Anda di halaman 1dari 30

Tugas Kelompok

Bisnis Internasioanal

LAPORAN PERAKTEK LAPANG

(PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIV PABRIK GULA TAKALAR)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. A.Achmad Januar (G021201069)


2. Alya Atika Basri (G021201138)
3. Florenzia Yenni Pabetting (G021201056)
4. Hizkya Sandrianto (G021201085)
5. St. Nur Indah Kirana (G021201091)
6. Siti Fatimatul Fitria (G021201118)
7. Kurnia Putria Oktaviona Sattu (G021201054)
8. Nur Wahida Maharani (G021201012)
9. Wiwin Andre Ningrum Sari (G021201117)

BISNIS INTERNASIONAL KELAS B

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayahNya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah kelompok ini yang berjudul “LAPORAN
PERAKTEK LAPANG (PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIV PABRIK
GULA TAKALAR)” dengan tepat waktu.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Bisnis Internasional
di program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian pada Universitas Hasanuddin.
Selanjutnya Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman untuk Penulis maupun pembaca, dan dapat di praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 1 Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar belakang ......................................................................................... 1
1.2 tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 visi misi perusahaan............................................................................... 3
2.2 struktur perusahaan ................................................................................ 3
2.3 proses budidaya ..................................................................................... 5
2.4 proses pengolahan.................................................................................. 15
2.5 bentuk pemasaran .................................................................................. 19
2.6 mitra usaha ............................................................................................. 21
BAB III PENUTUP
3.1 kesimpulan ............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
LAMPIRAN ......................................................................................................... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya alam yang cukup


melimpah untuk menunjang kegiatan di sektor pertanian. Sektor pertanian
merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian
nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangan
terhadap PDB (Produk Domestik Bruto), penyedia lapangan kerja dan penyediaan
pangan. Sektor pertanian dalam arti luas terdiri atas beberapa subsektor. Salah
satu sub sektor pertanian yang memiliki potensi besar bagi pertumbuhan ekonomi
nasional adalah sub sektor perkebunan.
Sub sektor perkebunan menjadi penopang dan penggerak ekonomi
nasional. Berbagai komoditas yang dihasilkan oleh sub sektor ini sangat potensial,
sehingga banyak perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan. Perusahaan
perkebunan adalah suatu perusahaan berbentuk badan usaha/badan hukum yang
bergerak dalam kegiatan budidaya tanaman perkebunan diatas lahan yang
dikuasai, dengan tujuan ekonomi/komersial dan mendapat izin usaha dari instansi
yang berwenang dalam pemberian izin usaha perkebunan (BPS, 2022).
Perusahaan perkebunan di indonesia yang termasuk dalam BUMN (Badan Usaha
Milik Negara) adalah PT. Perkebunan Nusantara (PTPN).
Perusahaan Induk atau Holding BUMN Perkebunan adalah PT Perkebunan
Nusantara III (Persero). PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN III
merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang pengelolaan,
pengolahan dan pemasaran hasil Perkebunan. Komoditi yang diusahakan adalah
kelapa sawit, karet, tebu, teh, kopi, kakao, tembakau, aneka kayuan, buah-buahan
dan aneka tanaman lainnya. Salah satu anak perusahaan perusahaan induk PTPN
III ini adalah PT Perkebunan Nusantara XIV atau disingkat PTPN XIV.
PTPN XIV Anak Perusahaan dari Holding BUMN Perkebunan PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) yang bergerak dibidang Agribisnis
perkebunan dengan komoditas tebu, sawit, karet, kelapa dan peternakan sapi.
Dalam Laporan Tahunan 2020 PT Perkebunan Nusantara XIV, tertulis bahwa
perusahaan ini didirikan pada tanggal 11 Maret 1996 berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996 tentang Peleburan
PT Perkebunan XXVIII (Persero), PT Perkebunan XXXII (Persero), PT Bina
Mulya Ternak (Persero) menjadi PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero),
termasuk eks Proyek-proyek pengembangan PT Perkebunan XXIII (Persero) di
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Segmen operasi
PTPN XIV terdiri atas empat kegiatan usaha utama yaitu: Segmen operasi tebu,
Segmen operasi kelapa sawit, Segmen operasi karet, dan Segmen operasi lainnya.
Adapun produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini meliputi Gula Kristal Putih,
Tetes, CPO, Kernel, SIR-20, kelapa kupas, kopra, dan sapi. Perusahaan ini terdiri

1
atas beberapa wilayah kerja yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara
Timur. Di wilayah provinsi Sulawesi Selatan terdapat beberapa unit usaha yaitu
PKS Luwu, Kebun Keera-Maroangin, Kebun Malili, Pabrik Gula Bone, Pabrik
Gula Camming, dan Pabrik Gula Takalar.
Adapun lokasi praktik lapang kami adalah Pabrik Gula Takalar. Pabrik
Gula Takalar termasuk dalam segmen operasi tebu yang mengelola budidaya tebu
dan pabrik gula. PG Takalar berada di Kecamatan Polombangkeng Utara,
Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan berkapasitas 3.000 TTH. PG Takalar
mengelola areal HGU seluas 7.970,19 ha, terdiri atas areal konsesi seluas 4.845,54
ha, HGB seluas 181,93 ha, Pabrik seluas 3,08 ha, tanaman seluas 4.663,61 ha, dan
lainnya seluas 3.303,52 ha (Laporan Tahunan 2020 PTPN XIV). Dengan
demikian, laporan ini berisi tentang visi misi dan struktur perusahaan, proses
budidaya dan pengolahan tebu, bentuk pemasaran gula, serta mitra usaha Pabrik
Gula Takalar sebagai hasil praktik lapang yang telah kami lakukan.

1.2 Tujuan
Praktik lapang ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui visi misi PT Perkebunan Nusantara XIV
b. Mengetahu struktur perusahaan PT Perkebunan Nusantara XIV
c. Mengetahui proses budidaya tebu di Pabrik Gula Takalar
d. Mengetahui proses pengolahan tebu di Pabrik Gula Takalar
e. Mengetahui bentuk pemasaran hasil pengolahan tebu di Pabrik Gula
Takalar
f. Mengetahui mitra usaha Pabrik Gula Takalar

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Visi dan Misi PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar.
1. Visi
Menjadi Perusahaan Agribisnis yang Sehat, Inovatif, Tangguh dan
Berkarakter dalam Mendukung Kemajuan Negeri.

2. Misi
1. Perbaikan sistem pengelolaan untuk meningkatkan produksi,
produktivitas dan kualitas pada unit usaha secara berkelanjutan dengan
fokus utama pada komoditas kelapa sawit dan tebu.
2. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme Sumber Daya Manusia
melalui pengelolaan organisasi dan engagement karyawan yang kuat.
3. Membangun rantai nilai yang handal dan adaptif.
4. Meningkatkan nilai tambah bagi shareholder melalui optimalisasi aset
secara efektif dan efisien dengan menerapkan tata kelola yang baik.
5. Meningkatkan kepercayaan stakeholder melalui sinergitas kemitraan
yang harmonis.

2.2 Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara XIV


Struktur organisasi adalah kerangka antar hubungan dari orang-orang atau
unit-unit organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggungjawab, dan
wewenang tertentu. Berikut ini merupakan Struktur organisasi pada PT.
Perkebunan Nusantara XIV.

3
Uraian Tugas
Adapun mekanisme kerja dan struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara XIV
Pabrik gula Takalar dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Administratur
1. Memimpin, mengkordinir dan mengawasi atas dan bagian-bagian
dibawahnya.
2. Melaksanakan polase sesuai perusahaan sesuai dengan peraturan yang telah
ditentukan oleh direksi.
3. Mengadakan penilaian kepada karyawan.
4. Mengajukan rencana produksi.
b. Kepala bagian tanaman
1. Mengkordinasikan urusan tanaman muali dari pengadaan bibit, pengolahan
tanah, penanaman sampai penebangan tebu
2. Menyusun anggaran belanja dalam bidang tanaman, misalnya alat-alat
pertanian, pupuk dan lain-lain.
3. Menentukan jadwal penebangan.
c. Kepala bagian instalasi
Dalam melakukan tugasnya bagian instalasi dibantu oleh beberapa masisnis
yang bekerja sesuai dengan bagian-bagianya, adapuntugastugas bagian instalasi
adalah sebagai berikut:
1. Bertanggung jawab atas keberhasilan dalam pelksanaan produksi.
2. Melakukan perbaikan-perbaikan pada mesin-mesin produksi yang
mengalami kerusakan.
3. Mengadakan pemeriksaan atau pemeliharaan atas rumah-rumah dinas,
perusahaan, kendaraan dan lain-lain yang menjadi tanggung jawabnya.
d. Kepala bagian pengolahan
Bagian pegolahan bertanggung jawab atas jalanya proses produksi dari tebu
sampai menjadi gula. Diluar masa guling, bagian pabrikasi bertugas
mempersiapkan dat administrasi untuk persiapan giling serta mempersiapkan
timbangan truk ke tetes. Didalam masa giling bagian ini bertugas
melaksanakan segala kegiatan operasional produksi yang telah dipersiapkan
diluar masa giling. Dalam menjalankan tugasnya, kepala pengolahan dibantu
oleh chemiker (dokter gula) dan beberapa pembantu cemiker.
1. Chemiker
Chemiker atau dokter gula bertugas mengamati hasil produksi gula selama
masa giling berlangsung. Chemiker inilah yang menentukan baik tidaknya
produk gula yang dihasilkan dari proses produksi.
2. Prosesing
Bagian ini bertugas mengatur jalanya pembuatan gula dan pengerjaanya.
Bagian ini dibagi menjadi 4 bagian yaitu pagi, transisi, siang dan malam.
Hal ini dilakukan karna proses produksi berjalan selama 24 jam.
3. Pembantu chemiker I (Labolatorium tebu)

4
Bagian ini bertugas menganalisa dan meneliti hasil produksi yang
berlangsung yaitu meliputi kadar pH dan nira, kekentalan nira, kualitastetes
tebu, komposisi dariblotong, serta meneliti limbah dari proses produksi.
4. Pembantu chemiker II (bagian timbangan)
Bagian ini betugas mengurus hasil timbangan yang meliputi timbangan truk,
timbangan lori dan timbangan nira.
e. Kepala A,K dan U
Bagian ini beranggung jawab atas segala hal yang berhubungan dengan sub
bagian administrasi perusahaan, keuangan dan masalah umum. Dimana masing
masing sub bagian tersebut mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:
1. Administrasi
Bagian ini bertugas dalam segala hal pencatatan, baik pembukuan,
administrasi financial, dan hasil produksi serta administrasi gudang gula.
2. Keuangan
Bagian ini menangani segala masalah keuangan perusahaan/pabrik yang
berhubungan dengan kas ataupun bank.
3. Umum
Bagian ini menangani segalah masalah yang berhubungan dengan
perburuhan, kesekretarian dan poliklinik.

2.3 Proses budidaya


2.3.1 Klasifikasi Tanaman Tebu
Tanaman tebu tergolong tanaman perdu. Didaerah Jawa Barat disebut Tiwu,
di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur disebut Tebu atau Rosan (Indrawanto,
2010). Adapun klasifikasi tanaman tebu sebagai berikut (Steenis, 2006;
Tjitrosoepomo, 1994).
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Graminales
Familia : Gramineae
Genus : Saccharum
Species : Saccharum officinarum L

Tanaman tebu memiliki bentuk yang tinggi, tidak bercabang dan tumbuh
tegak. Tanaman yang tumbuh baik, tinggi batangnya dapat mencapai 3 sampai 5
meter atau lebih. Pada batang terdapat lapisan lilin yang berwarna putih dan
keabu- abuan. Lapisan ini banyak terdapat sewaktu batang masih muda. Ruas-ruas
batang dibatasi oleh buku-buku yang merupakan tempat duduk daun tebu.
Diketiak daun terdapat sebuah kuncup yang biasa disebut “mata”. Bentuk ruas

5
batang dan warna batang tebu yang bervariasi merupakan salah satu ciri dalam
pengenalan varietas tebu (Asih, 2008).

Menurut Sari (2012) mengatakan bahwa varietas tebu pada garis besarnya
dapat di bedakan menjadi tiga, yaitu :
1) Varietas genjah (Masak Awal), adalah sifat genetis varietas yang
menunjukkan puncak rendemen pada awal musim kemarau dengan nilai KDT
(kuefisien daya tahan ) relative terbatas. Masak awal mencapai masak optimal
<12 bulan.
2) Varietas sedang ( Masak Tengahan ), adalah sifat genetis varietas sifat varietas
yang menunjukkan puncak rendemen pada tengah musim kemarau dengan
nilai KDT ( koefisien daya tahan ) relaif terbatas. Varitas masak awal
mencapai masak optimal pada umur 12 sampai 14 bulan
3) Varetas dalam ( Masak Akhir ), adalah sifat genetis varetas yang menunjukan
puncak rendemen pada tengah musim kemarau dengan nilai-nilai KDT (
koefisien daya tahan) panjang. Varietas masak akhir mancapai masak optimal
pada umur lebih dari 14 bulan.

2.3.2 Morfologi Tanaman Tebu


Menurut Peter H. Raven pada tahun 2005 morfologi tumbuhan merupakan
ilmu yang mempelajari bentuk fisik dan struktur tubuh dari tumbuhan, morfologi
berasal dari bahasa Latin morphus yang berarti wujud atau bentuk, dan logos yang
berarti ilmu. Morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan susunan
tubuh tumbuhan saja, namun juga untuk menentukan fungsi dari masing-masing
bagian untuk tumbuhan, dan selanjutnya juga berusaha mengetahui dari mana asal
dan susunan tubuh yang terbentuk (Tjitrosoepomo, 2009).
1. Akar
Tanaman tebu merupakan tanaman dengan akar serabut, hal ini menandakan
bahwa tanaman tebu termasuk kelas Monocotyledone. Akar tanaman tebu
dapat digolongkan menjadi 2, yang pertama adalah akar tunas dan yang kedua
adalah akar stek. Akar tunas adalah pengganti dari akar bibit. Sedangkan akar
stek / akar bibit adalah akar yang masa hidupnya tidak lama. Akar tersebut
tumbuh pada cincin akar dari stek batang.

2. Batang
Menurut Indrawanto dkk. (2010), tanaman tebu mempunyai batang lurus dan
beruas-ruas yang masing-masing ruas dibatasi oleh buku-buku. Pada setiap

6
buku terdapat satu mata tunas. Batang tanaman tebu tumbuh dari mata tunas
setek tebu yang ditanam di bawah permukaan tanah, pada pangkal batang tebu
terdapat mata tunas yang berada di bawah permukaan tanah yang kemudian
tumbuh dan berkembang membentuk rumpun. Batang tebu berbentuk silindris
berdiameter batang antara 3-5 cm dengan tinggi batang antara 2-5 meter, dan
tidak bercabang.

3. Daun
Daun tanaman tebu adalah daun tidak lengkap, karena terdiri dari helai daun
dan pelepah daun saja, sedang tangkai daunnya tidak ada. Kedudukan daun
berpangkal pada buku. Diantara pelepah daun dan helaian daun terdapat sendi
segitiga dan pada bagian sisi dalamnya terdapat lidah daun yang membatasi
antara helaian daun dan pelepah daun. Ukuran lebar daun sempit kurang 4 cm,
sedang antara 4-6 cm dan lebar 6 cm. Daun tebu berbentuk seperti pita,tidak
bertangkai dan memiliki pelepah seperti daun jagung muncul berselingan pada
bagian kanan dan kiri. Tepi daun kadang-kadang bergelombang serta berbulu
keras

4. Bunga
Bunga pada Saccharum Officinarum merupakan bentuk seperti piramida
dengan panjang antara 70-90 cm. Bunganya biasa muncul saat bulan April
sampai Mei. Bunga tebu terdiri dari tenda bunga yang merupakan tiga helai
daun tajuk bunga. Cabang bunga terdiri bertahap, pada tahap awal berupa
karangan bunga kemudian pada tahap selanjutnya berupa tandan dengan dua
bulir panjang sekitar 3-4 mm. Tanaman tebu memiliki benang sari serta putik
dengan 2 kepala putik dan bakal biji pada bunga. Buah tebu memiliki biji yang
serupa dengan padi yaitu satu biji dengan besar lembaga 1/3 panjang biji. Biji-
biji tanaman tebu dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan verietas baru hasil

7
dari persilangan yang lebih unggul dan ditanam di kebun percobaan
(Indrawanto, dkk 2010)

5. Mata tunas
Mata tunas ialah kuncup tebu yang terletak pada buku - buku ruas batang.
Kuncup - kuncup ini dari arah pangkal ke ujung batang tertanam disebelah
kanan dan kiri berganti - ganti dan selalu terlindungi oleh pangkal pelepah
daun Mata tunas atau cikal bakal dari tanaman tebu, umumnya bersifat dorman
saat masih tertutupi pelepah daun tanaman tebu, namun mata tunas mulai
tumbuh saat kondisi di sekelilingnya mendukung untuk pertumbuhannya.
Pertumbuhan mata tunas ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor dengan
adanya proses tertentu yang mengakibatkan mata tunas ini tumbuh dan menjadi
suatu individu baru (Pramaningtyas, 2017).

2.3.3 Karakteristik Pada Varietas Tebu


a. Varietas Masak Awal
1) Varietas Camming (CM 2012)
Varietas camming merupakan varietas yang berasal dari kendari (SK
pelepasan Menteri Pertanian nomor 3678/Kpts/SR.120/11/2010 tanggal 12
november 2010). Saat ini telah di kembangkan di PG Takalar di
kembangkan sejak tahun 2009. Ciri-ciri varietas ini adalah bentuk batang
khonis, daun berwarna hijau kekuningan , ujung helai daun melengkung
lebih besar dari seper dua pangjang daun. Bentuk mata tunas bulat. Sifat-
sifat agronomisnya meliputi perkecambahan sedang, awal pertunasan cepat,
tidak berbunga hingga berbunga 18 sporadik, diameter batang sedang,
kerapatan batang rapat, sifat kemasakan awal, tengan dan hasil 1100 ku/kh
dan rendemen 10, 41%. Potensi hasil 900-1000 ku/ha, dengan rendemen
sekitar 7- 8%. Hasil hablur sekitar 90 ku/ha.
2) Varietas PSBM 901
PSBM 901 secara resmi di lepas tahun 2004 dari nama seri PSBM 90-94.
PSBM 901 merupakan keturunan persilangan polycross yang di panen dari
tertua betina (induk) PS 78-127. Keunggulan utama varietas ini adalah
cocok untuk tipe lahan podsolik merah kuning, dengan iklim yang relative

8
basah. Untuk adaptasi dijawa timur lebih di arahkan pada lahan geluh
pasiran dengan kecukupan sejak awal pertumbuhan. Perkecambahan cepat
dan baik, jumlah batang rapat, diameter batang sedang sampai besar (2,5-
3,0 cm), tidak berbunga atau poradis, serangan penggerek batang dan
penggerek pucuk kurang dari 5%, relative tahan penyakit leaf scorch,
sedikit tampak serangan karat daun tetapi lebih rendah dari pada Q 90.
Batang umumnya masif dan kadang-kadang di temukan lubang kecil di
tengah batang, pada kadar sabut 13%, ke masakan awal sampai ketengahan
( Benih Perkebunan. 2016).
3) Varietas PS 881
PS881 merupakan hasil persilangan BO 33 polycross pada tahun 1988 dari
nomor seleksi PSBM 88-113. SK PELEPASAN mentri pertanian nomor
1668/Kpts/SR.120/10/2008 tanggal 8 oktober 2008, sifat-sfat agronomis
yaitu perkecambahan sedang, kemasakan :awal ( A ).Toleran terhadap
pnggerek pucuk dan penggerek batang, tahan terhadap mosaic, blendok,
dan leaf scorch, toleran terhadap luka api. Varietas PS 881 cocok di
kembangkan pada lahan dengan Spesifik Lokasi Inceptisol, Vertisol dengan
tipe iklim C2 ( Oldeman ). Potensi rendemen yang tinggi dengan kategori
kemasakan awal giling, dengan pertumbuhan cepat akar sabut sekitar 13 –
14%.secara nyata kemasakan varietas PS881 lebih cepat dari pada PS851,
dan sedikit lebih awal dari PS 862. Sebagai varietas masak awal, yang
penting bahwa selama tanaman berurmur 8 bulan atau lebih, maka pada
bulan mei-juni harus sudah di tebang. Sifat pembungaan adalah sedang,
oleh karna itu jadwal tebang terhadap varietas ini harus lebih pasti ( P3GI,
2011).

b. Varietas Masak Tengah


1) VarietasPS921
PS 921 sebelumnya dikenal sebagai seri PS 92-3092, merupakan
keturunan dari PS 80-1007 (Polycross) yang dilepas Menteri Pertanian
pada tahun 2004. PS 921 merupakan varietas yang pertumbuhannya relatif
cepat, dengan perkecambahan sedang, jumlahan akan cukup. Varietas ini
lebih cocok untuk lahan dengan air cukup memadai. Pada kondisi drainase
terganggu tampaknya PS 921 lebih toleran dibandingkan PS 851. Karena
kekerasan kulit yang lebih tinggi dibanding varietas PS 851, maka varietas
tersebut dikenal pertama kali tidak diminati hama tikus ( karena masih
tersedia varietas lain yang lebih lunak) walaupun di beberapa tempat juga
masih terserang tikus tetapi tidak parah. Kletekan pelepah daun agak sulit,
dengan potensi kadar sabut sekitar 16%. Kemasakan mempunyai tipe
sepertiPS 851 yaitu cenderung tengahan. Varietas ini rentan terhadap
penyakit luka api, oleh karena itu untuk daerah endemik dan kekurangan
air, maka perlu secara hati-hati mengembangkan varietas ini.

9
2) Varietas Kidang Kencana
Varietas tebu kk menunjukkan keragaan tanaman yang memuaskan pada
lahan geluh liat (tekstur sedang sampe berat) dengan air cukup tersedia.
Sementara itu pada lahan tanpa pengairan, tampaknya kk menunjukkan
keragaan kurang memuaskan, sehingga kesesuaian tipologi wilayah
pengembangannya adalah pada lahan yang tersedia lengas tanah cukup (
sawah berpengairan ). Hasil pengamatan secara deskriptif terlihat bahwa
pada jenis lahan berat, terlihat keragaan tanaman seragam pertumbuhannya
dengan jumlah batang yang rapat. Pertunasan yang terjadi secara serempak,
berbatang tegak, diameter sedang sampai besar. Jarang berbunga, diameter
sedang sampai besar. Hasil tebuh cukup tinggi, rendemen tinggi,
kemasakan awal tengah,kadar sabut sekita 13%.
3) Varietas Cenning (TK 386)
Varietas tebu Cenning atau TK 386, teknis pengembangan yaitu cocok di
kembangan pada jenis tanah aluvial dan mediteran dengan kadar liat yang
tidak terlalu tinggi dengan pengairan/curah hujan cukup, sifat lepas pelepah
mudah dan tahan kepras, kesesuaian terhadap tipologi dan pola tanam yaitu
tipologi (tanah berat pengairan dan drainase ), pola tanam 1 (mei-juli) dan
kesesuaian tebang mei- juli. Pemilihan varietas pada produktivitas yang
sesuai dengan kondisi lingkungan dan mempunyai daya adaptasi yang luas
sertabilitas hasil yang tinggi sangat di anjurkan (Luo et al.2015; Ribeiro et
al 2013; Wang et al 2013).varietas awal sampai tengah menghasilkan
produktivitas sebelah barat 384 tebu/ha dan sebelah selatan 294 tebu/ha.

2.3.4 Tipe Kemasakan Tebu


Setiap varietas tebu memiliki potensi rendemendan tonase tebu yang
berbeda.Varietas tebu dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan kemasakannya
yaitu varietas tebu masak awal, masak tengah dan masak akhir.Varietas tebu
masak
awal rendementinggi pada awal giling tebu (bulan Mei sampai Juni). Varietas tebu
masak tengah, rendemen tinggipada tengah giling tebu (bulan Juli sampai
gustus).Varietas masak akhir, rendemen tinggi pada akhir giling (bulan
September sampai Oktober).
a. Tipe kemasakan awal
Tebu tipe masak awal merupakan tebu berumur pendek atau genjah (10-11
bulan), atau Tebu masak awal adalah tebuyang dapat dilakukan panen pada
awal dimulainya musim giling tebu. Menurut Ditjenbun (2014),dalam program
penataan varietas tebu, proporsiideal penataan varietas untuk pengembangan
tebu di Indonesia adalah 30% varietas masak awal, 40%varietas masak tengah
dan 30% varietas masak lambat. Sehingga menjadi hal yang penting
tersedianya varietas tebu masak awal untuk menjamin terpenuhinya bahanbaku
pembuatan gula (tanaman tebu) selama masa giling tebu.

10
b. Tipe kemasakan tengah
Pada varietas tipe kemasakan tengah lambat jumlah batang per meter juring
paling tinggi yaitu BL dan PSDK 923 (12,30±12,94 batang/m) dan paling
rendah pada varietas KK (8,9 batang/m) pada umur enam bulan. Pada varietas
dengan tipe kemasakan awal tengah jumlah batang tertinggi 11,96 batang/m
(PSJK 922) dan terendah 10,10 batang/m (Cenning dan PS 882). Dengan
demikian pada tipologi lahan BHL varietas tipe kemasakan awal sampai tengah
lambat menghasilkan jumlah batang 10±12 batang/m juring dengan penanaman
tepat waktu. Pemilihan varietas yang berproduksi tinggi yang sesuai dengan
kondisi lingkungan dan mempunyai daya adaptasi yang luas serta stabilitas
hasil yang tinggi sangat dianjurkan.

2.2.6 Kondisi Optimum untuk Produksi Tebu


Produksi tebu merupakan fungsi dari tanaman, tanah, iklim, tindakan
budidaya ynag dilakukan oleh petani. Idealnya, untuk memperoleh produksi tebu
maksimum maka varietas tebu yang ditanam adalah varietas tebu unggul, kondisi
fisik tanah dan iklim optimum untuk pertumbuhan tebu maksimum, diantaranya
kebutuhan air dan pupuk selama masa pertumbuhan dapat tercukupi. Faktor iklim
(terutama curah hujan) turut menentukan pertumbuhan dan produksi tebu, yang
juga akan mempengaruhi kadar gula (nira) tebu, dan pada akhirnya akan
mempengaruhi besaran produksi gula. Perlu diketahui bahwa iklim setempat
bersifat unpredictable (tak dapat diduga).
Tebu tumbuh baik pada daerah beriklim panas tropika dan subtropika di
sekitar khatulistiwa sampai garis isotherm 20ºC, yakni kurang lebih antara 39ºLU
hingga 35ºLS. Tanaman tebu banyak diusahakan di dataran rendah dengan musim
kering/ kemarau yang tegas. Tebu dapat ditanam dari dataran rendah sampai
dataran tinggi atau pegunungan dengan ketinggian 1000 m di atas permukaan laut.
Di daerah pegunungan yang suhu udaranya rendah, tanaman tebu lambat tumbuh
dan mempunyai rendemen rendah (Sudiatso, 1980). Temperatur optimum untuk
perkecambahan tebu dan pertumbuhan vegetatif masing- masing adalah 26 - 33ºC
dan 30 – 33ºC. Selama pertumbuhan generatif menjadi matang, temperatur pada
malam hari yang relatif rendah (di bawah 18ºC) berguna untuk peningkatan
pembentukan kadar sukrosa. Secara kuantitatif, tebu merupakan tanaman berhari
pendek. Periode siang hari selama 12 - 14 jam adalah jumlah maksimum untuk
pertumbuhan dan perbungaan. Curah hujan rata-rata yang diperlukan adalah
sekitar 1800 - 2500 mm/tahun. Jika curah hujan tidak cukup, maka harus diberi
aliran air irigasi (Kuntohartono dan Thijsse, 2009). Tebu merupakan tanaman
dengan siklus karbon C4, yang fotosintesisnya terjadi secara maksimum pada
suhu 30 - 32ºC. Respirasi tebu maksimum terjadi pada suhu 37ºC. Pada suhu
dibawah 15ºC, penyerapan air dan mineral oleh akar tebu tidak akan tejadi. Suhu
minimal untuk penyerapan air dan mineral adalah 19 - 20ºC, dan penyerapan

11
maksimum pada suhu 28 - 30ºC. Transportasi dan akumulasi gula terjadi pada
malam dan siang hari (Fauconnier, 1993).
Pada masa pertumbuhannya, tebu menghendaki perbedaan nyata antara
musim hujan dan kemarau (kering). Selama masa pertumbuhannya tebu
membutuhkan banyak air, sedangkan menjelang tebu masak untuk dipanen maka
tebu membutuhkan keadaan kering (tidak ada hujan) yang menyebabkan
pertumbuhannya terhenti. Apabila hujan terus turun, maka kesempatan tanaman
tebu untuk matang terus tertunda yang mengakibatkan rendemen rendah
(Sudiatso, 1980).

2.3.6 Produktivitas Tanaman Tebu


Produktivitas produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara
hasil yang di capai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang di gunakan
(input). Menurut Sinungan (1985:8) produktivitas dapat di artikan sebagai
perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu di bagi totalitas
masukan selama periode tersebut. Faktor genetik tanaman sangat mempengaruhi
produktivitas tanaman.
Salah satu penyebab kurang optimalnya produktivitas tanaman tebu di
Indonesia adalah masih banyak petani yang belum menggunakan bibit unggul,
sedangkan bibit tanaman tebu yang kurang bermutu dapat menurunkan kualitas
genetiknya. Bibit 6 unggul yang telah ditanam selanjutnya tumbuh berkecambah
dan bertunas. Optimalisasi fase perkecambahan dan pertunasan merupakan fase
yang penting dalam mendukung dan meningkatkan produktivitas serta rendemen
tanaman tebu. Faktor lingkungan atau faktor eksternal juga sangat mempengaruhi
produktivitas tanaman tebu. Perbaikan lingkungan sangat diperlukan untuk
mendukung peningkatan produktivitas tanaman. Perbaikan lingkungan tumbuh
dilakukan agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman optimal.
Swasembada yang ditargetkan pemerintahakan berhasil bila peningkatan
produksi gula tidak hanya terjadi lewat perluasan areal tanam, tetapi juga kualitas
tebu. Keberhasilan akan tercapai, tergantung pada cara budidayanya. Uraian
mengenai budidaya tebu menurut Indrawanto (2010) adalah sebagai berikut :
a. Pembersihan Lahan
Pembersihan dan persiapan lahan bertujuan untuk membuat kondisi fisik dan
kimia tanah sesuai untuk perkembangan perakaran tanaman tebu.Tahap
pertama yang harus dilakukan pada lahan semak belukar dan hutan adalah
penebasan atau pembabatan untuk membersihkan semak belukar dan kayu-
kayu kecil. Setelah tahap pembabatan selesai dilanjutkan dengan tahap
penebangan pohon yang ada dan menumpuk hasil tebangan. Pada tanah bekas
hutan, kegiatan pembersihan lahan dilanjutkan dengan pencabutan sisa akar
pohon. Pembersihan lahan semak belukar dan hutan untuk tanaman tebu baru
(plant cane/PC) secara prinsip sama dengan pembersihan lahan bekas tanaman
tebu yang dibongkar untuk tanaman tebu baru (ratoon plant cane/RPC).

12
b. Penyiapan Lahan
Areal pertanaman tebu dibagi per rayon dengan luas antara 2500-3000 ha per
rayon. Setiap rayon dibagi per blok yang terdiri dari 10 petak, dengan tiap
petak berukuran sekitar 200 m x 400 m (8 ha). Antar blok dibuat jalan kebun
dengan lebar 12 m dan antar petak dibuat jalan produksi dengan lebar 8m.
Kegiatan penyiapan lahan terdiri dari pembajakan pertama, pembajakan kedua,
penggaruan dan pembuatan kairan. Pembajakan pertama bertujuan untuk
membalik tanah serta memotong sisa-sisa kayu dan vegetasi lain yang masih
tertinggal. Pembajakan kedua dilaksanakan tiga minggu setelah
pembajakanpertama. Arah bajakan memotong tegak lurus hasil pembajakan
pertamadengan kedalaman olah 25 cm. Peralatan yang digunakan adalah disc
plow 3-4 disc berdiameter 28 inci dengan traktor 80-90 HP untuk menarik.
Penggaruan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah dan
meratakan permukaan tanah. Penggaruan dilakukan menyilang dengan arah
bajakan. Pembuatan kairan adalah pembuatan lubang untuk bibit yang akan
ditanam. Kairan dibuat memanjang dengan jarak dari pusat ke pusat
(PKP)1.35-1.5 m, kedalaman 30-40 cm.
c. Penanaman
Kebutuhan bibit tebu per ha antara 60-80 kuintal atau sekitar 10 mata tumbuh
per meter kairan. Sebelum ditanam bibit perlu diberi perlakuan sebagai berikut:
 Seleksi bibit untuk memisahkan bibit dari jenis-jenis yang tidak
dikehendaki.
 Sortasi bibit untuk memilih bibit yang sehat dan benar-benar akan tumbuh
serta memisahkan bibit bagal yang berasal dari bagian atas, tengah dan
bawah.
 Pemotongan bibit harus menggunakan pisau yang tajam dan setiap 3-4 kali
pemotongan pisau dicelupkan kedalam lisol dengan kepekatan 20 persen.
 Memberi perlakuan air panas (hot water treatment) pada bibit dengan
merendam bibit dalam air panas (50oC) selama 7 jam kemudian merendam
dalam air dingin selama 15 menit. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga bibit
bebas dari hama dan penyakit.
d. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit tebu yang tidak tumbuh, baik
pada tanaman baru maupun tanaman keprasan, sehingga nantinya diperoleh
populasi tanaman tebu yang optimal. Untuk bibit bagal penyulaman dilakukan
2 minggu dan 4 minggu setelah tanam. Penyulaman dilaksanakan pada baris
bagal 2-3 mata sebanyak dua potong dan diletakkan pada baris tanaman yang
telah dilubangi sebelumnya. Apabila penyulaman tersebut gagal, penyulaman
ulang harus segera dilaksanakan.
e. Pemupukan
Dosis pupuk yang digunakan haruslah disesuaikan dengan keadaan lahan,
untuk itu perlu dilakukan analisa tanah dan daun secara bertahap. Pemupukan

13
dilakukan dengan dua kali aplikasi. Pada tanaman baru, pemupukan pertama
dilakukan saat tanam dengan 1/3 dosis urea, satu dosis SP36 dan 1/3 dosis KCl.
Pemupukan kedua diberikan 1-1.5 bulan setelahpemupukan pertama dengan
sisa dosis yang ada. Pada tanaman keprasan,pemupukan pertama dilakukan 2
minggu setelah kepras dengan 1/3 dosis urea, satu dosis SP-36 dan 1/3 dosis
KCl. Pemupukan kedua diberikan 6 minggusetelah keprasan dengan sisadosis
yang ada.
f. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dapat mencegah meluasnya serangan hama
dan penyakit pada areal pertanaman tebu. Pencegahan meluasnya hama dan
penyakit dapat meningkatkan produktivitas. Hama yang menjadi hama utama
pada budidaya tebu di kebun Takalar yaitu hama kutu putih pada daun tebu.
g. Panen
Pengaturan panen dimaksudkan agar tebu dapat dipungut secara efisien dan
dapat diolah dalam keadaan optimum. Melalui pengaturan panen, penyediaan
tebu dipabrik akan dapat berkesinambungan dan dalam jumlah yang sesuai
dengan kapasitas pabrik sehingga pengolahan menjadi efisien. Kegiatan panen
termasuk dalam tanggungjawab petani, karena petani harus menyerahkan tebu
hasil panennya ditimbangan pabrik. Akan tetapi pada pelaksanaannya
umumnya petani menyerahkan pelaksanaan panen kepada pabrik yang akan
menggiling tebunya. Pelaksanaan panen dilakukan pada bulan Mei sampai
September dimana pada musim kering kondisi tebu dalam keadaan optimum
dengan tingkat rendemen tertinggi. Penggiliran panen tebu mempertimbangkan
tingkat kemasakan tebu dan kemudahan transportasi dari areal tebu ke
pabrik.Kegiatan pemanenan meliputi estimasi produksi tebu, analisis tingkat
kemasakan dan tebang angkut.
h. Tebang Angkut
Penebangan tebu haruslah memenuhi standar kebersihan yaitu kotoran seperti
daun tebu kering, tanah dan lainnya tidak boleh lebih besar dari 5%.Untuk
tanaman tebu yang hendak dikepras, tebu di sisakan di dalam tanah sebatas
permukaan tanah asli agar dapat tumbuh tunas. Bagian pucuk tanaman tebu
dibuang karena bagian ini kaya dengan kandungan asam amino tetapi rendah
kandungan gula. Tebu tunas juga dibuang karena kaya kandungan asam
organis, gula reduksi dan asam amino akan tetapi rendah kandungan gula.
Penebangan tebu dapat dilakukan dengan sistem tebu hijau yaitu penebangan
yang dilakukan tanpa adaperlakuan sebelumnya, atau dengan sistem tebu bakar
yaitu penebangan tebu dengan dilakukan pembakaran sebelumnya untuk
mengurangi sampah yang tidak perlu dan memudahkan penebangan. Pada
penebangan tebu dengan teknik bundled cane penebangan dan pemuatan tebu
kedalam truk dilakukan secara manual. Truk yang digunakan biasanya truk
dengan kapasitas angkut 6-8 ton atau 10-12. Truk dimasukkan ke dalam areal
tanaman tebu. Muatan tebu kemudian dibongkar di Cane Yard yaitu tempat

14
penampungan tebu sebelum giling. Pada penebangan tebu dengan teknik loose
cane, penebangan tebu dilakukan secara manual sedangkan pemuatan tebu
keatas truk dilakukan dengan memakai mesin grab loader. Muatan tebu
kemudian dibongkar di Cane Yard yaitu tempat penampungan tebu sebelum
giling. Pada penebangan tebu dengan teknik chopped cane, penebangan tebu
dilakukan dengan memakai mesin pemanen tebu (cane harvester). Hasil
penebangan tebu dengan teknik ini berupa potongan tebu dengan panjang 20-
30 cm. Teknik ini dapat dilakukan pada lahan tebu yang bersih dari sisa
tunggul, tidak banyak gulma, tanah dalam keadaan kering, kodisi tebu tidak
banyak roboh dan petak tebang dalam kondisi utuh sekitar 8 ha.

2.4 Proses pengolahan Tebu pada PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik
Gula Takalar
Proses pengolahan dapat didefinisikan sebagai proses pembuatan suatu
produk dari bahan mentah dan bahan asal, serta kegiatan-kegiatan penanganan dan
pengawetan produk tersebut. Tujuan dari pengolahan pangan yaitu untuk
meningkatkan kualitas dan memperpanjang umur simpan bahan pangan,
menghentikan aktivitas mikroorganisme yang dapat meracuni tubuh, dapat
meningkatkan status gizi masyarakat, dan memperbaiki bentuk, cita rasa, tesktur,
dan aroma dari bahan pangan.
Kegiatan produksi gula pada PTPN XIV Pabrik Gula Takalar berlangsung
selama 24 jam nonstop selama empat bulan berturut-turut. Proses pengolahan tebu
di pabrik gula Takalar tidak berbeda jauh dengan proses pengolahan pabrik gula
lain. Di PTPN Pabrik gula Takalar waktu kerja karyawan terbagi menjadi dua
yakni karyawan Tetap, karyawan PKWT/Kontrak dan karyawan musiman.
Karyawan tetap dan kontrak akan terus bekerja baik dalam masa giling ataupun
luar masa giling (LMG) sedangkan karyawan musiman akan dipanggil pada saat
dalam waktu masa giling atau produksi gula berlangsung. Jumlah karyawan pada
waktu luar masa giling (LMG) sekitar empat ratus orang, sedangkan pada waktu
masa giling karyawan berjumlah lebih dari seribu orang. Adapun tahapan
pengolahan tebu menjadi Gula di PTPN XIV Pabrik gula Takalar terbagi menjadi
beberapa proses, yaitu: penggilingan/ekstrasi, pemurnian, penguapan,
pemasakan/pengkristalan, putaran, pengeringan, pengemasan dan penyimpanan.
Proses produksi gula dimulai dari stasiun gilingan. Namun sebelum menuju
stasiun gilingan, tebu yang diangkut oleh truk ditimbang terlebih dahulu
kemudian di angkut ke meja tebu sebelum dikirim ke dalam pabrik. Di PTPN
Pabrik gula Takalar, ada dua jenis meja tebu yakni Cane unloading dengan
kapasitas 25 ton dan cane lifter kapasitas 10 ton. Kemudian tebu akan dikirim
kedalam Carrier yang fungsinya untuk mengangkut tebu dari bagian depan ke
dalam pabrik. Carrier terdiri atas dua bagian yakni Carrier B1 dan Carrier B2.
Sebelum masuk ke Carrier B2, Tebu melewati pencacahan di cane cutter I dan

15
cane cutter II kemudian dihaluskan menggunakan aligator atau palu penumbuk
lalu dibawa oleh cane carrier II.
1. Stasiun Gilingan/ekstraksi
Stasiun gilingan menggunakan IV mesin gilingan atau mesin pencacahan
yang bekerja secara berkesinambungan. Setelah melewati cane carrier II,
selanjutnya ke gilingan I dan gilingan II untuk di ambil airnya. Kemudian hasil
akhir dari gilingan III dan gilingan IV adalah air tebu atau Nira dan ampas
tebu. Ampas pemerahan terakhir dari gilingan IV kemudian dikirim
menggunakan conveyor menuju stasiun boiler oleh Baggase Elevator.
Boiler merupakan salah satu stasiun yang berfungsi sebagai pembangkit
uap sampai pada tekanan kerja operasional mesin penggerak (turbin uap) yang
di inginkan. Bahan bakar yang digunakan pada proses pembakaran adalah
ampas tebu yang dihasilkan dari gilingan IV. Apabila ampas yang dihasilkan
terlalu banyak, maka ampas disimpan ke Gudang dan digunakan pada saat
proses pembakaran selanjutnya bila ampas tebu untuk pembakaran kurang. Di
PTPN XIV Pabrik Gula Takalar terdapat dua boiler yang masing- masing
boiler memiliki 4 pintu dan didalamnya terdapat pipa-pipa untuk mengalirkan
air yang akan dipanaskan sehingga menghasilkan uap. Air yang digunakan
untuk menghasilkan uap didalam boiler adalah air yang sudah mendidih atau
sudah dikondensasi dengan tujuan penguapan lebih cepat. Kualitas Uap yang
dihasilkan boiler dipengaruhi oleh temperatur dan harus disesuaikan dengan
kekuatan penahan pipa. Uap yang dihasilkan boiler kemudian digunakan untuk
memasak Nira dan digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik ketika dalam
masa giling.
Namun apabila pabrik dalam masa LMG, tidak ada pembakaran yang
artinya tidak ada uap pembangkit tenaga listrik, jadi dalam masa operasional
pabrik menggunakan PLN sebagai sumber listrik dan dapat menghabiskan 90
juta-120 juta perbulan. Dalam masa giling pun pabrik masih menggunakan
tenaga listrik dari PLN yang biasanya dibayar sekitar 240 juta sampai 300 juta
perbulan. Ketika terjadi masalah pada turbin alternator, maka tenaga listrik
yang digunakan akan dialihkan ke PLN dengan resiko pembayaran mencapai
angka milliar.

2. Stasiun Pemurnian
Stasiun pemurnian adalah suatu proses yang bertujuan memisahkan nira
dengan kotoran seperti tanah atau kotoran lain yang tidak dibutuhkan pada
proses pembuatan gula yang berasal dari proses penggilingan. Proses ini
menggunakan bantuan bahan kimia asam fosfat dan kapur. Nira mentah
ditimbang kemudian dilakukan proses defekasi serta sulfitasi.
a. Defekasi

16
Defekasi merupakan suatu proses penambahan susu kapur kedalam
nira mentah. Proses defekasi terjadi dalam defecator dengan
mengatur Ph 7,2 di defecator I dan 8,5 di defecator II.
b. Sulfitasi
Sulfitasi merupakan proses lanjutan dari defekasi. Sulfitasi
dilakukan untuk menetralkan nira mentah dari kondisi basa akibat adanya
penggunaan susu kapur. Proses sulfitasi dilakukan dengan menambahkan
flokulan ke dalam campuran nira dan susu kapur. Proses ini dilakukan
dalam door clarifier. Adapun tujuan dari sulfitasi adalah mengembalikan Ph
nira ke kondisi netral, karena proses pengendapan yang maksimal harus
dinetralkan. Hasil akhir dari proses pemurnian adalah nira jernih, tets dan
blotong.

3. Stasiun Penguapan
Setelah melewati beberapa tahapan/proses pada stasiun permurnian dan
menghasilkan nira jernih, selanjutnya masuk ke stasiun penguapan. Pada
stasiun penguapan ini, terdapat alat yang bernama evaporator. Pada stasiun
penguapan ini berfungsi untuk mendapatkan nira yang kental dari yang semula
encer atau masih cair. Sehingga dengan adanya alat evaporator ini, maka akan
terjadi proses evaporasi yang dipanaskan dengan suhu 100 derajat celcius
sehingga airnya akan menguap dan cairannya akan menjadi kental, sehingga
hasilnya adalah nira kental.

4. Stasiun Masakan
Pada stasiun masakan ini, sasarannya adalah mendapatkan kristal gula.
Pada stasiun masakan ini terdapat beberapa vacuum pan. Ada vacuum pan
untuk gula A, C, D. Gula D ini memiliki ukuran yang sangat kecil seperti pasir,
dan digunakan sebagai bibit untuk membuat gula C. Kemudian gula C yang
berbentuk sedang, sampai akhirnya mendapatkan ukuran gula yang bagus dan
sesuai standar yaitu pada gula A. Di stasiun masakan ini, gula dibuat atau
dibentuk secara manual oleh tukang masaknya. Mulai dari kapan masaknya itu
tergantung dari besar kristalnya. Pada kemasan gula sering kita jumpai tulisan
“SNI” yang artinya bahwa gula tersebut harus memenuhi Standar Nasional
Indonesia. Adapun untuk gula kristal putih itu aturan besar kristalnya adalah
sekitar ukuran 0,8-1,1 mm, dan disini tukang masak memiliki peran dalam
mengatur ukuran kristal gula tersebut dengan volume 250 hektoliter. Apabila
ukuran kristal gulanya sudah cukup, barulah diturunkan ke vacuum pan yang
mana dibawahnya terdapat pintu untuk diteruskan ke putaran, namun terdapat
palung pendingin dibawahnya sebagai tempat mendinginkan yang berbentuk
tabung dan memiliki mixer serta pengaduk didalam mixer tersebut. Setelah itu
kristal gula turun menuju ke stasiun putaran. Hasil akhirnya adalah gula dan
cairan. Adapun cairan disini disebut Stroop.

17
5. Stasiun Putaran
Untuk mendapatkan kristal gula SHS (super high sugar), campuran hasil
masakan dari pan masakan diputar (sentrifugasi) sehingga kristal gula dapat
dipisah dari cairannya. Terdapat dua macam putaran yang digunakan dalam
PG. Tasikmadu, yaitu Low Grade Fugal (LGF) dan High Grade Fugal (HGF).
1) Campuran hasil masakan pan A diputar menggunakan HGF dengan
kecepatan putar maksimal 1000 rpm. Pemutaran ini menghasilkan gula A
dan stroop A.
2) Campuran hasil masakan pan D diputar menggunakan LGF dengan
kecepatan putar maksimal sebesar 2200 rpm. Pemutaran ini
menghasilkan gula D1 dan tetes (molasses).
3) Gula D1 ditambakan dengan klare D dan diputar kembali
menggunakan LGF sehingga diperoleh gula D2 dan klare D. Gula A atau
SHS hasil putaran merupakan produk utama dari PG Tasikmadu.
Gula SHS ini kemudian dikeringkan dan dipisahkan berdasarkan
ukuran kristal normal, halus, dan kasar. Pemisahan kristal gula tersebut
menggunakan talang goyang yang dilengkapi dengan saringan kasa
bersusun, dengan ukuran 4, 8, dan 30 mesh. Kristal gula yang berukuran
normal (0,91,2 mm) dikemas dengan sak dengan berat 50 kg netto,
sedangkan kristal gula halus dan kasar dilebur kembali untuk dijadikan
sebagai bahan masakan di stasiun masakan.

6. Stasiun Pengemasan
Stasiun pengemasan adalah tempat diamana hasil produk gula dikemas
kedalam kemasan berupa karung. Pengemasan dibagi menjadi dua bentuk jenis
produk, yaitu wallini dengan berat 50 kg, dan gollata dengan berat 1 kg. Dalam
proses pengemasan yang dilakukan oleh perusahan PTPN XIV Pabrik Gula
Takalar sudah menetapan standar food grade. Food Grade merujuk pada jenis
material yang digunakan sebagai wadah suatu produk konsumsi. Material
tersebut haruslah tidak beracun, aman untuk makanan, serta tidak
mempengaruhi rasa dan kualitas makanan, serta yang terpenting adalah tidak
menyebabkan gangguan kesehatan. Material Food Grade sendiri tidak perlu
berbiaya tinggi dan tidak perlu terlihat bagus. Yang terpenting adalah material
yang digunakan harus dinyatakan aman sebagai kemasan atau wadah makanan.
Food Grade sendiri biasanya diperlihatkan dalam bentuk logo yang dicetak di
kemasan suatu produk.
Apalagi di dalam industri makanan, pengemasan merupakan hal yang
sangat penting untuk membungkus produk makanan maupun minuman. Food
Grade adalah standardisasi material yang layak digunakan untuk memproduksi
perlengkapan makanan. Material akan dianggap memenuhi Food Grade jika
tidak memindahkan zat-zat berbahaya dari produk wadah tersebut ke makanan

18
yang akan dikonsumsi. Sehingga tujuan dari Food Grade ini adalah untuk
menjaga kualitas makanan. Terdapat syarat-syarat yang dikualifikasikan
sebagai Food Grade, antara lain:
1. Tidak mengandung bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan;
2. Tidak mengubah rasa makanan;
3. Dan tidak mentransfer unsur tertentu dalam makanan.

2.5 Bentuk pemasaran PT Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar


Mendukung pengolahan kegiatan bisnis perusahaan dibutuhkan peran
pemasaran oleh setiap perusahaan untuk memperlancarkan penjualan dari
produsen ke konsumen karena tanpa pemasaran, maka perusahaan tidak akan
mendapatkan keuntungan karena volume penjualan tidak meningkat. Pemasaran
produk dari produsen kepada konsumen dibutuhkan kualitas produk yang baik,
memadai, dan ditunjang berdasarkan harga pesaing sehingga meningkatkan
volume penjualan. Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk
meningkatkan volume penjualan ialah dengan mengeluarkan biaya kualitas. Biaya
kualitas ialah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk meningkatkan
kualitas produk yang dihasilkan perusahaan dalam proses produksi. Biaya kualitas
berperan penting untuk perusahaan sehingga wajib untuk memerhatikan biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam proses produksi.
PTPN XIV menghasilkan produk primer yang memiliki kualitas standar.
Perseroan ini bersaing di pasar domestik (Indonesia) maupun dengan produsen
komoditas kelapa sawit, karet, kelapa, ternak dan gula di pasar lokal. Harga yang
ditetapkan sesuai penawaran dan permintaan (supply and demand) sehingga harga
jual menjadi faktor eksternal yang berada di luar kendali perusahaan. PTPN XIV
dalam menghadapi saingan berupaya untuk mempertahankan pelanggan dan
memperluas pasar agar mendapatkan pelanggan-pelanggan baru dengan
menghasilkan produk kompetitif dan kualitas terstandar. Perseroan
mengendalikan kualitas produk berdasarkan permintaan konsumen dan ketentuan
yang telah ditetapkan.

PTPN XIV mengahasilkan produk gula kristal putih yang telah


mendapatkan beberapa sertifikat terkait kualitas produk dan pengolaan
lingkungan, yaitu:

1. Sertifikat Sistem Manajemen Mutu SNI ISO 9001: 2008 / ISO 9001:2008.
2. Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT – SNI).
3. Sertifikat halal dari Majelis Ulama Provinsi Sulawesi Selatan.
4. Penghargaan PROPER Biru Tingkat Provinsi

Pemasaran dilakukan melalui penawaran komoditas, lelang, dan penjualan


langsung. Penjualan dilakukan oleh Kantor Direksi, Unit Usaha, PT KPBN, dan
pihak yang lain seperti bursa berjangka dan kantor lelang. Penjualan gula

19
dilakukan oleh Tim Lelang Gula yang telah ditentukan oleh Direksi, seluruh harga
yang ditawarkan berdasarkan loco gudang PG. Penawaran komoditi dilakukan
berdasarkan surat penawaran untuk calon pembeli yang telah terdaftar. Penjualan
dilakukan melalui unit usaha atau penjualan lokal dengan mempertimbangkan
volume, nilai, efisiensi, efektivitas, dan menghindari perbedaan analisis harga
yang signifikan. Hal tersebut dilakukan setelah mendapatkan persetujuan Direksi
dengan nilai penjualan maksimal Rp200 juta yang termasuk PPN. Penjualan
langsung dilakukan oleh Kantor Direksi dengan menetapkan nilai penjualan
hingga Rp100 juta dan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas.

Pemasaran PTPN XIV merancang Price Idea (PI) mengacu terhadap harga
pasar yang diperoleh melalui bursa komoditas, agen pemasaran, PT Kharisma
Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN), dan info harga melalui internet atau
media massa. Penyusunan PI memerhatikan faktor permintaan dan penawaran
harga, mutu barang, syarat penyerahan barang, biaya pengangkutan barang, biaya
asuransi, dan biaya-biaya lain yang berkaitan. Pengawasan penyerahan barang
penjualan dilakukan hingga penyerahan barang kepada pembeli. Komunikasi
dilakukan oleh bagian pemasaran dan unit usaha selama proses penjualan
berlangsung hingga penyerahan barang selesai. Kerjasama yang terjalin dalam
bidang penjualan dilakukan dalam kontrak penjualan secara berjangka (Long
Term Contract/LTC). Kontrak penjualan dikaitkan dengan kerjasama titip olah
atau kerjasama penjualan yang lain.

PTPN XIV melakukan customer relationship management yang bertujuan


agar dapat meningkatkan keputusan pelanggan, mempertahankan pelanggan,
menjaga loyalitas pelanggan, dan memperoleh pelanggan baru. Penyempurnaan
layanan kepada pelanggan dilakukan dengan evaluasi terhadap aspirasi dan
keluhan pelanggan yang akan ditindaklanjuti selanjutnya. Meningkatkan kepuasan
pelanggan di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan meningkatkan
ketepatan, yaitu ketepatan waktu pelayanan pengambilan DO, waktu penyerahan
barang, dan mutu barang yang diserahkan.

Menjawab tantangan dunia bisnis yang fluktuatif dan mendukung langkah


pemerintah Republik Indonesia dalam meningkatkan swasembada gula, PTPN
XIV melakukan pengeluaran produk gula retail dalam bentuk kemasan 1 kg yang
memiliki merk Gollata. Gollata memiliki tag line “Teman Manis Kita”. Tag line
tersebut diyakini bahwa gula alami ini dapat dijadikan teman setia aktivitas
sehari-hari di lingkungan rumah tangga, perkantoran, bisnis, pergaulan, dan
lingkungan yang lain. Pemberian nama tersebut sebagai strategi branding dan
marketing dalam rangka memenuhi konsumsi pasar Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) di Kawasan Indonesia Tengah & Timur terkhusus pada
Provinsi Sulawesi Selatan.

20
Sebelumnya PTPN XIV hanya menjual gula kemasan 50 kg dan belum
memiliki brand sehingga konsumen gula terbatas. Gula yang bermerk Gollata
telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan Pemerintah Republik
Indonesia, seperti SNI, BPOM, dan sertifikat izin halal. PTPN XIV bekerjasama
dengan beberapa organisasi dan UMKM dalam penyaluran produk Gollata yang
terdapat di wilayah masing-masing. Adapun koperasi yang dimaksud , yaitu
Kopkar Jaya di Takalar, Kopkar Sipatuo di Keera, Kopkar Maccinong di Bone,
Kopkar Camming di Camming, dan Kopkar 14 di Makassar.

Pada tahun 2020, PTPN XIV menghasilkan produk gula kristal putih sebesar
55.250 ton sehingga pangsa pasar komoditas gula PTPN XIV mencapai 2,59%
dari total produksi gula Indonesia yang mencapai 2,13 juta ton. Pada tahun 2019,
PTPN XIV menghasilkan produk gula kristal putih sebesar 46.701 ton sehingga
pangsa pasar komoditas gula PTPN XIV mencapai 2,12% dari total produksi gula
Indonesia yang mencapai 2,2 juta ton. Pada tahun 2018, PTPN XIV menghasilkan
produk gula kristal putih sebesar 42.323 ton sehingga pangsa pasar komoditas
gula PTPN XIV mencapai 2,02% dari total produksi gula Indonesia yang
mencapai 2,17 juta ton. Pada tahun 2017, PTPN XIV menghasilkan produk gula
Kristal putih sebesar 42.433 ton sehingga pangsa pasar komoditas gula PTPN XIV
mencapai 2,02% dari total produksi gula Indonesia yang mencapai 2,1 juta ton.

2.6 Mitra usaha


Mitra bisnis adalah entitas komersial yang dengannya entitas komersial
lain memiliki bebrapa bentuk aliansi. Hubungan ini mungkin kontrak, ikatan
ekslusif dimana kedua entitas berkomitmen untuk tidak bersekutu dengan pihak
ketiga. Mitra adalah teman kerja atau pasangan kerja atau partner usaha dalam
menjalankan usaha. Mitra usaha adalah adalah seseorang atau pihak lain yang
bekerja sama dengan sebuah jalinan pada sebuah bidang usaha yang dijalankan.
Idealnya, mitra usaha adalah partner yang mampuu memberi sesuatu atau
sumbangsih untuk keberlangsungan usaha. Tentu saja, ini berdasarkan tujuan
utama bersama yang telah ditetapkan.

Peran kemitraan yang pertama adalah mampu membangun dan


mengebangkan perusahaan. Sebab, beban pekerjaan menjadi lebih ringan dengan
adanya proses kerjasama. Sehingga, tingkat produksi juga bisa lebih tinggi
daripada bekerja sendiri. Adapun terjadinya suatu kemitraan adalah untuk
mencapai hasil yang lebih baik, dengan saling memberikan manfaat antar pihak
yang bermitra, saling menutupi, saling menambah dan saling menguntungkan
(mutualisme).

Dilansir dari Business Australian Government, terdapat tiga jenis


kemitraan, yaitu: Kemitraan Umum (General Partnership), semua pihak

21
bertanggung jawab tanpa batas atas pengelolaan bisnisnya, termasuk utang dan
piutang perusahaan, keuntungan bisnis juga dibagi rata yang dituangkan secara
tertulis dalam perjanjian kemitraan. Kemitraan Terbatas (Limited Partnership),
yang terdiri dari mitra umum yang tanggung jawabnya terbatas pada jumlah uang
yang mereka berikan untuk usaha bersama itu, biasanya investor pasif yang tidak
memainkan peran apa pun dalam pengelolaan bisnis sehari-hari. Dan kemitraan
terbatas gabungan (Incorporated Limited Partnership), mitra yang tergabung
dapat memiliki tanggung jawab terbatas atas hutang bisnis, namun dibawah
struktur organisasi ini harus ada setidaknya satu mitra umum dengan tanggung
jawab tidak terbatas.

PT Perkebunan Nusantara Pabrik Gula Takalar (PTPN XIV) terletak di


Desa Pa’rappunganta, Kecamatan Polombangkeng Utara, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan yang didirikan untuk melaksanakan kebijakan
pemerintah untuk swasembada gula nasional berdasarkan Surat Keputusan Mentri
Pertanian RI Nomor 668/Kpts/Org/8/1981 tanggal 11 Agustus 1981, melakukan
mitra usaha dengan 2 pihak yaitu:

1. Mitra dengan lembaga


Dari hasil wawancara yang dilakukan di lokasisecara lansung, PTPN XIV
Pabrik Gula Takalar bermitra dengan pengadaan pupuk dengan perusahaan
yang berada di Jakarta. Terdapat pihak ketiga yang menjadi mitra dari PTPN
Pabrik Gula Takalar yaitu PT Mitra Bisnis Keluarga Ventura (Lembaga
Keuangan Mikro) yang merupakan sebuah perusahaan atau lembaga kredit
mikro yang menggunakan sistem grameen bank khusus bagi usaha kecil yang
dikelola kelompok perempuan dan membuka kesempatan kerja bagi 150
perempuan 150 perempuan lulusan perguruan tinggi yang menjadi wakil
kepala cabang/manajemen trainee di wilayah Jawa Timur. Sesuai pernyataan
narasumber saat wawancara, mitra ini membantu dibagian pengolahan tanah
dan kultivasi pada pabrik Gula ini sendiri, karena MBK ventura menyediakan
produk keungan untuk meminjam atau mitranya, yaitu pembiayaan modal
kerja, air dan sanitasi, dan perbaikan tempat usaha.
2. Mitra dengan Petani
Petani tebu di Kecamatan Polongbankeng Utara, Kabupaten Takalar
memilih untuk bermitra dengan PT. Perkebunan Nusantara Pabrik Gula
Takalar (PTPN XIV) karena merupakan satu-satunya pabrik gula yang ada
didaerah tersebut. Ada beberapa faktor yang menjadi alasan petani untuk
melakukan kemitraan dengan PTPN XIV Pabrik Gula Takalar. Pentingnya
mengetahui faktor-faktor tersebut adalah untuk membuat strategi dalam
upaya meningkatkan hubungan kemitraan yang berkelanjutan antara petani
dengan PTPN XIV PG Takalar kedepannya. Selain itu, kemitraan antara
petani tebu dengan PTPN XIV PG Takalar juga perlu dievaluasi agar
hubungan kemitraan dapat ditingkatkan.

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya alam yang cukup
melimpah untuk menunjang kegiatan di sektor pertanian. Salah satu sub sektor
pertanian yang memiliki potensi besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional adalah
sub sektor perkebunan. Sub sektor perkebunan menjadi penopang dan penggerak
ekonomi nasional. Berbagai komoditas yang dihasilkan oleh sub sektor ini sangat
potensial, sehingga banyak perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan.
Perusahaan perkebunan di indonesia yang termasuk dalam BUMN (Badan Usaha
Milik Negara) adalah PT. Perkebunan Nusantara (PTPN). PTPN XIV Anak
Perusahaan dari Holding BUMN Perkebunan PT Perkebunan Nusantara III
(Persero) yang bergerak dibidang Agribisnis perkebunan dengan komoditas tebu,
sawit, karet, kelapa dan peternakan sapi. Salah satu PTPN yang ada disulawesi
selatan yaitu PTPN Pabrik Gula Takalar. Luas lahan yang ada di takalar yaitu
kurang lebih 9000 ha. Luas lahan yang sekarang ditanami tebu yaitu sekitar 3.150
ha untuk tanaman tebu giling. Lahan tebu takalar terdiri dari 3 kabupaten yaitu
kabupaten gowa, takalar, dan jeneponto. Dibawa 3.150 ha ada yang namanya
asisten areal penangungjawab pada tebu takalar sendiri terdapat 8 orang
penanggung jawab. Tanaman tebu ditakalar menggiling atau memproduksi 1
tahun sekali. Tanaman tebu merupakan tanaman semusim, tanaman semusim
merupakan tanaman yang menghabiskan siklusnya hidupnya dalam satu misum
tanam, ketika ditebang harus ditanam ulang. Jenis tebu ada yang namanya tebu
ratun dan tebu baru. Tebu ratun tebu yang ditebang namun tidak di bongkar.
Anakannya dibiarkan naik secara alamiah. Melakukan perlakukan perlakuan
seperti putus akar untuk memacu pertumbuhan anaknya untuk tumbuh kembali.
Sedangkan Tebu baru, tebu baru yaitu tebu yang ditanam ulang. Harapanya pada
kebun tebu yang ada ditakalar, tebu baru memiliki produksi yang lebih banyak.
Ditakalar terdapat 3 jenis tebu berdasarkan waktu panen yaitu masak awal, masak
tengah, dan masak akhir. Ketiga varietas tebu tersebut berdasarkan
kematangannya.
Produk yang ada di pabrik gula takalar ada 2 yaitu kemasan yang 50 kg dan
retail (1 kg). Merek ada nusa kita, walini dan gollata. Ada 5 proses tebu hingga
menjadi gula yaitu Stasiun gilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan,
stasiun masakan/ kristalisasi, putaran dan pengemasan.

23
DAFTAR PUSTAKA

BPS.go.id
https://www.holding-perkebunan.com
https://www.ptpnxiv.com/
Idris, M. (2018). Analisis Efisiensi Pengendalian Biaya Kualitas Pada PT.
Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah, Makassar.

Indrawanto, C., Purwono, Siswanto, M. Syakir, dan W. Rumini. 2010. Budidaya


dan Pasca Panen Tebu. Jakarta: ESKA Media. 40 hlm.

Indrawanto, Purwono, Siswanto, M. Syakir dan Rumini. 2010. Budidaya dan


Kementerian Pertanian. Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013. Tentang
Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok tani.

Laporan Tahunan 2020 PT Perkebunan Nusantara XIV. Tersedia dari


https://www.ptpnxiv.com/lap-tahunan, diakses pada 28 November 2022.
P3GI. 2011. Varietas Tebu Pasuruan. http://varietastebupasuruan.blogspot.com/2
01/06/ps 881.html. Di akses 03 November 2022, pukul 13.04 wita.

Pramaningtyas, S. 2017. Pengaruh Varietas Dan Teknik Perbanyakan Bibit


Kecepatan Pertumbuhan. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA”. Volume
11 Nomor 2.

Pramuhadi, G. (2010). Faktor iklim pada budidaya tebu lahan kering. Jurnal
Pangan, 19(4), 331-344.

PTPN XIV. (2017). Optimalisasi Sumber Daya untuk Mencapai Peningkatan


Kinerja. Laporan Tahunan 2017 PT Perkebunan Nusantara XIV.

PTPN XIV. (2018). Memperkuat SDM untuk Keberlanjutan Usaha. Laporan


Tahunan 2018 PT Perkebunan Nusantara XIV.

PTPN XIV. (2019). Memperkuat Pondasi Aset Produksi untuk Keberlanjutan


Usaha. Laporan Tahunan 2019 PT Perkebunan Nusantara XIV.

PTPN XIV. (2020). Facing Challenges by Strengthening Management System and


Core Commodity. Laporan Tahunan 2020 PT Perkebunan Nusantara XIV.

Sari, N.D.K. 2012. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tebu Dalam
Pembuatan Gula Pasir Di Pabrik Gula Soedhana Kabupaten Ngawi.
Skripsi
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sinungan, M. 1985. Produktivitas Apa Dan Bagaimana. Jakarta : Bina Aksara

24
Steenis, V. 2006. Flora. Cetakan Lima. Jakarta: PT. Pradya Paramita.

Sudiatso, S. 1980. Bertanam Tebu. Bogor : IPB. Sudiatso, S. 2010. Multitex –


Geotextile. http://www.blog-catalog.com/blogs/geotextiledistributor-
indonesia diakses pada 2 desember 2022, pukul 16.20 WITA.

Tjitrosoepomo. 2009. Morfologi Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada.


Yogyakarta.

25
LAMPIRAN

26
27

Anda mungkin juga menyukai