Anda di halaman 1dari 36

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................v
1.PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Tujuan Praktek Lapangan..........................................................................2
1.3. Manfaat Praktek Lapangan........................................................................2

2. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1. Deskripsi Kopi Arabika.............................................................................3
2.2. Syarat Tumbuh Kopi Arabika...................................................................5
2.3. Teknik Pembibitan Secara Vegetatif.........................................................7

3. GAMBARAN UMUM LOKASI...............................................................9


3.1. Sejarah IIP2TP Gayo.................................................................................9
3.2. Deskripsi Umum........................................................................................10
3.3. Status Penggunaan Kebun.........................................................................12
3.4. Ketersedian Sumber Daya.........................................................................12
3.5. Struktur Organisasi....................................................................................14

4. METODE PELAKSANAAN.....................................................................17
4.1. Tempat dan Waktu....................................................................................17
4.2. Alat dan Bahan..........................................................................................17
4.3 Metode........................................................................................................17

5. Kegiatan Praktek........................................................................................19
5.1. Stek............................................................................................................19
5.2. Penyambungan..........................................................................................21

6. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................27


6.1. Kesimpulan................................................................................................27
6.2. Saran..........................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................28

ii
DAFTAR TABEL

1. Batas Wilayah Desa Pondok Gajah .......................................................... 11


2. Sarana dan Prasarana di IP2TP-KP Gayo ................................................. 11
3. Plasma Nutfah Kopi Arabika IP2TP..........................................................14

iii
DAFTAR GAMBAR

1. Enteres Yang Sudah Dibentuk.....................................................................20


2. Proses Penanaman Enteres...........................................................................20
3. Proses penutupan Enteres Setelah Tanam....................................................21
4. Proses pemilihana Serdadu Untuk Batang Atas dan Batang Bawah............22
5. Proses Penanaman Setelah Penyambungan..................................................22
6. Penyungkupan Setelah Tanam.....................................................................23
7. Proses Pembentukan Batang Bawah............................................................24
8. Proses Penyisipan Antara Batang Atas dan Batang bawah..........................24
9. Proses Pengikatan Sambungan Anatara Batang Atas dan Batang Bawah. . .24
10. Proses Penyungkupan Setelah Penyambungan..........................................25
11. Proses Pemilihan dan Pembentukan Batang Atas......................................26
12. Proses Penyambungan Entres Antara Batang Atas dan Batang Bawah.....26
13. Penyungkupan Setelah Penyambungan......................................................26
14. Proses Pengukuran Lebar Kanopi Kopi Arabika......................................30
15. Proses Pengisian Polybag..........................................................................30
16. Proses Pembuatan Larutan Perangsang Pertumbuhan..............................30
17. Kegiatan Huler Biji Kopi..........................................................................31
18. Kegiatan Pengambilang Entres.................................................................31

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.......................................................................................................30
Lampiran 2.......................................................................................................32

v
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kopi (coffea sp.) merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan
yang memiliki peran sangat penting bagi Indonesia. Kopi memiliki prospek yang
tinggi di masa depan dalam mengembangkan perekonomian negara.
Perkembangan produksi kopi pada perkebunan besar yang ada di Indonesia
selama tahun 2015 sampai dengan 2017 cenderung mengalami fluktuatif. Pada
tahun 2015 produksi kopi sebesar 36,98 ribu ton dan mengalami penurunan
menjadi 31,87 ribu ton atau terjadi penurunan sebesar 13,84 persen. Sedangkan
pada tahun 2017 produksi kopi kembali menurun menjadi 30,29 ribu ton atau
penurunan sebesar 4,95 persen). Terdapat tiga jenis kopi yang dapat tumbuh baik
di Indonesia, namun yang banyak dibudidayakan salah satunya adalah kopi jenis
Arabika. Beberapa produsen kopi di Indonesia terletak di propinsi Aceh, Sumatra
Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur dan lain-lain (BPS, 2017)
Kopi Arabika (Coffea arabica L.) merupakan satu-satunya spesies
allotetraploid alami dalam genus Coffea. Kultivar-kultivar kopi Arabika berbasis
HdT mulai berkembang di Indonesia (khususnya di dataran tinggi Gayo) mulai
tahun 1970-an. Pada tahun 1980-an dikembangkan juga kopi Arabika tipe katai
yang berbasis Catimor (keturunan Caturra x HdT) (Dani et al., 2019). Dua
kultivar lokal tipe tinggi (tall), yaitu Timtim Aceh dan Borbor, kemudian dilepas
pada tahun 2010 oleh Menteri Pertanian sebagai kultivar unggul baru dengan
nama Gayo 1 dan Gayo 2. Selain dua kultivar tersebut, petani juga
mengembangkan dua kultivar tipe katai (dwarf) yang berbasis Catimor, yaitu
Ateng Super dan P88. Kultivar Ateng Super sangat diminati petani karena
produktivitasnya tinggi, ukuran biji besar, dan cepat berbuah. Daya hasil kultivar
Ateng Super lebih tinggi (1,76 ton/ha) dibandingkan Gayo I dan Gayo II yang
masing-masing hanya 0,96 ton/ha dan 0,91 ton/ha. Meskipun demikian, daya hasil
kultivar Ateng Super dinilai tidak stabil (Hulupi et al., 2013).
Seleksi secara swadaya oleh petani dalam memilih sumber benih selama
puluhan tahun pada akhirnya menghasilkan kultivar-kultivar baru. Produktivitas
tanaman kopi arabika dipengaruhi oleh kualitas bibit yang digunakan. Bibit

1
2

tersebut dapat diperoleh dengan cara perbanyakan secara vegetatif, kelebihan


menggunakan teknik perbanyakan secara vegetatif dapat menghasilkan bibit
kualitas baik dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang singkat.
Salah satu lembaga atau tempat yang dapat melakukan perbanyakan secara
vegetatif adalah IP2TP Gayo Pondok Gajah, BPTP Aceh, Kab. Bener Meriah.
Ditempat tersebut menggunakan dua metode yaitu secara stek batang dan
sambung pucuk.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan praktek kerja lapangan
sesuai arahan pimpinan IP2TP Gayo untuk mengetahui bagaimana teknik
pembibitan secara vegetatif. Setelah melaksanakan praktek kerja lapangan dengan
demikian dapat diketahui teknik pembibitan secara vegetatif di IP2TP Gayo
Pondok Gajah, BPTP Aceh, Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah.

1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan


Mahasiswa dapat mempelajari dan mempraktikkan langsung teknik
pembibitan secara vegetatif di IP2TP Gayo Pondok Gajah, BPTP Aceh,
Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah.

1.3. Manfaat Praktek Kerja Lapangan


Praketek kerja lapangan ini berguna untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang teknik pembibitan secara vegetatif di IP2TP Gayo Pondok
Gajah, BPTP Aceh, Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah.
2. TINJAUN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Kopi Arabika


Klasifikasi Tanaman Kopi Arabika
Kopi Arabika termasuk tanaman yang bernilai ekonomi tinggi dan
dikembangkan di lebih dari 60 negara beriklim tropis maupun subtropis,
dan jumlah produksinya bisa mencapai 70% dari total produksi kopi dunia.
Di Indonesia, kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang
cukup diperhitungkan dan sebagai sumber devisa negara. Kopi Arabika
(Coffea arabica L.) merupakan satu-satunya spesies dari genus Coffea
yang termasuk ke dalam tanaman tetraploid (2n=2x=44) dan bersifat
menyerbuk sendiri. Berdasarkan hibridisasi in situ secara genomik
menunjukkan C. arabica berasal dari persilangan antara C. eugenioides
dan C. canephora. Kopi Arabika pertama kali ditemukan pada tahun 850
di Ethiopia dan disebarkan ke beberapa negara Islam oleh para peziarah.
Pada awal abad ke-18, tanaman kopi dibawa ke Indonesia oleh VOC dan
pertama kali ditanam pada tahun 1707 di wilayah Priangan(Nur et al.,
2015).
Klasifikasi tanaman kopi arabika menurut ahli botani asal Swedia
bernama Carl Linnaeus adalah :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Suku : Rubiaceae
Marga : Coffea
Spesies : Coffea Arabica L.

Morfologi Tanaman Kopi Arabika


Kopi arabika merupakan tanaman berbentuk semak tegak atau pohon kecil
yang memiliki tinggi 5 m sampai 6 m dan memiliki diameter 7 cm saat tingginya
setinggi dada orang dewasa. Selain itu, kopi arabika memiliki warna kulit abu -
abu, tipis, dan menjadi pecah - pecah dan kasar ketika tua (Hiwot, 2011).

3
4

Tanaman kopi memiliki sistem perakaran tunggang yang tidak rebah, lebih
dari 90% dari berat akar terdapat lapisan tanah 0-30 cm, terdapat 4-8 akar
samping yang menurun ke bawah sepanjang 23 cm serta i akar cabang samping
yang panjang 1-2 m horizontal, sedalam ±30 cm, dan bercabang merata, masuk ke
dalam tanah lebih dalam lagi (Anshori, 2014). Untuk batang tanaman kopi
memiliki dua tipe percabangan yaitu cabang yang tumbuh tegak (orthotrop) dan
cabang yang tumbuh yang mendatar (plagiotrop). Cabang plagiatrop berfungsi
sebagai penghasil bunga, sedangkan cabang orthotrop tumbuhnya pesat dengan
ruas yang relatif panjang sehingga banyak digunakan sebagai sumber stek
(Anshori, 2014 ).
Bunga pada tanaman kopi memiliki ukuran relatif kecil, mahkota berwarna
putih dan berbau harum semerbak. Kelopak bunga kopi arabika berwarna hijau.
Bunga dewasa, kelopak dan mahkota akan membuka dan segera mengadakan
penyerbukan sehingga akan terbentuk buah. Waktu yang diperlukan terbentuk
bunga hingga buah menjadi matang 8-11 bulan, tergantung dari jenis dan faktor
lingkungannya. Mula – mula bunga keluar dari ketiak daun yang terletak pada
batang utama atau cabang reproduksi. bunga kemudian berkembang menjadi
bunga secara serempak dan bergerombol, Bunga yang jumlahnya banyak akan
keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari
kuncup – kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah fungsinya menjadi
kuncup bunga (Direktorat Jendral Perkebunan, 2020).
Daun kopi Arabika berwarna hijau gelap dan dengan lapisan lilin
mengkilap. Daun ini memiliki panjang 4-6 cm dan juga berbentuk oval atau
lonjong. Menurut Hiwot (2011) daun kopi Arabika juga merupakan daun
sederhana dengan tangkai yang pendek dengan masa pakai daun kopi arabika
adalah kurang dari satu tahun. Pohon kopi Arabika memiliki susunan daun
bilateral, yang berarti bahwa dua daun tumbuh dari batang berlawanan satu sama
lain.
Buah tanaman kopi terdiri atas daging buah dan biji. Daging buah terdiri
atas tiga lapisan, yaitu kulit luar (eksokarp), lapisan daging (mesokarp) dan
lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis tapi keras. Buah kopi umumnya
5

mengandung dua butir biji, tetapi kadang – kadang hanya mengandung satu butir
atau bahkan tidak berbiji (hampa) sama sekali (Budiman, 2012).
Karakter morfologi yang khas pada kopi arabika adalah tajuk yang kecil,
ramping, ada yang bersifat ketai dan ukuran daun yang kecil. Biji kopi arabika
memiliki beberapa karakteristik yang khas dibandingkan biji jenis kopi lainnya,
seperti bentuknya yang agak memanjang, bidang cembungnya tidak terlalu tinggi,
lebih bercahaya dibandingkan dengan jenis lainnya, ujung biji mengkilap, dan
celah tengah dibagian datarnya berlekuk (Anshori, 2014).

2.2. Syarat Tumbuh Kopi Arabika


Perkebunan kopi dalam membuka lahan, perlu diketahui terlebih dahulu
kesesuaian lahannya. Hal ini penting agar keberlanjutan tindak pembukaan lahan
akan berjalan dengan lancer dan membuat tanaman menghasilkan produksi yang
maksimal. Kesesuain lahan berkaitan erat dengan syarat tumbuh tanaman kopi
arabika.

Iklim
Kopi dapat tumbuh dalam berbagai kondisi lingkungan, tetapi untuk
mencapai hasil yang optimal memerlukan persyaratan tertentu. Zona terbaik
pertumbuhan kopi adalah antara 200 LU dan 200 LS. Indonesia yang terletak pada
zona 50 LU dan 100 LS secara potensial merupakan daerah kopi yang baik.
Sebagian besar daerah kopi di Indonesia terletak antara 0-100 LS yaitu Sumatera
Selatan, Lampung, Bali, Sulawesi Selatan dan sebagian kecil antara 0- 50 LU
yaitu Aceh dan Sumatera Utara. Unsur iklim yang banyak berpengaruh terhadap
budidaya kopi adalah elevasi (tinggi tempat), temperatur dan tipe curah hujan
(Jujur dan Syaad, 2013).

Curah Hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap ketersediaan air yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman. Sedangkan waktu jatuhnya hujan terutama berpengaruh
terhadap proses pembentukan bunga dan buah pada kopi jenis arabika dan
robusta. Kopi umumnya tumbuh optimum di daerah yang curah hujannya 2.000-
6

3.000 mm/tahun. Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1 ‐ 3 bulan. Suhu
udara rata‐rata 24‐30°C. Pada umumnya kopi tidak menyukai sinar matahari
langsung dalam jumlah banyak, tetapi menghendaki sinar matahari teratur. Angin
berpengaruh besar terhadap jenis kopi yang bersifat self-steril. Hal ini untuk
membantu penyerbukan yang berbeda klon(Jujur dan Syaad, 2013).

Kondisi Tanah
Kopi arabika dapat tahan terhadap masa kering yang berat, walaupun kopi
ini tidak memerlukan bulan kering. Hal ini dikarenakan kopi arabika ditanam pada
elevasi yang tinggi dan relatif lebih lembab serta akarnya lebih dalam. Kopi juga
menghendaki tanah yang agak masam, yaitu antara pH 5-6,5 untuk kopi arabika.
Kurang dari angka tersebut kopi juga masih bisa tumbuh, tetapi kurang bisa
menyerap beberapa unsur hara sehingga kadang-kadang perlu diberi kapur.
Sebaliknya tanaman kopi tidak menghendaki tanah yang agak basa (pH lebih dari
6,5) oleh karena itu pemberian kapur tidak boleh berlebihan (Soetriono et al.,
2017).
Sifat fisik tanah yang baik bagi kopi adalah tanah dengan tekstur clayloam,
struktur remah derajat struktur kuat, porositas dan permeabilitas baik dan tidak
berbatu, sedangkan sifat kimia tanah yang baik bagi kopi adalah tanah dengan
kadar nitrogen total >0.20 %, fosfor tersedia >30 ppm, kalsium tertukar > 0.10 me
%, bahan organic >3.5 % (C – organic > 2 % ), pH antara 5.5 – 6.5 (PTPN XII,
2013).

Elevasi
Kopi arabika dapat tumbuh pada ketinggian optimum sekitar 1000 sampai
1200 meter di atas permukaan laut. Semakin tinggi lokasi penanaman, cita rasa
yang dihasilkan oleh bijinya semakin baik. Selain itu, kopi jenis ini sangat rentan
pada penyakit karat daun yang disebabkan oleh cendawan Hemileia vastatrix,
terutama pada ketinggian kurang dari 600 sampai 700 m di atas permukaan laut.
Karat daun ini dapat menyebabkan produksi dan kualitas biji kopi menjadi turun
(Indrawanto et al., 2010).
7

2.3. Teknik Pembibitan Secara Vegetatif


Teknik pembibitan kopi dapat dilakukan secara vegetatif, perbanyakan
secara vegetatif merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk terciptanya
generasi baru dengan menggunakan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti
batang, cabang, daun dan akar. Beberapa cara perbanyakan vegetatif pada
tanaman kopi yaitu penyambungan, stek, kultur jaringan dan somatic
embriogenetik. Adapun keuntungan dari teknik vegetatif, sifatnya akan sama
dengan induk yang dipilih, lebih cepat berbuah, hasilnya akan seragam dan
prosesnya lebih mudah(BPTP 2020).
Teknik sambung dilakukan dengan menyambungkan atau menyisipkan
batang atas kebatang bawah. Batang bawah yang digunakan dapat berasal dari
biji, stek, bahkan tanaman yang sudah tua untuk diremajakan. Penyambungan
pada tanaman kopi dapat dilakukan pada fase serdadu, fase bibit dan fase tanaman
dewasa. Penyambungan kopi pada fase serdadu, persiapan batang atas dan batang
bawah dilakukan bersamaan. Penyambungan tanaman pada fase bibit, bibit kopi
asal benih maupun stek yang berumur 6-7 bulan dengan diameter 1 cm
dipersiapkan sebagai batang bawah, sedangkan enteres batang atas dapat
dipersiapkan dari enteres atau cabang orthotrop (wiwilan) tanaman induk kopi
dewasa. Penyambungan pada fase tanaman dewasa biasanya dilakukan guna
memperbaiki tanaman kopi yang telah tumbuh sehingga varietas yang tidak
diinginkan diubah dengan jenis varietas yang dikehendaki(BPTP 2019).
Benih stek dapat dipakai sebagai batang bawah untuk pembuatan benih
sambungan. Keuntungan dari benih stek menajamin kemurnian klon, umur siap
tanam relatif pendek (9-12) bulan sejak perakaran, perakaran cukup banyak,
mempunyai sifat yang sama dengan induknya, mutu yang dihasilkan seragam dan
prekositas (masa berbuah awal) relatif pendek (1-2 tahun). Perbanyakan secara
kultur jaringan caranya dengan mengembangbiakan potongan jaringan tanaman
dalam media buatan yang steril pada kondisi pertumbuhan yang sesuai.
Keuntungan kultur jaringan mutu fisik bibit yang dihasilkan umumnya baik, mutu
genetis tergantung induknya, dapat dihasilkan dalam jumlah banyak. Metode
perbanyakan kolonal secara in vitro dengan cara menumbuhkan sel somatic dalam
kondisi terkontrol sehingga berkembang menjadi sel embriogenik(BPTP 2019).
8

Pengembangan tanaman kopi dengan cara seperti ini lebih menguntungkan


secara ekonomis karena tak harus menunggu lebih lama pada usia tanaman kopi
yang seharusnya. Akan tetapi beberapa kelemahan akan muncul pada tanaman
kopi yang menggunakan teknik stek. Tanaman kopi yang menggunakan teknik
stek tidak memiliki akar tunjang dan akan lebih mudah roboh serta pada usia
muda biasanya akan lebih mudah diserang nematoda. Namun beberapa kekurang
tersebut dapat diatasi dengan cara penyambungan.
3. GAMBARAN UMUM LOKASI

3.1 Sejarah IP2PT Gayo


Berawal dari proyek IDAP (1978-1986) yaitu kerjasama
Pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda, maka pada
tahun 1980 diketahui bahwa kehidupan masyarakat Aceh Tengah
tergantung pada hasil tanaman kopi. Akan tetapi sistim pengelolaannya
masih sangat sederhana dengan produktifitas ± 500 kg kopi pasar per
hektar pertahun.
Mutu kopi yang dihasilkan juga rendah karena petani tidak
melakukan petik merah dan tidak memperoses secara baik, akibatnya
harga jual dan pendapatan petani juga rendah. Oleh sebab itu pada tahun
1984 proyek mulai membangun pabrik prosessing kopi arabika dengan
proses basah (Wet Prosessing ) dengan kapasitas 15 ton kopi gelondong
merah per hari. Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu kopi
sekaligus meningkatkan pendapatan petani disekitarnya. Dengan
berakhirnya proyek IDAP, maka pada tahun 1986 kegiatan ini dilanjutkan
oleh proyek PPW-LTA-77. Disamping kegiatan pengolahan kopi, proyek
ini juga membentuk unit penyuluhan dan unit agronomi yang mengemban
misi sosial dalam pengembangan kopi rakyat di Aceh Tengah. Pada
tanggal 20 Januari 1987 pabrik prosessing kopi memisahkan diri dari
proyek PPW-LTA-77 dengan nama PD. Genap Mupakat. Pada tahun 1987
unit agronomi dan penyuluhan berubah nama menjadi Agro Research yang
bertugas melakukan penelitian dan pengembangan kopi arabika di
Kabupaten Aceh Tengah.
Dengan selesainya pembangunan gedung perkantoran,
laboratorium, perumahan dan fasilitas lainnya, maka nama Agro Research
berubah nama lagi menjadi Balai Penelitian Kopi (BPK) Gayo yang saat
itu diresmikan oleh Menteri Muda Pertanian Prof. Dr. Syarifudin
Baharsyah pada tanggal 3 Maret 1992. Pada saat yang sama ditanda
tangani pula perjanjian kerjsama pengelolaan penelitian kopi antara
Pemerintah Daerah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (c/q Balai

9
10

Penelitian Kopi Gayo) dengan AP3I (c/q Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao) No: 074/285 dan No: 01/SPK/APP/II/1992.
Kerjasama berakhir pada tahun 1996, Balai Penelitian Kopi (BPK)
Gayo dikelola oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia (SK
Menteri Pertanian RI No: 798/Kpts/OT/12/1994, tanggal 13 Desember
1994). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan),
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian dan
merupakan salah satu instalasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Aceh dengan nama Instalasi Penelitian dan Pengkajian
Teknologi Pertanian (IP2TP) Gayo.

3.2 Deskripsi Umum


Visi
Mengutamakan petani dalam penyediaan teknologi pertanian
spesifik lokasi dengan orientasi agribisnis
Misi
Mewujudkan regionalisasi dan desentralisasi kegiatan penelitian dan
pembangunan pertanian dengan cara melakukan:
a) Identifikasi kemampuan sumber daya pertanian dan kebutuhan teknologi
meliputi pemecahan masalah social budaya.
b) Mendorong percepatan pembangunan pertanian pedesaan penyediaan
paket teknologi pertanian spesifik lokasi.
c) Mempercepat transfer teknologi kepada pengguna dan penyampaian
umpan balik bagi penajaman program penelitian wilayah.
d) Memberikan masukan alternative kebijakan pembangunan pertanian
wilayah pemerintah setempat.
Tugas dan fungsi IP2TP Gayo
Kebun percobaan merupakan sarana penelitian yang sangat penting
untuk penyelenggaraan penelitian serta difungsikan sebagai lokasi
konservasi Plasma Nutfah.(Ex Situ) dan sebagai sumber daya Genetik
( SDG).dan mempunyai peran strategis dalam penyediaan materi genetic
11

dan sangat menunjang kegiatan penelitian pemuliaan untuk mendapatkan


varietas unggul baru yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
a) Sebagai lokasi untuk koleksi plasma nutfah atau sumber daya geneti
tanaman dan ternak Litkaji Teknologi pertanian.
b) Sebagai lokasi untuk melaksanakan kegitan litkaji teknologi konservasi Ex
situ koleksi plasma nutfah.
c) Sebagai lokasi untuk memproduksi benih sumber kebun produksi dan
show window,expose atau sebagai lokasi agrowidyawisata.
d) Sebagai wahana untuk menghasilkan Pendapatan Negara Bukan Pajak
(PNBP)
Lokasi / LetakGeografis
BalaiPenelitian Kopi Gayo (BPK) Gayo Proyek Pembinaan  dan
Penyuluhan Kopi Rakyat PPW/LTA-77 merupakan hasil kerja sama
pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda yang di dirikan
pada 3 maret 1992 di desa pondok gajah kecamatan Bandar Kabupaten
Bener Meriah. Secara geografis, Desa Pondok Gajah terletak pada
04’45’188 garis Lintang Utara dan 96’53’798 Bujur Timur, berada pada
ketinggian 1485 m dpl.
 Table 1 : Batas wilayah Desa Pondok Gajah
No Batas Wilayah Desa
1 Sebelah Utara Batin Baru
2 Sebelah Selatan Makmur Sentosa
3 Sebelah Barat Mupakat Jadi
4 Sebelah Timur Simpang Utama
Sumber: Kebun Percobaan (KP) Gayo. BPTP Aceh
Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana dalah salah satu faktor pendukung yang sangat
dibutuhkan dalam pembangunan. Fasilitas yang dimiliki Kebun Percobaan (KP)
Gayo yaitu Perkantoran, Seed storage, Workshop, Perumahan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Sarana dan Prasarana di BPTP-KP Gayo
No. Sarana dan Prasarana Jumlah Satuan
1. Rumah dinas 15 Unit
12

2. Kendaraan dinas 11 Unit


3. Stasiun Meteorologi 1 Unit
4. Seed storage 1 Unit
5. Gudang 1 Unit
6. Workshop 1 Unit
7. Kebun produksi 1 Unit
8. Kebun falsma nutfah 1 Unit

Jumlah 32 Unit
Sumber : Laporan Kebun Percobaan Gayo Tahun 2015
Pada tabel 2 di atas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh Kebun Percobaan Gayo adalah terdiri dari 15 unit rumah dinas, 11
unit kendaraan dinas, 1 unit stasiun meteorologi, 1 unit seed storage, 1 unit
gudang, 1 unit workshop, 1 unit kebun produksi, 1 unit kebun flasma nutfah.
Keadaan Tanah
Data di Kebun Percobaan (KP) Gayo memiliki struktur tanah
vulkanik dan mengandung bahan organik (humus) lebih dari 5 %,
kedalaman efektif lebih dari 100 cm, pH tanah 5,5 - 6,5, kemiringan  lahan
berkisar 30 %.
Iklim dan cuaca
Kabupaten Bener Meriah merupakan kawasan beriklim tropis dengan
curah hujan berkisar 1.000 –2.500 (mm) per tahun dengan jumlah hari
hujan 143 –170. Hujan umum nya turun pada bulan September hingga
April. Musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai Agustus.
Temperatur maksimum berkisar pada 26°C dan minimum antara 13 –23°C
Kelembaban relative maksimum 75,8% dan kelembaban  relative
minimum 20%.

3.3 Status Penggunaan Kebun


Penggunaan kebun terutama adalah untuk perawatan dan
pemeliharaan plasma nutfah varietas kopi arabika maupun klon-klon
lamtoro sebagai naungan kopi. Plasma nutfah kopi yang ada suatu saat
diharapkan sebagai sumber benih (Seed Bank) dalam pengembangan kopi
13

di Dataran Tinggi Gayo, terutama varietas yang mempunyai potensi


produksi dan mutu.

3.4 Ketersediaan Sumber Daya


Sumber Daya Manusia.
Untuk melaksanakan tugas di Instalasi Penelitian dan Pengkajian
Teknologi Pertanian (IP2TP) Gayo. di dukung oleh 6 (Enam) orang
berstatus PNS, 3 orang tenaga Adminitrasi, 2 orang tenaga teknis lapangan
serta 1 orang tenaga fungsional penyuluh pertanian.
Sumber Daya Lahan.
Luas lahan Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian
(IP2TP) Gayo adalah 18 ha sebagai berikut :
a) Lokasi Kebun
- Kebun I di peruntukkan untuk kebun induk varietas Gayo I dan varietas
Gayo II
- Kebun II untuk pusat edukasi dan destinasi
- Kebun III untuk kebun lokasi Sumber Daya Genetik dan lokasi
pembenihan dan pembibitan kopi arabika
- Kebun IV sebagai kebun komposit dan multi lokasi
b) Perkantoran
Kantor terdiri atas gedung kantor utama (dua lantai), Gedung Workshop,
Gedung Seed Storage, Gudang Ruang Pertemuan (Aula) dan Ruangan Mini
Plan Kopi Arabika.
c) Rumah dinas
Sebanyak 15 (lima belas) unit dengan masing-masing type sebagai
berikut :
-. Type A (190 m3 ) = 1 (satu) unit
-. Type B (120 m3 ) = 4 (empat) unit
-. Type C (70 m3 ) = 4 (empat) unit
-. Type D (56 m3 ) = 2 (dua) unit
-. 3 unit rumah kebun di tiga lokasi berbeda
d) Kenderaan Dinas
14

Saat ini Kebun Percobaan Gayo memiliki 11 (sebelas) unit kenderaan dinas
roda dua dalam keadaan rusak dan 3 unit dalam keadaan baik.
e) Stasiun Meteorologi
Untuk mengukur curah hujan dan kecepatan angin serta suhu kelembaban,
bekerja sama dengan BMKG Indrapuri (Banda Aceh).

