi darat, laut, sungai, dan udara, prasarana pengairan, energi/ listrik
dan telekomunikasi.
1. Strategi pengembangan prasarana perhubungan/ transportasi, dapat
dibedakan menurut peruntukannya, sebagaimana yang akan dijelaskan
dibawah ini:
Pembangunan Prasarana Perhubungan Laut terutama diarahkan
meningkatkan hubungan interregional yaitu hubungan antara
pelabuhan yang telah ada di Propinsi Maluku Utara dengan
pelabuhan yang ada di luar Propinsi, dapat terselenggara dengan
baik. Selain itu juga mengembangkan perdagangan antar pulau perlu
diadakan hubungan laut secara reguler. Perlu pula dikembangkan
fungsi pelabuhanpelabuhan laut untuk mendukung pengembangan
wilayah terutama yang erat kaitannya dengan pusatpusat
pengembangan yaitu Kota Sofifi, ibukota kabupaten dan kotakota
lainnya
Pembangunan Prasarana Jalan untuk menghubungkan intra pulau
besar maupun kecil. Pengembangan jalan raya di pulau Halmahera
terkait dengan pengembangan ibukota Propinsi (Kota Sofifi) serta
meningkatkan aksesibilitas antara kota ini dengan kawasan
Sidangoli, Kota Tobelo, Jailolo, Maba, Weda, dan Kota kecamatan
lainnya. Selain itu, pengembangan jalan dimanfaatkan untuk
meningkatkan aksesibilitas antara pusatpusat produksi dengan
daerah pemasaran, mendukung pengembangan daerah pedalaman,
mempelancar perhubungan antar kota, serta mendukung
pengembangan sektor lainnya. Yang didukung dengan rencana
sarana terminal type B untuk Kota Sofifi.
Pengembangan Angkutan Udara diarahkan agar hubungan pusat
pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan lainnya, baik di dalam
Propinsi Maluku Utara maupun dalam hubungan dengan daerah di
luar Propinsi terjamin.
2. Strategi pengembangan prasarana pengairan, diarahkan di wilayah
potensial untuk mendukung pengembangan usaha pertanian tanaman
pangan, terutama persawahan lahan basah dan psang surut
mendukung perkebunan
3. Strategi pengembangan energi, diarahkan untuk mendukung
pengembangan kawasankawasan yang potensial bagi pengembangan
perindustrian dan pertambangan
4. Strategi pengembangan prasarana telekomunikasi, diarahkan untuk
mendukung kawasankawasan yang sulit dijangkau oleh prasarana
perhubungan/ transportasi terisolir dan rawan bencana alam, dan
kawasankawasan yang akan menjadi pusatpusat pengembangan
wilayah (industri dan pariwisata)

2.1.2 RTRW Ibu Kota Sofifi

2.1.2.1. Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah


Sebagai bagian dari wilayah Propinsi Maluku Utara yang akan
dikembangkan menjadi Ibukota Propinsi Maluku Utara yang tentunya akan
memberikan dampak yang besar terhadap pola struktur ruang wilayah Propinsi
Maluku Utara, keberadaan Kota Sofifi tidak dapat dilepaskan dari fungsi dan
peranannya dalam konstelasi wilayah yang lebih luas. Dalam kaitan inilah maka
Rencana Struktur Tata Ruang (STR) Kota Sofifi secara eksternal diarahkan pada
terbentuknya sistem pusat di wilayah Propinsi Maluku Utara yang terintegrasi
dengan pusatpusat pengembangan lainnya yang sudah lama berkembang,
terutama dengan pusatpusat pengembangan seperti Kota Ternate, Kota Soasio,
dan Kota Sidangoli. Fungsi pengembangannya Kota Sofifi secara eksternal
adalah sebagai kota pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa sub regional,
pariwisata, dan industri.
Dalam rencana sistem pusat kegiatan kota ditetapkan pembagian
wilayah pengembangan kota (WP atau BWK) sesuai dengan karakteristik dan
arahan pengembangan kegiatan fungsional serta hierarki pada pusatpusat
kegiatan kota sesuai dengan skala pelayanannya.
Dalam rangka pengembangan struktur tata ruang Kota Sofifi, diarahkan
terbentuknya empat BWK, yang didasarkan pada pertimbangan :
1. Karakteristik perkembangan, yang tercermin dari proporsi kawasan
terbangun kota, pola kepadatan penduduk (baik kepadatan bruto dalam
luas wilayah secara keseluruhan, maupun kepadatan netto dalam
kawasan terbangun);
2. Homogenitas kegiatan; dan
3. Potensi kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan
terbangun kota.
Untuk melayani kegiatan perkotaan di tiap BWK sesuai dengan arahan
pengembangannya masingmasing, ditetapkan pula pusatpusatnya dengan
arahan pengembangannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Pembagian BWK dan Arahan Pengembangan Tiap Sub BWK Kota
Sofifi

Bagian Wilayah Kota Arahan Pengembangan

BWK – 1 Pariwisata
Perumahan
BWK – 2 Pemerintahan
Perdagangan dan Jasa (CBD)
Pelabuhan/dermaga penumpang
Perumahan
BWK – 3 Pelabuhan/dermaga penumpang
Perumahan
BWK – 4 Pelabuhan/dermaga penumpang dan barang
Industri pengolahan
Perdagangan dan Jasa
Perumahan
Sumber : RTRW Ibukota Propinsi Maluku Utara Tahun 2000

Adanya pembagian wilayah pengembangan kota serta pusatpusat


kegiatan kota yang memunculkan pusatpusat baru diharapkan dapat diwujudkan
struktur tata ruang kota yang lebih baik yakni adanya keseimbangan
perkembangan serta semakin berkurangnya beban pelayanan di pusat kota.

K aw a sa n Tida k Te rb an gu n/Rua ng Te rb u ka Hijau


Kawasan atau ruang terbuka hijau adalah ruang dalam wilayah kota
dalam bentuk area atau jalur dimana dalam pemanfaatannya lebih bersifat
terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam kawasan ini
pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuhan
tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya. Kawasan hijau yang pemanfaatan
ruang akan diarahkan di Kota Sofifi meliputi :
1. Kawasan hijau pertamanan kota;
2. Kawasan hijau lapangan olah raga;
3. Kawasan hijau jalur hijau;
4. Kawasan hijau pemakaman;
5. Kawasan hijau pertanian;
6. Kawasan hijau pekarangan; dan
7. Kawasan danau.
Pemanfaatan ruang pada tiap jenis kawasan hijau pada dasarnya
bergantung pada fungsi utamanya dan lokasinya. Lebih lanjut dapat dilihat pada
tabel berikut:

Tabel 2.2. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Terbuka Hijau di Kota Sofifi
Jenis Kawasan /
Ruang Terbuka Lokasi Arahan Pemanfaatan Ruang
Hijau
Fungsi utama: sebagai sarana untuk menciptakan
keserasian dan keindahan lingkungan, sarana
untuk mempengaruhi/memperbaiki iklim
mikro.
Pola pengembangannya perlu
mempertimbangkan jenis, letak/lokasi serta
jenis vegetasinya memenuhi kriteria:
1. Karakteristik tanaman: perakaran tidak
Tersebar dalam mengganggu pondasi, dahan tidak mudah
berbagai kawasan patah, tidak bergetah, struktur daun
fungsional kota ; setengah rapat sampai rapat;
pemerintahan, 2. Ketinggian bervariasi, warna hijau dan
Taman perdagangan dan variasi warna lain secara seimbang;
jasa, industri, 3. Kecepatan tumbuh sedang;
pendidikan, dan 4. Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman
pusatpusat budidaya;
BWK/SubBWK 5. Jenis tanaman tahunan atau musiman; dan
6. Jarak tanaman setengah rapat, 90% dari luas
areal harus dihijaukan.
Bentukbentuk kawasan hijau pertamanan yang
dikembangkan : taman kota, taman
dalam kawasan fungsional
(pemerintahan,
perdagangan dan jasa, pendidikan), taman
lingkungan perumahan, pulau jalan, taman
Jenis Kawasan /
Ruang Terbuka Lokasi Arahan Pemanfaatan Ruang
Hijau
gerbang kota, taman kota dan taman rekreasi.

Fungsi utama : sebagai sarana olah raga dan


rekreasi.
Tersebar sesuai
Pola pengembangannya perlu dikaitkan dengan
dengan jenis dan
pengembangan kawasan perumahan dan pusat
Lapangan Olah skala pelayanannya
pusat kegiatan baru (pusat BWK, pusat Sub
Raga (Pusat Kota, Pusat BWK, lingkungan perumahan).
BWK, Pusat Sub
BWK) Pemanfaatan ruang : lapangan olah raga sesuai
dengan jenisnya, sarana penunjang kegiatan
olah raga.
Fungsi utama : sebagai jalur pengaman
utilitas/instalasi penting (sungai, jaringan
listrik tegangan tinggi); sekaligus menciptakan
keserasian lingkungan.
Pola pengembangannya perlu
mempertimbangkan lokasi, jaringan yang
diamankan, serta kriteria vegetasi untuk
jalur
Tersebar dalam
Jalur Hijau hiaju sebagai berikut :
bentuk jalur
1. Kriteria tanaman : struktur daun
setengah rapat sampai rapat, dominan
warna hijau, perakaran tidak
mengganggu pondasi;
2. Kecepatan tumbuhnya bervariasi;
3. Dominan jenis tanaman tahunan;
4. Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman
budidaya; dan
5. Jarak
Fungsi utamatanaman setengah
: sebagai rapat
sarana sampai rapat,
tempat
pemakaman umum (TPA) untuk memenuhi
kebutuhan kota dan BWK, sekaligus
sebagai unsur kawasan hijau kota.
Pola pengembangannya tersebar pada setiap
BWK dengan tetap mempertimbangkan
keberadaan pemakaman yang telah ada.
Penataan/penetapan lokasinya secara tepat
perlu mempertimbangkan ketentuan : tidak
berada dalam kawasan yang padat
penduduknya, menghindari penggunaan
lahan
yang subur, memperhatikan keserasian
Pemakaman lingkungan, mencegah pengrusakan tanah,
serta mencegah
Sebagai penggunaan
unsur dari lahankota,
kawasan hijau yangkriteria
vegetasi untuk pemakaman adalah :
1. Kriteria tanaman : perakaran tidak
mengganggu pondasi, struktur daun
renggang sampai setengah rapat,
dominan
warna hijau;
2. Jenis tanaman tahunan atau musiman;
3. Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman
budidaya; dan
4. Jarak tanaman renggang sampai setengah
rapat, sekitar 50% dari luas areal harus
dihijaukan.
Fungsi utama : sebagai penghasil produksi
pertanian sekaligus konservasi terhadap
Pertanian kegiatan budidaya pertanian yang telah
ada.
Pola pengembangannya perlu
mempertimbangkan potensi yang ada serta
Jenis Kawasan /
Ruang Terbuka Lokasi Arahan Pemanfaatan Ruang
Hijau
keserasian dengan kawasan sekitarnya.
Pemanfaatan ruang yang diperbolehkan
:
pertanian tanaman pangan, tanaman
tahunan,
tanaman semusim, hortikultura perkampungan
(perumahan pedesaan),
Fungsi utama : sebagai sarana wisata
untuk agro,
menciptakan keserasian pada kawasan
perumahan.
Pola pengembangannya menyatu dengan
kaplingkapling perumahan sesuai dengan
kepadatan perumahan yang direncanakan.
Pekarangan Sesuai unsur kawasan hijau kota, kriteria
vegetasi untuk pekarangan :
1. Jenis tanaman tahunan atau musiman;
2. Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman
budidaya; dan
3. Jarak tanaman bervariasi, persentase
hijau disesuaikan dengan intensitas
kepadatan bangunan.
Fungsi utama : sebagai kawasan konservasi bagi
perlindungan air tanah serta sebagai
sistem retensi dan pengisian air tanah.
Pola pengembangan :
1. Melindungi dan mengamankan kawasan
Danau Danau Gosale
danau dari kegiatan budidaya yang dapat
mengganggu kelestarian fungsi danau
tersebut; dan
2. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah
ada di sekitar kawasan danau.
Sumber : RTRW Kota Sofifi Tahun 2000

2.1.2.2. Rencana Pengembangan Sistem Transportasi


Menurut jenisnya, sistem transportasi terdiri dari sistem transportasi
darat, laut, dan udara. Sistem transportasi yang ada di Kota Sofifi berupa
transportasi darat (jaringan jalan) dan transportasi laut.
A. Transportasi darat
1. Pengembangan jaringan jalan
Beberapa pilihan dalam pengembangan jaringan di wilayah Kota Sofifi
sebagai berikut :
a. Pembangunan jalan baru (new development); membuka jaringan
baru di atas lahan yang relatif baru dengan tidak mempertimbangkan
terhadap pola jaringan yang sudah ada agar tujuan interaksi dan
hubungan fungsional dapat tercapai;
b. Rehabilitasi jaringan lama. Pengembangan sistem jaringan jalan
dengan menekankan pada peningkatan jaringan lama ke dalam
fungsi dan status sebagai jalan utama yang sudah ada; dan
c. Revitalisasi jaringan lama ke dalam jaringan baru. Pengembangan
sistem jaringan baru dengan semaksimal mungkin mempertahankan
jaringan lama agar dapat menghemat pembiayaan pembangunan
jalan baru, yang dari segi biaya relatif lebih mahal dibandingkan
mengembangkan jaringan lama.
Dalam perencanaan pengembangan jaringan jalan diterapkan kebijakan
untuk jaringan jalan utama yang ada dipertahankan dan ditegaskan
sebagai jaringan jalan arteri karena seluruh kegiatan utama kota ada di
sepanjang jalan ini. Selain itu, akan dibangun jalan akses yang
menghubungkan jalan lingkar tersebut ke pusat kegiatan kota sehingga
akan membentuk pola jaringan jalan radial.
Selanjutnya, dalam pengembangan jaringan jalan akan mengikuti
ketentuan yang berasal dari PU tentang Standar Perencanaan
Geometrik untuk Jalan Perkotaan seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.3. Rencana Geometrik Jalan

Jenis Jalan Damija Perkerasan (Badan Jalan) Kecepatan Minimum (Km/jam)


Arteri Primer 32 21 60
Arteri Sekunder 25 14 50
Kolektor Sekunder 23 12 40
Lokal Sekunder 17 7 30
Sumber : RTRW Kota Sofifi Tahun 2000

2. Terminal
Penyediaan terminal sebagai sarana untuk memudahkan pergantian
moda. Ada beberapa terminal yang perlu dibangun untuk melayani
aktivitas penduduk di wilayah Kota Sofifi, yaitu :
a. Terminal yang melayani pergantian moda dari sistem transportasi laut
ke transportasi darat, dimana pengembangannya dilakukan di
pelabuhanpelabuhan Sofifi dan Sumahode. Tipe terminal yang dapat
dikembangkan di sana adalah terminal tipe B yang melayani
pergerakan antar kabupaten; dan
b. Pembangunan terminal lainnya, adalah terminal tipe C yang melayani
pergerakan internal (dalam kota), dimana untuk setiap pusat BWK
akan memiliki terminal tipe C ini.
3. Penyediaan angkutan umum
Penyediaan angkutan umum sangat dipengaruhi oleh tingkat permintaan
yang ada. Permintaan angkutan umum dipengaruhi oleh potensi
pergerakan yang ditentukan oleh jaminan penduduk usia produktif dan
sistem aktivitas (pembangkit pergerakan). Untuk kedepan, sesuai
dengan perkembangan kegiatan di wilayah Kota Sofifi yang berfungsi
sebagai Ibukota Propinsi Maluku Utara, maka kebutuhan angkutan
umum akan semakin terasa, baik dari segi armada maupun rute
angkutannya. Oleh karena itu, perlu diantisipasi kebutuhan angkutan
umum pada kurun waktu sepuluh tahun mendatang, baik jumlah armada
maupun pengembangan rute, agar aksesibilitas antar wilayah di kota
Sofifi semakin meningkat.
B. Transportasi laut
Pengembangan sistem transportasi laut merupakan hal terpenting
mengingat kondisi wilayah Propinsi Maluku Utara berupa kepulauan. Dalam
pengembangan sistem transportasi laut di wilayah Kota Sofifi, beberapa hal yang
menjadi pertimbangan adalah sebagai berikut :
1. Untuk pelayanan pola commuter diperlukan peningktan sistem
pelayanan transportasi laut darat dari, dan ke wilayah Sofifi terutama
ruas :
a. Akses masuk melalui Gerbang Barat: lokasi Dermaga Sofifi saat ini;
b. Bersamaan dengan peningkatan tingkat pelayanan dan aksesibilitas
Dermaga tersebut perlu secara simultan dibangun Terminal tipeB
(pelayanan antar kabupaten) yang dialokasikan di sekitar dermaga
menjada satu sistem transhipment/transit poin; dan
c. Ruas jalan antar Dermaga – Terminal – Pusat Kegiatan – sub pusat
kegiatan.
2. Untuk pelayanan distribusi barang dari dan ke wilayah Kota Sofifi,
diperlukan pengembangan pelabuhan barang. Lokasi potensial untuk
dapat dikembangkan sebagai pelabuhan barang adalah di Sumahode.
C. Transportasi udara
Pengembangan transportasi udara diarahkan di luar wilayah Kota Sofifi
mengingat kondisi fisik, baik dari segi luas maupun kemampuan daya dukung
tanah/geologi tidak memungkinkan untuk dibangun bandara udara.
Pengembangan bandara udara diarahkan di daerah Toniku Islam yang memiliki
area lahan datar yang luas dan dari segi daya dukung lahan/geologi mendukung.
2.1.3. Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Sofifi

