Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH UKURAN-UKURAN FREKUENSI YANG

DIGUNAKAN DALAM EPIDEMIOLOGI

Disusun oleh:

Naman: Ifa Khalida maysyafira


Nim: A20015
Prodi: D3 Farmasi

POLITEKNIK MEDICA FARMA HUSADA MATARAM


2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Epidemiologi secara komprehensif merupakan ilmu yang mempelajari distribusi
dan determinan-determinan frekuensi penyakit dan status kesehatan pada populasi
manusia. Definisi tersebut mengisyaratkan bahwa epidemiologi pada dasarnya adalah
ilmu empirik kuantitatif, yang banyak melibatkan pengamatan dan pengukuran yang
sistematik tentang frekuensi penyakit dan sejumlah faktor-faktor yang dipelajari
berhubungan dengan penyakit. Kebutuhan akan analisis kuantitatif, mulai dari
perhitungan yang paling sederhana hingga analisis yang paling canggih, menyebabkan
epidemiologi berhubungan erat dengan sebuah ilmu yang disebut biostatistik.
Salah satu unsur pokok penting dalam epidemiologi adalah pengukuran kejadian
penyakit. Terdapat beberapa ukuran yang dipakai dalam mengukur kejadian penyakit dan
ukuran yang dipakai tergantung tujuan dari pengukuran. Pengukuran kejadian penyakit
dapat dilakukan dari hasil penemuan masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Secara
umum, tujuan pengukuran kejadian penyakit digunakan untuk menilai keadaan kesehatan,
mengetahui potensi-potensi untuk menanggulangi masalah kesehatan, dan mendeteksi
kelompok mana yang berisiko terkena penyakit. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam
pengukuran kejadian penyakit antara lain: ketepatan pengukuran, sensitivitas, spesivitas,
dan isu etika.
Telah diketahui bahwa untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan,
mencegah, dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlu
disediakan dan diselenggarakannya pelayanan kesehatan masyarakat (public health
services) yang sebaik-baiknya.
Untuk mengatasinya, telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan kebutuhan
kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan dimasyarakat.Ukuran dasar
yang digunakan dalam epidemiologi mencakup Rate (angka), Rasio dan Proporsi. Ketiga
bentuk perhitungan ini digunakan untuk mengukur dan menjelaskan peristiwa kesakitan,
kematian, dan nilai statistik vital lainnya. Misalnya kesakitan bisa di ukur dengan angka
insidensi dan prevalensi, sedangkan kematian bisa diukur dengan angka kematian. Ukuran
epidemiologis selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor person atau
orang, yang dinilai di sini adalah dari aspek jumlah atau frekuensi orang yang berkaitan
dengan suatu peristiwa, selain itu faktor place atau tempat adalah faktor yang berkaitan
dengan darimana orang-orang yang mengalami peristiwa tersebut berasal. Faktor time
atau waktu adalah periode atau waktu kapan orang-orang tersebut mengalami suatu
peristiwa.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan diangkat pada makalah
ini adalah :

1. 2.1 Apa Yang Dimaksud Dengan Ukuran Epidemiologi?


2. 2.2 Apa Yang Dimaksud Dengan Populasi Dan Bagaimana Rumusnya?
3. 2.3 Apa Yang Dimaksud Dengan Proporsi Dan Bagaimana Rumusnya?
4. 2.4 Apa Yang Dimaksud Dengan Rate Dan Bagaimana Rumusnya?
5. 2.5 Apa Yang Dimaksud Dengan Ratio Dan Bagaimana Rumusnya?
6. 2.6 Apa Yang Dimaksud Dengan Insidence Dan Apa Saja Jenis-Jenis Incidence,
Dan Bagaimana Rumusnya?
7. 2.7 Apa Yang Dimaksud Dengan Prevalance Dan Apa Saja Jenis-Jenis
Prevalence Dan Bagaimana Rumusnya?
8. 2.8 Apa Yang Dimaksud Dengan Morbiditas Dan Apa Saja Faktor Penyebab Dan
Penyakit Penyebab Morbiditas Dan Mortalitas?
9. 2.9 Apa Yang Dimaksud Dengan Mortalitas Dan Apa Saja Jenis-Jenis Mortalitas
Dan Bagaimana Rumusnya?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 UKURAN FREKUENSI EPIDEMIOLOGI


Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari pengetahuan Ilmu Kesehatan
Masyarakat (Public Health) yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit
dan masalah kesehatan lainnya dalam masyarakat. Keberadaan penyakit masyarakat itu
didekati oleh epidemiologi secara kuantitatif. Karena itu, epidemiologi akan mewujudkan
dirinya sebagai suatu metode pendekatan banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam
menjelaskan masalah kesehatan.

