KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................v
1.PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Tujuan Praktek Lapangan..........................................................................2
1.3. Manfaat Praktek Lapangan........................................................................2
2. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1. Deskripsi Kopi Arabika.............................................................................3
2.2. Syarat Tumbuh Kopi Arabika...................................................................5
2.3. Teknik Pembibitan Secara Vegetatif.........................................................7
4. METODE PELAKSANAAN.....................................................................17
4.1. Tempat dan Waktu....................................................................................17
4.2. Alat dan Bahan..........................................................................................17
4.3 Metode........................................................................................................17
5. Kegiatan Praktek........................................................................................19
5.1. Stek............................................................................................................19
5.2. Penyambungan..........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................28
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.......................................................................................................30
Lampiran 2.......................................................................................................32
v
1. PENDAHULUAN
1
2
3
4
Tanaman kopi memiliki sistem perakaran tunggang yang tidak rebah, lebih
dari 90% dari berat akar terdapat lapisan tanah 0-30 cm, terdapat 4-8 akar
samping yang menurun ke bawah sepanjang 23 cm serta i akar cabang samping
yang panjang 1-2 m horizontal, sedalam ±30 cm, dan bercabang merata, masuk ke
dalam tanah lebih dalam lagi (Anshori, 2014). Untuk batang tanaman kopi
memiliki dua tipe percabangan yaitu cabang yang tumbuh tegak (orthotrop) dan
cabang yang tumbuh yang mendatar (plagiotrop). Cabang plagiatrop berfungsi
sebagai penghasil bunga, sedangkan cabang orthotrop tumbuhnya pesat dengan
ruas yang relatif panjang sehingga banyak digunakan sebagai sumber stek
(Anshori, 2014 ).
Bunga pada tanaman kopi memiliki ukuran relatif kecil, mahkota berwarna
putih dan berbau harum semerbak. Kelopak bunga kopi arabika berwarna hijau.
Bunga dewasa, kelopak dan mahkota akan membuka dan segera mengadakan
penyerbukan sehingga akan terbentuk buah. Waktu yang diperlukan terbentuk
bunga hingga buah menjadi matang 8-11 bulan, tergantung dari jenis dan faktor
lingkungannya. Mula – mula bunga keluar dari ketiak daun yang terletak pada
batang utama atau cabang reproduksi. bunga kemudian berkembang menjadi
bunga secara serempak dan bergerombol, Bunga yang jumlahnya banyak akan
keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari
kuncup – kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah fungsinya menjadi
kuncup bunga (Direktorat Jendral Perkebunan, 2020).
Daun kopi Arabika berwarna hijau gelap dan dengan lapisan lilin
mengkilap. Daun ini memiliki panjang 4-6 cm dan juga berbentuk oval atau
lonjong. Menurut Hiwot (2011) daun kopi Arabika juga merupakan daun
sederhana dengan tangkai yang pendek dengan masa pakai daun kopi arabika
adalah kurang dari satu tahun. Pohon kopi Arabika memiliki susunan daun
bilateral, yang berarti bahwa dua daun tumbuh dari batang berlawanan satu sama
lain.
Buah tanaman kopi terdiri atas daging buah dan biji. Daging buah terdiri
atas tiga lapisan, yaitu kulit luar (eksokarp), lapisan daging (mesokarp) dan
lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis tapi keras. Buah kopi umumnya
5
mengandung dua butir biji, tetapi kadang – kadang hanya mengandung satu butir
atau bahkan tidak berbiji (hampa) sama sekali (Budiman, 2012).
Karakter morfologi yang khas pada kopi arabika adalah tajuk yang kecil,
ramping, ada yang bersifat ketai dan ukuran daun yang kecil. Biji kopi arabika
memiliki beberapa karakteristik yang khas dibandingkan biji jenis kopi lainnya,
seperti bentuknya yang agak memanjang, bidang cembungnya tidak terlalu tinggi,
lebih bercahaya dibandingkan dengan jenis lainnya, ujung biji mengkilap, dan
celah tengah dibagian datarnya berlekuk (Anshori, 2014).
Iklim
Kopi dapat tumbuh dalam berbagai kondisi lingkungan, tetapi untuk
mencapai hasil yang optimal memerlukan persyaratan tertentu. Zona terbaik
pertumbuhan kopi adalah antara 200 LU dan 200 LS. Indonesia yang terletak pada
zona 50 LU dan 100 LS secara potensial merupakan daerah kopi yang baik.
Sebagian besar daerah kopi di Indonesia terletak antara 0-100 LS yaitu Sumatera
Selatan, Lampung, Bali, Sulawesi Selatan dan sebagian kecil antara 0- 50 LU
yaitu Aceh dan Sumatera Utara. Unsur iklim yang banyak berpengaruh terhadap
budidaya kopi adalah elevasi (tinggi tempat), temperatur dan tipe curah hujan
(Jujur dan Syaad, 2013).
Curah Hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap ketersediaan air yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman. Sedangkan waktu jatuhnya hujan terutama berpengaruh
terhadap proses pembentukan bunga dan buah pada kopi jenis arabika dan
robusta. Kopi umumnya tumbuh optimum di daerah yang curah hujannya 2.000-
6
3.000 mm/tahun. Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1 ‐ 3 bulan. Suhu
udara rata‐rata 24‐30°C. Pada umumnya kopi tidak menyukai sinar matahari
langsung dalam jumlah banyak, tetapi menghendaki sinar matahari teratur. Angin
berpengaruh besar terhadap jenis kopi yang bersifat self-steril. Hal ini untuk
membantu penyerbukan yang berbeda klon(Jujur dan Syaad, 2013).
Kondisi Tanah
Kopi arabika dapat tahan terhadap masa kering yang berat, walaupun kopi
ini tidak memerlukan bulan kering. Hal ini dikarenakan kopi arabika ditanam pada
elevasi yang tinggi dan relatif lebih lembab serta akarnya lebih dalam. Kopi juga
menghendaki tanah yang agak masam, yaitu antara pH 5-6,5 untuk kopi arabika.
Kurang dari angka tersebut kopi juga masih bisa tumbuh, tetapi kurang bisa
menyerap beberapa unsur hara sehingga kadang-kadang perlu diberi kapur.
Sebaliknya tanaman kopi tidak menghendaki tanah yang agak basa (pH lebih dari
6,5) oleh karena itu pemberian kapur tidak boleh berlebihan (Soetriono et al.,
2017).
Sifat fisik tanah yang baik bagi kopi adalah tanah dengan tekstur clayloam,
struktur remah derajat struktur kuat, porositas dan permeabilitas baik dan tidak
berbatu, sedangkan sifat kimia tanah yang baik bagi kopi adalah tanah dengan
kadar nitrogen total >0.20 %, fosfor tersedia >30 ppm, kalsium tertukar > 0.10 me
%, bahan organic >3.5 % (C – organic > 2 % ), pH antara 5.5 – 6.5 (PTPN XII,
2013).
Elevasi
Kopi arabika dapat tumbuh pada ketinggian optimum sekitar 1000 sampai
1200 meter di atas permukaan laut. Semakin tinggi lokasi penanaman, cita rasa
yang dihasilkan oleh bijinya semakin baik. Selain itu, kopi jenis ini sangat rentan
pada penyakit karat daun yang disebabkan oleh cendawan Hemileia vastatrix,
terutama pada ketinggian kurang dari 600 sampai 700 m di atas permukaan laut.
Karat daun ini dapat menyebabkan produksi dan kualitas biji kopi menjadi turun
(Indrawanto et al., 2010).
7
9
10
Penelitian Kopi Gayo) dengan AP3I (c/q Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao) No: 074/285 dan No: 01/SPK/APP/II/1992.
Kerjasama berakhir pada tahun 1996, Balai Penelitian Kopi (BPK)
Gayo dikelola oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia (SK
Menteri Pertanian RI No: 798/Kpts/OT/12/1994, tanggal 13 Desember
1994). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan),
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian dan
merupakan salah satu instalasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Aceh dengan nama Instalasi Penelitian dan Pengkajian
Teknologi Pertanian (IP2TP) Gayo.
Jumlah 32 Unit
Sumber : Laporan Kebun Percobaan Gayo Tahun 2015
Pada tabel 2 di atas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh Kebun Percobaan Gayo adalah terdiri dari 15 unit rumah dinas, 11
unit kendaraan dinas, 1 unit stasiun meteorologi, 1 unit seed storage, 1 unit
gudang, 1 unit workshop, 1 unit kebun produksi, 1 unit kebun flasma nutfah.
Keadaan Tanah
Data di Kebun Percobaan (KP) Gayo memiliki struktur tanah
vulkanik dan mengandung bahan organik (humus) lebih dari 5 %,
kedalaman efektif lebih dari 100 cm, pH tanah 5,5 - 6,5, kemiringan lahan
berkisar 30 %.
Iklim dan cuaca
Kabupaten Bener Meriah merupakan kawasan beriklim tropis dengan
curah hujan berkisar 1.000 –2.500 (mm) per tahun dengan jumlah hari
hujan 143 –170. Hujan umum nya turun pada bulan September hingga
April. Musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai Agustus.
Temperatur maksimum berkisar pada 26°C dan minimum antara 13 –23°C
Kelembaban relative maksimum 75,8% dan kelembaban relative
minimum 20%.
Saat ini Kebun Percobaan Gayo memiliki 11 (sebelas) unit kenderaan dinas
roda dua dalam keadaan rusak dan 3 unit dalam keadaan baik.
e) Stasiun Meteorologi
Untuk mengukur curah hujan dan kecepatan angin serta suhu kelembaban,
bekerja sama dengan BMKG Indrapuri (Banda Aceh).
22. C 41 Queensland
23. C 47 Queensland
24. C 48 Queensland
25. C 49 Queensland
26. C 50 Queensland
27. SLN 9 India
28. Cova Brazil
29. C.J. Aceh Tengah
30. Ateng Super Aceh Tengah
31. Kartika Puslitkoka
32. Andungsari 1 Puslitkoka
33. Gayo 1 Aceh Tengah
34. Gayo II Bener Meriah
Lamtoro :
1. PG. 79 Puslit Kopi-Kakao
2. Petai Cina Aceh Tengah
landasan kerja bagi seluruh pegawai yang ada didalam instalasi tersebut. Pada
struktur organisasi terdapat komando yang akan terpelihara dengan baik. Atasan
hanya memerintah bahawan tertentu dan bawahan akan memberikan laporan
kepada atasan yang memberi perintah. Struktur Organisasi di IP2TP GAYO dapat
dilihat sebagai berikut :
Struktur Organisasi
Penanggungjawab
IP2TP Gayo
Ishar, SST
Pengelola PUMK/
Keuangan
Nur Aida Fittri, A.Md
Pengelola Program
Samini
4.3 Metode
Kegiatan praktek kerja lapang dilakukan pengumpulan data di
lapangan dan di kantor Instansi yang diperoleh dari pembimbing. Adapun
metode pengumpulan data tersebut adalah dengan data primer dan data
sekunder. Data primer yaitu data yang dikumpulkan langsung oleh
mahasiswa untuk pertama kalinya melalui usaha dan pengalaman langsung
di lapangan. Teknik ini dilakukan dengan 4 metode yaitu:
1. Metode observasi, merupakan teknik pengumpulan data, dimana
mahasiswa melakukan pengamatan secara langsung ke objek untuk
melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.
2. Metode wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui proses Tanya jawab (wawancara) dengan pembimbing dan pihak-
pihak yang terkait dan bekerja di IP2TP Gayo Pondok Gajah, BPTP Aceh,
Bener Meriah.
3. Metode dokumentasi, diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data yang
diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang
tersimpan.
