Anda di halaman 1dari 8

BAB 3

TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI


PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN

Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan terjemahan

dari visi dan misi pengembangan wilayah kabupaten dalam pelaksanaan pembangunan untuk

mencapai kondisi ideal tata ruang wilayah kabupaten yang diharapkan.

3.1 TUJUAN PENATAAN RUANG KABUPATEN JEMBER

Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:

1. Mendukung tujuan penataan ruang yang tercantum pada RTR (Rencana Tata Ruang) di

atasnya (RTRW nasional dan rencana rincinya, serta RTRW provinsi dan rencana rincinya)

melalui keterpaduan antar sektor, wilayah, dan masyarakat;

2. Mewujudkan aspek keruangan yang harmonis dengan Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJPD) kabupaten;

3. Mengakomodasi fungsi dan peran kabupaten yang telah ditetapkan dalam RTRW

nasional, serta RTRW provinsi;

4. Memperhatikan isu strategis, potensi unggulan dan karakteristik wilayah kabupaten;

5. Jelas, spesifik,terukur dan dapat dicapai dalam jangka waktu perencanaan 20 (dua puluh)

tahun; dan

6. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam RTRW Provinsi Jawa Timur 2011-2031, Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Jawa

Timur adalah untuk “Mewujudkan Ruang Wilayah Provinsi yang Berdaya Saing Tinggi dan

Berkelanjutan Melalui Pengembangan Sistem Agropolitan dan Sistem Metropolitan”.

Sedangkan berdasarkan RPJPD Kabupaten Jember 2005-2025, visi pembangunan yang ingin

dicapai Kabupaten Jember Tahun 2005-2025 adalah ”Terwujudnya Kabupaten Jember

sebagai Daerah Unggulan Agribisnis dan Usaha Ekonomi Produktif berbasis Potensi Lokal

3-1
dalam Pembangunan Berkelanjutan menuju Masyarakat yang Sejahtera dan Bermartabat”

dengan misi pembangunan Kabupaten Jember yaitu:

1. Mengembangkan tata kelola pemerintahan yang baik;

2. Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kreatif, inovatif, handal dan berakhlak

mulia;

3. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat;

4. Mewujudkan agibisnis berkelanjutan yang unggul, efisien, berdaya saing tinggi, dan

berbasis sumberdaya lokal;

5. Menumbuhkan usaha ekonomi produktif secara merata berbasis pada pemanfaatan

sumberdaya lokal, terintegrasi, berdaya saing dan berkelanjutan;

6. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang handal dan berkelanjutan; dan

7. Mewujudkan tata kelola lingkungan hidup secara seimbang dan berkelanjutan

Sejalan dengan tujuan penataan ruang provinsi dan tujuan pembangunan sektoral Kabupaten

Jember, tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Jember dirumuskan sebagai berikut:

“PENATAAN RUANG KABUPATEN JEMBER BERTUJUAN UNTUK MEWUJUDKAN RUANG

WILAYAH KABUPATEN YANG BERBASIS AGRIBISNIS DIDUKUNG OLEH PERTANIAN,

PARIWISATA, PERIKANAN, DAN USAHA EKONOMI PRODUKTIF YANG BERKELANJUTAN

DAN BERBASIS POTENSI LOKAL”

Kata Kunci:

1. Pengembangan Pertanian

Pengembangan agropolitan termasuk dalam pengembangan sektor pertanian.

Pengembangan ekonomi berkaitan dengan peningkatan produktivitas dan nilai tambah

pada sektor primer produk unggulan yaitu pertanian. Kabupaten Jember memiliki sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan menjadi sektor unggulan hampir setiap tahun.

Pengembangan pertanian berfokus pada pengembangan agribisnis pada sentra-sentra

produksi dan distribusi yang didukung oleh pertanian terpadu ramah lingkungan.

2. Pengembangan Perikanan

Sektor perikanan menjadi sektor basis dan unggulan di Kabupaten Jember.

Pengembangan perikanan berfokus pada pusat produksi perikanan tangkap. Selain dari

3-2
kegiatan perikanan tangkap di wilayah tersebut terdapat pula kegiatan pertambakan yang

menjadi penggerak perekonomian di kawasan pesisir.

3. Pengembangan Pariwisata

Pengembangan pariwisata di Kabupaten Jember diarahkan berkonsep Community Based

Tourism (CBT) atau kegiatan wisata berbasis masyarakat. Dalam konsep CBT masyarakat

ditempatkan sebagai pelaku utama dari kegiatan wisata sehingga diharapkan melalui

peranan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan

potensi pariwisata seperti kawasan daya tarik wisata unggulan, wisata alam, wisata buatan,

geopark, minawisata, agrowisata dan wisata minat khusus.

4. Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif

Kegiatan usaha ekonomi produktif memiliki kaitan erat terhadap sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan. Pengembangan ini berfokus pada pengolahan sebagai usaha

hilirisasi produk olahan hasil pertanian di kawasan pusat pertumbuhan.

3.2 KEBIJAKAN PENATAAN RUANG KABUPATEN JEMBER

Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah kabupaten ditetapkan kebijakan dan

strategi perencanaan penataan ruang wilayah. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten

dirumuskan dengan kriteria:

1. Mampu menjabarkan tujuan penataan ruang wilayah kabupaten;

2. Mampu menjawab isu strategis di wilayah kabupaten;

3. Mempertimbangkan kebijakan pengembangan wilayah kabupaten;

4. Mempertimbangkan kebijakan pengembangan kawasan strategis kabupaten;

5. Mempertimbangkan kapasitas sumber daya yang dimiliki;

6. Mempertimbangkan kebijakan peruntukan ruang pada sempadan pantai, sungai, situ,

danau, embung, waduk, dan mata air; dan

7. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Sejalan dengan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Jember, kebijakan penataan ruang

wilayah Kabupaten Jember dirumuskan sebagai berikut.

3-3
1. Pengembangan agribisnis dan usaha ekonomi produktif berbasis potensi lokal;

Kebijakan ini merujuk pada pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang mampu

melayani dan mendorong kegiatan pembangunan pada sektor pertanian lokal. Tujuannya

adalah untuk mendorong pengembangan pada kawasan agropolitan di Kabupaten

Jember.

2. Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan;

Pariwisata berkelanjutan berfokus untuk melakukan pengelolaan kepariwisataan dengan

merealisasikan prinsip pembangunan berkelanjutan. Hal ini dilakukan agar sumberdaya

pariwisata memiliki keseimbangan antara manfaat ekonomi, kelestarian lingkungan, dan

nilai sosial budayanya.

3. Peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah;

Peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah akan meningkatkan

aksesibilitas, kesejahteraan, kemudahan mobilitas, serta kenyamanan masyarakat dalam

berkegiatan sehari-hari.

4. Percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat kegiatan secara berhirarki;

Kebijakan ini bertujuan untuk mengembangkan pusat kegiatan sesuai dengan fungsi yang

telah ditetapkan sehingga pengembangan dan pembangunan Kabupaten Jember akan

lebih cepat dan merata.

5. Pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif;

Pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif dilakukan dengan membatasi

perubahan fungsi lahan produktif dan memfokuskan pembangunan pada lahan non

produktif untuk meminimalkan dampak negatif baik dari sisi lingkungan maupun ekonomi.

6. Peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung;

Peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung dilakukan diantara lain untuk melindungi

kekayaan hayati yang ada, melindungi air tanah, mengendalikan erosi, serta memelihara

kesuburan tanah.

7. Pengembangan sistem penanggulangan bencana pada kawasan rawan bencana;

Penanggulangan bencana pada kawasan rawan bencana dilakukan untuk memberikan

perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana dan meminimalkan dampak

negatif akibat bencana.

3-4
8. Pengembangan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan wilayah;

Pengembangan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan wilayah dilakukan

untuk menjaga adat, budaya, dan tradisi serta ciri khas Kabupaten Jember.

9. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara; dan

Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara dilakukan untuk

menjaga serta memberikan kenyamanan dan keamanan untuk masyarakat.

10. Pengelolaan kawasan pesisir dan pengembangan perikanan.

Pengelolaan kawasan pesisir dan pengembangan perikanan dilakukan untuk

memaksimalkan pemanfaatan potensi bahari yang ada di Kabupaten Jember dengan

tidak mengesampingkan kesadaran untuk melestarikan lingkungan pesisir.

3.3 STRATEGI PENATAAN RUANG KABUPATEN JEMBER

Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah kabupaten ditetapkan kebijakan dan

strategi perencanaan penataan ruang wilayah. Strategi penataan ruang wilayah kabupaten

dirumuskan dengan kriteria:

1. Menjabarkan kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten;

2. Harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur ruang dan rencana pola

ruang wilayah kabupaten;

3. Berfungsi sebagai arahan bagi penyusunan indikasi program utama 5 (lima) tahunan

dalam RTRW Kabupaten;

4. Berfungsi sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah

kabupaten;

5. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan; dan

6. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Strategi penataan ruang akan direspon oleh rencana struktur ruang dan rencana pola ruang.

Rencana struktur ruang Kabupaten Jember tidak terlepas dari fungsi dan peranan Kabupaten

Jember dalam lingkup regional dan nasional, isu strategis wilayah, potensi dan permasalahan

wilayah, serta tujuan penataan ruang Kabupaten Jember. Rencana pola ruang Kabupaten

3-5
Jember mengarah pada alokasi lahan yang berorientasi pada kawasan pengembangan atau

budidaya dan pentingnya perlindungan terhadap kawasan lindung.

Kebijakan dan strategi Kabupaten Jember dijabarkan sebagai berikut:

1. Kebijakan 1: Pengembangan agribisnis dan usaha ekonomi produktif berbasis potensi

lokal, memiliki strategi penataan ruang sebagai berikut:

a. Mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian dan usaha ekonomi produktif

berbasis potensi bahan baku lokal;

b. Meningkatkan produktivitas hasil pertanian;

c. Mengembangkan kawasan agropolitan;

d. Mengembangkan agribisnis pada sentra-sentra produksi dan distribusi;

e. Mengembangkan pusat pemasaran hasil komoditas kabupaten; dan

f. Mengembangkan pertanian terpadu ramah lingkungan.

2. Kebijakan 2: Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan, memiliki strategi penataan

ruang sebagai berikut:

a. Mengembangkan kawasan daya tarik wisata unggulan;

b. Mengembangkan wisata alam, wisata buatan, geopark, minawisata, agrowisata dan

wisata minat khusus;

c. Meningkatkan kualitas perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan

budaya;

d. Mengembangkan industri pariwisata yang berdaya saing dan ramah lingkungan;

e. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan;

f. Mengembangkan roadmap pariwisata; dan

g. Mengembangkan promosi pariwisata.

3. Kebijakan 3: Peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah, memiliki

strategi penataan ruang sebagai berikut:

a. Mengembangkan jalan penghubung perkotaan dan perdesaan;

b. Mengembangkan sumberdaya energi listrik dan meningkatkan infrastruktur

pendukung;

c. Meningkatkan jangkauan pelayanan telekomunikasi;

3-6
d. Mengoptimalkan pendayagunaan dan pengelolaan prasarana sumberdaya air; dan

e. Mengembangkan dan mengoptimalkan sistem pengelolaan lingkungan berkelanjutan.

4. Kebijakan 4: Percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat kegiatan secara berhirarki,

memiliki strategi penataan ruang sebagai berikut:

a. Mengembangkan pusat kegiatan yang mampu menjadi simpul distribusi dan

pemasaran produk pertanian dan pariwisata;

b. Meningkatkan peran fungsi kawasan perkotaan;

c. Mengembangkan kawasan perdesaan sesuai dengan potensi masing-masing kawasan

yang dihubungkan dengan pusat kegiatan pada setiap kawasan perdesaan; dan

d. Meningkatkan sinergitas keterkaitan kegiatan ekonomi wilayah perkotaan dengan

wilayah perdesaan.

5. Kebijakan 5: Pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif, memiliki strategi

penataan ruang sebagai berikut:

a. Menetapkan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B); dan

b. Mengarahkan perkembangan kegiatan terbangun pada lahan tidak dan/atau kurang

produktif.

6. Kebijakan 6: Peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung, memiliki strategi penataan

ruang sebagai berikut:

a. Mempertahankan kawasan lindung yang telah ditetapkan;

b. Memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah mengalami penurunan

fungsi; dan

c. Meningkatkan potensi sumberdaya alam dan buatan di kawasan lindung dengan

pengembangan agrowisata, budidaya dan ekowisata.

7. Kebijakan 7: Pengembangan sistem penanggulangan bencana pada kawasan rawan

bencana, memiliki strategi penataan ruang sebagai berikut:

a. Saat prabencana

b. Saat terjadi bencana tanggap darurat; dan

c. Saat pasca bencana

3-7
8. Kebijakan 8: Pengembangan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan

wilayah, memiliki strategi penataan ruang sebagai berikut:

a. Meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan;

b. Melestarikan upacara tradisional seni dan budaya; dan

c. Menjaga dan melestarikan kawasan sosial budaya.

9. Kebijakan 9: Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara,

memiliki strategi penataan ruang sebagai berikut:

a. Mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan

dan keamanan;

b. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di

sekitar kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan

sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan

budidaya terbangun;

c. Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan

strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan untuk menjaga

fungsi dan peruntukannya; dan

d. Turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan milik tentara nasional

indonesia dan kepolisian.

10. Kebijakan 10: Pengelolaan kawasan pesisir dan pengembangan perikanan, memiliki

strategi penataan ruang sebagai berikut:

a. Mengembangkan kawasan minapolitan;

b. Menjaga kelestarian ekosistem kawasan pesisir;

c. Meningkatkan kegiatan kepariwisataan di kawasan pesisir;

d. Meningkatkan kegiatan perikanan di kawasan pesisir; dan

e. Konservasi wilayah pesisir.

3-8

Anda mungkin juga menyukai