Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan populasi merupakan perkara yang bersifat dinamis.
Pertumbuhan populasi ditentukan oleh adanya kelahiran dan kematian.
Pertumbuhan populasi akan terhenti pada batas tertentu yang tidak bisa dilampaui
karena alam sudah mengatur keseimbangan ekosistem sedemikian rupa.
Kata dinamis merujuk pada pola fundamental dari setiap perubahan , seperti
pada pertumbuhan , penurunan yang memiliki batasan tertentu maupun osilasi.
Untuk itu dibuat sebuah model pada sistem dinamis yang digunakan untuk
menganalisis penyebab terjadinya suatu perubahan sehingga dalam
kelangsungannya memiliki keterbatasan untuk tetap tumbuh maupun untuk tetap
turun. Model ini dapat mensimulasikan perubahan yang terjadi dan hasilnya dapat
ditampilkan dalam suatu hasil analisis berupa grafis dan tabulasi.
Sebagai Mahasiswa Rekayasa Kehutanan informasi mengenai perubahan
kondisi alam yang dinamis merupakan suatu keharusan untuk dipelajari dan
dipraktekkan. Untuk itu dilaksanakan praktikum pemodelan struktur umpan balik
positif, negatif struktur osilasi dan batas pertumbuhan, misalnya dengan
menentukan jumlah populasi Tikus Norwegia selama 29 bulan.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan populasi Tikus Norwegia selama
29 bulan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemodelan Struktur Umpan Balik Positif
Umpan balik positif adalah proses yang memperkuat proses awal dengan
banyak perubahan. Hasil umpan balik positif akan menyebakan pertumbuhan
yang cepat dan terus menerus meningkat. Jenis pola pertumbuhan pada umpan
balik postif disebut sebagai pertumbuhan eksponensial. Ciri-ciri umpan balik
postif adalah adanya ketidakstabilan, ketidakseimbangan, dan pertumbuhan (DVI,
1999) .
Terdapat dua tipe umpan balik positif yaitu pertumbuhan dan degradasi.
Yang membedakan dua tipe ini adalah banyaknya variabel pengubah , untuk tipe
pertumbuhan variabel peubahnya terdiri dari level dan rate sedangkan pada tipe
degradasi terdiri atas empat variabel yaitu tujuan (goal), keadaan awal (level),
selisih antara goal dan level, dan rate (BINUS, 2009) .
Pada tipe pertumbuhan nilai pertumbuhan pada level per satuan waktu
ditentukan oleh nilai rate. Selanjutnya nilai rate ini akan menentukan nilai level
pada periode selanjutnya, dengan demikian peningkatan rate akan
menyebabkan peningkatan level dan juga sebaliknya. Hal ini akan berlangsung
terus menerus (Darmono, 2005) .

2.2 Pemodelan Struktur Umpan Balik Negatif


Menurut Darmono (2005) , struktur umpan balik negatif adalah hubungan
yang menghasilkan pertumbuhan untuk mencapai tujuan, yang digambarkan
dalam pola peningkatan mencapai maksimum atau penurunan sampai mendekati
nol. Umpan balik ini selalu berusaha untuk selalu memberikan koreksi sebagai
tindakan dalam mengatasi kegagalan dalam mencapai tujuan, oleh karenanya
umpan balik ini juga dikenal sebagai umpan balik keseimbangan.
Berdasarkan BINUS (2009), unjuk kerja sistem meliputi penyesuaian
(adaptation) dan keseimbangan (equilibrium), artinya sistem bersifat dinamis,
berubah terhadap waktu, dan dalam perubahan tersebut sistem menyesuaikan diri
mencapai tujuan dan kemantapan (keadaan dimana sistem tidak berubah dari
keadaan itu). ada 4 unsur, yaitu tujuan, keadaan awal, selisih antara tujuan dan
keadaan awal, dan aksi. Kerja dari 4 unsur
ini adalah :
• Perbedaan antara level dengan goal menghasilkan selisih.
• Selisih mendorong pengambilan keputusan untuk mengoreksi diskrepansi.
• Informasi keputusan untuk mengurangi diskrepansi diteruskan kepada rate dan
rate melakukan aksi untuk memperbaiki level menuju goal

2.3 Pemodelan Struktur Umpan Balik Osilasi


Model berstruktur osilasi merupakan model dengan struktur umpan balik
negative yang mengandung fungsi kelambatan respon yang panjang. Di samping
itu, struktur ini juga menggambarkan keadaan dimana terdapat saling
ketergantungan antara kedua pihak disertai faktor kelambatan (delay time)
(BINUS, 2009) .
Dalam beberapa kasus, nilai variabel terus berosilasi tanpa batas, dan
amplitudo osilasi secara bertahap akan berkurang, sedangklan variabel akan
menetap ke arah tujuan. Siklus ini terjadi terus menerus tanpa batas, yang pada
akirnya menempatkan strain signifikan pada pengelolaan proses (DVI, 1999) .
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi


Praktikum pemodelan sistem dinamik untuk menentukan populasi Tikus
Norwegia selama 29 bulan dilaksanakan pada Rabu, 5 April 2017 pukul 13. 00
sampai dengan 15. 30 WIB bertempat di Gedung Labtek V Kehutanan Kampus
ITB Jatinangor.

