Anda di halaman 1dari 6

Protobiont (2015) Vol.

4 (1) : 197-202

Karakteristik Bakteri Pelarut Fosfat pada Tingkat Kematangan


Gambut di Kawasan Hutan Lindung Gunung Ambawang
Kabupaten Kubu Raya

Wila Friska1, Siti Khotimah1, Riza Linda1


1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
Email korespondensi: willafriska@yahoo.com

Abstract

Bacterial phosphate solvent is bacteria that have role in enrichment of soil. Origin material and formation of
peat soil have correlation with the maturity and the level of fertility of peat soil. The recent research aimed
to find out genus and density of bacterial phosphate solvent at the level of maturity of different peat soil in
protected forest areas of Ambawang Mountain in District of Teluk Pakedai, Kubu Raya Regency. The
isolation of bacterial was conducted by using the media of pikovskaya and pour plate method, whereas
bacterial density calculation was done by total plate count method. The research finding showed that there
were five genera of bacterial phosphate solvent, namely; Acinetobacter, Chromobacterium, Flavobacterium,
Micrococcus, and Stapylococcus. There was no different of the total density of bacterial colonies phosphate
solvent in fibric, hemic, and sapric.

Key words: bacterial phosphate solvent, fibric, hemic, sapric

PENDAHULUAN dari rhizosfer tanaman pangan dan karakteristik


aktivitas fosfatase secara biokimia. Hasil
Tanah gambut merupakan tanah hasil akumulasi penelitian Marista et al. (2013), secara
timbunan bahan organik yang terbentuk secara keseluruhan bakteri pelarut fosfat yang ditemukan
alami dari pelapukan vegetasi hutan. Tanah pada rizosfer tanaman pisang nipah ditanah
gambut umumnya memiliki kesuburan yang gambut sebanyak 5 genera bakteri fosfat dengan
rendah dan tingkat keasaman (pH) yang tinggi. kepadatan bakteri sebesar 7,3x108 CFU/g, dari
Kesuburan tanah gambut berkaitan dengan tingkat tanah rhizosfer tanaman pisang nipah yang ada
kematangan tanah gambut. Menurut Noor (2001) dikawasan Kota Singkawang Kalimantan Barat.
berdasarkan bahan asal dan pembentukannya Informasi untuk mengetahui keberadaan bakteri
tanah gambut memiliki keterikatan dengan pelarut fosfat pada tingkat kematangan tanah
kematangan dan tingkat kesuburannya. gambut yang berbeda masih sangat terbatas. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai
Tingkat kematangan tanah gambut dibedakan atas karakteristik dan kepadatan bakteri pelarut fosfat
3 kategori yaitu fibrik (gambut mentah), hemik (BPF) di berbagai tingkat kematangan tanah
(gambut setengah matang), dan saprik (gambut gambut di kawasan Hutan Lindung Gunung
matang) (Noor, 2001). Secara biologi aktivitas Ambawang Kecamatan Teluk Pakedai Kabupaten
mikroorganisme didalam tanah juga berperan Kubu Raya.
penting dalam membantu proses pematangan
tanah gambut, salah satu bakteri tersebut adalah BAHAN DAN METODE
bakteri pelarut fosfat. Pelarutan fosfat secara
biologis terjadi karena mikroba tersebut Waktu dan Tempat Penelitian
menghasilkan enzim fosfatase dan fitase Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan,
(Alexander, 1977). Bakteri pelarut fosfat dimulai dari bulan Juli sampai September 2014.
merupakan bakteri dekomposer yang Pengambilan sampel dilakukan di kawasan Hutan
mengkonsumsi senyawa karbon sederhana, seperti Lindung Gunung Ambawang Desa Sungai Deras,
eksudat akar dan sisa tanaman. Kecamatan Teluk Pakedai, Kabupaten Kubu Raya.
Analisis kimia tanah gambut dilakukan di
Penelitian mengenai bakteri pelarut fosfat (BPF) Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah
dari tanah gambut telah banyak dilakukan. Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
Fitriatin et al. ( 2007) mengisolasi mikroba tanah Pontianak. Uji mikrobiologi dilakukan di
197
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 197-202

