Disusun oleh :
NIM : 2309020067
Rombel : 2B
TAHUN 2024
A. Pengertian Ukuran Epidemiologi/ Frekuensi Penyakit
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang lebih banyak menggunakan nilai-nilai kuantitatif
dalam mengukur nilai kuantitas. Dalam epidemiologi menggunakan istilah-istilah deskriptif
untuk menjelaskan sifat kelompok orang. Pengukuran kuantitatif yang paling sederhana dan
sering digunakan dalam epidemiologi adalah perhitungan jumlah orang yang menderita
suatu penyakit dalam suatu kelompok penduduk yang diamati (Noor, 2008).
Perhitungan frekuensi penyakit bermaksud untuk memberi nilai tentang kondisi penyakit
pada suatu kelompok masyarakat. Dalam hal ini, penggunaan nilai absolut terkadang
mengakibatkan kesalahan penilaian. Terlebih ketika membandingkan kondisi penyakit
antara dua atau lebih kelompok masyarakat atau pada satu kelompok masyarakat, antara
dua kurun waktu tertentu. Penggunaan perhitungan frekuensi harus dipahami mengenai
penggunaan nilai rate, ratio dan proporsi (Noor, 2008).
Dalam epidemiologi mengetahui jumlah kasus saja adalah hal yang tidak cukup untuk
menentukan besarnya peluang (risk) terjadinya infeksi di kelompok masyarakat. Sama
halnya apabila ingin mengetahui adanya perubahan derajat kesehatan pada periode waktu
tertentu, atau ingin membandingkan derajat kesehatan antar kelompok masyarakat, maka
nilai absolut tidak dapat memberikan gambaran yang tepat. Dalam hal ini harus
menggunakan perhitungan dengan angka (rate) (Noor, 2008).
Perhitungan angka, rasio dan proporsi yang berhubungan dengan perubahan tertentu
penting untuk menentukan faktor-faktor yang ada pada populasi maupun faktor lingkungan
terhadap mereka yang memiliki hubungan sebab akibat (kausalitas). Keterangan ini penting
untuk menentukan upaya pencegahan dan penanggulangan yang efisien dan mudah
dilaksanakan (Noor, 2008).
Penentuan populasi berisiko sangat penting dalam pengukuran ukuran frekuensi. Populasi
yang berisiko merupakan populasi yang memiliki kemungkinan untuk terkena suatu
penyakit. Populasi didefenisikan sebagai suatu kelompok orang-orang dengan karakteristik
seperti tempat tinggal, agama, jenis kelamin, usia, menggunakan layanan rumah sakit atau
peristiwa-peristiwa kehidupan (melahirkan) (Veronika & Ayu, 2019).
Misalnya dalam satu minggu, satu bulan, satu tahun dan lain-lain. Ukuran frekuensi
penyakit merupakan kuantifikasi kejadian penyakit, dengan menghitung individu yang
terinfeksi, yang sakit dan yang meninggal. Ukuran frekuensi penyakit merefleksikan besar
kejadian penyakit (morbiditas) atau kematian karena penyakit (mortalitas) dalam suatu
populasi. Bentuk dari ukuran frekuensi yaitu rate, rasio dan proporsi yang akan dibahas
pada bagian selanjutnya (Veronika & Ayu, 2019).
Menurut Beaglehole, R., Bonita, R., Kjellström, Tord & World Health Organization (1993):
- Populasi berisiko
Bagian populasi yang rentan terhadap penyakit disebut populasi berisiko. Ini dapat
didefinisikan berdasarkan faktor demografis atau lingkungan. Beberapa ukuran frekuensi
penyakit didasarkan pada konsep dasar prevalensi dan kejadian. Perhitungan ukuran
frekuensi penyakit bergantung pada perkiraan yang benar dari jumlah orang yang
dipertimbangkan. Idealnya angka-angka ini hanya mencakup orang-orang yang berpotensi
rentan terhadap penyakit yang diteliti (Beaglehole, R., Bonita, R., Kjellström, Tord &
World Health Organization, 1993).
Contohnya, kecelakaan kerja hanya terjadi di kalangan pekerja sehingga populasi yang
berisiko adalah angkatan kerja; di beberapa negara, Brucellosis hanya terjadi pada orang
yang menangani hewan yang terinfeksi sehingga populasi yang berisiko terdiri dari mereka
yang bekerja di peternakan dan di rumah pemotongan hewan diteliti (Beaglehole, R.,
Bonita, R., Kjellström, Tord & World Health Organization, 1993).
