DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
1. Andanti Pratiwi
2. Marfira
KELAS : 4 KIB
DOSEN PENGAJAR : Ir. Erwana Dewi, M.Eng.
MATA KULIAH : Industri Hilir Agro
TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
Tahun 2018/2019
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Industri Hilir Karet ”.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata
kuliah Industri Hilir Agro sebagai salah satu syarat memenuhi kontrak perkuliahan.
Makalah ini berisi hal-hal yang berkaitan dengan judul diatas. Makalah ini juga
dilengkapi dengan daftar pustaka yang menjelaskan sumber dari isi makalah kami.
Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini dapat berguna
serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait industry
hilir karet ini.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak
sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan.. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan makalah ini akan penulis terima dengan senang hati. Dan kami
pun berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca. Akhir kata semoga keberadaan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
baik yang menyusun maupun yang membaca.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui produk berbahan dasar karet
2. Untuk mengetahui karakteristik produk berbahan dasar karet
3. Untuk mengetahui kelebihan produk berbahan dasar karet dibanding produk dengan bahan
dasar selain karet
4. Untuk mengetahui cara pembuatan produk berbahan dasar karet
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Karet Alam
Karet alam adalah sumber karet yang berasal dari getah pohon karet (lateks), yang
diperoleh dengan menyadap/melukai kulit kambium pohon karet.Sesuai dengan namanya, karet
alam berasal dari alam, yakni terbuat dari getah tanaman karet, baik spesies Ficus elastica maupun
Hevea brasiliensis. Sifat sifat atau kelebihan karet alam antara lain daya elastisitas atau daya
lentingnya sempurna, sangat plastis, sehingga mudah diolah, tidak mudah panas, tidak mudah retak.
Adapun kelemahan karet alam terletak pada keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan pasar. Saat
pasar membutuhkan pasokan tinggi, para produsen karet alamtidak bisa meningkatkan produksinya
dalam waktu singkat, sehingga harganyacenderung tinggi (Setiawan & Andoko, Petunjuk lengkap
budi daya karet, 2009).
4
2.3 Komposisi Karet
Tanaman karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan sumber utama penghasil lateks yang sudah
dibudidayakan secara luas. Karet alam (natural rubber) diperoleh dengan cara menyadap lateks yakni
getah dari tanaman karet. Menurut Subramaniam (1987), lateks karet alam mengandung partikel
hidrokarbon karet dan substansi non-karet yang terdispersi dalam fase cairan serum. Kandungan
hidrokarbon karet dalam lateks diperkirakan antara 30 – 45 persen tergantung klon tanaman dan
umur tanaman. Substansi non-karet terdiri atas protein, asam lemak, sterol, trigliserida, fosfolipid,
glikolipid, karbohidrat, dan garam-garam anorganik. Senyawa protein dan lemak ini menyelubungi
lapisan permukaan dan sebagai pelindung partikel karet. Tabel 1. Komposisi karet alam
Bahan Kadar (%)
Karet 93,7
Protein 2,2
Karbohidrat 0,4
Lemak 2,4
Glikolipid + Fosfolipid 1,0
Garam Anorganik 0,2
Lainnya 0,1
5
Karet alam termasuk dalam kelompok elastomer yang berpotensi besar dalam dunia
perindustrian. Struktur molekulnya berupa jaringan (network) dengan berat molekul tinggi dan
dengan tingkat kristalisasi yang relatif tinggi, sehingga mampu menyalurkan gaya-gaya bahkan
melawannya jika diberi beban statis maupun dinamis. Hal ini menyebabkan karet alam memiliki
kekuatan tarik (tensile strength), daya pantul tinggi (rebound resilience), kelenturan (flexing), daya
cengkeram yang baik, kalor timbul yang rendah (heat build up), elastisitas tinggi, daya lekat, daya
redam, dan kestabilan suhu yang relatif baik (bursting). Sifat-sifat unggul ini menyebabkan karet
alam banyak digunakan untuk barang-barang industri terutama ban (Hani, 2009).