3.2 Alat dan Bahan


Alat : Bahan :
Laptop Software STELLA
Terminal Modul Praktikum Pemodelan Sistem
Struktur Umpan Balik Positif,
Negatif, Struktur Osilasi dan Batas
Pertumbuhan

3.3 Cara Kerja


a) Pembuatan diagram alir
Dipilih jendela Map kemudian diklik pada menu Stock dan ditahan drag
sampai ke lembar kerja lalu Stock tersebut di rename menjadi “Populasi Tikus”.
Setelah itu dipilih menu Flow dan ditahan drag ke lembar kerja dengan
menghubungkannya ke Stock lalu direname menjadi “Laju Kelahiran”. Dibuat
Flow lain dari Stock lalu direname “Laju Kematian” .
Kemudian dibuat 7 konstanta dengan dengan memilih menu Converter
dan diklik pada lembar kerja dengan posisi diluar proses yang tadi. Konstanta
diberi nama “Rasio Jenis Kelamin”, “Populasi Tikus Betina” , “Fertilitas Tikus
Betina”, “Kelangsungan Hidup Anak Tikus”, “Lahan”, “Kepadatan Populasi”, dan
“Masa Hidup Rata-Rata”.
Digunakan Action Connector untuk menghubungkan rasio jenis kelamin
ke populasi Tikus betina, dari populasi Tikus betina ke laju kelahiran , dari
ferilitas Tikus betina ke laju kelahiran, dari lahan menuju kepadatan populasi, dari
kepadatan populasi menuju kelangsungan hidup anak Tikus, dari kelangsungan
hidup anak Tikus ke laju kelahiran , dari masa hidup rata-rata ke laju kematian
serta dari populasi Tikus menuju populasi Tikus betina,kepadatan populasi dan
laju kematian. Gambar 3.1 dibawah ini merupakan hasil dari pemetaan tersebut.

Gambar 3.1 Hasil Pemetaan pada Jendela Map


(Sumber : Data Pribadi)

b) Mendefinisikan Variabel
Dipilih jendela Model kemudian fertilitas Tikus betina didefinisikan
dengan mengklik dua kali sampai muncul kotak Define Variable dan dimasukkan
angka 0.4. Masa hidup Tikus rata-rata didefinisikan dengan mengklik dua kali
sampai muncul kotak Define Variable dan dimasukkan angka 17.7. Rasio jenis
kelamin didefinisikan dengan mengklik dua kali sampai muncul kotak Define
Variable dan dimasukkan angka 0.5. Lahan didefinisikan dengan mengklik dua
kali sampai muncul kotak Define Variable dan dimasukkan angka 11000 dengan
Unit of Measurenya adalah m2 serta mendefinisikan populasi Tikus dengan
mengklik dua kali sampai muncul kotak Define Variable lalu memasukkan angka
4 dengan Unit of measurenya adalah “ekor”.
Untuk Kelangsungan hidup anak Tikus didefinisikan dengan mengklik dua
kali sampai muncul kotak Define Variable lalu diklik pada Become Graphical
Function lalu dimasukkan variabel dimana x adalah kepadatan populasi dan y
adalah kelangsungan hidup. Angka pendefinisi dan bentuk grafiknya terdapat
pada Gambar 3.2 dibawah ini .
Gambar 3.2 Kotak Define Variable dengan Fungsi Grafik
( Sumber : Data Pribadi)
Kepadatan populasi didefinisikan dengan mengklik dua kali sampai
muncul kotak Define Variable lalu membagi dua variabel yang terdapat pada
kolom linked variable yaitu “populasi Tikus” “/” “lahan”. Populasi Tikus betina
didefinisikan dengan mengklik dua kali sampai muncul kotak Define Variable lalu
mengkalikan dua variabel yang terdapat pada kolom linked variable yaitu
“populasi Tikus” “*” “rasio jenis kelamin”. Laju kelahiran didefinisikan dengan
mengklik dua kali sampai muncul kotak Define Variable lalu mengkalikan tiga
variabel yang terdapat pada kolom linked variable yaitu “populasi Tikus betina”
“*” “fertilitas Tikus betina” “*” “kelangsungan hidup”. Laju kematian
didefinisikan dengan mengklik dua kali sampai muncul kotak Define Variable lalu
membagi dua variabel yang terdapat pada kolom linked variable yaitu “populasi
Tikus” “/” “masa hidup rata-rata”. Hasil pendefinisian variabel tersebut dapat
dilihat dalam Gambar 3.3 dibawah ini dalam bentuk equation pada software Stella

