Anda di halaman 1dari 6

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept.

2012) ISSN: 2301-928X D-165

Spatial Durbin Model untuk Mengidentifikasi


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kematian Ibu
di Jawa Timur
Lina Dwi Pertiwi, Mutiah Salamah, dan Sutikno
Jurusan Statistika, Falkultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: mutiah_s@statistika.its.ac.id; sutikno@statistika.its.ac.id
Abstrak— Kematian ibu menjadi prioritas utama yang harus (Millenium Development Goals) untuk menurunkan AKI pada
ditanggulangi oleh pemerintah untuk mengurangi risiko kematian, tahun 2015 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup [3]. Jawa
menjamin reproduksi sehat, dan meningkatkan kualitas hidup ibu. Timur menduduki urutan kelima dari seluruh provinsi di
Di Jawa Timur, jumlah kematian ibu mengalami peningkatan mulai Indonesia yang memiliki jumlah kematian ibu terbanyak setelah
tahun 2009 hingga tahun 2010. Faktor penyebab kematian ibu antar Jawa Barat, Jawa Tengah, NTT, dan Banten [4]. Badan Pusat
kabupaten/kota berbeda-beda. Hasil identifikasi awal pada nilai
Moran’s I menunjukkan adanya pengelompokan wilayah pada pola
Statistik (BPS) mencatat angka kematian ibu di Jawa Timur
persebaran kematian ibu dan beberapa faktor yang pada tahun 1997 sebesar 334 per 100.000 kelahiran hidup dan
mempengaruhinya. Oleh karena itu, digunakan metode Spatial kemudian menurun pada tahun 2005 menjadi 262 per 100.000
Durbin Model (SDM) untuk me-modelkan. Metode SDM merupakan [5]. Namun sebaliknya, jika pada tahun 2009 berjumlah 90
jenis khusus dari metode Spatial Autoregressive Model (SAR). kematian per 100.000 kelahiran, kemudian pada tahun 2010
Namun, penelitian menun-jukkan bahwa model untuk metode SAR melesat mencapai 101 kematian per 100.000 kelahiran [6].
dan SDM memberikan hasil yang sama. Hal ini disebabkan oleh Rujukan [7] menjelaskan penelitian tentang kematian ibu
kecilnya nilai Moran’s I, sehingga pada hasil estimasi parameter yang telah dilakukan dengan menggunakan model regresi
menggunakan metode SDM menjadi tidak nyata. Variabel yang poisson. Model terbaik yang dipilih menunjukkan bahwa faktor-
signifikan berpengaruh terhadap kematian ibu adalah persentase
persalinan dibantu oleh dukun, persentase rumah tangga
faktor yang berpengaruh terhadap kematian ibu di Jawa Timur
berperilaku hidup bersih sehat, dan persentase sarana kesehatan di pada tahun 2003 yaitu rata-rata pengeluaran biaya kesehatan
tiap kabupaten/kota di Jawa Timur. perkapita, persentase penduduk miskin dan jumlah tenaga medis
dan paramedis. Rujukan [8] juga menjelaskan penelitian tentang
Kata Kunci— Kematian Ibu, Pembobot Spasial, Spatial Durbin kematian ibu yang telah dilakukan dengan menggunakan
Model, Spatial Autoregressive Model pendekatan Geographically Weighted Poisson Regression
(GWPR) di mana menghasilkan kesimpulan bah-wa variabel
persentase sarana kesehatan berpengaruh signifi-kan di setiap
I. PENDAHULUAN kabupaten/kota, sedangkan variabel persentase ibu hamil

