Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PRAKTIKUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

“Musuh Alami”

Nama : Dinda Eka Ferdiana


NIM : 205040200111043
Kelas :C
Asisten Praktikum : Endang Sri Istanti Putri

AGROEKOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
A. Contoh Musuh Alami Predator
Nama Nama Gambar Tangan+Keterangan Gambar Hasil Obsrvasi
Umum Latin

Capung Anisoptera

Semut Paederus
semai/ littoralis
Tomcat
B. Resume Jurnal Mengenai Entomopatogen sebagai Musuh Alami (Ganjil)
Judul Jurnal : Uji Efektifitas Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana dan
Metharhizium anisopliae terhadap Kepik Hijau (Nezara viridula L.)
(Hemiptera ; Pentatomidae) pada Tanaman Kedelai (Glycine max
L.) di Rumah Kasa
Penulis : Suprayogi, Marheni, dan Syahrial Oemry
Tahun : 2015
Halaman : Vol.3 No.1:320-327
Resume :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektfitas jamur
entomopatogen Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae pada kerapatan
konidia yang berbeda untuk menginfeksi imago kepik hijau (Nezara viridula L.).
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok non-faktorial 7 perlakuan.
Dalam jurnal ini membahas terkait kepik hijau (Nezara viridula L.)
merupakan hama penting pada tanaman kedelai, hama ini menyerang tanaman kedelai
mulai berumur 35 sampai 50 hari setelah tanam. Umumnya pengendalian kepik hijau
yang ada di Indonesia masih menggunakan insektisida kimiawi yang dilakukan
secara intensif. Cara pengendalian kepik hijau ini dengan cara menggunakan pupuk
insektisida kimiawi yang dilakukan secara intensif. Tetapi, apabila menggunakan
pupuk insektisida secara terus menerus dapat menimbulkan dampak negatif yang
diantaranya yaitu, terbunuhnya musuh alami dan akumulasi residu pestisida. Maka
dilakukan dengan cara pengendalian yang ramah lingkungan seperti penggunaan
jamur entomopatogen.
Jamur entomopatogen merupakan pengendali hayati hama pada berbagai
komoditas tanaman yang efektif dan efesien. Selain itu, mampu mengendalikan 175
spesies serangga dari semua ordo.
Metarihizum anisopliae merupakan jamue entomopatogen yang termasuk
devisi Deuteromycotina : Hyphomycetes. Jamur ini biasanya disebut dengan green
muscardine fungus dan telah lama digunakan sebagai agen hayati dan dapat
menginfeksi beberapa serangga.
Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dapat
melakukan penelitian tentang pengendalian hama secara hayati dengan menggunakan
jamur entomopatogen dalam mengendallikan hama kepik hijau.
Bahan dan metode yang digunakan untuk penelitian adalaha sebagai berikut.
Alat yang digunakan yaitu : Erlenmeyer, gelas ukur, sungkap kain kasa, shaker,
handsprayer, autoclave, lampu bunsen, laminar air flow, haemocytometer, polybag,
dan buku data serta alat tulis. Bahan yang digunakan adalah biakan murni jamur M.
anisopliae, biakan murni jamur B. bassiana, imago kepik hijau, aquadest, PDA,
alkhohol, top soil, kompos, pupuk Urea, KCI, SP-36, dan benih kedelai varietas.
Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari media tanama yang berarti media tana
mini digunakan oleh top soil dan kompos dengan perbandingan 4 : 1 yang selanjutnya
dimasukkan kedalam polybag yang berukuran 5kg yang kemudian dilakukan
pemupukan sebelum benih di tanam. Benih yang digunakan adalah benih kedelai
varietas Burangrang. Kemudian, benih dipilih yang sehat, warna mengkilat,
bentuknya kompak atau sama, dan kulit benih tidak terluka. Sebelum penanaman
benih direndam dengan air kurang lebih 15 menit. Setelah itu, benih ditanam
sebanyak 2 benih per polybag. Penyiraman dilakukan setiap sore hari dan disesuaikan.
Jamur B. bassiana dan M. anisopliae diperoleh dari serangga uji berupa imago kepik
hijau yang terinfeksi oleh M. anisopliae dan B. bassiana di lapangan, kemudian
