Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

PEMANGKASAN DAN KASTRASI KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis jacq)

OLEH:

FAUZI RISKI LUBIS


NISN: 0023271125

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI RIAU


SMK NEGERI 1 GUNUNG SAHILAN
KABUPATEN KAMPAR
RIAU
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)

PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

TAHUN 2020

Kerja sama dengan

PT. PALMA INTI LESTARI (Bangkinang)

Pembimbing, Kajur,

Hj. WAHYUNIS, SP, M,Pd Hj. WAHYUNIS, SP, M,Pd

Mengetahui,
Kepsek SMKN 1 Gunung Sahilan

MASNUR.K, S. Pd, M. Pd
NIP. 197201122006051001

i |Laporan
KATA PENGANTAR

Saya mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan dan
karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.dalam
upaya menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif.berupaya agar
setiap individu memperoleh kesempatan mendapatkan pendidikan yang bermutu
dengan utuh, hal ini diwujudkan secara berkesinambungan meningkatkan kualitas
sistem pendidikan nasional di Indonesia.Pendidikan nasional, khususnya bagi
SMK merupakan wadah untuk tenaga-tenaga yang siap bekerja. Wujud kebijakan
pendidikan nasional diantaranya mempersiapkan dan melaksanakan Prakerin.
Prakerin merupakan sarana penunjang di luar teori sekolah, dengan upaya
menjalin kerja sama yang baik antara pihak dunia industri (DUDI) dan SMKN 1
GUNUNG SAHILAN. Maka dengan ini kami mohon dukungan dan doa dari
semua pihak, semoga Prakerin di SMKN 1 GUNUNG SAHILAN ini berjalan
dengan lancar dan benar-benar bermanfaat bagi pesertanya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penulisan laporan ini serta
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Boy Yohanes.S.Si sebagai tutor dari PT.PALMA INTI
LESTARI.
2. Bapak MASNUR.K,S.Pd,M.Pd.sebagai kepala sekolah SMKN 1 GUNUNG
SAHILAN
3. Kedua orang tua saya yang telah mendukung dan memberikan support serta
kepada saya.
4. Ibu Hj.WAHYUNIS.SP,M.Pd. sebagai kajur jurusan Agribisnis Tanaman
Perkebunan dan sebagai pembimbing prakerin.
5. Seluruh teman-teman kelas XII jurusan Agribisnis Tanaman Perkebunan.
Laporan ini saya susun berdasarkan pengalaman yang didapatkan saat
melaksanakan Prakerin di SMKN 1 GUNUNG SAHILAN.laporan ini kami susun
sedemikian rupa dengan harapan bisa diterima oleh guru pembimbing serta
sebagai referensi untuk adik kelas nantinya.
Kebundurian, September 2020

Penulis

ii |Laporan
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................i
KATAPENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I :PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Tujuan dan Manfaat............................................................................. 1
BAB II :TINJAUAN TEORITIS
2.1 Sejarah kelapa sawit......................................................................... 2
2.2 Pengertian pemangkasan dan kastrasi kelapa sawit....................... 12
2.3 Jenis-jenis pemangkasan................................................................ 13
2.4 Tujuan pemangkasan dan kastrasi kelapa sawit............................. 14
2.5 Teknik pemangkasan...................................................................... 14
BAB III :METODOLOGI
A.Waktu dan Tempat........................................................................... 16
B.Alat dan Bahan................................................................................. 16
C.Langkah Kerja.................................................................................. 18
BAB IV :HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.............................................................................................. 22
4.2 Pembahasan.................................................................................. 23

iii |Laporan
BAB V : PENUTUP
A.Kesimpulan.................................................................................25
B.Saran-saran..................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................26

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 :gambar melakukan pemangkasan(pruning) pada kelapa sawit...24
Lampiran 2: gambar melakukan pemangkasan(pruning) pada kelapa sawit...25
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara indonesia merupakan penghasil terbesar kedua di dunia sebagai


penghasil kelapa sawit setelah malaysia.pada tahun 2004 dari data yang dihasilkan
luas total perkebunan kelapa sait di indonesia telah mencapai 5 067 058 ha. Tahun
2014 luas areal kelapa sawit mencapi 10,9 juta ha. kelapa sawit merupakan komoditas
perkebunan yang cukup penting di indonesia dan masih memiliki prospek
pengembangan yang cukup cerah karena keunggulan yang banyak didalam
melakukan budidaya.
Pruning/pemangkasan merupakan termasuk dalam kegiatan persiapan panen
dengan tujuan agar tidak mengganggu proses pemanenan pula.Pemangkasan daun
pada kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh pohon yang bersih dengan jumlah
daun yang optimal dalam satu pohon serta memudahkan pamanenan.
Kastrasi pada tanaman kelapa sawit merupakan salah satu pekerjaan yang
penting sebelum tanam beralih dari tahap TBM ke tahap TM .tanaman kelapa sawit
sudah mulai berbunga yakni ketika berumur 14 bulan.pada saat itu ,bunga-bunga
tanaman sawit tersebut masih belum sempurna membentuk buah hingga tanaman
mencapai umur sekitar 23 bulan. Sebelum itu ,buah yang di hasilkan tidak ekonomis
untuk di olah .hal ini dilakukan karena bunga muda umunya masih kecil dan belum
sempurna,sering gugur atau aborsi,bunga seperti ini tidak menguntungkan bila
dipertahankan .karena itu maka semua bunga maupun buah yang di hasilkan hingga
mencapai umur 23 bulan ini perlu dibuang atau di kastrasi

B. Tujuan dan Manfaat


1.1 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah laporan ini adalah:
1.Mengetahui cara dan bentuk pemangkasan dan kastrasi pada kelapa sawit;
2.Mengetahui semua langkah kerja pemangkasan dan kastrasi kelapa sawit;
1.2 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari pembuatan makalah laporan ini adalah:
1.Siswa/i memahami bentuk kelapa sawit yang harus di pangkas ataupun di kastrasi.

1 |Laporan
2. Siswa/i memahami cara mengatasi kelapa sawit yang tidak tumbuh dengan baik.
BAB II TINJAUAN
TEORITIS

2.1 Sejarah kelapa sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman
ini merupakan tanaman asli dari Afrika Barat dan Afrika Tengah. Di Indonesia,
sejarah kelapa sawit berawal dari empat biji kelapa sawit yang dibawa oleh Dr. D. T.
Pryce, masing-masing dua benih dari Bourbon, Mauritius dan dua benih lainnya
berasal dari Hortus Botanicus,Amsterdam, Belanda, pada tahun 1848.

Monumen kelapa sawit di Kebon Raya Bogor, tempat empat biji kelapa sawit
dari Mauritius dan Hortus Botanicus, ditanam.empat biji kelapa sawit tersebut
kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor yang ketika itu dipimpin oleh Johanes Elyas
Teysman dan berhasil tumbuh dengan subur.Di Kebon Raya Bogor, pohon kelapa
sawit tersebut tumbuh tinggi dengan ketinggian 12 meter dan menjadi pohon kelapa
sawit tertua di Asia Tenggara. Namun, pada 15 Oktober 1989, induk pohon kelapa
sawit itu mati. Pada tahun 1853 atau lima tahun setelah ditanam, pohon kelapa sawit
di Kebon Raya Bogor menghasilkan buah. Biji-biji kelapa sawit itu kemudian disebar
secara gratis, termasuk dibawa ke Sumatra pada tahun 1875, untuk menjadi tanaman
hias di pinggir jalan.Tidak disangka, ternyata kelapa sawit tumbuh subur di Deli,
Sumatra Utara, pada tahun 1870-an, sehingga bibit-bibit kelapa sawit dari daerah ini
terkenal dengan nama kelapa sawit "Deli Dura".
Era Hindia Belanda

Semula, orang-orang Belanda tidak terlalu menaruh perhatian besar terhadap


kelapa sawit. Mereka lebih mengenal minyak kelapa. Namun, revolusi industri (1750-
1850) yang terjadi di Eropa, mendorong terjadinya lonjakan permintaan terhadap
minyak. Hal ini mendorong pemerintahan Hindia Belanda mencoba melakukan

2 |Laporan
penanaman kelapa sawit di beberapa tempat. Percobaan penanaman kelapa sawit
pertama kali dilakukan di Karesidenan Banyumas antara tahun 1856 hingga 1870,
namun tidak menghasilkan minyak yang baik meski berbuah empat tahun lebih cepat
dibandingkan di Afrika yang membutuhkan waktu 6-7 tahun. Selanjutnya, percobaan
penanaman kedua dilakukan pemerinahan Hindia Belanda di Palembang, di Muara
Enim tahun 1869, Musi Ulu tahun 1870, dan Belitung tahun 1890. Namun, hasilnya
masih kurang baik, karena cuaca di Palembang, yang tidak cocok. Hal yang sama juga
terjadi di Banten, meski coba dilakukan perkebunan kelapa sawit pada tahun
1895.Kehadiran perusahaan-perusahaan perkebunan asing juga didorong oleh
pemberlakuan UU Agraria (Agrarisch Wet) oleh pemerintah Hindia Belanda pada
tahun 1870. Undang-undang ini memberikan konsesi berupa hak guna usaha atau hak
erfpacht kepada para pemodal asing.
Perintis
Jalur kereta api yang melintasi perkebunan kelapa sawit Deli Maatschappij
Stabat, di Johor Lama, Langkat, pesisir timur Sumatra, tahun 1898.Perkebunan kelapa
sawit berskala besar kemudian dibuka untuk pertama kalinya pada tahun 1911 oleh
perusahaan yang didirikan oleh Adrien Hallet asal Belgia dan K. Schadt di Pantai
Timur Sumatra (Deli) dan Sungai Liat, Aceh, melalui perusahaannya yang bernama
Sungai Liput Cultuur Maatschappij dengan luas 5.123 hektare.Pada tahun 1911
tercatat ada tujuh perusahaan perkebunan kelapa sawit, yakni Onderneming Soengei
Lipoet, Onderneming Kuala Simpang, N.V Moord Sumatra Rubber Maatschappij,
Onderneming Soengei Ijoe, Tanjung Suemanto', Batang Ara, dan Mopoli, yang
sebagian besar memiliki kebun-kebun karet. Di Aceh Timur pada tahun 1912 terdapat
18 konsesi perkebunan karet dan kelapa sawit dan kembali bertambah menjadi 20
perusahaan perkebunan pada tahun 1923, dengan rincian 12 adalah perusahaan
perkebunan karet, tujuh perkebunan kelapa sawit dan satu perkebunan kelapa.
Pada tahun 1910, organisasi perusahaan perkebunan bernama Algemene Vereneging
voor Rubberpalnters ter Oostkus van Sumatera (AVROS), berdiri di Sumatra Utara
dan Rantau Panjang, Kuala Selangor.AVROS merupakan organisasi yang menaungi
berbagai macam perusahaan perkebunan dengan didasari kepentingan yang sama,
yakni menyikapi persoalan yang timbul, seperti kekurangan pekerja perkebunan,
menjalin hubungan dengan sesama pengusaha dan komunikasi dengan pemerintah,
dan permasalahan transportasi.bangunan gedung A.V.R.O.S. (Algemeene

3 |Laporan
Vereeniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatra) di Kampung Baru,
Medan, antara tahun 1921-1926
AVROS kemudian mendirikan pusat penelitian perkebunan bernama Algemeene
Proefstation der AVROS atau APA pada tanggal 26 September 1916. Awalnya, APA
didirikan untuk penelitian mengenai budidaya karet, namun berkembang meneliti juga
kelapa sawit dan teh. Selain itu, Handle Vereeniging Amsterdam (HVA) juga
mendirikan Balai Penelitian Sisal di Dolok Ilir dan berhasil menghasilkan varietas
unggul jenis Psifera. Pada tahun 1921, APA mendapat penghargaan pada ajang 5th
International of Exhibition Rubber and Other Tropical Products di London dan pada
1924 kembali mendapat penghargaan pada ajang serupa di Brussels. ekspor kelapa
sawit pertama terjadi pada tahun 1919 yang berasal dari perkebunan di Pesisir Timur
Sumatra. Namun, memasuki Perang Dunia Pertama, produksi kelapa sawit berjalan
lambat dan baru setelah Depresi Besar tahun 1921, aktivitas penanaman kelapa sawit
kembali bergairah. Pada tahun 1924, luas area perkebunan kelapa sawit meningkat
dari 414 hektare menjadi 18.801 hektare.Di Jawa juga muncul pabrik-pabrik minyak
kelapa sawit berskala kecil yang memproduksi sabun dan mentega. Pada tahun 1925,
lahan kelapa sawit yang telah itanami DiSumatra mencapai 31.600 hektare dan terus
bertambah menjadi 75.000 hektare pada tahun 1936 dari hanya seluas 6.920 hektare
tahun 1919. Produksi kelapa sawit dari tahun 1919 ke tahun 1937 melonjak drastis
dari 181 ton menjadi 190.627 ton crude palm oil (CPO) dan 39.630 ton kernel oil. Di
Aceh Timur, produksi kelapa sawit berhasil melampaui produksi karet pada tahun
1935 dan pada tahun 1939 perkebunan di wilayah tersebut mampu menghasilkan
kelapa sawit sebanyak 2.627 ton.
Pada umumnya, perusahaan perkebunan menanam tidak hanya satu komoditas
saja tapi mencampurnya dalam satu area lahan perkebunan dengan tanaman karet dan
kelapa sawit. Kehadiran perkebunan besar turut mendorong munculnya perkebunan-
perkebunan rakyat di sekitarnya.hingga tahun 1940 total area luas perkebunan kelapa
sawit di Hindia Belanda telah mencapai 100.000 hektare yang dimiliki oleh 60
perusahaan. Kapal-kapal tanker berisikan minyak kelapa sawit terus-menerus dikirim
dari Aceh, Asahan, dan Lampung menuju Rotterdam, Belanda, untuk memenuhi
kebutuhan pabrik sabun dan margarin di Eropa.perkembangan pesat perkebunan ini
tidak terlepas dari sistem rekrutmen kuli-kuli yang didasari tiga peraturan, yakni
pertama koeli Ordonantic (1880, 1884, dan 1893). Dengan adanya peraturan koeli

4 |Laporan
Ordonantic, manajer atau mandor-mandor perkebunan memiliki kewenangan hukum
yang efektif atas kuli selama masa kontraknya masih berlaku. Peraturan kedua adalah
Poenalic Sancfie yang memuat pasal sanksi di dalam kontrak untuk menghukum kuli-
kuli yang melanggar kontrak, berupa penangkapan bagi mereka yang melarikan diri
dan dipaksa kembali bekerja atau dihukum dengan cara lain. Ketiga, melalui
perkumpulan pengusaha perkebunan bernama Deli Planters Vereeniging yang
dibentuk tahun 1879 agar tidak terjadi perebutan kuli-kuli

