Anda di halaman 1dari 9

Biosene Vol ___,No.

___, Februari 2022 ISSN: 2622 - 6286

SELEKSI BAKTERI PELARUT FOSFAT DARI RHIZOSFER TANAMAN CABAI


MERAH (Capsicum annuum L.) KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

Gergonius Fallo S.Si., M. Si,1*) Lukas Pardosi S.Pd., M.Si2) Agustina Yovita Boluk3)
Program Studi Biologi, Fakultas Pertanian, Universitas Timur Kefamenanu, Indonesia
123

Email: *1gergofallo@yahoo.com

ABSTRAK

Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU) merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT) yang memiliki luas wilayahnya ± 2,669,70 km². Kabupaten TTU memiliki
lahan pertanian yang luas dan berpotensi untuk budidaya tanaman cabai merah (Capsicum annuum
L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, mengkarakterisasi dan menyeleksi potensi bakteri
pelarut fosfat (BPF) yang berada disekitar perakaran tanaman cabai merah. Isolasi BPF menggunakan
metode gores dan metode sebar. Hasil isolasi diperoleh 20 isolat. Hasil karakterisasi ke 20 isolat
memiliki bentuk koloni bulat, rhizoid, panjang, ukuran kecil, sedang, besar, elevase rata, warnah
putih, bening. Hasil seleksi BPF diketahui 5 isolat berpotensi sebagai pelarut fosfat dan yang
memiliki indeks pelarutan fosfat tertinggi yaitu isolat CMB04 sebesar 2,10 mm.

Kata Kunci : Baktersi Pelarut Fosfat; Cabai Merah; Isolasi dan Seleksi
1. PENDAHULUAN
Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU) merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memiliki luas wilayahnya ± 2,669,70 km². Suhu di
Kabupaten TTU pada umumnya sama dengan Wilayah Provinsi NTT yaitu rata-rata 30-36ºC.
Kabupaten TTU memiliki lahan pertanian yang luas dan berpotensi untuk budidaya tanaman Cabai
merah (Capsicum annuum L.) (BPS, 2020).
Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultur, sebagai
jenis sayuran atau buah untuk dibudidayakan. Cabai merah juga merupakan bahan masakan
sehingga cabai merah sangat diperlukan oleh ibu-ibu sebagai pelengkap bumbu dapur. Dengan
beragamnya kebutuhan manusia maka penggunaan cabai merah pun akan menigkat setiap
tahunnya (Kementerian Pertanian, 2017)
Produksi cabai merah di Kabupaten TTU sering mengalami penurunan. Produksi tahun
2019 yaitu 23 ton/ha. Tahun 2020 yaitu 8,5 ton/ha (BPS, 2021). Penurunan hasil produksi
cabai merah di Kabupaten TTU di sebabkan karena menurunnya kadar bahan organik tanah,
kelebihan menggunakan pupuk kimia sehingga merusak struktur tanah, dan kurangnya
perawatan. Untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas tanah diperlukan kombinasi
pupuk organik yang tepat (Isnaini, 2006). Meskipun pada tingkat petani cabai merah
pemberian pupuk fosfat granul sudah di lakukan akan tetapi fosfat yang diberikan kurang
optimal karena fosfat dalam tanah masih berbentuk senyawa tertikat. Menurut Isgitani (2005)
tanaman hanya dapat memanfaatkan fosfat dalam bentuk granula sebesar 5-20% dari pada
pupuk fosfat yang diberikan, maka dari itu diperlukan suatu cara untuk meningkatkan pupuk
fosfat granula, yaitu memanfaatkan bakteri yang berpotensi sebagai pelarut fosfat sehingga
menjadi fosfat dalam bentuk terlarut agar di manfatkan oleh tanaman.
Bakteri pelarut fosfat di kenal sebagai salah satu alternatif untuk pemupukan P (fosfor)
karena kemampuannya dalam melepaskan P dari sumber P sukar larut menjadi mudah larut
[Isolasi Dan Seleksi Bakteri Pelarut Fosfat Dari Rhizosfer Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)
Di Kabupaten Timor Tengah Utara] |1
Biosene Vol ___,No. ___, Februari 2022 ISSN: 2622 - 6286