Kelemahan yang dimiliki karet alam yaitu karet alam merupakan hidrokarbon tidak polar dengan
kandungan ikatan tidak jenuh yang tinggi di dalam molekulnya. Struktur karet alam tersebut
menyebabkan keelektronegatifannya rendah, sehingga polaritasnya pun rendah. Kondisi demikian
mengakibatkan karet mudah teroksidasi, tidak tahan panas, ozon, degradasi pada suhu tinggi, dan
pemuaian di dalam oli atau pelarut organik. Berbagai kelemahan tersebut telah membatasi bidang
penggunaan karet alam terutama untuk pembuatan barang jadi karet teknik yang harus tahan
lingkungan ekstrim. Hal ini menyebabkan penggunaan karet alam banyak digantikan oleh karet
sintetik (Hani, 2009).
2.5 Jenis-jenis Karet
Karet alam memiliki banyak jenis berdasarkan pengolahannya. Berikut tujuh jenis karet alam
yang dikenal di pasaran (Setiawan & Andoko, Petunjuk lengkap budidaya karet, 2008) dan karet
sintetis.
a. Karet Alam
1. Bahan olah karet (Bokar)
Bahan olah karet adalah lateks kebun dan gumpalan lateks kebun yang didapat dari penyadapan
pohon karet Hevea brasiliensis. Bahan olah karet ini umumnya merupakan produksi perkebunan
karet rakyat, sehingga sering disebut dengan bokar (bahan olah karet rakyat). Berdasarkan proses
pengolahannya bokar terdiri atas empat jenis, yaitu :
- lateks kebun, merupakan getah yang didapat dari kegiatan menyadap pohon karet. Syarat-syarat
lateks kebun yang baik yaitu telah disaring menggunakan saringan berukuran 40 mesh, bebas dari
kotoran atau benda-benda lain seperti serpihan kayu atau daun, tidak bercampur dengan bubur lateks,
air atau serum lateks, warna putih dan berbau khas karet segar, kadar karet kering untuk mutu 1
sekitar 28% dan untuk mutu 2 sekitar 20%.
- Sheet angin, merupakan produk lanjutan dari lateks kebun yang telah disaring dan digumpalkan
menggunakan asam semut. Karet sheet ini berbentuk gilingan. Kriteria sheet angin yang baik yaitu
tidak ada kotoran, kadar karet kering untuk mutu 1 sebesar 90% dan mutu 2 sebesar 80%, tingkat
ketebalan pertama 3 mm dan ketebalan kedua 5 mm. untuk mendapatkan sheet angin dengan
kualifikasi tersebut, bahan bakunya yang berupa lateks kebun harus digiling menggunakan gilingan
6
kembang agar air dan serumnya keluar. Selain 17 itu dalam penyimpanannya tidak boleh terkena air
dan sinar matahari secara langsung.
- Slab tipis, merupakan bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan dengan
asam semut. Syarat-syarat slab tipis yang baik yaitu, bebas dari air atau serum, tidak tercampur
gumpalan yang tidak segar, tidak terdapat kotoran, slab tipis mutu 1 berkadar karet kering sebesar
70% dan mutu 2 memiliki kadar karet kering 60%. Tingkat ketebalan pertama 30 mm dan ketebalan
kedua 40 mm. Untuk mendapatkan slab tipis dengan kualifikasi tersebut, air atau serum harus
dikeluarkan dengan cara digiling. Sementara itu, penyimpanannya harus terbebas dari sinar matahari
langsung dan genangan air.
- Lump segar, merupakan bahan olahan karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang
terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung. Kriteria lump segar yang baik yaitu, bersih dari
kotoran, mutu 1 berkadar karet kering 60% dan mutu 2 berkadar karet kering 50%, tingkat ketebalan
pertama 40 mm dan ketebalan kedua 60 mm.
7
dengan ketebalan sesuai dengan yang dikehendaki. Standar mutu yang paling baik adalah karet
berwarna cokelat muda, kering dan bersih. Belang-belang masih diperbolehkan asal dalam jumlah
kecil.
- Thick blanket crepe ambers, merupakan crepe blanket yang tebal dengan warna cokelat, dan
terbuat dari slab basah, sheet tanpa pengasapan, lump dan scrap dari perkebunan besar atau kebun
rakyat yang baik mutunya. Tidak boleh menggunakan scrap tanah. Standar mutu terbaik pada jenis
ini karet harus kering dan bersih dengan warna cokelat muda.
- Flat bark crepe, merupakan karet tanah atau earth rubber, yakni crepe yang dihasilkan dari scrap
karet alam yang belum diolah, termasuk scrap tanah yang berwarna hitam. Karet ini harus kering
dengan warna cokelat tua sampai kehitaman dan bertekstur sedang hingga lembek. Pada jenis ini
tidak diperbolehkan adanya kelunturan, bekas panas, pasir, lumpur, dan pengepakan tidak bersih. 19
- Pure smoked blanket crepe,didapatkan dari penggilingan karet asap yang berasal dari ribbed
smoked sheet, termasuk karet bongkah dan sisa potongannya. Standar mutunya adalah kering,
bersih, kuat, liat dan berbau karet asap yang khas. Pasir dan benda asing lain, warna luntur, bekas
minyak dan pengepakan yang tidak bersih tidak diperbolehkan. Warnanya dari cokelat hingga
cokelat tua.
- Off crepe, terbuat dari bahan-bahan sisa atau bermutu jelek, misalnya lembaran-lembaran RSS
yang penggilingannya tidak sempurna, busa lateks dan bekas air cucian yang masih banyak
mengandung lateks. Tidak ada standar mutu pada karet jenis ini karena memang secara umum karet
ini tidak memiliki standar.
3. Lateks pekat
Berbeda dengan jenis karet lain yang berbentuk lembaran atau bongkahan, lateks pekat berbentuk
cairan pekat. Pemrosesan bahan baku menjadi lateks pekat bisa melalui pendadihan (creamed latex)
melalui proses sentrifugasi atau pemusingan (centrifuged latex). Lateks pekat ini biasanya
merupakan bahan untuk pembuatan barang-barang yang tipis dan bermutu tinggi.
4. Karet bongkah
Karet bongkah berasal dari karet remah yang dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela
dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang berwarna muda dan setiap
kelasnyamempunyai kode warna tersendiri.
5. Karet spesifikasi teknis (crumb rubber)
Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber merupakan karet yang dibuat secara khusus, sehingga
mutu teknisnya terjamin yang penetapannya didasarkan pada sifat-sifat teknis. Penilaian mutu yang
hanya berdasarkan aspek visual, seperti berlaku pada karet sheep, crepe dan lateks pekat tidak
berlaku untuk karet jenis ini. Karet spesifikasi teknis ini dikemas dalam bongkah-bongkah kecil
dengan berat dan ukuran seragam.
8
6. Karet siap olah (Tyre Rubber)
Tyre rubber merupakan karet setengah jadi, sehingga bisa langsung digunakan oleh konsumen,
seperti untuk membuat ban atau barang-barang lain yang berbahan karet alam. Tujuan pembuatan
tyre rubber adalah meningkatkan daya saing karet alam terhadap karet sintetis. Karet ini juga
memiliki daya campur yang baik, sehingga mudah digabungkan dengan karet sintetis.
7. Karet reklim (reclaimed rubber)
Karet reklim atau reclaimed rubber adalah karet yang didaur ulang dari karet bekas. Umumnya
bekas ban mobil atau ban berjalan di pabrikpabrik besar. Karet reklim diusahakan pertama kali pada
tahun 1848 oleh Alexander Parkes dan ternyata tetap dibutuhkan sampai sekarang, bahkan dalam
jumlah yang cukup banyak. Kelebihan karet reklim ini adalah daya lekatnya bagus, kokoh, tahan
lama dalam pemakaian, serta lebih tahan terhadap bensin dan minyak pelumas dibandingkan dengan
karet yang baru dibuat. Kelemahannya, kurang kenyal dan kurang tahan gesekan.
b. Karet Sintetis
1. Untuk Kegunaan umum : SBR (Styrene Butadiena Rubber), BR (Butadiena Rubber) atau PR
(Polybutadiena Rubber).
2. Untuk Kegunaan khusus : seperti karet t=yang tahan terhadap minyak, oksidasi dan panas atau
suhu tinggi dan kedap gas. Diantaranya : IIR (Isobutene Isoprene Rubber), NBR (Nytrite Butadine
Rubber), CR (Chloroprene Rubber) dan EPR (Ethylene Propylene Rubber).
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
c. Impurity rendah
Dari pengertian kompon, diketahui bahwa dalam proses pembuatannya digunakan baha-
bahan kimia yang ditambahkan pada bahan baku karet untuk memperoleh sifat fisik dan kimiawi
dari kompon karet yang lebih baik. Bahan kimia kompon dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu bahan
kimia utama dan bahan kimia pembantu proses (processing aids).
Menurut Abednego (1979) proses pembuatan barang jadi karet secara umum pada dasarnya
terdiri dari proses:
1. Pembuatan kompon (compounding)
2. Pemberian bentuk (molding)
3. Pemasakan (vulkanisasi)
Proses Mastikasi
Pencampuran
Pemasukan Belerang
Kompon karet yang sudah menjadi lembaran dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan
outsole sandal atau sepatu dengan tekstur yang lentur dan juga keras.
3.4.2 Bahan Baku Utama dan Pembantu Pembuatan Kompon Karet
11
Dari pengertian kompon, diketahui bahwa dalam proses pembuatannya digunakan baha-bahan kimia
yang ditambahkan pada bahan baku karet untuk memperoleh sifat fisik dan kimiawi dari kompon
karet yang lebih baik. Bahan kimia kompon dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu bahan kimia utama
dan bahan kimia pembantu proses (processing aids).
Bahan kimia utama adalah bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan sifat-sifat fisis karet,
sehingga produk karet yang dihasilkan akan memiliki sifat fisis dan kimiawi yang lebih stabil. Bahan
kimia utama terdiri dari accelerator, filler, bahan pemvulkanisasi, dan antioksidant.
a. Accelerator
Accelerator adalah senyawa-senyawa kimia yang apabila ditambahkan pada kompon karet sebelum
proses vulkanisasi akan mempercepat proses vulkanisasi. Selain itu, penggunaan accelerator akan
mengurangi jumlah bahan pemvulkanisasi yang digunakan. Beberapa keuntungan yang diperoleh
dengan mneggunakan accelerator antara lain:
Bahan pengisi adalah bahan yang berfungsi untuk mengubah atau memperbaiki sifa fisis barang
jadi karet, seperti daya tahan terhadap gesekan, irisan, dan lain-lain.Filler terbagi menjadi dua yaitu:
1) Reinforcing filler : filler yang selain berfungsi sebagai pengisi juga akan berpengaruh terhadap
sifat-sifat fisis karet dan akan menambah kakuatan tarik, daya tahan terhadap gesekan, dll. Contoh :
carbon black, ZnO, Magnesium karbonat.
2) Inert filler : filler yang hanya berfungsi sebagai penambah volume saja. Contoh : CaCO3, kaolin,
BaSO4
c. Bahan pemvulkanisasi
Bahan pemvulkanisasi adalah bahan kimia yang dapat bereaksi dengan gugus aktif pada molekul
karet membentuk ikatan silang tiga dimensi. Bahan pemvulkanisasi yang pertama dan paling umum
12
digunakan adalah belerang yang khusus digunakan untuk memvulkanisasi karet alam atau karet
sintetis jenis SBR, NBR, IR, dan EPDM. Bahan-bahan lain yang dapat digunakan adalah selenium,
peroksida, oksida logam, dinitro benzene, dll.
d. Antioksidan
Penambahan anti oksidan pada kompon karet akan menghambat kerusakan karet karena udara
(O2), sinar matahari, dan ozon. Karet tanpa anti oksidan akan mudah teroksidasi sehingga menjadi
lunak kemudian lengket dan akhirnya menjadi keras dan retak-retak (aging). Pemakaian anti oksidan
harus memenuhi babarapa syarat, antara lain: Mudah terdispersi pada seluruh bagian karet Inert
terhadap hasil-hasil vulkanisasi pada setiap jenis tegangan Tidak mempunyai pengaruh terhadap
warna hasil vulkanisasi Contoh bahan anti oksidan adalah: Waxes, dipakai terutama untuk
mencegah proses aging yang disebabkan oleh sinar matahari dan ozon Phenol, baik digunakan untuk
mencegah proses aging yang disebabkan oleh flexing.
Sedangkan bahan kimia pembantu proses adalah bahan kimia yang digunakan dengan tujuan untuk
meningkatkan performansi/tampilan dari produk karet. Bahan-bahan ini ditambahkan pada kompon
karet sesuai dengan kebutuhan atau tujuan. Processing aids terdiri dari anti degradant, color and
colors, inhibitor (penghambat), softener (pelunak), deodor (pewangi), blowing agent (bahan peniup
atau penghembus).
13
c. Bahan-bahan lain yang mempunyai peran dalam mempengaruhi spesifikasi teknis dan
ketahanan usang yang dikehendaki
d. Peralatan yang tepat untuk pengolahan kompon
e. Kompon yang mempunyai nilai komersial
f. Cara pengujian dan evaluasi bahan baku juga produk akhir
14
♦ Abednego (1979) mengatakan bahwa proses vulkanisasi adalah reaksi pengikatan karena molekul-
molekul karet yang semula bebas bereaksi dengan bahan-bahan pemvulkanisasi membentuk
jaringan tiga dimensi yang mantap. Kompon karet yang semula lembek, lengket, dan plastis. Setelah
proses vulkanisasi kompon karet menjadi elastis.
♦ Barron (1947) mengatakan bahwa penambahan belerang sebagai bahan pemvulkanisasi
mempunyai pengaruh: karet menjadi matang, tensilestrength bertambah tinggi, sukar larut dalam
solvent, dan karet menjadi elastis.
♦ Abednego (1979) mengatakan bahwa proses vulkanisasi dapat dilakukan dengan cara:
- Pemanasan serta tekanan dalam acuan (moulding)
- Dengan uap terbuka (open steam) dalam autoclaf, barang karet yangdimasukkan dalam mandret
atau digantung dalam bak yang berisi talk
- Dengan kain berlapis, kompon karet atau beltingsecara terus meneruspada silinder pemisah.
2. Compounding/proses komponding/mixing
Proses komponding biasanya menggunakan alat pencampur (mixer), yang dapat berupa internal
mixer (mesin giling tertutup) dan open mill (mesin giling terbuka). Alat pencampur yang paling
sederhana adalah mesin giling terbuka yang terdiri dari dua rol keras dan permukaannya licin.
Kecepatan dari kedua rol tersebut berbeda (penggilingan dengan friksi). Lebar celah di antara kedua
rol dapat diatur disesuaikan dengan banyaknya kompon dan keadaan kompon.
Sebelum proses pencampuran, karet mentah terlebih dahulu dilunakkan yang disebut sebagai
proses mastikasi yang bertujuan untuk mengubah karet yang padat dan keras menjadi lunak
(viskositas berkurang) agar proses pencampuran dengan bahan kimia menghasilkan dispersion yang
merata (homogen). Pencampuran dimulai setelah karet menjadi plastis dan suhu rol hangat. Celah
antara dua rol (nip) sedemikian rupa sampai diperoleh tumpukan material di atas rol yang disebut
bank, kemudian bahan-bahan kimia yang berbentuk serbuk segera ditambahkan kecuali belerang.
Penggulungan dan pemotongan juga dilakukan. Penambahan bahan pengisi dilakukan sedikit demi
sedikit.
Langkah terakhir adalah pemasukan belerang. Setelah semua bahan kimia tercampur, kompon
karet yng dihasilkan dipotong dan dikeluarkan dari mesin giling, kemudian dimasukkan kembali ke
dalam gilingan untuk dibentuk sebagai lembaran dengan ketebalan sesuai dengan kebutuhan.
15
3. Pemberian Bentuk/Cetakan
Soewarti (1979) mengatakan bahwa kompon karet pada umumnya dapat diberi bentuk dengan
beberapa cara:
a. Dibentuk dengan menggunakan acuan pada mesin berupa vulkanisasi menggunakan panas listrik
atau uap bertekanan tinggi (moulding)
b. Dibentuk dengan cara ekstrusi menggunakan mesin extruder (extruding)
c. Dibentuk dengan melapisi kain kompon karet pada mesin kalender (callendering)
d. Melapisi kain dengan larutan kompon karet dalam pelarut, pada mesin pelapis (spreading)
16
3. Lembaran karet selanjutnya masuk ke proses hot press dimana pada proses ini lembaran karet
akan dipanaskan pada suhu 180 derajat selama 8 menit pada mesin pon. Lembaran karet kemudian
akan mengembang menjadi sponge akan mematikan oven secara otomatis. Hasilnya akan
berbentuk seperti matras. Lalu didinginkan dengan disirami air dan dipress lagi unntuk
menghilangkan sisa air.
4. Lembaran sponge ini kemudian dipotong sesuai dengan ukuran sandal yang akan dibuat. Setelah
dicetak, sponge karet dapat diemboss atau dibentuk sesuai gambar atau motif yang diinginkan
dengan efek timbul menggunakan mesin emboss. Ada juga model lain yang permukaannya masih
harus disablon agar mendapatkan warna yang lebih bagus.
5. Untuk pembuatan sandal yang bervolume cetakan langsung ke proses perakitan sandal, yaitu
menyatukan 3 lapisan sandal yang akan dibuat dengan menggunakan lem yaitu lapisan atas untuk
mengaitkan tali sandal, bagian tengah dan ditambah bagian sol bawah. Sedangkan untuk model
sandal jepit biasa tidak ada proses pengeleman sandal karena hanya memiliki 1 lapisan.
Selanjutnya sandal dapat siap dipakai.
17
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Sol sepatu merupakan salah satu produk berbahan dasar karet
2. Karet memiliki sifat tahan lama, ketahanan terhadap cuaca, ketahanan terhadap bahan kimia
tertentu, awet dan ringan yang cocok sebagai bahan pembuatan sol sepatu
3. Kelebihan sol sepatu yaitu tidak ada expirednya (kadaluwarsanya), kuat, ringan, antislip,
ringan terhadap minyak (oil resistant) dan lentur dapat juga diberi jahitan disamping dilem
dan dipress
4. Tahapan pembuatan sol sepatu yaitu penyusunan kompon, mixing dan pencetakan.
5. Sandal jepit dapat dibuat dari bahan dasar kompon karet dan juga getah karet langsung.
18
DAFTAR PUSTAKA
Soewarti. 1979. Kursus Teknologi Barang Jadi Karet, Paket Praktek. Bogor: Balai Penelitian
Teknologi Karet.
Abednego, Drs. J. G. 1979. Dasar-Dasar Teknologi Karet. Bogor: Balai Penelitian Teknologi Karet.
https://cara-mania-blogspot.com/2014/05/cara-dasar-pembuatan-sandal.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/sandal
https://id.scribd.com/doc/29548622/Laporan-Pembuatan-Kompon-Sol-Sepatu-Dan-Adhesive2
19