Anda di halaman 1dari 5

UJI KEMAMPUAN BAKTERI PADA TANAH RESIDU DAN TPA DENGAN

MENGGUNAKAN METODE INDOL ASAM ASETAT (IAA) DAN FIKSASI TANPA


NITROGEN SEBAGAI BIOFERTILIZER

Shabrina Bhasila Ramadhaniyah


202110200311079
E-mail : sabrinabhasila@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang (University of Muhammadiyah
Malang), Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Biofertilizer (pupuk hayati) adalah pupuk yang berasal dari biomassa berbagai mikroorganisme
tanah yang berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga mudah diserap oleh tanaman. Bakteri
sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bakteri dapat diperoleh dengan melakukan isolasi dari
berbagai tempat, salah satunya adalah tanah TPA dan Tanah Residu. Praktikum ini bertujuan untuk
mempelajari mikroorganisme yang berperan sebagai biofertilizer atau pupuk hayati dan mengamati hasil
metabolisme. Praktikum ini dilakukan di Laboraturium Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Pertumbuhan bakteri bisa dilihat melalui data nilai absorbansi yang didapatkan melalui alat spektrofotometer.
Isolat bakteri yang telah diinokulasi tersebut memiliki perbedaan kecepatan pertumbuhan dan faktor utama
perbedaan tersebut yaitu perbedaan jenis bakteri. Pada pengamatan pertumbuhan bakteri pada media IAA
Tanah Residu Pestisida, nilai OD total tertinggi didapatkan dari tanah residu pada tebu. Penyebab rendahnya
nilai OD pada isolat bakteri tanah residu pada tanaman mangga, tomat dan jagung adalah adanya hubungan
interaksi negatif. Interaksi negatif menyebabkan turunnya tingkat pertumbuhan dengan meningkatnya
kepadatan populasi bakteri itu sendiri. Media Fiksasi Nitrogen pada Tanah TPA didapatkan hasil yang
berbeda beda dengan nilai OD total tertinggi didapat dari kelompok 4, hal ini dapat disimpulkan tanah TPA
milik kelompok 4 mempunyai kecenderungan potensi fiksasi N yang relatif tinggi dibanding isolat yang lain.
pada pengamatan pertumbuhan bakteri Pada media Fiksasi Nitrogen Tanah TPA, semua kelompok
mengalami penurunan nilai OD yang berarti bakteri sulit tumbuh tanpa N. Pada prinsipnya terdapat 3 faktor
yang mempengaruhi fiksasi Nitrogen secara biologis yaitu tanah, tanaman, dan rhizobium. Ketiga faktor ini
saling berkaitan satu sama lain sehingga saling berhubungan.
Kata kunci: biofertilizer, tanah, nitrogen

PENDAHULUAN
Biofertilizer (pupuk hayati) adalah pupuk yang berasal dari biomassa berbagai
mikroorganisme tanah yang berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga mudah diserap
oleh tanaman (Nugraha, 2014) Bahan yang mengandung mikroba hidup dan dapat membantu
dalam meningkatkan kesuburan tanah baik melalui fiksasi nitrogen, pelarutan fosfor atau
pengomposan limbah organik atau dengan menghasilkan zat pengatur tumbuh melalui aktivitas
biologisnya untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Narula, 2013).
Bakteri sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Misalnya, dalam bidang pangan,
bidang kesehatan, bidang industri, bidang lingkungan, bidang pertanian serta bidang-bidang
lainnya. Bakteri yang berperan didalam bidang pertanian, yaitu sebagai pupuk hayati dan
biokontrol. Bakteri dapat diperoleh dengan melakukan isolasi dari berbagai tempat, salah satunya
adalah tanah TPA dan Tanah Residu. Bakteri yang terdapat di TPA yang telah beradaptasi dengan
lingkunngan TPA kemungkinan adalah bakteri yang dapat mengurai berbagai bahan organik yang
salah satunya adalah bahan organik untuk pembuatan pupuk organik (Pratama, 2018). Bakteri dari
TPA dan Tanah residu yang berbeda pun juga mampunyai kemungkinan dapat mengurai bahan
organik, akan tetapi dengan kemampuan yang berbeda.
Tanah merupakan suatu ekosistem yang mengandung berbagai jenis biota (organisme) dengan
morfologi dan sifat fisiologi yang berbeda-beda. Ada yang hanya terdiri atas beberapa individu, ada
pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Banyaknya biota berpengaruh terhadap sifat
kimia dan fisik tanah serta pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah yang terganggu akibat
penggunaan pestisida mempengaruhi kualitas gizi tanah dan memberikan gangguan ekologis yang
serius. Rendahnya mikroba tanah juga dapat mengurangi kontribusi mikroba terhadap
kesuburan tanah. Pada praktikum ini digunakan tanah residu pestisida karena digunakan sebagai uji
mikroorganisme dalam tanah residu pestisida. Menurut Benu (2020) Penggunaan pestisida secara
intensif diduga akan mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme tanah tersebut.
Populasi mikroorganisme dalam tanah yang berkurang akan sangat berpengaruh terhadap tingkat
kesuburan tanah.
Pupuk hayati (biofertilizer) adalah bahan penyubur tanah yang mengandung mikroba hidup
atau sel hidup yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan akar tanaman menyerap unsur-
unsur hara dari dalam tanah guna mendukung pertumbuhan tanaman (Mohammadi dan Sohrabi,
2012) Mikroba membantu menguraikan unsur-unsur yang ada pada tanah menjadi senyawa yang
dapat diserap oleh akar tanaman. pupuk hayati pada prinsipnya merupakan mikroba yang mampu
meningkatkan atau memperbaiki ketersediaan unsur hara bagi tanaman (Sukmadi, 2016). dapat
disimpulkan bahwa biofertilizer adalah produk atau formulasi yang manfaatnya sama seperti pupuk
kimia yaitu menyediakan unsur hara N, P, K atau unsur hara dan substansi lainnya (hormon
pertumbuhan) untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Oleh karena mampu
mengurangi konsumsi pupuk kimia, maka teknologi pupuk hayati ini diyakini sebagai bagian
penting dalam sistem pertanian berkelanjutan. Penggunaan pupuk hayati tidak akan meninggalkan
residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari mikroorganisme yang berperan sebagai
biofertilizer atau pupuk hayati dan mengamati hasil metabolisme

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilakukan di Laboraturium 2 Agroteknologi Universitas Muhammadiyah
Malang, pada tanggal 26 Oktober 2022 pada jam 07.00-08.40
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tabung reaksi, timbangan, gelas beker,
pipet ukur, karet hisap, pipet makro, label, aluminium foil, spektrofotometer, plastic wrap, kapas
alat tulis dan alat dokumentasi.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu tanah residu pestisida dan TPA,
aquadest, media IAA, media M-63-N, growmore merah, growmore hijau, KH2PO4 13,6 gr, KOH
4,2 gr, M9SO4 0,02 gr, glukosa 2 gr, FeSO4 1,11 gr.
Tahapan Kegiatan
Metode pelaksanaan IAA (Indole Asetat Acid)
Langkah pertama yaitu, menyiapkan alat dan bahan. Kemudian, membuat media standar
dengan mencampurkan growmore merah 1 gr, growmore hijau 1 gr, glukosa 2 gr, aquadest 500 ml.
menimbang sampel tanah sebanyak 1 gr. Lalu, Mengisi tabung reaksi pertama mengguanakan
aquadest sebanyak 10 ml, tabung kedua dan ketiga dengan 9 ml aquadest, dan tabung reaksi ke
empat dengan media standar sebanyak 9 ml. Selanjutnya, memasukan tanah yang telah ditimbang
pada tabung reaksi dan dihomogenkan kemudian mengambilnya sebanyak 1 ml atau 20 tetes
menggunakan pipet tetes dimasukan kedalam tabung reaksi kedua dan dihomogenkan setelah itu
diambil lg sebanyak 1 ml dan dimasukan kedalam tabung ketiga dan dihomogenkan  embali,
setelah itu mengambil 1 ml larutan dari tabung ketiga dan dimasuk pada tabung reaksi keempat
yang berisi media standar lalu dihomogenkan. Kemudian, menutup tabung reaksi menggunakan
kapas dan alumunium foil dan palstik wrab kemudian menghitung OD1 menggunakan
spektrofotometer. Setelah itu,  meletakannya pada shaker selama 24 jam untuk kemudian dihitung
OD2 dengan spektrofotometer dan yang terakhir, menghitung IAA dengan menurangkan OD2
dengan OD1.
Metode pelaksanaan Fiksasi Nitrogen
Langkah pertama yaitu, menyaipkan alat dan bahan kemudian membuat media M63 tanpa
N dengan mencampurkan KH2PO4 13,6 gr, KOH 4,2 gr, M9SO4 0,02 gr, glukosa 2 gr, FeSO4
1,11 gr dan aquadest 500 ml. Lalu menimbang tanah TPA sebanyak 1 gr. Kemudian, mengisi
tabung reaksi pertama mengguanakan aquadest sebanyak 10 ml, tabung kedua dan ketiga dengan 9
ml aquadest, dan tabung reaksi ke empat dengan media M63 tanpa N sebanyak 9 ml. Selanjutnya,
memasukan tanah yang telah ditimbang pada tabung reaksi dan dihomogenkan kemudian
mengambilnya sebanyak 1 ml atau 20 tetes menggunakan pipet tetes dimasukan kedalam tabung
reaksi kedua dan dihomogenkan setelah itu diambil lg sebanyak 1 ml dan dimasukan kedalam
tabung ketiga dan dihomogenkan  kembali, setelah itu mengambil 1 ml larutan dari tabung ketiga
dan dimasuk pada tabung reaksi keempat yang berisi media M63 tanpa N lalu dihomogenkan. Lalu,
Menutup tabung reaksi menggunakan kapas dan palstik wrap kemudian alumunium foil dan
menghitung OD1 menggunakan spektrofotometer dan meletakannya pada shaker selama 24 jam
untuk kemudian dihitung OD2 dengan spektrofotometer. Langkah terakhir yaitu, menghitung nilai
fiksasi nitrogen dengan mengurangkan OD2 dengan OD1.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hasil pengamatan pertumbuhan bakteri pada media IAA Tanah Residu Pestisida
OD Pertumbuhan bakteri
1 gram sampel tanah IAA 600nm OD IAA
IAA (ppm)
residu Awal (600nm)
Akhir (OD 2)
(OD1)
Tebu 0.114 0.252 0.138 11.03
Jagung 0.145 -0.011 -0.156 9.14
Mangga 0.076 0.008 -0.071 7.18
Tomat 0.068 0.003 -0.065 19.07
Berdasarkan hasil tabel 1. praktikum diatas menunjukkan bahwa nilai OD pada semua
sampel tanah residu pada jagung, mangga dan tomat menurun sedangkan pada tebu meningkat.
Pada 1 gram sampel tanah residu pestisida pada tanaman tebu didapatkan data OD1 0,114
kemudian OD2 0,252 dengan OD IAA 0,138 dan IAA 11,03. Akan tetapi, nilai IAA pada tomat
didapatkan lebih tinggi daripada tebu meski nilai OD pada tebu lebih tinggi. Pada 1 gram sampel
tanah residu pada tomat didapat nilai OD1 0,068 kemudian OD2 0,003 dengan OD IAA -0,065 dan
IAA 19,07. Menurut saya hal ini karena kemungkinan disebabkan oleh metode pengukuran OD
yang hanya mendeteksi tingkat kekeruhan ekstrak, sehingga bakteri yang sudah matipun dalam
ekstrak tersebut turut terdekteksi. Hal tersebut ditunjukkan dengan kemampuan pertumbuhan (OD
sel) yang relatif tinggi dibanding yang lain, menurut adianto (2017) penyebab rendahnya nilai OD
pada isolat bakteri adalah adanya hubungan interaksi negatif. Interaksi negatif menyebabkan
turunnya tingkat pertumbuhan dengan meningkatnya kepadatan populasi bakteri itu sendiri.
Namun, menurut Widiawati (2012) tinggi rendahnya nilai Optical Density (OD) tidak menentukan
besar kecilnya konsentrasi hormon pertumbuhan (ZPT) yang dihasilkan oleh suatu bakteri.
Pertumbuhan bakteri bisa dilihat melalui data nilai absorbansi (Optical Density) yang
didapatkan melalui alat spektrofotometer. isolat bakteri yang telah diinokulasi tersebut memiliki
perbedaan kecepatan pertumbuhan dan faktor utama perbedaan tersebut yaitu perbedaan jenis
bakteri. Nilai OD tersebut merupakan nilai yang menunjukkan tinggi rendahnya pertumbuhan atau
populasi bakteri dalam suatu media.
Tabel 2. Hasil pengamatan pertumbuhan bakteri Pada media Fiksasi Nitrogen Tanah TPA
1 gram sampel tanah OD Pertumbuhan bakteri N 600nm
OD Total (600nm)
TPA Awal (OD1) Akhir (OD2)
Kelompok 1 0.262 0.024 -0.238
Kelompok 2 0.143 -0.087 -0.23
Kelompok 3 0.261 0.033 -0.228
Kelompok 4 0.204 0.135 -0.069
Berdasarkan hasil praktikum pada Tabel 2 memiliki nilai OD berbeda beda dengan nilai
OD total tertinggi didapat dari kelompok 4, hal ini dapat disimpulkan tanah TPA milik kelompok 4
mempunyai kecenderungan potensi fiksasi N yang relatif tinggi dibanding isolat yang lain.
berdasarkan pada tabel 2 pada Kelompok 1, pertumbuhan bakteri pada media fiksasi nitrogen tanah
TPA didapatkan nilai OD Total yaitu -0,238 . lalu pada kelompok 2 didapat total OD yaitu -0,23,
lalu pada kelompok 3 OD total -0,228 dan pada kelompok 4 didapat total OD -0,069. dapat
disimpulkan bahwa semua kelompok mengalami penurunan nilai OD yang berarti bakteri sulit
tumbuh tanpa N . Menurut Pranata (2018) Fiksasi nitrogen adalah proses pengubahan gas nitrogen
bebas (N2) menjadi bentuk yang tersedia yaitu amonium (NH4+). Bentuk amonium inilah yang
dibutuhkan oleh tanaman sebagai unsur makro untuk proses pertumbuhannya. Proses fiksasi
nitrogen ini tidak pernah terjadi pada organisme eukariotik manapun karena kemampuan tersebut
hanya dimiliki oleh beberapa jenis bakteri saja. Pada prinsipnya terdapat 3 faktor yang
mempengaruhi fiksasi Nitrogen secara biologis yaitu tanah, tanaman, dan rhizobium. Ketiga faktor
ini saling berkaitan satu sama lain (utami, 2018).
Tanah menyediakan unsur hara yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Penyediaan
unsur hara bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor: yaitu faktor fisik, Kimia, dan biologi
tanah. Faktor fisik meliputi tekstur, strutur tanah, suhu, kelembaban, dan sebagainya. Organisme
yang ada di dalam tanah juga merupakan faktor yang mempengaruhi keadaan tanah. Kondisi yang
ada di dalam tanah diharapkan yang dapat menunjang kehidupan tanaman maupun bakteri
rhizobium yang akan bersimbiose. Tanaman akan menentukan berhasilnya suatu bakteri rhizobium
dalam bekerjasama, karena tanaman menghasilkan fotosintat yang dibutuhkan rhizobium untuk
membentuk enzim nitrogenase. Hal ini semua belum ada artinya jika jenis rhisobium yang ada
tidak sesuai/cocok dengan tanaman. Jadi jenis rhizobium yang serasi hubungannya dengan tanaman
akan mempengaruhi simbiose ini. Fiksasi nitrogen secara biologis bergantung pada serangkaian
proses oleh bakteri dengan cara mengubah N2 menjadi bentuk anorganik yang kemudian diserap
tanaman. Bakteri tersebut dapat menambat nitrogen udara melalui non-simbiosis (free- living
nitrogen-fixing bacteria) dan simbiosis (root- nodulating bacteria) dengan tanaman (Sapalina,
2022)

