Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN STUDI LAPANG

PROSES PRODUKSI GULA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIV

PABRIK GULA TAKALAR

KELOMPOK 3

Ahmad Syukur G021201016


Novita Dwi Cahyani G021201045
Nurainun Shalawatih Lestari Syam G021201055
Nurul Risky Amalia G021201075
Fadila Alya Putri G021201107
Al-Munawwara Arman G021201121
Nurismi Alkhaeri G021201125
Maudy Belia Maharani Patanak G021201149
Azzahra Auliyah Ramadhani Anwar G021201153

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah Kami dapat menyelesaikan
laporan Kami dengan judul “Laporan Studi Lapang Proses Produksi Gula Pt.
Perkebunan Nusantara Xiv Pabrik Gula Takalar” ini dengan sebatas pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada semua pihak
yang berpartisipasi atas selesainya laporan ini demi memenuhi tugas mata kuliah
Bisnis Internasional.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membacanya.

Makassar, 30 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................. .............................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................... 3
2.1 Visi & Misi Perusahaan ........................................................................ 3
2.2 Struktur Perusahaan .............................................................................. 3
2.3 Proses Budidaya .................................................................................... 4
2.4 Proses Pengolahan ............................................................................... 11
2.5 Proses Pemasaran ................................................................................ 13
2.6 Mitra Usaha ......................................................................................... 16
BAB III. PENUTUP ................................................................................ 18
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 18
3.2 Saran .................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 19
LAMPIRAN ............................................................................................. 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus harus
diimbangi dengan tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, unggul
dan profesional di bidangnya. Oleh karena itu, fase penyediaan sumber daya
manusia yang handal saat ini menjadi fokus. Kebutuhan sumber daya manusia
dapat dipenuhi baik melalui lembaga pendidikan formal seperti perguruan
tinggi negeri maupun swasta, politeknik, akademi dan berbagai lembaga
pendidikan lainnya, maupun melalui pendidikan non formal seperti melakukan
praktek kerja lapangan (practical work). Pengembangan sumber daya manusia
yang berkualitas dapat dicapai dengan terciptanya kerjasama yang baik dan
seimbang antara lembaga pendidikan, pemerintah dan industri terkait,
sehingga ilmu teoritis yang diperoleh dalam pendidikan dapat langsung
diterapkan di dunia industri.
Pengetahuan dan pengalaman mahasiswa tentang dunia kerja terkait
dengan industrialisasi sangat dibutuhkan mengingat Indonesia merupakan
negara berkembang dengan sektor industri yang luar biasa. Selain itu,
Indonesia juga merupakan negara dengan salah satu industri tertua di dunia
yaitu industri gula yang tentunya membutuhkan pembaharuan atau
pengembangan teknologi untuk meningkatkan kualitas produk dan memenuhi
permintaan pasar. Gula merupakan komoditas penting bagi masyarakat
Indonesia bahkan bagi masyarakat dunia. Permintaan gula dari setiap negara
tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok, tetapi juga karena gula
merupakan pemanis utama yang digunakan sebagai bahan baku industri
makanan dan minuman. penghasil gula terbesar di dunia.
Sejarah gula di Indonesia dimulai ketika Belanda membuka koloni di
Pulau Jawa. Banyak pemilik tanah membuka perkebunan monokultur pertama
di Batavia pada abad ke-17. Industri gula pada masa penjajahan Belanda lebih
berorientasi ekspor, dimana bidang pemasarannya dikendalikan oleh badan
pemerintah yang mandiri untuk mengamankan penerimaan cukai pemerintah
kolonial Belanda dan untuk memantau tingkat konsumsi dalam negeri guna
meningkatkan ekspor. Praktik kerja lapangan merupakan salah satu kegiatan
pembelajaran dalam mata kuliah Bisnis Internasional di Universitas
Hasanuddin. Praktek Kerja Lapangan adalah kegiatan terjun langsung ke
dunia industri, menerapkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan dan
mengetahui relevansinya di dunia kerja, guna mencapai hasil yang kompetitif
di dunia kerja. Praktek kerja lapangan dilaksanakan atas kerjasama antara
kampus dan industri, salah satunya adalah PT. Perkebunan Nusantara XIV

1
Pabrik Gula Takalar. Pabrik Gula (PG) Takalar merupakan salah satu unit
usaha milik PT. Perkebunan Nusantara XIV yang berlokasi di Desa
Pa’rapunganta, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Pabrik
Gula Takalar didirikan dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan pemerintah
untuk swasembada gula nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian R.I Nomor 668/Kpts/Org/8/1981 tanggal 11 Agustus 1981.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran umum tentang Pabrik Gula (PG) PT.
Perkebunan Nusantara XIV Takalar.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan produksi gula di PT. Perkebunan
Nusantara XIV yang Takalar.
3. Untuk mengetahui struktur dan mitra kerja PT. Perkebunan Nusantara XIV
Takalar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Visi & Misi Perusahaan


Setiap organisasi maupun perusahaan memiliki tujuan yang harus dicapai,
baik untuk jangka waktu yang pendek, maupun untuk jangka waktu yang
panjang. Visi dan Misi merupakan sebuah tolak ukur untuk mencapai
kesuksesan dan kemajuan perusahaan, sehingga dalam praktiknya, perusahaan
memiliki dasar dalam membuat kebijakan dan aturan untuk kepentingan
perusahaan maupun karyawan. Visi atau Vision bisa diartikan sebagai sebuah
pandangan atau rencana dalam jangka panjang yang ingin dicapai oleh sebuah
perusahaan. Visi sebuah perusahaan biasanya cenderung singkat, namun
mampu mencakup keseluruhan cita-cita dan tujuan yang ingin dicapai oleh
sebuah perusahaan.
Berikut Visi dan Misi Pabrik Gula (PG) PT. Perkebunan Nusantara XIV
Takalar :
Visi
Menjadi perusahaan agribisnis dan agroindustri di Kawasan Timur Indonesia
yang kompetitif,mandiri,dan memberdayakan ekonomi rakyat.
Misi
a. Menghasilkan produk utama perkebunan berupa gula yang berdaya
saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan atau
Internasional.
b. Mengelola bisnis dengan teknologi akrab lingkungan yang
memberikan kontribusi niai kepada produk dan mendorong
pembangunan berwawasan lingkungan.
c. Melalui kepemimpinan, teamwork, inovasi, dan SDM yang kompeten,
dalam meningkatkan nilai secara terus-menerus kepada shareholder
dan stakeholders.
d. Menempatkan Sumber Daya Manusia sebagai pilar utama penciptaan
nilai (value creation) yang mendorong perusahaan tumbuh dan
berkembang bersama mitra strategis.

2.2 Struktur Perusahaan


Struktur organisasi berfungsi untuk memberikan petunjuk mengenai pembagian
dan pengelompokkan sistem kerja (kegiatan) dalam melaksanakan aktivitas demi
kelangsungan hidup perusahaan. Struktur organisasi pula dapat menunjukkan
bagaimana tertib manajemen, pengawasan dan pengendalian demi perusahaan dalam
mengelola usahanya. Sesuai dengan anggaran dasar PTPN Pabrik Gula Takalar
perusahaan ini dipimpin oleh suatu Direksi, yang terdiri dari empat orang Direktur.

3
Struktur organisasi yang baik merupakan salah satu syarat yang penting agar
perusahaan dapat berjalan dengan baik. Suatu perusahaan akan berhasil mencapai
prestasi kerja yang efektif dari karyawan apabila terdapat suatu sistem kerja sama
yang baik, dimana fungsi-fungsi dalam organisasi tersebut mempunyai pembagian
tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas dan tegas. Struktur organisasi PTPN
Persero Pabrik Gula Takalar digambarkan sebagai berikut:

2.3 Proses Budidaya


1. Syarat Tumbuh
Tebu tumbuh baik pada daerah beriklim panas tropika dan
subtropika. Tanaman tebu banyak diusahakan di dataran rendah dengan
musim kering yang nyata. Tebu dapat ditanam dari dataran rendah sampai
pegunungan dengan ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Di dataran
tinggi yang suhu udaranya rendah, tanaman tebu lambat tumbuh dan
berendemen rendah. Di Asia Tenggara, batas maksimum elevasi untuk
pertumbuhan normal tebu adalah 600 – 700 m di atas permukaan
laut. Pada elevasi yang lebih tinggi siklus pertumbuhan akan lebih
panjang dari 14 – 18 bulan. Secara kuantitatif, tebu merupakan tanaman
berhari pendek. Rata-rata curah hujan yang diperlukan untuk
pertumbuhan optimal tanaman tebu adalah sekitar 1800 – 2500 mm per
tahun. Dan jika curah hujan tidak mencukupi, lahan tebu harus diberi
aliran irigasi. Di samping itu, tebu memerlukan kesuburan dan sifat fisik
tanah yang baik. Tebu dapat tumbuh baik pada berbagai macam
tanah. Namun, kondisi tanah yang dapat menunjang pertumbuhan tebu
dengan baik adalah kondisi tanah yang gembur, berdrainasi baik, memiliki
pH 5-8, kandungan nutrisi serta senyawa organik yang banyak, dan
kemampuan menahan kapasitas air yang baik.

4
Pertumbuhan terbaik bagi tanaman tebu adalah pada tanah
lempung liat dengan solum yang dalam, lempung berpasir, dan lempung
berdebu. Pada tanah berat juga dapat ditanami oleh tanaman tebu, namun
memerlukan pengolahan tanah yang khusus. Beberapa kultivar tebu dapat
tumbuh pada tanah yang berkadar garam relatif tinggi dan tergenang
dalam waktu yang lama, terutama bila air mengalir. Pada pertumbuhannya,
tebu menghendaki perbedaan nyata antara musim hujan dan kemarau
(kering). Selama masa pertumbuhannya tebu membutuhkan banyak air,
sedangkan menjelang tebu masak untuk kemudian dipanen, tanaman tebu
membutuhkan keadaan kering tidak ada hujan yang menyebabkan
pertumbuhan terhenti. Apabila hujan terus turun, maka kesempatan masak
tanaman tebu terus tertunda yang mengakibatkan hasil rendemen menjadi
rendah.
2. Penyiapan Benih
Benih harus dihasilkan dari kebun benih yang dikelola dengan baik
dan dilakukan secara berjenjang. Benih yang dihasilkan dapat melalui
perbanyakan secara konvensional (stek) dan asal kultur jaringan
(laboratorium). Jenjang kebun benih tebu konvensional, meliputi Kebun
Bibit Pokok Utama (KBPU), Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit
Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI) dan Kebun Bibit Datar (KBD).
Penyediaan benih melalui konvensional membutuhkan waktu antara 30 -
40 bulan. Perbanyakan benih tebu melalui kultur jaringan bertujuan untuk
menghasilkan benih dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat terutama
untuk varietas-varietas unggul yang baru dihasilkan. Pada tanaman tebu
dari satu pucuk batang tebu umur 4 - 6 bulan mampu menghasilkan sekitar
20.000 tanaman semai dalam waktu 6 bulan.
Tingkat multiplikasi kultur meristem tunas tebu dapat mencapai
200.000 kali dalam waktu 6 bulan. Sedangkan secara konvensional tingkat
perbanyakan di lapangan hanya mampu memberikan tingkat perbanyakan
8 - 12 kali dalam waktu yang sama. Bibit tanaman hasil perbanyakan
melalui kultur jaringan/meristem mempunyai keunggulan antara lain sehat,
seragam dan secara genetik sama dengan induknya. Serangan penyakit
pembuluh (Ratoon Stunting Disease/RSD) tidak terdapat pada tanaman
tebu asal kultur jaringan sampai dengan keprasan kedua. Benih G0 yang
dihasilkan dari laboratorium kultur jaringan, dapat ditangkarkan menjadi
benih G1. Benih G1 ditangkarkan lagi menjadi G2 yang selanjutnya dapat
ditanam atau ditangkarkan untuk Kebun Bibit Induk (KBI) dan Kebun
Bibit Datar (KBD). Proses produksi benih G0 dilakukan di laboratorium,
sementara proses produksi benih G1 dilakukan di Pembibitan dan G2
dilakukan di lapangan. Benih harus berasal dari kebun benih yang telah

5
berumur 6 - 8 bulan untuk setiap jenjang kebun benih. Bibit konvensional
biasanya diambil dari bagian tanaman tebu bibit umur 6 – 7
bulan, bentuknya beragam mulai dari pucuk, bagal (mata 3, 2 atau 1),
rayungan, topstek, budset, planlet, bud chip, hingga bentuk-bentuk
lainnya, termasuk salah satu metoda pembibitan yang saat ini sedang naik
daun disebut single bud planting (SBP). Bibit konvensional tidak bisa
terbebas dari serangan hama dan penyakit karena proses produksi
dilakukan sepenuhnya di lapang.
Sebaliknya, bibit kultur jaringan bisa terbebas dari penyakit
sistemik dan hama sehingga lebih sehat dan produktif. Dengan teknik
kultur jaringan atau kultur in-vitro, bagian tanaman seperti protoplas, sel,
jaringan dan organ, ditumbuhkan dan diperbanyak dalam media buatan
dengan kondisi aseptik dan terkontrol. Benih yang bermutu harus
memenuhi kriteria sebagai berikut: standar daya kecambah > 90%, ukuran
batang dengan panjang ruas normal (tidak ada gejala hambatan
pertumbuhan/kerdil), mata tunas masih dorman, benih tebu tidak kering,
keriput dan berjamur. Standar benih tebu yang sehat berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) dengan kriteria sebagai berikut serangan hama
penggerek batang < 2 % dari jumlah ruas, penggerek pucuk < 5 % dari
jumlah ruas, hama lain < 5 %, benih harus diusahakan tidak terserang
penyakit sistemik seperti RSD, mosaik dan blendok.Untuk mencegah
hama dan penyakit pada tanaman, benih sebelum ditanam diperlakukan
dengan perawatan air panas (HWT) pada suhu 500C selama 2 jam untuk
pengendalian penyakit RSD, luka api, pengendalian spora jamur, serangga,
dan kutu.
3. Penyiapan lahan
Penyiapan lahan tanam tebu disini termasuk adalah kegiatan
pembajakan dengan tujuan pembalikan tanah guna membunuh gulma dan
penyakit yang ada pada permukaan tanah. Dalam penyiapan lahan ini juga
terkadang juga terdapat upaya penambahan nutrisi dan perbaikan sifat
tanah dengan cara penambahan BO dari pupuk kandang dan ini dilakukan
biasanya sebelum proses pembajakan. Kemudian setelah itu melakukan
pembuatan bedengan bedengan atau guludan guludan, dimana bedengan
tersebut disesuaikan dengan jaarak tanam tebu.

4. Penanaman
Di dalam proses penanaman tebu ini memiliki dua tujuan yaitu
tanam guna memperoleh bibit dan tanam untuk tebang tebu giling. Tanam
untuk memperoleh bibit adalah kegiatan menanam dimana tebu ini akan

6
diudidayakan untuk nantinya dijadikan bibit tebu. Pelaksanaan tanam tebu
bibit ini dilakukan pada bulan Desember-Januari dimana pada bulan
tersebut merupakan musim hujan, dengan tujuan pada tanam tebu bibit ini
tersedia cukup air untu memecah nutrisi yang tersimpan untuk membentuk
tunas. Masa tanam tebu bibit ini hanya 6 bulan saja sehingga tebu bibit
dapat dipanen pada bulan Juni-Juli bertepatan masa tanam tebu tebang
giling. Tebu tebang giling adalah usaha budidaya tebu yang dilakukan
untuk diperoleh nira atau air gula nya guna diolah untuk menjadi gula.
Untuk tebu tebang giling dimulai pada bulan Juni-Juli dimana pada bulan
tersebut bertepatan pada musim kemarau.
Tebu tebang giling memiliki usia 10-12 bulan. Tanam tebu tebang
giling ini dapat dilakukan dengan menanam bibit baru atau menggunakan
hasil keprasan usaha budidaya tebu tebang giling musim tanam
sebelumnya/ tahun sebelumnya. Pemberian air merupakan kegiatan
menaambahkan air pada media tanam guna air dapat diserap tanaman
untuk membantu setiap proses metabolisme tanaman. Pemberian air paada
budidaya tanaman tebu dapat menggunakan air waduk dengan cara
pengairan teknis, tadah hujan dengan cara sirat, atau dengan air sumur bor
/ pompanisasi menggunakan system leb. Pengairan atau pemberian air
dalam praktek budidaya tebu dilakukan pada massa setelah tanam dan
setiap setelah dilakukan pemupukan guna melarutkan pupuk/ unsure hara
tambahan ke dalam tanah guna dapat diserap oleh akar-akar tanaman.
5. Penyiangan
Penyiangan adalah kegiatan membersihkan media tanam sekitar
tanaman pokok dari taaman tanaman pengganggu ( gulma ). Penyiangan
dapat dilakukan dengan cara mencabuti, menimbun tanaman pengganggu (
turun tanah), gulud atau bumbun. Penyiangan ini bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan persaingan antara tanaman utama denga
tanaman pengganggu untuk mendapatkan air, unsure hara, cahaya,
oksigen, dan ruang tumbuh dan penyiangan ini juga bertujuan mengurangi
bahaya serangan hama dan penyakit tanaman. Penyiangan dapat juga
menggunakan bentuan Herbisida tanpa membunuh tanaman utama.
Namun dalam prinsip PHPT penggunaan herbisida kimia dapat
menimbulkan residu yang berbahaya bagi media tanam (tanah) mapun
residu bagi tanaman yang membahayakan bagi manusia yang
mengonsumsinya.
6. Pemupukan
Pemupukan adalah usaha memberikan unsure hara tambahan yang
dibutuhkan tanaman guna membantu pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yang optimal. Dalam konsep budidaya tanaman yang sehat dan

7
berkelanjutan pemberian pupuk harus sesuai dengan anjuran peberian dan
sesuai dosis yang telah ditentukan. Pemupukan pertama dilakukan pada
masa penyiapan lahan yaitu dengan pemberian pupuk organic (pupuk
kandang/kompos). Pemberian pupuk I dilakukan pada usia 20-30hst yaitu
dengan pemberian pupuk ZA dan Phonska dengan dosis 100kg/ha dan
140kg/ha. Dan pemupukan ke II dilakukan pada usia 2-3hst dengan
memberikan ZA dan Phonska dengan dosis masing-masing 400kg/ha dan
300kg/ha.
7. Bumbun/Gulud/Ipuk
Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu, yaitu
berdaun 3 – 4 helai. Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan
rumput-rumputan, membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar)
lalu tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah.
Pembumbunan ke – 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan
cukup besar + 20 cm, sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu
ditimbun tanah atau + 2 bulan. Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan
pada umur 3 bulan, semua got harus diperdalam ; got mujur sedalam 70
cm dan got malang 60 cm.
8. Klentek
Klentek yaitu melepaskan daun kering, harus dilakukan 3 kali, yaitu
sebelum gulud akhir, umur 7 bulan dan 4 minggu sebelum tebang. Kletek
Perempalan daun. Kegiatan perempelan daun bertujuan untuk
membersihkan daun-daun yang sudah kering pada tanaman tebu sehingga
kelihatan bersih, mudah untukpengamatan , pengontrolan, menghindari
kebakaran dan memudahkan pemeliharaan selanjutnya. Cara melakukan
perempelan daun tebu Daun-daun yang sudah kering dilepaskan
menggunakan sabit tajam/sabit bergigi dari tanaman tebu, kemudian daun
diikat sesuai dengan kemampuan, kemudian di kumpulkan disisi sisi jalan
untuk memudahkan pengangkutan. Daun-daun tersebut dikumpulkan
menggunakan kendaraan Truk/Gerobag di suatu tempat, kemudian dapat
diolah menjadi silase makanan ternak maupun diolah menjadi pupuk
kompos. Perempalan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 4
bulan setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan.
Sehingga ruas-ruas tebu nampak bersih dari daun tebu kering.

9. Pengelolaan Hama dan Pentyakit Terpadu


Hama dan penyakit dalam budidaya tanaman merupakan hal yang
perlu menjadi perhatian karena dapat menimbulkan kerugian ekonomi
apabila serangan hama melebihi ambang ekonomi. Agar tidak terjadi

8
ledakan serangan hama dan penyakit, maka perlu dilakukan pengendalian
hama dan penyakit pada tanaman tebu mulai umur tanaman 1 bulan.
Penggerek pucuk dan batang merupakan hama-hama utama di beberapa
pabrik gula khususnya di Jawa dan Sumatera. Hama penggerek pucuk
Triporyza nivela intacta menyerang tunas umur 2 minggu hingga saat
tebang. Pucuk tebu yang terserang akan mati atau membentuk siwilan.
Pengendalian hama penggerek dengan cara mekanis dan kimiawi semakin
mahal dan sulit dilakukan. Oleh karena itu pengendalian secara terpadu
(PHT) merupakan alternatif yang terbaik. Kegiatan PHT dilakukan secara
terpadu dengan menggabungkan berbagai macam cara pengendalian yang
meliputi pengendalian secara mekanis, kultur teknis, biologis, dan
kimiawi. Pengendalian secara mekanis yang dilakukan di antaranya
tangkap kupu-telur, klentek, dan roges.
Pengendalian kultur teknis meliputi penanaman dengan
menggunakan varietas unggul yang tahan terhadap hama dan penyakit, dan
penggunaan blok sistem dalam tebang. Pengendalian hama secara biologis
dengan menggunakan parasitoid dan predator seperti Trichogamma
chilonis, Cotesia flavipes, Sturmiopsis inferens, Tetrastichus scoenobii,
dan Elasmus zehteneri. Pengendalian secara kimiawi dengan aplikasi
carbofuran dengan Microband dan spray pesawat untuk hama penggerek
pucuk dan kutu bulu putih. Pengendalian penyakit Pembuluh dengan
perawatan air panas 50° C selama 2 jam terhadap bibit tebu dapat
mengembalikan hasil yang hilang sebesar lebih kurang 10 %, tetapi
kendala yang dihadapi adalah ketiadaan tangki air panas di pabrik gula.
10. Pemanenan
Pemanenan adalah kegiatan akhir dari setiap siklus penanaman
tebu, dimana kegiatan pemanenan meliputi Tebang, Muat dan Angkut,
yang bertujuan: memungut tebu dalam jumlah yang optimal dari setiap
petak tebang, mengangkut tebu dari petak tebangan ke pabrik dan
mempertahankan hasil gula yang secara potensial berada pada tanaman
tebu. Kegiatan tebang muat angkut (TMA) adalah kegiatan yang sangat
komplek, karena bukan saja merupakan rangkaian dari tiga kegiatan yang
saling mempengaruhi, tapi juga karena sangat ketat dibatasi oleh waktu.
Apabila terjadi kendala di salah satu kegiatan, maka kegiatan lainnya akan
terganggu. Seluruh kegiatan pertanaman akan ditentukan hasilnya dalam
kegiatan TMA, bahkan hasil kinerja perusahaan akan ditampilkan dari
kegiatan TMA. Kinerja manajemen seolah-olah dipertaruhkan dalam
kegiatan ini. Secara garis besar tujuan dari TMA adalah mendapatkan tebu
giling yang masak segar bersih (MSB) sebanyak-banyaknya sejak ditebang
hingga digiling dalam tempo secepatnya.

9
Pelaksanaan pemanenan dan pengiriman tebu ke pabrik menggunakan 3 (tiga)
sistem tebang yaitu;
1. Penebangan Tebu Sistem Tebu Ikat (Bundled Canet-BC)
Tebangan dengan sistem Bundled Cane adalah sitem tebangan
yang dalam pelaksanaan tebang serta pemuatannya (loading) dilaksanakan
dengan tenaga manusia (manual), sedangkan transportasi tebu dari petak
tebang ke pabrik dilaksanakan dengan mengunakan truck. Karakteristik
tebangan Bundled Cane mempunyai keunggulan: hanya memerlukan
investasi yang relatif kecil, dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah
besar, resiko terhadap kerusakan petak relatif kecil, dapat beroperasi
walaupun dalam kondisi cuaca basah, kapasitas pengiriman ke pabrik
relatif besar. Di samping itu tebangan Bundled Cane mempunyai
kekurangan: kualitas tebangan berfluktuasi dan tergantung dari intensitas
pengawasan di lapangan, sangat rentan terhadap faktor eksternal (faktor
sosial), memerlukan tenaga tebang dalam jumlah besar, dan hal ini
seringkali sulit didapatkan.
2. Penebangan Tebu Sistem Tebu Urai (Loose Cane-LC)
Sistem penebangan Loose Cane (LC) adalah sistem penebangan di
mana tebang dan ikat tebu dilakukan secara manual sedang pemuatannya
(loading) dilakukan dengan menggunakan Grab Loader, dan pengangkutan
tebu dari petak tebang ke pabrik dilakukan dengan truck (Losse Box)
ataupun diangkut dengan trailer. Keunggulan penebangan Loose Cane:
kapasitas pengiriman relatif besar, penyelesaian penebangan dan
transportasi relatif cepat, dapat digunakan sebagai balancing atau
penyeimbang terhadap permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul
dari Bundled Cane. Sementara itu untuk kekurangannya: diperlukan
investasi yang relatif besar untuk pembelian peralatan seperti traktor,
trailer, grab loader, dan sebagainya, dalam kondisi areal basah seringkali
kesulitan dalam operasional loading maupun transportasi tebunya, resiko
kerusakan areal lebih besar dibandingkan dengan sistem manual (Bundled
Cane).
3. Penebangan Tebu dengan Mesin (Cane Harvester)
Penebangan dengan menggunakan mesin pada hakekatnya hanya
untuk penyangga atau membantu untuk memenuhi quota pengiriman tebu.
Hal ini mengingat dengan peralatan tersebut diperlukan investasi awal
yang besar serta dengan biaya operasional yang relatif mahal. Akan tetapi
pada kondisi tertentu penebangan tebu harus dibantu dengan menggunakan
peralatan mesin tebang tersebut.Kondisi dimana mengharuskan
penebangan dengan cane harvester: pada saat jumlah tenaga tebang

10
menurun, sehingga quota pengiriman tebu ke pabrik tidak terpenuhi dari
sistem Bundled Cane maupun Loose Cane, diperlukan pengiriman tebu ke
pabrik dalam waktu yang cepat, agar dapat memenuhi quota pengiriman
tebu ke pabrik, untuk membantu/menopang pengiriman tebu ke pabrik
agar dapt menggiling tebu secara kontinyu. Sementara itu untuk
pengoperasian Cane Harvester secara optimal diperlukan persyaratan-
persyaratan antara lain: kondisi areal relatif rata, kondisi tebu tidak banyak
yang roboh, kondisi areal bersih dari sisa-sisa kayu/tunggul, kondisi areal
tidak banyak mengandung tanaman merambat (Mikania), petak tebang
dalam kondisi utuh sekitar 10 ha, kondisi petak tebang tidak basah/becek.

2.4 Proses Pengolahan


1. Bagian Instalasi
Di Meja tebu ada 2 meja tebuh sisi timur di suplay oleh 25 ton
(anloading) untuk sebelah barat disuplay oleh canliter kapasitas 10 ton.
Setelah masuk ke meja tebuh kemudian masuk ke carrier atau pengangkut
terbagi atas carrier B1 dan B2, tugasnya ialah mengangkut dari depan ke
dalam. Ketika carrier ingin diangkat airnya harus dibersihkan terlebih
dahulu. Sebelum masuk ke carrie B2 melewati pencacahan terlebih dahulu
yang ada di depan namanya cane cutter atau pemotong tebih yang terbagi
lagi menjadi cane cutter 1 dan cane cutter 2. Setelah dicacah di cane cutter
1 dan 2 dihaluskan melalui palu penumbuk dimana dia menghaluskan
tebuh yang sudah dicacah tadi.
2. Proses Penggilingan
Setelah itu langsung dilempar ke proses penggilingan, oleh karena
itu disebut stasiun penggilingan, jadi tebuh yang sudah dihancurkan
langsung dicacah untuk diambil airnya. Pencacahannya ada 4, gilingan 1-
gilingan 4,pencacahan yang diproses adalah gilingan 1 sampai 2, untuk 3
dan 4 bentuknya hanya air saja. Jadi yang dari cacah 1 dan 2 itu yang di
proses untuk dijadikan gula. Tidak ada proses pencucian karena langsung
ke pemurnian. Proses akan terus berjalan walaupun gilingannya stop
karena tetap ada air nira yang harus diolah menjadi gula, sedangkan ketika
ada gangguan tergantung durasi gangguannya jika kurang dari 1 jam tidak
aka nada pemberhentian, hanya bagian yang bermasalah yang berhenti
proses yang lainnya akan terus berlanjut, karena pabik gula juga tidak
boleh berhenti sama sekali 24 jam selama 4 bulan bagusnya begitu, jika
berhenti maka otomatis roasis di situ. Penyotriran dilakukan di kebun
sehingga di meja tebu tidak ada penyotriran sama sekali, apa yang masuk
tetap di giling karena tidak mungkin kita turun untuk mengambil.
3. Tempat Pembakaran

11
Tebu yang digiling menghasilkan dua, 1 air dan 1 appas tebu,
appas tebunya digunakan sebagai bahan bakar, bahan bakar terbagi 2
yaitu boiler 1 dan boiler 2, boiler 1 terbagi 4 pintu dan juga ada 4 pintu,
jadi berbeda sebelah kanan dengan sebelah kiri. Gunakanya boiler hanya
untuk pembakaran saja, memanaskan air untuk menghasilkan uap, karena
kita memakan PLTU dan disebelah juga uap digunakan untuk memasak
nirah.Tekanan Uap Baru, di boiler yang diharapkan ialah uap, tekanan uap
baru harus 18-20 bar, karena tekanan kerja dari masing-masing peralatan
itu pressnya segitu, misalnya pembangkit harus disuplay tekanan 18020,
ketika kurang otomatis tenaganya juga akan kurang.
Temperatur Uap Baru, yang mempengaruhi kualitas uap di boile
adalah temperaturnya, 325 adalah temperature yang diinginkan, maka pipa
yang digunakan adalah pipa yang tahan dengan temperature
itu.Temperatur dapur yang berada di masing- masing boiler sebesar 700
derajat celcius, bisa memanaskan ai dengan suhu 300-325 derajat.
Temperatur air derator, temperature air yang dipanaskan Bukan air dingin
tetapi air yang sudah mendidih atau panas, jadi pemanasan jauh lebih
cepat. Jam berhenti, Seharusnya non stop selama 24 jam selama 4 bulan,
tetapi target untuk perbaikan selama 1 bulan ada pengecekan,itu harus
berhenti selama beberapa jam, tapi target kurang dari 1%.
Diproses ada yang namanya penguapan dimana mereka
menghasilkan air yang sudah dikondensasi itu yang dioper ke sini,Air di
pabrik gula Takalar bersumber dari sungai yang ada di belakang, tapi ada
pula proses pemurniannya. Jika tidak ada appas tebu kmaka yang dipakai
ialah PLN 2,8 Mega biaya yang digunakan diluar masa operasional 90
juta-120 juta, beban PLN juga pada masa operasional sebesar 240jt-300jt
perbulan. Setiap istalasi memiliki SOP brbeda-beda. Poil yang digunakan
puil 2000 standar Indonesia Terbaru. Ketika bermasalah di turbin
alternator langsung di pindahkan ke PLN dengan resiko pembayaran PLN
melunjak sampai miliaran. Kendala terbesar dari kualitas uap yang
mengurangi efesiensi peralatan, solusinya menambah bahan bakar,
menggunakan bahan bakar lain seperti solar dan residu namun seminimal
mungkin tidak dipakai.
4. Pengolahan Dan Pengemasan
Ada nilai jernih, nilai ini di stasiun penguapan di evaporasi, setelah
itu di stasiun masakan akan berbentuk Kristal, dan nantinya berpisah dari
stasiun masakan di pisah di stasiun putaran, dan jadilah Kristal dan cairan,
Kristal ini nantinya dianya masuk airnya diputar masuk ke sugar dryer, di
sugar dryer ada pemasakan dan pengeringan, hasil prodak akan masuk ke
atas semacam bejana/penyimpanan dengan kapasitas 200ton masing-

12
masing 100 ton karena ada 2 penyimpanan. Kemudian teman-teman
pengemasan ngarungin, masing-masing 50kg menggunakan belt conveyor.
Gudang gula ada 2 yaitu gudang gula 1 dan 2, sisa gula sisa 200 ton,
kapasitas gula 7000 ton dan 900 ton jadi total 15000 ton. Penjualan
melalui kantor direksi, da nada juga via lelang. Untuk mencegah semut di
dalam tempat proses dengan menjaga kelembapan, untuk desain kemasan
dan karung logo sudah ditetapkan oleh pusat, kadaluarsa bertahan selama 2
tahun, sebenarnya gula tidak ada kadaluarsanya, dan gula tidak boleh
meleleh.
5. Hasil Samping
Pabrik gula itu menghasilkan gula, hasil samping berupa tetes dan
blotong dan ampas, tetes dijual kemali, blotong untuk pupuk, dan ampas
untuk bahan bakar. Tetes berupa cair bahan baku untuk micin,
kecap,etanol. Limbah itu sebenarnya limbah cair, yabg dikumpulkan
salurannya dari satu aliran dari proses,gilingan, yang terpisah dengan
sendirinya, ada juga oil trep, nanti diolah jadi satu diendapkan dan
ditambahkan air asih dan lumpur aktif (bakteri).

2.5 Bentuk Pemasaran


Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis dalam
menciptakan, mengkomunikasikan, pengiriman, dan penciptaan nilai baik bagi
konsumen, pelanggan, rekanan dan masyarakat yang dirancang untuk
merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan
barangbarang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran
serta tujuan perusahaan. Adapun yang dimaksud dengan manajemen
pemasaran menurut Philip Kotler dan Keller adalah: “Marketing is the process
of planning and executing the conception, pricing, promotion, and distribution
of ideas, goods, service to create exchanges that satisfy individual and
organization goals.” Artinya manajemen pemasaran adalah analisis,
perencanaan, penerapan, dan pengendalian terhadap program yang dirancang
untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran dan
hubungan yang menguntungkan dengan pasar sasaran (target market) dengan
maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Sedangkan menurut Kotler
dan Amstrong menyatakan bahwa manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu
memilih target pasar dan membangun hubungan yang menguntungkan dengan
target pasar itu.
Pemasaran adalah semua kegiatan yang diarahkan untuk memperlancar
arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara efisien dengan
maksud untuk menciptakan permintaan efektif. Pada subsitem tataniaga gula,
dijelaskan Badan Penelitan dan Pengembangan Pertanian (2009) bahwa

13
tataniaga gula di Indonesia berkaitan erat dengan konteks harga gula dan
kebijakan tataniaga gula. Kedua hal ini merupakan problem yang kerap
dibicarakan oleh berbagai kalangan karena saling mempengaruhi satu sama
lain. Harga merupakan salah satu pertimbangan bagi petani untuk memilih
komoditas apa yang bakal dipilih. Dalam situasi harga cenderung kurang
menguntungkan atau lebih rendah dibanding biaya produksi, sangat besar
kemungkinan petani untuk tidak memilih komoditas tersebut.
PT Perkebunan Nusantara (PTPN) Wilayah XIV baru-baru ini resmi
memperkenalkan produk gula terbaru dengan nama “Gollata” pada tanggal 2
Oktober tahun 2020. "Gollata" Teman Manis Kita adalah Gula Kristal Putih
yang terjamin kualitasnya karena berasal dari tanaman Tebu yang di tanam di
kebun milik sendiri, diolah di Pabrik sendiri (PG Bone, PG Camming dan PG
Takalar). Sehingga pemasaran dari produk Gollata untuk saat ini masih dijual
di daerah-daerah terdekat yang ada di Sulawesi Selatan seperti di Makassar,
Takalar, Jeneponto, Bone dan sekitarnya. Gollata ini juga telah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia seperti SNI,
BPOM dan sertifikat halal. Gollata menjamin kebutuhan masyarakat terhadap
produk gula yang bersih, segar dan manis. Kehadiran produk Gollata ini
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pasar di tengah tingginya tingkat
kebutuhan masyarakat akan gula.
Adapun produk gula pasir yang dipasarkan yaitu dalam bentuk karungan
dan juga dalam bentuk kemasan per kilogram. Untuk gula pasir dengan berat
50kg, dinamakan Gula Kristal Putih (GKP) “Wallini” yang diproduksi dan
dijual seharga 400 ribu – 500 ribu tergantung jenis gula yang di inginkan.
Dimana, jenis gula yang ada di Pabrik Gula Takalar ini terbagi atas dua yakni
mereka menjual gula pasir kristal putih dan juga gula pasir kristal berwarna
kuning kecoklatan. Meskipun berwarna kuning kecoklatan namun ternyata
rasanya lebih manis dari Gula kristal putih. Adapun harga satu kemasan
plastik Gula Pasir dengan berat 1kg yang diproduksi yaitu seharga Rp12.500
rupiah. Harga yang ditawarkan ini disesuaikan dengan harga eceran tertinggi
atau HET di pasaran. Selain itu adapun produk sampingan yang dihasilkan
dari proses produksi gula di pabrik ini ialah tetes tebu atau Mollases adalah
hasil samping dari produksi gula yang tidak dapat dikristalkan. Tetes tebu
masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku MSG, Ethanol, Kecap, Lysin
dan Biofuel (bahan bakar alami). Dengan proses tertentu tetes tebu bisa juga
dipergunakan sebagai bahan pembuatan pupuk yang banyak digunakan di
masyarakat sebagai alternatif pemakaian pupuk.
Untuk pemasarannya tersebut, penggunaan bahasa daerah dalam produk
gula yang diproduksi oleh PT Pekbenunan Nusantara XIV Pabrik Gula
Takalar, dinilai menjadi ciri khas tersendiri. Nama Gollata sendiri diambil dari

14
bahasa daerah di Provinsi Sulaewesi Selatan, yakni bahasa Bugis yang berarti
Gula Kita. Unsur kearifan lokal pada nama produk ini sengaja ditonjolkan
sebagai bentuk strategi marketing. perseroan berharap Gollata ini bisa lebih
mudah dikenali masyarakat. Juga agar masyarakat di Makassar dan Sul-Sel
secara umum bisa merasa bangga untuk mengonsumsi produk lokal milik
daerah sendiri. Adapun bentuk pemasaran dari produk Gollata yang di
produksi oleh BUMN, PT Perkebunan Nusantara XIV pabrik gula Takalar ini
yaitu dengan cara pemasaran langsung. Pemasaran Langsung merupakan
penggunaan surat, telepon, faksimile, e-mail, atau internet untuk
berkomunikasi secara langsung dengan atau meminta respon atau dialog yang
bersumber dari pelanggan dan prospek tertentu.
Pemasaran langsung dilakukan dengan berkomunikasi secara langsung
dengan konsumen yang ditargetkan. Tujuannya untuk menghasilkan
respon/transaksi langsung dari calon pembeli. Respon yang dihasilkan bisa
berupa inquiry, pembelian produk/jasa, atau dukungan. Pemasaran langsung
yang dimaksud disini adalah PTPN pabrik gula Takalar menjual langsung
produknya kepada pihak-pihak yang memang telah diajak bekerjasama atau
bermitra sebelumnya. Salah satu mitra yang diajak bekerjasama oleh PTPN
XIV ini adalah Bank Mandiri. PT Perkebunan Nusantara XIV dan Bank
Mandiri menjalin kerjasama bidang pemasaran produk Gollata, agar bisa lebih
dikenal oleh masyarakat luas. Kesepakatan tersebut tertuang dalam
penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Direktur PT
Perkebunan Nusantara XIV (Persero) yang diwakili oleh Suhendri dan PT
Bank Mandiri (Persero) yang diwakili oleh M Ashidiq Iswara selaku Pj
Regional CEO X/Sulawesi & Maluku, berlangsung di Kantor Direksi PTPN
XIV pada tanggal 08 Juli 2021.
Para pihak sepakat untuk melaksanakan Program Partnership dalam
rangka kegiatan promosi bersama atas produk Gollata melalui kerjasama
Program Diskon, Program Free Product dan Program Cashback. Salah satu
program yang dicanangkan adalah Program Gift With Purchase. Hadiah
langsung berupa 1 kemasan Gollata ukuran 1 Kg, diberikan kepada nasabah
saat melakukan transaksi minimal Rp500.000,- menggunakan Mandiri kartu
kredit di merchant groceries yang telah ditunjuk. Salah satu Core Business
PTPN XIV saat ini adalah tebu dengan produksi berupa gula dan tetes. PTPN
terus berinovasi dalam ekstensifikasi pasar. Produk inovasi komoditi tebu
telah masuk ke industri hilir melalui program retail gula kemasan 1 kg dengan
merk Gollata. Sampai sekarang, pembeli mayoritas terserap dari pelaku bisnis
lokal makassar hingga tembus pasar retail, seperti Transmart/Carrefour.

15
2.6 Mitra Usaha
Kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu,
kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas
atau tujuan tertentu (Notoatmodjo, 2003). Kemitraan juga merupakan suatu
strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu
tertentu untuk meraih manfaat bersama atau keuntungan bersama.
Dikemukakan Thoby Mutis dalam (Pramono, 2019), kemitraan diwujudkan
dengan misi utamanya adalah membantu memecahkan masalah ketimpangan
dalam kesempatan berusaha, ketimpangan pendapatan ketimpangan antar
wilayah dan ketimpangan antara kota dan desa dan mutu produk yang
dihasilkan. Peningkatan biaya produksi merupakan upaya dalam memperoleh
tingkat produksi yang lebih tinggi, karena peningkatan penggunaan sarana
produksi yang lebih baik, akan sejalan dengan peningkatan produksi baik
jumlah maupun kualitas yang dihasilkan. Meningkatnya jumlah produksi dan
kualitas yang dihasilkan ini akan berpengaruh terhadap penerimaan petani dan
hasil penjualan produk tersebut.
Menurut Nurjayanti (2014) petani memperoleh kemudahan dalam akses
modal dan pupuk bersubsidi, serta adanya kepastian pasar hasil panen tebu.
Pabrik Gula juga mendapat keuntungan yaitu terjaminnya pasokan bahan baku
pembuatan gula. Modal diartikan sebagai persediaan (stok) barang-barang dan
jasa yang tidak segera di gunakan untuk konsumsi, namun digunakan untuk
meningkatkan volume konsumsi dimasa mendatang melalui proses produksi.
Pembentukan modal diartikan sebagai suatu proses beberapa bagian
pendapatan yang ada di sisihkan atau dinvestasi untuk memperbesar output di
kemudian hari.
Modal adalah faktor penunjang utama dalam kegiatan berusahatani. Hal
ini dikarenakan tanpa modal usahatani niscaya petani akan sulit
mengembangkan usahatani yang dilakukan. Ketersediaan modal dalam
berusahatani sangatlah penting, karena ketersediaan modal mempengaruhi
keberhasilan dalam berusahatani. Apabila petani memiliki modal yang tinggi
maka, petani akan memiliki kekuatan untuk meningkatkan produksi dalam
berusahatani, seperti pengadaan teknologi modern, memperluas lahan, dan
pemilihan bibit yang unggul (Damihartini dan Jahi, 2005). Jadi, tanpa modal
yang memadai sulit bagi petani untuk mengembangkan usahatani hingga
mencapai produksi yang optimal dan keuntungan yang maksimal. Indikasi
keberhasilan kemitraan dapat dilihat dari manfaat yang diperoleh petani
dengan menjadi mitra. Kemitraan yang dilakukan harus dikaji tingkat
kepuasannya untuk mengevaluasi pelaksanaan kemitraan yang dilihat dari sisi
konsumen produk kemitraan yang dalam hal ini adalah petani mitra.

16
Tolak ukur hasil kemitraan dapat diketahui dengan adanya evaluasi,
Evaluasi kinerja dapat diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil yang
didapat dari kemitraan, padahal antara keduanya mempunyai arti yang berbeda
meskipun saling berhubungan. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dan
satu ukuran (kuantitatif), sedangkan menilai berarti mengambil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (kualitatif). Adapun
pengertian evaluasi meliputi keduanya. Proses evaluasi bukan sekedar
mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat
keputusan (Cronbach dan Suflebeam dalam Aris Munandar, 2018). Sulawesi
Selatan merupakan salah satu produsen gula yang turut memenuhi stok
kebutuhan gula nasional. Hal ini didukung dengan jumlah produksi tebu yang
melimpah di Sulawesi Selatan. Bone dan Takalar merupakan 2 kabupaten
yang menghasilkan komoditi tebu terbesar di Sulawesi Selatan.
Daerah Sulawesi Selatan sendiri terdapat 3 Pabrik Gula yang dimiliki
PTPN XIV, 3 Pabrik Gula tersebut yaitu Takalar, Camming dan Bone-
Arasoe.Namun produksi dari tiga pabrik gula yang dimiliki PTPN XIV belum
mampu memenuhi kebutuhan gula di Sulawesi Selatan yang mencapai sekitar
200.000 ton per tahun. Itulah sebabnya PTPN XIV terus berupaya
meningkatkan produksinya baik kuantitas, kualitas dan kontinyuitas. Salah
satu pabrik gula PTPN XIV yang masih aktif dalam upaya pemenuhan
kebutuhan gula khususnya untuk wilayah Sulawesi Selatan yakni Pabrik Gula
Takalar. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan manajemen antara petani
dengan industri gula. Motivasi petani dalam melakukan kemitraan dan
kepuasan petani selama bermitra dengan PTPN XIV PG Takalar dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pentingnya mengetahui faktor-faktor
tersebut adalah untuk membuat strategi dalam upaya meningkatkan hubungan
kemitraan yang berkelanjutan antara petani dengan PTPN PG Takalar. Peran
petani utamanya petani yang berada di Sulawesi Selatan sangat berpengaruh
dalam keberhasilan PTPN PG Takalar.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sulawesi Selatan merupakan salah satu produsen gula yang dimana
menghasilkan komoditi tebu terbesar di Sulawesi Selatan. Terdapat 3 pabrik
gula yang dimiliki oleh PTPN XIV di Sulawesi Selatan salah satunya, yaitu
PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar didirikan untuk
melakukan swasembada gula nasional. Sesuai dengan anggaran dasar PTPN
Pabrik Gula Takalar perusahaan ini dipimpin oleh suatu Direksi, yang terdiri
dari empat orang Direktur. Kinerja dan produktivitas karyawannya mengambil
langkah untuk pengembangan SDM untuk meningkatkan kualitas kerja
karyawana. Terdapat beberapa stasiun pengolahan yaitu stasiun gilingan,
stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun pemasakan, stasiun putaran dan
penyelesaian.

3.2 Saran
Perlu ditingkatkan lagi kerja sama (kemitraan) antara tebu milik
perusahaan dan tebu rakyat supaya produksi dan produktivitasnya sama-sama
bagus. Pemeliharaan terhadap alat-alat produksi selalu ditingkatkan demi
kelancaran proses kerja. Pengawasan dan keselamatan kerja perlu diperhatikan
untuk mencapai tujuan perusahaan

18
DAFTAR PUSTAKA

Budianto, A. (2015). Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: Ombak.

Nurfaika, N. (2019). Pola Kemitraan menurut Perspektif Islam Antara Petani


Tebu dengan Pabrik Gula di Kabupaten Takalar (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Taslim, A. I. S. (2022). Strategi Pengembangan Agroindustri Gula pada PT.


Perkebunan Nusantara (PTPN) XIV Pabrik Gula Takalar= Development
Strategy of Sugar Agroindustry at PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) XIV
Takalar Sugar Factory (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

19
LAMPIRAN

Dokumentasi Studi Lapang

20

Anda mungkin juga menyukai