Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS SEKTOR PERTANIAN MENGGUNAKAN

METODE LOCATION QUOTIENT (LQ) DAN SHIFT SHARE


DI KABUPATEN KAMPAR

DISUSUN OLEH :

RIKI SIREGAR

184210032

AGRIBISNIS 7A

MATA KULIAH :

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH

PRODI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2022
A. Pendahuluan

Indonesia sejak lama dikenal sebagai negara agraris di mana mayoritas

masyarakatnya bekerja pada sektor pertanian. Selain itu, sumber daya pertanian

yang ada di Indonesia juga beragam di mana setiap provinsi memiliki karakteristik

masing-masing sehingga hasil pertanian yang dihasilkan juga berbeda. Provinsi-

provinsi di Indonesia tentunya memiliki potensi yang berbeda sebagai sumber

pertumbuhan daerah dan hal ini menyebabkan pemerintah di tiap provinsi

diharuskan untuk lebih memberikan perhatian bagi sektor yang memiliki potensi

tertinggi. Oleh karena itu, pengembangan sumberdaya di suatu provinsi harus

diintensifkan dengan memperhatikan peta prioritas pembangunan.

Pengembangan sumber daya wilayah yang berasal dari sektor pertanian

menjadi salah satu alternatif untuk dikembangkan karena dengan adanya

pengembangan sumber daya wilayah pertanian diharapkan dapat mengurangi

kesenjangan pembangunan wilayah (Hidayat & Supriharjo, 2014). Provinsi Riau

sebagai provinsi yang memiliki potensi dalam sektor pertanian sudah selayaknya

diberikan perhatian khusus dalam pengembangan pembangunan pada sektor

tersebut. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2020), sektor pertanian

menyumbang 26.16 persen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi

Riau atas dasar harga konstan tahun 2019. Hal tersebut mencerminkan bahwa sektor

pertanian menjadi sektor penyumbang PDRB terbesar kedua di Provinsi Riau

setelah sektor industri pengolahan.

Kabupaten Kampar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau yang

memiliki kontribusi PDRB terbesar ketiga untuk sektor pertanian setelah

Kabupaten Indragiri Hilir dan Rokan Hilir. Selain itu, Kabupaten Kampar memiliki
letak geografis yang paling dekat dengan Ibu Kota Provinsi Riau sehingga hal ini

membuat pendistribusian hasil-hasil pertanian menjadi lebih ekonomis dan

memberikan potensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten lain. Potensi

besar yang telah dimiliki oleh Kabupaten Kampar dalam sektor pertanian

selayaknya harus memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi lokal.

Namun, peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi kerap dipandang

sebelah mata karena dianggap hanya sebagai unsur penunjang (Sari & Herawaty,

2019).

Dewasa ini mulai disadari bahwa sektor pertanian telah banyak memberikan

kontribusi bagi perekonomian negara secara umum dan Kabupaten Kampar secara

khusus karena telah menyerap begitu banyak tenaga kerja. Badan Pusat Statistik

(2019) menyatakan bahwa pada tahun 2018 penduduk yang bekerja di sektor

pertanian mencapai 52.82 persen atau menjadi sektor yang paling banyak menyerap

tenaga kerja. Oleh sebab itu, sektor pertanian akan secara kontinyu memberikan

sumbangan bagi pembangunan daerah baik secara langsung melalui penambahan

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), penyerapan tenaga kerja dan

peningkatan pendapatan masyarakat serta secara tidak langsung melalui penciptaan

kondisi yang kondusif sehingga dapat terbentuknya hubungan sinergis antar sektor

(Isbah & Iyan, 2016).

Berdasarkan hal tersebut, pembangunan sektor pertanian di Kabupaten

Kampar menjadi hal yang perlu diprioritaskan mengingat banyak masyarakat

Kabupaten Kampar yang menggantungkan hidup melalui sektor pertanian. Potensi

besar yang dimiliki Kabupaten Kampar sebagai salah satu pemasok bahan

kebutuhan pokok bagi masyarakat Provinsi Riau, harus bisa lebih ditingkatkan agar
sumbangan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Kampar bisa lebih

optimal. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan pembahasan

mengenai peranan sektor pertanian di Kabupaten Kampar agar dapat dijadikan

sebagai landasan pembuatan strategi pembangunan perekonomian Kabupaten

Kampar di masa mendatang dengan menjadikan pertanian sebagai sektor kunci

pembangunan.

