Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BOTANI DAN MARFOLOGI TANAMAN


KARET

Disusun Oleh:

NAMA : M TEGAR MAULANA


NIM : 220101048
KELAS : BDP 1B
MATA KULIAH : BOTANI & MORFOLOGI
DOSEN PENGAMPU : EKA BOBBY FEBRIANTO, S.P., M.Si

BUDIDAYA PERKEBUNAN
INSTITUT TEKNOLOGI SAWIT INDONESIA

MEDAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Di mana telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat membuat makalah
Botani & Morfologi dengan judul Tanam Karet ( Karakteristik Tanaman Biji
Dan Klon Serta Kelebihan Dan Kekurangannya) dan menyelesaikannya
dengan baik. Sehingga akhirnya terusunlah sebuah Makalah Botani & Morfologi
ini. Makalah ini telah kami susun dengan sistematis dan sebaik mungkin. Hal ini
bertujuan untuk memenuhi tugas Malakah Botani & Morfologi.

Dengan selesainya Makalah ini, maka kami tidak lupa mengucapkanbanyak


terima kasih. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam penyusunan Makalah ini.Orang tua kami yang telah mendoakan
kelancaran kuliah kami.

Demikian ini Makalah Botani & Morfologi yang telah kami buat. Kami
selakuPenyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari segi isi maupun format penyusunan laporan. Untuk itu saya sangat mengharap
kritikan dan saran yang bersifat memperbaiki laporan ini selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang
berkepentingan. Atas segala kekurangan serta kesalahan dalam penyusunan
laporan ini kami mohon maaf dan terimaksih.

Medan, J u n i 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 7
1.3 Tujuan ................................................................................................ 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 8
2.1 Tanaman Karet ................................................................................... 8
2.2 Biji Karet .......................................................................................... 15
2.1.1 Karateristik Biji Karet .................................................................... 17
2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan ............................................................ 17
2.3 Klon Karet ........................................................................................ 17
2.2.1 Karakteristik Klon Karet ................................................................ 18
2.2.2 Kelebihan dan Kekurngan.............................................................. 18
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 21

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasilliensis) merupakan tanaman tahunan. Satu


siklus tanam yang dihitung dari saat penanaman di lapangan sampai dengan
peremajaan memakan waktu 25 tahun. Hal ini berarti pemilihan bahan tanaman
dilakukan hanya sekali dalam 25 tahun. Pemilihan bahan tanam harus
dipertimbangkan secara cermat karena adanya kekeliruan dalam pemilihan
bahan tanam akan berdampak negatif terhadap perkebunan khususnya, maupun
usaha karet alam nasional.
Bahan tanam karet anjuran adalah bahan tanaman klon yang
diperbanyak secara okulasi. Dibandingkan dengan benih semaian, penggunaan
bahan tanam klon sangat menguntungkan karena produktivitas tanaman lebih
tinggi, masa tanaman belum menghasilkan lebih cepat, tanaman lebih seragam
sehingga produksi pada tahun sadap pertama lebih tinggi serta memiliki sifat
sekunder yang diinginkan seperti relatif tahan terhadap penyakit tertentu,
batang tegap, responsif terhadap stimulan dan pupuk, serta volume kayu per
pohon tinggi.
Untuk mendapatkan bahan tanam karet yang bermutu baik, maka perlu
diperhatikan proses pengadaan serta standar mutu benih yang dihasilkan. Jika
semua standar mutu pada setiap tahapan kegiatan telah diterapkan, diharapkan
masa tanaman belum menghasilkan menjadi lebih singkat 5-10 bulan dan
produksi pada tahun sadap pertama meningkat 110-500 kg/ha/tahun. Potensi
klon akan tercapai apabila digunakan bahan tanam bermutu baik dan
menerapkan teknis budidaya anjuran.
Klon karet anjuran komersial adalah klon unggulan anjuran untuk
pengembangan komersial dalam skala luas yang menurut Undang-Undang
Nomor 12 tahun 1992, tentang Sistem Budidaya Tanaman disebut sebagai
benih bina.

