Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

INDUSTRI HILIR KARET

DISUSUN OLEH :

Kelompok 2

1. Andanti Pratiwi
2. Marfira

KELAS : 4 KIB
DOSEN PENGAJAR : Ir. Erwana Dewi, M.Eng.
MATA KULIAH : Industri Hilir Agro

TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
Tahun 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Industri Hilir Karet ”.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata
kuliah Industri Hilir Agro sebagai salah satu syarat memenuhi kontrak perkuliahan.
Makalah ini berisi hal-hal yang berkaitan dengan judul diatas. Makalah ini juga
dilengkapi dengan daftar pustaka yang menjelaskan sumber dari isi makalah kami.

Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini dapat berguna
serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait industry
hilir karet ini.

Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak
sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan.. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan makalah ini akan penulis terima dengan senang hati. Dan kami
pun berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca. Akhir kata semoga keberadaan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
baik yang menyusun maupun yang membaca.

Palembang, 11 Maret 2019

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ……i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang……………………………………………………...…….1
1.2.Rumusan Masalah……………………………………………………..….3
1.3.Tujuan Penulisan……………………………………………………….....3
1.4.Manfaat Penulisan………………………………………………………...3
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 4
2.1.Pengertian Karet…….. ………………………………………………..….4
2.2. Sejarah Karet …….………………….…………………………………...4
2.3. Komposisi Karet ………………….…………….……………………….5
2.4 Sifat-sifat Karet…………………………………………………………...5
2.5 Jenis-jenis Karet………………………………………………………….6
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 11
3.1. Pengertian Sandal……………………………………………………….11
3.2. Sejarah Sandal Jepit………….....…………………………………….…11
3.3. Pengertian Kompon Karet…………………………. …………………...11
3.4. Proses Pembuatan Sendal…………………………………………….….12
3.4.1 Proses Pembuatan Kompon Karet……………………………………...12
3.4.2 Bahan Utama dan Pendukung Kompon Karet……………… ………...12
3.4.3 Proses Pembuatan Sandal Jepit Sponge……………………….……….16
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 18
5.1. Kesimpulan………………………………………………………..18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... ….19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberi kontribusi dalam meningkatkan
devisa negara. Karet ada dua jenis yaitu karet yang berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet
(dikenal dengan istilah latex dan karet hasil produksi manusia (sintetis). Saat ini Asia menjadi
sumber karet alami. Negara-negara Asia menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar
adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia, dan Malaysia.
Karet banyak digunakan dalam industri ban. Pemanfaatan karet alam diluar industri ban
kendaraan masih relative kecil, yakni kurang dari 30 persen. Selain itu industri karet diluar ban
umumnya dalam skala kecil atau menengah. Karet memiliki sifat tahan lama, ketahanan terhadap
cuaca, ketahanan terhadap bahan kimia tertentu, awet dan ringan. Sifat karet tersebut sangat cocok
jika karet digunakan sebagai bahan pembuatan sol sepatu.
Karet alam adalah jenis karet pertama yang dibuat sepatu. Setelah penemuan proses
vulkanisasi yang membuat karet menjadi tahan terhadap cuaca dan tidak larut dalam minyak, maka
karet mulai digemari sebagai bahan dasar dalam pembuatan berbagai macam alat untuk keperluan
dalam rumah ataupun pemakaian diluar rumah seperti sol sepatu dan bahkan sepatu yang semuanya
terbuat dari bahan karet. Penggunaan karet di Indonesia sangat besar, dari data hasil survei potensi
industri alas kaki, diperkirakan 50% dari konsumsi sol di Indonesia adalah sol karet (Profil Industri
Kecil, 1986).
Pemanfaatan karet pada industri selain ban masih sangat kurang. Industri alat keperluan
rumah maupun pemakaian diluar rumah kurang memanfaatkan bahan karet. Oleh karena itu, kami
ingin mengetahui mengenai produk olahan berbahan karet seperti sol sepatu dan cara pembuatannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja produk berbahan dasar karet?
2. Bagaimana karakteristik produk berbahan dasar karet?
3. Apa kelebihan produk berbahan dasar karet dibanding produk dengan bahan dasar selain
karet?
4. Bagaimana cara pembuatan produk berbahan dasar karet?

2
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui produk berbahan dasar karet
2. Untuk mengetahui karakteristik produk berbahan dasar karet
3. Untuk mengetahui kelebihan produk berbahan dasar karet dibanding produk dengan bahan
dasar selain karet
4. Untuk mengetahui cara pembuatan produk berbahan dasar karet

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Agar mahasiswa mengetahui produk berbahan dasar karet
2. Agar mahasiswa mengetahui karakteristik produk berbahan dasar karet
3. Agar mahasiswa mengetahui kelebihan produk berbahan dasar karet dibanding produk
dengan bahan dasar selain karet
4. Agar mahasiswa mengetahui cara pembuatan produk berbahan dasar karet

3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Karet Alam
Karet alam adalah sumber karet yang berasal dari getah pohon karet (lateks), yang
diperoleh dengan menyadap/melukai kulit kambium pohon karet.Sesuai dengan namanya, karet
alam berasal dari alam, yakni terbuat dari getah tanaman karet, baik spesies Ficus elastica maupun
Hevea brasiliensis. Sifat sifat atau kelebihan karet alam antara lain daya elastisitas atau daya
lentingnya sempurna, sangat plastis, sehingga mudah diolah, tidak mudah panas, tidak mudah retak.
Adapun kelemahan karet alam terletak pada keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan pasar. Saat
pasar membutuhkan pasokan tinggi, para produsen karet alamtidak bisa meningkatkan produksinya
dalam waktu singkat, sehingga harganyacenderung tinggi (Setiawan & Andoko, Petunjuk lengkap
budi daya karet, 2009).