B. Metode Penelitian

1. Analisis Location Quotient (Lq)

Analisis Location Quotient (LQ) pertama kali digunakan oleh Haig (1926)

yang berasal dari tulisannya tentang analisis basis ekonomi. Secara empiris LQ

digunakan untuk menunjukkan seberapa kuat sebuah sektor atau industri di dalam

sebuah wilayah serta untuk menganalisis sektor yang menjadi unggulan di suatu

wilayah (Morrissey, 2016). Terkait kebijakan publik, LQ juga sering digunakan

untuk mengidentifikasi kluster industri yang menjadi fokus pemerintah (Crawley et

al., 2013). Penentuan sektor unggulan didasari pada perbandingan kontribusi

sebuah sektor di suatu wilayah analisis dibandingkan dengan kontribusi sebuah

sektor di suatu wilayah acuan. Secara matematis, LQ dapat diukur menggunakan

formula sebagai berikut (Fracasso & Marzetti, 2018; Liu et al., 2019):

𝐿𝑄𝑖 = ((𝑄𝑖𝑗/𝑄𝑖))/((𝑄𝑗/𝑄))

Di mana Qij merupakan kontribusi sektor i terhadap PDRB di wilayah

analisis; Qi merupakan nilai total PDRB di wilayah analisis; Qj merupakan nilai

kontribusi sektor i terhadap PDRB di wilayah acuan dan Q merupakan nilai total

PDRB wilayah acuan.


Hasil perhitungan LQ selanjutnya akan dikategorikan ke dalam tiga kategori

yaitu (R. Jumiyanti, 2018):

1) LQ > 1 yang berarti bahwa sektor i telah menjadi sebuah basis atau sumber

pertumbuhan di wilayah analisis. Hasil dari sektor i telah mampu memenuhi

kebutuhan untuk wilayahnya sendiri dan surplusnya dapat dijual ke wilayah

lain.

2) LQ = 1 yang berarti bahwa sektor i telah menjadi sebuah basis di wilayah

analisis. Hasil dari sektor i telah mampu memenuhi kebutuhan untuk

wilayahnya sendiri namun tidak terdapat surplus sehingga tidak dapat dijual

ke wilayah lain.

3) LQ < 1 yang berarti bahwa sektor i termasuk pada sektor non basis. Hasil

dari sektor i tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan di wilayahnya sendiri

sehingga diperlukan pasokan dari wilayah luar.

2. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share merupakan metode yang sering digunakan dalam studi

regional tentang pembangunan dengan cara mengukur kinerja perekonomian suatu

wilayah dan membandingkannya dengan wilayah yang lebih luas (wilayah acuan),

sehingga analisis ini mampu memberikan gambaran terkait kekuatan dan

kelemahan suatu sektor pada wilayah tertentu dibandingkan dengan sektor yang

sama pada wilayah acuan (Cieślak et al., 2019; Xanthos et al., 2020). Analisis Shift

Share merupakan perubahan (D) suatu variabel pada wilayah dan waktu tertentu

yang terbagi atas beberapa pengaruh yaitu pengaruh pertumbuhan nasional (N),

pertumbuhan proporsional (M) dan keunggulan kompetitif (C). Perhitungan Shift


Share dapat dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut (Abidin,

2015):

𝐷𝑖𝑗 = 𝑁𝑖𝑗 + 𝑀𝑖𝑗 + 𝐶𝑖𝑗

Jika formula Shift Share diterapkan pada PDRB, maka:

𝐷𝑖𝑗 = 𝑌∗ 𝑖𝑗 − 𝑌𝑖𝑗

𝑁𝑖𝑗 = 𝑌𝑖𝑗 − 𝑟𝑛

𝑀𝑖𝑗 = 𝑌𝑖𝑗 − (𝑟𝑖𝑛 − 𝑟𝑛)

𝐶𝑖𝑗 = 𝑌𝑖𝑗 − (𝑟𝑖𝑗 − 𝑟𝑖𝑛)

Di mana rij, rin dan rn adalah laju pertumbuhan wilayah analisis dan acuan yang

masing-masing diturunkan sebagai berikut:

rij = (Y*ij – Yij) / Yij

rin = (Y*in – Yin) / Yin

rin = (Y*n – Yn) / Yn

Di mana Yij adalah PDRB sektor I di wilayah analisis; Yin adalah PDRB di wilayah

acuan dan Yn adalah PDRB wilayah acuan yang diukur pada tahun dasar.

