Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS SKALOGRAM KOTA MALANG

Dosen Pengampu :

Ade Wahyudi S.T., M.T

Disusun Oleh :

Esyiarah Zulaiha

223410676

FAKULTAS TEKNIK

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota merupakan pusat aktivitas manusia dan menawarkan peluang yang
lebih besar dibandingkan daerah pedesaan.Tidak mengherankan jika banyak
penduduk desa yang pindah ke kota untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Migrasi dari desa ke kota ini biasanya menyebabkan pertumbuhan penduduk
perkotaan sekitar dua kali lipat laju pertumbuhan penduduk pedesaan.

Kota Malang merupakan salah satu kota tujuan wisata di JawaTimur


karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Letaknya yang berada di tengah–
tengah wilayah Kabupaten Malang, secara astronomis terletak pada posisi
112.060 - 112.070 Bujur Timur , 7.060 - 8.020 Lintang Selatan. Kota Malang
terdiri atas lima kecamatan yang terbagi dalam 57 kelurahan. Jumlah Rukun
Warga (RW) sebanyak 551 dan Rukun Tetangga sebanyak 4.235.

Jumlah penduduk Kota Malang menurut Hasil Sensus Penduduk 2020


sebanyak 843.810 orang. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2010- 2020
sebesar 0,28 persen. Penduduk Kota Malang paling banyak bertempat tinggal
di Kecamatan Kedungkandang dengan persentase 24,58 persen dan paling
sedikit di Kecamatan Klojen yaitu sebanyak 11,15 persen. Kepadatan
penduduk paling tinggi di Kecamatan Klojen yaitu 10.568 jiwa per kilometer
persegi. Rasio jenis kelamin di Kota Malang pada tahun 2020 sebesar 99,05.
Artinya dalam 100 penduduk perempuan terdapat 99 penduduk laki-laki.

Jika pembangunan perkotaan tidak tertata dengan baik, maka kualitas


penataan ruang akan menurun. Dalam strategi pembangunannya, Kota Malang
mengacu pada aspek kehidupan antara lain pertumbuhan penduduk, perluasan
jaringan komunikasi dan transportasi, pertumbuhan ekonomi, dan kemajuan
teknologi.bBerdasarkan hal tersebut, maka pembangunan Kota Malang ke
depan yang dikenal dengan RTRW berdasarkan Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007, tidak boleh menyimpang dari Rencana Tata Ruang Wilayah
dalam pelaksanaannya.

Secara keseluruhan strategi perkembangan kota Malang mampu


berkeadilan social, efisien secara ekonomis, berwawasan lingkungan dan
berwawasan budaya, pembangunan kota yang berkelanjutan secara ekonomis
dan lingkungan yang mendasarkan pemberdayaan manusia dan masyarakat
perkotaan.

Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


menjadi acuan perubahan rencana tata ruang wilayah Kota Malang.
Dinamisnya perkembangan pemanfaatan ruang Kota Malang perlu
direncanakan menyeluruh dengan melibatkan seluruh keterkaitan antar sektor,
antara wilayah yang berbatasan, dan seluruh stakeholder untuk mewujudkan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang yang diinginkan. Produk rencana
ini harus dijaga melalui instrumen-instrumen ketataruangan, seperti ijin
pemanfaatan ruang, agar pemanfaatan ruangnya sesuai dengan rencana.

Pengendalian pemanfaatan ruang juga menjadi unsur penting dari suatu


hasil perencanaan. Oleh karena itu ada suatu ketentuan umum peraturan
zoning, ketentuan perijinan, insentif dan disinsentif, arahan sanksi, bahkan
ketentuan pidana di dalamnya. Tidak ada pembangunan yang tidak
menggunakan ruang. Perkembangan yang begitu pesat pada setiap sektor
pembangunan cenderung menimbulkan berbagai masalah pembangunan akibat
tekanan-tekanan yang ditimbulkan oleh adanya peningkatan intensitas (ruang),
yang banyak menyebabkan ketidakseimbangan struktur dan fungsional ruang
kota sekaligus ketidakteraturan ruang kota.

Dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan penataan ruang Kota


Malang, Peraturan Daerah ini, antara lain, memuat ketentuan pokok sebagai
berikut :

a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota;


b. Rencana struktur ruang wilayah kota
c. Rencana pola ruang wilayah kota
d. Penetapan kawasan strategis wilayah kota
e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota
f. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota
g. Hak, kewajiban, dan peran serta masyarakat dalam penataan ruang

1.2 Tujuan dan Sasaran


1.2.1 Tujuan Penelitian

Laporan ini Bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi pusat pelayanan permukiman di kota Malang


2. Menganalisis hirarki/orde kota dengan menggunakan metode
skalogram guttman dan Indeks Sentralitas Marshall.
3. Mengidentifikasi pusat pertumbuhan wilayah berdasarkan fasilitas
yang dimilikinya.

