Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

“Ukuran Frekuensi Penyakit”

Disusun oleh
Kelompok : 4
Bella Eka Avrini (P05140319005)
Inne Delia Alniarti (P05140319011)
Karina Dwi Ratna (P05140319013)
Siska Nurhaliza (P05140319028)

Makalah Ini Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Epidemiologi


dengan Dosen Pengampu Dr. Halimah, S.Si., MKM

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epidemiologi merupakan studi distribusi dan determinan kesehatan yang
berkaitan dengan keadaan atau peristiwa dalam populasi tertentu dan
aplikasi studi ini untuk mengendalikan masalah kesehatan (Last, 1988).
Epidemiologi menggunakan pendekatan secara kuantitatif dalam
mengetahui peristiwa keschatan penyakit yang terjadi di masyarakat. Cara
melakukan pengukuran secara kuantitatif dalam epidemiologi miliki
beberapa cara bergantung dengan peristiwa terkait kesehatan yang ingin
diukur. Dalam melakukan studi untuk menghitung distribusi akan
menggunakan beberapa ukuran epidemiologiang memiliki beberapa
tipe.Tipe pertama yaitu kuantitas matematis dan yang kedua kuantitas
epidemiologis. Tipe kuantitas matematis sendiri terbagi lagi menjadi tanpa
denominator dan dengan denominator. Tipe kuantitas epidemiologis
terbagi menjadi tiga bagian yaitu ukuran frekuensi penyakit, ukuran
asosiasi(rasio), dan ukuran efek(dampak).

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana cara menghitung dan menginterpretasikan ukuran frekuensi
penyakit?
2. Bagaimana cara menghitung dan menginterpretasikan ukuran asosiasi?
3. Bagaimana cara menghitung dan menginterpretasikan ukuran dampak
(efek)?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung dan menginterpretasikan
ukuran frekuensi penyakit
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung dan menginterpretasikan
ukuran asosiasi
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung dan menginterpretasikan
ukuran dampak (efek)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ukuran Frekuensi
Ukuran frekuensi penyakit merupakan kuantifikasi kejadian
penyakit, dengan mengitung individu yang terinfeksi, yang sakit dan yang
meninggal. Ukuran frekuensi penyakit merefleksikan besar kejadian
penyakit (morbiditas) atau kematian karena penyakit (mortalitas) dalam
suatu populasi.
Ukuran frekuensi penyakit harus memperhitungkan :
1. Jumlah orang yang sakit (jumlah kasus) Dalam menentukan orang
sakit maka kita perlu mengetahui bagaimana diagnosis ditegakkan.
2. Besar/ jumlah populasi yang berisiko. Penentuan populasi berisiko
sangat penting dalam pengukuran ukuran frekuensi. Populasi yang
berisiko merupakan populasi yang memiliki kemungkinan untuk
terkena suatu penyakit. Populasi didefenisikan sebagai suatu kelompok
orang-orang dengan karakteristik seperti tempat tinggal, agama, jenis
kelamin, usia, menggunakan layanan rumah sakit atau peristiwa-
peristiwa kehidupan (melahirkan). Misalnya :
a. Ingin menghitung insiden keracunan makanan di Desa A, maka
kita harus mengetahui jumlah orang yang tinggal di desa A. Jumlah
orang yang tinggal di desa A merupakan jumlah populasi berisiko.
b. Ingin menghitung prevalensi dari penyakit hipertensi pada pekerja
di PT X, maka jumlah yang dibutuhkan sebagai populasi berisiko
yaitu jumlah pekerja yang bekerja di PT X
3. Periode waktu peristiwa terjadi Misalnya dalam satu minggu, satu
bulan, satu tahun dll
B. Bentuk Ukuran Frekuensi
1. Count (jumlah)ukuran sederhana dan ukuran dasar atau jumlah
absolut dari orang yang sakit atau memiliki karakteristik tertentu .
Contoh: 10 kasus, 1961 kasus, dsb
2. Proporsi
3. Rate (angka)
4. Rasio
Proporsi, rate dan rasio memiliki bentuk yang sama dalam perhitungannya,
yaitu :
numerator pembilang
x konstanta (k) atau xk
denominator penyebut
1. Proporsi
Proporsi merupakan suatu pecahan (fraksi) dimana numerator
(pembilang) adalah bagian dari denominator (penyebut). Atau dengan
perkataan lain, proporsi merupakan perbandingan sebagian terhadap
keseluruhan. Proporsi merupakan salah satu bentuk dari rasio. Proporsi
digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasinya.
Proporsi dapat dalam bentuk desimal, pecahan atau persentase (%).
Ciri proporsi :
a. Tidak mempunyai satuan (dimensi), karena satuan dari pembilang
dan penyebutnya sama, sehingga saling meniadakan.
b. Nilainya antara 0 sampai 1

Metode untuk menghitung proporsi yaitu :


jumlah orang atau peristiwa dengan karakteristik khusus
total keseluruhan orang atau peristi wa seperti yang ada pada pembilang
xk
Atau
a
xk
a+b
Contoh :
a. Menggambarkan proporsi dari PSK yang hasil test positive HIV
(jumlah kasus) dari keseluruhan PSK (populasi berisiko). PSK
yang hasil test positif merupakan numerator (pembilang) dan
keseluruhan PSK merupakan denominator (penyebut) Total
keseluruhan PSK=250 Jumlah PSK yang diperiksa yang hasilnya
positif=100 Maka proporsi yaitu

100 100 100


x 100 %=40 % atau atau =0,4
250 250 250

Proporsi merupakan sebagian dari keseluruhan 100 merupakan


bagian dari 250. Baik persentase, pecahan maupun desimal
merupakan bentuk dari proporsi. Bisa dipakai salah satu saja. Nilai
0,4 berada diantara 0 s.d 1. Numerator dan denominator memiliki
dimensi yang sama yaitu orang sehingga dianggap tidak memiliki
dimensi
b. Proporsi yang mahasiswa pararel semester 1 yang berusia a <25
tahun dari keseluruhan jumlah mahasiswa pararel semester 1
Contoh perhitungan proporsi :
1) Menghitung proporsi laki-laki yang menderita diabetes
Numerator = 189 pria yang mengalami diabetes (jumlah kasus)
Denominator= 3340 yaitu jumlah keseluruhan laki-laki
(didalamnya terdapat 189 yang mengalami diabetes dan 3.151
laki-laki yang tidak diabetes=populasi berisiko) Maka proporsi
yaitu

189
x 100 %=5,658 %=5,66 %
3340
Catatan : numerator dan denominator memiliki dimensi yang
sama yaitu
sama-sama laki-laki.
2) Jika 5 orang positif sakit dan 95 orang negatif, berapakah
proporsi orang yang sakit?
5
x 100 %=5 %
5+95

3) Dari 7.999 perempuan berusia 16-45 tahun, terdapat 2.496


yang menggunakan metode kontrasepsi modern. Proporsi yang
menggunakan kontrasepsi modern yaitu
2.496
x 100 %=31,2 %
7.999 s

2. Rate (Angka)
Rate adalah suatu ukuran frekuensi yang mana suatu peristiwa
terjadi dalam populasi yang ditetapkan dalam suatu periode waktu
tertentu. Karena rate menyajikan frekuensi penyakit berdasarkan besar
populasi, maka rate dapat digunakan untuk mengukur besarnya
masalah kesehatan (lebih besar atau lebih kecil) diantara tempat yang
berbeda, waktu yang berbeda dan diantara kelompok yang berbeda
dimana masing-masing tempat, waktu dan kelompok berasal dari
populasi yang berbeda. Sehingga rate merupakan suatu ukuran risiko
Contoh :
Negara Jumlah kasus Jumlah penduduk Rate/106/tahun
baru (juta)
A 1500 230 6,5
B 500 20 25,5
Dari tabel diatas terlihat jumlah kasus di Negara A yaitu 1500 dan
jumlah kasus dinegara B yaitu 500. Dengan melihat jumlah kasus
(1500 VS 500) kita
tidak bisa menyatakan bahwa jumlah kasus di Negara A lebih besar
daripada Negara B. Hal ini dikarenakan jumlah kasus belum
dibandingkan dengan jumlah penduduk. Tetapi ketika jumlah kasus
1500
sudah dibandingkan dengan jumlah penduduk (rate= x 10
230.000.000
6
=6,5) maka dapat kita nyatakan bahwa Negara B memiliki masalah
yang lebih besar dibandingkan dengan Negara A. Rate adalah tipe
spesifik dari rasio yang digunakan mengkuantifikasi proses dinamik
seperti pertumbuhan dan kecepatan. Dalam rate numerator dan
denominator memiliki unit yang berbeda. Denominator memiliki
dimensi waktu yang menunjukkan seberapa cepat suatu peristiwa/
masalah kesehatan itu terjadi. Rate ini selalu dilaporkan per unit
waktu.
Metode untuk menghitung rate yaitu :

jumlah orang atauindividu yang mengalami peristiwa periode tertentu


jumlah populasi berresiko sesuai numerator dalam waktu tertentu ¿ ¿

Catatan :
a. Populasi berisiko yaitu jumlah total (keseluruhan individu yang
mengalami peristiwa) yang belum sakit tapi berisiko untuk sakit/
mengalami peristiwa kesehatan
b. K berupa 1000, 10.000, 100.000 sesuai keperluan untuk
menghindari pecahan.
Contoh :
a. Numerator : Jumlah wanita yang baru mengalami kanker payudara
di kota Jakarta pada tahun 2004 =70
Denominator : Jumlah wanita yang belum pernah terkena kanker
payudara (populasi berisiko yaitu) 1000 per orang bulan maret,
2004 1000 per orang bulan maret merupakan orang per waktu.
Orang per waktu menunjukkan unit per waktu.
Rate=
70
=70 kasus per 1000 orang bul an
1000 per orang bulan juli 2004
b. Kecepatan mobil : Jarak per unit waktu  100 km/jamunit.
c. Jumlah penderita DBD per unit orang waktu  20 orang/1.000
orangbulan
Ciri rate :
a. Denominator Mempunyai satuan ukuran, yaitu per satuan waktu.
b. Besarnya tidak terbatas. Secara teoritis nilainya terletak antara 0
sampai tak terhingga( ∞ )
c. Periode waktu yang digunakan dalam pembilang dan penyebut
sama yaitu sesuai waktu kalender
3. Ratio
Rasio merupakan satu angka (numerator/ pembilang) dibagi
dengan angka lain (denominator/ penyebut). Berdasarkan defenisi ini
maka proporsi maupun rate merupakan bentuk ratio. Tetapi Rasio
merupakan numerator dan denominator tidak saling berhubungan atau
pembilangnya bukan merupakan bagian dari penyebutnya. Ini yang
membedakannya dengan proporsi.
Ciri-ciri :
a. Numerator bukan bagian dari denominator (pembilang bukan
bagian dari penyebut)
b. Memiliki nilai 0 sampai dengan tak terhingga ∞

Metode untuk menghitung Ratio yaitu :


jumlah atau rate orang atau peristiwa dalam satukelompok
xk
jumlah atau rate orang atau peristiwa dalam kelompok yang berbeda dari numerator
Atau
a
x k dimana a dan b memiliki unit yan berbeda atau tidak saling
b
berhubungan
Contoh : Dalam suatu KLB penyakit tifus, jumlah penderita laki-laki
sebanyak 30 orang dan jumlah penderita perempuan adalah 15 orang.
Maka ratio penderita laki-laki : perempuan adalah = 30 : 15 = 2 : 1
Catatan :
a. Numerator dan denominator dapat merupakan katagori yang
berbeda dari suatu variabel yang sama. Contohnya : perbandingan
laki-laki dengan perempuanlaki-laki dan perempuan merupakan
variabel jenis kelamin dengan kategori yang berbeda. Variabel
umur maka katagorinya bisa 20-29 tahun dan 30-39 tahun
b. Tetapi ada juga bentuk yang lain dimana numerator dan
denominator berasal dari variabel yang berbeda. Contoh : jumlah
rumah sakit di Jakarta (numerator) dibandingkan jumlah penduduk
yang tinggal di Jakarta (denominator)
C. Ukuran epidemiologis
Ukuran dasar yang digunakan dalam epidemiologi mencakup Rate
(angka), rasio dan proporsi.Ketiga bentuk perhitungan ini digunakan untuk
mengukur dan menjelaskan peritiwa kesakitan, kematian, dan nilai statistic
vital lainnya. Misalnya kesakitan bias diukur dengan angka insidensi,
prevalensi dan angka serangan, sedangkan kematian bias diukur dengan
angka kematian.
Ukuran epidemiologis selalu dipengaruhi oleh berbagai factor,
diantaranya factor person atau orang, yng dinilai di sini adalah dari aspek
jumlah atau fekuensi orang yang berkaitan dengan suatu peristiwa, selain
itu factor place atu tempat adalah factor yang berkaitn dengan darimana
orang-orang yang mengalami peristiwa tersebut berasal. Factor time atau
waktu adalah periode atau waktu kapan orang-orang tersebut mengalami
suatu peristiwa.
Secara garis besar, ukuran epidemiologi dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu Morbidity (Angka Kesakitan) dan Mortality (Angka Kematian).
Berikut penjelasan dari masingmasing jenis tersebut.
1. Morbidity (Angka Kesakitan)
Morbiditas adalah Juga merupakan suatu penyimpangan dari status
sehat dan sejahtera atau keberadaan suatu kondisi sakit. Morbiditas
juga mengacu pada angka kesakitan yaitu jumlah orang yang sakit
dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan
kelompok yang sehat atau kelompok yang beresiko (Aditya Setyawan,
2008).
Di dalam Epidemiologi, Ukuran Utama Morbiditas adalah : Angka
Insidensi & Prevalensi dan berbagai Ukuran Turunan dari kedua
indikator tersebut. Setiap kejadian penyakit, kondisi gangguan atau
kesakitan dapat diukur dengan Angka Insidensi dan Angka Prevalensi.
Secara umum, terdapat 2 jenis cara pengukuran Morbidity, yaitu secara
Insidensi/Incidence dan Prevalensi/Prevalence.
a. Insidensi/Incidence
Adalah gambaran tentang frekwensi penderita baru suatu
penyakit yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di satu
kelompok masyarakat. Untuk dapat menghitung angka insidensi
suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu tentang
:
1) Data tentang jumlah penderita baru.
2) Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit
baru(Population at Risk).
Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam,
yaitu:
1) Incidence Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu(umumnya 1 tahun)
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena
penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang
bersangkutan. Rumus:
jumlah penderita baru
inciden rate= xk
jumlah penduduk yang mungkin terkena
penyakit tersebut pada pertengahantahun
K = Konstanta ( 100%, 1000 ‰)
Manfaat Incidence Rate adalah :
a) Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi
b) Mengetahui Resiko untuk terkena masalah kesehatan yang
dihadapi
c) Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh
suatu fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Attack Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu saat dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat
yang sama. Rumus:

jumlah penderita baru dalam satu saat


attack rate
jumlah penduduk yang mungkin terkena penyak¿ tersebut pada saat yan
Manfaat Attack Rate adalah:
a) Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu
penyakit.
b) Makin tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan
Penularan Penyakit tersebut.
3) Secondary Attack Rate
Adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang
terjangkit pada serangan kedua dibandingkan dengan jumlah
penduduk dikurangi orang/penduduk yang pernah terkena
penyakit pada serangan pertama. Digunakan dalam menghitung
suatu panyakit menular dan dalam suatu populasi yang kecil
(misalnya dalam Satu Keluarga). Rumus:

jumlah penderita baru pada serangan kedua


SAR= xk
jumlah penduduk − penduduk yang terkena
serangan pertama
Contoh:
Dalam suatu asrama terdapat 30 orang anak-anak. Pada 1 maret
2022, 2 orang anak darai asrama tersebut pergi berlibur dan
kebetulan bertamu ke rumah keluarga yang anak-anaknya
menderita varicella. Tanggal 2 maret 2022 kedua orang anak
tersebut kembali ke asrama. Tanggal 3 maret 2022 kedua anak
tersebut menderita varicella, kemudian terjadila letusan
varicella di dalam asrama tersebut. Dalam beberapa hari, sudah
terserang varicella 22 orang anak lagi. Berapa % secondary
attack rate?
Jawaban:
Kasus primer adalah 2 orang
Kasus sekunder adalah 22 orang
Anak yang masih susceptible adalah 30-2 =28
Secondary attack rate =22/28x 100% = 78,57%
b. Prevalensi/Prevalence
Adalah gambaran tentang frekwensi penderita lama dan baru
yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok
masyarakat tertentu. Pada perhitungan angka Prevalensi, digunakan
jumlah seluruh penduduk tanpa memperhitungkan orang/penduduk
yang kebal atau penduduk dengan Resiko (Population at Risk).
Sehingga dapat dikatakan bahwa Angka Prevalensi sebenarnya
bukanlah suatu rate yang murni, karena Penduduk yang tidak
mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan.
Secara umum nilai prevalensi dibedakan menjadi 2, yaitu:
1) Period Prevalence Rate
Yaitu jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan
jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang
bersangkutan. Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan
untuk penyakit yang sulit diketahui saat munculnya, misalnya
pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa. Rumus:

jumlah penderita lama∧baru


periode prevalen rate= xk
jumlah penduduk pertengahan
2) Point Prevalence Rate
Adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada
suatu saat dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu. Dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan. Rumus:

Point prevalen rate=


jumlah penderita lama dan baru saat itu
xk
jumlah penduduk saat itu

Hubungan Antara Prevalensi & Insidensi


Angka Prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan
lamanya sakit/durasi penyakit. Lamanya sakit/durasi penyakit adalah
periode mulai didiagnosanya penyakit sampai berakhirnya penyakit
tersebut yaitu sembuh, mati ataupun kronis. Hubungan ketiga hal
tersebut dapat dinyatakan dengan rumus:

P=IXD
Ket:
P = Prevalensi
I = Insiden
D = Lamanya Sakit
Rumus hubungan Insidensi dan Prevalensi tersebut hanya
berlaku jika dipenuhi 2 syarat, yaitu:
a. Nilai Insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan atau
tidak menunjukkan perubahan yang mencolok.
b. Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil atau tidak
menunjukkan perubahan yang terlalu mencolok.
Hubungan prevalensi dan insiden bervariasi untuk berbagai
macam penyakit. Prevalens yang tinggi dapat oleh karena :
a. Imigrasi (masuknya) kasus sakit
b. Emigrasi (keluarnya) orang sehat
c. Insidens yang tinggi
d. Durasi sakit yang panjang
Contoh : Diabates melitus merupakan penyakit kronis yang tidak
bisa disembuhkan tetapi bisa dikontrol. Penggunaan insulin
menyebabkan penderita DM bertahan hidup lama → durasi sakit
menjadi panjang → prevalens meningkat Kemajuan teknologi
bidang pengobatan suatu penyakit hanya dapat menghindarkan
kematian tetapi tidak menyembuhkan hanya membuat penderita
hidup lebih lama→maka prevalensi meningkat
Prevalens yang rendah dapat oleh karena :
a. Imigrasi (masuknya) orang sehat
b. Emigrasi (keluarnya) kasus sakit
c. Insidens yang rendah
d. Durasi sakit yang pendek yang disebabkan oleh pengobatan yang
baik sehingga banyak yang sembuh atau meningkatnya virulensi
penyakit sehinggapasien cepat meninggal
Variasi Pada Insidens Dan Prevalens
Oleh karena insidens tergantung kepada munculnya kasus baru  maka
penurunan pada insidens dapat oleh karena :
a. Adanya peningkatan daya tahan tubuh diantara anggota populasi
terhadap penyakit
b. Adanya perubahan pada etiologi penyakit
c. Adanya pencegahan yang efektif
2. Mortality (Angka Kematian)
Mortalitas merupakan istilah epidemiologi dan data statistik vital
untuk Kematian. Dikalangan masyarakat kita, ada 3 hal umum yang
menyebabkan kematian, yaitu:
a. Degenerasi Organ Vital & Kondisi terkait,
b. Status penyakit,
c. Kematian akibat Lingkungan atau Masyarakat (Bunuh diri,
Kecelakaan, Pembunuhan, Bencana Alam, dsb).
Macam-macam jenis angka kematian (mortality rate) dalam
epidemiologi adalah sebagai berikut
a. Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate )
b. Angka Kematian Perinatal ( Perinatal Mortality Rate )
c. Angka Kematian Bayi Baru Lahir ( Neonatal Mortality Rate )
d. Angka Kematian Bayi ( Infant Mortalaity Rate )
e. Angka Kematian Balita ( Under Five Mortalaty Rate )
f. Angka Kematian Pasca-Neonatal (Postneonatal Mortality Rate)
g. Angka Lahir Mati / Angka Kematian Janin(Fetal Death Rate )
h. Angka Kematian Ibu ( Maternal Mortality Rate )
i. Angka Kematian Spesifik Menurut Umur (Age Specific Death
Rate)
j. Cause Spesific Mortality Rate ( CSMR )
k. Case Fatality rate ( CFR )
Penjelasan
a. Crude Death Rate/CDR (Angka Kematian Kasar/AKK)
Adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu
jangka waktu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah
penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan. Istilah
Crude (bahasa Inggris) yang berarti kasar, digunakan karena setiap
aspek kematian tidak memperhitungkan usia, jenis kelamin, atau
variable lain. Rumus:

jumlah seluruh kematian


CRD/AKK = xk
jumlah penduduk pertengahan

b. Perinatal Mortality Rate/PMR (Angka Kematian


Perinatal/AKP) PMR
Adalah : Jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia
kehamilan 28 minggu atau lebih ditambah dengan jumlah kematian
bayi yang berumur kurang dari 7 hariyang dicatat selama 1 tahun
per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama ( WHO, 1981 ).
Rumus:

PMR/AKP =
jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan
28 minggu
atau lebih+ dengan jumlah kematian bayi yang berumur
kurang dari 7 hari ya ng dicatat selama 1 tahun
xk
jumlah bayilahir hidup pada tahun yang sama

Manfaat PMR adalah untuk menggambarkan keadaan kesehatan


masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan bayi. Factor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya PMR adalah :
1) Banyaknya Bayi BBLR
2) Status gizi ibu dan bayi
3) Keadaan social ekonomi
4) Penyakit infeksi, terutama ISPA
5) Pertolongan persalinan
c. Neonatal Mortality Rate/NMR (Angka Kematian
Neonatal/AKN)
Adalah jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28 hari
yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Rumus:

jumlah kematian bayiumur kurang dari 28 hari


NMR/AKN = xk
jumlah lahir hidup pada tahun yang sama
Manfaat NMR adalah untuk mengetahui :
1) Tinggi rendahnya usaha perawatan postnatal
2) Program imunisasi
3) Pertolongan persalinan
4) Penyakit infeksi, terutama Saluran Napas Bagian Atas.
d. Infant Mortality Rate/IMR (Angka Kematian Bayi/AKB)
Adalah jumlah seluruh kematian bayi berumur kurang dari 1 tahun
yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Manfaatnya adalah sebagai indicator yg sensitive
terhadap derajat kesehatan masyarakat. Rumus:
IMR/AKB =
jumlah kematian bayiumur 0−1 tahun dalam 1 tahun
xk
jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
e. Under Five Mortality Rate/UFMR (Angka Kematian Balita)
Adalah jumlah kematian balita yang dicatat selama 1 tahun
per 1000 penduduk balita pada tahun yang sama. Manfaatnya
adalah untuk mengukur status kesehatan bayi. Rumus:

jumlah kematian balita yang dicatat dalam1 tahun


UFMR = xk
jumlah penduduk balita pa da tahun yang sama

f. Post-Neonatal Mortality Rate (Angka Kematian Pasca-


Neonatal)
Adalah kematian yang terjadi pada bayi usia 28 hari sampai 1
tahun per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun. Angka kematian
pascaneonatal diperlukan untuk menelusuri kematian di Negara
belum berkembang , terutama pada wilayah tempat bayi meninggal
pada tahun pertama kehidupannya akibat malnutrisi, defisiensi
nutrisi, dan penyakit infeksi. Rumus:
ju mlah kematian bayiusia 28 hari sd 1 tahun
pasca−neonatal mortality rate= xk
jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

g. Fetal Death Rate (Angka Kematian Janin/Angka Lahir Mati)


Kematian janin adalah kematian yang terjadi akibat keluar atau
dikeluarkannya janin dari rahim, terlepas dari durasi kehamilannya.
Jika bayi tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda – tanda
kehidupan saat lahir, bayi dinyatakan meninggal. Tanda –tanda
kehidupan biasanya ditentukan dari Pernapasan, Detak Jantung,
Detak Tali Pusat atau Gerakan Otot Volunter. Angka Kematian
Janin adalah Proporsi jumlah kematian janin yang dikaitkan
dengan jumlah kelahiran pada periode waktu tertentu, biasanya 1
tahun. Rumus:
jumlah kematian janin dalam
periode tertentu(1 tahun)
angka kematian janin= xk
total kematian janin+ ¿ janin lahir hidup periode yang sama

h. Maternal Mortality Rate/MMR (Angka Kematian Ibu/AKI)


Adalah jumlah kematian ibu sebagai akibat dari komplikasi
kehamilan, persalinan dan masa nifas dalam 1 tahun per 1000
kelahiran hidup pada tahun yang sama. Tinggi rendahnya MMR
berkaitan dengan :
1) Social ekonomi
2) Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin dan nifas
3) Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil
4) Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas.
Rumus:
jumlah kematianibu hamil , persalinan
¿ nifas dalam 1tahu n
MMR= xk
jumlah lahir hidup pada tahun yang sama

i. Age Spesific Mortality Rate/ASMR


Manfaat ASMR/ASDR adalah :
1) Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesehatan
masyarakat dengan melihat kematian tertinggi pada golongan
umur.
2) Untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di berbagai
wilayah.
3) Untuk menghitung rata – rata harapan hidup.
Rumus :
dx
ASMR/ASDR x 100 %
px
Ket:
dx = jumlah kematian yang cacat dalam 1 tahun pada
penduduk golongan umur tertentu (x)
px = jumlah penduduk pertengahan tahun pada golongan umur
tersebut (x)
j. Cause Spesific Mortality Rate (CSMR)
Yaitu jumlah seluruh kematian karena satu sebab penyakit
dalam satu jangka waktu tertentu (1 tahun) dibagi dengan jumlah
penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut. Rumus:
jumlah seluruh kematian karena
sebab penyakit tertentu( x)
CSMR= xk
jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit ( x )
pada pertengahan tahun

k. Case Fatality Rate/CFR


Adalah perbandingan antara jumlah seluruh kematian karena satu
penyebab penyakit tertentu dalam 1 tahun dengan jumlah penderita
penyakit tersebut pada tahun yang sama. Digunakan untuk
mengetahui penyakit – penyakit dengan tingkat kematian yang
tinggi. Rumus:
jumlah kematiankarena penyakit tertentu ( x )
CFR= xk
jumlah seluruh penderita penyakit tersebut (x )
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam epidemiologi untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif
terdapat beberapa cara bergantung dengan peristiwa terkait kesehatan yang
ingin diukur. Dalam melakukan studi untuk menghitung distribusi dapat
menggunakan beberapa ukuran epidemiologi yang memiliki beberapa tipe,
yaitu kuantitas matematis dan kuantitas epidemiologis. Tipe kuantitas
matematis sendiri terbagi lagi menjadi tanpa denominator dan dengan
denominator. Sedangkan tipe kuantitas epidemiologis terbagi menjadi tiga
bagian yaitu ukuran frekuensi penyakit, ukuran asosiasi(rasio), dan ukuran
efek(dampak).Ukuran dalam epidemiologiapat dimanfaatkan untuk
mempermudah petugas kesehatan dalam mengolah data-data. Hasil dari
pengolahan data-data ini nantinya akan membantu dalam proses
identifikasi wabah, menghitung kebutuhan pelayanan kesehatan, masalah
keterjangkauan, perubahan diagnosis, dan mengamati perubahan dalam
pengobatan.

B. Saran
Ukuran Epidemiologiarus dimanfaatkan dengan baik yaitu untuk
mengolah data epidemiologi masyarakat. Sehingga hasil yang telah diolah
tersebut seharusnya dapat digunakan oleh pemerintah dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Petugas
kesehatan bersama pemerintah sebaiknya juga mengevaluasi program
kesehatan yang sudah berjalan dan merencanakan program berkelanjutan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Lapau Buchari, Alib. 2017. Prinsip & Metode Epidemiologi. Depok.
KENCANA.
Aditya Setyawan, 2008. Pengukuran Frekuensi Masalah Kesehatan
(Ukuran-Ukuran Epidemiologi)
Budiarto, Eko, Anggraeni, dewi. Epidemiologi. Edisi 2. Jakarta : EGC ;
2002.
Thomas C. Timmreck, PhD, 2005, Epidemiologi Suatu Pengantar, Jakarta,
EGC

Anda mungkin juga menyukai