Disusun oleh
Kelompok : 4
Bella Eka Avrini (P05140319005)
Inne Delia Alniarti (P05140319011)
Karina Dwi Ratna (P05140319013)
Siska Nurhaliza (P05140319028)
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana cara menghitung dan menginterpretasikan ukuran frekuensi
penyakit?
2. Bagaimana cara menghitung dan menginterpretasikan ukuran asosiasi?
3. Bagaimana cara menghitung dan menginterpretasikan ukuran dampak
(efek)?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung dan menginterpretasikan
ukuran frekuensi penyakit
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung dan menginterpretasikan
ukuran asosiasi
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung dan menginterpretasikan
ukuran dampak (efek)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ukuran Frekuensi
Ukuran frekuensi penyakit merupakan kuantifikasi kejadian
penyakit, dengan mengitung individu yang terinfeksi, yang sakit dan yang
meninggal. Ukuran frekuensi penyakit merefleksikan besar kejadian
penyakit (morbiditas) atau kematian karena penyakit (mortalitas) dalam
suatu populasi.
Ukuran frekuensi penyakit harus memperhitungkan :
1. Jumlah orang yang sakit (jumlah kasus) Dalam menentukan orang
sakit maka kita perlu mengetahui bagaimana diagnosis ditegakkan.
2. Besar/ jumlah populasi yang berisiko. Penentuan populasi berisiko
sangat penting dalam pengukuran ukuran frekuensi. Populasi yang
berisiko merupakan populasi yang memiliki kemungkinan untuk
terkena suatu penyakit. Populasi didefenisikan sebagai suatu kelompok
orang-orang dengan karakteristik seperti tempat tinggal, agama, jenis
kelamin, usia, menggunakan layanan rumah sakit atau peristiwa-
peristiwa kehidupan (melahirkan). Misalnya :
a. Ingin menghitung insiden keracunan makanan di Desa A, maka
kita harus mengetahui jumlah orang yang tinggal di desa A. Jumlah
orang yang tinggal di desa A merupakan jumlah populasi berisiko.
b. Ingin menghitung prevalensi dari penyakit hipertensi pada pekerja
di PT X, maka jumlah yang dibutuhkan sebagai populasi berisiko
yaitu jumlah pekerja yang bekerja di PT X
3. Periode waktu peristiwa terjadi Misalnya dalam satu minggu, satu
bulan, satu tahun dll
B. Bentuk Ukuran Frekuensi
1. Count (jumlah)ukuran sederhana dan ukuran dasar atau jumlah
absolut dari orang yang sakit atau memiliki karakteristik tertentu .
Contoh: 10 kasus, 1961 kasus, dsb
2. Proporsi
3. Rate (angka)
4. Rasio
Proporsi, rate dan rasio memiliki bentuk yang sama dalam perhitungannya,
yaitu :
numerator pembilang
x konstanta (k) atau xk
denominator penyebut
1. Proporsi
Proporsi merupakan suatu pecahan (fraksi) dimana numerator
(pembilang) adalah bagian dari denominator (penyebut). Atau dengan
perkataan lain, proporsi merupakan perbandingan sebagian terhadap
keseluruhan. Proporsi merupakan salah satu bentuk dari rasio. Proporsi
digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasinya.
Proporsi dapat dalam bentuk desimal, pecahan atau persentase (%).
Ciri proporsi :
a. Tidak mempunyai satuan (dimensi), karena satuan dari pembilang
dan penyebutnya sama, sehingga saling meniadakan.
b. Nilainya antara 0 sampai 1
189
x 100 %=5,658 %=5,66 %
3340
Catatan : numerator dan denominator memiliki dimensi yang
sama yaitu
sama-sama laki-laki.
2) Jika 5 orang positif sakit dan 95 orang negatif, berapakah
proporsi orang yang sakit?
5
x 100 %=5 %
5+95
2. Rate (Angka)
Rate adalah suatu ukuran frekuensi yang mana suatu peristiwa
terjadi dalam populasi yang ditetapkan dalam suatu periode waktu
tertentu. Karena rate menyajikan frekuensi penyakit berdasarkan besar
populasi, maka rate dapat digunakan untuk mengukur besarnya
masalah kesehatan (lebih besar atau lebih kecil) diantara tempat yang
berbeda, waktu yang berbeda dan diantara kelompok yang berbeda
dimana masing-masing tempat, waktu dan kelompok berasal dari
populasi yang berbeda. Sehingga rate merupakan suatu ukuran risiko
Contoh :
Negara Jumlah kasus Jumlah penduduk Rate/106/tahun
baru (juta)
A 1500 230 6,5
B 500 20 25,5
Dari tabel diatas terlihat jumlah kasus di Negara A yaitu 1500 dan
jumlah kasus dinegara B yaitu 500. Dengan melihat jumlah kasus
(1500 VS 500) kita
tidak bisa menyatakan bahwa jumlah kasus di Negara A lebih besar
daripada Negara B. Hal ini dikarenakan jumlah kasus belum
dibandingkan dengan jumlah penduduk. Tetapi ketika jumlah kasus
1500
sudah dibandingkan dengan jumlah penduduk (rate= x 10
230.000.000
6
=6,5) maka dapat kita nyatakan bahwa Negara B memiliki masalah
yang lebih besar dibandingkan dengan Negara A. Rate adalah tipe
spesifik dari rasio yang digunakan mengkuantifikasi proses dinamik
seperti pertumbuhan dan kecepatan. Dalam rate numerator dan
denominator memiliki unit yang berbeda. Denominator memiliki
dimensi waktu yang menunjukkan seberapa cepat suatu peristiwa/
masalah kesehatan itu terjadi. Rate ini selalu dilaporkan per unit
waktu.
Metode untuk menghitung rate yaitu :
Catatan :
a. Populasi berisiko yaitu jumlah total (keseluruhan individu yang
mengalami peristiwa) yang belum sakit tapi berisiko untuk sakit/
mengalami peristiwa kesehatan
b. K berupa 1000, 10.000, 100.000 sesuai keperluan untuk
menghindari pecahan.
Contoh :
a. Numerator : Jumlah wanita yang baru mengalami kanker payudara
di kota Jakarta pada tahun 2004 =70
Denominator : Jumlah wanita yang belum pernah terkena kanker
payudara (populasi berisiko yaitu) 1000 per orang bulan maret,
2004 1000 per orang bulan maret merupakan orang per waktu.
Orang per waktu menunjukkan unit per waktu.
Rate=
70
=70 kasus per 1000 orang bul an
1000 per orang bulan juli 2004
b. Kecepatan mobil : Jarak per unit waktu 100 km/jamunit.
c. Jumlah penderita DBD per unit orang waktu 20 orang/1.000
orangbulan
Ciri rate :
a. Denominator Mempunyai satuan ukuran, yaitu per satuan waktu.
b. Besarnya tidak terbatas. Secara teoritis nilainya terletak antara 0
sampai tak terhingga( ∞ )
c. Periode waktu yang digunakan dalam pembilang dan penyebut
sama yaitu sesuai waktu kalender
3. Ratio
Rasio merupakan satu angka (numerator/ pembilang) dibagi
dengan angka lain (denominator/ penyebut). Berdasarkan defenisi ini
maka proporsi maupun rate merupakan bentuk ratio. Tetapi Rasio
merupakan numerator dan denominator tidak saling berhubungan atau
pembilangnya bukan merupakan bagian dari penyebutnya. Ini yang
membedakannya dengan proporsi.
Ciri-ciri :
a. Numerator bukan bagian dari denominator (pembilang bukan
bagian dari penyebut)
b. Memiliki nilai 0 sampai dengan tak terhingga ∞
P=IXD
Ket:
P = Prevalensi
I = Insiden
D = Lamanya Sakit
Rumus hubungan Insidensi dan Prevalensi tersebut hanya
berlaku jika dipenuhi 2 syarat, yaitu:
a. Nilai Insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan atau
tidak menunjukkan perubahan yang mencolok.
b. Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil atau tidak
menunjukkan perubahan yang terlalu mencolok.
Hubungan prevalensi dan insiden bervariasi untuk berbagai
macam penyakit. Prevalens yang tinggi dapat oleh karena :
a. Imigrasi (masuknya) kasus sakit
b. Emigrasi (keluarnya) orang sehat
c. Insidens yang tinggi
d. Durasi sakit yang panjang
Contoh : Diabates melitus merupakan penyakit kronis yang tidak
bisa disembuhkan tetapi bisa dikontrol. Penggunaan insulin
menyebabkan penderita DM bertahan hidup lama → durasi sakit
menjadi panjang → prevalens meningkat Kemajuan teknologi
bidang pengobatan suatu penyakit hanya dapat menghindarkan
kematian tetapi tidak menyembuhkan hanya membuat penderita
hidup lebih lama→maka prevalensi meningkat
Prevalens yang rendah dapat oleh karena :
a. Imigrasi (masuknya) orang sehat
b. Emigrasi (keluarnya) kasus sakit
c. Insidens yang rendah
d. Durasi sakit yang pendek yang disebabkan oleh pengobatan yang
baik sehingga banyak yang sembuh atau meningkatnya virulensi
penyakit sehinggapasien cepat meninggal
Variasi Pada Insidens Dan Prevalens
Oleh karena insidens tergantung kepada munculnya kasus baru maka
penurunan pada insidens dapat oleh karena :
a. Adanya peningkatan daya tahan tubuh diantara anggota populasi
terhadap penyakit
b. Adanya perubahan pada etiologi penyakit
c. Adanya pencegahan yang efektif
2. Mortality (Angka Kematian)
Mortalitas merupakan istilah epidemiologi dan data statistik vital
untuk Kematian. Dikalangan masyarakat kita, ada 3 hal umum yang
menyebabkan kematian, yaitu:
a. Degenerasi Organ Vital & Kondisi terkait,
b. Status penyakit,
c. Kematian akibat Lingkungan atau Masyarakat (Bunuh diri,
Kecelakaan, Pembunuhan, Bencana Alam, dsb).
Macam-macam jenis angka kematian (mortality rate) dalam
epidemiologi adalah sebagai berikut
a. Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate )
b. Angka Kematian Perinatal ( Perinatal Mortality Rate )
c. Angka Kematian Bayi Baru Lahir ( Neonatal Mortality Rate )
d. Angka Kematian Bayi ( Infant Mortalaity Rate )
e. Angka Kematian Balita ( Under Five Mortalaty Rate )
f. Angka Kematian Pasca-Neonatal (Postneonatal Mortality Rate)
g. Angka Lahir Mati / Angka Kematian Janin(Fetal Death Rate )
h. Angka Kematian Ibu ( Maternal Mortality Rate )
i. Angka Kematian Spesifik Menurut Umur (Age Specific Death
Rate)
j. Cause Spesific Mortality Rate ( CSMR )
k. Case Fatality rate ( CFR )
Penjelasan
a. Crude Death Rate/CDR (Angka Kematian Kasar/AKK)
Adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu
jangka waktu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah
penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan. Istilah
Crude (bahasa Inggris) yang berarti kasar, digunakan karena setiap
aspek kematian tidak memperhitungkan usia, jenis kelamin, atau
variable lain. Rumus:
PMR/AKP =
jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan
28 minggu
atau lebih+ dengan jumlah kematian bayi yang berumur
kurang dari 7 hari ya ng dicatat selama 1 tahun
xk
jumlah bayilahir hidup pada tahun yang sama
B. Saran
Ukuran Epidemiologiarus dimanfaatkan dengan baik yaitu untuk
mengolah data epidemiologi masyarakat. Sehingga hasil yang telah diolah
tersebut seharusnya dapat digunakan oleh pemerintah dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Petugas
kesehatan bersama pemerintah sebaiknya juga mengevaluasi program
kesehatan yang sudah berjalan dan merencanakan program berkelanjutan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Lapau Buchari, Alib. 2017. Prinsip & Metode Epidemiologi. Depok.
KENCANA.
Aditya Setyawan, 2008. Pengukuran Frekuensi Masalah Kesehatan
(Ukuran-Ukuran Epidemiologi)
Budiarto, Eko, Anggraeni, dewi. Epidemiologi. Edisi 2. Jakarta : EGC ;
2002.
Thomas C. Timmreck, PhD, 2005, Epidemiologi Suatu Pengantar, Jakarta,
EGC