bagian tubuh serangga tersebut yang telah terinfeksi diisolasi dan di perbanyak lagi
pada media PDA. Pengaplikasian Suspensi dilakukan pada saat tanaman 42 hari
setelah tanam dan pengaplikasiannya dilakukan dengan cara menyemprotkan
suspense konodia ke seluruh tubuh tanaman dengan dosis 70ml /unit perlakuan, dan
tanaman di sangkup dengan kasa dengan ukuran (80cm x 40cm x x40cm) yang
bertujuan untuk menghindari masuknya organisme lain. Hasil dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Persentasi Mortalitas Nezara viridula
Terjadinya mortalitas awal dimulai pada 3 hari setelah aplikasi (hsa) yang
disebabkan karena jamur B. bassiana dan M. anisoplia memerlukan waktu
untuk menembus bagian integument serangga sampai menimbulkan
infeksi dan kematian. Perbedaan persentase kematian (mortalitas) imago
yang terinfeksi terjadi karena perbedaan kerapatan konidia yang
diaplikasikan.apabila persentase mortalitasnya rendah hal itu disebabkan
pada perlakuan N0 merupakan perlakuan tanpa pengaplikasian suspense
konidia jamur entomopatogen (control) sehingga mortalitas yang
dihasilkan terbilang rendah, karena seluruh imago kepk hijau masih dalam
keadaan hidup. Kerapatan konodia yang lebih rendah akan mempengaruhi
keefektifan jamur patogen dalam menginfeksi serangga. Tubuh imago
yang terinfeksi oleh B. bassiana yang ditandai dengan tumbuhnya miselia
berwarna putih dan mengeras seperti mumi. Selain itu, bagian tubuh
serangga yang papling muda terangsang yaitu bagian ruas-ruas tubuhnya.
Sedangkan, M. anisopliae awal terinfeksi ditandai dengan munculnya
miselia/ koloni jamur berwarna putih yang kemudian menjadi hijau gelap.
Keberhasilan jamur entomopatogen dalam menginfeksi serangga hama
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya lingkungan dan viabilitas
spora. Jamur entomopatogen dapat berkecambah dalam keadaan yang
lembab.
2. Persentase Natalis
Persentase natalis tertinggi terdapat pada perlakuan N0 (Kontrol) yaitu
terbesar 96,40% dengan perlakuan imago kepik hijau yang masih hidup,
sehingga imago kepik hijau tersebut masih berkembang biak dan
menghasilka n telur dalam jumlah yang banyak.
3. Produksi Kedelai
Produksi kedelai yang lebih tinggi yaitu sebesar 20,77% gr/6 tanaman dan
19,89gr/6 tanaman. Hal ini disebabkan jamur entomopatogen yang
diaplikasikan ke tubuh imago yang dimana semakin tinggi tingkat
mortalitas akan semakin meningkat produksi kedelai yang dihasilkan.
Sedangkan nilai terendah yaitu 8,46gr/6 tanaman yang diakibatkan imago
kepik hijau semakin meningkat tiap minggunya. Imago kepik hijau yang
menyerang polong kedelai pada keadaan polong muda akan menyebabkan
polong kedelai tersebut akan menjadi kempis dan keriput, sehingga dapat
menurunkan kualitas hasil kedelai.
Hasil dari penelitian Uji Efektifitas Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana
dan Metharhizium anisopliae terhadap Kepik Hijau (Nezara viridula L.) (Hemiptera ;
Pentatomidae) pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) di Rumah Kasa menunjukkan
bahwa jamur entomopatogen B. bassiana dan M. anisopliae berpengaruh nyata
terhadap presentase mortalitas, persentase natalitas, dan produksi kedelai. Kesimpulan
yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah persentase mortalitas tertinggi terdapat
pada perlakuan N3 yaitu sebesar 94,44% pada 13 hsa, dan yang terendah terdapat
pada perlakuan N0 sebesar 0% pada 13 hsa. Persentase natalitas tertinggi terdapat
pada perlakuan N0 yaitu sebesar 96,40 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan
N3 sebesar 0%. Rataan berat basah produksi kedelai tertinggi terdapat pada perlakuan
N3 yaitu sebesar 20,77 gr/polibeg/6 tanaman dan yang terendah terdapat pada
perlakuan N0 sebesar 8,48 gr/6 tanaman.

C. Resume Jurnal Mengenai Parasitoid sebagai Musuh Alami (Ganjil)


Judul Jurnal : Parasitoid E. argenteopilosus sebagai Agens Pengendali Hayati
Hama H. armigera, S. litura, dan C. pavonana pada Tumpangsari
Tomat dan Brokoli
Penulis : Setiawati, W., T.S. Uhan, dan A. Somatri
Tahun : 2005
Halaman : 15(4).279-287
Resume :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan atau efektifitas
parasitoid E. argenteopilosus dalam menekan perkembangan populasi dan serangan
hama H. armigera, S. litura, dan C. pavonana pada system tumpangsari tomat dan
brokoli. Penelitian ini mengguakan rancangan percobaan petak terpisah dengan 4
ulangan.
Dalam jurnal ini membahas terkait penurunan produksi tomat yang disebabkan
oleh serangan hama yang dapat menciptakan masalah penting bagi budidaya tanaman
tomat. Serangan hama tersebut yaitu ulat buah tomat (Helicoverpa armigera Hubn),
merupakan hama utama yang seringkali dapat menurunkan produksi tomat sampai
52%. Untuk melakukan pengendalian tersebut para petani melakukan penggunaan
insektisida kimia yang dilakukan secara terjadwal maka dari itu hal tersebut dapat
menyebabkan biaya produksi menjadi lebih tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut,
pengendalian hama menggunakan musuh alami (pemanfaatan predator, parasitoid,
dan patogen), merupakan suatu alternatif yang dinilai lebih sesuai dan sangat perlu
untuk dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang disebabkan oleh hama
maupun efek negatif dari penggunaan insektisida.
Parasitoid E. argenteopilosus merupakan musuh alami penting beberapa hama
yang sangat polifag seperti H. armigera, S. litura, dan C. binotalis. Peranan parasitoid
ini dapat meningkat yaitu dengan melepaskan seacra periodik, melepaskan secara
berkala (augmentasi), membanjiri dengan parasitoid dan predator (inundation), dan
memanipulasi lingkungan.
Teknik augmentasi dilapangan merupakan aktivitas pengendalian hayati yang
memiliki tujuan untuk meningkatkan jumlah musuh alami agar dalam waktu singkat
musuh alami tersebut menurunkan populasi hama. Untuk memanfaatkan peran
parasitoid tersebut diperlukan pembiakan massal, pelepasan, dan evaluasinya di
lapangan. Parasitoid yang dilepas di pertanaman tomat diharapkan akan menyebar ke
pertanaman sayuran lainnya, yang pada akhirnya akan menekan serangan hama H.
armigera, C. pavonana, dan S. litura.
METODE:
Dengan Ukuran petak 6,0 x 8,4 m = 50,4 m2 (144 tanaman tomat dan 72
tanaman brokoli). Jarak antarpetak 1 m. Pemupukan menggunakan pupuk kandang 30
t/ha yang diberikan pada saat tanam, dan pupuk NPK (15:15:15) sebanyak 1t/ha.
Penanggulan penyakit ini menggunakan penggunaan fungisida sismetik-kontak
dengan interval penyemprotan 7 hari atau beragantung serangan. Pengamatan
dilakukan pada 10 tanaman yang ditetapkan secara sistematis bentuk-U. Peubah yang
diamati yaitu:
1. Populasi H. armigera, C. pavonana, dan S. litura diamati setiap minggu mulai
umur 14 hari setelah tanam (HST)
2. Tingkat parasitasi E. argenteopilosus pada hama H. armigera, C. pavonana,
dan S. litura
3. Kerusakan tanaman brokoli yang diamati dengan menggunakan rumus
4. Kerusakan buah tomat oleh H. armigera
5. Hasil panen brokoli dan tomat
Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam dan Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf 5%, dan hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi
interaksi antara pelepasan parasitoid dan pengunaan insektisida terhadap populasi
hama, kerusakan tanaman maupun hasil panen tomat dan brokoli. Penggunaan
insektisida Spinosad ternyata sangat efektif dan mampu menekan populasi C.
pavonana dan S. litura masing-masing sebesar 95,41% dan 100%. Setiawati
menyatakan bahwa insektisida Spinosad sangat efektif terhadap C. pavonana.
Penggunaan insektisida tersebut pada tanaman kubis dapat menekan penggunaan
kuantum insektisida sebesar 50%. Penggunaan insektisida Deltamethrin dapat
menekan serangan sebesar 76,69%, dan insek-tisida Spi- nosad sebesar 88,13% bila
dibandingkan dengan tanpa penggunaan insektisida.
Tanaman Brokoli diserang oleh hama C. pavonana dan S. litura, dan populasi
kedua hama tersebut relative rendah. Penggunaan insektisida Spinosad ternyata sangat
efektif dan mampu menekan populasi. Pelepasan parasitoid dan penggunaan
insektisida secara nyata dapat mempertahankan hasil panen brokoli. Pelepasan
parasitoid dapat mempertahankan hasil panen brokoli sebesar 9,80% bila
dibandingkan dengan tanpa pelepasan, sedangkan aplikasi insektisida Deltamethrin
mampu mempertahankan hasil panen brokoli sebesar 20,85% dan insektisida
Spinosad sebesar 22,31% bila dibandingkan dengan tanpa penggunaan insektisida.
Insektisida Spinosad paling efektif dalam menekan serangan C. pavonana. Spinosad
merupakan insektisida mikroba yang berasal dari derivat bakteri actinomycetes .
Tanaman tomat diserang oleh hama H. armigera. Pelepasan parasitoid E.
argenteopilosus mampu menekan populasi H. armigera sebesar 18,45%. Penggunaan
insektisida Spinosad dan Deltamethrin mampu menekan populasi H. armigera
masing–masing sebesar 94,83% dan 92,24%. Penggunaan insektisida Spinosad dan
Deltame- thrin mampu menekan serangan H. armigera masing-masing sebesar 95,88
dan 89,53% dan mampu mempertahankan hasil panen tomat yang cukup tinggi
sebesar 22,72–24,39 t/ha. Penggunaan insektisida ternyata mempengaruhi tingkat
parasitasi. Penggunaan insektisida Deltamethrin ternyata dapat menurunkan tingkat
parasitasi sebesar 50,41%, sedangkan penggunaan insektisida spi- nosad sebesar 3,25
% atau rataan sebesar 26,83%. Insektisida Spinosad merupakan salah satu insektisida
yang mempunyai selektivitas yang cukup tinggi terhadap musuh alami.
Dari pernyataan pernyataan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu
pelepasan parasitoid E. argenteopilosus mampu menekan serangan C. pavonana dan
S. litura pada tanaman brokoli masing – masing sebesar 24,71% dan 97,24% serta H.
armigera pada tanaman tomat sebesar 18,45%. Tingkat parasitasi E. argenteopilosus
tertinggi terjadi pada H. armigera sebesar 38,96 %, C. pavonana 25,83%, dan S. litura
sebesar 24,44%. Pelepasan parasitoid E. argenteopilosus dan penggunaan insektisida
mampu memper-tahankan hasil panen brokoli dan tomat dengan hasil panen cukup
tinggi. Penggunaan insektisida Deltamethrin dan spinosad dapat mengurangi populasi
E. argenteopilosus masing–masing sebesar 50,42 dan 3,27%.

Anda mungkin juga menyukai