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika Gambaran Umum Lokasi Penelitian


dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hutan Lindung Gunung Ambawang merupakan
Tanjungpura Pontianak. salah satu hutan lindung yang berada di Desa
Sungai Deras kecamatan Keluk Pakedai
Bahan Kabupaten Kubu Raya. Jarak dari Teluk Pakedai
Bahan-bahan yang digunakan adalah tanah menuju Desa Sungai Deras jika melalui darat
gambut sebanyak 500 g, media selektif ditempuhsekitar17km. Kecamatan Teluk Pakedai
Pikovskaya, akuades, Alkohol 70%, spiritus, terletak pada skala geografis 0o20’43” LS
(H2O2) 3%, larutan iodin, media gelatin, reagen dan109o15’48”BT.Sebelah Utara Kecamatan
kovac’s, media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Teluk Pakedai berbatasan dengan Kecamatan
media Indol, media uji hidrolisis pati, media Sungai Kakap, Sebelah Selatan berbatasan dengan
simmons citrate, pewarna Kristal-violet, pewarna Kecamatan Batu Ampar, Sebelah Barat berbatasan
Safranin, larutan Congo red 1%, larutan NaCl 1 dengan laut Natuna dan Sebelah Timur berbatasan
M, media SIM agar (Sulfite Indole Motility), dengan Kecamatan Kubu (Badan Pusat Statistik,
media Triphtofan Broth. 2012).

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Gambut

Metode Penelitian permukaannya dari rumput dan serasah tanaman.


Metode yang digunakan dalam pengambilan Bor tanah kemudian ditancapkan secara vertikal
sampel adalah metode Stratified random sampai kedalaman 50 cm di sekeliling titik
sampling berdasarkan pada tingkat kematangan pengambilan, kemudian diputar searah jarum jam.
tanah gambut. Pengambilan sampel tanah
dilakukan secara acak. Masing-masing sampel Bor dicabut dari tanah dan diletakkan di atas
tanah yang diambil pada setiap titik permukaan tanah secara tegak lurus, kemudian
dikompositkan. tanah dikeluarkan dari dalam bor dan dipindahkan
ke dalam pipa PVC yang dilapisi dengan
Prosedur Kerja alumunium foil. Cara pengambilan yang sama
Pengambilan Sampel dilakukan untuk lokasi yang lainnya
Tanah gambut diratakan dan dibersihkan
198
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 197-202

Isolasi Bakteri Pelarut Fosfat pikovskaya. Media tersebut kemudian diinkubasi


Isolasi bakteri pelarut fosfat dilakukan dengan selama 2x24 jam.
metode pour plate pada tingkat pengenceran 10-1
sampai 10-5, dengan cara 1 ml suspensi dari Karakterisasi Bakteri Pelarut Fosfat
masing-masing pengenceran dimasukkan kedalam Bakteri yang memiliki kemampuan tinggi dalam
cawan petri secara aseptis kemudian dituangkan mendegradasi bahan organik yaitu koloni bakteri
media pikovskaya, lalu diratakan. Bakteri yang memiliki zona bening yang lebih besar.
diinkubasi selama 3x24 jam pada suhu ruang Karakterisasi yang akan dilakukan meliputi
25°C -30° C. pengamatan morfologi koloni bakteri dan uji
biokimia meliputi uji pewarnaan gram, uji
Perhitungan Koloni Bakteri hidrolisis pati, uji katalase, uji oksidase, uji OF
Bakteri BPF yang telah diisolasi kemudian Hugh Leifson, uji sitrat, uji motilitas, uji gelatin,
dihitung jumlah koloni yang tumbuh pada media uji urea, uji indol, dan uji Triple Sugar Iron Agar
pikovskaya dengan metode perhitungan cawan (TSIA).
(total plate count/TPC) dengan satuan CFU/ml
kemudian dicatat. Menurut Waluyo (2008), HASIL DAN PEMBAHASAN
jumlah koloni dihitung dengan rumus sebagai
berikut: Hasil
Kepadatan koloni bakteri pelarut fosfat pada tiap
Kepadatan bakteri = Jumlah koloni x 1 kematangan tanah gambut yang terdapat di
faktor pengenceran Kawasan Hutan Lindung Gunung Ambawang
Kecamatan Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya
Pemeriksaan Koloni Bakteri tidak berbeda nyata terhadap tingkat kematangan
Pengamatan morfologi koloni bakteri dilakukan gambut (F2.6 =2,137, p= 0,199; ANOVA).
dengan mengamati bentuk, tepian, elevasi, dan
warna koloni.
Berdasarkan hasil isolasi bakteri pelarut fosfat
Pemurnian Isolat Bakteri pada tiap kematangan tanah gambut diperoleh 7
Koloni bakteri yang sudah tumbuh selanjutnya isolat yaitu BPFF1, BPFF2, BPFH1, BPFH2,
dilakukan pemurnian untuk didapatkan isolat BPFS1, BPFS2, dan BPFS3 (Tabel.1) dengan
murni. Satu koloni dari masing-masing koloni melihat karakter dari morfologi koloni bakteri
bakteri yang tumbuh diambil menggunakan jarum pelarut fosfat yang tumbuh pada media
ose dan digoreskan pada permukaan media pikovskaya.

Tabel 1. Karakter Morfologi Koloni Bakteri Berdasarkan Tingkat Kematangan Tanah Gambut

Morfologi Kolon Bakteri


Tingkat Kematangan Tanah Kode
Gambut Isolat
Bentuk Tepian Elevasi Warna

Fibrik BPFF1 Bulat Rata Cembung Putih dan bening


BPFF2 Bulat Rata Cembung Putih
Hemik BPFH2 Bulat Rata Cembung Putih
BPFH1 Bulat Rata Cembung Putih
Saprik BPFS1 Bulat Rata Cembung Kuning, dan merah
BPFS2 Bulat Rata Cembung Cream
BPFS3 Bulat Rata Cembung Putih dan unggu

Hasil Karakterisasi Bakteri Pelarut Fosfat Lindung Gunung Ambawang Kecamatan Teluk
Berdasarkan Uji Biokimia pada tiap kematangan Pakedai Kabupaten Kubu Raya disajikan dalam
tanah gambut yang terdapat di Kawasan Hutan Tabel 2.

199
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 197-202

Tabel 2. Karakter Biokimia Bakteri Pelarut Fosfat

Isolat Bakteri
Karakter
BPFH2 BPFS1 BPFS2 BPFS3 BPFF1 BPFF2 BFFH1
Gram - - - + + + +
Sel Coccobasil Coccus Coccobasil coccus coccus Coccus Basil
Katalase - - + + + - +
Oksidatif/fermentatif /F /F /F /F /F O/- O/-
Sitrat + + + + + + +
Motilitas - - - - - - -
Geltin + + - - - - -
Urea + + + + + - -
Indol - - - - - - -
TSIA A/A A/A A/K A/K A/K K/K A/K
Keterangan : O/F : Bersifat Oksidatif Fermentatif, -/F : Bersifat Fermentatif, O/- : Bersifat, oksidatif, - : Negatif,
+ : Positif, A/A : Bereaksi dengan asam ( berwarna kuning), A/K: Bereaksi dengan Asam dan
Alkali (Warna merah), K/K: Bereaksi dengan Alkali

Karakter isolat bakteri pelarut fosfat di tanah ditemukan Acinetobacter, BPFS2 ditemukan
gambut untuk melihat kesamaan karakter masing- Chromobacterium, Flavobacterium, BPFS3,
masing bakteri. Berdasarkan identifikasi yang BPFF1 dan BPFH1 ditemukan Stapylococcus
telah dilakukan dengan melihat kesamaan karakter Micrococcus, dan BPFS3 ditemukan
diperoleh 5 genera. Isolat BPFH2 dan BPFS1 Stapylococcus.

Tabel 3. Karakter isolat dan identifikasi bakteri pelarut fosfat

Kode Isolat Bakteri


No Genus
BPFH2 BPFS1 BPFS2 BPFS3 BPFF1 BPFF2 BPFH1
1 Micrococcus - - - - + + +
2 Stapylococcus - - - + + + -
3 Acinetobacter + + - - - - -
4 Flavobacterium - - + - - - -
5 Chromobacterium - - + - - - -
Keterangan: BPFF: bakteri pelarut fosfat fibrik, BPFH : bakteri pelarut fosfat hemik, BPFS1: bakteri pelarut fosfat
saprik.

Pembahasan dan dampaknya berupa perbaikan ketersedian


Hasil penelitian menunjukkan kepadatan bakteri unsur hara yang dibutuhkan untuk perkembagan
pelarut fosfat pada tiap tingkat kematangan tanah bakteri pelarut fosfat.
gambut dari Kawasan Hutan Lindung Gunung
Ambawang Kabupaten Kubu Raya tidak terdapat Kandungan fosfat tersedia berpengaruh pada
perbedaan nyata terhadap jumlah koloni bakteri. kehidupan bakteri pelarut fosfat pada tanah
Keberadaan bakteri pelarut fosfat pada tiap tingkat gambut . Menurut Noor (2003) aktivitas dan
kematangannya diduga karena tidak dipengaruhi jumlah bakteri tanah meningkat dengan semakin
oleh tingkat kematangan gambut dan C-organik. dekatnya jarak bakteri tanah tersebut dari akar
Menurut Rao (1994), keberadaan bakteri pelarut tanaman. Marlina (1997), menambahkan terdapat
fosfat lebih dipengaruhi oleh keberadaan substrat, hubungan antara populasi bakteri pelarut fosfat
pH tanah, suhu udara, suhu tanah, dan dengan kandungan P-tersedia tanah ikut mengikat
kelembaban tanah, serta keadaan tekstur tanah. kandungan tanah. Bakteri pelarut fosfat memiliki
Seperti yang dikemukakan oleh Sabaruddin kemampuan yang sangat besar sebagai
(2004), bahwa peningkatan populasi bakteri biofertilizer dengan cara melarutkan fosfat yang
pelarut f osfat disebabkan oleh peningkatan pH masih terjerat didalam tanah seperti unsur Fe, Al,
Ca dan Mg sehingga unsur-unsur tersebut dapat
200
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 197-202

dilarutkan oleh bakteri selanjutnya menjadi unsur DAFTAR PUSTAKA


yang tersedia bagi tanaman. Menurut
Simanungkalit dan Suriadikarta (2006) Alexander, M, 1977, Introduction to Soil
keberadaan bakteri pelarut fosfat berkaitan Microbiology Second edition, John Willey
dengan jumlah bahan organik yang terdapat and Son, Inc, NewYork
didalam tanah. Oleh sebab itu tanah gambut Badan Pusat Statistik Kabupaten Kubu Raya,
masih banyak mengandung bahan-bahan organik, 2012, Kecamatan Teluk Pakedai dalam
sehingga mikroba akan berasosiasi di dalam tanah Angka
untuk memanfaatkan bahan organik yang masih Barchia, MF, 2012, Gambut Agroekosistem dan
terkandung. Transformasi Karbon, Cetakan kedua,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Hasil pengamatan secara makroskopis dan Barrow, GI, & Feltham, RKA, 1993, Cowan and
mikroskopis serta uji biokimianya dari bakteri Steel’s Manual For The Identification Of
pelarut fosfat pada tingkat kematangan tanah Medical Bacteria, Cambrige University
gambut fibrik ditemukan satu genus yaitu Press, United Kingdom
Micrococcus. Pada tanah gambut hemik Goenadi, HD, & Saraswati, R, 1993,
ditemukan dua genus yaitu Acinetobakter, dan Kemampuan melarutkan fosfat dari
Micrococcus. Sedangkan pada gambut saprik beberapa isolat fungi pelarut fosfat,
ditemuk 3 genus yaitu Chromobakterium, Menara Perkebunan 61(3):61-66
Flavobakterium, dan Stapylococcus. Holt, JG, Krieg, NR, Sneath, PHA, Staley, JT &
Williams, ST, 1994, Bergeys Manual
Berdasarkan hasil identifikasi genus yang paling Determinative Bacteriology. Edisi Ke 9,
banyak ditemukan pada tingkat kematangan Lippincott Williams dan Wilki NS,
gambut saprik. Hal ini menunjukkan bahwa tanah Amerika
gambut saprik mengalami tingkat dekomposisi Imas, T, & Setiadi, Y, 1998, Mikrobiologi Tanah,
lanjut dan ditemukan pada kedalaman 0-10 cm. Pusat Antara Universitas IPB, Bogor
Gambut yang tingkat pelapukannya sudah lanjut Marista, E, Khotimah, S, & Linda, R, 2013,
(matang). Gambut yang telah matang akan ‘Bakteri Fosfat Hasil Isolasi dari Tiga Jenis
cenderung lebih halus dan lebih subur. Tanah Rhizosfer Tanaman Pisang Nipah
Sebaliknya yang belum matang, banyak (Musa paradisiacal var. nipah) di Kota
mengandung serat dan kurang subur. Semakin Singkawang,’ Jurnal Protobiont, vol.2 no.2
dalam gambut maka kondisi oksigen semakin hal 93-101
rendah (Barchia, 2012), karena sedikitnya Marlina , M, 1997,’Keragaman Bakteri Pelarut
intensitas cahaya yang dapat menembus masuk ke Fosfat pada Tanah di Lahan Hutan Primer,
dalam tanah dan lingkungan tanah gambut pada Hutan Sekunder, Pertanaman Kopi, dan
umumnya selalu tergenang air. Najiyati et al., Lhan Kritis di Sumber Jaya Lmpung Barat,’
(2005) menjelaskan bahwa tingkat kematangan Skripsi, Universitas Lampung, Bandar
gambut bervariasi karena terbentuk dari bahan, Lampung
kondisi lingkungan, dan waktu yang berbeda. Noor, M, 2001, Pertanian Lahan Gambut : Potensi
Umumnya pada tingkat dekomposisi lanjut seperti dan Kendala, Penerbit Kanisius,
hemik dan saprik akan memperlihatkan kadar C- Yogyakarta, hal 16-19
organik lebih rendah dibanding dengan fibrik. Noor, A, 2003, Pengaruh Fosfat Alam dan
Proses dekomposisi tersebut menyebabkan Kombinasi Bakteri Pelarut Fosfat dengan
berkurangnya kadar C dalam tanah gambut. Pupuk Kandang terhadap P Tersedia dan
Pertumbuhan Kedelai pada Ultisol, Buletin
Keseluruhan bakteri pelarut fosfat hasil Agronomi, 31 (3): 100-106
identifikasi pada tingkat kematangan gambut dari Pelczar, MSE, & Chan, CS, 2005, Dasar- Dasar
Kawasan Hutan Lindung Gunung Ambawang Mikrobiologi 2, UI Press, Jakarta
Kabupaten Kubu Raya diperoleh 5 genera yaitu Rao, NSS, 1994, Mikroorganisme Tanah dan
Isolat BPFH2 dan BPFS1 ditemukan Pertumbuhan Tanaman, Edisi Kedua.
Acinetobakter, BPFS2 ditemukan Universitas Indonesia, Jakarta
Chromobakterium, Flavobakterium, BPFS3, Sabaruddin, 2004, Respon Bakteri Pelarut Fosfat
BPFF1 dan BPFH1 ditemukan Stapylococcus Akibat Pengapuran pada Lahan HTI Acacia
Micrococcus.. mangium Pasca Terbakar, J, Tanah Trop,
vol.10, no.1, hal 55-62

201
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 197-202

Suriadikarta, RDM & Simanungkalit, DA, 2006,


Pupuk Organik dan Pupuk Hayati, Balai
Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian
dan Pengembangan Pertanian Bogor
Waluyo, L, 2008, Teknik Dan Metode Dasar
Dalam Mikrobiologi, Universitas
Muhammadiyah Malang Press, Malang

202

Anda mungkin juga menyukai