Gambar 3.3 Pendefinisian variable dalam Equation


(Sumber : Data Pribadi)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Populasi Tikus Norwegia

Gambar 4.1 Grafik Populasi Tikus Norwegia Selama 29 Bulan


(Sumber : Data Pribadi)
Gambar 4.1 merupakan grafik populasi Tikus Norwegia selama 29 bulan,
berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa laju kelahiran dan laju kematian lebih
tinggi dari pada populasi Tikus. Hasil akhir berdasarkan Lampiran 1 didapat
bahwa populasi Tikus Norwegia selama 29 sebanyak 152 ekor.
Berdasarkan hasil pengolahan pada software Stella penyebab laju
kelahiran lebih cepat karena dipengaruhi oleh fertilitas, populasi dari Tikus betina
dan laju kematian Tikus dewasa yang rendah. Laju kelahiran ini mencapai batas
pada bulan ke 28 kemudian kembali menurun seiring meningkatnya populasi
Tikus dan tingginya laju kematian anak Tikus. Populasi Tikus yang meningkat ini
cenderung didominasi oleh Tikus dewasa. Laju kematian meningkat dipengaruhi
besarnya masa hidup rata-rata Tikus, laju kematian Tikus dewasa yang rendah dan
laju kematian anak Tikus yang sangat tinggi .
Jika dianalisis sampai 50 bulan , laju kelahiran dan laju kematian
cenderung stabil besarnya pada bulan ke 42. Besar laju kematian dan laju
kelahiran tidak lebih besar dari populasi akhir Tikus Norwegia. Hal ini bisa dilhat
pada Gambar 4.2 dibawah ini.
Gambar 4.2 Grafik Populasi Tikus selama 50 Bulan
(Sumber : Data Pribadi)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Populasi Tikus Norwegia setelah 29 bulan adalah sebanyak 152 ekor.
5.2 Saran
Sebaiknya pembagian modul dilaksanakan sebelum praktikum, sehingga saat
pelaksanaan praktikan tidak terlalu bingung dan ada kesempatan untuk meng-
explore terlebih dahulu. Karena laporan ini mengenai batas pertumbuhan
sebaiknya dilakukan perbandingan jumlah bulan karena pada bulan ke 29 belum
terlihat batas pertumbuhannya.
Daftar Pustaka

BINUS, (2009). Landasan Teori Sistem Dinamik. thesis binus. Tersedia pada:
http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00453-
TI%20BAB%202.pdf [Diakses pada 9 Apr. 2017].
Darmono, R. (2005). PEMODELAN SYSTEM DYNAMICS PADA
PERENCANAAN PENATAAN RUANG KOTA. Seminar Nasional
Aplikasi Teknologi Informasi 2005, (979-756-061-6), pp.1-6.
DVI, (1999). System Behavior and Causal Loop Diagrams. Tersedia pada:
http://www.public.asu.edu/~kirkwood/sysdyn/SDIntro/ch-1.pdf
[Diakses pada 9 Apr. 2017].
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

Tabel Populasi Tikus Norwegia setelah 29 Bulan

Populasi Laju Laju


Bulan
Tikus Kelahiran Kematian

0 4.00 0.80 0.23


1 4.57 0.91 0.26
2 5.23 1.05 0.30
3 5.98 1.20 0.34
4 6.84 1.37 0.39
5 7.82 1.56 0.44
6 8.94 1.79 0.51
7 10.23 2.05 0.58
8 11.69 2.34 0.66
9 13.37 2.67 0.76
10 15.29 3.06 0.86
11 17.49 3.50 0.99
12 19.99 4.00 1.13
13 22.86 4.57 1.29
14 26.14 5.23 1.48
15 29.90 5.96 1.69
16 34.17 6.77 1.93
17 39.00 7.67 2.20
18 44.47 8.67 2.51
19 50.63 9.79 2.86
20 57.56 11.01 3.25
21 65.31 12.34 3.69
22 73.97 13.79 4.18
23 83.58 15.31 4.72
24 94.17 16.53 5.32
25 105.38 17.64 5.95
26 117.06 18.48 6.61
27 128.92 19.01 7.28
28 140.66 19.11 7.95
Final 151.82

Anda mungkin juga menyukai