melalui kemampuannya mensintesis dan mensekresikan asam organik seperti asam malat,
oksalat, dan glukonat, (Vassilev et. al., 2001; Khan et al., 2007). Menurut (Yanti et al., 2009)
pemberian mikroba pelarut fosfat pada tanah yang ditanam cabai merah menunjukkan adanya
peningkatan berat basah cabai merah sebesar 58,40 gr dibandingkan dengan kontrol 31,40 gr,
sedangkan berat kering cabai merah sebesar 13,55 gr daripada kontrol 7,30 gr. Pada tanah
yang diinokulasikan bakteri pelarut fosfat, hasil pertanian akan meningkat baik kualitas
maupun bobot kering dari tanaman tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Pal (1998)
menggunakan bakteri pelarut fosfat (Bacillus sp.) pada tanah yang diberi pupuk fosfat akan
meningkatkan jumlah dan bobot kering pada tanaman cabai merah.
Melihat besarnya potensi dari mikroba di dalam tanah, seperti bakteri pelarut fosfat
yang dapat membantu penyediaan unsur hara fosfor bagi pertumbuhan tanaman, maka perlu
usaha untuk mengembangkan dan mengetahui lebih banyak karakteristik dari bakteri pelarut
fosfat agar dapat lebih optimal dalam pemanfaatannya di bidang pertanian.
2. METODOLOGIPENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan April-November 2021 di Laboratorium Fakultas
Pertanian Universitas Timor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan penelitian ini yaitu: inkubator, petridis, tabung reaksi, rak tabung
reaksi, jarum ose, spatula, bunsen, batang pengaduk, labu erlenmyer, gelas ukur, gelas beker,
autoclave, oven, timbangan analitik, hotplate, kaca objek, pipet tetes, kamera, alat tulis dan
linggis
Bahan yang digunakan yaitu : Sampel tanah, NaCl fisiologis 85%, media Nutrien Agar
(NA), Media Pikovskaya, aquades, alkohol 70%, bahan pewarnaan gram, spiritus, tisu, kapas,
plastik sampel, karet, alumanium foil, cling wrap, kertas label, dan kertas.
Pengambilan Sampel Tanah
Sampel tanah diambil dari 10 titik di 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Miomaffo
Barat, Kecamatan Insana Barat, Kecamatan Noemuti, dan Kecamatan Miomaffo Timur. Tiap
Kecamatan di pilih 1 (satu) desa untuk pengampilan sampel tanah. Sampel diambil sekitar
perakaran tanaman Cabai Merah. Sampel tanah diambil dengan kedalaman ± 5-10 cm (Fallo
et al, 2015), kemudian dimasukkan kurang lebih 500gr sampel tanah ke dalam plastik sampel
steril untuk isolasi bakteri di laboratorium Fakultas Pertanian Univerrsitas Timor.
Isolasi Bakteri Pelarut Fosfat
Isolasi bakteri pelarut fosfat dengan metode pengenceran berseri menggunakan media
Nutrient Agar (NA), (Widawati et al., 2011). Sebanyak satu gram tanah dimasukkan ke
dalam tabung berisi 10 ml larutan garam fisiologis 0.85% ditambahkan 100 mL aquades steril
dan dihomogenkan dengan batang pengaduk. Kemudian dilakukan pengenceran secara serial.
Hasil Pengenceran 10-3,10-4 dan 10-5 disebar sebanyak 0.1 ml pada media NA padat steril dan
diinkubasi pada suhu ruang selama 1 x 24 jam. Pemurnian bakteri dilakukan dengan cara
koloni bakteri yang tumbuh diambil menggunakan jarum ose secara aseptis dan digoreskan
pada media NA padat steril. Media tersebut diinkubasi selama 72 jam sehingga didapatkan
isolatmurni (Purwaningsih, 2003). Karakter morfologi diidentifikasi dengan mengacu pada
Holt et al., (1994), meliputi bentuk koloni, warna koloni, elevasi, tepian. Kemudian
melakukan media agar miring menggunakan media NA untuk mendapatkan stok kultur untuk
uji seleksi bakteri bakteri pelarut fosfat.