1.2.2 Sasaran Penelitian

Adapun Sasaran dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi Keberadaan, Kelengkapan, dan Jumlah Sarana


Pendidikan, Kesehatan, Perekonomian Dan Peribadatan Di Kota
Malang.
2. Menganalisis hirarki/orde kota di Kota Malang dengan menggunakan
Metode Skalogram dan Indeks Sentralitas Marshall.
3. Menginterpretasi hasil analisis dalam konteks Perencanaan Wilayah
Dan Kota.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang Lingkup pembahasan dalam laporan ini terbagi menjadi 2 ( dua ) yaitu ruang
lingkup wilayah dan ruang lingkup materi.
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang Lingkup Wilayah studi dalam laporan penelitian ini adalah Kota Malang.
Berdasarkan letak geografisnya, Kota Malang terletak pada posisi 112.060 -
112.070 Bujur Timur , 7.060 - 8.020 Lintang Selatan. Kota Malang memiliki luas
110,06 km2 yang terbagi kedalam lima kecamatan. Kecamatan paling luas adalah
Kecamatan Kedungkandang yang mencapai 36,24 persen dan paling kecil adalah
Kecamatan Klojen dengan persentase 8,02% ( persen ) dari wilayah Kota
Malang. Kota Malang berada pada ketinggian 445-526m ( meter ) di atas
permukaan laut. Jumlah penduduk Kota Malang tahun 2020 sebanyak 843.810
orang/jiwa.
1.3.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang Lingkup Materi dalam Laporan ini mencakup seluruh fasilitas atau sarana
pendidikan, kesehatan, peribadatan, serta pereknomian di Kota Malang.

1.4 Metodologi
Dalam penyusunan laporan ini, terdapat dua metodologi yang akan digunakan
yaitu metode pengumpulan data dan metode analisis.
1.4.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan ini
yaitu metode pengumpulan data sekunder. Data-data sekunder yang
diperlukan berkaitan dengan wilayah studi yaitu Kota Malang yaitu Kota
Malang Dalam Angka Tahun 2021. Sumber dari Wesbite BPS Kota
Malang Dalam Angka.
Data yang dikumpulkan yaitu jumlah fasilitas yang tersedia dalam masing-
masing kecamatan di Kota Malang (fasilitas pendidikan, kesehatan, rumah
ibadah, kesehatan, perekonomian). Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian adalah analisis skalogram. Analisis skalogram adalah analisis
yang digunakan untuk mengelompokkan satuan pemukiman berdasarkan
tingkat kompleksitas fungsi pelayanan yang dimilikinya, serta menentukan
jenis dan keragaman pelayanan dan fasilitas yang terdekat pada pusat-
pusat pelayanan dengan berbagai tingkatan.
1.4.2 Metode Pengumpulan Data
Metode analisis yang digunakan dalam penyusunan laporan ini ada dua,
yaitu analisis skalogram dan indeks sentralitas. Pendekatannya adalah
kuantitatif dan kualitatif.
Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis data-data sekunder
yang berupa angka dan kualitatif untuk menginterpretasikan hasil analisis
kedalam konteks Perencanan Wilayah dan Kota.

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan laporan penelitian adalah:

Bab 1 Pendahuluan

Meliputi latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, metodologi


penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini menjelaskan secara rinci
mengenai alasan yang mendasari pengambila wilayah studi di Kota
Malang.

Bab 2 Kajian Teori

Menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan metode analisis


Skalogram Guttman dan indeks sentralitas marshall.

Bab 3 Gambaran Umum Wilayah Studi

Meliputi kondisi geografis, kondisi demografi, dan kondisi sarana di


Kota Malang.

Bab 4 Pembahasan

Meliputi analisis dengan metode skalogram guttman dan indeks


sentralitas marshall terhadap keberadaan fasilitas pendidikan,
kesehatan, perekonomian dan peribadatan di Kota Malang.

