Disusun oleh:
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan diangkat pada makalah
ini adalah :
Rate (angka), ratio (rasio), dan proporsi adalah tiga serangkai bentuk dasar
epidemiologi. Ketiga bentuk dasar ini dipakai untuk mengukur dan menjelaskan peristiwa
kesakitan, kematian, dan nilai statistik vital lainnya. Misalnya kesakitan bisa diukur
dengan angka insidensi dan angka serangan, dan kematian dengan angka kematian
(mortality rate).
X
Rate, Ratio Proporsi = xK
Y
2.2 POPULASI
Populasi berasal dari kata bahasa inggris yaitu population, yang berarti jumlah
penduduk. Oleh karena itu, apabila disebutkan kata populasi, orang kebanyakan
menghubungkannya dengan masalah-masalah kependudukan. Hal tersebut ada benarnya
juga, karena itulah makna kata populasi sesungguhnya.Kemudian pada perkembangan
selanjutnya, kata populasi menjadi amat populer, dan digunakan di berbagai disiplin ilmu.
Dalam metode penelitian kata populasi digunakan untuk menyebutkan serumpun
atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Olehkarenanya, populasi
penelitian merupakan keseluruhan universal, dari objek penelitian yang dapat berupa
manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya,
sehingga objek-objek ini dapat menjadisumber data penelitian.
Karena pengertian populasi yang dikemukakan diatas, maka populasi menjadi amat
beragam. Kalau populasi dilihat dari penentuan sumber data, maka populasi dapat
dibedakan menjadi:
1. Populasi terbatas, yaitu populasi yang memiliki sumber yang jelas batasbatasnya
secara kuantitatif.
2. Populasi tak terhingga, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang tidak
dapat ditentukan batas-batasnya secara kuantitatif.
Dilihat dari kompleksitas objek populasi, maka populasi dapat dibedakan menjadi:
2.3 PROPORSI
Proporsi adalah bentuk pecahan yang pembilangnya merupakan bagian dari
penyebutnya. Digunakan untuk melihat komposisi suatu variable dalam populasi. Bentuk
ini sering dinyatakan dalam persen, yaitu dengan mengalikan pecahan ini dengan 100% .
Tidak mempunyai satuan (dimensi), karena satuan dari pembilang dan penyebutnya sama,
sehingga saling meniadakan. Nilainya antara 0 dan 1. Apabila menggunakan angka dasar
(konstanta) adalah 100, maka disebut persentase.
X
Proporsi= xK
Y
Laporan dari Puskesmas Paroon menyebutkan bahwa sebanyak 50 orang yang terdiri dari
40 orang laki-laki dan sisanya wanita telah menderita keracunan makanan setelah
mengikuti acara kenduri. Hitunglah Proporsi penderita keracunan makanan tersebut
menurut jenis kelamin laki-laki dan wanita.
X xK
Proposi = Y
40
x 100%=80%
Proposi penderita laki-laki = 50
10
x100%=2%
Proposi penderita wanita= 50
2.4 RATE
Perbandingan dimana numerator dan denominatornya sama, memasukkan unsur
periode waktu.
Contoh Kasus :
Crude Birth Rate : adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun
tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama
B
CBR = x1000
P
Keterangan:
CBR : cr ude BirthRate (Angka Kelahiran Kasar)
B : jumlah kelahiran
P : jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Sehingga Angka Kelahiran Kasar yang terhitung adalah sebesar 20. Artinya, pada
tahun 2003 terdapat 20 kelahiran per 1000 penduduk.
Jenis Rate
Rate dapat dibagi menjadi tiga bentuk utama :
1) Crude, misalnya Crude Birth Rate (Angka Kelahiran Kasar)
Crude rate merupakan hasil perhitungan kasar yang pembaginya didasarkan
pada jumlah penduduk secara keseluruhan.
2) Specific,misalnya Age-specific Rate (Angka Khusus menurut Umur)
Adalah nilai angka yang didasarkan pembagiannya dengan suatu kelompok
tertentu yang berisiko.
3) Adjusted,misalnya Adjusted Rate (Angka Disesuaikan)
Adalah nilai yang perhitungannya disesuaikan dengan suatu kelompok
pembanding tertentu yang bertujuan untuk menghilangkan suatu variabel
tertentu yang sedang dibandingkan.
2.5 RATIO
Ratio merupakan perbandingan antara dua kejadian atau dua hal antara numerator
dan denominator tidak saling tergantung atau tidak ada sangkut pautnya. Ratio
digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian. Ratio dapat juga dinyatakan sebagai
perbandingan.
Nilai rasio jarang digunakan kecuali pada beberapa hal khusus seperti rasio jenis kelamin
(sex ratio), rasio mortalitas yang distandarisasi (SMR) dll.
Rumus:
X
Ratio = xK
Y
X : banyaknya peristiwa, orang, dan lain-lain yang mempunyai satu atau lebih
atribut tertentu
Y : banyaknya peristiwa, orang, dan lain-lain yang mempunyai satu atau lebih
atribut tertentu, tetapi berbeda dengan X
K : Nilainya 1
Contoh:
Laporan dari puskesmas Paroon menyebutkan bahwa sebanyak 50 orang yang terdiri dari
40 orang laki-laki dan sisanya wanita telah menderita keracunan makanan setelah
mengikuti acara kenduri. Hitunglah Ratio penderita keracunan makanan tersebut menurut
jenis kelamin wanita dan laki-laki.
wanita
Ratio wanita : laki-laki = laki−laki
wanita
Ratio wanita : laki-laki = x1
laki−laki
2.6 INSIDENSI/INCIDENCE
Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Incidence Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu
tertentu(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.
Rumus:
K = Konstanta ( 100%, 1000 ‰)
2. Attack Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat
yang sama.
Rumus:
Adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan kedua
dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi orang/penduduk yang pernah terkena
penyakit pada serangan pertama. Digunakan dalam menghitung suatu panyakit menular
dan dalam suatu populasi yang kecil (misalnya dalam Satu Keluarga).
Rumus:
2.7 PREVALENSI/PREVALENCE
Yaitu jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka
waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang
bersangkutan. Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang sulit
diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.
Rumus:
Adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan
jumlah penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan. Rumus:
Hubungan Antara
Rumus hubungan Insidensi dan Prevalensi tersebut hanya berlaku jika dipenuhi 2
syarat, yaitu:
1. Nilai Insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan atau tidak
menunjukkan perubahan yang mencolok.
2. Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil atau tidak menunjukkan
perubahan yang terlalu mencolok.
Angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah tertinggi di negara ASEAN. Tiap
tahun 12,9 juta anak meninggal, 28% kematian di sebabkan karna pneumania, 23%
karena penyakit diare, dan 16% karena penyakit tidak memperoleh vaksinasi. Penyebab
angka kesakitan dan kematian anak terbanyak saat ini masih diakibatkan oleh pneumonia
dan diarre. Pencegahan sederhana dan dapat di peroleh seperti vaksin, antibiotik, terapi
rehidrasi oral, kontrasepsi, dapat mencegah 25-90% kematian karena penyebab spesifik.
Secara keseluruhan 65% kematian anak bisa di cegah dengan biaya murah.
Pendidikan
Angka Kematian Ibu yang begitu tinggi salah satunya karena tingkat pendidikan para
ibu di Indonesia yang masih sangat rendah. Jika kita melihat dari jenjang pendidikan, data
Badan Pusat Statistik tahun 2010 menyatakan bahwa mayoritas ibu di Indonesia tidak
memiliki ijazah SD, yakni sebesar 33,34 persen. Selanjutnya sebanyak 30,16% ibu hanya
memiliki ijazah SD atau sederajat. Dan hanya terdapat 16,78% ibu yang berpendidikan
setara SMA. Hanya 7,07% ibu yang berpendidikan perguruan tinggi. Penyerapan
informasi yang beragam dan berbeda sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seorang
ibu. Latar pendidikan formal serta informal akan sangat berpengaruh pada seluruh aspek
kehidupan para ibu mulai dari segi pikiran, perasaan maupun tindakannya. Dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi calon ayah dan calon ibu akan mampu merncanakan
kehamilan dengan baik sehingga bisa terhindar dari 4 Terlalu yaitu melahirkan terlalu
muda (dibawah 20 tahun), terlalu tua (diatas 35 tahun), terlalu dekat (jarak melahirkan
kurang dari 2 tahun) dan terlalu banyak (lebih dari 4 kali). Dalam penanganan kehamilan
dan persalinan pun pendidikan akan sangat penting agar bisa terhindar dari faktor risiko 3
Terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan di tingkat keluarga, terlambat merujuk/
transportasi dan terlambat menangani dan Terlambat mendapat pelayanan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seorang ibu, maka akan semakin tinggi pula kesadaran mereka
terhadap proses pra kehamilan dan pasca kehamilannya, sehingga untuk menjaga agar
dirinya sehat dalam masa kehamilan maka ibu tersebut pasti akan melaporkan dan
memeriksakan dirinya kepada tenaga medis yang ahli dibidangnya. Dan sebaliknya, jika
pendidikan seorang ibu rendah seperti yang banyak terjadi di Indonesia, maka
kesehatannya selama masa kehamilan tidak begitu diperhatikan. Oleh sebab itu banyak
terjadi kematian pada ibu melahirkan yang disebabkan kesadaran akan kesehatan yang
rendah.
Lingkungan
Lingkungan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi KIA. Banyak aspek
yang mempengaruhi KIA yang dapat dilihat dalam suatu lingkungan. Dalam
hubungannya dengan meningkatnya kasus kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas),
lingkungan yang dibahas adalah aspek geografis. Kondisi geografis suatu lingkungan
mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan itu sendiri. Kondisi
lingkungan yang tidak mendukung, seperti sulit terjangkau oleh sarana transportasi tentu
saja mengakibatkan sulitnya sarana dan tenaga kesehatan untuk menjangkau daerah
tersebut. Imbasnya, kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut akan
terbengkalai, masyarakat akan minim dalam sarana kesehatan, dan banyak ibu yang
mengalami kesulitan selama masa kehamilan, melahirkan dan juga nifas, sehingga angka
kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas) akan terus bertambah besar.
Ekonomi
Kondisi keuangan yang tidak mencukupi tentu menyulitkan para ibu (hamil,
melahirkan dan nifas) untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang memadai. Oleh sebab
itu, mereka cenderung tidak memeriksakan kesehatan dirinya pra kehamilan hingga pasca
kehamilan. Akibatnya, banyak ibu yang meninggal saat melahirkan karena penyakit yang
baru diketahui ketika akan melahirkan.
Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masih
rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan
menetapkan target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010.
Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga
medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen
dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga
seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Dengan cukupnya tenaga medis diharapkan
persoalan berupa kevalidtan data dan kasus yang tidak tersentuh dapat dikurangi sehingga
dapat mengurangi angka AKI.
Adat Istiadat
Pada kasus kematian ibu akibat perdarahan faktor budaya yang berpengaruh terhadap
tingginya angka kematian ibu adalah kecenderungan bagi ibu di perdesaan dan keluarga
miskin untuk melahirkan dengan bantuan dukun beranak, bukan dengan bantuan petugas
medis yang telah disediakan. Ada pula tradisi suku tertentu yang mengharuskan ibu nifas
ditempatkan dalam suatu tempat yang dapat dikatakan kurang higienis.
Di Indonesia, angka kejadian pneumonia pada balita adalah sekitar 10-20% per
tahun. Angka kematian pneumonia pada balita di Indonesia adalah 6 per 1000 balita. Ini
berarti dari setiap 1000 balita setiap tahun ada 6 orang diantaranya yang meninggal akibat
pneumonia. Jika dihitung, jumlah balita yang meninggal akibat pneumonia di indonesia
dapat mencapai 150.000 orang per tahun, 12.500 per bulan, 416 per hari, 17 orang per jam
atau 1 orang balita tiap menit. Usia yang rawan adalah usia bayi (dibawah 1 tahun),
karena sekitar 60-80% kematian pneumonia terjadi pada bayi. Secara umum, ada 3 faktor
resiko ISPA, yaitu keadaan sosial ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak,
keadaan gizi dan cara pemberian makan, serta kebiasaan merokok dan pencemaran udara.
Pencegahan ISPA dan Pneumonia yaitu dengan cara pemberian imunisasi campak dan
pertusis (DPT). Dengan imunisasi campak yang efektif, sekitar 11% kematian pneumonia
balita dapat dicegah dan dengan imunisasi DPT, 6% kematian pneumonia dapat dicegah.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pencegahan ISPA adalah dengan hidup sehat, cukup
gizi, menghindari polusi udara dan pemberian imunisasi lengkap.
Diare
Saat ini sedang digalakkan dan dikembangkan pada masyarakat luas untuk
menanggulangi diare dengan upaya rehidrasi oral (oralit) dan ternyata dapat menurunkan
angka kematian dan kesakitan karena diare.
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor
utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan atas
2 kategori yaitu BBLR karena premature dan BBLR karena intrauterine growth
retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di
negara berkembang banyak BBLR karena IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia,
malaria dan menderita penyakit menular seksual(PMS) sebelum konsepsi atau saat
kehamilan.
Afiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
sepontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan,
atau segera setelah bayi lahir. Pernafasan spotan BBL tergantung pada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan dan pertukaran gas tau
pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat.
Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan
menyebabkan kematian.
DHF
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan
Arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Gejala klinis DHF (dengue
hemoragic fever) dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu derajat I ditandai adanya panas 2-
7 hari dengan gejala umumnya tidak khas, tetapi uji tourniquet positif; derajat II sama
seperti derajat I, tetapi sudah ada tanda-tanda perdarahan spontan, seperti petekie,
ekimosa, epitaksis, hematemesis, melena, perdarahan gusi, telinga, dan lain-lain; derajat
III ditandai adanya kegagalan dalam peredaran darah, seperti adanya nadi lemah dan
cepat serta tekanan darah menurun; dan derajat IV ditandai adanya nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak terukur, akral dingin, berkeringat, dan adanya sianosis. Kadang-
kadang dijumpai gejala seperti pembesaran hati, adanya nyeri, asites, dan tanda-taanda
ensefalopati, seperti kejang, gelisah, sopor, dan koma.
Bronkitis Bronkitis
adalah infeksi pada bronkus yang berasal dari hidung dan tenggorokan. Bronkus
merupakan suatu pipa sempit yang berawal pada trakea, yang menghubungkan saluran
pernafasan atas, hidung, tenggorokan, dan sinus ke paru. Gejala bronkitis umumnya
diawali dengan batuk pilek, akan tetapi jika infeksi ini telah menyebar ke bronkus, maka
batuknya akan bertambah parah dan bertambah sifatnya.
Kejang demam
Merupakan bangkitan kejang yang dapat terjadi karena peningkatan suhu akibat
proses ekstrakranium dengan ciri terjadi antara usia 6 bulan – 4 tahun, lamanya kurang
dari 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam.
Pada kejang demam, wajah anak akan menjadi biru, matanya berputar-putar, dan anggota
badannya akan brgetar dengan hebat. Kejang demam sering terjadi pada anak di bawah
usia satu tahun samai awal kelompok usia dua sampai lima tahun, karena pada usia ini
otak anak sangat rentan terhadap peningkatan mendadak suhu badan. Sekitar sepuluh
persen anak mengalami sekurang-kurangnya 1 kali kejang. Pada usia lima tahun, sebagian
besar anak telah dapat mengatasi kerentanannya terhadap kejang demam i.
Hiperbilirubinemia Merupakan suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar bilirubin serum
total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus, yang dikenal
dengan ikterus neonatorum patologis.
Tetanus neonatorum
Merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan oleh adanya infeksi
melalui tali pusat. Penyakit ini disebabkan oleh Clostridium tetani yang bersifat anaerob,
dimana kuman tersebut berkembang pada keadaan tanpa oksigen. Tetanus pada bayi dapat
disebabkan karena tindakan pemotongan tali pusat yang kurang steril. Masa inkubasi
penyakit ini antara 5-14 hari.
Penjelasan
Adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu (umumnya 1
tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang
bersangkutan. Istilah Crude (bahasa Inggris) yang berarti kasar, digunakan karena setiap
aspek kematian tidak memperhitungkan usia, jenis kelamin, atau variable lain.
Rumus:
Rumus:
Manfaat PMR adalah untuk menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat
terutama kesehatan ibu hamil dan bayi. Factor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
PMR adalah :
Rumus:
dari rahim, terlepas dari durasi kehamilannya. Jika bayi tidak bernafas atau tidak
menunjukkan tanda – tanda kehidupan saat lahir, bayi dinyatakan meninggal. Tanda –
tanda kehidupan biasanya ditentukan dari Pernapasan, Detak Jantung, Detak Tali Pusat
atau Gerakan Otot Volunter. Angka Kematian Janin adalah Proporsi jumlah kematian
janin yang dikaitkan dengan jumlah kelahiran pada periode waktu tertentu, biasanya 1
tahun. Rumus:
8. Maternal Mortality Rate/MMR (Angka Kematian Ibu/AKI)
Adalah jumlah kematian ibu sebagai akibat dari komplikasi kehamilan, persalinan
dan masa nifas dalam 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Tinggi
rendahnya MMR berkaitan dengan :
1. Social ekonomi
2. Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin dan nifas
3. Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil
4. Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas.
Rumus:
Rumus:
11. Case Fatality Rate/CFR
Adalah perbandingan antara jumlah seluruh kematian karena satu penyebab penyakit
tertentu dalam 1 tahun dengan jumlah penderita penyakit tersebut pada tahun yang sama.
Digunakan untuk mengetahui penyakit –penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi.
Rumus:
Tiap tahun 12,9 juta anak meninggal, 28% kematian di sebabkan karna pneumania,
23% karna penyakit diarre, dan 16% karna penyakit tidak memeperoleh vaksinasi.
Penyebab angka kesakitan dan kematian anak terbanyak saat ini masih diakibatkan oleh
pneumonia dan diare. Sumber data kematian dapat diperoleh dari sistem registrasi vital
dan sensus atau survei penduduk.
Pengukuran tingkat kesakitan ada 3 yakni insidensi, prevelensi dan attack rate.
Sedangkan pada mortalitas yaitu angka kematian Ibu, angka kematian bayi, angka
kematian kasar, angka kematian karena penyakit tertentu, angka kematian pada golongan
umur tertentu, angka kematian karena penyakit tertentu dan angka kematian neo-natal.
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka
kematian ibu mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia masih tergolong tinggi, jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan
ASEAN. Target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), Depkes telah
mematok target penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000
kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015. 7. Upaya pemerintah
dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak di dindonesia diantaranya Program
Imunisasi, Jaminan Persalinan (JAMPERSAL), Kebijakan ASI Eksklusif, Jaminan
Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), Meningkatkan Kualitas Perawat atau Pelayanan
Kesehatan dan Program Sistem Penjaminan Biaya Pelayanan Medik.
3.2 SARAN
Untuk mahasiswa/mahasiswi khususnya, S1 Kesehatan Masyarakat agar belajar
lebih mendalami lagi tentang Ukuran Frekuensi Epidemiologi. Karena, lebih banyak
mendalami, kita lebih banyak tau lagi tentang macam-macam ukuran frekuensi
efidemiologi itu seperti apa . Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/3713074/ratio_rate_proporsi
https://www.academia.edu/30009396/MORTALITAS_MORBIDITAS
https://www.academia.edu/10924397/epidemiologi
Nadjib, M.Bustan. 2012.Pengantar Epidemiologi.Jakarta : Rineka Cipta.
https://adityasetyawan.files.wordpress.com/2008/10/ukuran-epid-2008-new.pdf Diakses
pada 11 November 2014.
Aditya Setyawan, 2008. Pengukuran Frekuensi Masalah Kesehatan (UkuranUkuran
Epidemiologi). Online. Available on