Anda di halaman 1dari 42

DASAR EPIDEMIOLOGI

“UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI”

Mata Kuliah: Dasar Epidemiologi

Dosen Pengampu: dr. Arulita Ika Fibriana, M. Kes.

Disusun oleh :

Nama : Ghifari Kamil Al Musthafa Noor

NIM : 2309020067

Rombel : 2B

PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2024
A. Pengertian Ukuran Epidemiologi/ Frekuensi Penyakit

Epidemiologi adalah suatu ilmu yang lebih banyak menggunakan nilai-nilai kuantitatif
dalam mengukur nilai kuantitas. Dalam epidemiologi menggunakan istilah-istilah deskriptif
untuk menjelaskan sifat kelompok orang. Pengukuran kuantitatif yang paling sederhana dan
sering digunakan dalam epidemiologi adalah perhitungan jumlah orang yang menderita
suatu penyakit dalam suatu kelompok penduduk yang diamati (Noor, 2008).

Perhitungan frekuensi penyakit bermaksud untuk memberi nilai tentang kondisi penyakit
pada suatu kelompok masyarakat. Dalam hal ini, penggunaan nilai absolut terkadang
mengakibatkan kesalahan penilaian. Terlebih ketika membandingkan kondisi penyakit
antara dua atau lebih kelompok masyarakat atau pada satu kelompok masyarakat, antara
dua kurun waktu tertentu. Penggunaan perhitungan frekuensi harus dipahami mengenai
penggunaan nilai rate, ratio dan proporsi (Noor, 2008).

Dalam epidemiologi mengetahui jumlah kasus saja adalah hal yang tidak cukup untuk
menentukan besarnya peluang (risk) terjadinya infeksi di kelompok masyarakat. Sama
halnya apabila ingin mengetahui adanya perubahan derajat kesehatan pada periode waktu
tertentu, atau ingin membandingkan derajat kesehatan antar kelompok masyarakat, maka
nilai absolut tidak dapat memberikan gambaran yang tepat. Dalam hal ini harus
menggunakan perhitungan dengan angka (rate) (Noor, 2008).

Perhitungan angka, rasio dan proporsi yang berhubungan dengan perubahan tertentu
penting untuk menentukan faktor-faktor yang ada pada populasi maupun faktor lingkungan
terhadap mereka yang memiliki hubungan sebab akibat (kausalitas). Keterangan ini penting
untuk menentukan upaya pencegahan dan penanggulangan yang efisien dan mudah
dilaksanakan (Noor, 2008).

Ukuran frekuensi penyakit harus memperhitungkan (Veronika & Ayu, 2019):

1. Jumlah orang yang sakit (jumlah kasus)


Dalam menentukan orang sakit maka kita perlu mengetahui bagaimana diagnosis
ditegakkan (Veronika & Ayu, 2019).

2. Besar atau jumlah populasi yang berisiko.

Penentuan populasi berisiko sangat penting dalam pengukuran ukuran frekuensi. Populasi
yang berisiko merupakan populasi yang memiliki kemungkinan untuk terkena suatu
penyakit. Populasi didefenisikan sebagai suatu kelompok orang-orang dengan karakteristik
seperti tempat tinggal, agama, jenis kelamin, usia, menggunakan layanan rumah sakit atau
peristiwa-peristiwa kehidupan (melahirkan) (Veronika & Ayu, 2019).

3. Periode waktu peristiwa terjadi

Misalnya dalam satu minggu, satu bulan, satu tahun dan lain-lain. Ukuran frekuensi
penyakit merupakan kuantifikasi kejadian penyakit, dengan menghitung individu yang
terinfeksi, yang sakit dan yang meninggal. Ukuran frekuensi penyakit merefleksikan besar
kejadian penyakit (morbiditas) atau kematian karena penyakit (mortalitas) dalam suatu
populasi. Bentuk dari ukuran frekuensi yaitu rate, rasio dan proporsi yang akan dibahas
pada bagian selanjutnya (Veronika & Ayu, 2019).

Menurut Beaglehole, R., Bonita, R., Kjellström, Tord & World Health Organization (1993):

- Populasi berisiko

Bagian populasi yang rentan terhadap penyakit disebut populasi berisiko. Ini dapat
didefinisikan berdasarkan faktor demografis atau lingkungan. Beberapa ukuran frekuensi
penyakit didasarkan pada konsep dasar prevalensi dan kejadian. Perhitungan ukuran
frekuensi penyakit bergantung pada perkiraan yang benar dari jumlah orang yang
dipertimbangkan. Idealnya angka-angka ini hanya mencakup orang-orang yang berpotensi
rentan terhadap penyakit yang diteliti (Beaglehole, R., Bonita, R., Kjellström, Tord &
World Health Organization, 1993).

Contohnya, kecelakaan kerja hanya terjadi di kalangan pekerja sehingga populasi yang
berisiko adalah angkatan kerja; di beberapa negara, Brucellosis hanya terjadi pada orang
yang menangani hewan yang terinfeksi sehingga populasi yang berisiko terdiri dari mereka
yang bekerja di peternakan dan di rumah pemotongan hewan diteliti (Beaglehole, R.,
Bonita, R., Kjellström, Tord & World Health Organization, 1993).

- Prevalensi dan insiden

Prevalensi suatu penyakit adalah jumlah kasus dalam populasi tertentu pada titik waktu
tertentu, sedangkan insidennya adalah jumlah kasus baru yang muncul dalam periode
tertentu dalam populasi tertentu. Ini adalah cara yang berbeda secara mendasar untuk
mengukur kejadian dan hubungan antara prevalensi dan kejadian bervariasi antara penyakit
diteliti (Beaglehole, R., Bonita, R., Kjellström, Tord & World Health Organization, 1993).

Dalam epidemiologi, ukuran yang digunakan dalam menentukan mordibitas dan mortalitas
adalah rasio, proporsi, dan rate.

1. Rasio

Rasio merupakan angka perbandingan atau dapat diterjemahkan sebagai “dibanding


dengan”. Jadi, rasio adalah perbandingan suatu peristiwa (event) sebagai numerator (x)
dan peristiwa lainnya yang tidak berghubungan sebagai denominator (y). Rasio juga
digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian, contoh sex ratio.
Misal : Seks ratio DKI Jakarta Laki-laki = 40 , Perempuan = 60
Laki-laki : Perempuan = 1 : 1,5
Populasi proporsi sakit TBC = 100
Populasi proporsi tidak sakit TBC = 1000
Relative Risk = 100/1000 = 1/10 = 0,1
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah
tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasioini
akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau
buruknya posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka-angka tersebut
dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard
(Munawir,2004:64). Pancawati Hardiningsih (2002:85).
Rumus rasio adalah sebagai berikut :

Dimana:
x = banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu ataulebih atribut tertentu.
y = banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu ataulebih atribut tertentu,
Tetapi dalam hal ini berbeda atributnyadengan anggota x.
k = konstanta (1)
karena k = 1, maka rumus rasio dapat disederhanakan menjadi
Rasio = x/y

Contoh soal:
Jumlah kejadian keracunan makanan di desa X adalah 100 orang, dengan rincian pria
sebesar 25 dan wanita 75. Berapakah rasio kasus keracunan makanan laki-laki terhadap
wanita di desa X tersebut?
Penyelesaian:
Rasio kasus laki-laki : wanita = 25/75
= 1/3
Jadi rasio jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan jeniskelamin perempuan adalah
1:3

2. Proporsi

Proporsi merupakan suatu pecahan (fraksi) di mana numerator (pembilang)


adalah bagian dari denominator (penyebut). Dengan kata lain, proporsi merupakan
perbandingan sebagian terhadap keseluruhan. Proporsi merupakan salah satu bentuk
dari rasio. Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam
populasinya. Proporsi dapat dalam bentuk desimal, pecahan atau persentase. (Erna
Veronika, dkk 2019).

