Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMUPUKAN 2MST, PENYIANGAN, DAN PEMBUMBUNAN

Disusun oleh:

Kelompok 10 R2 – TMP1107

Ofi Dwi Andayani J0416231162

Muhammad Zaky Abdillah J0416231171

Ariel Johnpiter Napitupulu J0416231175

Dosen :

Dr. Ir. Asdar Iswati M.S.

Ir. Wahyu Purwakusuma M.sc

Nina Widyana Darojati S.P, M.Si

TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PRODUKSI PERKEBUNAN

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2023
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam yang ditentukan oleh
interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi tanah yang menjadi habitat akar-akar
aktif tanaman. Tanah yang kekurangan suatu unsur hara akan menampakkan gejala
secara visual. Tiap hara umumnya menunjukkan gejala tertentu yang bersifat spesifik.
Dilihat gejala yang tampak pada tanaman, maka dapat diperkirakan adanya kekurangan
hara tertentu dalam tanah. z melakukan percobaan minus one test. Berdasarkan kegiatan
percobaan tersebut dapat diketahui hara tanah yang menjadi kendala atau faktor pembatas
pertumbuhan tanaman tertentu secara lebih khusus untuk mendeteksi defisiensi hara
tertentu. Dengan diketahuinya faktor pembatas pertumbuhan tanaman, maka pada
percobaan korelasi dan kalibrasi kendala hara tersebut akan dikoreksi. Indikator yang
digunakan yaitu sesuai dengan yang akan dimintakan rekomendasi pupuknya. Minus one
test adalah salah satu metode percobaan dengan memberikan semua hara yang diperlukan
tanaman kecuali unsur yang diamati. Prinsip dasar yang berkaitan dengan metode
tersebut adalah hukum Liebig. Hukum Liebig membahas mengenai kondisi minimum
faktor atau sumber daya di habitat tumbuhan. Tumbuhan di alam menghadapi berbagai
macam faktor ekologi, mulai dari biotik dan abiotik. Di dalam tumbuh kembangnya,
optimalitas tumbuhan dipengaruhi oleh tingkat keberadaan faktor-faktor ekologis
tersebut. Faktor faktor tersebut memiliki kisaran optimum pada tiap tumbuhan dan pada
kondisi tertentu dapat menjadi faktor pembatas (Setiadi dan Tjondronegoro dalam
Mustaqim, 2018).Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah
dengan mengandalkan sediaan hara dariztanah asli saja, tanpa penambahan hara. Salah
satu aplikasi dari kegiatan pemupukan adalah pada produk pertanian. Semakin
merosotnya produk yang dihasilkan maka dapat disebabkan karena adanya ketimpangan
antara pasokan hara dan kebutuhan tanaman. Hara dalam tanah secara berangsur-angsur
akan berkurang karena terangkut bersama hasil panen, pelindian, air limpasan,
permukaan erosi, atau penguapan. Pengelolaan hara antara pemberian pupuk dan
pembenah akan meningkatkan efektivitas penyediaan hara, serta menjaga mutu tanah
agar tetap berfungsi secara alami.
Unsur hara esensial merupakan unsur hara yang harus terpenuhi atau tersedia bagi
tanaman untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Unsur hara esensial ini
meliputi N, P, K, S, Ca, Mg (Setiawan, 2018). Dari kebutuhan esensial tersebutlah
dilakukan praktikum minus one test dengan melihat respon tanaman yang defisiensi
unsur hara tersebut yaitu –N, -P –N, P, -K, - Ca, , -K, -Ca, -Mg, dengan perlakuan –Ca.
Adapun dengan perlakuan kontrol unsur hara lengkap yaitu N, P, K, Ca, Mg, dan S.
1.2. Tujuan Praktikum

Untuk mengavaluasi stastus unsur hara ( makro ) didalam tanah.


BAB II

Tinjauan Pustaka

1.1 Metode Minus Satu Unsur (Minus One Test)


Metode minus satu unsur (minus one test) merupakan metode yang digunakan untuk
memperoleh informasi tentang pembatas hara dalam tanah secara langsung dilapangan.
Teori yang relevan dengan metode minus satu unsur adalah Hukum Minimum Van
Leibig,s dimana hasil gabah ditentukan oleh faktor yang berada dalam keadaan terbatas.
Bila tanah tidak dicukupi dengan hara yang berasal dari pupuk, maka hara yang berasal
dari tanah saja yang akan menentukan tingkat hasil (Abdulrachman dkk., 2009).

1.2 Defisiensi Hara Tanaman


Tanaman memerlukan nutrisi untuk hidup dari lingkungannya. Nutrisi yang esensial
bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan terdiri dari hara makro dan hara mikro
Unsur-unsur esensial tersebut diperlukan oleh tumbuhan untuk proses tumbuh dan
berkembang serta sangat penting dalam melengkapi siklus hidupnya. Oleh karena itu,
keberadaan unsur-unsur esensial ini tidak dapat digantikan oleh unsur-unsur yang
lainnya, selain fungsi dari unsur-unsur tersebut bersifat langsung. Namun dalam
pengaplikasiannya sering terjadi permasalahan lahan-lahan yang diusahakan sebagai
cocok tanaman mengalami defisiensi hara jika diusahakan varietas tertentu, sehingga
diperlukan pengujian tanah untuk dapat diketahui bagaimana prospektif lahan tersebut
jika diusahakan sebagai tempat bercocok tanam dan bagaimana rekomendasi pemupukan
supaya hasil dapat optimal (Romadona, 2015). Terdapat 105 unsur yang ada di atas
permukaan bumi dan dari keseluruhan unsur tersebut terdapat 16 unsur yang mutlak
diperlukan oleh suatu tanaman untuk dapat menyelesaikan siklus hidupnya dengan
sempurna. Ke-16 unsur tersebut terdiri dari 9 unsur makro dan 7 unsur mikro. 9 unsur
makro dan 7 unsur mikro inilah yang disebut sebagai unsur -unsur esensial. (Ginta,
2005). Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak dan sering kekurangan,
sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S diperlukan dalam jumlah sedang dan
disebut hara sekunder. Hara primer dan sekunder lazim disebut hara makro. Hara Fe,
Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit, disebut hara
mikro. Unsur C, H, dan O diperoleh dari air dan udara. Beberapa faktor yang
mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat diserap tanaman antara lain
adalah total pasokan hara,kelembaban tanah dan aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik
maupun kimia tanah (Sirappa, 2002). Gejala defisiensi hara atau kahat hara secara
visual umumnya telah cukup membantu dalam mendiagnosis gangguan hara, terutama
bila dilakukan oleh ahlinya. Apabila tanaman tidak menerima hara yang cukup maka
pertumbuhannya akan lemah dan perkembangannya tampak abnormal. Diagnosis
defisiensi hara pada tanaman dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan
dengan diagnosis gejala visual dan analisis tanaman. Semua tanaman hijau memerlukan
seperangkat dasar hara mineral yang sama dan berbagai unsur digunakan oleh tanaman
yang berbeda untuk menghasilkan tujuan akhir yang sama. Tanaman tingkat tinggi
membutuhkan 3 jenis hara esensial yang terdiri atas kelompok hara makro dan mikro,
meskipun pengelompokan tersebut masih diperdebatkan karena hara mikro tertentu
dapat menjadi hara makro untuk tanaman lain. Diagnosis berdasarkan gejala visual di
lapangan sangat komplek dan sulit, terutama bila kejadian kahat lebih dari satu hara
mineral secara simultan atau kahat hara tertentu bersamaan dengan toksik hara yang lain.
Salah satu metode untuk menentukan unsur hara esensial bagi tanaman adalah dengan
menganalisis secara kimia semua unsur yang dikandung oleh tumbuhan sehat (Wijayani,
2004).

1.3. Pemupukan

Menurut Rahmawan (2007) yang dikutip oleh Mawanti (2009) pemupukan


dilakukan saat penanaman. Pemupukan sendiri bertujuan untuk memberi tambahan
unsur hara pada tanah untuk tanaman tebu dalam jumlah yang cukup dan berimbang.
Dosis pupuk yang diberikan yaitu:

 Urea : 432 gr/petak


 SP-36 : 518 gr/petak
 KCL : 259 gr/petak
 MgSO4 : 104 gr/petak
 (NH4)2SO4 : 86 gr/petak

1.4. Penyiangan
Menyiang adalah mencabuti rumput, semak, dan sebagainya yang berfungsi
untuk membersihkan dari gulma atau tanaman lain selain tanaman inti. Penyiangan
bertujuan untuk membersihkan tanaman yang sakit, mengurangi - persaingan
penyerapan hara, mengurangi hambatan produksi anakan dan mengurangi persaingan
penetrasi sinar matahari. Tanaman yang ditumbuhkan harus mendapatkan semua nutrisi
dan air yang diberikan oleh petani agar mampu menghasilkan secara optimal Penyiangan
dilakukan sesegera mungkin, yakni ketika rumput dan gulma masih muda, sehingga
kompetisi pengambilan air dan zat-zat hara dapat dicegah seawal mungkin. Selain itu,
penyiangan yang dilakukan pada saat rumput dan gulma masih muda juga mencegah
kerusakan akar tanaman jagung (Bambang Cahyono, 2008). Menurut Mercado (1979),
salah satu faktor yang mempengaruhi periode kritis tanaman akibat persaingan gulma
adalah cara budidaya tanaman. Kegiatan pembersihan/penyiangan ini dilakukan agar
tidak mengganggu tanaman jagung karena tanaman lain, seperti rumputan dan gulma,
dapat menyebarkan penyakit. Terutama menyebarkan penyakit yang biasa diderita
tanaman jagung (Eriyadi Budiman, 2014).
Penyiangan gulma dapat mengurangi persaingan unsur hara tanah serta cahaya
matahari pada tanaman budi daya. Menurut Fadhly (2007), selain jenis gulma,
persaingan antara tanaman dan gulma perlu pula dipahami, terutama dalam kaitan
dengan waktu pengendalian yang tepat. Penyiangan gulma merupakan cara pengendalian
yang sangat praktis, aman dan efisien dan terutama murah jika diterapkan pada suatu
area yang tidak begitu luas dan di daerah yang cukup banyak tenaga kerja. Pemilihan
waktu penyiangan yang tepat akan mengurangi jumlah gulma yang tumbuh serta dapat
mempersingkat masa persaingan, dalam siklus hidup tumbuhan tidak semua fase
pertumbuhan suatu tanaman budi daya peka terhadap kompetisi dari pada gulma
(Moenandir, 2010).
Menurut penelitian Sueprapto dan Marzuki (2005) mengatakan bahwa pengendalian
gulma secara praktis dilakukan dengan mengunakan penyiangan. Penyiangan merupakan
cara pengendalian yang sangat praktis, aman dan efisien dan terutama murah jika
diterapkan pada suatu area yang tidak begitu luas dan di daerah yang cukup banyak
tenaga kerja. Purba dkk. (2017) mengatakan pengendalian harus dilakukan pada waktu
yang tepat, sehingga biaya, waktu, dan tenaga dapat lebih hemat. Penentuan periode
kritis dilakukan untuk mengurangi penurunan hasil akibat gulma serta mengetahui saat
yang tepat untuk melakukan pengendalian. Menurut Zimdahl (2004) periode kritis
tanaman terjadi pada 25% sampai 33% pertama dari siklus hidup tanaman.

1.4. Pembumbunan

Membumbun merupakan kegiatan menutupi akar sekunder dengan tanah yang


bertujuan agar batang tanaman jagung manis tidak mudah rebah serta menggemburkan
tanah di sekitar tanaman. Pembumbunan juga dapat memperbaiki aerasi tanah dan
memperlancar drainase karena ketinggian tanah yang berbeda dan menggemburkan
tanah. Pada saat tanaman berumur antara 10 - 18 hst atau daun sempurna berjumlah 3,
akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar sekunder sudah mulai aktif, dan titk
tumbuh berada di permukaan tanah (McWilliams, et al., 1999).

Pembumbunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan akar yang lebih baik, agar
tanaman tumbuh kokoh dan tidak mudah rebah. Pembumbunan juga berfungsi untuk
mengatasi tanah yang terlalu banyak air dan sekaligus memperbaiki drainase.
Pembumbunan dilakukan bersamaan waktu penyiangan I pada 14 hst menggunakan
cangkul atau dengan mesin pembuat alur (Sarnis, 2016). Pembumbunan pada tanaman
jagung dilakukan untuk penutup akar sekunder yang memberikan tambahan topangan
untuk tumbuh tegak dan membantu menyerap unsur hara. Pembumbunan dilakukan
bersamaan dengan penyiangan.
BAB III

Metode Percobaan

3.1. Alat dan Bahan

Alat :

1. Kored
2. Cangkul
3. Gembor

Bahan :

1. Lahan jagung manis 4MST


2. Pupuk urea 144g
3. Prevathon insektisida
4. Air

3.2. Metode
1. Lakukan penyiangan terhadap tanaman jagung manis, pastikan seluruh gulma
tercabut hingga ke akar akar nya.
2. Buatlah larikan dengan jarak 5cm dari tanaman pada masing masing baris tanam
jagung manis
3. Bagi pupuk urea menjadi 3 bagian dengan jumlah yang sama rata untuk masing
masing larikan
4. Lakukan pemupukan dengan cara menabur pupuk urea pada tiap larikan
5. Setelah proses pemupukan selesai, tutup kembali larikan
6. Lakukan kagiatan pembumbunan pada tiap baris tanaman jagung
7. Siram tanaman jagung manis menggunakan air dengan gembor
8. Semprotkan insektisida pada lahan untuk mencegah serangan gulma
BAB IV

Hasil dan Pembahasan

Pada percobaaan minus one test dengan perlakuan L-Ca, tumbuhan jagung yang
telah ditanam, 4mst harus melalui penyiangan dan pembumbunan agar tanaman jagung
manis dapat tumbuh dengan optimal.

Penyiangan dilakukan karena pada lahan tanaman jagung manis mengalami serangan
gulma. Dan, pembumbunan dilakukann agar tanaman tumbuh dengan kokoh dan tidak
mudah roboh.

Pemupukan bertujuan untuk memberi tambahan unsur hara pada tanah untuk
tanaman tebu dalam jumlah yang cukup dan berimbang. Dosis pupuk yang diberikan
pada 2MST yaitu hanya pupuk urea sebanyak 144gr pada tiap petak.

Selanjutnya, penyemprotan insektisida dilakukan untuk mencegah datangnya


kembali serangan serangan hama pada jagung .Pengendalian hama pada tanaman jagung
sebaiknya dilakukan dengan dosis yang tepat dan sesuai anjuran pada kemasan.
BAB V

KESIMPULAN

Pada minggu ke-4 setelah penanaman, tanaman jagung mengalami serangan


gulma dan hama seperti rumput teki dan ulat daun. Maka dari itu perlunya dilakukan
pengendalian hama seperti penyiangan dan penyemprotan insektisida. Pembumbunan
juga perlu dilakukan untuk memperkokoh tanaman. Pemupukan urea sesuai dosis yang
telah diberikan agar tanaman tidak mengalami defisiensi hara.
Daftar Pustaka

Ginta, J. 2005. Unsur Hara Mikro Yang Dibutuhkan Tanaman.


www.nasih.staff.ugm.ac.id/pnt3404/4%209417.doc. Diakses pada tanggal 12
September 2023.

Mustaqim, W.A. 2018. Hukum Minimum Liebig – Sebuah Ulasan dan Aplikasi
Dalam Biologi Kontemporer. Jurnal Bumi Lestari, 18 (1) : 28-32. \

Romadona, K. 2015. Uji Tanah dengan Cara Pemupukan Plus One Test dan
Mengidentifikasi Gejala Defisiensi Hara Pada Tanaman. Laporan
Praktikum. Institut Pertanian Bogor.

Setiawan, F.F. 2018. Observasi Esensialitas Nutrisi Tersedia Tanaman.


Laporan Praktikum. UPN Surabaya.

Sirappa, M. P. 2002. Penentuan Batas Kritis Dan Dosis Pemupukan N Untuk


Tanaman Jagung Di Lahan Kering Pada Tanah Typic Usthorthents. Jurnal
Ilmu Tanah dan Lingkungan, 3 (2) : 25-37.

Wijayani, A. 2004. Deteksi Kahat N, P, K, Mg dan Ca pada Tanaman Bunga


Matahari dengan Sistem Hidroponik. Jurnal Agrosains, 6 (1) : 1-4.

Tua, S. 20320. Gulma pada tanaman jagung dan cara pengendalian nya

Anda mungkin juga menyukai