Anda di halaman 1dari 23

BAB 3

LANDASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN

3.1 Pengembangan Kegiatan Perekonomian (Cupian)

3.1.1 Analisis Perekonomian


Sektor ekonomi potensial atau sektor unggulan dapat diartikan sebagai sektor
perekonomian atau kegiatan usaha yang produktif dikembangkan sebagai potensi
pembangunan serta dapat menjadi basis perekonomian suatu wilayah dibandingkan sektor-
sektor lainnya dalam suatu keterkaitan baik secara langsung maupun tak langsung
(Tjokroamidjojo, 1993). Sektor ekonomi potensial ini dapat berupa sektor basis, dimana
menurut Glasson (1978) sektor basis merupakan sektor yang mengekspor barang dan jasa ke
wilayah-wilayah diluar batas-batas perekonomian setempat. Besarnya pendapatan
pengeluaran dalam sektor basis merupakan fungsi dari permintaan wilayah-wilayah lain.
Tingkat pendapatan yang diperoleh sektor basis tercermin dari tingkat produksinya, sehingga
kemampuan produksi sektor basis menjadi faktor penentu pendapatan wilayah. Adapun untuk
sektor non basis menyediakan barang dan jasa untuk masyarakat setempat termasuk
kebutuhan sektor basisnya. Peningkatan sektor basis ditentukan oleh pembelanjaan
pendapatan sektor basis baik berupa faktor-faktor produksi maupun barang dan jasa yang
dibutuhkan pekerja sektor basis. Dengan demikian perkembangan sektor non basis tergantung
pada perkembangan sektor basisnya.

Perluasan kegiatan-kegiatan ekonomi disalurkan sektor basis kepada sektor-sektor


non basis yang mendukungnya secara langsung maupun tidak langsung. Keterkaitan langsung
berupa aliran faktor-faktor produksi yang meliputi bahan baku, tenaga kerja, modal dan jasa
produksi. Keterkaitan tidak langsung berupa transaksi pengeluaran para pekerja sektor basis
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan-kegiatan lokal yang melayani kebutuhan
para pekerja tersebut turut terkena imbas perkembangan sektor basisnya, dengan demikian
adanya keterkaitan yang kuat antara sektor basis dan sektor non basis merupakan syarat
mutlak untuk menyebarluaskan pertumbuhan dalam wilayah. Sektor ekonomi dapat disebut
sebagai sektor potensial jika memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Merupakan sektor ekonomi yang dapat menjadi sektor basis wilayah, sehingga
semakin besar barang dan jasa yang dapat diekspor maka semakin besar pula tingkat
pendapatan yang diperoleh suatu wilayah.
2. Memiliki kemampuan daya saing (competitive advantage) yang relatif baik dibanding
sektor sejenis dari wilayah lain. Perkembangan sektor ini akan merangsang
perkembangan sektor-sektor lain baik yang terkait langsung maupun tidak langsung
yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian
wilayah.
3. Memiliki sumberdaya yang dapat mendukung bagi pengembangannya yang meliputi
sumber daya alam dan sumber daya manusia. Semakin tinggi tingkat ketersediaan
sumber daya yang dimiliki maka semakin tinggi pula tingkat pertumbuhan sektor
ekonomi wilayah tersebut.

3.1.2 Analisis Kontribusi Sektor Terhadap Wilayah (Sektor Basis)


Salah satu tujuan dari kebijaksanaan pembangunan adalah mengurangi perbedaan
dalam tingkat perkembangan atau pembangunan dan kemakmuran antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain. Setelah otonomi daerah, masing-masing daerah sudah lebih bebas
dalam menentukan sektor/komoditi yang diprioritaskan pengembangannya. Kemampuan
pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memiliki keunggulan dan kelemahan di
wilayahnya menjadi semakin penting. Sektor yang memiliki keunggulan, memiliki prospek
yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain
untuk berkembang.

Keterkaitan perekonomian kabupaten/kota di suatu wilayah (contoh: kabupaten


Cirebon) dengan wilayah yang lebih luas seperti daerah provinsinya (contoh: Jawa Barat)
dapat diidentifikasi menggunakan perhitungan analisis Location Quotient (LQ). LQ
merupakan suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor ekonomi di suatu derah
terhadap besarnya peranan sektor ekonomi tersebut secara nasional. Menggunakan LQ
sebagai petunjuk adanya keunggulan komparatif dapat digunakan bagi sektor-sektor yang
telah berkembang, sedangkan bagi sektor-sektor baru ataupun sektor yang sedang tumbuh,
LQ tidak dapat dipergunakan karena produk totalnya belum menggambarkan kapasitas riil
daerah tersebut (Martono, 2008).
Dengan analisis LQ dapat dideskripsikan dampak perbandingan relatif sumbangan
sektor suatu daerah dengan daerah yang lebih luas. Indikator yang digunakan untuk melihat
kondisi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai LQ>1 berarti sektor tersebut dapat memenuhi konsumsi daerahnya sendiri,
juga konsumsi daerah lain (potensi eksport),
b. Jika nilai LQ=1 berarti sektor tersebut hanya dapat memenuhi konsumsi daerahnya
sendiri, dan
c. Jika nilai LQ<1 berarti sektor tersebut tidak cukup untuk memenuhi konsumsi
daerahnya sendiri bahkan cenderung mengimpor dari daerah lain.

Selanjutnya dari kemungkinan nilai-nilai LQ yang diperoleh, dapat diperlihatkan


adanya sumbangan sektor yang mempunyai nilai LQ lebih besar dari 1. Kondisi ini sekaligus
menunjukkan sektor ekonomi yang strategis dan merupakan sektor basis. Untuk memberikan
gambaran yang lebih teliti terhadap kondisi tiap sektor pada masing-masing Kabupaten/Kota,
maka dilihat pula bagaimana kondisi rata-rata pertumbuhan tiap sektor dalam kurun waktu 5
(lima) tahun. Rata-rata pertumbuhan tiap sektor tersebut kemudian dibandingkan dengan rata-
rata pertumbuhan tiap sektor di Jawa Tengah. Jika nilai perbandingan tersebut lebih besar
dari 1 (satu) maka sektor yang dimaksud memiliki potensi untuk dikembangkan sebaliknya
jika nilai perbandingannya kurang dari 1 (satu) maka sektor dimaksud kurang potensial untuk
dikembangkan.