2.1.3.1. Konsep Perancangan Kota


A. Peruntukan lahan makro
Tujuan peruntukan lahan makro pada wilayah perencanaan adalah
mengupayakan keseimbangan dan keterkaitan antar peruntukan lahan wilayah
perencanaan.
Sasaran peruntukan lahan makro pada wilayah perencanaan adalah :
1. Mempertegas batas kota untuk mencegah pengembangan permukiman
ke arah kawasan lindung;
2. Menjaga perkembangan pada batas kota dan lebih menitik beratkan
pada peningkatan kepadatan bangunan pada pusat kota sampai batas
optimum untuk mencapai efisiensi transportasi dan utilitas kota
sekaligus sejalan dengan usaha membatasi perkembangan kota yang
menyebar; dan
3. Mengupayakan hubungan dan keterkaitan secara fungsional dengan
peruntukan di sekitar wilayah perencanaan. Mengalokasikan fasilitas
dengan skala pelayanan wilayah seperti terminal, pasar agar tidak saling
mengganggu antara kegiatan masyarakat di dalam kota dengan
kegiatan yang mendukung fungsi kota.
B. Peruntukan lahan mikro
Tujuan peruntukan lahan mikro adalah mengupayakan hubungan dan
keterkaitan baik dalam kawasan maupun antar kawasan dengan kawasan
sekitarnya.
Sasaran peruntukan lahan mikro :
1. Penempatan bangunan umum seperti jasa perkantoran, komersial dan
Karya Pemerintahan di sepanjang jalan utama dengan mengindahkan
posisi pantai sebagai potensi kawasan;
2. Mengarahkan tata bangunan untuk membentuk kualitas visual kota yang
indah, dengan merancang unsur gerbang kota, vista kota dan wajah
jalan (streetscape);
3. Mengupayakan penyebaran kegiatan kota yang didstribusikan secara
merata sehingga tidak membebani lokasi dan akses jalanjalan utama
kota;
4. Menjaga agar tidak terjadi kesenjangan sosial yang akan menimbulkan
dampak negatif dengan menggabungkan masyarakat dari tingkat sosial
dan ekonomi masyarakat yang bergama dalam suatu bagian perumahan
tanpa mengorbankan kenyamanan tiap kelompok;
5. Membentuk ruang hijau kota dan peruntukan tata bangunan yang
berfungsi untuk melindungi daerah kritis dengan ketat seperti daerah
sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan berkontur curam serta
daerah patahan;
6. Mempertegas batas kota untuk mencegah pengembangan permukiman
ke arah kawasan lindung; dan
7. Menentukan jenis dan lokasi peruntukan serta distribusi intensitas
pemanfaatan lahan yang mengefisiensikan kegiatan kota.
C. Intensitas pemanfaatan lahan
Sasaran intensitas pemanfaatan lahan pada wilayah perencanaan
adalah mendapatkan intensitas pemanfaatan lahan kawasan yang merata dan
seimbang sesuai dengan jenis peruntukannya.
Tujuan aturan intensitas pemanfaatan lahan adalah :
1. Mengarahkan tata bangunan untuk membentuk kualitas visual kota yang
indah, dengan merancang unsur gerbang kota, vista kota dan wajah
jalan (streetscape) yang berkarakter;
2. Mengupayakan penyebaran kegiatan kota ynag didstribusikan secara
merata sehingga tidak membebani lokasi dan akses jalanjalan utama
kota;
3. Menjaga agar tidak terjadi kesenjangan sosial yang akan menimbulkan
dampak negatif dengan menggabungkan masyarakat dari tingkat sosial
dan ekonomi masyarakat yang beragam dalam suatu bagian perumahan
tanpa mengorbankan kenyamanan tiap kelompok;
4. Membentuk ruang hijau kota dan tata bangunan yang berfungsi untuk
melindungi daerah kritis dengan ketat seperti daerah sempadan sungai,
sempadan pantai, kawasan berkontur curam serta daerah patahan;
5. Menjaga perkembangan pada batas kota dan lebih menitikberatkan
pada peningkatan kepadatan bangunan utilitas kota sekaligus sejalan
dengan usaha membatasi perkembangan kota yang menyebar; dan
6. Menentukan jenis dan lokasi peruntukan serta distribusi intensitas
pemanfaatan lahan yang mengefisiensikan kegiatan kota.
Intensitas pemanfaatan lahan diberikan untuk tiap peruntukan pada sub
BWK dan Blok Bangunan dengan aturan KDB (Koefisien Dasar Bangunan), KLB
(koefisien lantai bangunan), KDH (koefisien dasar hijau), Ketinggian Bangunan,
dan Jenis Peruntukan. Besar intensitas pemanfaatan KDB dan KLB pada sub
BWK dan Blok Bangunan merupakan hasil ratarata dari KDB dan KLB tiap
peruntukan pasa Blok Bangunan. Komposisi peruntukan yaitu distribusi dan luas
masingmasing peruntukan di dalam blok merupakan aturan anjuran. Walaupun
demikian peruntukan blok secara umum tidak boleh berubah.
D. Sistem sirkulasi dan linkage
Tujuan sistem sirkulasi wilayah perencanaan adalah mengoptimalkan
akses pencapaian untuk meningkatkan kemampuan lahan.
Sasaran sistem sirkulasi pada wilayah perencanaan adalah :
1. Menjamin keterkaitan (linkage) diantara sistem kawasan wilayah
perencanaan dengan sistem sirkulasi pada kawasan di sekitarnya;
2. Meningktkan hubungan fungsional di antara berbagai jenis peruntukan
di dalam kawasan;
3. Mengupayakan keterkaitan (linkage) serta pemisahan yang jelas
diantara berbagai moda sirkulasi (pejalan kaki, angkutan umum,
kendaraan pribadi dan pelayanan); dan
4. Mengupayakan keterpaduan sistem dan sarana parkir.
E. Ruang terbuka hijau
Sasaran ruang terbuka dan tata hijau wilayah perencanaan adalah
meningkatkan kualitas kehidupan kota dengan menyediakan lingkungan yang
aman, sehat, indah serta kualitas kehidupan kota dengan menyediakan
lingkungan yang aman, sehat, indah serta berwawasan ekologis melalui
penciptaan berbagai jenis ruang terbuka dan tata hijau.
Tujuan ruang terbuka dan tata hijau wilayah perencanaan adalah :
1. Membentuk ruang hijau kota yang berfungsi untuk melindungi daerah
kritis dengan ketat seperti daerah sempadan sungai, sempadan pantai,
kawasan berkontur curam dan kawasan yang kondisi tanah tidak
memungkinkan untuk dibangun bangunan;
2. Mempertegas batas kota untuk mencegah pengembangan permukiman
kearah kawasan lindung; dan
3. Mengoptimalkan penggunaan vegetasi pada ruang terbuka kota,
sempadan sungai, sempadan pantai, koridor jalan dan jalur pedestrian
untuk menciptakan iklim makro kota yang nyaman bagi penghuninya.
Ruang terbuka di dalam wilayah perencanaan meliputi :
1. Ruang terbuka umum;
2. Ruang terbuka antar bangunan;
3. Pedestrian way/jalur pejalan kaki;
4. Jalur sungai;
5. Jalur pantai; dan
6. Jalur jalan.
F. Tata bangunan
Sasaran tata bangunan pada wilayah perencanaan meliputi menetapkan
bentuk, dasar dan massa bangunan yang dapat menciptakan serta
mendefinisikan ruang (luar) yang akomodatif terhadap bentuk kegiatan yang
mengambil tempat dalam kawasan.
Tujuan aturan tata bangunan pada wilayah perencanaan adalah :
1. Menentukan garis sempadan, pemunduran bangunan (set back), dan
jarak bebas antar bangunan;
2. Menentukan kepadatan (bulk) bangunan;
3. Menentukan ketinggian bangunan;
4. Merekomendasikan tata letak bangunan dari segi orientasi, ekologi dan
iklim; dan
5. Mengupayakan keterpaduan konsep arsitektural.
Pembangunan blok pemerintahan diharapkan dapat menjadi magnet
dan landmark kawasan yang terletak di kawasan wilayah perencanaan dengan
tata bangunan Kantor Gubernur Propinsi Maluku utara dan Gedung DPRD
menghadap utara dan merespon titik pusat orientasi kawasan (sclupture
kawasan). Blok pemerintahan ini diarahkan dengan ketinggian bangunan yang
relatif kebih tinggi daripada ketinggian bangunan disekelilingnya. Ketinggian
bangunan ini disesuaikan dengan sky line kawasan yang mengarah ke pusat
semakin tinggi ditambah keberadaan alunalun yang menjadi landmark dan pusat
kawasan. Tata bangunan kantor pemerintahan ini diharapkan dapat menjadi
daya tangkap bagi pejalan kaki yang mempergunakan sumbu UtaraSelatan dan
sumbu BaratTimur.
G. Sistem tata informasi (signage) dan wajah jalan (streetscape)
Sasaran penataan sistem informasi (signage) dan wajah jalan
(streetscape) adalah menciptakan lingkungan yang informatif sehingga
memudahkan pemakaian kawasan berorientasi dan bersirkulasi.
Jenisjenis tata informasi dan “streetscape” :
1. Tata informasi yang terpadu
Tata informasi yang terpadu merujuk kepada citra, karakter dan tata
bangunan. Tercakup di dalamnya adalah bangunan yang mampu
memberikan petunjuk (clues) kepada pengunjung kawasan dalam
berorientasi. Pada jarak yang lebih dekat, pengolahan podium bangunan
dapat mengarahkan pengunjung ke pintu masuk utama maupun servis
setiap bangunan. Bentuk podium tertentu akan “mengundang”
pengunjung. Oleh karenanya sesuai sebagai lokasi pintu masuk utama.
2. Tata informasi yang mengarahkan
Tata informasi yang mengarahkan menerangkan identitas dan lokasi
serta fasilitas dan jasa yaang terdapat di wilayah perencanaan.
Termasuk di dalamnya ramburambu lalu lintas serta ramburambu
untuk pejalan kaki yang masingmasing harus konsisten pada kawasan.
Rambu dalam bentuk tulisan dan simbol garis diperkenankan.
3. Papan nama
Ukuran dan kualitas rancangan dari rambu usaha, misalnya billboard
atau papan nama, harus diatur agar dapat tercipta keserasian serta
mengurangi dampak visual negatif pasa kawasan. Papan nama harus
membantu terciptanya suatu ‘sense of place’ yang positif dan tidak boleh
mengganggu blok hunian. Papan nama tidak boleh melebihi tinggi 1,5 m
serta panjang 10 m. Daerah papan nama ditentukan dalam panduan
perancangan bagi masingmasing subBWK. Sistem rambu dan papan
nama terpadu akan memudahkan pengunjung mencari daerah masuk
kawasan. Rambu penunjuk arah diletakkan pada tempat strategis serta
dirancang dengan desain konsisten dan jelas akan membantu
pengunjung berorientasi. Gabungan konsep tata bangunan dan
informasi (signage) yang baik akan meningkatkan kualitas lingkungan di
wilayah perencanaan.
4. Perkakas jalan
Sistem informasi yang dirancang dengan baik akan menambah karakter
bangunan dan membuat hidup ‘streetscape’ dalam kawasan. Termasuk
dalam unsurunsur streetscape di wilayah perencanaan adalah street
furniture. Street furniture adalah semua unsur skala kecil yang dipakai
oleh umum, misalnya tempat duduk, tempat sampah, kioskios dan lain
lain. Penggunan bahan harus konsisten pada tiap blok. Patung pada
ruang terbuka umum di kawasan sangat dianjurkan. Kanopi melindungi
pejalan kaki dari hujan dan matahari serta sekaligus memberikan
keteduhan. Unsurunsur lain yang dianjurkan adalah pergol, parasol dan
tenda. Pencahayan memainkan peranan penting bagi lingkungan kota
pada waktu malam hari. Lampu jalan ditempatkan pada jarak maksimum
40 m, sedangkan lampu skala pejalan kaki pada jarak 20 m.
5. Kegiatan pendukung
Salah satu aspek yang turut membantu terciptanya ‘streetscape’ yang
menarik di lingkungan kota adalah adanya kegiatankegiatan yang
mendukung kegiatan utama (activities support), yaitu semua fungsi
informal yang membantu memperkuat kualitas ruang kota bagi
kepentingan umum, termasuk di dalamnya para penjual makanan,
penjaja barang dan kegiatan kaki lima lainnya yang terorganisasi
dengan baik, serta adanya prasarana/fisik yang medukung kegiatan
tersebut. Sektor informal perlu disadari sebagai suatu kenyataan yang
merupakan bagian yang tak terpisakan dari pembangunan kota di
Indonesia. Kegiatan pendukung ini memiliki potensi dalam melayani
berbagai lapisan masyarakat yang melaksanakan kegiatan seharihari
mereka di pusatpusat bisnis kota. Dengan mengintegrasikan aspek ini
dalam Konsep Perancangan Kota, kawasan pusat Kota Sofifi akan
memiliki citra sebagai lingkungan kota yang khas, hidup dan menarik,
serta terorganisir secara visual dengan baik. Sasaran utama dari
penataan kakilima dan sektor informal adalah untuk mengupayakan
integrasi sosial, serta penciptaan kualitas lingkungan untuk
mengupayakan integrasi dan interaksi sosial, serta penciptaan kualitas
lingkungan yang lebih baik dan sehat. Pertimbangan perancangan yang
terkait di dalamnya antara lain konseptualisasi kelompok, penyebaran
lokasi, sanitasi serta kinerja visual.
2.1.3.2. Rencana Struktur Tata Ruang Kota
Struktur tata ruang Kota Sofifi menggambarkan alokasi kegiatan utama
kota, pusatpusat permukiman dan wilayah pelayanannya, serta pola jaringan
jalan. Selain itu juga merupakan kerangka kota yang komponenkomponennya
meliputi:
1. Struktur kegiatan fungsional utama kota
2. Struktur lingkungan permukiman dan pusat pelayanannya
3. Pola dan sistem jaringan jalan
Adapun arahan dari penjabaran masingmasing komponen struktur tata
ruang di Kota Sofifi pada masingmasing BWK, adalah:
A. Kota Sofifi BWK1
Kegiatan fungsional utama BWK 1, adalah:
1. Pariwisata, terpusat di Danau Gosale, termasuk dalam kategori
wisata air.
2. Perumahan, diarahkan untuk perumahan dengan kategori
perumahan dengan kepadatan rendah dengan KDB antara 2030%
karena termasuk ke dalam fungsi lindung
Kegiatan penunjang di BWK 1, antara lain adalah:
1. Fungsi Sekunder I, kawasan wisata Danau Gosale Pusat BWK 1
2. Fungsi Sekunder II, pusat lingkungan permukiman subpusat BWK 1
3. Fungsi sekunder lainnya, pusat sub lingkungan permukiman pusat
unit permukiman
Struktur Lingkungan Permukiman, yang ada di BWK 1 adalah sebagai
berikut:

Tabel 2.4. Struktur Permukiman BWK 1


Jumlah Penduduk
Skala Permukiman Jumlah Unit
Pendukung (Jiwa)
Bagian Wilayah Kota 1 15000 1
Lingkungan Permukiman 30004000 4
SubLingkungan Permukiman 7501000 16
(setingkat RW)
Unit Permukiman 150250 64
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002
Sebaran Pusat Pelayanan
Adapun jenis fasilitas yang dialokasikan di BWK 1 adalah sebagai
berikut:

Tabel 2.5. Struktur Pusat Pelayanan BWK 1


Jumlah Penduduk yang
Skala Pelayanan LokasiPusat Pelayanan
Dilayani (Jiwa)
Bagian Wilayah Kota 1 Pusat Bagian Wilayah Kota 15000
Lingkungan Permukiman SubPusat Bagian Wilayah Kota 30004000
SubLingkungan Permukiman SubPusat Lingkungan Permukiman 7501000
(setingkat RW)
Unit Permukiman SubPusat Lingkungan Permukiman 150250
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002