[Isolasi Dan Seleksi Bakteri Pelarut Fosfat Dari Rhizosfer Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)
Di Kabupaten Timor Tengah Utara] |2
Biosene Vol ___,No. ___, Februari 2022 ISSN: 2622 - 6286

Seleksi Bakteri Pelarut Fosfat


Isolat yang diperoleh ditumbuhkan dengan cara ditotol pada cawan petri berisi media
pikovskaya padat steril. Hasil uji isolat berkemampuan dalam melarutkan fosfat setelah di
inkubasi selama 3 hari ditandai adanya zona bening.

Identifikasi Isolat Potensial


Biakan mikrobia yang telah murni dan berpotensi sebagai pelarut fosfat diamati secara
mikroskopis dan biokimia.
Identifikasi secara mikroskopis
a. Pewarnaan Gram Bakteri
Pewarnaan gram dengan cara satu ose biakan bakteri di campur dengan aquades yang
sudah di teteskan di atas kaca objek, kemudian dibuat apus setipis mungkin, difiksasi diatas
lampu bunsen. Preparat apus ditetesi pewarnaan pertama dengan Kristal violet selama satu
menit, zat warna dibuang. Ditetesi gram iodine selama satu menit, kemudian preparat apusan
decolorisasi sampai warnah biru tidak lagi mengalir. Selanjutnya preparat dicuci dengan
aquades, dan diberi pewarnaan safranin selama satu menit. Warna kemudian dibuang dan
dibersihkan dengan aquades dikeringan dan diamati morfologi sel, serta warnanya dibawah
mikroskop. Bakteri dikelompokkan sebagai gram positif apabila selnya berwarnah biru atau
unggu, dan gram negatif apabila berwarna merah atau merah mudah. (Amalitha et al, 2018).
Uji Biokimia
a. Uji Sitrat (Simmons Citrat Agar)
Isolat bakteri diambil sebanyak satu ose dengan menggunakan jarum ose kemudian
digoreskan pada agar miring. Diinkubasi selama 24-48 jam. Hasil positif akan terlihat
perubahan warna hijau medium menjadi biru. Sedangkan reaksi negatif apabila tidak terjadi
perubahan warna pada medium (tetap hijau).
b. Uji TSIA
Uji TSIA dilakukan dengan menggoreskan biakan bakteri dengan jarum ose steril pada
media TSIA dengan cara menusuk ose sampai sepertiga dasar tabung. Kemudian diangkat
dan digores secara zig zag pada permukaannya setelah itu diinkubasi 48 jam pada suhu ruang.
Perubahan warna yang terjadi setelah diinkubasi adalah warna media menjadi kuning yang
menandakan asam. Sedangkan apabila warna media menjadi merah menandakan basa, dan
apabila warna menjadi hitam menandakan terbentuknya H2S, dan apabila media trangkat
menunjukkan bahwa mikroba tersebut mampu memproduksi Gas. (Ismiati, 2018).
c. Uji Katalase
Uji katalase dilakukan dengan cara meneteskan Hidrogen peroksida (H2O2) 3% pada gelas
objek yang bersih. Biakan dioleskan pada gelas objek yang sudah ditetesi hydrogen peroksida
dengan jarum ose. Suspensi dicampur secara perlahan menggunakan jarum ose, hasil yang
positif ditandai oleh terbentuknya gelembung – gelembung udara.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Isolasi Bakteri
[Isolasi Dan Seleksi Bakteri Pelarut Fosfat Dari Rhizosfer Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)
Di Kabupaten Timor Tengah Utara] |3
Biosene Vol ___,No. ___, Februari 2022 ISSN: 2622 - 6286

Hasil isolasi bakteri pelarut fosfat (BPF) pada perakaran tanaman cabai merah
(Capsicum annum L.) diperoleh 20 isolat. Ke 20 isolat tersebut diperoleh dari 3 lokasi di
Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) yaitu Kecamatan Miomafo Barat di peroleh 6 isolat,
Kecamatan Noemuti di peroleh 6 isolat, dan Kecamatan Insana Barat Di peroleh 8 isolat.
Hasil karakterisasi morfologi koloni ke 20 isolat bakteri dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Karakterisasi Morfologi Koloni Bakteri Pelarut Fosfat pada perakaran Cabai Merah
(Capsicum annum L.)
No Lokasih Kode Karakterisasi
Pengambilan Isolat Bentuk Ukuran Elevase Warna
Sampel
CMB 01 Bulat Besar Rata Putih
CMB 02 Bulat Kecil Rata Putih
Kecamatan CMB 03 Rhizoid Kecil Rata Putih
1.
Miomafo Barat CMB 04 Panjang Kecil Rata Putih
CMB 05 Panjang Besar Rata Putih
CMB 06 Bulat Sedang Rata Putih
CN 01 Bulat Kecil Rata Putih
CN 02 Panjang Kecil Rata Putih
Kecamatan CN 03 Bulat Besar Rata Putih
2.
Noemuti CN 04 Bulat Besar Rata Bening
CN 05 Rhizoid Sedang Rata Bening
CN 06 Rhizoid Kecil Rata Putih
RTCR 01 Bulat Kecil Rata Putih
RTCR 02 Bulat Kecil Rata Putih
3. RTCR 03 Bulat Kecil Rata Putih
Kecamatan RTCR 04 Bulat Besar Rata Putih
Insana Barat RTCR 05 Panjang Sedang Rata Putih
RTCR 06 Panjang Besar Rata Putih
RTCR 07 Bulat Besar Rata Putih
RTCR 08 Bulat Kecil Rata Putih

Isolasi bakteri pelarut fosfat menggunakan sampel tanah dari tanah disekitar perakaran
tanaman. Hasil isolasi diperoleh 20 isolat. Ditemukannya bakteri di sekitar perakaran
tanaman menunjukkan bahwa bakteri sering berasosiasi dengan tanaman. Senyawa metabolit
berupa eksudat yang di keluarkan oleh tanaman melalui akar dimanfaatkan oleh bakteri
sebagai nutrisi, sebaliknya bakteri akan mendukung pertumbuhan tanaman melalui produksi
hormon pertumbuhan dan melarutkan unsur-unsur yang masih terjerat di dalam tanah seperti
unsur P, K, Fe, Al, Ca, dan Mg sehingga unsur-unsur tersebut dapat dilarutkan oleh bakteri
selanjutnya menjadi unsur yang tersedia bagi tanaman. (Purwaningsih, 2003).
Hasil isolasi diketahui jumlah isolat tiap Kecamatan bervariasi. Hal ini dikarenakan
adanya faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap jumlah bakteri. Salah satu faktor
lingkungan yang berpengaruh yaitu pH tanah. Menurut Achmad (2011) tanah dapat
menentukan kelimpahan bakteri dimana semakin rendah pH suatu tanah maka kelimpahan

[Isolasi Dan Seleksi Bakteri Pelarut Fosfat Dari Rhizosfer Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)
Di Kabupaten Timor Tengah Utara] |4
Biosene Vol ___,No. ___, Februari 2022 ISSN: 2622 - 6286

suatu bakteri juga semakin rendah (Zheng et al., 2019). Faktor lain yang mempengaruhi
perbedaan jumlah isolat bakteri yaitu eksudat dari tanaman, kadar C organik dan kadar P
yang tersedia di dalam tanah (Niswati et al., 2008). Menurut Suparnorampius et al., (2020)
kadar C organik dan P tersedia di dalam tanah memiliki pengaruh dengan jumlah populasi
bakteri.
Hasil Karakterisasi morfologi Koloni 20 isolat dari perakaran tanaman cabai merah
(Capsicum annum L.) di tiga Kecamatan pada umumnya berbentuk (bulat), ukuran (kecil),
elevase (rata), warna (putih). Menurut Irfan, M. (2014), karakter bakteri pada perakaran
tanaman pada umumnya memiliki bentuk koloni bulat. Sari et al., (2008) juga
menambahkan, berdasarkan pengamatan morfologi koloni pada hasil isolat dari tanaman
yang di teliti menunjukkan hasil yang sama, dan ketika ditumbuhkan pada cawan petri ukuran
koloni besar, berwarna putih, berbentuk bulat. Tepian koloni adalah kenampakan pada
pinggir koloni, pada bagian tepi koloni hasil pengamatan didapatkan tepian rata.
2. Seleksi Bakteri Pelarut Fosfat
Hasil seleksi bakteri pelarut fosfat dari 20 isolat diketahui 5 isolat memiliki
kemampuan dalam melarutkan fosfat. Indeks pelarutan fosfat (IPF) berkisar antara 0,25–2,10
mm. IPF tertinggi adalah isolat bakteri CMB04 dengan nilai IPF yaitu 2,10 mm, sedangkan
IPF terendah adalah CN04 dengan nilai IPF yaitu 0,25mm (tabel 2).

Zona bening

Gambar 2. Zona bening isolat CMB04 pada media pikovskaya

Tabel 2. Indeksi Pelarut Fosfat Isolat Bakteri


Diameter Koloni Diameter Zona Indeks Pelarut
No Kode Isolat
(mm) Bening (mm) Fosfat (mm)
1. RTCR 01 4,1 12,6 2,07
2. CMB 02 4 7 0,75
3. CMB 03 4,2 5,4 0,28
4. CMB 04 4,6 14,3 2,10
5. CN 04 6 7,5 0,25

Hasil seleksi bakteri pelarut fosfat diketahui nilai indeks pelarut fosfat (IP) dari setiap
isolat memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam melarutkan fosfat. Menurut Widawati
(2006) setiap spesies bakteri mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menghasilkan
asam-asam organik, baik dalam jumlah maupun jenisnya selama pertumbuhan, sehingga
berpengaruh dalam pelarutan fosfat. Kemampuan dalam melarutkan fosfat ditandai dengan
adanya zona bening di sekitar koloni bakteri. Zona bening yang terbentuk disekeliling koloni

[Isolasi Dan Seleksi Bakteri Pelarut Fosfat Dari Rhizosfer Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)
Di Kabupaten Timor Tengah Utara] |5
Biosene Vol ___,No. ___, Februari 2022 ISSN: 2622 - 6286

merupakan indikasi bahwa isolat mampu melarutkan fosfat kompleks. Zona bening pada agar
dapat terbentuk akibat pelarutan suspensi trikalsium fosfat Ca3(PO4)2. Pembentukan zona
bening pada medium Pikovskaya mengindikasikan bahwa mikroorganisme tersebut dapat
melarutkan fosfat (Mehta et al., 2001). Hal ini terjadi karena adanya asam organik yang
disekresikan oleh bakteri dan kemudian berikatan dengan ion Ca dari Ca3 (PO4)2 pada media
Pikovskaya dan membebaskan H2PO4. Sehingga membentuk area yang berwarna jernih.
Menurut Rodriguez dan Fraga (1999), senyawa metabolit tersebut dapat berupa senyawa-
senyawa gula, asam amino, asam organik, glikosida, senyawa-senyawa nukleotida, vitamin,
dan enzim. Aktivitas metabolism dan senyawa metabolit yang dilepaskan oleh tanaman ke
dalam tanah melalui akar merupakan faktor yang sangat menentukan keadaan morfologi
tanah pada daerah perakaran tanaman.

3. Identifikasi Isolat Bakteri CMB 04 Potensial Sebagai Pelarut Fosfat


Tabel 3. Uji Mikroskopis dan Uji Biokimia
Kode Isolat Uji Mikroskopis Uji Biokimia
Reaksi Gram Bentuk Sel Sitrat TSIA Katalase
CMB 04
Negatif Basil + + +
Keterangan : + (Positif)

A B C D

Gambar 2. A Hasil pewarnaan Gram, B uji sitrat, C uji TSIA, dan D uji katalase isolat CMB04

