Anda di halaman 1dari 6

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No.

2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) D-265

Analisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa


Timur Menggunakan Regresi Panel
Almira Qattrunnada Qurratu’ain dan Vita Ratnasari
Jurusan Statistika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: vita_ratna@statistika.its.ac.id, almiraqq@gmail.com

Abstrak—Laju pertumbuhan penduduk mengakibatkan Miskin (Raskin), BPJS Kesehatan, dan Bantuan
dampak buruk bagi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat, Langsung Tunai (BLT). Namun upaya pengentasan
salah satunya adalah kemiskinan. Jawa Timur merupakan kemiskinan tersebut masih belum bisa dikatakan berhasil.
provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak kedua Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di
setelah Jawa Barat. Berdasarkan hal tersebut, penelitian
mengenai variabel yang berpengaruh terhadap kemiskinan
Indonesia yang terdiri dari 38 kabupaten/ kota. BPS
di Jawa Timur penting dilakukan sebagai bahan referensi melaporkan bahwa jumlah penduduk miskin terbanyak
pemerintah dalam upaya menekan angka kemiskinan. berada di Provinsi Jawa Timur, kemudian disusul Jawa
Meningkatnya angka kemiskinan dari tahun ke tahun Tengah sebanyak 4,58 juta jiwa dan Jawa Barat sebanyak
mengindikasikan bahwa waktu berpengaruh terhadap 4,35 juta jiwa [1]. Ketidaktepatan sasaran dalam
kemiskinan sehingga waktu (tahun) dimasukkan ke dalam pengentasan kemiskinan menyebabkan tujuan
analisis. Oleh karena itu, analisis indikator yang pengentasan angka kemiskinan jauh dari harapan.
berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Timur Apabila pemerintah mengetahui variabel apa saja yang
dilakukan menggunakan analisis regresi panel. secara signifikan mempengaruhi kemiskinan maka
Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh hasil bahwa
untuk mengestimasi model digunakan Fixed Effect Model
perbaikan ekonomi dan penurunan angka kemiskinan
(FEM) dengan efek individu dan waktu. Pemodelan tingkat dapat dicapai.
kemiskinan dengan FEM individu an waktu menghasilkan Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penelitian ini
nilai R2 sebesar 96,08 persen dengan variabel yang bertujuan untuk mengetahui variabel yang berpengaruh
signifikan adalah Angka Partisipasi Sekolah SMA (X2) dan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Timur
Persentase Penduduk dengan Akses Air Bersih (X6). Dari menggunakan metode regresi panel dari kurun waktu
pengelompokkan berdasarkan variabel yang signifikan 2005-2014. Variabel yang diduga berpengaruh, yaitu
didapatkan hasil bahwa pada tahun 2005 hingga 2008, Angka Kematian Bayi (X1), Angka Partisipasi Sekolah
kabupaten/kota di Jawa Timur dominan berada pada (APS) SMA (X2), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
kelompok dengan persentase penduduk miskin tinggi.
Namun sejak tahun 2009, sebagian besar kabupaten/kota
(TPAK) (X3), Persentase Balita dengan Penolong
berpindah cluster menjadi kelompok dengan persentase Pertama Kelahiran Tenaga Medis (X4), Persentase
penduduk miskin rendah. Pekerja di Sektor Pertanian (X5), Persentase Penduduk
dengan Akses Air Bersih (X6), PDRB per Kapita (X7),
Kata Kunci— Cluster, Fixed Effect Model dengan dan Laju Pertumbuhan Ekonomi (X8). Regresi panel
Individu dan Waktu, Kemiskinan, Regresi Panel. digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih
lengkap dari gabungan data cross section dan time series.
I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
L aju pertumbuhan penduduk di berbagai negara di
dunia semakin meningkat termasuk Indonesia. Laju
pertumbuhan penduduk di Indonesia selama periode
Statistika Deskriptif
Statistika deskriptif merupakan metode-metode yang
2000 hingga 2010 adalah sebesar 1,49 persen [1]. Hal ini
berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu
menunjukkan bahwa penduduk Indonesia bertambah
gugus data sehingga memberikan informasi yang
sekitar 3,5 juta jiwa tiap tahunnya. Ledakan penduduk
berguna [3].
sebagai akibat laju pertumbuhan penduduk yang cepat
memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan sosial- Uji Multikolinieritas
ekonomi masyarakat yaitu jumlah pengangguran yang Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana
semakin meningkat, terjadinya kekurangan pangan, dan terdapat hubungan linear diantara semua atau beberapa
tingginya angka kemiskinan. Kemiskinan adalah variabel prediktor. Multikolinearitas dapat dideteksi
ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup menggunakan nilai Variance Inflation Factors (VIF)
minimum [2]. BPS mendasarkan ukuran standar dengan rumus pada Persamaan (1) sebagai berikut [4].
