Disusun Oleh :
Selly Hapti Anggara (2204300024)
AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat, nikmat dan
tepat waktu.
mestinya, maka dari itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Assoc. Prof. Dr. Dafni Mawar Tarigan, S.P., M.Si. selaku Dekan Fakultas
4. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik moral dan materi.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1. Latar Belakang .......................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
3. Tujuan ...................................................................................... 2
4. Manfaat ..................................................................................... 3
II. PEMBAHASAN .................................................................................. 4
A. PANEN ......................................................................................... 4
B. PENANGANAN PASCA PANEN LATEKS KEBUN ............... 6
C. MASALAH PANEN DAN PENGOLAHAN .............................. 13
III. PENUTUP ............................................................................................. 15
A. Kesimpulan ................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................. 16
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang
merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas.
Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada sepuluh tahun terakhir,
terutama China dan beberapa negara kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin
seperti India, Korea Selatan dan Brazil, memberi dampak pertumbuhan permintaan
karet alam yang cukup tinggi, walaupun pertumbuhan permintaan karet di negara-
negara industri maju seperti Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang relatif
stagnan. Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap
komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan
pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun, dan
teknologi pengolahan pasca panen merupakan langkah yang efektif untuk
dilaksanakan.
Sejak dekade 1980 hingga saat ini tahun 2010, permasalahan karet
Indonesia adalah rendahnya produktivitas dan mutu karet yang dihasilkan,
khususnya oleh petani karet rakyat. Sebagai gambaran produksi karet rakyat hanya
600 - 650 kg KK/ha/thn. Meskipun demikian, peranan Indonesia sebagai
produsen karet alam dunia masih dapat diraih kembali dengan memperbaiki teknik
budidaya dan pasca panen/pengolahan, sehingga produktivitas dan kualitasnya
dapat ditingkatkan secara optimal. Secara umum ada dua jenis karet, yaitu karet
alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet mempunyai/memiliki karakteristik yang
berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
A. PANEN
a. Menentukan Matang Sadap
Untuk menentukan matang sadap pohon tanaman karet ada beberapa kriteria
yang digunakan sabagai acuan dalam menentukan matang sadap pohon karet.
Kriteria matang sadap tanaman karet adalah sebagai berikut :
1. Umur tanaman
Tanaman karet siap disadap pada umur sekitar 5 - 6 tahun.
2. Pengukuran lilit batang
Pohon karet dinyatakan matang sadap apabila lilit batang sudah
mencapai 45 cm atau lebih. Lilit batang diukur pada ketinggian batang
100 cm dari pertautan okulasi untu tanaman okulasi (Balai Penelitian
Sembawa, 1996)
Pada proses penggambaran bidang sadap dapat diperhatikan hal hal penting
seperti tinggi bukaan sadap, Arah dan sudut kemiringan irisan sadap, panjang irisan
sadap, letak bidang sadap. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut :
Arah irisan sadap harus dari kiri atas ke kanan bawah, tegak lurus
terhadap pembuluh lateks. Sudut kemiringan irisan yang paling baik
berkisar antara 30 0 – 40 0 terhadap bidang datar untuk bidang sadap
bawah. Pada penyadapan bidang sadap atas, sudut kemiringannya
dianjurkan sebesar 45 0.
3. Panjang irisan sada
Panjang irisan sadap adalah 1/2s (irisan miring sepanjang ½ spiral atau
lingkaran batang).
4. Letak bidang sadap
Bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama dengan arah
pergerakan penyadap waktu menyadap.
Talang sadap terbuat dari seng selebar 2,5 cm dengan panjang sekitar 8 cm.
Talang sadap dipasang pada jarak 5 cm – 10 cm dari ujung irisan sadap bagian
bawah. Mangkuk sadap umumnya terbuat dari plastik, tanah liat atau aluminium.
Mangkuk sadap dipasang pada jarak 5 20 cm di bawah talang sadap. Mangkuk
sadap diletakkan di atas cincin mangkuk yang diikat dengan tali cincin pada pohon.
c. Pelaksanaan penyadapan
Frekuensi penyadapan
Waktu penyadapan
Untuk memperoleh bahan olah karet yang bermutu baik beberapa persyaratan
teknis yang harus diikuti yaitu :
a. Tidak ditambahkan bahan-bahan non karet.
b. Dibekukan dengan asam semut dengan dosis yang tepat.
c. Segera digiling dalam keadaan segar.
d. Disimpan di tempat yang teduh dan terlindung dan tidak direndam.