Cara mengukur frekuensi masalah kesehatan yang dapat dipergunakan dalam


Epidemiologi sangat beraneka ragam, karena tergantung dari macam masalah kesehatan
yang ingin diukur atau diteliti.

Rate (angka), ratio (rasio), dan proporsi adalah tiga serangkai bentuk dasar
epidemiologi. Ketiga bentuk dasar ini dipakai untuk mengukur dan menjelaskan peristiwa
kesakitan, kematian, dan nilai statistik vital lainnya. Misalnya kesakitan bisa diukur
dengan angka insidensi dan angka serangan, dan kematian dengan angka kematian
(mortality rate).

Perhitungan rate, ratio, dan proporsi yang berhubungan dengan permasalahan


penyakit maupun kesehatan lingkungan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
menentukan faktor-faktor yang ada dalam populasi maupun lingkungan yang mempunyai
hubungan sebab-akibat. Keterangan tersebut sangat penting untuk menentukan cara
pengendalian yang efisien dan efektif. Ukuran - ukuran epidemiologi merupakan ukuran-
ukuran frekuensi penyakit yang menggambarkan karakteristik kejadian (occurrence) suatu
penyakit atau masalah kesehatan didalam populasi.

Ukuran-ukuran statistik ini mempunyai rumus dasar yang sama:

X
Rate, Ratio Proporsi = xK
Y
2.2 POPULASI
Populasi berasal dari kata bahasa inggris yaitu population, yang berarti jumlah
penduduk. Oleh karena itu, apabila disebutkan kata populasi, orang kebanyakan
menghubungkannya dengan masalah-masalah kependudukan. Hal tersebut ada benarnya
juga, karena itulah makna kata populasi sesungguhnya.Kemudian pada perkembangan
selanjutnya, kata populasi menjadi amat populer, dan digunakan di berbagai disiplin ilmu.
Dalam metode penelitian kata populasi digunakan untuk menyebutkan serumpun
atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Olehkarenanya, populasi
penelitian merupakan keseluruhan universal, dari objek penelitian yang dapat berupa
manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya,
sehingga objek-objek ini dapat menjadisumber data penelitian.
Karena pengertian populasi yang dikemukakan diatas, maka populasi menjadi amat
beragam. Kalau populasi dilihat dari penentuan sumber data, maka populasi dapat
dibedakan menjadi:
1. Populasi terbatas, yaitu populasi yang memiliki sumber yang jelas batasbatasnya
secara kuantitatif.
2. Populasi tak terhingga, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang tidak
dapat ditentukan batas-batasnya secara kuantitatif.

Dilihat dari kompleksitas objek populasi, maka populasi dapat dibedakan menjadi:

1. Populasi homogen, yaitu keseluruhan indviidu yang menjadi anggota populasi,


memiliki sifat yang relatif (sama satu sama lainnya).
2. Populasi heterogen, yaitu keseluruhan individu anggota populasi relatif memiliki
sifat sifat individual, dimana sifat tersebut membedakan individ uanggota
populasi yang satu dengan yang lainnya.

2.3 PROPORSI
Proporsi adalah bentuk pecahan yang pembilangnya merupakan bagian dari
penyebutnya. Digunakan untuk melihat komposisi suatu variable dalam populasi. Bentuk
ini sering dinyatakan dalam persen, yaitu dengan mengalikan pecahan ini dengan 100% .
Tidak mempunyai satuan (dimensi), karena satuan dari pembilang dan penyebutnya sama,
sehingga saling meniadakan. Nilainya antara 0 dan 1. Apabila menggunakan angka dasar
(konstanta) adalah 100, maka disebut persentase.

X
Proporsi= xK
Y

X = jumlah kejadian yang timbul dalam suatu kategori


Y = jumlah keseluruhan dari kejadian atau penduduk lain yang muncul pada
semua kategori dari suatu seri data tertentu. K = bilangan konstanta, selalu sama
dengan 100
Contoh :

Laporan dari Puskesmas Paroon menyebutkan bahwa sebanyak 50 orang yang terdiri dari
40 orang laki-laki dan sisanya wanita telah menderita keracunan makanan setelah
mengikuti acara kenduri. Hitunglah Proporsi penderita keracunan makanan tersebut
menurut jenis kelamin laki-laki dan wanita.