Pola Jaringan Jalan


Jenis dan fungsi jalan yang membentuk pola jaringan jalan di BWK 1,
sebagai berikut:

Tabel 2.6. Sistem Jaringan Jalan BWK 1


Kecepatan
Jenis Jalan Damija Fungsi Jalan
Minimum (Km/Jam)
Arteri sekunder 40 Penghubung antara fungsi sekunder I 50
Kolektor primer 33 Penghubung antara fungsi primer I 60
kelas II
Kolektor sekunder 28 Penghubung antara fungsi sekunder II 40
Lokal sekunder 18 Penghubung antara fungsi sekunder lainnya 30
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002

B. Kota Sofifi BWK2


Kegiatan fungsional utama yang dikembangkan di BWK 2, adalah:
1. Pemerintahan, berlokasi di pusat orientasi serta ‘jantung’ BWK, yang
dalam perkembangannya akan diintegrasikan dengan kawasan Pusat
Kota Sofifi sehingga membentuk kesatuan yang terpadu.
2. Perdagangan dan jasa, dikembangkan ke jalan utama dengan pola
linear.
3. Pelabuhan/ dermaga penumpang, untuk melayani pergerakan
penumpang dari dan menuju Sofifi. Serta dalam diintegrasikan
dengan pengembangan jaringan jalan dan terminal guna mendukung
konsep transit point
4. Perumahan, yang ada saat ini dan pembangunan baru yang
menyebar di seluruh BWK.
5. Kawasan Pusat BWK, akan menjadi satu kesatuan dengan Kawasan
Pusat Kota
Kegiatan penunjang, yang terdapat di BWK 2, adalah sebagai berikut:

Tabel 2.7. Klasifikasi Fungsi Kegiatan BWK 2


Klasifikasi Fungsi Jenis Fungsi
Fungsi Primer I Perkantoran pemerintahan
Fungsi Primer II Pelabuhan/ dermaga Sofifi
Fungsi Primer Lainnya
Fungsi Sekunder I Pusat kota Sofifi, kawasan rekreasi
Fungsi Sekunder II Kawasan perdagangan dan jasa, pusat lingkungan permukiman, sub
pusat BWK 2
Fungsi sekunder lainnya Pusat sublingkungan, permukiman, pusat unit permukiman
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002

Struktur Lingkungan Permukiman di BWK 2 dialokasikan berdasarkan


jumlah penduduk pendukungnya, yaitu:

Tabel 2.8. Struktur Permukiman BWK 2


Jumlah Penduduk
Skala Permukiman Jumlah Unit
Pendukung (Jiwa)
Bagian Wilayah Kota 2 2500030000 1
Lingkungan Permukiman 40005000 6
SubLingkungan Permukiman 15002000 15
(setingkat RW)
Unit Permukiman 400500 60
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002

Sebaran Pusat Pelayanan, menggambarkan jenjang/ hirarki pusat


pelayanan yang dialokasikan di BWK 2, sistem pusat pelayanan dapat
dilijat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.9. Struktur Pusat Pelayanan BWK 2


Jumlah Penduduk yang
Skala Pelayanan LokasiPusat Pelayanan
Dilayani (Jiwa)
Propinsi Kawasan pemerintahan s.d 500000
Kota Kawasan pusat kota, kawasan s.d 100000
pemerintahan kota
Bagian Wilayah Kota Pusat Bagian Wilayah Kota 2500030000
Lingkungan Permukiman SubPusat Bagian Wilayah Kota 40005000
SubLingkungan Permukiman SubPusat Lingkungan 15002000
(setingkat RW) Permukiman
Unit Permukiman SubPusat Lingkungan 400500
Permukiman
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002

Pola Jaringan Jalan, jenis dan fungsi jalan yang membentuk pola
jaringan jalan di BWK 2:
Tabel 2.10. Sistem Jaringan Jalan BWK 2
Kecepatan Minimum
Jenis Jalan Damija Fungsi Jalan
(Km/Jam)
Arteri sekunder 40 Penghubung antara fungsi sekunder I 50
Kolektor primer 33 Penghubung antara fungsi primer I 60
kelas II
Kolektor sekunder 28 Penghubung antara fungsi sekunder II 40
Lokal sekunder 18 Penghubung antara fungsi sekunder 30
lainnya
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002

C. Kota Sofifi BWK3


Kegiatan fungsional utama BWK 3, adalah:
1. Pelabuhan/ dermaga penumpang, diintegrasikan dengan
pengembangan jaringan jalan di wilayah Kota Sofifi. Dan pelabuhan
laut yang sudah ada saat ini, dikembngkan menjadi dermaga
penumpang.
2. Perumahan, yang ada saat ini dan pembangunan baru yang
menyebar di seluruh BWK.
3. Kawasan Pusat BWK, akan menjadi satu kesatuan dengan Kawasan
Pusat Kota
Kegiatan penunjang, yang terdapat di BWK 3, adalah sebagai berikut:

Tabel 2.11. Klasifikasi Fungsi Kegiatan BWK 3


Klasifikasi Fungsi Jenis Fungsi
Fungsi Primer I Kawasan pelabuhan
Fungsi Primer II Konservasi kota/ pertanian
Fungsi Primer Lainnya
Fungsi Sekunder I Kawasan terminal, kawasan rekreasi pantai, Pusat BWK 3
Fungsi Sekunder II Pusat lingkungan permukiman, subpusat BWK 3
Fungsi sekunder lainnya Pusat sublingkungan permukiman, pusat unit permukiman
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002

Struktur Lingkungan Permukiman BWK 3 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.12. Struktur Permukiman BWK 3


Jumlah Penduduk
Skala Permukiman Jumlah Unit
Pendukung (Jiwa)
Bagian Wilayah Kota 3 20000 1
Lingkungan Permukiman 40005000 4
SubLingkungan Permukiman 10001250 16
(setingkat RW)
Unit Permukiman 150250 64
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002
Sebaran Pusat Pelayanan yang dialokasikan pada BWK 3 terlihat pada
tabel berikut ini:

Tabel 2.13. Struktur Pusat Pelayanan BWK 3


Jumlah Penduduk yang
Skala Pelayanan LokasiPusat Pelayanan
Dilayani (Jiwa)
Bagian Wilayah Kota Pusat Bagian Wilayah Kota 15000
Lingkungan Permukiman SubPusat Bagian Wilayah 30004000
Kota
SubLingkungan Permukiman SubPusat Lingkungan 7501000
(setingkat RW) Permukiman
Unit Permukiman SubPusat Lingkungan 150250
Permukiman
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002

Pola Jaringan Jalan, jenis dan fungsi jalan yang membentuk pola
jaringan jalan di BWK 3:

Tabel 2.14. Sistem Jaringan Jalan BWK 3


Kecepatan Minimum
Jenis Jalan Damija Fungsi Jalan
(Km/Jam)
Arteri sekunder 40 Penghubung antara fungsi sekunder I 50
Kolektor primer 33 Penghubung antara fungsi primer I 60
kelas II
Kolektor sekunder 28 Penghubung antara fungsi sekunder 40
II
Lokal sekunder 18 Penghubung antara fungsi sekunder 30
lainnya
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002

D. Kota Sofifi BWK4


Kegiatan Fungsional utama BWK 4, antara lain:
1. Pelabuhan/ dermaga penumpang, mempertahankan dan
meningkatkan kapasitas Pelabuhan Sumahode. Serta diarahkan
untuk untuk melayani perherakan barang skala subregional.
2. Industri pengolahan, berupa kawasan industri yang diarahkan di
wilayah selatan kota Sofifi, yaitu Sumahode berupa jenis industri
pengolahan hasil produksi kayu.
3. Perdagangan dan jasa, dikembangkan ke jalan utama dengan pola
linear.
4. Perumahan, dialokasikan untuk perumahan dengan kepadatan
sedang hingga tinggi.
5. Kawasan Pusat BWK, akan menjadi satu kesatuan dengan Kawasan
Pusat Kota
Kegiatan penunjang, yang terdapat di BWK 4 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.15. Klasifikasi Fungsi Kegiatan BWK 4


Klasifikasi Fungsi Jenis Fungsi
Fungsi Primer I Kawasan pelabuhan
Fungsi Primer II Kawasan industri pengolahan
Fungsi Primer Lainnya
Fungsi Sekunder I Kawasan terminal, Pusat BWK 4
Fungsi Sekunder II Pusat lingkungan permukiman, subpusat BWK 4
Fungsi sekunder lainnya Pusat sublingkungan permukiman, pusat unit permukiman
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002

Struktur Lingkungan Permukiman pada BWK 4 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.16. Struktur Permukiman BWK 4


Jumlah Penduduk
Skala Permukiman Jumlah Unit
Pendukung (Jiwa)
Bagian Wilayah Kota 4 20000 1
Lingkungan Permukiman 40005000 4
SubLingkungan Permukiman 10001250 16
(setingkat RW)
Unit Permukiman 150250 64
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002

Sebaran Pusat Pelayanan yang dialokasikan pada BWK 4 terlihat pada


tabel berikut ini:

Tabel 2.17. Struktur Pusat Pelayanan BWK 4


Jumlah Penduduk yang
Skala Pelayanan LokasiPusat Pelayanan
Dilayani (Jiwa)
Bagian Wilayah Kota Pusat Bagian Wilayah Kota 15000
Lingkungan Permukiman SubPusat Bagian Wilayah 30004000
Kota
SubLingkungan Permukiman SubPusat Lingkungan 7501000
(setingkat RW) Permukiman
Unit Permukiman SubPusat Lingkungan 150250
Permukiman
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002

Pola Jaringan Jalan, jenis dan fungsi jalan yang membentuk pola
jaringan jalan di BWK 4:

Tabel 2.18. Sistem Jaringan Jalan BWK 4


Kecepatan Minimum
Jenis Jalan Damija Fungsi Jalan
(Km/Jam)
Arteri sekunder 40 Penghubung antara fungsi sekunder I 50
Kolektor primer 33 Penghubung antara fungsi primer I 60
kelas II
Kolektor sekunder 28 Penghubung antara fungsi sekunder 40
II
Lokal sekunder 18 Penghubung antara fungsi sekunder 30
lainnya
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002
2.1.3.3. Rencana Pemanfaatan Ruang Kota
Rencana pemanfaatan ruang kota secara garis besar terdiri dari dua
pola pemanfaatan ruang sebagai berikut:
1. Kawasan terbangun
Mewadahi berbagai kegiatan fungsional kota: perumahan beserta
sarana pendukungnya, perdagangan dan jasa, pemerintahan, industri,
pendidikan, serta jaringan prasarana perkotaan.
2. Kawasan terbuka hijau
Mewadahi kegiatan yang intensitas pemanfaatan ruangnya sangat
rendah. Kawasan ini mencakup kawasan hijau: pertamanan kota, hutan
kota, rekreasi kota, olah raga, permakaman, pertanian, jalur hijau dan
pekarangan.
A. Pemanfaatan Ruang Kawasan Terbangun di Kota Sofifi

Tabel 2.19. Alokasi Pemanfaatan Ruang Kawasan Terbangun di BWK 1


Kawasan Arahan Pemanfaatan Ruang
Pariwisata Fungsi Utama: kawasan pariwisata
Untuk kegiatan pariwisata dengan intensitas kawasan terbangun sangat rendah
kelestarian lingkungan
Hotel, cottage, saran penunjang wisata lainnya
Perumahan Fungsi utama: perumahan kepadatan rendah
Ekstensifikasi pemanfatan ruang dengan pembangunan horisontal dan
peremajaan lingkungan perumahan
Perumahan dan sarana pelengkapnya
Pusat Bagian Fungsi Utama: pusat pelayanan kegiatan perkotaan dengan skala lokal
Wilayah Kota Pemusatan kegiatan pada lokasi strategis di tiap BWK
Pemerintahan kecamatan, sarana: perbelanjaan, kesehatan, pendidikan (SMA),
terminal
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002

Tabel 2.20. Alokasi Pemanfaatan Ruang Kawasan Terbangun di BWK 2


Kawasan Arahan Pemanfaatan Ruang
Perdagangan Fungsi Utama: Perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan kota
dan Jasa Linear sepanjang jalan arteri sekunder
Pusat perbelanjaan, pertokoan, pasar, perkantoran, hotel, dll
Pemerintahan Pemerintahan dengan skala pelayanan propinsi
dan bangunan Memusat dalam kompleks/ pusat pemerintahan
umum Kantor gubernur, kantor dinasdinas, gedung DPRD
Perumahan Perumahan dengan kepadatan sedang dan rendah
Intensifikasi pemanfaatan ruang dengan pembangunan vertikal dan peremajaan
lingkungan
Perumahan, rusun, sarana perumahan
Pelabuhan Fungsi Utama: pelabuhan penumpang dengan skala pelayanan subregional
Memusat dalam kawasan pelabuhan
Dernaga, tempat parkir, pergudangan, dll
Pusat Bagian Fungsi Utama: pusat pelayanan kegiatan perkotaan dengan skala lokal
Wilayah Kota Pemusatan kegiatan pada lokasi strategis di tiap BWK
Pemerintahan kecamatan, sarana: perbelanjaan, kesehatan, pendidikan (SMA),
terminal
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002
Tabel 2.21. Alokasi Pemanfaatan Ruang Kawasan Terbangun di BWK 3
Kawasan Arahan Pemanfaatan Ruang
Pelabuhan Fungsi Utama: pelabuhan penumpang dengan skala pelayanan subregional
Memusat dalam kawasan pelabuhan
Dernaga, tempat parkir, pergudangan, dll
Perumahan Fungsi utama: perumahan kepadatan rendah
Ekstensifikasi pemanfatan ruang dengan pembangunan horisontal dan peremajaan
lingkungan perumahan
Perumahan dan sarana pelengkapnya
Pusat Fungsi Utama: pusat pelayanan kegiatan perkotaan dengan skala lokal
Bagian Pemusatan kegiatan pada lokasi strategis di tiap BWK
Wilayah Pemerintahan kecamatan, sarana: perbelanjaan, kesehatan, pendidikan (SMA),
Kota terminal
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002

Tabel 2.22. Alokasi Pemanfaatan Ruang Kawasan Terbangun di BWK 4


Kawasan Arahan Pemanfaatan Ruang
Perdagangan Fungsi Utama: Perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan kota
dan Jasa Linear sepanjang jalan arteri sekunder
Pusat perbelanjaan, pertokoan, pasar, perkantoran, hotel, dll
Industri Fungsi Utama: Industri pengolahan
Pengolahan Penyatuan industriindustri yang berkembang parsial
Aneka indsutri nonpolutan, industri kecil dan kerajinan, pergudangan
Pelabuhan Fungsi Utama: Pelabuhan penumpang dengan skala pelayanan subregional
Memusat dalam kawasan pelabuhan
Dernaga, tempat parkir, pergudangan, dll
Perumahan Fungsi utama: perumahan kepadatan rendah
Ekstensifikasi pemanfatan ruang dengan pembangunan horisontal dan peremajaan
lingkungan perumahan
Perumahan dan sarana pelengkapnya
Pusat Bagian Fungsi Utama: pusat pelayanan kegiatan perkotaan dengan skala lokal
Wilayah Kota Pemusatan kegiatan pada lokasi strategis di tiap BWK
Pemerintahan kecamatan, sarana: perbelanjaan, kesehatan, pendidikan (SMA),
terminal
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002

B. Pemanfaatan Ruang Kawasan Terbuka Hijau di Kota Sofifi

Tabel 2.23. Alokasi Pemanfaatan Ruang Kawasan Terbuka Hijau di BWK 1,2,3 dan 4
Kawasan Arahan Pemanfaatan Ruang Lokasi
Taman Fungsi utama: sarana untuk menciptakan keserasian dan Tersebar
keindahan lingkungan pemerintahan,
Pola pengembangnnya: mempertimbangkan jenis, letak dan perdagangan, dll
jenis vegetasi
Taman kota, taman lingkungan, taman rekreasi, dll
Lapangan Fungsi utama: sarana olah raga dan rekreasi Tersebar pusat
Olah Raga Pola pengembangnnya: dikaitkan dengan pengembangan kota, pusat BWK,
kawasan perumahan pusat subBWK
Lapangan olah raga dan sarana pelengkapnya
Jalur Hijau Fungsi utama: jalur pengaman utilitas, keserasian lingkungan Tersebar tepi
Pola pengembangnnya: mempertimbangkan lokasi, kriteria jalan, tepi sungai,
vegetasi untuk jalur hijau pengaman
tegangan tinngi
Pemakaman Fungsi utama: sarana tempat pemakaman umum dan unsur Tersebar di setiap
kawasan hijau kota BWK
Pola pengembangnnya: tersebar di setiap PWK
Pertanian Fungsi utama: pengahsil produksi pertanian sekaligus BWK 3, sebelah
konservasi kegiatan budidaya pertanian selatan Sungai
Kawasan Arahan Pemanfaatan Ruang Lokasi
Pola pengembangnnya: mempertimbangkan potensi yang ada Oba
Pekarangan Fungsi utama: sarana menciptakan keserasian pada kawasan
perumahan
Pola pengembangnnya: menyatu dengan kaplingkapling
perumahan
Kawasan Fungsi utama: kawasan konservasi perlindungan air tanah dan Danau Gosale,
Konservasi/ sistem retensi pengisian air tanah dearah rawarawa
Kawasan Pola pengembangnnya: melindungi dan mengamankan BWK 1, seluruh
Lindung kawasan danau dari kegiatan budidaya kawasan dengan
fungsi lindung
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002