Plasma nutfah kopi arabika yang ada di IP2TP adalah :


No Varietas/ Klon Asal

1. Sidikalang Aceh Tengah


2. Bergendal Aceh Tengah
3. Ramung Aceh Tengah
4. Lini. S. 795 India
5. Lini. S. 288 India
6. USDA 230762 USA
7. USDA 23765 USA
8. Abesenia 3 USA
9. Abesenia 4 USA
10. Abesenia 7 USA
11. Caturra Red Brazil
12. Caturra Yellow Brazil
13. Mocca Yaman
14. BP 415 A Puslit Kopi-Kakao
15. BP 426 A Puslit Kopi-Kakao
16. BP 427 A Puslit Kopi-Kakao
17. BP 428 A Puslit Kopi-Kakao
18. BP 429 A Puslit Kopi-Kakao
19. CTT Timor Timur
20. CH 306 Thailand
21. P. 88 Thailand
15

22. C 41 Queensland
23. C 47 Queensland
24. C 48 Queensland
25. C 49 Queensland
26. C 50 Queensland
27. SLN 9 India
28. Cova Brazil
29. C.J. Aceh Tengah
30. Ateng Super Aceh Tengah
31. Kartika Puslitkoka
32. Andungsari 1 Puslitkoka
33. Gayo 1 Aceh Tengah
34. Gayo II Bener Meriah

Lamtoro :
1. PG. 79 Puslit Kopi-Kakao
2. Petai Cina Aceh Tengah

3.5. Struktur Organisasi


Mengorganisasikan bagian-bagian yang berbeda dalam instalasi atau
badan pemerintah diperlukan suatu struktur organisasi yang dapat mempersatukan
sumber daya dengan cara yang teratur. Dengan adanya struktur organisasi
diharapkan dapat mengarahkan orang-orang yang berada dalam organisasi
tersebut sehingga mengetahui batas kewajibannya wewenang, serta tanggung
jawab yang dilimpahkan kepadanya dan dapat melaksanakan aktivitas untuk
mendukung tercapainya sasaran perusahaan. Dengan demikian diharapkan ada
satu kesatuan perintah dalam gerak dan langkah untuk mencapai tujuan
perusahaan yang telah ditentukan, sehingga masing-masing pekerja akan
mengetahui dengan jelas dari mana ia dapat perintah dan kepada siapa ia
mempertanggung jawabkan hasil kerjanya.
Semua aktivitas dalam instalasi, sebelum melakukannya sangat penting
untuk mencantumkan struktur organisasi yang ada, dalam hal ini merupakan
16

landasan kerja bagi seluruh pegawai yang ada didalam instalasi tersebut. Pada
struktur organisasi terdapat komando yang akan terpelihara dengan baik. Atasan
hanya memerintah bahawan tertentu dan bawahan akan memberikan laporan
kepada atasan yang memberi perintah. Struktur Organisasi di IP2TP GAYO dapat
dilihat sebagai berikut :

Struktur Organisasi

Penanggungjawab
IP2TP Gayo
Ishar, SST

Pengelola Teknis Pengelola Administrasi


Lapangan Umum
Ali amran Zuraida
Sudirman

Pengelola PUMK/
Keuangan
Nur Aida Fittri, A.Md

Pengelola Program
Samini

Susunan Personalia IP2TP Gayo


I. Penanggungjawab : Ishar, SST
17

II. Pengelola Pengadministrasian Umum : Zuraidah


III. Petugas keamanan dan penjaga kantor : Sahrul Fahmi
: Murtadha
IV. Sekretariat/Administrasi/ kebersihan : Peny Wulandari
V. Pengelola Teknis lapangan : Ali amran
: Sudirman
VI. Pengelola Program/ Perlengkapan : Samini
VII. Pengelola PUMK/ Keuangan : Nur Aida Fittri, A.Md
4. METODE PELAKSANAAN

4.1. Tempat dan Waktu


Praktek kerja lapang ini dilaksanakan di IP2TP Gayo Pondok
Gajah , BPTP Aceh, Kabupaten Bener Meriah. Kegiatan praktek kerja
lapang ini dimulai dari tanggal 02 Agustus sampai 02 September 2021.

4.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam pembibitan secara vegetatif adalah
plastik, gunting, cutter, plastik sungkup, parafilm. Adapun bahan yang
digunakan adalah tanah, enteres, bibit kopi arabika, bibit kopi robusta, air,
Growtone 400 gr/liter, tanah, pasir, kompos, polybag ukuran 15x21
dengan ketebalan 0,08 mm.

4.3 Metode
Kegiatan praktek kerja lapang dilakukan pengumpulan data di
lapangan dan di kantor Instansi yang diperoleh dari pembimbing. Adapun
metode pengumpulan data tersebut adalah dengan data primer dan data
sekunder. Data primer yaitu data yang dikumpulkan langsung oleh
mahasiswa untuk pertama kalinya melalui usaha dan pengalaman langsung
di lapangan. Teknik ini dilakukan dengan 4 metode yaitu:
1. Metode observasi, merupakan teknik pengumpulan data, dimana
mahasiswa melakukan pengamatan secara langsung ke objek untuk
melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.
2. Metode wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui proses Tanya jawab (wawancara) dengan pembimbing dan pihak-
pihak yang terkait dan bekerja di IP2TP Gayo Pondok Gajah, BPTP Aceh,
Bener Meriah.
3. Metode dokumentasi, diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data yang
diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang
tersimpan.
4. Turut serta melakukan langsung segala aktifitas pembibitan kopi arabika

17
18

secara vegetatif di lapangan bersama pembimbing/petugas kebun.


Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah
ada. Data ini diperoleh dari media elektronik, buku-buku, literature penunjang dan
ilmu pada saat kuliah yang berkaitan dengan judul serta data ini juga banyak
diperoleh di arsip IP2TP Gayo Pondok Gajah, BPTP Aceh, Bener Meriah. Hal ini
dilakukan sebagai referensi yang mendukung sekaligus pembanding informasi
dari data primer yang didapat.
19
5. KEGIATAN PRAKTEK

5.1 Stek
Penyetekan adalah perlakuaan pemotongan bagian tanaman seperti akar,
batang dan daun agar bagian tersebut membentuk akar. Bagian batang yang
digunakan untuk stek berasal dari cabang orthotrop, hal ini dikarenakan cabang
orthotrop dapat menghasilakn cabang orthotrop dan plagiatrop. Jika stek berasal
dari cabang plagiatrop maka hanya menghasilkan cabang plagiatrop saja. Tahapan
penyetekan adalah persiapan bedengan stek, persiapan bahan, pelaksanaan dan
pemeliharaan.

Persiapan Bedengan
Tahap awal dalam teknik penyetekan yaitu menentukan lokasi terlebih
dahulu. Media stek yang digunakan terdiri dari campuran tanah, kompos dan pasir
dengan perbandingan 3: 2 : 1 kompos yang digunakan berasal dari kulit kopi,
media yang sudah tercampur rata diisikan kedalam polybag. Kemudian persiapkan
kerangka sungkup dengan ketinggian 60 cm dari atas permukaan tanah.
Persiapkan paranet dengan ketinggian 2 m untuk menghalau sinar matahari agar
tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu gelap. Peralatan stek yang digunakan
cutter, gunting, media tumbuh dan perangsang (Growtone).

Persiapan Enteres
Enteres berasal dari wiwilan atau tunas air tanaman dewasa. Bahan
stek tidak terlalu tua atau muda sebaiknya berumur 3-6 bulan, sepasang
daun dikupir pangkal stek dipotong miring 450 agar penampang pangkal
stek lebih luas sehingga jumlah akar tumbuh lebih banyak. Ukuran
panjang stek kira-kira 10 cm lalu potong stengah helai daunnya guna
mengurangi proses penguapan. Seteleh cabang ruas dipotong dicelupkan
kedalam cairan perangsang akar selama 10-15 detik kemudian ditancapkan
kedalam media tumbuh.

19
20

Pelaksanaan dan Pemeliharaan Stek


Setelah melakukan penyetekan dilakukan penutupan sungkup
menggunakan plastik berangka. Penyinaran dilakukan 1-2 sekali tergantung
keadaan dengan cara membuka salah satu sisi dari sungkup dan ditutup kembali.
Setelah umur 3 bulan lakukan hardening setiap hari untuk melatih kondisi udara
dan sinar matahari secara terbuka. Pada umur 5-6 dipelihara seperti pemeliharaan
bibit di bedengan dan siap tanam setelah memiliki 6 pasang daun.

Gambar 1. Pembentukan enteres

Gambar 2. Penanaman enteres

Gambar 3. Penutupan

5.2 Penyambungan
21

Penyambungan tanaman merupakan proses menempatkan bagian dari


suatu tanaman ke tanaman lain sedemikian rupa sehingga membentuk tanaman
baru. Syarat batang bawah untuk penyambungan perakaran harus cukup kuat,
tahan pada keadaan tanah yang kurang baik dan tahan terhadap hama penyakit
didalam tanah, memiliki daya adaptasi yang luas, berbatang kaut dan sehat. Syarat
untuk batang atasnya sendiri berasal dari tanaman induk yang berdaya hasil dan
kualitas tinggi, berasal dari pohon yang kuat dan bebas dari hama penyakit.
Bentuk batang lurus dengan diameter sesuai dengan batang bawah dan dapat
menyesuaikan dengan batang bawah sehingga kompatibel. Keberhasilan teknik
sambung dipengaruhi oleh ketepatan pertemuan kambium, alat dan keterampilan
penyambungnya. Pelaksanaan penyambungan tanaman kopi arabika dilakukan
pada beberapa fase pertumbuhan tanaman antara lain:

Penyambungan Fase Serdadu


Persiapan batang atas dan batang bawah dilakukan bersamaan dengan cara
menyemai terlebih dahulu benih kopi. Pada pelaksanaan penyambungan fase
serdadu menggunakan kopi robusta sebagai batang bawah dan kopi arabika
sebagai batang atas. Batang bawah dipotong terlebih dahulu sepanjang 5 cm dari
leher akal dan dibuat celah pada bagian atas sepanjang 1 cm, kemudian batang
atas yang akan digunakan potong 4 cm dari kepelan, sayat miring berbentuk huruf
v pada bawah. Batang atas disisipkan pada celah yang telah dibuat pada patang
bawah kemudian diikat. Pengikatan menggunakan parafilm pada tautan
sambungan hingga tertup rapat. Sebelum penanaman akar bibit yang terlalu
panjang terlebih dahulu dipotong kemudian ditanam dalam polybag dan dilakukan
penyungkupan. Penyungkupan sendiri berfungsi untuk menjaga kelembaban,
menurunkan suhu, mempertahankan kelenggasan tanah, serta menghalangi hama
serangga tanaman.
22

Gambar 4. Pemilahan serdadu untuk batang


bawah dan batang atas

Gambar 5. Penanaman setelah


Penyambungan

Gambar 6. Penyungkupan setelah


Penanaman

Penyambungan Fase Bibit


Penyambungan pada fase bibit batang bawah yang digunakan berumur 6-7
bulan dengan diameter batang 1 cm. Untuk enteres batang atas dapat disiapkan
dari wiwilan atau cabang orthotrop batang induk dewasa. Ukuran batang bawah
dan batang atas ukurannya harus sama berdiameter 1 cm. Batang bawah dipotong
sepanjang 10 cm dari leher akar kemudian dibuat celah sepanjang 1 cm pada
bagian atas tanaman. Untuk batang atas pilih bagian yang tidak terlalu keras dan
terlalu muda potong sepanjang 5-7 cm lalu gunting setengah helai dari daunnnya
untuk mengurangi proses penguapan. Kemudian sisipkan batang atas pada batang
bawah, diikat dengan plastik atau parafilm. Sambungan disungkup menggunakan
plastik, hasil sambungan dapat dilihat setelah 2 minggu. Sungkup dibuka setelah
tunas tmbuh dan tali dibuka apabila batang sudah kokoh.
23