X xK
Proposi = Y

40
x 100%=80%
Proposi penderita laki-laki = 50

10
x100%=2%
Proposi penderita wanita= 50

2.4 RATE
Perbandingan dimana numerator dan denominatornya sama, memasukkan unsur
periode waktu.

Contoh Kasus :

Crude Birth Rate : adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun
tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama

B
CBR = x1000
P

Keterangan:
CBR : cr ude BirthRate (Angka Kelahiran Kasar)
B : jumlah kelahiran
P : jumlah penduduk pada pertengahan tahun

Nilai P di dapat dari rumus P=


Dimana P0 = jumlah penduduk awal tahun
P1 = jumlah penduduk pada pertengahan tahun
P2 = jumlah penduduk akhir tahun Contoh
soal :

Tahun 2003 tercatat sebanyak 4.000.000 kelahiran hidup, sedangkan jumlah


penduduk pada tahun tersebut diperkirakan sebesar 200.000.000 jiwa.
cbr: x1000=20

Sehingga Angka Kelahiran Kasar yang terhitung adalah sebesar 20. Artinya, pada
tahun 2003 terdapat 20 kelahiran per 1000 penduduk.

Jenis Rate
Rate dapat dibagi menjadi tiga bentuk utama :
1) Crude, misalnya Crude Birth Rate (Angka Kelahiran Kasar)
Crude rate merupakan hasil perhitungan kasar yang pembaginya didasarkan
pada jumlah penduduk secara keseluruhan.
2) Specific,misalnya Age-specific Rate (Angka Khusus menurut Umur)
Adalah nilai angka yang didasarkan pembagiannya dengan suatu kelompok
tertentu yang berisiko.
3) Adjusted,misalnya Adjusted Rate (Angka Disesuaikan)
Adalah nilai yang perhitungannya disesuaikan dengan suatu kelompok
pembanding tertentu yang bertujuan untuk menghilangkan suatu variabel
tertentu yang sedang dibandingkan.

2.5 RATIO

Ratio merupakan perbandingan antara dua kejadian atau dua hal antara numerator
dan denominator tidak saling tergantung atau tidak ada sangkut pautnya. Ratio
digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian. Ratio dapat juga dinyatakan sebagai
perbandingan.

Nilai rasio jarang digunakan kecuali pada beberapa hal khusus seperti rasio jenis kelamin
(sex ratio), rasio mortalitas yang distandarisasi (SMR) dll.

Rumus:

X
Ratio = xK
Y

X : banyaknya peristiwa, orang, dan lain-lain yang mempunyai satu atau lebih
atribut tertentu

Y : banyaknya peristiwa, orang, dan lain-lain yang mempunyai satu atau lebih
atribut tertentu, tetapi berbeda dengan X

K : Nilainya 1

Karena nilai K = 1, maka rumusnya ratio dapat disederhanakan menjadi:


X
Ratio = Y atau X : Y

Contoh:

Laporan dari puskesmas Paroon menyebutkan bahwa sebanyak 50 orang yang terdiri dari
40 orang laki-laki dan sisanya wanita telah menderita keracunan makanan setelah
mengikuti acara kenduri. Hitunglah Ratio penderita keracunan makanan tersebut menurut
jenis kelamin wanita dan laki-laki.

wanita
Ratio wanita : laki-laki = laki−laki

wanita
Ratio wanita : laki-laki = x1
laki−laki

Ratio wanita : laki-laki = x1=1:4

2.6 INSIDENSI/INCIDENCE

Insidence / Incidence adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu


penyakit yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di satu kelompok masyarakat. Untuk
dapat menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui terlebih
dahulu tentang :

1. Data tentang jumlah penderita baru.


2. Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru (Population at Risk)

Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1. Incidence Rate

Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu
tertentu(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.

Rumus:
K = Konstanta ( 100%, 1000 ‰)

Manfaat Incidence Rate adalah :


1. Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi
2. Mengetahui Resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi
3. Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas
pelayanan kesehatan.

2. Attack Rate

Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat
yang sama.

Rumus:

Manfaat Attack Rate adalah:

1. Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit.

2. Makin tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan


PenularanPenyakit tersebut.

3. Secondary Attack Rate

Adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan kedua
dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi orang/penduduk yang pernah terkena
penyakit pada serangan pertama. Digunakan dalam menghitung suatu panyakit menular
dan dalam suatu populasi yang kecil (misalnya dalam Satu Keluarga).

Rumus:
2.7 PREVALENSI/PREVALENCE

Prevalansi/Prevalance adalah gambaran tentang frekwensi penderita lama dan baru


yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu.
Pada perhitungan angka Prevalensi, digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa
memperhitungkan orang/penduduk yang kebal atau penduduk dengan Resiko (Population
at Risk). Sehingga dapat dikatakan bahwa Angka Prevalensi sebenarnya bukanlah suatu
rate yang murni, karena Penduduk yang tidak mungkin terkena penyakit juga dimasukkan
dalam perhitungan.

