Anda di halaman 1dari 54

ANALISIS KELAYAKAN BISNIS

USAHA KEDAI KOPI MOBILE


DI WILAYAH KOTA BOGOR

Oleh
GALUH GUMELAR ALHUSNA
H 24076048

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
GALUH GUMELAR ALHUSNA. H 24076048. Analisis Kelayakan Bisnis
Usaha Kedai Kopi Mobile Di Wilayah Kota Bogor di bawah bimbingan ABDUL
KOHAR IRWANTO.

Perkembangan kafe dan rumah makan sekarang ini di Indonesia khususnya


dikota-kota besar seperti Bogor semakin berkembang dengan pesat. Pada saat ini,
produsen kopi terus mengembangkan produksinya, mulai dari hanya menjual kopi
bubuk, kemudian menjual kopi instan, lalu menciptakan kopi dalam kemasan,
hingga muncul kedai-kedai kopi yang menyediakan kopi siap saji.
Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan usaha kedai kopi
yang mobile dilihat dari aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, aspek sosial,
serta aspek keuangan, (2) melakukan analisis sensitivitas untuk melihat tingkat
kepekaan kelayakan pengembangan usaha terhadap perubahan beberapa
parameter penting. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Bogor.
Pengambilan data dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan
November 2010. Penelitian ini menggunakan analisis non finansial, yaitu aspek
pasar, aspek manajemen, aspek teknis, aspek sosial serta melalui analisis finansial
dengan menggunakan Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV),
Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio), yang terdiri dari Net B/C, Break Event Point
(BEP) dan Payback Period (PP).
Modal yang digunakan dalam usaha ini adalah penggabungan modal
sendiri sebesar empat puluh persen dan modal pinjaman sebesar enam persen.
Hasil yang diperoleh dari analisis finansial yang dilakukan menunjukkan nilai
NPV positif Rp 215.185.000, nilai IRR 38%, nilai Net B/C adalah 2,21, nilai PBP
yang diperoleh adalah 3,7 tahun dan nilai BEP diperoleh 6,7 tahun.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah usaha kedai kopi yang mobile atau
‘Mobile Cafe’ layak untuk dijalankan dan dikembangkan, karena telah memenuhi
kriteria kelayakan dari aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, aspek sosial
dan aspek finansial.
ANALISIS KELAYAKAN BISNIS
USAHA KEDAI KOPI MOBILE
DI WILAYAH KOTA BOGOR

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
GALUH GUMELAR ALHUSNA
H 24076048

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul Skripsi : ANALISIS KELAYAKAN BISNIS USAHA KEDAI KOPI
MOBILE DI WILAYAH KOTA BOGOR
Nama : Galuh Gumelar Alhusna
NIM : H 24076048

Menyetujui
Pembimbing,

(Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, MSc)


NIP : 194912101978031002

Mengetahui :
Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc)


NIP : 196101231986011002

Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 28 April 1986. Penulis


merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Drs. Djadja Alhusna
dan Iis Isyati SPd.
Penulis menyelesaikan pendidikan formalnya di Sekolah Dasar Negeri
Cinta Ratu 1, Parigi, Ciamis, Jawa Barat, pada tahun 1992-1998. Pada tahun
1998-2001 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Parigi, Ciamis, Jawa
Barat. Pada tahun 2001-2004 penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 2
Ciamis, Jawa Barat. Penulis melanjutkan pendidikan Diploma III pada Program
Studi Teknologi dan Manajemen Produksi Benih Ikan, Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada
tahun 2004-2007. Pada tahun 2007 - sekarang penulis melanjutkan pendidikan
Sarjana di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada beberapa kegiatan organisasi
kemahasiswaan. Kegiatan organisasi yang diikuti adalah UKM FUTSAL IPB dan
aktif sebagai pemain, dan pengurus, serta menjadi pemain dan pelatih dari tahun
2010 sampai sekarang.
KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen,
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Skripsi ini berjudul Analisis Kelayakan Usaha Kedai Kopi yang Mobile di
Wilayah Kota Bogor.
Penyusunan skripsi telah banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara
moral maupun materi. Oleh karena itu, penulis banyak berterima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran,
motivasi dan pengarahan kepada penulis.
2. Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Hardiana Widyastuti, S.Hut., MM selaku
dosen penguji dan telah memberikan saran serta kritik yang membangun
kepada penulis.
3. Ibunda Iis Isyati dan ayahanda Djadja Alhusna. Terima kasih yang begitu
luar biasa atas perhatian, dukungan dan doanya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh keluarga yang sudah memberikan dorongan dan motivasi yang tiada
henti kepada penulis.
5. Seluruh Staf Ekstensi Manajemen yang telah membantu penulis selama
menjalankan kegiatan perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.
6. Lina Zahira yang selalu memberi semangat dan motivasi, serta cinta kepada
penulis.
7. Seluruh teman-teman dari Ekstensi Manajemen yang selalu bersama-sama
membuat kenangan indah selama kuliah.
8. Seluruh teman-teman Futsal IPB yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Kalian dan Futsal IPB telah memberikan pengalaman hidup yang luar biasa.
9. Semua pihak yang pernah bekerjasama dengan penulis baik dalam kegiatan
perkuliahan maupun kegiatan organisasi yang tidak dapat disebutkan satu
per satu. Terima kasih banyak atas kerjasamanya dan mohon maaf apabila
ada kesalahan.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini dan semua
pihak yang pernah mewarnai kehidupan penulis. Semoga Allah SWT
memberikan pahala atas kebaikannya.
Penulis selalu berusaha agar skripsi ini disusun dengan sebaik mungkin.
Namun demikian, saran dan kritik untuk perbaikan yang bersifat membangun
dalam penulisan ini sangat diharapkan.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta membalas
kebaikan semua pihak yang telah memberikan doa, bantuan, dan dukungan
kepada penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-
pihak yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2011

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1


1.2. Perumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis ............................................................. 5


2.2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis ................................................................. 5
2.3. Aspek- Aspek Studi Kelayakan Bisnis ....................................................... 6
2.4. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 11
III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................. 13


3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 13
3.3. Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 13
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 15
3.5. Asumsi Dasar ............................................................................................ 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha .................................................. 19


4.1.1. Aspek Pasar ................................................................................. 19
4.1.2. Aspek Teknis ............................................................................... 23
4.1.3. Aspek Manajemen ....................................................................... 26
4.1.4. Aspek Sosial ................................................................................ 29
4.1.5. Aspek Finansial ........................................................................... 29
4.2. Analisis Sensitivitas .................................................................................. 35
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan .............................................................................................. 37
2. Saran .......................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 38

LAMPIRAN .......................................................................................................... 41

ISTILAH .......................................................................................................... 72
DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Data Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor .............................2


2. Divisi dan Jumlah Karyawan Kedai Kopi Mobile ...........................................27
3. Biaya Tetap ......................................................................................................31
4. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Kedai Kopi yang Mobile .............................33
5. Hasil Analisis Sensitivitas ................................................................................35
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka Pemikiran Tahapan Penelitian .........................................................14


2. Tata Letak Tampak dari Atas ..........................................................................25
3. Contoh Model Mobile Cafe .............................................................................26
DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Contoh Model Mobile Cafe yang Akan Dibuat ...............................................41


2. Kebutuhan Bahan Baku Untuk Satu Unit Usaha .............................................42
3. Rencana Kebutuhan Modal Investasi Untuk 1 Unit Usaha ..............................43
4. Rencana Kebutuhan Fisik Pendirian Usaha Kedai Kopi yang Mobile ...........45
5. Daftar Indeks Harga Untuk Pendirian Usaha Pada Tahun 2010 .....................47
6. Rencana Kebutuhan Dana Dalam Pendirian Usaha ........................................49
7. Perhitungan Biaya Penyusutan Asset ..............................................................51
8. Permodalan dan Rencana Penerimaan ............................................................52
9. Bunga Bank dan Pengembalian Pinjaman Pokok ...........................................53
10. Rekapitulasi Biaya Operasional ......................................................................54
11. Penentuan Harga dan Biaya Prouksi ...............................................................56
12. Perhitungan Net Present Value (NPV) ............................................................57
13. Perhitungan IRR dan Net B/C .........................................................................58
14. perhitungan BEP dan PBP ..............................................................................59
15. Rekapitulasi Hasil Analisis Kelayakan Usaha Kedai Kopi Mobile ................61
16. Perhitungan Net Present Value (NPV) Ketika Harga Bahan Baku Naik 8% .62
17. Perhitungan IRR dan Net B/C Ketika Harga Bahan Baku Naik 8% ...............63
18. Perhitungan Net Present Value (NPV) Ketika Harga Bahan Baku Naik 11% 64
19. Perhitungan IRR dan Net B/C Ketika Harga Bahan Baku Naik 11% .............65
20. Perhitungan Net Present Value (NPV) Harga Bahan Baku Naik 14% ..........66
21. Perhitungan IRR dan Net B/C Ketika Harga Bahan Baku Naik 14% ...........67
22. Perhitungan Net Present Value (NPV) Ketika Harga Bahan Baku Naik 17% 68
23. Perhitungan IRR dan Net B/C Ketika Harga Bahan Baku Naik 17% .............69
24. Alur Pikir Penelitian ........................................................................................70
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang


menjadi suatu sektor yang diandalkan sebagai penghasil devisa negara serta
berperan dalam menunjang laju perkembangan pembangunan negara,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah melalui sektor
pariwisata, dapat memberdayakan ekonomi masyarakat untuk meningkatkan
pendapatan negara dan membuka lapangan pekerjaan masyarakat Indonesia.
Kepariwisataan yang berkembang bukan hanya dalam objek wisata
saja akan tetapi juga tempat makanan, restoran, kafe dan oleh-oleh khas Kota
Bogor. Jenis usaha ini yang paling banyak digemari oleh para wisatawan baik
nusantara maupun mancanegara. Pada tahun 2005 jumlah kunjungan untuk
wisatawan lokal atau nusantara sebesar 173,139 orang dan 13,330 orang
untuk wisatawan mancanegara, tetapi pada tahun 2009 terjadi peningkatan
yang sangat besar, dimana jumlah kunjungan untuk wisatawan nusantara
mencapai 1,205,628 orang dan untuk wisatawan mancanegara mencapai
104,076 orang. Sedangkan untuk jenis usaha objek wisata cenderung
mengalami kenaikan dan penurunan di setiap tahunnya. Pada tahun 2005 total
jumlah kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara sebesar
1,371,585 orang, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi
sebesar 1,267,571 orang, dan mengalami kenaikan pada tahun 2007 menjadi
sebesar 1,388,833 orang, kemudian turun lagi pada tahun 2008 hingga
sebesar 1,204,487 orang, hingga mengalami kenaikan kembali pada tahun
2009 hingga sebesar 1,566,856 orang. Adapun rata-rata peningkatan jumlah
wisatawan dari tahun 2005-2009 untuk jenis usaha objek wisata dan
akomodasi adalah sebesar 299,040 orang untuk wisata nusantara dan 30,587
orang untuk wisatawan mancanegara. Untuk lebih lengkapnya dapat di lihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor
Jenis Perkembangan Per Tahun
No Jenis Usaha
Wisatawan 2005 2006 2007 2008 2009
1 Obyek Nusantara 1,360,374 1,267,839 1,370,119 1,163,110 1,524,004
Wisata Mancanegara 11,211 13,732 18,714 41,377 42,812

Jumlah 1,371,585 1,267,571 1,388,833 1,204,487 1,566,856

2 Akomodasi Nusantara 173,139 539,276 716,807 1,086,374 1,205,628

Mancanegara 13,330 36,144 31,443 102,737 104,076

Jumlah 186,469 575,420 748,250 1,189,111 1,309,704

Nusantara 1,533,513 1,807,115 2,086,926 2,249,484 2,729,672


Jumlah
Mancanegara 24,541 49,876 50,157 144,114 146,888
Rata-rata
peningkatan jumlah Nusantara 299,040
wisatawan 2005-
2009 Mancanegara 30,587

Sumber : Buku Pariwisata Kota Bogor. Dinas Pariwisata dan kebudayaan


Kota Bogor.2010

Kota Bogor merupakan salah satu kota yang berpotensi untuk


pengembangan pariwisata, dimana sudah terbentuknya berbagai tempat
pariwisata, dan dekat dengan ibu kota negara Indonesia. Salah satu tempat
pendukung bagi wisatawan adalah terdapatnya tempat penginapan, restoran,
dan kafe.
Perkembangan kafe dan rumah makan sekarang ini di Indonesia
khususnya di kota-kota besar seperti Bogor semakin berkembang dengan
pesat. Banyak kafe dengan berbagai macam konsep atau ide-ide ditawarkan
untuk memikat pelanggan, baik dari kalangan muda maupun kalangan orang
tua dari segi ekonomi menengah keatas. Kafe yang sudah lama berdiri
maupun kafe yang baru dibuka berusaha untuk mengenalkan atau
menawarkan menu-menu baru agar dapat diterima dengan baik oleh para
konsumen. Kondisi tersebut akan menimbulkan persaingan antar kafe yang
semakin ketat untuk menarik pembeli sebanyak-banyaknya agar datang
mengunjungi serta menikmati apa yang telah disediakan. Jumlah kafe yang
ada di kota Bogor sekarang ini berjumlah 88 kafe, data yang diambil dari
kantor BPS yang bersumber dari Buku Pariwisata Kota Bogor (Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor.2010). Semua tempat kafe tersebut
bersifat permanen atau menetap, oleh karena itulah penulis berpikir untuk
membuat suatu usaha kafe namun memiliki konsep yang dapat berpindah-
pindah tempat atau mobile cafe. Usaha ini belum ada di Kota Bogor dan
usaha ini belum berjalan sehingga untuk menjalankan usaha ini perlu
diadakan suatu analisis kelayakan bisnis. Dalam suatu usaha baik dalam skala
kecil maupun besar sebaiknya memiliki studi kelayakan usaha. Studi
kelayakan usaha diperlukan untuk melihat sebuah gambaran mengenai layak
atau tidak layaknya suatu usaha yang akan dijalankan.

1.2. Perumusan Masalah

Melihat akan peluang usaha yang ada, sehingga perlu diadakannya


analisis kelayakan bisnis, maka permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah kelayakan dari usaha penjualan kedai kopi yang mobile


(Mobile Cafe) berjalan jika dilihat dari aspek finansial (keuangan) dan non
finansial yang meliputi aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, dan
aspek sosial.
2. Bagaimana sensitivitas perusahaan terhadap perubahan yang terjadi ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan Masalah di atas, tujuan penelitian ini


adalah:
1. Menganalisis kelayakan usaha kedai kopi yang mobile dilihat dari aspek
pasar, aspek manajemen, aspek teknis, aspek sosial, serta aspek
keuangan.
2. Melakukan analisis sensitivitas untuk melihat tingkat kepekaan
kelayakan pengembangan usaha terhadap perubahan beberapa parameter
penting dan merekomendasikan langkah-langkah implementasi,
berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha kedai kopi mobile.
1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari studi kelayakan usaha yang dilakukan diharapkan dapat


memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi


mengenai prospek dan kelayakan usaha kedai kopi mobile sekaligus
memberikan gambaran bagi investor untuk melakukan investasi pada
usaha ini.
2. Bagi calon pemilik usaha, hasil penelitian ini diharapkan akan dapat
memberikan gambaran tentang usaha ini.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kota Bogor dengan menganalisis


kelayakan usaha kedai kopi mobile berdasarkan:
1. Aspek finansial (keuangan), menganalisis usaha berdasarkan parameter
Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Net B/C (Net
benefit/cost), Break Event Point (BEP), dan Payback Period (PP).
2. Aspek non finansial aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, dan
aspek sosial.
3. Analisis sensitivitas yang akan mengkaji kelayakan usaha apabila terjadi
perubahan-perubahan seperti kenaikan harga bahan baku.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Ibrahim (2003), studi kelayakan bisnis adalah kegiatan


untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam
melaksanakan suatu kegiatan usaha atau proyek. Studi kelayakan bisnis
adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis. Keberhasilan ini
ditafsirkan sebagai manfaat ekonomis. Sedangkan menurut Kadariah, Kahlien
dan Clive (1999), proyek sebagai suatu keseluruhan aktivitas yang
menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),
atau suatu aktivitas di mana dikeluarkan uang dengan harapan untuk
mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang dan dapat
direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit.
Tujuan dilakukannya analisis bisnis (Gray dan Larson, 2007)
adalah (1) Untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui
investasi dalam suatu proyek; (2) Menghindari pemborosan sumber-sumber
daya, yaitu menghindari pelaksanaan kegiatan yang tidak menguntungkan;
(3) Mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga
dapat memilih alternatif kegiatan yang paling menguntungkan; (4)
Menentukan prioritas investasi.

2.2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis

Manfaat studi kelayakan bisnis (Umar, 2003), adalah :


a. Pihak Investor. Calon investor memiliki kepentingan langsung terhadap
keuntungan yang akan diperoleh, serta jaminan keselamatan atas modal
yang ditanamkannya.
b. Pihak Kreditor. Pihak bank sebagai pemberi pinjaman perlu mengkaji
ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, misalnya mengenai
bonafiditas dan tersedianya agunan yang dimiliki perusahaan.
c. Pihak Manajemen. Pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan
bisnis yang dibuat, misalnya dalam hal pendanaan, berapa yang
dialokasikan dari modal sendiri, serta rencana pendanaan dari investor dan
kreditor.
d. Pihak Pemerintah dan Masyarakat. Penyusunan studi kelayakan bisnis
yang memperhatikan dan membantu kebijakan pemerintah akan
diprioritaskan untuk dibantu, misalnya dengan subsidi dan keringanan lain.
e. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi. Dalam menyusun studi kelayakan
bisnis perlu juga dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang akan
ditimbulkan terhadap perekonomian nasional.

2.3. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Husnan dan Muhammad (2000), secara umum aspek-


aspek yang diteliti dalam studi kelayakan bisnis meliputi (1) aspek pasar, (2)
aspek teknis, (3) finansial, (4) manajemen, (5) hukum, (6) ekonomi, dan (6)
sosial. Meskipun belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu
diteliti untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis, maka perlu
ditentukan kelayakan berdasarkan seluruh aspek yang akan dinilai. Jika
ditemukan aspek yang kurang layak, maka dilakukan perbaikan agar
memenuhi kriteria yang layak. Namun, apabila tidak dapat memenuhi kriteria
tersebut, sebaiknya usaha jangan dijalankan. Berikut ini adalah rincian
keenam aspek tersebut.
2.3.1. Aspek Pasar
Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan, karena
tidak ada bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang dan
jasa yang dihasilkan oleh suatu bisnis yang dijalankan. Pemasaran
adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk
yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2004). Aspek pasar
mempelajari tentang :
1. Permintaan
Permintaan adalah kegiatan yang didukung oleh
kemampuan untuk membeli, dengan kata lain permintaan akan
terjadi apabila didukung oleh kemampuan membeli oleh konsumen
untuk memperoleh barang dan jasa yang ditawarkan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan, antara lain harga barang itu
sendiri, harga barang lain baik sebagai substitusi maupun
komplementer, pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan akses
untuk mendapatkan barang dan jasa yang ditawarkan.
2. Penawaran
Penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang ditawarkan
produsen kepada konsumen pada berbagai tingkat harga pada suatu
waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran,
diantaranya adalah harga barang dan jasa itu sendiri, harga barang
lain, teknologi, harga input, tujuan perusahaan, atau akses.
3. Pemasaran
Aspek-aspek dalam pemasaran meliputi bauran pemasaran
(marketing mix) yang dikenal dengan 4 P (Umar, 2003), yaitu
product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion
(promosi) :
a. Produk
Produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar
untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan,
dikonsumsi, dan dapat memenuhi suatu keinginan atau
kebutuhan.
b. Harga
Harga adalah jumlah uang yang dibayarkan oleh pelanggan
atas suatu produk tertentu. Dalam kebijakan harga, manajemen
harus menentukan harga dasar dari produknya, kemudian
menentukan kebijaksanaan yang menyangkut potongan harga,
pembayaran ongkos kirim, dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan masalah harga. Konsep harga harus sesuai dengan nilai
yang ditawarkan kepada pelanggan.
c. Tempat
Tempat diartikan sebagai distribusi. Distribusi merupakan
kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk
menjadi mudah diperoleh dan selalu tersedia untuk konsumen
sasaran. Sedangkan saluran distribusi adalah seperangkat
lembaga yang melakukan semua kegiatan untuk meyalurkan
produk dan status kepemilikan dari titik produksi sampai titik
konsumsi.
d. Promosi
Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan
produknya ke pasar sasaran.
2.3.2. Aspek Teknis
Aspek teknis berkenaan dengan proses pembangunan
proyek secara teknis dan pengorganisasiannya setelah proyek tersebut
selesai dibangun (Husnan dan Muhammad, 2000). Aspek teknis
berkaitan dengan pemilihan lokasi peroyek, jenis mesin, atau peralatan
lainnya yang sesuai dengan kapasitas produksi, tata letak, dan
pemilihan teknologi yang paling menguntungkan.
2.3.3. Aspek Manajemen
Analisis terhadap aspek manajemen dilakukan untuk
memperoleh gambaran mengenai kemampuan staf dalam
melaksanakan usaha yang dijalankan. Analisis ini mengkaji struktur
organisasi yang sesuai dengan usaha yang direncanakan, sehingga
diketahui mengenai jumlah kebutuhan, kualifikasi, dan deskripsi tugas
individu untuk mengelola proyek (Kadariah dkk, 1999).
Studi aspek manajemen meliputi penyusunan rencana kerja,
siapa saja yang terlibat, bagaimana mengkoordinasi dan mengawasi
pelaksanaan usaha, menentukan secara efektif dan efisien mengenai
bentuk badan usaha, jenis-jenis pekerjaan, struktur organisasi, serta
pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan. Selain itu, menurut Suryana
(2003) perlu juga diperhatikan apakah usaha akan dikelola sendiri atau
melibatkan orang lain secara profesional.
2.3.4. Aspek Sosial
Analisis sosial dilakukan untuk mengetahui apakah dengan
keberadaan proyek memberikan dampak pada suatu wilayah menjadi
semakin ramai, lalulintas semakin lancar, adanya jalur komunikasi,
penerangan listrik, pendidikan masyarakat setempat, dan lainnya.
2.3.5. Aspek Finansial
Suatu usaha dikatakan sehat apabila dapat memberikan
keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya.
Kegiatan pada aspek keuangan ini antara lain adalah penghitungan
perkiraan jumlah dana yang diperlukan untuk keperluan modal kerja
awal dan pengadaan harta tetap. Dipelajari pula mengenai struktur
pembiayaan yang paling menguntungkan dengan menentukan berapa
dana yang harus disiapkan lewat pinjaman dari pihak lain dan berapa
dana dari modal sendiri. Pembuatan hasil analisis keuangan akan
digunakan untuk mengkomunikasikan keadaan rencana keuangan
dengan pihak yang berkepentingan.
Analisis finansial adalah suatu analisis yang
membandingkan apakah suatu proyek menguntungkan selama umur
proyek (Husnan dan Muhammad, 2000). Analisis finansial berkaitan
dengan sumber dana (investasi) yang akan diperoleh dan proyeksi
pengembaliannya dengan tingkat biaya modal (biaya yang akan
dikeluarkan) dan sumber dana yang bersangkutan. Analisis finansial
meliputi :
1. Net Present Value (NPV)
NPV suatu proyek menunjukkan manfaat bersih yang
diterima proyek selama umur proyek pada tingkat suku bunga
tertentu. NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus
kas yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam menghitung NPV, perlu
ditentukan tingkat suku bunga yang relevan.
Kriteria kelayakan investasi berdasarkan NPV yaitu :
• NPV > 0, artinya proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan
dapat dilaksanakan.
• NPV < 0, artinya proyek tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan. Dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan
sebaiknya tidak dilaksanakan.
• NPV = 0, artinya proyek mampu mengembalikan persis sebesar
modal sosial opportunity cost faktor produksi normal, dengan
kata lain proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Net B/C Ratio menyatakan besarnya pengembalian
terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama
umur proyek. Net B/C merupakan angka perbandingan antara
present value (PV) dari benefit yang positif dengan PV dari benefit
yang negatif.
Kriteria investasi berdasarkan Net B/C rasio adalah :
• Net B/C > 1, maka NPV > 0. proyek menguntungkan.
• Net B/C < 1, maka NPV < 0. proyek merugikan.
• Net B/C = 1, maka NPV = 0. proyek tidak untung dan tidak
rugi.
3. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat bunga yang menyamakan PV kas keluar
yang diharapkan dengan PV kas masuk yang diharapkan atau dapat
diartikan sebagai tingkat bunga yang menyebabkan NPV = 0.
Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat
rataan keuntungan internal tahunan bagi perusahaan yang
melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen (%).
Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang
dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan.
Suatu investasi dikatakan layak, apabila nilai IRR lebih besar dari
tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih
kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tersebut
tidak layak untuk dilaksanakan.
4. Payback Period
PBP atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu
metode dalam menilai kelayakan usaha yang digunakan untuk
mengukur periode waktu pengembalian modal yang digunakan.
Semakin cepat modal dapat kembali, maka semakin baik suatu
proyek untuk diusahakan karena modal yang digunakan akan cepat
kembali dan digunakan untuk membiayai kegitan lain (Husnan dan
Muhammad, 2000).
5. BEP atau Titik Impas
Titik impas adalah suatu kondisi pada saat tingkat produksi
atau besarnya pandapatan sama dengan besarnya pengeluaran
perusahaan, sehingga pada saat itu perusahaan tidak mengalami
keuntungan maupun kerugian (Mulyadi, 1997).
6. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan
terjadi dengan hasil analisis suatu usaha jika terjadi kesalahan atau
perubahan pada perhitungan biaya dan penjualan. Setiap
kemungkinan yang terjadi dilihat pengaruhnya terhadap usaha.
Implikasi dari kondisi tersebut harus diadakan analisis kembali
untuk berbagai kemungkinan yang terjadi pada kondisi riil.
Analisis usaha umumnya berdasarkan pada nilai dari perkiraan-
perkiraan yang dapat terjadi pada masa mendatang (Sutojo, 1983).

2.4. Penelitian Terdahulu

Ragel Reakara (2009) meneliti Analisis Kelayakan Pengusahaan


Restoran Soto Kudus di Jalan Garuda Kemayoran Jakarta Pusat. Tujuan
penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan usaha Restoran Soto Kudus
melalui aspek pasar, teknis dan produksi, manajerial, sosial, dan finansial,
(2) menganalisis tingkat kepekaan kelayakan investasi Restoran Soto Kudus.
Penelitian ini menggunakan dua scenario, yaitu skenario 1 menggunakan
jasa penyewaan kendaraan operasional, sedangkan skenario 2 melakukan
investasi pembelian kendaraan operasional. Analisis ini mmenggunakan
umur proyek selama 5 tahun. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa
usaha ini layak dengan menggunakan skenario 1 ataupun dengan skenario 2,
akan tetapi skenario 1 lebih memberikan nilai keuntungan yang lebih besar
apabila dibandingkan dengan skenario 2.
Menurut Putri (2009), didapatkan bahwa pelaksanaan proyek usaha
sapi perah dengan kepemilikan 10 ekor sapi induk produktif dinyatakan
layak dari berbagai aspek kelayakan usaha, meski pada aspek lingkungan
masih terdapat masalah pada polusi udara. Dilihat dari aspek finansial,
pengajuan kredit komersil (KUR) dinyatakan layak dengan kriteria NPV
positif Rp. 57.556.076,67 pada masa proyek 7 tahun, Net B/C Rasio 1,30
(Net B/C Ratio >1). IRR 24% dan masa pengembalian selama 2 tahun 3
bulan 18 hari. Analisis switching value penurunan pendapatan sampai
dengan 14% masih dinyatakan layak dan akan menjadi tidak layak jika
penurunan pendapatan lebih dari 14%. Komponen pendapatan yang berubah
pada asumsi ini adalah produktivitas sapi perah tersebut. Analisis switching
value pada kenaikan biaya operasional akan menjadikan proyek tidak layak
pada tingkat kenaikan biaya operasional lebih dari 11%. Komponen biaya
yang berubah pada asumsi ini adalah harga pakan konsentrat. Kemudian
analisis switching value, yaitu penurunan pendapatan dan kenaikan biaya
operasional secara bersama-sama menjadikan proyek tidak layak pada
tingkat perubahan lebih dari 10%.
III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Analisis kelayakan bisnis merupakan suatu hal yang penting bagi


seseorang ataupun organisasi yang akan menjalankan atau sedang
menjalankan suatu usaha. Dalam studi kelayakan bisnis ini merupakan
sebuah perencanaan bisnis yang merupakan rencana menuju suatu usaha yang
mapan dari berbagai aspek. Maka dari itu diperlukan analisis kelayakan usaha
yang meliputi aspek pasar, aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek teknis,
serta aspek keuangan diperlukan untuk menilai kelayakan atas usaha yang
akan dijalankan. Dalam aspek keuangan akan dilakukan penilaian akan
kelayakan usaha berdasarkan Internal Rate of Return (IRR), Net Present
Value (NPV), Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio), yang terdiri dari Gross B/C dan
Net B/C, dan Payback Period (PP).Selain itu, akan dilakukan juga analisis
sensitivitas.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bogor, Selama tiga bulan, di


mulai pada bulan September hingga bulan November 2010.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder, yang diklasifikasi lagi menjadi data kualitatif dan data
kuantitatif. Data primer adalah data yang belum tersedia, sehingga untuk
mendapatkannya, data harus diperoleh dari sumber aslinya (Simamora,
2004). Data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah
dikumpulkan untuk suatu tujuan sebelumnya (Simamora, 2004). Data
sekunder bersumber dari beberapa instansi terkait, studi pustaka, dan internet.
Rencana Pendirian Usaha
Kedai Kopi yang Mobile

Analisis Kelayakan Usaha

Analisis Aspek Analisis Aspek Non


Finansial (Keuangan) Finansial

• IRR (Internal Rate • Aspek Pasar


of Return) Analisis Sensitivitas
• NPV (Net Present
• Aspek Manajemen
Value)
• PP (Payback
Period) • Aspek Teknis
• B/C Ratio (Net B/C
dan Gross B/C)
• Aspek Sosial

Memenuhi Nilai Kriteria


Tidak Kelayakan Usaha atau
Tidak

Ya

Usaha dilakukan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Tahapan Penelitian


3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software


Microsoft Excel 2007. Analisis Data dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk menganalisis aspek pasar,
aspek hukum, aspek manajemen, aspek teknis/operasi, dan aspek ekonomi
dan sosial, dimana analisis akan disesuaikan dengan teori yang ada. Analisis
kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek keuangan yang terdiri dari
berbagai kriteria investasi seperti Internal Rate of Return (IRR), Net Present
Value (NPV), Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio), yang terdiri dari Gross B/C dan
Net B/C, dan Payback Period (PP).
3.4.1. Aspek Pasar Dan Pemasaran
Strategi pemasaran yang dikaji dan diteliti dalam analisis
kelayakan ini mencakup aspek peluang pasar dan kebijakan bauran
pemasaran (product, price, place, dan promotion.
3.4.2. Aspek teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan
proses pembangunan bisnis secara teknis, meliputi : fasilitas dan
peralatan, kebutuhan fisik, dan rancang model bangunan.
3.4.3. Aspek Manajemen
Aspek ini dilakukan untuk melihat apakah fungsi manajemen
dapat diterapkan dalam kegiatan operasional usaha kedai kopi yang
mobile. Jika fungsi manajemen dapat diterapkan, maka usaha dinilai
layak dari aspek manajemen operasional.
3.4.4. Aspek Sosial
Suatu Proyek harus tanggap terhadap keadaan sosial
masyarakat, seperti penciptaan lapangan kerja. Selain itu, apakah
proyek dapat diterima oleh masyarakat sekitar.
3.4.5. Aspek Keuangan
Dalam pengkajian aspek finansial (Keuangan) diperhitungkan
berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian
mengoperasikan kegiatan bisnis. Setelah diketahui jumlah dana yang di
butuhkan kemudian dipelajari dari mana kemungkinan dana tersebut
diperoleh. Kemudian mencari jawaban apakah penghasilan yang
diperoleh selama masa kehidupan bisnis dapat memberikan keuntungan
yang memadai kepada perusahaan dan pemilik bisnis (Rita, Tintin, Arif,
2009).
Jadi dalam aspek ini akan dilakukan analisis kelayakan
berdasarkan masing-masing kriteria investasi tersebut.

1. Net Present Value (NPV)

n
Bt − Ct ….…...........…………………(1)
NPV = ∑
t =1 (1 + i)
Dimana :
Bt = Manfaat pada tahun t (Rp)
Ct = Biaya pada tahun t (Rp)
n = Umur proyek (Tahun)
I = Discount rate (%)
2. Internal Rate of Return (IRR)

NPV1 …........…………(2)
IRR = i1 + x (i2 − i1 )
NPV1 − NPV 2

Dimana :

I1 = Nilai diskonto pada saat NPV1 (%)


I2 = Nilai diskonto pada saat NPV2 (%)
NPV1 = Nilai NPV positif (Rp)
NPV2 = Nilai NPV negatif (Rp)
3. Payback Period (PP)

Nilai Investasi
PP = x 1 Tahun ……......….….(3)
Kas Masuk Bersih
4. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
 Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

n
Bt
∑ (1 + t )
t =0
t
Gross B / C = …........………………….(4)
n
Ct

t =0 (1 + t )
t

Dimana :
Bt = Penerimaan pada tahun ke-t (Rp)
Ct = Biaya pada tahun ke-t (Rp)
n = Umur proyek (tahun)
i = Discount rate (%)

 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

n
Bt − Ct
∑ (1 + i)
t =0
t
Net B/C = ………….……………….(5)
n
Bt − Ct
∑ (1 + i)
t =0
t

Dimana :
Bt = Penerimaan pada tahun ke-t (Rp)
Ct = Biaya pada tahun ke-t (Rp)
n = Umur proyek (tahun)
i = Discount rate (%)

5. BEP atau Titik Impas

Biaya Tetap
BEP= ..............................(6)
H arga − Biaya Variabel
3.5. Asumsi Dasar

Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


1. Tempat yang digunakan adalah sebuah mobil yang sudah dimodifikasi. Pada
awal proyek maka biaya tersebut dimasukan kedalam biaya investasi.
2. Umur proyek selama sepuluh tahun, hal ini berdasarkan perkiraan umur
mobil yang akan digunakan.
3. Penentuan harga menggunakan harga yang berlaku yang periode
pengambilan data yaitu pada bulan Oktober 2010, dan mengalami kenaikan
sebesar 5% sesuai rata-rata inflasi yang terjadi di Indonesia.
4. Perhitungan pajak dilakukan melalui analisis laba rugi berdasarkan undang-
undang No. 17 tahun 2000. Apabila laba bersih 0 - 50 juta rupiah maka
besarnya pajak yang harus dibayarkan sebesar sepuluh persen dari laba
bersih. Bila laba bersih di antara 50 - 100 juta rupiah maka pajak yang
dibayarkan sejumlah 50 juta rupiah dikalikan lima belas persen ditambah
dengan sisa laba yang dicatatkan dikalikan sebesar tiga puluh persen.
5. Sumber modal yang digunakan adalah empat persen modal sendiri dan enam
persen modal pinjaman.
6. Analisis kelayakan finansial diproyeksikan dengan jangka waktu sepuluh
tahun mulai tahun 2011 – 2021.
7. Penentuan bulan dalam satu tahun adalah 12 bulan.
8. Biaya investasi untuk investasi barang-barang tidak bergerak dikeluarkan
pada periode ke nol, yaitu sebelum proses produksi dimulai.
9. Tingkat discount rate (DR) yang digunakan 14% sesuai dengan suku bunga
kredit tahun 2010.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha

Aspek-aspek analisis kelayakan usaha yang dibahas meliputi aspek


pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek finansial.
Variabel-variabel yang dibahas pada setiap aspek disesuaikan dengan kondisi
usaha yang dijalankan. Penjelasan pada setiap aspek adalah sebagai berikut:

4.1.1. Aspek Pasar

4.1.1. Kebijakan Bauran pemasaran


Menurut Umar (2003), manajemen pemasaran produk barang
dibagi atas empat kebijakan pemasaran yang disebut bauran pemasaran
(marketing-mix). Bauran pemasaran ini terdiri empat komponen, yaitu
produk, harga, tempat, dan promosi. Berikut ini dijelaskan mengenai
kebijakan masing-masing komponen.
a) Produk (Product)
Kedai kopi yang Mobile menyediakan berbagai menu yang
akan disajikan. Produk yang akan ditawarkan adalah berupa
minuman seperti kopi, susu, dan teh, sedangkan untuk makanannya
adalah roti bakar, pisang bakar, mie, dan mie telor.
Minuman kopi dan minuman susu dibuat dari kopi sachet
dan susu sachet yang diseduh dengan air panas kemudian langsung
disajikan. Sedangkan untuk minuman teh dibuat dari teh celup dan
gula kemudian diseduh dengan air panas.
Pembuatan makanan roti bakar diperlukan bahan-bahan
seperti mentega, meses, susu kental, roti, dan keju. Sedangkan
untuk membuat pisang bakar diperlukan bahan-bahan seperti
pisang, mentega, meses, susu kental, dan keju. Sedangkan
makanan lainnya adalah mie tanpa telor dan mie dengan telor.
b) Harga (Price)
Harga merupakan suatu standar nominal yang ditetapkan
perusahaan terhadap produk yang dihasilkan untuk dijual. Strategi
harga berpengaruh terhadap jumlah hasil penjualan dan tingkat
keuntungan yang dapat diterima perusahaan.
Harga yang ditawarkan untuk minuman kopi sebesar Rp
4.500,- per gelas, minuman susu sebesar Rp 5.500,- per gelas, dan
untuk minuman teh sebesar Rp 4.000,- per gelas. Kemudian untuk
makanan roti bakar dan pisang bakar ditawarkan dengan harga
yang sama yaitu Rp 5.000,- per porsi, untuk makanan mie rebus
ditawarkan dengan harga Rp 5.000,- per porsi dan untuk makanan
mie telor rebus ditawarkan dengan harga Rp 6.500,- per porsi.
Perhitungan biaya produksi dapat dilihat pada lampiran 11.
c) Tempat (Place)
Dalam hal ini kedai kopi yang mobile atau mobile café
memilih tempat yang menjadi target pasar di sekitar kota Bogor,
maka pemilihan lokasi strategis merupakan faktor penting sehingga
perlu memperhatikan berbagai faktor. Faktor-faktor yang
menentukan dalam pemilihan lokasi adalah mudah dijangkau,
gampang dilihat konsumen, dan lokasi yang banyak dilalui atau
dihuni target konsumen yang berpotensi membeli produk. Lokasi
tersebut seperti Taman peranginan, Air mancur, GOR Pajajaran,
Bogor Permai, Sempur, dan Taman Kencana.
d) Promosi (Promotion)
Kedai kopi yang mobile dapat dikatakan sukses melakukan
usaha ini jika perencanaan yang di buat di dukung dengan strategi
promosi yang tepat, strategi promosi yang akan di lakukan yaitu
dengan metode sales promotion (promosi penjualan), yang berguna
untuk membantu mendapatkan konsumen yang bersedia membeli
produk. Menyebar brosur di lingkungan tempat berkumpulnya
orang-orang, serta teman-teman dari pemilik dan karyawan Kedai
kopi yang mobile.
4.1.1.2. Segmentation, Targeting dan Positioning
a. Segmentation
Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasikan dan
membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah
(Rangkuti, 1997). Segmentasi pasar yang dilakukan oleh kedai
kopi yang mobile adalah berdasarkan demografis dan
psikografis. Segmentasi pasar berdasarkan demografis yaitu
berdasarkan usia karena pada usia 12-50 tahun termasuk usia
produktif, dimana cenderung membutuhkan tempat-tempat
untuk berkumpul dengan teman-teman. Sedangkan segmentasi
pasar berdasarkan psikografis terdiri atas gaya hidup dan
kepribadian. Gaya hidup yang ingin berkumpul dengan teman-
teman disuatu tempat yang nyaman dan terdapat berbagai menu
makanan, sehingga menjadikan suasana berkumpul menjadi
semakin sempurna.
b. Targeting
Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih
segmen pasar yang akan dimasuki. Target pasar utama kedai
kopi yang mobile berdasarkan usia antara 12-50 tahun. Pada usia
tersebut aktivitas lebih banyak dihabiskan di luar rumah, baik
bersekolah maupun bekerja dan cenderung lebih suka
menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman di
suatu tempat yang diinginkannya. Kedai kopi mobile dapat
menjadi salah satu alternatifnya.
c. Positioning
Positioning adalah penetapan posisi pasar. Kedai kopi yang
mobile menempatkan produknya sebagai produk yang sehat,
lezat, dan higienis dengan harga yang terjangkau.
4.1.1.3. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran yang dimaksud adalah strategi
pemasaran yang akan dilakukan setelah usaha ini berjalan dan
memungkinkan untuk melakukan penambahan atau perubahan adalah:
a) Diversifikasi produk
Setelah usaha ini berjalan, ada beberapa rencana yaitu akan
dilakukan diversifikasi produk dengan tujuan membuat mobile cafe
ini lebih menarik calon konsumen dan meningkatkan jumlah
penjualan. Diversifikasi produk makanan yang akan dilakukan
adalah membuat produk baru seperti : surabi, gorengan, martabak
manis, martabak telor, combro, colenak, atau makanan lainnya
yang memungkinkan untuk ditawarkan, kemudian juga untuk
produk minuman direncanakan akan menambah seperti : bandrek,
bansus, skoteng, dan lain-lain.
b) Berpartisipasi pada suatu Event
Kedai kopi yang mobile mempunyai kelebihan yaitu bisa
berpindah-pindah tempat karena didesain didalam mobil, oleh
karena itu kelebihan tersebut akan dimanfaatkan dengan cara
usaha kafe ini akan bergabung dengan acara-acara yang diadakan
di sekitar Kota Bogor, sebagai salah satu contoh acara musik yang
diadakan di sekitar GOR Pajajaran Bogor, akan buka pada hari
minggu pagi di Sempur pada saat CAR FREE DAY.
c) Membuat komunitas
Strategi pemasaran yang ketiga, yang akan dilakukan
adalah mengusahakan agar tempat ini dijadikan sebagai tempat
berkumpulnya berbagai komunitas seperti : komunitas motor,
komunitas pecinta binatang, ataupun komunitas sepak bola.
Pemilik dari usaha ini juga tergabung pada salah satu
komunitas sepak bola dan komunitas futsal, dengan adanya
komunitas tersebut diharapkan pemilik mampu mengumpulkan
anggota komunitas tersebut untuk berkumpul di kedai kopi yang
mobile dan sekaligus diharapkan akan menambah jumlah
penjualan.
d) Nonton bareng
Strategi selanjutnya yang akan dilakukan oleh usaha ini
dengan tujuan meningkatkan jumlah penjualan adalah mengadakan
nonton bareng pertandingan sepak bola atau balap motor GP1,
dimana kedua olah raga tersebut merupakan olah raga yang banyak
penggemarnya terbukti diadakannya siaran langsung ataupun tidak
langsung oleh stasiun televisi di Indonesia.
Strategi-strategi yang telah dipaparkan diatas bertujuan
untuk menjadikan magnet sehingga diharapkan akan meningkatkan
jumlah konsumen. Strategi-srategi tersebut tentu saja bisa lebih
berkembang lagi sesuai dengan berjalannya usaha ini.

4.1.2. Aspek Teknis

4.1.2.1. Fasilitas dan Peralatan


1. Mobil Operasional
Mobil yang di gunakan adalah mobil mini bus Mitsubishi
dengan tipe L300 yang sudah di modifikasi sedemikian rupa
menyerupai kafe, di mana dapat mengangkut semua keperluan dan
peralatan kedai kopi. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada
perusahaan karoseri Delima Jaya bahwa untuk memodifikasi mobil
tersebut memerlukan biaya Rp 53.500.000,- untuk satu unit mobil,
sedangkan harga mobil itu sendiri Rp 120.000.000,-.
2. Genset
Genset yang digunakan adalah produk dengan Mesin dan
Merk Honda Orisinil. Daya 2500 watt dengan Rated 2000 watt /VA
sebagai penyuplai listrik. Umur ekonomis genset sendiri tahan
selama 20.000 jam atau sekitar kurang lebih 5 tahun.
3. Kursi dan meja
Kursi sebagai tempat konsumen menikmati kopi atau
hidangan lainnya, sedangkan meja untuk menaruh minuman atau
makanan.
4. Termos
Termos digunakan untuk menyimpan air panas yang akan
digunakan untuk menyeduh minuman kopi, minuman susu, dan
minuman teh. Kebutuhan termos selama operasional yaitu dua buah
termos, yang memiliki umur ekonomis selama tiga tahun, sehingga
selama umur proyek akan dilakukan investasi kembali (reinvestasi).
5. Alat panggang
Alat panggang digunakan untuk memanggang roti dan
pisang, untuk menghasilkan menu roti bakar dan pisang bakar.
6. Sound system
Sound system yang dimaksudkan terdiri dari alat-alat
pemutar musik seperti tape dan mp3 player beserta dengan pengeras
suaranya. Adanya sound system ini dimaksudkan untuk memberikan
suasana yang nyaman dengan musik-musik pilihan sehingga menjadi
tempat yang nyaman untuk berkumpul sambil menikmati menu yang
ditawarkan.
4.1.2.2. Kebutuhan Fisik
Kebutuhan fisik yang dimaksud adalah kebutuhan fisik
bahan baku yang dibutuhkan pada tahun pertama, dimana pada tahun
pertama diasumsikan jumlah penjualan sebanyak 35 gelas minuman
kopi/hari, 15 gelas minuman susu/hari, 20 gelas minuman teh/hari,
15 porsi roti bakar/hari, 10 porsi pisang bakar/hari, 10 mie/ hari, dan
15 mie telor/hari. Bahan baku yang dibutuhkan adalah kopi sachet,
susu sachet, teh celup, gula, roti tawar, pisang, mentega, susu kental,
keju, meses, mie, telur, sayuran, kecap, dan saos. Kebutuhan bahan
baku dalam satu hari, kemudian diakumulasikan selama satu tahun
beserta keterangannya dapat dilihat pada lampiran 2.
Pada lampiran 2 dipaparkan perhitungan kebutuhan jumlah
bahan baku selama satu tahun, kemudian hasil dari kebutuhan baku
di masukan kedalam cara perhitungan rencana fisik selama umur
proyek yaitu sepuluh tahun. Selama sepuluh tahun tersebut terjadi
kenaikan penjualan sebesar 5% pada setiap tahunnya. Kenaikan
jumlah penjualan tentu saja langsung berpengaruh terhadap jumlah
kebutuhan bahan baku yang akan ikut meningkat dengan adanya
peningkatan jumlah penjualan. Kebutuhan bahan baku dari tahun
pertama sampai dengan tahun ke sepuluh dapat dilihat pada rencana
fisik selama umur proyek, yaitu dapat dilihat pada lampiran 4.
4.1.2.3. Rancang Bangun Model Mobile Cafe Nyaman dan Nikmat
1. Tata Letak
Tata letak yang di tampilkan adalah sketsa mobil tampak
dari atas kedai kopi yang mobile atau mobile café setelah persiapan.

3 4
1
7
2 1

6 5 6

6 6

Gambar 2. Tata letak tampak atas


Keterangan :
1 : Tempat duduk karyawan dan bagian depan mobil
2 : Tempat membuat menu
3 : Tempat peralatan
4 : tempat menyimpan bahan baku
5 : Tenda
6 : Meja dan kursi
7 : Tempat membuat menu
Perlengkapan seperti meja, kursi, dan tenda yang digunakan
adalah benda-benda yang dapat dilipat sehingga memudahkan
penyimpanan pada saat perjalanan didalam mobil.
Tempat peralatan yang dimaksud adalah tempat
menyimpan peralatan dan fasilitas pada saat mobil berpindah, seperti
: meja, kursi, lemari penyimpanan alat-alat, dan barang-barang
lainnya yang dibutuhkan pada operasional kedai kopi yang mobile.
2. Rancang Bangun
Rencana bangunan yang akan digunakan adalah sebuah unit
mobil yang akan dimodifikasi sehingga mempermudah pada saat
operasional. Rancang bangun mobile cafe tampak dari depan mobile
cafe dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. Contoh model mobile cafe di Surabaya


Gambar diatas akan dijadikan contoh dalam pembuatan
usaha kedai kopi yang mobile, gambar ini diambil dari internet atas
pemilik Kursus Tristar Royal, yang diterbitkan pada tanggal 16
September 2009. Gambar model mobile cafe tampak samping kanan
dan kiri mobile cafe dapat dilihat pada lampiran 1.

4.1.3. Aspek Manajemen

4.1.3.1. Operasional
Kedai kopi yang mobile (mobile café) beroperasi
penuh dari hari Senin sampai dengan hari Minggu, buka dari
pukul 15.00 WIB sampai dengan pukul 23.00 WIB.
4.1.3.2. Struktur Organisasi
Aspek manajemen sangatlah penting karena
merupakan aspek yang mengelola dan menggerakan suatu
bisnis. Manajemen yang akan dilakukan dalam usaha ini
terdiri dari satu orang pemegang kendali
kendali perusahaan dan di
tambah dua orang karyawan di setiap unit mobile cafe.
Mobile Café akan membentuk struktur organisasi
yang masih bersifat sederhana. Pembagian pekerjaannya pun
di buat fleksibel sehingga diharapkan semua karyawan dapat
berperan pada semua posisi, bagian persiapan produk harus
dapat berganti peran pelayan atau sebaliknya. Hal ini akan
terlihat di lapangan, semua jabatan dapat beralih fungsi pada
saat kapan pun menyesuaikan dengan kondisi dan situasi yang
ada. Rangkap jabatan pun akan terjadi dalam usaha ini.
Struktur organisasi masih menganut sistem klasik
dengan puncak kepemimpinan dan penentu kebijakan
dipegang oleh supervisor yang mengawasi para karyawan
lainnya. Owner hanya berfungsi sebagai evaluator dan
controller serta pengambil kebijakan dengan melakukan
musyawarah bersama tim manajemen.
Seorang supervisor mengawasi para karyawan
lainya yang terbagi kedalam dua divisi. Divisi dan jumlah
karyawan yang berada didalam usaha kedai kopi yang mobile
ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Divisi dan Jumlah Karyawan Kedai Kopi Mobile

Jumlah Karyawan
No Nama Divisi
(orang)
Supervisor mencangkup
1 1
kasir dan keuangan
2 Dapur produksi 1
3 Pelayan 1
Supervisor (penyelia atau pengawas) berfungsi
sebagai pemimpin, pengawas, serta pemegang tanggung jawab
penuh untuk seluruh kegiatan di kedai kopi yang mobile, dan
divisi kasir yang mencangkup bagian keuangan bertugas
melayani proses pembayaran para konsumen juga dilakukan
oleh orang yang sama.
Divisi dapur produksi memiliki kewajiban
memproduksi pesanan berupa minuman dan makanan yang
ditawarkan, serta menjaga agar rasa yang dihasilkan sama
pada setiap produk. Pada divisi ini dikerjakan oleh satu orang
karyawan. Dapur ini sendiri berada di dalam mobil yang sudah
dimodifikasi sehingga dapat mempermudah proses pengerjaan
dan pengantaran pesanan konsumen. Selain itu juga divisi ini
juga harus selalu mengawasi persediaan bahan baku yang
diperlukan.
Divisi pelayan bertugas melayani para pengunjung,
mulai dari pemesanan menu hingga penyajiannya serta
merapihkan meja setelah para pengunjung selesai menyantap
hidangan. Selain itu pelayan juga memiliki kewajiban
memberikan informasi menu spesial dan deskripsi dari setiap
menu agar para pengunjung mendapatkan gambaran tentang
menu yang akan dipesan nantinya.
Struktur organisasi yang digunakan pada usaha
kedai kopi yang mobile adalah struktur organisasi yang sangat
sederhana.
Pemilik usaha sebagai puncak manajemen dan
pemilik juga berperan langsung untuk mengawasi supervisor,
kemudian kebawahnya supervisor yang merangkap sebagai
kasir, juga memiliki tanggung jawab untuk mengontrol
Standar Operasional Produksi (SOP) yang telah diterapkan
pada karyawan serta mencatat keuangan masuk dan keluar
pada usaha ini. Persiapan yang dilakukan oleh dapur produksi
adalah menyediakan pesanan berupa minuman dan makanan
yang ditawarkan. Kemudian pelayan akan menyajikan produk
yang telah siap dari dapur produksi kepada konsumen.
Tenaga kerja yang akan dipekerjakan oleh Kedai
kopi yang mobile adalah sebanyak dua orang karyawan pada
setiap unit.
4.1.4. Aspek Sosial

Sistem yang digunakan dalam memproduksi suatu produk


menggunakan sistem konsumsi yang sehat dan aman. Dengan
menggunakan bahan-bahan dasar pembuat produk secara alami dan
para pekerja akan terbebas dari gangguan kesehatan yang biasanya
timbul akibat pemakaian bahan-bahan kimia.
Kedai kopi yang mobile akan menjadi lapangan pekerjaan
baru bagi masyarakat sekitar dengan kedekatan perusahaan dan
masyarakat sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang masih
menganggur.
Pembayaran pajak terhadap pemerintah dapat menambah
pemasukan pemerintah, jika skala usaha semakin besar maka
pemerintah akan menerima pembayaran pajak yang semakin besar
pula. Dari adanya pajak tersebut secara makro dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pembangunan.

4.1.5. Aspek Finansial

Analisis kelayakan finansial dilakukan pada penelitian ini


untuk mengetahui kelayakan usaha sehingga diketahui apakah usaha
yang dijalankan oleh kedai kopi yang mobile layak secara finansial.
Aspek finansial yang dibahas adalah :
a. Kebutuhan Modal untuk 1 Unit Mobil
Kebutuhan modal investasi untuk satu unit usaha kedai kopi
yang mobile terdiri dari pembelian mobil dan melakukan
modifikasi mobil tersebut, dengan tujuan untuk memudahkan
operasional pada usaha ini. Selain itu juga modal investasi
dikeluarkan untuk membeli peralatan seperti kompor, termos,
panci, wajan, kursi, dan meja. Kebutuhan modal investasi untuk
satu unit kedai kopi mobile dapat di lihat pada lampiran 3.
Kebutuhan modal investasi untuk satu unit usaha secara
terperinci dapat dilihat pada lampiran 3. Modal investasi yang
diperlukan untuk mendirikan satu unit usaha kedai kopi yang
mobile adalah sejumlah Rp 178.185.000.
b. Kebutuhan Modal dan Identifikasi Biaya
Kebutuhan modal dalam usaha kedai kopi yang mobile
terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Modal investasi
adalah modal yang dikeluarkan pada awal periode usaha untuk
pendirian atau pembelian sarana-sarana yang mendukung transaksi
penjualan dan digunakan untuk memperoleh manfaat hingga secara
ekonomis tidak dapat digunakan lagi. Jika investasi awal secara
ekonomis sudah tidak dapat digunakan lagi, maka dilakukan
investasi kembali (reinvestasi). Total rencana kebutuhan modal
pada periode awal rencana usaha ini adalah Rp 178.185.000. Biaya
investasi yang dikeluarkan antara lain untuk pembelian mobil,
kompor, termos, kursi, meja, genset, tabung gas, dan lain-lain.
Selain biaya investasi, biaya lain yang harus dikeluarkan
adalah untuk modal kerja yang terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap adalah biaya produksi yang besarnya tidak
tergantung pada jumlah (tingkat) output yang dihasilkan. Biaya
tetap yang dikeluarkan diantaranya untuk membiayai gaji tenaga
kerja, pajak mobil, bahan bakar mobil, bahan bakar genset, dan
sewa tempat. Biaya tetap per tahun dapat dilihat pada tabel 3.
Sedangkan, biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah sesuai
dengan perubahan jumlah output produksi perusahaan. Biaya
variabel digunakan untuk pembelian kopi, susu, teh, gula, roti,
pisang, mentega, susu kental, keju, meses, mie, telor, sayuran, saos,
dan kecap. Total biaya variabel pada selama umur proyek berjalan
dapat dilihat pada Lampiran 10.
Tabel 3. Biaya Tetap Selama 1 Tahun
No Uraian Jumlah Nilai (Rp)
1 Gaji Karyawan 2 orang 16.800.000
2 Penyusutan 1 tahun 16.521.000
3 Pajak Mobil 1 tahun 2.000.000
4 Sewa Tempat 300 hari 1.800.000
5 Bahan Bakar Mobil 2880 liter 6.750.000
6 Bahan Bakar Genset 1800 liter 5.400.000
Total 49.271.000

Selain biaya yang telah diperkirakan, terdapat biaya


penyusutan. Biaya penyusutan diperhitungkan berdasarkan umur
ekonomis semua peralatan yang digunakan untuk kegiatan
produksi. Biaya penyusutan yang dikeluarkan Rp 16.521.000.
Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada Lampiran 7.
c. Sumber Modal
Modal yang digunakan dalam pendirian dan operasional
kedai kopi yang mobile berasal dari 40 % modal sendiri dan 60 %
modal dari pinjaman. Seluruh modal akan digunakan untuk
membiayai semua keperluan baik untuk biaya investasi dan biaya
operasional pada periode pertama.
Sumber modal yang berasal dari peminjaman kepada bank
sebesar Rp 106.911.000,- dengan bunga kredit sebesar 14% pada
Bank Mandiri. Rincian perhitungan peminjaman dapat dilihat pada
pada lampiran 9.
d. Identifikasi Manfaat dan Penerimaan
Dalam suatu analisis cash flow finansial, manfaat yang
diterima adalah penerimaan dari penjualan output serta nilai sisa
dari komponen-komponen investasi. Penerimaan diperoleh dari
hasil perkalian antara jumlah output dengan harga jual per
satuannya.
Penerimaan pada usaha ini didapat dari penjualan minuman
dan makanan. Pada tahun pertama penerimaan yang diperoleh
adalah sebesar Rp 175.500.000, pada tahun kedua Rp 184.275.000,
pada tahun ketiga Rp 193.489.000, pada tahun keempat Rp
203.163.000, pada tahun kelima Rp 213.321.000, pada tahun
keenam Rp 223.987.000, pada tahun ketujuh Rp 235.187.000, pada
tahun kedelapan Rp 246.946.000, pada tahun kesembilan Rp
259.293.000, pada tahun kesepuluh Rp 289.948.000. Rincian
pendapatan selama umur proyek dapat dilihat pada Lampiran 12.
Total pengeluaran tahun pertama adalah Rp 105.548.000,
tahun kedua Rp 109.216.000, pada tahun ketiga Rp 113.261.000,
pada tahun keempat Rp 117.719.000, pada tahun kelima Rp
122.635.000, pada tahun keenam Rp 128.054.000, pada tahun
ketujuh Rp 134.029.000, pada tahun kedelapan Rp 140.616.000,
pada tahun kesembilan Rp 147.878.000, dan pada tahun kesepuluh
Rp 155.885.000. Berdasarkan perhitungan penerimaan dan
pengeluaran tersebut maka keuntungan bersih setelah di potong
pajak (EBT) yang diperoleh pada tahun pertama Rp 59.459.000,
pada tahun kedua Rp 63.800.000, pada tahun ketiga Rp
68.194.000, tahun keempat Rp 72.627.000, pada tahun kelima Rp
77.083.000 pada tahun keenam Rp 81.543.000, pada tahun ketujuh
Rp 85.984.000, pada tahun kedelapan Rp 90.380.000, pada tahun
kesembilan Rp 94.703.000, dan pada tahun kesepuluh Rp
113.954.000. Proyeksi laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 12.
Analisis arus kas mencakup kriteria kelayakan usaha yang
terdiri dari NPV, Net B/C, IRR, BEP, dan PBP. Hasil perhitungan
analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Kedai Kopi yang


Mobile
Kriteria
No Kelayakan Keterangan
Kelayakan
1. NPV NPV > 0 Rp 215.185.000
2. IRR IRR > DR 38%
3. Net B/C Net B/C > 1 2,21
PBP < jangka
4. PBP 3,7 tahun
waktu
BEP < jangka
5. BEP 6,7 tahun
waktu

1. NET PRESENT VALUE (NPV)


Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur usaha yang
direncanakan. Pada hasil analisis kelayakan finansial yang
dilakukan menunjukkan nilai NPV positif Rp 215.185.000,00-.
Nilai tersebut merupakan penjumlahan net benefit (keuntungan
bersih) setiap periode yang telah didiskontokan pada rencana
usaha kedai kopi yang mobile. Nilai NPV yang positif
menunjukkan bahwa usaha tersebut layak dijalankan karena
usaha tersebut dapat menghasilkan arus kas masuk dengan
persentase lebih besar dibandingkan opportunity cost (biaya
yang dikorbankan) modal yang ditanamkan, sehingga usaha ini
layak dikembangkan dalam jangka panjang. Untuk perhitungan
mencari NPV dapat dilihat pada lampiran 12.
2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam
jangka waktu tertentu. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
tingkat pengembalian internal yang dihasilkan dari investasi
pada usaha yang bersangkutan. Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh nilai IRR adalah 38%. Nilai ini lebih besar dari tingkat
suku bunga yang berlaku. Hal ini berarti, tingkat pengembalian
yang dihasilkan dari investasi pada rencana usaha ini lebih besar
nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan
dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian,
investor lebih baik menginvestasikan modalnya pada rencana
usaha ini daripada di bank. Perhitungan Nilai IRR dapat dilihat
pada lampiran 13.
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Net B/C merupakan perbandingan antara jumlah net benefit
dan total cost berdasarkan nilai relatif kas. Rumusnya adalah PV
positif dibagi dengan jumlah PV negatif. Kriteria Net B/C
menunjukkan berapa kali lipat perbandingan jumlah benefit
netto yang diperoleh dari proyek terhadap capital expenditure.
Untuk nilai Net B/C pada analisis kelayakan usaha kedai kopi
yang mobile diperoleh nilai 2,21. Dengan demikian menurut
kriteria Net B/C usaha tersebut layak dijalankan karena memiliki
Net B/C sebanyak 2,21 kali lipat dari capital expenditure.
Dengan kata lain setiap Rp 1 biaya yang akan dikeluarkan akan
menghasilakan manfaat Rp 2,21, sehingga manfaat yang didapat
lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Untuk perhitungan
mencari nilai net B/C Ratio dapat dilihat pada lampiran 13.
4. Payback Period (PBP)
PBP merupakan jumlah lama tahun yang dibutuhkan bagi
suatu usaha untuk menutupi biaya investasi awal dengan jumlah
keuntungan bersih yang telah didiskontokan. PBP menunjukkan
jangka waktu kembalinya dana investasi proyek, melalui
akumulasi net benefit yang diperoleh dari proyek tersebut (Lihan
dan Yogi, 2009). Nilai PBP yang diperoleh adalah 3,7 tahun.
Angka tersebut menunjukkan bahwa usaha ini dapat menutupi
pengeluaran biaya investasinya dengan jumlah keuntungan
bersih yang telah didiskontokan setelah rencana usaha ini
berjalan sekitar 3 tahun 8 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa
usaha ini layak dijalankan karena kemampuan mengembalikan
modal usaha lebih cepat dari pada jangka waktu analisis yang
direncanakan yaitu sepuluh tahun. Untuk perhitungannya sendiri
dapat dilihat pada lampiran 14.
5. Break Event Point (BEP)
Break event point adalah suatu titik produksi dimana pada
titik tersebut akan menghasilkan nilai biaya yang sama dengan
nilai penjualan/pendapatan (titik impas). Nilai BEP yang
diperoleh adalah 6,7 tahun. Angka tersebut menunjukan bahwa
usaha ini mengalami titik impas ketika umur proyek 6 tahun 8
bulan. Hal ini menunjukan bahwa usaha ini layak dijalankan
karena titik impas berada pada umur proyek. Untuk perhitungan
lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 14.

4.2. Analisis Sensitivitas

Untuk menghadapi kondisi ekonomi yang tidak menentu dalam


setiap usaha diperlukan persiapan apabila terjadi guncangan ekonomi yang
menyebabkan adanya kenaikan biaya produksi atau kenaikan harga bahan
baku dan penurunan penjualan. Maka dilakukan analisis sensitivitas untuk
mengetahui sejauh mana dapat bertahan dalam kondisi krisis dan
ketidakpastian.
Ketidakpastian dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan dari
suatu usaha dalam beroperasi menghasilkan laba (Umar, 2003). Oleh karena
itu, dalam penelitian ini dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui
kepekaan dari rencana usaha kedai kopi yang mobile dengan mengubah
faktor-faktor penting, seperti kenaikan harga bahan baku.
Skenarionya adalah terjadi kenaikan harga bahan baku. Hasil dari
perhitungan untuk skenario kenaikan harga bahan baku dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Kedai Kopi yang Mobile
Kriteria Discount factors
kelayakan 5% 8% 11% 14% 17%

NPV Rp Rp Rp Rp Rp -
215.185.000 164.354.000 117.966.000 63.219.000 1.368.000
IRR 38% 34% 30% 24% 14%
Net B/C 2,21 1,92 1,66 1,35 0,99
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat ketika terjadi kenaikan harga
bahan baku 8% usaha ini masih memberikan keuntungan sebesar Rp
164.354.000, dengan nilai IRR 34% dan nilai Net B/C 1,92. Kemudian
ketika terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 11% maka nilai NPV yang
diperoleh sebesar Rp 117.966.000, niali net B/C 1,66 dan nilai IRR 30%’.
Kemudian pada saat terjadi kenaikan harga 14% maka nilai NPV yang
diperoleh sebesar Rp 63.219.000, niali net B/C 1,35 dan nilai IRR 24%’.
Kemudian untuk melakukan analisis Switching Value dapat dilakukan
perhitungan dari data Tabel 5, dengan cara interpolasi. Dengan cara
perhitungan interpolasi didapat hasil 16,94%, maka pada saat kenaikan harga
bahan baku 16,94% nilai NPV sama dengan nol.
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada lima kriteria
penilaian investasi usaha dapat disimpulkan bahwa usaha kedai kopi yang mobile
atau mobile cafe layak dijalankan. Hal ini dikarenakan, memiliki hasil perhitungan
positif terhadap nilai NPV sebesar Rp 215.185.000,- Nilai IRR yaitu sebesar 38%,
Net B/C 2,21, PBP 3,7 tahun atau 3 tahun 8 bulan dan BEP 6,7 tahun.
Usaha kedai kopi mobile masih layak untuk dijalankan sampai terjadi
kenaikan harga bahan baku sebesar 14 %. Kemudian dari hasil analisis switching
value didapat nilai NPV sama dengan nol adalah pada saat terjadi kenaikan harga
bahan baku sebesar 16,94%.

2. Saran
Analisis ini menunjukan bahwa usaha mobile cafe menunjukan memiliki
prospek usaha yang bagus, sehingga skripsi saya bisa menjadi landasan usaha
yang sama.
LAMPIRAN 1. Contoh Model Mobile Cafe yang Akan Dibuat

Gambar 1. Tampak dari sisi kiri mobile cafe

Gambar 2. Tampak dari sisi kanan mobile cafe


LAMPIRAN 2. Kebutuhan Bahan Baku Untuk Satu Unit Usaha

1 thn
Jmlh Kebutuhan 1
Bahan baku (300 Keterangan
penjualan bahan baku hari
hari)

35 kopi Kopi sachet 1 sachet 35 10.500 105 dus

15 susu Susu sachet 1 sachet 15 4.500 31,25 dus

20 teh Teh celup 1 teh celup 20 6.000 240 dus

gula 10 gr/gelas 200 60.000 60 kg

15 roti Roti tawar 1 tangkap roti 15 4.500 450 dus


bakar
Mentega 10 gr/porsi 150 45.000 225 bngks 200 gr

Keju 2 gr/porsi 30 9.000 50 bngks 180 gr

Susu kental 5 gr/porsi 75 22.500 60 Cap enak 375 gr

Meses 5 gr/porsi 75 22.500 225 bngks 100 gr

10 pisang pisang 1 tangkap roti 10 300 1 buah pisang


bakar
Mentega 10 gr/porsi 100 30.000 150 bngks 200 gr

Keju 2 gr/porsi 20 6.000 33,33 bngks 180 gr

Susu kental 5 gr/porsi 50 15.000 40 cap enak 375 gr

Meses 5 gr/porsi 50 15.000 150 bngks 100 gr

10 mie Mie instan 1 bungkus 10 3.000 75 dus

Sayuran 1 lembar 10 3.000 30 kg

Saos 5 ml 50 15.000 44,12 btl 340 ml

Kecap 3 ml 30 9.000 14,4 btl 625 ml

15 mie Mie 1 bungkus 15 4.500 112,5 dus


telor
Telor 1 buah 15 4.500 18 peti

Sayuran 1 lembar 15 4.500 45 kg

Saos 5 ml 75 22.500 66,18 btl 340 ml

kecap 3 ml 45 13.500 21,6 btl 625 ml


LAMPIRAN 3. Rencana Kebutuhan Modal Investasi Untuk 1 Unit Usaha

No Item Satuan Jmlh Harga


Kendaraan
1 Mobil Unit 1 120,000,000
2 Modifikasi Paket 1 53,500,000
Alat dan Peralatan
1 Kompor Buah 1 235.000
2 Regulator Buah 1 60.000
3 Termos Buah 2 100.000
4 Wajan Buah 2 150.000
5 Panci Buah 2 100.000
6 Ember Buah 3 30.000
7 Tabung gas 3kg Buah 2 176.000
8 Kursi Buah 16 256.000
9 Meja Buah 4 16.000
10 Genset Buah 1 3.000.000
11 Galon Buah 2 74.000
12 Saringan minyak Buah 1 10.000
13 Saringan mie Buah 1 10.000
14 Sound System Buah 1 400.000
15 Biaya-biaya 1 100.000
Total Kebutuhan Investasi 178.217.000
Lampiran 25. Daftar Istilah

DAFTAR ISTILAH

NPV Net Presen Value adalah suatu proyek menunjukkan


manfaat bersih yang diterima proyek selama umur proyek
pada tingkat suku bunga tertentu. NPV juga dapat
diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang
ditimbulkan oleh investasi.
Net B/C Ratio Net Benefit Cost Ratio menyatakan besarnya
pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah
dikeluarkan selama umur proyek. Net B/C merupakan
angka perbandingan antara present value (PV) dari benefit
yang positif dengan PV dari benefit yang negatif.
IRR Internal Rate Return tingkat bunga yang menyamakan PV
kas keluar yang diharapkan dengan PV kas masuk yang
diharapkan atau dapat diartikan sebagai tingkat bunga
yang menyebabkan NPV = 0.
PBP Payback Period Adalah salah satu metode dalam menilai
kelayakan usaha yang digunakan untuk mengukur periode
waktu pengembalian modal yang digunakan. Semakin
cepat modal dapat kembali, maka semakin baik suatu
proyek untuk diusahakan karena modal yang digunakan
akan cepat kembali dan digunakan untuk membiayai
kegitan lain.
Mobile Cafe Mobile cafe adalah sebuah mobil yang sudah dimodifikasi
menjadi sebuah cafe didalam mobil. Sehingga dalam
pengoperasiannya dapat berpindah-pindah tempat.

Anda mungkin juga menyukai