3
Pengembangan suatu komoditi perkebunan yang dilakukan oleh
pemerintah pada dasarnya bertujuan membantu masyarakat guna
meningkatkan pendapatannya. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur melalui
dukungan gerakan daerah pengembangan agribisnis dan agroindustri menuju
Kutai Timur yang mandiri menetapkan sektor agribisnis termasuk perkebunan
karet sebagai leading sector dalam rangka meningkatkan pendapatan
masyarakat.
Perkembangan tanaman karet di Kutai Timur terus mengalami
peningkatan. Jika pada tahun 2014, luasan tanaman karet adalah 11.168 hektar
dengan tingkat produksi 764 ton dan menyerap tenaga kerja sebanyak 6.465
orang, maka meningkat pada 2015 menjadi 12.046 hektar dengan tingkat
produksi lebih sedikit yaitu 628 ton karena lahan yang menghasilkan karet
terbakar dan menyerap tenaga kerja lebih banyak yaitu 6.465 orang karena ada
budidaya tanaman baru.
Produktivitas tanaman karet tergolong rendah karena sebagian
perkebunan rakyat menggunakan bahan tanam cabutan (seedling) dan
pengelolaan kebun masih dilakukan secara tradisional. Hal tersebut terjadi
karena keterbatasan kemampuan petani dalam membangun dan mengelola
kebun sesuai teknologi yang direkomendasikan. Selain itu, pasokan bahan olah
karet sebagian besar berasal dari perkebunan karet rakyat yang dikelola oleh
petani secara tradisional dan ekstensif dan dijual dalam bentuk lateks segar
tanpa pengolahan.
Untuk membangun perkebunan karet diperlukan manajemen dan
teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup kegiatan kegiatan sebagai
berikut:
1) Syarat tumbuh tanaman karet
2) Klon-klon karet rekomendasi
3) Bahan tanam/bibit
4) Persiapan tanam dan penanaman
5) Pemeliharaan tanaman yang meliputi pemupukan, pengendalian gulma,
dan pengendalian hama dan penyakit

4
6) Penyadapan/panen
7) Pasca panen dan pemasaran
8) Analisis usaha

Berdasarkan hal tersebut, maka buku ini akan membahas secara rinci
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan budidaya karet, disesuaikan kondisi
lapang di areal calon lahan budidaya tanaman karet di Kabupaten Kutai Timur,
yang mencakup:
1) Tinjauan Umum Tanaman KaretBagian ini akan menguraikan mengenai
morfologi tanaman dan syarat tumbuh tanaman karet. Selain itu
ditambahkan uraian mengenai kondisi aktual Kabupaten Kutai Timur
untuk budidaya karet, sebagai pertimbangan untuk penilaian kondisi
kesesuaian calon lahan di Kabupaten Kutai Timur untuk budidaya karet.
2) Bahan Tanaman dan PenanamanBagian ini akan menguraikan mengenai
klon-klon karet yang direkomendasikan untuk ditanam, cara
menghasilkan bibit yang baik, persiapan tanam, dan teknik penanaman
yang baik.
3) Pemeliharaan TanamanBagian ini akan membahas hal-hal yang meliputi
pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman
menghasilkan (TM). Kegiatan pemeliharaan tersebut meliputi
penyulaman, penunasan, pembentukan percabangan, pemupukan,
pengendalian 2 gulma, pengendalian hama penyakit. Pada bagian
pembentukan percabangan diperkenalkan metode induksi percabangan
dengan teknik penyanggulan (folding). Uraian tentang kegiatan
pemupukan akan dilengkapi contoh rekomendasi pemupukan pada
beberapa wilayah calon lahan budidaya karet di Kabupaten Kutai Timur
berdasarkan hasil survey yang dilaksanakan pada tahun-tahun
sebelumnya. Pada bagian pengendalian gulma, pengendalian hama dan
penyakit dilengkapi dengan hasil-hasil penelitian karet yang mencoba
memberi masukan teknik pengendalian dan manfaat yang diperoleh dari
teknik tersebut.