minimum relatif pada besarnya rupiah yang dibelanjakan 1
perkapita/bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum 𝑉𝐼𝐹𝑘 = (1)
1 − 𝑅𝑘2
makanan dan nonmakanan. Kebutuhan minimum jika nilai VIF ≤ 10, tidak terdapat multikolinearitas.
makanan menggunakan patokan 2.100 kalori/hari,
sedangkan kebutuhan non makanan meliputi perumahan, Regresi Data Panel
sandang, aneka barang dan jasa. Pemerintah terus Data panel adalah kombinasi dari data cross section
berupaya untuk menekan angka kemiskinan tiap dan data time series. Secara umum, persamaan model
tahunnya. Beberapa program penanggulangan regresi panel dapat ditulis sebagai berikut [5].
kemiskinan telah dilakukan seperti Beras untuk Keluarga
D-266 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print)

𝑦𝑖𝑡 = α𝑖𝑡 + ∑𝐾
𝑘=1 𝛽𝑘 𝑋𝑘𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡 Untuk menentukan model terbaik antara CEM dan
(1) FEM.
Dimana Hipotesis
𝑖 = banyaknya unit individu; dimana N adalah 1, 2, .., 𝐻0 µ1 = µ2 = ⋯ = µ𝑁 dan 𝜆1 = 𝜆2 = ⋯ = 𝜆 𝑇
N (Model yang sesuai CEM)
𝑡 = banyaknya periode waktu; dimana T adalah 1, 2, 𝐻1 :minimal satu µ𝑖 ≠ µ𝑚 atau 𝜆𝑡 ≠ 𝜆𝑠 (Model
…, T yang sesuai FEM)
𝑘 = variabel prediktor; dimana K adalah banyaknya 1, Statistik Uji
2 2
2, …, K 𝐹=
(𝑅𝐹𝐸𝑀 −𝑅𝑃𝑜𝑜𝑙𝑒𝑑 )/(𝑁−1)+(𝑇−1)
(8)
2
𝑦𝑖𝑡 = variabel respon pada unit individu ke-i dan waktu (1−𝑅𝐹𝐸𝑀 )/(𝑁−1)(𝑇−1)−𝐾
ke-t dengan :
∝𝑖𝑡 = koefisien intersep dari individu ke-i dan periode R2pooled = R-square model CEM
waktu ke-t R2FEM = R-square model FEM
β𝑘 = β1 , β2 , … , β𝑘 merupakan koefisien slope dengan K N = jumlah unit individu
banyaknya variabel prediktor. 𝑇 = jumlah unit time series
𝑋𝑘𝑖𝑡 = variabel prediktor ke-k dari unit individu ke-i dan 𝐾 = jumlah parameter yang akan
periode waktu ke-t diestimasi
𝜀𝑖𝑡 = residual pada unit individu ke-i dan waktu ke-t Daerah Penolakan: Tolak 𝐻0 jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 >
Langkah-langkah regresi data panel terdiri dari F𝛼;((𝑁−1)+(𝑇−1);(𝑁−1)(𝑇−1)−𝐾) atau pvalue < 𝛼 (dimana α
mengestimasi model, memilih model terbaik, menguji = 0,05).
signifikansi parameter, dan menguji asumsi pada b) Uji Hausman
residual. Untuk menentukan model terbaik antara FEM dan
1) Estimasi Model Regresi Data Panel REM.
Terdapat tiga model yang digunakan untuk Hipotesis
mengestimasi regresi data panel yaitu pendekatan H0: 𝑐𝑜𝑟𝑟 (𝑋𝑖𝑡, ε𝑖𝑡 ) = 0 (Model yang sesuai REM)
model common effect (CEM), fixed effect (FEM), dan H1: 𝑐𝑜𝑟𝑟 (𝑋𝑖𝑡, ε𝑖𝑡 ) ≠ 0 (Model yang sesuai FEM)
random effect (REM). Statistik Uji
a) Common Effect Model (CEM)
Model ini mengasumsikan bahwa perilaku antar W = 𝐀′ [var(𝛽̂𝐹𝐸𝑀 ) − var(𝛽̂𝑅𝐸𝑀 )]−1 𝐀 (9)
individu sama pada setiap periode waktu. Persamaan dengan :
model CEM adalah sebagai berikut [6]. 𝐀 = (𝛽̂𝐹𝐸𝑀 ) − (𝛽̂𝑅𝐸𝑀 )
2
𝑦𝑖𝑡 = 𝛼 + ∑𝐾 𝑘=1 𝛽𝑘 𝑋𝑘𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡 (2) Daerah Penolakan: Tolak 𝐻0 jika 𝑊 > 𝜒(𝐾,𝛼) atau
b) Fixed Effect Model (FEM) pvalue < 𝛼
Pada model ini diasumsikan bahwa intersep berbeda c) Uji LM
untuk tiap individu tetapi tetap mengasumsikan Untuk menentukan model terbaik antara CEM dan
bahwa koefisen slope adalah konstan. Terdapat tiga REM.