K EMATIAN ibu merupakan kematian dari setiap wanita


selama masa kehamilan, bersalin atau dalam 42 hari
sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, tanpa
berisiko tinggi ditangani serta variabel persentase bidan tidak
berpengaruh di seluruh kabupaten/kota. Metode GWPR
merupakan metode pemodelan spasial dengan menggunakan
melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang pendekatan titik, sedangkan hasil penelitian tersebut
berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau menyimpulkan adanya pengelompokan variabel-variabel
penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau insidental prediktor yang signifikan pada lokasi yang berdekatan sehingga
(faktor kebetulan). Hal ini sesuai dengan definisi Internasional menunjukkan adanya persamaan perilaku antarlokasi yang
Statistical Classification of Disease and Related Health berdekatan. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut
Problems (ICD). Angka Kematian Ibu (AKI) kemudian untuk mendapatkan pemodelan spasial dengan pendekatan area
didefinisikan sebagai jumlah kematian ibu selama satu periode yang menggunakan pengaruh spasial dari variabel respon dan
waktu dalam 100.000 kelahiran hidup [1]. Millennium prediktor. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian
Declaration menempatkan kematian ibu sebagai prioritas utama Novita dengan menggunakan metode SDM. Rujukan [9]
yang harus ditanggulangi untuk meminimalisasi risiko menjelaskan penelitian sebelumnya dengan metode SDM
kematian, menjamin reproduksi sehat, dan meningkatkan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
kualitas hidup ibu atau kaum perempuan [2]. diare di Kabupaten Tuban. Hasil penelitian menyimpulkan
AKI di Indonesia menempati urutan tertinggi di ASEAN bahwa pemodelan SDM mempunyai kinerja yang lebih baik
yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, artinya lebih dari 18.000 daripada pemodelan model non SDM. Selain itu, rujukan [10]
ibu tiap tahun atau dua ibu tiap jam meninggal oleh sebab yang juga menjelaskan penelitian sebelumnya dengan metode SDM
berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas (Survei untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi angka
Demografi Kesehatan Indonesia: SDKI 2002-2003). Tahun kematian bayi di Jawa Timur dan hasil penelitian menunjukkan
2007, SDKI menunjukkan bahwa AKI di Indonesia menurun bahwa metode SDM memiliki kriteria pemodelan lebih baik
menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan angka daripada metode Ordinary Least Square (OLS) karena
tersebut relatif masih sangat rendah dan jauh dari target MDGs menghasilkan R-square yang besar.
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X D-166

II. II. TINJAUAN PUSTAKA C. Pengujian Hipotesis Signifikansi Estimasi Parameter


Analisa regresi merupakan salah satu metode statistika yang Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Wald test di
digunakan untuk membentuk model hubungan antara variabel mana H0: θp = [λ, ρ, β0, ..., βp]' = 0 dengan H1: θp ≠ 0.
respon (Y) dengan satu atau lebih variabel prediktor (X). Secara Keputusan H0 ditolak jika Wald > dengan statistik uji
umum, model regresi linier dinyatakan pada persamaan (1). sebagai berikut [13]:
(1) ˆp 2
Wald  (8)
β0, β1, …, βp adalah parameter dan adalah error regresi var(ˆ )p
ε~IIDN(0,σ2I) dengan ε~N(0,σ2), artinya i berdistribusi
normal, E(i )=0, var(i )=2 untuk i=1,2,…,n. adalah estimasi parameter ke-p dan adalah varians
Salah satu prosedur pendugaan model untuk regresi linier estimasi parameter ke-p.
berganda adalah dengan prosedur Least Square (kuadrat D. Uji Efek Spasial
terkecil). Model regresi linier dapat ditulis dalam bentuk
Uji efek spasial dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu spatial
matriks [11].
dependence dan spatial heterogeneity. Uji autokorelasi antar
A. Model Regresi Spasial lokasi atau uji dependensi spasial dilakukan dengan meng-
Rujukan [12] menuliskan model umum General Spatial gunakan metode Moran’s I di mana H0: IM = 0 (tidak ada
Model (GSM) seperti yang ditunjukkan pada persamaan (2). autokorelasi antar lokasi) dengan H1: IM ≠ 0 (ada autokorelasi
, , (2) antar lokasi). Keputusan H0 ditolak jika
Matrik W1 dan W2 merupakan pembobot yang menjelaskan dengan statistik uji sebagai berikut [14].
fungsi jarak atau kedekatan antar lokasi. Diagonalnya bernilai (9)
nol atau wij = 0 untuk i = j dan wij ≠ 0 untuk i ≠ j, di mana i
Pola pengelompokan dan penyebaran antar lokasi dapat
(i=1, 2, …, n) dan j (j=1, 2, …, n) merupakan pengamatan atau
disajikan dengan Moran’s Scatterplot. Moran’s Scatterplot
lokasi. Beberapa model dapat dibentuk dari persamaan (2), di
terdiri dari empat kuadran, yaitu kuadran I, II, III, dan IV.
antaranya yaitu:
Kuadran I (High-High) menjelaskan daerah dengan nilai
a) Jika W2 = 0 atau λ = 0 maka disebut dengan SAR seperti
pengamatan tinggi dikelilingi oleh daerah dengan nilai
pada persamaan (3).
pengamatan tinggi. Kuadran II (Low-High) menjelaskan
dan (3)
daerah dengan nilai pengamatan rendah tetapi dikelilingi
b) Jika W1 = 0 atau ρ = 0 maka model regresi ini disebut
daerah dengan nilai pengamatan tinggi. Kuadran III (Low-
sebagai spatial autoregressive dalam error atau Spatial
Low) menjelaskan daerah dengan nilai pengamatan rendah
Error Model (SEM) seperti pada persamaan (4) di mana
dikelilingi oleh daerah yang juga mempunyai nilai
menunjukkan spasial struktur pada spatially
pengamatan rendah. Kuadran IV (High-Low) menjelaskan
dependent error ( ). daerah dengan nilai pengamatan tinggi tetapi dikelilingi oleh
dan (4) daerah dengan nilai pengamatan rendah.
c) Jika W1, W2 ≠ 0, λ ≠ 0, atau ρ ≠ 0 maka model ini disebut Pengujian adanya heterogenitas spasial dapat dilakukan
Spatial Autoregressive Moving Average (SARMA) seperti dengan menggunakan Breusch-Pagan Test (BP test) di mana
pada persamaan (2). H0: (homoskedastisitas) dan H1:
d) Jika ρ = 0 dan λ = 0 maka disebut sebagai model regresi minimal ada satu (heterokedastisitas). Keputusan H0
linear sederhana yang estimasi parameternya dapat di- ditolak jika BP > Xk2 dengan statistik uji sebagai berikut [13].
lakukan melalui OLS yaitu regresi yang tidak mempunyai Xk2 (10)
efek spasial seperti pada persamaan (5).
dan (5) E. Matriks Pembobot Spasial
Indentifikasi awal sebelum melakukan metode spasial yaitu Matriks pembobot spasial yang digunakan dalam penelitian
dengan Lagrange Multiplier Test (LM test). Ada tiga hipotesis ini adalah Queen contiguity (persinggungan sisi-sudut).
yang akan digunakan pada LM test, yaitu H0: ρ = 0 dengan H1: Matriks pembobot (wij) berukuran nxn, di mana setiap elemen
ρ ≠ 0 (untuk model SAR), H0: λ = 0 dengan H1: λ ≠ 0 (untuk matriks menggambarkan ukuran kedekatan antara pengamatan
model SEM), dan H0: ρ, λ = 0 dengan H1: ρ, λ ≠ 0 (untuk i dan j. Metode Queen contiguity mendefinisikan bahwa lokasi
model SARMA). Keputusan yang diambil yaitu tolak H0 jika yang bersisian atau titik sudutnya bertemu dengan lokasi yang
nilai LM > X2(k) dengan statistik uji yang digunakan adalah: menjadi perhatian diberi pembobotan wij = 1, sedangkan untuk
LM=E-1{(Ry)2T22 – 2RyReT12 + (Re)2 (D + T11)} ~ X 2 (m) (6) lokasi lainnya adalah wij = 0 [12].
B. Metode SDM F. Pemilihan Model Terbaik
Metode SDM memiliki ciri khas sendiri yaitu adanya Pemilihan model terbaik dilakukan dengan melihat koefi-
penambahan spasial lag pada variabel prediktor. Vektor sien determinasi (R-square). R-square menunjukkan ketepatan
parameter koefisien spasial lag variabel prediktor dinyatakan suatu model (Goodness of fit) dengan notasi
dalam β2 [13]. Model SDM ditunjukkan pada persamaan (7). (11)
(7)
di mana SSE adalah jumlah kuadrat error dan SST adalah
jumlah kuadrat total. Koefisien determinasi bernilai 0 ≤ R-
square ≤ 1. Semakin besar nilai R-square, maka model
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X D-167

semakin tepat dalam menggambarkan fenomena dari variabel d. Melakukan pemodelan SDM yang terdiri dari estimasi
respon sehingga model semakin dipercaya. parameter, pengujian hipotesis signifikansi parameter
dan uji asumsi residual IIDN (identik, independen,
G. Definisi Kematian Ibu
dan berdistribusi normal).
Kematian ibu merupakan kematian setiap wanita selama
masa kehamilan, bersalin atau dalam 42 hari sesudah
berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, tanpa melihat usia IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan A. Deskripsi Jumlah Kematian Ibu dan Faktor-Faktor yang
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya Mempengaruhinya
tetapi bukan oleh kecelakaan atau insidental (faktor kebetu-
Angka yang menunjukkan banyaknya kejadian dari masing-
lan). Tingginya angka kematian ibu dipengaruhi oleh banyak
faktor dan sangat kompleks [1]. Secara garis besar faktor masing variabel dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu
determinan kematian ibu digolongkan menjadi dua faktor kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat
tinggi.
besar yaitu faktor medis/langsung dan faktor non-medis/tidak
langsung. Berdasarkan faktor medis, kematian ibu di
Indonesia kebanyakan disebabkan oleh pendarahan, hipertensi SU M EN E P

saat kehamilan, dan infeksi, sedangkan untuk faktor non-


medis, kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh kondisi G R E S IK
sosial budaya, ekonomi, pendidikan, kedudukan dan peran
wanita, kondisi geografis, dan transportasi. Pokok permasala- TU BA N G R E S IK PA M E KA SA N SU M EN E P SU M EN E P

han tingginya AKI di Indonesia disebabkan oleh rendahnya BO JO N EG O R O LA M O N G A N


BA N G KA L AN
SA M P AN G

akses penduduk miskin pada layanan kesehatan yang berkuali- NGA W I


SU R A BA YA (K O T A)
SID O AR J O

tas, sulitnya mendapatkan/memanfaatkan fasili-tas dan tenaga


J O M B AN G
N G A N JU K M O J O KE R T O
M AG ET A N M AD IU N
K etera n gan:
PA SU R U A N
KE DIR I
(jiw a )
kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi perempuan
SITU BO N D O
PO N O R O G O BA TU ( K O T A) PR O B O L IN G G O
BO N D O W O S O
0-5
miskin, serta keterbatasan peraturan dan anggaran bagi kese- PA C ITA N TU L U N G A G U N G
BL IT A R LU M A JAN G 6 - 11
M AL A N G
hatan khususnya kesehatan reproduksi perempuan [15]. TR EN G G AL E K JEM B E R BA N Y U W A N G I
12 - 22
23 - 36
37 - 55
III. METODOLOGI PENELITIAN Sumber : Diolah dari data Dinkes Surabaya 2010
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data Gambar. 1. Persebaran Jumlah Kematian Ibu di Setiap Kabupaten/Kota di
Jawa Timur.
sekunder yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Timur mengenai jumlah kematian ibu dan faktor-faktor yang Gambar 1. menunjukkan adanya pengelompokan pada kabu-
mempengaruhinya pada tahun 2010 [16]. Data yang diguna- paten/kota yang berdekatan. Jumlah kematian ibu di Jawa
kan adalah jumlah kematian ibu (Y), persentase ibu hamil Timur sebagian besar berada dalam kategori sedang (12-22
yang melaksanakan program K1 (X1), persentase persalinan jiwa). Persentase ibu hamil yang melaksanakan program K1
yang dibantu oleh dukun (X2), persentase ibu hamil yang atau persentase ibu hamil yang melaksanakan kontak pertama
mendapatkan Fe1 (X3), persentase ibu hamil beresiko tinggi/ dengan kesehatan untuk mendapatkan layanan antenatal (X1)
komplikasi ditangani (X4), persentase rumah tangga hidup juga berpola mengelompok. Kabupaten Jember merupakan
sehat (X5), persentase bidan di setiap kabupaten/kota (X6), dan kabupaten/kota dengan persentase ibu hamil melaksanakan
persentase sarana kesehatan (X7) di setiap kabupaten/kota. program K1 tertinggi yaitu sebesar 100%, artinya seluruh ibu
Langkah-langkah analisis data dalam peneli-tian ini adalah hamil yang ada di Kabupaten Jember melaksanakan program
sebagai berikut. K1. Kabupaten/kota yang berdekatan memiliki persentase
1. Mendeskripsikan variabel AKI dan faktor-faktor yang persalinan dibantu oleh dukun (X2) yang relatif sama sehingga
mempengaruhinya dari sudut kewilayahannya dengan terjadi pengelompokan wilayah. Kabupaten Sumenep
menggunakan peta tematik. memiliki persentase persalinan dibantu oleh dukun yang
2. Melakukan pemodelan variabel AKI dan faktor-faktor yang paling tinggi yaitu sebesar 16.318%. Angka ini dapat diartikan
mempengaruhinya dengan cara sebagai berikut. bahwa dalam 100 kelahiran, sekitar 17 orang melakukan
a. Mengidentifikasi pola hubungan model dengan persalinan dengan bantuan dukun. Persentase persalinan
menggunakan scatterplot dan analisis korelasi. dibantu oleh dukun yang paling rendah yaitu 0% terjadi di
b. Melakukan uji dependensi spasial dengan mengguna- Kota Mojokerto dan Kota Madiun, artinya tidak terjadi adanya
kan statistik uji Moran’s I pada masing-masing persalinan dengan bantuan dukun di kedua kota tersebut.
variabel kemudian membentuk Moran’s scatterplot Persentase ibu hamil mendapatkan tablet Fe1 (X3) memiliki
untuk mengetahui penyebaran antarlokasi. pola yang menyebar. Kabupaten Pasuruan, Kota Kediri, dan
c. Melakukan analisis dengan metode OLS yang meliputi Kota Malang memiliki persentase ibu hamil mendapatkan
estimasi parameter, pengujian hipotesis signifikansi tablet Fe1 sebesar 100%. Persentase ibu hamil berisiko
parameter, uji asumsi residual IIDN (identik, tinggi/komplikasi yang ditangani (X4) berpola mengelompok
independen, dan berdistribusi normal), uji dependensi dengan persentase tertinggi terjadi di Kota Malang sebesar
spasial menggunakan Moran’s I, dan uji 99.93%, sedangkan yang terendah terjadi di Kota Batu sebesar
heterogenitas spasial menggunakan BP test pada 24.5%. Kabupaten/kota yang memiliki persentase rumah
residual. tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (X5) berpola menge-
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X D-168