5
4) Penyadapan/Pemanenan Bagian ini akan membahas mengenai penentuan
kriteria matang sadap, persiapan buka sadap dan pelaksanaan
sadap/panen serta dilengkapi dengan estimasi produksi.
5) Pasca Panen dan PemasaranBagian ini menjelaskan tentang produk-
produk primer karet beserta turunan yang dihasilkan, standar mutu bahan
olah karet, cara pengolahan karet, dan pola pemasaran karet, serta
informasi perkembangan harga karet.
6) Pengembangan Karet di Kutai TimurBagian ini membahas tentang
Rencana pengembangan kawasan perkebunan karet beserta kelembagaan
yang diperlukan, dan informasi mengenai perusahaan produsen bibit
karet serta perusahaan yang bergerak dalam pengolahan karet.
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan
penting yang menghasilkan lateks, bahan baku utama untuk produksi karet
alam. Karet alam memiliki berbagai kegunaan dalam industri, termasuk
pembuatan ban kendaraan, produk karet industri, dan bahan baku dalam
berbagai sektor manufaktur.
Dalam rangka mengoptimalkan budidaya dan produksi tanaman karet,
penting untuk memiliki pengetahuan yang baik tentang berbagai aspek terkait,
seperti teknik budidaya, pemupukan, pemuliaan, pengendalian hama dan
penyakit, manajemen lahan, dan lain sebagainya. Bahan pustaka tentang
tanaman karet menjadi sumber informasi yang berharga bagi para petani karet,
peneliti, dan praktisi yang ingin mendalami dan mengembangkan budidaya
tanaman karet secara efisien dan menguntungkan.
Dalam bahan pustaka tersebut, Anda dapat menemukan penjelasan
tentang konsep dasar budidaya tanaman karet, langkah-langkah praktis dalam
pemupukan dan pemeliharaan, teknik pemuliaan untuk menghasilkan varietas
unggul, identifikasi dan pengendalian hama serta penyakit yang umum terjadi
pada tanaman karet, pengelolaan lahan yang berkelanjutan, dan berbagai topik
terkait lainnya.

6
Melalui bahan pustaka yang berkualitas, para pembaca dapat
memperoleh pengetahuan yang akurat dan terkini tentang tanaman karet serta
menerapkan praktik terbaik dalam budidaya dan pengelolaannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa upaya untuk mendapatkan bahan tanam karet yang bermutu baik?
2. Mengapa pemilihan bahan tanam harus dipertimbangkan secara cermat?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui upaya untuk mendapatkan bahan tanam kart yang bermutu baik
2. Mengetahui pemilihan bahan tanam harus dipertimbangkan secara cermat

7
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Karet

Tanaman karet dengan latin nama Hevea brasiliensis berasal dari Negara
Brazil. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan,
namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil
dikembangkan di Asia Tenggara, dan hingga sekarang ini tanaman ini banyak
dikembangkan di Asia sebagai sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan
Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876.
Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor.Tanaman
karet merupakan sumber utama bahan karet alam dunia.
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang
cukup besar. Tinggi pohon dewasa bisa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman
biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi. Di beberapa
kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring
ke arah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama
lateks . Sesuai sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang.
Akar tmampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar .
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang
tangkai daun utama 3-20 cm, sedangkan panjang tangkai anak daun sekitar 3-
10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang
terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang
dengan ujung meruncing. Tepinya rata dan gundul .
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat
dalam malai payung tambahan yang jarang. Pada ujungnya terdapat lima tajuk
yang sempit. Panjang tenda bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut. Ukurannya
lebih besar sedikit dari yang jantan dan mengandung bakal buah yang beruang
tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga
buah. Bunga jantan memiliki sepuluh benang sari yang tersusun menjadi satu
tiang. Kepala sari terbagi dalam 2 karangan, tersusun satu lebih tinggi dari yang

8
lainnya. Paling ujung adalah bakal buah yang tidak tumbuh sempurna.
Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Jumlah ruang biasanya
tiga, namun kadang-kadang bisa sampai enam ruang. Garis tengah buah 3-5 cm.
Bila buah sudah masak, maka akan pecah dengan sendirinya. Biji karet terdapat
dalam setiap ruang buah. Jumlah biji biasanya tiga, tetapi kadang-kadang bisa
sampai enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras.
Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas adalah
sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis

Gambar 2.1 Kebun karet belum di sadap

9
Rendahnya produktivitas karet perkebunan disebabkan belum optimalnya
penerapan manajemen penggunaan klon anjuran dengan baik. Klon adalah
kumpulan individu yang mempunyai genotipe sama dan berasal dari satu pohon
induk. Sehingga untuk mengoptimalkan produktivitas tanaman karet dapat
ditempuh dengan cara pemilihan klon berproduksi tinggi, pengaturan komposisi
klon dalam kebun, dan penempatan klon pada agroekosistem yang sesuai. Saat
ini sudah banyak dikembangkan klon-klon unggul baru yang berproduksi tinggi.
Oleh karena itu, dalam rangka perluasan areal maupun peremajaan, klon- klon
berproduksi rendah sebaiknya mulai diganti dengan klonklon berproduksi
tinggi.
Alternatif pilihan klon penghasil lateks tinggi (2.000−3.000 kg/ha/thn)
dan penghasil kayu tinggi (>200 m3/ha) adalah AVROS2037, BPM1, IRR5,
IRR39, IRR42, IRR107, IRR119, dan RRIC100. Alternatif lain adalah
menggunakan klon penghasil lateks tinggi dengan produksi kayu sedang, yaitu
BPM24, IRR104, IRR112, IRR118, IRR220, PB260, PB330, dan
PB340.Stabilitas produksi suatu kebun dipengaruhi pula oleh komposisi klon
yang ditanam. Hal ini karena setiap klon mempunyai karakteristik berbeda, baik
pola gugur daunnya, ketahanan terhadap suatu jenis penyakit, maupun terhadap
angin. Ketidakseimbangan komposisi klon dalam kebun, selain mengakibatkan
ketidakstabilan produksi tahunan, juga berisiko tinggi terhadap penurunan
produksi akibat gangguan angin, penyakit, atau gugur daun serempak. Untuk
mempertahankan 49 produksi tetap stabil dianjurkan melakukan diversifikasi
klon. Setiap 350−400 ha areal yang diremajakan atau tanaman baru minimal
ditanam 2−3 klon. Penanaman setiap klon minimal mencakup areal 25 ha
(blok). Pengaturan komposisi klon dapat dilakukan berdasarkan: 1) pola
produksi lateks dengan melihat pola gugur daun, 2) strategi pengendalian
penyakit, dan 3) ketahanan terhadap angin, terutama pada daerah yang
bermasalah dengan angin. Berdasarkan pola produksi lateks dan kayu,
komposisi klon bisa diatur dengan berbagai kombinasi. Beberapa klon
penghasil lateks cepat (quick strarter) dikombinasikan dengan klon penghasil
lateks lambat (slow starter) dalam komposisi yang seimbang

10
Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi
perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku
industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus
berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Guna mendukung
keberhasilan pengembangan karet, perlu disusun Teknis Budidaya Tanaman
Karet digunakan sebagai acuan bagi pihak-pihak yang terkait pengolahan
komoditi tersebut.
Karet yang merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik
sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong
pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet
maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara
dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih
menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet
rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk
olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber).
Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal
tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul sertakondisi
kebun yang menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan
peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri hilir.
Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh
rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat
masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan
negara dan swasta samasama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan
pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas
areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu
hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada
sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik
pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang
diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik
untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena

11
produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai
potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum
optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut.
.Berdasarkan pola produksi lateks dan kayu, komposisi klon bisa diatur
dengan berbagai kombinasi. Beberapa klon penghasil lateks cepat (quick
strarter) dikombinasikan dengan klon penghasil lateks lambat (slow starter)
dalam komposisi yang seimbang (Santoso, 1994). Pola produksi quick starter
antara lain PB235, PB260, RRIM712, dan BPM24, ditandai produksi yang
cukup tinggi sejak awal penyadapan pada kulit perawan. Puncak produksi
dicapai pada tahun sadap ke-7 sampai 10, tetapi produksi cepat merosot hingga
mencapai titik terendah pada tahun sadap ke-15. Pada klon slow starter, seperti
PB217, IRR32, IRR39, dan RRIC100, produksi awal sadap rendah lalu
meningkat perlahan hingga mencapai puncak produksi pada tahun sadap ke-12
sampai 15. Produksi lateks lalu bertahan pada tingkat yang stabil sampai
menjelang peremajaan.
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) adalah sumber utama dari lateks alami
yang digunakan dalam produksi karet. Untuk memulai budidaya tanamankaret
yang sukses, pemilihan bahan tanam yang tepat sangat penting. Dalam tinjauan
pustaka ini, kita akan melihat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih bahan tanam untuk tanaman karet.
Genotipe dan Keberlanjutan: Pemilihan bahan tanam yang tepat
melibatkan pemilihan genotipe yang unggul dan berkelanjutan. Genotipe karet
yang berkualitas baik akan memberikan hasil yang lebih tinggi, tahan terhadap
penyakit dan hama, serta memiliki keberlanjutan produksi yang baik.
Ketersediaan Benih: Pemilihan bahan tanam juga melibatkan ketersediaan
benih yang berkualitas. Benih tanaman karet harus berasal dari pohon yang
sehat, bebas penyakit, dan memiliki potensi pertumbuhan yang baik. Pemilihan
benih yang tepat akan memastikan pertumbuhan yang optimal dan
pengembangan kebun karet yang sukses.
Keanekaragaman Genetik: Keanekaragaman genetik dalam populasi
tanaman karet sangat penting untuk mengurangi risiko serangan penyakit dan

12
hama. Pemilihan bahan tanam harus memperhatikan genetik yang cukup agar
kebun karet dapat bertahan dalam jangka panjang.
Adaptasi Lingkungan: Pemilihan bahan tanam harus mempertimbangkan
faktor lingkungan seperti iklim, kondisi tanah, dan topografi. Genotipe yang
dipilih harus dapat beradaptasi dengan baik terhadap kondisi lingkungan di
lokasi yang diinginkan. Misalnya, genotipe yang tahan terhadap kekeringan
atau genotipe yang cocok untuk daerah dengan curah hujan tinggi.
Produktivitas dan Kualitas Lateks: Pemilihan bahan tanam juga harus
mempertimbangkan produktivitas dan kualitas.
Bahan tanam karet adalah yang digunakan untuk menanam pohon karet
(Hevea brasiliensis) yang menghasilkan getah karet. Ada dua jenis bahan tanam
karet yang umum digunakan, yaitu biji dan klon. Setiap jenis memiliki
karakteristik, kelebihan, dan kekurangannya sendir. Bahan tanam karet dapat
berarti dua hal yakni, bibit karet (sebagai bahan tanam) atau pohon karet
(sebagai sumber getah karet).
Bahan tanam karet yang umum digunakan adalah bibit karet atau klon
karet. Bibit karet ini bisa berupa biji karet atau setek batang karet. Pada
umumnya, petani karet lebih memilih menggunakan setek batang karet karena
memiliki keunggulan dalam hal produksi dan kualitas getah karet yang
dihasilkan.
Berikut adalah langkah-langkah umum dalam menanam karet:
1. Persiapan lahan: Pilih lahan yang cocok untuk tanaman karet. Karet
tumbuh baik di tanah berdrainase baik dan tidak tergenang air. Lahan
juga harus bebas dari gulma dan sisa-sisa tanaman sebelumnya.
Lakukan pengolahan lahan seperti perataan, penggemburan, dan
pemupukan.
2. Pemilihan bibit: Dapatkan bibit karet yang berkualitas dari sumber yang
terpercaya. Pastikan bibit karet yang digunakan bebas dari penyakit dan
hama serta memiliki potensi untuk menghasilkan getah karet yang baik.
3. Penanaman: Buat lubang tanam dengan jarak yang sesuai, biasanya
antara 6 hingga 8 meter antara tanaman. Letakkan bibit karet ke dalam

