Anda di halaman 1dari 5

EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN

DI SUSUN OLEH
Nama : Aldi Sanjaya
Nim :PO7133121005
Kelas :2.A

Dosen Pengampu : Ayu Febri Wulanda, SST, MKM

JURUSAN KESEHATAN PALEMBANG


PROGRAM STUDI D III SANITASI
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2023
1. Prinsip Kausalitas (konsep sebab akibat)
Prinsip kausalitas adalah konsep dasar dalam pemahaman sebab-akibat di berbagai bidang
ilmu, termasuk fisika, biologi, dan ilmu sosial. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap peristiwa atau
fenomena memiliki sebab yang menjelaskan mengapa hal itu terjadi, dan ada akibat yang timbul
sebagai hasil dari sebab tersebut.
Dalam fisika, prinsip kausalitas menyiratkan bahwa setiap perubahan dalam sistem fisik dapat
ditelusuri kembali ke sebab yang menyebabkannya. Misalnya, jika bola terlempar ke udara, maka ada
gaya yang bekerja pada bola, seperti gaya gravitasi atau gaya yang diberikan oleh tangan yang
melempar. Prinsip kausalitas memungkinkan kita untuk memahami pergerakan dan interaksi objek
dalam kerangka waktu dan ruang tertentu.
Dalam biologi, prinsip kausalitas berperan dalam memahami hubungan sebab-akibat antara
faktor-faktor seperti genetika, lingkungan, dan perilaku terhadap kesehatan dan perkembangan
makhluk hidup. Misalnya, kebiasaan merokok dapat menjadi sebab utama penyakit paru-paru, dan
pola makan yang tidak sehat dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti obesitas. Prinsip
kausalitas memungkinkan para peneliti untuk mempelajari bagaimana faktor-faktor ini saling
berinteraksi dan berkontribusi terhadap hasil yang diamati.
Dalam ilmu sosial, prinsip kausalitas memainkan peran penting dalam memahami hubungan
antara variabel-variabel seperti pendidikan, pendapatan, dan kepuasan hidup. Misalnya, peningkatan
pendidikan dapat berkontribusi pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan seseorang. Prinsip
kausalitas memungkinkan para peneliti untuk melakukan studi empiris dan mengidentifikasi faktor-
faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap fenomena sosial.
Namun, penting untuk diingat bahwa dalam banyak kasus, hubungan sebab-akibat tidak selalu
bersifat langsung dan sederhana. Ada banyak variabel dan faktor yang saling terkait dan
mempengaruhi satu sama lain. Dalam beberapa situasi kompleks, prinsip kausalitas dapat lebih rumit
dan memerlukan pendekatan analitis yang lebih canggih, seperti pemodelan matematis atau studi
eksperimental yang terkontrol.

2. Ukuran Frekuensi Penyakit


Frekuensi penyakit sering kali diukur dalam tiga aspek utama: insiden, prevalens, dan mortalitas. Mari
jelaskan setiap ukuran frekuensi ini:

 Insiden: Insiden mengacu pada jumlah kasus baru penyakit dalam populasi pada periode
waktu tertentu. Ini mencerminkan laju kejadian penyakit baru di antara individu yang
sebelumnya tidak terkena penyakit tersebut. Insiden dapat dihitung dengan membagi jumlah
kasus baru dalam periode waktu tertentu dengan jumlah populasi pada saat yang sama.
Insiden sering diungkapkan sebagai tingkat insiden per seribu atau per seratus ribu individu
per tahun.
 Prevalens: Prevalens mengacu pada jumlah total kasus penyakit yang ada dalam populasi
pada suatu titik waktu tertentu. Ini mencakup baik kasus baru maupun kasus lama. Prevalens
dapat dihitung dengan membagi jumlah kasus penyakit dengan jumlah populasi pada saat itu.
Prevalens dapat diungkapkan sebagai prevalens titik (pada suatu titik waktu tertentu) atau
prevalens periode (selama periode waktu tertentu).
 Mortalitas: Mortalitas mengacu pada jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit tertentu
dalam populasi pada periode waktu tertentu. Mortalitas dapat dihitung dengan membagi
jumlah kematian akibat penyakit tersebut dengan jumlah populasi pada saat yang sama.
Mortalitas sering diungkapkan sebagai tingkat mortalitas per seribu atau per seratus ribu
individu per tahun.

Ukuran-ukuran frekuensi ini penting dalam epidemiologi dan membantu dalam pemahaman
tentang seberapa luas dan seberapa sering penyakit terjadi dalam suatu populasi. Data ini digunakan
untuk menginformasikan kebijakan kesehatan, perencanaan layanan kesehatan, dan pengembangan
strategi pencegahan dan pengendalian penyakit.

3. Parameter Penyakit
Rasio, proporsi, dan rate, sering digunakan dalam analisis penyakit dan epidemiologi untuk
menggambarkan karakteristik dan penyebaran penyakit dalam populasi. Berikut adalah penjelasan
singkat tentang masing-masing parameter tersebut:

 Rasio (Ratio):
Rasio adalah perbandingan antara dua jumlah atau ukuran yang terkait. Dalam konteks
penyakit, rasio dapat digunakan untuk membandingkan jumlah kasus penyakit antara dua
kelompok atau dua periode waktu yang berbeda. Contohnya, rasio jenis kelamin dalam kasus
penyakit tertentu dapat menggambarkan perbandingan jumlah pria terhadap wanita yang
terkena penyakit tersebut.
 Proporsi (Proportion):
Proporsi mengacu pada ukuran relatif dari suatu kondisi atau karakteristik dalam suatu
populasi. Dalam epidemiologi penyakit, proporsi dapat menggambarkan seberapa besar
persentase individu dalam populasi yang menderita penyakit tertentu. Misalnya, proporsi
individu yang terinfeksi flu dalam populasi tertentu adalah proporsi individu yang terinfeksi
dibagi dengan total populasi.
 Rate (Tingkat):
Rate atau tingkat adalah ukuran frekuensi kejadian suatu peristiwa dalam suatu periode waktu
tertentu. Dalam epidemiologi, rate sering digunakan untuk mengukur kejadian penyakit dalam
populasi dalam bentuk angka insiden atau prevalensi. Tingkat insiden menggambarkan jumlah
kasus baru penyakit dalam periode waktu tertentu, sedangkan tingkat prevalensi
menggambarkan jumlah kasus penyakit yang ada dalam populasi pada suatu titik waktu
tertentu.
Ketiga parameter ini dapat memberikan informasi penting tentang penyebaran dan
karakteristik penyakit dalam populasi, dan sering digunakan dalam analisis epidemiologi untuk
memahami beban penyakit dan mengambil keputusan dalam pengendalian dan pencegahan penyakit.

4. Ukuran Dampak
Dalam bidang epidemiologi, terdapat beberapa ukuran yang digunakan untuk mengukur
dampak penyakit atau risiko kesehatan pada populasi. Dua ukuran penting adalah "relative risk"
(risiko relatif) dan "attributable risk" (risiko atributabel).

 Relative Risk (RR):


Relative risk mengukur risiko terjadinya suatu penyakit pada kelompok yang terpapar dengan
faktor risiko dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpapar. Rumus umum untuk
menghitung relative risk adalah sebagai berikut:
RR = (Kejadian penyakit pada kelompok terpapar / Jumlah individu pada kelompok
terpapar) / (Kejadian penyakit pada kelompok tidak terpapar / Jumlah individu pada
kelompok tidak terpapar)
Nilai relative risk yang lebih besar dari 1 menunjukkan adanya peningkatan risiko penyakit
pada kelompok terpapar, sedangkan nilai yang kurang dari 1 menunjukkan penurunan risiko
penyakit.
 Attributable Risk (AR):
Attributable risk mengukur jumlah kejadian penyakit yang dapat diatribusikan
langsung kepada faktor risiko tertentu dalam populasi. Ada dua jenis attributable risk:
absolute attributable risk dan relative attributable risk.
a. Absolute Attributable Risk:
Absolute attributable risk menggambarkan perbedaan antara tingkat kejadian
penyakit pada populasi yang terpapar dengan faktor risiko dan tingkat kejadian
penyakit pada populasi yang tidak terpapar. Rumus umum untuk menghitung absolute
attributable risk adalah sebagai berikut:
AR = (Kejadian penyakit pada kelompok terpapar / Jumlah individu pada kelompok
terpapar) - (Kejadian penyakit pada kelompok tidak terpapar / Jumlah individu pada
kelompok tidak terpapar)
b. Relative Attributable Risk:
Relative attributable risk mengukur risiko relatif dari penyakit yang dapat
diatribusikan kepada faktor risiko tertentu. Rumus umum untuk menghitung relative
attributable risk adalah sebagai berikut:
RAR = (RR - 1) / RR
Di mana RR adalah nilai risiko relatif yang dihitung sebelumnya.
Both relative risk and attributable risk are important measures in epidemiology to
assess the impact of diseases or health risks in a population. They provide valuable
information for public health interventions and risk management strategies.

Anda mungkin juga menyukai