variasi pada model FEM yaitu antar individu, antar Hipotesis
waktu dan antar individu dan waktu. Persamaan H0: 𝜎𝑢2 = 0 (model yang sesuai adalah CEM)
umum model FEM variasi antar individu dituliskan H1: minimal ada satu 𝜎𝑢2 ≠ 0 (model yang sesuai
pada Persamaan (3) berikut adalah REM)
Statistik Uji
𝑦𝑖𝑡 = µ𝑖 + ∑𝐾 𝑘=1 𝛽𝑘 𝑋𝑘𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡 (3) 2 2
𝑁𝑇 ∑𝑁 (∑𝑇
𝑡=1 𝑖𝑡 𝜀 )
Persamaan umum model FEM variasi antar waktu 𝐿𝑀 = (2𝑇−1) (∑𝑖=1
𝑁 ∑𝑇 (𝜀 )2 − 1) (10)
𝑖=1 𝑡=1 𝑖𝑡
dituliskan pada Persamaan (4) berikut.
𝑦𝑖𝑡 = 𝜆𝑡 + ∑𝐾 Daerah Penolakan: Tolak 𝐻0 jika jika LM   2 ;K
𝑘=1 𝛽𝑘 𝑋𝑘𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡 (4)
Sedangkan persamaan umum model FEM variasi atau pvalue < 𝛼
antar individu dan waktu dituliskan pada Persamaan 3) Koefisein Determinasi (R2)
(5) berikut. Koefisien determinasi menunjukkan besarnya
𝑦𝑖𝑡 = µ𝑖 + 𝜆𝑡 + ∑𝐾 𝑘=1 𝛽𝑘 𝑋𝑘𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡 (5) keragaman variabel respon yang dapat dijelaskan oleh
c) Random Effect Model (REM) variabel prediktor. Semakin tinggi nilai koefisien
Pendekatan REM melibatkan korelasi antar error determinasi, maka model dapat dikatakan semakin baik.
terms karena berubahnya waktu maupun individu. Adapun rumus dari koefisien determinasi adalah pada
Berikut adalah persamaan model REM Persamaan (7) sebagai berikut.
∑𝑁 𝑇 ̂ 𝑖𝑡 )2
𝑖=1 ∑𝑡=1(𝑦𝑖𝑡 −𝑦
𝑦𝑖𝑡 = 𝛼 + ∑𝐾 𝑘=1 𝛽𝑘 𝑋𝑘𝑖𝑡 + 𝑣𝑖𝑡 (6) 𝑅2 = 1 − (7)
∑𝑁 𝑇 ̅ 𝑖 )2
𝑖=1 ∑𝑡=1(𝑦𝑖𝑡 −𝑦
dengan
4) Pengujian Parameter Model Regresi
𝑣𝑖𝑡 = 𝑢𝑖 + ε𝑖𝑡
Digunakan untuk mengetahui hubungan antara
2) Pemilihan Model Regresi Panel variabel respon dengan prediktor.
Untuk mengetahui model yang akan dipakai, maka a) Pengujian Serentak
terlebih dahulu dilakukan uji spesifikasi model yang Untuk memeriksa keberartian koefisien β secara
paling baik dan sesuai, terdiri dari uji Chow, uji serentak terhadap variabel respon.
Hausman dan uji Lagrange Multiplier (LM). Hipotesis
a) Uji Chow 𝐻0 : 𝛽1 = 𝛽2 = ⋯ = 𝛽𝐾 = 0
𝐻1 : paling sedikit ada satu 𝛽𝑘 ≠ 0, 𝑘 = 1, 2, … , 𝐾
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) D-267

Statistik Uji Hipotesis:


(∑𝑁 𝑇 ̂ 𝑖𝑡 −𝑦̅𝑖 )2 )/𝐾
𝑖=1 ∑𝑡=1(𝑦 H0: 𝑆(𝑥) = 𝐹0 (𝑥) (Residual memenuhi asumsi
𝐹= (11)
(∑𝑁 𝑇 ̂ 𝑖𝑡 )2 )/(𝑁𝑇−𝐾−1)
𝑖=1 ∑𝑡=1(𝑦𝑖𝑡 −𝑦 berdistribusi normal)
Daerah Penolakan: Tolak 𝐻0 jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > H1: 𝑆(𝑥) ≠ 𝐹0 (𝑥) (Residual tidak memenuhi asumsi
𝐹(𝐾,𝑁𝑇−𝐾−1; 𝛼) atau 𝑝𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 < 𝛼 berdistribusi normal)
b) Uji Parsial Statistik uji:
Untuk mengetahui parameter yang berpengaruh 𝐷 = 𝑆𝑢𝑝𝑥 |𝑆(𝑥) − 𝐹0 (𝑥)| (16)
signifikan secara individu terhadap model. Daerah penolakan: tolak H0, jika |D| > Dα. atau pvalue <
Hipotesis 𝛼 (dimana α = 0,05).