KESIMPULAN
Pada pengamatan pertumbuhan bakteri pada media IAA Tanah Residu Pestisida, nilai
OD total tertinggi didapatkan dari tanah residu pada tebu. Penyebab rendahnya nilai OD pada isolat
bakteri tanah residu pada tanaman mangga, tomat dan jagung adalah adanya hubungan interaksi
negatif. Interaksi negatif menyebabkan turunnya tingkat pertumbuhan dengan meningkatnya
kepadatan populasi bakteri itu sendiri. Kemudian, pada pengamatan pertumbuhan bakteri Pada
media Fiksasi Nitrogen Tanah TPA didapatkan hasil yang berbeda beda dengan nilai OD total
tertinggi didapat dari kelompok 4, hal ini dapat disimpulkan tanah TPA milik kelompok 4
mempunyai kecenderungan potensi fiksasi N yang relatif tinggi dibanding isolat yang lain. pada
pengamatan pertumbuhan bakteri Pada media Fiksasi Nitrogen Tanah TPA, semua kelompok
mengalami penurunan nilai OD yang berarti bakteri sulit tumbuh tanpa N. Bakteri dari TPA dan
Tanah residu diambil dari tempat yang berbeda beda, namun sama-sama mampunyai kemungkinan
dapat mengurai bahan organik, akan tetapi dengan kemampuan yang berbeda. Pada prinsipnya
terdapat 3 faktor yang mempengaruhi fiksasi Nitrogen secara biologis yaitu tanah, tanaman, dan
rhizobium. Ketiga faktor ini saling berkaitan satu sama lain

DAFTAR PUSTAKA
Adianto, Redi Rusmana. 2017. Uji Potensi Isolat Rhizobakteri Tanaman Teh (Camellia Sinensis)
Dan Kakao (Theobroma Cacao) Sebagai Pupuk Hayati. Universitas Muhammadiyah
Malang
Benu, Anthonius Dan Lince. 2020. Dampak Residu Pestisida Pada Keanegaragaman Jamur Pada
Lahan Sayuran. Jurnal Iltan Lingkungan 22(2) 80-88
Hadisuwito, Sukamto. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Agromedia
Mohammadi K, Sohrabi Y (2012) Bacterial Biofertilizers For Sustainable Crop Production: A
Review. Arpn J Agr Biol Sci 7:307-316
Nugraha, Restu, Tri Ardyati Dan Suharjono. 2014. Eksplorasi Bakteri Selulolitik Yang Berpotensi
Sebagai Agen Biofertilizer Dari Tanah Perkebunan Apel Kota Batu, Jawa Timur.
Biotropika 2(4) 159-163
Pranata, Ivan Tjahja, Adminarwati Hulu, Dan Yoga Aji Handoko. 2018. Prospek Introduksi
Regulon Nif Dari Bakteri Klebsiella Pneumoniae Ke Dalam Genom Mitokondria
Tanaman. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 18 (3):215-225
Pratama, Ekky Alfi. 2018. Isolasi Dan Uji Potensi Bakteri Dari Tempat Pembuangan Akhir
Sampah Sebagai Biodekomposer Dan Biofertilizer. Universitas Muhammadiyah Malang
Sapalina, Fadilla, Eko Noviandi Ginting, Dan Fandi Hidayat. 2022. Bakteri Penambat Niktrogen
Sebagai Agen Biofertilizer. Warta Ppks, 27(1): 41-50
Sukmadi, R.B. 2016. Kajian Proses Produksi Pupuk Hayati Bio-Srf Dan Pengujian Efektivitasnya
Pada Tanaman Bawang Merah. Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia 3(1) 20-27
Utami, Ms. 2018. Fiksasi Nitrogen Secara Otomatis Suatu Alternatif Penyediaan Unsur Hara
Nitrogen Pada Tanaman Kedelai. Universitas Udayana
Widawati, S Dan Muharam, A. 2012. Uji Laboratorim Azospirillum Sp. Yang Diisolasi Dari
Beberapa Ekosistem. J. Hortikultura 22(3):258-267

Anda mungkin juga menyukai