Pewarnaan gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang penting, yang digunakan
untuk mengidentifikasih bakteri. Tujuan dari pewarnaan gram ini untuk mempermudah
melihat bakteri secara mikroskopis, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, melihat struktur
bakteri seperti bentuk sel dari bakteri dengan zat warna (Waluyo L. 2008). Hasil pewarnaan
gram isolate bakteri CMB04 (Gambar 2 A) teridentifikasi gram negatif dengan bentuk sel
basil. Bakteri yang teridentifikasi bila gram positif berwarna unggu dan gram negatif
berwarnah merah (Waluyo L. 2008).
Hasil uji biokimia berupa Uji sitrat diketahui isolat CMB04 positif (+) memfermentasi
sitrat Gambar 2 B). Sitrat merupakan uji yang dilakukan untuk mendeteksi kemampuan
bakteri dalam memfermentasikan sitrat sebagai sumber karbaon yang terkandung pada media,
dengan bantuan enzim citratpermease sehingga menyebabkan sitrat ke dalam sel yang di
tandai dengan terbentuknya perubahan warna pada media (Kismiyati dkk., 2009). Uji positif
ditandai dengan perubahan warna media menjadi. Hasil penelitian Wahyuni et al., (2014)
menyatakan bahwa jika terjadi perubahan warna berarti hal ini menunjukkan bahwa
mikroorganisme menggunakan sitrat sebagai satu- satunya sumber karbon dan energi.
Hasil uji biokimia berupa Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA) di ketahui isolat CMB 04
positif (+) (Gambar 2 C). Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA) merupakan rangkaian uji

[Isolasi Dan Seleksi Bakteri Pelarut Fosfat Dari Rhizosfer Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)
Di Kabupaten Timor Tengah Utara] |6
Biosene Vol ___,No. ___, Februari 2022 ISSN: 2622 - 6286

biokimia untuk melihat kemampuan mikroorganisme dalam memfermentasikan gula yang


terkandung dalam TSIA, yakni glukosa, laktosa, dan sukrosa. Perubahan yang diamati setelah
diinkubasi adalah warnah medium menjadi kuning yang menandakan asam, (Sardiani dkk.,
2015). Hal ini menunjukkan bakteri ini mampu melakukan fermentasi terhadap glukosa,
laktosa, dan sukrosa. Hasil penelitian Sari et al., (2019) jika bakteri memiliki kemampuan
dalam mendegradasi dan fermentasi karbohidrat yang disertai produksi asam di tandai dengan
terjadinya perubahan warna pada media dari merakh menjadi kuning pada bagian media.
Hasil uji biokimia berupa Uji katalase diketahui isolat CMB 04 positif (+) (Gambar 2
D). Uji katalase digunakan untuk mengetahui adanya enzim katalase pada isolate bakteri.
Katalase merupakan enzim yang dapat dikatalisis penguraian hidrogen peroksida (H 2O2)
menjadi air dan O2. H2O2 terbentuk dalam metabolism aerob, sehingga organisme yang
berhabitat pada lingkungan aerob mampu memecahkan senyawa tersebut (Lay, 1994).
Bakteri yang memiliki enzim katalase diindikasikan dengan terbentuknya gelembung pada
media yang disebabkan adanya gas oksigen dari penguraian (H2O2) (Yoni et al., 2010).

4. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil isolasi Bakteri Pelarut Fosfat dari sampel tanah disekitar perakaran tanaman cabai
merah di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) diperoleh 20 isolat. Hasil karakterisasi
morfologi koloni diketahui 6 isolat dari Kecamatan Miomafo Barat memiliki Bentuk bulat:
rhizoid, panjang, Ukuran: kecil, sedang, besar, Elevase: rata, Warna: putih, bening. 6 isolat
dari Kecamatan Noemuti dengan Bentuk: Bulat, panjang, rhizoid, Ukuran: kecil sedang,
besar, Elevase: Rata, Warnah: putih, bening. Dan 8 isolat dari Kecamatan Insana Barat
dengan Bentuk: bulat, panjang, Ukuran: kecil, sedang, besar, Elevase: Rata, Warnah putih.
2. Hasil seleksi Bakteri Pelarut Fosfat diketahui 5 (lima) isolat berpotensi sebagai Pelarut
Fosfat yaitu isolat bakteri RTCR01, CMB02, CMB03, CMB04, dan CN04. Isolat CMB04
diketahui memiliki nilai Indeks Pelarut Fosfat (IP) tertinggi yaitu 2, 10 mm.

2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat di sarankan untuk dilakukan penelitian lanjut isolat
CMB04 yaitu pertumbuhan isolat bakteri CMB04, identifikasih molekuler, dan uji isolat pada
tanaman cabai merah.
5 UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada lembaga Universitas Timor melalui LPPM yang telah memberikan
dana penelitian dan juga Laboratorium Fakultas Pertanian yang telah mengijinkan peneliti
untuk menggunakan Laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad A, 2011 Rahasia Ekosistem Hutan Bukit Kapur, Surabaya: Brilian Internasional.
(BPS) Badan Pusat Statistik Kab. TTU. 2021. Kabupaten Timur Tengah Utara dalam Angka 2021.
Kefamenanu; Badan Pusat Statistik Kabupaten TTU.
Chen YP, Rekha PD, Arun AB, Shen FT, Lai WA, Young CC. 2006. Phosphate solubilizing bacteria
from subtropical soil and their tricalcium phosphate solubilizing abilities. Appl Soil Ecol. 34:33-
41
Don NT, Diep CN. 2014. Isolation, characterization and identification of phosphate and potassium
solubilizing bacteria from weathered materials of granite rock mountain, That Son, an Giang

[Isolasi Dan Seleksi Bakteri Pelarut Fosfat Dari Rhizosfer Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)
Di Kabupaten Timor Tengah Utara] |7
Biosene Vol ___,No. ___, Februari 2022 ISSN: 2622 - 6286

province, Vietnam. Americ J Life Sci. 2(5):282-291.


FalloG, Mubarik NR, Triadiati.2015. Potency of aukxin producing and phosphate solubilizing bacteria
from dryland in rice paddy field. Research J. Microb. 10(6): 2446-259.
Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Tanah. Bogor
(ID): Ilmu Tanah IPB.
Hasanudin. 2006. Pengaruh inokulasi mikrobia pelarut fosfat dan batuan fosfat terhadap perbaikan
fosfor tersedia tanah, serapan fosfor dan hasil jagung pada ultisol Bengkulu. JIPI. 8(2):85-90.
Holt JG, Krieg NR, Sneath PHA, Staley JT, Williams ST.1994. Bergeys Manual of Determinative
Bacteriology.Ed ke-9. Pennsylvania (US): Lipincott Williams and Wilkins Company.
Irfan, M. 2014. Isolat dan Enumerasi Bakteri Tanah Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit PT.
Tambang Hijau Kecamatan Tambang Kabupaten Kampur. Jurnal Agroteknologi, 5 (1) : 1-8
Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik. Kreasi Wacana. Yogyakarta.
Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2017. Produksi Luas Panen dan Produksi Hortikultura di
Indonesia. http://pertanian.go.id/indikator/tabel-2-prod-Ispn-prodvitas-hort.pdf.Diakses 4 Maret
2017.
Kismiyati., S, Subekti, dan R W N. Yusuf. 2009. Isolasi dan Identifikasi bakteri gram negatif pada
luka ikan maskoki akibat infestasi ektoporasi argulus sp. Jurnal Ilmiah Perikanan dan kelautan.1
(2).
Lay, BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Rajawali Pers. Jakarta.
Mehta, S dan Nautily, C. S., (2010), An Efficient Methot for Qualitative Screening of Phospate-
Solubilizing Bacteria. Jorunal Microbiology, 43, 51-56.
Nautiyal SC. 1999. An efficient microbiological growth medium for screening phosphate solubilizing
microorganism. J FEMM Lett. 170:265-270.
Niswati A, Yusnaini S, dan Arif MAS. 2008. Populasi Mikroba Pelarut Fosfat dan P-Tersedia pada
Rizosfer Beverapa Umur dan Jarak dari Pusat Perakaran tanaman Jagung (Zea Mays L.) . Jurnal
Tanah Tropik 23(2) : 123-130.
Pal, S.S. 1998. Interaction of an acid toleran strain of phosphate solubilizing bacteria with a few acid
toleran crops.J Plant Soil. 198: 169-177.
Permatasari AD, Nurhidayati T. 2014. Pengaruh inokulan bakteri penambat nitrogen, Bakteri pelarut
fosfat, dan Mikoriza asal desa Condro, Lumajang, Jawa Timur Terhadap pertumbuhan cabe
rawit. J Sains dan Seni Pomits. 3(2):44-48.
Premono ME.1994.Jasad renik pelarut fosfat, pengaruhnya pada P-tanah dan efisiensi pemupukan P
tanaman tebu. [Disertasi], Program Pascasarjanan, IPB Bogor.
Sari, E., A. N. Flatin, Z. I. Sari, E., Sulamen. 2015. Isolasi dan Karakterisasi Rhizobium dari Glycine
max L. Dan Mimosa pudica Linn. JurnalPenelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi.
Vol. 3(2)
Suliasih dan Rahmat. 2010. Aktivitas Fosfatase dan Pelarutan Kalsium Fosfat oleh beberapa Bakteri
Pelarut Fosfat. Biodiversitas. 8(1):23-26.
Rodriguez, H. Dan Frage, R. 1999. Phospatase solublizing Bacterial and Their Role in Plant Growth
Promotion. Journal Biotechnoloy Advances of Cuban Researah Institute 17: 319-339
Sardiani, N., M. Litay., R.G. Budji dan D. Priosambodo. 2015. Potensi Tunikata Rhopelaea Sp
Sebagai sumber inokulun Bakteri Endosimbion Penghasil Antibakteri. Jurnal Alam dan
Lingkungan. 6 (11): 1-10.
Suparnorampius S, Patadungan Y, dan Rois, 2020. Eksplorasi Bakteri pelarut fosfat Pada Berbagai
Tanaman Industri dan Hortikultura di Dataran Tinggi Napu. E-J. Agrotekbis, 8 (1) 25-31.
Vassilev N, Mendes G, Costa M, Vassilefa M. 2001. Biotecnological tools for enhancing microbial
solubblization of insoluble inorganic phosphates.Journal Geomicrobiology 31: 751-763.
Walpola BC, Yoon MH. In vitrosolubilization of inorganic phosphates by phosphate solubilizing
microorganisms. Afr J Microbiol Res. 7(27):3534-3541.
Waluyo L. 2008. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang: Universitas Muhammadyah
Malang Press.

[Isolasi Dan Seleksi Bakteri Pelarut Fosfat Dari Rhizosfer Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)
Di Kabupaten Timor Tengah Utara] |8
Biosene Vol ___,No. ___, Februari 2022 ISSN: 2622 - 6286

Wahyuni S, Lianto, Dan Andi K. 2014. Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Monotikasal Bonggol Pohon
Sagu. Universitas Halu Oleo, Kendari Jurnal Agroteknos. 4 (3): 147-149
Widawati S. 2011. Diversity and phosphate solubilization by bacteria isolated from Laki Island
coastal ecosystem. Biodiversitas. 12(1):17-21.
Widawati S. 2006. The popul;ation of phosphate solublizing bacteria (PSB) from Cikaniki, Botol
Mountain, and Ciptarasa Area and the abylity of PSB to solublize insoluble P in solid pikovskaya
medium. Bodiversitas, J bio divers. 7(2) : 109-113 doi : 10, 13057/biodiv/d070203.
Yafizham. 2003. Aplikasi mikroba pelarut fosfat dan pupuk P terhadap produksi kacang tanah pada
tanah podsolik merah kuning. J Agrotrop. 8(1):18-22.
Yanti, Y., Gustian., H. Rahma. 2009. Aplikasih Agen Hayati Pseudomonas Fluorescaens Sebagai
Penginduksi Ketahanan Untuk Meingkatkan Produksi Tanaman Cabai Terhadap Penyakit Virus
Kuning Di Kecamatan Kuranji Kotamadya Padang.Warta Pengabdian Andalas XV (22):48-54.
Yoni Suryani, Astuti, Bernadeta Oktavia dan Siti Umniyati. (2010). Isolasi dan Karakterisasi Asam
Laktat dari Limbah Kotrab Ayam sebagai agen Probiotik dan Enzim Kolestrol Reduktase.
Prosiding Seminar Biologi 3 Juli 2010. Biologi FMIPA UNY. Hlm 138-147.
Zheng BX, Zhang DP, Wang Y, Hao XL, Wadaan MAM, Hozzein WN, Penuelas J, Zhu, Yang XR,
2019 Responese to Soil Ph Gradients of Inorganic Phosphate Solubilizing Bacteria Community.
J Scienttific Reports, 9 (1) : 1-8

[Isolasi Dan Seleksi Bakteri Pelarut Fosfat Dari Rhizosfer Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)
Di Kabupaten Timor Tengah Utara] |9

Anda mungkin juga menyukai