Prevalensi suatu penyakit adalah jumlah kasus dalam populasi tertentu pada titik waktu
tertentu, sedangkan insidennya adalah jumlah kasus baru yang muncul dalam periode
tertentu dalam populasi tertentu. Ini adalah cara yang berbeda secara mendasar untuk
mengukur kejadian dan hubungan antara prevalensi dan kejadian bervariasi antara penyakit
diteliti (Beaglehole, R., Bonita, R., Kjellström, Tord & World Health Organization, 1993).
Dalam epidemiologi, ukuran yang digunakan dalam menentukan mordibitas dan mortalitas
adalah rasio, proporsi, dan rate.
1. Rasio
Dimana:
x = banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu ataulebih atribut tertentu.
y = banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu ataulebih atribut tertentu,
Tetapi dalam hal ini berbeda atributnyadengan anggota x.
k = konstanta (1)
karena k = 1, maka rumus rasio dapat disederhanakan menjadi
Rasio = x/y
Contoh soal:
Jumlah kejadian keracunan makanan di desa X adalah 100 orang, dengan rincian pria
sebesar 25 dan wanita 75. Berapakah rasio kasus keracunan makanan laki-laki terhadap
wanita di desa X tersebut?
Penyelesaian:
Rasio kasus laki-laki : wanita = 25/75
= 1/3
Jadi rasio jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan jeniskelamin perempuan adalah
1:3
2. Proporsi
Ciri proporsi :
· Nilainya antara 0 sampai 1, karena angka pembilang lebih kecil dari angka
penyebut dan numerator (pembilang) adalah bagian dari denominator (penyebut)
dan bentuk dari perbandingan tersebutlah yang dinamakan sebagai proporsi. (Erna
Veronika, dkk 2019).
Dalam hal ini, perbandingan dapat berwujud ukuran dan jumlah. Misalnya,
ada suatu populasi sapi berjumlah 100 ekor. Sejumlah 58 diantaranya diketahui
terinfeksi suatu penyakit. Dengan demikian, proporsi sapi yang terinfeksi dalam
populasi ini adalah 58 /100 = 0.58 = 58% (Erna Veronika, dkk 2019).
Rumus Proporsi
Metode untuk menghitung proporsi:
atau
Keterangan:
X = Jumlah orang atau peristiwa dengan karakteristik tertentu.
Y = Total keseluruhan orang atau peristiwa seperti yang ada pada pembilang terjadi
dalam semua kategori dari kelompok data.
K = Konstanta (100%)
(Veronika dan Ayu, 2019)
Contoh soal:
1. Dalam suatu KLB penyakit Leptospirosis, jumlah penderita laki-laki sebanyak 25 orang
dan jumlah penderita perempuan sebanyak 10 orang. Berapa proporsi penderita laki-laki?
Penyelesaian:
Diketahui :
Jumlah penderita laki-laki = 25 orang
Jumlah penderita perempuan = 10 orang
Konstanta = 100%
Ditanya :
Proporsi penderita laki-laki ?
Jawaban :
Proporsi = Jumlah penderita laki-lakiTotal keseluruhan penderita K
Proporsi = 25(25+10) 100%
Proporsi penderita laki-laki = 25/(25+10) x 100% = 71,43%
Jadi, proporsi jumlah penderita penyakit leptospirosis laki-laki yakni 71,43%
(Veronika dan Ayu, 2019)
Jawaban :
Proporsi kasus penyakit laki-laki
Proporsi = Jumlah kasus laki-lakiTotal keseluruhan kasus K
Proporsi = 19(19+7) 100%
Proporsi = 1926 100 % = 73,1%
Jadi, jumlah proporsi kasus DBD laki-laki adalah 73,1%
Proporsi kasus penyakit perempuan
Proporsi = Jumlah kasus perempuanTotal keseluruhan kasus K
Proporsi = 7(7+19) 100%
Proporsi = 726 100 % = 26,9%
Jadi, jumlah proporsi kasus DBD perempuan adalah 26,9%
Proporsi kasus penyakit laki-laki dan perempuan dijabarkan dalam tabel sebagai
berikut.
