Anda di halaman 1dari 22

I.

PENDAHULUAN

Sulawesi Utara adalah salah satu Propensi di Indonesia yang terletak di bagian utara Indonesia timur
dengan garis horisontal dari barat ke timur jazirah, dan terletak di garis teritorial utara letaknya di Kepulauan
Sangihe dan Talaud dimana letaknya berbatasan dengan Philipina yang membuat Sulawesi Utara terletak di posisi
strategis dalam era globalisasi dan itu terlihat dari sisi letak geografisnya.

Sulawesi Utara mempunyai 9 wilayah pemerintahan yaitu Kab. Minahasa, Kab. Minahasa Utara, Kab.
Minahasa Selatan, Kab. Bolaang Mongondow, Kab. Sangihe, Kab. Talaud, Kota Manado, Kota Bitung dan Kota
Tomohon yang mempunyai sumber daya alam yang membuat masyarakatnya sejahtera. Sumber daya alam yang
berpotensi seperti perikanan dan kelautan, pertanian, peternakan, dan sumber pariwisata alam.

Selain sumber daya alam yang telah digambarkan tadi, Sulawesi Utara juga di dukung oleh infrastruktur
yang ada seperti Pelabuhan Bitung, Bandara Internasional Sam Ratulangi di Manado, Listrik, Telekomunikasi dll.
Dimana sumber daya alam tersebut dapat menarik perhatian investor.

Untuk mengatur dan mengembangkan sumber daya alam ini sangat diharapkan bahwa akan membawa
para investor dari negara tersebut untuk menanam modal dan menyediakan tenaga kerja yang dapat
mengembangkan sumber daya alam di Sulawesi Utara. Dimana akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di Sulawesi Utara.

1
II. SEKILAS SULAWESI UTARA

1. Sejarah Pemerintahan

Sulawesi Utara mempunyai latar belakang yang panjang. Sebelum Kepulauan Utara menjadi daerah
tingkat I , pada permulaan kemerdekaan Indonesia status daerah ini adalah bagian dari Propinsi Sulawesi
yang di atur dalam PP No.5 tahun 1960, Sulawesi dibagi menjadi 2 bagian Yaitu Sulawesi Selatan – Tenggara
dan Sulawesi Utara – Tengah. Sulawesi Utara – Tengah terdiri dari Kotapraja Manado, Kotapraja Gorontalo
dan 8 daerah tingkat 2 yang terdiri dari Bolaang Mongondow, Sangihe talaud, Minahasa, Buol, Toli – Toli,
Donggala, Poso dan Luwuk Banggai.
Pada tanggal 23 September 1964 pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan UU No. 13 tahun
1964 yaitu merubah status dari Daerah tingkat I Sulawesi menjadi daerah otonom tingkat I Sulawesi Utara di
Manado sebagai ibukotanya. Sejak saat itu, Sulawesi utara berkembang dari Utara ke barat selatan , dari
ujung utara Miangas di Pulau Sangihe sampai ke Molosipat bagian barat Kab. Gorontalo.
Selanjutnya , lewat nuansa reformasi dan perkembangan daerah dilakukanlah pemekaran wilayah
dengan terbentuknya Propinsi Gorontalo sebagai hasil pemekaran dari Propinsi Sulawesi Utara. Dan pada
tahun 2002 dan 2003 Propinsi Sulawesi Utara berkembang dengan terbentuknya Kab. Talaud sebagai hasil
pemekaran dari Kab. Sangihe dan Talaud, dan Kab. Minahasa Selatan, Kota Tomohon dan Kab. Minahasa
Utara sebagai hasil pemekaran dari Kab. Minahasa.
Semenjak di realisasikannya demokrasi di Indonesia Pemilian Pemimpin di Indonesia dilakukan
secara langsung oleh rakyat Indonesia juga dilaksanakan di Sulawesi Utara. Dengan pelaksanaan pemilian
Gubernur dan Wakil Gubernur yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2005 dan terpilihlah Drs. S.H.
Sarundajang sebagai gubernur Sulawesi Utara dan Bpk. Freddy. H. Sualang sebagai wakil gubernur Sulawesi
Utara periode 2005 – 2010.
1.1 Visi
Visi dan Misi Daerah dengan demikian juga merupakan Visi dan Misi Gubernur dan Wakil Gubernur yang
dapat menghantar masyarakat Sulawesi Utara menuju masa depan yang lebuh baik adalah :

MEWUJUDKAN SULAWESI UTARA YANG BERBUDAYA, BERDAYA SAING,


DAN SEJAHTERA.
SASARAN POKOK :
a. BERBUDAYA ; Terwujudnya masyarakat Sulawesi Utara yang mempunyai budaya moderen dan
agamais serta berkepribadian/jatidiri yang dinamis, kreatif, inovatif, disiplin, berdaya tahan dan
mampu ikut mewarnai proses globalisasi.
b. BERDAYA SAING ; Terwujudnya masyarakat Sulawesi Utara yang sehat dan cerdas dengan
kemampuan untuk menjadi unggul di segala bidang.
c. SEJAHTERA; Terwujudnya masyarakat Sulawesi Utara yang bebas dari segala macam gangguan
agar dapat menjalani kehidupan yang aman, sentosa dan makmur.

1.2 MISI :
Yang adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan
visi adalah

2
a. Mengembangkan suasana kondusif dalam mempraktekkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa dalam kehidupan sehari hari.
b. Menerapkan clean government dan good governance yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.
c. Mewujudkan kondisi aman, damai, nyaman, tertib, dan disiplin.
d. Menegakkan prinsip-prinsip demokrasi, supremasi dan kepastian hukum, dan hak azasi manusia.
e. Memberdayakan dan meningkatkan peran perempuan dan perlindungan anak.
f. Mewujudkan masyarakat yang cerdas dan berdaya saing tinggi.
g. Mewujudkan masyarakat yang sehat dengan harapan hidup yang panjang.
h. Mengelola secara optimal sumberdaya alam Sulawesi Utara secara berkelanjutan dan pelestarian
lingkungan hidup.
i. Memberdayakan ekonomi lokal dan regional berbasis kerakyatan.
j. Meningkatkan peran pelaku bisnis dalam kegiatan ekonomi lokal, regional dan global.
k. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, dan menjamin kebebasan pers yang
bertanggung jawab.
l. Meningkatkan pembangunan di kawasan perbatasan.
m. Menurunkan pengangguran, kemiskinan, dan mengurangi masalah-masalah sosial.