2.1.3.3. Rencana Pengembangan Jaringan Utilitas


A. Air bersih
Rencana pengembangan air bersih untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat Kota Sofifi adalah :
1. Rehabilitasi jaringan perpipaan yang telah ada;
2. Pengadaan instalasi pengolahan air baru dengan kapasitas 60 l/dtk
pada tahun 2010.;
3. Pembangunan reservoir air bersih;
4. Pengembangan jaringan distribusi; dan
5. Pembangunan penampungan air hujan (PAH) di daerahdaerah yang
belum terjangkau pelayanan PDAM.
B. Drainase
Iklim dan curah hujan di hamparan Sofifi dan Kayasa sangat dipengaruhi
oleh keadaan laut dan angin laut dengan curah hujan ratarata 2.000 mm.
Berdasarkan RUTR Kabupaten Halmahera Tengah luas daerah di Kecamatan
Oba yang tergenang arus 4.789 Ha (2,8%), tergenang periodik 17.331 (10,3%),
dan tidak tergenang 146.164 Ha (86,9%)
Rencana penanggulangan banjir di Kota Sofifi terdiri dari :
1. Pembuatan goronggorong dan saluran drainase di Kota Sofifi
berdasarkan perencanaan yang baik dan akurat;
2. Pemeliharaan goronggorong yang telah ada di tepi jalanjalan utama;
3. Normalisasi Kali Oba untuk mengatasi genangan ketika musim
penghujan;
4. Mempertahankan fungsi daerah lindung melalui penghijauan untuk
mengurangi tingkat erosi dan sedimentasi badan air permukaan; dan
5. Penertiban sempadan sungai menurut ketetapan yang berlaku, yaitu
selebar 100 m di kawasan terbangun. Penertiban sempadan sungai
sekaligus diikuti dengan pengelolaan kali bersih, yaitu mengupayakan
bangunan menghadap ke arah sungai untuk menjaga kebersihan
sungai.
C. Persampahan
Rencana pengelolaan sampah untuk Kota Sofifi pada prinsipnya
mencakup halhal berikut :
1. Sampah dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Peramanan (DKP) dengan
melibatkan peran serta masyarakat;
2. Pengelolaan sampah diprioritaskan paa wilayah padat penduduk (50
jiwa per hektar);
3. Pengolahan sampah direncanakan melalui pengadaan tempat
pembuangan sementara (TPS) dan tempat pembuangan akhir (TPA);
dan
4. Pengelolaan sampah diprioritaskan bagi sampah domestik dan non
domestik yang berasal dari aktifitas komersil dan pemerintahan.
Sampah industri dan rumah sakit perlu dikelola secara khusus karena
termasuk kategori B3.
D. Air limbah
Untuk mengatasi pencemaran akibat pembuangan air kotor/limbah baik
dari rumah tangga maupun industri, maka direncanakan jaringan air kotor/limbah
kota untuk 2010, berupa 3000 sambungan yang melayani 15.000. dan untuk
masa pelayanan sampai 2025 dibuat sambungan penyluran air limbah tahap
berikutnya sebanyak 7.000 sambungan baru yang melayani 35.000 jiwa.
Pelayanan pembuangan air kotor dilakukan secara bertahap. Setiap
rumah tangga harus menyediakan tangki septik yang memenuhi syarat untuk
mengolah padatan dan tersedia lahan yang cukup untuk resapan air. Sisa air
limbah dialirkan menggunakan pipa diameter kecil karena hanya mengalirkan
cairan (tanpa padatan). Saluran berupa saluran tertutup yang hanya mengalirkan
limbah cair, sehingga air huja tidak boleh masuk. Teknologi ini terbukti dapat
mengemat biaya konstruksi. Limbah dialirkan ke pengolah limbah cair mini (Mini
Waste Water Treatment Plant) yang berukuran kecil. penduduk yang belum
terlayani pipa penyaluran air limbah harus tetap memanfaatkan sistem tanki
septik. Di daerah pedesaan pembuangan air kotor direncanakan meelalui
peningkatan sistem pembuangan jambang cempling (cubluk) atau tidak
berjamban menjadi pembuangan dengan sistem tanki septik. Peningkatan
menjadi sistem tanki septik tersebut direncanakan mencapai 60% dari total
penduduk pedesaan.

2.1.4. Rencana Teknik Ruang Kota Sofifi (BWK 1)

2.1.4.1. Rencana Pemantapan Kawasan Lindung


Pada dasarnya, pemantapan kawasan lindung ini merupakan
perwujudan dari pengembangan struktur tata ruang yang berdasarkan pada
prinsip pembangunan berkelanjutan. Setelah kawasan lindung ini ditetapkan
sebagai wilayah limitasi atau kendala bagi pengembangan wilayah budidaya,
selanjutnya dapat ditentukan kawasan budidaya. Pertimbanganpertimbangan
yang digunakan bagi pemantapan kawasan lindung ini adalah kriteria menurut
Keppres No. 32 tahun 1990. Pengertian kawasan lindung adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup SDA serta sumber daya buatan guna pembangunan berkelanjutan.

Tabel 2.24. Arahan Pemantapan Kawasan Lindung


Jenis kawasan Tujuan perlindungan Arahan pemanfaatan ruang
Kawasan lindung yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya
Kawasan Mencegah terjadinya 1. Pemantapan kawasan hutan lindung yang
hutan lindung erosi, bencana banjir, berdasarkan Keppres No. 32/1990 melalui
sedimentasi, dan pengukuhan dan penataan batas di lapangan
menjaga fungsi untuk memudahkan pengendaliannya.
hidrologik tanah untuk 2. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah
menjamin ketersediaan ada/berlangsung lama.
unsur hara tanah, air 3. Pengendalian fungsi hidroorologi kawasan hutan
tanah, dan air yang telah mengalami kerusakan (rehabilitasi
permukaan. dan konservasi).
4. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya,
kecuali kegiatan yang tidak mengganggu fungsi
lindung.
5. Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan
berlokasi di hutan lindung (a.l. penelitian,
eksplorasi mineral dan air tanah, pencegahan
bencana alam) agar tidak mengganggu fungsi
Kawasanlindung.
perlindungan setempat
Sempadan Melindungi wilayah 1. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di
pantai pantai dari usikan sepanjang pantai yang dapat mengganggu
kegiatan yang kelestarian fungsi pantai.
mengganggu 2. Pengendalian kegiatan di sekitar sempadan pantai
kelestarian fungsi 3. Pengendalian fungsi lindung pantai yang telah
pantai. mengalami kerusakan.
Sempadan Melindungi sungai dari 1. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di
sungai kegiatan manusia yang sepanjang sunagi yang dapat mengganggu dan
dapat mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar
merusak kualitas air sungai serta alirannya.
sungai, kondisi fisik dan 2. Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar
dasar sungai, serta sungai.
pengamanan aliran 3. Pengamanan daerah aliran sungai.
sungai.
Sumber : Keppres No. 32/90 tentang Kawasan Lindung
Kebijakan pemantapan kawasan lindung di kawasan BWK1 Kota Sofifi
dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan timbulnya berbagai kerusakan
fungsi lingkungan hidup, sementara itu sasaran pemantapan kawasan lindung
adalah :
1. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, dan iklim (hidro
orologis); dan
2. Mempertahankan keanekaragaman flora, fauna, dan tipe ekosistem
serta keunikan alam.
Dalam rangka mewujudkan struktur tata ruang BWK1, khususnya
pemantapan kawasan lindungnya, perlu dirumuskan kebijaksanaan pemanfaatan
ruangnya yang meliputi :
1. Pemantapan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahnya (hutan lindung);
2. Pemantapan kawasan perlindungan setempat
a. Perlindungan terhadap sempadan pantai; dan
b. Perlindungan terhadap sempadan sungai.

2.1.4.2. Struktur Pemanfaatan Ruang Kawasan


Struktur pemanfaatan ruang kawasan, merupakan penjabaran lebih
lanjut serta perincian dari struktur tata ruang Kota Sofifi secara keseluruhan
dalam lingkup kawasan, dimana tinjauannya akan meliputi kegiatan fungsional
utama kawasan, sebaran lingkungan permukiman, sebaran fasilitas serta
jaringan jalan yang menjadi kerangka kawasan atau bagian wilayah kota yang
bersangkutan.
A. Kegiatan fungsional utama
Kegiatan fungsional utama yang direncanakan di wilayah BWK1 Kota
Sofifi sesuai dengan arahan RDTR yang telah disusun adalah sebagai berikut:
1. Pemerintahan
Pembangunan blok pemerintahan diharapkan dapat menjadi magnet
dan landmark Kota Sofifi dengan tata bangunan Kantor Gubernur
Propinsi Maluku Utara dan Gedung DPRD menghadap pantai dan
merespon titik pusat orientasi kawasan (sclupture kawasan). Blok
pemerintahan ini diarahkan dengan ketinggian bangunan yang relatif
lebih tinggi daripada ketinggian bangunan di sekelilingnya. Ketinggian
bangunan ini disesuaikan dengan sky line kawasan;
2. Pariwisata
Kegiatan pariwisata terpusat di Danau Gosale, secara spesifik jenis
wisatanya termasuk dalam kategori wisata air atau wisata dengan daya
tarik perairan (water based tourism), dengan bentuk
pengembangan
dapat berupa kawasan wisata (resort) yang terintegrasi atau berdiri
sendiri; dan
3. Perumahan
Perumahan yang dialokasikan di BWK1 ini termasuk kategori
perumahan dengan kepadatan rendah dengan KDB antara 20% 30%,
karena sebagian besar kawasan termasuk ke dalam fungsi lindung
daerah laguna Danau Gosale dan juga wilayah resapan air atau rawa,
serta air permukaan lainnya.
B. Kegiatan penunjang
Kegiatan penunjang yang direncanakan di BWK1 meliputi :
1. Perdagangan dan jasa;
2. Ruang terbuka hijau;
3. Fasilitas umum; dan
4. Faslitas sosial.
C. Struktur lingkungan permukiman
Disamping kegiatan fungsional utama, komponen permbentuk ruang
adalah sebaran lingkungan permukiman dimana struktur lingkungan permukiman
yang ada di BWK1 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.25. Struktur Permukiman BWK1


Jumlah Penduduk Pendukung
Skala Permukiman Jumlah Unit
(jiwa)
Bagian Wilayah Kota 1 15.000 1
Lingkungan Permukiman 3.000 – 4.000 4
Sublingkungan permukiman 750 – 1000 16
(setingkat RW)
Unit permukiman 150 – 250 64
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002

D. Sebaran pusat pelayanan


Sistem pusat pelayanan yang dialokasikan di BWK1, seperti terlihat
pada tabel berikut, adapun jenis fasilitas yang dialokasikan di BWK1 akan
dibahas pada sistem sarana prasarana.
Tabel 2.26. Struktur Pusat Pelayanan BWK1
Jumlah Penduduk yang
Skala Pelayanan Lokasi Pusat Pelayanan
dilayani (jiwa)
Bagian Wilayah Kota Pusat BWK 15.000
Lingkungan Permukiman Sub Pusat BWK 3.000 – 4.000
Sublingkungan permukiman Sub Pusat Lingkungan 750 – 1000
(setingkat RW) Permukiman
Unit permukiman Sub Pusat Lingkungan 150 – 250
Permukiman
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2002

2.1.4.3. Rencana Pembagian Blok


Tujuan dari pembagian unit lingkungan ini adalah :
1. Menciptakan keseimbangan lingkungan, yaitu menciptakan keserasian
lingkungan dari masingmasing guna lahan baik secara intensitas,
kriteria teknis rancang bangun, estetis, dan sebagainya;
2. Memelihara kelestarian lingkungan, yaitu menjaga lingkungan kota agar
pemanfaatannya sesuai dengan kemampuan lingkungannya (daya
dukung lingkungan); dan
3. Memelihara kelestarian lingkungan, yaitu menciptakan suatu struktur
kota yang efisien diukur dari segi biaya untuk mendapatkan fasilitas
yang dapat diukur baik dari segi waktu tempuh maupun biaya yang
harus dikeluarkan.
Kriteriakriteria dasar yang dipakai dalam membagi blok lingkungan (sub
unit lingkungan) adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan fungsi kawasan. Dalam kawasan perencanaan maka unit
lingkungan secara umum terbagi dua yaitu unit lingkungan perumahan
dan unit lingkungan non perumahan;
2. Berdasarkan rona/karakteristik kegiatan :
a. Lingkungan perumahan terbagi dua menjadi lingkungan perumahan
yang telah tertata dengan baik dan lingkungan perumahan yang
belum tertata dengan baik; dan
b. Lingkungan non perumahan dibagi menurut tingkat pelayanannya,
jenis kegiatannya seperti pusat perdagangan skala lingkungan,
pertokoan, pusat pertokoan, kegiatan jasa, dan sebagainya.
3. Batas unit lingkungan berupa batas kawasan (bukan administrasi)
dengan batasbatas fisik yang dapat dikenali secara visual seperti ruas
jalan, sungai, dan lainlain; dan
4. Bagi unit lingkungan; diusahakan agar tiap sub unit lingkungan (blok)
perumahan terdiri dari 3050 rumah yang mengacu kepada standar
perencanaan kota merupakan tingkat administrasi RT.
A. Daya tampung penduduk
Pada dasarnya kawasan perencanaan mempunyai kesesuaian bagi
pengembangan perkotaan. Dengan kata lain kawasan perencanaan dalam
kesesuaian bagi lahan perkotaan mempunyai wilayah pengembangan yang luas
dengan wilayah kendala dan limitasi yang kecil. Wilayah kendala pengembangan
adalah pada kawasan dimana bentuk topografi dari kawasan merupakan dataran
landai, sedangkan wilayah limitasi pengembangan adalah sempadan sungai
seperti sempadan Kali Oba dan sungaisungai kecil lainnya yang ada di kawasan
perencanaan. Berdasarkan analisis daya dukung lingkungan tersebut maka
dapat ditentukan kemampuan daya tampung bagi penduduk yang akan
menempati kawasan tersebut. Berdasarkan proyeksi penduduk dan daya
tampung penduduk dengan mempertimbangkan kavling peruntukan perumahan,
dengan asumsi bahwa satu kavling perumahan akan dihuni oleh satu keluarga
dengan anggota keluarga sejumlah lima orang, maka daya tampung penduduk
per sub bwk dan blok dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.27. Alokasi Pemanfaatan Ruang BWK1