Secara umum nilai prevalensi dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Period Prevalence Rate

Yaitu jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka
waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang
bersangkutan. Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang sulit
diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.

Rumus:

2. Point Prevalence Rate

Adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan
jumlah penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan. Rumus:
Hubungan Antara

Prevalensi & Insidensi

Angka Prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya sakit/durasi


penyakit. Lamanya sakit/durasi penyakit adalah periode mulai didiagnosanya penyakit
sampai berakhirnya penyakit tersebut yaitu sembuh, mati ataupun kronis. Hubungan
ketiga hal tersebut dapat dinyatakan dengan rumus:

Rumus hubungan Insidensi dan Prevalensi tersebut hanya berlaku jika dipenuhi 2
syarat, yaitu:

1. Nilai Insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan atau tidak
menunjukkan perubahan yang mencolok.
2. Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil atau tidak menunjukkan
perubahan yang terlalu mencolok.

2.8 MORBIDITY (ANGKA KESAKITAN)


Morbiditas adalah Juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan
sejahtera atau keberadaan suatu kondisi sakit. Morbiditas juga mengacu pada angka
kesakitan yaitu jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang
sering kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang beresiko.

Di dalam Epidemiologi, Ukuran Utama Morbiditas adalah : Angka Insidensi &


Prevalensi dan berbagai Ukuran Turunan dari kedua indikator tersebut. Setiap kejadian
penyakit, kondisi gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan Angka Insidensi dan
Angka Prevalensi.

1. 8.1 Faktor Penyebab Morbiditas Dan Mortalitas

Angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah tertinggi di negara ASEAN. Tiap
tahun 12,9 juta anak meninggal, 28% kematian di sebabkan karna pneumania, 23%
karena penyakit diare, dan 16% karena penyakit tidak memperoleh vaksinasi. Penyebab
angka kesakitan dan kematian anak terbanyak saat ini masih diakibatkan oleh pneumonia
dan diarre. Pencegahan sederhana dan dapat di peroleh seperti vaksin, antibiotik, terapi
rehidrasi oral, kontrasepsi, dapat mencegah 25-90% kematian karena penyebab spesifik.
Secara keseluruhan 65% kematian anak bisa di cegah dengan biaya murah.

Penyebab-penyebab kematian Ibu dan Bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor


diantaranya:

Pendidikan

Angka Kematian Ibu yang begitu tinggi salah satunya karena tingkat pendidikan para
ibu di Indonesia yang masih sangat rendah. Jika kita melihat dari jenjang pendidikan, data
Badan Pusat Statistik tahun 2010 menyatakan bahwa mayoritas ibu di Indonesia tidak
memiliki ijazah SD, yakni sebesar 33,34 persen. Selanjutnya sebanyak 30,16% ibu hanya
memiliki ijazah SD atau sederajat. Dan hanya terdapat 16,78% ibu yang berpendidikan
setara SMA. Hanya 7,07% ibu yang berpendidikan perguruan tinggi. Penyerapan
informasi yang beragam dan berbeda sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seorang
ibu. Latar pendidikan formal serta informal akan sangat berpengaruh pada seluruh aspek
kehidupan para ibu mulai dari segi pikiran, perasaan maupun tindakannya. Dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi calon ayah dan calon ibu akan mampu merncanakan
kehamilan dengan baik sehingga bisa terhindar dari 4 Terlalu yaitu melahirkan terlalu
muda (dibawah 20 tahun), terlalu tua (diatas 35 tahun), terlalu dekat (jarak melahirkan
kurang dari 2 tahun) dan terlalu banyak (lebih dari 4 kali). Dalam penanganan kehamilan
dan persalinan pun pendidikan akan sangat penting agar bisa terhindar dari faktor risiko 3
Terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan di tingkat keluarga, terlambat merujuk/
transportasi dan terlambat menangani dan Terlambat mendapat pelayanan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seorang ibu, maka akan semakin tinggi pula kesadaran mereka
terhadap proses pra kehamilan dan pasca kehamilannya, sehingga untuk menjaga agar
dirinya sehat dalam masa kehamilan maka ibu tersebut pasti akan melaporkan dan
memeriksakan dirinya kepada tenaga medis yang ahli dibidangnya. Dan sebaliknya, jika
pendidikan seorang ibu rendah seperti yang banyak terjadi di Indonesia, maka
kesehatannya selama masa kehamilan tidak begitu diperhatikan. Oleh sebab itu banyak
terjadi kematian pada ibu melahirkan yang disebabkan kesadaran akan kesehatan yang
rendah.

Lingkungan

Lingkungan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi KIA. Banyak aspek
yang mempengaruhi KIA yang dapat dilihat dalam suatu lingkungan. Dalam
hubungannya dengan meningkatnya kasus kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas),
lingkungan yang dibahas adalah aspek geografis. Kondisi geografis suatu lingkungan
mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan itu sendiri. Kondisi
lingkungan yang tidak mendukung, seperti sulit terjangkau oleh sarana transportasi tentu
saja mengakibatkan sulitnya sarana dan tenaga kesehatan untuk menjangkau daerah
tersebut. Imbasnya, kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut akan
terbengkalai, masyarakat akan minim dalam sarana kesehatan, dan banyak ibu yang
mengalami kesulitan selama masa kehamilan, melahirkan dan juga nifas, sehingga angka
kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas) akan terus bertambah besar.

Ekonomi

Kondisi keuangan yang tidak mencukupi tentu menyulitkan para ibu (hamil,
melahirkan dan nifas) untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang memadai. Oleh sebab
itu, mereka cenderung tidak memeriksakan kesehatan dirinya pra kehamilan hingga pasca
kehamilan. Akibatnya, banyak ibu yang meninggal saat melahirkan karena penyakit yang
baru diketahui ketika akan melahirkan.

Minimnya Tenaga Medis

Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masih
rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan
menetapkan target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010.
Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga
medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen
dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga
seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Dengan cukupnya tenaga medis diharapkan
persoalan berupa kevalidtan data dan kasus yang tidak tersentuh dapat dikurangi sehingga
dapat mengurangi angka AKI.

Adat Istiadat

Pada kasus kematian ibu akibat perdarahan faktor budaya yang berpengaruh terhadap
tingginya angka kematian ibu adalah kecenderungan bagi ibu di perdesaan dan keluarga
miskin untuk melahirkan dengan bantuan dukun beranak, bukan dengan bantuan petugas
medis yang telah disediakan. Ada pula tradisi suku tertentu yang mengharuskan ibu nifas
ditempatkan dalam suatu tempat yang dapat dikatakan kurang higienis.

2. 8.2 Penyakit Penyebab Morbiditas Dan Mortalitas Di Indonesia

ISPA dan Pneumonia

Di Indonesia, angka kejadian pneumonia pada balita adalah sekitar 10-20% per
tahun. Angka kematian pneumonia pada balita di Indonesia adalah 6 per 1000 balita. Ini
berarti dari setiap 1000 balita setiap tahun ada 6 orang diantaranya yang meninggal akibat
pneumonia. Jika dihitung, jumlah balita yang meninggal akibat pneumonia di indonesia
dapat mencapai 150.000 orang per tahun, 12.500 per bulan, 416 per hari, 17 orang per jam
atau 1 orang balita tiap menit. Usia yang rawan adalah usia bayi (dibawah 1 tahun),
karena sekitar 60-80% kematian pneumonia terjadi pada bayi. Secara umum, ada 3 faktor
resiko ISPA, yaitu keadaan sosial ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak,
keadaan gizi dan cara pemberian makan, serta kebiasaan merokok dan pencemaran udara.
Pencegahan ISPA dan Pneumonia yaitu dengan cara pemberian imunisasi campak dan
pertusis (DPT). Dengan imunisasi campak yang efektif, sekitar 11% kematian pneumonia
balita dapat dicegah dan dengan imunisasi DPT, 6% kematian pneumonia dapat dicegah.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pencegahan ISPA adalah dengan hidup sehat, cukup
gizi, menghindari polusi udara dan pemberian imunisasi lengkap.

Diare

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang,


termasuk indonesia. Di Indonesia, penyakit diare adalah salah satu penyebab kematian
utama setelah infeksi saluran pernafasan. Angka kematian akibat diare di Indonesia masih
sekitar 7,4%. Sedangkan angka kematian akibat diare persisten lebih tinggi yaitu 45%
(solaiman, EJ, 2001). Sementara itu, pada survei morbiditas yang dilakukan oleh depkes
tahun 2001, menemukan angka kejadian diare di indonesia adalah berkisar 200-374 per
1000 penduduk. Sedangkan menurut SKRT 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100
ribu penduduk dan angka kematian akibat diare pada balita adalah 75 per 100.000 balita.
Insiden penyakit diare yang berkisar antara 200-374 dalam 1000 penduduk, dimana
6070% diantaranya anak-anak usia dibawah 5 tahun. Penyakit diare ini adalah penyakit
yang multi faktoral, dimana dapat muncul karena akibat tingkat pendidikan dan sosial
ekonomi yang kurang serta akibat kebiasaan atau budaya masyarakat yang salah. Oleh
karena itu, keberhasilan menurunkan serangan diare sangat tergantung dari sikap setiap
anggota masyarakat, terutama membudayakan pemakaian larutan oralit dan cairan rumah
tanggapada anak yang menderita diare.

Saat ini sedang digalakkan dan dikembangkan pada masyarakat luas untuk
menanggulangi diare dengan upaya rehidrasi oral (oralit) dan ternyata dapat menurunkan
angka kematian dan kesakitan karena diare.

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor
utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan atas
2 kategori yaitu BBLR karena premature dan BBLR karena intrauterine growth
retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di
negara berkembang banyak BBLR karena IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia,
malaria dan menderita penyakit menular seksual(PMS) sebelum konsepsi atau saat
kehamilan.
Afiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
sepontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan,
atau segera setelah bayi lahir. Pernafasan spotan BBL tergantung pada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan dan pertukaran gas tau
pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat.
Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan
menyebabkan kematian.

Masalah nutrisi dan infeksi

Infeksi neonatus sering dijumpai sebagai gangguan neonatus dimana di Indonesia


merupakan masalah yang gawat. Infeksi neonatus adalah penyakit pada bayi baru lahir
dengan umur kurang dari 1 bulan, bayi-bayi yang terkena infeksi menunjukan dengan
kriteria-kriteria diagnosis. Infeksi neonatus merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada bayi-bayi baru lahir. Infeksi pada neonatus merupakan salah satu
penyebab tertinggi terhadap terjadinya morbiditas dan mortalitas selama periode ini.
Lebih kurang 2% janin dapat terinfeksi in utero dan 10% bayi baru lahir terinfeksi selama
persalinan atau dalam bulan pertama kehidupan.

DHF

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan
Arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Gejala klinis DHF (dengue
hemoragic fever) dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu derajat I ditandai adanya panas 2-
7 hari dengan gejala umumnya tidak khas, tetapi uji tourniquet positif; derajat II sama
seperti derajat I, tetapi sudah ada tanda-tanda perdarahan spontan, seperti petekie,
ekimosa, epitaksis, hematemesis, melena, perdarahan gusi, telinga, dan lain-lain; derajat
III ditandai adanya kegagalan dalam peredaran darah, seperti adanya nadi lemah dan
cepat serta tekanan darah menurun; dan derajat IV ditandai adanya nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak terukur, akral dingin, berkeringat, dan adanya sianosis. Kadang-
kadang dijumpai gejala seperti pembesaran hati, adanya nyeri, asites, dan tanda-taanda
ensefalopati, seperti kejang, gelisah, sopor, dan koma.

Bronkitis Bronkitis

adalah infeksi pada bronkus yang berasal dari hidung dan tenggorokan. Bronkus
merupakan suatu pipa sempit yang berawal pada trakea, yang menghubungkan saluran
pernafasan atas, hidung, tenggorokan, dan sinus ke paru. Gejala bronkitis umumnya
diawali dengan batuk pilek, akan tetapi jika infeksi ini telah menyebar ke bronkus, maka
batuknya akan bertambah parah dan bertambah sifatnya.
Kejang demam

Merupakan bangkitan kejang yang dapat terjadi karena peningkatan suhu akibat
proses ekstrakranium dengan ciri terjadi antara usia 6 bulan – 4 tahun, lamanya kurang
dari 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam.
Pada kejang demam, wajah anak akan menjadi biru, matanya berputar-putar, dan anggota
badannya akan brgetar dengan hebat. Kejang demam sering terjadi pada anak di bawah
usia satu tahun samai awal kelompok usia dua sampai lima tahun, karena pada usia ini
otak anak sangat rentan terhadap peningkatan mendadak suhu badan. Sekitar sepuluh
persen anak mengalami sekurang-kurangnya 1 kali kejang. Pada usia lima tahun, sebagian
besar anak telah dapat mengatasi kerentanannya terhadap kejang demam i.
Hiperbilirubinemia Merupakan suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar bilirubin serum
total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus, yang dikenal
dengan ikterus neonatorum patologis.

Hiperbilirubinemia yang merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin di


dalam jaringan ekstravaskular, sehingga konjungtiva kulit dan mukosa akan berwarna
kuning. Keadaan tersebut juga berpotensi besar terjadi ikterus, yaitu kerusakan otak
akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. Bayi yang mengalami bilirubinemia
memiliki ciri sebagai berikut: adanya ikterus tejadi pada 24 jam pertama, peningkatan
konsentrasi bilirubin serum 10 mg% atau lebih setiap 24 jam, konsentrasi bilirubin serum
10 mg% pada neonatus yang cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonatus yang kurang
bulan, ikterus disertai dengan proses hemolisis kemudian ikterus yang disertai dengan
keadaan berat badan lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari 36 minggu,
asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernapasan dan lain-lain.

Tetanus neonatorum

Merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan oleh adanya infeksi
melalui tali pusat. Penyakit ini disebabkan oleh Clostridium tetani yang bersifat anaerob,
dimana kuman tersebut berkembang pada keadaan tanpa oksigen. Tetanus pada bayi dapat
disebabkan karena tindakan pemotongan tali pusat yang kurang steril. Masa inkubasi
penyakit ini antara 5-14 hari.

2.9 MORTALITY (ANGKA KEMATIAN)


Mortalitas merupakan istilah epidemiologi dan data statistik vital untuk Kematian.
Dikalangan masyarakat kita, ada 3 hal umum yang menyebabkan kematian, yaitu:
1. Degenerasi Organ Vital & Kondisi terkait,
2. Status penyakit,
3. Kematian akibat Lingkungan atau Masyarakat (Bunuh diri, Kecelakaan,
Pembunuhan, Bencana Alam, dsb).
Macam-macam jenis angka kematian (mortality rate) dalam epidemiologi adalah
sebagai berikut .
1. Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate )
2. Angka Kematian Perinatal ( Perinatal Mortality Rate )
3. Angka Kematian Bayi Baru Lahir ( Neonatal Mortality Rate )
4. Angka Kematian Bayi ( Infant Mortalaity Rate )
5. Angka Kematian Balita ( Under Five Mortalaty Rate )
6. Angka Kematian Pasca-Neonatal (Postneonatal Mortality Rate)
7. Angka Lahir Mati / Angka Kematian Janin(Fetal Death Rate )
8. Angka Kematian Ibu ( Maternal Mortality Rate )
9. Angka Kematian Spesifik Menurut Umur (Age Specific Death Rate)
10. Cause Spesific Mortality Rate ( CSMR )
11. Case Fatality rate ( CFR )

Penjelasan

1. Crude Death Rate/CDR (Angka Kematian Kasar/AKK)

Adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu (umumnya 1
tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang
bersangkutan. Istilah Crude (bahasa Inggris) yang berarti kasar, digunakan karena setiap
aspek kematian tidak memperhitungkan usia, jenis kelamin, atau variable lain.

Rumus:

2. Perinatal Mortality Rate/PMR (Angka Kematian Perinatal/AKP)


PMR Adalah : Jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan 28
minggu atau lebih ditambah dengan jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 7
hariyang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Rumus:
Manfaat PMR adalah untuk menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat
terutama kesehatan ibu hamil dan bayi. Factor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
PMR adalah :

1. Banyaknya Bayi BBLR


2. Status gizi ibu dan bayi
3. Keadaan social ekonomi
4. Penyakit infeksi, terutama ISPA
5. Pertolongan persalinan

3. Neonatal Mortality Rate/NMR (Angka Kematian Neonatal/AKN)


Adalah jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28 hari yang dicatat selama 1
tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Rumus:

Manfaat NMR adalah untuk mengetahui :


1. Tinggi rendahnya usaha perawatan postnatal
2. Program imunisasi
3. Pertolongan persalinan
4. Penyakit infeksi, terutama Saluran Napas Bagian Atas.

4. Infant Mortality Rate/IMR (Angka Kematian Bayi/AKB)


Adalah jumlah seluruh kematian bayi berumur kurang dari 1 tahun yang dicatat
selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Manfaatnya adalah
sebagai indicator yg sensitive terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Rumus:
5. Under Five Mortality Rate/UFMR (Angka Kematian Balita)
Adalah jumlah kematian balita yang dicatat selama 1 tahun per 1000 penduduk balita
pada tahun yang sama. Manfaatnya adalah untuk mengukur status kesehatan bayi.
Rumus:

6. Post-Neonatal Mortality Rate (Angka Kematian Pasca-Neonatal)


Adalah kematian yang terjadi pada bayi usia 28 hari sampai 1 tahun per 1000
kelahiran hidup dalam satu tahun. Angka kematian pascaneonatal diperlukan untuk
menelusuri kematian di Negara belum berkembang , terutama pada wilayah tempat bayi
meninggal pada tahun pertama kehidupannya akibat malnutrisi, defisiensi nutrisi, dan
penyakit infeksi.
Rumus:

7. Fetal Death Rate (Angka Kematian Janin/Angka Lahir Mati)


Kematian janin adalah kematian yang terjadi akibat keluar atau dikeluarkannya janin

dari rahim, terlepas dari durasi kehamilannya. Jika bayi tidak bernafas atau tidak

menunjukkan tanda – tanda kehidupan saat lahir, bayi dinyatakan meninggal. Tanda –

tanda kehidupan biasanya ditentukan dari Pernapasan, Detak Jantung, Detak Tali Pusat

atau Gerakan Otot Volunter. Angka Kematian Janin adalah Proporsi jumlah kematian

janin yang dikaitkan dengan jumlah kelahiran pada periode waktu tertentu, biasanya 1

tahun. Rumus:
8. Maternal Mortality Rate/MMR (Angka Kematian Ibu/AKI)
Adalah jumlah kematian ibu sebagai akibat dari komplikasi kehamilan, persalinan
dan masa nifas dalam 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Tinggi
rendahnya MMR berkaitan dengan :

1. Social ekonomi
2. Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin dan nifas
3. Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil
4. Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas.

Rumus:

9. Age Spesific Mortality Rate/ASMR Manfaat


ASMR/ASDR adalah :
1. Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesehatan masyarakat dengan
melihat kematian tertinggi pada golongan umur.
2. Untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di berbagai wilayah.
3. Untuk menghitung rata – rata harapan hidup.

10. Cause Spesific Mortality Rate (CSMR)


Yaitu jumlah seluruh kematian karena satu sebab penyakit dalam satu jangka waktu
tertentu (1 tahun) dibagi dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit
tersebut.

Rumus:
11. Case Fatality Rate/CFR
Adalah perbandingan antara jumlah seluruh kematian karena satu penyebab penyakit
tertentu dalam 1 tahun dengan jumlah penderita penyakit tersebut pada tahun yang sama.
Digunakan untuk mengetahui penyakit –penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi.

Rumus:

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN
Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Morbiditas dalam
arti sempit dimaksudkan sebagai peristiwa sakit atau kesakitan, sedangkan dalam arti luas
morbiditas mempunyai pengertian yang jauh lebih kompleks.

Tiap tahun 12,9 juta anak meninggal, 28% kematian di sebabkan karna pneumania,
23% karna penyakit diarre, dan 16% karna penyakit tidak memeperoleh vaksinasi.
Penyebab angka kesakitan dan kematian anak terbanyak saat ini masih diakibatkan oleh
pneumonia dan diare. Sumber data kematian dapat diperoleh dari sistem registrasi vital
dan sensus atau survei penduduk.

Pengukuran tingkat kesakitan ada 3 yakni insidensi, prevelensi dan attack rate.
Sedangkan pada mortalitas yaitu angka kematian Ibu, angka kematian bayi, angka
kematian kasar, angka kematian karena penyakit tertentu, angka kematian pada golongan
umur tertentu, angka kematian karena penyakit tertentu dan angka kematian neo-natal.

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka
kematian ibu mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia masih tergolong tinggi, jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan
ASEAN. Target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), Depkes telah
mematok target penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000
kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015. 7. Upaya pemerintah
dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak di dindonesia diantaranya Program
Imunisasi, Jaminan Persalinan (JAMPERSAL), Kebijakan ASI Eksklusif, Jaminan
Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), Meningkatkan Kualitas Perawat atau Pelayanan
Kesehatan dan Program Sistem Penjaminan Biaya Pelayanan Medik.

3.2 SARAN
Untuk mahasiswa/mahasiswi khususnya, S1 Kesehatan Masyarakat agar belajar
lebih mendalami lagi tentang Ukuran Frekuensi Epidemiologi. Karena, lebih banyak
mendalami, kita lebih banyak tau lagi tentang macam-macam ukuran frekuensi
efidemiologi itu seperti apa . Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/3713074/ratio_rate_proporsi
https://www.academia.edu/30009396/MORTALITAS_MORBIDITAS
https://www.academia.edu/10924397/epidemiologi
Nadjib, M.Bustan. 2012.Pengantar Epidemiologi.Jakarta : Rineka Cipta.
https://adityasetyawan.files.wordpress.com/2008/10/ukuran-epid-2008-new.pdf Diakses
pada 11 November 2014.
Aditya Setyawan, 2008. Pengukuran Frekuensi Masalah Kesehatan (UkuranUkuran
Epidemiologi). Online. Available on

Anda mungkin juga menyukai