2. GEOPOSISI

Secara universal paradigma pembangunan ekonomi telah berubah seiring dengan tuntutan ekonomi
global yang dewasa ini mengharapkan suatu aktifitas ekonomi menjadi lebih efesien dengan flexibilitas yang
tinggi. Batas-batas negara /wilayah administrasi pemerintahan (Propinsi, daerah) yang awalnya menjadi
preferensi untuk pengembangan/pembangunan ekonomi wilayah telah berubah, sehingga paradigma baru
pengembangan kawasan ekonomi saat ini semakin borderless. Artinya batas-batas negara/ pemerintahan
menjadi semakin tidak jelas untuk pengembangan ekonomi wilayah/ kawasan. Di Eropah sekalipun yang
merupakan negara-negara ekonomi maju telah menyatukan mata uang mereka (euro) untuk efisiensi
perdagangan ekonomi wilayah.

3
Dalam perpektif Nasional, Otonomi daerah yang digulirkan oleh pemerintah sebagai jawaban atas tuntutan
demokrasi/ masyarakat membawa implikasi terhadap perubahan paradigma pembangunan yang dewasa ini diwarnai
dengan isyarat Globalisasi. Saat ini daerah cenderung lebih leluasa dalam mengelola gagasan dan konsep serta
merumuskan kebijakan pembangunan daerah. Terbukanya peluang bagi pemerintah daerah mengembangkan
kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi daerahnya. Dalam konteks ini
otonomi daerah akan memungkinkan lahirnya berbagai prakarsa pemerintah daerah untuk menawarkan fasilitas
investasi dan membangun berbagai infrastruktur yang menunjang pertumbuhan ekonomi daerahnya. Pada masa lalu
top down planning begitu kuat dan pada saat ini cenderung ke arah bottom up planning. Otonomi daerah diharapkan
akan membawa masyarakat ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.

4
Provinsi Sulawesi Utara dengan ibukota Manado, secara geografis terletak di antara 0,300 – 4,300 lintang
utara dan 123,00 – 127,00 bujur timur, dengan luas wilayah 15.272,44 km2. Sebagian besar wilayahnya merupakan
perbukitan rendah dengan ketinggian 0-2000 meter di atas permukaan laut. Propinsi Sulawesi Utara dengan jumlah
penduduk 1.980.543 orang dan kepadatan penduduknya 129,68 orang per km2 tergolong masyarakat agraris, di
mana mata pencarian penduduk Propinsi Sulawesi Utara hampir separuh di sektor pertanian.

Dalam perpektif regional maupun internasional Provinsi Sulawesi Utara berada pada posisi strategis
karena terletak di bibir pasifik (pacific reem) yang secara langsung berhadapan dengan negara-negara asia timur
dan negara-negara pasifik. Posisi demikian menguntungkan Sulawesi Utara, karena secara geografis akan menjadi
pintu gerbang perdagangan di kawasan timur Indonesia di wilayah Asia Pasifik.

5
Predikat sebagai pintu gerbang tersebut ditopang dengan adanya Pelabuhan Samudra Bitung yang
mampu menampung jenis kapal laut dalam ukuran besar, serta Bandara Internasional Sam Ratulangi. Untuk
pelabuhan samudra Bitung sudah diperluas dengan dibangunnya fasilitas pelabuhan kontainer yang mampu bongkar
muat komoditi ekspor dan impor bagi kapal-kapal yang menggunakan fasilitas pelabuhan tersebut. Selanjutnya
dalam rencana makro Nasional di Sulawesi Utara (Bitung) akan dibangun International Hub Port (IHP).
Dalam era globalisasi perdagangan, semua pihak (stakeholders) harus mengantisipasi pekembangan dan
manfaat positif di era perdagangan bebas (free trade zone) seperti AFTA (Asean Free Trade Area), NAFTA, APEC
serta pertumbuhan ekonomi global yang memanfaatkan fasilitas perdagangan yang ada di Sulawesi utara.
Keunggulan komparatif yang ada dengan didukung sejumlah fasilitas penunjang yang ada harus dikelola secara
optimal agar dapat memberikan kontribusi dalam memacu akselerasi pembangunan propinsi Sulawesi Utara.
Keunggulan posisi strategis tersebut perlu dioptimalkan sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi,
perdagangan, pariwisata, jasa, industri manufaktur, dan bidang lain di Sulawesi Utara khususnya dan Indonesia
pada umumnya.

6
3. KONDISI MAKRO EKONOMI

Nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan dalam setahun oleh para pelaku
ekonomi di Sulawesi Utara yang tercermin dari PDRB untuk tahun 2004 mencapai Rp 14,13 triliun (HB) dan
Rp 3,88 triliun (HK). Nilai tersebut telah mengalami perkembangan hampir enam setengah kali untuk harga
berlaku dan untuk harga konstan mengalami perkembangan lebih dari satu setengah kali dari tahun 1993.
Meningkatnya angka PDRB Sulawesi Utara khusus untuk harga berlaku disebabkan terjadi lonjakan harga di
tahun 1998 yang langsung meningkat tajam lebih dari tiga kali dibanding tahun 1993.
Dilihat darai sisi penawaran, lokomotif pertumbuhan PDRB Sulawesi Utara terutama disumbangkan
oleh sektor pertanian sebesar 26,45 persen, kemudian diikuti oleh sektor angkutan dan komunikasi sebesar
17,14 persen, sektor jasa-jasa 13,98 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 13,39 persen, sektor
bangunan 10,62 persen. Selanjutnya untuk sektor industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, listrik,
gas dan air serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan semuanya hanya berperan di bawah 10
persen. Selanjutnya, meskipun telah terjadi perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
perkapita Sulawesi Utara yang saat ini mencapai Rp 7,54 juta rupiah, namun angka tersebut masih jauh
berada di bawah rata rata nasional. Kondisi ini mengindikasikan Sulawesi Utara masih harus bekerja keras
untuk tidak semakin tertinggal dari daerah lain yang terus melaju pesat.