Laki-laki 17 73,1
Perempuan 9 26,9
Jumlah 26 100,0
3. Rate
Noor, N.N. (2014) Epidemiologi. 2nd edn, Rineka Cipta. 2nd edn. jakarta: Nuha Medika.
Rate adalah tipe spesifik dari rasio yang digunakan mengkuantifikasi proses
dinamika seperti pertumbuhan dan kecepatan kejadiantertentu dalam masyarakat. Rate
merupakan perbandingan pada suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang
mempunyai risiko kejadian tersebut.
Angka (rate) merupakan nilai untuk mengukur kemungkinan (probability) kejadian
dalam populasi terhadap beberapa peristiwa tertentu, misalnya kasus atau kematian
karena penyakit infeksi. Dalam contoh angka, rumusnya untuk menjawab pertanyaan:
jika sejumlah x kasus penyakit atau kematian yang terjadi pada populasi yang besarnya
y, berapa banyak kejadian yang diharapkan dapat terjadi pada populasi yang besarnya
k?
( x )(k ) x
Angka (rate) = = (k )
y y
Penjelasan :
X : angka kejadian
Y : populasi beresiko
K : konstanta
Catatan :
Contoh 1 :
Numerator : Jumlah wanita yang baru mengalami kanker payudara di kota Jakarta
pada tahun 2004 =70
Denominator : Jumlah wanita yang belum pernah terkena kanker payudara (populasi
berisiko yaitu) 1000 per orang bulan maret, 2004
1000 per orang bulan maret merupakan orang per waktu. Orang per waktu
menunjukkan unit per waktu.
70
Rate = = 70 kasus per 1000 orang - bulan
1000 per orang bulan Juli 2004
Jumlah penderita DBD per unit orang waktu 20 orang/1.000 orang bulan
Contoh 2:
Kematian Maternal = beresiko pada semua wanita usia subur (15-49 tahun)
Kematian maternal atau kematian ibu menurut Batasan dari The Tenth Revision of
International Cassification of Diseases (ICD-10) adalah kematian wanita yang terjadi pada
saat kehamilan atau dalam 42 hari setelah kematian, tidak tergantung dari lama dan lokasi
kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan, atau yang
diperberat oleh kehamilan tersebut, atau penanganannya akan tetapi bukan kematian yang
disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan (WHO, 2015).
Ciri-ciri rate :
Dengan mengetahui angka (yaitu frekuensi kejadian dari peristiwa yang dinyatakan
dengan x dalam suatu populasi yang berukuran "baku"), maka frekuensi nisbi (relative)
yang terjadi terhadap peristiwa yang sedang diamati dapat dibandingkan secara logis di
antara berbagai populasi, dan faktor-faktor yang menunjang perbedaan pengamatan yang
terjadi dapat dicari.
Ukuran Morbiditas atau bisa disebut ukuran kesakitan adalah angka yang
menunjukkan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi. Morbiditas juga
merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan suatu
kondisi sakit. Morbiditas mengacu pada angka kesakitan yaitu jumlah orang yang sakit
dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang
sehat atau kelompok yang beresiko.
Ukuran-ukuran untuk angka kesakitan adalah sebagai berikut:
1) Insidens
2) Prevalens
Ukuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun
per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka ini dapat digunakan untuk
menggambarkan keadaan kesehatan secara umum, mengetahui keberhasilan program
program pemberantasan penyakit, dan sanitasi lingkungan serta memperoleh gambaran
pengetahuan penduduk terhadap pelayanan kesehatan.
Manfaat insidensi
Dapat digunakan untuk mengestimasi probabilitas atau risiko terkena suatu penyakit
selama satu periode waktu tertentu
• Jika angka insidens meningkat, maka kemungkinan atau probabilitas risiko terkena
penyakit juga meningkat
• Berdasarkan waktu : jika angka insidens secara konsisten lebih tinggi selama
kurun waktu tertentu dalam satu tahun (seperti saat musim dingin), risiko terkena
penyakit pada saat itu meningkat; misalnya angka influenza paling tinggi pada saat
musim dingin.
