id
Abstract
The research aims to analyze the potential and commodity of the Konawe Islands
Regency from the 2013-2015 period. The type of data used in this study is secondary data
sourced from the Konawe Islands BPS. Data analysis using quantitative descriptive analysis.
To determine the base sector is used the Location Questions index number. The results showed
that Sekot agriculture is the flagship sector with the flagship commodity is a food crops
commodity that became the flagship commodity of Sweet potato commodity ranked 1, rice
fields rank 2, and green beans rank 3. In the vegetable Sub-sector that became the flagship
commodity of Beans are ranked 1, Sawi ranked 2, Daun Bawang 3, the Siamese pumpkin ranks
4, cucumber ranks 5, beans long ranked 6, and Chili Great ranked 7th. . In the fruit Sub sector
which became the flagship commodity of Sukun commodity rank 1, Papaya rank 2, great
orange Rank 3, Sirsak ranked 4, jackfruit ranks 5, and bananas ranked 6. On the commodity
plantation Sub-sector is Pala ranked 1, Sago ranks 2, cashew cashew ranks 3, and Kelapa in
the ranks 4. And the flagship commodity sub-sector of livestock, namely, goat ranks 1,
ducks/Manila ranks 2, and cattle rank 3.
I. PENDAHULUAN
Tenggara. Oleh karena itu, setiap satuan pemerintah daerah di Provinsi Sulawesi
Tenggara perlu meningkatkan kapasitas ekonomi dan daya saing daerah.
sebelah utara berbatasan langsung dengan laut banda dan Kabupaten Konawe Utara,
sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Buton utara dan Kabupaten
Muna, sebelah barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Konawe dan Kota
kendari, dan sebelah selatan berbatasan langsung dengan kabupaten Konawe Selatan,
sehingga posisi geografis ini merupakan potensi strategis yang bisa dikembangkan
oleh pemerintah daerah Kabupaten Konawe Kepulauan, terutama dari aspek maritim
dan pengembangan wilayah pesisir perbatasan karena dikelilingi oleh sejumlah daerah
yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.
dan perdagangan. Dari ke empat sektor tersebut, dapat dikembangkan menjadi sektor
unggulan daerah sehingga mampu mendorong ekonomi lokal. Untuk mengukur
kinerja ekonomi suatu daerah, salah satunya dapat dilihat dari pertumbuhan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Berikut ini data yang menunjukkan PDRB Kabupaten
Pada diagram 1.1 di atas, menunjukkan, kontribusi sektor pertanian dan sub
mendorong peningkatan daya saing daerah. Dengan melihat data statistik, sektor
ekonomi dominan dapat dikembangkan menjadi sektor strategis, atau pusat-pusat
Tinjauan Pustaka
Pengertian sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan, baik
dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu
sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu
mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di
pasar nasional ataupun domestik (Tambunan, 2001). Suatu daerah akan mempunyai
sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor
yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno, 2000).
Samsul Barani (Analisis Sektor Unggulan…..) | 432
Volume: 10 Nomor 1 Tahun 2020 http://www.jep.uho@uho.ac.id
Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih
cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor
pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan
sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan (Rachbini, 2001).
Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar
perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, dimama
daerah memiliki kesempatan serta kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai
unggulan memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kedua sektor unggulan
memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar, ketiga sektor unggulan
memiliki keterkaitan antara sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang,
dan keempat sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.
Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi
sektor prioritas, yaitu: (1) Sektor tersebut harus menghasilkan produk yang
teradopsi secara kreatif maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan
kapasitas yang lebih luas; (3) Harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-
hasil produksi sektor yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah;
(4) Sektor tersebut harus berkembang sehingga mampu memberi pengaruh terhadap
sektor-sektor lainnya.
