Bisnis Internasioanal
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayahNya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah kelompok ini yang berjudul “LAPORAN
PERAKTEK LAPANG (PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIV PABRIK
GULA TAKALAR)” dengan tepat waktu.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Bisnis Internasional
di program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian pada Universitas Hasanuddin.
Selanjutnya Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman untuk Penulis maupun pembaca, dan dapat di praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar belakang ......................................................................................... 1
1.2 tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 visi misi perusahaan............................................................................... 3
2.2 struktur perusahaan ................................................................................ 3
2.3 proses budidaya ..................................................................................... 5
2.4 proses pengolahan.................................................................................. 15
2.5 bentuk pemasaran .................................................................................. 19
2.6 mitra usaha ............................................................................................. 21
BAB III PENUTUP
3.1 kesimpulan ............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
LAMPIRAN ......................................................................................................... 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1
atas beberapa wilayah kerja yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara
Timur. Di wilayah provinsi Sulawesi Selatan terdapat beberapa unit usaha yaitu
PKS Luwu, Kebun Keera-Maroangin, Kebun Malili, Pabrik Gula Bone, Pabrik
Gula Camming, dan Pabrik Gula Takalar.
Adapun lokasi praktik lapang kami adalah Pabrik Gula Takalar. Pabrik
Gula Takalar termasuk dalam segmen operasi tebu yang mengelola budidaya tebu
dan pabrik gula. PG Takalar berada di Kecamatan Polombangkeng Utara,
Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan berkapasitas 3.000 TTH. PG Takalar
mengelola areal HGU seluas 7.970,19 ha, terdiri atas areal konsesi seluas 4.845,54
ha, HGB seluas 181,93 ha, Pabrik seluas 3,08 ha, tanaman seluas 4.663,61 ha, dan
lainnya seluas 3.303,52 ha (Laporan Tahunan 2020 PTPN XIV). Dengan
demikian, laporan ini berisi tentang visi misi dan struktur perusahaan, proses
budidaya dan pengolahan tebu, bentuk pemasaran gula, serta mitra usaha Pabrik
Gula Takalar sebagai hasil praktik lapang yang telah kami lakukan.
1.2 Tujuan
Praktik lapang ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui visi misi PT Perkebunan Nusantara XIV
b. Mengetahu struktur perusahaan PT Perkebunan Nusantara XIV
c. Mengetahui proses budidaya tebu di Pabrik Gula Takalar
d. Mengetahui proses pengolahan tebu di Pabrik Gula Takalar
e. Mengetahui bentuk pemasaran hasil pengolahan tebu di Pabrik Gula
Takalar
f. Mengetahui mitra usaha Pabrik Gula Takalar
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Visi dan Misi PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar.
1. Visi
Menjadi Perusahaan Agribisnis yang Sehat, Inovatif, Tangguh dan
Berkarakter dalam Mendukung Kemajuan Negeri.
2. Misi
1. Perbaikan sistem pengelolaan untuk meningkatkan produksi,
produktivitas dan kualitas pada unit usaha secara berkelanjutan dengan
fokus utama pada komoditas kelapa sawit dan tebu.
2. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme Sumber Daya Manusia
melalui pengelolaan organisasi dan engagement karyawan yang kuat.
3. Membangun rantai nilai yang handal dan adaptif.
4. Meningkatkan nilai tambah bagi shareholder melalui optimalisasi aset
secara efektif dan efisien dengan menerapkan tata kelola yang baik.
5. Meningkatkan kepercayaan stakeholder melalui sinergitas kemitraan
yang harmonis.
3
Uraian Tugas
Adapun mekanisme kerja dan struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara XIV
Pabrik gula Takalar dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Administratur
1. Memimpin, mengkordinir dan mengawasi atas dan bagian-bagian
dibawahnya.
2. Melaksanakan polase sesuai perusahaan sesuai dengan peraturan yang telah
ditentukan oleh direksi.
3. Mengadakan penilaian kepada karyawan.
4. Mengajukan rencana produksi.
b. Kepala bagian tanaman
1. Mengkordinasikan urusan tanaman muali dari pengadaan bibit, pengolahan
tanah, penanaman sampai penebangan tebu
2. Menyusun anggaran belanja dalam bidang tanaman, misalnya alat-alat
pertanian, pupuk dan lain-lain.
3. Menentukan jadwal penebangan.
c. Kepala bagian instalasi
Dalam melakukan tugasnya bagian instalasi dibantu oleh beberapa masisnis
yang bekerja sesuai dengan bagian-bagianya, adapuntugastugas bagian instalasi
adalah sebagai berikut:
1. Bertanggung jawab atas keberhasilan dalam pelksanaan produksi.
2. Melakukan perbaikan-perbaikan pada mesin-mesin produksi yang
mengalami kerusakan.
3. Mengadakan pemeriksaan atau pemeliharaan atas rumah-rumah dinas,
perusahaan, kendaraan dan lain-lain yang menjadi tanggung jawabnya.
d. Kepala bagian pengolahan
Bagian pegolahan bertanggung jawab atas jalanya proses produksi dari tebu
sampai menjadi gula. Diluar masa guling, bagian pabrikasi bertugas
mempersiapkan dat administrasi untuk persiapan giling serta mempersiapkan
timbangan truk ke tetes. Didalam masa giling bagian ini bertugas
melaksanakan segala kegiatan operasional produksi yang telah dipersiapkan
diluar masa giling. Dalam menjalankan tugasnya, kepala pengolahan dibantu
oleh chemiker (dokter gula) dan beberapa pembantu cemiker.
1. Chemiker
Chemiker atau dokter gula bertugas mengamati hasil produksi gula selama
masa giling berlangsung. Chemiker inilah yang menentukan baik tidaknya
produk gula yang dihasilkan dari proses produksi.
2. Prosesing
Bagian ini bertugas mengatur jalanya pembuatan gula dan pengerjaanya.
Bagian ini dibagi menjadi 4 bagian yaitu pagi, transisi, siang dan malam.
Hal ini dilakukan karna proses produksi berjalan selama 24 jam.
3. Pembantu chemiker I (Labolatorium tebu)
4
Bagian ini bertugas menganalisa dan meneliti hasil produksi yang
berlangsung yaitu meliputi kadar pH dan nira, kekentalan nira, kualitastetes
tebu, komposisi dariblotong, serta meneliti limbah dari proses produksi.
4. Pembantu chemiker II (bagian timbangan)
Bagian ini betugas mengurus hasil timbangan yang meliputi timbangan truk,
timbangan lori dan timbangan nira.
e. Kepala A,K dan U
Bagian ini beranggung jawab atas segala hal yang berhubungan dengan sub
bagian administrasi perusahaan, keuangan dan masalah umum. Dimana masing
masing sub bagian tersebut mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:
1. Administrasi
Bagian ini bertugas dalam segala hal pencatatan, baik pembukuan,
administrasi financial, dan hasil produksi serta administrasi gudang gula.
2. Keuangan
Bagian ini menangani segala masalah keuangan perusahaan/pabrik yang
berhubungan dengan kas ataupun bank.
3. Umum
Bagian ini menangani segalah masalah yang berhubungan dengan
perburuhan, kesekretarian dan poliklinik.
Tanaman tebu memiliki bentuk yang tinggi, tidak bercabang dan tumbuh
tegak. Tanaman yang tumbuh baik, tinggi batangnya dapat mencapai 3 sampai 5
meter atau lebih. Pada batang terdapat lapisan lilin yang berwarna putih dan
keabu- abuan. Lapisan ini banyak terdapat sewaktu batang masih muda. Ruas-ruas
batang dibatasi oleh buku-buku yang merupakan tempat duduk daun tebu.
Diketiak daun terdapat sebuah kuncup yang biasa disebut “mata”. Bentuk ruas
5
batang dan warna batang tebu yang bervariasi merupakan salah satu ciri dalam
pengenalan varietas tebu (Asih, 2008).
Menurut Sari (2012) mengatakan bahwa varietas tebu pada garis besarnya
dapat di bedakan menjadi tiga, yaitu :
1) Varietas genjah (Masak Awal), adalah sifat genetis varietas yang
menunjukkan puncak rendemen pada awal musim kemarau dengan nilai KDT
(kuefisien daya tahan ) relative terbatas. Masak awal mencapai masak optimal
<12 bulan.
2) Varietas sedang ( Masak Tengahan ), adalah sifat genetis varietas sifat varietas
yang menunjukkan puncak rendemen pada tengah musim kemarau dengan
nilai KDT ( koefisien daya tahan ) relaif terbatas. Varitas masak awal
mencapai masak optimal pada umur 12 sampai 14 bulan
3) Varetas dalam ( Masak Akhir ), adalah sifat genetis varetas yang menunjukan
puncak rendemen pada tengah musim kemarau dengan nilai-nilai KDT (
koefisien daya tahan) panjang. Varietas masak akhir mancapai masak optimal
pada umur lebih dari 14 bulan.
2. Batang
Menurut Indrawanto dkk. (2010), tanaman tebu mempunyai batang lurus dan
beruas-ruas yang masing-masing ruas dibatasi oleh buku-buku. Pada setiap
6
buku terdapat satu mata tunas. Batang tanaman tebu tumbuh dari mata tunas
setek tebu yang ditanam di bawah permukaan tanah, pada pangkal batang tebu
terdapat mata tunas yang berada di bawah permukaan tanah yang kemudian
tumbuh dan berkembang membentuk rumpun. Batang tebu berbentuk silindris
berdiameter batang antara 3-5 cm dengan tinggi batang antara 2-5 meter, dan
tidak bercabang.
3. Daun
Daun tanaman tebu adalah daun tidak lengkap, karena terdiri dari helai daun
dan pelepah daun saja, sedang tangkai daunnya tidak ada. Kedudukan daun
berpangkal pada buku. Diantara pelepah daun dan helaian daun terdapat sendi
segitiga dan pada bagian sisi dalamnya terdapat lidah daun yang membatasi
antara helaian daun dan pelepah daun. Ukuran lebar daun sempit kurang 4 cm,
sedang antara 4-6 cm dan lebar 6 cm. Daun tebu berbentuk seperti pita,tidak
bertangkai dan memiliki pelepah seperti daun jagung muncul berselingan pada
bagian kanan dan kiri. Tepi daun kadang-kadang bergelombang serta berbulu
keras
4. Bunga
Bunga pada Saccharum Officinarum merupakan bentuk seperti piramida
dengan panjang antara 70-90 cm. Bunganya biasa muncul saat bulan April
sampai Mei. Bunga tebu terdiri dari tenda bunga yang merupakan tiga helai
daun tajuk bunga. Cabang bunga terdiri bertahap, pada tahap awal berupa
karangan bunga kemudian pada tahap selanjutnya berupa tandan dengan dua
bulir panjang sekitar 3-4 mm. Tanaman tebu memiliki benang sari serta putik
dengan 2 kepala putik dan bakal biji pada bunga. Buah tebu memiliki biji yang
serupa dengan padi yaitu satu biji dengan besar lembaga 1/3 panjang biji. Biji-
biji tanaman tebu dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan verietas baru hasil
7
dari persilangan yang lebih unggul dan ditanam di kebun percobaan
(Indrawanto, dkk 2010)
5. Mata tunas
Mata tunas ialah kuncup tebu yang terletak pada buku - buku ruas batang.
Kuncup - kuncup ini dari arah pangkal ke ujung batang tertanam disebelah
kanan dan kiri berganti - ganti dan selalu terlindungi oleh pangkal pelepah
daun Mata tunas atau cikal bakal dari tanaman tebu, umumnya bersifat dorman
saat masih tertutupi pelepah daun tanaman tebu, namun mata tunas mulai
tumbuh saat kondisi di sekelilingnya mendukung untuk pertumbuhannya.
Pertumbuhan mata tunas ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor dengan
adanya proses tertentu yang mengakibatkan mata tunas ini tumbuh dan menjadi
suatu individu baru (Pramaningtyas, 2017).
8
basah. Untuk adaptasi dijawa timur lebih di arahkan pada lahan geluh
pasiran dengan kecukupan sejak awal pertumbuhan. Perkecambahan cepat
dan baik, jumlah batang rapat, diameter batang sedang sampai besar (2,5-
3,0 cm), tidak berbunga atau poradis, serangan penggerek batang dan
penggerek pucuk kurang dari 5%, relative tahan penyakit leaf scorch,
sedikit tampak serangan karat daun tetapi lebih rendah dari pada Q 90.
Batang umumnya masif dan kadang-kadang di temukan lubang kecil di
tengah batang, pada kadar sabut 13%, ke masakan awal sampai ketengahan
( Benih Perkebunan. 2016).
3) Varietas PS 881
PS881 merupakan hasil persilangan BO 33 polycross pada tahun 1988 dari
nomor seleksi PSBM 88-113. SK PELEPASAN mentri pertanian nomor
1668/Kpts/SR.120/10/2008 tanggal 8 oktober 2008, sifat-sfat agronomis
yaitu perkecambahan sedang, kemasakan :awal ( A ).Toleran terhadap
pnggerek pucuk dan penggerek batang, tahan terhadap mosaic, blendok,
dan leaf scorch, toleran terhadap luka api. Varietas PS 881 cocok di
kembangkan pada lahan dengan Spesifik Lokasi Inceptisol, Vertisol dengan
tipe iklim C2 ( Oldeman ). Potensi rendemen yang tinggi dengan kategori
kemasakan awal giling, dengan pertumbuhan cepat akar sabut sekitar 13 –
14%.secara nyata kemasakan varietas PS881 lebih cepat dari pada PS851,
dan sedikit lebih awal dari PS 862. Sebagai varietas masak awal, yang
penting bahwa selama tanaman berurmur 8 bulan atau lebih, maka pada
bulan mei-juni harus sudah di tebang. Sifat pembungaan adalah sedang,
oleh karna itu jadwal tebang terhadap varietas ini harus lebih pasti ( P3GI,
2011).
9
2) Varietas Kidang Kencana
Varietas tebu kk menunjukkan keragaan tanaman yang memuaskan pada
lahan geluh liat (tekstur sedang sampe berat) dengan air cukup tersedia.
Sementara itu pada lahan tanpa pengairan, tampaknya kk menunjukkan
keragaan kurang memuaskan, sehingga kesesuaian tipologi wilayah
pengembangannya adalah pada lahan yang tersedia lengas tanah cukup (
sawah berpengairan ). Hasil pengamatan secara deskriptif terlihat bahwa
pada jenis lahan berat, terlihat keragaan tanaman seragam pertumbuhannya
dengan jumlah batang yang rapat. Pertunasan yang terjadi secara serempak,
berbatang tegak, diameter sedang sampai besar. Jarang berbunga, diameter
sedang sampai besar. Hasil tebuh cukup tinggi, rendemen tinggi,
kemasakan awal tengah,kadar sabut sekita 13%.
3) Varietas Cenning (TK 386)
Varietas tebu Cenning atau TK 386, teknis pengembangan yaitu cocok di
kembangan pada jenis tanah aluvial dan mediteran dengan kadar liat yang
tidak terlalu tinggi dengan pengairan/curah hujan cukup, sifat lepas pelepah
mudah dan tahan kepras, kesesuaian terhadap tipologi dan pola tanam yaitu
tipologi (tanah berat pengairan dan drainase ), pola tanam 1 (mei-juli) dan
kesesuaian tebang mei- juli. Pemilihan varietas pada produktivitas yang
sesuai dengan kondisi lingkungan dan mempunyai daya adaptasi yang luas
sertabilitas hasil yang tinggi sangat di anjurkan (Luo et al.2015; Ribeiro et
al 2013; Wang et al 2013).varietas awal sampai tengah menghasilkan
produktivitas sebelah barat 384 tebu/ha dan sebelah selatan 294 tebu/ha.
10
b. Tipe kemasakan tengah
Pada varietas tipe kemasakan tengah lambat jumlah batang per meter juring
paling tinggi yaitu BL dan PSDK 923 (12,30±12,94 batang/m) dan paling
rendah pada varietas KK (8,9 batang/m) pada umur enam bulan. Pada varietas
dengan tipe kemasakan awal tengah jumlah batang tertinggi 11,96 batang/m
(PSJK 922) dan terendah 10,10 batang/m (Cenning dan PS 882). Dengan
demikian pada tipologi lahan BHL varietas tipe kemasakan awal sampai tengah
lambat menghasilkan jumlah batang 10±12 batang/m juring dengan penanaman
tepat waktu. Pemilihan varietas yang berproduksi tinggi yang sesuai dengan
kondisi lingkungan dan mempunyai daya adaptasi yang luas serta stabilitas
hasil yang tinggi sangat dianjurkan.
11
maksimum pada suhu 28 - 30ºC. Transportasi dan akumulasi gula terjadi pada
malam dan siang hari (Fauconnier, 1993).
Pada masa pertumbuhannya, tebu menghendaki perbedaan nyata antara
musim hujan dan kemarau (kering). Selama masa pertumbuhannya tebu
membutuhkan banyak air, sedangkan menjelang tebu masak untuk dipanen maka
tebu membutuhkan keadaan kering (tidak ada hujan) yang menyebabkan
pertumbuhannya terhenti. Apabila hujan terus turun, maka kesempatan tanaman
tebu untuk matang terus tertunda yang mengakibatkan rendemen rendah
(Sudiatso, 1980).
12
b. Penyiapan Lahan
Areal pertanaman tebu dibagi per rayon dengan luas antara 2500-3000 ha per
rayon. Setiap rayon dibagi per blok yang terdiri dari 10 petak, dengan tiap
petak berukuran sekitar 200 m x 400 m (8 ha). Antar blok dibuat jalan kebun
dengan lebar 12 m dan antar petak dibuat jalan produksi dengan lebar 8m.
Kegiatan penyiapan lahan terdiri dari pembajakan pertama, pembajakan kedua,
penggaruan dan pembuatan kairan. Pembajakan pertama bertujuan untuk
membalik tanah serta memotong sisa-sisa kayu dan vegetasi lain yang masih
tertinggal. Pembajakan kedua dilaksanakan tiga minggu setelah
pembajakanpertama. Arah bajakan memotong tegak lurus hasil pembajakan
pertamadengan kedalaman olah 25 cm. Peralatan yang digunakan adalah disc
plow 3-4 disc berdiameter 28 inci dengan traktor 80-90 HP untuk menarik.
Penggaruan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah dan
meratakan permukaan tanah. Penggaruan dilakukan menyilang dengan arah
bajakan. Pembuatan kairan adalah pembuatan lubang untuk bibit yang akan
ditanam. Kairan dibuat memanjang dengan jarak dari pusat ke pusat
(PKP)1.35-1.5 m, kedalaman 30-40 cm.
c. Penanaman
Kebutuhan bibit tebu per ha antara 60-80 kuintal atau sekitar 10 mata tumbuh
per meter kairan. Sebelum ditanam bibit perlu diberi perlakuan sebagai berikut:
Seleksi bibit untuk memisahkan bibit dari jenis-jenis yang tidak
dikehendaki.
Sortasi bibit untuk memilih bibit yang sehat dan benar-benar akan tumbuh
serta memisahkan bibit bagal yang berasal dari bagian atas, tengah dan
bawah.
Pemotongan bibit harus menggunakan pisau yang tajam dan setiap 3-4 kali
pemotongan pisau dicelupkan kedalam lisol dengan kepekatan 20 persen.
Memberi perlakuan air panas (hot water treatment) pada bibit dengan
merendam bibit dalam air panas (50oC) selama 7 jam kemudian merendam
dalam air dingin selama 15 menit. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga bibit
bebas dari hama dan penyakit.
d. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit tebu yang tidak tumbuh, baik
pada tanaman baru maupun tanaman keprasan, sehingga nantinya diperoleh
populasi tanaman tebu yang optimal. Untuk bibit bagal penyulaman dilakukan
2 minggu dan 4 minggu setelah tanam. Penyulaman dilaksanakan pada baris
bagal 2-3 mata sebanyak dua potong dan diletakkan pada baris tanaman yang
telah dilubangi sebelumnya. Apabila penyulaman tersebut gagal, penyulaman
ulang harus segera dilaksanakan.
e. Pemupukan
Dosis pupuk yang digunakan haruslah disesuaikan dengan keadaan lahan,
untuk itu perlu dilakukan analisa tanah dan daun secara bertahap. Pemupukan
13
dilakukan dengan dua kali aplikasi. Pada tanaman baru, pemupukan pertama
dilakukan saat tanam dengan 1/3 dosis urea, satu dosis SP36 dan 1/3 dosis KCl.
Pemupukan kedua diberikan 1-1.5 bulan setelahpemupukan pertama dengan
sisa dosis yang ada. Pada tanaman keprasan,pemupukan pertama dilakukan 2
minggu setelah kepras dengan 1/3 dosis urea, satu dosis SP-36 dan 1/3 dosis
KCl. Pemupukan kedua diberikan 6 minggusetelah keprasan dengan sisadosis
yang ada.
f. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dapat mencegah meluasnya serangan hama
dan penyakit pada areal pertanaman tebu. Pencegahan meluasnya hama dan
penyakit dapat meningkatkan produktivitas. Hama yang menjadi hama utama
pada budidaya tebu di kebun Takalar yaitu hama kutu putih pada daun tebu.
g. Panen
Pengaturan panen dimaksudkan agar tebu dapat dipungut secara efisien dan
dapat diolah dalam keadaan optimum. Melalui pengaturan panen, penyediaan
tebu dipabrik akan dapat berkesinambungan dan dalam jumlah yang sesuai
dengan kapasitas pabrik sehingga pengolahan menjadi efisien. Kegiatan panen
termasuk dalam tanggungjawab petani, karena petani harus menyerahkan tebu
hasil panennya ditimbangan pabrik. Akan tetapi pada pelaksanaannya
umumnya petani menyerahkan pelaksanaan panen kepada pabrik yang akan
menggiling tebunya. Pelaksanaan panen dilakukan pada bulan Mei sampai
September dimana pada musim kering kondisi tebu dalam keadaan optimum
dengan tingkat rendemen tertinggi. Penggiliran panen tebu mempertimbangkan
tingkat kemasakan tebu dan kemudahan transportasi dari areal tebu ke
pabrik.Kegiatan pemanenan meliputi estimasi produksi tebu, analisis tingkat
kemasakan dan tebang angkut.
h. Tebang Angkut
Penebangan tebu haruslah memenuhi standar kebersihan yaitu kotoran seperti
daun tebu kering, tanah dan lainnya tidak boleh lebih besar dari 5%.Untuk
tanaman tebu yang hendak dikepras, tebu di sisakan di dalam tanah sebatas
permukaan tanah asli agar dapat tumbuh tunas. Bagian pucuk tanaman tebu
dibuang karena bagian ini kaya dengan kandungan asam amino tetapi rendah
kandungan gula. Tebu tunas juga dibuang karena kaya kandungan asam
organis, gula reduksi dan asam amino akan tetapi rendah kandungan gula.
Penebangan tebu dapat dilakukan dengan sistem tebu hijau yaitu penebangan
yang dilakukan tanpa adaperlakuan sebelumnya, atau dengan sistem tebu bakar
yaitu penebangan tebu dengan dilakukan pembakaran sebelumnya untuk
mengurangi sampah yang tidak perlu dan memudahkan penebangan. Pada
penebangan tebu dengan teknik bundled cane penebangan dan pemuatan tebu
kedalam truk dilakukan secara manual. Truk yang digunakan biasanya truk
dengan kapasitas angkut 6-8 ton atau 10-12. Truk dimasukkan ke dalam areal
tanaman tebu. Muatan tebu kemudian dibongkar di Cane Yard yaitu tempat
14
penampungan tebu sebelum giling. Pada penebangan tebu dengan teknik loose
cane, penebangan tebu dilakukan secara manual sedangkan pemuatan tebu
keatas truk dilakukan dengan memakai mesin grab loader. Muatan tebu
kemudian dibongkar di Cane Yard yaitu tempat penampungan tebu sebelum
giling. Pada penebangan tebu dengan teknik chopped cane, penebangan tebu
dilakukan dengan memakai mesin pemanen tebu (cane harvester). Hasil
penebangan tebu dengan teknik ini berupa potongan tebu dengan panjang 20-
30 cm. Teknik ini dapat dilakukan pada lahan tebu yang bersih dari sisa
tunggul, tidak banyak gulma, tanah dalam keadaan kering, kodisi tebu tidak
banyak roboh dan petak tebang dalam kondisi utuh sekitar 8 ha.
2.4 Proses pengolahan Tebu pada PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik
Gula Takalar
Proses pengolahan dapat didefinisikan sebagai proses pembuatan suatu
produk dari bahan mentah dan bahan asal, serta kegiatan-kegiatan penanganan dan
pengawetan produk tersebut. Tujuan dari pengolahan pangan yaitu untuk
meningkatkan kualitas dan memperpanjang umur simpan bahan pangan,
menghentikan aktivitas mikroorganisme yang dapat meracuni tubuh, dapat
meningkatkan status gizi masyarakat, dan memperbaiki bentuk, cita rasa, tesktur,
dan aroma dari bahan pangan.
Kegiatan produksi gula pada PTPN XIV Pabrik Gula Takalar berlangsung
selama 24 jam nonstop selama empat bulan berturut-turut. Proses pengolahan tebu
di pabrik gula Takalar tidak berbeda jauh dengan proses pengolahan pabrik gula
lain. Di PTPN Pabrik gula Takalar waktu kerja karyawan terbagi menjadi dua
yakni karyawan Tetap, karyawan PKWT/Kontrak dan karyawan musiman.
Karyawan tetap dan kontrak akan terus bekerja baik dalam masa giling ataupun
luar masa giling (LMG) sedangkan karyawan musiman akan dipanggil pada saat
dalam waktu masa giling atau produksi gula berlangsung. Jumlah karyawan pada
waktu luar masa giling (LMG) sekitar empat ratus orang, sedangkan pada waktu
masa giling karyawan berjumlah lebih dari seribu orang. Adapun tahapan
pengolahan tebu menjadi Gula di PTPN XIV Pabrik gula Takalar terbagi menjadi
beberapa proses, yaitu: penggilingan/ekstrasi, pemurnian, penguapan,
pemasakan/pengkristalan, putaran, pengeringan, pengemasan dan penyimpanan.
Proses produksi gula dimulai dari stasiun gilingan. Namun sebelum menuju
stasiun gilingan, tebu yang diangkut oleh truk ditimbang terlebih dahulu
kemudian di angkut ke meja tebu sebelum dikirim ke dalam pabrik. Di PTPN
Pabrik gula Takalar, ada dua jenis meja tebu yakni Cane unloading dengan
kapasitas 25 ton dan cane lifter kapasitas 10 ton. Kemudian tebu akan dikirim
kedalam Carrier yang fungsinya untuk mengangkut tebu dari bagian depan ke
dalam pabrik. Carrier terdiri atas dua bagian yakni Carrier B1 dan Carrier B2.
Sebelum masuk ke Carrier B2, Tebu melewati pencacahan di cane cutter I dan
15
cane cutter II kemudian dihaluskan menggunakan aligator atau palu penumbuk
lalu dibawa oleh cane carrier II.
1. Stasiun Gilingan/ekstraksi
Stasiun gilingan menggunakan IV mesin gilingan atau mesin pencacahan
yang bekerja secara berkesinambungan. Setelah melewati cane carrier II,
selanjutnya ke gilingan I dan gilingan II untuk di ambil airnya. Kemudian hasil
akhir dari gilingan III dan gilingan IV adalah air tebu atau Nira dan ampas
tebu. Ampas pemerahan terakhir dari gilingan IV kemudian dikirim
menggunakan conveyor menuju stasiun boiler oleh Baggase Elevator.
Boiler merupakan salah satu stasiun yang berfungsi sebagai pembangkit
uap sampai pada tekanan kerja operasional mesin penggerak (turbin uap) yang
di inginkan. Bahan bakar yang digunakan pada proses pembakaran adalah
ampas tebu yang dihasilkan dari gilingan IV. Apabila ampas yang dihasilkan
terlalu banyak, maka ampas disimpan ke Gudang dan digunakan pada saat
proses pembakaran selanjutnya bila ampas tebu untuk pembakaran kurang. Di
PTPN XIV Pabrik Gula Takalar terdapat dua boiler yang masing- masing
boiler memiliki 4 pintu dan didalamnya terdapat pipa-pipa untuk mengalirkan
air yang akan dipanaskan sehingga menghasilkan uap. Air yang digunakan
untuk menghasilkan uap didalam boiler adalah air yang sudah mendidih atau
sudah dikondensasi dengan tujuan penguapan lebih cepat. Kualitas Uap yang
dihasilkan boiler dipengaruhi oleh temperatur dan harus disesuaikan dengan
kekuatan penahan pipa. Uap yang dihasilkan boiler kemudian digunakan untuk
memasak Nira dan digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik ketika dalam
masa giling.
Namun apabila pabrik dalam masa LMG, tidak ada pembakaran yang
artinya tidak ada uap pembangkit tenaga listrik, jadi dalam masa operasional
pabrik menggunakan PLN sebagai sumber listrik dan dapat menghabiskan 90
juta-120 juta perbulan. Dalam masa giling pun pabrik masih menggunakan
tenaga listrik dari PLN yang biasanya dibayar sekitar 240 juta sampai 300 juta
perbulan. Ketika terjadi masalah pada turbin alternator, maka tenaga listrik
yang digunakan akan dialihkan ke PLN dengan resiko pembayaran mencapai
angka milliar.
2. Stasiun Pemurnian
Stasiun pemurnian adalah suatu proses yang bertujuan memisahkan nira
dengan kotoran seperti tanah atau kotoran lain yang tidak dibutuhkan pada
proses pembuatan gula yang berasal dari proses penggilingan. Proses ini
menggunakan bantuan bahan kimia asam fosfat dan kapur. Nira mentah
ditimbang kemudian dilakukan proses defekasi serta sulfitasi.
a. Defekasi
16
Defekasi merupakan suatu proses penambahan susu kapur kedalam
nira mentah. Proses defekasi terjadi dalam defecator dengan
mengatur Ph 7,2 di defecator I dan 8,5 di defecator II.
b. Sulfitasi
Sulfitasi merupakan proses lanjutan dari defekasi. Sulfitasi
dilakukan untuk menetralkan nira mentah dari kondisi basa akibat adanya
penggunaan susu kapur. Proses sulfitasi dilakukan dengan menambahkan
flokulan ke dalam campuran nira dan susu kapur. Proses ini dilakukan
dalam door clarifier. Adapun tujuan dari sulfitasi adalah mengembalikan Ph
nira ke kondisi netral, karena proses pengendapan yang maksimal harus
dinetralkan. Hasil akhir dari proses pemurnian adalah nira jernih, tets dan
blotong.
3. Stasiun Penguapan
Setelah melewati beberapa tahapan/proses pada stasiun permurnian dan
menghasilkan nira jernih, selanjutnya masuk ke stasiun penguapan. Pada
stasiun penguapan ini, terdapat alat yang bernama evaporator. Pada stasiun
penguapan ini berfungsi untuk mendapatkan nira yang kental dari yang semula
encer atau masih cair. Sehingga dengan adanya alat evaporator ini, maka akan
terjadi proses evaporasi yang dipanaskan dengan suhu 100 derajat celcius
sehingga airnya akan menguap dan cairannya akan menjadi kental, sehingga
hasilnya adalah nira kental.
4. Stasiun Masakan
Pada stasiun masakan ini, sasarannya adalah mendapatkan kristal gula.
Pada stasiun masakan ini terdapat beberapa vacuum pan. Ada vacuum pan
untuk gula A, C, D. Gula D ini memiliki ukuran yang sangat kecil seperti pasir,
dan digunakan sebagai bibit untuk membuat gula C. Kemudian gula C yang
berbentuk sedang, sampai akhirnya mendapatkan ukuran gula yang bagus dan
sesuai standar yaitu pada gula A. Di stasiun masakan ini, gula dibuat atau
dibentuk secara manual oleh tukang masaknya. Mulai dari kapan masaknya itu
tergantung dari besar kristalnya. Pada kemasan gula sering kita jumpai tulisan
“SNI” yang artinya bahwa gula tersebut harus memenuhi Standar Nasional
Indonesia. Adapun untuk gula kristal putih itu aturan besar kristalnya adalah
sekitar ukuran 0,8-1,1 mm, dan disini tukang masak memiliki peran dalam
mengatur ukuran kristal gula tersebut dengan volume 250 hektoliter. Apabila
ukuran kristal gulanya sudah cukup, barulah diturunkan ke vacuum pan yang
mana dibawahnya terdapat pintu untuk diteruskan ke putaran, namun terdapat
palung pendingin dibawahnya sebagai tempat mendinginkan yang berbentuk
tabung dan memiliki mixer serta pengaduk didalam mixer tersebut. Setelah itu
kristal gula turun menuju ke stasiun putaran. Hasil akhirnya adalah gula dan
cairan. Adapun cairan disini disebut Stroop.
17
5. Stasiun Putaran
Untuk mendapatkan kristal gula SHS (super high sugar), campuran hasil
masakan dari pan masakan diputar (sentrifugasi) sehingga kristal gula dapat
dipisah dari cairannya. Terdapat dua macam putaran yang digunakan dalam
PG. Tasikmadu, yaitu Low Grade Fugal (LGF) dan High Grade Fugal (HGF).
1) Campuran hasil masakan pan A diputar menggunakan HGF dengan
kecepatan putar maksimal 1000 rpm. Pemutaran ini menghasilkan gula A
dan stroop A.
2) Campuran hasil masakan pan D diputar menggunakan LGF dengan
kecepatan putar maksimal sebesar 2200 rpm. Pemutaran ini
menghasilkan gula D1 dan tetes (molasses).
3) Gula D1 ditambakan dengan klare D dan diputar kembali
menggunakan LGF sehingga diperoleh gula D2 dan klare D. Gula A atau
SHS hasil putaran merupakan produk utama dari PG Tasikmadu.
Gula SHS ini kemudian dikeringkan dan dipisahkan berdasarkan
ukuran kristal normal, halus, dan kasar. Pemisahan kristal gula tersebut
menggunakan talang goyang yang dilengkapi dengan saringan kasa
bersusun, dengan ukuran 4, 8, dan 30 mesh. Kristal gula yang berukuran
normal (0,91,2 mm) dikemas dengan sak dengan berat 50 kg netto,
sedangkan kristal gula halus dan kasar dilebur kembali untuk dijadikan
sebagai bahan masakan di stasiun masakan.
6. Stasiun Pengemasan
Stasiun pengemasan adalah tempat diamana hasil produk gula dikemas
kedalam kemasan berupa karung. Pengemasan dibagi menjadi dua bentuk jenis
produk, yaitu wallini dengan berat 50 kg, dan gollata dengan berat 1 kg. Dalam
proses pengemasan yang dilakukan oleh perusahan PTPN XIV Pabrik Gula
Takalar sudah menetapan standar food grade. Food Grade merujuk pada jenis
material yang digunakan sebagai wadah suatu produk konsumsi. Material
tersebut haruslah tidak beracun, aman untuk makanan, serta tidak
mempengaruhi rasa dan kualitas makanan, serta yang terpenting adalah tidak
menyebabkan gangguan kesehatan. Material Food Grade sendiri tidak perlu
berbiaya tinggi dan tidak perlu terlihat bagus. Yang terpenting adalah material
yang digunakan harus dinyatakan aman sebagai kemasan atau wadah makanan.
Food Grade sendiri biasanya diperlihatkan dalam bentuk logo yang dicetak di
kemasan suatu produk.
Apalagi di dalam industri makanan, pengemasan merupakan hal yang
sangat penting untuk membungkus produk makanan maupun minuman. Food
Grade adalah standardisasi material yang layak digunakan untuk memproduksi
perlengkapan makanan. Material akan dianggap memenuhi Food Grade jika
tidak memindahkan zat-zat berbahaya dari produk wadah tersebut ke makanan
18
yang akan dikonsumsi. Sehingga tujuan dari Food Grade ini adalah untuk
menjaga kualitas makanan. Terdapat syarat-syarat yang dikualifikasikan
sebagai Food Grade, antara lain:
1. Tidak mengandung bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan;
2. Tidak mengubah rasa makanan;
3. Dan tidak mentransfer unsur tertentu dalam makanan.
1. Sertifikat Sistem Manajemen Mutu SNI ISO 9001: 2008 / ISO 9001:2008.
2. Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT – SNI).
3. Sertifikat halal dari Majelis Ulama Provinsi Sulawesi Selatan.
4. Penghargaan PROPER Biru Tingkat Provinsi
19
dilakukan oleh Tim Lelang Gula yang telah ditentukan oleh Direksi, seluruh harga
yang ditawarkan berdasarkan loco gudang PG. Penawaran komoditi dilakukan
berdasarkan surat penawaran untuk calon pembeli yang telah terdaftar. Penjualan
dilakukan melalui unit usaha atau penjualan lokal dengan mempertimbangkan
volume, nilai, efisiensi, efektivitas, dan menghindari perbedaan analisis harga
yang signifikan. Hal tersebut dilakukan setelah mendapatkan persetujuan Direksi
dengan nilai penjualan maksimal Rp200 juta yang termasuk PPN. Penjualan
langsung dilakukan oleh Kantor Direksi dengan menetapkan nilai penjualan
hingga Rp100 juta dan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas.
Pemasaran PTPN XIV merancang Price Idea (PI) mengacu terhadap harga
pasar yang diperoleh melalui bursa komoditas, agen pemasaran, PT Kharisma
Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN), dan info harga melalui internet atau
media massa. Penyusunan PI memerhatikan faktor permintaan dan penawaran
harga, mutu barang, syarat penyerahan barang, biaya pengangkutan barang, biaya
asuransi, dan biaya-biaya lain yang berkaitan. Pengawasan penyerahan barang
penjualan dilakukan hingga penyerahan barang kepada pembeli. Komunikasi
dilakukan oleh bagian pemasaran dan unit usaha selama proses penjualan
berlangsung hingga penyerahan barang selesai. Kerjasama yang terjalin dalam
bidang penjualan dilakukan dalam kontrak penjualan secara berjangka (Long
Term Contract/LTC). Kontrak penjualan dikaitkan dengan kerjasama titip olah
atau kerjasama penjualan yang lain.
20
Sebelumnya PTPN XIV hanya menjual gula kemasan 50 kg dan belum
memiliki brand sehingga konsumen gula terbatas. Gula yang bermerk Gollata
telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan Pemerintah Republik
Indonesia, seperti SNI, BPOM, dan sertifikat izin halal. PTPN XIV bekerjasama
dengan beberapa organisasi dan UMKM dalam penyaluran produk Gollata yang
terdapat di wilayah masing-masing. Adapun koperasi yang dimaksud , yaitu
Kopkar Jaya di Takalar, Kopkar Sipatuo di Keera, Kopkar Maccinong di Bone,
Kopkar Camming di Camming, dan Kopkar 14 di Makassar.
Pada tahun 2020, PTPN XIV menghasilkan produk gula kristal putih sebesar
55.250 ton sehingga pangsa pasar komoditas gula PTPN XIV mencapai 2,59%
dari total produksi gula Indonesia yang mencapai 2,13 juta ton. Pada tahun 2019,
PTPN XIV menghasilkan produk gula kristal putih sebesar 46.701 ton sehingga
pangsa pasar komoditas gula PTPN XIV mencapai 2,12% dari total produksi gula
Indonesia yang mencapai 2,2 juta ton. Pada tahun 2018, PTPN XIV menghasilkan
produk gula kristal putih sebesar 42.323 ton sehingga pangsa pasar komoditas
gula PTPN XIV mencapai 2,02% dari total produksi gula Indonesia yang
mencapai 2,17 juta ton. Pada tahun 2017, PTPN XIV menghasilkan produk gula
Kristal putih sebesar 42.433 ton sehingga pangsa pasar komoditas gula PTPN XIV
mencapai 2,02% dari total produksi gula Indonesia yang mencapai 2,1 juta ton.
21
bertanggung jawab tanpa batas atas pengelolaan bisnisnya, termasuk utang dan
piutang perusahaan, keuntungan bisnis juga dibagi rata yang dituangkan secara
tertulis dalam perjanjian kemitraan. Kemitraan Terbatas (Limited Partnership),
yang terdiri dari mitra umum yang tanggung jawabnya terbatas pada jumlah uang
yang mereka berikan untuk usaha bersama itu, biasanya investor pasif yang tidak
memainkan peran apa pun dalam pengelolaan bisnis sehari-hari. Dan kemitraan
terbatas gabungan (Incorporated Limited Partnership), mitra yang tergabung
dapat memiliki tanggung jawab terbatas atas hutang bisnis, namun dibawah
struktur organisasi ini harus ada setidaknya satu mitra umum dengan tanggung
jawab tidak terbatas.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya alam yang cukup
melimpah untuk menunjang kegiatan di sektor pertanian. Salah satu sub sektor
pertanian yang memiliki potensi besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional adalah
sub sektor perkebunan. Sub sektor perkebunan menjadi penopang dan penggerak
ekonomi nasional. Berbagai komoditas yang dihasilkan oleh sub sektor ini sangat
potensial, sehingga banyak perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan.
Perusahaan perkebunan di indonesia yang termasuk dalam BUMN (Badan Usaha
Milik Negara) adalah PT. Perkebunan Nusantara (PTPN). PTPN XIV Anak
Perusahaan dari Holding BUMN Perkebunan PT Perkebunan Nusantara III
(Persero) yang bergerak dibidang Agribisnis perkebunan dengan komoditas tebu,
sawit, karet, kelapa dan peternakan sapi. Salah satu PTPN yang ada disulawesi
selatan yaitu PTPN Pabrik Gula Takalar. Luas lahan yang ada di takalar yaitu
kurang lebih 9000 ha. Luas lahan yang sekarang ditanami tebu yaitu sekitar 3.150
ha untuk tanaman tebu giling. Lahan tebu takalar terdiri dari 3 kabupaten yaitu
kabupaten gowa, takalar, dan jeneponto. Dibawa 3.150 ha ada yang namanya
asisten areal penangungjawab pada tebu takalar sendiri terdapat 8 orang
penanggung jawab. Tanaman tebu ditakalar menggiling atau memproduksi 1
tahun sekali. Tanaman tebu merupakan tanaman semusim, tanaman semusim
merupakan tanaman yang menghabiskan siklusnya hidupnya dalam satu misum
tanam, ketika ditebang harus ditanam ulang. Jenis tebu ada yang namanya tebu
ratun dan tebu baru. Tebu ratun tebu yang ditebang namun tidak di bongkar.
Anakannya dibiarkan naik secara alamiah. Melakukan perlakukan perlakuan
seperti putus akar untuk memacu pertumbuhan anaknya untuk tumbuh kembali.
Sedangkan Tebu baru, tebu baru yaitu tebu yang ditanam ulang. Harapanya pada
kebun tebu yang ada ditakalar, tebu baru memiliki produksi yang lebih banyak.
Ditakalar terdapat 3 jenis tebu berdasarkan waktu panen yaitu masak awal, masak
tengah, dan masak akhir. Ketiga varietas tebu tersebut berdasarkan
kematangannya.
Produk yang ada di pabrik gula takalar ada 2 yaitu kemasan yang 50 kg dan
retail (1 kg). Merek ada nusa kita, walini dan gollata. Ada 5 proses tebu hingga
menjadi gula yaitu Stasiun gilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan,
stasiun masakan/ kristalisasi, putaran dan pengemasan.
23
DAFTAR PUSTAKA
BPS.go.id
https://www.holding-perkebunan.com
https://www.ptpnxiv.com/
Idris, M. (2018). Analisis Efisiensi Pengendalian Biaya Kualitas Pada PT.
Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah, Makassar.
Pramuhadi, G. (2010). Faktor iklim pada budidaya tebu lahan kering. Jurnal
Pangan, 19(4), 331-344.
Sari, N.D.K. 2012. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tebu Dalam
Pembuatan Gula Pasir Di Pabrik Gula Soedhana Kabupaten Ngawi.
Skripsi
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
24
Steenis, V. 2006. Flora. Cetakan Lima. Jakarta: PT. Pradya Paramita.
25
LAMPIRAN
26
27