Dilihat dari sisi permintaan, kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Sulawesi Utara masih
di dominasi oleh konsumsi rumah tangga dengan share 59,04 persen. Nilai share ini meningkat dibandingkan
sebelumnya yang tercatat 57,99 persen. Kegiatan lain yang peranannya meningkat adalah konsumsi
lembaga swasta non profit dengan kontribusi sebesar 0,15 persen (meningkat 0,06 persen dari sebelumnya).
Demikian pula dengan ekspor, juga memperlihatkan kinerja yang membaik, tercermin dari peningkatan
kontribusi kegiatan tersebut dari 3,41 persen menjadi 7,75 persen. Peningkatan laju konsumsi tersebut
antara lain didorong oleh meningkatnya kredit konsumsi sebesar 25,80 persen.

Perkembangan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan II 2005 cukup menggembirakan. Tercermin
dari laju pertumbuhan tahunan yang mencapai angka 4,51 persen atau secara triwulanan 8,11 persen. Dari
sisi produksi sektor dominan pembentuk PDRB masih didominasi oleh sektor pertanian dengan kontribusi
(share) sebesar 27,65 persen, diikuti oleh sektor pengangkutan 16,94 persen dan sektor jasa-jasa 13,99
persen. Seluruh sektor pembentuk PDRB pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif.
Perkembangan indikator perbankan Sulawesi Utara sampai dengan triwulan III tahun 2005 cukup baik. Hal ini
antara lain tercermin dari meningkatnya dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun yakni sebesar Rp 4,84
Triliun. Demikian pula jumlah kredit yang telah disalurkan sampai dengan triwulan III sebesar Rp 3,9 Triliun
atau meningkat 25,35 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan demikian, fungsi
intermediasi perbankan yang tercermin pada Rasio Pinjaman dan Tabungan Masyarakat (Loan Deposit
Ratio) sebesar 75,01 persen.

Kunjungan wisatawan mancanegara ke Sulawesi Utara sampai akhir bulan Juni 2005 mencapai
6.091 orang. Jumlah ini masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya
yang mencapai 7.228 orang atau turun 15,73 persen. Namun demikian, dibandingkan dengan tahun

7
sebelumnya, kunjungan wisatawan mancanegara cukup menggembirakan yaitu mencapai 3.650 orang atau
meningkat 49,53 persen. Sebagian besar kedatangan wisatawan mancanegara tersebut melalui Bandara
Sam Ratulangi Manado sedangkan hanya sebagian kecil melalui Pelabuhan Bitung. Sementara itu, rata-rata
tingkat hunian hotel berbintang di Sulawesi Utara sepanjang tahun 2005 (sampai akhir Juni 2005) mencapai
52,79 persen. Angka tersebut cukup menggembirakan karena merupakan yang tertinggi sejak kurun waktu
tahun 1996.

4. KINERJA INVESTASI
Perkembangan kegiatan investasi di Sulawesi Utara pada triwulan II 2005 cukup menggembirakan
tercermin dari meningkatnya nilai tambah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) secara tahunan yang
tumbuh 0,98 persen, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,28 persen. Perkembangan
kegiatan investasi tersebut ternyata seiiring pula dengan peningkatan penyaluran kredit investasi dan modal
kerja. Sampai akhir bulan Mei 2005, jumlah kredit investasi dan modal kerja yang berhasil disalurkan
mencapai Rp. 1.494 miliar atau naik 11,58 persen dibandingkan triwulan II tahun 2004. Guna
menggairahkan iklim investasi, pemerintah di daerah juga perlu segera membenahi sarana dan prasarana
seperti SDM, listrik, air bersih, jalan, serta membuat kebijakan-kebijakan untuk mendukung terciptanya iklim
yang kondusif untuk berinvestasi. Apabila hal-hal tersebut tidak segera dibenahi, maka tingkat efisiensi
investasi di tahun-tahun mendatang diperkirakan tidak akan mengalami banyak perubahan. Sementara itu,
hasil forum diskusi yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Manado dengan melibatkan Pemda,
Perbankan, Akademisi dan pelaku usaha, disimpulkan pula bahwa untuk meningkatkan daya saing Sulawesi
Utara dalam menjaring investor diperlukan kajian ulang terhadap berbagai Perda yang menghambat
masuknya investasi.

Nilai tambah kegiatan ekspor Sulawesi Utara baik antar Propinsi dan antar negara secara tahunan
pada triwulan II 2005 tumbuh 18,57 persen, naik dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,88 persen.
Laju pertumbuhan ini memberikan kontribusi sebesar 7,75 persen terhadap laju pertumbuhan Sulawesi Utara
secara keseluruhan. Namun demikian, pertumbuhan ekspor tersebut masih dibarengi oleh tingginya impor
barang yang berasal dari propinsi/daerah lain sehingga secara keseluruhan kegiatan perdagangan masih
berada kondisi defisit perdagangan (net impor). Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan masyarakat
Sulawesi Utara banyak yang masih harus didatangkan dari luar daerah, serta sedikitnya perusahaan-
perusahaan yang bertindak sebagai produsen di wilayah ini.

Sementara itu, berdasarkan nilai perdagangannya antar negara, nilai realisasi ekspor Sulawesi
Utara ke luar negeri dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan sejak tahun 2001. Sampai dengan
Mei 2005, nilai realisasi ekspor luar negeri tercatat sebesar USD 181,80 juta. Angka ini diharapkan akan
terus meningkat sampai akhir tahun 2005 sehingga akan melebihi angka realisasi ekspor tahun 2004 sebesar
USD 248,15 juta. Meningkatnya nilai ekspor, ternyata seiring dengan terus menurunnya tingkat
ketergantungan Sulawesi Utara terhadap barang atau jasa dari luar negeri. Hal ini tercermin dari nilai impor

8
yang terus memperlihatkan kecenderungan penurunan dimana sampai Mei 2005, nilai impor tercatat sebesar
USD 4,31 juta. Kecenderungan meningkatnya perdagangan antar negara tercermin pula pada volume
perdagangannya. Sampai Mei 2005, volume ekspor tercatat sebesar 293,88 ribu ton dengan volume import
sebesar 2,42 ribu ton. Dengan demikian, sampai Mei 2005, Sulawesi Utara mencatat surplus perdagangan
luar negeri.

