Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PRAKTIKUM

MATA KULIAH PILIHAN PULP DAN KERTAS


Pulping dan Bleaching dari Kulit Jagung dengan Proses
Organosolv Menggunakan Asam Formiat

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah Pilihan Kertas


Disusun oleh :
1. Fitri Muliawati

21030112060037

2. Rahmanda luthfia

21030112060074

3. Desy Ariyani

21030112060129

4. Muffidah

21030112060131

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

HALAMAN PENGESAHAN
Judul Usulan Kegiatan

: Pulping dan Bleaching dari Kulit Jagung dengan proses


organosolv menggunakan Asam Formiat

Jurusan

: PSD III Teknik Kimia

Fakultas

: Teknik

Universitas

: Diponegoro, Semarang

Praktikan

: 1. Fitri Muliawati

21030112060037

2. Rahmanda luthfia

21030112060074

3. Desy Ariyani

21030112060129

4. Muffidah

21030112060131

Semarang, 15 Oktober 2014


Praktikan,

Fitri Muliawati
21030112060037

Rahmanda Luthfia
21030112060074

Desy Ariyani

Muffidah

21030112060129

21030112060131

Mengetahui,
Ketua Program Studi Diploma III Teknik Kimia
Program Diploma Fakultas Teknik
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Dosen Pembimbing

Ir. Hj. Wahyuningsih, M.Si

Ir. R. TD. Wisnu Broto, MT

NIP. 195403181986032001

NIP. 195909251987031002

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kertas (paper) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Setiap tahunnya tingkat pengguna kertas di Indonesia mengalami kenaikan yaitu sekitar
0,5% pertahun. Pada tahun 2012 tingkat pengguna kertas di Indonesia mencapai 4,2%
dengan tingkat konsumsi kertas per kapita 32 kg atau sekitar 7,8 juta ton [Saputra, 2012].
Sedangkan kapasitas produksi kertas di Indonesia hingga akhir tahun 2012 tercatat
sebesar 13 juta ton, dimana 50% hasil produksinya untuk melayani pasar ekspor, sisanya
6,5 juta ton untuk kebutuhan dalam negeri [Ekarina, 2012]. Sehingga Indonesia
mengalami kekurangan pasokan kertas sebesar 1,3 juta ton. Kebutuhan yang besar ini
menjadi pemicu maraknya kasus pembalakan liar di Indonesia karena semakin
berkurangnya pasokan kayu alam sebagai bahan baku utama industri pulp.
Penggunaan bahan baku alternatif dalam industri pulp diyakini dapat menjamin
keberlangsungan industri pulp nasional dan mengantisipasi kerusakan hutan alam.
Biomassa yang dapat dijadikan bahan baku alternatif untuk pembuatan pulp adalah
bahan bukan kayu (non-wood). Sumber bahan non-wood ini berasal dari limbah
pertanian dan perkebunan, maupun rumput-rumputan [Rionaldo et al., 2008].
Kulit jagung merupakan salah satu sumber biomassa dengan kadar selulosa yang
cukup tinggi yaitu sekitar 42,43%, kadar lignin yang relatif rendah sekitar 21,73% dan
hemiselulosa 25,06% [Susanto, 1998], sehingga kulit jagung cocok untuk dimanfaatkan
sebagai bahan baku industri kimia seperti pabrik pulp, kertas dan rayon. Namun pada
dasarnya limbah jagung berupa kulit jagung atau klobot jagung sampai saat ini
pemanfaatannya

kurang

maksimal,

padahal

jumlahnya

sangat

melimpah

ruah.Masyarakat pada umumnya menggunakan limbah jagung ini sebagai makanan


ternak, pembungkus rokok, pembungkus makanan tradisional, dan kerajinan tangan
berupa bunga-bungaan hias. Potensi serat kulit/klobot jagung jika dijadikan suatu produk
akan menjadi sesuatu benda fungsi yang menarik dan unik. Kini kulit jagung dapat
bermanfaat, salah satunya untuk bahan baku pembuatan pulp. Dengan adanya
pengolahan kulit jagung dapat menambah nilai guna dan nilai jual yang tinggi.
Proses pembuatan pulp dari kulit jagung ini, sebelumnya perlu diketahui kondisi
optimum operasi pembuatannya dengan menggunakan alat digester. Proses pembuatan
pulp ini dilakukan dengan proses soda. Demikian dapat menganalisa kondisi yang sesuai
dari kulit jagung untuk dijadikan pulp
1.2 PERUMUSAN MASALAH

a.

Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah kulit jagung
dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp, dan juga untuk mengetahui
proses

pembuatan

pulp

dari

bahan

baku

kulit

jagung

dengan

proses

organosolv.Proses pembuatan pulp dari kulit jagung ini, sebelumnya perlu diketahui
kondisi optimum operasi pembuatannya dengan menggunakan alat digester. Proses
pembuatan pulp ini dilakukan dengan proses organosolv. Kemudian, pada jurnal Eva
Rahayu Ningsih yang melakukan pembuatan kertas dari kulit jagung, hanya
menganalisa ketahan tarik, ketahanan sobek, dan nilai gramatur. Pada praktikum ini,
kami ingin menambah analisa untuk menentukan kadar air, menentukan kadar abu,
menentukan kadar

selulosa, serta menentukan yield.

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Memanfaatkan kulit jagung menjadi bahan baku pembuatan pulp
2. Mengetahui proses pembuatan pulp dengan metode organosolv

BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Jagung (Zea Mays L.)
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi.Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika
Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika
Serikat.Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa
Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber
karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya),
diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung
jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya).
Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan
furfural.

Gambar 1. Tanaman Jagung


(http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung)
2.2 Limbah Kulit Jagung
Limbah tanaman jagung dihasilkan mulai jagung dipanen sampai jagung diolah
menjadi berbagai pangan. Ada berbagai macam limbah tanaman jagung. Limbah yang
dihasilkan sesuai dengan tahap penanganan dan pengolahan jagung. Pada saat panen
jagung, limbah yang dihasilkan adalah batang jagung, daun jagung, dan kulit (klobot)
jagung.

Gambar 2. Kulit Jagung


Klobot adalah kulit pembungkus buah jagung. Klobot jagung mempunyai
permukaan kulit yang kasar dan berwarna hijau muda hingga hijau tua. Semakin ke
dalam warna klobot semakin berwarna hijau muda dan akhirnya berwarna putih.jumlah
rata-rata klobot dalam tongkol jagung adalah 12-15 lembar. Semakin tua umur jagung
semakin kering klobotnya. Bobot rata-rata klobot jagung manis 59 gram (25,67%) dan
jagung pioneer 108 gram (30,08%).
Tabel 1. Komposisi Kimia Kulit Jagung
Komponen

Kandungan (%)

Abu

6,04

Lignin

15,70

Selulosa

36,81

Hemiselulosa

27,01

Kadar Air

14.44

(http://ebookfreetoday.com/pembuatan-pulp-dari-kulit-buah-jagung~0.html)
Komponen-komponen yang terdapat dalam kulit jagung antara lain:
a. Selulosa
Selulosa adalah bagian utama susunan jaringan tanaman berkayu, bahan
tersebut terdapat juga pada tumbuhan perdu seperti paku, lumut, ganggang dan
jamur.Selulosa merupakan serat-serat panjang yang bersama hemiselulosa, pektin, dan
protein membentuk struktur jaringan yang memperkuat dinding sel tanaman.Bagian
inikomponen penting dari kayu yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas.
(http://aprysilverfox.blogspot.com/2010/08/makalah-pembuatan-pulp-dan-kertasdari.html)
b. Hemisellulosa
Hemisellulosa adalah

kelompok

polisakarida yang terdapat bersama-sama

sellulosa dalam jaringan tanaman. Senyawa ini larut dalam air panas, larut dalam alkali
encer seperti halnya sellulose.Fungsi hemicellulose adalah perekat dalam kayu.
(http://id.wikipedia.org/wiki/hemisellulose)

c. Lignin
Lignin merupakan bagian terbesar dari selulosa.Penyerapan sinar (warna) oleh
pulp terutama berkaitan dengan komponen ligninnya.Untuk mencapai derajat keputihan
yang tinggi, lignin tersisa harus dihilangkan dari pulp, dibebaskan dari gugus yang
menyerap sinar kuat sesempurna mungkin. Lignin akan mengikat serat selulosa yang
kecil menjadi serat-serat panjang. Lignin tidak akan larut dalam larutan asam tetapi
mudah larut dalam alkali encer dan mudah diserang oleh zat-zat oksida lainnya.
(http://aprysilverfox.blogspot.com/2010/08/makalah-pembuatan-pulp-dan-kertasdari.html)
2.3 Kertas
Kertas adalah kemasan yang pertama ditemukan sebelum plastik dan logam. Saat
ini kemasan kertas masih banyak digunakan dan mampu bersaing dengan kemasan lain
seperti plastik dan logam karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan
penggunaannya yang luas. Selain sebagai kemasan, kertas juga berfungsi sebagai
media komunikator dan media cetak.Kelemahan kemasan kertas untuk mengemas
bahan pangan adalah sifatnya yang sensitif terhadap air dan mudah dipengaruhi oleh
kelembaman udara lingkungan. Sifat-sifat kemasan kertas sangat tergantung pada
proses pembuatan dan perlakuan tambahan pada proses pembuatannya. Kemasan
kertas dapat berupa kemasan fleksibel atau kemasan kaku.
Jenis kemasan ketas yang dapat digunakan sebagai kemasan fleksibel adalah kertas
kraft dan kertas tahan lemak (grease proof).Glassin dan kertas lilin (waxed paper) atau
kertas yang dibuat dari modifikasi kemasan kertas fleklsibel. Kemasan kertas yang kaku
terdapat dalam bentuk karton, kotak, drum, cawan - cawan yang tahan air, yang dapat
dibuat dari paper board, kertas laminasi, corrugated board dan berbagai jenis board dari
kertas khusus. Wadah kertas biasanya dibungkus lagi dengan bahan - bahan kemasan
lain seperti plastik dan foil logam yang lebih bersifat protektif. Karakteristik kertas
didasarkan pada berat atau ketebalannya.
Berdasarkan berat maka kertas dapat dinyatakan dalam berat (lb)/3000 ft atau yang
disebut dengan rim. Di USA banyaknya rim standar untuk kertas kemasan adalah 500
lembar dengan ukuran 24 x 36 inchi (61 x 91.5 cm). Di Eropa, Jepang dan negara
negara lainnya ukuran yang lebih umum adalah grammage (gr/m). Gramatur untuk
kertas kemasan berkisar antara 30 g /m - 150 g/m, (18 lb / rim - 90 lb / rim), sedangkan
untuk corrugated board berkisar antara 117 gr/m2 - 300 g/m (72 lb/rim - 85 lb /rim)
2.4 Proses Pembuatan Kertas
Bahan baku pembuatan kertas adalah selulosa yang diberi perlakuan kimia,
dibilas, diuraikan, dipucatkan, dibentuk menjadi lembaran setelah pressing dan

dikeringkan. Kayu terdiri dari 50% selulosa, 30% lignin dan bahan bersifat adhesif di
lamela tengah, 20% karbohidrat berupa xylan, resin dan tanin. Jenis kayu dan lembaran
akhir kertas yang di inginkan sangat menentukan cara pembuatan kertas. Pada
pembuatan kertas dengan bahan baku berupa kayu terlebih dahulu dibuat menjadi pulp.
2.5 Proses Pembuatan Pulp
Pemisahan serat selulosa dari bahan-bahan bukan serat kayu dan bukan kayu
dapat dilakukan dengan berbagai proses, yaitu proses mekanik, proses semi-kimia dan
proses kimia.
A. Proses Mekanik
Kayu gelondongan dihancurkan dengan gilingan batu sambil menyemprotkan air ke
permukaan gilingan batu untuk mengeluarkan bahan yang sudah digiling.Metode ini
hanya digunakan untuk jenis kayu lunak yaitu jenis kayu yang berasal dari pohon
berdaun jarum. Proses mekamik ini tidak ada bagian kayu yang terbuang.
B. Proses Kimia
Pada metode ini serpihan kayu dimasukkan ke dalam bahan kimia untuk
mengeluarkan lignin dan karbohidrat. Ada 3 proses kimia yang digunakan yaitu :
B.1 Proses Soda
Proses soda ditemukan di Inggris tahun 1851 dan merupakan proses kimia yang tertua.
Pada proses soda, bahan kimia yang digunakan untuk melarutkan komponen kayu yang
tidak diinginkan adalah soda kaustik (sodium hidroksida) dan soda abu (sodium
karbonat). Proses soda digunakan untuk pembuatan pulp dari kayu keras yaitu kayu yang
berasal dari pohon yang daunnya lebar, mempunyai panjang serat lebih kecil 0,25 cm.
B.2 Proses Kraft
Proses Kraft atau proses sulfat menggunakan bahan kimia berupa sodium sulfat sebagai
pengganti sodium karbonat. Hasil dari proses kraft adalah pulp kraft yang keras tetapi
berwarna coklat dan sulit untuk diputihkan, sedangkan pulp soda berwarna lebih putih
dan teksturnya halus.
B.3 Proses sulfit
Proses sulfit dengan menggunakan bahan kimia berupa larutan kalsium atau magnesium
bisulfit dan asam sulfit. Metode ini digunakan untuk kayu lunak dan dihasilkan pulp yang
berwarna lebih terang., kekuatannya lebih tinggi dari pulp soda api tidak sekuat pulp kraft
(Smook, G.A., 1992)
C. Proses Semi Kimia
Proses ini merupakan kombinasi cara kimia dan alat - alat mekanis dalam
pembuatan pulp kayu. Untuk melunakkan lignin dan karbohidrat yang terikat dengan
serat, maka kayu direndam dalam soda kaustik atau sodium sulfi netral.Kemudian digiling

dalam piringan penghalus. Metode semi kimia digunakan untuk kayu keras, biaya
prosesnya rendah dan pulp yang dihasilkan masih mengandung sebagian besar lignin.
Pulp semi kimia digunakan untuk kayu keras, biaya prosesnya rendah dan pulp yang
dihasilkan masih mengandung sebagian besar lignin. Pulp semi kimia sukar diputihkan,
dan jika terkena sinar matahari akan berwarna kuning. Biasanya digunakan untuk bahan
yang membutuhkan kekuatan dan kekakuan seperti media kardus. Kayu yang dijadikan
pulp dipotong menjadi potongan yang tipis dan kecil yang disebut dengan chips, dimasak
beberapa jam dengan menggunakan alat penghancur yang dioperasikan pada suhu
150oC dengan tekanan 4-5 atm, pencucian, dilakukan pemutihan (bleaching) dengan
menggunakan kalsium hipoklorit, hidrogen peroksida atau kalsium dioksida. Proses
pemutihan dapat menurunkan kekuatan pulp, sehingga perlu diperhatikan hubungan
antara derajat putih pulp dan kekuatan kertas yang dihasilkan.
D. Organosolv
Proses organosolv adalah proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan
kimia organik seperti misalnya metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan lain-lain. Proses
ini telah terbukti memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan sangat efisien
dalam pemanfaatan sumber daya hutan. Dengan menggunakan proses organosolv
diharapkan permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh industri pulp dan kertas akan
dapat diatasi. Hal ini karena proses organosolv memberikan beberapa keuntungan,
antara lain yaitu rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang lindi hitam dapat
dilakukan dengan mudah, tidak menggunakan unsur sulfur sehingga lebih aman terhadap
lingkungan, dapat menghasilkan by-products (hasil sampingan) berupa lignin dan
hemiselulosa dengan tingkat kemurnian tinggi. Ini secara ekonomis dapat mengurangi
biaya produksi, dan dapat dioperasikan secara ekonomis pada kapasistas terpasang
yang relatif kecil yaitu sekitar 200 ton pulp per hari.
Penelitian mengenai penggunaan bahan kimia organik sebagai bahan pemasak
dalam proses pulping sebenarnya telah lama dilakukan. Ada berbagai macam jenis
proses organosolv, namun yang telah berkembang pesat pada saat ini adalah proses
alcell (alcohol cellulose) yaitu proses pulping dengan menggunakan bahan kimia
pemasak alkohol, proses acetocell (menggunakan asam asetat), dan proses organocell
(menggunakan metanol).

Proses alcell telah memasuki tahap pabrik percontohan di

beberapa negara misalnya di Kanada dan Amerika Serikat, sedangkan proses acetocell
mulai diterapkan dalam beberapa pabrik di Jerman pada tahun 1990-an. Proses alcell
yang telah beroperasi dalam skala pabrik di New Brunswick (Kanada) terbukti mampu
manghasilkan pulp dengan kekuatan setara pulp kraft, rendemen tinggi, dan sifat
pendauran bahan kimia yang sangat baik.
E. Acetosolv

Penggunaan asam asetat sebagai pelarut organik disebut dengan proses acetosolv.
Proses acetosolv dalam pengolahan pulp memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
bebas senyawa sulfur, daur ulang limbah dapat dilakukan hanya dengan metode
penguapan dengan tingkat kemurnian yang cukup tinggi, dan nilai hasil daur ulangnya
jauh lebih mahal dibanding dengan hasil daur ulang limbah kraft . Rendemen pulp lebih
tinggi, pendauran lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah, dapat diperoleh hasil
samping berupa lignin dan furfural dengan . Keuntungan dari proses acetosolv adalah
bahwa bahan pemasak yang digunakan dapat diambil kembali tanpa adanya proses
pembakaran bahan bekas pemasak. Selain itu proses tersebut dapat dilakukan tanpa
menggunakan bahan-bahan organik.

10

BAB III
METODOLOGI
3.1 Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap :
Tahap I

: Analisa terhadap bahan dasar

Tahap II

: Pemasakan dengan proses organosolv

Tahap III

: Analisa pulp hasil pemasakan

3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan


3.2.1 Alat
No.

Alat

Ukuran

Jumlah

1.

Sendok

1 buah

2.

Pipet

2 buah

3.

Pengaduk

1 buah

4.

Kertas pH

Secukupnya

5.

Kaca arloji

2 buah

6.

Cawan porselen

3 buah

7.

Gunting

1 buah

8.

Termometer

1 buah

9.

Klem,

1 buah

10.

Buret

10, 50, 100 mL

3 buah

11.

Gelas Ukur

100, 500 mL

2 buah

12.

Beaker Glass

250, 100 mL

2 buah

13.

Labu Takar

1 buah

14.

Timbangan elektrik

1 buah

15.

Muffle furnace

1 buah

16.

Water bath

1 buah

17.

Digester

1 buah

18.

Oven

1 buah

19.

Desikator

Statif

dan

1 buah

3.2.2. Gambar Rangkaian Alat Digester

11

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Motor Penggerak Impeller


Pengatur Suhu
Sensor Suhu
Saklar Heater
Saklar Motor
Impeller

7. Inlet
8. Outlet
9. Valve Tekanan
10. Indikator Tekanan
11. Jaket

3.2.3
a.
b.
c.
d.
e.

Spesifikasi Perancangan alat


Diameter Tangki
= 30 cm
Tinggi Tangki
= 45 cm
Tebal Plate
= 2,5 mm
Diameter Impeller
= 23,07 cm
Rpm
= 4.500 rpm

3.2.4
a.
b.
c.
d.

Cara Kerja Alat Digester


Menghubungkan kabel alat dengan sumber arus listrik (PLN)
Memasukkan bahan-bahan pembuatan ke dalam tangki
Mengatur suhu sesuai dengan set point
Menyalakan alat pada control panel dengan dengan cara menekan tombol

ON
e. Mengatur control valve pada pressure gauge agar tidak melampaui batas
(<1kg/cm2)
f. Memasak bahan-bahan selama waktu yang ditentukan
g. Mematikan alat dengan cara menekan tombol OFF
3.2.5

Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan :


1. Kulit Jagung

6. KI 166 gr/lt

2. CH3COOH 2 N

7.Na2S2O3 0.1 N

12

3. Asam Formiat

8. Kaporit

4. KMnO4 0.1 N

9. Aquadest

5. H2SO4 4 N

10. NaOH

3.3

Variabel Percobaan
Variabel Tetap :

Berat sampel = 400 gram


Rasio berat bahan terhadap larutan pamasak = 1: 10
Temperatur pemasakan = 1000 C

Variabel Berubah:

Konsentrasi Asam formiat

= 80%, 90%

Waktu pemasakan

= 100, 120 menit

3.3.1 Tabel Variabel Percobaan


Pengamatan
Percobaa
n

Kadar
selulosa

1
2

80 %
80 %

80 %

90 %

1100 C
1200 C
T
optimum
T
optimum

optimum

optimum

Keterangan
Kadar

Kadar

Yield

abu

A1
A2

B1
B2

C1
C2

D1
D2

A3

B3

C3

D3

A4

B4

C4

D4

optimu

optimu

optimu

optimu

air
Didapat

optimum
Didapat

optimum

Pada percobaan I dilakukan proses pulping dengan konsentrasi larutan pemasak 80


%, suhu 1100 C didapat kadar selulosa A1, yield B1, kadar abu C1, dan kadar air D1. Pada
percobaan II dilakukan proses pulping dengan konsentrasi larutan pemasak 80 %, suhu
1200 C didapat kadar selulosa A2, yield B2, kadar abu C2, dan kadar air D2. Dari hasil
percobaan I dan percobaan II didapat T optimum. Pada percobaan III dilakukan proses
pulping dengan konsentrasi larutan pemasak 80 %, suhu T optimum didapat kadar
selulosa A3, yield B3, kadar abu C3, dan kadar air D3. Pada percobaan IV dilakukan proses
pulping dengan konsentrasi larutan pemasak 90 %, suhu T optimum didapat kadar
selulosa A4, yield B4, kadar abu C4, dan kadar air D4. Dari percobaan III dan percobaan IV
didapatkan C optimum. Percobaan V dilakukan proses pulping dengan konsentrasi larutan
pemasak C optimum dan suhu T optimum diharapkan didapat kadar selulosa A optimum,
yield B optimum, kadar abu C optimum, dan kadar air D optimum.

13

3.4 Metode Pendekatan


Percobaan yang akan dilakukan meliputi 3 tahap, yaitu :
1.

Analisa terhadap bahan dasar

2.

Pemasakan dengan proses organosolv

3.

Proses pemutihan (bleaching)

Pada analisa bahan dasar kulit jagung, akan dilakukan beberapa macam analisa, yaitu :
b.

Menentukan kadar air

c.

Menentukan kadar abu

d.

Menentukan kadar

selulosa

3.5 Prosedur Kerja


3.5.1 Analisa Terhadap Bahan Dasar
a. Menentukan kadar air
Langkah-langkahnya :

2 gram sampel ditimbang dalam beaker glass

Dikeringkan dalam oven pada suhu 1500C selama 1 jam lalu didinginkan dalam
desikator kemudian ditimbang. Hal ini kita ulangi hingga memperoleh penimbangan
dengan berat konstan.

ab
2

Kadar air :

x100%

a = berat beaker glass

b. Menentukan Kadar Abu


Langkah-langkahnya :

Krus kosong dibakar dalam muffle furnace (oven yang suhunya lebih tinggi) pada
suhu 110 0C hingga diperoleh berat konstan. Misal a gram.

Timbang 2 gram sample, masukkan dalam krus porselen tadi, kemudian


pindahkan dalam muffle furnace dan dibakar pada suhu 600 0C selama 2 s/d 4 jam
hingga seluruh karbon terbakar.

Dinginkan dalam desikator

Ulangi percobaan hingga diperoleh berat konsatn

ba
berat sampel bebas air

Kadar abu :

x100%

14

c. Menentukan kadar

selulosa

Langkah-langkahnya :
Timbang 3 gram sampel kering dalam beaker glass, letakkan dalam cooler

bath dan suhu dijaga 200C.


Tambahkan 35 ml NaOH 17,5% diaduk selama 5 menit lalu tambahkan lagi 10

ml dan aduk selama 10 menit. Tambahkan lagi masing-masing 10 ml pada menit ke


2,5;5;10 menit berikutnya.

Tutup beaker glass dengan kaca arloji dan biarkan selama 3 menit.

Tambahkan aquadest 100 ml aduk hingga homogen dan biarkan selama 30


menit.

Saring dengan saringan penghisap dan sisa sampel dalam beaker glass

dikeluarkan dengan bantuan penambahan 25 ml NaOH 8,5%

Endapan dicuci dengan aquadest 5 50 ml

Saring dengan saringan penghisap dan lanjutkan pencucian dengan


aquadest 400 ml.

Tambahkan 40 ml asam asetat 2 N

Biarkan endapan terendam dahulu baru cairan dibuang kemudian dicuci


dengan aquadest hingga larutan menjadi netral.Setiap kali pencucian diuji

Setelah netral dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C; 300C.

Didinginkan dalam desikator dan timbang, ulangi hal tersebut hingga


diperoleh berat konstan, misal b gram

Kadar

b
3
selulosa :

x100%

3.5.2 Pemasakan (pulping) Dengan Proses Organosolv


1. Menjemur kulit jagung untuk mengurangi kadar air
2. Memotong - motong kulit jagung yang sudah kering
3. Menimbang kulit jagung sebanyak 400 gram, masukkan dalam digester dan
tambahkan larutan Asam Formiat 70%, 80%, 90% dengan perbandingan larutan
pemasak dengan berat sampel x : y
4. Memasak selama 60, 120 menit dengan suhu 100 OC
5. Hasil disaring hingga diperoleh pulp dan cairan black liquor. Cairan ini dibuang, pulp
dianalisa dan di bleaching.

15

3.5.3 Analisa Bahan Jadi


a. Menentukan kadar abu

b. Menentukan kadar selulosa


c. Menentukan kadar lignin melalui permanganat number
Langkah-langkahnya :
Timbang 1 gr pulp kering, hancurkan pulp dengan aquadest 50 ml.
Pindahkan dalam beaker glass 1 lt dan tambahkan 25 ml KMnO 4 0,1N; 25 ml H2SO4 4 N
dan 650 ml aquadest, aduk selama 5 menit.
Tambahakan 5 ml larutan KI 166 gr/lt, I2 bebas yang terjadi dititrasi dengan 0,1 N larutan
thiosulfat. Misal; b Larutan blanko KMnO4 membutuhkan a ml thiosulfat.
Bilangan permanganat = a-b
3.5.4 Proses Pemutihan
Pulp yang digunakan adalah pulp dengan kondisi operasi optimum.
Langkah- langkahnya :

Timbang sampel

Membuat larutan bleaching 1 gram per liter dengan tahapan:


Timbang 0,5 gram kaporit
Masukkan ke dalam labu takar 500 ml dan encerkan dengan aquadest.

Bleaching dilakukan dengan konsistensi 1 : 5, sehingga larutan bleaching


yang dibutuhkan sebanyak 125 ml.

Kemudian sampel direndam dalam larutan bleaching dengan kondisi


operasi pH 8-9 dan waktu bleaching 1 jam.

Bandingkan warna sampel hasil bleaching dengan pulp untuk sampel, bila
masih berwarna coklat lakukan bleaching hinga warna yang lebih putih
DAFTAR PUSTAKA

Zulfansyah,Shelviana Hanika Puspitasari.2013.Delignifikasi Batang Jagung dengan


Proses Organosolv Menggunakan Pelarut Asam Formiat.Universitas Riau :Riau
http://aprysilverfox.blogspot.com/2010/08/makalah-pembuatan-pulp-dan-kertas-dari.html
http://ebookfreetoday.com/pembuatan-pulp-dari-kulit-buah-jagung~0.html
http://id.wikipedia.org/wiki/hemisellulose
http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung

16

17

Anda mungkin juga menyukai