Daya tampung penduduk
BWK Blok Peruntukan Luas (Ha)
(jiwa)
Kavling rumah kecil (176 unit) 5,80 880
Kavling rumah sedang (37 unit) 2,22 185
Kavling rumah besar (37 unit) 4,44 185
1.1 RTH 2,17
Komersial (perdagangan jasa) 4,50
Pelabuhan ferry 1,32
Luas blok / daya tampung pddk 20,45 1250
Kavling rumah kecil (160 unit) 5,28 800
Kavling rumah sedang (47 unit) 2,82 235
Kavling rumah besar (8 unit) 0,96 40
1.2
RTH 1,2
1
Komersial (perdagangan jasa) 1,07
Luas blok / daya tampung pddk 11,33 1075
Perumahan eksisting 3,7 500
Rumah sakit 1,5
1.3
RTH 0,55
Luas blok / daya tampung pddk 5,75 500
Rekreasi 4,00
Danau Gosale 5,00
1.4 Perumahan Gubernur 2,00 250
Perkantoran Gubernur 2,00
Luas blok / daya tampung pddk 13,00 250
Daya tampung BWK1 50,50 3075
Sumber : RTRK BWK1 Sofifi Tahun 2006
B. Perpetakan bangunan
Perpetakan bangunan yang diarahkan di Kota Sofifi meliputi perpetakan
untuk perumahan, fasilitas pemerintahan, komersial, dan sosial. Perpetakan
perumahan di Kota Sofifi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu perumahan kavling besar
2 2
dengan ukuran 1200 m , perumahan kavling menengah ukuran 600 m , dan
2
perumahan kavling kecil 330 m . Sementara itu ukuran kavling untuk fasilitas
pemerintahan, komersial, dan sosial berkisar antara 12 ha.
C. Garis sempadan bangunan (GSB)
Rencana ketentuan garis sempadan bangunan berlaku untuk bangunan
yang berada di sisi jalan adalah sebagai berikut :
a. Garis sempadan bangunan dihitung berdasarkan patokan dari tepi jalan
sampai muka bangunan selebar ½ kali lebar jalan (1/2 ROW atau right
of way); dan
b. Garis sempadan kiri, kanan dan belakang bangunan diatur sedemikian
rupa memungkinkan kombinasinya. Pada dasarnya menggunakan
prinsip bahwa dalam kondisi padat, setidaktidaknya terdapat sisi yang
mempunyai jarak 2 meter terhadap batas kavling.
D. Bentuk dasar bangunan gedung
Klasifikasi bentuk bangunan di Kota Sofifi terdiri dari bangunan
pemerintahan, komersial, dan perdagangan. Bentuk bangunan ini berupa
panduan teknik sebelum dilakukan proses konstruksi yang meliputi bentuk
arsitektur bangunan, ketinggian, jarak sempadan bangunan, dan jarak antar
bangunan.
E. Koefisien dasar bangunan (KDB)
Pertimbangan dalam arahan rencana KDB ini dirumuskan dengan dasar
antara lain mengacu pada rencana yang lebih tinggi, dalam hal ini adalah
RDTRK Sofifi, kemudian pertimbangan dari arahan kegiatan fungsional yang
akan ditempatkan, kondisi lapangan dan standar/peraturan yang diselaraskan
dengan kondisi di kawasan perencanaan.
KDB blok peruntukan adalah rasio perbandingan luas lahan terbangun
(land coverage) dengan luas lahan peruntukan keseluruhan, dinyatakan dalam
satuan persen.KDB blok peruntukan dibagi ke dalam lima kelas sebagaimana
diatur dalam Kepmendagri No.59/1998, yaitu :
1. Sangat tinggi : diatas 75%;
2. Tinggi : 5075%;
3. Menengah : 2050%;
4. Rendah : 520%; dan
5. Sangat rendah : kurang dari 5%.
F. Koefisien lantai bangunan (KLB)
Di dalam merumuskan rencana tentang KLB ini maka pertimbangan
yang mendasarinya antara lain ketentuan yang telah ditetapkan di dalam rencana
yang lebih tinggi tingkatnya dalam hal ini RDTRK Sofifi, nilai estetika, bahaya
kebakaran, intensitas kegiatan dan kondisi lapangan.

2.1.4.4. Rencana Sistem Prasarana Transportasi Kota


Beberapa aspek struktur ruang yang mendasari dan mempengaruhi
rencana pengembangan sistem jaringan transportasi di BWK1 adalah sebagai
berikut :
1. Pusat Pemerintahan Propinsi Maluku Utara. Kawasan pusat pemerintah
ini merupakan kawasan utama pada BWK1 dan menjadi orientasi
utama, khususnya dalam bidang administrasi pemerintahan. Dengan
demikian kawasan ini akan menjadi pusat orientasi pergerakan orang
pada BWK1;
2. Pusat BWK. Kawasan ini memiliki fungsi strategis sebagai pusat
pelayanan bagian wilayah kota, pusat perdagangan dengan skala
pelayanan kota dan lokal, sehingga akan memiliki kecenderungan
sebagai pusat dari orientasi pergerakan;
3. Sub – Pusat BWK. Kawasan ini memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan
bagi sub bagian wilayah kota dan pusat perdagangan permukiman;
4. Pelabuhan. Adanya rencana pengembangan kawasan pelabuhan untuk
pergerakan barang dan orang menyebabkan perlu pengembangan
prasarana jalan baik di dalam kawasan pelabuhan maupun peningkatan
dan pembangunan jalan baru yang menghubungkan kawasan
pelabuhan dengan pergerakan internal kota dan pergerakan regional;
dan
5. Terminal. Sesuai dengan fungsinya, keberadaan terminal sebagai pusat
transit penumpang dan barang, dimaksudkan agar terciptanya sirkulasi
pergerakan yang teratur dan terkoordinir dengan baik.
A. Rencana pengembangan jalan
Jalan mempunyai suatu sistem jaringan transportasi yang mengikat dan
menghubungkan pusatpusat pelayanan dengan wilayah yang berada dalam
pengaruh pelayanannya yang membentuk suatu hubungan yang berhirarki.
Untuk meningkatkan efesiensi pergerakan, meningkatkan pembinaan jalan dan
pengaturan lalulintas, perlu penegasan fungsi dan peran jaringan jalan di BWK1
Kota Sofifi.
Dalam perencanaan pengembanagan jalan di BWK1 Kota Soffi,
keberadaan jaringan jalan yang sudah ada tetap di pertahankan dan dipertegas
sebagai jalan kolektor atau lokal. Pembangunan jalan baru yang
menghubungkan pusatpusat kegiatan utama, yaitu pusat pemerintahan Propinsi
Maluku Utara dengan kawasan pusat kota yang berada di BWK2 ditetapkan
sebagai jalan arteri.
Menurut hirarkinya, sistem jaringan jalan di BWK1 Kota Soffi terdiri dari:
1. Jalan arteri sekunder.
Ruas jalan ini merupakan ruas jalan utama yang menghubungkan
kegiatankegiatan kota dengan fungsi kegiatan primer. Kegiatan yang
dihubungkan oleh ruas jalan ini adalah kawasan pusat pemerintahan
Propinsi Maluku Utara dengan kawasan pusat bisnis (CBD) yang berada
di BWK1. Sedangkan rencana pengembangan jalan arteri tersebut
direncanakan daerah milik jalan (damija) adalah selebar 40 meter;
2. Jalan kolektor.
Ruas jalan ini merupakan ruas jalan yang berrfungsi sebagai kolektor
dan distribusi utama pergerakan penumpang dan barang dalam wilayah
internal BWK1 Kota Sofifi. Sebagian ruas jalan ini adalah jalan yang
sudah ada yang ditegaskan sebagai jalan kolektor dan sebagian lagi
pembangunan jalur baru. Rencana pengembangan kolektor tersebut
direncanakan daerah milik jalan (damija) adalah sebesar 28 meter; dan
3. Jalan lokal.
Jaringan jalan ini memiliki fungsi sebagai pengumpul dan penyebar
pergerakan dari kawasan pembangkit dan penarik pergerakan dari
pusatpusat pemukiman penduduk. Pengembanagn ruas jalan ini pada
masa mendatang diharapkan mampu meningkatkan aksesibilitas
terhadap kawasankawasan permukiman penduduk. Lebar badan jalan
ini tidak kurang dari 7 meter.
B. Terminal
Agar tercapai keseimbangan dan kemudahan aktivitas perhubungan dan
pengembangan kota di masa mendatang, maka perlu diusulkan pengadaan
terminal yang refresentatif. Lokasi terminal direncanakan di sekitar kawasan
pusat pemerintahan.
C. Pelabuhan/dermaga
Selain jaringan jalan, pengembangan prasarana transportasi laut
merupakan hal penting mengingat kondisi wilayah Propinsi Maluku Utara berupa
kepulauan. Dalam pengembangan sistem transportasi laut di BWK1 Kota Sofifi
diarahkan untuk pelayanan pola commuter dari ke wilayah Kota Sofifi.
Pelabuhan/dermaga yang akan dikembangkan di BWK1 adalah pelabuhan
penyeberangan fery.
D. Fasilitas tempat henti
Fasilitas tempat henti direncanakan terbagi dua yaitu tempat henti tanpa
perlindungan (shelter). Lokasi yang digunakan untuk tempat henti didasarkan
pada tingkat pemakaian, ketersedian lahan, dan kondisi lingkungan. Fasilitas
tempat henti harus dilengkapi dengan telukteluk jalan (way) yang berguna untuk
tempat menghentikan kendaraan dan tidak mengganggu arus lalu lintas pada
jalan tersebut. Lokasilokasi tempat henti adalah :
a. Jalanjalan yang dilalui oleh kendaraan umum penumpang dan tempat
tempat berkumpulnya penumpang pada pusatpusat perbelanjaan,
pemerintahan, pendididkan dan kegiatan kota lainnya. Prioritas
penempatan fasilitas tempat henti terutama di kawasan pusat
pemerintahan;
b. Pada sub pusatsub pusat BWK1 Kota Sofifi yang akan dilalui oleh
angkutan umum; dan
c. Terminal dan atau sub terminal.

2.1.5. Rencana Teknik Ruang Kota Sofifi (BWK 2)

2.1.5.1. Rencana Pemantapan Kawasan Lindung


Kebijaksanaan pemantapan kawasan lindung di kawasan BWK2 Kota
Sofifi dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan timbulnya berbagai kerusakan
fungsi lingkungan hidup, sementara itu sasaran pemantapan kawasan lindung
adalah :
1. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, dan iklim (hidro
orologis); dan
2. Mempertahankan keanekaragaman flora, fauna, dan tipe ekosistem
serta keunikan alam.
Dalam rangka mewujudkan struktur tata ruang BWK2, khususnya
pemantapan kawasan lindungnya, perlu dirumuskan kebijaksanaan pemantapan
ruangnya yang meliputi :
1. Pemantapan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya (hutan lindung); dan
2. Pemantapan kawasan perlindungan setempat; (perlindungan terhadap
sempadan pantai dan perlindungan terhadap sempadan sungai).

2.1.5.2. Struktur Pemanfaatan Ruang Kawasan


Struktur pemanfaatan ruang kawasan, merupakan penjabaran lebih
lanjut serta perincian dari struktur tata ruang Kota Sofifi secara keseluruhan
dalam lingkup kawasan, dimana tinjauannya akan meliputi kegiatan fungsional
utama kawasan, sebaran lingkungan permukiman, sebaran fasilitas serta
jaringan jalan yang menjadi kerangka kawasan atau Bagian Wilayah Kota yang
bersangkutan.
A. Kegiatan fungsional utama
Kegiatan fungsional utama yang direncanakan di wilayah BWK2 Kota
Sofifi sesuai dengan arahan RDTR yang telah disusun adalah sebagai berikut:
1. Perdagangan dan jasa (komersial)
Kawasan ini menampung kegiatan pelayanan jasa, perkantoran dan
perdagangan yang memiliki hirarkhi dan jangkauan pelayanan tingkat
kota. Jenis kegiatan meliputi perdagangan dan jasa, fasilitas sosial,
ruang terbuka dan lainlain. Dengan perkembangan kegiatan bisnis yang
akan terjadi, pola linier di jalan ini akan dikembangkan ke jalan utama ke
kota di sekitarnya. Kedua fungsi tersebut akan berintegrasi membentuk
kawasan pusat kota.
2. Pelabuhan/dermaga penumpang
Pelabuhan/dermaga laut yang ada saat ini, yaitu Dermaga Sofifi
dipertahankan dan ditingkatkan kapasitasnya serta diorientasikan untuk
melayani pergerakan penumpang dari dan menuju Kota Sofifi.
Pengembangan pelabuhan/dermaga laut diintegrasikan dengan
pengembangan jaringan jalan serta terminal guna mendukung konsep
satu sistem transit point.
3. Perumahan
Perumahan dikembangkan dari permukiman yang ada pada saat ini
ditambah dengan pembangunan baru yang menyebar di seluruh BWK
guna menampung jumlah penduduk yang diharapkan. Dengan 6 pusat
lingkungan permukiman diharapkan pusat pelayanan akan terintegrasi
dengan baik dengan lingkungan permukiman dan dapat dimanfaatkan
secara optimal.
4. Kawasan pusat BWK
Pusat BWK akan menjadi satu kesatuan dengan Kawasan Pusat Kota,
menampung fasilitasfasilitas dengan skala pelayanan setingkat BWK
maupun seluruh kota. Disamping itu kawasan ini juga merupakan
konsentrasi kegiatan perdagangan dan jasa.
B. Kegiatan penunjang
Kegiatan penunjang yang direncanakan di BWK2 meliputi :
1. Perdagangan dan jasa lingkungan;
2. Ruang terbuka hijau;
3. Fasilitas umum; dan
4. Fasilitas sosial.
C. Struktur lingkungan permukiman
Disamping kegiatan fungsional utama, komponen pembentuk ruang
adalah sebaran lingkungan permukiman dimana struktur lingkungan permukiman
yang ada di BWK2 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.28. Struktur Permukiman BWK2


Jumlah penduduk
Skala permukiman Jumlah unit
pendukung (jiwa)
Bagian Wilayah Kota 2 25.00030.000 1
Lingkungan Permukiman 4.0005.000 6
SubLingkungan Permukiman (setingkat 1.5002.000 15
RW)
Unit permukiman 400500 60
Sumber : RDTRK Sofifi Tahun 2006
2.1.5.3. Rencana Pembagian Blok
Dalam rangka mewujudkan suatu unit lingkungan dan tingkat pelayanan
yang efisien dan optimal diperlukan suatu pembagian subunit lingkungan atau
blok yang merupakan wilayah pelayanan dari pusatpusat pelayanan yang
diciptakan serta daya tampung dari masingmasing subunit lingkungan tersebut.
Pada dasarnya kawasan perencanaan mempunyai kesesuaian bagi
pengembangan perkotaan. Dengan kata lain kawasan perencanaan dalam
kesesuaian bagi lahan perkotaan mempunyai wilayah pengembangan yang luas
dengan wilayah kendala dan limitasi yang kecil. wilayah kendala pengembangan
adalah pada kawasan dimana bentuk topografi dari kawasan merupakan dataran
landari, sedangkan wilayah limitasi pengembangan adalah sempadan sungai
seperti sempadan Kali Oba dan sungaisungai kecil lainnya yang ada di kawasan
perencanaan.
Berdasarkan analisis daya dukung lingkungan tersebut maka dapat
ditentukan kemampuan daya tampung bagi penduduk yang akan menempati
kawasan tersebut. Berdasarkan proyeksi penduduk dan daya tampung penduduk
dengan mempertimbangkan kavling peruntukan perumahan, dengan asumsi
bahwa satu kavling perumahan akan dihuni oleh satu keluarga dengan anggota
keluarga berjumlah lima orang.
Secara keseluruhan daya tampung penduduk berdasarkan jumlah
kavling perumahan sebanyak 4.554 kavling perumahan yang terdiri atas kavling
kecil, sedang, dan besar dengan total jumlah penduduk yang dapat ditampung
sebesar 22.770 jiwa. Penambahan jumlah penduduk dapat dilakukan dengan
meningkatkan intensitas kepadatan penduduk dari 5 jiwa/rumah menjadi 6
jiwa/rumah.