Perkebunan kelapa sawit tertua


Sime Darby Plantation
Kehadiran Sime Darby Plantation terjadi pada tahun 1907, ketika Crosfield,
Lampard & Co, mengakuisisi lahan perkebunan di Malacca, Selangor, dan Perak,
seluas 6.673 hektare dan mengakuisisi lahan perkebunan Begerbang di Sumatra.
Sebelumnya, Harrisons & Crosfield mengakuisisi Pataling Company, perusahaan
perkebunan karet di Selangor, pada tahun 1903. Pada tahun yang sama, Guthrie & Co
kemudian bekerja sama dengan Scott & Co mendirikan perusahaan patungan bernama
Guthrie and Company Ltd dengan modal sebesar RM 1 juta.Pada tahun 1910, William
Middleton Sime, Henry d'Esterre Darby dan Herbert Milford Darby mendirikan Sime,
Darby & Co di Malacca. Pada tahun 1912, Guthrie menjadi agen perkebunan di
Borneo (Kalimantan) dan Sumatra, termasuk perusahaan asuransi, bank, distributor
sepeda motor, mobil dan Singapore Electric Tramway Company. Baru pada tahun
1920, Guthrie and Co mengakuisisi lahan perkebunan di Mengkibol, Johor, dan
menanaminya dengan kelapa sawit.
Socfin Indonesia
Perusahaan perkebunan yang kini bernama Socfin Indonesia (Socfindo)
didirikan pada tahun 1908 oleh seorang teknisi agronomi asal Belgia bernama Adrien
Hallet (1867-1925). Setelah sukses menjadi pengusaha perkebunan di Kongo, Afrika,
Hallet memutuskan pergi ke Malaysia. Di negeri tersebut, Hallet mendirikan
perusahaan bernama La Compagnie du Selangor pada tahun 1906. Hallet lalu
memutuskan pergi ke Hindia Belanda, persisnya ke Sumatra, kemudian mendirikan
dan menjadi direktur perusahaan bernama Sungei Lipoet Cultuur Maatschaappij yang
mengelola lahan perkebunan karet seluas 1.500 hektare di Tamiang, Aceh. Pada tahun
1909, Hallet turut menjadi salah satu pendiri perusahaan Société Financière des

5 |Laporan
Caoutchoucs Societé Anonyme (Socfin SA) yang tercatat di Brussels, Belgia. Setahun
kemudian dia bekerja sama dengan Rivaud Group untuk mencari lokasi ideal di
Indochina untuk menanam karet dan pada tahun 1919, saham perusahaan Socfin S.A
diambil alih oleh Rivaud Group. Baru pada tahun 1911, Hallet membuka lahan
perkebunan kelapa sawit di atas area lahan seluas 5.123 hektare. Fasilitas penelitian
dan pengembangan didirikan pada tahun 1918 di Medan. Setelah itu, Sungei Lipoet
Cultuur Maatschaappij kemudian berturut-turut membuka area perkebunan lainnya di
Sumatra Utara, yakni di Mata Pao tahun 1927, Negeri Lama tahun 1928, dan Tanah
Bersih (1937). Di Aceh, area perkebunan sawit yang dibuka adalah di Seunagan
(1930), Seumanyam (1936), dan Lae Butar (1938). Hallet sendiri meninggal dunia
pada tahun 1925 dengan meninggalkan sejumlah perusahaan yakni Socfin S.A and
Banco yang beroperasi di Afrika, Indochina dan Asia Tenggara. Area perkebunan
yang dimiliki pada saat itu sudah mencaai 73 ribu hektare perkebunan karet, 29 ribu
hektare perkebunan kelapa sawit dan 21 ribu hektare perkebunan kopi. Generasi
penerusnya, yakni Robert Hallet, kemudian mengambil alih kepemimpinan
perusahaan dan bisnis perusahaan terus berkembang pesat.
Sebelum meninggal pada tahun 1947, Robert Hallet berhasil mengembangkan
perusahaan dengan total luas area mencapai 350 ribu hektare pada tahun 1940, terdiri
atas 73 ribu hektare perkebunan karet, 31 ribu hektare perkebunan kelapa sawit, dan
36 ribu hektare perkebunan kopi. Grup perusahaan berhasil memproduksi 6% dari
pasar karet internasional dan 20% pasar kelapa sawit dunia pada saat itu dan secara
bertahap mulai meninggalkan perkebunan kopi.Di Indonesia, perusahaan ini
kemudian terkena nasionalisasi pada tahun 1965 berdasarkan Peraturan Presiden No 6
tahun 1965 yang ditandatangani Presiden Soekarno. Dari empat kelompok Perusahaan
Perkebunan Negara Ex Perkebunan Asing (PPN Expera), Socfin masuk kelompok
kedua.Baru pada tahun 1968, Presiden Soeharto mengembalikan perusahaan-
perusahan asing ke pemiliknya, termasuk PT Socfin Indonesia yang kemudian
didirikan melalui kerja sama patungan antara Plantation Nord Sumatra (PNS Ltd)
sebesar 60% dan Republik Indonesia sebesar 40%. Setelah itu, Socfindo baru kembali
membuka lagi area perkebunan baru di Sumatra Utara, yakni di Bangun
Bandar/Tanjung Maria dan Aek Loba/Padang Pulo (1970), Aek Pamienke (1979), dan
.
Tanah Gambus/Lima Puluh (1982) Kepemilikan saham tersebut kembali berubah
menjadi PNS Ltd 90% dan Republik Indonesia sebesar 10% pada tahun 2001.

6 |Laporan
PP London Sumatra Indonesia
Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia (dikenal dengan Lonsum)
berdiri pada tahun 1906 oleh Harrisons & Crosfield Plc yang berbasis di London,
Inggris. Meski sudah memiliki diversifikasi perkebunan tanaman karet, teh, dan
kakao, Lonsum pada awal kemerdekaan masih mengkonsentrasikan lini bisnisnya
pada tanaman karet, sedangkan kelapa sawit baru mulai produksi pada tahun 1980-
an.Pada tahun 1994, Harrisons & Crosfield menjual 100% kepemilikan sahamnya di
Lonsum kepada PT Pan London Sumatra Plantation. Indofood Agri Resources Ltd melalui PT
Salim Ivomas Pratama kemudian menguasai Lonsum pada Oktober 2007.

Bakrie Sumatera Plantations

Sebuah gerbong kereta api tipe Schoma CFL45B (4872A) melintasi jalur
kereta api peninggalan kolonial Hindia Belanda di perkebunan kelapa sawit PT Bakrie
Sumatera Plantations, di Bunut, Kecamatan Kota Kisaran Barat, Asahan, Sumatra
Utara.Bakrie Sumatera Plantations adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang
berdiri pada tahun 1911 dengan nama Naamlooze Vennootschap Hol landsch
Amerikaansche Plantage Maatschappij, yang awalnya adalah perusahaan perkebunan
karet. Pada tahun 1957, nama perusahaan berganti nama menjadi PT United States
Rubber Sumatera Plantations setelah diakuisisi oleh Uniroyal Inc. Selanjutnya, pada
tahun 1965, pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi terhadap PT United States
Rubber Sumatera Plantations. Pada tahun 1985, nama perusahaan berganti menjadi
PT Uniroyal Sumatera Plantations (UNSP) dan setahun kemudian sebanyak 75%
saham perusahaan diakuisisi oleh PT Bakrie & Brothers. Nama perusahaan pun
berganti nama menjadi PT United Sumatera Plantations dan tahun 1992 kembali
berganti nama menjadi PT Bakrie Sumatera Plantations.

7 |Laporan
Meski awalnya adalah perusahaan perkebunan karet, PT Bakrie Sumatera
Plantations pada tahun 2019 hanya memiliki area kebun karet seluas 16.532 hektare di
Sumatra Utara melalui PT BSP Kisaran, Bengkulu seluas 2.610 hektare melalui PT
AMR, dan di Lampung seluas 3.331 hektare melalui PT HIM.Per September 2019, PT
Bakrie Sumatera Plantations memiliki area perkebunan inti kelapa sawit yang telah
ditanami seluas 43.262 hektare di Sumatra Utara melalui PT BSP Kisaran (9.924
hektare) dan PT GLP (7.626 hektare); di Sumatra Barat melalui PT BPP (8.820
hektare) dan PT CCI (1.965 hektare); di Jambi melalui PT AGW (4.387 hektare) dan
PT SNP (6.111 hektare); dan di Kalimantan Selatan melalui PT MIB seluas 4.429
hektare. Adapun perkebunan plasma seluas 14.976 hektare, dengan rincian seluas
6.347 hektare di Sumatra Barat melalui PT BPP, 7.701 hektare di Jambi melalui PT
AGW, dan 928 hektare di Jambi melalui PT SNP.Perusahaan memiliki lima pabrik
pengolahan kelapa sawit, berkapasitas 225 metrik ton, masing-masing dua pabrik di
Sumatra Uatra, satu pabrik di Sumatra Barat, dan dua pabrik di Jambi. Selain itu ada
lima pabrik pengolahan oleo chemical, yakni satu pabrik pengolahan Fatty Acid FSC
berkapasitas 52.800 metrik ton per tahun di Tanjung Morawa, Sumatra Utara dan
empat pabrik pengolahan fatty acid di Kuala Tanjung, Sumatra Utara, yakni fatty acid
I berkapasitas 99 ribu metrik ton/tahun, pabrik pengolahan fatty alcohol I berkapasitas
33 ribu metrik ton/tahun, pabrik pengolahan fatty acid II berkapasitas 82.500 metrik
ton/tahun, dan pabrik pengolahan fatty alcohol II berkapasitas 99 ribu metrik
ton/tahun.
Era pendudukan Jepang
Pada zaman pendudukan Jepang (1942-1945), perkebunan kelapa sawit
Indonesia menurun tajam. Jumlah lahan perkebunan kelapa sawit menyusut 16% yang
membuat produksi minyak sawit anjlok menjadi 56 ribu ton pada tahun 1948/1949,
padahal pada tahun 1940, Indonesia dapat mengekspor sebanyak 250 ribu ton dan
baru meningkat kembali menjadi 200 ribu ton pada tahun 1950-an.Ketika itu, Jepang
juga mengambil alih penguasaan perkebunan-perkebunan di Sumatra Timur dari
pengusaha-pengusaha kecil, sehingga mengubah struktur kepemilikan. Oleh Jepang,
hasil kelapa sawit bukan untuk diekspor namun untuk memenuhi kebutuhan perang.
Sayangnya, blokade yang dilakukan pasukan Sekutu terhadap kapal-kapal Jepang di
Selat Malaka membuat Jepang tidak bisa mengirim hasil kelapa sawit hingga
menumpuk di gudang-gudang perkebunan.

8 |Laporan
Era Kemerdekaan
periode 1945 hingga tahun 1950, pemerintah Indonesia belum terlalu fokus
pada pembangunan ekonomi. Perkebunan-perkebunan besar dan perusahaan lainnya
masih dikuasai oleh perusahaan Hindia Belanda. Selain itu, pemerintah Indonesia juga
masih disibukkan dengan pemberontakan-pemberontakan berskala kecil di berbagai
daerah dan konflik memperebutkan Irian Barat.Pada 13 Desember 1957, KASAD
Mayor Jenderal AH Nasution selaku penguasa perang pusat (Peperpu) mengeluarkan
surat perintah bahwa proses pengambilalihan perusahaan asing di bawah kontrol
militer. Setahun kemudian, Peraturan Pemerintah (PP) No 28 tahun 1958 tentang
Nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia baru diterbitkan dan peraturan ini
berlaku surut sejak tahun 1957. Seluruh perusahaan yang dinasionalisasi kemudian
dikelola oleh Badan Nasionalisasi Perusahaan Belanda (BANAS) yang dibentuk
tahun 1959, yang disertai dengan pembayaran ganti rugi kepada pemilik perusahaan
yang diambil alih.Sebanyak 76 perusahaan perkebunan berumur panjang
dinasionalisasi, baik yang berada di Sumatra Utara maupun Aceh, dengan rincian 54
merupakan perusahaan perkebunan karet, 13 perkebunan kelapa sawit, lima
perkebunan teh, dan empat perkebunan sisal dan tanaman berserat lainnya. Beberapa
perusahaan besar yang terkena nasionalisasi adalah United Deli Company yang
memiliki 12 perkebunan, empat perkebunan milik Senembah Maatschappij, HVA
(empat perkebunan), Rubber Cultuur Maatschappij Amsterdam (12 perkebunan), dan
Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM) empat perkebunan. Pada awal tahun
1960 sudah ada 101 dari 217 perusahaan perkebunan di Sumatra Utara yang beralih
kepemilikannya kepada pemerintah Indonesia
Namun, proses nasionalisasi ini belum mampu meningkatkan produksi kelapa
sawit secara besar-besaran mengingat masih terjadinya beberapa pemberontakan di
daerah dan keterbatasan pengetahuan petani.Jumlah perusahaan Belanda yang
dinasionalisasi pada awalnya adalah perusahaan perkebunan tembakau berjumlah 38
perusahaan, kemudian ditambah lagi 205 perusahaan perkebunan dengan mayoritas
adalah perkebunan karet, disusul teh, kopi, tebu berikut pabrik gulanya, kelapa, kelapa
sawit, cengkih dan lain sebagainya. Pada tahun 1960, pemerintah Indonesia kembali
menasionalisasi 22 perusahaan perkebunan pala. Seluruh perusahaan perkebunan hasil

9 |Laporan
nasionalisasi kemudian disatukan di bawah Perusahaan Perkebunan Negara (PPN)
Baru yang berdiri pada tahun 1957.
PPN-Lama yang berjumlah 40 perusahaan perkebunan yang dinasionalisasi
pada September 1950, kemudian digabungkan dengan PPN-Baru di bawah naungan
Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara (BPU-PPN) dengan
pembagian berdasarkan komoditas, yakni karet, gula, tembakau, dan aneka tanaman,
dengan total keseluruhan 88 PPN. Pada tahun 1967, BPU-PPN dibubarkan dan
pemerintah mengubah status perusahaan perkebunan PPN menjadi perseroan terbatas
dengan membaginya menjadi PT Perkebunan (PTP) I hingga PT Perkebunan IX dan
selanjutnya dipisahkan menjadi PTPN I hingga PTPN XIV.
PT Perkebunan Nusantara I adalah perusahaan hasil nasionalisasi dari
perusahaan perkebunan swasta milik Hindia Belanda dan Jepang. Perusahaan hasil
nasionalisasi ini diberi nama PPN Kesatuan Aceh berdasarkan Peraturan Pemerintah
(PP) No 142 tahun 1961 dan berganti nama menjadi PNP-1 berdasarkan PP No 14
Tahun 1968. Baru pada 2 Mei 1981, perusahaan berganti nama menjadi PT
Perkebunan-I dan menjadi PT Perkebunan Nusantara I pada tanggal 14 Februari 1996,
hasil penggabungan PT Perkebunan I, PT Cot Girek Baru, PT Perkebunan V dan PKS
Cot Girek PT Perkebunan IX.Setelah Indonesia merdeka, perkembangan pesat
perkebunan kelapa sawit baru terjadi pada tahun 1980-an. Pada awal tahun 1980-an,
luas perkebunan kelapa sawit baru mencapai 200.000 hektare, yang umumnya adalah
kebun-kebun peninggalan kolonial Hindia Belanda. Melalui program Perkebunan Inti
Rakyat (PIR) Transmigrasi dan program kredit Pengembangan Besar Swasta Nasional
(PBSN), perkebunan kelapa sawit berkembang pesat.
Pemerintah mengembangkan empat tipe program Perkebunan Inti Rakyat,
yakni pertama, PIR khusus dan lokal tersebar di 12 provinsi pada tahun 1980.
Hasilnya tercipta lahan perkebunan kelapa sawit baru seluas 231.535 hektare, terdiri
atas 67.754 hektare perkebunan inti dan 163.781 hektare perkebunan plasma. Kedua
adalah program PIR Transmigrasi yang dimulai pada tahun 1986 di 11 provinsi.
Program ini menghasilkan perkebunan kelapa sawit baru seluas 566 ribu hektare
terdiri atas 70% perkebunan plasma dan 30% berupa perkebunan plasma. Ketiga
adalah program PIR Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (PIR-KKPA) dengan
melibatkan 74 Koperasi Unit Desa. Keempat adalah PIR Revitalisasi Perkebunan
yang dimulai pada tahun 2016 melalui PMK No 117/PKM.06/2006 dengan

10 |Laporan
memberikan subsidi bunga kredit untuk pengembangan energi nabati dan revitalisasi
perkebunan rakyat. Program PIR ini menghasilkan peningkatan area perkebunan
kelapa sawit milik rakyat dari 6 ribu hektare pada tahun 1980 menjadi 5,81 juta
hektare tahun 2019.
Program Pengembangan Besar Swasta Nasional (PBSN) dirintis pada tahun 1977 dan
terbagi menjadi tiga tahapan, yakni PBSN I periode 1977-1981, PBSN II
periode1981-1986 dan PBSN III periode 1986-1990.Luas lahan perkebunan sawit
pada tahun 1979-1980 tercatat masih 289.526 hektare yang didominasi oleh
perusahaan perkebunan besar. Luas lahan tersebut kemudian bertambah menjadi
5,958 juta hektare pada tahun 2006, dengan rincian perkebunan rakyat seluas
2.120.338 hektare, perkebunan besar negara seluas 696.699 hektare, dan perkebunan
besar swasta seluas 3.141.02 hektare. Adapun produksi CPO yang dihasilkan
mencapai 14,2 juta ton.

Sebaran lahan perkebunan


Pada tahun 2006, lahan perkebunan kelapa sawit sudah tersebar di 21 provinsi,
dengan lima provinsi yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit terluas berada di
Riau 1,3 juta hektare, Sumatra Utara 964,3 ribu hektare, Sumatra Selatan 532,4 ribu
hektare, Kalimantan Barat 466,9 ribu hektare, dan Jambi 466,7 juta hektare.
Perkebunan kelapa sawit terbesar
Astra Agro Lestari
Per Desember 2018, Astra Agro Lestari memiliki 285 ribu hektare perkebunan
kelapa sawit tersebar di Sulawesi seluas 50,6 hektare (17,8%), Kalimantan 129,8
hektare (45,5%), Sumatra 104,6 hektare (36,7%). Area perkebunan kelapa sawit inti
yang dimiliki perusahaan adalah seluas 218,4 hektare (76,6%) dan sisanya seluas 66,6
hektare dimiliki oleh petani plasma.Astra Agro Lestari berdiri pada 3 Oktober 1988
oleh kelompok usaha Astra International dengan nama PT Suryaraya Cakrawala dan
kemudian berganti nama menjadi PT Astra Agro Niaga pada Agustus 1989. Nama
perusahaan berganti nama menjadi Astra Agro Lestari pada 30 Juni 1997 ketika
terjadi merger antara PT Suryaraya Bahtera dengan PT Astra Agro Niaga. Perusahaan
berhasil memproduksi satu juta ton minyak kelapa sawit (crude palm oil) untuk
pertama kalinya pada tahun 2009.
Sampoerna Agro

11 |Laporan
Per Desember 2018, Sampoerna Agro memiliki 170 ribu hektare lahan
perkebunan yang telah ditanami baik kelapa sawit, karet dan sagu dari total
kepemilikan seluas 363 ribu hektare. Khusus kelapa sawit, perusahaan memiliki 137
ribu hektare lahan yang telah ditanami dari total area perkebunan kelapa sawit yang
dimiliki seluas 242 ribu hektare. Perusahaan juga memiliki delapan pabrik kelapa
sawit berkapasitas 515 ton per jam. Area perkebunan tersebar di Sumatra Selatan
seluas 120 ribu hektare (87 ribu hektare telah ditanami) dan Kalimantan seluas 122
ribu hektare (50 ribu hektare telah ditanami). Sampoerna Agro memiliki perusahaan
di bawah naungannya pada tahun 1976, yakni PT Aek Tarum, kemudian pada tahun
1989 mulai melakukan penanaman kelapa sawit di kebun Mesuji dan Belida, di
Sumatra Selatan. Pada tahun 1992, PT Binasawit Makmur didirikan dengan fokus
untuk memproduksi bibit kelapa sawit. Baru pada tahun 1993, PT Selapan Jaya
berdiri yang kemudian berganti nama menjadi PT Sampoerna Agro setelah diakuisisi
oleh Grup Sampoerna pada tahun 2007.
Perusahaan melalui PT Binasawit Makmur mengembangkan varietas bibit unggul kelapa
sawit. Setelah pada tahun 1994 perusahaan melalui Binasawit Makmur memperoleh izin
mendatangkan bibit kelapa sawit baru dari Kosta Rika bernama DxD, TxP, dan DxP, pada
tahun 2004 , perusahaan kemudian meluncurkan bibit bernama DxP Sriwijaya 1-5 yang
diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri ketika itu. Pada tahun 2014, BSM
memperkenalkan tiga bibit varian baru bernama DxP Sriwijaya Semi Klon dan disetujui
oleh Kementerian Pertanian tahun 2015.
Sinar Mas Agro Resources and Technology
PT Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) memiliki lahan
perkebunan kelapa sawit seluas 137.900 hektare per Desember 2018, terdiri dari
perkebunan inti seluas 106.324 hektare dan perkebunan plasma seluas 31.304 hektare.
Perusahaan juga memiliki 16 pabrik pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 4,2
juta metrik ton tandan buah segar per tahunnya.SMART bekerjasama dengan Centre
de cooperation Internationale en Recherche Agronomique pour le Development
(CIRAD) di bidang penelitian dan pengembangan kelapa sawit. PT Ivo Mas Tunggal,
perusahaan afiliasi, memiliki kebun bibit Dami Mas berkapasitas 24 juta bibit per
tahun. Pada tahun 2017, perusahaan meluncurkan bibit tanam baru berkualitas unggul
yang dinamakan Eka 1 dan Eka 2. Perusahaan berdiri pada tahun 1962 dengan nama
PT Maskapai Perkebunan Sumcama Padang Halaban.

12 |Laporan
2.2. Pengertian pemangkasan dan kastrasi kelapa sawit
1. Kastrasi
Kastrasi yaitu : pembuangan bunga bunga pertama baik jantan maupun
betina serta buah-buah pasir pada tanaman Kelapa Sawit yang belum siap untuk
memasuki masa panen normal. Masa panen normal yaitu: memasuki usia 12 bulan
sejak mulai tanam.
2. Pemangkasan (Prunning)
Pruning atau pemangkasan yaitu : pembuangan pelepah- pelepah yang
sudah tidak produktif / pelepah kering pada tanaman kelapa sawit. Pruning /
pemangkasan merupakan termasuk dalam kegiatan persiapan panen.

2.3 Jenis-jenis pemangkasan


1. Pemangkasan pucuk
Pemangkasan pucuk bertujuan mengurangi persaingan hasil fotosintesis di
antara daun dengan buah. Prinsipnya adalah menghilangkan tunas apikal, yaitu
tunas yang tumbuh di pucuk batang tanaman. Hormon akusin dan sitokinin pada
tanaman memengaruhi pertumbuhan pucuk tanaman sehingga pertumbuhan
tanaman bagian atas lebih cepat dibandingkan pertumbuhan percabangan dan
membentuk kanopi tanaman.
2. Pemangkasan bentuk
Pemangkasan ini dilakukan untuk membentuk kerangka tanaman yang
diinginkan. Pemangkasan bentuk bertujuan membentuk kerangka pohon yang
diinginkan, dimana percabangannya diatur dengan arah yang menyebar dan
produktif sehingga pertumbuhan batang dan cabang lebih kuat.
3. Pemangkasan pemeliharaan
Pemangkasan ini dilakukan sesudah pemangkasan bentuk, tanaman
dipelihara dan dipertahankan bentuknya. Kemudian membuang percabangan yang
terserang hama penyakit dan lain sebagainya sehingga percabangan produktif
kembali. Cabang yang kurang produktif dipangkas agar unsur hara yang diberikan
dapat tersalur kepada batang-batang yang lebih produktif.
4. Pemangkasan peremajaan
Pemangkasan ini diperlukan untuk meremajakan pertumbuhan tanaman.
Maksud dari meremajakan, yaitu mengganti tajuk tanaman lama atau tua dengan

13 |Laporan
yang baru dan masih produktif. Pada tanaman kopi, pemangkasan peremajaan
dilakukan menyeluruh apabila minimum 50 persen tanaman di kebun sudah rusak
atau tua. Cara pemangkasan peremajaan ialah dengan menebang pohon,
mengurangi percabangan, atau merobohkan pohon.
2.4.Tujuan pemangkasan dan kastrasi kelapa sawit
Tujuan kastrasi :
a) Mengalihkan nutrisi untuk produksi buah yang belum bernilai ekonomis agar
terserap pada pertumbuhan vegetatif.sehingga pada saat tanaman sudah
menghasilkan,fisik tanaman sudah kokoh dan kuat.
b) Pohon-pohon sawit yang telah dikastrasi biasanya lebih kuat dan seragam
dalam bentuk pertumbuhanya
c) Buah yang dihasilkan tanaman menjadi lebih besar ,berbobot dan seragam
beratnya.
d) Menjaga sanitasi tanaman,sehingga tanaman menjadi lebih bersih ,dengan
demikian bisa menghabat atau mengurangi kemungkinan perkembangan hama
dan penyakit seperti :Tirathaba,marasmius,tikus dll.
e) Agar tajuk pada tanaman dapat menghasilkan fotosintat yang optial, karena
pengelolaan tajuk yang tepat merupakan aspek kunci maksimalisasi produksi
kelapa sawit. Efisiensi tajuk merubah radiasi sinar matahari menjadi
karbohidrat. Pasokan karbohidrat untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman di tentukan oleh ukuran luas permukaan hijau daun.

Tujuan Pemangkasan :
f). Mempermudah panen
g).Pengamatan buah matang lebih mudah.
h).Mengurangi brondolan buah yang terjepit pada pelepah daun / ketiak daun.
i). Memungkinkan buah bertambah besar.
j). Mengurangi terangkutnya brndolan.
k).Memperlancar penyerbukan alami.
l).Melakukan sanitasi kebun guna mencegah cendawan Marasmius dan menghindari
pertumbuhan tanaman pakis.

2.5.Teknik pemangkasan

14 |Laporan
Pemangkasan Bentuk :
Pemangkasan ini berfungsi untuk membentuk tanaman saat umur tanaman
yang masih muda, sehingga dapat dibentuk sesuai selera petani atau pemilik
tanaman.Pada beberapa jenis tanaman tertentu seperti jambu dan mangga,
pemangkasan bentuk menggunakan formasi 1-3-9. 1 batang utama yang di purining
(pangkas), akan tumbuh menjadi beberapa cabang primer.Dari beberapa cabang
primer tersebut, akan dipilih 3 cabang dengan pertumbuhan paling baik dan seimbang
dengan pertumbuhan yang proporsional.Setelah beberapa hari 3 cabang primer
tersebut akan dipangkas lagi agar mendapatkan 3 cabang sekunder dengan
pertumbuhan terbaik, seimbang, dan proporsional.
Pemangkasan pemeliharaan :
Pemangkasan ini dilakukan untuk menjaga kesehatan tanaman, dengan
melakukan pemangkasan dan pemberian pupuk.Pada umumnya, teknik ini biasa
dilakukan setelah tanaman selesai berbuah (panen). Karena setelah masa panen,
tenaga tanaman habis untuk membesarkan dan memberikan nutrisi ke buah yang
sudah dipanen.Ketika pentil atauutunas buah terbentuk dan mulai masak, saat inilah
pemangkasan dilaksanakan dengan cara memotong semua ujung-ujung
ranting.Sehingga ujung-ujung ranting akan terangsang dan membuat tunas-tunas baru
dengan jumlah yang lebih banyak dari tunas yang dipangkas sebelumnya.
Pemangkasan produksi :
Pemangkasan teknik ini berfungsi untuk menumbuhkan tunas-tunas produktif yang
berada di ranting bagian luar tanaman, sehingga semakin banyak tunas produktif yang
tumbuh di ujung ranting.Selain itu, semakin banyak bunga dan buah yang tumbuh di
ujung rating produktif akan menambah produktifitas tanaman tersebut.

15 |Laporan
BAB III
METODOLOGI

3 Agustus – 4 September di laksanakan di SMK N 1 GUNUNG SAHILAN.

B. Alat dan Bahan


Tabel alat pemangkasan kelapa sawit :
1.Dodos Untuk memangkas 2. parang :
tanaman kelapa sawit yang Untuk memotong pelepah
rendah dan memanen yang ukuran nya panjang
tanaman kelapa sawit
sampai umur 7 tahun.

3.Egrek Untuk memangkas pelepah 4.Tojok :


kelapa sawit yang tinggi Untuk membuang pelepah
dan memanen buah kelapa yang pendek
sawit dari pohon muda
sampai yang sudah tua

16 |Laporan
Alat kastrasi pada kelapa sawit :

Gambar. chisel atau Irhotools.

Gambar disamping yaitu : dodos dengan lebar mata


8 cm yang di ujungnya terdapat pengait kecil. Bunga yang
sudah dipotong dengan dodos ini kemudian ditarik dengan
kait kecilnya. Pemakaian tenaga kerja selama proses
kastrasi ini adalah 7 HK/ha. Setiap bulan seorang pekerja
mampu menyelesaikan 50 ha. Dalam melakukan kastrasi
harus dijaga agar pelepah daun jangan sampai terluka atau
terpotong. Tandan bunga yang dipotong kemudian
dikumpulkan ke dalam goni, kemudian dipendam dalam
tanah.

Bahan pemangkasan dan kastrasi kelapa sawit :

1. Safety Helmet
Safety helmet berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa
mengenai kepala secara langsung.

2. Sepatu Karet

Sepatu karet (sepatu boot) adalah sepatu yang didesain khusus untuk pekerja
yang berada di area basah (becek atau berlumpur). Kebanyakan sepatu karet di lapisi
dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan
kimia, dsb.

17 |Laporan
3.sarung tangan

Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di
sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.

4. Masker (Respirator)

Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan
kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).

C. Langkah Kerja .

Langkah kerja melakukan pemangkasan pa da lapa sawit meliputi sebagai berikut :


a. Pruning untuk sanitasi

18 |Laporan
Pruning pertama dilakukan bersamaan dengan waktu pelaksanaan kastrasi.
Hanya pelepah kering saja yang dibuang. (umur 17 bulan atau 19 bulan).
b. Pruning Pertama
Pruning pertama dilakukan sebelum pemanenan (harvesting) pertama. Semua
pelepah yang berada di bawah tandan buah yang terendah dibuang sehingga tandan
buah yang terendah tersebut tidak perlu memiliki sangga buah.

Setelah pruning pertama, tidak dilakukan lagi pruning sampai tanaman berumur 4
tahun atau sampai tandan buah yang terendah tinggi 1m dari permukaan tanah.
c. Pruning pada umur 4 tahun.

Ketika tanaman telah berumur 4 tahun dan tandan buah terendah berada pada
ketinggian 1 m dari tanah, maka pruning dapat dilakukan mengingat saat ini cukup
banyak pelepah yang harus dibuang sehingga jika dilakukan pruning sekaligus akan
menyebabkan beban berat (stress) pada tanaman tersebut. Oleh karena itu, pruning
harus dilakukan dalam dua tahap sebagi berikut.
Jika terdapat 8 lingkaran pelepah (spiral), maka pruning pertama hanya
dibuang 4 lingkaran pelepah saja.
2 – 3 bulan kemudian, 4 lingkaran pelepah tersebut dibuang dengan syarat pruning
hanya dilakukan sampai 2 pelepah dibawah tandan buah yang masak ,2 sangga buah
Pruning pada umur 5 – 7 tahun. Pruning dilakukan sekali dalam setahun.
Harap diperhatikan setelah pruning dan pemanenan dilakukan pelepah yang
masih tertinggal harus berjumlah antara 48 – 64 pelepah pada pokok-pokok yang
sedang mengalami fase bunga jantan. Puring dilakukan hanya sampai 2 pelepah
dibawah tandan buah yang masak (2 sangga buah) Untuk pelaksanaan pruning, agar
digunakan system progressive pruning.
d. Pruning pada umur 8 – 14 tahun.
Dilakukan seperti butir 4 diatas, akan tetapi jumlah pelepah yang tinggal setelah
pruning/pemanenan adalah 40 – 48 pelepah atau 5 – 6 pelepah perspiral.
e. Pruning umur 15 tahun.
Dilakukan seperti butir 4 diatas, akan tetapi jumlah pelepah yang tinggal setelah
pruning/ pemanenan adalah 32 pelepah atau 4 pelepah perspiral
f. Sistem Progressive Pruning

19 |Laporan
Yang dimaksud dengan sistem Progressive Pruning adalah Pruning dilakukan secara
bertahap dan terus-menerus sepanjang tahun, pelapah yang lebih dari jumlah yang
telah ditetapkan di atas saja yang dibuang :
 5 - 7 tahun 48 - 64 pelepah
 8 - 14 tahun 40 - 48 pelepah
 15 tahun ke atas 32 pelepah

Pelaksanaan dari Progressive Pruning ini dilakukan oleh satu kelompok yang
terdiri dari beberapa orang dan kelompok ini bertugas sebagai pruners terus menerus
sepanjang tahun. Mengenai jumlah pemakaian tenaga per hektar per tahun dengan
menggunakan sistem ini tidak melebihi jumlah tenaga yang dipakai pada sistem lama
yaitu : maksimum 3 orang per hektar per tahun.
Sebaiknya setiap blok dilakukan rotasi pruning sekali sebulan atau sekali dua bulan
tergantung kapada kondisi setempat.
Keuntungan dari sistem ini adalah untuk mengurangi stress tanaman pruning
dilakukan secara sedikit demi sedikit dan terbagi rata dalam satu tahunnya. Secara
agronomi hal ini akan sangat menguntungkan.
Keterangan Umum :
1. Pemanen harus diberi instruksi agar hanya memotong pelepah seminimal mungkin.
2. Pada waktu melakukan rotasi pruning pelepah yang dibuang hanyalah pelepah yang
lebih dari jumlah yang telah ditetapkan di atas dan pelepah yang mulai kering.
3. Pruning harus diusahakan dilakukan pada musim hujan (jika menggunakan sistem
biasa).
4. Untuk melakukan pruning pada pokok-pokok yang sedang dalam masa Fase bunga
jantan, perhitungan pelepahnya harus dilakukan oleh Mandor atau Asisten sebelum
pruning dilakukan oleh karyawan.
5. Setiap melakukan rotasi pruning pembersihan (sanitation), buah-buah yang sudah
tua dan busuk harus sekaligus dibuang.
Perhatian khusus harus diberikan pada tanaman muda, juga kemungkinan
terdapatnya Marasmius dan Thirataba, cukup besar sehingga buah-buah yang
terserang hama dan penyakit tersebut harus dibuang.

20 |Laporan
1. Memangkas pelepah searah dengan arah spiral / letak alur pelepah.Supaya hasil
dari pangkasan terlihat rapi.
2. Memangkas pelepah yang tidak produktif, dengan ciri-ciri : Pelepah yang
sudah tua dan kering dan pelepah sudah tidak dijadikan pelepah songgo
(minimal songgo 2).
3. Memangkas pelepah secara mepet & tepat pada bagian bawah pangkal pelepah.
4. Pelepah harus dipangkas mepet dengan tujuan untuk mencegah tersangkutnya
brondolan pada pelepah.Menyusun pelepah hasil sisa pangkasan di Gawangan
Mati atau disusun di antara pokok tanaman & dipotong menjadi 3 bagian.

langkah kerja melakukan kastrasi pada kelapa sawit meliputi sebagai berikut :

1. Dilaksanakan mulai saat tanaman berbunga (14 – 18 ) bulan sampai 26-30


bulan atau bila jumlah bunga hasil monitoring pada suatu blok sudah
mencapai 50%.
2. Semua bunga jantan dan betina sampai ketinggian 30 cm di atas tanah
dibuang, pelepah jangan terpotong.
3. Bunga yang masih kecil dipatahkan dengan mata pengait sedangkan bunga
yang sudah besar dengan alat dodos.
4. Bunga-bunga tersebut dikumpulkan kejalan pikul dan kalau sudah kering
dibakar.
5. Tunas pasir dilakukan 1 kali saja pada saat umur tanaman 18 atau 24 bulan.
6. Semua cabang kering dipotong mepet ke pangkal batang dengan alat dodos.

21 |Laporan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengelolaan tajuk yang tepat dapat dilakukan melalui penunasan,


yaitu pemangkasan daun sesuai SOP (Standar Prosedur Operasi Perusahaan), umur
tanaman serta serta pemotongan pelepah yang tidak produktif. Menurut Suyatno
(2010), penunasan adalah pekerjaan memotong atau menunas pelepah kelapa sawit
yang tidak berguna untuk menjaga sanitasi tanaman, memudahkan pemanen dalam
mengambil TBS, serta mencegah terjadinya kehilangan hasil melalui berondolan
tersangkut di ketiah pelepah dan buah tinggal di pokok. Tujuan utama dari pangkasan
adalah mempertahankan luas permukaan daun pada tingkat yang optimum untuk
terjadinya proses fotosintesis dan jumlah optimal yang dibutuhkan tanaman agar
suplai unsur hara dan nisbah C/N dapat seimbang. Dengan demikian potensi individu
pohon menghasilkan produksi yang maksimum. Indikator dalam implementasi
pangkasan tergantung umur tanaman yang dikaitkan dengan jumlah lingkaran pelepah
yang ditingkalkan dalam setiap rotasi dengan pedoman sebagai berikut.
Pelepah
Periode Umur Luas Daun
Lingkaran Jmlh Pelepah
2
TBM 3 Bulan sblm TM 8-9 64-72 3,0 m
2
>4-10 tahun 7-8 56-64 3,5 m
TM 2
>10 tahun 5-6 42-48 4,0 m
Sumber: Standar Prosedur Operasi Perusahaan
Tunas pokok merupakan pekerjaan yang mengandung dua aspek yang saling
bertolak belakang, yaitu menjaga produksi agar maksimun dan memperkecil losses
produksi. Untuk menjaga produksi maksimum diperlukan pelepah produktif
(berkaitan dengan fotosintesis) sebanyak-banyaknya, tetapi untuk mempermudah

22 |Laporan
pekerjaan potong buah dan memperkecil losses produksi maka beberapa pelepah
harus dipotong. Untuk mendapatkan produksi maksimum diperlukan jumlah pelepah
yang optimum yaitu 48-56 pelepah (tanaman muda) dan 40-48 pelepah (tanaman tua).
Penunasan pelepah muda pada bagian atas tajuk menyebabkan penurunan
produksi yang lebih besar dibandingkann memotong pelepah tua. Penurunan produksi
akan lebih besar lagi bila hama dan penyakit menyerang bagian atas tajuk tersebut.
Pengendalian hama dan penyakit sebelum tajuk rusak merupakan aspek yang paling
penting dari pengelolaan tajuk. Penunasan berpengaruh terhadap status hara dalam
daun. Kadar nitrogen dan kalium pada pelepah akan meningkat, tetapi magnesium
akan menurun bila tunas pokok dilakukan secara berlebihan. Impliaksinya, bila
ditemukan status N dan K lebih tinggi dan status Mg berkurang maka hal tersebut
menunjukkan terjadinya penunasan yang berlebihan sebelum periode penambilan
contoh daun.
Pemangkasan pelepah perlu diadakan pengawasan intensif dan monitoring
terhadap mandor panen dan karyawan pemanen, serta evaluasi dan management yang
baik antara mandor dan asisten kebun agar tidak terjadinya Over pruning dan Under
pruning kesalahan dalam melakukan pekerjaan pemanenan dan penunasan.
Ada beberapa tugas pemanen yaitu memotong semua tandan buah segar yang
sudah matang sesuai dengan kriteria kematangan buah yang telah ditetapkan,
memotong pelepah tidak boleh berlebihan (over pruning) sesuai standart yaitu
dilakukan semepet mungkin ke batang untuk mencegah tersangkutnya brondolan dan
menghindari kesulitan panen atau tunas berikutnya.

Kegiatan untuk mengatasi masalah kurangnya pengawasan mandor panen


terhadap pekerja pemanen dan banyaknya pelepah yang sengkleh yaitu penunasan
merupakan bagian dari penerapan budidaya tanaman kelapa sawit untuk
memaksimalkan produksi. Kegiatan penunasan di PTPN III Kebun Ambalutu
Afdeling II berpedoman pada SOP yang menjadi prosedur dalam kegiatan penunasan.
Dalam kenyataannya di lapangan belum sepenuhnya mengacu pada SOP dalam
kegiatan pemanenan dan penunasan. Hal ini dapat disebabkan karena pengawasan
terhadap pemanenan dan penunasan tidak tegas serta kurangnya kedisiplinan
karyawan.

23 |Laporan
Agar tanaman tumbuh dengan baik dan menghasilkan penyelesain masalah:
1. Ketegasan, apabila dijumpai kesalahan pemanen seperti tidak melakukan pruning
songgoh 1 dan 2 dengan baik diberikan sanksi skorsing dan degradasi jabatan dari
pemanen menjadi tenaga harian namun harus dimengerti oleh pimpinan bahwa
pada tahap awal akan mengganggu pencapaian produksi. Hal ini akan menaikkan
wibawa mandor dan asisten, karena selama ini pemanen sudah menyadari bahwa
mereka “dibutuhkan”.
2. Pembentukan “Tim Penunasan”, mengingat sulitnya mencari tenaga bantu panen
atau knek sehingga pemanen dapat fokus pada penggalian produksi TBS. Tim
penunas harus lebih fokus pada kegiatan penunasan, sehingga rotasi penunasan
tiap blok dapat berjalan dengan baik.
3. Melakukan kegiatan pruning di sore hari dengan anggota atau karyawan panen
dengan menambah gaji untuk melakukan kegiatan tersebut.

24 |Laporan
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan :

Tunas pokok ( pruning atau pemangkasan ) merupakan salah satu pekerjaan


kultur teknis yang di perlukan dalam upaya meningkatkan produktivitas kelapa sawit.
Dan juga mengusahakan agar pelepah yang masih produktif (daun masih hijau ) tetap
di pertahankan, tetapi di lain pihak kadang kala harus di potong agar dapat
mempermudah pemanenan dan memperkecil losses (brondolan tersangkut di
pelepah). Kastrasi yaitu: pembuangan bunga bunga pertama baik jantan maupun
betina serta buah-buah pasir pada tanaman Kelapa Sawit yang belum siap untuk
memasuki masa panen normal. Masa panen normal yaitu: memasuki usia 12 bulan
sejak mulai tanam.

5.2. Saran :

a. Dalam melakukan pekerjaan pemangkasan dan kastrasi kelapa sawit harus


memiliki alat yang tajam serta lengkap dan terutama untuk alat pelindung diri
harus dipakai yang lengkap.

b. Selalu menggunakan alat pelindung diri yang lengkap.

25 |Laporan
DAFTAR PUSTAKA

http://kenzhi17.blogspot.com/2014/01/pemangkasan-tanaman-kelapa-sawit.html

http://jacq-planter.blogspot.com/2014/09/pruning-pada-masa-tm-kelapa-sawit.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_kelapa_sawit_di_Indonesia

http://telusurmedia.blogspot.com/2013/12/pengertian-kastrasi-pruning-pada-
kelapa.html

https://www.academia.edu/40942197/STUDI_KASUS_Pelepah_Sawit_PKL_2_Kel
apa_Sawit

26 |Laporan
LAMPIRAN

Melakukan pemangkasan (pruning) pada kelapa sawit sebagai berikut :

Gambar 1.memilih pelepah yang mau di pangkas.

Gambar 2.proses pemangkasan pelepah kelapa sawit.

27 |Laporan
Gambar 3.Hasil pelepah yang sudah dipangkas.

Gambar 4.proses pembuangan pelepah yang sudah dipangkas.

28 |Laporan

Anda mungkin juga menyukai