9
III. PELUANG INVESTASI

1. IKAN KAYU

JENIS PRODUK • Ikan Kayu


• Beraneka ragam Ikan Kayu Olahan (snack ikan, abon, mie, permen, dll.

TIPE INVESTASI • Kapal penangkap ikan dengan kapasitas lebih dari 30 GT


• Fasilitas pengolahan makanan (mesin pengolahan modern dan fasilitas
produksi
PELUANG PASAR Pasar domestik dan internasional (Jepang, Taiwan, Singapura, Filipina,
dsbg.
DAYA SAING • Dukungan pemerintah local/ propinsi serta kabupaten kota karena
merupakan sector andalan di Sulut
• Posisi strategis (dikelilingi laut Banda, laut Sulawesi dan Samudra Pasific)
• Laut Banda Potensi Ikan pelagis 104.000. ton/ tahun denganproduksi
tangkapan ikan hanya 28 % (29.100. ton/ tahun)
• Laut Suawesi Potensi Ikan pelagis 175.000. ton/ tahun denganproduksi
tangkapan ikan hanya 153.000. ton/ tahun)
LOKASI POTENSIAL Bitung. (45 km dari Manado/ 60 menittransportasi darat), kepemilikan
tanah dengan cara sewa (leasing) atau membeli property secara langsung
Rp. 200.000./ meter2
BAHAN BAKU Ikan segar
Tuna, cakalang , baby tuna, sarden, malalugis
TENAGA KERJA Tersedia tenaga terampil di kota Bitung dan Manado
UMR Sulut Rp. 600.000./ bulan (2004)
INFRASTRUKTUR • Listrik PLN. Tenaga air, Diesel, Panas Bumi
• Air Bersih PDAM, Air Bawah Tanah, Air Sungai
• Telekomunikasi. PT. Telkom telah menjangkau hampir seluruh wilayah,
operator selular yang ada: Telkomsel. Satelindo, Komselindo, Exelcom,
selanjutnya terdapat kurang lebih 4 Internet Provider
• Jalan dalam kondisi baik dengan kapasitas beban 5 - 8 ton
• Pelabuhan Bitung dengan layanan umum, pelabuhan kargo/ container
serta kapal ikan baik local dan internasional.
• Bandara Internasional Sam Ratulangi yang menyediakan jalur
penerbangan lokaldan internasional. Jarak dari kota bitung ke bandara 40
km atau dengan transportasi darat 45 menit.
SKALA BISNIS YANG • Industri menengah
DIUSULKAN
PERUSAHAAN • Ikan kayu. PT. Celebes Minapratama, Jl. Wangurer Bitung, telp./fax.
MITRA 0438-31224/32993. CP. Bpk. J. Pangkerego
Ikan Kayu Olahan. PT. Manado Mina Citra Taruna. JL. Wangurer Bitung,
telp/ fax. 0438-30780, 30027/ 31423, CP. Corneles Worang/ Luis
Tombuku.

10
2. VIRGIN COCONUT OIL
JENIS PRODUK Minyak Kelapa Murni

KAPASITAS PRODUKSI 7.200. liter


LOKASI Kab. Minahasa Selatan, Kab. Minahasa Utara, Kab. Bolaang Mongondow

KEBUTUH-AN INVESTASI MODAL TETAP Rp. 3.336.000.


MODAL KERJA Rp. 72.648.000.
TOTAL INVEST. Rp. 75.984.000.
PROFITA-BILITAS ROI 42,14%
FINANSIAL B/C Ratio 1,42
PAY-BACK PERIOD 204 hari
BEP Unit 5.066 liter
BEP Rp. Rp. 10.555.

3. RUMAH PANGGUNG

Bidang Usaha/komoditas / : Industri Rumah Panggung/rumah Jadi/


Sector / Commodity Wooden House Industry

Lokasi / Location : Woloan, Kakaskasen


Produksi / Production : + 10 Unit per 3 bulan (tergantung pesanan)
+ 10 unit / 3 Months

Luas Areal / lNad areal : -


Skala Industri / Scale of Industry : Menengah dengan studi kelayakan/
Medium, based on t5he feasibility study

Invesatsi yang diharapkan / : -Teknologi pengering / pengawet /


Expected investment project preservation technology
Peralatan dan mesin / Equipment and machineries
Diklat / Professional training
Pemasaran / Marketing

Informasi / Information Contact : Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan /


Head of Industrial and Trade Office
Drs. Ch. Kalesaran, MBA (HP. 08152302656)

11
IV. DUKUNGAN INRASTRUKTUR

1. Bandar Udara

Propinsi Sulawesi Utara memiliki 3 bandar udara yaitu; Bandar Udara Sam Ratulangi (Manado),
Bandar Udara Naha dan Melanguane (Sangihe Talaud). Bandar Udara Sam Ratulangi merupakan Bandar
Udara utama di Sulawesi Utara yang sudah melayani penerbangan internasional.
Saat ini setelah dikembangkannya fasilitas bandara baik runway yang telah dapat didarati oleh
pesawat sejenis Air Bus A.300 dan DC-10, serta pembangunan terminal utama yang representatif, maka
Bandara Sam Ratulangi telah menjadi salah satu Bandara Internasional di Indonesia.