3.2 Analisis Keterkaitan Antar Wilayah


Dalam analisis ekonomi regional harus disadari bahwa dalam suatu wilayah terdapat
perbedaan yang menciptakan suatu hubungan yang unik antara suatu bagian dengan bagian
lain dalam wilayah tersebut. Ada tempat-tempat dimana penduduk/kegiatan berkonsentrasi
dan ada tempat dimana penduduk/kegiatan kurang terkonsentrasi. Hubungan antara kedua
tempat tersebut yang oleh Tarigan (2005) dikatakan sebagai hubungan antara kota dengan
wilayah belakangnya (hinterland). Lebih lanjut Tarigan menerangkan bahwa hubungan
antara kota dan daerah belakangnya dapat dibedakan antara kota generatif, kota parasitif dan
kota enclave. Kota generatif adalah kota yang menjalankan bermacam-macam fungsi, baik
untuk dirinya sendiri maupun untuk daerah belakangnya sehingga bersifat saling
menguntungkan/mengembangkan. Kota parasitif adalah kota yang tidak banyak berfungsi
untuk menolong daerah belakangnya dan bahkan bisa mematikan daerah belakangnya. Kota
parasitif umumnya adalah kota yang belum berkembang industrinya dan masih memiliki sifat
daerah pertanian tetapi juga perkotaan sekaligus. Selain kedua bentuk hubungan tersebut,
masih ada satu bentuk hubungan yang tidak menguntungkan daerah belakangnya yaitu kota
yang bersifat enclave (tertutup). Kota ini seakan-akan terpisah sama sekali dari daerah
sekitarnnya, ia tidak membutuhkan input dari daerah sekitarnya melainkan dari luar. Hal ini
membuat daerah belakang itu makin ketinggalan dan keadaan antara kota dengan desa makin
pincang. Untuk menghindari hal ini, daerah belakang perlu lebih didorong dengan melakukan
kerjasama agar pertumbuhan daerah belakang bisa lebih sejajar dengan pertumbuhan kota.
Secara umum sebab-sebab perlunya suatu kerjasama antar daerah menurut Mehrtens
dan Abdurahman (2007) dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Faktor Keterbatasan Daerah (Kebutuhan): hal ini dapat terjadi dalam konteks sumber
daya manusia, alam, teknologi dan keuangan, sehingga suatu kebersamaan dapat
menutupi kelemahan dan mengisinya dengan kekuatan potensi daerah lainnya.
2. Faktor Kesamaan Kepentingan: adanya persamaan visi pembangunan dan
memperbesar peluang memperoleh keuntungan, baik finansial maupun non-finansial
untuk mencapainya.
3. Berkembangnya paradigma baru di masyarakat: perlunya pengembangan sistem
perencanaan dan pembangunan komunikatif-partisipatif sesuai dengan semangat
otonomi daerah.
4. Menjawab kekhawatiran disintegrasi: dimana kerjasama dapat menjadi instrumen
yang efektif dalam rangka menggalang persatuan dan kesatuan nasional (sinkronisasi
dan harmonisasi).
5. Sinergi antar daerah: tumbuhnya kesadaran, bahwa dengan kerjasama antar daerah
dapat meningkatkan dampak positif dari berbagai kegiatan pembangunan yang semula
sendiri-sendiri menjadi suatu kekuatan regional.
6. Sebagai pendorong dalam mengefektifkan potensi dan menggalang kekuatan endogen
dalam kegiatan pembangunan wilayah. Dalam analisis keterkaitan antar daerah ini,
model ekonomi regional dan perkotaan dengan pendekatan I-O telah umum
diterapkan, namun amat jarang didasarkan pada analisis transaksi ekspor dan impor.
Tidak tersedianya data regional yang memadai mempersulit dilakukannya pantauan
dan evaluasi kinerja ekonomi suatu daerah dan kaitannya dengan daerah lain (Harris
dan Liu dalam Kuncoro, 2002). Analisis I-O antar daerah (IRIO) relatif baru di
Indonesia. IRIO yang pertama tahun 1985 untuk 5 (lima) pulau utama di Indonesia
dikompilasi pada tahun 1989 dan laporan pendahuluan pertama untuk diskusi
dipublikaksikan pada tahun 1990

Keterkaitan antar daerah pada sektor ekonomi pada dasarnya menggambarkan


hubungan antara perekonomian suatu daerah dengan lingkungan sekitarnya. Hubungan
perekonomian suatu wilayah dapat dilihat dengan memperhatikan beberapa hal yang
meliputi: potensi dan karakteristik wilayah,sektor-sektor ekonomi basis yang berorientasi
meningkatkan pendapatan daerah, spasial ekonomi daerah dengan melihat distribusi barang,
bahan baku serta tenaga kerja serta bagaimana keterkaitan antar sektor-sektor ekonomi yang
saling mempengaruhi dalam suatu wilayah. Beberapa hal tersebut dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada perekonomian suatu wilayah.
Berdasarkan kerangka analisis di atas dilakukan tahap-tahap analisis untuk
mengidentifikasikan keterkaitan sektor ekonomi dan keterkaitan antardaerah pada di
Kawasan perkotaan Cirebon dan sekitarnya, sebagai berikut:
1. Identifikasi potensi Kawasan perkotaan Cirebon dan sekitarnya yang meliputi:
identifikasi karakteristik fisik, kependudukan dan ekonomi. Identifikasi ini untuk
mengetahui potensi wilayah yang dapat menunjang atau menghambat interaksi antara
daerah kabupaten/kota di Kawasan perkotaan Cirebon dan sekitarnya.
2. Identifikasi sektor basis yaitu sektor yang dapat diandalkan potensinya dibandingkan
dengan daerah-daerah sekitarnya dan memilki keunggulan komperatif yang
merupakan faktor penentu bagi peningkatan pendapatan suatu daerah.
3. Identifikasi keterkaitan antar sektor ekonomi yang dapat diketahui dari tabel Input-
Output Kawasan perkotaan Cirebon dan sekitarnya yang diturunkan dari tabel Input-
Output Jawa Barat dengan koefisien LQ Kawasan.
4. Identifikasi keterkaitan antar daerah dengan menggunakan keterkaitan keruangan
yang diperoleh dari aliran distribusi barang, bahan baku dan tenaga kerja. Untuk
melihat keterkaitan antar daerah di wilayah Perkotaan Cirebon dan sekitarnya hanya
dibatasi pada sektor perdagangan, jasa, dan industri pengolahan saja. Hal ini
dilakukan karena kedua sektor tersebut merupakan sektor yang paling menonjol di
Kawasan perkotaan Cirebon dan sekitarnya, baik dilihat dari kontribusi sektoral
terhadap PDRB maupun dilihat dari jumlah penduduk yang bekerja di kedua sektor
tersebut.
3.2.1 Keterakitan Antar Sektor Perekonomian (Cupian)
Keterkaitan ekonomi pada dasarnya menggambarkan hubungan antara perekonomian
suatu daerah dengan lingkungan sekitarnya dan eksternalitas aglomerasi dipandang sebagai
faktor penentu yang penting dalam konsentrasi goegrafis kegiatan ekonomi di daerah
perkotaan. Kaitan intrasektoral (kaitan antar perusahaan dalam sektor yang sama) dan kaitan
antar sektor adalah suatu cara untuk melihat eksternalitas aglomerasi, baik yang dipicu oleh
input (pemasok) ataupun output (pelanggan) (Kuncoro, 2002). Lebih jauh Kuncoro
menjelaskan bahwa untuk melihat eksternalitas aglomerasi dan kaitan antar sektor digunakan
model Input-Output (I-O). Analisis I-O mencoba untuk menghitung ketergantungan ekonomi
dalam suatu daerah tertentu, baik sebuah negara, daerah atau sebuah daerah metropolitan.
Data I-O memberikan gambaran yang sangat jelas mengenai hubungan antar sektor
dalam suatu daerah dan transaksi antar daerah diantara banyak sektor. Analisis I-O adalah
suatu analisis atas perekonomian wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan
antar sektor ekonomi wilayah tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian, apabila terjadi
perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya terhadap sektor lain dapat dilihat.
Selain itu, I-O juga terkait dengan tingkat kemakmuran masyarakat di suatu wilayah. Hal ini
dapat dilihat apabila terjadi perubahan tingkat produksi sektor tertentu, dapat dilihat seberapa
besar kemakmuran masyarakat akan bertambah ataupun berkurang (Tarigan, 2005).
Hoover dalam Kuncoro (2002) menjelaskan bahwa model I-O merupakan alat yang
populer untuk menganalisis tiga jenis keterkaitan spasial yang menjelaskan pertumbuhan
ekonomi regional, yaitu: keterkaitan horisontal, keterkaitan vertikal dan keterkaitan
komplementer. Keterkaitan horisontal meliputi persaingan antar pelaku ekonomi, keterkaitan
vertikal meliputi kaitan ke belakang (backward linkage) yaitu daya tarik terhadap sumber
bahan baku dan kaitan ke depan (forward linkage) yaitu daya tarik terhadap pasar, sedangkan
keterkaitan komplementer diasosiasikan dengan pembentukan klaster akibat memproduksi
barang/jasa yang saling melengkapi ataupun yang berkaitan/sejenis.
BAB 4
PROFIL DAN KINERJA KAWASAN PERKOTAAN

4.1 Kawasan Perkotaan Cirebon dan Sekitarnya


Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya kemampuan masing-
masing sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari
nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor tersebut menggambarkan
ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari masing-masing sektor.
Titik berat pembahasan struktur dan pertumbuhan ekonomi adalah masalah pertumbuhan
yaitu tentang laju pertumbuhan ekonomi, dalam hal ini dilihat dari Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di kawasan Perkotaan
Cirebon dan sekitarnya.
Perekonomian di wilayah perkotaan Cirebon dan sekitarnya didukung oleh empat
sektor utama, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Industri Manufaktur,
Sektor Keuangan dan sektor Konstruksi. Ini menunjukkan bahwa di wilayah perkotaan
tersebut merupakan wilayah non-agraris, dimana perekonomiannnya sebagian besar ditopang
oleh sektor-sektor sekunder dan tersier. Pada umumnya, daerah industri dan perdagangan
dalam pembentukan PDRB tidak banyak bergantung pada alam, dan rata-rata
pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan daerah pertanian.

4.1.1 Kota Cirebon


4.1.1.1 Kegiatan Perekonomian (Cupian)
Berdasarkan pada Tabel 1, secara riil (atas dasar harga konstan 2010), struktur
ekonomi kota Cirebon tahun 2014 didominasi oleh sektor Perdagangan Besar & Eceran dan
Reparasi Mobil & Motor yang menyumbang sebesar 33,059% dari total PDRB, namun tidak
boleh diabaikan begitu saja kontribusi sektor Industri Pengolahan yang menyumbang
pembentukan PDRB sebesar 10,58%. Berikut tabel mengenai rata-rata kontribusi sektor
ekonomi terhadap PDRB di kota Cirebon tahun 2014:

Tabel 1
Kontribusi Sektor- Sektor terhadap PDRB Kota Cirebon tahun 2014
PDRB (juta
SEKTOR Rupiah)

Pertanian, Kehutanan & Perikanan 41.878,70


Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan 1.326.872,80
Pengadaan Listrik dan Gas 139.796,90
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 34.866,00
Konstruksi 1.315.045,00
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor 4.145.948,20
Transportasi dan Pergudangan 1.301.798,70
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 605.760,50
Informasi dan Komunikasi 657.988,80
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.327.021,10
Real Estate 118.370,60
Jasa Perusahaan 105.629,30
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
480.416,20
Wajib
Jasa Pendidikan 407.652,10
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya/Sosial 261.906,80
Jasa Lainnya 270.060,00
Jumlah 12.541.011,8

Mengingat sektor Industri Pengolahan mempunyai nilai tambah yang tinggi dan menyerap
tenaga kerja yang cukup besar, maka industri yang ada sekarang (terutama industri makanan
dan minuman, industri tekstil dan pakaian jadi) perlu dikembangkan secara optimal dengan
melalui pemberian insentif perpajakan atau kemudahan prosedur bagi pelaku usaha yang
ingin mengembangkan usahanya.

4.1.2 Kabupaten Cirebon


4.1.2.1 Kegiatan Perekonomian
Berdasarkan pada Tabel 2, secara riil (atas dasar harga konstan 2010), struktur
ekonomi kabupaten Cirebon tahun 2014 didominasi oleh sektor Industri pengolahan yang
menyumbang sebesar 20,527% dari total PDRB, namun tidak boleh diabaikan begitu saja
kontribusi sektor Perdagangan Besar & Eceran dan Reparasi Mobil & Motor yang
menyumbang pembentukan PDRB sebesar 16,492%. Berikut tabel mengenai rata-rata
kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB di kabupaten Cirebon tahun 2014:

Tabel 2
Kontribusi Sektor- Sektor terhadap PDRB Kabupaten Cirebon Tahun 2014
SEKTOR PDRB (juta
Rupiah)
Kabupaten Cirebon
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 4.273.435,70
Pertambangan & Penggalian 427.854,30
Industri Pengolahan 5.399.683,10
Pengadaan Listrik dan Gas 42.266,40
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 21.355,40
Konstruksi 3.110.559,70
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor 4.338.358,20
Transportasi dan Pergudangan 1.860.604,70
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 974.530,90
Informasi dan Komunikasi 691.553,60
Jasa Keuangan dan Asuransi 860.482,00
Real Estate 596.627,70
Jasa Perusahaan 211.042,90
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
800.749,80
Wajib
Jasa Pendidikan 1.254.149,10
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya/Sosial 511.404,10
Jasa Lainnya 930.537,20
Jumlah 26.305.194,7

4.1.3 Kabupaten Majalengka


4.1.3.1 Kegiatan Perekonomian
Berdasarkan pada Tabel 3, secara riil (atas dasar harga konstan 2010), struktur
ekonomi kabupaten Majalengka tahun 2014 didominasi oleh Perdagangan Besar & Eceran
dan Reparasi Mobil & Motor yang menyumbang sebesar 18,209% dari total PDRB, namun
tidak boleh diabaikan begitu saja kontribusi sektor Industri Pengolahan yang menyumbang
pembentukan PDRB sebesar 13,541%. Berikut tabel mengenai rata-rata kontribusi sektor
ekonomi terhadap PDRB di kabupaten Majalengka tahun 2014:

Tabel 3
Kontribusi Sektor- Sektor terhadap PDRB Kabupaten Majalengka Tahun 2014
PDRB (juta Rupiah)
SEKTOR
Kabupaten Majalengka
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 3.950.747,00
Pertambangan & Penggalian 408.620,70
Industri Pengolahan 2.132.092,90
Pengadaan Listrik dan Gas 12.976,90
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8.849,60
Konstruksi 1.889.997,10
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor 2.867.079,90
Transportasi dan Pergudangan 592.861,70
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 527.380,20
Informasi dan Komunikasi 557.122,00
Jasa Keuangan dan Asuransi 456.848,90
Real Estate 212.425,90
Jasa Perusahaan 55.699,60
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
577.107,80
Wajib
Jasa Pendidikan 898.811,20
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya/Sosial 158.085,80
Jasa Lainnya 438.578,50
Jumlah 15.745.285,60

4.1.4 Kabupaten Kuningan


4.1.4.1 Kegiatan Perekonomian
Berdasarkan pada Tabel 4, secara riil (atas dasar harga konstan 2010), struktur
ekonomi kabupaten Kuningan tahun 2014 didominasi oleh Perdagangan Besar & Eceran dan
Reparasi Mobil & Motor yang menyumbang sebesar 17,685% dari total PDRB, namun tidak
boleh diabaikan begitu saja kontribusi sektor Transportasi dan Pergudangan yang
menyumbang pembentukan PDRB sebesar 13,711%. Berikut tabel mengenai rata-rata
kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB di kabupaten Kuningan tahun 2014:

Tabel 4
Kontribusi Sektor- Sektor terhadap PDRB Kabupaten Kuningan Tahun 2014
PDRB (juta Rupiah)
SEKTOR
Kabupaten Kuningan
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 2.872.036,16
Pertambangan & Penggalian 226.710,84
Industri Pengolahan 299.122,42
Pengadaan Listrik dan Gas 12.139,54
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 11.227,20
Konstruksi 1.093.960,08
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor 2.186.750,67
Transportasi dan Pergudangan 1.695.411,54
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 214.085,89
Informasi dan Komunikasi 508.819,04
Jasa Keuangan dan Asuransi 628.605,27
Real Estate 380.427,08
Jasa Perusahaan 50.956,45
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
491.832,73
Wajib
Jasa Pendidikan 1.099.771,95
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya/Sosial 178.126,34
Jasa Lainnya 414.933,00
Jumlah 12.364.916,20

4.1.5 Kabupaten Indramayu


4.1.5.1 Kegiatan Perekonomian
Berdasarkan pada Tabel 5, secara riil (atas dasar harga konstan 2010), struktur
ekonomi kabupaten Indramayu tahun 2014 didominasi oleh sektor Industri Pengolahan yang
menyumbang sebesar 45,321% dari total PDRB, namun tidak boleh diabaikan begitu saja
kontribusi sektor Perdagangan Besar & Eceran dan Reparasi Mobil & Motor yang
menyumbang pembentukan PDRB sebesar 9,849%. Berikut tabel mengenai rata-rata
kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB di kabupaten Indramayu tahun 2014:

Tabel 5
Kontribusi Sektor- Sektor terhadap PDRB Kabupaten Indramayu Tahun 2014
PDRB (juta Rupiah)
SEKTOR Kabupaten
Indramayu
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 7.983.137,90
Pertambangan & Penggalian 8.895.717,20
Industri Pengolahan 24.931.911,20
Pengadaan Listrik dan Gas 24.005,40
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 38.166,90
Konstruksi 2.355.399,70
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor 5.418.351,80
Transportasi dan Pergudangan 1.147.922,50
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 703.749,90
Informasi dan Komunikasi 313.366,40
Jasa Keuangan dan Asuransi 527.151,90
Real Estate 220.410,40
Jasa Perusahaan 106.320,70
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
1.090.086,00
Wajib
Jasa Pendidikan 878.189,00
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya/Sosial 189.926,70
Jasa Lainnya 188.474,10
Jumlah 55.012.287,5

4.1.6 Kabupaten Brebes


4.1.6.1 Kegiatan Perekonomian
Berdasarkan pada Tabel 6, secara riil (atas dasar harga konstan 2010), struktur
ekonomi kabupaten Brebes tahun 2014 didominasi oleh sektor Perdagangan Besar & Eceran
dan Reparasi Mobil & Motor yang menyumbang sebesar 18,448% dari total PDRB, namun
tidak boleh diabaikan begitu saja kontribusi sektor Industri Pengolahan yang menyumbang
pembentukan PDRB sebesar 13,628%. Berikut tabel mengenai rata-rata kontribusi sektor
ekonomi terhadap PDRB di kabupaten Brebes tahun 2014:
Tabel 6
Kontribusi Sektor- Sektor terhadap PDRB Kabupaten Brebes Tahun 2014
PDRB (juta
SEKTOR Rupiah)
Kabupaten Brebes
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 9.626.654,15
Pertambangan & Penggalian 518.029,55
Industri Pengolahan 3.419.496,85
Pengadaan Listrik dan Gas 16.496,80
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 17.930,73
Konstruksi 1.014.361,63
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor 4.629.032,13
Transportasi dan Pergudangan 783.480,30
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.090.369,91
Informasi dan Komunikasi 948.155,15
Jasa Keuangan dan Asuransi 421.214,92
Real Estate 330.161,87
Jasa Perusahaan 62.213,99
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
532.406,08
Wajib
Jasa Pendidikan 933.835,76
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya/Sosial 183.751,25
Jasa Lainnya 564.122,21
Jumlah 25.091.713,29

4.1.7 Perkotaan Slawi Kabupaten Tegal


4.1.7.1 Kegiatan Perekonomian
Berdasarkan pada Tabel 7, secara riil (atas dasar harga konstan 2010), struktur
ekonomi kabupaten Tegal tahun 2014 didominasi oleh sektor Industri Pengolahan yang
menyumbang sebesar 31,622% dari total PDRB, namun tidak boleh diabaikan begitu saja
kontribusi sektor Perdagangan Besar & Eceran dan Reparasi Mobil & Motor yang
menyumbang pembentukan PDRB sebesar 17,584%. Berikut tabel mengenai rata-rata
kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB di kabupaten Tegal tahun 2014:

Tabel 7
Kontribusi Sektor- Sektor terhadap PDRB Kabupaten Tegal Tahun 2014
PDRB (juta Rupiah)
SEKTOR
Kabupaten Tegal
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 2.647.364,02
Pertambangan & Penggalian 782.937,77
Industri Pengolahan 5.994.165,58
Pengadaan Listrik dan Gas 14.664,27
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
9.066,72
Ulang
Konstruksi 1.483.094,95
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor 3.333.113,77
Transportasi dan Pergudangan 552.825,09
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 846.713,92
Informasi dan Komunikasi 665.456,39
Jasa Keuangan dan Asuransi 407.637,25
Real Estate 340.514,94
Jasa Perusahaan 76.073,96
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
413.494,01
Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 795.930,56
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya/Sosial 149.536,60
Jasa Lainnya 443.165,91
Jumlah 18.955.755,71

4.1.8 Kota Tegal


4.1.8.1 Kegiatan Perekonomian
Berdasarkan pada Tabel 8, secara riil (atas dasar harga konstan 2010), struktur
ekonomi kota Tegal tahun 2014 didominasi oleh sektor Perdagangan Besar & Eceran dan
Reparasi Mobil & Motor yang menyumbang sebesar 29,63% dari total PDRB, namun tidak
boleh diabaikan begitu saja kontribusi sektor Konstruksi yang menyumbang pembentukan
PDRB sebesar 16,647%. Berikut tabel mengenai rata-rata kontribusi sektor ekonomi terhadap
PDRB di kota Tegal tahun 2014:

Tabel 8
Kontribusi Sektor- Sektor terhadap PDRB Kota Tegal Tahun 2014
PDRB (juta
SEKTOR Rupiah)
Kota Tegal
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 424.186,44
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan 1.204.939,78
Pengadaan Listrik dan Gas 15.226,79
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5.914,90
Konstruksi 1.410.517,72
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor 2.510.611,89
Transportasi dan Pergudangan 365.740,47
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 464.849,74
Informasi dan Komunikasi 500.937,67
Jasa Keuangan dan Asuransi 365.139,72
Real Estate 194.906,44
Jasa Perusahaan 31.034,00
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
462.098,12
Wajib
Jasa Pendidikan 288.679,08
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya/Sosial 115.889,47
Jasa Lainnya 112.403,91
Jumlah 8.473.076,16

4.2 Kawasan Perkotaan Cilacap dan Sekitarnya


Perekonomian di wilayah perkotaan Cirebon dan sekitarnya didukung oleh empat
sektor utama, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Industri Manufaktur,
Sektor Keuangan dan sektor Konstruksi. Ini menunjukkan bahwa di wilayah perkotaan
tersebut merupakan wilayah non-agraris, dimana perekonomiannnya sebagian besar ditopang
oleh sektor-sektor sekunder dan tersier. Pada umumnya, daerah industri dan perdagangan
dalam pembentukan PDRB tidak banyak bergantung pada alam, dan rata-rata
pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan daerah pertanian.

4.2.1 Perkotaan Cilacap Kabupaten Cilacap


4.2.1.1 Kegiatan Perekonomian (Cupian)
Berdasarkan pada Tabel 9, secara riil (atas dasar harga konstan 2010), struktur
ekonomi kabupaten Cilacap tahun 2014 sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang
menyumbang sebesar 28,495% dari total PDRB, namun tidak boleh diabaikan begitu saja
kontribusi sektor Perdagangan Besar & Eceran dan Reparasi Mobil & Motor yang
menyumbang pembentukan PDRB sebesar 22,169%. Berikut tabel mengenai rata-rata
kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB di kabupaten Cilacap tahun 2014:
Tabel 9
Kontribusi Sektor- Sektor terhadap PDRB Kota Kabupaten Cilacap Tahun 2014
PDRB (juta
Rupiah)
SEKTOR
Kabupaten
Cilacap
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 3.388.744,72
Pertambangan & Penggalian 391.878,24
Industri Pengolahan 2.433.504,43
Pengadaan Listrik dan Gas 97.633,33
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 4.635,28
Konstruksi 644.619,28
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor 2.636.462,97
Transportasi dan Pergudangan 637.742,04
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Informasi dan Komunikasi 81.358,35
Jasa Keuangan dan Asuransi 108.400,30
Real Estate 519.362,58
Jasa Perusahaan 9.458,88
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
723.999,65
Wajib
Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya/Sosial
Jasa Lainnya 214.678,36
Jumlah 11.892.478,42

4.2.2 Perkotaan Purwokerto Kabupaten Banyumas


4.2.2.1 Kegiatan Perekonomian
Berdasarkan pada Tabel 10, secara riil (atas dasar harga konstan 2010), struktur
ekonomi kabupaten Banyumas tahun 2014 didominasi oleh sektor Industri Pengolahan yang
menyumbang sebesar 23,097% dari total PDRB, namun tidak boleh diabaikan begitu saja
kontribusi sektor Perdagangan Besar & Eceran dan Reparasi Mobil & Motor yang
menyumbang pembentukan PDRB sebesar 17,483%. Berikut tabel mengenai rata-rata
kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB di kabupaten Banyumas tahun 2014:

Tabel 10
Kontribusi Sektor- Sektor terhadap PDRB Kabupaten Banyumas Tahun 2014
PDRB (juta Rupiah)
SEKTOR Kabupaten
Banyumas
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 3.656.073,45
Pertambangan & Penggalian 1.630.702,38
Industri Pengolahan 6.720.826,77
Pengadaan Listrik dan Gas 32.795,03
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 27.384,19
Konstruksi 3.526.715,48
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor 5.087.139,81
Transportasi dan Pergudangan 1.010.184,25
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 978.307,73
Informasi dan Komunikasi 1.674.934,28
Jasa Keuangan dan Asuransi 886.102,01
Real Estate 708.345,33
Jasa Perusahaan 81.881,35
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
936.828,98
Wajib
Jasa Pendidikan 1.367.436,75
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya/Sosial 260.320,35
Jasa Lainnya 512.411,51
Jumlah 29.098.389,63

4.2.3 Perkotaan Kebumen Kabupaten Kebumen


4.2.3.1 Kegiatan Perekonomian
Berdasarkan pada Tabel 10, secara riil (atas dasar harga konstan 2010), struktur
ekonomi kabupaten Kebumen tahun 2014 sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang
menyumbang sebesar 25,848% dari total PDRB, namun tidak boleh diabaikan begitu saja
kontribusi sektor Industri Pengolahan yang menyumbang pembentukan PDRB sebesar
18,8%. Berikut tabel mengenai rata-rata kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB di
kabupaten Kebumen tahun 2014:
Tabel 10
Kontribusi Sektor- Sektor terhadap PDRB Kabupaten Kebumen Tahun 2014
PDRB (juta Rupiah)
SEKTOR
Kabupaten Kebumen
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 3.922.810,50
Pertambangan & Penggalian 736.382,00
Industri Pengolahan 2.853.163,70
Pengadaan Listrik dan Gas 10.971,60
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 9.317,90
Konstruksi 1.067.909,70
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor 2.366.330,70
Transportasi dan Pergudangan 618.224,00
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 311.021,60
Informasi dan Komunikasi 335.314,70
Jasa Keuangan dan Asuransi 417.236,50
Real Estate 218.325,60
Jasa Perusahaan 45.652,00
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
519.537,50
Wajib
Jasa Pendidikan 1.201.811,30
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya/Sosial 164.455,10
Jasa Lainnya 377.977,30
Jumlah 15.176.441,60

4.2.4 Perkotaan Pangandaran Kabupaten Pangandaran


4.2.4.1 Kegiatan Perekonomian
Berdasarkan pada Tabel 11, secara riil (atas dasar harga konstan 2010), struktur
ekonomi kabupaten Pangandaran tahun 2014 sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
yang menyumbang sebesar 27,308% dari total PDRB, namun tidak boleh diabaikan begitu
saja kontribusi sektor Perdagangan Besar & Eceran dan Reparasi Mobil & Motor yang
menyumbang pembentukan PDRB sebesar 23,006%. Berikut tabel mengenai rata-rata
kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB di kabupaten Pangandaran tahun 2014:

Tabel 11
Kontribusi Sektor- Sektor terhadap PDRB Kabupaten Pangandaran Tahun 2014
SEKTOR PDRB (juta Rupiah)
Kabupaten
Pangandaran
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 1.630.630,54
Pertambangan & Penggalian 47.526,08
Industri Pengolahan 283.289,20
Pengadaan Listrik dan Gas 4.718,06
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 733,31
Konstruksi 540.541,29
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor 1.373.752,53
Transportasi dan Pergudangan 607.487,36
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 464.000,57
Informasi dan Komunikasi 101.541,78
Jasa Keuangan dan Asuransi 118.495,58
Real Estate 165.422,39
Jasa Perusahaan 54.165,78
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
191.722,81
Wajib
Jasa Pendidikan 281.192,19
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya/Sosial 12.417,80
Jasa Lainnya 93.713,49
Jumlah 5.971.350,74

4.2.5 Perkotaan Ciamis Kabupaten Ciamis


4.2.5.1 Kegiatan Perekonomian
Berdasarkan pada Tabel 12, secara riil (atas dasar harga konstan 2010), struktur
ekonomi kabupaten Ciamis tahun 2014 didominasi oleh sektor Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan yang menyumbang sebesar 23,377% dari total PDRB, namun tidak boleh
diabaikan begitu saja kontribusi sektor Perdagangan Besar & Eceran dan Reparasi Mobil &
Motor yang menyumbang pembentukan PDRB sebesar 21,632%. Berikut tabel mengenai
rata-rata kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB di kabupaten Ciamis tahun 2014:

Tabel 12
Kontribusi Sektor- Sektor terhadap PDRB Kabupaten Ciamis Tahun 2014
PDRB (juta
SEKTOR Rupiah)
Kabupaten Ciamis
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 3.931.868,59
Pertambangan & Penggalian 38.237,56
Industri Pengolahan 1.312.823,26
Pengadaan Listrik dan Gas 12.440,61
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5.954,32
Konstruksi 1.568.567,35
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor 3.638.354,91
Transportasi dan Pergudangan 1.931.119,33
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 678.969,84
Informasi dan Komunikasi 600.647,69
Jasa Keuangan dan Asuransi 615.887,33
Real Estate 533.242,95
Jasa Perusahaan 147.370,32
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 642.132,30
Wajib
Jasa Pendidikan 725.879,61
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya/Sosial 145.443,96
Jasa Lainnya 290.107,46
Jumlah 16.819.047,38

4.2.6 Kota Banjar


4.2.6.1 Kegiatan Perekonomian
Berdasarkan pada Tabel 13, secara riil (atas dasar harga konstan 2010), struktur
ekonomi kota Banjar tahun 2014 didominasi oleh sektor Perdagangan Besar & Eceran dan
Reparasi Mobil & Motor yang menyumbang sebesar 29,087% dari total PDRB, namun tidak
boleh diabaikan begitu saja kontribusi sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang
menyumbang pembentukan PDRB sebesar 12,825%. Berikut tabel mengenai rata-rata
kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB di kota Banjar tahun 2014:
Tabel 13
Kontribusi Sektor- Sektor terhadap PDRB Kota Banjar Tahun 2014
PDRB (juta
SEKTOR Rupiah)
Kota Banjar
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 319.536,18
Pertambangan & Penggalian 7.201,14
Industri Pengolahan 277.904,06
Pengadaan Listrik dan Gas 2.572,12
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 4.320,38
Konstruksi 242.243,54
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor 724.716,07
Transportasi dan Pergudangan 112.586,95
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 62.703,01
Informasi dan Komunikasi 117.927,21
Jasa Keuangan dan Asuransi 91.280,64
Real Estate 67.096,67
Jasa Perusahaan 17.829,56
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
226.614,35
Wajib
Jasa Pendidikan 154.812,97
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya/Sosial 47.941,72
Jasa Lainnya 14.297,38
Jumlah 2.491.583,96

4.2.7 Kota Tasik


4.2.7.1 Kegiatan Perekonomian
Berdasarkan pada Tabel 14, secara riil (atas dasar harga konstan 2010), struktur
ekonomi kota Tasik tahun 2014 didominasi oleh sektor Perdagangan Besar & Eceran dan
Reparasi Mobil & Motor yang menyumbang sebesar 27,725% dari total PDRB, namun tidak
boleh diabaikan begitu saja kontribusi sektor Industri Pengolahan yang menyumbang
pembentukan PDRB sebesar 16,378%. Berikut tabel mengenai rata-rata kontribusi sektor
ekonomi terhadap PDRB di kota Tasik tahun 2014:
Tabel 14
Kontribusi Sektor- Sektor terhadap PDRB Kota Tasikmalaya Tahun 2014
PDRB (juta
SEKTOR Rupiah)
Kota Tasikmalaya
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 616.148,00
Pertambangan & Penggalian 1.252,70
Industri Pengolahan 1.690.998,70
Pengadaan Listrik dan Gas 1.251,80
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 43.144,90
Konstruksi 1.627.333,40
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor 2.862.497,70
Transportasi dan Pergudangan 1.111.908,10
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 544.446,30
Informasi dan Komunikasi 389.072,80
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.196.121,50
Real Estate 193.919,80
Jasa Perusahaan 127.161,70
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
508.023,50
Wajib
Jasa Pendidikan 199.661,60
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya/Sosial 218.481,40
Jasa Lainnya 305.853,50
Jumlah 10.324.522,80
BAB 5
ANALISIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN

5.1 Kawasan Perkotaan Cirebon dan Sekitarnya


5.1.1 Pengembangan Kegiatan Perekonomian (Cupian)
5.1.1.1 Analisis Perekonomian
5.1.1.2
Berikut tabel mengenai rata-rata pertumbuhan PDRB tiap sektor tahun 2012-2014 di
wilayah perkotaan Cirebon dan nilai perbandingannya dengan Jawa Barat:

Tabel 14
Pertmbuhan Sektor- Sektor terhadap Ekonomi Wilayah Perkotaan Cirebon dan
Sekitarnya 2014
NRP (%)
Sektor Jawa Kota Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kota Kab.
Tengah Cirebon Cirebon Indramayu Kuningan Majalengka Brebes Tegal Tegal
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 15,41% 0,360% 17,617% 14,536% 25,144% 26,619% 41,601% 5,468% 16,768%
Pertambangan & Penggalian 1,988% 0,000% 1,634% 16,394% 1,914% 3,255% 1,982% 0,000% 4,091%
Industri Pengolahan 34,936% 10,527% 20,520% 46,942% 2,380% 13,072% 11,970% 13,300% 28,760%
Pengadaan Listrik Dan Gas 0,109% 1,171% 0,155% 0,042% 0,100% 0,081% 0,064% 0,187% 0,079%
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
0,079% 0,287% 0,081% 0,060% 0,091% 0,054% 0,078% 0,075% 0,053%
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 10,13% 10,536% 11,589% 4,015% 8,642% 11,257% 4,044% 17,198% 8,040%
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
14,618% 33,727% 16,633% 9,001% 18,196% 17,695% 18,586% 29,871% 17,930%
Mobil dan Motor
Transportasi dan Pergudangan 3,011% 10,773% 6,848% 1,841% 13,479% 3,882% 2,781% 3,807% 2,737%
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,019% 4,765% 3,685% 1,202% 1,763% 3,269% 4,284% 5,247% 4,578%
Informasi dan Komunikasi 3,571% 4,906% 2,423% 0,498% 3,907% 3,231% 3,140% 5,780% 3,162%
Jasa Keuangan dan Asuransi 2,689% 10,258% 3,138% 0,890% 4,989% 2,898% 1,754% 4,553% 2,303%
Real Estate 1,726% 0,961% 2,309% 0,377% 3,136% 1,346% 1,223% 2,280% 1,822%
Jasa Perusahaan 0,302% 0,837% 0,762% 0,186% 0,407% 0,351% 0,213% 0,328% 0,377%
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
2,947% 3,999% 3,363% 1,979% 4,414% 4,259% 2,274% 6,148% 2,392%
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 3,292% 2,973% 4,173% 1,399% 6,914% 5,186% 3,311% 3,230% 3,938%
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya/Sosial 0,717% 1,838% 1,703% 0,308% 1,365% 0,889% 0,678% 1,244% 0,766%
Jasa Lainnya 1,454% 2,082% 3,366% 0,330% 3,160% 2,656% 2,015% 1,283% 2,205%

5.1.1.3 Analisis Kontribusi Sektor Terhadap Wilayah (Sektor Basis)


Sektor-sektor basis di Kabupaten Cirebon meliputi: sektor Pertanian, sektor Bangunan
dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Sektor pertanian sebenarnya
merupakan sektor unggulan di Kabupaten Cirebon, namun rata-rata pertumbuhannya sebesar
3% sedikit di bawah rata-rata pertumbuhan Jawa Tengah sebesar 3,21%. Kontribusi sektor
Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Cirebon tahun 2005 sebesar 42,93% dan jumlah
penduduk yang bekerja di sektor ini sebesar 40,20%. Kondisi tersebut didukung oleh
penggunaan lahan di wilayah ini yang sebagian besar masih berupa tanah sawah yaitu
49,15%. Adapun produk unggulan sektor pertanian meliputi: padi, palawija dan buah-buahan
seperti: belimbing, jambu merah delima dan pisang.
Sektor-sektor basis di Kabupaten Indramayu meliputi: sektor Pertanian, sektor
Pertambangan dan Galian, sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, sektor Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan serta sektor Jasa-jasa. Sektor Pertanian merupakan sektor yang paling
menonjol di Kabupaten Cirebon hal ini bisa terlihat dari kontribusinya terhadap PDRB
Kabupaten Indramayu tahun 2012 sebesar 41,65% dan jumlah penduduk yang bekerja di
sektor Pertanian sebesar 60,82%. Sektor basis yang lain walaupun kontribusinya relatif kecil,
namun sektor-sektor ini mampu menjual produknya ke luar daerah serta memiliki rata-
ratapertumbuhan di atas Jawa Tengah.
Sektor Industri Cirebon dan sektor Perdagangan merupakan sektor basis di Kabupaten
Semarang. Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB Kabupaten Cirebon tahun 2012sebesar
47,03% dengan jumlah penduduk yang bekerja di sektor ini sebesar 38,08%. Sektor ini juga
memiliki rata-rata pertumbuhan di atas Jawa Tengah. Berikut tabel mengenai hasil analisis
LQ di kawasan Cirebon dan sekitarnya pada tahun 2014:

Tabel 15
Location Quotion Sektor- Sektor terhadap Ekonomi Wilayah Perkotaan Cirebon dan
Sekitarnya 2014

Location Quotion
Kota Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kota Kab.
Sektor
Cirebon Cirebon Indramayu Kuningan Majalengka Brebes Tegal Tegal
Pertanian, Kehutanan & 0,02337903 1,18103422
1,143238897 0,94326298 1,631680872 1,727403197 0,354859618 1,08814302
Perikanan 6 5
8,24511532 0,43616489
Pertambangan & Penggalian 0 0,822043539 0,962580006 1,637205835 0 2,057490704
7 5
0,30132075 1,34363620 0,14990153
Industri Pengolahan 0,5873505 0,068116762 0,374177292 0,38069207 0,823203118
1 3 8
10,7785992 0,38414715 0,25944215
Pengadaan Listrik Dan Gas 1,430842889 0,919468461 0,74147584 1,717606507 0,723429303
7 3 9
Pengadaan Air, Pengelolaan
3,61961759 0,76133893 0,43083230
Sampah, Limbah, dan Daur 1,017080766 1,148347138 0,679493481 0,945958198 0,670005016
8 8 6
Ulang
1,04007424 0,17466154
Konstruksi 1,143973485 0,39629489 0,853080059 1,111273011 1,697735882 0,793657627
3 2
Perdagangan Besar Dan
2,30726623 0,61575202 0,55626691
Eceran, Reparasi Mobil Dan 1,137840375 1,244770993 1,210505791 2,043479072 1,226573599
1 2 7
Motor
Transportasi Dan 3,57760436 0,61141429 0,40396668
2,274119842 4,476190804 1,289035532 1,264181636 0,908798376
Pergudangan 5 1 3
Penyediaan Akomodasi Dan 1,57818061 0,39822316 0,62082559
1,220611293 0,584056132 1,082740367 1,737875053 1,516456403
Makan Minum 2 1 5
0,13957745 0,38470886
Informasi Dan Komunikasi 1,37358615 0,678527815 1,093848575 0,904722067 1,618466465 0,885456747
2 8
3,81508005 0,33114394 0,28537835
Jasa Keuangan Dan Asuransi 1,167248518 1,855442022 1,077778506 1,69341172 0,856613648
1 2 3
0,55670318 0,21845840 0,30991082
Real Estate 1,337501251 1,816583929 0,779697386 1,320636893 1,055333102
8 2 1
2,77290762 0,61598563 0,30874613
Jasa Perusahaan 2,525096762 1,347558131 1,162131005 1,086208738 1,248756879
7 3 1
Administrasi Pemerintahan,
1,35690889 0,67165823 0,33764219
Pertahanan Dan Jaminan 1,141340228 1,497700656 1,445260218 2,086371381 0,811600107
5 8 8
Sosial Wajib
0,90304105 0,42495561
Jasa Pendidikan 1,267535309 2,100026838 1,575337415 0,4399522 0,981050989 1,196245707
8 8
Jasa Kesehatan Dan 2,56232949 0,42951056 0,41365314
2,373684679 1,903430574 1,238736947 1,734827412 1,067612622
Kegiatan Lainnya/Sosial 8 5 2
1,43172227 0,22668704 0,60618542
Jasa Lainnya 2,314030274 2,172666041 1,826055346 0,882355069 1,515860988
3 7 6
Keterkaitan Antar Wilayah

Setiap wilayah memiliki ketersediaan sumber daya yang berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya. Ini mengakibatkan terjadinya interaksi antar wilayah demi terpenuhinya
kebutuhan masing-masing wilayah. Berikut merupakan interaksi keruangan yang terjadi
antara Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Indramayu, dan
Kabupaten Majalengka.

Gambar 1
Skema Interaksi Keruangan antara Kota Cirebon, Kab. Cirebon, Kab.
Indramayu, Kab. Kuningan, dan Kab. Majalengka

Pada skema tersebut terlihat bahwa masing-masing wilayah mempunyai kelebihan


dan kekurangan dalam beberapa sektor. Kota Cirebon tidak dapat menyediakan hasil
pertanian dan perkebunan sendiri sehingga ia membutuhkan wilayah lain yang mempunyai
sumber daya pertanian dan perkebunan, seperti Kabupaten Kuningan, Kabupaten Indramayu,
dan Kabupaten Majalengka. Hal ini menyebabkan adanya interaksi barang pertanian dan
perkebunan ke Kota Cirebon. Sebaliknya, Kota Cirebon yang memounyai sumber daya di
sektor perdagangan dan jasa memberi pengaruh terhadap daerah sekitarnya yang kekurangan
sumber daya tersebut.

Untuk mengetahui keterkaitan antar daerah di wilayah Perkotaan Cirebon dan


sekitarnya terutama pada sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian, maka kajian ini
dilakukan melalui wawancara dengan beberapa tokoh kunci yang mengetahui potensi
pengembangan kerjasana regional Cirebon. .
Menurut Kepala Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Barat, kerjasama
regional Cirebon dan sekitarnya sangat potensial untuk dikembangkan karena selain
kedudukan atau letak wilayah ini yang sangat strategis, Kawasan Cirebon juga memiliki
potensi sumber daya yang sangat melimpah. Keterkaitan antara daerah daerah kabupaten/kota
di wilayah Perkotaan Cirebon dan sekitarnya sangat kuat terjadi di wilayah Pantura yaitu
Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan,
Kabupaten Brebes, Kota Tegal dan Kabupaen Tegal.
Pertumbuhan sektor Industri di wilayah ini sangat pesat terutama terjadi pada jalur-
jalur yang disebutkan di atas. Lebih lanjut Kepala BPMD Provinsi Jawa Barat menyampaikan
sebagai berikut: Banyak sekali para investor yang berminat untuk menanamkan modalnya di
wilayah Perkotaan Cirebon, telah meningkatkan sektor budidaya dan penangkapan ikan dan
perluasan lahan kolam tambak, baik air tawar maupun asin. Hingga sampai saat ini banyak
investor dari luar negeri yang telah menjajaki Kabupaten Cirebon sebagai sasaran investasi.
Terutama yang berada di titik-titik bagian pesisir, seperti Losari, Gebang, Pangenan, Mundu.
Sekarang sudah banyak penanam modal dari para investor luar negeri seperti Taiwan. Taiwan
tertarik dengan di Losari. Kemudian dari Jepang, Korea, Malaysia juga sudah melakukan
penjajakan. Dengan kemudahan-kemudahan perizinan kita akan buka untuk para investor
asing. Hal itu supaya menguntungkan nelayan atau pembudidaya ikan.
Untuk pemetaan zona yang menjadi titik bidikan para investor, tambah Ali, pihaknya
mempersiapkan peta sesuai potensinya. Seperti di Losari dan Suranenggala untuk budidaya
ikan. Kemudian, untuk kawasan pelabuhan berada di titik Losari serta kawasan pemukiman
nelayan berada di beberapa titik pesisir Kabupaten Cirebon. Sejumlah investor asing yang
sudah berkunjung ke wilayah ini hanya menginginkan kesiapan infrastrukturnya. Jika
infrastruktur sudah tersedia, para investor baik lokal maupun asing akan banyak yang
berinvestasi.
Keberadaan Tol Cipali akan banyak berdampak positif. Untuk mengoptimalkan
pembangunan di kawasan ini, perlu membangun sarana penunjang lain.
Diperlukan perluasan infrastuktur yang ada di Kabupaten Cirebon sehingga akses-akses jalan
untuk melaksanakan pembangunan ke depan akan lebih ditingkatkan.
Sektor industri kecil dan menengah seperti industri kerajinan rotan, budidaya kerang,
hingga mangga gedong gincu dan lainnya menjadi prioiritas utama.
Investor yang datang ke kawasan Cirebon bukan hanya pemilik modal dalam negeri,
bahkan sejumlah investor asing. Nilai investasi asing mencapai puluhan triliunan rupiah.
Bahkan investor asal Malaysia yang diwakili perusahaan Amanah Nusantara International
(ANI) diarahkan Pemkab Cirebon pada lima potensi daerahnya, yakni kawasan industri di
wilayah timur Kabupaten Cirebon, potensi Pembangkit Listrik Tenaga Uap, perumahan
penduduk hingga industri maritim dan perikanan. Di antara ke lima hal itu, potensi kawasan
industri di bagian timur Kabupaten Cirebon dianggap sebagai sektor yang paling diuntungkan
dengan keberadaan Tol Cipali. Lokalsi industri seluas lebih dari 2.000 hektare yang
terbentang dari daerah Mundu hingga Losari ditargetkan menjadi kawasan industri .

Kemudahan transportasi
Sedangkan menurut Kepala Bappeda, adanya jalan tol dianggap mengurangi kendala
dalam hal distribusi barang maupun orang. Investasi akan tumbuh salah satunya karena
kemudahan transportasi. Potensi tersebut bahkan sudah diproyeksikan pemerintah daerah
sebelum proyek jalan tol dibangun. Dengan dukungan infrastruktur dapat dipastikan para
investor akan berdatangan. Setelah meningkatnya sektor industri, sektor properti juga ikut
terbawa karena adanya peningkatan jumlah penduduk di sekitar kawasan industri tersebut

Anda mungkin juga menyukai