Anda di halaman 1dari 52

ANALISIS POTENSI EKONOMI DI KABUPATEN BONE

(KAJIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO)

SRI HARDIANTI1

1
Universitas Negeri Makassar
1
Fakultas Ekonomi

ABSTRAK

Sri Hardianti, 2019. Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Bone (Kajian Produk

Domestik Regional Bruto). Skripsi ini dibimbing oleh Basri Bado dan Andi

Samsir Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Makassar.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang

memiliki keunggulan komparatif/spesialisasi, keunggulan kompetitif dan

tergolong sektor yang progresif di Kabupaten Bone. Penelitian ini menggunakan

data sekunder (runtun waktu) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik yang

terdiri dari data PDRB Kabupaten Bone dan Provinsi Sulawesi Selatan atas dasar

harga Konstan 2010 tahun 2013-2017. Analisis data dengan menggunakan

Analisis Location Quotient (LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Overlay

serta Tipologi Klassen.

Hasil penelitian berdasarkan keunggulan komparatif/spesialisasi yaitu sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan; sektor pengadaan listrik dan gas dan sektor

administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib. Sektor yang


memiliki keunggulan kompetitif /daya saing yaitu sektor pertanian, kehutanan

dan perikanan; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan;

sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor; sektor

transportasi pergudangan; sektor informasi dan komunikasi; sektor jasa keuangan

dan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib.

Sedangkan, sektor yang tergolong progresif yaitu sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan; sektor pengadaan listrik dan gas dan sektor administrasi pemerintahan,

pertahanan dan jaminan sosial wajib.

Kata kunci: PDRB, Keunggulan komparatif, Keunggulan kompetitif, Sektor

progresif, Analisis Location Quotient, MRP, Overlay dan Tipologi

Klassen

LATAR BELAKANG merangsang perkembangan kegiatan

ekonomi di wilayah tersebut. Setiap


Pembangunan ekonomi
daerah mempunyai corak
daerah merupakan bagian dari
pertumbuhan ekonomi yang berbeda
pembangunan nasional. Menurut
dengan daerah lain. Oleh sebab itu,
Arsyad (2010), Pembangunan
perencanaan pembangunan ekonomi
ekonomi daerah adalah suatu proses
suatu daerah pertama-tama perlu
dimana pemerintah daerah dan
mengenali karakter ekonomi, sosial
masyarakat mengelola sumber daya
dan fisik daerah itu sendiri, termasuk
yang ada dan membentuk suatu pola
interaksinya dengan daerah lain.
kemitraan antara pemerintah daerah
Pembangunan daerah
dan pihak swasta untuk menciptakan
hakikatnya adalah upaya terencana
suatu lapangan kerja baru dan
untuk meningkatkan kapasitas sektor lain untuk berkembang dan

pemerintahan daerah sehingga memberikan dampak positif terhadap

tercipta suatu kemampuan yang wilayah tersebut.

handal dalam memberikan pelayanan Saat ini pemerintah daerah

kepada masyarakat, dan mengelola diberikan kewenangan yang besar

sumber daya ekonomi daerah secara untuk mengelola pembangunan di

berdaya guna serta berhasil untuk daerahnya masing-masing.

kemajuan perekonomian daerah dan Pemerintah daerah dituntut berperan

kesejahteraan masyarakat (Nurman, aktif dalam upaya mencapai dan

2015). meningkatkan kesejahteraan daerah

Oleh sebab itu, dalam secara berkelanjutan. Peran

pembangunan ekonomi daerah perlu pepemerintah daerah diberikan

diperhatikan sektor yang potensial kewenangan yang besar untuk

dikembangkan agar memberikan mengelola pembangunan di

efek multiplier bagi sektor-sektor daerahnya masing-masing.

ekonomi yang lain. Sehingga Pemerintah daerah dituntut berperan

masing-masing pemerintah daerah aktif dalam upaya mencapai dan

dapat melihat sektor yang memiliki meningkatkan kesejahteraan daerah

keunggulan/kelemahan di secara berkelanjutan. Peran

wilayahnya. sektor yang memiliki pemerintah sekarang menjadi lebih

keunggulan akan mempunyai besar, otonomi daerah menuntut

prospek untuk dikembangkan dan pemerintah daerah untuk berperan

diharapkan dapat mendorong sektor - dalam memimpin, mengelola dan


merencanakan perencanaan daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi

(Undang-undang No 23 Tahun Selatan. Kabupaten Bone merupakan

2004). salah satu daerah otonom yang

Sulawesi Selatan memiliki memiliki Kewenangan untuk

beragam karakteristik kondisi dan menyelenggarakan pemerintahan dan

potensi ekonomi. Keberagaman pembangunan. Di sisi lain juga dapat

potensi ini memerlukan perhatian memberikan pelayanan dan

dalam upaya pengembangan setiap memanfaatkan potensi ekonomi

daerah di Sulawesi Selatan. Oleh secara optimal. Diharapkan

karena itu, pemerintah daerah kedepannya dapat memberikan

berupaya menjaga agar potensi di dampak bagi kesejahteraan

daerah tersebut tidak harus di kelola masyarakat dan potensi yang ada di

oleh pihak asing sehingga akan daerah tersebut bisa dinikmati

memberikan dampak yang masyarakat. Oleh sebab itu,

merugikan daerah tersebut. Oleh diperlukan penekanan atau kebijakan

karena itu, diperlukan beragam data yang tepat.

untuk dijadikan dasar acuan dalam Pengembangan sektor-sektor

penyusunan maupun evaluasi ekonomi di Kabupaten Bone yang

pembangunan ekonomi di Sulawesi dianggap potensial diyakini dapat

Selatan untuk melakukan memberikan dampak kesejahteraan

perencanaan pembangunan. bagi masyarakat. Sebagaimana,

Kabupaten Bone merupakan peningkatan perekonomian daerah

salah satu kabupaten dari 24 sangat berpengaruh terhadap


perekonomian pusat/provinsi. pertumbuhan yang cukup tinggi

Dengan meningkatnya perekonomian dibandingkan dengan beberapa

suatu daerah maka akan mendorong Kabupaten/Kota lainnya.

dan menentukan keberhasilan Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

perekonomian di tingkat Bone di dukung oleh beberapa sektor

pusat/provinsi. dilihat dari tingkat Produk Domestik

Hal ini menandakan bahwa Regional Bruto (PDRB) lapangan

pertumbuhan ekonomi diwilayah usaha sebagai berikut:

tersebut tergolong dalam

Grafik 1.2 Sektor tingkat terbesar Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten
Bone tahun 2013 -2017 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan (Miliar
Rupiah)

10.000,00

8.000,00
Pertanian, Kehutanan &
Perikanan
6.000,00 Real Estate

4.000,00 Konstruksi

2.000,00 Industri Pengolahan

0,00
2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone (2018)

Di lihat grafik 1.2 lapangan usahanya yaitu sektor real


menggambarkan bahwa, selain estate; sektor konstruksi; dan sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan industri pengolahan. Data
ada 3 sektor lain yang memiliki menunjukkan bahwa dari tahun ke
kontribusi terhadap perekonomian di tahun, sektor tersebut mampu
Kabupaten Bone jika di lihat dari meningkat secara cepat sehingga ke
data PDRB harga konstan menurut empat sektor tersebut bisa di jadikan
sektor unggulan yang dapat (PDRB) provinsi Sul-Sel di tahun
meningkatkan perekonomian di 2013, Kabupaten Bone berada pada
Kabupaten Bone. Jika di lihat dari urutan ke-2 dari 24 Kabupaten/Kota
kontribusi Produk Domestik sebesar 6,43 persen dengan nilai
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten PDRB sebesar 13.531,85 miliar.
Bone terhadap pembentukan total
Produk Domestik Regional Bruto
Grafik 1.3 Kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan di
Kabupaten Bone tahun 2013-2017 (persen)

kontribusi pertanian, kehutanan dan perikanan


49
48,37 48,28
48
47,69
47,4
47

46 45,82
45
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: BPS Kabupaten Bone (2018)


Di lihat dari grafik 1.3 Nino di awal tahun dan berlanjut El

menggambarkan bahwa kontribusi Nina di pertengahan hingga akhir

sektor pertanian, kehutanan dan tahun, yang berdampak kurang baik

perikanan yang merupakan sektor bagi produktivitas pertanian karena

penopang terbesar di Kabupaten banyak tanaman pertanian yang

Bone seiring waktu mengalami terserang hama penyakit dan bencana

fluktuatif. Tingkat tertinggi alam berupa banjir di daerah Bone

kontribusi berada di tahun 2016 dan bagian utara. Selain itu, pada tahun

titik terendah kontribusi sektor 2017 luas lahan pertanian di

tersebut berada di tahun 2013. Tahun Kabupaten Bone mengalami

2017, sektor pertanian, kehutanan penyusutan yaitu sebesar 2.315 Ha

dan perikanan mengalami penurunan dari tahun 2016.

kontribusi sebesar 0,09 persen. Hal Berdasarkan kontribusi

ini dikarenakan, karena melambatnya perekonomian diketahui bahwa

pula lapangan usaha pertanian masing-masing sektor tersebut

dimana pada tahun 2016 berperan dalam pembentukan total

pertumbuhannya mencapai 10,46 Produk Domestik Regional Bruto

persen sedangkan pada tahun 2017. (PDRB) suatu daerah. Semakin

Hanya tumbuhn sebesar 8,6 persen, besarnya persentase suatu sektor

hal tersebut terjadi karena maka semakin besar pula pengaruh

menurunnya produksi pertanian pada sektor tersebut di dalam

tahun 2017. Sebab, sepanjang tahun perekonomian suatu daerah yang

2017, terjadi anomali cuaca yaitu El biasa disebut sebagai sektor


dominan. Dimana, Kabupaten Bone meningkatkan pertumbuhan ekonomi

berada pada wilayah yang memiliki agar hasilnya optimum diperlukan

kemampuan dan kondisi geografis pemilihan sektor-sektor ekonomi

yang bisa memberikan dampak yang diprioritaskan sehingga dapat

positif bagi perkembangan wilayah menggunakan potensi ekonomi

dan kesejahteraan masyarakatnya. daerah secara optimal terutama bagi

Maka dari itu, diperlukan perhatian sektor ekonomi yang potensinya

dalam perbaikan kebijakan dan belum dimanfaatkan secara baik.