2.2 Sejarah Karet Alam


Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman
perkebunan secara besar-besaran, karet memiliki sejarahyang cukup panjang. Apalagi setelah
ditemukan beberapa cara pengolahan danpembuatan barang dari bahan baku karet, maka
berkembang pula industri yangmengolah getah karet menjadi bahan yang berguna untuk kehidupan
manusia (PS,2008).
Pada tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke benua Amerika. Dalam
perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah, pohon-pohon itu hidup secara liar
di hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat.Orang-orang Amerika asli mengambil getah dari
tanaman tersebut dengan cara menebangnya. Getah yang diperoleh kemudian dijadikan bola yang
dapat dipantulkan.Bola ini disukai penduduk asli sebagai alat permainan. Penduduk IndianAmerika
juga membuat alas kaki dan tempat air dari getah tersebut. Delapan belastahun kemudian para
pendatang dari Eropa mempublikasikan penemuan Michele deCuneo (PS, 2008)
Tanaman karet mulai dikenal di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya, karet
ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai koleksi. Selanjutnya, karet dikembangkan menjadi tanaman
perkebunan dan tersebar di beberapa daerah. Pemerintah Belanda tertarik untuk meluaskan tanaman
karet karena tembakau dankopi yang menjadi andalan waktu itu tengah mengalami kelesuan.
Kelesuan perdagangan kedua komoditas ini menimbulkan minat penguasa Belanda untuk
mengusahakan perkebunan karet. Tahun 1864 perkebunan karet mulai diperkenalkan di Indonesia.
Perkebunan karet dibuka oleh Hofland pada tahun tersebut di daerah Pamanukan dan Ciasem, Jawa
Barat. Jenis karet yang ditanam pertama kali adalah karet rambung atau Ficus elastic. Jenis karet
alam atau Hevea brasiliensis baruditanam pada tahun 1902 di daerah Sumatera Timur dan ditanam
di pulau Jawa tahun 1906 (PS, 2008).

4
2.3 Komposisi Karet
Tanaman karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan sumber utama penghasil lateks yang sudah
dibudidayakan secara luas. Karet alam (natural rubber) diperoleh dengan cara menyadap lateks yakni
getah dari tanaman karet. Menurut Subramaniam (1987), lateks karet alam mengandung partikel
hidrokarbon karet dan substansi non-karet yang terdispersi dalam fase cairan serum. Kandungan
hidrokarbon karet dalam lateks diperkirakan antara 30 – 45 persen tergantung klon tanaman dan
umur tanaman. Substansi non-karet terdiri atas protein, asam lemak, sterol, trigliserida, fosfolipid,
glikolipid, karbohidrat, dan garam-garam anorganik. Senyawa protein dan lemak ini menyelubungi
lapisan permukaan dan sebagai pelindung partikel karet. Tabel 1. Komposisi karet alam
Bahan Kadar (%)
Karet 93,7
Protein 2,2
Karbohidrat 0,4
Lemak 2,4
Glikolipid + Fosfolipid 1,0
Garam Anorganik 0,2
Lainnya 0,1

2.4 Sifat-Sifat Karet


Karet alam merupakan polimer yang bersifat elastis, sehingga dinamakan pula sebagai
elastomer. Karet alam adalah hidrokarbon yang merupakan makromolekul poliisopren (C5H8)n
yang bergabung secara ikatan kepala ke ekor (head to tail). Poliisopren mempunyai bobot molekul
berkisar antara 400.000 – 1.000.000. Rantai poliisopren ini membentuk konfigurasi cis dengan
susunan ruang yang teratur sehingga rumus kimianya adalah 1,4 cis-poliisopren. Karet yang
memiliki susunan ruang teratur akan bersifat kenyal (elastis).
Sifat-sifat mekanik yang baik dari karet dapat digunakan untuk berbagai keperluan yang umum.
Karet alam pada suhu kamar tidak berbentuk kristal padat, tetapi juga tidak dalam bentuk cairan.
Semua karet dapat menyerap minyak baik dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil.
Penyerapan cairan menyebabkan volume karet meningkat.
Ikatan kuat seperti ikatan silang antara rantai-rantai karet mencegah molekul-molekul karet
mengelilingi molekul- molekul cairan dan membatasi perubahan bentuk (Subramaniam, 1987).
Karet alam dikenal sebagai elastomer yang memiliki sifat lunak tetapi cukup kenyal sehingga akan
kembali ke bentuk semula setelah diubah-ubah bentuk. Perlakuan secara kimia terhadap karet alam
menggambarkan jenis proses yang digunakan untuk memperbaiki sifat polimer.

