Disusun oleh:
Nama : Erwin Winarjo
NIM : 2014021002
Prodi : Manajemen
Tangerang Selatan
2016
Pendahuluan
Di zaman yang semakin modern seperti saat ini, perusahaan-perusahaan baik yang
sudah berdiri sejak lama maupun perusahaan baru semakin kompetitif dikarekan tuntutan akan
teknologi dan inovasi yang terus berkembang. Perusahaan harus mengambil langkah perubahan
agar dapat bertahan dari globalisasi dan kemajuan teknologi. Globalisasi adalah sebuah
percepatan dan intensifikasi dalam interaksi dan perpaduan antara perusahaan, pemerintah dan
orang-orang dari negara yang berbeda (Rothenberg, 2016). Jika perusahaan ingin menhindari
risiko dari globalisasi dan maunya teknologi, maka mereka harus mengambil langkah perubahan
manajemen agar keberadaan dan posisi yang dimiliki saat ini dapat bertahan di pasar global.
Saat ini terdapat banyak perusahaan yang memiliki daya saing tinggi seperti salah
satunya yaitu perusahaan makanan dan minuman dimana perusahaan ini menjadi pemenuh
kebutuhan dari sebagian banyak orang. Salah satu perusahaan yang sudah berdiri hampir 2 abad
(192 tahun sejak pembukaan toko pertama oleh John Cadbury, 185 tahun sejak pembukaan
pabrik pertama), bergerak dibidang makanan dan minuman yang mengalami perubahan
manajemen yaitu Cadbury (Cadbury, 2016).
Di akhir tahun 2003, PT Cadbury mulai bekerja dengan pertimbangan di masa yang akan
datang, konsultasi manajemen dan pengembangan coporate social responsibility (CSR) dimana
dengan adanya ketiga hal tersebut akan merubah nilai perusahaan dan budaya yang ada diluar
maupun didalamnya serta melibatkan seluruh manajer dan pemegang kepentingan dalam upaya
penyesuaian terhadap perubahan yang akan dilakukan.
Fase awal perubahan PT Cadbury Schweppes terkait inovasi dan CSR serta awal
pelaksanaan perubahan
Bermula pada tahun 1824 dimana John Cadbury mendirikan tokonya di Birmingham yang
menjual kakao dan minuman coklat dan seiring waktu berjalan dibukalah pabrik pertama pada
tahun 1847 di Bridge Street, pusat Birmingham. Pada tahun 1861 dikarenakan kondisi John yang
semakin menurun, John memberikan kendali perusahaan kepada dua orang anaknya Richard
Cadbury (berfokus kepada pembelian dan produksi) dan George Cadbury yang berfokus pada
penjualan dan pemasaran (Cadbury, 2016).
Pada tahun 1866 terdapat inovasi dalam proses pembuatan esensi kakao menggunakan
alat press Coenraad Johannes van Houten asal Belanda dan diluncurkannya “Cadbury Cocoa
Essence” yang menjadi kakao pertama yang tidak dipalsukan (tidak mengandung campuran
mentega yang tinggi seperti perusahaan lainnya). Terjadi peningkatan penjualan secara drastis
karena adanya inovasi ini dan adanya ilkan berabel “absolutely pure” yang akirnya mendapat
testimoni “terbaik” dari pihak medis. Tahap ini yang membuat Cadbury yang awalnya hanya bisnis
kecil menjadi perusahaan yang tersebar luas di dunia seperti saat ini. Pada tahun 2003 Cadbury
membeli produsen permen karet nomor 2 di dunia yaitu Adams dengan tujuannya yaitu memimpin
pasar.
Berdasarkan ISO 26000, CSR adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap
dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan
lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan
pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan
pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku
internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh (Alviani, 2016).
Pada akhir tahun 2003 mulai bekerja dengan pertimbangan di masa yang akan datang,
konsultasi manajemen dan pengembangan CSR dimana ketiga hal melibatkan seluruh manajer
dan pemangku kepentingan untuk menjadi pelopor perubahan. Untuk mencapai tujuan yang
diinginkan harus dilakukan identifikasi dua konsep penting yaitu konsep pertama adalah
pentingnya kinerja manusia dalam manajemen perubahan (perusahaan harus mempersiapkan
alat yang diperlukan, sumber daya dan kemampuan untuk meningkatkan kontribusi dan kesiapan
manajer san karyawan untuk beradaptasi terhadap perubahan pada perusahaan mereka).
Konsep kedua berhubungan dengan pentingnya kesadaran para pemangku kepentingan maka
dari itu penting untuk membantu para pemangku kepentingan yang terlibat dan terpengaruh oleh
perubahan untuk menentukan cara untuk mengelola proses perubahan secara efektif untuk
memastikan hal ini terjadi (Ukessays, 2015).
Terdapat beberapa hal yang mendorong untuk suatu perusahaan berubah Menurut
Stanleigh (2008), berikut ini adalah beberapa pendorong:
Beberapa pendorong telah dilakukan oleh Cadbury dalam upaya mengelola prose
perubahan secara efektif seperti keputusan merger dan akuisisi dengan perusahaan lain
dilakukan oleh Cadbury pada tahun 1969 ketika Cadbury melakukan merger dengan Schweppes
yang hanya bertahan sampai tahun 2008 dikarenakan kedua perusahaan masing-masing ingin
berkonsentrasi pada wilayah keahliannya (Cadbury, 2016). Untuk akuisisi sendiri Cadbury juga
mengalaminya di awal tahun 2010 oleh kraft foods atau bagian dari Mondelez International
dimana awal penawaran dilakukan sejak akhir tahun 2009 yang berujung kesepakatan pada 19
januari 2010 dengan harga akuisisi sebesar $18,9 milliar. Strategi yang dilakukan oleh kraft
dengan mengakuisisi Cadbury untuk memimpin pasar camilan dunia. Akan tetapi pafa 4 agustus
2011 kraft dan mondelez international memisahkan diri dan cabury termasuk dalam bagian
mondelez international.
Inovasi berupa lini dan variasi produk telah dilakukan oleh Cadbury sejak awal didirkan
hingga saat ini dan Cadbury juga selalu beradaptasi dengan konsep bisnis baru seperti di
dirikannya Cadbury World dengan tagline ”choc-full of fun”. Menurut Salaman, Storey dan
Billsberry (2005) dan Kotter dan Perubahan (1995), faktor-faktor berikut, yang dapat digunakan
sebagai pendekatan untuk perubahan yang berhasil, adalah kunci untuk manajemen perubahan
menerapkan sukses:
7. Bekerja dengan karyawan sebagai tim pada program perubahan dan mengharapkan
perubahan dapat terjadi
8. Memberikan waktu bagi staf atau karyawan untuk melampiaskan (ketika ada hambatan
untuk beradaptasi dengan perubahan yang akan dilakukan) dan kemudian melakukan
perubahan.
Cadbury memiliki budaya yang terus dipertahankan dalam upaca mencapai tujuannya
dimana perusahaan ini dipimpin oleh nilai-nilai yang mendorong kinerja. Faktor kunci
keberhasilan dari cadbury adalah: visi yang jelas, kartu penilaian kinerja, prioritas dan komitmen
yang berkelanjutan. Sebagai budaya kinerja nilai perusahaan, kualitas, rasa hormat, integritas
dan tanggung jawab (Young, 2006). Selain itu Cadbury dalam upaya mencapai tujuannya harus
mendengarkan konsumen, pelanggan, pemasok, pemilik saham, rekan-rekan dan masyarakat.
Memahami dan menanggapi kebutuhan mereka adalah pendorong keberhasilan berkelanjutan
dari perusahaan. Perusahaan percaya bahwa berbuat baik adalah baik untuk bisnis (Cadbury,
2016).
Kepercayaan bahwa kesuksesan untuk berubah dapat dicapai merupakan salah satu
pendorong terbesar karena tanpa adanya kepercayaan dari pelaksana perubahan maka akan
sulit untuk terjadinya perubahan yang diinginkan. Di sisi lain kepercayaan terhadap konsumen,
pelanggan, pemilik saham dan rekan-rekan serta masyarakat juga menjadi salah satu hal
terpenting yang harus dipertahankan karena kepercayaan ini merupakan kunci kesuksesan di
masa depan (karena mereka adalah orang-orang yang menjadi penentu apakah Cadbury dapat
bertahan atau tidak di masa depan. Sebagai contoh apabila kepercayaan mereka (pelanggan
dan pemilik saham) hilang maka akan terjadi kerugian yang berujung pada penurunan siklus
hidup perusahaan).
Di akhir tahun 2003, Cadbury memiliki proyek yang berjudul "Working Better Together"
dimana tujuan perusahaan dari proyek transformasional ini adalah untuk membangun perilaku
kolaboratif antar departemen yang berbeda dalam perusahaan dan di semua toko dan kantor di
berbagai negara terutama Amerika dan Inggris (Vogel, 2005). Di sisi lain tujuan dari kerja sama
ini yang meliputi komunikasi dan keterlibatan didalamnya dapat dijadikan sebagai media untuk
mengingatkan manfaat adanya CSR bagi para pemangku kepentingan yaitu tetap berhubungan
satu sama lain (Ukessays, 2015).
Terdapat tiga jenis perubahan menurut Dean Anderson and Linda S. Ackerman Anderson:
Keterlibatan karyawan, tugas utama tim ini adalah untuk berkonsultasi karyawan dalam
kaitannya dengan apa yang terbaik program CSR dan inisiatif yang menyediakan kerangka kerja
untuk mengintegrasikan nilai-nilai perusahaan ke dalam praktek, budaya, nilai-nilai dan kegiatan
sehari-hari (Young, 2006). Selain itu tim juga membahas terkait produk dan pemasaran yang
relevan dengan Cadbury serta mengambil keputusan agar perubahan ini bisa berjalan dengan
sukses dan karyawan juga memiliki rasa ikut berkontribusi secara langsung.
Kesimpulan
Cadbury dapat tetap bertahan hingga saat ini dikarenakan kemampuan untuk beradaptasi
dengan perubahan yang sangat baik dapat dilihat dari progress yang dihasilkan sejak awal
didirikan, bergabung dengan Shcweppes hingga memisahkan diri dan di akuisisi oleh kraft yang
pada akhirnya menjadi bagian dari mondeles international. Cadbury juga berhasil meraih
kesuksesan dalam mencapai tujuannya dengan proyek pengembangan CSR yang mereka
lakukan dan dibalik kesuksesan ini tentunya ada komunikasi, kolaborasi, keterlibatan, moticasi,
kepercayaan dan perencanaan yang baik. Inovasi dan teknologi juga berperan penting dalam
kesuksesan Cadbury sampaiseprti saat ini. Tercatat dalam 24 jam atau satu hari di Bournville
(pabrik Cadbury) mereka memproduksi 1,3 juta Cadbury Creme Eggs, 5,5 juta blok dari Cadbury
Dairy Milk, dan lebih ari 400 juta Dairy Milk Buttins, dan lebih dari 1 juta Wispa Bars (Cadbury,
2016).
DAFTAR PUSTAKA