Ciri proporsi :

· Tidak mempunyai satuan (dimensi), karena satuan dari pembilang dan


penyebutnya sama, sehingga saling meniadakan.

· Nilainya antara 0 sampai 1, karena angka pembilang lebih kecil dari angka
penyebut dan numerator (pembilang) adalah bagian dari denominator (penyebut)
dan bentuk dari perbandingan tersebutlah yang dinamakan sebagai proporsi. (Erna
Veronika, dkk 2019).

Dalam hal ini, perbandingan dapat berwujud ukuran dan jumlah. Misalnya,
ada suatu populasi sapi berjumlah 100 ekor. Sejumlah 58 diantaranya diketahui
terinfeksi suatu penyakit. Dengan demikian, proporsi sapi yang terinfeksi dalam
populasi ini adalah 58 /100 = 0.58 = 58% (Erna Veronika, dkk 2019).

Rumus Proporsi
Metode untuk menghitung proporsi:

atau
Keterangan:
 X = Jumlah orang atau peristiwa dengan karakteristik tertentu.
 Y = Total keseluruhan orang atau peristiwa seperti yang ada pada pembilang terjadi
dalam semua kategori dari kelompok data.
 K = Konstanta (100%)
(Veronika dan Ayu, 2019)

Contoh soal:
1. Dalam suatu KLB penyakit Leptospirosis, jumlah penderita laki-laki sebanyak 25 orang
dan jumlah penderita perempuan sebanyak 10 orang. Berapa proporsi penderita laki-laki?
Penyelesaian:
Diketahui :
 Jumlah penderita laki-laki = 25 orang
 Jumlah penderita perempuan = 10 orang
 Konstanta = 100%
Ditanya :
 Proporsi penderita laki-laki ?

Jawaban :
Proporsi = Jumlah penderita laki-lakiTotal keseluruhan penderita K
Proporsi = 25(25+10) 100%
Proporsi penderita laki-laki = 25/(25+10) x 100% = 71,43%
Jadi, proporsi jumlah penderita penyakit leptospirosis laki-laki yakni 71,43%
(Veronika dan Ayu, 2019)

2. Terdapat 26 kasus mengenai penyakit DBD, 7 perempuan dan 19 laki–laki. Jumlah


orang dari masing–masing jenis kelamin yang berada dalam kelompok tidak
diketahui. Berapa proporsi kasus menurut jenis kelamin?
Penyelesaian:
Diketahui :
 Kasus penyakit laki-laki = 19 orang
 Kasus penyakit perempuan = 7 orang
 Konstanta = 100%
Ditanya :
 Proporsi menurut jenis kelamin?

Jawaban :
 Proporsi kasus penyakit laki-laki
Proporsi = Jumlah kasus laki-lakiTotal keseluruhan kasus K
Proporsi = 19(19+7) 100%
Proporsi = 1926 100 % = 73,1%
Jadi, jumlah proporsi kasus DBD laki-laki adalah 73,1%
 Proporsi kasus penyakit perempuan
Proporsi = Jumlah kasus perempuanTotal keseluruhan kasus K
Proporsi = 7(7+19) 100%
Proporsi = 726 100 % = 26,9%
Jadi, jumlah proporsi kasus DBD perempuan adalah 26,9%

Proporsi kasus penyakit laki-laki dan perempuan dijabarkan dalam tabel sebagai
berikut.

Jenis Kelamin Banyaknya Kasus Proporsi (%)

Laki-laki 17 73,1
Perempuan 9 26,9

Jumlah 26 100,0

(Veronika dan Ayu, 2019).


3. Dari 95 perempuan berusia 16-45 tahun, terdapat 5 perempuan yang menggunakan
metode kontrasepsi modern. Proporsi yang menggunakan kontrasepsi modern yaitu?
Penyelesaian:
Diketahui :
 Jumlah perempuan yang menggunakan kontrasepsi modern = 95 orang
 Jumlah perempuan usia 16-45 = 5 orang
 Konstanta = 100%
Ditanya :
 Proporsi yang menggunakan kontrasepsi modern?
Jawaban :
Proporsi = Jumlah pengguna kontrasepsiTotal perempuan usia 16-45 tahun K
Proporsi = 5(5=95) 100%
Proporsi = 5100 100 % = 5%
Jadi, jumlah proporsi kasus DBD laki-laki adalah 5%
(Veronika dan Ayu, 2019).

3. Rate

Nilai rate dalam epidemiologi menunjukkan besarnya peristiwa yang terjadi


terhadap jumlah keseluruhan penduduk dan peristiwa tersebut berlangsung dalam suatu
batas waktu tertentu. Dengan demikian ada tiga unsur utama dalam penentuan nilai rate,
yaitu: jumlah mereka yang terkena peristiwa, kelompok penduduk tempat peristiwa
tersebut terjadi; dan batas waktu tertentu yang berkaitan dengan kejadian tersebut.

Noor, N.N. (2014) Epidemiologi. 2nd edn, Rineka Cipta. 2nd edn. jakarta: Nuha Medika.

Rate adalah tipe spesifik dari rasio yang digunakan mengkuantifikasi proses
dinamika seperti pertumbuhan dan kecepatan kejadiantertentu dalam masyarakat. Rate
merupakan perbandingan pada suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang
mempunyai risiko kejadian tersebut.
Angka (rate) merupakan nilai untuk mengukur kemungkinan (probability) kejadian
dalam populasi terhadap beberapa peristiwa tertentu, misalnya kasus atau kematian
karena penyakit infeksi. Dalam contoh angka, rumusnya untuk menjawab pertanyaan:
jika sejumlah x kasus penyakit atau kematian yang terjadi pada populasi yang besarnya
y, berapa banyak kejadian yang diharapkan dapat terjadi pada populasi yang besarnya
k?

Pertanyaan ini dapat juga dituliskan sebagai berikut:

X Angka(atau jumlah yang diharapkan)


y
=
k

Hasil selanjutnya : (Angka) (y) = (x) (y) atau

( x )(k ) x
Angka (rate) = = (k )
y y

Penjelasan :

X : angka kejadian

Y : populasi beresiko

K : konstanta

Catatan :

 Populasi berisiko yaitu jumlah total (keseluruhan individu yang mengalami


peristiwa) yang belum sakit tapi berisiko untuk sakit/ mengalami peristiwa
kesehatan
 K berupa 1000, 10.000, 100.000 sesuai keperluan untuk menghindari pecahan.

Contoh 1 :

 Numerator : Jumlah wanita yang baru mengalami kanker payudara di kota Jakarta
pada tahun 2004 =70
Denominator : Jumlah wanita yang belum pernah terkena kanker payudara (populasi
berisiko yaitu) 1000 per orang bulan maret, 2004
1000 per orang bulan maret merupakan orang per waktu. Orang per waktu
menunjukkan unit per waktu.
70
Rate = = 70 kasus per 1000 orang - bulan
1000 per orang bulan Juli 2004

 Kecepatan mobil : Jarak per unit waktu 100 km/jam unit.

 Jumlah penderita DBD per unit orang waktu 20 orang/1.000 orang bulan

Contoh 2:

Campak = beresiko pada balita

Diare = beresiko pada semua penduduk

Cancer servik = beresiko pada Wanita

Kematian Maternal = beresiko pada semua wanita usia subur (15-49 tahun)

Kematian maternal atau kematian ibu menurut Batasan dari The Tenth Revision of
International Cassification of Diseases (ICD-10) adalah kematian wanita yang terjadi pada
saat kehamilan atau dalam 42 hari setelah kematian, tidak tergantung dari lama dan lokasi
kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan, atau yang
diperberat oleh kehamilan tersebut, atau penanganannya akan tetapi bukan kematian yang
disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan (WHO, 2015).

Penyebab kematian ibu dapat disebabkan menjadi 2 kategori, yaitu:

1. Penyebab kematian secara obstetri (langsung)


Komplikasi obstetri adalah penyulit atau penyakit yang timbul pada ibu baik pada
masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Komplikasi obstetri merupakan
determinan dekat atau penyebab langsung dari kematian ibu. Contohnya
pendarahan, infeksi, dll.
2. Penyebab kematian secara non obstetri (tidak langsung)
Kematian non obstetri adalah kematian ibu yang disebabkan oleh suatu penyakit
yang sudah diderita sebelum kehamilan atau persalinan yang berkembang dan
bertambah berat yang tidak berkaitan dengan penyebab obstetri langsung. kematian
non obstetric ini misalnya disebabkan oleh penyakit jantung, hipertensi, malaria,
hepatitis, tuberculosis, HIV/AIDS, diabetes, dll.

Ciri-ciri rate :

 Denominator Mempunyai satuan ukuran, yaitu per satuan waktu.


 Besarnya tidak terbatas. Secara teoritis nilainya terletak antara 0 sampai tak
terhingga
 Periode waktu yang digunakan dalam pembilang dan penyebut sama yaitu sesuai
waktu kalender

Dengan mengetahui angka (yaitu frekuensi kejadian dari peristiwa yang dinyatakan
dengan x dalam suatu populasi yang berukuran "baku"), maka frekuensi nisbi (relative)
yang terjadi terhadap peristiwa yang sedang diamati dapat dibandingkan secara logis di
antara berbagai populasi, dan faktor-faktor yang menunjang perbedaan pengamatan yang
terjadi dapat dicari.

Terdapat berbagai macam ukuran frekuensi masalah kesehatan dengan mengunakan


rasio, proporsi dan rate. Berikut adalah penggunaan dari ketiganya dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
B. Ukuran Morbiditas

Ukuran Morbiditas atau bisa disebut ukuran kesakitan adalah angka yang
menunjukkan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi. Morbiditas juga
merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan suatu
kondisi sakit. Morbiditas mengacu pada angka kesakitan yaitu jumlah orang yang sakit
dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang
sehat atau kelompok yang beresiko.
Ukuran-ukuran untuk angka kesakitan adalah sebagai berikut:
1) Insidens
2) Prevalens

Ukuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun
per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka ini dapat digunakan untuk
menggambarkan keadaan kesehatan secara umum, mengetahui keberhasilan program
program pemberantasan penyakit, dan sanitasi lingkungan serta memperoleh gambaran
pengetahuan penduduk terhadap pelayanan kesehatan.

1. Insidens (Incidence) merupakan gambaran tentang jumlah/frekuensi kasus baru


suatu penyakit pada populasi yang berisiko dalam periode/jangka waktu tertentu. Yang
dimaksud kasus baru adalah perubahan status dari sehat menjadi sakit. Periode waktu
adalah jumlah waktu yang diamati selama sehat hingga menjadi sakit. Populasi berisiko
(population at risk) merupakan populasi yang sehat (belum sakit) tetapi berisiko untuk
sakit. Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan populasi berisiko yaitu :
 Tidak sedang terjangkit penyakit yang diteliti (kecuali yang diamati yaitu kematian)
 Tidak imun terhadap penyakit yang diteliti.
 Memiliki sasaran penyakit.
Contoh yang diikutkan dalam penelitian yaitu perempuan karena yang diamati
kanker serviks.
 Masih dalam jangkauan pengamatan.
Jika orang yang kita masukkan ke penelitian pindah rumah, atau meninggal maka
tidak bisa dalam jangkauan pengamatan.

Manfaat insidensi

Dapat digunakan untuk mengestimasi probabilitas atau risiko terkena suatu penyakit
selama satu periode waktu tertentu
• Jika angka insidens meningkat, maka kemungkinan atau probabilitas risiko terkena
penyakit juga meningkat
• Berdasarkan waktu : jika angka insidens secara konsisten lebih tinggi selama
kurun waktu tertentu dalam satu tahun (seperti saat musim dingin), risiko terkena
penyakit pada saat itu meningkat; misalnya angka influenza paling tinggi pada saat
musim dingin.
• Berdasarkan tempat : jika angka insidens secara konsisten lebih tinggi di antara
mereka yang tinggal di suatu tempat tertentu, risiko seseorang untuk terkena
penyakit meninggkat jika ia tinggal di tempat itu. Misalnya : risiko terkena kasus
valley fever (coccidioidomycosis) sangat tinggi jika tinggal di daerah gurun pasir
Barat Daya.
• Berdasarkan orang : jika angka insidens secara konsisten lebih tinggi di antara
mereka yang memiliki faktor-faktor gaya hidup tertentu, risiko terkena penyakit
akan meningkat di kalangan kelompok tersebut. Misal : kasus kanker paru
meningkat di kalangan perokok.
• Insidens yang tinggi menyiratkan bahwa jumlah kasus yang baru juga banyak
sehingga risiko meningkat. Jika angka insidens penyakit terbukti memang tinggi,
keberadaan suatu epidemi atau kemungkinan terjadinya suatu epidemi dapat
diketahui dan diperkirakan. Mengetahui permasalahan kesehatan yang dihadapi
Mengetahui beban program yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas
pelayanan kesehatan.

Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan atas dua yaitu incidence rate dan
cummulative incidence (insiden kumulatif)
a. Incidence Rate (Incidence density) = IR
Insidensi rate dalah jumlah seluruh kasus baru pada suatu populasi pada jangka
waktu tertentu. Biasanya insiden rate digunakan untuk penyakit yang sifatnya akut.
Pengamatan harus bersifat dinamis dimana ukuran disini menggambarkan kecepatan/
kekuatan perubahan keadaan karena pengaruh lingkungan. Insiden bukan ukuran
probabilitas, nilai dapat berkisar dari 0 – hampir tak terhingga.
Insidensi ini digunakan pada studi prospektif, yaitu investigasi yang melacak kasus
seiring perjalanan waktu ke depan. Digunakan ketika banyak factor datang secara
bersamaan (usia, jenis kelamin, ras) dalam periode waktu yang bervariasi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan insidensi yaitu :


• Time of onset, yaitu hari/ tanggal kejadian suatu kesakitan perlu diketahui dengan pasti
tidak semua penyakit dapat didiagnosis dengan cepat
• Period of observation, biasanya insidensi dihitung dalam periode 1 tahun atau lebih, bila
terjadi pada saat wabah/ KLB maka dihitung attack rate.
• Penggunaan denominator/penyebut yaitu jumlah populasi yang berisiko atau person-year
(person-time incidence rate). Personyear adalah jumlah orang yang mempunyai risiko yang
diobservasi dalam beberapa periode waktu tertentu.
• Numerator/pembilang, perlu diperhatikan apakah kasus baru atau pernah menderita
penyakit yang sama, karena kejadian kesakitan dapat terjadi lebih dari satu kali pada orang
yang sama pada waktu tertentu.

Rumus Insidence Rate

Konstanta (k) meruapkan suatu nilai yang ditetapkan, biasanya 100.000, namun harga 100,
1.000, 10.000, juga sering digunakan. Pemilihan nilai k ini biasanya dibuat sehingga rate
terkecil yang dipakai dalam perhitungan paling kurang memilih satu desimal (4,5/100
bukan 0,42/1000, dan seterusnya).

Langkah perhitungan IR yaitu : Hitung orang waktu (person time) per masing-masing
orang yang diamati lalu ditotalkan.
Catatan:
Ingat person time adalah populasi yang berisiko (populasi yang sehat/ belum sakit di awal
pengamatan). Jadi pastikan bahwa orang yang diamati di awal pengamatan masih sehat dan
memang berisiko untuk terkena sakit Kemudian menghitung jumlah kasus baru

Contoh 1:
Seorang peneliti mengamati 7 orang selama 7 tahun. Dalam rentang 7 tahun ini akan dilihat
apakah 7 orang tsb terkena sakit atau tidak. Hitunglah Insidence rate penyakit tersebut!

A, B, C, D, E, F, G merupakan orang yang diamati apakah mengalami sakit atau tidak


selama waktu 7 tahun
1,2,3,4,5,6,7 merupakan lama pengamatan selama 7 tahun
Cara menentukan person time per masing-masing individu :
A. tidak mengalami sakit yang diamati maka person time (jumlah waktu sehat yang
dijalani) yaitu 7 tahun
B. tidak mengalami sakit yang diamati maka person time (jumlah waktu sehat yang
dijalani) yaitu 7 tahun
C. memiliki person time 2 tahun karena pada tahun ke-3 mengalami sakit
D. tidak mengalami sakit yang diamati maka person time (jumlah waktu sehat yang
dijalani) yaitu 7 tahun
E. memiliki person time 3 tahun karena pada tahun ke-4 mengalami sakit
F. memiliki person time 2 tahun karena pada tahun ke-3 mengalami sakit
G. memiliki person time 5 tahun karena pada tahun ke-6 mengalami sakit

Maka total person time yaitu 7+7+2+7+3+2+5=33 orang tahun (denominator)


Numerator jumlah kasus baru ada 3 kasus yaitu C, F, dan G

Konstanta yang digunakan yaitu 100 bukan 10 karena yang diamati adalah orang. Jika 10
maka hasil perhitungan 0,91 per 10 orang waktu. Karena tidak ada 0,9 orang, paling tidak
adanya 1 orang, tidak ada setengah orang atau seperempat orang. Sehingga k yang
digunakan yaitu 100.

Contoh 2 :
Pada tahun 1999, populasi pertengahan tahun di US diperkirakan 272.706.000.
Diperkirakan terdapat 2.391.630 kematian dalam tahun tersebut.

b. Cummulative Incidence ( Insiden Kumulatif = IK)


Disebut juga incidence proportion/ incidence risik/ cumulative incidence Insiden
kumulatif merupakan jumlah orang yang terkena penyakit (kasus baru) dibandingkan
dengan jumlah penduduk yang berisiko terkena penyakit dalam periode waktu tertentu.
Populasi berisiko yaitu populasi di awal penelitian yang tidak/ belum mengalami
sakit. Jika di awal penelitian sudah mengalami sakit maka dikeluarkan dari populasi
berisiko. Atau yang sudah pernah sakit dan setelah sembuh maka seseorang bisa imun maka
orang tersebut juga dikeluarkan dari populasi berisiko.

Contoh : Di awal penelitian ada 10 orang yang diamati. Ternyata ketika mulai penelitian
ada 2 yang sakit, dan 1 sudah pernah terkena penyakit dan tidak mungkin untuk terkena
lagi. Maka populasi berisiko yang diikuti dalam perhitungan insiden yaitu 7 orang.
 Insiden kumulatif tidak menggunakan orang-waktu
 IK merupakan probabilitas/risiko : nilainya 0-1
 Contohnya : Attack rate, Case Fatality Rate (CFR)

Contoh :
Seorang peneliti ingin mengamati terjadinya suatu penyakit pada 7 orang, pengamatan
dilakukan selama 7 tahun. Hitunglah Insiden kumulatifnya!
Jumlah kasus baru= 3 (C, F, G)
Populasi berisiko yaitu 7 karena di awal pengamatan masih sehat

c. Attack Rate (angka serangan)


 Attack rate (angka serangan) meskipun ada tulisan rate tapi dihitung menggunakan
rumus seperti insiden kumulatif.
 Attack rate adalah nilai insidens yang digunakan khusus pada kejadian wabah atau
KLB.
 Attack rate biasanya dihitung dalam persen atau permil.

Rumus Attack Rate

Manfaat Attack Rate adalah :


1) Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit.
2) Makin tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan penularan penyakit tersebut.