6 PENERBANGAN
PENERBANGAN INTERNASIONAL
INTERNASIONAL DARI
DARI dan
dan KE
KE MANADO
MANADO
(SAAT
(SAAT INI
INI DAN
DAN YANG
YANG AKAN
AKAN DATANG)
DATANG)

FOUKUOKA
4 jam 50 menit

TAIPEH
3 jam 47 menit
GUANG ZHOU
1 jam … menit

HONGKONG
3 jam 30 menit

MANILA
2 jam

DAVAO
1 jam

SINGAPORE MANADO
3 jam 35 menit

JAKARTA
2 jam 30menit
DENPASAR
1 jam 30menit

Saat ini jalur penerbangan internasional langsung yang dapat melalui Bandara Sam Ratulangi adalah
jalur Manado-Singapura, Manado-Davao, dan Manado-Taipeh. Disamping Bandar Udara Sam Ratulangi
tersebut, Sulawesi Utara juga memiliki Bandar Udara khusus penerbangan local, seperti Pelabuhan Udara
Naha dan Melangguane di Kabupaten Sangihe dan Talaud yang melayani penerbangan lokal.

NNNooo... KKKaaabbbuuupppaaattteeennn///KKKoootttaaa NNNaaam


maaaBBBaaannndddaaarrraaa
m KKKlllaaasssiiifffiiikkkaaasssiiiBBBaaannndddaaarraaa

111... MMMaaannnaaadddooo SSSaaam


mRRRaaatttuuullalaannngggiii
m KKKeeellalaasssIIIIII
222... SSSaaannngggiihihheee NNNaaahhhaaa PPPeeerrriininntttiisiss
333... TTTaal
alalaauuuddd M
MMeel
eloloonnnggguuuaaannneee PPPeeerrriininntttiisiss

12
2. Pelabuhan Laut

Hubungan transportasi laut dilakukan melalui Pelabuhan Lokal, Nusantara dan Pelabuhan Samudra/
Internasional. Pelabuhan Utama yang melayani perhubungan laut di Sulawesi Utara dan wilayah Indonesia
Timur bahkan luar negeri adalah Pelabuhan Bitung. Saat ini fasilitas pelabuhan Bitung tengah dikembangkan
terutama fasilitas bongkar muat peti kemas.
No. Nama Pelabuhan/ Port Lokasi/Location
1. Pelabuhan Samudra Bitung Bitung
2. Pelabuhan Manado Manado
3. Pelabuhan Labuang Uki Lolak Bolmong
4. Pelabuhan Torosik Bolmong
5. Tahuna Sangihe
6. Ulu Siau Sangihe
7. Melonguane Talaud
8. Lirung Talaud
9. Beo Talaud
Sumber : BKPMKR SULUT 2005

Diharapkan pelabuhan Bitung ke depan akan berfungsi sebagai cargo consolidation centre di
kawasan Asia Pasifik. Disamping itu saat ini sementara dibangun pelabuhan perikanan Bitung yang nantinya
akan menjadi pintu keluar masuk perdagangan ikan di Sulawesi Utara. Pelabuhan Bitung dapat digunakan
sepanjang tahun karena merupakan Pelabuhan Alam, dan dapat menampung jenis kapal sampai dengan
60.000 ton. Disamping Pelabuhan Bitung, di Propinsi Sulawesi Utara terdapat pula pelabuhan lainnya (lokal)
yaitu; Pelabuhan Manado, Tahuna, Labuang Uki, Torosik, Ulu Siau, Lirung, Melonguane dan Beo.

ALUR PELAYARAN DARI BITUNG KE BERBAGAI NEGARA

13
3. Transportasi Darat

Disamping keberadaan dukungan infrastruktur bandara dan pelabuhan laut yang ada transportasi
darat relative sudah menjangkau daerah-daerah di Sulut. Eksistensi jalan trans Sulawesi sebagai jalur
transportasi darat, yang menghubungkan Propinsi Sulawesi Utara dengan Propinsi lainnya di wilayah Sulawesi.
Jalur Trans Sulawesi ini merupakan salah satu jalur perdagangan dan distribusi di wilayah Sulawesi.
Keberadaan jalur trans Sulawesi, terutama untuk memperlancar mobilitas masyarakat, barang dan jasa se
Sulawesi, baik dalam hubungan perdagangan, jasa dan lain-lain.
TABEL PANJANG JALAN NEGARA, PROPINSI
DAN KABUPATEN/ KOTA

Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kab/ Kota


NO. Kab./ Kota Kondisi Km Kondisi Km Kondisi
Km
Baik Sedang Baik Sedang Baik Sedang
1. Bolaang 381,20 303,81 77,45 232,84 57,24 160,10
Mongondow

2. Minahasa 389,64 312,73 38,55 585,00 201,15 32,20

3. Sangihe 196,13 135,45 51,68

4. Talaud 249,50 - 93,74 478 103 24,7

5. Manado 26,55 26,55 - 47,05 14,85 32,20

6. Bitung 11,97 11,97 -


Sumber : BPS Sulut, 2004

TABEL Jarak dari Kabupaten/ Kota dengan ibukota Propinsi, Pelabuhan Udara dan Pelabuhan Laut
di Propinsi
Sulawesi Utara

Jarak ke
Ke Pelabuhan Ke Pelabuhan
Ibukota
Ibukota Udara Samudra
No. Kab./ Kota Propinsi/
Kab/kota Sam Ratulangi Bitung
Manado
(Km) (Km)
(Km)
1. Bolaang Mongondow Kotamobagu 184 194 225
2. Minahasa Tondano 32 42 45
3. Sangihe Tahuna 550 560 550
4. Talaud Melonguane 450 460 450
5. Manado Manado - 10 41
6. Bitung Bitung 41 50 -
7. Tomohon Tomohon 25 35 66
8. Minahasa Selatan Amurang 70 80 111
9. Minahasa Utara Airmadidi 15 20 26
* Kota Tomohon, Kab. Minsel dan Minut disatukan dengan dengan Kab. Minahasa

Sumber : BPS Sulut 2004

14
B. TELEKOMUNIKASI
TABEL JENIS JASA TELEKOMUNIKASI

No. Nama Jaringan Jumlah


1. TV Lokal 3
2. Radio Siaran 11
3. Kios Telpon 241
4. Operator Seluler 4
5. Penyedia Jasa Internet 4
6. Radio Amatir 2.737
7. Telpon (telkom) 62.347 SST
Sumber : BPS Sulut, 2004

Hampir semua wilayah di Daerah ini relative bias dijangkau oleh fasilitas telepon termasuk untuk
sambungan internasional. Disamping itu telah dibangun jaringan telepon cellular dengan bebagai layanan yang
diberikan oleh provider.

C. LISTRIK
Hampir semua wilayah di Daerah ini relative bisa dijangkau oleh fasilitas listrik. Pada diagram
dibawah ini tergambar diagram rencana daya terpasang pembangkit listrik sampai dengan tahun 2014.

KOMPOSISI DAYA TERPASANG PEMBANGKIT

900

46
800
46

46
700 187
26 181
15
181
600 15
7 178
147
130
119 100
7 112
500 80
88
MW - 80 80
44 60 60
400 -20 20 40 171 171
-20 141
68 69 103 103 103 105
61 64
300

200
301 306 307 307 291 293 294 298 300 301 301

100

-
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
PLTD PLTA/M PLTP PLTU PLTG

Sumber : PLN SulutTENGGO, 2005

15
Sumber energi listrik di Sulawesi Utara saat ini masih sangat tergantung dari tenaga disel. Pada
tahun-tahun kedepan nanti produksi energi listrik akan bersumber dari pembangkit listrik selain disel, seperti :
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Lisdtrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Lisdtrik
Tenaga Micro Gas (PLTMG) dll.

KOMPOSISI PRODUKSI ENERGI PER JENIS PEMBANGKIT

3.000
238

211
2.500

189 911
701
170
2.000
561
152

166 561

1.500 561 609


153 609
420 506
312 377 -60
420
-48 -48
372 -45
1.000 607 280 372
775 372 -27
711 -27
254
140 -5 1.085 1.142
-5 1.075
500 980
250 730 801
158 138 588
- 540
256 251 270
- - -

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
T AHUN

PLT U Batubara PLT G Gas Alam PLT MG (Micro Gas) PLT A/M PLT P PLT D

Sumber : PLN SulutTENGGO, 2005

16
ENERGY AND LOAD DEMAND FORECAST
PER SYSTEM PROPINSI SULAWESI UTARA

Electricity System 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sistem Minahasa + Kotamobagu
- Produksi ( GWh ) 647,2 706,7 778,2 863,8 966,3 1081,3 1210,1 1354,4 1516,0 1697,1 1904,2
- Load Factor (%) 55,9 56,3 56,6 56,9 57,3 57,6 57,9 58,1 58,3 58,6 58,9
- Beban Puncak ( MW ) 132,2 143,4 157,0 173,2 192,6 214,2 238,8 266,2 296,7 330,8 370,5
Sistem Tahuna
- Produksi ( GWh ) 17,1 18,4 19,9 21,7 23,9 26,3 28,9 31,8 35,0 38,5 42,4
- Load Factor (%) 37,1 37,4 37,7 38,1 38,4 38,7 38,9 39,1 39,4 39,6 39,9
- Beban Puncak ( MW ) 5,27 5,61 6,02 6,52 7,11 7,76 8,48 9,27 10,14 11,09 12,14
Sistem Ondong /Siau
- Produksi ( GWh ) 6,6 7,1 7,8 8,6 9,6 10,7 12,0 13,3 14,9 16,6 18,5
- Load Factor (%) 39,2 39,2 39,3 39,4 39,6 39,7 39,7 39,7 39,8 39,8 39,9
- Beban Puncak ( MW ) 1,91 2,08 2,27 2,50 2,78 3,09 3,44 3,83 4,27 4,75 5,30
Sistem Talaud
- Produksi ( GWh ) 5,2 5,6 6,1 6,6 7,3 8,1 8,9 9,8 10,8 11,8 13,1
- Load Factor (%) 40,8 40,8 41,0 41,0 41,2 41,4 41,5 41,4 41,6 41,6 41,6
- Beban Puncak ( MW ) 1,46 1,57 1,70 1,85 2,03 2,22 2,44 2,69 2,95 3,25 3,67
Sistem Molibagu
- Produksi ( GWh ) 4,1 4,5 4,9 5,5 6,1 6,8 7,6 8,5 9,5 10,7 11,9
- Load Factor (%) 28,9 29,5 30,2 30,8 31,5 32,2 32,9 33,5 34,2 34,9 35,7
- Beban Puncak ( MW ) 1,63 1,74 1,87 2,03 2,21 2,42 2,65 2,90 3,18 3,49 3,82
Isolated Propinsi SULUT
- Produksi ( GWh ) 10,8 11,6 12,6 13,8 15,3 16,9 18,7 20,6 22,8 25,2 27,9
- Load Factor (%) 30,8 30,9 30,9 31,0 31,1 31,1 31,1 31,3 31,5 31,5 31,6
- Beban Puncak ( MW ) 4,00 4,29 4,66 5,09 5,61 6,20 6,85 7,51 8,26 9,11 10,13
Sumber : PLN SulutTENGGO, 2005

IV. INFORMASI LAHAN PISANG

Kab. Minut
Kec. Likupang
Lokasi Seluas + 700 Ha

Kab. Minsel
Kec. Tumpaan
Lokasi Seluas + 680 Ha

Kab. Minsel
Kec. Tenga
Lokasi Seluas + 904 Ha

Kab. Bolmong
Kec. Bolaang
Lokasi Seluas + 670 Ha

Kab. Bolmong Kab. Minahasa


Kec. Lolak Kec. Tombariri
Lokasi Seluas + 2720 Ha Lokasi Seluas + Ha

Kab. Minsel
Kec. Touluan & Tombatu
Lokasi Seluas + 3200 Ha

17
V. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAN KERJASAMA REGIONAL MELAYANI PERIJINAN
UNTUK PENAMAN MODAL ASING

A. ASPEK HUKUM PENANAMAN MODAL


Dasar hukum Penanaman Modal diatur dengan berbagai aturan perundang-undangan, yakni :
1. Untuk Penanaman Modal Asing diatur dengan Undang-undang nomor 1 tahun 1967 j0. Undang-
undang nomor 11 tahun 1970.
2. Untuk Penanaman Modal Dalam Negeri diatur dengan Undang-undang nomor 6 tahun 1968 jo.
Undang-undang nomor 12 tahun 1970.
3. Perlindungan Penanaman Modal
a. Diatur dengan Undang-undang nomor 1 tahun 1997
- Memberikan jaminan transfer: keuntungan, biaya TKA, penyusutan peralatan,
kompensasi atas nasionalisasi dan biaya lainnya.
- Jaminan tidak melakukan nasionalisasi
- Diadakan arbi trase bila terjadi ketidak sepakatan.
b. Internasional Center of Settelment of Investment Disputes (ICSID)
- Pemerintah R I melalui UU Nomor 5 tahun 1968 telah meratifikasi konvesi ICSID
mengenai Investasi antara WNA (Penanam Modal) dengan pemerintah Negara penerima
modal.
- Surat PMA mencantumkan “Arbitration Clause” mengenai kesedian pemerintah RI untuk
menyelesaikan sengketa penanaman modal dengan perusahaan-perusahaan PMA/
penanam modal dihadapan badan arbitrase ini.
- Arbitration Clause merupakan Insentif sekaligus jaminan investasi.
4. Jangka waktu izin PMA diatur dengan Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1986 jo. Nomor 9 tahun
1993. Izin PMA selama 0 tahun terhitung sejak perusahaan berproduksi komersil. Perusahaan PMA
mengadakan perluasan usaha, izin usaha diperpanjang selama-lamanya 30 tahun sejak perusahaan
berproduksi komersil.

B. INSENTIF
A. Fasilitas Bea Masuk Impor Barang Modal
Bagi PMA dan PMDN diberikan keringanan bea masuk untuk impor barang modal dengan jangka
waktu pengimporan 2 (dua) tahun. Keringanan yang diberikan berupa tariff akhir bea masuk (BM) 5
%. Apabila tariff Bea Masuk dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) 5 % atau kurang, yang
berlaku adalah tariff Bea Masuk dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI).
B. Fasilitas Impotr Bahan Baku
Bagi PMA dan PMDN diberikan keringanan bea masuk untuk impor bahan baku untuk kebutuhan 2
(dua) tahun produksi, dengan jangka pengimporan 2 (dua) tahun.

18
Bagi perusahaan yang menggunakan mesin produksi dalam negeri, keringann bea masuk untuk 4
(empat) tahun produksi dan jangka waktu pengimporan 4 (empat) tahun. Keringanan yang diberikan
berupa tariff akhir bea masuk (BM) 5 %. Apabila tariff Bea Masuk dalam Buku Tarif Bea Masuk
Indonesia (BTBMI) 5 % atau kurang, yang berlaku adalah tariff Bea Masuk dalam Buku Tarif Bea
Masuk Indonesia (BTBMI).
C. Fasilitas Perpanjangan Import Bahan Baku dan Barang Modal.
Bagi PMA dan PMDN diberikan fasilitas seperti pada huruf A dan B diatas dapat memperoleh fasilitas
perpanjangan jangka waktu pengimporan barang modal dan bahan baku dengan berpedoman pada
SK Menkeu no. 456/KMK.04/2002.

D. Fasilitas PPN
Bagi PMA dan PMDN diberikan pembebasan PPN untuk impor:
a. Kapal Laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, kapal angkutan penyeberangan,
kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang dan suku cadang serta alat
keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia, yang diimpor dan digunakan oleh
perusahaaan penangkap ikan nasional.
b. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat keselamatan
manusia, peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh
perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional.
c. Fasilitas pembebasan PPN untuk impor mesin/ peralatan pabrik, baik dalam kedaan
terpasang maupun terlepas tidak termasuk suku cadang, yang semula diberikan dalam PP.
NO 12 tahun 2001 telah dicabut/dihapus dengan PP No. 43/ tahun 2002.
E. Kebijakan Insentif Fiskal.
a. Pemberian insentif fiscal berupa fasilitas keringanan bea masuk import atas barang modal
berupa mesin-mesin atau peralatan serta bahan baku/penolong diatur dalam Kepmenkue
nomor 135/KMK.05/2000 memuat antara lain :
- Materi fasilitas berupa keringanan bea masuk sehingga tariff bea masuk menjadi 5%;
- Diberikan kepada perusahaan dalam rangka PMA/PMDN dan non PMA/PMDN untuk
pembangunan baru dan pengembangan;
- Untuk barangmodal berupa mesin dan peralatan diberikan fasilitas untuk jangka waktu
pengimporan selama 2 (dua) tahun;
- Untuk bahan baku berupa barang dan bahan, diberikan untuk keperluan produksi 2
(dua) tahun dengan jangka waktu pengimporan 2 (dua) tahun;
- Terhadap industri menggunakan mesin produksi buatan dalam negeri dapat diberikan
fasilitas bea masuk atas import barang dan bahan untuk keperluan produksi 4 (empat)
tahun dengan jangka waktu pengimporan selama 4 (empat) tahun; dan
- Fasilitas pembebasan Ppn atas import barang modal tertentu telah dihapuskan, sejalan
dengan dikeluarkannya PP nomor 43 tahun 2002.

19
b. Untuk memacu perkembangan investasi di wilayah KTI, kepada para investor diberikan
berbagai fasilitas dan kemudahan antara lain :
- Pengurangan sebesar 50% atas pajak bumi dan bangunan selama 8 (delapan) tahun
sejak diperoleh izin peruntukan tanah;
- Dapat melakukan kompensasi kerugian tidak lebih dari 8 (delapan) tahun terhitung
mulai tahun pertama sesudah kerugian dialami; dan
- Perusahaan yang sebagian besar hasil produksinya (sekurang-kurangnya 65%)
dieksport, diberikan kemudahan dalam menggunakan tenaga
c. Kegiatan-kegiatan usaha yang berlokasi di dalam KAPET, sesuai dengan PP nomor 147 tahun
2000 dan Kempenkeu nomor 11/KMK.04/2001 tanggal 12 Januari 2001, diberikan
kelonggaran/fasilitas perpajakan berupa :
- Pengurangan penghasilan netto sebesar 30% dari jumlah penanaman modal yang
dilakukan, dapat dinikmati selama 6 tahun terhitung sejak tahun dimulainya produksi
komersial, yaitu sebesar 5% setiap tahun dari jumlah realisasi penanaman modal;
- Pilihan untuk menerapkan penyusutan dan/atau amortisasi yang dipercepat;
- Kompensasi kerugian fiskal, mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut paling lama 10
(sepuluh) tahun;
- Pengenaan pajak penghasilan pasal 26 atas deviden sebesar 10% atau tariff yang lebih
rendah menurut perjanjian penghindaran pajak berganda yang berlaku.
d. Untuk bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu sesuai dengan PP
nomor 148 tahun 2000, diberikan fasilitas perpajakan meliputi :
- Pengurangan penghasilan netto sebesar 30% dari jumlah penanaman modal yang
dilakukan;
- Pilihan untuk menerapkan penyusutan dan atau amortisasi yang dipercepat;
- Kompensasi kerugian fiskal yang lebih lama tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun;
- Pengenaan pajak penghasilan pasal 26 atas deviden sebesar 10% atau tariff yang lebih
rendah menurut perjanjian penghindaran pajak berganda yang berlaku.
Namun bagi wajib pajak yang telah memperoleh fasilitas berdasarkan PP nomor 147 tahun 2000 tidak lagi
diberikan fasilitas.

C. PENGADAAN TANAH UNTUK KEGIATAN INVESTASI/ DUNIA USAHA


Salah satu upaya dalam memberikan kepastian berusaha bagi kalangan dunia usaha adalah pemberian hak
atas tanah ( Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai) yang dikaitkan dengan masa usaha.Dasar
hukum Penanaman Modal diatur dengan berbagai aturan perundang-undangan, yakni :
1. Hak Guna Bangunan (HGB)
Diberikan dengan jangka waktu paling lama 30 tahun, dan dapat diperpanjang dengan jangka waktu
paling lama 20 tahun. Hak Guna Bangunan (HGB) tersebut dapat diperbaharui kembali dalam hal
masa berlakunya telah berakhir.

20
2. Hak Guna Usaha (HGU)
Diberikan dengan jangka waktu paling lama 35 tahun, dan dapat diperpanjang dengan jangka waktu
paling lama 25 tahun. Hak Guna Usaha (HGU) tersebut dapat diperbaharui kembali dalam hal masa
berlakunya telah berakhir.

3. Hak Pakai
Diberikan dengan jangka waktu paling lama 25 tahun, dan dapat diperpanjang dengan jangka waktu
paling lama 20 tahun. Hak Pakai tersebut dapat diperbaharui kembali dalam hal masa berlakunya
telah berakhir.

Untuk Hak Pakai bagi : badan pemerintah, perwakilan negra asing, badan keagamaan serta badan social,
jangka waktu yang diberikan tidak terbatas, yaitu sepanjang tanahnya masih dipergunakan untuk keperluan
yang berhubungan dengan kegiatan tersebut.
Untuk menjamin kepentingan penanaman modal, pemberian jangka waktu hak atas tanah sesuai PP nomor
40 tahun 1996 tentang Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai atas Tanah, permintaan
perpanjangan dan pembaharuan hak atas tanah dapat dilakukan sekaligus pada saat pengajuan
permohonan haknya yang pertama.
Secara keseluruhan yang dapat diberikan kepada pemohon hak adalah : untuk Hak Guna Bangunan (HGB)
jangka waktu seluruhnya adalah 80 tahun, untuk Hak Guna Usaha (HGU) jangka waktu seluruhnya adalah
95 tahun, dan untuk Hak Pakai jangka waktu seluruhnya adalah 70 tahun.

VI. PENUTUP

Sebagai salah satu daerah otonom pemerintah Silawesi Utara memerlukan dukungan para penanam
modal untuk proses pengembangan dan peningkatan ekonomi Sulawesi Utara untuk menciptakan masyarakat yang
berbudaya, berdaya saing tinggi dan sejahtera.

Salah satu yang di perlukan adalah kerjasama dengan investor internasional, dapat menyampaikan
kepada para investor tentang kondisi Sulawesi Utara, kondisi ekonomi, peluang investasi, dan beberapa potensi
yang dapat menarik perhatian para investor dan beberapa informasi tentang pelayanan penanaman modal di
Sulawesi Utara.

Dari beberapa Informasi di atas di harapkan dapat memberi keuntungan bagi para investor.

21
INFORMASI LAINNYA

Informasi selengkapnya tentang prosedur penanaman modal beserta kebijakan penanaman modal di
Sulawesi Utara dan Indonesia, dapat menghubungi (baik secara langsung maupun lewat media informasi lainnya) :

1. BADAN KORDINASI PENANAMAN MODAL DAN KERJA SAMA REGIONAL PROPINSI SULAWESI UTARA.
Jl. 17 Agustus nomor 69 Manado 95119,
Sulawesi Utara Indonesia
Telp. : 62-431-865559, 856703
Fax. : 62-431-856703
E-mail : bkpmkr@sulut.go.id

2. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL RI


Jl. 17 Gatot Subroto 44 Jakarta 12190,
Indonesia P.O. BOX 3186
Telp. : 62-21-5252008, 5254981, 5252649, 5253866
Fax. : 62-21-5227609, 5254945, 5264211, 5253866
Online : http://www.bkpm.go.id
E-mail : sysadm@bkpm.go.id

3. BADAN PENGELOLA KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) MANADO – BITUNG


Jl. Diponegoro nomor 51 Manado 95112,
Sulawesi Utara Indonesia
Telp. : 62-431-846685
Fax. : 62-431-846687
E-mail : info@kapetmanadobitung.go.id
Website : www.kapetmanadobitung.go.id

4. DIPUBLIKASIKAN OLEH :

BADAN KORDINASI PENANAMAN MODAL DAN KERJA SAMA REGIONAL PROPINSI SULAWESI UTARA

Jl. 17 Agustus nomor 69 Manado 95119,


Sulawesi Utara Indonesia
Telp. : 62-431-865559, 856703
Fax. : 62-431-856703
E-mail : bkpmkr@sulut.go.id

22

Anda mungkin juga menyukai