𝐻0 : 𝛽𝑘 = 0 A. Analisis Cluster
𝐻1 : 𝛽𝑘 ≠ 0, 𝑘 = 1, 2, … , 𝐾 Analisis cluster adalah salah satu teknik multivariate
Statistik Uji interdependence yang bertujuan untuk mengelompokkan
̂𝑘
𝛽
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = ̂𝑘 ) (12) obyek ke dalam suatu cluster sehingga obyek akan
𝑆𝐸(𝛽
Daerah Penolakan memiliki kesamaan maksimal jika mereka diclusterkan
ke dalam satu cluster atau sebaliknya [8].
Tolak 𝐻0 jika |𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 | > 𝑡(𝛼; 𝑁𝑇−𝐾−1) atau 𝑝𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 <
2 K-Means Cluster Analysis merupakan salah satu
𝛼 (dimana 𝛼 = 0,05) metode cluster analysis non-hierarki yang berusaha
1. Pengujian Asumsi untuk mempartisi objek yang ada kedalam satu atau lebih
a. Uji Identik cluster dengan rumus Euclidan distance sebagai berikut.
Heteroskedastisitas adalah kondisi dimana varians 𝑛
error-nya tidak sama atau tidak identik. Salah satu 𝑑(𝑥, 𝑦) = |𝑥 − 𝑦| = √∑ (𝑥𝑖 − 𝑦𝑖 )2 , (17)
pengujian terjadinya kasus ini dapat dilakukan dengan 𝑖=1
uji Glejser. 𝑖 = 1,2,3 … , 𝑛
Hipotesis dimana,
𝐻0 : 𝛽𝑘 = 0 atau tidak terjadi heteroskedastisitas 𝑥𝑖 = objek 𝑥 ke-𝑖
𝐻1 : 𝛽𝑘 ≠ 0, 𝑘 = 1, 2, … , 𝐾 𝑦𝑖 = objek 𝑦 ke-𝑖
Statistik Uji 𝑛 = banyaknya objek
̂𝑘
𝛽
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = ̂𝑘 ) (14) Kemiskinan
𝑆𝐸(𝛽
Daerah Penolakan: Tolak 𝐻0 jika |𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 | > Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
𝑡(𝛼; 𝑁𝑇−𝐾−1) atau 𝑝𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 < 𝛼 ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
2
seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
b. Uji Independen
pendidikan, dan kesehatan. Dalam mengukur
Residual dikatakan memenuhi asumsi independen
kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan
jika tidak terdapat kovarian antar residual. Uji yang
memenuhi kebutuhan dasar. Dengan pendekatan ini,
digunakan adalah uji Durbin Watson pada
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi
Persamaan (15).
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan
Hipotesis:
bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Garis
H0: ρ=0 (tidak terjadi autokorelasi)
kemiskinan terdiri dari dua komponen yaitu Garis
H1: ρ≠0 (terjadi autokorelasi)
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan
Statistik Uji:
Non-Makanan (GKNM). GKM merupakan nilai
∑𝑁 𝑇
𝑖=1 ∑𝑡=1(𝜀̂𝑖𝑡 − 𝜀̂𝑖𝑡−1 )
2
𝑑= (15) pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
∑𝑁 𝑇 2
𝑖=1 ∑𝑡=1 𝜀̂𝑖𝑡 disetarakan dengan 2100 kkal per kapita per hari.
dengan Sedangkan GKNM adalah kebutuhan minimum untuk
𝜀̂𝑖𝑡 = komponen eror pada unit individu ke-i perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Nilai
waktu ke-t garis kemiskinan diperoleh melalui penambahan nilai
𝜀̂𝑖𝑡−1 = komponen eror pada unit individu ke-i keduanya.