5
Karet alam termasuk dalam kelompok elastomer yang berpotensi besar dalam dunia
perindustrian. Struktur molekulnya berupa jaringan (network) dengan berat molekul tinggi dan
dengan tingkat kristalisasi yang relatif tinggi, sehingga mampu menyalurkan gaya-gaya bahkan
melawannya jika diberi beban statis maupun dinamis. Hal ini menyebabkan karet alam memiliki
kekuatan tarik (tensile strength), daya pantul tinggi (rebound resilience), kelenturan (flexing), daya
cengkeram yang baik, kalor timbul yang rendah (heat build up), elastisitas tinggi, daya lekat, daya
redam, dan kestabilan suhu yang relatif baik (bursting). Sifat-sifat unggul ini menyebabkan karet
alam banyak digunakan untuk barang-barang industri terutama ban (Hani, 2009).

Kelemahan yang dimiliki karet alam yaitu karet alam merupakan hidrokarbon tidak polar dengan
kandungan ikatan tidak jenuh yang tinggi di dalam molekulnya. Struktur karet alam tersebut
menyebabkan keelektronegatifannya rendah, sehingga polaritasnya pun rendah. Kondisi demikian
mengakibatkan karet mudah teroksidasi, tidak tahan panas, ozon, degradasi pada suhu tinggi, dan
pemuaian di dalam oli atau pelarut organik. Berbagai kelemahan tersebut telah membatasi bidang
penggunaan karet alam terutama untuk pembuatan barang jadi karet teknik yang harus tahan
lingkungan ekstrim. Hal ini menyebabkan penggunaan karet alam banyak digantikan oleh karet
sintetik (Hani, 2009).
2.5 Jenis-jenis Karet
Karet alam memiliki banyak jenis berdasarkan pengolahannya. Berikut tujuh jenis karet alam
yang dikenal di pasaran (Setiawan & Andoko, Petunjuk lengkap budidaya karet, 2008) dan karet
sintetis.
a. Karet Alam
1. Bahan olah karet (Bokar)
Bahan olah karet adalah lateks kebun dan gumpalan lateks kebun yang didapat dari penyadapan
pohon karet Hevea brasiliensis. Bahan olah karet ini umumnya merupakan produksi perkebunan
karet rakyat, sehingga sering disebut dengan bokar (bahan olah karet rakyat). Berdasarkan proses
pengolahannya bokar terdiri atas empat jenis, yaitu :
- lateks kebun, merupakan getah yang didapat dari kegiatan menyadap pohon karet. Syarat-syarat
lateks kebun yang baik yaitu telah disaring menggunakan saringan berukuran 40 mesh, bebas dari
kotoran atau benda-benda lain seperti serpihan kayu atau daun, tidak bercampur dengan bubur lateks,
air atau serum lateks, warna putih dan berbau khas karet segar, kadar karet kering untuk mutu 1
sekitar 28% dan untuk mutu 2 sekitar 20%.
- Sheet angin, merupakan produk lanjutan dari lateks kebun yang telah disaring dan digumpalkan
menggunakan asam semut. Karet sheet ini berbentuk gilingan. Kriteria sheet angin yang baik yaitu
tidak ada kotoran, kadar karet kering untuk mutu 1 sebesar 90% dan mutu 2 sebesar 80%, tingkat
ketebalan pertama 3 mm dan ketebalan kedua 5 mm. untuk mendapatkan sheet angin dengan
kualifikasi tersebut, bahan bakunya yang berupa lateks kebun harus digiling menggunakan gilingan

6
kembang agar air dan serumnya keluar. Selain 17 itu dalam penyimpanannya tidak boleh terkena air
dan sinar matahari secara langsung.
- Slab tipis, merupakan bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan dengan
asam semut. Syarat-syarat slab tipis yang baik yaitu, bebas dari air atau serum, tidak tercampur
gumpalan yang tidak segar, tidak terdapat kotoran, slab tipis mutu 1 berkadar karet kering sebesar
70% dan mutu 2 memiliki kadar karet kering 60%. Tingkat ketebalan pertama 30 mm dan ketebalan
kedua 40 mm. Untuk mendapatkan slab tipis dengan kualifikasi tersebut, air atau serum harus
dikeluarkan dengan cara digiling. Sementara itu, penyimpanannya harus terbebas dari sinar matahari
langsung dan genangan air.
- Lump segar, merupakan bahan olahan karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang
terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung. Kriteria lump segar yang baik yaitu, bersih dari
kotoran, mutu 1 berkadar karet kering 60% dan mutu 2 berkadar karet kering 50%, tingkat ketebalan
pertama 40 mm dan ketebalan kedua 60 mm.