13
lubang tanam dengan hati-hati, pastikan akar tidak terluka. Tumpukkan
tanah di sekitar bibit dan padatkan dengan baik.
4. Pemeliharaan: Lakukan pemeliharaan rutin seperti penyiraman,
pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit. Pastikan tanaman
karet mendapatkan nutrisi yang cukup dan perlindungan dari serangan
organisme yang merugikan.
5. Penyadapan getah karet: Setelah tanaman mencapai usia yang cukup,
biasanya sekitar 5 hingga 7 tahun, Anda dapat melakukan penyadapan
getah karet. Prosedur penyadapan melibatkan penggoresan kulit batang
karet dan mengumpulkan getah yang keluar dalam wadah yang sesuai.
6. Pemanenan dan pengolahan: Setelah periode penyadapan, produksi
getah karet mungkin akan menurun. Pada titik ini, Anda dapat
melakukan pemanenan pohon karet untuk diolah menjadi bahan mentah
karet yang siap dijual atau dijadikan produk karet lainnya.

1. Bibit Karet: Bibit karet adalah bahan tanam yang digunakan untuk menanam
pohon karet. Biasanya bibit karet tersedia dalam bentuk biji atau klon. Bibit
karet dapat diperoleh dari perusahaan benih atau lembaga riset pertanian.
a. Biji Karet: Biji karet adalah hasil perkembangbiakan alami pohon karet
melalui biji yang dihasilkan. Biji dikumpulkan, dipisahkan dari daging
buah, dan ditanam dalam waktu yang relatif singkat setelah panen.
Kelebihan biji karet termasuk biaya produksi yang lebih rendah danvariasi
genetik yang lebih tinggi, sedangkan kekurangannya termasuk kualitas
getah yang tidak seragam dan waktu yang dibutuhkan untuk pemuliaan.
b. Klon Karet: Klon karet adalah hasil perkembangbiakan vegetatif tanaman
karet menggunakan stek atau sambung pucuk. Setiap klon adalah replika
genetik dari tanaman induk yang sama. Kelebihan klon karet termasuk
kualitas getah yang seragam dan proses pemuliaan yang lebih cepat,
sementara kekurangannya meliputi biaya produksi yang lebih tinggi dan
variabilitas genetik yang lebih rendah.

14
2. Pohon Karet: Pohon karet (Hevea brasiliensis) adalah tumbuhan yang
menghasilkan getah karet. Pohon karet biasanya ditanam dalam perkebunan
karet untuk produksi komersial. Pohon karet membutuhkan kondisi
lingkungan yang sesuai, seperti suhu tropis, curah hujan yang cukup, dan
tanah yang subur.
a. Karet Alam: Getah karet alami dihasilkan dari pohon karet melalui proses
pengepaman atau pembersihan kulit pohon. Getah ini digunakan dalam
industri karet untuk berbagai produk, seperti ban, sarung tangan, atau
produk karet lainnya.
b. Pohon Karet Hybrid: Pohon karet hybrid adalah hasil persilangan antara
spesies karet asli dengan spesies karet lain atau dengan tanaman karet
yang telah dimodifikasi genetik. Pohon karet hybrid sering dikembangkan
untuk meningkatkan produktivitas, ketahanan terhadap penyakit atau
hama, dan sifat-sifat lain yang diinginkan.
Bahan tanam karet, baik dalam bentuk bibit karet maupun pohon karet,
merupakan komponen penting dalam industri karet. Pemilihan jenis bahan
tanam yang tepat tergantung pada tujuan pemuliaan, kebutuhan petani, dan
kondisi lingkungan setempat.

2.2 Biji Karet


Tanaman karet pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1864
pada masa penjajahan Belanda, di Kebun Raya Bogor. Pengembangan karet di
beberapa daerah sebagai tanaman perkebunan yang komersil. Daerah pertama
yang digunakan sebagai tempat uji coba penanaman karet yaitu Pemanukan dan
ciasem, Jawa Barat. Jenis yang pertama kali diujicobakan pada kedua daerah
tersebut adalah spesies Ficus elastica atau karet rembung. Kemudian jenis karet
Hevea brasiliensis ditanam di Sumatera bagian Timur pada tahun 1902 dan di
Jawa pada tahun 1906 di Jawa.
Bahan tanam karet dari biji mengacu pada penggunaan biji karet sebagai
bibit untuk menanam pohon karet. Proses ini melibatkan pengumpulan biji dari
pohon karet yang menghasilkan biji-biji tersebut.