Hasil perhitungan analisis Shift Share memberikan informasi perekonomian

ke dalam tiga kelompok yaitu (F. W. A. W. Sari & Herawaty, 2019):

1) Jika nilai Nij positif mengindikasikan bahwa pertumbuhan sektor i di wilayah

analisis lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan sektor i di

wilayah acuan. Sedangkan apabila nilai Nij negatif mengindikasikan bahwa

pertumbuhan sektor i di wilayah acuan lebih cepat jika dibandingkan dengan

pertumbuhan sektor i di wilayah analisis.


2) Jika nilai Mij positif mengindikasikan bahwa pertumbuhan sektor i bertumbuh

cepat pada wilayah analisis. Sedangkan apabila nilai Mij negatif

mengindikasikan bahwa pertumbuhan sektor i bertumbuh lambat di wilayah

analisis.

3) Jika nilai Cij positif mengindikasikan bahwa sektor i pada wilayah analisis

memiliki daya saing yang lebih baik dibandingkan dengan sektor i pada

wilayah lainnya. Sedangkan apabila nilai Cij negatif mengindikasikan bahwa

sektor i di wilayah analisis tidak memiliki daya saing yang baik jika

dibandingkan dengan sektor i di wilayah lainnya.

C. Hasil dan Pembahasan

1. Perkembangan Perekonomian Kabupaten Kampar

Sejak tahun 2015-2019, perekonomian Kabupaten Kampar mengalami

fluktuasi dengan kecenderungan yang meningkat. Hal tersebut tercermin dari

peningkatan PDRB atas dasar harga konstan yang meningkat setiap tahunnya.

PDRB Kabupaten Kampar pada tahun 2015 adalah sebesar 46.3 triliun rupiah dan

meningkat sebesar 12.06 persen hingga tahun 2019 menjadi sebesar 51.9 triliun

rupiah. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (selanjutnya disebut sektor

pertanian) menjadi sektor yang paling berkontribusi terhadap PDRB Kabupaten

Kampar dengan menyumbangkan sebesar 31.44 persen dari total PDRB tahun

2019. Selanjutnya, secara berturut-turut sektor yang memiliki kontribusi terbesar di

Kabupaten Kampar adalah sektor industri pengolahan yang menyumbang sebesar

30.95 persen dan sektor pertambangan dan penggalian yang menyumbang sebesar

22.40 persen dari total PDRB Kabupaten Kampar. Selanjutnya, kontribusi sektoral

terbesar terhadap PDRB Kabupaten Kampar disajikan pada Gambar 1.


Gambar 1. Kontribusi sektoral terbesar dan PDRB Kabupaten Kampar

Kabupaten Kampar merupakan kabupaten yang menyumbangkan PDRB

terbesar ketiga di Provinsi Riau setelah Kabupaten Bengkalis dan Kota Pekanbaru

dengan memberikan kontribusi sebesar 10.47 persen. Namun jika dianalisis lebih

jauh, kontribusi terbesar PDRB Kabupaten Kampar adalah sektor pertanian

sedangkan kontribusi terbesar PDRB Kabupaten Bengkalis dan Kota Pekanbaru

berturut-turut adalah sektor pertambangan dan penggalian serta sektor perdagangan

besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor. Hal tersebut menunjukkan

bahwa perekonomian Kabupaten Kampar secara dominan dititikberatkan pada

sektor pertanian. Berikut adalah laju pertumbuhan sektoral terbesar terhadap PDRB

Kabupaten Kampar tahun 2015-2019 yang disajikan pada Gambar 2.


Gambar 2. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabuapten Kampar tahun

2015-2019 dalam (%)

Berdasarkan Gambar 2, dapat terlihat bahwa laju pertumbuhan kontribusi

sektor pertanian Kabupaten Kampar mengalami fluktuasi dengan kecenderungan

yang menurun dan berbeda dengan kontribusi sektor lainnya yang cenderung

mengalami peningkatan. Hal tersebut mencerminkan bahwa kontribusi sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan Kabupaten Kampar meskipun menyumbang

PDRB terbesar bagi Kabupaten Kampar secara perlahan posisinya mulai disusul

oleh sektor lain.