Bab 5 Kesimpulan

Meliputi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis skalogram dan


indeks sentralitas marshall di Kota Malang.
BAB 2
KAJIAN TEORI

2.1 Analisis Skalogram Gutman


Analisis skalogram pertama kali diperkenalkan oleh Guttman (1950) sehingga analisis
ini sering disebut sebagai analisis skala Guttman. Analisis skalogram didefinisikan oleh
Guttman sebagai salah satu skala satu dimensi yang menggambarkan respon subyek
terhadap obyek tertentu menurut tingkatan yang sempurna, orang yang mampu menjawab
semua pertanyaan dengan baik akan lebih baik dibandingkan dengan yang mampu
menjawab sebagian saja. (Dawami, 2018).
Salah satu tujuan menetapkan orde perkotaan adalah agar dapat diperkirakan luas
wilayah pengaruh dari kota tersebut dan dengan demikian dapat diperkirakan jenis dan
tingkat atau mutu fasilitas kepentingan umum apa saja yang perlu dibangun di kota
tersebut, baik untuk melayani penduduk kota itu sendiri maupun penduduk wilayah
belakangnya yang sering datang ke kota tersebut. Di sisi lain, hal ini dapat dipergunakan
untuk memperkirakan apakah fasilitas yang telah ada di kota tersebut akan dimanfaatkan
secara penuh oleh penduduk kota itu atau penduduk wilayah belakangnya (Tarigan 2005).
Skalogram Guttman, juga dikenal sebagai skala kumulatif atau analisis skalogram,
adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengatur konsep yang ingin Anda ukur.
Skala ini dikembangkan oleh Louis Guttman dan asosiasinya.
Dalam skala ini, ada urutan dari beberapa item atau pernyataan yang disusun secara
hierarkis, di mana responden yang setuju dengan pernyataan akan juga setuju dengan
semua pernyataan yang berada di bawahnya dalam kekerasan. Skalogram Guttman
digunakan untuk mengatur konsep yang ingin Anda ukur, seperti kegiatan atau pernyataan.
Skala ini memiliki urutan hierarkis, di mana responden yang setuju dengan pernyataan
akan juga setuju dengan semua pernyataan yang berada di bawahnya dalam kekerasan.

2.2 Indeks Sentralitas Marshal

2.2.1 Sarana dan Prasarana Lingkungan

Menurut SNI 03-173-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di


Perkotaan, sarana lingkungan merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya.
Sedangkan prasarana lingkungan merupakan kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan permukiman agar dapar berfungsi sebagaimana mestinya

2.2.2 Sarana dan Prasarana Pendidikan


Menurut SNI 03-173-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di
Perkotaan, Dasar penyediaan sarana pendidikan adalah untuk melayani setiap unit
administrasi pemerintahan baik yang informal (RT, RW) maupun yang formal
(Kelurahan, Kecamatan), dan bukan didasarkan semata-mata pada jumlah penduduk
yang akan dilayani oleh sarana tersebut.
Dasar penyediaan sarana pendidikan ini juga mempertimbangkan pendekatan desain
keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat
terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks
lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan
mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar
sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.
Perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan yang akan
dicapai, dimana sarana pendidikan dan pembelajaran ini akan menyediakan ruang
belajar harus memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, serta sikap secara optimal. Oleh karena itu dalam merencanakan sarana
pendidikan harus memperhatikan:
a) berapa jumlah anak yang memerlukan fasilitas ini pada area perencanaan;
b) optimasi daya tampung dengan satu shift;
c) effisiensi dan efektifitas kemungkinan pemakaian ruang belajar secara terpadu;
d) pemakaian sarana dan prasarana pendukung;
e) keserasian dan keselarasan dengan konteks setempat terutama dengan berbagai
jenis sarana lingkungan lainnya.

2.2.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan


Menurut SNI 03-173-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di
Perkotaan, Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kesehatan
kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan
penduduk.
Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah penduduk yang dilayani oleh
sarana tersebut. Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain
keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait
dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks
lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan
mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar
sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.

2.2.4 Sarana dan prasarana Peribadatan

Menurut SNI 03-173-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di


Perkotaan, Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan
rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai
peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang
bersangkutan. Oleh karena berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh
masyarakat penghuni yang bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan jumlah
fasilitas peribadatan yang akan dibangun baru dapat dipastikan setelah lingkungan
perumahan dihuni selama beberapa waktu. Pendekatan perencanaan yang diatur adalah
dengan memperkirakan populasi dan jenis agama serta kepercayaan dan kemudian
merencanakan alokasi tanah dan lokasi bangunan peribadatan sesuai dengan tuntutan
planologis dan religius.

Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-
unit atau kelompok lingkungan yang ada. Hal ini dapat terkait dengan bentukan grup
bangunan / blok yang nantinya lahir sesuai konteks lingkungannya. Penempatan
penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait
dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani area tertentu.