2.1.5.4. Rencana Sistem Prasarana Transportasi Kota


A. Rencana pengembangan jalan
Jalan mempunyai suatu sistem jaringan transportasi yang mengikat dan
menghubungkan pusatpusat pelayanan dengan wilayah yang berada dalam
pengaruh pelayanannya yang membentuk suatu hubungan berhirarki. Untuk
meningkatkan effisiensi pergerakan, meningkatkan pembinaan jalan dan
pengaturan lalu lintas, perlu penegasan fungsi dan peran jaringan jalan Kota
Sofifi.
Dalam perencanaan pengembangan jalan di BWK2 Kota Sofifi,
keberadaan jaringan jalan yang sudah ada tetap dipertahankan dan ditegaskan
sebagai jalan kolektor. Pembangunan jalan baru yang menghubungkan pusat
pusat kegiatan utama, yaitu pusat kota dengan pemerintahan Propinsi Maluku
Utara ditetapkan sebagai jalan arteri.
Menurut hirarkinya, sistem jaringan jalan di BWK2 Kota Sofifi terdiri
dari :
1. Jalan arteri sekunder
Ruas jalan ini merupakan ruas jalan utama yang menghubungkan
kegiatankegiatan kota dengan fungsi kegiatan primer. Kegiatan yang
dihubungkan oleh ruas jalan ini adalah kawasan pusat kota/kawasan
pusat bisnis (CBD) yang berada di BWK2. Sedangkan rencana
pengembangan jalan arteri tersebut direncanakan daerah milik jalannya
(DAMIJA) adalah selebar 40 meter;
2. Jalan kolektor
Ruas jalan ini merupakan ruas jalan yang berfungsi sebagai kolektor
dan distribusi utama pergerakan penumpang dan barang dalam wilayah
internal BWK2 Kota Sofifi. Ruas jalan ini menghubungkan kawasan
pusat kota dengan bagian wilayah kota. Sebagian ruas jalan ini adalah
jalan yang sudah ada yang ditegaskan sebagai jalan kolektor dan
sebagian lagi pembangunan jalur baru. Jalan ini diharapkan dapat
memberikan pelayanan fungsi kolektor bagi pergerakan yang berasal
dan berakhir di bagian tengah kawasan pengembangan yang
diperkirakan akan memiliki peran penting seiring dengan pertumbuhan
fisik kota yang direncanakan. Dalam konteks pergerakan Kota Sofifi,
jalan ini akan berfungsi untuk mengalihkan sebagian pergerakan
regional. Pengembangan jalan kolektor primer juga dikembangkan untuk
mengakses kawasan pelabuhan dan terminal kota. Recana
pengembangan kolektor tersebut direncanakan daerah milik jalannya
(DAMIJA) adalah selebar 28 meter; dan
3. Jalan lokal
Jaringan jalan ini memiliki fungsi sebagai pengumpul dan penyebar
pergerakan dari kawasan pembangkitdan penarik pergerakan dari pusat-
pusat pemukiman penduduk. Pengembangan ruas jalan ini pada masa
mendatang diharapkan mampu meningkatkan aksesbilitas
terhadap kawasankawasan pemukiman penduduk. Lebar badan jalan
tidak kurang dari 7 meter.
B. Pelabuhan/dermaga
Selain jaringan jalan, pengembangan prasarana transportasi laut
merupakan hal penting mengingat kondisi wilayah Propinsi Maluku Utara berupa
kepulauan. Dalam pengembangan sistem transportasi laut di BWK2 kota Sofifi,
beberapa hal yang menjadi pertimbangan adalah sebagai berikut :
1. Untuk pelayanan pola commuter diperlukan peningkatan sistem
pelayanan transportasi lautdarat ; dari ke wilayah Kota Sofifi terutama :
a. Akses masuk melalui Gerbang Barat : lokasi Dermaga Sofifi saat ini
(berada di sub BWK 2.5) yang berfungsii sebagai dermaga speed
boat perlu ditingkatkan sarana dan prasarananya. Sedangkan
dermaga/pelabuhan penyeberangan fery direncanakan dan
dikembangkan di sub BWK1;
b. Bersamaan dengan peningkaan tingkat pelayanan dan aksesbilitas
Dermaga tersebut perlu secara simultan dibangun; dan
c. Ruas jalan antar DermagaTerminalPusat KegiatanSub Pusat
Kegiatan
2. Untuk pelayanan distribusi barang dari dan ke wilayah Kota Sofifi,
diperlukan pengembangan pelabuhan barang direncanakan
dikembangkan di sub BWK 2.3.
C. Terminal
Agar tercapainya keseimbangan dan kemudahan aktivitas perhubungan
dalam pengembangan kota di masa mendatang, maka perlu diusulkan
pengadaan terminal yang representatif. Lokasi terminal direncanakan Terminal
dialokasikan di sekitar dermaga menjadi satu sistem transhipment/transit point
dan di sekitar pusat kota.
D. Fasilitas tempat henti
Fasilitas tempat henti direncanakan terbagi dua yaitu tempat henti tanpa
perlindungan (bus stop) dan dengan lindungan (shelter). Lokasi yang digunakan
untuk tempat henti didasarkan pada tingkat pemakaian, ketersediaan lahan, dan
kondisi lingkungan. Fasilitas tempat henti harus dilengkapi dengan telukteluk
jalan (way) yang berguna untuk tempat menghentikan kendaraan dan tidak
mengganggu arus lalu lintas pada jalan tersebut. Lokasilokasi tempat henti
adalah :
1. Jalanjalan yang akan dilalui oleh angkutan umum penumpang dan
tempattempat berkumpulnya penumpang pada pusatpusat
perbelanjaan, pendidikan, dan kegiatan kota lainnya. Prioritas
penempatan fasilitas tempat henti terutama di kawasan wilayah
perencanaan;
2. Pada sub pusatsub pusat BWK2 Kota Sofifi yang akan dilalui oleh
angkutan umum; dan
3. Terminal dan atau sub terminal.
E. Perparkiran
1. Parkir di jalan (on street parking)
Dengan ditetapkannya sebagian dari lebar manfaat jalan untuk jalur
parkir, baik di tepi kiri maupun kanan ataupun keduaduanya, maka
haurs terdapat daerahdaerah yang dilarang sebagai tempat parkir. Para
ahli lalulintas dan jalan raya merekomendasikan bahwa parkir di jalan
harus dilarang sepanjang jalan utama. Parkir di jalan pun harus dilarang
dengan jalan yang berpotongan, kedekatan dengan tempat pemadam
kebakaran, jalan kecil dan jalan keluar masuk (jalan akses).
Pelataran parkir sedikit banyak akan menyita sebagian wilayah kota,
karena pelataran parkir membutuhkan ruang tersendiri yang cukup luas.
Luas yang dibutuhkan untuk pelataran parkir di jalan bergantung pada
du ahal pokok, yaitu ukuran kendaraan yang diperkirakan parkir dan
sudut parkir. Sudut parkir yang umumnya digunakan adalah parkir
paralel (00) dan parkir bersudut (300, 450, 600, dan 900).
2. Parkir di luar jalan (off street parking)
Masalah parkir biasa ditemukan dimanapun tujuan akhir perjalanan
kendaraan. Permasalahan bertambah dengan besarnya jumlah
pejalanan. Lokasi dimana terdapat tempat parkir di jalan tidak akan
menutupi permintaan pergerakan kendaraan termasuk di pusat kota,
pusat perbelanjaan, lokasi pendidikan, area permukiman yang padat,
stasiun dan komplek olahraga. Ruang parkir di luar jalan dalam bentuk
lot atau garasi, haruslah dilengkapi di lokasilokasi tersebut.
Fasilitas parkir di luar jalan merupakan parkir khusus yang tidak
memanfaatkan badan jalan. Beberapa jenis parkir di luar jalan antara
lain
a. Pelataran parkir;
b. Bangunan parkir; dan
c. Parkir di lantai dasar.
Parkir di luar jalan mengambil tempat di pelataran parkir umum, tempat
parkir khusus yang juga terbuka untuk umum dan tempat parkir khusus
yang terbatas untuk keperluan sendiri seperti di kantor, hotel, dan
sebagainya. Sistemnya dapat berupa pelataran parkir atau taman parkir,
dan bangunan bertingkat khusus untuk parkir.
Kebutuhan ruang parkir untuk suatu pelataran parkir atau bangunan
parkir pada dasarnya sama dengan kebutuhan ruang parkir di jalan.
Perbedaannya adalah parkir di luar jalan kemampuan daya tampungnya
juga dipengaruhi oleh luas dan bentuk lahan yang tersedia, serta
sirkulasinya.
Pertimbangan untuk desain geometrik untuk parkir di luar jalan adalah
sebagai berikut :
a. Penggunaan fasilitas parkir di luar jalan dan efisien dari
pengoperasiannya, merupakan bagian penting dari desain geometrik.
Jumlah dan lokasi jalan masuk keluar, ukuran tempat henti (stall) dan
perlengkapannya, ukuran ruang, permukaan, tempat berjalan,
pencahayaan, tipe pengoperasian, dan dalam bangunan bertingkat
– jumlah dan lokasi dari tangga (stair) dan elevator merupakan
pertimbangan penting;
b. Jalan masuk dan keluar haruslah diletakan jauh dari persimpangan
jalan, untuk meminimalisasi gangguan terhadap lalu lintas kendaraan;
c. Ukuran tempat henti (stall), sudut parkir, dan ukuran ruang adalah
saling berhubungan dan tergantung dari ukuran dan bentuk dari
penggunaan area dan berbagai pengoperasian parkir; dan
d. Ruang parkir haruslah diatur untuk sirkulasi dalam area parkir

2.1.6. Rencana Teknik Ruang Kota Sofifi (BWK 3)

2.1.6.1. Rencana Pengembangan Kawasan


Tujuan pengembangan kawasan BWK3 Kota Sofifi untuk mencapai
tujuan perencanaan kota antara lain sebagai berikut:
Mencapai tingkat pelayanan yang maksimal bagi pengembangan bagian
selatan Kota Sofifi (BWK3)
Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan, yakni dengan
mengupayakan proporsi antara lahan terbangun dan tidak terbangun
sebesar 40:60.
Memanfaatkan daya guna dan hasil guna serta meningkatkan kualitas
ruang secara optimal untuk pelayanan warga kota.
Memberikan guideline yang jelas dan tegas dalam rangka pengendalian
dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik.
Adapun konsep perancangan kawasan didasarkan pada kondisi fisik
daerah perencanaan yang terbagi menjadi dua bagian utama oleh Kali
Akekolano. Dalam konsep ini tidak seluruh Sub BWK dihubungkan secara
langsung tapi harus melalui Pusat BWK, hal ini untuk menjaga agar pusat
orientasi pergerakan atau kegiatan masyarakat tidak bercampur dengan BWK
lainnya.

2.1.6.2 Rencana Struktur Tata Ruang dan Sistem Pelayanan


Rencana struktur tata ruang kota BWK3 mengacu pada pola
penyebaran pusatpusat pelayanan yang akan ditempatkan pada masingmasing Sub
BWK, meliputi:
A. Pusat BWK
Memiliki fungsi strategis sebagai pusat pelayanan BWK, pusat
perdagangan dengan skala pelayanan kota dan lokal, sehingga memiliki
kecenderungan sebagai pusat orientasi pergerakan.
Memiliki fasilitas dengan skala pelayanan mencakup kawasan BWK
seperti pusat perdagangan, pusat pemerintahan dan komersil.
Pelayanan tingkat BWK ditempatkan di tengahtengah BWK3 agar
dapat dicapai dari semua BWK secara merata.
B. Sub Pusat BWK
Memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan bagi Sub BWK dan pusat
perdagangan permukiman.
Memiliki kelengkapan fasilitas skala pelayanan lingkungan, serta
memiliki aksesibilitas yang mudah dicapai dari perumahan yang berada
pada Sub BWK tersebut. Penempatan Sub BWK erat kaitannya dengan
pola sistem jaringan jalan yang ada serta fasilitas pelayanan yang
membentuk Sub Pusat BWK tersebut.
C. Blok Lingkungan
Kriteria dan blok lingkungan adalah batasan dari pengelompokan
bangunan yang mempunyai kedekatan fisik serta memiliki fungsional tertentu
yang dibatasi ruas jalan.

2.1.6.3. Rencana Penggunaan Lahan


A. Kawasan perumahan
Kawasan perumahan di Kota Sofii terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu
2
perumahan kepadatan tinggi dengan kavling 330 m dialokasikan pada ruasruas
2
jalan lingkungan; perumahan kepadatan sedang dengan kavling 600 m ;
2
perumahan kepadatan rendah dengan kavling 1.200 m dialokasikan pada ruas
jalan kolektor dan lokal.
B. Kawasan perdagangan
Meliputi daerah sepanjang jalan arteri, hal ini didasari bahwa kawasan
BWK3 diperuntukkan untuk lahan permukiman perkotaan.
C. Fasilitas sosial dan pelayanan umum
Penggunaan lahan fasilitas sosial dan pelayanan umum disebar di
setiap Sub BWK untuk memudahkan pencapaian oleh masyarakat.
D. Kawasan ruang terbuka dan konservasi
Ditempatkan pada setiap subsub pusat BWK dan di pinggirpinggir
kota.
E. Kawasan pelabuhan
Diarahkan untuk berkembang menjadi pelabuhan berskala lokal untuk
pelayanan BWK, sehingga tidak membutuhkan lahan yang cukup luas.

2.1.6.4. Rencana Sistem Transportasi


A. Sistem Transportasi Jalan Raya
Menurut hirarkinya, sistem jaringan jalan di BWK3 Kota Sofifi, meliputi:
jalan arteri sekunder, yang menghubungkan kegiatan kota dengan fungsi
kegiatan primer dengan damija selebar 40 m; jalan kolektor berfungsi sebagai
distribusi utama pergerakan penumpang dan barang dalam wilayah internal
BWK3 dengan damija selebar 33 dan 28 m; jalan lokal berfungsi sebagai
pengumpul dan penyebar pergerakan dari kawasan pembangkit dan penarik
pergerakan dari pusat permukiman dan fasilitas umum penduduk dengan lebar
jalan kurang dari 18 m; dan jalan lingkungan untuk meningkatkan aksesibilitas
terhadap kawasan permukiman penduduk dengan lebar jalan tidak kurang dari 7
m.
Sebagai sarana penunjang sistem transportasi, maka pada BWK3
diarahkan untuk mengembangkan terminal tipeC yang melayani pergerakan sub
regional serta penyediaan fasilitas tempat henti.
B. Sistem Transportasi Laut
Pengembangan transportasi laut menjadi hal yang penting mengingat
kondisi wilayah Propinsi Maluku Utara berupa kepulauan. Pada BWK diarahkan
untuk mengembangkan pelabuhan dengan skala pelayanan sub regional.

2.1.7. Rencana Teknik Ruang Kota Sofifi (BWK 4)

2.1.7.1. Rencana Pengembangan Kawasan


Tujuan pengembangan kawasan BWK4 Kota Sofifi untuk mencapai
tujuan perencanaan kota antara lain sebagai berikut:
Mencapai tingkat pelayanan yang maksimal bagi pengembangan bagian
selatan Kota Sofifi (BWK4).
Pengembangan zona industri untuk menampung perkembangan industri
di Kota Sofifi.
Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan, yakni dengan
mengupayakan proporsi antara lahan terbangun dan tidak terbangun
sebesar 40:60.
Memanfaatkan daya guna dan hasil guna serta meningkatkan kualitas
ruang secara optimal untuk pelayanan warga kota.
Memberikan guideline yang jelas dan tegas dalam rangka pengendalian
dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik.
Adapun konsep perancangan kawasan didasarkan pada struktur kota
yang akan dibentuk (meneruskan jalan arteri primer dari BWK3 sampai di bagian
tengan BWK4, yang kemudian menyatu dengan jalan kolektor ke arahh selatan)
dan peruntukan lahan mikro (yang meliputi kegiatan komersil, industri
pengolahan, pelabuhan, pergudangan dan perumahan yang ditunjang pula
dengan adanya buffer atau green belt sepanjang konveyor dan jalur hijau).
2.1.7.2. Rencana Struktur Tata Ruang dan Sistem Pelayanan
Rencana struktur tata ruang kota BWK4 mengacu pada pola
penyebaran pusatpusat pelayanan yang akan ditempatkan pada masingmasing
Sub BWK, meliputi:
A. Pusat BWK
Memiliki fungsi strategis sebagai pusat pelayanan BWK, pusat
perdagangan dengan skala pelayanan kota dan lokal, sehingga memiliki
kecenderungan sebagai pusat orientasi pergerakan.
Memiliki fasilitas dengan skala pelayanan mencakup kawasan BWK
seperti pusat perdagangan, pusat pemerintahan dan komersil.
Pelayanan tingkat BWK ditempatkan di tengahtengah BWK4 agar
dapat dicapai dari semua BWK secara merata.
B. Sub Pusat BWK
Memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan bagi Sub BWK dan pusat
perdagangan permukiman.
Memiliki kelengkapan fasilitas skala pelayanan lingkungan, serta
memiliki aksesibilitas yang mudah dicapai dari perumahan yang berada
pada Sub BWK tersebut. Penempatan Sub BWK erat kaitannya dengan
pola sistem jaringan jalan yang ada serta fasilitas pelayanan yang
membentuk Sub Pusat BWK tersebut.
C. Blok Lingkungan
Kriteria dan blok lingkungan adalah batasan dari pengelompokan
bangunan yang mempunyai kedekatan fisik serta memiliki fungsional tertentu
yang dibatasi ruas jalan.

2.1.7.3. Rencana Penggunaan Lahan


A. Kawasan perumahan
Kawasan perumahan di Kota Sofii terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu
perumahan kepadatan tinggi dengan kavling 330 m2 dialokasikan pada ruasruas
jalan lingkungan; perumahan kepadatan sedang dengan kavling 600 m2;
perumahan kepadatan rendah dengan kavling 1.200 m2 dialokasikan pada ruas
jalan kolektor dan lokal.
B. Kawasan perdagangan
Meliputi daerah sepanjang jalan kolektor yang ada di bagian barat BWK,
hal ini didasari kawasan BWK4 diperuntukkan untuk lahan permukiman
perkotaan.
C. Fasilitas sosial dan pelayanan umum
Penggunaan lahan fasilitas sosial dan pelayanan umum disebar di
setiap Sub BWK untuk memudahkan pencapaian oleh masyarakat.
D. Kawasan ruang terbuka dan konservasi
Ditempatkan pada setiap subsub pusat BWK dan di pinggirpinggir
kota, yang diperlukan juga sebagai buffer antara daerah permukiman dengan
zona industri.
E. Kawasan pelabuhan
Diarahkan untuk berkembang menjadi pelabuhan berskala regional dan
sebagai pelabuhan angkutan barangbarang industri yang berada di BWK4.
F. Zona industri
Ditempatkan terpusat di bagian selatan BWK dan yang dominan adalah
industri pengolahan.
G. Kawasan pergudangan
Dikembangkan dekat dengan zona industri dan dekat pelabuhan, yang
ditujukan untuk efetifitas dan efisiensi biaya tarnsportasi dan waktu.

2.1.7.4. Rencana Sistem Transportasi


A. Sistem transportasi jalan raya
Menurut hirarkinya, sistem jaringan jalan di BWK4 Kota Sofifi, meliputi:
jalan arteri sekunder, merupakan ruas jalan utama yang menghubungkan
kegiatan kota dengan fungsi kegiatan primer dengan damija selebar 40 m; jalan
kolektor berfungsi untuk mengalihkan sebagian pergerakan nasional dengan
damija selebar 33 dan 28 m; jalan lokal berfungsi sebagai pengumpul dan
penyebar pergerakan dari kawasan pembangkit dan penarik pergerakan dari
pusat permukiman dan fasilitas umum penduduk dengan lebar jalan kurang dari
18 m; dan jalan lingkungan untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap kawasan
permukiman penduduk dengan lebar jalan tidak kurang dari 7 m.
B. Sistem transportasi laut
Pengembangan transportasi laut menjadi hal yang penting mengingat
kondisi wilayah Propinsi Maluku Utara berupa kepulauan. Penyediaan pelabuhan
atau dermaga lebih difokuskan untuk menjadi terminal barang, mengingat
pelabuhan di BWK4 ditujukan bagi pengangkutan barang skala sub regional dan
juga regional. Dalam pelabuhan ini juga termasuk pembangunan terminal
manusia.

2.1.8. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan BWK 3 dan 4 Kota Sofifi

2.1.8.1. Rencana Pembangunan Wilayah


Konsep pengembangan yang menjadi referensi pembangunan harus
memperhatikan beberapa aspek yang akan mempengaruhi konsep
pengembangan itu sendiri, yaitu pola spasial kegiatankegiatan fungsional serta
keterkaitan antar kegiatan sehingga membentuk struktur ruang wilayah secara
utuh.
Konsep struktur ruang bagian wilayah kota makro
Diarahkan pada terbentuknya struktur tata ruang kota yang terintegrasi
dengan BWK 1 dan 2, dimana BWK 3 dan 4 diarahkan sebagai pusat
kegiatan di Kota Sofifi.
Konsep struktur ruang bagian wilayah kota mikro
Menggambarkan alokasi kegiatan utama BWK, pusat permukiman dan
wilayah pelayannya serta pola jaringan jalan di dalam Kota Sofifi.

2.1.8.2. Rencana Peruntukan Lahan


Peruntukan lahan pada BWK 3 dan 4 ditujukan untuk mengupayakan
keseimbangan dan keterkaitan antar peruntukan lahan Kota Sofifi secara
keseluruhan dengan wilayah perencanaan. Adapun sasaran peruntukan
lahannya antara lain:
Mempertegas batas kota untuk mencegah pengembangan permukiman
ke arah kawasan lindung.
Menjaga perkembangan pada batas kota sampai batas optimum untuk
mencapai efisiensi transportasi dan utilitas.
Mengupayakan hubungan dan keterkaitan secara fungsional dengan
berbagai peruntukan di sekitar pusat BWK 3 dan 4.
Sedangkan untuk rencana zoning penggunaan lahan pada kawasan
pada BWK 3 dan 4 Kota Sofifi adalah:
Komersil (perdagangan dan pertokoan)
Perumahan
Pergudangan
Industri pengolahan atau industri kecil
Pelayanan sosial

2.1.8.3. Rencana Intensitas Pemanfaatan Lahan


A. Intensitas pemanfaatan lahan
Penataan intensitas terbagi menjadi penataan nilai KLB (Koefisien
Lantai Bangunan), KDB (Koefisien Dasar Bangunan), KDH (Koefisien Dasar
Hijau) dan KTB (Koefisien Tapak Basement). Konsep umum penyebaran
intensitas pada kawasan perencanaan adalah:
Distribusi nilai KDB dan KLB tinggi untuk kawasan komersil utama,
dimana dapat diarahkan untuk penambahan tinggi bangunan.
Nilai KDB dan KLB rendah pada kawasan hunian dan area terbuka
hijau.
B. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Penetapan nilai Koefisien Dasar Bangunan (KDB) pada BWK 3 dan 4,
meliputi:
Nilai KDB kawasan permukiman dibagi menjadi tiga tingkatan
berdasarkan ukuran dan tipe bangunan rumahnya, meliputi:
a. Perumahan tipe kecil atau sederhana luas KDB nya 36%
b. Perumahan tipe sedang luas KDB nya 27%
c. Perumahan tipe besar luas KDB nya 60%
Nilai KDB kawasan perkebunan dan pertanian ditetapkan luas KDB nya
30% dan diperbolehkan upaya pengembangan dengan luas maksimum
KDB nya 60%.
Nilai KDB kawasan perdagangan luas KDB nya 60% dengan tetap
memperhatikan keberadaan ruang terbuka sebagai tata hijau.
Nilai KDB kawasan lindung luas KDB nya 0%, dimana kawasan tersebut
tidak akan dibangun dengan tujuan untuk menjaga kealamian kawasan.
C. Koefisien Tapak Basement (KTB)
Nilai koefisien lantai basement ditetapkan tidak boleh melebihi dari nilai
KLB yang berlaku. Dalam perhitungan KLB, luas lantai di bawah tanah
(basement) diperlakukan sama seperti luas lantai di atas tanah.
D. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Nilai KLB diperoleh dari hasil penjumlahan keseluruhan luas lantai
bangunanbangunan (basement, lantai dasar dan lantai atas) yang kemudian
dibagi dengan luas daerah perencanaan. Adapun penetapan nilai KLB pada
BWK 3 dan 4, meliputi:
Nilai KLB kawasan permukiman dibagi menjadi tiga tingkatan
berdasarkan ukuran dan tipe bangunan rumahnya, meliputi:
a. Perumahan tipe kecil atau sederhana nilai KLB sebesar 0,36
b. Perumahan tipe sedang nilai KLB sebesar 0,27
c. Perumahan tipe besar nilai KLB sebesar 0,6
Tidak menutup kemungkinan adanya penambahan KLB, namun tetap
dibatasi nilainya sebesar 0,9.
Nilai KLB kawasan perkebunan dan pertanian lahan kering ditetapkan
sebesar 0,3.
Nilai KLB kawasan perekonomian dan jasa ditetapkan sebesar 0,6.
Untuk kawasan hutan lindung tidak ditetapkan nilai KLB, mengingat
batasanbatasan pembangunan di kawasan lindung tidak dapat
dilanggar.
E. Koefisien Dasar Hijau (KDH)
Nilai KDH ditentukan untuk masingmasing sub blok dan tidak dapat
dipertimbangkan menurut ratarata keseluruhan kawasan. Penetapan nilai KDH
di BWK 3 dan 4 berbeda tiap zonanya, yang dimaksudkan agar dalam
pembangunan tetap memperhatikan keberadaan RTH sebagai jantung kawasan.
Penetapan KDH disesuaikan juga dengan peruntukan lahan dan luas lahan yang
ada. Adapun penetapan nilai KDH pada BWK 3 dan 4, meliputi:
Kawasan permukiman, nilai KDH ditetapkan sebesar 20% dari luas
keseluruhan lahan.
Kawasan perkebunan, nilai KDH ditetapkan 70% dari luas keseluruhan
lahan.
Kawasan perdagangan dan jasa, nilai KDH ditetapkan sebesar 20%.
Kawasan hutan lindung, nilai KDH ditetapkan sebesar 85%.

2.1.8.4. Rencana Tata Bangunan


Bangunan yang dikembangkan pada BWK 3 dan 4 meliputi bangunan
perumahan, perkantoran, perdagangan, pendidikan, peribadatan, rekreasi,
fasilitas umum dan elemen penunjang bangunan (street furniture dan signage).
Luas bangunan dasar direncanakan untuk intensitas penggunaan lahan
klasifikasi rendahmenengah, yaitu KDB sebesar 2050%. Adapun rencana tata
bangunan, meliputi:
Rencana pengembangan massa bangunan, yang dapat dikendalikan
melalui pengaturan sempadan bangunan, KDB dan KLB.
Rencana jarak bebas bangunan, dengan memperhatikan kriteria
intensitas pemanfaatan dan tata guna lahan; keamanan terhadap
bahaya kebakaran; pencahayaan dan penghawaan bangunan dan
fungsi jalan.
Rencana ketinggian bangunan pada BWK 3 dan 4, meliputi:

Tabel 2.29. Alokasi Pemanfaatan Ruang Kawasan Terbangun di BWK 1


No Lokasi Ketinggian Bangunan Fungsi Bangunan
1 Kawasan perdagangan jasa 13 lantai Perdagangan jasa
2 Kawasan perumahan kepadatan 12 lantai Hunian, kepadatan rendah,
rendah, sedang dan tinggi sedang dan tinggi
3 Kawasan industri 12 lantai Perindustrian
4 Kawasan pergudangan 12 lantai Pergudangan
Sumber : RTBL BWK 3 dan BWK 4 Kota Sofifi

Rencana orientasi bangunan


Orientasi bangunan diarahkan pada pusatpusat lingkungan yang ada di
tengahtengah kawasan permukiman serta diarahkan adanya akses
akses yang menghubungkan jalan utama dengan jalan lokal sehingga
orientasi bangunan dapat tersebar merata.
Rencana tipologi dan arsitektur bangunan
Arahan rencana tipologi dan arsitektur bangunan dikelompokkan
menurut fungsi bangunan, meliputi:
a. Bangunan perdagangan jasa diarahkan pada arsitektur modern yang
juga memperhatikan lingkungan sekitar.
b. Bangunan permukiman diarahkan pada arsitektur kontekstual, yaitu
mengikuti pola lingkungan sekitar, misalnya arsitektur tropis.
c. Bangunan pelayanan umum diarahkan pada arsitektur khas Maluku.

2.2. Tinjauan Kebijakan yang Terkait dengan Tata Ruang Kota


Sofifi
2.2.1. Tataran Transportasi Wilayah Perhubungan Propinsi Maluku Utara

2.2.1.1. Arah Pengembangan Transportasi Wilayah Propinsi Maluku Utara


Pengembangan transportasi wilayah di Propinsi Maluku Utara pada
dasarnya harus dapat mendukung Strategi Pembangunan Daerah pada
khususnya dan Strategi Pembangunan Nasional pada umumnya. Berdasarkan
hal tersebut maka Visi Pemerintah Daerah Propinsi Maluku Utara berkaitan
dengan Rencana Kebijakan Pengembangan Transportasi Wilayah di Propinsi
Maluku Utara Periode 20072027 adalah “Mewujudkan Pelayanan Perhubungan
yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Bagi Kemajuan Daerah
Propinsi Maluku Utara Secara Berkelanjutan”.

2.2.1.2. Rencana Pengembangan Transportasi Wilayah Propinsi Maluku Utara


Arah pengembangan kawasan sentra produksi/andalan di Propinsi
Maluku Utara dibagi menjadi beberapa arahan pengembangan sesuai dengan
karakteristik dan potensi di masingmasing kawasan, yaitu:
1. Arah Pengembangan Kawasan Segitiga Emas
Kawasan andalan segitiga emas diarahkan pada Ternate – Tidore –
Sofifi, yang merupakan andalan dalam fungsi infrastruktur jasa perdagangan dan
birokrasi. Dimana ketiga kawasan tersebut membentuk suatu keterkaitan
Segitiga Pusat Pertumbuhan yang menjadi lokomatif pertumbuhan sektorsektor
jasa dan perdagangan di Propinsi Maluku Utara.
2. Arah Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Berbasis Sumberdaya
Lokal
Kawasan sentra produksi berbasis sumber daya lokal ini akan diarahkan
pengembangannya pada kawasan di Propinsi Maluku Utara sebagai berikut:
a. Kawasan Sentra Produksi Hamahera Utara meliputi Kecamatan
Tobelo, Tobelo Selatan, Galela, Morotai Utara, Morotai Seatan.
Morotai Selatan Barat, Loloda Utara, Kao dan Malifut.
b. Kawasan Sentra Produksi Halmahera Barat, meliputi Kecamatan
Jailolo, Jailolo Selatan, Sahu, Ibu dan Loloda. Kawasan Halmahera
barat termasuk dalam kawasan tertinggal sehingga perlu
dikembangkan dalam rangka mengurangi kesenjangan pertumbuhan
antara kawasan.
c. Kawasan Sentra Produksi Halmahera Timur meliputi Kecamatan
Wasile, Maba, Maba Selatan dan Wasile Selatan. Dimana
pengembangan kawasan ini antara lain pengembangan kawasan
pertanian tanaman pangan dan holtikultura serta perkebunan,
pengembangan sektor industri kerajinan dan pengolahan hasil
pertanian, sentra produksi pertambangan nikel, sentra penangkapan
dan pengolahan ikan, serta pusat produksi pengolhan (kayu, ikan dan
tambang).
d. Kawasan Sentra Produksi Halmahera Tengah meliputi Kecamatan
Weda, Patani dan Pulau Gebe.
e. Kawasan Sentra Produksi meliputi Kecamatan Pulau Ternate,
Ternate Selatan, Ternate Utara dan Moti.
f. Kawasan Sentra Produksi Tidore Kepulauan, meliputi Kecamatan
Tidore, Tidore Selatan, Tidore Utara, Oba Utara dan Oba.
g. Kawasan Sentra Produksi Halmahera Selatan meliputi Kecampatan
Pulau Makian, Kayoa, Gene Timur, Gane Barat, Obi, Obi Selatan,
Bacan, Bacan Timur, dan Bacan Barat.
h. Kawasan Sentra Produksi Kepulauan Sula, meliputi Kecamatan
Sanana, Mangole Timur, Sulabesi Barat, Taliabu Barat, Taliabu Timur
dan Mangole Barat.
3. Arah Pengembangan Kawasan Perbatasan Negara (Pulau Morotai)
Sebagai kawasan perbatasan negara dan kawasan strategis nasional,
kedudukan Pulau Morotai memiliki beberpa potensi pengembangan, antara lain
sebagai berikut:
Potensi otoritas teritorial wilayah NKRI
Potensi pertahanan dan keamanan
Potensi pengembangan sektor pariwisata
Potensi pengembangan sektor industri
Dalam pengembangannya ke depan, kawasan Pulau Morotai lebih
difokuskan pada pengembangan Kawasan Perbatasan yaitu Kawasan
Pertahanan dan Kemananan dengan pengembangan potensi utamanya adalah
pengembangan sektor pariwisata taman laut dan atraksi budaya.

2.2.1.3. Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Wilayah


1. Arahan Pengembangan Transportasi Nasional di Propinsi Maluku Utara
Perlunya peningkatan aksesibilitas yang dicerminkan dari simpul dan
jaringan prasarana transportasi terhadap luas wilayah propinsi. Selanjutnya perlu
perhatian pada peningkatan wilayah pelayanan dan kapasitas pelayanan sarana
transportasi untuk angkutan penumpang dan barang secara nasional sesuai
dengan perkembangan kondisi masingmasing wilayah. Pada tahap berikutnya
yang perlu diperhatikan adalah upaya meingkatkan keselamatan, ketertiban
pelayanan, kemudahan informasi dan keterpaduan pelayanan dalam
penyelenggaraaan jasa transportasi nasional. Selain itu berdasarkan Tataran
Transportasi Nasional (TATRANAS) tahun 2007 telah diarahkan beberapa
rencana pengembangan sistem trnsportasi nasional terhadap transportasi di
Propinsi Maluku Utara antara lain berupa rencana pengembangan terminal, jalan
nasional. Pelabuhand an lintasan penyeberangan antar kota dan antara
negara,pengembangan pelabuhan utama, serta pengembangan bandara udara
pusat penyeberangan.
2. Rencana Pengembangan Transportasi Wilayah Propinsi Maluku Utara
Dalam hal pengembangan wilayah, sistem transportasi berfungsi untuk
menjembatani keterkaitan fungsional antar sosial ekonomi di Propinsi Maluku
Utara. Sesuai dengan funmgsinya tersebut, maka arah kebijakan pengembangan
sistem transportasi diarahkan untuk menunjang pengembangan tata ruang di
Propinsi Maluku Utrara berdasarkan konsep skenario pengembangan
transportasi. Maka untuk arah pengembangan transportasi wilayah Kelupauan
Propinsi Maluku Utara hingga tahun 2007 pada ketiga sektor transportasi yakni
darat, laut dan udarta dalah:
a. Rencana Pengembangan Transportasi Darat (Periode Tahun 2007 –
2027)
Rencana Program Pengembagan Lalu Lintas Angkutan Jalan
(LLAJ)
Rencana Pengembangan Jaringan Jalan
Rencana Pengembangan Prasarana Terminal Angkutan Umum
Rencana Pengembangan Pelayanan Angkutan Umum
Rencana Pengembangan Pelayanan Angkutan Barang dan
Sarana Jembatan Timbang
Rencana Program Pengembangan Sarana dan Prasarana
Transportasi Penyeberangan
Rencana Pengembangan Pelayanan Angkutan Penyeberangan
b. Rencana Pengembangan Transportasi Laut (Periode Tahun 2007 –
2027)
Konsep dasar dalam pengembangan transportasi laut adalah
tersedianya pelabuhan laut yang berfungsi melayani interkoneksi
antar wilayah serta menaikkan pangsa pasar armada pelayaran baik
regional, nasional maupun internasional (eksportimport), baik untuk
angkutan laut pada pelayaran rakyat, perintis, nusantara maupun
pelayaran samudra ke arah Kawasan Pasifik dan Australia. Untuk
rencana pengembangan transportasi laut hingga tahun 2027 antara
lain:
Rencana Program Pembangunan Transportasi Laut
Rencana Pembangunan Sarana/Prasarana Transportasi Laut
Rencana Restrukturasi Kelembagaan dan Peraturan Bidang
Transportasi Laut
Rencana Peningkatan Pelayanan Transportasi Laut
c. Rencana Pengembangan Pelabuhan Laut
Rencana pengembangan pelabuhan laut hingga tahun 2007
berdasarkan hierarki, peran dan fungsi pelabuhan laut di Propinsi
Maluku Utara meliputi pelabuhan umum yang terdiri dari pelabuhan
laut internasional, pelabuhan laut nasional, pelabuhan laut regional
serta pelabuhan laut lokal, dan pelabuhan laut khusus.
3. Rencana Pengembangan Dermaga Pangkalan Kesatuan Penjagaan
Laut dan Pantai (KPLP)
Pembangunan dermaga untuk Pangkalan Kesatuan Penjagaan Laut dan
Pantai (KPLP) diarahkan pada kawasan pelabuhan laut yang berada pada
kawasan perairan yang berpotensi terjadi pelanggaran seperti ilegak fishing,
ilegal loging, dan lainnya, khususnya pada kawasan pantai sekitar perbatasan
propinsi dan perbatasan negara di perairan bagian uutara Propinsi Maluku Utara
(perairan Pulau Morotai).
4. Rencana Pengembangan Dermaga Kapal Navigasi dan Pandu
Pembangunan dermaga untuk kapal navigasi dan pandu diarahkan
untuk memudahkan operasional kenavigasian dan keselamatan pelayaran di
pelabuhan internasional, nasional dan regional.
5. Rencana Pengembangan Pelayaran Angkutan Laut
Pengembangan alur pelayaran angkutan laut di wilayah Kepulauan
Propinsi Maluku Utara diarahkan pada pengembangan rute/trayek kapal laut,
baik pelayaran internasional (samudra), pelayaran nasional (nusantara), regional
dan pelayaran lokal.

2.2.2. Studi Pengembangan Sistem Perkotaan di Kawasan TernateTidore


KepulauanSofifiJailolo

2.2.2.1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Perkotaan Tidore


Kebijakan pengembangan untuk semua kawasan perkotaan Tidore di
antaranya adalah sebagai berikut:
1. Pemantapan peran dan fungsi kota dalam pembangunan nasional.
Adapun strategi yang endukung kebijakan ini diantaranya adalah:
a. Strategi pengembangan sistem pusatpusat kegiatan perkotaan
b. Strategi pengembangan sistem prasarana
c. Strategi pemanfaatan ruang kota
d. Strategi pengembangan kawasan prioritas
e. Strategi pengembangan kegiatan perekonomian
2. Pengembangan permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya,
dan berkeadilan sosial. Adapun strategi yang mendukung kebijakan ini
diantaranya adalah:
a. Strategi pengembangan sistem prasarana
b. Strategi pemanfaatan ruang kota
c. Strategi pengembangan kegiatan perekonomian
3. Peningkatan kapasitas manajemen pembangunan perkotaan. Adapun
strategi yang mendukung kebijakan ini diantaranya adalah:
a. Strategi pengembangan sistem pusatpusat kegiatan perkotaan
b. Strategi pengembangan sistem prasarana
c. Strategi pemanfaatan ruang kota
d. Strategi pengembangan kawasan prioritas
e. Strategi pengembangan kegiatan perekonomian

2.2.2.2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Perkotaan Sofifi


Kebijakan pengembangan untuk semua kawasan perkotaan Sofifi di
antaranya adalah sebagai berikut:
1. Percepatan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Adapun strategi yang mendukung kebijakan ini diantaranya adalah:
a. Strategi pengembangan sistem prasarana
b. Strategi pengembangan kegiatan perekonomian
2. Pemantapan peran dan fungsi kota dalam pembangunan nasional.
Adapun strategi yang mendukung kebijakan ini diantaranya adalah:
a. Diperlukan pengembangan pelabuhan barang
b. Strategi pengembangan sistem pusatpusat kegiatan perkotaan
c. Strategi pengembangan sistem prasarana
d. Strategi pemanfaatan ruang kota
e. Strategi pengembangan kawasan prioritas
f. Strategi pengembangan kegiatan perekonomian
3. Pengembangan permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya,
dan berkeadilan sosial. Adapun strategi yang mendukung kebijakan ini
diantaranya adalah:
a. Strategi pengembangan sistem pusatpusat kegiatan perkotaan
b. Strategi pengembangan sistem prasarana
c. Strategi pemanfaatan ruang kota
d. Strategi pengembangan kegiatan perekonomian
4. Peningkatan kapasitas manajemen pembangunan perkotaan. Adapun
strategi yang mendukung kebijakan ini diantaranya adalah:
a. Strategi pengembangan sistem pusatpusat kegiatan perkotaan
b. Strategi pengembangan sistem prasarana
c. Strategi pemanfaatan ruang kota
d. Strategi pengembangan kawasan prioritas
e. Strategi pengembangan kegiatan perekonomian

2.2.3. Penyusunan Ketentuan Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation)


Kawasan Pusat Pemerintahan Kota Sofifi (Maluku Utara)
Zoning regulation atau peraturan pelaksanaan dan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota ini dibuat dengan tujuan sebagai
berikut:
1. Mengatur kepadatan penduduk dan intensitas kegiatan, mengatur
keseimbangan keserasian peruntukan tanah dan menentukan tindak
atas suatu satuan ruang
2. Melindungi kesehatan, keamanan dan kesejaheraan masyarakat
3. Mencegah kesemrawutan, menyediakan pelayanan umum yang
memadai dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup
4. Meminimumkan dampak pembangunan yang merugikan
5. Memudahkan pengambilan keputusan secara tidak memihak dan
berhasil guna serta mendorong partisipasi masyarakat
Fungsi zoning regulation atau peraturan pelaksanaan dan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/ kota ini adalah:
Sebagai instrumen pengendalian pembangunan khususnya
pemanfaatan ruang
Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional
Sebagai panduan teknis pengembangan lahan
2.2.3.1. Sistem Tata Guna Lahan Kota Sofifi
Klasifikasi penggunaan lahan di Kota Sofifi dikembangkan berdasarkan
Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung dan PP no 47
tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Atas dasar itu,
penggunaan lahan di Kota Sofifi dibagi menjadi dua klasifikasi besar, yaitu
kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Sedangkan pemanfaatan ruang di Kawasan Pusat Pemerintahan Kota
Sofifi dibagi menjadi beberapa kategori yaitu hunian, komersial, jasa komersial,
perkantoran, institusional, industri, pelayanan dan jasa kendaraan bermotor dan
ruang terbuka hijau.

2.2.3.2. Ketentuan Pemanfaatan Ruang untuk Setiap Penggunaan Lahan


Ketentuan pemanfaatan ruang untuk setiap penggunaan lahan
menunjukkan boleh tidaknya sebuah sistem kegiatan dikembangkan dalam
sebuah klasifikasi penggunaan lahan. Jika terdapat sebuah penggunaan yang
belum tercantum dalam kategori pemanfaatan ruang, maka ijin untuk
penggunaan tersebut ditentukan menggunakan ketentuan yang berlaku. Jika
penggunaan tersebut diperbolehkan, maka penggunaan baru tersebut dapat
ditambahkan pada kategori atau melalui ketentuan yang berlaku.

2.2.3.3. Ketentuan Pembangunan untuk Setiap Penggunaan Lahan


Ketentuan pembangunan menunjukkan hubungan antara KDB, KLB,
GSB, KDH dan ketinggian bangunan dalam suatu persil yang direncanakan.
Hubungan ini berupa pembatasan baik dengan memberikan nilai maksimum
ataupun minimum untuk persil tersebut. Ketentuan pembangunan pada masing
masing peruntukan tanah hirarki 3 hanya dapat diberlakukan pada pembangunan
baru, peremajaan lingkungan, dan atau perbaikan lingkungan.
1. Intensitas Ruang
Yang dimaksud intensitas ruang adalah hubungan antara Koefisien
Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Dasar Hijau
(KDH), Kofisien Tapak Besmen (KTB), Ketinggian Bangunan, Jarak Bebas, yang
diatur sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan yang serasi. Intensitas
ruang diperhitungkan atas area perencanaan berupa unitunit pemilikan tanah
yang merupakan gabungan atau pemecahan dari perpetakan atau persil.
Perhitungan intensitas ruang ditentukan sebagai berikut:
a. Perhitungan luas lantai adalah jumlah luas lantai yang diperhitungkan
sampai batas dinding terluar.
b. Luas lantai ruangan beratap yang mempunyai dinding lebih dari
1,20m dihitung 100%.
c. Luas lantai beratap yang bersifat terbuka atau mempunyai dinding
tidak lebih dari 1,20m, dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dari
luas denah yang diperhitungkan sesuai dengan KDB yang ditetapkan
d. Overstek atap yang melebih 1,50m maka luas mendatar
kelebihannya dianggap sebagai lantai denah.
e. Teras tidak beratap yang mempunyai dinding tidak lebih dari 1.20m di
atas lantai teras, tidak diperhitungkan.
f. Untuk perhitungan luas lantai di bawah tanah diperhitungkan seperti
luas lantai di atas tanah dengan batasan Koefisien Tapak Besmen
yang telah ditetapkan.
g. Luas ruang bawah tanah (besmen) melewati batasbatas area
perencanaan atau berada di bawah prasarana kota atau di bawah
ruang terbuka publik ditentukan lebih lanjut dengan surat keputusan
bupati.
h. Luas lantai bangunan untuk parkir tidak diperhitungkan dalam
perhitungan KLB asal tidak melebihi dari 50% KLB yang telah
ditetapkan. Jika melebihi, maka diperhitungkan 50% terhadap KLB.
i. Bangunan Khusus untuk parkir yang bukan merupakan bangunan
pelengkap, luas lantainya diperbolehkan mencapai 200% dari KLB
yang ditetapkan dan perletakannya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2. Ketinggian Bangunan
Perhitungan ketinggian sebuah bangunan ditentukan sebagai beikut:
a. Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan dengan fungsi dan
bentuk arsitektural bangunannya.
b. Jarak vertikal lantai bangunan ke lantai berikutnya maksimal 5m
disesuaikan dengan fungsi bangunannya (kecuali bangunan ibadah,
industri, gedung olah raga, bangunan monumental, dan bangunan
gedung serba guna)
c. Lantai mesanin dihitung dalam ketentuan intensitas ruang.
d. Penggunaan rongga atap diperhitungkan dalam ketentuan intensitas
ruang.
e. Penambahan lantai atau tingkat suatu bangunan harus mendapatkan
persetujuan bupati.
3. Garis Sempadan Jalan dan Bangunan serta Jarak Bebas
Ketentuan mengenai GSB dan GSJ adalah sebagai berikut:
a. Ruang terbuka diantara GSJ dan GSB harus digunakan sebagai
unsur penghijauan atau daerah resapan air hujan dan atau utilitas
umum dan atau jalur pejalan.
b. Untuk kawasan pusat kota, ruang tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai fasilitas penunjang seperti kedai tempat makan/minum, pos
keamanan berupa bangunan sementara. Atau bisa juga sebagai
tempat parkir dengan tetap menyediakan jalur pejalan minimal 50%
dari keseluruhan ruang terbuka tersebut.
c. Penggunaanpenggunaan tersebut harus memenuhi ketentuan dan
standar yang berlaku tanpa mengurangi persyaratan unsur
penghijuan dan atau daerah resapan air hujan.
4. Koefisien Dasar Hijau
Ketentuan umum mengenai KDH adalah sebagai berikut:
a. Koefisien dasar hijau (KDH) ditetapkan sesuai dengan peruntukkan
dalam rencana tata ruang wilayah yang telah ditetapkan. KDH
minimal 10% pada daerah sangat padat/padat. KDH ditetapkan
meningkat setara dengan naiknya ketinggian bangunan dan
berkurangnya kepadatan wilayah.
b. Untuk perhitungan KDH secara umum, digunakan rumus: 100 %
(KDB + 20%KDB)
c. Ruang Terbuka Hijau yang termasuk dalam KDH sebanyak mungkin
diperuntukkan bagi penghijauan/penanaman di atas tanah. Dengan
demikian area parkir dengan lantai perkerasan masih tergolong RTH
sejauh ditanami pohon peneduh yang ditanam di atas tanah, tidak di
dalam wadah/container kedap air.
d. KDH tersendiri dapat ditetapkan untuk tiaptiap kelas bangunan
dalam kawasankawasan bangunan, dimana terdapat beberapa klas
bangunan dan kawasan campuran.
2.2.4. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kota Tidore Kepulauan

2.2.4.1. Strategi Dan Indikasi Program Pengembangan Pariwisata Kota Tidore


Kepulauan
Visi kepariwisataan Kota Tidore Kepulauan yakni “Pusat Pengembangan
Wisata Religius di Kawasan Timur Indonesia”. Dari rumusan visi, dimana
menjadikan Kota Tidore Kepulauan sebagai pusat pengembangan wisata religius
di Kawasan Timur Indonesia sangat berlasan dimana Kota Tidore sebagai “Kota
Islami, Kota Seribu Masjid” sehingga disebut sebagai “Kamarnya Kota Mekkah”.
Sedangkan misi dalam pengembangan Pariwisata Kota Tidore Kepulauan:
1. Kota Tidore Kepulauan merupakan jendela Maluku Utara (Window of
Maluku Utara)
2. Pusat pengembangan pariwisata Maluku Utara
3. Pengembangan pariwisata Kota Tidore Kepulauan berbasis pada
keunikan dan keunggulan lokal, untuk memperkuat pariwisata nasional.
4. Pengembangan pariwisata Kota Tidore Kepulauan merupakan bagian
dari syiar Islam.
5. Pengembangan pariwisata diharapkan menjaga dan melestarikan
lingkungan alami.
6. Pengembangan pariwisata merupakan bentuk ekspresi budaya Islam
sebagai pencitraan masyarakat Kota Tidore Kepulauan.
7. Pengembangan pariwisata merupakan loncatan baru untuk
mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Tidore
Kepulauan.

2.2.4.2. Strategi Dasar Pengembangan Kepariwisataan


Strategi yang akan dilakukan dalam mengembangkan sektor pariwisata
di Kota Tidore Kepulauan, terdiri dari beberapa strategi dasar yang dapat
diterapkan sebagai langkah awal perencanaan dan pengembangan pariwisata
sebagai berikut:
Pemasaran dan promosi obyek dan daya tarik wisata dioptimalkan dan
dilakukan secara berkesinambungan.
Peningkatan aksesibilitas ke dan dari obyek dan daya tarik wisata.
Pengembangan produk pariwisata dengan memperhatikan segmen
pasar, dapat dimantapkan secara komprehensif.
Kelembagaan disesuaikan dengan pengembangan interest serta
kerjasama lintas sektoral yang terkait.
Pengembangan SDM pengelola industri pariwisata yang harus dipacu
dan dimantapkan
Peningkatan pemahaman masyarakat tentang pariwisata
Pembuatan kalender pariwisata terhadap semua atraksiatraksi yang
disajikan dalam daerah wisata
Pengemasan semua obyek wisata dan daya tarik pariwisata dalam
bentuk paket wisata
Strategi pengembangan pariwisata dirumuskan sebagai berikut:
1. Strategi dasar yang bersifat multiplier
2. Strategi terkait dengan pengelolaan interest pariwisata
3. Strategi keterkaitan dan pengembangan produk
4. Strategi pemantapan pemasaran
5. Strategi pengembangan sumber daya manusia
6. Strategi spasial pengembangan wisata
7. Strategi pengembangan pariwisata bidang distribusi

Anda mungkin juga menyukai