Menurut Ambardi dan Socia (2002), kriteria komoditas unggulan suatu daerah,
belakang yang kuat, baik sesama komoditas unggulan maupun komoditas lainnya. (3)
Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain di pasar
nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi, kualitas
pelayanan, maupun aspek-aspek lainnya. (4) Komoditas unggulan daerah memiliki
keterkaitan dengan daerah lain, baik dalam hal pasar (konsumen) maupun pemasokan
bahan baku (jika bahan baku di daerah sendiri tidak mencukupi atau tidak tersedia
sama sekali). (5) Komoditas unggulan memiliki status teknologi yang terus meningkat,
terutama melalui inovasi teknologi.(6) Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga
kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksinya. (7) Komoditas
unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai dari fase kelahiran,
Metode Penelitian
menjadi tujuan dari kegiatan, hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam
penyusunan database di samping itu juga lebih mudah ditampilkan serta
diinterpretasikan oleh publik secara luas. Dengan melakukan pendekatan ini akan
dapat di ketahui jenis jenis potensi yang ada serta jumlah/kuantitasnya dari masing
masing kecamatan Kabupaten Konawe Kepulauan. Kebutuhan data penelitian terdiri
dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data mentah yang belum
diolah, yang diperoleh dengan teknik wawancara (depth interview) dilakukan kepada
pihak yang terkait dengan SDM dan kelembagaan. Teknik Focus Group Discussion
(FGD) juga akan digunakan dalam pengumpulan data primer.
per sektor dengan pangsa total aktivitas tersebut dalam total aktivitas Kabupaten
Konawe Kepulauan. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase
dari total aktivitas komoditi pada sub wilayah ke-I terhadap persentase aktivitas total
terhadap wilayah yang diamati. Adapun formula dari LQ (Budimanharsono 2000,)
adalah :
𝑋𝑟 /𝑅𝑉𝑟 𝑋𝑟 /𝑋𝑛
𝐿𝑄 = 𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑋𝑛 /𝑅𝑉𝑛 𝑅𝑉𝑟 /𝑅𝑉𝑛
Dimana :
Xr : Nilai Produksi sektor/ sub sektor i pada daerah kabupaten
RVr : Total PDRB Kabupaten Konawe Kepulauan
Xn : Nilai Produksi Sektor/sub sektor i pada Provinsi Sulawesi Tenggara
RVn : Total PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara
Interpretasi nilai LQ; Untuk dapat menginterpretasikan hasil analisis LQ, maka:
❖ Jika nilai LQ > 1, menunjukkan terjadinya konsentrasi produksi di kecamatan secara
Kelompok pertama dilihat dari nilai perhitungan LQ itu sendiri, yaitu terpusat (LQ
> 1), mendekati terpusat (LQ = 0,80 sampai 0,99) dan tidak terpusat (LQ < 1). Masing-
masing kelompok secara berurutan dibobot dengan nilai 2, 1, dan 0. Kelompok kedua
dilihat dari nilai pertumbuhan LQ, yaitu nilai LQ yang mengalami pertumbuhan diberi
bobot 2, nilai LQ yang mengalami pertumbuhan tetap diberi bobot 1, dan untuk nilai
LQ yang mengalami pertumbuhan negatif diberi bobot 0. Dari kedua hasil
Konawe Kepulauan
Hasil dan Pembahasan
Hasil perhitungan dengan metode LQ menunjukkan tahun 2013-2015
sektor bukan basis ke sektor basis demikian pula sebaliknya. Hal ini menandakan
bahwa pembangunan di Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2013 sampai 2015
tidak banyak mengalami perubahan. Secara lengkap berikut ini dapat dijelaskan hasil
analisis LQ untuk masing‐masing sektor tahun 2013-2015.
terhadap sektor lain dan perekonomian daerah secara umum. Dilihat dari
menurun dari tahun 2013-2015. Sub sektor pertanian yang mendukung perekonomian
sektor unggulan di Kabupaten Konawe Kepulauan: sub sektor tanaman pangan,
pertanian, maka dapat dilakukan klasifikasi komoditi unggulan pada sub sektor
unggulan atau sektor basis. Hasil analisis LQ pada Sub Sektor Tanaman Pangan,
Komoditas Padi, Kacang Hijau Dan Ubi Jalar Merupakan Komoditas Unggulan
karena mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Untuk Sub Sektor Sayuran, Buncis, Sawi,
Daun Bawang, Labu Siam, Ketimun, Kacang Panjang Dan Cabe Besar merupakan
Komoditas Unggulan. Untuk Sub Sektor Buah-Buahan, Sukun, Pepaya, Jeruk Besar,
Selanjutnya Tanaman Kelapa, Jambu Mete, Pala Dan Sagu merupakan Komoditas
Unggulan bagi Sub Sektor Perkebunan. Untuk Sektor Perikanan, Komoditas Basis
adalah Perikanan Tangkap (Perikanan Laut). Dari hasil perhitungan LQ tersebut dapat
disusun komoditas unggulan berdasarkan peringkat nilai LQ dan subsektornya sebagai
Pangan yang menjadi komoditas unggulan yakni komoditas Ubi Jalar peringkat 1, Padi
Ladang peringkat 2, dan Kacang Hijau peringkat 3. Pada Sub Sektor Sayuran yang
Panjang peringkat 6, dan Cabe Besar peringkat 7. . Pada Sub Sektor Buah-Buahan yang
menjadi komoditas unggulan yakni komoditas Sukun peringkat 1, Pepaya peringkat 2,
Jeruk Besar peringkat 3, Sirsak peringkat 4, Nangka peringkat 5, dan Pisang peringkat
6. Pada Sub Sektor Perkebunan komoditas unggulan adalah Pala peringkat 1, Sagu
peringkat 2, Jambu Mete peringkat 3, dan Kelapa Dalam peringkat 4. Dan komoditas
unggulan sub sektor Peternakan yakni Kambing peringkat 1, Itik/Manila peringkat 2,
Sektor Basis atau sector unggulan Kabupaten Konawe Kepulauan adalah Sektor
Pertanian. Klasifikasi Komoditi Unggulan Sub Sektor Pertanian yang merupakan
peluang investasi :
a) Tanaman Pangan : Ubi Jalar, Padi Ladang, Kacang Hijau
b) Sayuran : Buncis, Sawi, Daun Bawang, Labu Siam, Ketimun, Kacang Panjang dan
Cabe Besar
Koperasi), telekomunikasi (Wartel dan Warnet), sarana jalan dan terminal anggkutan,
serta daya dukung perusahaan pertanian dalam skala kecil, menengah sampai besar
untuk mampu menopang perekonomian masyarakatnya, Pemerintah Daerah
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten Konawe Kepulauan. 2013. Konawe Kepulauan Dalam Angka
---. 2014. Konawe Kepulauan Dalam Angka. Konawe Kepulauan Dalam Angka
---. 2015. Konawe Kepulauan Dalam Angka. Konawe Kepulauan Dalam Angka
Ambardi, Urbanus dan Prihawantoro, Socia (2002). Pengembangan wilayah dan
otonomi daerah, Jakarta. Penerbit pusat kebijakan teknologi dan
pengembangan wilayah.
Didik J. Rachbini, 2001. Ekonomi Politik dan Kebijakan. Publik. Jakarta: PT Grasindo.
Usya, N. 2006. Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di
Kabupaten Subang [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Tesis ini
dierbitkan Bogor, Institut Pertanian Bogor.
Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Indonesia : Teori dan Temuan Empiris .
Jakarta : Ghalia Indonesia
Suyatno, 2000. Analisa Econimic Base Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Tingkat II Wonogiri : Menghadapi Implementasi UU No. 22/1999 dan UU
No. 25/1999 . Dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 1. No. 2. Hal. 144-159.
Surakarta: UMS.