4. Turut serta melakukan langsung segala aktifitas pembibitan kopi arabika
17
18
5.1 Stek
Penyetekan adalah perlakuaan pemotongan bagian tanaman seperti akar,
batang dan daun agar bagian tersebut membentuk akar. Bagian batang yang
digunakan untuk stek berasal dari cabang orthotrop, hal ini dikarenakan cabang
orthotrop dapat menghasilakn cabang orthotrop dan plagiatrop. Jika stek berasal
dari cabang plagiatrop maka hanya menghasilkan cabang plagiatrop saja. Tahapan
penyetekan adalah persiapan bedengan stek, persiapan bahan, pelaksanaan dan
pemeliharaan.
Persiapan Bedengan
Tahap awal dalam teknik penyetekan yaitu menentukan lokasi terlebih
dahulu. Media stek yang digunakan terdiri dari campuran tanah, kompos dan pasir
dengan perbandingan 3: 2 : 1 kompos yang digunakan berasal dari kulit kopi,
media yang sudah tercampur rata diisikan kedalam polybag. Kemudian persiapkan
kerangka sungkup dengan ketinggian 60 cm dari atas permukaan tanah.
Persiapkan paranet dengan ketinggian 2 m untuk menghalau sinar matahari agar
tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu gelap. Peralatan stek yang digunakan
cutter, gunting, media tumbuh dan perangsang (Growtone).
Persiapan Enteres
Enteres berasal dari wiwilan atau tunas air tanaman dewasa. Bahan
stek tidak terlalu tua atau muda sebaiknya berumur 3-6 bulan, sepasang
daun dikupir pangkal stek dipotong miring 450 agar penampang pangkal
stek lebih luas sehingga jumlah akar tumbuh lebih banyak. Ukuran
panjang stek kira-kira 10 cm lalu potong stengah helai daunnya guna
mengurangi proses penguapan. Seteleh cabang ruas dipotong dicelupkan
kedalam cairan perangsang akar selama 10-15 detik kemudian ditancapkan
kedalam media tumbuh.
19
20
Gambar 3. Penutupan
5.2 Penyambungan
21
Untuk pemeliharaan sambungan pada fase serdadu dan fase bibit, selama
proses penyungkupan dilakukan penyiraman pada pagi hari dengan frekuensi 1-2
hari sekali tergantung kondisi. Penyiraman menggunakan knapsack splayer untuk
menghasilkan semburan yang halus. Setelah 2 minggu dilakukan pemeriksaan
hasil sambungan ditandai dengan tidak layunya bibit hasil sambungan. Kemudian
dilakukan hardening dengan cara membuka sungkup secara berkala, bibit
dipelihara sebagaimana bibit pada umumnya.
6.1. Kesimpulan
1. Pembibitan secara vegetatif di IP2TP Gayo BPTP Aceh Pondok Gajah
Bener meriah, dimaksudkan karna mudah untuk dilakukan, sifatnya akan
sama dengan induk yang dipilih, lebih cepat berbuah dan hasilnya akan
seragam.
2. Pembibitan secara vegetatif yang dilakukan di IP2TP Gayo meliputi stek
dan sambungan.
3. Kegiatan stek dilakukan untuk menjaga kemurnian tanaman. Tahapan
dimulai dari persiapan media, pemilihan enteres, penanaman, serta
perawatan.
4. Teknik sambungan dilakukan pada tiga fase tumbuh yaitu fase serdadu,
fase bibit dan fase dewasa.
6.2. Saran
Dalam pemilihan enteres sebagai batang atas sebaiknya pilih cabang yang
tidak terlalu muda dan terlalu tua, cabang yang tidak busuk dibagian dalamnya.
Dalam pemakaian alat sebaiknya hati-hati untuk menghindari human eror. Maka
dari itu penulis menyarankan pemilihan enteres dan alat yang tepat untuk
keberhasilan teknik pembibitan secara vegetatif .
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
Lampiran 1
28
29
Lampiran 2