Contoh :
Suatu kejadian keracunan makanan terjadi pada tamu undangan di suatu pesta pernikahan.
Tetapi ternyata dari tamu undangan ada juga yang terkena keracunan makanan tetapi bukan
karena memakan makanan yang berasal dari pesta. Berikut merupakan data yang sakit serta
jenis makanannya.
AR = Attack Rate Makan
M

ARM = Attack Rate tidak makan


TM

 AR keracunan makanan pada yang makan salad


Jumlah yang sakit=30
Populasi berisiko yang makan salad ada →100 orang (30 sakit dan 70 tidak sakit).
Maka AR pada yang makan salad yaitu 30100100% = 30%
M

 AR keracunan makanan pada yang tidak makan salad


Jumlah yang sakit=5
Populasi berisiko → yang tidak makan salad ada 40 orang (5 sakit dan 35 tidak
sakit). Maka AR keracunan makanan pada yang tidak makan salad yaitu 550100% =
10%
 AR keracunan makanan pada yang makan krecek
Jumlah yang sakit=16
Populasi berisiko yang → makan krecek ada 100 orang (16 sakit dan 84 tidak sakit).
Maka AR pada yang makan krecek yaitu 16100100% = 16%
M

 AR keracunan makanan pada yang tidak makan krecek


Jumlah yang sakit=4
Populasi berisiko → yang makan salad ada 25 orang (4 sakit dan 21 tidak sakit).
Maka AR keracunan makanan pada yang makan krecek yaitu 425100% = 16%

d. Secondary Attack Rate


Secondary attack rate ialah jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit
pada serangan kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi yang telah pernah
terkena pada serangan pertama dalam persen atau permil pada saat terjadi KLB/wabah.
Secondary attack rate biasanya dihitung untuk suatu penyakit menular serta untuk populasi
penduduk yang kecil,misalnya satu keluarga.

Rumus:

2. Prevalens (Prevalence)
 Prevalens adalah jumlah orang yang terkena penyakit (kasus lama dan baru)
dibandingkan dengan jumlah penduduk dalam periode waktu tertentu
 Prevalens merupakan probabilitas/ risiko untuk menjadi sakit/ terkena masalah
kesehatan
 Prevalens merupakan proporsi, tidak memiliki dimensi, besarnya antara 0-1
 Dibagi menjadi 2 :
a) Point prevalence (prevalensi sesaat)
b) Period prevalence (prevalensi periode)

Rumus prevalens secara umum

a. Prevalens Titik (Point of Prevalence), disebut juga Prevalens atau Proporsi


Prevalens
 Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit, kondisi atau kesakitan yang
ditemukan pada satu titik waktu (point in time) tertentu dibagi dengan jumlah
penduduk pada waktu tertentu.
 Contoh point : pada tahun 2010, pada tahun 2010. Contoh period yaitu antara tahun
1999-2004, antara tahun 2002-2008, ada rentang waktu
 Point prevalens biasa disebut prevalens rate
 Point prevalence mengukur keberadaan penyakit, kondisi pada satu titik waktu yang
singkat, secara teoritis menghentikan waktu semenit,sejam.

Rumus:

xK

b. Prevalens Periode (Period of Prevalence), disebut juga Prevalens Tahunan (Annual


of Prevalence) atau Prevalens selama hidup (Lifetime of Prevalence).
 Period prevalens merupakan jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu periode waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada
waktu tertentu.
 Prevalensi periode mencakup total individu yang pernah mengalami penyakit pada
periode waktu tertentu. Perhitungan mencakup kasus lama ataupun kasus baru yang
pernah mengalami sakit pada periode tersebut. Termasuk juga yang mengalami
kekambuhan pada periode waktu yang berurutan
 Prevalensi periode dimulai pada satu titik waktu dan berhenti pada satu titik waktu.
Misalnya dari Januari sampai dengan Desember.

Rumus:
xK

Contoh : Suatu pengamatan dilakukan dari tahun 1996-2004

Keterangan :
Onset = terjadinya sakit
 A ikut penelitian tahun 1996 dan mengalami sakit tahun 1998 serta ikut
penelitian tidak sampai tahun 2004
 B mulai ikut penelitian tahun 1998 tapi tidak sakit sampai penelitian
berakhir (hanya sampai tahun 2000)
 C mulai ikut penelitian mungkin sekitar tahun 1997 dan kemudian
mengalami sakit tahun 2000 dan ikut penelitian tidak sampai akhir, mungkin
hanya sampai tahun 2001
 D ikut penelitian sebelum tahun 1998 dan tidak sakit serta ikut penelitian
tidak sampai akhir, mungkin hanya sampai tahun 2003
 E mulai ikut penelitian setelah tahun 2002 dan ikut sampai akhir penelitian
 F ikut penelitian sekitar tahun 1999 dan tidak sakit sampai penelitian
berakhir

Berdasarkan contoh diatas :


 Berapakah periode prevalence dari tahun 1996-2004?
 Berapakah periode prevalence dari tahun 1996-1998?
 Berapakah point prevalence pada tahun 2002?
 Berapakah pont prevalence pada tahun 2000?

Jawab :
 Periode prevalence dari tahun 1996-2004?
Dalam rentang waktu (periode) 1996-2004 terdapat 2 orang yang sakit yaitu
A dan C. Jumlah populasi yang diamati yaitu A, B, C, D, E, F (6 orang).
Maka periode prevalence =2/6
 Periode prevalence dari tahun 1996-1998?
Dalam rentang waktu (periode) 1996-1998 terdapat 1 orang yang sakit yaitu
A. Jumlah populasi yang diamati dari tahun 1996-1998 yaitu A, B, C, D (4
orang).
Maka periode prevalence =2/4
 Point prevalence pada tahun 2002?
Numerator yaitu A (1 orang)
Denominator yaitu A, D, F (3 orang)
Point prevalence tahun 2002 yaitu 1/3
 Point prevalence pada tahun 2000?
Numerator yaitu A dan C (2 orang)
Denominator yaitu A, B, C, D, F (5 orang)
Point prevalence tahun 2000 yaitu 2/5
Ukuran prevalensi suatu penyakit dapat digunakan untuk:
a. Menggambarkan tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit.
b. Menyusun perencanaan pelayanan kesehatan misal, penyediaan sarana obat-obatan,
tenaga dan ruangan.
c. Menyatakan banyaknya kasus yang dapat didiagnosis.
d. Untuk menentukan situasi penyakit yang ada pada suatu waktu tertentu.
e. Dibidang kesehatan ukurang prevalens member informasi tentang pengobatan,
jumlah tempat tidur dan peralatan rumah sakit yang dibutuhkan, sehingga berguna
dalam perencanaan fasilitas kesehatan dan ketenagaan.

Oleh karena pembilangnya adalah mereka yang ditemukan sakit pada satu saat (baik
kasus lama maupun kasus baru) tanpa membedakan apakah mereka baru saja tertular (kasus
baru) atau sudah lama menderita penyakit (kasus lama), dengan sendirinya penyakit yang
berlangsung lama cenderung tinggi prevalensinya dibandingkan dengan penyakit yang
berlangsung singkat.
Ada dua konsep tambahan prevalensi.
 Pertama, prevalensi seumur hidup yaitu jumlah total individu yang mengalami suatu
kondisi, masalah atau penyakit selama hidup. Artinya orang tersebut akan terhitung
sebagai kasus selama hidupnya.
 Konsep lainnya adalah prevalensi tahunan → jumlah individu yang dimasukkan
sebagai numerator yaitu:
a. Yang sedang mengalami sakit saat penelitian berlangsung. Artinya sebelum
penelitian dimulai sudah sakit dan masih sakit ketika penelitian
berlangsung→dianggap kasus lama.
b. Kasus yang baru mengalami sakit ketika penelitian berlangsung,
c. Serta kasus yang setelah sakit selama penelitian kemudian sembuh saat
penelitian berakhir.
Contoh :

Suatu penelitian dilakukan untuk mengamati 50 orang yang berlangsung dari tahun
2001-2005. Berdasarkan catatan medis ditemukan ada 10 yang sedang mengalami
sakit yang diamati, kemudian ada 5 yang baru mengalami sakit dalam rentang tahun
2001-2005, dan diantara 5 yang sakit ada 2 diantaranya yang sembuh saat penelitian
berakhir. Berdasarkan kondisi tersebut ditemukan jumlah kasus yaitu ada 15 kasus
(10 kasus lama+5 kasus baru). Adapun jumlah populasi yaitu 50 orang.

Hubungan Antara Insidens dan Prevalens:


Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya penyakit.
Lamanya sakit adalah periode mulai didiagnosanya penyakit sampai berakhirnya penyakit
tersebut, yaitu sembuh, mati, atau kronis. Hubungan antara prevalensi, insidensi dan
lamanya sakit dapat dinyatakan dalam rumus berikut:

P=IxD
Dimana :
P = Prevalensi
I = Insidensi
D = Lamanya sakit (Durasi)

Keterangan :
 Prevalens berubah menurut insiden dan lamanya sakit (D)
 Apabila insiden dan lamanya sakit stabil selama waktu yang panjang, maka P=IxD

Hubungan prevalensi dan insiden bervariasi untuk berbagai macam penyakit. Prevalens
yang tinggi dapat oleh karena :
 Imigrasi (masuknya) kasus sakit
 Emigrasi (keluarnya) orang sehat
 Insidens yang tinggi
 Durasi sakit yang panjang
Contoh : Diabates melitus merupakan penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan
tetapi bisa dikontrol. Penggunaan insulin menyebabkan penderita DM bertahan
hidup lama →durasi sakit menjadi panjang→prevalens meningkat. Kemajuan
teknologi bidang pengobatan suatu penyakit hanya dapat menghindarkan kematian
tetapi tidak menyembuhkan hanya membuat penderita hidup lebih lama→maka
prevalensi meningkat.

Prevalens yang rendah dapat oleh karena :


 Imigrasi (masuknya) orang sehat
 Emigrasi (keluarnya) kasus sakit
 Insidens yang rendah
 Durasi sakit yang pendek yang disebabkan oleh pengobatan yang baik
sehingga→banyak yang sembuh atau meningkatnya virulensi penyakit
sehinggapasien cepat meninggal.

Variasi pada Insidens dan Prevelens


Oleh karena insidens tergantung kepada munculnya kasus baru→maka penurunan
pada insidens dapat oleh karena :
 Adanya peningkatan daya tahan tubuh diantara anggota populasi terhadap penyakit.
 Adanya perubahan pada etiologi penyakit.
 Adanya pencegahan yang efektif.

F. Mortalitas
 Definisi menurut WHO

Menurut WHO mortaliras (kematian) adalah suatu peristiwa menghilangnya semua


tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah
kelahiran hidup.
 Menurut UU nomor 36 tahun 2009

seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem jantung dan sistem pernapasan terbukti
telah berhenti secara permanen atau apabila kematian batang otak telah dibuktikan.

Mortalitas merupakan istilah epidemiologi dan data statistik untuk kematian.


Dalam hal ini, mortalitas penyakit adalah ukuran dari kejadian kematian dalam
populasi pada waktu dan tempat tertentu.

Mortalitas (kematian) menjadi salah satu dari tiga komponen demografi


yangmempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk.Secara biologis kematian bisa
diartikan sebagai berhentinya proses aktivitas dalamtubuh biologis seorang individu
yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak,berhentinya detak jantung, berhentinta
tekanan aliran darah, dan berhentinya prosespernafasan serta terhentinya hubungan manusia
dengan alam dunia.

Jenis Mortalitas dan Perhitungannya

1.Case Fatality Rate adalah jumlah seluruh kematian akibat satupenyebab dalam jangka
waktu tertentu dibagi jumlah seluruhpenderita pada waktu yang sama dalam persen (per
100 kasus). Rumus CFR adalah sebagai berikut :

Contoh soal :

Jika pada suatu populasi ada 20.000 orang yang terkonfirmasi Covid-19 melalui tes PCR
dan 100 terkonfirmasi meninggal dunia. Maka berapakah CFR nya?
2. Crude Death Rate (CDR) atau angka kematian kasar adalahsebuah estimasi proporsi
orang yang meninggal pada suatupopulasi selama periode waktu tertentu. Angka kematian
kasartidak mempertimbangkan kematian berdasarkan variasi pada umur, jenis kelamin atau
faktor lain. Istilah Crude = Kasar digunakan karena setiap aspek kematian
tidakmemperhitungkan usia, jenis kelamin, atau variable lain. Berikut adalah rumus CDR :

Catatan :

a. Jumlah penduduk disini bukanlah merupakan penyebut yang sebenarnyaoleh karena


berbagai golongan umur mempunyai kemungkinan matiyang berbeda-beda
sehinggaperbedaan dalam susunan umur antarabeberapa penduduk akan
menyebabkan perbedaan-perbedaan dalamcrude death rate meskipun rate untuk
berbagai golongan umur sama.
b. Kekurangan-kekurangan dari crude death rate ini adalah (1)
terlalumenyederhanakan pola yang kompleks dari rate dan (2) penggunaannyadalam
perbandingan angka kematian antar berbagai penduduk yangmempunyai susunan
umur yang berbeda-beda, tidak dapat secaralangsung melainkan harus melalui
prosedur penyesuaian (adjusment).
c. Meskipun mempunyai kekurangan-kekurangan tersebut diatas crudedeath rate ini
digunakan secara luas oleh karena (1) sifatnya yangmerupakan summary rate dan
(2) dapat dihitung dengan adanyainformasi yang minimal.
d. Crude death rate digunakan untuk perbandingan-perbandingan menurutwaktu dan
perbandingan-perbandingan internasional.
e. Untuk penyelidikan epidemiologi akan diperlukan summary rate yangtidak
mempunyai kelemahan-kelemahan seperti crude rate. Rate sepertidiperoleh dengan
mengadakan penyesuaian pada susunan umur dariberbagai penduduk yang akan
dibandingkan angka kematiannya, dengansendirinya adjustment rate ini adalah
fiktif.

Contoh:
Jumlah penduduk Jakarta pertengahan tahun 2000 berjumlah 11.000.000 orang.
Padatahuntersebut terdapat kematian 200.000 orang.Hitung berapa angka
kematiankasarnya!

CDR 18 artinya tiap 1000 penduduk terdapat kematian 18 jiwa dalam waktu satutahun.
Penggolongan angka kematian kasar adalah:
Rendah, jika angka kematian 9 – 13.
Sedang, jika angka kematian 14 – 18.
Tinggi, jika angka kematian lebih dari 18.

3.Speficific Date Rate atau SDR diartikan sebagai jumlah seluruh kematian dalam satu
tahun dibagi dengan jumlah penduduk dalam pertengahan tahun

sdr = jumlah kematian penyakit x

------------------------------------------------------ x k

jumlah semua penduduk


contoh soal :

di suatu desa dengan penduduk 400 jiwa, tercatat ada 20 kematian akibat penyakit dbd.
maka sdr dalam wilayah tersebut berapa?

sdr = jumlah kematian penyakit x

------------------------------------------------------- x k

jumlah semua penduduk

sdr = 20

---- x 1000

400

sdr = 50

MAKA, JUMLAH SDR DALAM TAHUN TERSEBUT SEBESAR 50 PER 1000


PENDUDUK

4.Angka Kematian Ibu, Neonatal, dan Bayi


Kematian ibu dan kematian bayi merupakan indikator utamadalam menentukan status
kesehatan masyarakat.

a. Angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate)


Angka kematian ibu adalah kematian perempuan yangmengandung atau meninggal
dalam 42 hari setelah akhirkehamilannya (sampai 42 hari post partum), terlepas
darilamanyakehamilan atau letak kehamilannya. Angka kematianibu merupakan risiko
meninggal dari penyebab yangberhubungan dengan kelahiran anak.

Tinggi rendahnya MMR berkaitan dengan :


1) Keadaan sosial ekonomi
2) Kesehatan ibu selama hamil, bersalin dan nifas
3) Pelayanan kesehatan terhadap ibu
4) Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas
b.Angka kematian neonatal ( Neonatal Mortality Rate)
Adalah jumlah kematian bayi usia kurang dari 28 hari (< 28hari) pada periode
tertentu, biasanya dalam satu tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Angka kematianneonatal menunjukkan buruknya perawatan neonatal, beratbadan lahir
rendah, infeksi, kurangnya sarana dan prasaranakesehatan, cidera, premature dan cacat
lahir.

c.Angka Kematian Bayi/ Infant Mortality Rate (IMR)

Adalah jumlah seluruh kematian bayi (usia < 1 tahun) padajangka waktu tertentu
dibagi jumlah kelahiran hidup.Berikut adalah rumus IMR :
Tinggi rendahnya IMR berkaitan dengan:
a. Penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi
b. Diare yang dapat menyebabkan dehidrasi
c. Personal higiene dan sanitasi lingkungan yang kurang memadai,serta sosial
ekonomirendah
d. Gizi buruk dan daya tahan tubuh yang menurun

Contoh: Hitungan Angka Kematian Bayi


Dari Susenas 2004 hasil perhitungan AKB dengan Mortpak 4 adalah 52 per 1000 kelahiran
dengan referensi waktu Mei tahun 2002. Artinya di Indonesia pada tahun 2002,
diantara1000 kelahiran hidup ada 52 bayi yang meninggal sebelum usia tepat 1 tahun.

d.Angka Kematian Balita

Under Five Mortality Rate adalah jumlah seluruh kematianbalita pada satu jangka
waktu tertentu dibagi jumlah seluruhbalita pada tahun yang sama. Rumus Angka Kematian
Balita adalah sebagai berikut :
Contoh :

Pada tahun 2021 tercatat ada 150.000 balita di Indonesia. Diantaranya terdapat 7000 yang
meninggal karena berbagai macam penyakit. Berapakah angka kematian balita di Indonesia
pada tahun 2021?

e.Angka kematian perinatal / Perinatal Mortality Rate (PMR)

Adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usiakehamilan 28 minggu atau
lebih ditambah dengan jumlahkematian bayi yang berumur kurang dari 7 hari yang
dicatatselama satu tahun per 1000 kehamilan hidup pada tahun yangsama. Angka
kematianperinatal digunakan untukmenggambarkan kesehatan ibu hamil dan bayi karena
faktoryang mempengaruhi tinggi rendahnya angka ini adalahbanyaknya kasus BBLR,
Status gizi ibu dan bayi, sosialekonomi, penyakit infeksi dan pertolongan persalinan.

Tinggi rendahnya PMR berkaitan dengan :


1) Banyaknya bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
2) Status gizi ibu dan bayi
3) Keadaan sosial ekonomi
4) Penyakit infeksi terutama ISPA
5) Pertolongan persalinan

Angka kematian ini dapat dihitung dengan:

5.Angka kematian menurut golongan umur (Age Specific Death Rate/ASDR)

Angka kematian berdasarkan golongan umur ini disebut angkakematian spesifik.


Spesifikasi dapat pula dilakukan berdasarkanjenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan lain-
lain disesuaikandengan kebutuhan. ASDR dapat dihitung dengan rumus berikut:
ASDR dapat digunakan untuk mengetahui dan menggambarkanderajat kesehatan
masyarakat dengan melihat kematian tertinggiterletak pada golongan umur dan dapat
digunakan juga untukmenghitung rata-rata angka harapan hidup.

Contoh :

Kecamatan B jumlah penduduk yang berumur 20-30 tahun pada pertengahantahun 1988
adalah 1.000 orang. Dari jumlah tersebut selama tahun 1988meninggal 3 orang.
Jadi, Age Specific Rate adalah :

6. Angka kematian karena sebab tertentu (Cause Disease Specific Date Rate)
Adalah jumlah kematian karena sebab penyakit tertentu yangdicatat selama satu tahun per
100.000 penduduk pertengahantahun yang sama. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:

Sebagai contoh kematian karena TB :


Pada pertengahan tahun 1988 di Kecamatan Manggar jumlah penduduknya2.000. Selama
tahun 1988 tersebut terdapat 3 orang yang meninggal duniakarena TBC. Maka kematian
akibat TBC adalah :
TUJUAN PENGHITUNGAN MORTALITAS

Tujuan perhitungan mortalitas adalah sebagai berikut, pada

• Crude Death Rate (CDR) atau angka kematian kasar bertujuan untuk memberikan
gambaran tentang keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun tertentu.

• Specific death rate (SDR) bertujuan untuk memahami dampak demografi terhadap
pengaruh epidemiologi penyakit yang terjadi di dalam masyarakat. Faktor demografi
seperti usia, jenis kelamin, suku, dan lainnya. Tingkat SDR berfungsi sebagai alat
pembanding.

• Age specific death rate(ASDR) atau angka kematian spesifik menurut umur bertujuan
untuk mengetahui tingkat kematian menurut kelompok umur, membandingkan tingkat
Kesehatan masyarakat diberbagai daerah dan menghitung rata rata harapan hidup.
Tingginya angka age specific death rate menggambarkan bahwa angka kematian suatu
penyakit menurut golongan usia meningkat.

• Cause specific mortality rate(CSMR) bertujuan untuk mengetahui pola kematian menurut
penyebabnya.

• Case fatality rate(CFR) bertujuan untuk mengatahui tingkat keganasan suatu penyakit dan
efektifitas upaya pengendalian suatu penyakit tertentu.

• Neonatal mortality rate(NMR) atau kematian bayi baru lahir bertujuan untuk mengetahui
tinggi rendahnya perawatan postnatal,mengembangkan rencana yang berbeda untuk
kematian bayi baru lahir. Karena kematian neonatal disebabkan oleh faktor endogen yang
berhubungan dengan kehamilan, maka program untuk menurunkan kematian neonatal
dikaitkan dengan program pelayanan kesehatan ibu hamil, seperti program pil zat besi dan
program suntik tetanus

• Infant mortality rate(IMR) atau angka kematian bayi, bertujuan untuk indikator terhadap
tingkat derajat kesehatan masyarakat.
• Under five mortality rate atau angka kematian balita bertujuan untuk mengukur status
kesehatan bayi,mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan
penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan
pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.

• Maternal mortality rate (MMR) atau angka kematian ibu mempunyai tujuan untuk
mengetahui jumlah kematian ibu akibat komplikasi kehamilan, persalinan, maupun masa
nifas yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kondisi ibu sebelum hamil, bersalin.

G. Sumber data dalam Epidemiologi


Adanya sertifikat kelahiran dan kematian serta sensus penduduk sangat berguna untuk
analisis kependudukan, Kemudian adanya sistem pencatatan dan pelaporan penyakit dapat
digunakan untuk penanggulangan masalah kesehatan dan perencanaan kesehatan yang
dapat memberikan kontribusi untuk suatu analisis epidemiologi.

a. Sumber data dari populasi

Sumber data populasi yang sering digunakan dan cukup memadai yaitu data sensus
penduduk, baik yang bersifat nasional maupun lokal. Sumber data ini dikumpulkan setiap
sepuluh tahun dan dilaksanakan pembaruan data melalui Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) atau pembaruan data yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS).

b. Catatan peristiwa vital (vitals records)

Setiap negara mempunyai sistem pen- catatan peristiwa vital meliputi:

1. Akta kelahiran

Akta kelahiran merupakan salah satu catatan peristiwa vital yang sangat berguna dalam
analisis epidemiologi. Salah satu kegunaan dari catatan kelahiran dalam epidemiologi
adalah untuk mendapatkan besarnya penyebut (kelahiran hidup) dalam menghitung rata
kejadian penyakit pada bayi dan untuk menghitung angka kematian bayi. Di samping itu,
data ini juga san- gat berguna dalam analisis kohor kelahiran (birth cohort).
2. Sertifikat kematian

Sertifikat kematian juga merupakan salah satu bentuk pencatatan vital yang sangat berperan
dalam epidemiologi. Dengan berbagai data yang diperoleh dari pencatatan ini
memungkinkan analisis kuantitatif yang lebih luas dalam bidang epidemiologi. Melalui
sistem sertifikat kematian yang lengkap, kita dapat memperoleh berbagai keterangan/data
penyakit dan penyebarannya menurut berbagai variabel.

Dalam sertifikat kematian dicantumkan secara lengkap variabel orang (umur, jenis
kelamin, ras, status perkawinan dan sebagainya), waktu kejadian dan tempat kejadian, serta
sebab kematian. Penyebab kematian merupakan salinan dari konsep penyebab, ketepatan
diagnosis, sistem klasifikasi penyakit yang digunakan, dan sejumlah faktor lain yang sangat
bervariasi dari waktu ke waktu.

c. Pelaporan dan pencatatan penyakit

Pelaporan dan pencatatan penyakit dilakukan melalui berbagai sarana pelayanan kesehatan
(Puskesmas, Rumah Sakit dan sebagainya) untuk mengatahui berbagai penyakit di
masyarakat melalui sistem surveilans epidemiologi serta survei kesehatan pada berbagai
tingkatan. Pelaporan penyakit menular dilakukan secara teratur (tiap minggu) melalui
surveilans penyakit menular. Sedangkan penyakit lainnya yang belum masuk dalam sistem
surveilans, dilaporkan secara teratur melalui laporan bulanan. Pencatatan dan pelaporan
penyakit menular (terutama penyakit yang mempunyai potensi mewabah) dilakukan untuk

mendapatkan informasi secara berkala sebagai suatu usaha mencegah terjadinya wabah
serta untuk penyusunan dan evaluasi program kesehatan. Semua laporan tersebut akan
dianalis pada tingkat Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan (Kapupaten/Kota dan
Provinsi) hingga tingkat pusat oleh Departemen Kesehatan. Hasil dari masing-masing
analisis data tersebut digunakan untuk kepentingan perencanaan dan evaluasi program
kesehatan masyarakat.

d. Survei Kesehatan
Dengan adanya survei kesehatan rumah tangga (SKRT) maka survei survei kesehatan
nasional pertama kali di Indonesia pada tahun 1980. Survei kemudian dilakukan lagi pada
tahun 1986 dan 1992. Salah satu sumber statistik nasional adalah SUSENAS (survei sosial
ekonomi nasional) tahunan, yaitu studi yang dilakukan oleh BPS. SDKI (survei demografi
dan kesehatan Indonesia) dilakukan beberapa tahun sekali menjadi sumber data yang sangat
tepat dan menyeluruh. Kita dapat belajar banyak tentang penyebab kematian paling umum
dimasyarakat serta frekuensi berbagai jenis penyakit dari survei tersebut.

Tujuan survei kesehatan ini adalah untuk :

1. Memberikan pedoman untuk pengembangan dan evaluasi program kesehatan Masyarakat


dan fungsi lembaga swadaya masyarakat dalam bidang kesehatan

2. Menghitung kebutuhan pelayanan kesehatan Masyarakat, termasuk fasilitas dan tenaga


kerja

3. Menyediakan informasi untuk penelitian dan pendidikan kesehatan Masyarakat.

Berdasarkan hasil survei, tingkat mordibitas secara keseluruhan telah menurun, dan
frekuensi beberapa penyakit telah berubah selama beberapa waktu antar survei. Selain itu,
dapat dilihat ohla perubahan angka kematian untuk berbagai kelompok umur serta
perubahan penyebab kematian.
DAFTAR PUSTAKA

Noor, N. N., 2008. Epidemiiologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Veronika, E. & Ayu, I. M., 2019. MODUL DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI.


JAKARTA: ESA UNGGUL .

Harlan. J. (2019). Analisis Data Epidemiologi. Depok: Penerbit Gunadarma

Ismah. Z. (2019). Bahan Ajar Dasar Epidemiologi. Medan: Universitas Islam Negeri
Medan

Budiarto, E., dan Anggraeni, D. (2013).Pengantar Epidemiologi, Edisi 2. Penerbit Buku


Kedokteran (EGC): Jakarta.

Bustan, N. (2012).Pengantar Epidemiologi. Edisi Revisi, RinekaCipta: Jakarta.

Eliana dan Sri Sumiati. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan: Kesehatan
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Haidah, N., dan Marlik. (2019). Modul Praktikum: Survailans Epidemiologi. Surabaya:
Hakli Provinsi Jawa Timur.

Ismas, Z. (2018). Bahan Ajar Dasar Epidemiologi. Medan: Universitas Islam Negeri
Malang.

Najmah.(2015).Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Raja Grafindo


Persada: Depok Jakarta.

Nugrahaeni, D. K. (2011).Konsep Dasar Epidemiologi. PenerbitBuku Kedokteran


(EGC).

Rokhmayanti. dkk. (2021). Petunjuk Praktikum: Surveilans Kesehatan Masyarakat.


Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.

Anda mungkin juga menyukai