• Berdasarkan tempat : jika angka insidens secara konsisten lebih tinggi di antara
mereka yang tinggal di suatu tempat tertentu, risiko seseorang untuk terkena
penyakit meninggkat jika ia tinggal di tempat itu. Misalnya : risiko terkena kasus
valley fever (coccidioidomycosis) sangat tinggi jika tinggal di daerah gurun pasir
Barat Daya.
• Berdasarkan orang : jika angka insidens secara konsisten lebih tinggi di antara
mereka yang memiliki faktor-faktor gaya hidup tertentu, risiko terkena penyakit
akan meningkat di kalangan kelompok tersebut. Misal : kasus kanker paru
meningkat di kalangan perokok.
• Insidens yang tinggi menyiratkan bahwa jumlah kasus yang baru juga banyak
sehingga risiko meningkat. Jika angka insidens penyakit terbukti memang tinggi,
keberadaan suatu epidemi atau kemungkinan terjadinya suatu epidemi dapat
diketahui dan diperkirakan. Mengetahui permasalahan kesehatan yang dihadapi
Mengetahui beban program yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas
pelayanan kesehatan.
Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan atas dua yaitu incidence rate dan
cummulative incidence (insiden kumulatif)
a. Incidence Rate (Incidence density) = IR
Insidensi rate dalah jumlah seluruh kasus baru pada suatu populasi pada jangka
waktu tertentu. Biasanya insiden rate digunakan untuk penyakit yang sifatnya akut.
Pengamatan harus bersifat dinamis dimana ukuran disini menggambarkan kecepatan/
kekuatan perubahan keadaan karena pengaruh lingkungan. Insiden bukan ukuran
probabilitas, nilai dapat berkisar dari 0 – hampir tak terhingga.
Insidensi ini digunakan pada studi prospektif, yaitu investigasi yang melacak kasus
seiring perjalanan waktu ke depan. Digunakan ketika banyak factor datang secara
bersamaan (usia, jenis kelamin, ras) dalam periode waktu yang bervariasi.
Konstanta (k) meruapkan suatu nilai yang ditetapkan, biasanya 100.000, namun harga 100,
1.000, 10.000, juga sering digunakan. Pemilihan nilai k ini biasanya dibuat sehingga rate
terkecil yang dipakai dalam perhitungan paling kurang memilih satu desimal (4,5/100
bukan 0,42/1000, dan seterusnya).
Langkah perhitungan IR yaitu : Hitung orang waktu (person time) per masing-masing
orang yang diamati lalu ditotalkan.
Catatan:
Ingat person time adalah populasi yang berisiko (populasi yang sehat/ belum sakit di awal
pengamatan). Jadi pastikan bahwa orang yang diamati di awal pengamatan masih sehat dan
memang berisiko untuk terkena sakit Kemudian menghitung jumlah kasus baru
Contoh 1:
Seorang peneliti mengamati 7 orang selama 7 tahun. Dalam rentang 7 tahun ini akan dilihat
apakah 7 orang tsb terkena sakit atau tidak. Hitunglah Insidence rate penyakit tersebut!
Konstanta yang digunakan yaitu 100 bukan 10 karena yang diamati adalah orang. Jika 10
maka hasil perhitungan 0,91 per 10 orang waktu. Karena tidak ada 0,9 orang, paling tidak
adanya 1 orang, tidak ada setengah orang atau seperempat orang. Sehingga k yang
digunakan yaitu 100.
Contoh 2 :
Pada tahun 1999, populasi pertengahan tahun di US diperkirakan 272.706.000.
Diperkirakan terdapat 2.391.630 kematian dalam tahun tersebut.
Contoh : Di awal penelitian ada 10 orang yang diamati. Ternyata ketika mulai penelitian
ada 2 yang sakit, dan 1 sudah pernah terkena penyakit dan tidak mungkin untuk terkena
lagi. Maka populasi berisiko yang diikuti dalam perhitungan insiden yaitu 7 orang.
Insiden kumulatif tidak menggunakan orang-waktu
IK merupakan probabilitas/risiko : nilainya 0-1
Contohnya : Attack rate, Case Fatality Rate (CFR)
Contoh :
Seorang peneliti ingin mengamati terjadinya suatu penyakit pada 7 orang, pengamatan
dilakukan selama 7 tahun. Hitunglah Insiden kumulatifnya!
Jumlah kasus baru= 3 (C, F, G)
Populasi berisiko yaitu 7 karena di awal pengamatan masih sehat
Contoh :
Suatu kejadian keracunan makanan terjadi pada tamu undangan di suatu pesta pernikahan.