2. Karet alam konvensional


Dalam Green Book yang diterbitkan oleh International Rubber Quality and Packing Conference,
jenis-jenis karet alam olahan yang termasuk karet alam konvensional adalah
- Ribbed Smoked Sheet (RSS), berupa lembaran sheet yang diproses melalui pengasapan yang
baik. Ada beberapa kelas dalam jenis ini, yang terbaik adalah X RSS, dimana karet harus benar-
benar bersih, kering, kuat, bagus dan setiap bagian mendapat pengasapan sempurna.
- White crepe pale crepe, jenis ini memiliki warna putih atau muda, ada yang tebal dan ada pula
yang tipis. Standar mutu yang paling baik adalah karet yang kering, kokoh dan warnanya putih
merata. Warna yang luntur, bau asam atau tidak enak, noda, debu, pasir, minyak atau bekas oksidasi
tidak diperbolehkan.
- Estate brown crepe (EBC), crepe ini memiliki warna cokelat muda. Umumnya, jenis ini
diproduksi oleh perkebunan-perkebunan besar 18 atau estate. Jenis ini dibuat dari bahan-bahan yang
kurang baik, seperti sisa lateks, lump atau koagulum yang berasal dari prakoagulasi, serta scrap atau
lateks kebun yang sudah kering di bidang penyadapan. Brown crepe tebal disebut thick brown crepe
dan yang tipis disebut thin brown crepe. Standar mutu yang paling baik adalah karet harus kering,
bersih dan berwarna cokelat muda. Dalam kelas ini tidak diperbolehkan adanya noda, benda-benda
asing semacam pasir, bekas oksidasi, bau asam atau bau tidak enak dan warna yang luntur.
- Compo crepe, terbuat dari bahan lump, scrap pohon, potonganpotongan sisa RSS atau slab basah.
Scrap tanah tidak diperbolehkan dalam pembuatan compo crepes ini. Standar mutu terbaik dari jenis
ini, karet harus dalam keadaan kering, bersih dan berwarna cokelat muda. Luntur, noda-noda, pasir
atau benda asing lain, minyak dan bekas oksidasi tidak diperbolehkan. Meskipun demikian, adanya
belang-belang masih diperbolehkan.
- Thin brown crepe remills, merupakan crepe cokelat yang tipis karena digiling ulang. Bahannya
sama dengan bahan brown crepe lainnya, tetapi masih digiling lagi, sehingga didapatkan crepe

7
dengan ketebalan sesuai dengan yang dikehendaki. Standar mutu yang paling baik adalah karet
berwarna cokelat muda, kering dan bersih. Belang-belang masih diperbolehkan asal dalam jumlah
kecil.
- Thick blanket crepe ambers, merupakan crepe blanket yang tebal dengan warna cokelat, dan
terbuat dari slab basah, sheet tanpa pengasapan, lump dan scrap dari perkebunan besar atau kebun
rakyat yang baik mutunya. Tidak boleh menggunakan scrap tanah. Standar mutu terbaik pada jenis
ini karet harus kering dan bersih dengan warna cokelat muda.
- Flat bark crepe, merupakan karet tanah atau earth rubber, yakni crepe yang dihasilkan dari scrap
karet alam yang belum diolah, termasuk scrap tanah yang berwarna hitam. Karet ini harus kering
dengan warna cokelat tua sampai kehitaman dan bertekstur sedang hingga lembek. Pada jenis ini
tidak diperbolehkan adanya kelunturan, bekas panas, pasir, lumpur, dan pengepakan tidak bersih. 19
- Pure smoked blanket crepe,didapatkan dari penggilingan karet asap yang berasal dari ribbed
smoked sheet, termasuk karet bongkah dan sisa potongannya. Standar mutunya adalah kering,
bersih, kuat, liat dan berbau karet asap yang khas. Pasir dan benda asing lain, warna luntur, bekas
minyak dan pengepakan yang tidak bersih tidak diperbolehkan. Warnanya dari cokelat hingga
cokelat tua.
- Off crepe, terbuat dari bahan-bahan sisa atau bermutu jelek, misalnya lembaran-lembaran RSS
yang penggilingannya tidak sempurna, busa lateks dan bekas air cucian yang masih banyak
mengandung lateks. Tidak ada standar mutu pada karet jenis ini karena memang secara umum karet
ini tidak memiliki standar.

3. Lateks pekat
Berbeda dengan jenis karet lain yang berbentuk lembaran atau bongkahan, lateks pekat berbentuk
cairan pekat. Pemrosesan bahan baku menjadi lateks pekat bisa melalui pendadihan (creamed latex)
melalui proses sentrifugasi atau pemusingan (centrifuged latex). Lateks pekat ini biasanya
merupakan bahan untuk pembuatan barang-barang yang tipis dan bermutu tinggi.
4. Karet bongkah
Karet bongkah berasal dari karet remah yang dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela
dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang berwarna muda dan setiap
kelasnyamempunyai kode warna tersendiri.
5. Karet spesifikasi teknis (crumb rubber)
Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber merupakan karet yang dibuat secara khusus, sehingga
mutu teknisnya terjamin yang penetapannya didasarkan pada sifat-sifat teknis. Penilaian mutu yang
hanya berdasarkan aspek visual, seperti berlaku pada karet sheep, crepe dan lateks pekat tidak
berlaku untuk karet jenis ini. Karet spesifikasi teknis ini dikemas dalam bongkah-bongkah kecil
dengan berat dan ukuran seragam.

8
6. Karet siap olah (Tyre Rubber)
Tyre rubber merupakan karet setengah jadi, sehingga bisa langsung digunakan oleh konsumen,
seperti untuk membuat ban atau barang-barang lain yang berbahan karet alam. Tujuan pembuatan
tyre rubber adalah meningkatkan daya saing karet alam terhadap karet sintetis. Karet ini juga
memiliki daya campur yang baik, sehingga mudah digabungkan dengan karet sintetis.
7. Karet reklim (reclaimed rubber)
Karet reklim atau reclaimed rubber adalah karet yang didaur ulang dari karet bekas. Umumnya
bekas ban mobil atau ban berjalan di pabrikpabrik besar. Karet reklim diusahakan pertama kali pada
tahun 1848 oleh Alexander Parkes dan ternyata tetap dibutuhkan sampai sekarang, bahkan dalam
jumlah yang cukup banyak. Kelebihan karet reklim ini adalah daya lekatnya bagus, kokoh, tahan
lama dalam pemakaian, serta lebih tahan terhadap bensin dan minyak pelumas dibandingkan dengan
karet yang baru dibuat. Kelemahannya, kurang kenyal dan kurang tahan gesekan.

b. Karet Sintetis
1. Untuk Kegunaan umum : SBR (Styrene Butadiena Rubber), BR (Butadiena Rubber) atau PR
(Polybutadiena Rubber).
2. Untuk Kegunaan khusus : seperti karet t=yang tahan terhadap minyak, oksidasi dan panas atau
suhu tinggi dan kedap gas. Diantaranya : IIR (Isobutene Isoprene Rubber), NBR (Nytrite Butadine
Rubber), CR (Chloroprene Rubber) dan EPR (Ethylene Propylene Rubber).

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Sandal Jepit


Sandal atau sandal adalah salah satu model alas kaki yang terbuka pada bagian jari kaki atau
tumit pemakainya. Bagian alas (sol) dihubungkan dengan tali atau sabuk yang berfungsi sebagai
penjepit di bagian jari, punggung kaki, atau pergelangan kaki agar sandal tidak terlepas dari kaki
pemakainya. Sandal dengan penutup di bagian punggung dan jemari tetapi terbuka di bagian tumit
dan pergelangan kaki disebut dengan selop.
Sandal jepit atau sandal jepang adalah sandal berwarna-warni berbahan karet atau plastic. Tali
penjepit berbentuk huruf “v” menghubungkan bagian depan dengan bagian belakang sandal.
Sandal dari abn bekas disebut dengan sandal bandhol. Sedangkan sandal yang mirip dengan sepatu
disebut dengan sepatu sandal.

3.2 Sejarah Sandal


Asal kata sandal adalah sandallon (bahasa Yunani) yang diserap ke dalam bahasa Latin
(sandalium). Sandal bermula dari alas kaki orang Yunani dan Romawi Kuno. Pada waktu itu, sol
dibuat dari gabus sedangkan bagian penutup dibuat dari kulit yang disatukan dengan bagian alas
dengan cara menjahitnya. Bagian jari kaki dibiarkan terbuka dan dilengkapi dengan sabuk atau tali
agar tidak terlepas dari kaki pemakai. Pada perkembangannya, pendetaKatolik mengenakan kaus
kakii dengan border yang disebut sandal.

3.3 Pengertian Kompon Karet


Kompon karet adalah karet mentah yang telah dicampur dengan bahan baku penunjang
lainnya seperti filler, processing oils, accelerator dan lainnya dengan menggunakan mesin giling
karet seperti Open Mill, kneader atau banbury yang mana jika dipanaskan dengan temperature dan
waktu tertentu akan berubah menjadi barang jadi karet yang bersifat permanen (vulcanized rubber).
Karet alam memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a. Viskositas rendah
b. Ketahanan oksidasi tinggi

10
c. Impurity rendah
Dari pengertian kompon, diketahui bahwa dalam proses pembuatannya digunakan baha-
bahan kimia yang ditambahkan pada bahan baku karet untuk memperoleh sifat fisik dan kimiawi
dari kompon karet yang lebih baik. Bahan kimia kompon dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu bahan
kimia utama dan bahan kimia pembantu proses (processing aids).
Menurut Abednego (1979) proses pembuatan barang jadi karet secara umum pada dasarnya
terdiri dari proses:
1. Pembuatan kompon (compounding)
2. Pemberian bentuk (molding)
3. Pemasakan (vulkanisasi)

3.4 Proses Pembuatan Sandal


Proses pembuatan sandal dapat terbagi menjadi dua bahan yaitu, bisa dari kompon karet untuk
membuat sandal dengan tekstur yang lentur dan juga bisa langsung dari getah karet alam yang di
press menjadi bentuk sponge.
3.4.1 Pembuatan Kompon Karet

Proses Mastikasi

Pencampuran

Penggulungan dan pemotongan

Pemasukan Belerang

Pemotongan dan penggilingan


kompon (menjadi lembaran)

Kompon karet yang sudah menjadi lembaran dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan
outsole sandal atau sepatu dengan tekstur yang lentur dan juga keras.
3.4.2 Bahan Baku Utama dan Pembantu Pembuatan Kompon Karet

11
Dari pengertian kompon, diketahui bahwa dalam proses pembuatannya digunakan baha-bahan kimia
yang ditambahkan pada bahan baku karet untuk memperoleh sifat fisik dan kimiawi dari kompon
karet yang lebih baik. Bahan kimia kompon dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu bahan kimia utama
dan bahan kimia pembantu proses (processing aids).

Bahan kimia utama adalah bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan sifat-sifat fisis karet,
sehingga produk karet yang dihasilkan akan memiliki sifat fisis dan kimiawi yang lebih stabil. Bahan
kimia utama terdiri dari accelerator, filler, bahan pemvulkanisasi, dan antioksidant.

a. Accelerator

Accelerator adalah senyawa-senyawa kimia yang apabila ditambahkan pada kompon karet sebelum
proses vulkanisasi akan mempercepat proses vulkanisasi. Selain itu, penggunaan accelerator akan
mengurangi jumlah bahan pemvulkanisasi yang digunakan. Beberapa keuntungan yang diperoleh
dengan mneggunakan accelerator antara lain:

- Penggunaan panas alat dapat dikurangi

- Hasil akhir lebih seragam

- Dapat digunakan bahan dasar kualitas rendah

-Dapat memperbaiki sifat-sifat fisis barang jadinya

- Dapat memperbaiki performansi dan kemampuan untuk diberi warna

- Meningkatkan daya tahan terhadap aging

- Mengurangi kecenderungan untuk memisahkan diri dari permukaan

b. Filler (bahan pengisi)

Bahan pengisi adalah bahan yang berfungsi untuk mengubah atau memperbaiki sifa fisis barang
jadi karet, seperti daya tahan terhadap gesekan, irisan, dan lain-lain.Filler terbagi menjadi dua yaitu:

1) Reinforcing filler : filler yang selain berfungsi sebagai pengisi juga akan berpengaruh terhadap
sifat-sifat fisis karet dan akan menambah kakuatan tarik, daya tahan terhadap gesekan, dll. Contoh :
carbon black, ZnO, Magnesium karbonat.

2) Inert filler : filler yang hanya berfungsi sebagai penambah volume saja. Contoh : CaCO3, kaolin,
BaSO4

c. Bahan pemvulkanisasi

Bahan pemvulkanisasi adalah bahan kimia yang dapat bereaksi dengan gugus aktif pada molekul
karet membentuk ikatan silang tiga dimensi. Bahan pemvulkanisasi yang pertama dan paling umum

12
digunakan adalah belerang yang khusus digunakan untuk memvulkanisasi karet alam atau karet
sintetis jenis SBR, NBR, IR, dan EPDM. Bahan-bahan lain yang dapat digunakan adalah selenium,
peroksida, oksida logam, dinitro benzene, dll.

d. Antioksidan

Penambahan anti oksidan pada kompon karet akan menghambat kerusakan karet karena udara
(O2), sinar matahari, dan ozon. Karet tanpa anti oksidan akan mudah teroksidasi sehingga menjadi
lunak kemudian lengket dan akhirnya menjadi keras dan retak-retak (aging). Pemakaian anti oksidan
harus memenuhi babarapa syarat, antara lain: Mudah terdispersi pada seluruh bagian karet Inert
terhadap hasil-hasil vulkanisasi pada setiap jenis tegangan Tidak mempunyai pengaruh terhadap
warna hasil vulkanisasi Contoh bahan anti oksidan adalah: Waxes, dipakai terutama untuk
mencegah proses aging yang disebabkan oleh sinar matahari dan ozon Phenol, baik digunakan untuk
mencegah proses aging yang disebabkan oleh flexing.

Sedangkan bahan kimia pembantu proses adalah bahan kimia yang digunakan dengan tujuan untuk
meningkatkan performansi/tampilan dari produk karet. Bahan-bahan ini ditambahkan pada kompon
karet sesuai dengan kebutuhan atau tujuan. Processing aids terdiri dari anti degradant, color and
colors, inhibitor (penghambat), softener (pelunak), deodor (pewangi), blowing agent (bahan peniup
atau penghembus).

# Uraian Pembuatannya yaitu :


♦1. Penyusunan Kompon Karet (formulasi)
Pada penyusunan formulasi kompon karet yang paling penting adalah menentukan jenis atau
campuran karet mentah. Kemudian baru ditentukan bahan pengisi, sistem vulkanisasi, bahan
pencepat, dan aktivator. Terakhir adalah penentuan processing aids yang diperlukan sesuai dengan
spesifikasi teknis barang jadi karet yang akan dibuat.
Dalam menyusun formula kompon yang spesifikasinya ditentukan oleh konsumen, selain
harus memperhatikan sifat-sifat vulkanisatnya yang harus memenuhi persyaratan juga perlu
memperhatikan biaya kompon dan tahap–tahap pengolahan.
Untuk membuat bahan jadi karet yang bahan penyusunnya terdiri dari karet (elastomer) dan
bahan-bahan kimia karet (bahan aditif), pertama yang harus ditentukan adalah penentuan jenis karet
(elastomer) yang tepat dan bahan-bahan penyusun kompon yang diperlukan untuk memenuhi
spesifikasi teknis harus benar-benar dipahami mengenai:
a. Sifat-sifat karet yang dipilih
b. Vulkanisasi atau sistem curing untuk memperoleh sifat-sifat utama yang dikehendaki

13
c. Bahan-bahan lain yang mempunyai peran dalam mempengaruhi spesifikasi teknis dan
ketahanan usang yang dikehendaki
d. Peralatan yang tepat untuk pengolahan kompon
e. Kompon yang mempunyai nilai komersial
f. Cara pengujian dan evaluasi bahan baku juga produk akhir

Pemilihan karet (elastomer)


Dalam merancang kompon tahap yang terpenting dan biasanya tahap pertama adalah
memilih jenis karet (elastomer). Sifat umum yang dimiliki semua elastomer antara lain elastis,
fleksibel, liat, dan kedap terhadap air dan udara. Selain itu setiap elastomer memiliki sifat-sifat
khusus dan unik demikian juga dengan harganya. Maka pemilihan jenis elastomer untuk
mendapatkan spesifikasi teknis yang tertentu selain mempertimbangkan sifat dasarnya juga perlu
mempertimbangkan harga dan cara pengolahannya.

Pemilihan sistem vulkanisasi


Vulkanisasi adalah kunci dari keseluruhan teknologi karet, walaupun kadar barang yang
terlibat dalam proses vulkanisasi tidak lebih dari 0,5-5% dari berat keseluruhan campuran, namun
proses ini memegang peranan penting dalam pembentukan sifat kimia dan fisika yang dikehendaki.
Berikut adalah beberapa definisi vulkanisasi menurut beberapa ahli:
Proses vulkanisasi adalah proses pematangan karet mentah dengan menggunakan panas
belerang (S), disamping itu daya guna karet mentah akan bertambah karena sifat-sifat fisisnya
menjadi lebih baik.
♦ Menurut Good Year yang disitasi oleh De Boer (1952) mengatakan bahwa karet mentah bila
dihangatkan dengan menggunakan belerang akan dapat memperbaiki sifat-sifat fisis karet. Tujuan
dari vulkanisasi adalah untuk mendapatkan karet jadi yang memiliki sifat fisis yang baik sehingga
menjadi barang yang lebih berdaya guna.
♦ Eurich (1978) mengatakan bahwa proses vulkanisasi adalah membuat bahan (karet mentah)
menjadi elastis. Pada umumnya terjadi pembentukan jaringan molekul secara kimia dan rantai
molekul yang bebas. Molekul karet akan bereaksi dengan zat kimia yang ditambahkan membentuk
jaringan yang stabil sehingga tidak mudah berubah bentuknya.

14
♦ Abednego (1979) mengatakan bahwa proses vulkanisasi adalah reaksi pengikatan karena molekul-
molekul karet yang semula bebas bereaksi dengan bahan-bahan pemvulkanisasi membentuk
jaringan tiga dimensi yang mantap. Kompon karet yang semula lembek, lengket, dan plastis. Setelah
proses vulkanisasi kompon karet menjadi elastis.
♦ Barron (1947) mengatakan bahwa penambahan belerang sebagai bahan pemvulkanisasi
mempunyai pengaruh: karet menjadi matang, tensilestrength bertambah tinggi, sukar larut dalam
solvent, dan karet menjadi elastis.
♦ Abednego (1979) mengatakan bahwa proses vulkanisasi dapat dilakukan dengan cara:
- Pemanasan serta tekanan dalam acuan (moulding)
- Dengan uap terbuka (open steam) dalam autoclaf, barang karet yangdimasukkan dalam mandret
atau digantung dalam bak yang berisi talk
- Dengan kain berlapis, kompon karet atau beltingsecara terus meneruspada silinder pemisah.

2. Compounding/proses komponding/mixing
Proses komponding biasanya menggunakan alat pencampur (mixer), yang dapat berupa internal
mixer (mesin giling tertutup) dan open mill (mesin giling terbuka). Alat pencampur yang paling
sederhana adalah mesin giling terbuka yang terdiri dari dua rol keras dan permukaannya licin.
Kecepatan dari kedua rol tersebut berbeda (penggilingan dengan friksi). Lebar celah di antara kedua
rol dapat diatur disesuaikan dengan banyaknya kompon dan keadaan kompon.
Sebelum proses pencampuran, karet mentah terlebih dahulu dilunakkan yang disebut sebagai
proses mastikasi yang bertujuan untuk mengubah karet yang padat dan keras menjadi lunak
(viskositas berkurang) agar proses pencampuran dengan bahan kimia menghasilkan dispersion yang
merata (homogen). Pencampuran dimulai setelah karet menjadi plastis dan suhu rol hangat. Celah
antara dua rol (nip) sedemikian rupa sampai diperoleh tumpukan material di atas rol yang disebut
bank, kemudian bahan-bahan kimia yang berbentuk serbuk segera ditambahkan kecuali belerang.
Penggulungan dan pemotongan juga dilakukan. Penambahan bahan pengisi dilakukan sedikit demi
sedikit.
Langkah terakhir adalah pemasukan belerang. Setelah semua bahan kimia tercampur, kompon
karet yng dihasilkan dipotong dan dikeluarkan dari mesin giling, kemudian dimasukkan kembali ke
dalam gilingan untuk dibentuk sebagai lembaran dengan ketebalan sesuai dengan kebutuhan.

15
3. Pemberian Bentuk/Cetakan
Soewarti (1979) mengatakan bahwa kompon karet pada umumnya dapat diberi bentuk dengan
beberapa cara:
a. Dibentuk dengan menggunakan acuan pada mesin berupa vulkanisasi menggunakan panas listrik
atau uap bertekanan tinggi (moulding)
b. Dibentuk dengan cara ekstrusi menggunakan mesin extruder (extruding)
c. Dibentuk dengan melapisi kain kompon karet pada mesin kalender (callendering)
d. Melapisi kain dengan larutan kompon karet dalam pelarut, pada mesin pelapis (spreading)

2.3.3 Pembuatan Sandal Jepit Sponge


* Bahan Baku Pembuatan Sandal Jepit Sponge :
1. Getah Karet alam
2. Plastik PE (Polyethena) untuk menguatkan tekstur sandal
3. Spon Eva yaitu sponge hasil pengepressan lembaran karet
4. Bahan karet recyle atau sisa hasil produksi juga bisa digunakan sebagai pewarna

*Alat yang digunakan :


1. Mesin Pon : Mesin yang digunakan untuk mengepress lembaran karet menjadi sponge
2. Mesin Gerinda : Mesin yang digunakan untuk mencetak tali jepit
3. Mesin Press Spon : Mesin yang digunakan untuk mencetak sandal sesuai dengan bentuknya
4. Mesin Jepitan Emboss : Mesin yang digunakan untuk memberikan efek timbul berupa logo,
motif atau label pada sandal.

#Uraian Proses Pembuatan Sendal Jepit Sponge :


1. Memotong gelondongan karet menjadi beberapa bagian, potongan karet akan melewati proses
pemanasan untuk mengurangi kadar air sampai dibawah 1%. Hasilnya kan menjadi bongkahan
karet yang menjadi bahan utama pembuatan sandal.
2. Bongkahan karet akan dimasak dengan bahan lain yaitu bahan pewarna yang diinginkan. Dalam
waktu 10 menit bahan sudah siap dan masuk ke proses penggilingan sebanyak 5 kali untuk
menghasilkan karet yang halus, bahan inilah yang akan diubah menjadi sponge karet sandal.

16
3. Lembaran karet selanjutnya masuk ke proses hot press dimana pada proses ini lembaran karet
akan dipanaskan pada suhu 180 derajat selama 8 menit pada mesin pon. Lembaran karet kemudian
akan mengembang menjadi sponge akan mematikan oven secara otomatis. Hasilnya akan
berbentuk seperti matras. Lalu didinginkan dengan disirami air dan dipress lagi unntuk
menghilangkan sisa air.
4. Lembaran sponge ini kemudian dipotong sesuai dengan ukuran sandal yang akan dibuat. Setelah
dicetak, sponge karet dapat diemboss atau dibentuk sesuai gambar atau motif yang diinginkan
dengan efek timbul menggunakan mesin emboss. Ada juga model lain yang permukaannya masih
harus disablon agar mendapatkan warna yang lebih bagus.
5. Untuk pembuatan sandal yang bervolume cetakan langsung ke proses perakitan sandal, yaitu
menyatukan 3 lapisan sandal yang akan dibuat dengan menggunakan lem yaitu lapisan atas untuk
mengaitkan tali sandal, bagian tengah dan ditambah bagian sol bawah. Sedangkan untuk model
sandal jepit biasa tidak ada proses pengeleman sandal karena hanya memiliki 1 lapisan.
Selanjutnya sandal dapat siap dipakai.

17
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Sol sepatu merupakan salah satu produk berbahan dasar karet
2. Karet memiliki sifat tahan lama, ketahanan terhadap cuaca, ketahanan terhadap bahan kimia
tertentu, awet dan ringan yang cocok sebagai bahan pembuatan sol sepatu
3. Kelebihan sol sepatu yaitu tidak ada expirednya (kadaluwarsanya), kuat, ringan, antislip,
ringan terhadap minyak (oil resistant) dan lentur dapat juga diberi jahitan disamping dilem
dan dipress
4. Tahapan pembuatan sol sepatu yaitu penyusunan kompon, mixing dan pencetakan.
5. Sandal jepit dapat dibuat dari bahan dasar kompon karet dan juga getah karet langsung.

18
DAFTAR PUSTAKA
Soewarti. 1979. Kursus Teknologi Barang Jadi Karet, Paket Praktek. Bogor: Balai Penelitian
Teknologi Karet.

Abednego, Drs. J. G. 1979. Dasar-Dasar Teknologi Karet. Bogor: Balai Penelitian Teknologi Karet.

https://cara-mania-blogspot.com/2014/05/cara-dasar-pembuatan-sandal.html?m=1

https://id.m.wikipedia.org/wiki/sandal

https://id.scribd.com/doc/29548622/Laporan-Pembuatan-Kompon-Sol-Sepatu-Dan-Adhesive2

19

Anda mungkin juga menyukai