lompok pada daerah yang berdekatan. Jumlah bidan di setiap persentase ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1 (X3)
kabupaten/kota di Jawa Timur (X6) juga berpola mengelom- memiliki nilai Moran’s I yang lebih kecil dari nilai IM0 = -
pok. Persentase bidan di Kota Probolinggo menunjukkan 0.0270 sehingga berpola menyebar.
angka yang paling rendah yaitu sebesar 0%, sedangkan Kota Tabel 1.
Mojokerto merupakan daerah dengan persentase bidan ter- Uji Moran’s I
tinggi yaitu sebesar 0.094%. Pola persebaran persentase sarana Kode Variabel Moran’s I |Z_hitung|
kesehatan (X7) juga berpola mengelompok. Persentase sarana Y jumlah kematian ibu tiap -0.1322 -2.2061*
kabupaten/kota
kesehatan terendah terjadi di Kota Surabaya sebesar 0.0293%,
X1 persentase ibu hamil melaksa- 0.2076 -0.3945
artinya terdapat sekitar 3 sarana kesehatan dalam 100 jumlah nakan program K1 (akses
penduduk di Kota Surabaya. pelayanan ibu hamil)
X2 persentase persalinan dibantu 0.4547 3.6790*
B. Identifikasi Pola Hubungan antara Variabel Prediktor oleh dukun tiap kabupaten/kota
dan Variabel Respon X3 persentase ibu hamil yang -0.1366 0.0375
mendapatkan tablet Fe1
Pola hubungan antara jumlah kematian ibu dan faktor-faktor X4 persentase ibu hamil berisiko 0.0912 -0.1096
yang mempengaruhinya dapat ditunjukkan dengan scatterplot tinggi/komplikasi yang dita-
seperti pada Gambar 2. Variabel prediktor yang berpola ngani
hubungan positif terhadap respon yaitu persentase persalinan X5 persentase rumah tangga ber- 0.1380 2.1999*
perilaku hidup bersih sehat
yang dibantu oleh dukun (X2), dan persentase rumah tangga X6 persentase bidan di setiap 0.1146 -0.8727
berperilaku hidup bersih sehat (X5). kabupaten/kota di Jawa Timur
X7 persentase sarana kesehatan 0.1355 -4.2939*
Keterangan: *) signifikan pada α = 5%, Z0.025 = 1.96
X1 X2 X3

40 Salah satu variabel prediktor yang signifikan adalah per-


20 sentase persalinan dibantu oleh dukun (X2). Gambar 3. me-
0
nunjukkan bahwa terjadi pengelompokan pada kuardran I
92 96
X4
100 0 8
X5
16 50 75
X6
100 (High-High) dan kuadran III (Low-Low). Kuadran I menjelas-
kan bahwa kabupaten/kota yang memiliki persentase persali-
40
nan dibantu oleh dukun tinggi dikelilingi oleh persentase per-
Y

20
salinan dibantu oleh dukun yang tinggi pula.
0
30 60 90 0 40 80 0.00 0.05 0.10
X7
0
40
4
28

20

0 3
10
0.03 0.06 0.09

Gambar. 2. Pola Hubungan antara Jumlah Kematian Ibu dengan Faktor-Faktor 2 12


yang Mempengaruhinya.
Wx2.

11
26 9
Semakin tinggi persentase persalinan yang dibantu oleh 1
13
27
29

dukun, maka semakin tinggi pula jumlah kematian ibu di Jawa 74 8

Timur. Hal yang unik adalah semakin tinggi persentase rumah 0 7875
79 73 3 7 14
0
76
16
15 1
tangga yang berprilaku hidup bersih dan sehat ternyata 72
71
77
21695 2
17
23
4
20
18
1
24
25 22

semakin tinggi pula jumlah kematian ibu. Hal ini diduga, -1


meskipun rumah tangga tersebut memenuhi kriteria sebagai -1 0 1
x2.
2 3

rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat, namun


belum tentu ibu hamil dalam rumah tangga tersebut tergolong Gambar. 3. Moran’s Scatterplot Variabel Persentase Persalinan Dibantu Oleh
Dukun.
dalam kriteria ibu hamil yang hidupnya sehat. Variabel
prediktor yang berpola hubungan negatif terhadap respon yaitu Pada kuadran III, kabupaten/kota yang memiliki persentase
persentase ibu hamil yang melaksanakan program K1 (X1), persalinan dibantu oleh dukun rendah dikelilingi oleh
persentase ibu hamil yang mendapatkan Fe1 (X3), persentase persentase persalinan dibantu oleh dukun yang rendah pula.
ibu hamil berisiko tinggi yang ditangani (X4), persentase bidan Kabupaten/kota yang tergolong dalam kuadran III meliputi
(X6) dan persentase sarana kesehatan (X7). sebagian besar kabupaten/kota di Jawa Timur yaitu sebanyak
26 kabupaten/kota. Kabupaten/kota yang tergolong dalam
C. Nilai Moran’s I
kuadran I mencakup semua kabupaten di Pulau Madura (Kab.
Tabel 1. menunjukkan bahwa terdapat autokorelasi pada 4 Bangkalan, Kab. Sampang, Kab. Pamekasan, dan Kab. Sume-
variabel dengan tingkat signifikansi 5%, yaitu variabel jumlah nep), Kab. Banyuwangi, Kab. Situbondo, Kab. Probolinggo,
kematian ibu (Y), persentase persalinan dibantu oleh dukun Kab. Bondowoso, dan Kab. Jember.
tiap kabupaten/kota (X2), persentase rumah tangga berperilaku
hidup bersih sehat (X5), dan persentase sarana kesehatan (X7). D. Pemodelan dengan Metode Regresi Klasik atau OLS
Variabel X1, X2, X4, X5, X6, dan X7 memiliki autokorelasi Tabel 2. menunjukkan bahwa variabel-variabel yang signifi-
positif atau pola data yang mengelompok dan memiliki kan berpengaruh terhadap kematian ibu adalah persentase
kesamaan karakteristik pada lokasi yang berdekatan. Variabel persalinan dibantu oleh dukun tiap kabupaten/kota (X2),
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X D-169

persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih sehat (X5), juga terjadi pada variabel prediktor (Tabel 1). Oleh karena itu,
dan persentase sarana kesehatan (X7). dilakukan analisis dengan menggunakan metode SDM. Estimasi
Tabel 2.
parameter dengan metode SDM disajikan pada Tabel 5.
Estimasi Parameter untuk Tiga Variabel yang Signifikan dengan Metode OLS
Parameter Estimasi |thitung| VIF Tabel 4.
β0 25.035 4.92* Estimasi Parameter dengan Metode SAR
β2 1.1122 3.57* 1.3
β5 0.1540 2.24* 1.2 Parameter Estimasi |Zhitung|
β7 -316.24 -4.93* 1.0 β0 32.7336 5.5319*
R-square 57.8 % β2 1.0502 3.7923*
Fhitung 15.49* β5 0.1322 2.1342*
Ket: *) signifikan pada α = 5% β7 -328.2903 -5.6589*
t0,025;34 = 2.032 F0.05;3;34 = 2.88 ρ -0.3134 -2.0621*
Rsquare 62.93%
R-square yang dihasilkan sebesar 57.8% menunjukkan besar- Ket: *) signifikan pada α = 5%
nya variansi kejadian kematian ibu yang dapat dijelaskan oleh Tabel 5.
model. Uji asumsi multikolinearitas telah terpenuhi, yang Estimasi Parameter dengan Metode SDM
ditunjukkan oleh nilai Variance Inflation Factors (VIF) < 10 Parameter Estimasi Wald
(Tabel 2). Model yang terbentuk dengan metode OLS adalah: β0 12.8192 0.675
yˆ  25 .035  1 .1122 X 2  0 .1540 X 5  316 .24 X 7 β12 1.3298 11.9722*
β15 0.1407 4.7403*
Pada uji asumsi residual didapatkan bahwa residual telah β17 -296.6636 25.3865*
berdistribusi normal, tidak identik, dan tidak independen. Nilai β22 0.3867 0.3401
moran’s I residual menghasilkan nilai yang lebih kecil dari β25 0.1105 0.2995
β27 198.5784 1.2333
IM0= -0.0270. Hal ini menunjukkan bahwa residual berpola ρ -0.3448 1.7288***
menyebar atau tidak terdapat autokorelasi. Uji heterogenitas Rsquare 60.76%
spasial dengan BP test menghasilkan p-value yang kurang dari Ket:
α=10% sehingga residual tidak identik atau terdapat *) signifikan pada α = 5%, χ20,05;1 = 3.841
**) signifikan pada α = 10%, χ20,10;1 = 2.706
keragaman antarlokasi. Metode OLS memiliki kinerja yang ***) signifikan pada α = 20%, χ20,20;1 = 1.642
kurang baik karena asumsi residualnya tidak independen dan
tidak identik. Hal ini mengakibatkan adanya autokorelasi pada Model dari metode SDM yang terbentuk adalah:
n
residual dan variansnya tidak homogen. Oleh karena itu, perlu yˆ i   0.34  wij y j  12 .82  1.33 X 2 i  0 .14 X 5 i  296 .66 X 7 i 
dilakukan pemodelan dengan menggunakan metode spasial. j 1
n n n
E. Pemodelan dengan Metode SDM  0.39 wij X 2 j  0.11 wij X 5 j  198.58 wij X 7 j
Identifikasi awal sebelum melakukan metode spasial yaitu j 1 j 1 j 1

dengan LM Test seperti pada Tabel 3. Nilai ρ yang signifikan yaitu sebesar -0.34, menunjukkan
Tabel 3.
adanya dependensi spasial lag atau adanya pengaruh letak
Nilai LM Test dan P-Value Hasil Identifikasi Awal Dependensi Spasial kabupaten/kota yang berdekatan dengan yang diamati pada
Uji dependensi spasial Nilai p-value variabel jumlah kematian ibu, dan menunjukkan
LM (lag) 3.9781 0.0461* adanya pengaruh letak kabupaten/kota yang berdekatan (j)
LM (error) 1.2230 0.2688
LM (SARMA) 4.7912 0.0911 dengan kabupaten/kota yang diamati (i) terhadap kematian
Ket: *) signifikan pada α = 5% ibu. Koefisien parameter β22 sebesar 0.39, β25 sebesar 0.11,
dan β27 sebesar 198.58 yang diperoleh dengan metode SDM
P-value pada LM test lag sebesar 0,0461 sehingga H0 ditolak menunjukkan koefisien dependensi spasial lag atau besarnya
pada taraf signifikansi α = 5% (Tabel 3). Hal ini menunjukkan pengaruh kedekatan daerah pada variabel persentase
adanya dependensi spasial lag, sehingga analisis perlu dilan- persalinan dibantu oleh dukun (X2), persentase rumah tangga
jutkan dengan metode SAR, seperti pada Tabel 4. Model dari berperilaku hidup bersih sehat (X5), dan persentase sarana
metode SAR yang terbentuk adalah: kesehatan (X7).
n
yˆ i  0.31 w ij y j  32 .73  1.05 X 2  0.13 X 5  328 .29 X 7 Lag variabel prediktor yang signifikan adalah variabel-
j 1 variabel prediktor dengan pembobot yang berpengaruh
Variabel persentase persalinan dibantu oleh dukun tiap signifikan. Namun, Tabel 5. menjelaskan bahwa tidak terdapat
kabupaten/kota (X2), persentase rumah tangga berperilaku variabel prediktor yang berpengaruh signifikan dengan adanya
hidup bersih sehat (X5), dan persentase sarana kesehatan (X7) pembobot. Variabel yang berpengaruh signifikan ketika tanpa
berpengaruh signifikan terhadap kematian ibu. Nilai ρ yang pembobot pada α = 5% di antaranya persentase persalinan
signifikan menunjukkan adanya dependensi spasial lag pada dibantu oleh dukun tiap kabupaten/kota (X2), persentase
variabel jumlah kematian ibu. Nilai R-square yang dihasilkan rumah tangga berperilaku hidup bersih sehat (X5), dan
oleh metode SAR sebesar 62.93%, menjelaskan besarnya persentase sarana kesehatan (X7). R-square yang dihasilkan
variansi dari kematian ibu yang dapat dijelaskan oleh model. oleh metode SDM sebesar 60.75%.
Hasil identifikasi dengan nilai Moran’s I untuk setiap Koefisien parameter pada variabel persentase persalinan
variabel menunjukkan bahwa dependensi antarlokasi yang dibantu oleh dukun (X2) bernilai positif. Hal ini menunjukkan
berdekatan tidak hanya terjadi pada variabel respon, namun bahwa kabupaten/kota yang bersebelahan dengan kabupaten/
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X D-170