waktu ke-t-1 Sedangkan kemiskinan merupakan masalah dalam
Daerah penolakan: Tolak H0 jika d < dU atau (4-d) < pembangunan yang ditandai dengan pengangguran dan
dU atau 𝑝𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 < 𝛼 (dimana α = 0,05). keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi
Apabila model panel terpilih yang digunakan ketimpangan [9]. Lebih lanjut, Kartasasmita
merupakan model FEM, maka tidak perlu mengemukakan bahwa masyarakat miskin pada
melakukan uji autokorelasi. Hal ini dikarenakan umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan
model FEM memiliki kelebihan diantaranya tidak terbatasnya akses terhadap kegiatan ekonomi sehingga
perlu mengasumsikan bahwa komponen error tidak tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang mempunyai
berkorelasi dengan variabel bebas yang mungkin potensi lebih tinggi. Ginanjar Kartasasmita, Menteri
sulit dipahami sehingga hasil uji tentang Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua
autokorelasi dapat diabaikan [7]. Bappenas tahun 1996, menyatakan dalam buku
c. Residual Berdistribusi Normal karangannya sendiri yaitu Pembangunan Untuk Rakyat,
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah mengenai penyebab suatu kemiskinan dapat disebabkan
residual mengikuti distribusi normal. Untuk oleh sekurang-kurangnya empat penyebab, yaitu:
mengidentifikasi normalitas digunakan statistik uji 1. Rendahnya taraf pendidikan.
Kolmogorov-Smirnov dengan prosedur pengujian 2. Rendahnya derajat kesehatan.
pada Persamaan (16) seperti berikut. 3. Terbatasnya lapangan kerja.
D-268 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print)

4. Kondisi keterisolasian. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Analisis Karakteristik Variabel
III. METODOLOGI PENELITIAN
Analisis statistika deskriptif dilakukan untuk
Sumber Data mengetahui karakteristik penduduk miskin dan variabel
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan yang diduga berpengaruh. Berikut adalah karakteristik
data sekunder tentang kemiskinan kabupaten/kota Jawa variabel pada kurun waktu 2005 hingga 2014 yang
Timur dan variabel yang diduga berpengaruh terhadap disajikan dalam Tabel 2.
kemiskinan mulai tahun 2005 hingga tahun 2014 yang TABEL 2. KARAKTERISTIK PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DAN
diperoleh dari BPS Provinsi Jawa Timur. VARIABEL YANG DIDUGA BERPENGARUH
Var Rata-Rata Stand. Deviasi Min Median Maks
Variabel Penelitian
Y 16.082 7.211 4.470 15.406 41.030
Variabel-variabel yang digunakan ditunjukkan pada X1 36.429 13.308 17.990 31.595 71.660
Tabel 1 sebagai berikut. X2 61.827 13.582 20.170 62.374 93.739
TABEL 1. VARIABEL PENELITIAN X3 68.962 4.293 56.650 68.297 83.740
Variabel Keterangan Tipe Variabel Indikator X4 89.948 7.410 59.140 91.964 100
Y Persentase Penduduk Kontinu - X5 42.39 24.19 0.13 45.31 88.89
Miskin X6 92.346 8.240 46.670 94.960 100
X1 Angka Kematian Bayi Kontinu Kesehatan X7 21.89 36.07 3.25 12.69 315.40
X2 Angka Partisipasi Kontinu Pendidikan X8 6.0287 1.0986 1.5800 6.0400 13.010
Sekolah SMA
X3 Tingkat Partisipasi Kontinu Lapangan Tabel 2 menunjukkan bahwa secara keseluruhan
Angkatan Kerja Pekerjaan selisih antara nilai minimum dan maksimum pada
X4 Persentase Balita Kontinu Kesehatan masing-masing variabel bernilai besar. Dapat
dengan Penolong disimpulkan bahwa terjadi ketidakmerataan penyebaran
Pertama Kelahiran
Tenaga Medis antar kabupaten/kota.
X5 Kontinu Keterisolasian
Persentase Pekerja di Pemodelan Regresi Data Panel
Sektor Pertanian
X6 Kontinu Keterisolasian
Persentase Penduduk Sebelum melakukan pemodelan regresi panel,
dengan Akses Air
Ekonomi
dilakukan pengujian multikolinieritas yang disajikan
X7 Bersih Kontinu
X8 Kontinu Ekonomi pada Tabel 3 sebagai berikut.
PDRB per Kapita
TABEL 3. HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS
Laju Pertumbuhan
Ekonomi Var VIF Var VIF
X1 2,609 X5 2,992
Langkah Analisis
X2 3,727 X6 1,995
Langkah analisis dalam penelitian ini adalah sebagai X3 1,850 X7 1,248
berikut X4 3,889 X8 1,152
1. Melakukan inputasi data
2. Melakukan identifikasi terhadap karakteristik variabel Nilai VIF dari masing-masing variabel independen
menggunakan statistika deskriptif pada Tabel 3 bernilai kurang dari 10 sehingga dapat
3. Melakukan analisis regresi panel disimpulkan bahwa tidak terjadi kasus multikolinieritas.
a. Mengidentifikasi multikolinieritas dengan VIF 1) Pemodelan Regresi Panel
b. Melakukan uji Chow untuk memilih metode Untuk pemodelan regresi panel, dilakukan pemilihan
estimasi terbaik antara CEM dan FEM. Jika hasil model regresi panel dengan Uji Chow, Uji Haussman dan
gagal tolak H0 maka model yang terpilih adalah Uji Lagrange Multiplier. Dengan menggunakan metode
CEM (pengujian selesai). Jika hasil tolak H0 maka backward, didapatkan hasil bahwa variabel yang
ditentukan FEM dan dilanjutkan ke langkah (c) signifikan yaitu variabel Angka Partisipasi Sekolah (X2)
c. Melakukan uji Haussman untuk memilih metode dan Persentase Penduduk dengan Akses Air Bersih (X6).
estimasi terbaik antara FEM dan REM. Jika hasil Berikut adalah hasil Uji Chow yang disajikan pada Tabel
gagal tolak H0 maka model yang terpilih adalah 4 sebagai berikut.
REM (pengujian selesai). Jika hasil tolak H0 maka TABEL 4. HASIL UJI CHOW
ditentukan FEM dan dilanjutkan ke langkah (d) Pengukuran Nilai
d. Melakukan uji Lagrange Multiplier untuk memilih Fhitung 76,096
antara Cem dan REM. Jika hasil gagal tolak H0 Ftabel 1,4042
maka model yang terpilih adalah CEM (pengujian Pvalue 0,0000
selesai). Jika hasil tolak H0 maka model yang Tabel 4 menghasilkan nilai Fhitung sebesar 76,096 yang
terpilih adalah REM (pengujian selesai) lebih besar daripada Ftabel = F(0,05;46;331) sebesar 1,4042
e. Melakukan uji signifikansi parameter. Jika terdapat sehingga disimpulkan bahwa model yang sesuai yaitu
variabel yang tidak signifikan maka dilakukan model FEM dengan efek individu dan waktu. Langkah
pemodelan kembali dengan mengeluarkan variabel selanjutnya adalah melakukan uji lanjutan yaitu uji
prediktor yang tidak signifikan Haussman.
4. Melakukan interpretasi model
TABEL 5. HASIL UJI HAUSSMAN
5. Menarik kesimpulan dan saran
Pengukuran Nilai
W 26,856
2
𝜒tabel 5,9914
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) D-269

Pvalue 0,0467 TABEL 8. HASIL UJI PARSIAL FEM INDIVIDU WAKTU


Variabel thitung Pvalue
Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji Haussman
menghasilkan nilai W sebesar 26,856 yang lebih besar C 12,14723 0.0000
daripada χ2tabel = χ2(0,05;2) sebesar 5,9914 sehingga X2 -4,592441 0,0000
X6 -3,603767 0,0004
disimpulkan bahwa model yang sesuai yaitu model FEM
dengan efek individu dan waktu. Karena model yang Tabel 8 menunjukkan bahwa |thitung| selalu bernilai
terpilih adalah FEM dengan efek individu dan waktu, lebih besar daripada ttabel = t(0,025;377) sebesar 1,96628
maka tidak dilakukan uji lanjutan Lagrange Multiplier. sehingga tolak H0. Artinya secara parsial variabel angka
Untuk melihat kebaikan model maka dapat dilihat partisipasi sekolah (X2) dan persentase penduduk dengan
menggunakan koefisien determinasi. Berikut adalah nilai akses air bersih (X6) berpengaruh signifikan terhadap
R2 dari model CEM, FEM Individu Waktu, dan REM. model.
TABEL 6. PERBANDINGAN NILAI KOEFISIEN DETERMINASI 4) Pengujian Asumsi Residual
Model R2 Selanjutnya pengujian asumsi residual identik,
CEM 0.5470 independen dan normal adalah sebagai berikut.
FEM Individu Waktu 0,9608
a) Asumsi Identik
Pengujian asumsi identik dilakukan untuk mendeteksi
REM 0.7992
adanya kasus heteroskedastisitas pada model. Uji asumsi
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa model identik dilakukan menggunakan uji Glejser sebagai
terbaik yang didapatkan adalah dengan menggunakan berikut.
model FEM dengan individu waktu. Model tersebut TABEL 9. HASIL UJI GLEJSER
memberikan nilai R2 terbesar dibandingkan model Variabel thitung Pvalue
lainnya yaitu sebesar 96,08 persen. Artinya variabel C 1,63 0,104
prediktor pada model FEM dengan individu dan waktu
X2 -1,65 0,099
dapat menjelaskan variabilitas Y sebesar 96,08 persen,
X6 1,05 0,294
sedangkan sisanya yaitu 3,92 persen dijelaskan oleh
variabel lain yang belum masuk ke dalam model. Nilai ttabel = t(0,025;377) sebesar 1,96628 bernilai lebih
2) Estimasi Model besar untuk semua |thitung|. Jika dilihat dari masing masing
Dengan melakukan estimasi model maka diperoleh nilai Pvalue menghasilkan Pvalue untuk semua variabel
model FEM dengan individu dan waktu sebagai berikut. lebih besar daripada α = 0,05 sehingga gagal tolak H0.
𝑦̂𝑖𝑡 = 28,17747 + µ𝑖 + λ𝑡 – 0,063665 X2it – 0,087965 X6it (18) Dapat disimpulkan bahwa pada varians residual FEM
dengan individu dan waktu tidak terjadi kasus
Berdasarkan Persamaan 18 dapat diketahui bahwa jika
heteroskedastisitas.
angka partisipasi sekolah meningkat sebesar 1 satuan,
b) Asumsi Independen
maka persentase penduduk miskin menurun sebesar
Pengujian asumsi independen pada model FEM tidak
0,063665 persen. Jika persentase penduduk dengan akses
perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan model FEM
air bersih meningkat sebesar 1 satuan, maka nilai tingkat
memiliki kelebihan diantaranya tidak perlu
kemiskinan menurun sebesar 0,087965 persen.
mengasumsikan bahwa komponen error tidak berkorelasi
Sebagai contoh ingin diketahui persentase penduduk
dengan variabel bebas yang mungkin sulit dipahami
miskin di Kota Surabaya tahun 2005, berikut adalah
sehingga hasil uji tentang autokorelasi dapat diabaikan
taksirannya.
[8].
𝑦̂𝐾𝑜𝑡𝑎 𝑆𝑢𝑟𝑎𝑏𝑎𝑦𝑎;2005 = 28,17747 - 7,600753 + 3,043862 -
c) Asumsi Normalitas
0,063665 (68,65) – 0,087965 Pengujian normalitas digunakan untuk mengetahui
(99,73) apakah residual berditribusi normal. Uji normalitas
= 10,477 digunakan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov pada
3) Pengujian Signifikansi Parameter Tabel 10 sebagai berikut.
Selanjutnya dilakukan uji signifikansi parameter untuk
TABEL 10. HASIL UJI KOLMOGOROV SMIRNOV
mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh
Pengukuran Nilai
signifikan. Hasil pengujian serentak dapat dilihat pada
Tabel 7 berikut. Kolmogorov-Smirnov 0,042
Pvalue 0,106
TABEL 7. HASIL UJI SERENTAK FEM INDIVIDU WAKTU
Keputusan Gagal Tolak H0
Pengukuran Nilai
Fhitung 169,34 Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa hasil Uji
Ftabel 3,0196 Kolmogorov Smirnov menghasilkan Pvalue sebesar
Pvalue 0,0000 0,106. Nilai ini lebih besar daripada α = 0,05 sehingga
Tabel 7 menunjukkan bahwa Fhitung adalah 169,34 yang gagal tolak H0. Dapat disimpulkan bahwa residual data
lebih besar daripada Ftabel = F(0,05;2;377) sebesar berdistribusi normal.
3,0196 sehingga tolak H0. Artinya secara serentak model Langkah selanjutnya adalah melakukan
signifikan atau minimal terdapat satu variabel prediktor pengelompokkan kabupaten/kota berdasarkan y taksiran
yang berpengaruh signifikan terhadap model. yang didapatkan dari model. Pengelompokkan yang
Selanjutnya dilakukan pengujian parsial yang disajikan dilakukan bertujuan untuk mengelompokkan obyek ke
pada Tabel 8. dalam suatu cluster sehingga obyek akan memiliki
kesamaan maksimal. Analisis cluster yang digunakan
adalah k-means cluster dimulai dengan menentukan
D-270 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print)

terlebih dahulu jumlah cluster yang digunakan yaitu V. KESIMPULAN DAN SARAN
sebanyak 2 cluster. Kesimpulan
Nilai cut off berada pada angka 16,89781 persen.
Sehingga rentang nilai yang termasuk kedalam anggota Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis dan
cluster 1 adalah 3,127269 - 16,89781 sedangkan rentang pembahasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
nilai anggota cluster 2 adalah 16,89782 - 39,54915. 1. Rata-rata persentase penduduk miskin di Jawa Timur
Gambar 1 berikut ini memberi informasi bahwa dari tahun 2005 hingga tahun 2014 semakin menurun.
persentase penduduk miskin yang cenderung tinggi Selain itu, selisih antara nilai minimum dan maksimum
berada di Kabupaten Sumenep, Kabupaten Pamekasan, pada masing-masing variabel berbeda jauh. Hal ini
Kabupaten Sampang, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten mengindikasikan bahwa terjadi ketidakmerataan yang
Probolinggo, Kabupaten Tuban dan Kabupaten ada di kabupaten/kota.
Bojonegoro. Dapat dilihat dari Gambar 4.10 bahwa 2. Model estimasi regrei panel yang terbaik adalah FEM
wilayah kabupaten tersebut stabil berada pada cluster 2. dengan efek individu dan waktu sebagai berikut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi 𝑦̂𝑖𝑡 = 28,17747 + µ𝑖 + λ𝑡 - 0,063665 X2it - 0,087965
peningkatan yang signifikan dalam pengentasan X6it
kemiskinan oleh masing-masing pemerintah daerah
Variabel prediktor berpengaruh secara signifikan
tersebut.
terhadap tingkat kemiskinan adalah variabel angka
Hal ini berbeda jauh dengan kondisi kemiskinan di
partisipasi sekolah (X2) dan penduduk dengan akses
Kota Kediri, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten
air bersih (X6). Sedangkan untuk hasil
Sidoarjo, Kota Malang, Kota Blitar, Kota Batu, Kota
pengelompokkan, persentase penduduk miskin di tiap
Surabaya, Kota Madiun, dan Kota Mojokerto. Selama
kabupaten/kota memiliki tren meningkat tiap tahunnya
kurun waktu 10 tahun dari tahun 2005 hingga 2014,
sehingga terjadi pergeseran cluster yang awalnya
wilayah tersebut memiliki kestabilan berada pada cluster
berada dalam cluster dengan persentase penduduk
1 yang artinya persentase penduduk miskin adalah
miskin tinggi menjadi cluster dengan persentase
rendah. Berikut adalah grafik hasil pengelompokkan
penduduk miskin rendah.
kabupaten/kota pada tiap tahun yang disajikan dalam
Gambar 1. Saran
Namun, terlihat pada Gambar 1 bahwa Kabupaten Saran untuk penelitian selanjutnya adalah perlu
Banyuwangi dan Kabupaten Mojokerto memperlihatkan memperhitungkan perbedaan koefisien pada variabel
ketidakstabilan dengan berpindah cluster dari cluster 1 yang signifikan di tiap kabupaten/kota sehingga
pada tahun 2005 menjadi cluster 2 pada tahun 2006 dan didapatkan model pada tiap kabupaten/kota pada tahun
kembali menjadi cluster 1 lagi pada tahun 2007. tertentu. Selain itu dengan memperhatikan variabel-
variabel yang merupakan komponen utama dalam
Kab. Sumenep
Kab. Pamekasan
membentuk variabel persentase penduduk miskin.
Kab. Sampang
Kab. Bangkalan
Kab. Probolinggo
Kab. Tuban
DAFTAR PUSTAKA
Kab. Bojonegoro
Kab. Pacitan [1] Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik Daerah Provinsi Jawa
Kab. Lamongan Timur. Surabaya: BPS Provinsi Jawa Timur.
Kab. Trenggalek
Kab. Bondowoso
Kab. Gresik [2] Kartasasmita, G. (1996). Pembangunan untuk Rakyat. Jakarta:
Kab. Ngawi PT. Pustaka CIDESINDO.
Kab. Nganjuk
Kota Probolinggo
Kab. Madiun [3] Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistka Edisi ke-3. Jakarta:
Kab. Jombang
Kab. Pasuruan
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Kab. Situbondo
Kab. Jember [4] Gujarati, D. N. (2004). Basic Econometrics (4th ed.). New York:
Kab. Lumajang
Kab. Kediri
McGraw-Hill.
Kab. Malang
Kab. Magetan [5] Baltagi, B. H. (2005). Econometric Analysis of Panel Data (3rd
Kab. Ponorogo
Kab. Blitar ed.). England: John Willey & Sons, Ltd.
Kab. Banyuwangi
Kab. Mojokerto [6] Hanum, D. (2014). Studi tentang SUR untuk Data Panel dengan
Kota Kediri
Kab. Tulungagung Model Gravitasi. Tesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Kab. Sidoarjo Surabaya.
Kota Malang
Kota Blitar
Kota Batu [7] Nachrowi, D.N, dan Usman, Hardius. (2006), Pendekatan
Kota Surabaya Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan
Kota Madiun
Kota Mojokerto Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
2005 2006 2007 2008 2009
2010 2011 2012 2013 2014
[8] Sharma, S. (1996). Applied Multivariate Techniques, John Wiley
and Sons, New York.
Gambar 1. Hasil Pengelompokkan Kabupaten/Kota di Jawa Timur
[9] Kuncoro, M. (1997). Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan
Kebijakan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP
YKPN.

Anda mungkin juga menyukai