Hal penting dalam melakukan penangan dari lateks kebun adalah dengan
menghindari Prakoagulasi. Proses Prakoagulasi ini di pengaruhi oleh berbagai
factor seperti aktivitas mikroorganisme, aktivitas enzim, iklim (misal : Hujan, Suhu
tinggi ), Budidaya atau keadaan tanaman ( Tanaman muda, Tanaman tua/ sakit),
Jenis klon, Pengangkutan ( Suhu tinggi dan Genangan), Kontaminan kotoran dari
luar ( Misalnya : Logam atau garam )
a. Alat-alat sadap dan alat angkut harus senantiasa bersih dan tahan karat
b. Lateks harus segera diangkut ketempat pengolahan tanpa banyak goncangan
7
c. Lateks tidak boleh terkena sinar matahari langsung . Selain hal tersebut juga
dapat digunakan anti koagulan : Amonia (NH3) atau Natrium Sulfit (Na2SO3).
(Tim Penulis PS, 1991 dan 1999)
1. Pengangkutan hasil panen
Prasarana jalan yang digunakan untuk pengangkutan lateks dari kebun harus
cukup baik. Hal ini untuk menghindari terjadinya goncangan-goncangan selama
pengangkutan yang dapat meningkatkan proses prakoagulasi. Oleh karena itu TPH
biasanya diletakkan/berada di pinggir-pinggir jalan produksi (Sutrisno, DR. 2005)
Pada wadah yang berbentuk sumur ini semua karet hasil penyaringan di
tampung untuk diaduk agar supaya busa dari lateks tersebut dapat diambil dan di
buang. Pabrik menyediakan tiga buah wadah berbentuk sumur untuk memnampung
hasil dari lateks yang di kumpulkan dari kebun karet.
Tersedianya air bersih adalah salah satu bagian terpenting dari proses
pengolahan lateks menjadi lembaran karet. Ketersediaan air ini sangat berpengaruh
terhadap hasil yang di dapatkan. Pada proses pengolahan lateks, air yang di
perlukan harus mengalir setiap saat, karena semua kebersihan tempat pengolahan
akan di bersikan dengan menggunakan air, sehingga karet tidak mudah lengket pada
wadah atau bak bak penampungan cairan lateks .
Pihak pabrik menyediakan air bersih sesuai prosedur yang ada. Air bersih ini
selain digunakan untuk proses pembersihan tempat pengolahan, air bersih ini di
gunakan untuk merendam lateks yang di tampung dalam wadah atau bak yang di
beri sekat sekat, dan juga di gunakan untuk mengalirkan lateks yang telah di
gumpalkan ketempat penggilingan.
Pada pengolahan cairan lateks, cairan lateks yang sudah di saring dan di beri
ammonia di alirkan melalui wadah panjang terbuka kurang dengan lebar kurang
lebih 20 cm. Cairan lateks tersebut di alirkan dan kemudian di tampung dalam 40
wadah atau bak yang diberi 26 sekat yang telah di bersikan sebelumnya.
Wadah atau bak pengaliran cairan lateks ini di beri lubang setiap satu meter,
untuk memudahkan menampung cairan lateks tersebut pada wadah tempat untuk
menggumpalkan karet, dapat menggunakan potongan potongan pengalir cairan ini
untuk menampungnya di wadah berikutnya. Panjang dari potongan potongan
tersebut kurang lebih dua meter.
d. Proses Penggumpalan
Lateks yang di tampung pada bak tersebut mempunyai ukuran banyaknya cairan
lateks yang akan di tampung pada wadah tersebut. Wadah atau bak penampung
tersebut memiliki tinggi 75 cm, sedangkan setiap wadah hanya dapat di isi kurang
lebih 24 cm cairan lateks untuk di gumpalkan. Setelah wadah atau bak tersebut di
isi dengan ukuran tersebut, maka 1 centi meternya di isi dengan asam semut. Berarti
semua cairan dalam wadah tersebut memiliki tinggi 25 cm yang berisi lateks dan
asam semut itu sendiri, kemudian cairan dalam wadah tersebut diaduk sebanyak
empat kali adukan secara bertahap.
Proses pengadukan ini bertujuan untuk mengambil busa busa cairan lateks yang
kemudian di buang pada tempat pembuangan yang tersalur pada penampungan
limbah. kemudian sekat sekat tesebut di pasang dengan antara setiap sekatnya
kurang lebih 20 cm.
tutup dengan menggunakan terpal untuk mencegah terjadinya oksidasi oleh udara.
Dengan menunggu sekitar satu jam, lateks tersebut dengan sendirinya akan
menggumpal. Kemudian lateks yang telah menggumpal pada wadah tesebut di isi
air, dengan tujuan lateks tersebut tidak melekat pada wadah tersebut sehingga
mudah untuk di angkat dan di keluarkan. Dengan menunggu sekitar satu jam,
barulah karet di angkat kemudian di alirkan dengan air pada tempat penggilingan.
e. Proses Penggilingan
Lembaran lateks yang di giling tersebut harus berbentuk lembaran panjang dan
di usahakan supaya tidak terbentuk lembaran pendek. Lembaran karet tersebut
tudak membentuk lembaran rata, akan tetapi lembaran terbentuk dengan lembaran
berbintik bintik yang telah di buat pada alat penggilingan. Proses pembuatan bintik
bintik ini supaya karet tidak mudah rusak oleh jamur dan pengaruh lainya. Setelah
kering, kemudian lembaran karet di angkut ke ruang pengasapan.
f. Proses Pengasapan
Setiap harinya proses pengasapan di lakukan dengan kemar asap yang mempunyai
suhu yang berbeda beda. Suhu kamar sesuai hari lembaran karet dalam kamar asap
sebagai berikut :
11
- Hari kelima atau hari terakhir suhu yang digunakan adalah 60 derajat celcius
Setiap kamar asap, suhu tidak boleh kurang atau lebih. Jika suhu kurang atau
melebihi suhu yang di tentukan, maka akan sangat berpengaruh pada hasil yang
didapatkan. Setelah lima hari berada di dalam kamar asap, kemudian lembaran
lembaran karet di angkut keruang sortasi dengan warna lembaran karet yang sudah
ditentukan dan layak masuk kedalam ruang sortasi.
g. Sortasi
Proses cutting juga dilakukan di dalam ruang sortasi. Proses cutting, dilakukan
pemeriksaan terhadap karet karet yang rusak. Kerusakan pada karet dapat di lihat
dengan adanya warna putih pada lembaran lembaran karet dengan menggunakan
lampu neon warana putih, kemudian lembaran karet yang mempunyai warna bintik
bintik putih di dalamnya akan di gunting. Lembaran karet yang bersih dari bintik
bintik berwarna putih di simpan sesuai warna RSS masing masing dan lembaran
12
karet yang memiliki warna bintik bintik putih di simpan untuk di daur ulang (Syakir,
2010)
h. Pengepakan
Lateks pekat adalah lateks kebun yang dipekatkan dengan cara sentrifus atau
didadihkan dari KKK 28% - 30% menjadi KKK 60% - 64%. Peralatan yang
diperlukan adalah tangki dadih dari plastik, pengaduk kayu, dan saringan lateks 60
mesh. Bahan-bahan yang diperlukan berupa bahan pendadih yaitu campuran
amonium alginat dan karboksi metil selulose, bahan pemantap berupa amonium
laurat dan pengawet berupa gas atau larutan amoniak. Pengolahan lateks pekat
melalui beberapa tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lateks kebun, pembuatan
larutan pendadih, pendadihan dan pemanenan.
b. Lump Mangkok
c. Slab Tipis/Giling
Slab tipis dibuat dari lateks atau campuran lateks dengan lump mangkok yang
dibekukan dengan asam semut di dalam bak pembeku yang berukuran 60 x 40 x 6
cm, tanpa perlakuan penggilingan.
d. Sit Angin
Sit angin adalah lembaran karet hasil penggumpalan lateks yang digiling dan
dikeringanginkan sehingga memiliki KKK 90% - 95%. Pengolahan sit angin
dilakukan melalaui berbagai tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lateks,
pengenceran, penggumpalan, pemeraman, penggilingan, pencucian, penirisan dan
pengeringan.
Proses pengolahan sit asap hampir sama dengan sit angina. Bedanya terletak
pada proses pengeringan, dimana pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu
yang bertahap antara 400C- 600C selama 4 hari, dengan pengaturan sebagai berikut
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
adalah kadar air yang tinggi yaitu (>20%), adanya kontaminasi lateks
variasi koagulan.
4. Jenis jenis produk olahan dari lateks karet adalah Lateks Pekat, Lump
Sheet/RSS)
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Sembawa, 1996. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat (edisi ke-2).
Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Sembawa, Palembang.
Didit Heru Setiawan`dan Andoko Agus, 2008. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet,
PT Agro Media Pustaka, Jakarta.
Tim Penulis PS, 1991 dan 1999. Karet, Strategi Pemasaran,,Budidaya dan
Pengolahan, Jakarta. Penebar Swadaya.
Syakir, M.2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan, Bogor