Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH POLISTIRENA

Untuk memenuhi mata kuliah bahan kontruksi & korosi

Disusun oleh
Febrian Rifkhi Fahrizal
161411009
Kelas : 2A D3-Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat, hidayat, karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan pembuatan Makalah
bahan konstrusi korosi yang berjudul “ POLISTIRENA” dengan baik.

Sedang proses studi pustaka dan penyusunan makalah ini, didapat bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu diucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Retno Indarti MT. selaku dosen Bahan Konstruksi & Korosi Program
Studi D3 Teknik Kimia Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan
makalah ini.
2. Orang tua yang telah memberikan dorongan, semangat dan doa yang
menyertai untuk menyelesaikan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak
langsung selama penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, disadari masih banyak kekurangan. Oleh


sebab itu saran dan kritik yang membangun dari para pembaca akan sangat
berguna bagi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Bandung, November 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
1.1. Sejarah Polistirena ........................................................................................1
1.2. Permasalahan ................................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan ...........................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan .........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1. Definisi Polistirena........................................................................................3
2.2. Sifat Polistirena .............................................................................................3
2.3. Pembuatan Polistirena...................................................................................4
2.4. Reaksi Pembentukan Polistirena
2.5. Diagram Alir Pembentukan Polistirena
2.6. Metode Produksi Polistirena
2.7. Manfaat Polistirena .......................................................................................26
2.8.
BAB VI PENUTUP ..................................................................................................29
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................29
3.2. Saran ..............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Sejarah Polistirena
Polistirena pertama kali diperkenalkan oleh Ostromislensky dari
Naugatuck Chemical Company pada tahun 1925. Pada saat yang hampir
bersamaan I.C. Farbenindustrie juga mengembangkan polistirena yang
berhasil dikomersialkan di Eropa. Pengembangan produk dan proses
polistirena juga dikembangkan oleh Dow Chemical Company dan pertama
kali dikomersialkan di Amerika Serikat pada tahun 1944.
Produk polistirena yang pertama kali diproduksi untuk dikomersialkan
adalah homopolimer stirena yang juga dikenal sebagai polistirena kristal.
Polistirena kristal ini juga dikenal sebagai General Purpose Polystyrene
(GPP), yang lebih tahan panas daripada produk polimer thermoplastik
lainnya. Perkembangan lebih lanjut dari polistirena ini adalah Expanable
Polystyrene (EP). Produk polistirena lain yang tak kalah pentingnya adalah
polistirena dengan modifikasi karet atau High Impact Polystyrene (HIP).
Produk HIP ini bersifat tidak tembus cahaya, lebih keras dan lebih mudah
dalam pembuatannya dibandingkan dengan produk polimer thermoplastik
lainnya.
Polystyrene ( IUPAC Poly (1-phenylethane- 1,2-diyl)), disingkat berikut
ISO Standard PS, adalah sebuah aromatik polimer yang dibuat dari
aromatik monomer styrene, cairan hidrokarbon yang secara komersial
diproduksi dari minyak bumi oleh di industri kimia. Polistirena adalah salah
satu dari banyak digunakan sebagian besar jenis plastic .
Kegunaan dari polistirena ini cukup luas, antara lain untuk isolasi atau
bahan pelapis pada kawat/kabel, peralatan rumah tangga dari plastik, botol,
furniture, mainan anak-anak, bagian dari refrigerasi, radio, televisi, AC,
bahan pembuat kontainer, tempat baterai dan sebagainya. ( U.S. Patent, 1983).

1
Karena penggunaan polistirena sangat luas, maka disusunlah makalah ini
untuk mengaji tentang karakteristik, cara pembuatan, kebutuhan, dan potensi
pasar dari produk polistirena.

1.2.Permasalahan
1. Bagaimana cara pembuatan dan reaksi pembentukan polistirena?
2. Bagaimana potensi pasar dari polistirena?
3. Bagaimana kondisi operasi optimal dan konversi maksimal pembuatan
polistirena?
4. Bagaimana diagram alir pembentukan polistirena?
5. Apa manfaat polistirena?

1.3.Tujuan Penulisan
1. Mengetahui cara pembuatan dan reaksi pembentukan polistirena.
2. Mengetahui potensi pasar dari polistirena.
3. Mengetahui kondisi operasi optimal dan konversi maksimal pembuatan
polistirena.
4. Mengetahui diagram alir pembentukan polistirena.
5. Mengetahui manfaat polistirena.

1.4.Manfaat Penulisan
1. Pembaca dapat mengetahui cara pembuatan dan reaksi pembentukan
polistirena.
2. Pembaca dapat mengetahui potensi pasar dari polistirena.
3. Pembaca dapat mengetahui kondisi operasi optimal dan konversi
maksimal pembuatan polistirena.
4. Pembaca dapat mengetahui diagram alir pembentukan polistirena.
5. Pembaca dapat mengetahui manfaat polistirena.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi Polistirena
Polistirena adalah sebuah polimer dengan monomer stirena, sebuah
hidrokarbon cair yang dibuat secara komersial dari minyak bumi. Polimer ini
merupakan plastik yang kuatdan murah, yang merupakan salah satu polimer
golongan vinil (Storbl 2007).
Polistirena biasanya bersifat termoplastik padat pada suhu ruang, dan
mencair padasuhu yang lebih tinggi. Secara struktur, polistirena merupakan
rantai panjanghidrokarbon dengan gugus fenil yang berdekatan dengan setiap
atom karbon (Storbl2007).

2.2.Sifat Polistirena
a. Rumus Molekul
Susunan kimiawi dari polistiren adalah hidrokarbon rantai panjang
dengan setiap karbon lain yang terhubung ke kelompok fenil (nama yang
diberikan kepada cincin aromatik benzena , ketika terikat untuk
substituen karbon kompleks). Rumus kimia Polystyrene adalah (C8 H8) n,
itu berisi unsur-unsur kimia karbon dan hidrogen
b. Rumus Bangun

c. Sifat Fisik
Sifat Fisis Polistirena
Kepadatan 1,05 g / cm 3
Kepadatan EPS 16-640 kg / m 3
Konstanta dielektrik 2.4-2.7
Listrik konduktivitas (s) 10 -16 S / m
Thermal konduktivitas (k) 0,08 W / (m ° K)
Young’s modulus (E) 3000-3600 Mpa
Kekuatan tarik (t) 46-60 Mpa
Perpanjangan putus 3-4%
Notch test 2-5 Kj / m 2
Suhu transisi gelas 95 ° C
Melting point 240 ° C
Vicat B 90 ° C [6]
Koefisien ekspansi linear (a) 8 × 10 -5 / K
Panas spesifik (c) 1,3 Kj / (kg K ·)
Penyerapan air (ASTM) 0.03-0.1
(http://bilangapax.blogspot.com/2011/02/polistirena.html)

d. Sifat Kimia
 Inert : tidak bereaksi dengan kebanyakan substans
 Larut dalam beberapa pelarut organic, terutama yang mengandung
aseton
 Perubahan ikatan rangkap karbon ke ikatan tunggal kurang reaktif
 Sangat mudah terbakar dengan bara api berwarna kuning
 Pada oksidasi sempurna, hanya menghasilkan karbon dioksida dan
uap air.
 Fleksibel dan mudah dibentuk padatan karena kekuatan Van der
Waal yang kuat, yang ada antara rantai hidrokarbon yang panjang.

2.3.Pembuatan Polistirena
Secara laboratorium dapat dibuat melalui dehidrogenasi etil benzene,
yaitu dengan melewatkan etilena melalui cairan benzena dengan tekanan yang
cukup dan aluminiumklorida sebagai katalisnya. Etil benzena didehidrogenasi
menjadi stirena dengan melewatkannya melalui katalis oksida aktif. Pada
suhu sekitar 6000C stirena disuling dengan cara destilasi maka didapatkan
polistirena.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :

2.4.Metode Produksi Polistirena


1. Polimerisasi bulk (larutan)
Dalam industri umunya, polimerisasi bulk (larutan) disebut
polimerisasi massa. Sebagian besar polistirena yang diproduksi sekarang
ini menggunakan proses ini. Pada proses ini menggunakan sejumlah
solvent yang biasanya adalah monomer stirena itu sendiri dan Etil
Benzena. Ada 2 jenis polimerisasi bulk, yaitu :
 Polimerisasi bulk batch
Beberapa produsen polistirena masih menggunakan proses
ini, dimana proses ini terdiri dari unit polimerisasi yang
didalamnya terdapat tangki polimerisasi berpengaduk dengan
konversi di atas 80%. Larutan polimer kemudian dipompa ke
bagian finishing untuk devolatilisasi ataupun proses polimerisasi
akhir dan grinding. ( U.S. Patent, 1983)
 Polimerisasi bulk continuous
Proses ini merupakan proses pembuatan polistirena yang
paling banyak digunakan. Ada beberapa jenis desain dimana
beberapa diantaranya sudah mendapatkan lisensi. Secara umum
proses ini terdiri dari satu atau lebih reaktor tangki berpengaduk
(CSTR). CSTR ini biasanya diikuti oleh satu atau lebih reaktor
yang didesain untuk menangani larutan yang kental (viskositas
tinggi). Reaktor ini didesain untuk memindahkan panas baik secara
langsung melalui koil maupun pendingin uap. Dengan
menggunakan proses ini, konversi monomer stirena menjadi
polistirena dapat mencapai lebih dari 85% berat. Polimerisasi
diikuti terjadinya devolatilisasi yang terus menerus. Devolatilisasi
ini dapat terjadi melalui preheating dan vacuum flash chambers,
devoitizing extruders atau peralatan yang sesuai. Tingkat volatilitas
dari 500 ppm stirena atau kurang dapat tercapai dengan peralatan
khusus, meskipun polistirena yang umum dikomersialkan
mempunyai tingkat volatilitas sekitar 2000 ppm stirena. ( U.S.
Patent, 1983)
2. Polimerisasi Suspensi
Polimerisasi suspensi adalah sistem batch yang sangat popular
untuk tahapan khusus pembuatan polistirena. Proses ini dapat digunakan
untuk memproduksi kristal maupun HIP. Untuk memperoduksi HIP,
stirena dan larutan karet diolah dengan bulk polymerized melalui fase
inverse. Kemudian disuspensikan ke dalam air untuk mendapatkan
suspense air dan minyak dengan menggunakan sabun atau zat pesuspensi.
Kemudian butiran suspense ini dipolimerisasi lagi sampai selesai dengan
menggunakan inisiator dan pemanasan bertahap. Fase air digunakan
sebagai heat sink dan media perpindahan panas terhadap jaket yang
dikontrol suhunya.
3. Polimerisasi Emulsi
Polimerisasi emulsi biasanya digunakan pada proses
kopolimerisasi stirena dengan monomer atau polimer lain. Proses ini
merupakan metode komersial yang jarang digunakan untuk memproduksi
polistirena kristal atau HIP. Proses ini mempunyai persamaan dengan
proses polimerisasi suspense kecuali bahwa butiran monomer yang
digunakan dalam polimerisasi emulsi ini dalam ukuran mikroskopis. Air
digunakan sebagai carrier dengan agen pengemulsi untuk memberikan
partikel yang sangat kecil dan aktalis untuk mempercepat kecepatan
reaksi.(Meyer,1984).

Jenis Produksi Kelebihan Kekurangan


1. Polimerisasi bulk
-bulk batch  Prosesnya mudah.  Sangat eksotermis.
 Kemurnian Produk.  Waktu pengerjaan
 Alat-alat sederhana. lama.
 Produk yang dihasilkan
lebih seragam.
 Kemurnian produk tinggi.  Membutuhkan
-bulk continous  Pengontrolan suhu lebih pengadukan dan
mudah. alat recycle.
2. Polimerisasi  Tidak ada kesulitan  Dimungkinkan
Suspensi dengan panas adanya
polimerisasi. kontaminasi dari
 Ketel untuk proses air dengan agen
polimerisasi sederhana. penstabil.
 Volatilitas dapat
dikurangi sampai pada
tingkat yang rendah
dengan pemilihan katalis
dan suhu yang tepat.
3. Polimerisasi  Prosesnya cepat dan tidak  Dimungkinkan
Emulsi ada kesulitan dengan terjadinya
panas polimeriasi. kontaminasi
 Beberapa proses polimer dengan air
polimerisasi yang tidak dan agen
mungkin dilakukan pengemulsi.
dengan teknik lain tapi  Berat molekul
dengan mudah dilakukan polimer tinggi
dengan proses ini. untuk proses
 Dapat diterapkan untuk pembentukan yang
polimeriasi secara cepat dengan
kontinyu. menggunakan
injeksi.
BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Reaksi Pembentukan Polistirena


1. Tahap Inisiasi
Proses inisiasi adalah proses pembentukan radikal bebas dari
inisiator. (Billmayer, 1970). Reaksi inisiasi dipicu oleh Benzoyl peroxide
yang ketika dipanaskan pada suhu 900 akan terpecah menjadi radikal
carboxyl yang segera terdekomposisi menjadi radikal phenyl

Sebuah Radikal Phenyl akan masuk pada Styrene yang akan


membentuk radikal Benzylic. Reaksi ini memulai pertumbuhan rantai
polimer

2. Tahap Propagansi
Proses propagasi adalah proses pertumbuhan polimer sebagai
akibat dari penggabungan monomer-monomer ke dalam rantai radikal
aktif (Billmayer, 1970).
3. Tahap Terminasi
Proses propagasi dilanjutkan dengan proses terminasi yang
merupakan proses penghentian propagasi (Billmayer, 1970).
Rantai ini akan terus memanjang dengan adisi ratusan hingga
puluhan ribu unit styrene. Reaksi berantai iniakan berhenti ketika
monomer habis.

Berdasarkan hasil pengamatan, High Impact Polystyrene merupakan


produk yang paling umum diproduksi, pada pra rancangan pembuatan High
Impact Polystyrene ini digunakan proses bulk continuous.
Proses pembuatan High Impact Polystyrene secara berkelanjutan
dilakukan dengan beberapa tahap proses, yaitu :
1. Tahap penyiapan bahan baku
a. Stirena
Stirena monomer sebagai bahan baku utama disimpan dalam
bentuk cair dalam tangki penyimpan (T-01) pada suhu 30Oc dan
tekanan 1 atm, dialirkan ke dalam mixer 1 (M-01) untuk dicampur
dengan arus recycle dengan menggunakan pompa sentrifugal P-01 dan
selanjutnya dialirkan ke mixer 2 (M-02) yang sebelumnya dipanaskan
terlebih dahulu oleh pemanas HE-01.
b. Etil Benzena
Etil Benzena sebagai pelarut disimpan dalam bentuk cair dalam
tangki penyimpan (T-02) pada suhu 30Oc dan tekanan 1 atm, dialirkan
ke mixer 1(M-01) dengan menggunakan pompa sentrifugal P-02 dan
selanjutnya bersama stirena dan arus recycle dialirkan ke mixer 2 (M-
02) yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu oleh pemanas HE-01.
c. Cis 1-4 polibutadiena
Cis 1-4 polibutadiena yang disimpan dalam bentuk padat dalam
gudang (G-01) pada suhu 30Oc dan 1 atm, diangkut dengan
menggunakan bucket elevator BE-01 menuju Hammer mill HM-01
untuk direduksi ukurannya dari 2,5 cm menjadi 10 μm, kemudian
polibutadiena yang tidak memenuhi syarat dan yang melebihi ukuran
dipisahkan di screner SC-01. Polibutadiena yang memenuhi syarat
dikirim ke mixer 2 (M-02) dengan menggunakan belt conveyor BC-01,
sedangkan yang melebihi ukuran akan menjadi limbah. Di mixer 2 (M-
02) yang dilengkapi dengan pengaduk, polibutadiena dicampur dengan
bahan baku lainnya. Supaya polibutadiena terlarut sempurna, maka
mixer 2 (M-02) dioperasikan pada suhu 105Oc dan tekanan 1 atm
dengan waktu tinggal 4,5 jam. (US Patent,1983)

2. Tahap reaksi
Campuran stirena monomer, Etil Benzena, Polibutadiena dan
inisiator Benzoil Peroksida dimasukkan ke dalam reaktor (R-01) yang
berupa tangki berpengaduk. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis
sehingga diperlukan pendingin dengan menggunakan jaket pendingin.
Sebagai pendingin digunakan air yang masuk pada suhu 30oC dan keluar
pada suhu 45oC. Kondisi operasi dalam reaktor dipertahankan pada suhu
137oC dan tekanan 1 atm selama 7,6 jam untuk mencapai konversi sebesar
85% (US Patent,1976).

3. Tahap akhir
Produk yang keluar dari reaktor berbentuk slurry dengan
menggunakan pompa sentrifugal P-05 dialirkan ke devolatilizer yang
dioperasikan pada suhu 150oC dan tekanan vacuum 0,5 atm untuk
memisahkan sisa pereaktan dengan produk High Impact Polystyrene
berdasarkan titik didihnya. Sisa pereaktan yang berupa Stirena monomer,
Etil Benzena dikondensasikan di kondensor (C-01) dan hasil kondensasi
direcycle kembali sebagai bahan baku.
Produk High Impact Polystyrene yang telah terpisah dari sisa
pereaktan dengan suhu 150oC didinginkan terlebih dahulu di cooler (C-02)
sampai suhu 30oC. Kemudian dimasukkan ke Rotary Dryer (RD) untuk
dikeringkan dengan efisiensi 72%. Selanjutnya dalam pellet mill (PM)
strand dipotong menjadi bentuk pellet, kemudian HIP akan di teruskan ke
screner (SC-02) untuk mendapatkan keseragaman ukuran dan selanjutnya
HIP akan dimasukkan ke dalam unit pengantongan pada gudang (G–03).

5.2. Potensi Pasar dari Polistirena


5.2.1. Kebutuhan Polistirena di Indonesia
Perkembangan akan kebutuhan polistirena di Indonesia untuk beberapa
tahun mendatang, diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal ini dapat
dilihat pada tabel 5.1. Data kebutuhan monomer dan polimer di Indonesia
berikut ini.
Tabel 5.1. Kebutuhan monomer dan polimer di Indonesia (1000 Ton/Thn)
No Produk 2003 2004 2005 2006 2011* 2015*
1. Ethylene 1197 1314 1432 1561 2147 2609
2. Propylene 750 818 892 972 1337 1625
3. Styrene Monomer 220 242 265 302 443 581
4. VinylChlorideMonomer 348 376 406 438 572 722
5. Polyethylene 783 861 947 1023 1421 1795
6. Polypropylene 720 792 871 958 1378 1703
7. Polystyrene 128 141 155 170 246 305
8. Poly Vinyl Chloride 375 413 454 499 745 1024
(Ministry of Industry Republic of Indonesia, 2007)
Tingginya kebutuhan polistirena di Indonesia berdampak pada jumlah
impor polistirena yang terus meningkat tiap tahunnya.
Tabel 5.2. Data Impor Polistirena di Indonesia
Tahun Kapasitas(Ton)
2002 6.182,44
2003 6.928,98
2004 7.393,503
2005 6.446,801
2006 5.532,667
(Sumber BPS Import tahun 2002-2006)

5.2.2.Kapasitas Pabrik yang Telah Ada


Dari produksi pabrik polistiren yang telah berdiri di Indonesia yaitu PT
Polychem Lindo Inc, PT Pasific Indomas Plastik, dan PT Royal Chemical,
perusahaan ini mulai berproduksi pada tahun 1985 dengan kapasitas produksi
21.500 ton per tahun. PT Pacific Indomas Plastic Indonesia, mulai beroperasi
pada tahun 1993 berlokasi di Merak, memiliki kapasitas produksi 30.000 ton
per tahun.
(www.businessenvironment.wordpress.com)
Tabel 5.3. Data Produksi Polistirena di Dunia
No Perusahaan Lokasi Kapasitas(Ton/th)
1. American Polymer USA 48.081

2. Chevron USA 21.724

3. Dow Chemical USA 171.458

4. Huntsman Chemical USA 181.437

5. BASF China 572.000

6. NOVA chemical China 413.000

7. BP China 150.000

8. Eni Chemical China 126.000

9. Taiwan Heqiao China 448.000

http://etd.eprints.ums.ac.id/3456/1/D500040017.pdf
5.2.3.Peluang Produk Polistirena di Indonesia
Dari data permintaan salah satu industri pembuatan sterofoam masa lalu
untuk ketiga produk merupakan data yang akan digunakan untuk meramalkan
jumlah permintaan pada masa yang akan datang. Data permintaan B-foam
diperoleh dari laporan bulananan hasil penjualan dari bulan Januari 2010
sampai dengan Desember 2010. Untuk lebih jelas datanya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 5.4. Data Permintaan B-foam Periode Januari 2010 – Desember 2010
PT. Beton Elemenindo Putra
No Periode WEB WES WEP
(Balok) (Lembaran) (Pipa)
1 Januari 2010 527 19060 240
2 Februari 2010 318 24509 300
3 Maret 2010 388 23272 185
4 April 2010 321 27985 30
5 Mei 2010 367 25515 100
6 Juni 2010 432 30121 571
7 Juli 2010 382 34628 0
8 Agustus 2010 354 29628 15
9 September 2010 244 32569 1132
10 Oktober 2010 574 29057 20
11 November 2010 509 35645 237
12 Desember 2010 543 33286 0
Total 4959 345275 2830
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/532/jbptunikompp-gdl-rizkyrachm-26569-
6-babiv.pdf
Dari data di atas menunjukan bahwa jumlah permintaan untuk sterofoam
setiap bulan semakin meningkat. Hal tersebut meramalkan bahwa kebutuhan
sterofoam pada masa yang akan datang akan semakin meningkat dan
menunjukan masih ada peluang untuk mendirikan pabrik polistirena.
5.2.4.Lokasi Pendirian Pabrik Polistirena
Pemilihan lokasi pabrik merupakan hal yang sangat penting dalam
perancangan suatu pabrik, karena hal ini menyangkut kelangsungan dan
keberhasilannya, baik dari segi ekonomi maupun segi teknisnya. Pabrik
polistirena ini direncanakan akan dibangun di daerah Merak, Jawa Barat dengan
pertimbangan-pertimbangan di bawah ini :
1. Bahan Baku.
Bahan baku Ethylbenzene tersedia di daerah Merak, sehingga jarak yang
dekat dengan sumber bahan baku akan menekan biaya transportasi dan
memudahkan penyediaannya.
2. Pasar
Pabrik yang mempergunakan styrene sebagai bahan baku dan Jakarta sebagai
pusat pasar jaraknya cukup dekat dengan Merak. Hal ini akan memudahkan
dalam pemasaran produk styrene maupun polistirena.
3. Utilitas
Air sebagai salah satu kebutuhan proses tersedia dalam jumlah yang memadai
di daerah Merak yang cukup dekat dengan pantai. Juga kebutuhan energi
listrik tersedia dengan cukup dengan dibangunnya PLTU di Jawa Barat. Hal
ini akan menunjang kelancaran operasional pabrik sehari-hari.
4. Transportasi
Tersedianya jalan tol Jakarta – Merak dan pelabuhan Tanjung Priok akan
melancarkan pemasaran produk baik untuk pasar dalam negeri maupun untuk
orientasi ekspor.
5. Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja baik tenaga maupun pekerja biasa akan terpenuhi
dengan banyaknya tenaga kerja di sekitar Merak maupun kota Jakarta.
6. Proses Produksi
Dalam proses produksi polistirena terjadi kehilangan berat bahan, tetapi
karena kehilangan berat relatif kecil maka Merak yang dekat pasar dan
sumber bahan baku tetap menguntungkan secara ekonomis.
7. Limbah dan Pengembangan Pabrik
Letak pabrik yang tidak berada di kota besar akan memudahkan dalam
pengolahan limbahnya maupun dalam usaha perluasan pabrik khususnya
dalam penyediaan tanah lokasi.
8. Pemerintah
Kebijakan pemerintah untuk menjadikan Merak, dan sekitarnya sebagai
kawasan industri akan memudahkan dalam hal perijinan dan pengembangan
pabrik.

5.3.Kondisi Operasi Optimal dan Konversi Maksimal Pembuatan Polistirena


Pada saat komposisi keseimbangan, perubahan konversi terhadap
temperatur pada suatu reaksi dapat ditinjau secara dua aspek, yaitu melalui
tinjauan thermodinamika dan tinjauan kinetika. Hubungan antara temperatur dan
konversi dalam reaksi pembentukan polistirena dalam tinjauan thermodinamika
dan kinetika ditunjukkan pada data berikut :

Grafik Hubungan Suhu Vs % Konversi


100
90
80
70
Tinjauan Kinetika
60
50 Tinjauan
40 Thermodinamika

30
20
10
0
200 300 400 500 600 700 800 900

Grafik V.1. Grafik Hubungan Suhu dan % Konversi (Kondisi Optimum)


Dari hasil perhitungan yang ditinjau dari tinjauan thermodinamika dan
kinetika diperoleh titik suhu optimum, yaitu pada suhu 720 K dengan konversi
50.78%. sedangkan produksi polistiren pada pabrik suhu yang dibutuhkan hanya
410 K dengan konversi 85%.
Penyimpangan terjadi karena proses produksi hanya membutuhkan waktu
1 jam. Seharusnya produksi polistirena membutuhkan waktu yang maksimal agar
terjadi reaksi sempurna, mengingat agar cepat mendapatkan produk polistirena
dan segera dipasarkan. Apabila menunggu sampai waktu maksimum, maka
dibutuhkan waktu yang sangat lama. Selain itu, reaksi pembentukan polistirena
merupakan eksotermis yang menghasilkan panas. Reaksi ini terjadi pada suhu 410
K. Apabila reaksi terjadi pada suhu yang sangat tinggi maka, sangat berbahaya
dan produk yang dihasilkan kurang maksimal.
Untuk meningkatkan konversi bisa diatasi dengan menggunakan katalis
Fe2O3. Katalis ini akan mengurangi energi aktivasi dan meningkatkan kecepatan
reaksi pembentukan polistirena.
http://bilangapax.blogspot.com/2011/02/polistirena.html

5.4. Diagram Alir Pembentukan Polistirena


a. GPPS (General Purpose Polystyrene) Flowsheet
b. HIPS (High Impact Polystyrene) Flowsheet

c. EPS (Expanable Polystyrene) Flowsheet

5.5.Manfaat Polistirena
Polystyrene merupakan senyawa berbentuk Kristal bening yang
mempunyai sifat elektris yang baik, derajat kekerasan yang tinggi, tahan
terhadap panas, mudah dalam pewarnaan, permukaan yang halus dan low
toxity.
Karena sifat-sifat seperti di atas maka polystyrene banyak digunakan
sebagai:
a. Sebagai bungkus makanan

b. Sebagai bahan isolator

c. Sebagai furniture

d. Sebagai bahan pengepakan


e. Peralatan rumah tangga, dll
BAB VI
PENUTUP

6.1.Kesimpulan
Polystyrene adalah sebuah aromatik polimer yang dibuat dari
aromatik monomer styrene, cairan hidrokarbon yang secara komersial
diproduksi dari minyak bumi oleh di industri kimia.
Polystyrene merupakan senyawa berbentuk Kristal bening yang
mempunyai sifat elektris yang baik, derajat kekerasan yang tinggi, tahan
terhadap panas, mudah dalam pewarnaan, permukaan yang halus dan low
toxity.
Polystyrene dibuat melalui beberapa tahapan reaksi, yaitu tahapan
inisiasi, tahapan propagasi, dan tahapan terminasi. Sedangkan contoh proses
produksinya adalah bulk-batch, bulk-continuous, polimerisasi suspensi, dan
polimerisasi eemulsi.
Berdasarkan analisa data yang telah diperoleh, maka disimpulkan
bahwa potensi pasar dari produk polistrena di Indonesia masih luas karena
setiap tahun permintaan produk polistirena semakin meningkat.

6.2.Saran
a. Saran Untuk Produsen
 Pendirian pabrik polistirena semakin cepat semakin baik, karena ke
kebutuhan dalam negeri akan polystirena semakin tahun semakin
tinggi
b. Saran Untuk Konsumen
 Hindari pengunaan polistirena berlebih karena dapat mencemari
lingkungan
 Hindari penggunaan polistirena sebagai tempat makanan dengan
suhu tinggi karena dapat terjadi kontaminasi pada makanan oleh
polistirena.
c. Saran Untuk bidang IPTEK
 Diharapkan ditemukannya bahan baku pengganti untuk sterofoam
yang lebih ramah lingkungan dan lebih mudah terurai oleh alam.
DAFTAR PUSTAKA

Levenspiel, O. 1957. “Chemical Reaction Engineering”. New York: Mc Graw


Hill Book Co.
Perry, R.H. and Green, D.W., 1997, Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 7th
ed., Mc. Graw-Hill Book Company, New York.
Smith,J.M., H.C.Van Ness., M.M.Abbott. 2001. “Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics” sixth ed. Singapore : Mc Graw Hill Book
http://bilangapax.blogspot.com/2011/02/polistirena.html
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/532/jbptunikompp-gdl-rizkyrachm-26569-6
babiv.pdf
http://serbamurni.blogspot.com/2012/02/contoh-laporan-cstr-continuous-
stirred.html
selvyfransisca.files.wordpress.com/2011/07/makalah-asam-asetat.docx
Wikipedia.com/polystyrene.html

Anda mungkin juga menyukai