15
Gambar 2.2 Biji Karet

Berikut adalah beberapa informasi lebih lanjut tentang bahan tanam karet
dari biji:
1. Pengumpulan biji: Biji karet dikumpulkan dari pohon karet yang telah
mencapai tahap kematangan. Buah-buah karet dipetik, kemudian biji-biji
dipisahkan dari daging buah atau lapisan kulit luar.
2. Persiapan biji: Biji karet harus diproses sebelum ditanam. Biasanya, biji-biji
direndam dalam air selama beberapa hari untuk merangsang
perkecambahan. Proses ini dikenal sebagai perendaman biji atau stratifikasi.
3. Penanaman biji: Setelah perendaman, biji-biji ditanam dalam bedengan atau
polibag yang berisi campuran tanah dan bahan organik. Biji-biji ditutupi
dengan lapisan tipis tanah dan disiram secara teratur untuk menjaga
kelembaban.
4. Perkecambahan dan pemeliharaan: Biji karet memerlukan kondisi yang
optimal untuk perkecambahan. Suhu dan kelembaban yang tepat diperlukan
agar biji dapat berkecambah dengan baik. Bibit yang tumbuh harus
dipelihara dengan memberikan air yang cukup, nutrisi, dan perlindungan
dari hama dan penyakit.

16
2.1.1 Karateristik Biji Karet
Biji karet adalah hasil perkembangbiakan alami pohon karet
melalui biji yang dihasilkan. Biji ini harus dikumpulkan, dipisahkan
dari daging buah, dan ditanam dalam waktu yang relatif singkat setelah
panen.

2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan


a.Kelebihan:
1. Biaya produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan klon.
2. Variabilitas genetik yang lebih tinggi. Setiap tanaman hasil dari
biji memiliki karakteristik yang unik, sehingga memungkinkan
seleksi alami untuk adaptasi terhadap lingkungan.
b. Kekurangan:
1. Kualitas getah karet yang dihasilkan tidak seragam. Tanaman
Proses pemuliaan dan seleksi membutuhkan waktu yang lebih
lama karena memerlukan beberapa generasi untuk mendapatkan
varietas yang diinginkan.
2. hasil dari biji cenderung memiliki variasi dalam sifat-sifat getah
seperti produktivitas, kestabilan, dan kualitas.
Meskipun bahan tanam karet dari biji memiliki
kekurangan tertentu, mereka masih digunakan dalam pemuliaan
dan produksi karet, terutama dalam kegiatan riset dan
pengembangan untuk menghasilkanvarietas baru dengan sifat-sifat
yang diinginkan.

2.3 Klon Karet


Klon karet mengacu pada penggunaan perbanyakan
vegetatif untuk menanam pohon karet dengan menghasilkan replika
genetik dari tanaman induk yang telah teruji dan diinginkan.

17
Gambar 2.3 bibit karet klon

Berikut adalah beberapa informasi lebih lanjut tentang klon karet:


1. Proses perbanyakan: Klon karet dapat diperoleh melalui beberapa metode
perbanyakan vegetatif, termasuk stek dan sambung pucuk. Proses ini
melibatkan pemotongan bagian tanaman seperti ranting atau pucuk dan
menanamnya untuk menghasilkan tanaman baru yang identik secara genetik
dengan tanaman induk.
2. Identitas genetik: Setiap klon karet adalah replika genetik dari tanaman
induk yang sama. Ini berarti bahwa sifat-sifat genetik seperti produktivitas,
kestabilan, dan kualitas getah akan diwariskan secara konsisten pada semua
tanaman klon.

2.2.1 Karakteristik Klon Karet


Klon karet adalah hasil perkembangbiakan vegetatif tanaman karet
menggunakan stek atau sambung pucuk. Setiap klon adalah replika
genetik dari tanaman induk yang sama.

2.2.2 Kelebihan dan Kekurngan


a. Kelebihan:
1. Kualitas getah karet yang seragam. Klon karet menghasilkan getah
dengan karakteristik yang lebih konsisten, seperti produktivitas,
kestabilan, dan kualitas, dibandingkan dengan biji.
2. Proses pemuliaan dan seleksi dapat dilakukan dengan lebih cepat
karena sifat-sifat yang diinginkan dapat diidentifikasi daritanaman
induk yang sudah dikenal.