Tetapi ternyata dari tamu undangan ada juga yang terkena keracunan makanan tetapi bukan
karena memakan makanan yang berasal dari pesta. Berikut merupakan data yang sakit serta
jenis makanannya.
AR = Attack Rate Makan
M
Rumus:
2. Prevalens (Prevalence)
Prevalens adalah jumlah orang yang terkena penyakit (kasus lama dan baru)
dibandingkan dengan jumlah penduduk dalam periode waktu tertentu
Prevalens merupakan probabilitas/ risiko untuk menjadi sakit/ terkena masalah
kesehatan
Prevalens merupakan proporsi, tidak memiliki dimensi, besarnya antara 0-1
Dibagi menjadi 2 :
a) Point prevalence (prevalensi sesaat)
b) Period prevalence (prevalensi periode)
Rumus:
xK
Rumus:
xK
Keterangan :
Onset = terjadinya sakit
A ikut penelitian tahun 1996 dan mengalami sakit tahun 1998 serta ikut
penelitian tidak sampai tahun 2004
B mulai ikut penelitian tahun 1998 tapi tidak sakit sampai penelitian
berakhir (hanya sampai tahun 2000)
C mulai ikut penelitian mungkin sekitar tahun 1997 dan kemudian
mengalami sakit tahun 2000 dan ikut penelitian tidak sampai akhir, mungkin
hanya sampai tahun 2001
D ikut penelitian sebelum tahun 1998 dan tidak sakit serta ikut penelitian
tidak sampai akhir, mungkin hanya sampai tahun 2003
E mulai ikut penelitian setelah tahun 2002 dan ikut sampai akhir penelitian
F ikut penelitian sekitar tahun 1999 dan tidak sakit sampai penelitian
berakhir
Jawab :
Periode prevalence dari tahun 1996-2004?
Dalam rentang waktu (periode) 1996-2004 terdapat 2 orang yang sakit yaitu
A dan C. Jumlah populasi yang diamati yaitu A, B, C, D, E, F (6 orang).
Maka periode prevalence =2/6
Periode prevalence dari tahun 1996-1998?
Dalam rentang waktu (periode) 1996-1998 terdapat 1 orang yang sakit yaitu
A. Jumlah populasi yang diamati dari tahun 1996-1998 yaitu A, B, C, D (4
orang).
Maka periode prevalence =2/4
Point prevalence pada tahun 2002?
Numerator yaitu A (1 orang)
Denominator yaitu A, D, F (3 orang)
Point prevalence tahun 2002 yaitu 1/3
Point prevalence pada tahun 2000?
Numerator yaitu A dan C (2 orang)
Denominator yaitu A, B, C, D, F (5 orang)
Point prevalence tahun 2000 yaitu 2/5
Ukuran prevalensi suatu penyakit dapat digunakan untuk:
a. Menggambarkan tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit.
b. Menyusun perencanaan pelayanan kesehatan misal, penyediaan sarana obat-obatan,
tenaga dan ruangan.
c. Menyatakan banyaknya kasus yang dapat didiagnosis.
d. Untuk menentukan situasi penyakit yang ada pada suatu waktu tertentu.
e. Dibidang kesehatan ukurang prevalens member informasi tentang pengobatan,
jumlah tempat tidur dan peralatan rumah sakit yang dibutuhkan, sehingga berguna
dalam perencanaan fasilitas kesehatan dan ketenagaan.
Oleh karena pembilangnya adalah mereka yang ditemukan sakit pada satu saat (baik
kasus lama maupun kasus baru) tanpa membedakan apakah mereka baru saja tertular (kasus
baru) atau sudah lama menderita penyakit (kasus lama), dengan sendirinya penyakit yang
berlangsung lama cenderung tinggi prevalensinya dibandingkan dengan penyakit yang
berlangsung singkat.
Ada dua konsep tambahan prevalensi.
Pertama, prevalensi seumur hidup yaitu jumlah total individu yang mengalami suatu
kondisi, masalah atau penyakit selama hidup. Artinya orang tersebut akan terhitung
sebagai kasus selama hidupnya.
Konsep lainnya adalah prevalensi tahunan → jumlah individu yang dimasukkan
sebagai numerator yaitu:
a. Yang sedang mengalami sakit saat penelitian berlangsung. Artinya sebelum
penelitian dimulai sudah sakit dan masih sakit ketika penelitian
berlangsung→dianggap kasus lama.
b. Kasus yang baru mengalami sakit ketika penelitian berlangsung,
c. Serta kasus yang setelah sakit selama penelitian kemudian sembuh saat
penelitian berakhir.
Contoh :
Suatu penelitian dilakukan untuk mengamati 50 orang yang berlangsung dari tahun
2001-2005. Berdasarkan catatan medis ditemukan ada 10 yang sedang mengalami
sakit yang diamati, kemudian ada 5 yang baru mengalami sakit dalam rentang tahun
2001-2005, dan diantara 5 yang sakit ada 2 diantaranya yang sembuh saat penelitian
berakhir. Berdasarkan kondisi tersebut ditemukan jumlah kasus yaitu ada 15 kasus
(10 kasus lama+5 kasus baru). Adapun jumlah populasi yaitu 50 orang.
P=IxD
Dimana :
P = Prevalensi
I = Insidensi
D = Lamanya sakit (Durasi)
Keterangan :
Prevalens berubah menurut insiden dan lamanya sakit (D)
Apabila insiden dan lamanya sakit stabil selama waktu yang panjang, maka P=IxD
Hubungan prevalensi dan insiden bervariasi untuk berbagai macam penyakit. Prevalens
yang tinggi dapat oleh karena :
Imigrasi (masuknya) kasus sakit
Emigrasi (keluarnya) orang sehat
Insidens yang tinggi
Durasi sakit yang panjang
Contoh : Diabates melitus merupakan penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan
tetapi bisa dikontrol. Penggunaan insulin menyebabkan penderita DM bertahan
hidup lama →durasi sakit menjadi panjang→prevalens meningkat. Kemajuan
teknologi bidang pengobatan suatu penyakit hanya dapat menghindarkan kematian
tetapi tidak menyembuhkan hanya membuat penderita hidup lebih lama→maka
prevalensi meningkat.
F. Mortalitas
Definisi menurut WHO
seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem jantung dan sistem pernapasan terbukti
telah berhenti secara permanen atau apabila kematian batang otak telah dibuktikan.
1.Case Fatality Rate adalah jumlah seluruh kematian akibat satupenyebab dalam jangka
waktu tertentu dibagi jumlah seluruhpenderita pada waktu yang sama dalam persen (per
100 kasus). Rumus CFR adalah sebagai berikut :
Contoh soal :
Jika pada suatu populasi ada 20.000 orang yang terkonfirmasi Covid-19 melalui tes PCR
dan 100 terkonfirmasi meninggal dunia. Maka berapakah CFR nya?
2. Crude Death Rate (CDR) atau angka kematian kasar adalahsebuah estimasi proporsi
orang yang meninggal pada suatupopulasi selama periode waktu tertentu. Angka kematian
kasartidak mempertimbangkan kematian berdasarkan variasi pada umur, jenis kelamin atau
faktor lain. Istilah Crude = Kasar digunakan karena setiap aspek kematian
tidakmemperhitungkan usia, jenis kelamin, atau variable lain. Berikut adalah rumus CDR :
Catatan :
Contoh:
Jumlah penduduk Jakarta pertengahan tahun 2000 berjumlah 11.000.000 orang.
Padatahuntersebut terdapat kematian 200.000 orang.Hitung berapa angka
kematiankasarnya!
CDR 18 artinya tiap 1000 penduduk terdapat kematian 18 jiwa dalam waktu satutahun.
Penggolongan angka kematian kasar adalah:
Rendah, jika angka kematian 9 – 13.
Sedang, jika angka kematian 14 – 18.
Tinggi, jika angka kematian lebih dari 18.
3.Speficific Date Rate atau SDR diartikan sebagai jumlah seluruh kematian dalam satu
tahun dibagi dengan jumlah penduduk dalam pertengahan tahun
------------------------------------------------------ x k
di suatu desa dengan penduduk 400 jiwa, tercatat ada 20 kematian akibat penyakit dbd.
maka sdr dalam wilayah tersebut berapa?
------------------------------------------------------- x k
sdr = 20
---- x 1000
400
sdr = 50
Adalah jumlah seluruh kematian bayi (usia < 1 tahun) padajangka waktu tertentu
dibagi jumlah kelahiran hidup.Berikut adalah rumus IMR :
Tinggi rendahnya IMR berkaitan dengan:
a. Penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi
b. Diare yang dapat menyebabkan dehidrasi
c. Personal higiene dan sanitasi lingkungan yang kurang memadai,serta sosial
ekonomirendah
d. Gizi buruk dan daya tahan tubuh yang menurun
Under Five Mortality Rate adalah jumlah seluruh kematianbalita pada satu jangka
waktu tertentu dibagi jumlah seluruhbalita pada tahun yang sama. Rumus Angka Kematian
Balita adalah sebagai berikut :
Contoh :
Pada tahun 2021 tercatat ada 150.000 balita di Indonesia. Diantaranya terdapat 7000 yang
meninggal karena berbagai macam penyakit. Berapakah angka kematian balita di Indonesia
pada tahun 2021?
Adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usiakehamilan 28 minggu atau
lebih ditambah dengan jumlahkematian bayi yang berumur kurang dari 7 hari yang
dicatatselama satu tahun per 1000 kehamilan hidup pada tahun yangsama. Angka
kematianperinatal digunakan untukmenggambarkan kesehatan ibu hamil dan bayi karena
faktoryang mempengaruhi tinggi rendahnya angka ini adalahbanyaknya kasus BBLR,
Status gizi ibu dan bayi, sosialekonomi, penyakit infeksi dan pertolongan persalinan.
Contoh :
Kecamatan B jumlah penduduk yang berumur 20-30 tahun pada pertengahantahun 1988
adalah 1.000 orang. Dari jumlah tersebut selama tahun 1988meninggal 3 orang.
Jadi, Age Specific Rate adalah :
6. Angka kematian karena sebab tertentu (Cause Disease Specific Date Rate)
Adalah jumlah kematian karena sebab penyakit tertentu yangdicatat selama satu tahun per
100.000 penduduk pertengahantahun yang sama. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
• Crude Death Rate (CDR) atau angka kematian kasar bertujuan untuk memberikan
gambaran tentang keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun tertentu.
• Specific death rate (SDR) bertujuan untuk memahami dampak demografi terhadap
pengaruh epidemiologi penyakit yang terjadi di dalam masyarakat. Faktor demografi
seperti usia, jenis kelamin, suku, dan lainnya. Tingkat SDR berfungsi sebagai alat
pembanding.
• Age specific death rate(ASDR) atau angka kematian spesifik menurut umur bertujuan
untuk mengetahui tingkat kematian menurut kelompok umur, membandingkan tingkat
Kesehatan masyarakat diberbagai daerah dan menghitung rata rata harapan hidup.
Tingginya angka age specific death rate menggambarkan bahwa angka kematian suatu
penyakit menurut golongan usia meningkat.
• Cause specific mortality rate(CSMR) bertujuan untuk mengetahui pola kematian menurut
penyebabnya.
• Case fatality rate(CFR) bertujuan untuk mengatahui tingkat keganasan suatu penyakit dan
efektifitas upaya pengendalian suatu penyakit tertentu.
• Neonatal mortality rate(NMR) atau kematian bayi baru lahir bertujuan untuk mengetahui
tinggi rendahnya perawatan postnatal,mengembangkan rencana yang berbeda untuk
kematian bayi baru lahir. Karena kematian neonatal disebabkan oleh faktor endogen yang
berhubungan dengan kehamilan, maka program untuk menurunkan kematian neonatal
dikaitkan dengan program pelayanan kesehatan ibu hamil, seperti program pil zat besi dan
program suntik tetanus
• Infant mortality rate(IMR) atau angka kematian bayi, bertujuan untuk indikator terhadap
tingkat derajat kesehatan masyarakat.
• Under five mortality rate atau angka kematian balita bertujuan untuk mengukur status
kesehatan bayi,mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan
penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan
pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.
• Maternal mortality rate (MMR) atau angka kematian ibu mempunyai tujuan untuk
mengetahui jumlah kematian ibu akibat komplikasi kehamilan, persalinan, maupun masa
nifas yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kondisi ibu sebelum hamil, bersalin.
Sumber data populasi yang sering digunakan dan cukup memadai yaitu data sensus
penduduk, baik yang bersifat nasional maupun lokal. Sumber data ini dikumpulkan setiap
sepuluh tahun dan dilaksanakan pembaruan data melalui Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) atau pembaruan data yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS).
1. Akta kelahiran
Akta kelahiran merupakan salah satu catatan peristiwa vital yang sangat berguna dalam
analisis epidemiologi. Salah satu kegunaan dari catatan kelahiran dalam epidemiologi
adalah untuk mendapatkan besarnya penyebut (kelahiran hidup) dalam menghitung rata
kejadian penyakit pada bayi dan untuk menghitung angka kematian bayi. Di samping itu,
data ini juga san- gat berguna dalam analisis kohor kelahiran (birth cohort).
2. Sertifikat kematian
Sertifikat kematian juga merupakan salah satu bentuk pencatatan vital yang sangat berperan
dalam epidemiologi. Dengan berbagai data yang diperoleh dari pencatatan ini
memungkinkan analisis kuantitatif yang lebih luas dalam bidang epidemiologi. Melalui
sistem sertifikat kematian yang lengkap, kita dapat memperoleh berbagai keterangan/data
penyakit dan penyebarannya menurut berbagai variabel.
Dalam sertifikat kematian dicantumkan secara lengkap variabel orang (umur, jenis
kelamin, ras, status perkawinan dan sebagainya), waktu kejadian dan tempat kejadian, serta
sebab kematian. Penyebab kematian merupakan salinan dari konsep penyebab, ketepatan
diagnosis, sistem klasifikasi penyakit yang digunakan, dan sejumlah faktor lain yang sangat
bervariasi dari waktu ke waktu.
Pelaporan dan pencatatan penyakit dilakukan melalui berbagai sarana pelayanan kesehatan
(Puskesmas, Rumah Sakit dan sebagainya) untuk mengatahui berbagai penyakit di
masyarakat melalui sistem surveilans epidemiologi serta survei kesehatan pada berbagai
tingkatan. Pelaporan penyakit menular dilakukan secara teratur (tiap minggu) melalui
surveilans penyakit menular. Sedangkan penyakit lainnya yang belum masuk dalam sistem
surveilans, dilaporkan secara teratur melalui laporan bulanan. Pencatatan dan pelaporan
penyakit menular (terutama penyakit yang mempunyai potensi mewabah) dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara berkala sebagai suatu usaha mencegah terjadinya wabah
serta untuk penyusunan dan evaluasi program kesehatan. Semua laporan tersebut akan
dianalis pada tingkat Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan (Kapupaten/Kota dan
Provinsi) hingga tingkat pusat oleh Departemen Kesehatan. Hasil dari masing-masing
analisis data tersebut digunakan untuk kepentingan perencanaan dan evaluasi program
kesehatan masyarakat.
d. Survei Kesehatan
Dengan adanya survei kesehatan rumah tangga (SKRT) maka survei survei kesehatan
nasional pertama kali di Indonesia pada tahun 1980. Survei kemudian dilakukan lagi pada
tahun 1986 dan 1992. Salah satu sumber statistik nasional adalah SUSENAS (survei sosial
ekonomi nasional) tahunan, yaitu studi yang dilakukan oleh BPS. SDKI (survei demografi
dan kesehatan Indonesia) dilakukan beberapa tahun sekali menjadi sumber data yang sangat
tepat dan menyeluruh. Kita dapat belajar banyak tentang penyebab kematian paling umum
dimasyarakat serta frekuensi berbagai jenis penyakit dari survei tersebut.
Berdasarkan hasil survei, tingkat mordibitas secara keseluruhan telah menurun, dan
frekuensi beberapa penyakit telah berubah selama beberapa waktu antar survei. Selain itu,
dapat dilihat ohla perubahan angka kematian untuk berbagai kelompok umur serta
perubahan penyebab kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Ismah. Z. (2019). Bahan Ajar Dasar Epidemiologi. Medan: Universitas Islam Negeri
Medan
Eliana dan Sri Sumiati. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan: Kesehatan
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Haidah, N., dan Marlik. (2019). Modul Praktikum: Survailans Epidemiologi. Surabaya:
Hakli Provinsi Jawa Timur.
Ismas, Z. (2018). Bahan Ajar Dasar Epidemiologi. Medan: Universitas Islam Negeri
Malang.