Anda di halaman 1dari 126

SKRIPSI

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE,


LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
PROFITABILITAS

(Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di


Bursa Efek Indonesia Tahun 2018 - 2020)

Oleh

NUR FAJRIANA ANUAR


1802111940

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI


JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU
2022
22

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul Skripsi : PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE,


LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP PROFITABILITAS (Studi Empiris pada
Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2018 - 2020)

Nama : NUR FAJRIANA ANUAR

NIM : 1802111940

Program Studi : S1

Jurusan : AKUNTANSI

Fakultas : EKONOMI DAN BISNIS

Menyetujui
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Enni Savitri., SE., MM., Ak., CA Drs. Al Azhar L, MM., Ak., CA
NIP. 197310152008122003 NIP. 196211171994031003

Koordinator Program Studi

Dr. H. M. Rasuli, SE., M.Si., Ak., CA., ACPA


NIP. 196303251991031004
33

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Nama : Nur Fajriana Anuar

NIM : 1802111940

Program Studi : S1 Akuntansi

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Judul Skripsi : PENGARUH GOOD CORPORATE


GOVERNANCE, LEVERAGE, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS
(Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018 - 2020)

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar hasil karya sendiri atau
tidak plagiat dan saya bersedia dibatalkan gelar kesarjanaan saya jika skripsi
saya ini adalah hasil plagiat.

Pekanbaru, Juni 2022


Yang membuat penyataan,

NUR FAJRIANA ANUAR


NIM. 1802111940
44

KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji syukur penulis ucapkan atas

kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Good Corporate

Governance, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas

(Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2018 - 2020)” untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Riau. Sholawat serta salam penulis hadiahkan

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari

zaman ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah

memberikan bantuan, bimbingan, sumbangan pemikiran serta dukungan bagi

penulis. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Indarti, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau, Ibu Dr. Kamaliah, SE., MM.,

AK., CA. selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Riau, Bapak Raja Adri Setiawan, SE., MA., AK., CA. selaku

Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau, Bapak

Deny Setiawan, SE., M.Ec. selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Riau.


55

2. Bapak Emrinaldi Nur DP, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau, Bapak

Adhitya Agri Putra, SE., M.Acc. Ak selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau.

3. Bapak Dr. M. Rasuli, SE., M.Si., Ak., CA., ACPA. selaku Koordinator

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau

4. Ibu Dr. Taufeni Taufik, SE., M. Si, Ak selaku Pembimbing

Akademis yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis

selama masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Riau.

5. Ibu Dr. Enni Savitri, SE., MM., Ak selaku Dosen Pembimbing I

dan Bapak Drs. Al Azhar L, MM., Ak,. CA selaku Dosen Pembimbing II

yang telah sangat baik membimbing, memberi saran, kritik dan

arahan serta waktu luang dengan penuh kesabaran kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau

yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan

berlangsung. Bapak dan Ibu Staf Administrasi serta Staf

Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau yang

telah meluangkan waktunya untuk melayani kebutuhan penulis dalam

pengurusan administrasi selama masa perkuliahan.

7. Kepada seluruh perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia yang telah menjadi sampel dalam penelitian dan menyediakan


66

Informasi berupa Laporan Keuangan sebagai media pengamatan

penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Bapak Ujang Anuar,

S.Pd dan Ibu Nurilas yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan

serta doa-doa yang sangat luar biasa kepada penulis sehingga penulis

dapat berkuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau dan

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada kakak tersayang Nur

Adhiana Anuar, adik Nur Affandi Anuar, adik Nur Nailil Amany Anuar,

sepupu Cantika Dwi Syahfitri, sepupu Resnaldi Yandra yang telah

memberikan semangat kepada penulis.

9. Kepada orang-orang tersayang, Riswandi, Cressica, Mariana,

Dumexs, Ellen Angelisa, Chindy Pebrika Perangin-angin, dan Samuel

Tota Dippu Napitupulu yang telah memberikan banyak perhatian,

dukungan, motivasi serta berbagai sumbangan pemikiran kepada penulis.

Selanjutnya kepada rekan seperjuangan angkatan 2018 dan keluarga besar

HIMA AK FEB UNRI yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan balasan atas kebaikan

orang-orang yang bersangkutan dan pihak-pihak lainnya kepada saya, dan

semoga kita semua selalu di dalam lindungan-Nya, semoga Allah Subhanahu wa

Ta’ala memberikan rahmat, taufiq dan hidayahNya serta kebaikan-kebaikan

didunia dan diakhirat kepada kita semua.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam

skripsi ini, oleh karena itu diperlukan kritik dan saran yang membangun untuk

skripsi ini
77

kedepannya. Atas kritik dan saran, penulis mengucapkan terima kasih.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat oleh barbagai pihak.

Pekanbaru, 27 Juli 2022

Penulis

NUR FAJRIANA ANUAR


88

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, DAN


UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS

Nur Fajriana Anuar

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang (1) Pengaruh Good Corporate
Governance terhadap Profitabilitas, (2) Pengaruh Leverage terhadap
Profitabilitas, (3) Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas. Populasi
penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2018-
2020. Pemilihan sampel penelitian berdasarkan metode purposive sampling dan
diperoleh jumlah sampel sebanyak 34 perusahaan. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan
merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan dan laporan
tahunan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama tahun 2018-2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komisaris
independen berpengaruh terhadap profitabilitas, komite audit berpengaruh
terhadap profitabilitas, leverage tidak berpengaruh terhadap profitabilitas dan
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas.
Kata Kunci: Good Corporate Governance, Leverage, Ukuran Perusahaan,
profitabilitas
99

THE EFFECT OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, AND


FIRM SIZE ON PROFITABILITY

Nur Fajriana Anuar

ABSTRAC

This study aims to determine (1) The effect of good corporate governance on
profitability, (2) The effect of leverage on profitability, (3) The effect of firm size
on profitability. The population of this study is banking companies listed on the
Indonesia Stock Exchange in 2018-2020. The sample selection in this study was
based on the purposive sampling method and the total sample is 34 companies.
The data analysis used in the study was multiple linear regression. Data used is
secondary data obtained from the financial statements and annual report of
banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange during 2018-2020.
The result showed that independent commissioner affected profitability, audit
committee affected profitability, leverage unaffected profitability, and firm size
affected profitability.

Keywords: good corporate governance, leverage, firm size,


profitability
11

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................. ii


LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .....................................
iii KATA PENGANTAR ........................................................................................
iv ABSTRAK .......................................................................................................
viii ABSTRAC
......................................................................................................... ix DAFTAR
ISI ....................................................................................................... x DAFTAR
TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR
GAMBAR ........................................................................................ xiv BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 11
1.3.1 Tujuan Penelitian ............................................................................. 11
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 12
1.5 Sistematika Penulisan .......................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 15
2.1. Landasan Teori .................................................................................... 15
2.1.1. Teori Agensi (Agency Theory) ..................................................... 15
2.1.2. Teori Resource Based View .......................................................... 17
2.1.3. Pecking Order Theory................................................................... 18
2.2 Profitabilitas..................................................................................... 19
2.3 Good Corporate Governance ........................................................... 22
2.4 Leverage .......................................................................................... 30
2.5 Ukuran Perusahaan .......................................................................... 35
2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................................. 36
2.7 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ...................................................... 40
2.7.1 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Profitabilitas ................ 40
2.7.2 Pengaruh Komite Audit terhadap Profitabilitas ............................. 41
2.7.3 Pengaruh Leverage terhadap Profitabilitas .................................... 42
11

2.7.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas .................... 43


2.8 Model Penelitian.................................................................................. 45
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 46
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 46
3.2. Populasi dan Sampel ............................................................................ 46
3.2.1. Populasi........................................................................................ 46
3.2.2. Sampel ......................................................................................... 46
3.3. Jenis dan Sumber Data......................................................................... 49
3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 50
3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................................... 50
3.5.1. Variabel Dependen (Y) ................................................................. 50
3.5.2. Variabel Independen (X) .............................................................. 51
3.6. Teknik Analisis Data ........................................................................... 54
3.6.1. Analisis Deskriptif ........................................................................ 54
3.6.2. Uji Normalitas Data...................................................................... 54
3.6.3. Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 55
3.6.4. Regresi Linear Berganda .............................................................. 57
3.6.5. Uji Hipotesis................................................................................. 58
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN .................................... 60
4.1. Bursa Efek Indonesia (BEI) ................................................................. 60
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 63
5.1. Hasil Penelitian.................................................................................... 63
5.1.1. Hasil Statistik Deskriptif............................................................... 63
5.1.3. Hasil Uji Normalitas Data............................................................. 66
5.1.4. Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................................... 67
5.1.5. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ........................................ 71
5.1.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ............................................ 74
5.2. Pembahasan ......................................................................................... 75
5.2.1. Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Profitabilitas .............. 75
5.2.2. Pengaruh Komite Audit Terhadap Profitabilitas ............................ 77
5.2.3. Pengaruh Leverage Terhadap Profitabilitas ................................... 79
11

5.2.4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas ................... 80


BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 83
6.1. Kesimpulan ......................................................................................... 83
6.2. Keterbatasan Penelitian........................................................................ 84
6.3. Saran ................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 87
LAMPIRAN ...................................................................................................... 92
Lampiran 2. Hasil Tabulasi Data ........................................................................ 94
Lampiran 3 Hasil Output SPSS ........................................................................ 104
xi
1

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Profitabilitas Kinerja Bank Umum Konvensional ................................


2

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 36

Tabel 5. 1 Statistik Deskriptif ............................................................................ 64

Tabel 5. 2 Hasil Pengujian Normalitas Data ....................................................... 66

Tabel 5. 3 Hasil Uji Multikolonieritas ................................................................ 68

Tabel 5. 4 Uji Autokorelasi ................................................................................ 69

Tabel 5. 5 Hasil Uji Autokorelasi setelah Metode Cochrane-orcutt.....................


70

Tabel 5. 6 Analisis Regresi Linier Berganda ...................................................... 71

Tabel 5. 7 Hasil Uji Kelayakan (Uji F) ............................................................... 74

Tabel 5. 8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................................ 75


xi
1

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Model Penelitian............................................................................ 45

Gambar 5. 1 Normal PP Plot .............................................................................. 67

Gambar 5. 2 Histogram...................................................................................... 67

Gambar 5. 3 Uji Heterokedastisitas .................................................................... 70


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan perekonomian saat ini, telah menyebabkan

persaingan yang ketat antar perusahaan. Akibat dari persaingan tersebut,

tentunya akan membuat perusahaan untuk semakin meningkatkan kinerja

agar keberlanjutan serta tujuan perusahaan dapat tetap tercapai. Pengaruh

persaingan baru telah membuat perusahaan berlomba-lomba untuk meningkatkan

kinerja keuangannya, karena investor menggunakan rasio keuangan untuk

menentukan apakah perusahaan berjalan dengan baik. Salah satu rasio yang dapat

digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah profitabilitas.

Profitabilitas digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

mencari keuntungan (Kasmir, SE, n.d 2016:196). Profitabilitas juga digunakan

untuk mengukur efektivitas manajemen berdasarkan pengembalian dari

pinjaman dan investasi. Rasio ini juga merupakan ukuran efektifitas pengelolaan

suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan

dan pendapatan investasi intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukan

efisiensi perusahaan. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan

menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada dilaporan

keuangan. Semakin tinggi tingkat pengembalian, semakin menguntungkan

perusahaan.

Salah satu rasio yang biasa digunakan untuk mengukur profitabilitas

perusahaan adalah Return On Asset (ROA). Menurut Lukman Syamsuddin

(2016:
2

63) Return on Assets merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara

keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan

aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik

keadaan suatu perusahaan. Berdasarkan penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa

return on assets (ROA) berfokus pada kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan pendapatan sebagai bagian dari operasinya.

Tabel 1. 1 Profitabilitas Kinerja Bank Umum Konvensional


Return On Asset Ratio (ROA)

2018 2019 2020


Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

2,55 2,47 2,70 2,49 2,57 2,34 2,06 1,94 1,90 1,90 1,76 1,70 1,64 1,59

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Dari tabel di atas menunjukkan secara empiris bahwa return on assets

(ROA) pada Bank Umum Konvensional dari tahun ke tahun mengalami

fluktuatif bahkan ditahun 2018 ke tahun 2019 perusahaan tersebut menurun

cukup drastis kemudian di sepanjang tahun 2020 juga mengalami penurunan dan

kenaikan serta justru ada yang rata. Tetapi karena adanya kasus pandemi yang

sedang terjadi, juga menjadi penyebab penurunan profitabilitas perusahaan

ditahun 2018 ke tahun

2020.

Saat ini banyaknya kasus perusahaan perbankan mengenai profitabilitas

ROA yang mengalami kenaikan maupun penurunan seperti PT Bank Nasional

Indonesia (BNI) yaitu salah satu perusahaan perbankan konvensional yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam 3 tahun terakhir yaitu dari

tahun
3

2018 sampai 2020, BNI mengalami penurunan Return On Asset (ROA). Pada

tahun 2018 memiliki rasio ROA 2,8%, tahun 2019 sebesar 2,4% yang

mana mengalami penurunan 0,4%, dan pada tahun 2020 memiliki rasio

profitabilitas

0,5% yang juga mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan tekanan

pandemi corona dan juga pertumbuhan kredit yang sedikit serta penurunan beban

bunga yang menyebabkan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI

mencatatkan penurunan laba terbesar pada semester I-2020 (Makkl, 2020)

Selanjutnya penurunan rasio profitabilitas juga terjadi pada PT Bank

Rakyat Indonesia (BRRI) yang merupakan salah satu perbankan

konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2018 BRI

memiliki rasio ROA

3,68%, tahun 2019 memiliki rasio profitabilitas sebesar 3,50% mengalami

penurunan sebesar 0,18%, dan pada tahun 2020 hanya memiliki rasio

profitabilitas sebesar 1,98% yang mana mengalami penurunan dibandingkan

tahun sebelumnya. Sama hal nya dengan PT Bank Negara Indonesia, kondisi

serupa dialami oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, yang

mencetak laba bersih sebesar Rp10,2 triliun pada semester I 2020. Realisasi itu

anjlok dari posisi yang sama pada tahun sebelumnya. Penurunan ini dapat

disebabkan oleh restrukturisasi kredit yang menyebabkan mengurangi daya

keuntungan profitabilitas pada perusahaan ini. (Indraini, 2020)

Salah satu cara agar perusahaan dapat lebih menguntungkan dapat dicapai

dengan membangun tata kelola perusahaan yang baik. Bagi perusahaan

perbankan berupa Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55 /POJK.03/2016


Tentang Penerapan Tata Kelola bagi bank umum yang isinya mengenai
4

peraturan baru
5

tentang peningkatan kualiatas pelaksanaan corporate governance mengingat

resiko dan tantangan yang dihadapi bank baik intern maupun ekstern semakin

banyak dan kompleks. Hal ini menandakan penerapan GCG mulai ditangani

dengan sungguh-sungguh tak terkecuali pada perbankan. Dengan mengetahui

pengaruh dan dampak yang akan didapatkan oleh perusahan jika menerapkan

Good Corporate Governance (GCG) maka perusahan dapat mempertimbangkan

peran penting penerpan Good Corporate Governance (GCG) di suatu perusahaan

untuk mendapatkan laba (profit) yang besar dan dapat meminimalisir dampak

negatif yang timbul bagi perusahaan. Indikator dalam penerapan good corporate

governance antara lain kepemilikan manajerial, dewan direksi, kepemilikan

institusional, komisaris independen, dan komite audit.

Indikator Good Corporate Governance yang pertama adalah

Komisaris independen. Dengan adanya keberadaan komisaris independen akan

membuat pengawasan atau monitoring yang dilakukan semakin baik dan

memperkecil masalah yang terjadi pada sebuah perusahaan (Rini et al.,

2012). Setidaknya jumlah komisaris independen dalam perusahaan adalah 30%

dari seluruh anggota komisaris (Rimardhani et al., 2016). Jika anggota komisaris

independen diluar perusahaan sedikit maka akan mudah bagi manajer

perusahaan untuk semena mena terhadap perusahaan sehingga menyebabkan

penerapan good corporate governance tidak akan berhasil. Komisaris independen

dapat berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA), artinya semakin tinggi

proporsi komisaris independen maka akan melakukan peran dan fungsi

pengawasan secara lebih


6

efektif, sehingga meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan

berdampak pada profitabilitas perusahaan.

Menurut penelitian (Andrani Dwi Putri dan Aminar Sutra Dewi, 2017)

menyatakan komisaris independen berpengruh positif terhadap kinerja keuangan

yang diukur dengan profitabilitas ROA yang menyatakan bahwa komisaris

independen berpengaruh terhadap pengawasan perusahaan sehingga dapat

meminimalkan permasalahan untuk meningkatkan profitabilitas. Didukung oleh

penelitian (Latief et al, 2014) menunjukkan bahwa, terdapat pengaruh

yang positif dan signifikan antara komisaris independen terhadap profitabilitas

yang diukur dengan ROA yang menyatakan perusahaan dengan komisaris

independen akan mendapatkan lebih banyak keuntungan atas asset dan laba per

saham yang menunjukkan kinerja keuangan bank yang lebih baik

dibandingkan bank yang tidak memiliki komisaris independen. Serta

didukung oleh penelitian (Martsila dan Meiranto, 2013) yang menunjukkan

bahwa komisaris independen berpengaruh positif terhadap profitabilitas yang

menyatakan komisaris independen sangat menentukan keberhasilan perusahaan

dalam mencapai tujuan dan profitabilitas yang lebih tinggi. Bertolak belakang

dengan penelitian oleh (Nainggolan, 2021) menyatakan komisaris independen

berpengaruh negative signifikan terhadap profitabilitas karena fungsi

komisaris independen hanya sebatas pengawasan dan tidak dalam pengambil

keputusan.

Selanjutnya indikator Good Corporate Governance yang kedua adalah

Komite Audit. Komite audit dibentuk oleh Dewan Komisaris yang mana hal ini

dimaksudkan untuk memantau kepatuhan terhadap laporan keuangan

tahunan,
7

audit eksternal dan sistem pengendalian internal. Apabila porsi komite audit

perusahaan lebih banyak maka manajer perusahaan akan bisa dalam pengawasan

sehingga tidak akan bertindak curang dan penerapan good corporate governance

dapat berhasil. Komite audit memiliki dampak positif terhadap profitabilitas

(ROA), artinya semakin banyak komite audit memenuhi kewajibannya untuk

menyusun laporan keuangan, semakin tinggi kualitas laporan keuangan

perusahaan dan semakin efektif pengawasan manajemen, yang akan

meningkatkan kinerja perusahaan dan berdampak pada peningkatan

profitabilitas.

Menurut penelitian (Safitri, 2021) Komite Audit mempunyai pengaruh

positif terhadap kinerja keuangan profitabilitas (ROA) yang menyatakan

keberadaan komite audit dinilai mampu meningkatkan kinerja keuangan

dikarenakan komite audit yang bertugas dalam mengawasi laporan keuangan,

pengendalian internal, pelaksanaan audit internal maupun eksternal.

Didukung oleh penelitian (Anjani & Yadnya, 2017) komite audit memiliki

dampak positif dan signifikan terhadap Profitabilitas yang menyatakan semakin

banyak komite audit maka Profitabilitas juga akan semakin meningkat,

dan begitu pula sebaliknya penurunan jumlah komite audit maka akan

berdampak pada penurunan Profitabilitas pula. Serta penelitian yang dilakukan

Arifani (2012) dan yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif antara good

corporate governance (diproksikan dengan komite audit) terhadap profitabilitas

fungsi dari komite audit adalah untuk meringankan tugas yang dibebankan

kepada dewan komisaris dan mengoptimalisasi mekanisme pengawasan internal

perusahaan. Bertolak belakang dengan penelitian (Nainggolan, 2021) komite

audit tidak berpengaruh signifikan


8

terhadap kinerja keuangan yang menyatakan diduga pembentukan komite audit

hanya didasari sebatas untuk pemenuhan regulasi, dimana regulasi mensyaratkan

perusahaan harus mempunyai komite audit.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi profitabilitas adalah leverage.

Leverage sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk mengukur sejauh mana

aset perusahaan dibiayai oleh hutang yang artinya berapa banyak hutang yang

ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya (Kasmir,

2017:151). Tambahan dana atau utang dapat sangat membantu suatu

perusahaan meningkatkan kinerja, operasional, penjualan dan laba yang optimal.

Adanya hutang dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan karena memiliki lebih banyak uang untuk beroperasi. Jika dana

perusahaan cukup, atau lebih tersedia, investasi perusahaan akan meningkat dan

ekspansi perusahaan dimungkinkan, yang mempengaruhi produksi dan operasi.

Peningkatan produksi meningkatkan omset perusahaan dan meningkatkan

penjualan. Peningkatan pendapatan tentunya akan berdampak positif bagi

perusahaan, karena perusahaan dapat menggunakan leverage untuk menghasilkan

laba yang optimal. Leverage masih diperbolehkan selama pendapatan yang

dihasilkan lebih tinggi dari beban bunga utang, tetapi jika beban bunga

tidak dapat ditutup dengan keuntungan, maka struktur leverage perlu

direstrukturisasikan.

Menurut penelitian (Alfi Churniawati, Kartika Hendra Titisari, Anita

Wijayanti, 2020) membuktikan bahwa leverage berpengaruh terhadap

profitabilitas kinerja keuangan. Yang menyatakan apabila

perusahaan
9

meningkatkan nilai hutang jangka panjangnya untuk memfasilitasi segala

aktivitas bisinis perusahaan, maka nilai keuntungan perusahaan juga akan

meningkat walaupun dengan adanya peningkatan resiko juga. Didukung oleh

penelitian (Helfiardi & Suhartini, 2021) yang menunjukkan leverage

berpengaruh positif yang signifikan terhadap profitabilitas dimana pada dasarnya

suatu perusahaan membutuhkan modal pinjaman dalam jumlah besar untuk

memenuhi kebutuhan pembiayaan perusahaan. Menambahkan lebih banyak utang

ke neraca perusahaan dapat meningkatkan beban bunga perusahaan. Beban bunga

dikurangkan sebelum pajak, sehingga perusahaan membayar pajak lebih

sedikit. Serta penelitian (M. Sari et al., 2016) yang menunjukkan bahwa

leverage memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan yang

menyatakan terjadi hubungan positif antara leverage dengan profitabilitas,

semakin naik leverage maka semakin naik profitabilitas. Bertolak belakang

dengan penelitian (Therito Akbar Firmansyah, Rony Malavia mardani,

Khalikussabir, 2020) Leverage memiliki pengaruh negatif yang signifikan

terhadap profitabilitas. Dinyatakan bahwa jika perusahaan memiliki rasio

leverage yang tinggi pada aset yang dimilikinya, mengakibatkan tingkat hutang

yang tinggi maka menyebabkan tingginya jumlah hutang dibandingkan harta

yang dimiliki oleh suatu perusahaan, sehingga diduga akan melakukan

manajemen laba karena perusahaan terancam vailid yakni tidak bisa membayar

utang pada waktunya dan pada akhirnya akan menurunkan prestasi perusahaan.

Selanjutnya yang mempengaruhi profitabilitas adalah ukuran

perusahaan. Perusahaan dengan assets yang besar dapat secara optimal

dan efisien
10

menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai keuntungan

perusahaan yang maksimal, sementara perusahaan dengan assets yang

kecil akan menghasilkan keuntungan yang lebih kecil. Selain itu, banyak nilai

perusahaan yang menunjukkan kualitas dan kinerja perusahaan. Semakin besar

assets perusahaan, semakin banyak keuntungan yang dihasilkannya. Perusahaan

besar jarang terjadi kebangkrutan daripada perusahaan kecil. Hal ini karena

perusahaan besar beroperasi dalam jangkauan area bisnis yang lebih luas

daripada perusahaan kecil dan menengah. Menurut penelitian (Dewi & Rahayu,

2016) mampu membuktikan bahwa ukuran peusahaan mempunyai pengaruh

positif signifikan terhadap profitabilitas yang menyatakan perusahaan yang

memiliki aset yang besar dapat menggunakan sumber daya yang ada secara

optimal dan efisien sehingga memperoleh laba yang optimal juga. Didukung oleh

penelitian (Ardiansyah, 2017) menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh

positif signifikan terhadap profitabilitas. Perusahaan asset besar dapat secara

optimal dan efisien menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai

keuntungan perusahaan yang maksimal, dan sebaliknya. Serta didukung oleh

penelitian (Purba

& Yadnya, 2015) yang menunjukkan Ukuran perusahaan memiliki pengaruh

positif terhadap profitabilitas, artinya perusahaan yang berhasil mengungkapkan

informasi untuk mengurangi biaya agensi. Namun penelitian (Budi

Setyawan,

2019) hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran berpengaruh negatif

signifikan terhadap profitabilitas, menunjukkan bahwa ukuran perusahaan bukan

salah satu pertimbangan yang digunakan investor dalam menginvestasikan

uangnya. Inilah
11

sebabnya mengapa investor Indonesia mempertimbangkan faktor teknis

daripada faktor fundamental. saat menginvestasikan dana.

Berdasarkan fenomena yang terjadi, dan dengan hasil penelitian yang

belum konsisten tersebut, penelitian ini berupaya menguji kembali mengenai

profitabilitas. Penelitian ini mengacu pada penelitian (Irma Safitri, 2021) yang

meneliti Pengaruh Good Corporate Governance dan leverage. Yang

menggunakan sampel dan populasi pada perusahaan manufaktur. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penambahan variabel

ukuran perusahaan yang mengacu pada jurnal (I Ketut Alit Sukadana, Nyoman

Triar yati,

2018) yang meneliti ukuran perusahaan dan leverage terhadap profitabilitas.

Dilakukan penambahan variabel dikarenakan variabel ini merupakan

gabungan dari beberapa penelitian terdahulu dan juga karena masih tidak

konsisten akan hasil penelitian oleh peneliti terdahulu. Perbedaan

selanjutnya yaitu penelitian sekarang yang menggunakan sampel dan

populasi pada perusahaan perbankan yang sudah terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dengan tahun pengamatan 2018-2020.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan karena

perusahaan tersebut memiliki prospek yang cerah di masa yang akan datang

dengan melihat potensi penduduk yang sudah melek teknologi sehingga akan

semakin banyak penduduk yang lebih menggunakan fasilitas perbankan seperti

dalam hal berinvestasi. Dan tentu masyarakat perlu mengetahui tentang

profitabilitas perusahaan ini mengingat banyaknya kasus perusahaan yang

mengalami naik turunnya profitabilitas. Berdasarkan latar belakang dan

fenomena yang terjadi


12

serta masih belum konsistennya penelitian penelitian sebelumnya, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH GOOD

CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, DAN UKURAN

PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS (Studi Empiris pada

Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018

2020) ”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,

maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Komisaris Independen berpengaruh terhadap Profitabilitas?

2. Apakah Komite Audit berpengaruh terhadap Profitabilitas?

3. Apakah Leverage berpengaruh terhadap Profitabilitas?

4. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Profitabilitas?

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh komisaris

independen terhadap profitabilitas.

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Komite Audit terhadap

Profitabilitas.

3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Leverage terhadap

Profitabilitas.

4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap

Profitabilitas.
13

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini


adalah:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam bidang keuangan melalui penelitian ini akan

memberikan ilmu pengetahuan tentang profitabilitas perusahaan. Peneliti

meneliti variable Good Corporate Governance, Leverage, dan ukuran

perusahaan sehingga dapat memberikan tambahan referensi bagi peneliti

peneliti lainnya yang tertarik meneliti lebih dalam tentang profitabilitas

perusahaan.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Investor

Penelitian ini memberikan informasi untuk menilai profitabilitas

perusahaan publik, sehingga investor dapat berinvestasi dengan

lebih percaya diri.

b) Bagi Manajemen

Memberi para manajemen wawasan tentang tanggung jawab untuk

melindungi investor nya, serta pengetahuan tentang peran tata

kelola perusahaan yang baik, leverage, dan ukuran perusahaan

dalam profitabilitas.

c) Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat memberikan bahan bagi penelitian akademik

untuk mengembangkan laporan keuangan khususnya analisis

profitabilitas.
14

d) Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk menambah

wawasan dan pengetahuan serta sebagai pedoman acuan untuk

penelitian selanjutnya.

e) Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau

bahan perbandinga bagi peneliti lain yang melakukan

penelitian sejenis atau lebih luas.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi pendahuluan yang menjelaskan mengapa

penelitian ini menarik, apa penelitian ini, untuk apa, latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan struktur

penulisan dalam penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang digunakan dalam

penelitian ini, penelitian-penelitian sebelumnya yang memperkuat

penelitian ini, serta kerangka teori dan hipotesis penelitian ini.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini memberikan gambaran tentang variabel penelitian

yang digunakan, penentuan sampel, dan populasi data yang

digunakan. Selain itu, bab ini juga memuat jenis dan sumber

data, metode
15

pengumpulan data yang digunakan, dan metode analisis yang

digunakan dalam penelitian ini.

BAB IV: GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum objek yang diteliti

serta informasi-informasi yang dianggap penting dan relevan bagi

penelitian seperti profil objek peelitian, dan struktur organisasi

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang rumusan masalah, tujuan, penelitian,

dan hasil penelitian yang dilakukan sesuai dengan hipotesis yang

diajukan, termasuk ringkasan hasil penelitian, pengujian hipotesis,

dan analisis.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan, keterbatasan, saran, dan

implikasi dari penelitian.


16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Agensi (Agency Theory)

Teori keagenan pertama kali dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada

tahun 1976. Jensen menemukan bahwa hubungan keagenan terjadi ketika

satu atau lebih orang (prinsipal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk

melakukan layanan mereka dan mendelegasikan wewenang pengambilan

putusan. Teori keagenan adalah teori dasar yang digunakan dalam praktik

perusahaan. Prinsip utama dari teori ini adalah bahwa antara pihak yang berkuasa

(prinsipal), yaitu investor, dan pihak yang berkuasa (agen), yaitu dasar yang

digunakan untuk mendalami tata kelola perusahaan. Teori keagenan

menggambarkan hubungan keagenan yang muncul ketika satu orang atau lebih

(principals) mempercayakan layanan kepada orang lain (agents) dan

mengandalkan kuasa pengambilan putusan kepada agen tersebut (Jensen, 1976).

Pengelola perusahaan, yaitu manajer, secara alami memiliki lebih banyak

informasi daripada investor, dan oleh karena itu manajemen memiliki kewajiban

untuk memberikan informasi kepada investor tentang situasi perusahaan. Dalam

hal ini investor tentunya memberikan pengurusan perusahaan kepada pengelola,

namun tentunya terkadang kedua belah pihak memiliki tujuan yang saling

bertentangan. Ketika agen tidak selalu melakukan apa yang diinginkan investor

mereka, menyebabkan konflik muncul dan mendatangkan biaya agensi.


17

Menurut (Jensen & Meckling 1976), Biaya keagenan adalah biaya yang

ditanggung oleh principal untuk mengawasi agent, biaya retensi agen, dan

kerugian residual. Kemakmuran investor akan berkurang dan menyebabkan

kerugian apabila ada ketidaksesuaian antara keputusan yang dibuat oleh agent.

Nilai moneter yang dihasilkan dari perbedaan ini dikenal sebagai kerugian

residual. (Jensen, 1976).

Profitabilitas dapat dijelaskan dengan teori keagenan. Sebuah perusahaan

yang mempunyai laba besar bisa menarik principal untuk menanamkan

sahamnya. Keterikatan antara profitabilitas dan agency theory adalah bagaimana

pemangku kepentingan yaitu kreditur, pemasok, dan investor dapat memperoleh

profitabilitas dari penjualan dan investasi perusahaan ketika perusahaan

beroperasi dengan bagus. Perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan yang

besar dan pendapatan yang terus meningkat membuktikan kinerja perusahaan

yang benar, maka dari itu pemegang saham merespon dengan baik dan harga

saham perusahaan naik. Profitabilitas yang besar juga membuktikan prospek

perusahaan yang baik, yang menciptakan pandangan positif di kalangan

pemegang saham.

Perusahaan dalam kinerjanya menghasilkan profitabilitas tentu tidak lepas

dari konflik kepentingan. Salah satu cara yang paling optimal untuk memangkas

konflik kepentingan dan menetapkan pencapaian fungsi perusahaan diperlukan

adanya peraturan dan kontrol secara optimal mengatur operasi perusahaan, dan

kekuatan untuk mencari banyak pihak yang mempunyai perbedaan tujuan.

(World Bank, 1999). Tata kelola perusahaan adalah bagaimana konflik muncul

bisa dikendalikan dengan memantaunya melalui good corporate governance yang

baik.
18

Teori good corporate governance telah dikemukakan untuk mewujudkan

pengendalian perusahaan agar lebih terbuka untuk setiap orang yang terlibat

dalam laporan keuangan.

2.1.2. Teori Resource Based


View

Teori Resource Based View (RBV) dikembangkan oleh Wernerfelt

(1984). Teori RBV mengasumsikan sumber daya dan kapabilitas perusahaan

penting bagi perusahaan karena sebagai fondasi atau dasar dari daya saing dan

kinerja perusahaan. Anggapan dari teori RBV adalah tentang bagaimana suatu

perusahaan bersaing dengan perusahaan lainnya, dengan mengelola sumber daya

berbanding sesuai kemampuan perusahaan untuk meraih keunggulan kompetitif.

Perusahaan yang menggunakan sumber daya mereka dengan bijak maka akan

mewujudkan sesuatu yang memberi mereka keunggulan atas orang lain.

Manfaat ini dapat seperti keuntungan perusahaan yang unggul dan kinerja area

perusahaan yang unggul. Kelebihan kelebihan yang ada pada perusahaan serta

kesuksesan dalam berkompetisi dengan lainnya bisa menaikkan nilai perusahaan.

Sebab penelitian dilaksanakan dengan menggunakan data yang ada, oleh karena

itu penelitian ini didasarkan dengan teori RBV yang berpokok dengan

beberapa variabel yang diklasifikasikan sebagai penetap profitabilitas

perusahaan. Berbeda dengan teori lain bahwa RBV menentukan faktor utama

yang membuktikan profitabilitas ialah internal daripada eksternal. (Barney,

1991). RBV menjelaskan kinerja perusahaan dalam beberapa istilah adalah

menguraikan bahwa profitabilitas terutama mengacu pada karakteristik,

kemampuan dan sumber daya tingkat perusahaan tertentu (Jovanovic, 1982;

Wernerfelt, 1984).
19

2.1.3. Pecking Order Theory

Perusahaan yang ingin berkembang akan memerlukan modal

yang sebagian dibiayai dengan utang. Akan tetapi, akan sulit bagi suatu

perusahaan untuk berutang karena terlebih dahulu perlu dianalisis apakah

perusahaan tersebut berpeluang untuk berutang atau tidak. Apabila sumber

daya internal seperti ekuitas atau laba ditahan masih belum cukup, perusahaan

bisa melakukan pinjaman. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis kelebihan dan

kekurangan pemberian kredit. Menurut Pudjiastuti dan Suad Husnan (2016)

Pecking Order Theory adalah rangkaian sumber pendanaan dari internal (laba

ditahan) dan eksternal (penerbitan ekuitas baru).

Teori ini menggambarkan keputusan pendanaan perusahaan. Pecking

Order Theory menjelaskan mengapa perusahaan yang secara konsisten

menghasilkan laba tinggi sering kali berutang uang dalam jumlah kecil. Hal ini

bukan karena target rasio utang yang rendah, tetapi karena hanya membutuhkan

pembiayaan eksternal yang minim. Perusahaan dengan laba yang lebih

rendah akan cenderung memiliki pinjaman yang lebih besar karena alasan

berikut, yaitu modal yang masih kurang serta utang sebagai sumber modal

pilihan. (Indriyani,

2017). Dana dari dalam perusahaan lebih pilih daripada dana luar perusahaan

karena dana dalam perusahaan membuat perusahaan tidak perlu mengekspos diri

dari pengawasan luaran perusahaan. Akan baik apabila menerbitkan saham baru

dan mendapatkan dana yang diperlukan tanpa menjadi pusat perhatian dan tanpa

konsumsi publik. Sumber pendanaan diluar perusahaan lebih disukai dalam

bentuk hutang daripada ekuitas karena beberapa alasan.

Pertama,
20

mempertimbangkan biaya penerbitan, biaya penerbitan obligasi lebih rendah

daripada biaya penerbitan saham baru. Dikarenakan saham lama akan turun

harganya apabila saham baru diterbitkan. Alasan selanjutnya manajemen

khawatir menerbitkan saham baru bisa dmaksudkan sebagai berita buruk

bagi investor sehingga dapat menyebabkan penurunan harga saham.

Dikarenakan mungkin ada asimetri informasi antara manajemen dan investor.

2.2 Profitabilitas

2.2.1 Pengertian Profitabilitas

Menurut (Sartono, 2010:122) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

mendapatkan keuntungan dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva

maupun modal sendiri. Selanjutnya (Novarianto & Dwimulyani, 2019)

menjelaskan profitabilitas merupakan ukuran kinerja sebuah perusahaan.

Profitabilitas mendeskripsikan kemampuan perusahaan untuk menggunakan

hartanyanya secara optimal untuk mendapatkan keuntungan perusahaan.

Skala profitabilitas yang diwujudkan perusahaan bisa berdampak pada nilai

perusahaan, dengan prospek yang bagus dari perusahaan membuktikan

profitabilitas yang besar dan perusahaan yang menguntungkan bisa menarik

investor untuk menanamkan sahamnya, sehingga investor menanggapi dengan

baik dan perusahaan akan tumbuh. (Lumoly et al., 2018).

Menurut (Munawir, 2014) menjelaskan pengertian ialah

mencerminkan kemampuan perusahaan mewujudkan keuntungan selama jangka

waktu tertentu. Rasio profitabilitas bisa menjadi informasi terakhir

mengenai pengoptimalan
21

proses manajemen perusahaan, rasio ini juga menggambarkan tentang

tingkat pengoptimalan pengendalian perusahaan.

Perusahaan berkinerja tinggi juga lebih mendapatkan keuntungkan yang

tinggi. Profitabilitas perusahaan bisa diuraikan dengan memakai

financial statement seperti balance sheet serta income statement. Dua laporan

perusahaan memungkinkan menentukan rasio keuangan yang mengukur

berbagai aspek operasi perusahaan. Profitabilitas ditentukan dengan

membandingkan keuntungan yang didapat perusahaan selama jangka waktu

tertentu dengan jumlah ekuitas atau aset perusahaan. (Muslim & Junaidi, 2020).

2.2.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas

Tujuan dan manfaat penggunaan rasio profitabilitas bagi internal

perusahaan ataupun bagi eksternal perusahaan (Kasmir, 2018:197) sebagai

berikut:

1) Mengukur atau menghitung keuntungan yang didapat

perusahaan selama 1 jangka waktu tertentu.

2) Membandingkan kinerja keuntungan perusahaan pada

tahun sebelumnya dengan tahun berjalan.

3) Mengevaluasi evolusi pendapatan dari masa ke masa.

4) Menentukan tingginya pendapatan bersih setelah pajak dengan

ekuitas sendiri.

5) Mengukur produktivitas keseluruhan dari semua dana yang

diperlukan perusahaan, baik hutang maupun ekuitas.

6) Dan maksud lainnya.


22

2.2.3 Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

(Sugiono & Untung, 2016:66) menyatakan bahwa terdapat beberapa

jenis rasio profitabilitas sebagai berikut:

a. Gross Profit Margin

Rasio yang menggambarkan seberapa tinggi profit kotor yang

didapat dengan menjual produk. Rumus gross profit margin adalah:


���� �����
����� ������
���������

������ =

b. Cash Flow Margin

Merupakan persentase arus kas dari pendapatan operasional ke

penjualan. Cash flow margin mengukur kemampuan perusahaan

untuk

mengubah penjualan menjadi arus kas


���� ��� �����
���ℎ ����
�������
������ = ���������
�����ℎ

c. Return On Asset (ROA)

Rasio ini mengukur return perusahaan atas semua harta yang tersedia.

Rasio ini mewakili efisiens sumber daya yang dipakai oleh

perusahaan. Oleh sebab itu rasio ini sering dikatakan Return on

Investment. Rumus

Return On Asset adalah:

���� �����ℎ
𝑅����� �� ����� =
𝑇���� ������

d. Return On Equity (ROE)


23
Rasio ini mengukur pendapatan perusahaan relatif terhadap

total ekuitas yang tersedia. ROE adalah salah satu metrik yang

digunakan
24

pemegang saham untuk mengukur kesuksesan perusahaan. Rumus

Return On Equity adalah:

���� �����ℎ
𝑅����� �� ������ =
������ �������

2.3 Good Corporate Governance

2.3.1 Pengertian Good Corporate Governance

Istilah “governance” berasal dari Perancis yakni “gubernance” artinya

pengendalian. Selain itu, istilah itu dipergunakan dalam status aktivitas

perusahaan dan macam macam organisasi lainnya menjadi corporate governance.

Di Indonesia, istilah corporate governance diartikan menjadi tata kelola

perusahaan.

Menurut (Ninla Elmawati Falabiba, 2019) Tata kelola perusahaan adalah

proses dan struktur yang diterapkan oleh entitas bisnis (pemegang saham/pemilik,

pejabat/direksi, dan direksi) untuk menaikkan kinerja dan memastikan kepatuhan

dengan pemangku kepentingan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan serta mementingkan poin poin adab. .

Definisi tata kelola perusahaan yang dikemukakan OECD

(Organization for Economic Cooperation and Development) adalah sistem untuk

mengelola dan mengendalikan sebuah perusahaan. Struktur GCG menentukan

pembagian hak dan kewajiban antara berbagai pihak yang terkait dalam

perusahaan, seperti direksi, manajemen, pemegang saham dan pemangku

kepentingan lainnya (Solihin 2009:115) dalam (Good Corporate Governance

(GCG)-Tata Kelola Perusahaan Yang Baik, n.d.).


25

Sedangkan tata kelola perusahaan didefinisikan oleh Indonesian

Institute of Corporate Governance (IICG) sebagai proses dan struktur yang

dijalankan dalam pengelolaan perusahaan sebagai fungsi utama menaikkan nilai

pemegang saham secara berkelanjutan, dengan memantau kepentingan

pemangku kepentingan lainnya.

Tata kelola perusahaan terutama terkait dengan konflik agensi.

Konflik datang apabila yang mengelola bisnis tidak pemilik bisnis. Tata kelola

perusahaan dibutuhkan agar memitigasi konflik agensi. Sehingga GCG

dibutuhkan agar memfasilitasi tercapainya pengoptimalan bisnis, transparansi

serta berfokus selaras berdasarkan pilar pilar yang berlaku. Penerapan

monitoring oleh Tata kelola perusahaan yang dilaksanakan dalam perusahaan

diharapkan pelaksanaan tata kelola perusahaan tersebut direvisi serta

dinaikkan agar bisa kinerja perusahaan berkembang, baik dalam keungan

ataupun operasi perusahaan (Ninla Elmawati Falabiba, 2019).

2.3.2 Prinsip-Prinsip Corporate Good Governance

Dalam Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006:5-


7)

prinsip-prinsip Tata kelola perusahaan adalah:

1. Transparansi (Transparency)

Untuk melindungi obyektivitas dalam pengelolaan operasional,

perusahaan perlu menyuguhkan informasi penting serta signifikan dengan

cara yang mudah dijangkau serta dimengerti bagi para pemangku

kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengutarakan

tidak hanya hal-hal yang diharuskan oleh undang-undang, tapi juga hal-

hal
26

yang material dalam proses menentukan putusan para pemangku

kepentingan seperti pemegang saham dan kreditur.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Perusahaan seharusnya mampu mempresentasikan kinerja dengan cara

terbuka dan adil. Dengan demikian, pengelolaan suatu perusahaan harus

dengan tepat, terevaluasi serta sejalan bersama kebutuhan perusahaan dan

mengamati kebutuhan investor serta pemangku kepentingan yang

lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat agar mendapatkan kinerja yang

berkelanjutan.

3. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan perlu mentaati undang-undang dan hukum, memenuhi

kewajiban sosial serta kawasan, menjaga kelangsungan bisnis terus

menerus serta diakui dengan sebutan good corporate citizen.

4. Independensi (Independency)

Dengan memajukan pelaksanaan pilar pilar tata kelola perusahaan, perlu

dilakukan pengelolaan perusahaan dengan mandiri, dengan demikian

badan usaha tidak saling memimpin serta tidak menembus dengan pihak

lainnya.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Dengan menjalankan usahanya, perusahaan seharusnya sering mengamat

i kebutuhan para investor serta pemangku kepentingan yang lain

berdasarkan pilar kewajaran dan kesetaraan.

2.3.3 Manfaat Good Corporate Governance


27

Menurut (Manossoh, 2016), fungsi penerapan tata kelola perusahaan

ialah seperti dibawah ini:

1. Peningkatan kinerja perusahan melalui supervisi atau pemantauan

kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap

pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan

peraturan yang berlaku.

2. Memberikan kerangka acuan yang memungkinkan pengawasan

berjalan efektif sehingga tercipta mekanisme checks and balances di

perusahaan.

3. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus

ditanggung pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang

kepada pihak manajemen.

2.3.4 Mekanisme Good Corporate Governance

Sistem tata kelola perusahaan yang baik dalam suatu perusahaan dapat

dibagi menjadi dua bagian yaitu mekanisme internal dan mekanisme eksternal..

Indikator mekanisme internal yang berhubungan langsung dengan pengambilan

keputusan seperti jumlah dewan direksi, proporsi dewan komisaris

independen, dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Sedangkan

indicator mekanisme eksternal terdiri dari pemegang saham, dan pengendalian

pasar. (S. Beiner et al.,

2003).

Indonesia menerapkan sistem dua tingkat dengan anggota dewan

yang terpisah. Dengan kata lain, anggota dewan pengawas adalah pengawas dan

dewan direksi adalah eksekutif perusahaan. Sistem two tier adalah

mekanisme yang
28

relatif sederhana untuk memenuhi kebutuhan pengawasan publik

sambil mempertahankan independensi manajemen.

2.3.5 Komisaris Independen

Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak

terhubung dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang

saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang

dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau

bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Jumlah komisaris

independen dalam satu perusahaan ditetapkan paling sedikit 30% dari jumlah

seluruh komisaris.

Menurut UU No. 40 Tahun 2007, anggaran dasar perseroan dapat

mengatur adanya 1 (satu) orang atau le bih Komisaris Independen. Komisaris

Independen (UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas) adalah anggota

Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, hubungan

kepengurusan, hubungan kepemilikan saham, dan/atau hubungan keluarga

lainnya dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau

pemegang saham pengendali atau hubungan dengan bank, yang dapat

mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. BEI mewajibkan

emiten memiliki Komisaris Independen minimal 30% dari anggota Dewan

Komisaris. Pengukuran Komisaris Independen yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu persentase jumlah komisaris independen dibagi dengan total

Dewan Komisaris (El-Chaarani,

2014).

Keberadaan anggota independen sangat penting untuk memperkuat fungsi

pengawasan dewan komisaris. Secara langsung keberadaan komisaris

independen
29

menjadi penting, karena didalam praktek sering ditemukan transaksi yang

mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang

saham publik (pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya,

terutama pada perusahaan di Indonesia yang menggunakan dana publik di dalam

pembiayaan usahanya.

Mendorong terciptanya iklim yang lebih objektif dan menempatkan

kesetaraan (fairness) di antara berbagai kepentingan termasuk kepentingan

perusahaan dan kepentingan stakeholder sebagai prinsip utama dalam

pengambilan keputusan oleh dewan komisaris merupakan misi komisaris

independen. Komisaris independen harus memastikan dijalankan nya prinsip dan

praktek tata kelola perusahaan yang baik di semua perusahaan.

Komisaris independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong

diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate

Governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris agar

dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara

efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Tugas komisaris independen sebagaimana yang dimaksud pada diatas

antara lain berupa:

a. Menjamin transparansi dan keterbukaaan laporan keuangan perusahaan.

b. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas

dan

stakeholder yang lain.

c. Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan

kepentingan secara wajar dan adil.


30

d. Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang

berlaku. e. Menjamin akuntabilitas organ perseroan.

2.3.6 Komite Audit

Komite Audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan

prinsip Good Corporate Governance, dan dituntut untuk bertindak secara

independen (Surya, Indra, dan Yustiavandan, Ivan. 2006:145)

Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) mendefinisikan komite audit

sebagai berikut: Suatu komite yang bekerja secara professional dan independen

yang dibentuk oleh dewan komisaris dan, dengan demikian, tugasnya adalah

membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris (atau dewan pengawas)

dalam menjalankan fungsi pengawasan (oversight) atas proses pelaporan

keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit dan implementasi dari corporate

governance di perusahaan – perusahaan.

Komite audit memegang peranan yang cukup penting dalam mewujudkan

good corporate governance karena merupakan “mata” dan “telinga” dewan

komisaris dalam rangka mengawasi jalannya perusahaan. Keberadaan komite

audit yang efektif merupakan salah satu aspek penilaian dalam

implementasi GCG. Untuk mewujudkan prinsip GCG di suatu perusahaan publik,

maka prinsip independensi (independency), transparansi dan pengungkapan

(transparency and disclosure) , akuntabilitas (accountability),

pertanggungjawaban (responsibility), serta kewajaran (fairness) harus menjadi

landasan utama bagi aktivitas komite audit.


31

Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Komite

Audit membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasannya.

Tanggung jawab Komite Audit adalah menilai apakah laporan keuangan dan

operasional yang dibuat oleh Direksi dapat diandalkan, juga untuk memastikan

bahwa kebijakan pengendalian serta penegakan hukum dan peraturan telah

diterapkan dalam bisnis Perseroan.

Komite Audit mempunyai tugas memberikan pendapat professional yang

independen kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang

disampaikan oleh Direksi (Herwidayatmo, 2000). Dalam tugasnya membantu

Dewan Komisaris untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi perusahaan,

maka Komite Audit dituntut harus independen.

Dalam kaitannya dengan tata kelola perusahaan, Komite Audit harus

dapat memastikan bahwa perusahaan telah mematuhi dan melaksanakan seluruh

peraturan hukum serta aturan lainnya yang berlaku dan memastikan perusahaan

menjalankan kegiatan usahanya secara bermoral dan etis (Wahyudi,

Zarkasyi.

2008:13).

Menurut Zarkasyi (2008:17) menyatakan bahwa tujuan dibentuknya

Komite Audit adalah membantu Dewan Pengawasan atau Komisaris dalam

memastikan efektivitas sistem pengendalian internal dan efektivitas pelaksanaan

tugas Auditor luar perusahaan dan Auditor dalam perusahaan.

Turley dan Zaman meneliti pengaruh corporate governance dan komite

audit, dengan mengevaluasi dan melakukan sintesa beberapa penelitian terdahulu

tentang corporate governance yang berkaitan dengan komite audit. Penelitian

ini
32

melaporkan bahwa menunjukkan adanya bukti hubungan positif antara

eksistensi komite audit dengan kualitas kinerja perusahaan dan laporan keuangan.

Dalam peraturan Kep-29/PM/2004 yang berisi peraturan yang

mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, yang mana tugas komite audit

sebagai berikut:

1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan

dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan dan proyeksi serta

informasi keuangan lainnya.

2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan

hukum perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan

perundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

3. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh

auditor internal.

4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi

perusahaan dan pelaksanaan manjemen risiko oleh direksi.

5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas

pengaduan yang berkaitan dengan emiten.

6. Menjaga kerahasiaan dokume, data, dan rahasia perusahaan.

2.4 Leverage

2.4.1 Pengertian Leverage

Leverage berasal dari kata lever yang berarti pengungkit, biaya tetap

(yang berasal dari aktivitas opersi dan keuangan) dapat dipandang sebagai

suatu leverage, yang sanggup menghasilkan (mengungkit) laba yang lebih

besar.
33

Sebaliknya, leverage pun berpotensi menimbulkan kerugian yang lebih besar

(Mardiyanto, 2008:248). Leverage adalah jumlah hutang yang digunakan untuk

membiayai atau membeli aset perusahaan. Perusahaan dengan banyak

hutang daripada ekuitas dianggap sebagai perusahaan dengan leverage tinggi.

Leverage juga dapat berarti penggunaan berbagai macam instrument keuangan

atau modal pinjaman untuk meningkatkan hasil potensial suatu investasi

(Fakhruddin,

2008:109). Teori keagenan menyatakan bahwa semakin besar leverage yang

dimiliki perusahaan, semakin baik transfer kekayaan dari kreditur

perusahaan kepada pemegang saham perusahaan. Perusahaan dengan struktur

modal yang sangat leverage memiliki biaya agensi yang lebih tinggi. Oleh

karena itu, perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi memiliki kewajiban

yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan informasi dari kreditur jangka

panjang mereka. (Prastiwi dan Puspitaningrum, 2012).

Leverage adalah salah satu rasio keuangan yang menggambarkan

hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun aset perusahaan

(Agusti, 2014). Menurut Ngadiman dan Puspitasari (2014) leverage adalah

penggunaan dana dari pihak eksternal berupa hutang untuk membiayai investasi

dan asset perusahaan. Menurut Wiagustini (2010:76) dalam Dharma dan Ardiana

(2015) Leverage adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangannya baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek untuk mengukur

sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang. Marfu’ah (2015) mengartikan

bahwa leverage sebagai penggunaan assets dan sumber dana (sources of

funds)
34

oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud

agar meningkatkan profitabilitas potensial pemegang saham.

Terdapat empat faktor yang mempengaruhi keputusan penggunaan

leverage modal Bringham (2006:15):

1. Risiko Usaha, atau tingkat risiko yang inheren dalam

operasi perusahaan tidak menggunakan utang. Makin besar risiko

perusahaan makin rendah rasio utang optimalnya.

2. Posisi Pajak Perusahaan, jika sebagian besar laba perusahaan

dilindungi dari pajak oleh perlindungan pajak yang berasal dari

penyusutan, maka bunga atas utang yang saat ini belum dilunasi,

ataupun kerugian pajak yang dibawa ke periode berikutnya akan

menghasilkan tariff pajak yang rendah.

3. Fleksibilitas Keuangan, kemampan untuk menghimpun modal

dengan persyaratan yang wajar dalam kondisi yang buruk.

4. Konservatisme atau Keagresifan Manajerial, beberapa manajer

lebih agresif dari manajer yang lainnya sehingga mereka bersedia

menggunakan utang sebagai usaha untuk meningkatkan laba.

Namun, menambahkan hutang ke struktur modal dapat meningkatkan

risiko keuangan perusahaan karena akan meningkatkan leverage keuangan

perusahaan. Oleh karena itu, keputusan mengenai penggunaan utang sebagai

sumber modal harus mempertimbangkan dampaknya terhadap risiko

keuangan yang dihadapi pemegang saham publik. Hutang tersebut harus

dikelola dengan baik oleh manajemen perusahaan sehingga tujuannya

melakukan utang tersebut


35

menghindari kerugian dan dapat menguntungkan. (Dharma dan Ardiana, 2015).

Rasio leverage yang tinggi menimbulkan pertanyaan tentang masa depan bisnis.

Disebabkan, sebagian besar dana yang diterima perusahaan biasanya digunakan

untuk membiayai hutang, sehingga mengurangi modal kerja. Kreditor sebagian

besar lebih menyukai debt ratio yang angka rasionya rendah karena apabila

terjadi pembubaran, kerugian yang dialami kreditor dapat diminimalisir

(Widyantari,

2011:28 dalam Heryuliani, 2015).

2.4.2 Jenis-Jenis Rasio Leverage

Macam macam rasio leverage yang dapat umumnya digunakan menurut

(Syamsudin, 2001 dalam Hardiningsih, 2008:72)


ialah:

1. Debt Ratio

Hutang meliputi kewajiban/hutang jangka pendek (short-term) dan jangka

panjang. Kreditur umumnya lebih memilih rasio hutang terhadap ekuitas

yang rendah karena ada penyangga besar dana yang tersedia bagi kreditur

jika perusahaan dilikuidasi. Bagi pemilik (insider) rasio hutang yang tinggi

dapat melipatgandakan laba atau mungkin dapat juga mengurangi kendali

atas perusahaan karena adanya penjualan saham ke pasar modal. Rasio

ini mengukur berapa besar harta perusahaan yang dibiayai oleh kreditor

yang diperoleh dengan membandingkan total kewajiban (total liabilities)

dengan total harta (asset). Rasio ini merupakan rasio yang paling menyeluruh

karena memasukkan proporsi kewajiban jangka pendek maupun kewajiban

jangka panjang terhadap asset. Semakin tinggi tingkat ini, semakin banyak

uang yang
36

dikumpulkan perusahaan dari kreditur. Menurut Sartono 2010:105 dalam

Astried 2012 rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:


Total Hutang
��� =
Total Asset

2. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini merupakan upaya untuk menunjukkan proporsi relatif dari

klaim pemberi pinjaman terhadap kepemilikan dan digunakan sebagai

ukuran peran kewajiban (hutang). Versi ini menganalisis persentase utang

berdasarkan rasio total utang (biasanya utang jangka pendek dan semua

jenis utang jangka panjang) terhadap total ekuitas. Indikator tersebut

juga menunjukkan hubungan antara pinjaman kreditur jangka panjang

dengan jumlah modal dari pemegang saham. Rasio ini diperoleh dengan

membandingkan total debt to equity ratio. Menurut Sartono 2010:105 dalam

Astried 2012 rasio ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:


Total Hutang
��𝑅 =
Total Modal

3. Debt to Total Capitalization Ratio

Rasio ini adalah versi rinci dari Analisis Porsi Utang, yang mencakup

rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas. Kapitalisasi didefinisikan

sebagai jumlah piutang jangka panjang (baik kewajiban maupun ekuitas) dari

suatu perusahaan, tidak termasuk kewajiban jangka pendek (kewajiban

lancar). Rasio ini mengukur berapa banyak modal jangka panjang perusahaan

(total modal) yang didanai oleh kreditur. Menurut (Hardiningsih (2008:72))

rumus ini dapat dirumuskan sebagai berikut:


37

Laba sebelum Bunga dan Pajak


���𝑅 =
Beban Bunga

2.5 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar

kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size,

penjualan dan kapitalisasi pasar, dan lain-lain (Hasibuan, 2009 dalam

Surbakti,

2012). Definisi ukuran perusahaan (Riyanto, 2008:313 dalam Ngadiman dan

Puspitasari 2014) yaitu besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai

modal, nilai penjualan atau nilai aktiva.

Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan

perusahaan dengan berbagai cara yaitu total asset, jumlah penjualan,

jumlah tenaga kerja, dan lain-lain (Suwito dan Herawaty, 2005:138).

Tahap kedewasaan perusahaan ditentukan berdasarkan total aset, semakin

besar total aset menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek baik

dalam jangka waktu yang relatif panjang (Dharma dan Ardiana, 2015). Menurut

Rego (2003), semakin besar ukuran perusahaannya, maka transaksi yang

dilakukan akan semakin kompleks. Perusahaan yang besar ini tentunya

membutuhkan dana yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Dengan deikian, perusahaan menginginkan pendapatan yang besar. (Sudarmadji

dan Sularto, 2007 dalam Ardansyah, 2014) menyatakan semakin besar aktiva

maka semakin banyak modal yang ditanam dan semakin besar perputaran uang.
38

2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini terdapat beberapa acuan penelitian yang digunakan

untuk mendukung penelitian. Acuan penelitian yang digunakan tentunya

memiliki ruang lingkup yang sama yaitu yang meneliti tentang pengaruh good

corporate governance, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas.

Berikut penelitian terdahulu yang relevan:

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu


No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil
.
1. (Anjani Pengaruh Good Dependen:
& Corporate Profitabilitas
Yadnya, Governance
2017) terhadap Independen: a. a. Berpengaruh
profitabilitas pada Dewan negatif
perusahaan komisaris b.Tidak
perbankan yang independen Berpengaruh
terdaftar di BEI b. Dewan direksi c. c. Berpengaruh
Komite audit positif
2. (Rumap Pengaruh Good Dependen:
ea, Corporate profitabilitas
2017) Governance
terhadap Independen: a. Berpengaruh
profitabilitas pada a. dewan direksi negative
perusahaan b. dewan komisaris b. pengaruh
manufaktur yang c. komite audit positif
terdaftar di BEI c. pengaruh
2013-2015 negative
3. (Irma Pengaruh Corporate Dependen:
Safitri, Governance dan profitabilitas
2021) leverage terhadap
profitabilitas pada Independen: a. a. Berpengaruh b.
perusahaan Komisaris berpengaruh
manufaktur yang independen negatif
terdaftar di BEI b. Dewan c. Berpengaruh
komisaris positif
c. Komite audit d. berpengaruh
d. Kepemilikan negatif
Institusional e. berpengaruh
e. Kepemilikan negatif
39

Manajerial f. berpengaruh
f. Leverage negatif
4. (Edo Pengaruh leverage, Dependen:
Fani likuiditas, dan ukuran Profitabilitas
Ardians perusahaan terhadap
yah, profitabilitas pada
2017) perusahaan Independen: a. Berpengaruh
pertambangan yang a. Leverage b. positif
terdaftar di BEI Likuiditas b. Berpengaruh
c. Ukuran positif
perusahaan c. Berpengaruh
positif
5. (Nurdia Pengaruh ukuran Dependen:
na, perusahaan dan Profitabilita
2018) likuiditas terhadap
profitabilitas Independen: a.
Ukuran a. Tidak
Perusahaan berpengaruh
b. Likuiditas b. Berpengaruh
6. (Solekha Pengaruh Good Dependen:
, 2019) Corporate Profitabilitas
Governance Independen: a.
terhadap Dewan
profitabilitas Komisaris a. Tidak
perusahaan sector Independen Berpengaruh
pertambangan b. Kepemilikan b. Tidak
Manajerial Berpengaruh
c. Komite audit c. Berpengaruh
d. Kepemilikan d. Tidak
Institusional Berpengaruh
7. (Sukada Pengaruh Dependen:
na & pertumbuhan jualan, Profitabilitas
Triaryati ukuran perusahaan dan
, 2018) leverage terhadap Independen: a. Berpengaruh
profitabilitas pada a. pertumbuhan positif
perusahaan food dan penjualan b. Berpengaruh
beverage yang b. Leverage negatif
terdaftar di BEI c. ukuran c. Berpengaruh
perusahaan positif

8. (Pradny Pengaruh struktur Dependen:


anita modal, likuiditas, Profitabilitas a. pengaruh tidak
Sukmay ukuran perusahaan signifikan b.
anti & terhadap profitabilitas Independen: berpengaruh
Triaryati pada perusahaan a. struktur modal negatif
, 2018) property b. Likuiditas c. Berpengaruh
40

dan real estate c. Ukuran negatif


perusahaan

9. (Maria Pengaruh ukuran Dependen:


et al., perusahaan, Profitabilitas
2018) leverage, dan liquiditas
terhadap profitabilitas Independen: a. a. Berpengaruh
di perusahaan ukuran negatif
Esperanca timor-oan perusahaan b. berpengaruh
(ETO) dili timor- leste b. Leverage c. positif
likuiditas c. Berpengaruh
perusahaan negatif

10. (Lorenz Pengaruh struktur Dependen:


a et al., modal dan ukuran Profitabilitas
2020) perusahaan terhadap
profitabilitas Independen:
Pada perusahaan a. struktur modal b. a. Berpengaruh b.
otomotif yang Ukuran berpengaruh
Terdaftar di Bursa perusahaan negatif
Efek Indonesia
11. (D. P. Pengaruh leverage Dependen:
Sari, dan likuiditas Profitabilitas
2021) terhadap
profitabilitas pada PT Independen:
Gudang Garam a. leverage b. a. Berpengaruh b.
likuiditas Berpengaruh
12. (Astivas Pengaruh struktur Dependen:
ari & modal dan ukuran Profitabilitas
Siswant perusahaan terhadap
o, 2018) profitabilitas Independen: a. berpengaruh
perusahaan a. Struktur modal b. positif
indonesia ukuran b. tidak
perusahaan berpengaruh
41

13. (Naingg Pengaruh Good Dependen:


olan, Corporate Profitabilitas
2021) Governance
terhadap Independen: a. tidak
profitabilitas a. Komite audit berpengaruh
perusahaan b. Komisaris b. tidak
perbankan yang independen berpengaruh
terdaftar di BEI c. Kepemillikan c. berpengaruh
2018-2021 manajerial negatif
d. Kepemilikan d. tidak
institusional berpengaruh

14. (Isma Pengaruh Good Dependen:


Wardani Corporate Profitabilitas
, Elsa Governance(GCG),
Seri Modal Kerja,dan Independen:
Indah Solvabilitas Terhadap a. Good Corporate a. berpengaruh b.
Sitepu, Profitabilitas Pada governance berpengaruh c.
Anggrei Perusahaan b. modal kerja tidak
niRoma Manufaktur Yang c. solvabilitas berpengaruh
Ito Purba, Terdaftar di Bursa
Delvi Efek Indonesia Tahun
Anggria 2013-2015
ny
Waruwu
, 2019)

15. (Siregar, Pengaruh Good Dependen:


n.d, Corporate Profitabilitas
2020) Governance
Terhadap Independen:
Profitabilitas Pada a. Direksi, dewan
Perusahaan komisaris a. Berpengaruh
perbankan Yang independen, Signifikan
Terdaftar di Bursa dewan direksi, dan
Efek Indonesia komite audit
42

2.7 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

2.7.1 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Profitabilitas

Komisaris independen berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA),

artinya persentase komisaris independen yang lebih tinggi dapat melakukan

peran dan fungsi pengawasan secara lebih efektif, sehingga meningkatkan kinerja

keuangan perusahaan dan berdampak pada profitabilitas perusahaan. Dengan

adanya keberadaan komisaris independen akan meningkatkan pengawasan yang

dilakukan dan memperkecil biaya keagenan yang terjadi dalam sebuah

perusahaan (rini, 2012). Komisaris independen merupakan inti dari tata kelola

perusahaan yang bertanggung jawab untuk memastikan pelaksanaan strategi

perusahaan, mengawasi tindakan manajemen dalam mengelola perusahaan, serta

memastikan terlaksananya akuntabilitas. Maka semakin tinggi presentase

komisaris independen tentunya akan semakin meningkatnya pengawasan terhadap

manajer yang dapat meningkatkan kinerja dan profitabilitas perusahaan yang

bersangkutan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Jielend Ariandhini, 2019),

(Noviawan dan Septiani, 2013), (Martsila dan Meiranto, 2013) yang

menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan

terhadap profitabilitas. Kemudian hasil penelitian dari (Latief et al, 2014) yang

juga menunjukkkan komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan

terhadap profitabilitas. Dengan ini adanya komisaris independen dalam sebuah

perusahaan akan dapat meningkatkan kualitas fungsi monitoring dalam

perusahaan dan semakin baik dalam hal pengawasan yang dilakukan

oleh manajer dan


43

memperkecil lingkup penyelewengan yang terjadi pada sebuah perusahaan serta

hal ini sangat menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan dan

mendapatkan profitabilitas yang lebih tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dirumuskan

adalah: H1: Komisaris independen berpengaruh terhadap

Profitabilitas

2.7.2 Pengaruh Komite Audit terhadap


Profitabilitas

Komite audit yang dibentuk dan bertanggung jawab kepada dewan

komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan

komisaris. Komite audit berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA),

artinya semakin tinggi proporsi komite audit yang menjalankan tugasnya untuk

membuat laporan keuangan maka semakin berkualitas laporan keuangan

perusahaan dan semakin efektif monitoring yang dilaksanakan manajemen, yang

mana akan menghindari manajer berbuat semena mena sehingga kinerja

perusahaan akan lebih baik dan akan berdampak pada meningkatnya

profitabilitas. Dalam melaksanakan kewajiban nya, komite audit mempunyai

fungsi membantu dewan komisaris untuk pengendalian yang dapat mengurangi

kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan,

meningkatkan efektifitas fungsi audit dalam perusahaan maupun audit luar

perusahaan, serta mengidentifikasi hal yang memerlukan perhatian dewan

komisaris atau dewan pengawas.

Menurut penelitian (Anjani & Yadnya, 2017), (Safitri, 2021), Arifani

(2012) yang menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh positif dan

signifikan terhadap profitabilitas. Yang mana keberadaan komite audit dapat


mempengaruhi profitabilitas perusahaan karena semakin
44

efektif
45

pengawasan/monitoring komite audit akan membuat kinerja perusahaan menjadi

optimal sehingga akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dirumuskan

adalah: H2: Komite audit berpengaruh terhadap Profitabilitas.

2.7.3 Pengaruh Leverage terhadap


Profitabilitas

Leverage merupakan salah satu alat yang dipergunakan perusahaan untuk

meningkatkan modal mereka dalam rangka meningkatkan keuntungan

(Singapurwoko, 2011). Penambahan hutang dapat meningkatkan kemampuan

perusahaan untuk memperoleh keuntungan, karena dana yang ada untuk operasi

perusahaannya lebih banyak. Hutang sangat membantu perusahaan untuk

meningkatkan kinerja, operasional, penjualan, dan perolehan laba yang optimal.

Namun rasio hutang yang terlalu tinggi akan mempunyai dampak buruk terhadap

kinerja perusahaan, karena tingkat hutang yang semakin tinggi berarti

beban bunga perusahaan akan semakin besar dan mengurangi keuntungan (profit)

perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat hutang lebih besar dalam struktur

permodalannya maka akan mempunyai biaya agensi yang lebih tinggi. Oleh

karena itu, perusahaan yang memiliki leverage tinggi mempunyai kewajiban

yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang

(Prastiwi dan Puspitaningrum, 2012).

Didukung oleh penelitian (Maria et al., 2018), (Helfiardi & Suhartini,

2021) menemukan adanya pengaruh positif dan signifikan antara leverage dengan

profitabilitas perusahaan yang menyatakan apabila perusahaan meningkatkan

nilai hutang jangka panjangnya untuk memfasilitasi segala aktivitas bisnis

perusahaan,
46

maka nilai keuntungan perusahaan juga akan meningkat walaupun dengan

adanya peningkatan resiko juga yang artinya penggunaan hutang yang

semakin besar maka akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dirumuskan

adalah: H3: Leverage berpengaruh terhadap Profitabilitas

2.7.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap


Profitabilitas

Ukuran perusahaan merupakan suatu penetapan besar kecilnya

perusahaan. Perusahaan yang berukuran besar akan lebih mudah dalam

memperoleh dana untuk menegembangkan usahanya dan memiliki kesempatan

yang cenderung lebih besar untuk menarik investor maupun kreditor karena

perusahaan akan mendapatkan kepercayaan lebih dari investor maupun kreditur.

Apabila dalam sebuah perusahaan dapat memanfaatkan jumlah aset yang

dimilikinya secara benar, maka akan memiliki peluang untuk meningkatkan

tingkat keuntungannya. Penjelasan ini menunjukkan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh positif terhadap pengembangan usaha nya dan

berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

Semakin besar total aset yang menunjukkan harta yang dimiliki

perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tergolong perusahaan besar.

Dan sebaliknya, semakin kecil total aset menunjukkan bahwa perusahaan tersebut

tergolong perusahaan kecil. Perusahaan yang mempunyai asset yang besar akan

membuat investor merasa semakin aman dalam berinvestasi ke perusahaan

tersebut.
47

Semakin besar nilai ukuran perusahaan dapat menjelaskan dan menduga

peningkatan profitabilitas perusahaan. Sebaliknya, semakin rendah nilai ukuran

perusahaan dapat menjelaskan dan menduga penurunan profitabilitas perusahaan.

Hasil penelitian ini mendukung temuan yang dilakukan oleh (Dewi &

Rahayu,

2016), (Ardiansyah, 2017) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh dan signifikan terhadap profitabilitas. Kemudian hasil dari

penelitian (Purba & Yadnya, 2015) yang juga menunjukkan ukuran perusahaan

berpengaruh dan signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa

perusahaan dengan aset yang besar dapat menggunakan sumber daya yang ada

secara optimal dan efisien untuk mencapai keuntungan yang maksimal.

Sedangkan perusahaan dengan aset yang kecil tentu akan menghasilkan

keuntungan sesuai dengan aset yang dimiliki. Perusahaan yang memiliki aset

yang besar dapat menggunakan sumber daya yang ada secara maksimal dan

efisien sehingga memperoleh profitabilitas yang maksimal.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dirumuskan

adalah: H4: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap

Profitabilitas.
48

2.8 Model Penelitian

Gambar 2. 1 Model Penelitian

Komisaris Independen

(X1)

Komite Audit
Profitabilitas
(X2)
(Y)

Leverage

(X3)

Ukuran perusahaan

(X4)
49

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bersumber dari data sekunder. Yang mana data tersebut

tidak diambil secara langsung dari perusahaan terkait melainkan dari situs resmi

indeks saham Indonesia (www.idx.co.id.) untuk perusahaan-perusahaan

perbankan yang

terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2018-2020. Oleh karena itu,

lokasi penelitiannya bersifat fleksibel. Waktu penelitian dilakukan pada tahun

2021.

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018:80) dalam

(Farihah, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor

Perbankan yang telah go public dan terdaftar di BEI pada tahun 2018-

2020

(www.idx.co.id)

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar maka peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi misal karena keterbatasan tenaga,

dana dan waktu. Maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa

yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi.
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus representative (Sugiyono,
50

2018:81).
51

Metode sampel yang diterapkan adalah metode purposive sampling.

Menurut (Sugiyono, 2018;85) Purposive sampling adalah teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu.

Metode ini dipilih dengan tujuan mendapatkan sampel yang sesuai

dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria pemilihan sampel sebagai

berikut:

1. Perusahaan sektor Perbankan Indonesia yang telah go public dan

terdaftar di BEI selama tahun 2018 – 2020

2. Perusahaan menyajikan data yang lengkap dan mendukung variabel

Good Corporate Governance, Leverage, Ukuran perusahaan, dan

Profitabilitas dalam penelitian ini selama periode 2018-2020.

3. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama tahun pengamatan.

Tabel 3. 1 Jumlah Sampel Penelitian

No Keterangan Jumlah Perusahaan

1 Perusahaan perbankan yang terdaftar di 46

Bursa Efek Indonesia tahun (2018–2020).

2 Perusahaan yang mengalami kerugian selama (9)

tahun 2018-2020

3 Perusahaan Perbankan yang delisting pada (2)

tahun 2018-2020.

4 Perusahaan Perbankan yang belum go public (1)

sebelum tahun 2018

Jumlah Sampel 34

Sumber: Data hasil olahan, 2021


52

Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2018-2020 yang

sesuai dengan kriteria pengambilan sampel adalah sebanyak 34 sampel dengan

total pengamatan sebanyak 102 laporan keuangan tahunan. Adapun perusahaan

perbankan yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut.

Tabel 3. 2 Daftar Sampel


1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk

2 BABP Bank MNC Internasional Tbk

3 BACA Bank Capital Indonesia Tbk

4 BBCA Bank Central Asia Tbk

5 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk

6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

7 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

8 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

9 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk

10 BGTG Bank Ganesha Tbk

11 BINA Bank Ina Perdana Tbk

12 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk

13 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk

14 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk

15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk

16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk

17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk

18 BNII Bank Maybank Indonesia Tbk


53

19 BNLI Bank Permata Tbk

20 BSIM Bank Sinarmas Tbk

21 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk

22 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk

23 MEGA Bank Mega Tbk

24 NISP Bank OCBC NISP Tbk

25 NOBU Bank Nationalnobu Tbk

26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk

27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk

28 BTPS Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk

29 PNBS Bank Panin Dubai Syariah Tbk

30 ARTO Bank Artos Indonesia Tbk

31 MCOR Bank China Construction Bank Indonesia Tbk

32 BSWD Bank Of India Indonesia Tbk

33 BEKS Bank Pembangunan Daerah Banten

34 BRIS Bank BRI Syariah Tbk

Sumber Data: www.idx.co.id

3.3. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dimana data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder. Data sekunder adalah

sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung oleh

peneliti melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak ketiga). Data

sekunder yang diperoleh dari Financial Report atau Annual Report perusahaan

Perbankan yang
54

terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) dari tahun 2018-2020 yang

telah dipublikasikan dan dapat di download dari situs resmi BEI yaitu

www.idx.co.id.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

adalah dokumentasi yakni Perusahaan Perbankan yang telah Go public dan

financial report Perusahaan yang dapat diakses di www.idx.co.id

3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu Variabel Independen dan

Variabel Dependen.

Variabel Independen sering disebut sebagai Variabel bebas yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya Variabel

Dependen (Sugiyono, 2009:59).

Variabel Dependen merupakan Variabel terikat yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variable bebas (Goleman et al., 2019)

3.5.1. Variabel Dependen (Y)

3.5.1.1.Profitabilitas

Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil didapat

perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Menurut Harahap (2009;304),

profitabilitas adalah rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas

menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua

kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal,

jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating ratio.


55

Dalam penelitian ini Return On Asset mewakili rasio profitabilitas.

Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan

perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama

laporan laba rugi dan neraca. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa

periode operasi. Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi

menghubungkan laba dengan investasi. Salah satu pengukurannya adalah tingkat

pengembalian atas aset atau Return on Asset (ROA). Return on Asset merupakan

rasio profitabilitas yang sering digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui

seberapa jauh asset yang digunakan dapat menghasilkan laba. Menurut Hanafi

(2009:81), Return on asset ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan

laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. Menurut Kasmir (2016:120)

Rasio profit margin dapat

dihitung sebagai berikut:


��� �������� ������
𝑹�𝑨 =
��𝒂������ 𝑨���� ��𝒂𝒙
�������
𝑨����

3.5.2. Variabel Independen (X)

3.5.2.1.Komisaris Independen

Menurut Sam’ani 2008 komisaris independen merupakan komisaris yang

berasal dari luar perusahaan cenderung akan bertindak lebih independen,

sehingga dapat mengawasi dan mengontrol manajemen. Komisaris Independen

bertujuan untuk penyeimbang pengambilan keputusan dewan komisaris.

Adapun jumlah komisaris independen adalah paling sedikit 30% dari

keseluruhan anggota dewan komisaris. Kriteria komisaris independen adalah

komisaris yang berasal dari luar emiten, yang tidak secara langsung atau tidak

memiliki saham emiten, dan tidak terkait dengan komisaris, direksi dan

pemegang saham.
56

Proporsi komisaris independen yaitu perbandingan persentase jumlah

komisaris independen diluar perusahaan dengan jumlah seluruh anggota dewan

komisaris independen (Rachmawati dan Triatmoko, 2007:10) yang dirumuskan

dengan:

�������������
����������
Jumlah anggota komisaris independen diluar perusahaan � 100%
Jumlah seluruh komisaris independen

3.5.2.2.Komite Audit

Menurut (Forker, 1992) Komite Audit mengajarkan kepada perusahaan

prinsip-prinsip kontrol, transparansi dan akuntabilitas, sehingga memungkinkan

perusahaan untuk mendapat informasi yang lebih baik, terutama yang berkaitan

dengan keterbukaan dan kejujuran dalam penyajian. Prinsip ini

menempatkan kepercayaan yang tinggi terhadap kinerja komite audit dan

meningkatkan kualitas tata kelola perusahaan. sehingga manajer perusahaan

tidak akan semena mena akan perusahaan.. Skala variabel ukuran komite audit

adalah skala rasio. Indikator yang digunakan adalah jumlah komite audit yang

dimiliki perusahaan. Rumus komite audit oleh (Wardoyo dan Veronica,

2013:137) adalah sebagai berikut:

Komite Audit = Jumlah Komite Audit yang Dimiliki Oleh Perusahaan

3.5.2.3.Leverage

Dalam (Kasmir, 2017,113) rasio leverage adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan

hutang. Yang mana maksudnya adalah besarnya jumlah hutang yang

digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasionalnya jika

dibandingkan dengan
57

menggunakan modal sendiri. Menurut (Kasmir, 2017,113) rasio leverage diukur

menggunakan rumus:
������� ������𝐠
����𝑽 = 𝐗 ���%
������� 𝐀���

3.5.2.4.Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan secara umum dapat diartikan sebagai suatu

perbandingan besar atau kecilnya suatu objek. Jika konteks ini mengacu

pada perusahaan atau organisasi maka ukuran perusahaan (firm size) dapat

diartikan sebagai suatu perbandingan besar atau kecilnya suatu perusahaan atau

organisasi. Oleh karena itu ukuran suatu perusahaan merupakan sesuatu

yang dapat mengukur atau menentukan nilai dari suatu ukuran

perusahaan. Ukuran perusahaan juga didefinisikan sebagai skl yang dapat

mengelompokkan ukuran perusahaan menurut jenis yang berbeda seperti

nilai pasar saham, jumlah karyawan, total asset, dll. (RA Maretha, 2016)

Ukuran perusahaan mencerminkan besar kecilnya perusahaan berdasarkan

kapitalisasi pasarnya. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat dinyatakan dalam

bentuk total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata

aktiva. Ukuran perusahaan umumnya dinilai dari besarnya aktiva

perusahaan. Pengukuran perusahaan dimaksudkan untuk membedakan secara

kuantitatif antara perusahaan kecil dengan perusahaan besar. Ukuran perusahaan

(firm size) dapat diukur dari jumlah total asset perusahaan yang menjadi sampel

yang kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural. Berikut

adalah perumusannya oleh (Sunarto dan Budi,2009).:

Ukuran Perusahaan = Log Natural of Total Asset


58

3.6. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik

dengan menggunakan SPSS (Statistic Package for Social Science) versi 26.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan

analisis regresi linier berganda. Regresi adalah alat analisis yang digunakan

untuk meneliti pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel

dependen. Dikarenakan variabel independen lebih dari satu, maka peneliti

menggunakan analisis regresi linier berganda. Data yang didapatkan berupa data

kuantitatif yang diperhitungkan menggunakan metode statistik dan dijelaskan

dengan angka- angka. Urutan pengujiannya sebagai berikut.

3.6.1. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2007) pengertian Analisis Deskriptif adalah statistik

yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara menggambarkan atau

mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata (Mean), Minimum,

Maximum dan Standar Deviasi.

3.6.2. Uji Normalitas Data

Uji normalitas adalah uji dengan tujuan untuk melihat apakah nilai

residual terdistribusi normal atau tidak (Ghozali, 2016:154). Model persamaan

regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Cara

untuk mendeteksi nilai residual terdistribusi dengan normal yaitu menggunakan

analisis grafik atau analisis statistik. Dalam penelit ian ini, untuk menguji

data
59

terdistribusi normal atau tidak normal menggunakan uji normal P-Plot dan uji

Kolmogorov Smirnov. Dasar pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal. Jika data

menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti garis diagonal, maka

model regresi tidak memenuhi uji normalitas.

b. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka data terdistribusi normal. Jika data

menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka

model regresi memenuhi uji normalitas.

3.6.3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah uji untuk mengetahui apakah model regresi dapat

digunakan sebagai alat prediksi yang baik. Dalam model regresi, nilai residual

harus mengikuti distribusi normal dan terbebas dari korelasi antar variabel

independen (Ghozali, 2011:105). Uji asumsi klasik yang akan dilakukan

adalah uji Multikolinearitas, uji Autokolerasi dan uji Heteroskedastisitas.

3.6.3.1.Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas adalah uji statistik untuk menentukan apakah

ada korelasi yang tinggi antara variabel independen (bebas). Apabila

ditemukan adanya tingkat korelasi yang tinggi antar variabel bebas (independen),

maka dapat dikatakan model regresi yang ada tidaklah baik (Ghozali,

2016:103). Model regresi dikatakan memiliki multikolinieritas jika minimum

ada dua variabel independen yang berkorelasi tinggi, dan hal ini menyebabkan

model regresi tidak valid (Soentoro, 2015:440).


60

Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation

Factore (VIF). Multikolinieritas terjadi jika nilai Tolerance rendah dan nilai VIF

cenderung tinggi, yaitu apabila Tolerance = 0,10 dan VIF = 10

(Ghozali,

2016:104).

3.6.3.2.Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah uji yang bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi. maka

dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali 2016:107). Model regresi

yang baik ialah model yang bebas dari autokorelasi. Metode yang digunakan

untuk menguji apakah ada atau tidaknya gejala autokorelasi salah satunya adalah

menggunakan teknik regresi dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW). Menurut

Santoso (2012:243) dasar pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi

adalah sebagai berikut:

1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.

3. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

3.6.3.3.Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas adalah uji yang bertujuan untuk menguji

apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain. Jika varian dan residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda

disebut heterokedastisitas (Ghozali, 2016:138). Dalam penelitian ini,

cara untuk
61

mendeteksi heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai

prediksi variabel dependen dengan residualnya dan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik scatter plot. Metode yang digunakan untuk mendeteksi

ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu melalui pengujian dengan

menggunakan scatter plot. Dasar analisisnya adalah sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Selain dengan melihat grafik scatter plot, dalam penelitian ini juga

dilakukan uji rank speareman untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas (Gujarat & Porter, 2015:483-484). Adapun dasar-dasar

pengambilan keputusan dalam uji heteroskedastisitas dengan rank spearman

adalah sebagai berikut:

a. Apabila nilai signifikansi atau sig. (2-tailed) lebih besar dari nilai 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.

b. Apabila nilai signifikansi atau sig. (2-tailed) lebih kecil dari nilai 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat masalah heteroskedastisitas.

3.6.4. Regresi Linear Berganda

Menurut Imam Ghozali (2018) Analisis regresi linier berganda

merupakan hubungan secara linear antara dua atau lebih variable independen

(X) dengan variable dependen (Y). Analisi ini untuk memprediksi nilai dari

variable dependen apabila nilai variable independen mengalami kenaikan atau

penurunan dan untuk


62

mengetahui arah hubungan, antara variable independen dengan variable

dependen apakah masing masing variable independen berhubungan positif

atau negative.

Perhitungan regresi linear berganda dihitung sebagai berikut:


Y: α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Keterangan:
Y : Kinerja Keuangan

α : Konstanta

ß1 ß2 ß3 ß4 : Koefisien Regresi

X1 : Komisaris Independen

X2 : Komite Audit

X3 : Ukuran Perusahaan

X4 : Leverage

e : Error Item

3.6.5. Uji Hipotesis

3.6.5.1.Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t )

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu

variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Ada atau tidaknya pengaruh signifikan dari masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen dapat diketahui dengan

membandingkan nilai signifikannya dengan derajat kepercayaannya. Apabila

tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima. Demikian pula

sebaliknya, jika tingkat signifikan lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak. Bila Ha

diterima dan Ho ditolak berarti ada hubungan signifikan antara

variable independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2016:97).


63

3.6.5.2 Uji Kelayakan Model (Uji Statistik F)

Uji Statistik F merupakan uji dengan tujuan untuk menunjukkan semua

variabel bebas dimasukkan dalam model yang memiliki pengaruh secara

bersama terhadap variabel terikat (Ghozali, 2018:98). Kriteria pengujian

menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai signifikansi < 0,05 artinya

model penelitian layak digunakan dan jika nilai signifikan > 0,05 artinya model

penelitian tidak layak digunakan.

3.6.5.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai

yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen

(Ghozali,2016:95).

Kelemahan pada penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap

jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan

satu variabel independen, maka R2 pasti akan meningkat tanpa melihat

apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan

Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti R 2 ,

nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen

ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2016:95). Dengan demikian, pada

penelitian ini menggunakan nilai Adjusted R2 untuk mengevaluasi model regresi.


64

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1. Bursa Efek Indonesia (BEI)

Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX) adalah

pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system dan sarana untuk

mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak lain untuk tujuan

memperdagangkan efek di antara mereka.

Bursa Efek Indonesia memiliki anggota bursa di mana semua perusahaan

yang ada didalamnya telat mendapat izin. Anggota Bursa Efek Indonesia adalah

perantara pedagang efek yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam-LK

dan Bursa Efek Indonesia sehingga serta berhak menggunakan sistem dan atau

sarana Bursa Efek Indonesia sesuai dengan peraturan Bursa Efek Indonesia guna

melakukan transaksi bursa.

Bursa Efek Indonesia merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa

Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektifitas

operasional dan transaksi, pemerintah memutuskan untuk menggabung bursa efek

jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi

dan derivative menjadi BEI. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi

pada 1 Desember

2007.

Visi Bursa Efek Indonesia adalah menjadi bursa yang kompetitif dengan

kredibilitas tingkat dunia. Sedangkan misi Bursa Efek Indonesia adalah

membangun bursa efek yang mudah diakses dan memfasilitasi mobilisasi dana

jangka panjang untuk seluruh lini industri dan semua segala bisnis

perusahaan.
65

Tidak hanya di Jakarta tapi di seluruh Indonesia dan tidak hanya bagi institusi,

tetapi juga bagi individu yang memenuhi kualifikasi mendapatkan

pemerataan melalui pemilikan. Serta meningkatkan reputasi Bursa Efek

Indonesia melalui pemberian layanan yang berkualitas dan konsisten kepada

seluruh stakeholder perusahaan.

Bursa Efek Indonesia membagi kelompok industri-industri perusahaan

berdasarkan sektor-sektor yang dikelolanya terdiri dari: sektor pertambangan,

sektor pertanian, sektor industri dasar kimia, sektor aneka industri, sektor

industri barang konsumsi, sektor infrastruktur, sektor properti, sektor keuangan,

dan sektor perdagangan jasa investasi.

4.2 Sub Sektor Keuangan ( Perbankan )

Sektor keuangan adalah sektor yang termasuk dalam kelompok

perusahaan yang berperan aktif di pasar modal sebagai sektor keuangan yang

menopang sektor riil perekonomian Indonesia. Sektor keuangan Bursa Efek

Indonesia dibagi menjadi lima subsektor, antara lain perbankan, lembaga

pembiayaan, perusahaan efek, perusahaan asuransi dll.

Subsektor perbankan merupakan salah satu perusahaan yang saat ini

banyak diminati oleh para investor karena imbal hasil yang menjanjikan

atau return saham yang dapat dicapai. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan

yang bisnis utamanya adalah giro, tabungan dan deposito, serta tempat yang

dapat meminjam uang (kredit) bagi mereka yang membutuhkan.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,

yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana
dari
66

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk kredit dan atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Berdasarkan UU No. 7 tahun 1992

tentang perbankan menyebutkan bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dan dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”. Berdasarkan

pengertian di atas, bank adalah suatu entitas yang bergerak di bidang

keuangan yang artinya kegiatan perbankan selalu berkaitan dengan sektor

keuangan, dan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian, bank-bank di Indonesia

berkomitmen terhadap demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi tersebut

dilaksanakan berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila.


67

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Hasil Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan gambaran suatu data yang dapat dilihat dari

nilai rata-rata (mean), nilai minimum, nilai maksimal, dan standar deviasi

maksimum dan minimum dari masing-masing variabel (Ghozali, 2018:19). Mean

menunjukkan nilai rata-rata sampel, sedangkan nilai minimum, nilai maksimum,

dan standar deviasi menunjukkan penyebaran data dari data penelitian yang

digunakan.

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data laporan keuangan

perusahaan tahun 2018-2020. Dalam obyek penelitian ini populasi yang

digunakan adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Data yang diteliti menggunakan variabel dependen adalah profitabilitas,

sedangkan variabel bebas (independen) adalah good corporate governance,

leverage, dan ukuran perusahaan . Pemilihan sampel dilakukan dengan metode

purposive sampling yang merupakan pemilihan sampel dengan kriteria tertentu

yang peneliti tetapkan, sehingga diperoleh 34 perusahaan yang sesuai

kriteria dengan masa observasi selama 3 tahun. Peneliti menggunakan SPSS

versi 26 untuk mengolah data.

Dari hasil pengolahan data diperoleh hasil analisis deskriptif sebagai

berikut:
68

Tabel 5. 1 Statistik Deskriptif


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std
Deviation
Komisaris 102 0,5000 0,7500 0,587353 0,0760267
Independen

Komite Audit 102 3,00 7,00 4,2549 1,10522

Leverage(DAR) 102 0,0520 4,3230 0,792412 0,4050151

Ukuran 102 27,22 36,57 31,7542 2,02207


Perusahaan

Profitabilitas 102 0,0410 0,2130 0,084854 0,0308127

Valid N 102
(listwise)
Sumber: Data dari Output SPSS, 2022

Dari tabel 5.1 diatas, telah menjelaskan deskripsi dari masing-masing

variabel dalam penelitian ini.

Variabel dependen profitabilitas menunjukkan nilai terendah sebesar

0,0410 yaitu pada Bank MNC Internasional Tbk (BABP) pada tahun 2020,

dan nilai tertinggi sebesar 0,2130 yaitu pada Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) pada

tahun

2018. Sedangkan nilai rata rata dari profitabilitas adalah sebesar 0,084854 dengan

standar deviasi sebesar 0,0308127 yang berarti tingkat penyebaran data variable

memiliki variasi yang lebih kecil atau homogen dikarenakan nilai standar deviasi

lebih kecil dari nilai rata-ratanya.

Variabel komisaris independen menunjukkan nilai terendah sebesar

0,5000 yaitu pada Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) pada

tahun 2018, sedangkan nilai tertinggi sebesar 0,7500 yaitu pada Bank Woori

Saudara Indonesia Tbk (SDRA) pada tahun 2018, dengan rata rata 0,587353,

serta standar deviasi


69

0,0760267 yang berarti tingkat penyebaran data variable memiliki variasi

yang lebih kecil atau homogen dikarenakan nilai standar deviasi lebih kecil

dari nilai rata-ratanya.

Variabel komite audit menunjukkan nilai terendah sebesar 3,00 yaitu

pada Bank MNC Internasional Tbk (BABP) pada tahun 2020, sedangkan nilai

tertinggi sebesar 7,00 yaitu pada Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada tahun 2019,

dengan rata rata 4,2549 serta standar deviasi 1,10522 yang berarti tingkat

penyebaran data variable memiliki variasi yang lebih kecil atau homogen

dikarenakan nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya.

Variabel leverage menunjukkan nilai terendah sebesar 0,0520 yaitu pada

Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS) pada tahun 2019, sedangkan nilai

tertinggi sebesar 4,3230 yaitu pada Bank Woori Saudara Indonesia Tbk (SDRA)

pada tahun

2018, dengan rata rata 0,792412 serta standar deviasi 0,4050151 yang

berarti tingkat penyebaran data variable memiliki variasi yang lebih kecil atau

homogen dikarenakan nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya.

Variabel ukuran perusahaan menunjukkan nilai terendah sebesar

27,22 yaitu pada Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) pada tahun 2018, sedangkan

nilai tertinggi sebesar 36,57 yaitu pada Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) pada tahun

2019, dengan rata rata 31,7542 serta standar deviasi 2,02207 yang berarti tingkat

penyebaran data variable memiliki variasi yang lebih kecil atau homogen

dikarenakan nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya.


70

5.1.3. Hasil Uji Normalitas Data

Uji normalitas data memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel independen dan dependen memiliki distribusi normal atau tidak.

Penelitian ini menggunakan analisis grafik untuk menguji normalitas data. Uji ini

dapat dilihat dari tabel kolmogorov-smirnov seperti dibawah ini:

Tabel 5. 2 Hasil Pengujian Normalitas Data


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 102
Normal Mean 0,0000000
a,,b
Parameters
Std. Deviation 0,02042638
Most Extreme Absolute 0,084
Differences
Positive 0,084

Negative -0,076

Kolmogorov-Smirnov Z 0,084
Asymp. Sig. (2-tailed) ,076c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber: Data dari output SPSS, 2022

Dari uji Kolmogrov-Smirnov yang ditunjukkan oleh tabel 5.2

tersebut, maka didapat data nilai signifikansi unstandarlized residual atau

Asymp.Sig. (2- tailed) sebesar 0,076 lebih besar dari 0,05. Hasil pengujian ini

menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal, dengan nilai signifikansi

lebih besar dari

0,05. Oleh karena itu, hasil penelitian ini dinyatakan dapat diterima karena

data yang dianalisis memenuhi kriteria uji normalitas.


71

Gambar 5. 1 Normal PP Plot

Sumber: Data Output SPSS, 2022

Gambar 5. 2 Histogram

Dari gambar Normal PP Plot diatas (Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa

titik- titik menyebar dan berada di sepanjang garis diagonal. Hal ini

menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

5.1.4. Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang terdiri dari uji multikolinearitas, autokorelasi, dan

heteroskedastisitas, merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui ada

tidaknya perbedaan sebelum menggunakan analisis regresi berganda.

(Priyatno,

2012).
72

5.1.4.1.Hasil Uji Multikolinearitas


Uji multikolinearitas memiliki tujuan untuk mengetahui apakah

hubungan antar variabel independen mengalami masalah multikolinearitas.

Multikolinearitas merupakan korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah

yang terjadi dalam hubungan antar variabel bebas (Ghozali, 2018:107).

Uji multikolinearitas dilakukan dalam penelitian ini dengan menguji nilai

tolerance dan nilai VIF. Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka

tidak terjadi multikolinearitas dalam persamaan regresi penelitian. Hasil uji

multikolonieritas dapat dilihat dibawah ini:

Tabel 5. 3 Hasil Uji Multikolonieritas


Coefficientsa

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Komisaris Independen Komite Audit 0,989 1,011
Leverage 0,655 1,526
Ukuran Perusahaan 0,980 1,020
0,650 1,537

a. Dependent Variable: Profitabilitas (Y)


Sumber: Data dari output SPSS, 2022

Dari hasil uji multikolinearitas diatas, dapat disimpulkan bahwa

model regresi tidak memiliki masalah multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat

nilai VIF <

10, sedangkan nilai tolerance > 0,1. Hal ini dapat menunjukkan bahwa

model regresi bebas dari multikolinearitas.

5.1.4.2.Hasil Uji Autokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada periode waktu t dengan kesalahan pada

periode
73

waktu t-1 dalam model regresi ini. Dari penelitian ini, uji Durbin Watson

dilakukan untuk menguji autokorelasi. Berikut tabel menunjukkan hasil

pengujian metode perhitungan Durbin Watson:

Tabel 5. 4 Uji Autokorelasi


b
Model Summary
Change Statistics
Durbin-
Model R Square F Sig. F Watson
Change Change df1 df2 Change
1 0,561 30,931 4 97 0,000 0,724
a. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan(X4), Komisaris Independen (X1),
Leverage(DAR) X3, Komite Audit (X2)
b. Dependent Variable: Profitabilitas (Y)

Dalam Tabel 5.4 maka diperoleh nilai Durbin-Watson (d) adalah sebesar

0,724 . Jumlah sampel sebanyak 102 data dan jumlah variabel bebas(k) sebanyak

4 variabel dengan batas kritis 5% maka dapat diketahui batas bawah (dl) adalah

1,5969 dan batas atas (du) adalah 1,7596

Keputusan tidak adanya autokorelasi jika d berada diantara d dan 4-du,

yaitu du < d< 4-du. Berdasarkan hasil diatas, diketahui (Durbin Watson) terletak

antara du <d < 4-du = 1,7596 > 0,724 < 2,2404 maka dapat diartikan terdapat

autokorelasi pada model regresi.

Sehingga pada penelitian ini menggunakan metode Cochrane-orcutt ini

merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah

autokorekasi (Ghozali,2016). Dalam melakukan metode ini perlu diketahuinya

koefisien autokorelasi (p). koefisien korelasi (p) disebut juga dengan istilah Rho.

Jika koefisien autokorelasi diketahui maka dilakukan tranformasi untuk

pendeteksian ulang untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi. Sehingga

berikut hasil uji autokorelasi setelah menggunakan metode Cochrane-orcutt:


74

Tabel 5. 5 Hasil Uji Autokorelasi setelah Metode Cochrane-orcutt


b
Model Summary
Model Durbin-Watson

2,0
1
a. Predictors: (Constant), Lag_X4, Lag_X3, Lag_X1,
Lag_X2
b. Dependent Variable: Lag_Y

Sumber: Data dari output SPSS, 2022

Berdasarkan tabel hasil diatas, diketahui (Durbin Watson) terletak

antara du < d< 4-du. Berdasarkan hasil diatas, diketahui (Durbin Watson) terletak

antara du <d < 4-du = 1,7596 < 2,087 < 2,2404 maka dapat diartikan terbebas

dari autokorelasi pada model regresi.

5.1.4.3.Hasil Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidak

samaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

dalam model regresi. Untuk menganalisi ada tidaknya heteroskedastisitas

dalam penelitian ini, perlu ditampilkan plot antara nilai prediksi variabel

dependen, ZPRED, dan residual SRESID.. Untuk hasil uji heteroskedastisitas

pada hipotesis dari penelitian ini dapat dilihat gambar dibawah:

Gambar 5. 3 Uji Heterokedastisitas


75

Dari grafik scatterplots tersebut terlihat bahwa titik-titik tersebar secara

acak dan tidak membentuk pola. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala

heteroskedastisitas dalam model regresi, sehingga model regresi ini dapat dipakai

untuk menganalisis penelitian ini.

5.1.5. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mendapatkan koefisien

regresi yang menentukan apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak.

Tabel 5. 6 Analisis Regresi Linier Berganda


Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant)
-0,250 0,040 -6,313 0,000

Komisaris
0,060 0,027 0,148 2,186 0,031
Independen
Komite Audit
0,007 0,002 0,263 3,168 0,002
Leverage Ukuran
Perusahaan -0,005 0,005 -0,068 -1,006 0,317
0,009 0,001 0,562 6,738 0,000

a. Dependent Variable: Profitabilitas (Y)

Sumber: Data dari Output SPSS, 2022


Dari Tabel 5.6 hasil pengolahan data SPSS, diperoleh model regresi

akhir sebagai berikut ini:

Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X4 + β4X4 + e

Y = (-0,250)+ 0,060 X1 + 0,007 X2 + (-0,005)X3 + 0,009 X4 + e

Dari persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:


76

1. Nilai konstanta = (-0,250) menunjukkan bahwa jika variabel (X) bernilai

0 (nol) maka (Y) bernilai sebesar (-0,250).

2. Nilai koefisien regresi untuk variabel X1 adalah 0,060 dan

bertanda positif. Artinya bahwa setiap peningkatan satu satuan pada

variabel X1 dengan asumsi variabel lainnya tetap, maka akan

meningkatkan variabel Y sebesar 0,060.

3. Nilai koefisien regresi untuk variabel X2 adalah 0,007 dan bertanda

positif. Artinya bahwa setiap peningkatan satu satuan pada variabel X2

dengan asumsi variabel lainnya tetap, maka akan meningkatkan

variabel Y sebesar 0,007.

4. Nilai koefisien regresi untuk variabel X3 adalah (-0,005) dan

bertanda negatif. Artinya bahwa setiap peningkatan satu satuan pada

variabel X3 dengan asumsi variabel lainnya tetap, maka akan

menurunkan variabel Y sebesar (-0,005).

5. Nilai koefisien regresi untuk variabel X4 adalah 0,009 dan bertanda

positif. Artinya bahwa setiap peningkatan satu satuan pada variabel X4

dengan asumsi variabel lainnya tetap, maka akan meningkatkan

variabel Y sebesar 0,009.

5.1.6. Hasil Uji Parsial (T-Test)

Diketahui nilai t tabel pada taraf signifikansi 5% = 0,05 dapat diketahui

sebagai berikut: Nilai t tabel dengan jumlah sampel (n) = 102 , jumlah variabel

independen (k) = 4, taraf signifikansi 5% atau 0,05.

t tabel = n – k: /2
77

= 102– 4 : 0,05/2

= 98: 0,025

= ±1,9845

keterangan: n: jumlah data

k: jumlah variabel bebas

Sehingga berdasarkan t tabel maka dapat dihasilkan hipotesis berikut:

1. Nilai signifikansi variabel X1 sebesar 0.031< 0,05 dengan t

hitung sebesar 2,186 > t tabel 1,9845. Oleh karena itu, maka dapat

diambil keputusan menerima hipotesis pertama sehingga komisaris

independen berpengaruh terhadap profitabilitas.

2. Nilai signifikansi variabel X2 sebesar 0.002 ≤ 0,05 dengan t

hitung sebesar 3,168 > t tabel 1,9845. Oleh karena itu, maka dapat

diambil keputusan menerima hipotesis kedua sehingga komite audit

berpengaruh terhadap profitabilitas.

3. Nilai signifikansi variabel X3 sebesar 0.317 > 0,05 dengan -t

hitung sebesar (-1,006) > -t tabel (-1,9845). Oleh karena itu, maka dapat

diambil keputusan menolak hipotesis ketiga sehingga Leverage (DAR)

tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.

4. Nilai signifikansi variabel X4 sebesar 0.000 ≤ 0,05 dengan t

hitung sebesar 6,738 > t tabel 1,9845. Oleh karena itu, maka dapat

diambil keputusan menerima hipotesis keempat sehingga ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas.


78

5.1.5 Hasil Uji F ( F-Test)

Uji F, atau uji kelayakan model, bertujuan untuk mengukur apakah semua

variabel bebas yang disediakan oleh model dapat digunakan secara layak. Uji F

dilakukan dengan mempertimbangkan nilai signifikansi F sambil mengeluarkan

hasil regresi menggunakan SPSS dengan nilai signifikansi 0,05. Jika nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05 maka hipotesis ditolak. Artinya model regresi

tidak layak. Nilai yang jauh lebih kecil dari 0,05 berarti hipotesis diterima dan

model regresi layak. Model fit dilakukan dengan uji-F dengan kriteria sebagai

berikut: jika nilai signifikansi F < 0,05 maka model dikatakan fit dan jika

nilai signifikansi F > 0,05 maka model dikatakan tidak fit. Dibawah ini tabel

yang menunjukkan hasilnya:

Tabel 5. 7 Hasil Uji Kelayakan (Uji F)


ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares D Square F Sig.
f
1 Regression
0, 054 4 0,013 30,931 ,000b
Residual 0,042 97 0,000
Total 0,096 101
a. Dependent Variable: Profitabilitas (Y)
b. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan(X4), Komisaris Independen
(X1), Leverage(DAR) X3, Komite Audit (X2)

Berdasarkan dari Tabel 5.7 di atas, diketahui bahwa nilai sig F sebanyak

0,000 < 0,05 yg berarti model fit. Jadi variabel independen bisa dipakai

buat memprediksi variabel dependen.

5.1.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) yang memberikan persentase

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Persentase ini

menunjukkan
79

seberapa baik variabel independen menjelaskan variabel dependen.

Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5. 8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)


Model Summaryb
Model R R Adjusted R Std. Error of the
Square Square Estimate

1 ,749a 0,561 0,542 0,0208433

a. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan(X4), Komisaris


Independen (X1), Leverage(DAR) X3, Komite Audit (X2)
b. Dependent Variable: Profitabilitas (Y)
Sumber: Data dari output SPSS , 2022

Tabel diatas membuktikan bahwa nilai R Square adalah sebesar

0,561 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profitabilitas dapat

dijelaskan komisaris independen, komite audit, leverage dan ukuran

perusahaaan sebesar

56,1 % sedangkan sisanya 43,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

diamati dalam penelitian ini.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Profitabilitas

Penelitian ini mengajukan hipotesis pertama yakni Komisaris Independen

berpengaruh positif terhadap Profitabilitas. Hasil dari pengujian hipotesis

pertama pada penelitian ini menunjukkan bahwa H1 diterima. Artinya dengan

tingginya proporsi komisaris diluar perusahaan maka akan lebih menjamin

pelaksanaan strategi perusahaan, memonitoring manajemen serta terlaksananya

akuntabilitas sehingga kinerja perusahaan akan lebih baik dan meningkatkan

profitabilitas perusahaan.
80

Hasil penelitian sesuai dengan teori yang telah dijelasakan sebelumnya.

Dalam teori Agensi (Agency Theory) masalah umum yang sering terjadi antara

pemegang saham perusahaan (principals) dan manajer (agents) terkait

dengan masalah keagenan. Masalah keagenan adalah masalah yang timbul dari

perbedaan kepentingan antara principals dan agents. Perbedaan ini berpotensi

menimbulkan konflik yang dapat menyebabkan atau menimbulkan biaya yang

tidak perlu yang akan timbul jika perusahaan dikelola oleh pemiliknya

sendiri.. Jika komisaris independen tidak dijalankan atau tidak berperan dengan

baik dalam perusahaan, maka hal tersebut dapat mengurangi kepercayaan

pemegang saham dan kinerja perusahaan sehingga akan mengakibatkan

penurunan profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu pentingnya peran

Komisaris Independen dalam perusahaan akan menjadikan semakin baik

pengawasan yang dilakukan dan mengurangi biaya keagenan yang terjadi pada

sebuah perusahaan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan (Jielend Ariandhini,2019) yang

menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh positif terhadap

profitabilitas yang menyatakan adanya komisaris independen dalam sebuah

perusahaan akan dapat meningkatkan kualitas fungsi pengawasan dalam

perusahaan dan semakin baik dalam hal monitoring. Penelitian (Latief et al,

2014) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif komisaris

independen terhadap profitabilitas yang mana perusahaan dengan komisaris

independen akan mendapatkan profit atas aset dan laba persaham yang lebih

tinggi yang mencerminkan kinerja keuangan bank yang lebih baik daripada bank

tanpa mempunyai komisaris independen. Penelitian (Andrani Dwi Putrid dan

Aminar
81

Sutra Dewi.2017) menyatakan komisaris independen berpengaruh positif

terhadap profitabilitas yang mana dapat meminimalkan permasalahan. Namun

bertolak belakang dengan penelitian (Nainggolan, 2021) menyatakan hasil yang

bertolak belakang bahwa komisaris independen berpengaruh negative

terhadap profitabilitas karena fungsi nya hanya sebatas pengawasan dan tidak

dalam pengambil keputusan. Penelitian (Anjani & Yadnya, 2017)

menunjukkan komisaris independen berpengaruh negative terhadap profitabilitas

yang menyatakan Pengangkatan komisaris independen biasanya hanya formalitas

untuk mematuhi peraturan yang ada dan kurangnya kesadaran komisaris

independen saat melakukan pengawasan. Penelitian (Egha Putra Mahardika,

2014) menunjukkan komisaris independen berpengaruh negative terhadap

profitabilitas yang menyatakan komisaris independen cenderung hanya

menjalankan prosedur untuk mematuhi peraturan yang ada, dan karena kurangnya

kesadaran akan pengawasan komisaris independen, sehingga komisaris

independen tidak berpengaruh pada profitabilitas.

5.2.2. Pengaruh Komite Audit Terhadap


Profitabilitas

Penelitian ini mengajukan hipotesis kedua yakni Komite

Audit berpengaruh positif terhadap Profitabilitas. Hasil dari pengujian hipotesis

kedua pada penelitian ini menunjukkan bahwa H2 diterima. Artinya semakin

banyak porsi komite audit maka pengawasan terhadap pengelola perusahaan

akan semakin baik dalam meminimalisir bertindak curang dan laporan keuangan

akan semakin berkualitas sehingga kemampuan perusahaan akan lebih baik dan

akan berpengaruh pada meningkatnya profitabilitas yang mana Keberadaan

komite
82

audit memiliki tugas untuk mengawasi pelaksanaan pengendalian internal, audit

internal dan eksternal, serta menciptakan lingkungan disiplin dan pengendalian

yang dapat mengurangi kemungkinan penyimpangan tata kelola perusahaan.

Hasil penelitian sesuai dengan teori yang telah dijelasakan sebelumnya

yaitu dalam teori keagenan memprediksi bahwa pembentukan komite audit

adalah salah satu cara untuk memecahkan masalah keagenan. Fungsi utama

Komite Audit adalah mengkaji pengendalian internal perusahaan, memastikan

kualitas pelaporan keuangan, dan meningkatkan efektivitas fungsi audit.

(Wulandari,

2011). Sehingga komite audit sangat berperan dalam meningkatkan profitabilitas

perusahaan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan (Anjani & Yadnya ,2017) menunjukkan

bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap profitabilitas yang

menunjukkan semakin efektif pengawasan komite audit, semakin optimal

kinerja perusahaan dan berdampak pada profitabilitas perusahaan. Penelitian

(Safitri, 2021) juga menunjukkan komite audit berpengaruh positif terhadap

profitabilitas yang menyatakan semakin banyak komite audit makan

profitabilitas akan meningkat dan begitu juga sebaliknya. Penelitian (Arifani,

2012) menyatakan bahwa adanya pengaruh positif antara komite audit terhadap

profitabilitas yang mana tugas Komite Audit adalah memfasilitasi tugas dewan

komisaris dan mengoptimalkan mekanisme pengendalian internal perusahaan.

Namun bertolak belakang dalam penelitian (Nainggolan, 2021) komite audit

tidak berpengaruh terhadap profitabilitas yang menyatakan pembentukan komite

audit semata-mata hanya didasarkan pada kepatuhan terhadap peraturan, yang

mengharuskan perusahaan
83

untuk membentuk komite audit. Penelitian (Subiyanti & Zannati, 2019)

menunjukkan komite audit tidak berpengaruh terhadap profitabilitas hal ini

menunjukkan bahwa banyaknya komite audit tidak menjamin efektifitas kinerja

komite audit dalam menjalankan fungsi pengawasannya. Penelitian (Asnita et

al.,

2020) menunjukkan komite audit tidak mempengaruhi profitabilitas karena

mereka memegang banyak posisi yang mengakibatkan kinerja kurang efisien dan

kurangnya pengawasan kegiatan manajemen.

5.2.3. Pengaruh Leverage Terhadap


Profitabilitas

Penelitian ini mengajukan hipotesis ketiga yakni Leverage tidak

berpengaruh terhadap Profitabilitas. Hasil dari pengujian hipotesis ketiga pada

penelitian ini menunjukkan bahwa H3 ditolak. Artinya perusahaan di dalam

operasionalnya untuk mendatangkan laba tidak bergantung dengan hutang karena

selain hutang, perusahaan juga mempunyai pilihan lain yakni perusahaan dapat

menggunakan dana dari modal sendiri atau pemilik perusahaan. Perusahaan

didalam BEI juga dikatakan perusahaan besar sehingga perusahaan juga bisa

menggunakan modal dari pihak investor yang telah di tanamkan di perusahaan

sehingga dalam operasionalnya perusahaan untuk memperoleh profitabilitas

perusahaan tidak perlu meningkatkan jumlah hutang.

Hasil ini sesuai dengan penelitian (Therito Akbar Firmansyah, Rony

Malavia mardani, Khalikussabir, 2020) Leverage memiliki pengaruh negatif

signifikan terhadap profitabilitas yang menyatakan jika suatu perusahaan

memiliki rasio leverage yang tinggi, maka akan memiliki tingkat kewajiban yang

tinggi dibandingkan dengan aset perusahaan. Penelitian (Widhi &

Suarmanayasa, 2021)
84

menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif dan signifikan leverage terhadap

profitabilitas yang menyatakan jika rasio hutang tidak dikendalikan oleh

perusahaan maka masalah tersebut akan mengakibatkan turunnya tingkat

profitabilitas pada perusahaan yang bersangkutan. Penelitian (A. Putra &

Badjra,

2015) yang menunjukkan leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

profitabilitas yang menyatakan bahwa ketika leverage meningkat, profitabilitas

yang dicapai oleh perusahaan bisa menurun dan sebaliknya. Namun penelitian

(Helfiardi & Suhartini, 2021) yang menunjukkan leverage berpengaruh positif

dan signifikan terhadap profitabilitas dimana pada dasarnya, suatu perusahaan

pasti membutuhkan hutang dalam jumlah besar untuk memenuhi

kebutuhan pembiayaan operasionalnya. Penelitian (Edo Fani Ardiansyah, 2017)

yang menunjukkan leverage berpengaruh positif terhadap profitabilitas sebuah

perusahaan membutuhkan modal yang besar untuk menjalankan mengembangkan

bisnisnya, dan tambahan dana atau hutang dapat sangat membantu

meningkatkan kinerja bisnis, operasi perusahaan, penjualan dan memperoleh

keuntungan yang optimal. Penelitian (Alfi Churniawati, Kartika Hendra

Titisari, Anita Wijayanti,

2020) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh terhadap profitabilitas

ketika sebuah perusahaan meningkatkan nilai hutang jangka panjang untuk

mendukung semua operasinya, itu juga meningkatkan nilai pendapatan

perusahaan, tetapi juga menyebabkan meningkatnya risiko juga.

5.2.4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap


Profitabilitas
Penelitian ini mengajukan hipotesis keempat yakni Ukuran 85

Perusahaan berpengaruh positif terhadap Profitabilitas. Hasil dari pengujian

hipotesis keempat
86

pada penelitian ini menunjukkan bahwa H4 diterima. Artinya ukuran perusahaan

berpengaruh positif terhadap profitabilitas suatu perusahaan karena dengan aset

yang besar perusahaan bisa menompang dan membantu aktivitas perusahaan

untuk mendapatkan profitabilitas dari aktivitas operasionalnya. Perusahaan besar

juga memiliki modal dan sumber dana yang besar sehingga perusahaan juga

tidak akan mengalami kesulitan dalam membiayai segala aktivitasnya untuk

mendapatkan keuntungan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Pecking Order Theory

menyatakan perusahaan yang besar pasti mempunyai asset tinggi untuk

menghasilkan keuntungan, sehingga perusahaan dengan asset tinggi tidak

memerlukan pinjaman berupa hutang. Perusahaan dengan aset yang besar,

penggunaan sumber daya yang dimiliki bisa digunakan secara optimal dan

efisien untuk menghasilkan keuntungan. Semakin besar aset perusahaan, semakin

banyak keuntungan yang akan dihasilkan. Perusahaan ukuran besar lebih kecil

kemungkinannya untuk bangkrut daripada perusahaan ukuran kecil. Hal ini

karena perusahaan besar akan beroperasi dalam jangkauan area bisnis yang lebih

luas daripada perusahaan kecil dan menengah.

Hasil ini sesuai dengan penelitian (Ardiansyah, 2017) menunjukkan

ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas.

Perusahaan dengan asset yang besar dapat secara optimal dan efisien

menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai keuntungan perusahaan

yang maksimal, sementara perusahaan dengan kekayaan yang kecil biasanya

akan menghasilkan keuntungan yang lebih kecil. Penelitian (Afiezan et al.,

2020)
87

ukuran perusahaan mempunyai berpengaruh positif dan signifikan dengan

profitabilitas semakin banyak asset perusahaan kemungkinan untuk

mendatangkan keuntungan lebih besar karena untuk menunjang seluruh kegiatan

perusahaan untuk mendatangkan laba perusahaan harus mempunyai asset yang

cukup pula dan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan.

Penelitian (Dewi & Rahayu, 2016) mampu membuktikan bahwa ukuran

peusahaan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas yang

menyatakan perusahaan yang mempunyai asset yang besar bisa menggunakan

sumber daya yang ada secara optimal dan efisien sehingga mendapatkan laba

yang maksimal. Namun penelitian (A. A. W. Y. Putra & Badjra, 2015)

menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap profitabilitas

bahwa ukuran perusahaan bukan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi

profitabilitas. Semakin besar perusahaan, semakin banyak biaya yang harus

dikeluarkan untuk menjalankan operasinya secara efektif, yang akan mengurangi

profitabilitasnya sendiri. Penelitian (Maria et al, 2018) menunjukkan ukuran

perusahaan berpengaruh negatif terhadap profitabilitas bahwa semakin besar

ukuran perusahaan, semakin sulit untuk meningkatkan keuntungan. Penelitian

(Lorenza et al, 2020) juga menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif

terhadap profitabilitas artinya bahwa semakin kecil ukuran perusahaan maka

semakin kecil profitabilitas perusahaan, apabila perusahaan memiliki ukuran

yang besar maka perusahaan tersebut membutuhkan biaya yang besar pula

dalam menjalankan kegiatan operasinya.


88

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel Komisaris Independen berpengaruh terhadap

Profitabilitas. Artinya dengan tingginya proporsi komisaris

independen diluar perusahaan maka akan lebih memonitoring

manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan

terlaksananya akuntabilitas sehingga meningkatkan kinerja dan

profit perusahaan yang bersangkutan.

2. Variabel Komite Audit berpengaruh terhadap Profitabilitas.

Hasil ini mendukung hipotesis kedua yang menyatakan komite

audit berpengaruh terhadap profitabilitas. Hal ini dikarenakan

proporsi jumlah komite audit paling sedikit 3 dalam perusahaan

diperlukan untuk membantu dan memperkuat fungsi dewan

komisaris dalam menjalankan pengawasan yaitu dalam

mengawasi laporan keuangan, pelaksanaan audit serta

menciptakan kedisiplinan yang dapat mengurangi kesempatan

terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan sehingga

dinilai mampu meningkatkan kinerja keuangan optimal dan

mempengaruhi profitabilitas perusahaan.


89

3. Variabel Leverage tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas.

Hasil ini tidak mendukung hipotesis ketiga yang menyatakan

leverage berpengaruh terhadap profitabilitas. Hal ini

dikarenakan perusahaan dalam kegiatan operasinya untuk

mendapatkan keuntungan perusahaan tidak memerlukan utang

untuk mendapatkan profit. Karena perusahaan dalam BEI bisa di

katakan termasuk perusahaan yang besar dimana perusahaan

besar memiliki sumber modal atau dana yang besar pula baik itu

modal dari pemilik atau modal dari investor sehingga perusahaan

tidak terlalu bergantung pada utang untuk mendapatkan profit.

4. Variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Profitabilitas.

Hasil ini mendukung hipotesis keempat. Hal ini dikarenakan

dengan asset yang besar perusahaan bisa menompang dan

membantu kegiatan perusahaan untuk mendapatkan laba dari

kegiatan operasinya. Perusahaan besar juga memiliki modal dan

sumber dana yang melimpah sehingga dengan adanya dana yang

melimpah, perusahaan juga tidak akan kesulitan dalam membiayai

segala kegiatannya untuk mendapatkan laba.

6.2. Keterbatasan Penelitian

1. Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan 56,1%

profitabilitas dipengaruhi oleh komisaris independen, komite

audit, leverage, dan ukuran perusahaan sedangkan 43,9% tidak

dapat dijelaskan dalam penelitian ini.


90

6.3. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian diatas, maka bisa dibuat

saran sebagai berikut:

1. Untuk perusahaan diharapkan lebih memperhatikan faktor

yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan terutama Good

Corporate Governance dan ukuran perusahaan yang

berpengaruh terhadap profitabilitas dan memanfaatkan

informasi dan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini

sebagai salah satu sumber informasi yang dapat membantu

dalam mengambil keputusan di perusahaan.

2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan

proksi yang berbeda untuk mewakili variabel independen serta

dapat meneliti variabel independen lain yang diduga

berpengaruh terhadap profitabilitas.

3. Untuk investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat

dipergunakan sebagai salah satu sumber informasi yang dapat

digunakan untuk membantu dalam mengambil keputusan

yang tepat, khususnya mengenai keputusan investasi yang

akan dilakukan pada suatu perusahaan.

6.4 Implikasi

Implikasi dari penelitian ini mencakup dua hal, yaitu implikasi teoritis

dan implikasi praktis. Implikasi teoritis berkaitan dengan kontribusi terhadap

perkembangan teori yang ada mengenai pengaruh Good Corporate

Governance,
91

leverage, dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas pada perusahaan

perbankan. Implikasi praktis berkaitan dengan kontribusi penelitian terhadap

pengaruh Good Corporate Governance, leverage, dan ukuran perusahaan

terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan.

1. Implikasi Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan

mengenai pengaruh Good Corporate Governance, leverage, dan ukuran

perusahaan terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan. Dalam

penelitian sebelumnya, penelitian mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi profitabilitas masih ditemukan ketidakkonsistenan hasil

sehingga para peneliti selanjutnya dapat menjadikan hasil penelitian

ini sebagai acuan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

2. Implikasi Praktis

Bagi pengguna laporan keuangan, khususnya investor dan kreditur,

penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi perusahaan menjadi

penyebab naik turunnya profitabilitas. Oleh karena itu, pengguna laporan

keuangan harus lebih berhati-hati dalam penggunaan laporan keuangan

dan tidak menilai sebuah perusahaan hanya dari kemampuan

perusahaan tersebut dalam menghasilkan keuntungan tanpa menilai

aspek-aspek lain seperti mekanisme internal perusahaan.


92

DAFTAR PUSTAKA

Afiezan, H. A., Robert, Yansen, V. V., Pradini, P., Manday, Chandra, Dewi, &
Anggraini6, N. (2020). (Ardiansyah, 2017) menunjukkan ukuran perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Perusahaan dengan
aset yang besar maka penggunaan sumber daya yang ada bisa digunakan
secara maksimal dan efisien untuk memperoleh keuntungan usaha ya.
International Journal of Hypertension, 1(1), 1–171.
https://doi.org/https://osf.io/cyjxf/download/?format=pdf
Anjani, L., & Yadnya, I. (2017). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap
Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei. None,
6(11),254710.
https://doi.org/https://www.neliti.com/id/publications/254710/pengaruh-
good-corporate-governance-terhadap-profitabilitas-pada-perusahaan-
perba
Asnita, Usman, H., & Wahyuni, S. (2020). Pengaruh Kualitas Good Corporate
Governance terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Syariah yang
Terdaftar di Bank Indonesia pada Tahun 2014-2018. Jurnal Ilmiah Wahana
Akuntansi,
15(1), 57–72. https://doi.org/http://repository.umpalopo.ac.id/193/
Astivasari, N., & Siswanto, E. (2018). Pengaruh Struktur Modal dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Indonesia (Studi Pada
Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate yang Listing di BEI
Periode
2012-2014). Ekonomi Bisnis, 23(1), 35.
https://doi.org/10.17977/um042v23i1p35-42
Dewi, L., & Rahayu, Y. (2016). Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas. Jurnal Ilmu Riset Dan Akuntansi, 5(1), 1–17.
http://jurnalmahasiswa.stiesia.ac.id/index.php/jira/article/view/267/272
Egha Putra Mahardika, S. R. (2014). Pengaruh Intelectual Capital dan
Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas Bank Bumn.
Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 7(2),
107–115.
https://doi.org/https://journal.perbanas.id/index.php/perbanas_review/article/
download/306/152
Ardiansyah, E. F. (2017). Pengaruh Leverage, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Pertambahan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Journal of Economics, Business, & Accountancy, 2(1),
1–13.
Farihah, L. (2018). Pengaruh Literasi teknologi informasi dan komunikasi
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Journal of Accounting, 2(1),
22–31. https://doi.org/http://repository.unpas.ac.id/36471/
Forker, J. J. (1992). Integrated Reporting and Corporate Governance: Boards,
Long-Term Value.
https://doi.org/https://www.routledge.com/Integrated-
93

Reporting-and-Corporate-Governance-Boards-Long-Term-
Value- Creation/Girella/p/book/9780367693725
Fransisca, E., & Widjaja, I. (2015). Pengaruh Leverage, Pertumbuhan Penjualan
Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas. E-Jurnal Manajemen
Universitas Udayana, 4(7), 249411.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Goleman, D., Boyatzis, R., & Mckee, A. (2019). Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan institusional dan Corporate Social Responsibility
(CSR) Terhadap Nilai Perusahaan. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Good Corporate Governance (GCG)-Tata Kelola Perusahaan yang Baik. (n.d.).
Core Accounting Indonesia.
Helfiardi, R. D., & Suhartini, S. (2021). Pengaruh leverage dan ukuran
perusahaan terhadap profitabilitas pada perusahaan sub sektor barang
makanan dan minuman yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2015-
2020 The effect of leverage and company size on profitability in food and
beverage good. Akuntabel, 18(3), 516–523.
https://doi.org/https://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/AKUNTABEL/
articl e/view/9705
Isma Wardani, Elsa Seri Indah Sitepu, AnggreiniRoma Ito Purba,
Delvi Anggriany Waruwu, F. D. S. (2019). Pengaruh Good Corporate
Governance (Gcg) Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2017. Jurnal Stie
Semarang,
11(03), 50–63. https://doi.org/10.33747/stiesmg.v11i03.386
Kasmir, SE, M. (n.d.). analisis laporan keuangan cetakan ke 9 2016. cetakan ke
10 2017 PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
https://doi.org/https://library.unismuh.ac.id/opac/detail-opac?id=1606
Kasmir. (2018). Analisis Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada.
Lorenza, D., Kadir, M. A., & Sjahruddin, H. (2020). Pengaruh Struktur Modal
dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Otomotif
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi Manajemen,
6(1), 13–
20.
Lumoly, S., Murni, S., & Untu, V. N. (2018). Pengaruh Likuiditas Dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Logam dan
Sejenisnya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal EMBA,
6(3),
1108–1117.
https://doi.org/https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/2007
94

Makkl, L. M. S. S. & S. (2020). No Title. Www.Cnnindonesia.Com.


Manossoh, H. (2016). Good Corporate Governance Untuk Meningkatkan Kualitas
Laporan Keuangan. In PT Norlive Kharisma Indonesia : Bandung ISBN:
978-602-73706-6-1. https://doi.org/http://repo.unsrat.ac.id/1133/1/Buku-
Good_corporate_governance_untuk_meningkatkan_kualitas_laporan_keuan
g an.pdf
Maria, M., Wiagustini, L. P., & Sedana, I. B. P. (2018). Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Leverage Dan Liquiditas Terhadap Profitabilitas Di Perusahaan
Esperanca Timor-Oan (Eto) Dili Timor-Leste. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Udayana, 1, 23. https://doi.org/10.24843/eeb.2019.v08.i01.p02
Muslim, A., & Junaidi, A. (2020). Pengaruh Perencanaan Pajak Dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Pertambangan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Lentera Bisnis, 9(2), 1.
https://doi.org/10.34127/jrlab.v9i2.373
Nainggolan, P. T. N. (2021). Pengaruh Good Corporate Governance terhadap
profitabilitas perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI 2018-2021. 4(1),
6. https://doi.org/https://repository.pnj.ac.id/id/eprint/2916/
Ninla Elmawati Falabiba. (2019). pengaruh good corporate governance
terhadap kinerja keuangan. 1989, 18–46.
Novarianto, A., & Dwimulyani, S. (2019). Pengaruh penghindaran
pajak, leverage, profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan
transparansi perusahaan sebagai variabel moderasi. Prosiding Seminar
Nasional Pakar. Buku 2 : Sosial Dan
Humaniora, 1–6.
https://doi.org/https://www.trijurnal.trisakti.ac.id/index.php/pakar/article/vie
w/4320
Nurdiana, D. (2018). Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Likuiditas Terhadap
Profitabilitas. MENARA Ilmu, 12(6), 77–88.

Pradnyanita Sukmayanti, N. W., & Triaryati, N. (2018). Pengaruh Struktur


Modal, Likuiditas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada
Perusahaan Property Dan Real Estate. E-Jurnal Manajemen Universitas
Udayana, 8(1),
172. https://doi.org/10.24843/ejmunud.2019.v08.i01.p07
Purba, I., & Yadnya, I. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Leverage
Terhadap Profitabilitas Dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility.
E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 4(8), 243261.
https://doi.org/https://scholar.google.co.id/scholar_url?
url=https://ojs.unud.ac
.id/index.php/Manajemen/article/download/12888/9990&hl=id&sa=X&ei=1
6CsYqCFIKybywSaiL3IBQ&scisig=AAGBfm1Dl0RLOuaXNJdCVluOmjv
G7Lp2Jg&oi=scholarr
Putra, A. A. W. Y., & Badjra, I. B. (2015). Pengaruh Leverage , Pertumbuhan
95

Penjualan Dan. E-Jurnal Manajemen Unud, 4(7), 2052–2067.


https://doi.org/https://media.neliti.com/media/publications/249411-
pengaruh- leverage-pertumbuhan-penjualan-047f163a.pdf
Putra, A., & Badjra, I. (2015). Pengaruh Leverage, Pertumbuhan Penjualan Dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas. E-Jurnal Manajemen
Universitas Udayana, 4(7), 249411.
Rumapea, M. (2017). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap
Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2013-2015. Diponegoro Journal of Accounting, 3(3),
709–
723.
Safitri, I. (2021). Pengaruh Corporate Governance dan leverage terhadap
profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. 6.
Sari, D. P. (2021). Pengaruh Leverage Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas
Pada Pt Gudang Garam Tbk. BanKu, 2(1), 14–27.
Sari, M., Saragihi, D., Siregar, L., Efendi, & Inrawan, A. (2016). Pengaruh
Likuiditas Dan Leverage Terhadap Profitabilitas Pada Pt Hanjaya Mandala
Sampoerna , Tbk. Jurnal Sultanist, 5(2), 59–65.
https://doi.org/https://sultanist.ac.id/index.php/sultanist/article/download/74/
74
Sartono, A. R. (2012). Manajemen Keuangan. BPFE.

Siregar, S. H. (n.d.). Pengaruh Good Corporate Governance


Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan perbankan Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
https://doi.org/https://journal.perbanas.ac.id/index.php/jbb/article/view/148
Solekha, M. W. (2019). Pengaruh good corporate governance terhadap
profitabilitas perusahaan. Jurnal Manajemen Strategi Dan Aplikasi
Bisnis,
2(3), 127–136. https://doi.org/10.36407/jmsab.v2i3.93
Subiyanti, S., & Zannati, R. (2019). Pengaruh good corporate governance
terhadap profitabilitas perusahaan. Jurnal Manajemen Strategi Dan Aplikasi
Bisnis, 2(3), 127–136. https://doi.org/10.36407/jmsab.v2i3.93
Sugiono, A., & Untung, E. (2016). Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan
Keuangan. In PT. Grasindo. PT Grasindo.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Sukadana, I. K. A., & Triaryati, N. (2018). Pengaruh Pertumbuhan Penjualan,
Ukuran Perusahaan, Dan Leverage Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan
Food and Beverage Bei. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana,
7(11),
6239.
https://doi.org/10.24843/ejmunud.2018.v07.i11.p16
96

Widhi, N. N., & Suarmanayasa, I. N. (2021). Pengaruh Leverage dan


Pertumbuhan Penjualan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Subsektor
Tekstil dan Garmen. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Humanika, 11(2), 267–
275.
https://doi.org/https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJA/article/view/300
62
97

LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel


1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk

2 BABP Bank MNC Internasional Tbk

3 BACA Bank Capital Indonesia Tbk

4 BBCA Bank Central Asia Tbk

5 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk

6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

7 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

8 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

9 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk

10 BGTG Bank Ganesha Tbk

11 BINA Bank Ina Perdana Tbk

12 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk

13 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk

14 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk

15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk

16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk

17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk

18 BNII Bank Maybank Indonesia Tbk

19 BNLI Bank Permata Tbk

20 BSIM Bank Sinarmas Tbk

21 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk

22 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk


98

23 MEGA Bank Mega Tbk

24 NISP Bank OCBC NISP Tbk

25 NOBU Bank Nationalnobu Tbk

26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk

27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk

28 BTPS Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk

29 PNBS Bank Panin Dubai Syariah Tbk

30 ARTO Bank Artos Indonesia Tbk

31 MCOR Bank China Construction Bank Indonesia Tbk

32 BSWD Bank Of India Indonesia Tbk

33 BEKS Bank Pembangunan Daerah Banten

34 BRIS Bank BRI Syariah Tbk


99

Lampiran 2. Hasil Tabulasi Data

Komisaris Independen

Jumlah Jumlah
Kode Komisaris
No Tahun komisaris luar seluruh
Perusahaan Independen (X1)
perusahaan komisaris
2018 2 4 0.50
1 2019 AGRO 2 3 0.67
2020 2 4 0.50
2018 2 3 0.67
2 2019 BABP 2 3 0.67
2020 2 3 0.67
2018 2 3 0.67
3 2019 BACA 3 4 0.65
2020 3 4 0.65
2018 3 5 0.60
4 2019 BBCA 3 5 0.60
2020 3 5 0.60
2018 2 4 0.50
5 2019 BBMD 2 4 0.50
2020 2 4 0.50
2018 5 9 0.56
6 2019 BBNI 5 8 0.63
2020 6 10 0.60
2018 5 8 0.63
7 2019 BBRI 6 10 0.60
2020 6 10 0.60
2018 5 9 0.56
8 2019 BBTN 4 6 0.63
2020 3 6 0.50
2018 4 8 0.50
9 2019 BDMN 4 8 0.50
2020 4 8 0.50
2018 2 3 0.67
10 2019 BGTG 2 3 0.67
2020 2 3 0.67
2018 2 3 0.67
11 2019 BINA 2 3 0.67
2020 2 3 0.67
10

Jumlah Jumlah
Kode Komisaris
No Tahun komisaris luar seluruh
Perusahaan Independen (X1)
perusahaan komisaris
2018 1 2 0.50
12 2019 BJBR 3 5 0.60
2020 3 5 0.60
2018 2 4 0.50
13 2019 BJTM 3 6 0.50
2020 3 6 0.50
2018 1 2 0.50
14 2019 BMAS 1 2 0.50
2020 1 2 0.50
2018 4 8 0.50
15 2019 BMRI 4 8 0.50
2020 4 8 0.50
2018 2 3 0.67
16 2019 BNBA 2 3 0.67
2020 2 3 0.67
2018 4 8 0.50
17 2019 BNGA 4 8 0.50
2020 4 8 0.50
2018 5 9 0.56
18 2019 BNII 5 8 0.63
2020 6 10 0.60
2018 4 8 0.50
19 2019 BNLI 4 8 0.50
2020 4 8 0.50
2018 2 3 0.67
20 2019 BSIM 2 3 0.67
2020 2 3 0.67
2018 3 5 0.60
21 2019 BTPN 3 5 0.60
2020 3 5 0.60
2018 4 7 0.57
22 2019 MAYA 4 7 0.57
2020 4 7 0.57
2018 3 5 0.60
23 2019 MEGA 3 5 0.60
2020 3 5 0.60
2018 6 9 0.67
24 NISP
2019 6 9 0.67
10

Jumlah Jumlah
Kode Komisaris
No Tahun komisaris luar seluruh
Perusahaan Independen (X1)
perusahaan komisaris
2020 6 9 0.67
2018 2 3 0.67
25 2019 NOBU 2 3 0.67
2020 2 3 0.67
2018 2 4 0.50
26 2019 PNBN 2 4 0.50
2020 2 4 0.50
2018 3 4 0.75
27 2019 SDRA 2 4 0.50
2020 2 4 0.50
2018 3 4 0.67
28 2019 BTPS 3 4 0.67
2020 3 4 0.67
2018 2 3 0.67
29 2019 PNBS 2 3 0.67
2020 2 3 0.67
2018 2 4 0.50
30 2019 ARTO 2 4 0.50
2020 2 4 0.50
2018 3 4 0.67
31 2019 MCOR 3 4 0.67
2020 3 4 0.67
2018 2 3 0.50
32 2019 BSWD 2 3 0.50
2020 2 4 0.50
2018 2 3 0.50
33 2019 BEKS 2 3 0.50
2020 2 3 0.67
2018 3 4 0.67
34 2019 BRIS 2 4 0.50
2020 4 6 0.67
10

Komite Audit
Komite Audit (X2)
No PERUSAHAAN
2018 2019 2020

1 AGRO 4 4 4
2 BABP 3 3 3
3 BACA 4 5 4
4 BBCA 5 5 4
5 BBMD 4 3 3
6 BBNI 5 6 5
7 BBRI 6 5 5
8 BBTN 6 6 4
9 BDMN 4 5 5
10 BGTG 4 4 4
11 BINA 3 5 4
12 BJBR 6 6 6
13 BJTM 5 6 6
14 BMAS 3 4 3
15 BMRI 6 7 6
16 BNBA 7 6 6
17 BNGA 4 4 6
18 BNII 4 4 5
19 BNLI 4 4 4
20 BSIM 3 3 3
21 BTPN 5 4 4
22 MAYA 3 3 3
23 MEGA 3 3 3
24 NISP 4 4 4
25 NOBU 5 5 5
26 PNBN 3 3 5
27 SDRA 4 5 5
28 BTPS 4 4 3
29 PNBS 3 3 3
30 ARTO 3 3 3
31 MCOR 4 3 3
32 BSWD 3 3 3
33 BEKS 4 4 4
34 BRIS 6 5 5
10

Leverage
Kode
Leverage
No Tahun Perusaha Total Hutang Total Aset
(DAR)
an
2018 18889385436000 2.33137E+13 0.810
1 2019 AGRO 2.25862E+13 2.70679E+13 0.834
2020 2.37278E+13 2.80155E+13 0.847
2018 9.42487E+12 1.08549E+13 0.868
2 2019 BABP 9.04843E+12 1.06079E+13 0.853
2020 1.01017E+13 1.16529E+13 0.867
2018 1.65347E+13 1.80196E+13 0.918
3 2019 BACA 1.7422E+13 1.89596E+13 0.919
2020 1.85832E+13 2.02236E+13 0.919
2018 6.62729E+14 8.08648E+14 0.820
4 2019 BBCA 7.32089E+14 8.99036E+14 0.814
2020 8.79758E+14 1.05636E+15 0.833
2018 9.00507E+12 1.20931E+13 0.745
5 2019 BBMD 9.41975E+12 1.29002E+13 0.730
2020 1.01505E+13 1.41598E+13 0.717
2018 650,986,134,000,000 754,575,210,000,000 0.863
6 2019 BBNI 663,339,181,000,000 780,237,387,000,000 0.850
2020 714,611,911,000,000 818,227,668,000,000 0.873
2018 1.05318E+15 1.2342E+15 0.853
7 2019 BBRI 1.13941E+15 1.34308E+15 0.848
2020 1.22743E+15 1.42179E+15 0.863
2018 2.63784E+14 3.06436E+14 0.861
8 2019 BBTN 2.69452E+14 3.11777E+14 0.864
2020 3.21376E+14 3.61208E+14 0.890
2018 1.44822E+14 1.86762E+14 0.775
9 2019 BDMN 1.48117E+14 1.93534E+14 0.765
2020 1.57315E+14 2.0089E+14 0.783
2018 3.37092E+12 4.49712E+12 0.750
10 2019 BGTG 3.66974E+12 4.80974E+12 0.763
2020 4.22633E+12 5.36546E+12 0.763
2018 2.64612E+12 3.85417E+12 0.687
11 2019 BINA 4.04133E+12 5.26243E+12 0.768
2020 7.22054E+12 8.43769E+12 0.856
2018 104,035,920,000,000 120,191,387,000,000 0.866
12 2019 BJBR 105,920,991,000,000 123,536,474,000,000 0.857
2020 122,676,884,000,000 140,934,002,000,000 0.870
13 2018 BJTM 5.42172E+13 6.26891E+13 0.865
10

Kode
Leverage
No Tahun Perusaha Total Hutang Total Aset
(DAR)
an
2019 67,734,755,000,000 76,715,290,000,000 0.883
2020 73,614,504,000,000 83,619,452,000,000 0.880
2018 5.49328E+12 6.69402E+12 0.821
14 2019 BMAS 6.34065E+12 7.56958E+12 0.838
2020 8.82626E+12 1.01105E+13 0.873
2018 9.41953E+14 1.20225E+15 0.783
15 2019 BMRI 1.02575E+15 1.31825E+15 0.778
2020 1.15127E+15 1.42933E+15 0.805
2018 5,802,518,829,966,000 7,297,273,467,260,000 0.795
16 2019 BNBA 6,083,998,151,873,000 7,607,653,715,376,000 0.800
2020 6,128,138,202,911,000 7,637,524,325,854,000 0.802
2018 2.27201E+14 266,781,498,000,000 0.852
17 2019 BNGA 2.31173E+14 2.74467E+14 0.842
2020 2.39891E+14 280,943,605,000,000 0.854
2018 671,237,546,000,000 808,572,011,000,000 0.830
18 2019 BNII 688,489,442,000,000 845,605,208,000,000 0.814
2020 746,235,663,000,000 891,337,425,000,000 0.837
2018 130,440,930,000,000 1.52893E+14 0.853
19 2019 BNLI 137,413,908,000,000 1.61451E+14 0.851
2020 1.62655E+14 1.97726E+14 0.823
2018 23,532,846,000,000 3.07487E+13 0.765
20 2019 BSIM 2.63859E+13 3.65596E+13 0.722
2020 2.63722E+13 3.59643E+13 0.733
2018 76,562,034,000,000 101,341,224,000,000 0.755
21 2019 BTPN 142,608,793,000,000 181,631,385,000,000 0.785
2020 142,277,859,000,000 183,165,978,000,000 0.777
2018 7.61833E+13 8.69719E+13 0.876
22 2019 MAYA 8.10669E+13 9.34088E+13 0.868
2020 7.96035E+13 9.2518E+13 0.860
2018 6.99793E+13 8.37619E+13 0.835
23 2019 MEGA 8.52624E+13 1.00804E+14 0.846
2020 9.39945E+13 1.12203E+14 0.838
2018 149,154,640,000,000 173,582,894,000,000 0.859
24 2019 NISP 153,042,184,000,000 180,706,987,000,000 0.847
2020 176,467,884,000,000 206,297,200,000,000 0.855
2018 10,379,604,000,000 11,793,981,000,000 0.880
25 2019 NOBU 11,683,086,000,000 13,147,503,000,000 0.889
2020 12,218,080,000,000 13,737,934,000,000 0.803
10

Kode
Leverage
No Tahun Perusaha Total Hutang Total Aset
(DAR)
an
2018 1.66457E+14 2.07204E+14 0.790
26 2019 PNBN 1.66846E+14 2.11287E+14 0.782
2020 1.70607E+14 2.18067E+14 0.779
2018 23,081,225,000,000 29,631,693,000,000 4.323
27 2019 SDRA 30,000,672,000,000 6,940,436,000,000 0.812
2020 30,782,968,000,000 38,053,939,000,000 0.809
2018 2,049,483,000,000 12,039,275,000,000 0.170
28 2019 BTPS 2,439,054,000,000 15,383,038,000,000 0.159
2020 2,632,890,000,000 16,435,005,000,000 0.160
2018 8.54503E+11 8.77106E+12 0.097
29 2019 PNBS 5.83701E+11 1.11358E+13 0.052
2020 6.00932E+11 1.13021E+13 0.053
2018 5.49114E+11 6.64673E+11 0.826
30 2019 ARTO 639,878,000,000 1,321,057,000,000 0.484
2020 947,540,000,000 2,179,873,000,000 0.435
2018 1.34763E+13 1.59925E+13 0.843
31 2019 MCOR 1.60988E+13 1.88937E+13 0.852
2020 1.92189E+13 2.52356E+13 0.762
2018 2.76653E+12 3.89676E+12 0.710
32 2019 BSWD 2.84434E+12 4.00741E+12 0.710
2020 2.66369E+12 3.72136E+12 0.716
2018 8.78873E+12 9.48213E+12 0.927
33 2019 BEKS 7.5478E+12 8.09733E+12 0.932
2020 3.9757E+12 5.33728E+12 0.745
2018 1.0849E+13 3.78692E+13 0.286
34 2019 BRIS 1.188E+13 4.31235E+13 0.275
2020 1.74751E+13 5.77156E+13 0.303
10

Ukuran Perusahaan

Kode
No Tahun Total Aset Ukuran Perusahaan(X4)
Perusahaan

2018 2.33137E+13 30.78


1 2019 AGRO 2.70679E+13 30.93
2020 2.80155E+13 30.96
2018 1.08549E+13 30.02
2 2019 BABP 1.06079E+13 29.99
2020 1.16529E+13 30.09
2018 1.80196E+13 30.52
3 2019 BACA 1.89596E+13 30.57
2020 2.02236E+13 30.64
2018 8.08648E+14 34.33
4 2019 BBCA 8.99036E+14 34.43
2020 1.05636E+15 34.59
2018 1.20931E+13 30.12
5 2019 BBMD 1.29002E+13 30.19
2020 1.41598E+13 30.28
2018 754,575,210,000,000 34.26
6 2019 BBNI 780,237,387,000,000 34.29
2020 818,227,668,000,000 34.34
2018 1.2342E+15 34.75
7 2019 BBRI 1.34308E+15 34.83
2020 1.42179E+15 34.89
2018 3.06436E+14 33.36
8 2019 BBTN 3.11777E+14 33.37
2020 3.61208E+14 33.52
2018 1.86762E+14 32.86
9 2019 BDMN 1.93534E+14 32.90
2020 2.0089E+14 32.93
2018 4.49712E+12 29.13
10 2019 BGTG 4.80974E+12 29.20
2020 5.36546E+12 29.31
2018 3.85417E+12 28.98
11 2019 BINA 5.26243E+12 29.29
2020 8.43769E+12 29.76
2018 120,191,387,000,000 32.42
12 BJBR
2019 123,536,474,000,000 32.45
10

Kode
No Tahun Total Aset Ukuran Perusahaan(X4)
Perusahaan

2020 140,934,002,000,000 32.58


2018 6.26891E+13 31.77
13 2019 BJTM 76,715,290,000,000 31.97
2020 83,619,452,000,000 32.06
2018 6.69402E+12 29.53
14 2019 BMAS 7.56958E+12 29.66
2020 1.01105E+13 29.94
2018 1.20225E+15 34.72
15 2019 BMRI 1.31825E+15 34.82
2020 1.42933E+15 34.90
2018 7,297,273,467,260,000 36.53
16 2019 BNBA 7,607,653,715,376,000 36.57
2020 7,637,524,325,854,000 36.57
2018 266,781,498,000,000 33.22
17 2019 BNGA 2.74467E+14 33.25
2020 280,943,605,000,000 33.27
2018 808,572,011,000,000 34.33
18 2019 BNII 845,605,208,000,000 34.37
2020 891,337,425,000,000 34.42
2018 1.52893E+14 32.66
19 2019 BNLI 1.61451E+14 32.72
2020 1.97726E+14 32.92
2018 3.07487E+13 31.06
20 2019 BSIM 3.65596E+13 31.23
2020 3.59643E+13 31.21
2018 101,341,224,000,000 32.25
21 2019 BTPN 181,631,385,000,000 32.83
2020 183,165,978,000,000 32.84
2018 8.69719E+13 32.10
22 2019 MAYA 9.34088E+13 32.17
2020 9.2518E+13 32.16
2018 8.37619E+13 32.06
23 2019 MEGA 1.00804E+14 32.24
2020 1.12203E+14 32.35
2018 173,582,894,000,000 32.79
24 NISP
2019 180,706,987,000,000 32.83
10

Kode
No Tahun Total Aset Ukuran Perusahaan(X4)
Perusahaan

2020 206,297,200,000,000 32.96


2018 11,793,981,000,000 30.10
25 2019 NOBU 13,147,503,000,000 30.21
2020 13,737,934,000,000 30.25
2018 2.07204E+14 32.96
26 2019 PNBN 2.11287E+14 32.98
2020 2.18067E+14 33.02
2018 29,631,693,000,000 31.02
27 2019 SDRA 6,940,436,000,000 29.57
2020 38,053,939,000,000 31.27
2018 12,039,275,000,000 30.12
28 2019 BTPS 15,383,038,000,000 30.36
2020 16,435,005,000,000 30.43
2018 8.77106E+12 29.80
29 2019 PNBS 1.11358E+13 30.04
2020 1.13021E+13 30.06
2018 6.64673E+11 27.22
30 2019 ARTO 1,321,057,000,000 27.91
2020 2,179,873,000,000 28.41
2018 1.59925E+13 30.40
31 2019 MCOR 1.88937E+13 30.57
2020 2.52356E+13 30.86
2018 3.89676E+12 28.99
32 2019 BSWD 4.00741E+12 29.02
2020 3.72136E+12 28.95
2018 9.48213E+12 29.88
33 2019 BEKS 8.09733E+12 29.72
2020 5.33728E+12 29.31
2018 3.78692E+13 31.27
34 2019 BRIS 4.31235E+13 31.40
2020 5.77156E+13 31.69
10

Lampiran 3 Hasil Output SPSS

Hasil Uji Analisis Deskriptif


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std
Deviation
Komisaris 102 0,5000 0,7500 0,587353 0,0760267
Independen

Komite Audit 102 3,00 7,00 4,2549 1,10522

Leverage(DAR) 102 0,0520 4,3230 0,792412 0,4050151

Ukuran 102 27,22 36,57 31,7542 2,02207


Perusahaan

Profitabilitas 102 0,0410 0,2130 0,084854 0,0308127

Valid N (listwise) 102

Hasil Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual

N 102

Normal Mean 0,0000000


Parametersa,,b
Std. Deviation 0,02042638

Most Extreme Absolute 0,084


Differences
Positive 0,084

Negative -0,076

Kolmogorov-Smirnov Z 0,084

Asymp. Sig. (2-tailed) ,076c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
11

Normal PP Plot

Histogram

Hasil Uji Multikolinearitas


Coefficientsa

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Komisaris Independen 0,989 1,011
Komite Audit 0,655 1,526
Leverage 0,980 1,020
Ukuran Perusahaan 0,650 1,537

a. Dependent Variable: Profitabilitas (Y)


11

Hasil Uji Autokorelasi

b
Model Summary
Change Statistics
Durbin-
Model R Square F Sig. F Watson
Change Change df1 df2 Change
1 0,561 30,931 4 97 0,000 0,724
a. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan(X4), Komisaris Independen
(X1), Leverage(DAR) X3, Komite Audit (X2)
b. Dependent Variable: Profitabilitas (Y)

Hasil Uji Autokorelasi setelah Metode Cochrane-orcutt


Model Summaryb
Model Durbin-Watson

2,
1
a. Predictors: (Constant), Lag_X4, Lag_X3, Lag_X1, Lag_X2
b. Dependent Variable: Lag_Y

Hasil Uji F-Test


a
ANOVA
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
1 Regression 0.054 4 0.013 30.931 ,000b

Residual 0.042 97 0.000


Total 0.096 101
a. Dependent Variable: Profitabilitas (Y)
b. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan(X4), Komisaris Independen
(X1), Leverage(DAR) X3, Komite Audit (X2)
11

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Hasil Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model Std. t Sig.


B Error Beta
1 (Constant)
-0,250 0,040 -6,313 0,000

Komisaris
Independen 0,060 0,027 0,148 2,186 0,031

Komite Audit
0,007 0,002 0,263 3,168 0,002
Leverage
Ukuran -0,005 0,005 -0,068 -1,006 0,317
Perusahaan
0,009 0,001 0,562 6,738 0,000

a. Dependent Variable: Profitabilitas (Y)

Anda mungkin juga menyukai