kota lain yang memiliki persentase tinggi akan cenderung [5] Opik. (2007). Di Jawa Timur Angka Kematian Ibu dan Bayi Masih Tinggi.
Available: http://www.pdiperjuangan-jatim.org/v03/index.php?
memiliki jumlah kematian ibu yang tinggi pula dan begitu pula mod=berita &id=386
sebaliknya. Kabupaten/kota yang bersebelahan dengan [6] Purnama, Erik. (2011). Meningkat, Angka Kematian Ibu Hamil di Jawa
kabupaten/kota lain yang memiliki persentase rendah akan Timur. Available: http://www.republika.co.id/berita/regional/nusantara/
cenderung memiliki jumlah kematian ibu yang rendah pula. 11/03/24/ lijiij-meningkat-angka-kematian-ibu-hamil-di-jawa-timur
[7] Darnah, “Pendekatan Ukuran R2 Devians Pada Model Regresi Poisson,”
Hubungan ini sesuai dengan Moran’s scatterplot pada Gambar
Surabaya: Program Pasca Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh
3. di mana telah terjadi pengelompokan pada kuadran I dan III.
Nopember, (2009).
[8] Novita, Laili, “Pemodelan Maternal Mortality Di Jawa Timur Dengan
Pendekatan Geographically Weighted Poisson Regression (GWPR),”
V. KESIMPULAN DAN SARAN Tugas Akhir Statistika-FMIPA, Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Hasil identifikasi nilai Moran’s I menunjukkan adanya Nopember, (2012).
dependensi spasial antarlokasi yang berdekatan pada variabel [9] Bekti, R. D., “Spatial Durbin Model (SDM) untuk Mengidentifikasi
Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kejadian Diare di Kabupaten
respon maupun variabel predikor. Namun, kecilnya nilai Tuban,” Tesis Statistika-FMIPA, Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Moran’s I menyebabkan hasil estimasi parameternya menjadi Nopember, (2011).
tidak nyata sehingga estimasi parameter dengan metode SDM [10] Aditie, N. B., “Spatial Durbin Model untuk Mengidentifikasi Faktor-
tidak menghasilkan lag variabel prediktor yang signifikan. Faktor yang Mempengaruhi Angka Kematian Bayi di Jawa Timur,”
Tugas Akhir Statistika-FMIPA, Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Model dengan metode SAR yang terbentuk adalah: Nopember, (2011).
n
[11] Draper, N.R. dan Smith, H., “Analisis Regresi Terapan Edisi Kedua,”
yˆ i  0.31 wij y j  32.73  1.05 X 2  0.13 X 5  328 .29 X 7 V Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, (1992).
j 1 [12] LeSage, J.P., “The Theory and Practice of Spatial Econometrics,”
ariabel yang signifikan berpengaruh terhadap kematian ibu Department of Economics University of Toledo, (1999).
dengan metode SAR adalah persentase persalinan dibantu oleh [13] Anselin, L., “Spatial Econometrics: Methods and Models,” Kluwer
dukun, persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih Academic Publishers, Netherlands, (1988).
[14] Lee, J dan Wong, D. W. S., “Statistical Analysis with Arcview GIS,”
sehat, dan persentase sarana kesehatan di tiap kabupaten/kota John Willey and Sons, New York, (2001).
di Jawa Timur. Nilai ρ sebesar -0.31 menunjukkan adanya [15] Amaliafitri, Andhini. (2010). Waspadai Angka Kematian Ibu di
dependensi spasial lag pada variabel kematian ibu. R-square Indonesia. Available: http://lifestyle.okezone.com/read/2010/03/25/27/
yang dihasilkan sebesar 62.93%. Sementara model dengan 316119/ search.html
[16] Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, “Profil Kesehatan Provinsi Jawa
metode SDM yang terbentuk adalah:
n
Timur,” Surabaya : Dinkes Jatim, (2010).
yˆi  0.34 wij y j  12.82  1.33X 2i  0.14 X 5i  296.66 X 7i 
j 1
n n n
 0.39 wij X 2 j  0.11 wij X 5 j  198.58 wij X 7 j
j 1 j 1 j 1

Variabel yang signifikan dengan metode SDM sama dengan


variabel yang signifikan dengan metode SAR. Hal berbeda
yang dapat dijelaskan oleh model SDM yaitu adanya pengaruh
letak kabupaten/kota yang berdekatan (j) dengan kabupaten/
kota yang diamati (i) terhadap kematian ibu pada variabel
persentase persalinan dibantu oleh dukun, persentase rumah
tangga berperilaku hidup bersih sehat, dan persentase sarana
kesehatan. R-square yang dihasilkan sebesar 60.76%. Model
dengan metode SAR menghasilkan nilai R-square yang lebih
besar daripada model dengan metode SDM, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model terbaik yang diperoleh adalah
model dengan metode SAR.
Agar estimasi parameternya memberikan nilai yang nyata,
maka analisis dengan menggunakan metode SDM dapat
dilakukan jika moran’s I bernilai besar yaitu lebih dari 0.5.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Dwinata, Indra. (2009). Kematian-maternal. Available: http://himapid.
blogspot.com /2009/03/kematian-maternal.html
[2] Nono. (2008). Seputar Masalah Kematian Maternal. Available: http://
noeytamalan- revolute.blogspot.com/2008/12/kematian-maternal. html
[3] Adam, Riski. (2012). Target Turunkan Angka Kematian Ibu Sulit Ter-
capai. Available: http://kesehatan.liputan6.com/read/375324/target-tu-
runkan-angka -kematian-ibu-sulit-tercapai
[4] Krisnamurti, Dahlia. (2012). Tingginya Kematian Ibu, Tanggung Jawab
Siapa?. Available: http://gayahidup.inilah.com/read/detail/1825908/ting-
ginya-ke-matian-ibu-tanggung-jawab-siapa

Anda mungkin juga menyukai