2.2.5 Sarana dan Prasarana Perdagangan atau Pereknomian

Menurut SNI 03-173-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di


Perkotaan, Sarana perdagangan dan niaga ini tidak selalu berdiri sendiri dan terpisah
udengan bangunan sarana yang lain. Dasar penyediaan selain berdasarkan jumlah
penduduk yang akan dilayaninya, juga mempertimbangkan pendekatan desain
keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait
dengan bentukan grup bangunan / blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks
lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan
mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar
sarana yang harus dipenuhi ntuk melayani pada area tertentu

2.3 Jangkauan Pelayanan

Pelayanan adalah suatu proses karena pada hakikatnya pelayanan adalah serangkaian
kegiatan. Pelayanan sebagai suatu proses terjadi setiap hari dan berkesinambungan,
mencakup kehidupan seluruh anggota masyarakat. Untuk menentukan radius
pelayanan , peneliti mengacu pada SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Hidup Perkotaan.

Jangkauan pelayanan juga mengacu pada jarak maksimum atau minimum yang harus
ditempuh seseorang untuk memperoleh barang atau jasa. Hal ini dapat diterapkan
pada berbagai konteks, seperti pelayanan fasilitas kesehatan, pendidikan, minimarket,
pasar tradisional, dan fasilitas sosial. Misalnya, dalam penelitian mengenai jangkauan
pelayanan fasilitas kesehatan dan pendidikan di suatu wilayah, ditemukan bahwa
jarak jangkauan dan luas wilayah pelayanan puskesmas, sekolah dasar, dan SMP
berbeda-beda berdasarkan pendekatan neighborhood unit

Penelitian lain menunjukkan bahwa evaluasi jangkauan pelayanan fasilitas sosial


menurut standar SNI (2004) menunjukkan adanya fasilitas sosial yang memiliki
kualitas pelayanan kurang baik, seperti fasilitas pendidikan dan kebudayaan, karena
tidak dapat melayani kebutuhan penduduk di dalam jangkauan pelayanan fasilitas
sosial tersebut

Tujuan dari manfaat ini adalah untuk memberikan masyarakat akses yang lebih baik
terhadap berbagai layanan seperti layanan kesehatan, pendidikan, keuangan, dan
fasilitas sosial. Perluasan cakupan layanan diharapkan dapat memudahkan masyarakat
dalam menerima layanan yang mereka perlukan tanpa dibatasi oleh batasan jarak atau
akses.

Jangkauan layanan pendidikan mengacu pada jarak yang harus ditempuh seseorang
untuk mengakses lembaga pendidikan seperti sekolah, universitas, dan lembaga
pendidikan. Tujuan penjangkauan layanan pendidikan adalah agar layanan pendidikan
lebih mudah diakses oleh masyarakat, terutama di daerah pedesaan dan padat
penduduk. Dengan memperluas jangkauan layanan pendidikan, diharapkan
masyarakat setempat dapat dengan mudah mengakses fasilitas pendidikan dan
menerima layanan yang mereka butuhkan tanpa harus melakukan perjalanan jauh.

Jangkauan pelayanan kesehatan mengacu pada konsep yang menunjukkan interaksi


antara pusat pelayanan kesehatan dengan pasien. Hal ini mencerminkan kemampuan
pusat pelayanan dalam menjangkau pasien dengan variasi jarak yang berbeda.
Jangkauan pelayanan kesehatan dipandang sebagai konsep yang menunjukkan
interaksi antara rumah sakit dengan pasien, dan jangkauan pelayanan tersebut.

Jangkauan Peribadatan mengacu pada jarak yang harus ditempuh seseorang untuk
mengakses tempat ibadah, seperti masjid, gereja, vihara, pura, klenteng. Dalam
konteks ini, perluasan cakupan layanan keagamaan akan membantu masyarakat
memiliki akses terhadap tempat ibadah sehingga lebih mudah memenuhi kebutuhan
spiritualnya.

Jangkauan Perekonomian mengacu pada jarak yang harus ditempuh masyarakat untuk
mengakses pasar, fasilitas, dan layanan ekonomi, seperti pasar, tempat usaha seperi
toko, warung, kios, dan lain lain. Tujuan cakupan layanan ekonomi ini adalah untuk
menjamin akses masyarakat terhadap layanan ekonomi, terutama di wilayah pedesaan
dan padat penduduk.
BAB 3
GAMBARAN UMUM

3.1 Kondisi Geografis Kota Malang


Kabupaten Malang, Secara Astronomis terletak pada posisi 112.060 - 112.070 Bujur
Timur , 7.060 - 8.020 Lintang Selatan. Batas wilayah Kota Malang:
- Sebelah Utara : Kecamatan Singosari dan Kecamatan Karangplos Kabupaten
Malang.
- Sebelah Timur Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang.
- Sebelah Selatan: Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang
- Sebelah Barat : Kecamatan Wagir dan Kecamatan Dau Kabupaten Malang

3.2 Kondisi Demografis Kota Malang


Tabel 3.1 Luas Wilayah, Jumlah penduduk dan Kepadatan penduduk Kota Malang

Kecamatan Jumlah Luas ( km2 ) Kepadatan


Penduduk penduduk per km2

Kedungkandung 207.428 39,89 5.200

Sukun 196.300 20,97 9.361

Klojen 94.112 8,83 10.658

Blimbing 182.331 17,77 10.261

Lowokwaru 163.639 22,60 7.241

Jumlah / Total 843.810 110,06 7.667


Sumber : Kota Malang Dalam Angka, 2021

3.3 Kondisi Sarana Kota Malang


3.3.1 Sarana Pendidikan
Sebaran sarana pendidikan yang merata diperlukan untuk memeratakan peluang
pendidikan di suatu wilayah yang bertujuan untuk mengevaluasi sebaran
sarana pendidikan. Kondisi sarana peribadatan di Kota Malang sudah cukup memadai,
masing-masing kecamatan telah memiliki sarana peribadatan, namum persebarannya belum
merata. Berikut terkait data jumlah sarana Pendidikan di kota Malang
pendidikan untuk kota besar karena peningkatan kepadatan unit permukiman yang
menyebabkan semakin pendeknya jarak perjalanan.

Tabel 3.2 Jumlah Sarana Pendidikan di Kota Malang

Sarana Pendidikan
Jumlah /
N Kecamatan Penduduk Luas
Total

Perguruan
o (km2)

Tinggi
SMA

SMK
MTS
SMP

MA
RA
TK

SD

MI
1 Kedungkandung 207.428 39,89 68 37 56 23 18 15 6 10 7 5
207.713
2 Sukun 196.300 20,97 73 19 61 14 19 3 6 12 3 4
196.535
3 Klojen 94.112 8,83 64 4 44 6 27 5 18 10 5 7
94.311
4 Blimbing 182.331 17,77 61 16 59 6 20 2 5 11 1 5
182.535
5 Lowokwaru 163.639 22,60 77 23 62 6 23 9 13 13 5 11
163.904
Jumlah / Total 843.810 110,06 343 99 282 55 107 34 48 56 21 32

Dari tabel diatas, terdapat data yang diperoleh bahwa jumlah Sarana Pendidikan tertinggi di
kota Malang terdapat pada kecamatan Kedungkandung, yaitu sebanyak 207.213 unit.
Selanjutnya jumlah sarana pendidikan terendah di kota Malang terdapat pada kecamatan
Klojen, dengan jumlah 94.331 unit

3.3.2 Sarana Kesehatan

Kondisi sarana kesehatan di Kota Malang sudah cukup memadai. Masing-masing


kecamatan telah memiliki sarana kesehatan namun persebarannya belum merata.
Sarana kesehatan di Kabupaten Malang jumlahnya belum memenuhi dengan jumlah
penduduk atau tidak sesuai dengan standar minimal yang ditetapkan oleh keputusan
Menteri. Berikut terkait data jumlah sarana kesehatan di kota Malang.
No Kecamatan Sarana Kesehatan Jumlah
Rumah Sakit Poliklinik Puskesmas
1 Kedungkandung 5 4 3 12
2 Sukun 1 8 3 12
3 Klojen 7 10 3
20
4 Blimbing 4 9 4 17
5 Lowokwaru 3 9 3
15
Jumlah / Total 20 40 16

Dari tabel diatas, terdapat data yang diperoleh bahwa jumlah Sarana kesehatan
tertinggi di kota Malang terdapat pada kecamatan Kedungkandung, yaitu sebanyak 20
unit. Selanjutnya jumlah sarana kesehatan terendah di kota Malang terdapat pada
kecamatan kedungkandung dan kecamatan sukun, dengan jumlah yang sama yaitu 12
unit.

Seperti pada penelitian Wilis Kaswidjanti dkk (2008) bahwa “Pemetaan Fasilitas
Kesehatan Kota Magelang Berbasis Web yang menginformasikan lokasi fasilitas-
fasilitas kesehatan dan dapat ditunjukkan melalui peta Kota Magelang secara online
sehingga memudahkan user dalam menemukan lokasi dan informasi fasilitas
kesehatan yang diinginkan.”

3.3.3 Sarana Peribadatan


Kondisi sarana peribadatan di Kota Malang sudah cukup memadai, masing-
masing kecamatan telah memiliki sarana peribadatan, namum persebarannya
belum merata. Berikut terkait data jumlah sarana Peribadatan di kota Malang.

No Kecamatan Tempat Ibadah


Dari Jumlah
Masjid Musholla Gereja Klenteng Vihara Pura
tabel 1 Kedungkandung 158 489 10 1 - 1
659
2 Sukun 209 165 28 - 3 3
408
3 Klojen 161 193 25 - 4 -
383
4 Blimbing 203 452 33 - 1 1
690
5 Lowokwaru 212 10 - - 1 -
223
Jumlah / Total 943 106 96 1 9 5
diatas, terdapat data yang diperoleh bahwa jumlah Sarana Peribadatan
tertinggi di kota Malang terdapat pada kecamatan blimbing, yaitu sebanyak
690 unit tempat ibadah. Selanjutnya jumlah sarana peribadatan terendah di
kota Malang terdapat pada kecamatan lowokwaru, dengan jumlah 223 unit
tempat ibadah.

3.3.4 Sarana Perekonomian


Kondisi sarana perekonomian di kota Malang sudah cukup memadai, masing-masing
kecamatan sudah memiliki sarana perekonomian seperti pasar dan tempat usaha
seperti kios, warung dll. Namun persebarannya saja yang belum merata. Berikut
terkait data jumlah sarana perekonomian di kota Malang.

Sarana Perekonomian
No Kecamatan Pasar Tempat Usaha Berdasarkan Jumlah / Total
Berdasarkan Kecamatan
Kelas
1 Kedungkandung 4 1.803 1807
2 Sukun 4 3.674 3678
3 Klojen 13 7.812 7825
4 Blimbing 2 2.670 2672
5 Lowokwaru 2 1.112 1114
Jumlah / Total 25 17.071

Dari tabel diatas, terdapat data yang diperoleh bahwa jumlah Sarana Perekonomian
tertinggi di kota Malang terdapat pada kecamatan Klojen, yaitu sebanyak 7.825 unit
sarana perekonomian. Selanjutnya jumlah sarana perekonomian terendah di kota
Malang terdapat pada kecamatan lowokwaru, dengan jumlah 1114 unit.
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Analisis Skalogram


Dalam menentukan hirarki pelayanan fasilitas sarana di Kota Malang dapat
dilihat berdasarkan orde ( peringkat kota ) yang diperoleh dari analisis
skalogram perhitungan skalogram dan dijabarkan melalui tabel yang
berisikan sarana perkecamatan di Kota Malang

Tabel 4.1 Rencana Fungsi Pusat Permukiman

N Pusat Skala Pelayanan


o Permukiman A B C D E F G H
( kecamatan ) Fungsi Kewenanga
n
1 Kedungkandung Sub pusat X X X X X
kota
2 Sukun Sub pusat X X X
kota
3 Klojen Sub pusat X X X
kota
4 Blimbing Sub pusat X X X X X X
kota
5 Lowokwaru Sub pusat X X X
kota

Keterangan :
A. Pusat Administrasi Provinsi
B. Pusat Administrasi Kota/Kecamatan
C. Pusat Perdagangan, Jasa & Pemasaran
D. Pusat Pelayanan Sosial ( pendidikan, kesehatan, agama, olahraga dll )
E. Pusat Produksi Pengolahan
F. Pusat Perhubungan dan Kom
G. Pusat Pendidikan
H. Pusat Kegiatan Pariwisata
Sarana Pendidikan Sarana Tempat Ibadah
Kesehatan
N

Perguruan Tinggi
Kecamatan

Rumah Sakit

Puskesmas
Poliklinik

Musholla

Klenteng
Masjid

Gereja
SMA

SMK
MTS
SMP

MA
RA
TK

SD

MI
1 Kedungkandung 68 37 56 23 18 15 6 10 7 5 5 4 3 158 489 10 1
2 Sukun 73 19 61 14 19 3 6 12 3 4 1 8 3 209 165 28 -
3 Klojen 64 4 44 6 27 5 18 10 5 7 7 10 3 161 193 25 -

4 Blimbing 61 16 59 6 20 2 5 11 1 5 4 9 4 203 452 33 -


5 Lowokwaru 77 23 62 6 23 9 13 13 5 11 3 9 3 212 10 - -

Tabel 4.2 Jenis Fasilitas di Kota Malang

Sumber : Kota Malang dalam Angka, 2021


Sarana Pendidikan Sarana Kesehatan Tempat Ibadah Sarana
Perdagangan
N

Pasar Kelas 1,2,3,4,5


o

Perguruan Tinggi
Kecamatan

Tempat Usaha
Rumah Sakit

Puskesmas
Poliklinik

Musholla

Klenteng
Masjid

Gereja

Vihara
SMA

SMK
MTS
SMP

Pura
MA
RA
TK

SD

MI
1 Kedungkandung 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
2 Sukun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
3 Klojen 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1

4 Blimbing 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
5 Lowokwaru 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1

Tabel 4.3 Jenis Fasilitas di Kota Malang

Sumber : Hasil Analisis, 2021


Tabel 4.4 Jenis Fasilitas di Kota Malang

Literasi

Perguruan Tinggi

Tempat Usaha
Rumah Sakit
No

Pasar Kelas
Puskesmas
Poliklinik

Musholla

Klenteng
1,2,3,4,5
Masjid

Vihara

Gereja
SMA

SMK
MTS
SMP

Pura
MA
RA
TK

SD

MI
Kecamatan

1 Kedungkandung 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
2 Sukun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
3 Klojen 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
4 Blimbing 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
5 Lowokwaru 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0

Sumber : Hasil Analisis, 2021


Perguruan Tinggi

Tempat Usaha
No

Rumah Sakit

Pasar Kelas
Kecamatan

Puskesmas
Poliklinik

Musholla

1,2,3,4,5

Klenteng
Masjid

Gereja
Vihara
SMA

SMK
MTS
SMP

Pura
MA
RA
TK

SD

MI
1 Kedungkandung 68 37 56 23 18 15 6 10 7 5 5 4 3 158 489 4 1.803 0 10 1 1

2 Sukun 73 19 61 14 19 3 6 12 3 4 1 8 3 209 165 4 3.674 3 28 3 0


3 Klojen 64 4 44 6 27 5 18 10 5 7 7 10 3 161 193 13 7.812 4 25 0 0
4 Blimbing 61 16 59 6 20 2 5 11 1 5 4 9 4 203 452 2 2.670 1 33 1 0
5 Lowokwaru 77 23 62 6 23 9 13 13 5 11 3 9 3 212 10 2 1.112 1 10 0 0

Jumlah / Total 343 99 282 55 107 34 48 56 21 32 20 40 16 943 1309 25 17.071 9 106 5 1

Tabel 4.5 Indeks Sentralitas Fasilitas di Kota Malang

Bobot perhitungan untuk fasilitas


100 100 100
TK →C = = 0,2915 MA →C = = 4,76 Pasar →C = = 4
343 21 25
100 100 100
RA →C = = 1,01 Perguruang tinggi →C = = 3,125 Tempat usaha →C = = 0,00586
99 32 17.071
100 100 100
SD →C = = 0,3545 RS →C = = 5 Vihara →C = = 11,11
282 20 9
100 100 100
MI →C = = 1,818 Poliklinik →C = = 2,5 Gereja →C = = 0,9433
55 40 106
100 100 100
SMP →C = = 0,934 Puskesmas →C = = 6,25 Pura →C = = 20
107 16 5
100 100 100
MTS →C = = 2,94 Masjid →C = = 0,10605 Klenteng →C = = 100
34 943 1
100 100
SMA →C = = 2,083 Musholla →C = = 0,07637
48 1309
100
SMK →C = = 1,785
56

Perguruan Tinggi

Tempat Usaha
Rumah Sakit

Puskesmas
Poliklinik

Musholla

Klenteng
Masjid

Gereja
Vihara
SMA

SMK

Pasar
MTS
SMP
Nilai

Pura
MA
RA
TK

SD

MI
Bobot

C 0,291 1,01 0,354 1,818 0,934 2,94 2,083 1,78 4,76 3,125 5 2,5 6,25 0,1060 0,0763 4 0,0058 11,11 0,943 20 100
5 5 5 5 7 6 3

Tabel 4.6 Bobot Indeks Sentralitas Per Fasilitas di Kota Malang

Sumber : Hasil Analisis, 2021

Cara untuk menghitung bobot indeks sentralitas fasilitas:

Untuk Fasilitas TK :

Kedungkandung: Nilai indeks sentralitas = 0,291 x 68 = 19,72

Sukun : Nilai indeks sentralitas = 0,29 x 73 = 21,17

Klojen : Nilai indeks sentralitas = 0,29 x 64 = 18,56

Blimbing : Nilai indeks sentralitas = 0,29 x 61 = 17,69

Lowokwaru : Nilai indeks sentralitas = 0,29 x 77 = 22,33


Perguruan Tinggi

Tempat Usaha

Jumlah/Total
Rumah Sakit

Puskesmas
Poliklinik

Musholla

Klenteng
Masjid

Vihara

Gereja
SMA

SMK

Pasar
MTS
SMP

Pura
MA
RA
TK

SD

MI
N Kecamatan
o

1 Kedungkandung 19,
41,7 522,868
82 19,8 16,8 12,4 17,8 33, 15,6 18,7 16,7 37,3 10,5
91 100
2 37,37 52 12 44,1 98 5 32 25 25 10 5 5511 4493 16 4755 0 9,43 20
2 Sukun 21,
25,4 410,537
27 21,6 17,7 12,4 21,4 14, 18,7 22,1 12,6 21,4 33,3 26,4
38 0
95 19,19 245 46 8,82 98 2 28 12,5 5 20 5 6341 0105 16 929 3 04 60
3 Klojen 18,
10,9 466,411
65 15,5 25,2 37,4 17,8 23, 21,8 18,7 17,0 14,7 45,7 44,4 23,5
02 0
6 4,04 98 18 14,7 94 5 8 75 35 25 5 7325 3941 52 002 4 75 0
4 Blimbing 17,
10,9 350,149
78 20,9 18,6 10,4 19,6 4,7 15,6 22 21,5 34,5 15,6 11,1 31,1
02 0
15 16,16 155 8 5,88 15 35 6 25 20 ,5 25 2714 1924 8 195 1 19 20
5 Lowokwaru 22,
10,9 338,387
44 21,9 21,4 26,4 27,0 23,2 23, 34,3 22 18,7 22,4 0,76 6,50
02 0
55 23,23 79 82 6 79 05 8 75 15 ,5 5 8048 37 8 52 0 9,43 0
Jumlah / Total 99, 99,984 99,9 99,9 99,9 99,9 99,9 99, 10 10 99,9 99,9 99,9 99,9 99,9
98 5 99,9 6 3 6 6 8 96 0
100 0 100 9 6 100 8 9 8 100 100
45 9

K = 1 + 3.3 log n K = 1 + 3 log 5


Keterangan : K = 3 Orde (2,97 digenapkan menjadi 3 orde)
k = banyaknya kelas
n = banyaknya kecamatan
Nilai maksimum−Nilai Minimum
I=
Jumlah Daerah Kecamatan

Keterangan :
Nilai maksimum : Nilai tertinggi dari jumlah bobot fasilitas

Nilai minimum : Nilai terendah dari jumlah bobot fasilitas

N : Daerah Amatan (Jumlah Kecamatan)

522 , 8 6 8−348 ,71


I= = 34,634
5

Sehingga :

- Orde 1 : 522,858 – 488,224 yaitu Kecamatan KedungKandung


- Orde 2 : 488,224 – 453,59 yaitu 34,634 kecamatan Klojen
- Orde 3 : < 453,59 yaitu kecamatan Sukun, Blimbing, dan Lowokwaru.

No Kecamatan Jumlah Total Presentase Orde/ Pengelompokan


Penduduk Analisis Hirarki Hirarki RTRW 2021
Skalogram
1 Kedungkandung 207.428 203.211 I Pusat Administrasi
522,868
kota, sub pusat kota
2 Sukun 196.300 111.313 III Sub pusat kota
410,537
3 Klojen 94.112 222.742 II Pusat Administrasi
466,411
kota, Sub pusat kota
4 Blimbing 182.331 216.055 III Pusat Administrasi
350,149
kota, Sub pusat kota
5 Lowokwaru 163.639 180.418 III Sub pusat kota
338,387
GAMBAR 1

PETA HIRARKI KOTA DI KOTA MALANG TAHUN 2021


4.2 Analisis Indeks Sentralitas Marshall

4.3 Analisis Interaksi Keuangan


BAB 5
KESIMPULAN

Kota Malang merupakan salah satu kota tujuan wisata di JawaTimur karena
potensi alam dan iklim yang dimiliki. Letaknya yang berada di tengah–
tengah wilayah Kabupaten Malang, secara astronomis terletak pada posisi
112.060 - 112.070 Bujur Timur , 7.060 - 8.020 Lintang Selatan.

Pada hasil analisis skalogram dengan meneliti banyaknya fasilitas yang ada
di Kota Malang, ternyata Kecamatan Kedungkandung memiliki fasilitas
yang lebih baik dibanding kecamatan – kecamatan lainnya, meskipun
kecamatan tersebut bukan merupakan kecamatan yang diproyeksikan
sebagai pusat kota. Dengan begitu, kondisi aktivitas perekonomian dan
pelayanan fasilitas di Kecamatan – kecamatan lain perlu ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai