Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

PEMANENAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)

Disusun Oleh :
Selly Hapti Anggara (2204300024)

Hariz sulthan tandra (2204300017)

Muhammad zam zami (2204300054)

AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat, nikmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Pemanenan Karet

tepat waktu.

Dengan petunjuk dari Allah SWT dan bantuan dari teman-teman

seperjuangan akhirnya penulisan makalah dapat diselesaikan dengan sebagaimana

mestinya, maka dari itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Assoc. Prof. Dr. Dafni Mawar Tarigan, S.P., M.Si. selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

2. Bapak Hardiansyah Sinaga, S.P., M.Agr dosen pengampu mata kuliah.

3. Teman-teman sekelompok yang telah memberikan semangat dan kerjasamaya.

4. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik moral dan materi.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat

lebih baik lagi untuk ke depannya.

Medan, Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1. Latar Belakang .......................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
3. Tujuan ...................................................................................... 2
4. Manfaat ..................................................................................... 3
II. PEMBAHASAN .................................................................................. 4
A. PANEN ......................................................................................... 4
B. PENANGANAN PASCA PANEN LATEKS KEBUN ............... 6
C. MASALAH PANEN DAN PENGOLAHAN .............................. 13
III. PENUTUP ............................................................................................. 15
A. Kesimpulan ................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................. 16

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea,


disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet
merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa
non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Upaya
peningkatan produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan terutama dalam bidang
teknologi budidaya dan pasca panen . Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan
baik dan menghasilkan lateks yang banyak maka perlu diperhatikan syarat-syarat
tumbuh dan lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Apabila tanaman karet
ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan habitatnya maka pertumbuhan
tanaman akan terhambat. Lingkungan yang kurang baik juga sering mengakibatkan
produksi lateks menjadi rendah. Sesuai habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama
Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di Indonesia, yang
sebagian besar ditanam di Sumatera Utara dan Kalimantan.

Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi


kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang
yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan,
conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. Kebutuhan
karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya
standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi
karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi
karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industry tetapi diproduksi sebagai
komoditi perkebunan.

Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di


dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 2 tahun
terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985
menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan
2

devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang
merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas.
Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada sepuluh tahun terakhir,
terutama China dan beberapa negara kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin
seperti India, Korea Selatan dan Brazil, memberi dampak pertumbuhan permintaan
karet alam yang cukup tinggi, walaupun pertumbuhan permintaan karet di negara-
negara industri maju seperti Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang relatif
stagnan. Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap
komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan
pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun, dan
teknologi pengolahan pasca panen merupakan langkah yang efektif untuk
dilaksanakan.
Sejak dekade 1980 hingga saat ini tahun 2010, permasalahan karet
Indonesia adalah rendahnya produktivitas dan mutu karet yang dihasilkan,
khususnya oleh petani karet rakyat. Sebagai gambaran produksi karet rakyat hanya
600 - 650 kg KK/ha/thn. Meskipun demikian, peranan Indonesia sebagai
produsen karet alam dunia masih dapat diraih kembali dengan memperbaiki teknik
budidaya dan pasca panen/pengolahan, sehingga produktivitas dan kualitasnya
dapat ditingkatkan secara optimal. Secara umum ada dua jenis karet, yaitu karet
alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet mempunyai/memiliki karakteristik yang
berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Apa permasalahan yang ada pada produk tanaman karet?
2. Bagaimana proses panen dan pascapanen tanaman karet?
3. Bagaimana teknologi dalam penanganan pascapanen tanaman karet?

3. Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas, penyusunan makalah ini mempunyai


tujuan yaitu sebagai berikut :
3

1. Untuk mengetahui permasalahan yang ada pada produk tanaman karet


2. Untuk mengetahui proses panen dan pascapanen tanaman karet
3. Untuk mengetahui teknologi dalam penanganan pascapanen tanaman karet

4. Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui permasalahan yang ada pada produk tanaman karet
2. Untuk mengetahui proses panen dan pascapanen tanaman karet
3. Untuk mengetahui teknologi dalam penanganan pascapanen tanaman karet
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. PANEN
a. Menentukan Matang Sadap

Matang Sadap Pohon

Untuk menentukan matang sadap pohon tanaman karet ada beberapa kriteria
yang digunakan sabagai acuan dalam menentukan matang sadap pohon karet.
Kriteria matang sadap tanaman karet adalah sebagai berikut :

1. Umur tanaman
Tanaman karet siap disadap pada umur sekitar 5 - 6 tahun.
2. Pengukuran lilit batang
Pohon karet dinyatakan matang sadap apabila lilit batang sudah
mencapai 45 cm atau lebih. Lilit batang diukur pada ketinggian batang
100 cm dari pertautan okulasi untu tanaman okulasi (Balai Penelitian
Sembawa, 1996)

b. Persiapan Buka Sadap

Penggambaran Bidang Sadap

Pada proses penggambaran bidang sadap dapat diperhatikan hal hal penting
seperti tinggi bukaan sadap, Arah dan sudut kemiringan irisan sadap, panjang irisan
sadap, letak bidang sadap. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut :

1. Tinggi bukan sadap


Tanaman karet okulasi mempunyai lilit batang bawah dengan bagian
atas yang relative sama (silinder), demikian juga dengan tebal kulitnya.
Tinggi bukaan sadap pada tanaman okulasi adalah 130 cm di atas
pertautan okulasi. Ketinggian ini berbeda dengan ketinggian
pengukuran lilit batang untuk penentuan matang sadap.
2. Arah dan sudut kemiringan irisan sadap
5

Arah irisan sadap harus dari kiri atas ke kanan bawah, tegak lurus
terhadap pembuluh lateks. Sudut kemiringan irisan yang paling baik
berkisar antara 30 0 – 40 0 terhadap bidang datar untuk bidang sadap
bawah. Pada penyadapan bidang sadap atas, sudut kemiringannya
dianjurkan sebesar 45 0.
3. Panjang irisan sada
Panjang irisan sadap adalah 1/2s (irisan miring sepanjang ½ spiral atau
lingkaran batang).
4. Letak bidang sadap
Bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama dengan arah
pergerakan penyadap waktu menyadap.

Pemasangan Talang dan Mangkuk Sadap

Talang sadap terbuat dari seng selebar 2,5 cm dengan panjang sekitar 8 cm.
Talang sadap dipasang pada jarak 5 cm – 10 cm dari ujung irisan sadap bagian
bawah. Mangkuk sadap umumnya terbuat dari plastik, tanah liat atau aluminium.
Mangkuk sadap dipasang pada jarak 5 20 cm di bawah talang sadap. Mangkuk
sadap diletakkan di atas cincin mangkuk yang diikat dengan tali cincin pada pohon.

c. Pelaksanaan penyadapan

Kedalaman irisan sadap

Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25 – 30 tahun. Kedalaman


irisan sadap dianjurkan berkisar 1-1,5 mm dari kambium.

Ketebalan irisan sadap

Ketebalan irisan sadap yang dianjurkan adalah berkisar antara 1,5 mm – 2


mmsetiap penyadapan, agar penyadapan dapat dilakukan selama kurang lebih 25 –
30 tahun.
6

Frekuensi penyadapan

Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan dilakukan dalam jangka


waktu tertentu. Dengan panjang irisan ½ spiral (1/2 s), frekuensi penyadapan adalah
1 kali dalam 3 hari (3/d) untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah
menjadi 1 kali dalam 2 hari (d/2) untuk tahun selanjutnya (Didit Heru Setiawan`dan
Andoko Agus, 2008)

Waktu penyadapan

Penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin yaitu antara jam 05.00 –


07.30 pagi.

B. PENANGANAN PASCA PANEN LATEKS KEBUN

Untuk memperoleh bahan olah karet yang bermutu baik beberapa persyaratan
teknis yang harus diikuti yaitu :
a. Tidak ditambahkan bahan-bahan non karet.
b. Dibekukan dengan asam semut dengan dosis yang tepat.
c. Segera digiling dalam keadaan segar.
d. Disimpan di tempat yang teduh dan terlindung dan tidak direndam.

Hal penting dalam melakukan penangan dari lateks kebun adalah dengan
menghindari Prakoagulasi. Proses Prakoagulasi ini di pengaruhi oleh berbagai
factor seperti aktivitas mikroorganisme, aktivitas enzim, iklim (misal : Hujan, Suhu
tinggi ), Budidaya atau keadaan tanaman ( Tanaman muda, Tanaman tua/ sakit),
Jenis klon, Pengangkutan ( Suhu tinggi dan Genangan), Kontaminan kotoran dari
luar ( Misalnya : Logam atau garam )

Terjadinya proses prakoagulasi dapat menyebabkan kerugian dan penurunan


mutu dari lateks karet. Sehingga proses prakoagulasi harus dicegah dan dihindarai.
Cara untuk menghindari prakoagulasi adalah sebagai berikut :

a. Alat-alat sadap dan alat angkut harus senantiasa bersih dan tahan karat
b. Lateks harus segera diangkut ketempat pengolahan tanpa banyak goncangan
7

c. Lateks tidak boleh terkena sinar matahari langsung . Selain hal tersebut juga
dapat digunakan anti koagulan : Amonia (NH3) atau Natrium Sulfit (Na2SO3).
(Tim Penulis PS, 1991 dan 1999)
1. Pengangkutan hasil panen

Setelah lateks hasil sadapan terkumpul seluruhnya, selanjutnya lateks dari


tangki penerimaan/pengumpulan yang berada di lokasi tempat pengumpulan hasil
di kebun, kemudian diangkut dengan tangki pengangkut ke pabrik. Tangki
pengangkut ada yang ditarik dengan traktor, dan ada pula yang terpasang pada truk-
truk tangki. Dalam pengangkutan lateks ke pabrik harus dijaga agar lateks tidak
terlalu tergoncang dan terlalu kepanasan karena dapat berakibat terjadinya
prakoagulasi di dalam tangki. Dalam keadaan tertentu, lateks dalam tangki tersebut
perlu diberi obat anti koagulan.

` Sarana angkutan yang digunakan untuk pengangkutan lateks dari kebun ke


pabrik adalah truk tangki dengan kapasitas biasanya antara 2.000 sampai 3.000 liter.
Tangki dibuat dari bahan alumunium dan dirancang sedemikian rupa sehingga
mudah dipasang dan dilepas dari alat penarik (truk/taktor) dan dengan mudah
dibersihkan. Jumlah truck yang diperlukan tergantung dari tingkat produksi lateks
yang dihasilkan per hari.

Sedapat mungkin harus diusahakan semua lateks dapat diangkut ke pabrik


pusat agar dapat dilakukan pencampuran lateks dari semua bagian kebun dalam satu
atau beberapa bak pencampur di pabrik, sehingga dapat diharapkan hasil yang
seragam. Jika keadaan tempat memaksa untuk dilakukan koagulasi di kebun,
jumlah lateks yang dikoagulasi sedapat mungkin harus dibatasi.

Prasarana jalan yang digunakan untuk pengangkutan lateks dari kebun harus
cukup baik. Hal ini untuk menghindari terjadinya goncangan-goncangan selama
pengangkutan yang dapat meningkatkan proses prakoagulasi. Oleh karena itu TPH
biasanya diletakkan/berada di pinggir-pinggir jalan produksi (Sutrisno, DR. 2005)

2. Proses Pembentukan Lembaran Karet


a. Penerimaan Lateks
8

Dipabrik karet telah disediakan tempat atau bak penampungan untuk


menampung semua hasil penyadapan yang berbentuk lateks. Sebelum di masukan
ke dalam bak penampungan, lateks sebelumnya di tambahkan Amonia. Proses
penambahan ammonia tersebut di tambahkan untuk mencegah terjadinya proses
penggumpalan oleh latex itu sendiri.

Lateks yang sudah di tambahkan Amonia kemudia di tuangkan ke bak


penampungan untuk di saring terlebih dahulu. Proses penyaringan ini di lakukan
untuk menyaring adanya bahan bahan campuran seperti plastik, daun daun, karet
yang menggumpal dan masih banyak lagi kandungan yang lainnya. Lateks hasil
saringan ini kemudian di tampung lagi dalam sebuah wadah atau bak yang
berbentuk sumur.

Pada wadah yang berbentuk sumur ini semua karet hasil penyaringan di
tampung untuk diaduk agar supaya busa dari lateks tersebut dapat diambil dan di
buang. Pabrik menyediakan tiga buah wadah berbentuk sumur untuk memnampung
hasil dari lateks yang di kumpulkan dari kebun karet.

b. Ketersediaan Air Bersih

Tersedianya air bersih adalah salah satu bagian terpenting dari proses
pengolahan lateks menjadi lembaran karet. Ketersediaan air ini sangat berpengaruh
terhadap hasil yang di dapatkan. Pada proses pengolahan lateks, air yang di
perlukan harus mengalir setiap saat, karena semua kebersihan tempat pengolahan
akan di bersikan dengan menggunakan air, sehingga karet tidak mudah lengket pada
wadah atau bak bak penampungan cairan lateks .

Pihak pabrik menyediakan air bersih sesuai prosedur yang ada. Air bersih ini
selain digunakan untuk proses pembersihan tempat pengolahan, air bersih ini di
gunakan untuk merendam lateks yang di tampung dalam wadah atau bak yang di
beri sekat sekat, dan juga di gunakan untuk mengalirkan lateks yang telah di
gumpalkan ketempat penggilingan.

c. Pengaliran Cairan Lateks


9

Pada pengolahan cairan lateks, cairan lateks yang sudah di saring dan di beri
ammonia di alirkan melalui wadah panjang terbuka kurang dengan lebar kurang
lebih 20 cm. Cairan lateks tersebut di alirkan dan kemudian di tampung dalam 40
wadah atau bak yang diberi 26 sekat yang telah di bersikan sebelumnya.

Wadah atau bak pengaliran cairan lateks ini di beri lubang setiap satu meter,
untuk memudahkan menampung cairan lateks tersebut pada wadah tempat untuk
menggumpalkan karet, dapat menggunakan potongan potongan pengalir cairan ini
untuk menampungnya di wadah berikutnya. Panjang dari potongan potongan
tersebut kurang lebih dua meter.

d. Proses Penggumpalan

Proses penggumpalan adalah proses untuk menggumpalkan cairan lateks yang


akan membentuk persegi panjang dengan panjang kurang lebih 1 – 1,5 meter.
Sebelum di gumpalkan, cairan lateks sebelumnya di alirkan dan di tampung
kedalam wadah atau bak yang memiliki panjang 2 -2,5 meter dan lebar 1 – 1,5 yang
kemudian di beri 26 sekat untuk membentuk 26 lembaran gumpalan lateks.

Lateks yang di tampung pada bak tersebut mempunyai ukuran banyaknya cairan
lateks yang akan di tampung pada wadah tersebut. Wadah atau bak penampung
tersebut memiliki tinggi 75 cm, sedangkan setiap wadah hanya dapat di isi kurang
lebih 24 cm cairan lateks untuk di gumpalkan. Setelah wadah atau bak tersebut di
isi dengan ukuran tersebut, maka 1 centi meternya di isi dengan asam semut. Berarti
semua cairan dalam wadah tersebut memiliki tinggi 25 cm yang berisi lateks dan
asam semut itu sendiri, kemudian cairan dalam wadah tersebut diaduk sebanyak
empat kali adukan secara bertahap.

Proses pengadukan ini bertujuan untuk mengambil busa busa cairan lateks yang
kemudian di buang pada tempat pembuangan yang tersalur pada penampungan
limbah. kemudian sekat sekat tesebut di pasang dengan antara setiap sekatnya
kurang lebih 20 cm.

Proses penambahan asam semut disini, bertujuan untuk mempercepat


penggumpalan lateks. Setelah proses pemasangan sekat selesai, wadah tersebut di
10

tutup dengan menggunakan terpal untuk mencegah terjadinya oksidasi oleh udara.
Dengan menunggu sekitar satu jam, lateks tersebut dengan sendirinya akan
menggumpal. Kemudian lateks yang telah menggumpal pada wadah tesebut di isi
air, dengan tujuan lateks tersebut tidak melekat pada wadah tersebut sehingga
mudah untuk di angkat dan di keluarkan. Dengan menunggu sekitar satu jam,
barulah karet di angkat kemudian di alirkan dengan air pada tempat penggilingan.

e. Proses Penggilingan

Proses penggilingan di lakukan setelah menunggu satu jam gumpalan karet


yang di diamkan pada pengaliran menuju alat penggilingan. Setelah menunggu
kurang lebih satu jam, barulah gumpalan lateks tersebut di giling sehingga
membentuk lembaran lembaran karet dengan ketebalan pada setiap lembaran karet
tersebut setebal tiga centi meter.Lembaran lembaran karet hasil penggilingan
tersebut kemudian di keringkan dahulu sebelum diangkut ke proses pengasapan.

Lembaran lateks yang di giling tersebut harus berbentuk lembaran panjang dan
di usahakan supaya tidak terbentuk lembaran pendek. Lembaran karet tersebut
tudak membentuk lembaran rata, akan tetapi lembaran terbentuk dengan lembaran
berbintik bintik yang telah di buat pada alat penggilingan. Proses pembuatan bintik
bintik ini supaya karet tidak mudah rusak oleh jamur dan pengaruh lainya. Setelah
kering, kemudian lembaran karet di angkut ke ruang pengasapan.

f. Proses Pengasapan

Proses pengasapan adalah proses yang di lakukan untuk merubah warna


lembaran karet dari warna putih menjadi warna cokelat. Pada proses pengasapan
ini juga di lakukan untuk mengeringkan lembaran karet. Proses pengasapan di
lakukan pada sebuah ruangan yang di sebut kamar asap. Proses pengasapan di
lakukan sebanyak lima hari dengan bahan bakar yang di gunakan adalah kayu karet
2,5 sampai dengan 3 M3 / ton setiap harinya.

Setiap harinya proses pengasapan di lakukan dengan kemar asap yang mempunyai
suhu yang berbeda beda. Suhu kamar sesuai hari lembaran karet dalam kamar asap
sebagai berikut :
11

- Hari pertama suhu yang digunakan adalah 40 derajat celcius

- Hari kedua suhu yang digunakan adalah 45 derajat celcius

- Hari ketiga suhu yang digunakan adalah 50 derajat celcius

- Hari keempat suhu yang digunakan adalah 55 derajat celcius

- Hari kelima atau hari terakhir suhu yang digunakan adalah 60 derajat celcius

Setiap kamar asap, suhu tidak boleh kurang atau lebih. Jika suhu kurang atau
melebihi suhu yang di tentukan, maka akan sangat berpengaruh pada hasil yang
didapatkan. Setelah lima hari berada di dalam kamar asap, kemudian lembaran
lembaran karet di angkut keruang sortasi dengan warna lembaran karet yang sudah
ditentukan dan layak masuk kedalam ruang sortasi.

g. Sortasi

Sortasi adalah proses pengumpulan lembaran lembaran karet sebelum


pengepakan. Pada ruang sortasi ini lembaran lembaran karet akan di pisahkan
sesuai warna dari karet yang di sebut Riber Smoked sheat dan di singkat dengan
RSS. Dalam proses sortasi, lembaran karet di bedakan dengan empat RSS yaitu
RSS 1, RSS 2, RSS 3, dan RSS 4. Setiap RSS di bedakan dengan warna dari
lembaran karet tersebut. RSS 1,2,3, dan 4 mempunyai warna sama yaitu warna
cokelat tetapi ada perbedaan di setiap RSS seperti contoh RSS1 lebih cokelat di
bandingkan RSS4 yang mempunyai warna cokelat kehitaman, begitu juga pada
RSS2 dan RSS3 dimana keempatnya mempunyai warna mirip namun berbeda.
Setelah proses pembedaan di setiap RSSnya, di lakukan proses selanjutnya yang
dinamakan cutting atau proses pengguntingan.

Proses cutting juga dilakukan di dalam ruang sortasi. Proses cutting, dilakukan
pemeriksaan terhadap karet karet yang rusak. Kerusakan pada karet dapat di lihat
dengan adanya warna putih pada lembaran lembaran karet dengan menggunakan
lampu neon warana putih, kemudian lembaran karet yang mempunyai warna bintik
bintik putih di dalamnya akan di gunting. Lembaran karet yang bersih dari bintik
bintik berwarna putih di simpan sesuai warna RSS masing masing dan lembaran
12

karet yang memiliki warna bintik bintik putih di simpan untuk di daur ulang (Syakir,
2010)

h. Pengepakan

Proses pengepakan dilakukan di dalam ruang sortasi. Pengepakan di lakukan


dengan melakukan penimbangan terlebih dahulu. Untuk RSS yang utuh berat yang
harus di timbang untuk pengepakan adalah 113/ ball, sedangkan untuk cutting 116
/ ball. Namun setiap pengepakan tidak semuanya mempunyai berat seperti yang di
tentukan di atas. Berat dari pengepakan dapat di sesuaikan dengan pesanan
pemasok. Sebelum di lakukan pengepakan, lembaran karet tersebut di pres terlebih
dahulu dan kemudian dilakukan pengepakan setelah itu lembaran karet tersebut
dibungkus yang dinamakan pembungkusan ball dan di beri merk (Davitra, 2012).

3. Jenis - jenis Bahan Olahan Karet


a. Lateks Pekat

Lateks pekat adalah lateks kebun yang dipekatkan dengan cara sentrifus atau
didadihkan dari KKK 28% - 30% menjadi KKK 60% - 64%. Peralatan yang
diperlukan adalah tangki dadih dari plastik, pengaduk kayu, dan saringan lateks 60
mesh. Bahan-bahan yang diperlukan berupa bahan pendadih yaitu campuran
amonium alginat dan karboksi metil selulose, bahan pemantap berupa amonium
laurat dan pengawet berupa gas atau larutan amoniak. Pengolahan lateks pekat
melalui beberapa tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lateks kebun, pembuatan
larutan pendadih, pendadihan dan pemanenan.

b. Lump Mangkok

Lump mangkok adalah lateks kebun yang dibiarkan menggumpal secara


alamiah dalam mangkok. Pada musim penghujan untuk mempercepat proses
penggumpalan lateks dapat digunakan asam semut yang ditambahkan ke dalam
mangkok.
13

c. Slab Tipis/Giling

Slab tipis dibuat dari lateks atau campuran lateks dengan lump mangkok yang
dibekukan dengan asam semut di dalam bak pembeku yang berukuran 60 x 40 x 6
cm, tanpa perlakuan penggilingan.

d. Sit Angin

Sit angin adalah lembaran karet hasil penggumpalan lateks yang digiling dan
dikeringanginkan sehingga memiliki KKK 90% - 95%. Pengolahan sit angin
dilakukan melalaui berbagai tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lateks,
pengenceran, penggumpalan, pemeraman, penggilingan, pencucian, penirisan dan
pengeringan.

e. Sit Asap (Ribbed Smoked Sheet/RSS)

Proses pengolahan sit asap hampir sama dengan sit angina. Bedanya terletak
pada proses pengeringan, dimana pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu
yang bertahap antara 400C- 600C selama 4 hari, dengan pengaturan sebagai berikut

1. Hari pertama, suhu 400C-450C, ventilasi ruang asap lebar.


2. Hari kedua, suhu 400C-500C, ventilasi ruang asap sedang.
3. Hari ketiga, suhu 500C-550 C, ventilasi ruang asap tertutup.
4. Hari keempat, suhu 550 C-600 C (Purusowarso, Ir. 2007)

C. MASALAH PANEN & PENGOLAHAN


Permsalahan yang sering dijumpai pada tanaman karet untuk dilakukan pengolahan
adalah sebagai berikut :
1. Umumnya bermutu rendah
2. Kadar air tinggi (>20%)
3. Teradapat berbagai macam koagulan yang sangat bervariasi. Macam macam
variasi koagulan tersebut adalah Asam semut, Sulfat, Cuka, Tawas, Pupuk
TSP, Air perasan gadung atau nenas.
14

4. Terkontaminasinya lateks atau getah karet dengan tanah, lumpur, pasir,


tatal, serat kayu dan plastic
5. Terdapat jenis atau ukuran yagn beragam dari getah lateks yaitu Mangkok
(1-8 cm) sampai bentuk balok 50 x 50 cm dan tebal 20-30 cm (Didit Heru
Setiawan`dan Andoko Agus, 2008).
15

BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa hal tentang

proses penanganan dan pengolahan pascapanen tanaman karet sebagai berikut :

1. Teknologi penanganan pasca panen merupakan teknologi yang berperan

penting dalam menjaga mutu produk karet, sehingga dapat

meningkatkan mutu produk karet.

2. Persmasalahan yang sering dijumpai dalam pascapanen tanaman karet

adalah kadar air yang tinggi yaitu (>20%), adanya kontaminasi lateks

dengan tanah, lumpur, pasir, maupun tatal. Teradapat berbagai macam

variasi koagulan.

3. Pemanenan lateks karet terdiri dari proses dalam menentukan matang

sadap, persiapan buka sadap, pelaksanaan penyadapan

4. Jenis jenis produk olahan dari lateks karet adalah Lateks Pekat, Lump

Mangkok, Slab Tipis/Giling, Sit Angin, Sit Asap (Ribbed Smoked

Sheet/RSS)

B. Saran

Penulis mengharapkan makalah ini dapat membawa manfaat bagi

orang yang membacanya.


16

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Perkebunan Sembawa, 1981. Penyadapan Tanaman Karet, Seri


Pedoman No.1.

Balai Penelitian Sembawa, 1996. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat (edisi ke-2).
Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Sembawa, Palembang.

Didit Heru Setiawan`dan Andoko Agus, 2008. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet,
PT Agro Media Pustaka, Jakarta.

Tim Penulis PS, 1991 dan 1999. Karet, Strategi Pemasaran,,Budidaya dan
Pengolahan, Jakarta. Penebar Swadaya.

Pelatihan Peningkatan Kemampuan dan Keterampilan Penanganan Pasca Panen


Karet. 2007. Pusat Peneltian Karet Balai Penelitian Sembawa

Purusowarso, Ir. 2007. Pegenalan Produk Primer Komoditi Karet Direktorat


Penanganan Pasca Panen,Ditjen. PPHP Departemen Pertanian.

Sutrisno, DR. 2005. Teknik Pasca Panen Tanaman Perkebunan

Syakir, M.2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan, Bogor

Tim Penulis PS, 2009. Panduan Lengkap Karet, Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai