Anda di halaman 1dari 3

TUGAS M10.

DASAR ILMU TANAH


“Sifat Kimia Tanah”

Nama : Dinda Eka Ferdiana


NIM : 205040200111043
Dosen : Novalia Kusumarini
Kelas :C

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Tanaman dapat melakukan pertumbuhannya dengan baik apabila semua yang yang
dibutuhkan oleh tanaman tersedia, berupa cahaya matahari, air, udara, dan yang paling penting
adalah unsur hara. Hal ini sesuai dengan pendapat Ruhnayat (2007), salah satu faktor yang
menunjang tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal adalah ketersediaan unsur hara
dalam jumlah yang cukup di dalam tanah. Unsur hara (makanan tanaman) adalah unsur yang
dibutuhkan tanaman untuk melakukan metabolisme serta pertumbuhan, unsur hara ini dapat
diperoleh dari stomata, lentisel, dan akar tanaman. Unsur hara dibedakan menjadi 2 berdasarkan
kebutuhannya, yaitu unsur hara esensial dan unsur hara non-esensial. Unsur hara esensial merupakan
unsur hara bagian dari molekul penyususn tanaman terlibat dalam metabolism yang fungsinya tidak
bisa digantikan oleh unsur hara lain sehingga tumbuhan tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya
tanpa unsur hara tersebut. Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan, unsur hara esensial dibagi menjadi
unsur hara esensial makro (C, H, O (kelimpahan di alam tinggi) dan N, P, K, Ca, Mg, S (>100 ppm))
dan unsur hara esensial mikro (Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (>100 ppm)). Menurut Febriana (2009),
gejala defisiensi unsur hara adalah tanda-tanda yang diperlihatkan oleh tanaman sebagai akibat
kekurangan salah satu atau lebih unsur hara. Defisiensi unsur hara antara lain disebabkan oleh
pemupukan yang dilakukan sebelumnya tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tanaman yang
mengalami defisiensi unsur hara memperlihatkan kelainan pada bagian yang mengalami kekurangan
salah satu atau lebih unsur hara tersebut, misalnya pada daun, muncul bercak-bercak. Ada beberapa
factor yang mempengaruhi defisiensi unsur hara, yaitu jumlah absolut kurang (sumber unsur hara ada
di bahan organic), ketersediaan unsur hara rendah (pH, KTK, fiksasi, organisme), dan serapannya
rendah (tanaman, iklim, dll).
Kelarutan unsur hara dipengaruhi oleh pH tanah. Selain itu juga mempengaruhi keracunan
hara dan populasi mikroba. Hara yang terlarut dalam jumlah seimbang jika berada pada pH antara
6,2 – 7,3. Tanah dikatakan masam apabila memiliki pH < 7, sedangkan dikatakan basa/alkalin
apabila memiliki pH > 7. Menurut Riwandi dkk (2017), tanah netral (pH 7) mengandung unsur hara
yang ideal, semua unsur hara esensial tersedia dengan cukup (N, P, K, S, Ca, Mg, K, Na, Fe, Mn, Cu,
Zn, Mo, dan B). Ketersediaan unsur hara berhubungan dengan pH tanah dinyatakan dalam diagram
unsur hara vs pH. Sumber kemasaman tanah aktif ditentukan oleh ion H + dalam larutan, sedangkan
sumber kemasaman tanah potensial ditentukan oleh ion H + dalam kompleks jerapan. Kemasaman
tanah dipengaruhi oleh factor internal (proses pembentukan basa < pencucian, dan jumlah kekuatan
asam yang dihasilkan dalam proses pelapukan mineral dan dekomposisi bahan organic), dan factor
eksternal (curah hujan > evapotranspirasi, jumlah vegetasi yang menghasilkan seresah banyak dalam
waktu singkat, akumulasi bahan organic, serta penggunaan pupuk anorganik). Pengelolaan
kemasaman tanah dilakukan dengan cara mmilih tanaman toleran yang akan membuat pengolahan
lahan masam menjadi lebih mudah, pengapuran untuk tanah masam, serta pengaplikasian belerang
untuk tanah basa.
Tidak hanya pH namun dalam penyediaan unsur hara juga berkaitan dengan KTK, KTA, dan
KB. KTK (Kapasitas Tukar Kation) merupakan kemampuan tanah untuk menjerap dan menukar atau
melepas kembali kation ke dalam larutan tanah, semakin tinggi kation dipertukarkan maka tanah
menjadi lebih subur. Semakin tinggi KTK tanah maka semakin tinggi pula kemampuan tanah
menyimpan hara tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Riwandi dkk (2017) Tanah dengan bahan
organik tanah lebih tinggi mempunyai KPK lebih tinggi pula daripada tanah dengan bahan organic
tanah yang rendah. KPK tanah yang tinggi, tanah mampu menyediakan unsur hara di dalam tanah
untuk tanaman. KTK sangat penting karena dengan adanya KTK maka kation dapat dilepaskan
selama proses mineralisasi, kation dapat dipertukarkan sehingga mampu melepaskan kation lain ke
larutan tanah, penyangga hara berfungsi mengurangi kehilangan hara akibat pencucian, indikasi
kapasitas tanah menahan hara, menentukan berapa banyak pengapuran, serta mampu menentukan
bagaimana cara aplikasi pupuk untuk tanaman, dibenam atau disebarkan. Ada beberapa factor yang
mempengaruhi KTK, yaitu pH tanah, tekstur tanah, jenis dan kadar mineral liat, serta kadar humus.
KB (Kejenuhan Basa) merupakan perbandingan antara jumlah kation basa dengan jumlah
semua kation (kation asam maupun basa) dalam kompleks jerapan koloid. Kation basa merupakan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Basa umumnya lebih mudah tercuci, sehingga KB yang tinggi
menandakan tanah belum banyak tercuci sehingga tanah lebih subur. Riwandi dkk (2017)
menyebutkan bahwa kejenuhan basa tanah menyatakan persentase kation basa yang dapat
dipertukarkan dibanding dengan KPK. Semakin rendah kejenuhan basa semakin kurang subur
tanahnya. Kejenuhan basa < 35% menyatakan bahwa tanah kurang subur seperti tanah ultisol,
oksisol dan/atau histosol.
KTA (Kapasitas Tukar Anion) merupakan proses atau kemampuan tanah untuk menjerap dan
menukarkan antara fase padat dan fase cair dan antara fase padat yang bersinggungan sangat. Anion
yang telah dijerap biasanya sulit dilepaskan kembali sehingga mempengaruhi penyediaan hara
tanaman. Pada kebanyakan tanah KTA sangat rendah, dominan pada tanah masam. Menurut
Gusmara (2016), sebagaimana halnya dengan kompleks tukar kation (KTK), besarnya muatan positif
pada kompleks pertukaran anion (KTA) ini pun dapat dihitung dengan mengukur besarnya anion
yang terjerap di kompleks jerapan ini. Beberapa jenis anion yang terdapat di dalam tanah sangat
mudah terjerap oleh kompleks pertukaran anion, sedangkan anion yang lain relative kurang dapat
terjerap. Pengikatan ion fosfat oleh kompleks pertukaran anion, misalnya, terjadi sangat kuat
sehingga ion ini sangat sulit untuk dibebaskan. Sebaliknya anion nitrat sangat sedikit terjerap oleh
kompleks ini.

DAFTAR PUSTAKA
Febriana, R. 2009. Pengelolan pemupukan tanaman sawit di perkebunan PT. Sari Loka I (PT Astra
Agro Lestari, Tbk), kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. [Skripsi]. Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. 110 hlm.
Gusmara, H. 2016. Dasar-Dasar Ilmu Tanah ITN-100. Universitas Bengkulu. 55-57.
Riwandi. 2017. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Yayasan Sahabat Alam Rafflesia. Bengkulu.
Ruhnayat, A. 2007. Penentuan Kebutuhan Pokok Unsur Hara N, P dan K Untuk Pertumbuhan
Tanaman Panili (Vanilla planifolia). 49-59.

Anda mungkin juga menyukai