Gambar 7. Pembentukan batang bawah

Gambar 8. Penyisipan batang atas

Gambar 9. Pengikatan sambungan

Gambar 10. Penyungkupan


24

Untuk pemeliharaan sambungan pada fase serdadu dan fase bibit, selama
proses penyungkupan dilakukan penyiraman pada pagi hari dengan frekuensi 1-2
hari sekali tergantung kondisi. Penyiraman menggunakan knapsack splayer untuk
menghasilkan semburan yang halus. Setelah 2 minggu dilakukan pemeriksaan
hasil sambungan ditandai dengan tidak layunya bibit hasil sambungan. Kemudian
dilakukan hardening dengan cara membuka sungkup secara berkala, bibit
dipelihara sebagaimana bibit pada umumnya.

Penyambungan Fase Bibit


Penyambungan pada fase ini guna memperbaiki tanaman kopi yang telah
tumbuh, varietas yang tidak diinginkan diibuh menjadi varietas yang dikehendaki.
Batang bawah dipersiapkan dari cabang orthotrop yang tumbuh pada tanaman
dewasa untuk enteres batang atas berasal dari cabang orthotrop tanaman induk
kopi dewasa. Enteres minimal terdiri dari satu ruas dan maksimal dua ruas.
Penyambungan dilakukan dengan menggunakan sistem celah seperti pada fase
serdadu dan fase bibit. Daun batang bawah disisakan sepasang sedangkan daun
batang atas dipotong sebagian. Sambungan diikat menggunakan plastik dan
kemudian disungkup. Hasil sambungan diamati 2 minggu setelah sambung,
apabila warna batang atas tetap hijau artinya sambungan berhasil adapun
sebaliknya apabila sambungan berwarna hitam. Sungkup dibuka apabila tunas
telah tumbuh sempurna dan tali pengikat dibuka ketika pertautan telah kokoh dan
tali ikatan mulai mengganggu pertumbuhan batang.

Gambar 11. Pemilhan batang atas


25

Gambar 12. Penyambungan

Gambar 13. Penyungkupan


26
6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
1. Pembibitan secara vegetatif di IP2TP Gayo BPTP Aceh Pondok Gajah
Bener meriah, dimaksudkan karna mudah untuk dilakukan, sifatnya akan
sama dengan induk yang dipilih, lebih cepat berbuah dan hasilnya akan
seragam.
2. Pembibitan secara vegetatif yang dilakukan di IP2TP Gayo meliputi stek
dan sambungan.
3. Kegiatan stek dilakukan untuk menjaga kemurnian tanaman. Tahapan
dimulai dari persiapan media, pemilihan enteres, penanaman, serta
perawatan.
4. Teknik sambungan dilakukan pada tiga fase tumbuh yaitu fase serdadu,
fase bibit dan fase dewasa.

6.2. Saran
Dalam pemilihan enteres sebagai batang atas sebaiknya pilih cabang yang
tidak terlalu muda dan terlalu tua, cabang yang tidak busuk dibagian dalamnya.
Dalam pemakaian alat sebaiknya hati-hati untuk menghindari human eror. Maka
dari itu penulis menyarankan pemilihan enteres dan alat yang tepat untuk
keberhasilan teknik pembibitan secara vegetatif .

26
DAFTAR PUSTAKA

Anshori. Et,al. 2014. Analisis Keragaman Morfologi Koleksi Tanaman Kopi


Arabika dan Robusta Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar
Sukabumi. IPB University
Badan Pusat Statistik. 2017. Luas Tanaman dan Produksi Tanaman Kopi
Perkebunan Rakyat
Budiman, Haryanto. 2015. Prospek Tinggi Bertanam Kopi Pedoman
Meningkatkan Kulaitas Perkebunan Kopi. Pustaka Baru Press :
Yogyakarta
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.2020. Buletin Pertanian Info Teknologi.
Kementrian Pertanian
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh. 2019. Petunjuk Teknis Budidaya
Kopi Arabika Berkelanjutan. Kementrian Pertanian
Dani. Et,al. 2016. Variasi Genetik Dalam Populasi Kultivar Kopi Arabika
Berbuah Kuning Di Lahan Petani Berdasarkan Penanda SSRs. J.TIDP
3(2): 83–94
Dani. Et,al. 2019. Identifikasi Awal Perbedaan Karakter Morfologi Antar Empat
Kultivar Kopi Arabika. J. TIDP 6(3): 119-126
Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian. 2020. Kopi Berkelanjutan.
Jakarta : Direktorat Pasca Panen dan Pembinaan Usaha
Hiwot, H. 2011.Growth and Physiological Response of Two Coffea Arabica L.
Population under Higha and Low Irradiance. Thesis . Addis Ababa
University
Hulupi, R., Nugroho, D., & Yusianto. (2013). Keragaan beberapa varietas lokal
kopi Arabika di Dataran Tinggi Gayo. Pelita Perkebunan, 29(2): 69–81
Nur Kholilatul Izzah. Et,al. 2015. Analisis Kekerabatan Genetik Kultivar Kopi
Arabika Berbuah Kuning Dan Berbuah Merah Berdasarkan Marka SSR.
J. TIDP 2(3): 113-122

27
LAMPIRAN

Lampiran 1

28
29

Lampiran 2

Data curah hujan di IP2TP Gayo Pondok gajah

Anda mungkin juga menyukai