2. Location Quotient (LQ)

Location Quotient (LQ) digunakan untuk menganalisis sektor unggulan yang

berada pada wilayah analisis. Berdasarkan hasil perhitungan LQ di Kabupaten

Kampar dalam kurun waktu 2015-2019, dapat terlihat bahwa terdapat empat sektor

yang memiliki nilai LQ > 1 di mana sektor-sektor tersebut antara lain sektor

pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor real estat dan sektor jasa
pendidikan. Hal ini mencerminkan bahwa sektor tersebut telah menjadi basis di

wilayah analisis dan kelebihan produksi yang ada dapat dijual atau dimanfaatkan

oleh wilayah lain. Sektor pertanian menjadi salah satu sektor unggulan yang

terdapat di Kabupaten Kampar, hal ini tidak terlepas dari peranan sektor pertanian

terhadap perekonomian Kabupaten Kampar yang tercermin dari tingginya

kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Kampar. Selain itu,

tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian dan sumber daya alam

pertanian yang dimiliki oleh Kabupaten Kampar telah menjadikan sektor pertanian

memiliki peran penting bagi perekonomian Kabupaten Kampar sehingga

keberlangsungannya perlu untuk selalu dijaga dan dikembangkan seiring

berjalannya waktu. Selain itu, peran pemerintah dalam mengembangkan sektor

pertanian harus lebih intensif lagi mengingat sejak tahun 2015-2019, nilai LQ

sektor pertanian terus mengalami penurunan dengan rata-rata penuruan sebesar -

0.89 persen. Namun, sektor-sektor lain yang masih berada pada kriteria non basis

tidak boleh dikesampingkan karena sektor pertanian dan sektor lainnya yang

termasuk dalam kriteria basis akan mampu mengembangkan sektor basis yang baru

(S. R. Sari, 2018). Berikut adalah hasil perhitungan Location Quotient di Kabupaten

Kampar sebagaimana disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1. Hasil perhitungan Location Quotient di Kabupaten Kampar


(2015-2019)
Rata –
Tahun Kriteria
NO Sektor rata
2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan
1 1.20 1.20 1.18 1.16 1.16 1.18 Basis
dan Perikanan
Pertambangan dan
2 1.30 1.30 1.29 1.28 1.24 1.28 Basis
penggalian
Non
3 Industri pengolahan 1.00 0.98 0.97 0.96 0.97 0.98
Basis
Pengadaan listrik dan Non
4 0.79 0.88 0.85 0.82 0.84 0.84
gas Basis
Pengadaan air,
Non
5 pengolahan sampah, 0.43 0.44 0.44 0.44 0.45 0.44
Basis
limbah dan daur ulang
Non
6 Konstruksi 0.78 0.80 0.81 0.83 0.85 0.82
Basis
Perdagangan besar dan
Non
7 eceran; reparasi mobil 0.34 0.34 0.34 0.34 0.35 0.34
Basis
dan sepeda motor
Transportasi dan Non
8 0.38 0.37 0.37 0.36 0.36 0.37
pergudangan Basis
Penyediaan akomodasi Non
9 0.19 0.18 0.18 0.18 0.18 0.18
dan makan minum Basis
Informasi dan Non
10 0.46 0.48 0.49 0.51 0.53 0.49
komunikasi Basis
Jasa keuangan dan Non
11 0.50 0.50 0.50 0.48 0.49 0.49
asuransi Basis
12 Real estat 1.07 1.08 1.07 1.08 1.08 1.07 Basis
Non
13 Jasa perusahaan 0.63 0.64 0.66 0.68 0.69 0.66
Basis
Administrasi
pemerintahan, Non
14 0.97 0.96 0.94 0.92 0.92 0.94
pertahanan dan Basis
jaminan sosial wajib
15 Jasa pendidikan 1.03 1.03 1.01 1.00 0.98 1.01 Basis
Jasa kesehatan dan Non
16 0.91 0.92 0.94 0.97 0.97 0.94
kegiatan sosial Basis
Non
17 Lain-lain 0.63 0.64 0.63 0.63 0.65 0.64
Basis
Sumber : Data Olahan
3. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share digunakan untuk menjelaskan pengaruh sektor pertanian

dan sektor lainnya di Provinsi Riau terhadap sektor pertanian dan sektor lainnya di

Kabupaten Kampar di mana masing pengaruh dikelompokan menjadi tiga yaitu

Pengaruh Nasional (N), Pengaruh Proporsional (M) dan Pengaruh Keunggulan

Kompetitif (C). Berdasarkan perhitungan analisis Shift Share yang disajikan pada

Tabel 3, Pertumbuhan Nasional (N) pada sektor pertanian memiliki nilai yang

positif yaitu sebesar 1359,923. Hal tersebut mencerminkan bahwa pertumbuhan

sektor pertanian di Kabupaten Kampar memiliki pertumbuhan yang lebih cepat jika

dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Riau. Secara

keseluruhan, sektor lain juga memiliki nilai yang positif di mana hal tersebut

mengindikasikan bahwa keseluruhan sektor di Kabupaten Kampar memiliki


pertumbuhan yang lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan di Provinsi

Riau.

Berdasarkan hasil analisis, Pertumbuhan Proporsional (M) sektor pertanian di

Kabupaten Kampar memiliki nilai yang positif dengan nilai sebesar 259,1243. Hal

tersebut mencerminkan bahwa sektor pertanian memiliki pertumbuhan yang cepat

pada wilayah dan waktu analisis serta menggambarkan bahwa sektor pertanian

berspesialisasi sebagai sektor dominan yang menggerakan pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Kampar. Sektor lain yang memiliki spesialisasi selain sektor pertanian

bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kampar secara berturut-turut adalah sektor

industri pengolahan dan sektor konstruksi. Sedangkan, sektor lain yang memiliki

pertumbuhan lambat adalah sektor pertambangan dan penggalian di mana sektor

tersebut adalah sektor satu-satunya yang memiliki nilai negatif. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian

cenderung lambat dikarenakan sektor pertambangan adalah sektor yang sangat

bergantung kepada ketersediaan sumber daya alam yang terbatas.

Pertumbuhan lain yang diukur adalah Pertumbuhan Keunggulan Kompetitif

(C) di mana pada hasil perhitungan menunjukkan nilai yang positif yaitu sebesar

804,0332. Hal tersebut mencerminkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor

yang memiliki daya saing yang tinggi jika dibandingkan dengan sektor yang sama

pada wilayah lain. Sektor pertanian memiliki nilai (C) yang tertinggi di antara

sektor lain seperti sektor industri pengolahan dan pertambangan. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki potensi

lebih besar untuk dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat membantu

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kampar.


Tabel 2. Hasil analisis Shift Share Kabupaten Kampar tahun 2015-2019

Komponen Pergeseran
No Sektor Struktur
N P C
Ekonomi
Pertanian, Kehutanan
1 1359,923 259,1243 804,0332 2423,081
dan Perikanan
Pertambangan dan
2 1452,78 -306,691 654,3131 1791,402
penggalian
3 Industri pengolahan 1322,033 275,3086 758,5027 2355,844
Pengadaan listrik dan
4 2,158033 0,761274 -1,08513 1,834173
gas
Pengadaan air,
5 pengolahan sampah, 0,302626 0,018368 -0,10602 0,214978
limbah dan daur ulang
6 Konstruksi 313.4888 76,96467 -219,187 71,2664
Perdagangan besar dan
7 eceran; reparasi mobil 146,0544 36,26143 -29,676 52,6398
dan sepeda motor
Transportasi dan
8 14,55524 1,802798 13,87414 30,23219
pergudangan
Penyediaan akomodasi
9 3,937263 0,614223 1,854022 6,405508
dan makan minum
Informasi dan
10 21,10657 5,846009 -31,0611 -4,10856
komunikasi
Jasa keuangan dan
11 22,3275 1,845657 7,783434 31,95659
asuransi
12 Real estat 46,9967 6,816694 -1,20302 52,61038
13 Jasa perusahaan 0,173227 0,047959 -0,12958 0,091608
Administrasi
pemerintahan,
14 81,55654 3,66183 53,67941 38,8978
pertahanan dan
jaminan sosial wajib
15 Jasa pendidikan 22,97032 3,843098 15,32236 42,13578
Jasa kesehatan dan
16 8,573695 2,086913 -4,80847 5,852141
kegiatan sosial
17 Lain-lain 14,10339 5,024464 -1,09844 18,02942
Total 4833,04 373,3369 2012,007 7218,385
Sumber : Data Sekunder diolah

D. Kesimpulan

Kabupaten Kampar merupakan kabupaten di Provinsi Riau yang memiliki

kontribusi perekonomian cukup besar bagi Provinsi Riau sejak beberapa tahun

terakhir. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kampar yang cenderung meningkat setiap

tahunnya telah menggambarkan bahwa Kabupaten Kampar merupakan kabupaten

yang sangat potensial untuk dijadikan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi

Provinsi Riau. Salah satu sektor dominan yang menjadi unggulan Kabupaten
Kampar adalah sektor pertanian, di mana sektor tersebut menjadi sektor yang maju

dan tumbuh dengan pesat. berdasarkan hasil perhitungan analisis Location Quotient

(LQ), sektor pertanian merupakan sektor yang telah menjadi basis sumber

pertumbuhan Kabupaten Kampar dan bahkan mampu memenuhi kebutuhan

wilayah lain. Sektor pertanian berdasarkan hasil perhitungan analisis Shift Share

juga menunjukkan bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang mengalami

pertumbuhan yang cepat serta berdaya saing tinggi. Hal tersebut terkonfirmasi dari

hasil perhitungan yang memiliki nilai positif untuk setiap komponen pengaruh

pertumbuhan.

E. Daftar Pustaka

Abidin, Z. (2015). Aplikasi Analisis Shift Share pada Transformasi Sektor


Pertanian dalam Perekonomian Wilayah di Sulawesi Tenggara. Jurnal
Informatika Pertanian.
Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik Daerah Kabupaten Kampar 2019. In Badan
Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. (2020). PDRB ADHK Menurut Lapangan Usaha. Badan
Pusat Statistik Kabupaten Kampar.
Cieślak, I., Pawlewicz, K., & Pawlewicz, A. (2019). Sustainable development in
Polish regions: A shift-share analysis. Polish Journal of Environmental
Studies.
Crawley, A., Beynon, M., & Munday, M. (2013). Making Location Quotients More
Relevant as a Policy Aid in Regional Spatial Analysis. Urban Studies.
Fracasso, A., & Marzetti, V. G. (2018). Estimating dynamic localization
economies: the inadvertent success of the specialization index and the
Location Quotient. Regional Studies.
Hidayat, E., & Supriharjo, R. (2014). Identifikasi Sub Sektor Unggulan Kecamatan
di Kabupaten Lombok Tengah. Jurnal Teknik Pomits.
Isbah, U., & Iyan, R. Y. (2016). Analisis Peran Sektor Dalam Perekonomian Dan
Kesempatan Kerja Pertanian Di Provinsi Riau. Jurnal Sosial Ekonomi
Pembangunan.
Liu, H., Jia, Y., Niu, C., & Gan, Y. (2019). Spatial Pattern Analysis of Regional
Water Use Profile Based on the Gini Coefficient and Location Quotient.
Journal of the American Water Resources Association.
Morrissey, K. (2016). A Location Quotient approach to producing regional
production multipliers for the Irish economy. Papers in Regional Science.
R. Jumiyanti, K. (2018). Analisis Location Quotient dalam Penentuan Sektor Basis
dan Non Basis di Kabupaten Gorontalo. Gorontalo Development Review.
Sari, F. W. A. W., & Herawaty, B. R. (2019). Analisis Peranan Sektor Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan pada Perekonomian Kabupaten Deli Serdang.
Journal Agroland.
Sari, S. R. (2018). Kontribusi Sektor Pertanian Dalam Struktur Ekonomi Di
Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Jurnal AGRISEP : Kajian Masalah
Sosial Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis.
Supriyadi, B., Bahrullah, A., & Djazuli, A. (2016). Analysis of Social Economics
District Proliferation in Indonesia. The IAFOR International Conference on
the Social Science Dubai 2016.
Xanthos, G., Zopounidis, C., Garefalakis, A., Lemonakis, C., & Passas, I. (2020).
Distinguish regional performance with the use of shift-share analysis and
MCDA methods: a gross value added perspective. Operational Research.

Anda mungkin juga menyukai