18
b. Kekurangan:
1. Biaya produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan biji. Proses
perbanyakan vegetatif memerlukan peralatan khusus dan
perawatan yang lebih intensif.
2. Variabilitas genetik yang lebih rendah. Klon karet memiliki
genetik yang terbatas karena merupakan replika genetik dari
tanaman induk yang sama. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya
adaptasi terhadap perubahan lingkungan atau serangan hama dan
penyakit.
Dalam praktiknya, penggunaan biji atau klon karet
tergantung pada tujuan pemuliaan dan kebutuhan petani karet.
Bijikaret sering digunakan untuk keperluan penelitian atau pemuliaan
untuk menghasilkan varietas baru dengan karakteristik yang
diinginkan, sementara klon karet digunakan secara luas dalam
produksi komersial untuk mendapatkan hasil yang seragam dan dapat
diandalkan.

19
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahan tanam karet adalah bahan yang digunakan untuk menanam pohon
karet (Hevea brasiliesis) yang menghasilkan getah karet. Tanaman karet
merupakan tanman tahutan.Bahan tanam karet anjuran adalah bahan tanaman
klon yang diperbanyak secara okulasi.Bahan tanam karet, baik dalam bentuk
bibit karet maupun pohon karet, merupakan komponen penting dalam industri
karet. Pemilihan jenis bahan tanam yang tepat tergantung pada tujuan
pemuliaan, kebutuhan petani, dan kondisi lingkungan setempat. Bahan tanam
karet dari biji mengacu pada penggunaan biji karet sebagai bibit untuk
menanam pohon karet. Proses ini melibatkan pengumpulan biji dari pohon karet
yang menghasilkan biji-biji tersebut. Klon karet mengacu pada penggunaan
perbanyakan vegetatif untuk menanam pohon karet dengan menghasilkan
replika genetik dari tanaman induk yang telah teruji dan diinginkan.

20
DAFTAR PUSTAKA

. 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet.


Medan.
Aidi dan Daslin, 2016. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet.
Balai Penelitian Sembawa. Palembang.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Statistik Perkebunan Indonesia Tahun 2008-
2013. http://ditjenbun.pertanian.go.id/. Diakses pada 6 Februari 2016.
Nisyawati, D., Susanto, A., & Darwanto, S. (2019). Karet Sangat Menguntungkan.
PT Pustaka Baru Press.
Purwanto, Y. A. (2019). Agroekoteknologi Tanaman Karet: Tanaman, Lingkungan,
dan Manusia. Deepublish.
Supriyanto, A., & Indradewa, D. (2017). Manajemen Tanaman Karet: Budidaya
Karet Berkelanjutan dan Menguntungkan. Yayasan Kita Menulis.
Satyawan, D., & Nisyawati, D. (2016). Hama dan Penyakit Tanaman Karet:
Pengenalan, Identifikasi, dan Pengendaliannya. PT Pustaka Baru Press.
Jaya, S. (2016). Pemupukan Tanaman Karet: Konsep, Teknik, dan Praktik.
Yayasan Kita Menulis
Susanto, A., Hidayati, S. N., & Lubis, E. (2017). Buku Pintar Karet: Panduan
Budidaya Karet. Penebar Swadaya.
Tan, Y., dkk. (2020). Budidaya karet: Pendekatan konvensional dan baru untuk
meningkatkan produksi karet. Tanaman dan Produk Industri, 144, 112008.
Lekawipat, N., dkk. (2019). Genetika dan genomik pohon karet untuk produksi
karet alam yang berkelanjutan. Biologi Molekuler Tumbuhan, 101(1-
2), 111-129.
Prasongsin, P., et al. (2019). Biotechnology in natural rubber production:
Perspectives from in vitro studies. Industrial Crops and Products, 128, 175-
184.
Tang, C., et al. (2018). Advances in molecular breeding approaches for drought and
salinity stress tolerance in rubber. Industrial Crops and Products, 116, 18-

21

Anda mungkin juga menyukai