perencanaan pembangunan untuk Sektor-sektor ekonomi yang dapat

mencapai struktur perekonomian diunggulkan oleh daerah merupakan

yang dapat bersaing secara sektor basis, dengan keunggulan

komparatif dan kompetitif secara komparatif/spesialisasi, keunggulan

nasional. kompetitif/daya saing dan

Kajian mengenai potensi pertumbuhan yang progresif bagi

ekonomi berupa sektor-sektor daerah yang bersangkutan.

unggulan ini sangat diperlukan untuk Berdasarkan dari uraian

perencanaan pengembangan diatas, maka diperlukan penelitian

pembangunan yang akan datang lanjut untuk menentukan potensi dan

terutama dalam pelaksanaan otonomi identifikasi sektor-sektor

daerah. Kabupaten Bone yang perekonomian daerah di Kabupaten

memiliki peningkatan Produk Bone guna meningkatkan

Domestik Regional Bruto yang pertumbuhan ekonomi di era

positif, oleh sebab itu, untuk otonomi daerah. Oleh sebab itu,
peneliti mengambil judul penelitian balas jasa bagi faktor-faktor produksi

“ANALISIS POTENSI yang beroperasi di daerah tersebut

EKONOMI DI KABUPATEN (tanah, modal, tenaga kerja, dan

BONE (KAJIAN PRODUK teknologi), yang berarti secara kasar

DOMESTIK REGIONAL BRUTO dapat menggambarkan kemakmuran

)”. daerah tersebut. Kesejahteraan suatu

TINJAUAN PUSTAKA wilayah selain ditentukan oleh

Petumbuhan Ekonomi Wilayah besarnya nilai tambah yang tercipta

di wilayah tersebut juga oleh


Pertumbuhan ekonomi
seberapa besar terjadi
wilayah adalah penambahan
transferpayment, yaitu bagian
pendapatan masyarakat secara
pendapatan yang mengalir ke luar
keseluruhan yang terjadi di wilayah
wilayah atau mendapat aliran dana
tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai
dari luar wilayah.
tambah (added value) yang terjadi di
Menurut Boediono dalam
wilayah tersebut (Tarigan, 2014).
Tarigan (2014) mengemukakan
Perhitungan pendapatan wilayah
“pertumbuhan ekonomi adalah
pada awalnya dibuat dalam harga
proses kenaikan output perkapita
berlaku. Namun agar dapat melihat
dalam jangka panjang. Jadi
pertambahan dari kurun waktu ke
persentase pertambahan output itu
kurun waktu berikutnya, harus
haruslah lebih tinggi dari persentase
dinyatakan dalam nilai riil, artinya
jumlah penduduk dan ada
dinyatakan dalam harga konstan.
kecenderungan dalam jangka
Pendapatan wilayah menggambarkan
panjang.bahwa perrumbuhan itu akan Inquiry Into the Nature and Causes

berlanjut. Selanjutnya, Boediono of the Wealth of Nations. Inti ajaran

mengemukakan bahwa ada ahli Smith adalah agar masyarakat diberi

ekonomi yang membuat definisi kebebasan seluas-luasnya dalam

lebih ketat, yaitu bahwa menentukan kegiatan ekonomi apa

pertumbuhan ekonomi itu haruslah yang dirasakan baik untuk dilakukan.

bersumber dari proses di dalam Selanjutnya, teori ekonomi

perekonomian tersebut. Neoklasik mengemukakan bahwa

Teori ekonomi klasik menjelaskan tingkat pertumbuhan di pengaruhi

bahwa ada 4 faktor yang oleh 3 sumber yaitu Akumulasi

mempengaruhi pertumbuhan modal, pertambahan penawaran

ekonomi yaitu jumlah penduduk, tenaga kerja, dan peningkatan

jumlah persediaan barang modal, teknologi. Teknologi dapat dilihat

sumber daya alam serta tingkat dari peningkatan skill atau kemajuan

teknologi yang digunakan. Adam teknik sehingga produktivitas

Smith beranggapan bahwa perkapita meningkat. Paham

pertumbuhan ekonomi sebenarnya neoklasik melihat bahwa peran

bertumpu pada adanya pertambahan kemajuan teknologi atau inovasi

penduduk. Dengan adanya sangat besar dalam memacu

pertambahan penduduk maka akan pertumbuhan ekonomi wilayah. Oleh

terdapat pertambahan output atau sebab itu, pemerintah perlu

hasil. Teori Adam Smith ini tertuang mendorong terciptanya kreativitas

dalam bukunya yang berjudul An dalam kehidupan masyarakat, agar


produktivitas tenaga kerja terus Teori Basis Ekonomi

meningkat
Teori basis ekonomi

Pembangunan Ekonomi Daerah (economic base theory) mendasarkan

pandangannya bahwa laju


Pembangunan ekonomi
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
daerah adalah proses pemerintah
ditentukan oleh besarnya
daerah dan masyarakatnya mengelola
peningkatan ekspor dari wilayah
sumber daya-sumber daya yang ada
tersebut (Tarigan, 2014). Teori basis
dan membentuk suatu pola kemitraan
ini digolongkan ke dalam dua sektor
antara pemerintah daerah dengan
yaitu sektor basis dan sektor non-
sektor swasta untuk menciptakan
basis. Sektor basis merupakan sektor
suatu lapangan kerja baru dan
atau kegiatan ekonomi yang
merangsang perkembangan kegiatan
melayani baik pasar di daerah
ekonomi (pertumbuhan ekonomi)
tersebut maupun luar daerah,
dalam suatu wilayah tertentu. Jadi
sedangkan sektor non basis adalah
dapat disimpulkan bahwa
sektor yang menyediakan barang dan
pembangunan ekonomi daerah tidak
jasa untuk masyarakat di dalam batas
hanya menekankan pada peningkatan
wilayah perekonomian tersebut.
pertumbuhan ekonomi yang
Dalam pengertian ekonomi
ditunjukkan pada Produk Domestik
regional, ekspor adalah menjual
Regional Bruto (PDRB) melainkan
produk/jasa ke luar wilayah lain
mengarah pada kualitas dari
dalam negara maupun ke luar negeri.
peningkatan tersebut (Muammil,
Tenaga kerja yang berdomisili di
2015)
wilayah kita, tetapi bekerja dan tersebut, Ricardo membuktikan

memperoleh uang dari wilayah lain bahwa apabila ada dua negara yang

termasuk dalam pengertian ekspor. saling bedagang dan masing-masing

Pada dasarnya kegiatan ekspor negara mengkonsentrasikan diri

adalah semua kegiatan baik untuk mengekspor barang yang bagi

penghasil produk maupun penyedia negara tersebut memiliki keunggulan

jasa yang mendatangkan uang dari komparatif maka kedua negara

luar wilayah disebut kegiatan basis. tersebut akan beruntung. Ide tersebut

Lapangan kerja dan pendapatan di ternyata sangat penting diperhatikan

sektor basis adalah fungsi dari dalam ekonomi regional, bukan saja

permintaan yang bersifat exogeneus bermanfaat dalam perdagangan

(tidak tergantung pada kekuatan internasional tetapi juga sangat

intern/permintaan lokal). penting diperhatikan dalam ekonomi

Berdasarkan teori ini, sektor basis regional.

perlu dikembangkan dalam rangka


Suatu komoditi bagi suatu
memacu pertumbuhan ekonomi suatu
negara atau daerah dalam
daerah.
keunggulan komparatif adalah

Teori Keuggulan Komparatif komoditi itu lebih unggul serta relatif

dengan komoditi lain di daerah


David Ricardo dalam Tarigan
tersebut. Pengertian unggul dalam
(2014) mengemukakan istilah
hal ini bukan dalam bentuk nilai
keunggulan komparatif berawal dari
tambah riil tetapi dalam bentuk
pembahasan mengenai perdagangan
perbandingan. Apabila keunggulan
antara dua negara. Dalam teori
itu adalah dalam bentuk nilai tambah daerah ke arah sektor yang

riil maka dinamakan keunggulan mengandung keunggulan komparatif.

absolut. Komoditi yang memiliki Jadi, apabila sektor yang memiliki

keunggulan walaupun hanya dalam keunggulan komparatif bagi suatu

bentuk perbandingan, lebih daerah telah diketahui terlebih

menguntungkan untuk dahulu, pembangunan sektor itu

dikembangkan dibanding dengan dapat disegerakan tanpa menunggu

komoditi lain yang sama-sama tekanan mekanisme pasar yang

diproduksi oleh kedua negara atau sering berjalan lambat. Keunggulan

daerah. komparatif adalah suatu kegiatan

ekonomi yang menurut perbandingan


Dalam perdagangan bebas
lebih menguntungkan bagi
antar daerah, mekanisme pasar
pengembangan daerah (Tarigan,
mendorong masing-masing daerah
2014).
bergerak ke arah sektor yang

daerahnya memiliki keunggulan Teori keunggulan Kompetitif


(Porter)
komparatif. Akan tetapi, mekanisme
Teori keunggulan kompetitif
pasar seringkali bergerak lambat
tentang daya saing berangkat dari
dalam mengubah struktur ekonomi
keyakinan porter bahwa teori
suatu daerah. Pengetahuan akan
ekonomi klasik yang menjelaskan
keunggulan komparatif suatu daerah
tentang keunggulan komparatif tidak
dapat digunakan para penentu
mencukupi atau bahkan tidak tepat.
kebijakan untuk mendorong
Menurut Porter, suatu negara
perubahan struktur perekonomian
memperoleh keunggulan daya saing
jika perusahaan yang ada di negara menjadikan perusahaan kompetitif,

tersebut kompetitif. Porter mengajukan Diamond Model

(DM) sebagai tool of analysis


Porter dalam bukunya yang
sekaligus kerangka dalam
berjudul “the competitive advantage
membangun resep untuk
of nations” menjelaskan bahwa tidak
memperkuat daya saing. Ada 4
ada korelasi langsung antara dua
determinan (faktor-faktor yang
faktor produksi (sumber daya alam
menentukan national competitive
yang melimpah dan sumber daya
adventage (NCA) diantaranya
manusia yang murah) yang dimiliki
sebagai berikut:
suatu negara yang dimanfaatkan

menjadi keunggulan daya saing a. Factor conditions,yaitu mengacu

dalam perdagangan internasional. pada input yang digunakan

Banyaknya negara di dunia yang sebagai faktor produksi, seperti:

jumlah sumber daya alamnya sangat tenaga kerja, sumber daya alam,

besar tetapi terbelakang dalam daya modal dan infrastruktur. Argumen

saing perdagangan internasional serta Porter, kunci utama faktor

tingkat upah yang tergolong murah produksi adalah “diciptakan”

dari negara lain, hal ini sangat bukan diperoleh dari warisan.

berkaitan erat dengan motivasi kerja. Lebih jauh, kelangkaan sumber

daya (factor disadvantage)


Perusahaan menjadi
seringkali membantu negara
kompetitif melalui inovasi yang
menjadi kompetitif. Terlalu
dapat meliputi peningkatan teknis
banyak (sumber daya) memiliki
proses produksi atau kualitas produk
kemungkinan disia-siakan, ketika Porter mengembangkan model dari

langka dapat mendorong inovasi. faktor kondisi semacam ini dengan

b. Demand conditions, yaitu industrial clusters atau

mengacu pada tersedianya agglomeration, yang memberi

pasar domestik yang siap manfaat adanya potential technology

berperan menjadi elemen knowledge spillover, kedekatan

penting dalam menghasilkan dengan konsumen sehingga semakin

daya saing. Pasar seperti ini meningkatkan market power.

ditandai dengan kemampuan d. Firm strategy, Structure and

untuk menjual produk-produk Rivalry, yaitu mengacu pada

superior, hal ini didorong oleh strategi dan struktur yang ada

adanya permintaan barang dan pada sebagian besar perusahaan

jasa berkualitas serta adanya dan intensitas persaingan pada

kedekatan hubungan antara industri tertentu. Faktor strategi

perusahan dan pelanggan. dapat terdiri dari setidaknya dua

c. Related and Supporting aspek; pasar modal dan pilihan

Industries, yaitu mengacu pada karir individu. Pasar modal

tersedianya serangkaian dan adanya domestik memengaruhi strategi

keterkaitan kuat antara industri perusahaan, sementara individu

pendukung dan perusahaan, seringkali membuat keputusan

hubungan dan dukungan ini bersifat karir berdasarkan peluang dan

positif yang berujung pada prestise. Suatu negara akan

peningkatan daya saing perusahaan. memiliki daya saing pada suatu


industri apabila personel kuncinya Sumber data penelitian ini

dianggap prestisius. Struktur adalah data sekunder yang diperoleh

mengikuti strategi. Struktur dari Badan Pusat Statistik (BPS)

dibangun guna menjalankan Provinsi Sulawesi Selatan, publikasi

strategi. Intensitas persaingan statistik situs resmi dari BPS

(rivalry) yang tinggi mendorong Kabupaten Bone, dan instansi atau

inovasi. lembaga resmi lainnya yang terkait

METODE PENELITIAN dalam penelitian.

Jenis data yang gunakan pada

penelitian ini adalah data sekunder, RANCANGAN ANALISIS

yaitu data yang diperoleh dari hasil Analisis Location Quotient (LQ

publikasi resmi instansi Badan Pusat Location Quotient (LQ)

Statistik (BPS), buku-buku, majalah adalah alat analisis yang digunakan

dan sebagainya yang berkaitan untuk menjawab tujuan penelitian

dengan penelitian ini. Data yang yang pertama. Secara umum, analisis

digunakan merupakan data tahunan, LQ digunakan untuk menentukan

periode waktu yang digunakan pada sektor basis/pemusatan dan nonbasis,

penelitian ini meliputi tahun 2013- dengan tujuan untuk melihat

2017 dengan menggunakan data keunggulan komparatif suatu daerah

runtun waktu (time series), hal itu dalam menentukan sektor

disebabkan karena data yang unggulannya.

digunakan lebih dari 1 tahun. Analisis LQ mengukur

konsentrasi dari suatu sektor


ekonomi dalam suatu daerah dengan a. Jika LQ > 1 merupakan sektor

cara membandingkan peranannya basis, artinya tingkat spesialisasi

dalam perekonomian daerah tersebut kabupaten/kota lebih tinggi dari

dengan peranan kegiatan ekonomi tingat provinsi. Peranan sektor

sejenis pada lingkup yang lebih luas lebih menonjol di daerah

(provinsi atau nasional). Secara tersebut dan seringkali sebagai

matematis rumus LQ sebagai berikut: petunjuk bahwa daerah tersebut

ir ⁄ r surplus akan produk sektor


LQ =
i(n) ⁄ n

tersebut dan mengekspornya ke


Keterangan:
daerah lain.
Vi(r) =PDRB sektor i pada
b. Jika LQ = 1 merupakan sektor
Kabupaten/Kota
basis, artinya tingkat spesialiasi
V(r) =PDRB total Kabupaten/Kota
kabupaten/kota sama dengan
Vi(n) =PDRB sektor i pada tingkat
ditingkat provinsi. Peranan
Provinsi
sektor di daerah tersebut sama
V(n) =PDRB total pada tingkat
dengan peranan sektor tersebut
Provinsi
secara nasional, tetapi
Setelah dihitung, maka hasil
produksinya hanya cukup untuk
Location Quotient (LQ) tersebut
memenuhi kebutuhan wilayah
dapat diinterpretasikan. Berdasarkan
sendiri dan tidak mampu untuk
formulasi persamaan di atas maka
diekspor.
kriteria pengukuran ada dua
c. Jika LQ < 1 merupakan sektor
kemungkinan yang terjadi yaitu:
nonbasis, artinya tingkat
spesialisasi kabupaten/kota lebih a. Rasio Pertumbuhan Wilayah

rendah dari tingkat provinsi. Referensi (RPR)

Peranan sektor di daerah tersebut Dalam hal ini RPR

lebih kecil daripada peranan membandingkan pertumbuhan

sektor tersebut secara nasional masing-masing sektor dalam

sehingga perlu pasokan atau konteks provinsi dengan PDRB

impor dari luar. kabupaten/kota.

Analisis Model Rasio ir ir


RPr = r r

Pertumbuhan (MRP)
Keterangan:
Model Rasio Pertumbuhan
ΔeiR : Perubahan PDRB
(MRP) merupakan alat analisis
sektor i di wilayah referensi.
alternatif yang dapat digunakan
EiR : PDRB sektor i di
dalam perencanaan wilayah dan kota
wilayah referensi pada awal
yang diperoleh dengan memodifikasi
tahun penelitian.
model analisis shift and share.
Δ R : Perubahan PDRB
Analisis MRP ini dibagi lagi ke
di wilayah referensi
dalam dua kriteria, yaitu Rasio
ER : Total PDRB di
Pertumbuhan Wilayah Referensi
wilayah referensi pada awal
(RPr) dan Rasio Pertumbuhan
tahun penelitian.
Wilayah Studi (RPs).
Jika nilai RPR > 1 diberi notasi
Berikut ini penjelasan dari masing-
positif (+) yang menunjukkan bahwa
masing kriteria MRP sebagai berikut:
pertumbuhan suatu sektor tertentu

dalam wilayah referensi


(provinsi/nasional)lebih tinggi dari EiJ : PDRB sektor i di wilayah

pertumbuhan PDRB total wilayah studi pada awal tahun penelitian

tersebut (provinsi/nasional). ΔeiR : Perubahan PDRB sektor i di

Jika nilai RPR < 1 diberi notasi wilayah referensi

negatif (-) yang menunjukkan bahwa EiR : PDRB sektor i di wilayah

pertumbuhan suatu sektor tertentu referensi pada awal tahun

dalam wilayah referensi Jika nilai RPR > 1 diberi

(provinsi/nasional) lebih rendah dari notasi positif (+) yang menunjukkan

pertumbuhan Produk Domestik bahwa pertumbuhan sektor pada

Regional Bruto (PDRB) total tingkat wilayah studi

wilayah tersebut (provinsi/nasional). (kabupaten/kota) lebih tinggi

b. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi dibandingkan dengan pertumbuhan

(RPs) sektor pada wilayah referensi

Dalam hal ini RPS (provinsi/nasional).

membandingkan pertumbuhan Jika nilai RPR < 1 diberi

masing-masing sektor dalam notasi negatif (-) yang menunjukkan

konteks kabupaten/kota dengan bahwa pertumbuhan sektor pada

pertumbuhan sektor provinsi. tingkat wilayah studi

is ij (kabupaten/kota) lebih rendah


RPs = ir ir

dibandingkan dengan pertumbuhan


Keterangan:
sektor pada wilayah referensi
ΔeiJ : Perubahan PDRB sektor i di
(provinsi/nasional).
wilayah studi
Analisis Tipologi Klassen Hasil Analisis Data

Tipologi Klassen merupakan Analisis Location Quotient (LQ)

salah satu alat analisis ekonomi


Locationt Quotient (LQ)
regional yang dapat digunakan untuk
merupakan suatu perbandingan dari
mengetahui gambaran tentang pola
besarnya peranan suatu sektor di
dan struktur pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Bone terhadap besarnya
masing-masing daerah. Sjafrizal
peranan sektor di tingkat Provinsi
(2008) menjelaskan bahwa dengan
Sulawesi Selatan. Analisis Location
menggunakan alat analisis ini dapat
Quotient (LQ) digunakan untuk
diperoleh empat klasifikasi
mengetahui sektor-sektor ekonomi
pertumbuhan masing-masing daerah
dalam Produk Domestik Regional
yaitu berikut klasifikasi daerah
Bruto (PDRB) yang dapat
menurut Tipologi Klassen:
digolongkan ke dalam sektor basis

Kuadran I Kuadran II dan sektor nonbasis. Nilai Location


gi > g dan si > s gi < g dan si >
Sektor Maju dan Quotient (LQ) dapat dikatakan
s
Tumbuh
dengan cepat Sektor Maju sebagai petunjuk untuk dijadikan
tapi Tertekan
dasar dalam menentukan sektor yang

Kuadran III Kuadran IV potensial untuk dikembangkan.


gi > g dan si < s gi < g dan si <
Sektor s Sektor basis menunjukkan
Berkembang
Sektor Relatif bahwa sektor tersebut menjadi sektor
Cepat
Gambar 3.2. Klasifikasi Tipologi Klassen unggulan atau potensial yang dapat

mengekspor keluar daerah

bersangkutan (Kabupaten Bone).


Sedangkan sektor non basis ekonomi daerah sendiri

sebaliknya, cenderung mengimpor (intraregional) dan sektor ekonomi

dari luar daerah bersangkutan daerah lainnya (interregional).

(Kabupaten Bone). Artinya, sektor Secara lengkap berikut ini dapat

tersebut belum mampu memproduksi dijelaskan hasil analisis Location

barang dan jasa sehingga dibutuhkan Quotient (LQ) untuk masing-masing

barang dan jasa yang diimpor dari sektor di Kabupaten Bone selama 5

daerah lain. Sektor basis atau tahun terakhir sejak tahun 2013

unggulan mempunyai dampak yang sampai tahun 2017:

positif terhadap pertumbuhan sektor


Tabel 4.1 Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Bone Tahun 2013-
2017

Rata-
Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017 rata Ket
LQ
Pertanian, Kehutanan, dan
2,15 2,17 2,21 2,23 2,27 2,21 B
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 0,43 0,43 0,45 0,49 0,51 0,46 NB
Industri Pengolahan 0,51 0,50 0,49 0,49 0,50 0,50 NB
Pengadaan Listrik dan Gas 1,35 1,39 1,34 1,35 1,33 1,35 B
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur 0,38 0,37 0,37 0,36 0,34 0,36 NB
Ulang
Konstruksi 0,87 0,82 0,81 0,80 0,79 0,82 NB
Perdagangan Besar dan Eceran,
dan Reparasi Mobil dan Sepeda 0,92 0,92 0,90 0,89 0,88 0,90 NB
Motor
Transportasi dan Pergudangan 0,65 0,69 0,69 0,66 0,63 0,66 NB
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 0,43 0,42 0,41 0,40 0,39 0,41 NB
Informasi dan Komunikasi 0,34 0,33 0,33 0,34 0,33 0,34 NB
Jasa Keuangan 0,86 0,84 0,83 0,82 0,82 0,83 NB
Real Estate 0,98 0,96 0,95 0,90 0,89 0,93 NB
Jasa Perusahaan 0,16 0,16 0,16 0,15 0,15 0,16 NB
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial 1,07 1,05 1,05 1,03 1,01 1,04 B
Wajib
Jasa Pendidikan 0,48 0,48 0,47 0,46 0,46 0,47 NB
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
0,56 0,55 0,53 0,52 0,52 0,54 NB
Sosial
Jasa lainnya 0,27 0,27 0,26 0,26 0,26 0,26 NB

PDRB 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

Sumber: BPS, 2018 (diolah)


Keterangan:
B = Basis
NB = Non Basis

Berdasarkan tabel 4.1 dapat Location Quotient (LQ) sebesar 2,21

disimpulkan bahwa sektor ekonomi persen yang menunjukkan bahwa

unggulan di kabupaten Bone selama sektor pertanian, kehutanan dan

periode 2013-2017 yaitu: perikanan merupakan sektor basis

Sektor pertanian, kehutanan dengan nilai rata-rata Location

dan perikanan dengan rata-rata nilai Quotient (LQ) terbesar pertama


selama periode analisis. Hal ini mangga dari 463.806 pohon yang

berarti sektor pertanian, kehutanan dipanen mampu menghasilkan

dan perikanan masih mampu 182.006 kuintal.

memenuhi total permintaan Kemudian komoditas jenis

masyarakat dan memiliki tanaman perkebunan di Kabupaten

kemampuan mengekspor sebesar 1,2 Bone tahun 2017 didukung oleh

persen di luar wilayah Kabupaten komoditas kakao dengan produksi

Bone. sebesar 40.133.700 Kg. Pada

Hal tersebut disebabkan oleh subsektor perikanan komoditasnya

letak yang strategis dan jenis tanah berupa budidaya tambak dengan

yang cocok untuk kegiatan produksi sebesar 137.655,23 ton

perkebunan, persawahan, peternakan, ikan dan peikanan tangkap sebesar

kehutanan, perikanan dan kelautan. 44.622,7 ton.

Data dalam 5 tahun terakhir Sektor pengadaan listrik, gas

menunjukkan bahwa luas panen dan air bersih, memiliki nilai

tanaman pangan dan hortikultura Location Quotient (LQ) dari tahun

oleh komoditas padi yaitu pada tahun 2013-2017 terus mengalami

2017 dengan produksi sebesar penurunan dan pada tahun 2014

1.207.187 ton. Sedangkan komoditas mengalami peningkatan namun di

lainnya berupa jagung dengan tahun 2017 kembali mengalami

produksi sebesar 424.445 ton, penurunan menjadi 1,33 persen

bawang merah dengan produksi dengan Location Quotient rata-rata

mencapai 20.029 kuintal, buah 1,35 > 1 menunjukkan sektor


pengadaan listrik, gas dan air bersih Selanjutnya, sektor

adalah sektor basis dengan nilai rata- Administrasi pemerintahan,

rata LQ terbesar kedua selama pertahanan dan jaminan sosial wajib

periode analisis. Hal ini disebabkan memiliki nilai Location Quotient

karena permintaan penggunaan daya (LQ) dari tahun 2013-2017 terus

oleh konsumen tidak berkurang mengalami penurunan. dengan

meskipun tarif dasar listrik dinaikkan Location Quotient rata-rata 1,04 > 1

karena produk dari sektor ini menunjukkan bahwa sektor

merupakan kebutuhan pokok administrasi pemerintahan,

masyarakat. Sektor pengadaan listrik, pertahanan dan jaminan sosial wajib

gas dan air bersih mampu memenuhi termasuk sektor basis dan mampu

kebutuhan pokok masyarakat di memenuhi kebutuhan masyarakat di

Kabupaten Bone dan mampu Kabupaten Bone dengan kemampuan

mengekspor sebesar 0,35 persen di ekspor sebesar 0,04 persen ke daerah

luar wilayah Kabupaten Bone. Sektor lain. Meskipun sektor ini merupakan

pengadaan listrik dan gas salah satu sektor yang baru

berkontribusi terhadap perekonomian terbentuk, namun sektor ini telah

Kabupaten Bone sebesar 0,09 persen. mampu memberikan kontribusi

dari kontribusi tersebut 92,00 persen terhadap pertumbuhan ekonomi di

disumbangkan oleh subsektor Kabupaten Bone selama kurun waktu

ketenagalistrikan, dan 8,00 persen lima tahun, yaitu pada tahun 2013-

oleh subsektor pengadaan gas dan 2017. Hal tersebut dibuktikan dengan

produksi es. adanya kontribusi sektor ini sebesar


4,41 persen atau berada pada urutan sebesar 0,16 persen; sektor jasa

ketujuh dalam struktur perekonomian pendidikan sebesar 0,47 persen;

di Kabupaten Bone. sektor jasa kesehatan dan kegiatan

Sektor yang menghasilkan sosial sebesar 0,54 persen dan sektor

nilai rata-rata LQ < 1 yaitu sektor jasa lainnya sebesar 0,26 persen.

pertambangan dan penggalian Keempat belas sektor dengan

sebesar 0,46 persen; sektor industri nilai Location Quotient (LQ < 1)

pengolahan sebesar 0,50 persen; termasuk sektor non basis karena

sektor pengadaan air, pengelolaan sektor tersebut tidak mampu

sampah, limbah dan daur ulang mencukupi kebutuhan masyarakat di

sebesar 0,36 persen; sektor kontruksi Kabupaten Bone sehingga

sebesar 0,82 persen; sektor memungkinkan untuk mengimpor

perdagangan besar dan eceran, dari daerah lain. Meskipun, sektor

reparasi mobil dan sepeda motor tersebut tidak termasuk dalam sektor

sebesar 0,90 persen; sektor basis, tetapi peranan sektor tersebut

transportasi dan pergudangan sebesar tidak bisa diabaikan begitu saja. Oleh

0,66 persen; sektor penyediaan sebab itu, dengan adanya sektor basis

akomodasi makan dan minum diharapkan dapat membantu

sebesar 0,41 persen; sektor informasi pengembangan sektor non basis

dan komunikasi sebesar 0,34 persen; menjadi sektor basis baru.

sektor jasa keuangan sebesar 0,83 Analisis Model Rasio

persen; sektor real estate sebesar 0,93 Pertumbuhan (MRP) dan Overlay

persen; sektor jasa perusahaan


Analisis Model Rasio yang akan ditandai dengan nilai

Pertumbuhan (MRP) dilakukan notasi positif (+) atau negatif (-).

setelah melakukan analisis Location Notasi positif (+) berarti koefisien

Quotient (LQ). Model Rasio komponen bernilai lebih dari satu,

Pertumbuhan ( MRP ) merupakan dan negatif (-) apabila kurang dari

alat analisis alternatif yang dapat satu. RPr bernotasi positif (+) artinya

digunakan dalam perencanaan pertumbuhan sektor ditingkat

wilayah dan kota yang diperoleh Provinsi Sulawesi Selatan lebih

dengan memodifikasi model analisis tinggi. RPs bernotasi positif (+)

shift and share. Analisis MRP berarti pertumbuhan sektor

dilakukan untuk melihat deskripsi Kabupaten Bone lebih tinggi dari

kegiatan ekonomi terutama struktur Provinsi Sulawesi Selatan.

ekonomi wilayah Kabupaten Bone Sedangkan LQ bernotasi positif (+)

yang menekankan pada kriteria berarti kontribusi sektor i terhadap

pertumbuhan baik secara eksternal PDRB di wilayah Kabupaten Bone

(provinsi maupun internal (Wilayah lebih tinggi dibanding kontribusi

studi). sektor yang sama terhadap PDRB di

wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.


Hasil analisis Location

Quotient (LQ) dan Model Rasio Berikut hasil analisis MRP

Pertumbuhan (MRP) digabungkan dan Overlay di Kabupaten Bone:

untuk menghasilkan nilai overlay


Tabel 4.2. Analisis MRP dan Overlay Kabupaten Bone Tahun 2013-2017

LQ Nilai
Lapangan Usaha Rata-rata RPr RPs Notasi

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,21 1,03 1,62 (+++)


Pertambangan dan Penggalian 0,46 1,26 2,29 (-++)
Industri Pengolahan 0,50 1,03 1,12 (-++)
Pengadaan Listrik dan Gas 1,35 0,92 1,17 (+-+)
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 0,36 1,94 0,62 (-+-)
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 0,82 0,97 0,84 (---)

Perdagangan Besar dan Eceran, dan 0,90 0,80 1,01 (--+)


Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 0,66 1,27 1,11 (-++)

Penyediaan Akomodasi dan Makan 0,41 0,87 0,85 (---)


Minum
Informasi dan Komunikasi 0,34 0,92 1,09 (--+)
Jasa Keuangan 0,83 0,94 1,01 (--+)
Real Estate 0,93 0,05 0,83 (---)
Jasa Perusahaan 0,16 1,03 0,97 (-+-)
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 1,04 2,06 1,00 (+++)
dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan 0,47 1,03 0,99 (-+-)


Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,54 0,79 0,92 (---)
Jasa lainnya 0,26 0,80 0,96 (---)

Sumber: BPS, 2018 (Data olahan)

Berdasarkan tabel 4.2 dan sektor administrasi

menunjukkan bahwa hasil analisis pemerintahan, pertahanan dan

Model Rasio Pertumbuhan (MRP) jaminan sosial wajib. Artinya, sektor

dan Location Quotient (LQ) yang tersebut mempunyai potensi daya

telah di overlay yaitu, bahwa ada 2 saing kompetitif maupun komparatif

sektor yang ketiga hasil analisis yang lebih unggul dibandingkan

tersebut memiliki komponen giatan yang sama di Provinsi

bernotasi positif yaitu sektor Sulawesi Selatan. Sedangkan,

pertanian, kehutanan dan perikanan; kriteria kedua sektor ekonomi yang


prospektif dikembangkan sebagai kesehatan dan kegiatan sosial; dan

sektor ekonomi potensial di sektor jasa lainnya.

Kabupaten Bone dengan nilai Berikut ini masing penjelasan dari

Location Quotient (LQ) dan Rasio ketujuh belas sektor, sebagai berikut:

Pertumbuhan wilayah studi (RPs) 1. Pertanian, kehutanan dan

positif (+) yaitu sektor pengadaan perikanan menunjukkan bahwa

listrik dan gas. Artinya kegiatan hasil analisis Model Rasio

Sektor tersebut lebih unggul Pertumbuhan (MRP) dan

dibandingkan dengan kegiatan Location Quotient (LQ) yang

sektoral yang sama di tingkat digabung menjadi Overlay

Provinsi Sulawesi Selatan, baik sisi menunjukkan bahwa sektor

pertumbuhannya maupun pertanian, kehutanan dan

kontribusinya. perikanan menghasilkan nilai

Selanjutnya, terdapat lima notasi Location Quotient

sektor ekonomi dengan nilai positif (+), Rasio Pertumbuhan

Location Quotient (LQ), Rasio wilayah referensi positif (+)

Pertumbuhan wilayah referensi (RPr) artinya pertumbuhan sektor

dan Rasio Pertumbuhan wilayah pertanian, kehutanan dan

study (RPs) bernotasi negatif (-) perikanan lebih tinggi

yaitu sektor kontruksi; sektor dibandingkan pertumbuhan

penyediaan akomodasi makan dan total di Sulawesi Selatan

minum; sektor real estate; sektor jasa dengan nilai Rasio

Pertumbuhan wilayah referensi


(RPr) sebesar 1,03 persen. sektor pertanian, kehutanan

Sedangkan nilai Rasio dan perikanan di Kabupaten

Pertumbuhan wilayah studi Bone dengan sumbangan

positif (+) menandakan bahwa sebesar 47,51 persen lebih

pertumbuhan sektor pertanian, besar dibandingakn dengan

kehutanan dan perikanan di sektor yang sama di Provinsi

Kabupaten Bone lebih tinggi Sulawesi Selatan sebesar 21,54

dibandingkan pertumbuhan persen. Hal tersebut

sektor yang sama di tingkat menunjukkan bahwa sektor ini

Provinsi Sulawesi Selatan memiliki daya saing sehingga

dengan nilai Rasio pertumbuhannya lebih cepat

Pertumbuhan wilayah studi dari provinsi.

(RPs) sebesar 1,62 persen. 2. Pertambangan dan

Hal ini dapat dilihat dari segi penggalian menunjukkan

sektor pertanian, kehutanan bahwa hasil dari analisis

dan perikanan di Kabupaten Model Rasio Pertumbuhan

Bone dengan laju pertumbuhan (MRP) dan Location

pada tahun 2013-2017 sebesar Quotient (LQ) yang

9,05 persen, sedangkan pada digabung menjadi Overlay

sektor yang sama di Provinsi menunjukkan nilai notasi

Sulawesi Selatan hanya Location Quotient negatif

tumbuh sebesar 6,84 persen. (-), Rasio Pertumbuhan

sama halnya dengan kontribusi wilayah referensi positif


(+) artinya pertumbuhan sebesar 2,29 persen. Hal

sektor pertambangan dan ini berarti sektor

penggalian lebih tinggi pertambangan dan

dibandingkan penggalian memiliki

pertumbuhan total di potensi yang bisa

Sulawesi Selatan dengan dikembangkan, hal ini

nilai Rasio Pertumbuhan terlihat pada pertumbuhan

wilayah referensi (RPr) sektor tersebut di

sebesar 1,26 persen. Kabupaten Bone lebih

Sedangkan nilai Rasio besar dari sektor yang

Pertumbuhan wilayah sama di tingkat Provinsi

studi positif (+) Sulawesi Selatan.

menandakan bahwa 3. Industri pengolahan

pertumbuhan sektor menunjukkan bahwa hasil

pertambangan dan analisis Model Rasio

penggalian di Kabupaten Pertumbuhan (MRP) dan

Bone lebih tinggi Location Quotient (LQ) yang

dibandingkan digabung menjadi Overlay

pertumbuhan sektor yang menghasilkan nilai notasi

sama di tingkat Provinsi Location Quotient negatif (-),

Sulawesi Selatan dengan Rasio Pertumbuhan wilayah

nilai Rasio Pertumbuhan referensi positif (+) artinya

wilayah studi (RPs) pertumbuhan sektor industri


pengolahan lebih tinggi menghasilkan nilai notasi

dibandingkan pertumbuhan Location Quotient positif (+),

total di Provinsi Sulawesi Rasio Pertumbuhan wilayah

Selatan dengan nilai Rasio referensi negatif (-) artinya

Pertumbuhan wilayah referensi pertumbuhan sektor pengadaan

(RPr) sebesar 1,03 persen. listrik dan gas lebih rendah

Sedangkan nilai Rasio dibandingkan pertumbuhan

Pertumbuhan wilayah studi total di Provinsi Sulawesi

positif (+) menandakan bahwa Selatan dengan nilai Rasio

pertumbuhan sektor industri Pertumbuhan wilayah referensi

pengolahan di Kabupaten Bone (RPr) sebesar 0,92 persen.

lebih tinggi dibandingkan Sedangkan nilai Rasio

pertumbuhan sektor yang sama Pertumbuhan wilayah studi

di tingkat Provinsi Sulawesi positif (+) menandakan bahwa

Selatan dengan nilai Rasio pertumbuhan sektor industri

Pertumbuhan wilayah studi pengolahan di Kabupaten Bone

(RPs) sebesar 1,12 persen. lebih tinggi dibandingkan

4. Pengadaan listrik dan gas pertumbuhan sektor yang sama

menunjukkan bahwa hasil di tingkat Provinsi Sulawesi

analisis Model Rasio Selatan dengan nilai Rasio

Pertumbuhan (MRP) dan Pertumbuhan wilayah studi

Location Quotient (LQ) yang (RPs) sebesar 1,17 persen.

digabung menjadi Overlay


5. Pengadaan air, pengelolaan air, pengelolaan sampah,

sampah dan daur ulang limbah dan daur ulang di

menunjukkan bahwa hasil Kabupaten Bone lebih rendah

analisis Model Rasio dibandingkan pertumbuhan

Pertumbuhan (MRP) dan sektor yang sama di tingkat

Location Quotient (LQ) yang Provinsi Sulawesi Selatan

digabung menjadi Overlay dengan nilai Rasio

menghasilkan nilai notasi Pertumbuhan wilayah studi

Location Quotient negatif (-), (RPs) sebesar 0,62 persen.

Rasio Pertumbuhan wilayah 6. Konstruksi menunjukkan

referensi positif (+) artinya bahwa Hasil analisis Model

pertumbuhan sektor pengadaan Rasio Pertumbuhan (MRP) dan

air, pengelolaan sampah, Location Quotient (LQ) yang

limbah dan daur ulang lebih digabung menjadi Overlay

tinggi dibandingkan menghasilkan nilai notasi

pertumbuhan total di Provinsi Location Quotient negatif (-),

Sulawesi Selatan dengan nilai Rasio Pertumbuhan wilayah

Rasio Pertumbuhan wilayah referensi negatif (-) artinya

referensi (RPr) sebesar 1,94 pertumbuhan sektor konstruksi

persen. Sedangkan nilai Rasio lebih rendah dibandingkan

Pertumbuhan wilayah studi pertumbuhan total di Provinsi

negatif (-) menandakan bahwa Sulawesi Selatan dengan nilai

pertumbuhan sektor pengadaan Rasio Pertumbuhan wilayah


referensi (RPr) sebesar 0,97 referensi negatif (-) artinya

persen. Sama halnya dengan pertumbuhan sektor lebih

nilai Rasio Pertumbuhan rendah dibandingkan

wilayah studi negatif pertumbuhan total di Provinsi

menunjukkan notasi negatif (-) Sulawesi Selatan dengan nilai

berarti pertumbuhan sektor Rasio Pertumbuhan wilayah

konstruksi di Kabupaten Bone referensi (RPr) sebesar 0,80

lebih rendah dibandingkan persen. Sedangkan nilai Rasio

pertumbuhan sektor yang sama Pertumbuhan wilayah studi

di tingkat Provinsi Sulawesi (RPs) menunjukkan notasi

Selatan dengan nilai Rasio positif (+) berarti pertumbuhan

Pertumbuhan wilayah studi sektor perdagangan besar dan

(RPs) sebesar 0,84 persen. eceran, reparasi mobil dan

7. Perdagangan besar dan eceran, motor di Kabupaten Bone lebih

reparasi motor dan mobil tinggi dibandingkan

menunjukkan bahwa hasil pertumbuhan sektor yang sama

analisis Model Rasio di tingkat Provinsi Sulawesi

Pertumbuhan (MRP) dan Selatan dengan nilai Rasio

Location Quotient (LQ) yang Pertumbuhan wilayah studi

digabung menjadi Overlay (RPs) sebesar 1,01 persen.

menghasilkan nilai notasi 8. Transportasi dan pergudangan

Location Quotient negatif (-), menunjukkan bahwa hasil

Rasio Pertumbuhan wilayah analisis Model Rasio


Pertumbuhan (MRP) dan dengan nilai Rasio

Location Quotient (LQ) yang Pertumbuhan wilayah studi

digabung menjadi Overlay (RPs) sebesar 1,11 persen.

menghasilkan nilai notasi 9. Penyediaan akomodasi, makan

Location Quotient negatif (-), dan minum menunujukkan

Rasio Pertumbuhan wilayah bahwa hasil analisis Model

referensi positif (+) artinya Rasio Pertumbuhan (MRP) dan

pertumbuhan sektor lebih Location Quotient (LQ) yang

tinggi dibandingkan digabung menjadi Overlay

pertumbuhan total di Provinsi menghasilkan nilai notasi

Sulawesi Selatan dengan nilai Location Quotient negatif (-),

Rasio Pertumbuhan wilayah Rasio Pertumbuhan wilayah

referensi (RPr) sebesar 1,27 referensi negatif (-) artinya

persen. Sama halnya dengan pertumbuhan sektor lebih

nilai Rasio Pertumbuhan rendah dibandingkan

wilayah studi (RPs) pertumbuhan total di Provinsi

menunjukkan notasi positif (+) Sulawesi Selatan dengan nilai

berarti pertumbuhan sektor Rasio Pertumbuhan wilayah

transportasi dan pergudangan referensi (RPr) sebesar 0,87

di Kabupaten Bone lebih tinggi persen. Sedangkan nilai Rasio

dibandingkan pertumbuhan Pertumbuhan wilayah studi

sektor yang sama di tingkat (RPs) menunjukkan notasi

Provinsi Sulawesi Selatan negatif (-) berarti pertumbuhan


sektor Penyediaan akomodasi, Selatan dengan nilai Rasio

makan dan minum di Pertumbuhan wilayah referensi

Kabupaten Bone lebih tinggi (RPr) sebesar 0,92 persen.

dibandingkan pertumbuhan Sedangkan nilai Rasio

sektor yang sama di tingkat Pertumbuhan wilayah studi

Provinsi Sulawesi Selatan (RPs) menunjukkan notasi

dengan nilai Rasio positif (+) berarti pertumbuhan

Pertumbuhan wilayah studi sektor informasi dan

(RPs) sebesar 0,85 persen. kamunikasi di Kabupaten Bone

10. Informasi dan komunikasi lebih besar dibandingkan

menunjukkan bahwa hasil pertumbuhan sektor yang sama

analisis Model Rasio di tingkat Provinsi Sulawesi

Pertumbuhan (MRP) dan Selatan dengan nilai Rasio

Location Quotient (LQ) yang Pertumbuhan wilayah studi

digabung menjadi Overlay (RPs) sebesar 1,09 persen.

menghasilkan nilai notasi 11. Jasa keuangan menunjukkan

Location Quotient negatif (-), bahwa hasil analisis Model

Rasio Pertumbuhan wilayah Rasio Pertumbuhan (MRP) dan

referensi negatif (-) artinya Location Quotient (LQ) yang

pertumbuhan sektor informasi digabung menjadi Overlay

dan komunikasi lebih rendah menghasilkan nilai notasi

dibandingkan pertumbuhan Location Quotient negatif (-),

total di Provinsi Sulawesi Rasio Pertumbuhan wilayah


referensi negatif (-) artinya digabung menjadi Overlay

pertumbuhan sektor lebih menghasilkan nilai notasi

rendah dibandingkan Location Quotient negatif (-),

pertumbuhan total di Provinsi Rasio Pertumbuhan wilayah

Sulawesi Selatan dengan nilai referensi negatif (-) artinya

Rasio Pertumbuhan wilayah pertumbuhan sektor lebih

referensi (RPr) sebesar 0,94 rendah dibandingkan

persen. Sedangkan nilai Rasio pertumbuhan total di Provinsi

Pertumbuhan wilayah studi Sulawesi Selatan dengan nilai

(RPs) menunjukkan notasi Rasio Pertumbuhan wilayah

positif (+) berarti pertumbuhan referensi (RPr) sebesar 0,05

sektor jasa keuangan di persen dan nilai Rasio

Kabupaten Bone lebih tinggi Pertumbuhan wilayah studi

dibandingkan pertumbuhan (RPs) menunjukkan notasi

sektor yang sama di tingkat negatif (-) berarti pertumbuhan

Provinsi Sulawesi Selatan sektor real estate di Kabupaten

dengan nilai Rasio Bone lebih rendah

Pertumbuhan wilayah studi dibandingkan pertumbuhan

(RPs) sebesar 1,01 persen. sektor yang sama di tingkat

12. Real estate menunjukkan Provinsi Sulawesi Selatan

bahwa hasil analisis Model dengan nilai Rasio

Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Pertumbuhan wilayah studi

Location Quotient (LQ) yang (RPs) sebesar 0,83 persen.


13. Jasa perusahaan menunjukkan sektor yang sama di tingkat

bahwa hasil analisis Model Provinsi Sulawesi Selatan

Rasio Pertumbuhan (MRP) dan dengan nilai Rasio

Location Quotient (LQ) yang Pertumbuhan wilayah studi

digabung menjadi Overlay (RPs) sebesar 0,97 persen.

menghasilkan nilai notasi 14. Administrasi pemerintahan,

Location Quotient negatif (-), pertahanan dan jaminan sosial

Rasio Pertumbuhan wilayah wajib menunjukkan bahwa

referensi positif (+) artinya hasil analisis Model Rasio

pertumbuhan sektor jasa Pertumbuhan (MRP) dan

perusahaan lebih tinggi Location Quotient (LQ) yang

dibandingkan pertumbuhan digabung menjadi Overlay

total di Provinsi Sulawesi menghasilkan nilai notasi

Selatan dengan nilai Rasio Location Quotient negatif (+),

Pertumbuhan wilayah referensi Rasio Pertumbuhan wilayah

(RPr) sebesar 1,03 persen. referensi positif (+) artinya

Sedangkan nilai Rasio pertumbuhan sektor

Pertumbuhan wilayah studi administrai pemerintahan,

(RPs) menunjukkan notasi pertahanan dan jaminan sosial

negatif (-) berarti pertumbuhan wajib lebih tinggi

sektor jasa perusahaan di dibandingkan pertumbuhan

Kabupaten Bone lebih rendah total di Provinsi Sulawesi

dibandingkan pertumbuhan Selatan dengan nilai Rasio


Pertumbuhan wilayah referensi referensi bernotasi positif (+)

(RPr) sebesar 2,06 persen dan artinya pertumbuhan sektor

nilai Rasio Pertumbuhan jasa pendidikan lebih tinggi

wilayah studi (RPs) dibandingkan pertumbuhan

menunjukkan notasi positif (+) total di Provinsi Sulawesi

berarti pertumbuhan sektor Selatan dengan nilai Rasio

administrai pemerintahan, Pertumbuhan wilayah referensi

pertahanan dan jaminan sosial (RPr) sebesar 1,03 persen.

wajib di Kabupaten Bone lebih Sedangkan nilai Rasio

tinggi dibandingkan Pertumbuhan wilayah studi

pertumbuhan sektor yang sama (RPs) menunjukkan notasi

di tingkat Provinsi Sulawesi negatif (-) berarti pertumbuhan

Selatan dengan nilai Rasio sektor jasa pendidikan di

Pertumbuhan wilayah studi Kabupaten Bone lebih rendah

(RPs) sebesar 1,00 persen. dibandingkan pertumbuhan

15. Jasa pendidikan menunjukkan sektor yang sama di tingkat

bahwa hasil analisis Model Provinsi Sulawesi Selatan

Rasio Pertumbuhan (MRP) dan dengan nilai Rasio

Location Quotient (LQ) yang Pertumbuhan wilayah studi

digabung menjadi Overlay (RPs) sebesar 0,99 persen.

menghasilkan nilai notasi 16. Jasa kesehatan dan kegiatan

Location Quotient negatif (-), sosial menunjukkan bahwa

Rasio Pertumbuhan wilayah analisis Model Rasio


Pertumbuhan (MRP) dan Provinsi Sulawesi Selatan

Location Quotient (LQ) yang dengan nilai Rasio

digabung menjadi Overlay Pertumbuhan wilayah studi

menghasilkan nilai notasi (RPs) sebesar 0,92 persen.

Location Quotient negatif (-), 17. Jasa lainnya menunjukkan

Rasio Pertumbuhan wilayah bahwa hasil analisis Model

referensi negatif (-) artinya Rasio Pertumbuhan (MRP) dan

pertumbuhan sektor jasa Location Quotient (LQ) yang

kesehatan dan kegiatan sosial digabung menjadi Overlay

lebih rendah dibandingkan menunjukkan bahwa sektor

pertumbuhan total di Provinsi jasa lainnya menghasilkan nilai

Sulawesi Selatan dengan nilai notasi Location Quotient

Rasio Pertumbuhan wilayah negatif (-), Rasio Pertumbuhan

referensi (RPr) sebesar 0,79 wilayah referensi negatif (-)

persen. dan nilai Rasio artinya pertumbuhan sektor

Pertumbuhan wilayah studi jasa lainnya lebih rendah

(RPs) menunjukkan notasi dibandingkan pertumbuhan

negatif (-) berarti pertumbuhan total di Provinsi Sulawesi

sektor jasa kesehatan dan Selatan dengan nilai Rasio

kegiatan sosial di Kabupaten Pertumbuhan wilayah referensi

Bone lebih rendah (RPr) sebesar 0,80 persen. dan

dibandingkan pertumbuhan nilai Rasio Pertumbuhan

sektor yang sama di tingkat wilayah studi (RPs)


menunjukkan notasi negatif (-) mengetahui klasifikasi sektor-sektor

berarti pertumbuhan sektor jasa perekonomian di suatu wilayah.

lainnya di Kabupaten Bone Analisis ini dilakukan dengan

lebih rendah dibandingkan membandingkan laju pertumbuhan

pertumbuhan sektor yang sama dan kontribusi Produk Domestik

di tingkat Provinsi Sulawesi Regional Bruto (PDRB) setiap

Selatan dengan nilai Rasio kategori lapangan usaha di wilayah

Pertumbuhan wilayah studi analisis (Kabupaten Bone) dengan

(RPs) sebesar 0,96 persen. wilayah referensi (Provinsi Sulawesi

Analisis Tipologi Klassen Selatan).

Analisis Tipologi Klassen Berikut ini hasil analisis

merupakan alat analisis ekonomi tipologi klassen sektor perekonomian

regional yang dapat digunakan untuk Kabupaten Bone:

Tabel 4.3 Analisis Tipologi Klassen Kabupaten Bone tahun 2013-


2017

KUADRAN I KUADRAN III KUADRAN IV


gi > g dan si > s gi > g dan si < s gi <g dan si < s
 Pertanian,  Pengadaan air,
 Pertambangan dan penggalian
Kehutanan, dan
 Industri pengolahan pengelolaan sampah,
Perikanan  Perdagangan besar dan eceran, limbah dan daur ulang
 Pengadaan Listrik reparasi mobil dan motor  Konstruksi
dan Gas  Transportasi dan pergudangan  Penyediaan akomodasi,
 Administrasi  Jasa keuangan makan dan minum
Pemerintahan,  Jasa pendidikan  Informasi dan komunikasi
Pertahanan dan  Jasa kesehatan dan kegiatan  Real estate
Jaminan Sosial Wajib sosial  Jasa perusahaan
 Jasa
 Lainnya
Sumber: BPS, 2018 (Data Olahan)
Berdasarkan hasil analisis jasa kesehatan dan kegiatan sosial.

Tipologi Klassen menunjukkan Dimana nilai rata-rata pertumbuhan

bahwa ada tiga sektor yang tergolong Kabupaten Bone lebih besar dari

sektor maju dan tumbuh dengan nilai rata-rata pertumbuhan Sulawesi

cepat (Kuadran I) yaitu sektor Selatan, sedangkan nilai rata-rata

pertanian. Kehutanan dan perikanan; kontribusi Kabupaten Bone lebih

sektor pengadaan listrik dan gas; dan kecil dari nilai rata-rata kontibusi

sektor administrasi pemerintahan, Sulawesi Selatan. Berarti, ketujuh

pertahanan dan jaminan sosial wajib. sektor tersebut mampu menambah

Ketiga sektor tersebut memiliki andil nilai Produk Domestik Regional

yang cukup besar terhadap Bruto (PDRB) Kabupaten Bone dan

pembentukan nilai Produk Domestik mampu mengembangkan potensi-

Regional Bruto (PDRB) Kabupaten potensi yang ada di wilayahnya.

Bone. Selain itu, ada beberapa

Sektor yang tergolong sektor sektor yang tergolong sektor relatif

berkembang cepat (Kuadran III) tertinggal (Kuadran IV) yaitu: sektor

yaitu sektor pertambangan dan pengadaan air, pengelolaan sampah,

penggalian; sektor industri limbah dan daur ulang; sektor

pengolahan; sektor perdagangan penyediaan akomodasi makan dan

besar dan eceran, reparasi mobil dan minum; sektor informasi dan

motor; sektor transportasi dan komunikasi; sektor real estate; sektor

pergudangan; sektor jasa keuangan; jasa perusahaan; dan sektor jasa

sektor jasa pendidikan; dan sektor lainnya.


Relevansi Hasil Analisis dengan Kabupaten Bone. Mengacu pada

Kebijakan yang Tepat di Rancangan Kerja Pemerintah Daerah

Kabupaten Bone (RKPD), Kabupaten Bone lebih

Dengan melihat Rancangan mengutamakan pengembangan

Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sektor yang rendah kontribusinya

Kabupaten Bone tahun 2017. Berikut terhadap perekonomian di Kabupaten

sasaran prioritas pembangunan Bone. Oleh sebab itu, hasil analisis

daerah yaitu: ini digunakan untuk mengambil

1. Meningkatkan pelayanan kesimpulan dengan menggabungkan

kesehatan beberapa analisis yaitu, analisis

2. Meningkatkan cakupan air Location Quotient (LQ), analisis

bersih dan sanitasi Model Rasio Pertumbuhan (MRP),

masyarakat analisis overlay dan tipologi klassen.

3. Meningkatkan akses kualitas untuk menentukan sektor- sektor

pendidikan yang tergolong

4. Meningkatkan pemberdayaan komparatif/spesialisasi, berdaya

masyarakat dan perempuan saing dan progresif maju.

Dengan teridentifikasinya sektor- Analisis penentuan sektor

sektor unggulan di Kabupaten Bone, unggulan sangat diperlukan sebagai

pemerintah akan lebih mudah dasar untuk perumusan pola

mencapai program kerja yang telah kebijakan pembangunan ekonomi

dirancang dan memberikan dampak Kabupaten Bone dimasa mendatang,

positif bagi pertumbuhan wilayah di sehingga kebijaksanaan


pembangunan ekonomi dapat di oleh potensi spesifik yang dimiliki

arahkan untuk menggerakkan sektor- daerah tersebut.

sektor tersebut. Prioritas Oleh sebab itu, dalam

pembangunan ekonomi di Kabupaten mengembangkan wilayah Kabupaten

Bone harus didasarkan pada sektor Bone, dilakukan peningkatan sektor

unggulan, tidak hanya didasarkan yang tergolong dalam sektor

pada sumber daya alam yang pontensial berkembang cukup pesat.

dimiliki, tetapi juga memperhatikan Berikut ini klasifikasi sektor

teknologi dan kualitas sumber daya perekonomian di Kabupaten Bone:

manusia, sehingga output yang

dihasilkan akan mempunyai daya

saing yang tinggi, karena didukung

Tabel 4.3 Klasifikasi sektor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Kabupaten Bone berdasarkan keunggulan

Keunggulan Keunggulan
Lapangan Usaha Progresif/Maju
Komparatif Kompetitif

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan   


Pertambangan dan Penggalian   
Industri Pengolahan   
Pengadaan Listrik dan Gas   
Pengadaan Air   
Konstruksi   
Perdagangan Besar dan Eceran   
Transportasi dan Pergudangan   
Penyediaan Akomodasi   
Informasi dan Komunikasi   
Jasa Keuangan   
Real Estate   
Jasa Perusahaan   
Administrasi Pemerintahan   
Jasa Pendidikan   
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial   
Jasa lainnya   
Sumber: BPS, 2018 (Olahan)
Berdasarkan hasil Artinya sektor-sektor tersebut sangat

pembahasan dari ke tujuh belas potensial untuk dikembangkan dan

sektor dapat di klasifikasikan sektor diharapkan mendorong sektor lain

tersebut mempunyai keunggulan untuk maju.

komparatif dengan melihat apakah Ada beberapa sektor yang

sektor tersebut tergolong sektor hanya memiliki satu keunggulan

basis. dan dalam penentuan sektor yaitu sektor pertambangan dan

dengan keunggulan kompetitif dapat penggalian; sektor industri

dilihat dari nilai Rasio Pertumbuhan pengolahan; sektor perdagangan

wilayah studi (RPS), sedangkan besar dan eceran, reparasi mobil dan

penentuan sektor tersebut tergolong motor; sektor transportasi dan

sektor progresif/maju dapat dilihat pergudangan; sektor informasi dan

dari pengklasifikasian kuadran komunikasi dan sektor jasa

(Kuadran I dan kuadran II). keuangan. Ketujuh sektor tersebut

Dapat disimpulkan bahwa ada termasuk sektor yang memiliki

3 sektor yang termasuk dalam sektor keunggulan kompetitif atau daya

yang mempunyai keunggulan saing. Namun tidak memiliki

komparatif, kompetitif dan tergolong keunggulan komparatif/spesialisasi

progresif maju yaitu sektor pertanian, dan nilai sektor PDRB yang tidak

kehutanan dan perikanan; sektor progresif.

pengadaan listrik dan gas; dan sektor Sedangkan sektor yang sama

administrasi pemerintahan, sekali tidak memiliki keunggulan

pertahanan dan jaminan sosial wajib. yaitu sektor pengadaan air,


pengelolaan sampah, limbah dan harus dikembangkan dengan

daur ulang; sektor konstruksi; sektor menggunakan teknologi yang

penyediaan akomodasi, makan dan intensif dan ekstensif serta sumber

minum; sektor real estate; sektor jasa daya manusia yang profesional

perusahaan; sektor jasa pendidikan; sehingga hasil produksi yang

sektor jasa kesehatan dan kegiatan dihasilkan dapat meningkatkan

sosial dan sektor jasa lainnya. kesejahteraan masyarakat di daerah

Artinya, ke delapan sektor tersebut Kabupaten Bone serta hasil produk

tidak memiliki keunggulan tersebut dapat di ekspor sehingga

komparatif, keunggulan kompetitif pendapatan daerah ikut meningkat.

dan tidak tergolong progresif maju. Selanjutnya, barang-barang yang

Oleh karena itu, sektor yang tidak diproduksi di daerah Kabupaten

potensial atau unggul diharapkan Bone akan diperoleh (impor) dari

dapat memacu kemajuan kedelapan wilayah lain sehingga tercapai suatu

sektor tersebut. perdagangan yang saling

Hasil penelitian ini sesuai menguntungkan dari kedua daerah.

dengan teori keunggulan komparatif Selanjutnya, teori yang sesuai

yang dikemukakan oleh David dengan hasil penelitian ini yaitu teori

Ricardo, dimana sektor pertanian, kompetitif yang dikemukakan oleh

kehutanan dan perikanan; sektor Michael E. Porter, dimana sektor

pengadaan listrik dan gas; dan sektor yang tergolong dalam keunggulan

administrasi pemerintahan, kompetitif harus dikembangkan

pertahanan dan jaminan sosial wajib dengan melakukan peningkatan


terhadap teknis proses produksi dan keunggulan kompetitif dan terglong

kualitas produk yang dihasilkan agar progresif maju.

sektor – sektor ekonomi Kabupaten Berdasarkan penjelasan diatas

Bone dapat berdaya saing dengan dapat direkomendasikan suatu

daerah lainnya yang ada di provinsi kebijakan yang dapat meningkatkan

Sulawesi Selatan atau bahkan di pertumbuhan perekonomian di

Indonesia. Kabupaten Bone dengan

Adapun hasil penelitian ini memprioritaskan sektor-sektor

tidak jauh berbeda dengan penelitian sebagai berikut: sektor pertanian,

terdahulu yang dilakukan oleh kehutanan dan perikanan; sektor

Wahyuningtyas tentang analisis pengadaan listrik dan gas dan sektor

sektor unggulan menggunakan administrasi pemerintahan,

PDRB (studi kasus BPS Kabupaten pertahanan dan jaminan sosial wajib.

Kendal), penelitian yang dilakukan Secara tidak langsung, Pendapatan

oleh Agus di Kabupaten Ogan dari sektor potensial digunakan untuk

Komering Ilir dan penelitian yang menanggulangi kebijakan prioritas

dilakukan oleh Muhammad hidayat pemerintah Kabupaten Bone. Selain

di Kabupaten Kepulauan Meranti. itu , sektor yang tidak tergolong

Dari hasil penelitiannya yaitu sektor dalam sektor prioritas tidak dapat

pertanian, kehutanan dan perikanan diabaikan begitu saja. Sebab dengan

merupakan sektor basis yang adanya sektor prioritas yang

memiliki keunggulan komparatif, memiliki keunggulan komparatif,

keunggulan kompetitif dan tergolong


progresif/maju dapat mendorong kesehatan dan kemampuan

perkembangan sektor tersebut komunikasi, hingga penguasaan

menjadi sektor potensial baru. teknologi. Pemerintah Kabupaten

Hasil analisis sektor unggulan Bone lebih fokus pada peningkatan

yang dilakukan tidak sesuai dengan modal manusia yang nantinya akan

Rancangan Kerja Pemerintah Daerah memberikan dampak positif. Dengan

(RKPD) Kabupaten Bone. Terkait modal manusia tersebut maka

kebijakan pemerintah, prioritas penduduk atau tenaga kerja baik itu

utama pembangunan ekonomi usia produktif tidak bergantung pada

Kabupaten Bone terletak pada ketersediaan lapangan pekerjaan

peningkatan akses kualitas tetapi mampu menciptakan lapangan

pendidikan, peningkatan pelayanan kerja baru dengan melihat kondisi

kesehatan dan meningkatkan daerah. Karena semakin bagus

cakupan air bersih dan sanitasi kualitas sumber daya manusia maka

masyarakat mengacu pada visi misi semakin kreatif pula dalam

pemerintah Kabupaten Bone yaitu mengelolah sumber daya alam di

mandiri, sehat dan cerdas. Selain itu, daerah tersebut.

hal tersebut dilakukan pemerintah Kesimpulan

untuk menghadapi bonus demografi Berdasarkan hasil penelitian

beberapa tahun ke depan. Oleh sebab dan pembahasan dari bab

itu, pemerintah tidak lepas pada sebelumnya, dapat disimpulkan

sumber daya manusia di Kabupaten sebagai berikut:

Bone, mulai dari pendidikan,


1. Sektor-sektor ekonomi mempunyai dan pergudangan; sektor

keunggulan komparatif/spesialisasi, informasi dan komunikasi;

keunggulan kompetitif/daya saing sektor jasa keuangan dan sektor

serta tergolong progresif sebagai administrasi pemerintahan,

berikut: pertahanan dan jaminan sosial

a. Sektor yang memiliki wajib.

keunggulan c. Sektor yang tergolong progresif

komparatif/spesialisasi yaitu yaitu sektor pertanian, kehutanan

sektor pertanian, kehutanan dan dan perikanan; sektor pengadaan

perikanan dan sektor pengadaan listrik dan sektor administrasi

listrik dan gas dan sektor pemerintahan, pertahanan dan

administrasi pemerintahan, jaminan sosial.

pertahanan dan jaminan sosial 2. Sektor prioritas untuk peningkatan

wajib. pembangunan ekonomi Kabupaten

b. Sektor yang memiliki Bone yaitu sektor pertanian,

keunggulan kompetitif /daya kehutanan dan perikanan; sektor

saing yaitu sektor pertanian, pengadaan listrik dan gas serta

kehutanan dan perikanan dan sektor administrasi pemerintahan,

sektor pertambangan dan pertahanan dan jaminan sosial

penggalian; sektor industri wajib.

pengolahan; sektor perdagangan

bedar dan eceran, reparasi mobil

dan motor; sektor transportasi


Saran DAFTAR PUSTAKA

Bagi Pemerintah Arsyad, lincolin (2010). Ekonomi


Pembangunan. Jakarta: UPP
Pemerintah Kabupaten Bone STIM YKPN.

sebaiknya memacu laju pertumbuhan Agus. 2009. Penetuan sektor


unggulan dalam
perekonomian di Kabupaten Bone, pembangunan daerah (studi
kasus di Kabupaten Ogan
dengan melakukan usaha-usaha yang Komering ilir). Jurnal
ekonomi dan studi
memprioritaskan kepada sektor yang pembangunan. Universitas
Muhammadiyah yokyakarta.
memiliki keunggulan
Badan Pusat Statistik Provinsi
komparatif/spesialisasi, keunggulan Sulawesi Selatan. 2018.
Produk Domestik Regional
kompetitif/daya saing dan tergolong Bruto Kabupaten/Kota Se-
Provinsi Sulawesi Selatan
sebagai sektor yang progresif sebagai 2013-2017. Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan,
penggerak utama pertumbuhan Makassar.
Badan Pusat Statistik Provinsi
ekonomi Kabupaten Bone. Sulawesi Selatan. 2018.
Produk Domestik Regional
Bagi Peneliti Bruto Kabupaten/Kota Se-
Provinsi Sulawesi Selatan
Untuk penelitian selanjutnya 2017. Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan, Makassar.
diharapkan bagi peneliti untuk dapat
Fidela, Signori Shearera. 2016. Teori
menganalisis lebih luas, seperti Kompetitif (Porter). Diunduh
pada 16/9/2017 dari
menganalisis subsektor dan komoditi Https://www.scribd.com/doc/
289219634/Teori-Kompetitif-
unggulan sehingga dapat Porter.
menghasilkan rekomendasi kebijakan Hidayat. 2017. Analisis sektor
unggulan dalam
yang lebih jelas dan akurat. pengembangan wilayah
Kabupaten Kepulauan
Meranti. Journal. Universitas
muhammadiyah Riau,
Indonesia.
Husna, Nailatuh. 2012. Analisis Tristanto, Afrendi. 2013. Analisis
pengembangan potensi lokal sektor ekonomi unggulan
untuk menguatkan daya saing dalam pengembangan potensi
daerah di kabupaten gresik. perekonomian di kota blitar.
Jurnal administrasi publik Jurnal ilmiah (online) Vol. 1
(Online) Vol. 01 No. 1 No. 2 (http://Jimfeb.lib.ac.id,
(http://media.neliti.com/medi di akses 29 agustus 2018).
a/publication/, di akses 08
Juli 2018). Tarigan, Robinson. 2014. Ekonomi
Regional, Teori dan Aplikasi,
Jaringan Dokumentasi dan Informasi Cetakan Ke Tujuh. PT Bumi
Hukum (JDIH) Kabupaten Aksara: Jakarta.
Bone. RKPD Kabupaten
Bone Tahun 2017. Todaro, Michael P dan smith. 2011.
Pembangunan ekonomi, Edisi
Muammil, S. 2015. Ekonomi Kesebelas. Jakarta: Erlangga.
Pembangunan Daerah.
Jakarta: Mitra Wacana Media UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah.
Nurman. 2015. Strategi
Pembangunan Daerah. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Jakarta: Pt Raja Grafindo Perimbangan Keuangan
Persada. Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah.
Profil perekonomian Kabupaten
Bone Provinsi Sulawesi Wahyuningtyas. 2013. Analisis
Selatan 2017. Pemerintah sektor unggulan
Daerah Kabupaten Bone. menggunakan PDRB (studi
kasus BPS Kabupaten Kendal
Rancangan Kerja Pemerintah Daerah tahun 2006-2010). Jurnal
(RKPD) Kabupaten Bone 2017. Gaussian Vol. 2 No. 3.
Universitas Diponegoro,
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Semarang.
Teori dan Aplikasi, Cetakan
Pertama. Baduose Media:
Padang.

Sjafrizal. 2015. Perencanaan


Pembangunan Daerah Dalam
Otonomi Daerah. Jakarta:
Rajawali Pers.

Tarigan, R. 2014. Ekonomi Regional:


Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai